Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PORTOFOLIO SEJARAH PEMINATAN

INDIVIDU

Kehidupan Masyarakat Indonesia dan Hasil Budaya


nya Pada Masa Pra Aksara.

Disusun oleh :
ALFONSUS LIGUORI WIDANG. S

XII IPS 3

Guru :
Wahyuti Handayani S.Pd
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejarah merupakan rangkaian kejadian yang terjadi pada masa lalu.  Sejarah
sangat penting dipelajari, terutama jika itu terkait dengan sejarah bangsa kita
ini.  Dengan sejarah kita mendapatkan pelajaran berharga yaitu supaya kita
dapat terhindar dari kesalahan di masa lalu dan bisa berinovasi untuk menjadi
pribadi yang lebih maju.  Maka dari itu kami kemudian menyusun makalah
Sejarah Indonesia tentang “Tipologi Hasil Budaya Masyarakat Pra-aksara Di
Indonesia”.  Makalah ini membahas tentang peninggalan budaya masyarakat
nusantara pada zaman praaksara. Kami harap materi yang dimuat dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.

1. Zaman Batu
Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Pada zaman ini alat-alat budaya yang ditemukan terbuat dari batu yang
dibuat dengan sangat kasar serta sederhana.

Zaman Batu Tengah (Mesolitikum)

Zaman ini berlangsung pada masa Holosen. Salah satu ciri khas
kebudayaan batu tengah adalah adanya sampah-sampah dapur dari kulit
kerang (kjokkenmoddinger).

Zaman Batu Muda (Neolitikum)

Tak seperti dua zaman sebelumnya, di zaman batu muda ini manusia telah
mulai memiliki keterampilan. Ini bisa dilihat dari benda-benda perkakas
yang sudah mulai diasah dan tampak halus. Kepandaian gerabah ini sudah
semakin maju dan dibuat dengan teknik yang halus.

Zaman Batu Besar (Megalitikum)

Di masa ini, manusia sudah mulai menghasilkan bangunan-bangunan


monumental yang terbuat dari batu-batu besar. Tujuan pembangunan
bangunan besar adalah sebagai sarana pemujaan terhadap roh nenek
moyang. Adapun hasil-hasil kebudayaan Megalitikum meliputi menhir,
Punden berundak, dolmen, kubur peti batu, sarkofagus (keranda jenasah),
waruga dan arca-arca megalitik.

2. Zaman Logam
Zaman Perundagian berlangsung pada Zaman Logam, kira-kira sejak 500
SM. Disebut Zaman Logam karena mayoritas peralatan dari zaman ini
terbuat dari perunggu lalu besi.

Fosil Manusia Purba


Di dalam kehidupan masyarakat praaksara, pulau Jawa menduduki
tempat yang penting dalam penelitian-penelitian fosil-fosil manusia purba.
Penemuan pertama fosil Pithecantropus Erectus oleh Eugene Dubois dan
penemuan fosil-fosil lainnya di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo
menyebabkan pulau Jawa terkenal di kalangan pakar kepurbakalaan
dunia.

Diantara beberapa fosil manusia purba yang ditemukan di pulau Jawa,


ada Meganthropus Paleojavanikus yang ditemukan di Sangiran oleh von
Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941, dan Marks pada tahun 1953.
Setelah itu, ada juga Pithecantropus Erectus, Homo Soloensis, dan Homo
Wajakensis.

Fosil Pithecanthropus ditemukan di Trinil, Perning dekat Mojokerto,


Sangiran, Kedung Brubus, Sambung Macan, dan Ngandong. Fosil-fosil
tersebut terdapat pada lapisan Pucangan dan Kabuh. Berarti,
Pithecanthropus diperkirakan hidup di masa yang sama dengan
Meganthropus, namun lebih panjang rentang tahunnya, yakni antara 2
juta hingga 30.000 tahun lalu.

Homo Soloensis, yang merupakan spesies Homo paling tua, diperkirakan


hidup di Indonesia sekitar 550.000 tahun lalu. Dan ditemukan di dua
tempat terpisah, tapi sama-sama di tepian Bengawan Solo, pada tahun
1931 sampai 1933. Sementara Homo Wajakensis ditemukan di Wajak,
Tulungagung. Homo Wajakensis termasuk Homo yang paling muda, yakni
hidup di Indonesia mulai 40.000 hingga 15.000 tahun lalu.

Kedatangan Nenek Moyang Bangsa Indonesia


Nenek moyang bangsa Indonesia termasuk dalam rumpun Austronesia.
Mereka menetap di Nusantara sehingga disebut bangsa Melayu Indonesia.
Perpindahan dari Yunan ke Nusantara dilakukan dalam dua gelombang.
Pada masa perpindahan gelombang kedua itulah beberapa kebudayaan
yang dianggap lebih maju juga ikut mereka kembangkan di Nusantara.

Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua)

Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) memasuki wilayah Indonesia sekitar


tahun 1500 SM. Mereka menempuh dua jalur, yakni jalur barat melalui
Semenanjung Malaysia–Sumatera dan jalur timur melalui Filipina–
Sulawesi. Bangsa dari rumpun Austronesia ini memiliki kebudayaan yang
lebih maju dibandingkan manusia purba yang telah lebih dulu ada di
Indonesia. Kebudayaan mereka dikenal sebagai kebudayaan neolitikum
yang mampu membuar peralatan dari batu yang sudah dihaluskan.

Hasil kebudayaan neolithikum antara lain berupa kapak persegi dan


kapak lonjong. Kapak persegi banyak ditemukan di wilayah barat
Indonesia, meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Bali. Kapak lonjong
ditemukan di wilayah timur Indonesia, meliputi sebagian Sulawesi.
Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. Menjadi nenek moyang
penduduk Maluku dan NTT sekarang ini.

Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu)

Bangsa Deutero Melayu (Melayu Muda) memasuki wilayah Indonesia


dalam kurun waktu 500 SM hingga 300 SM. Seperti pendahulunya, Proto
Melayu, termasuk rumpun Austronesia. Mereka masuk ke wilayah
Indonesia melalui jalur Barat, mulai dari teluk Tonkin, menyusuri daratan
Semenanjung Malaysia, lalu menyeberang Selat Malaka ke Sumatera. Dari
pulau ini ada yang meneruskan ke Jawa. Kemudian dari Jawa, ada yang
menyebar ke bagian selatan dan timur Kalimantan lalu ke Sulawesi; ada
pula yang menyebar ke Bali dan Nusa Tenggara.
Kehidupan Sosial Ekonomi Masa Praaksara
Secara garis besar, kehidupan sosial ekonomi pada masa praaksara
dibedakan menjadi dua, yaitu Food Gathering (masa berburu dan
meramu) dan Food producing (masa bercocok tanam). Hal ini ditandai
dengan ditemukannya bukti-bukti seperti Kjokkenmoddinger (tumpukan
sampah makanan berupa kulit kerang dan tulang belulang yang telah
membatu) dan Abris Shous Roches (Gua-gua karang sebagai tempat
tinggal manusia purba).

Anda mungkin juga menyukai