DI SUSUN OLEH :
1. PITAN MALAHEDI
2. DEYSHI N. LAHUNDAGE
3. I KOMANG WIRAJAYA
4. I KOMANG ROY
5. BRIYAN MIOJO
6. I WAYAN PUTRA K.
7. ALDO SULU
8. I MADE GREDI SANJAYA
Rasa puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang
telah melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada semua pihak yang telah
kemampuan penyusun dalam menyusun makalah ini, sehingga kritik dan saran demi
Penyusun
KELOMPOK I
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………..……….. i
BAB II PEMBAHASAN………...……..………………………………... 2
DAFTAR PUSTAKA....……………………………………………...………. 10
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Seni rupa adalah seni yang melibatkan proses pembuatan yang memberikan
kepuasan, gugahan estetis melalui cerapan indera rupa. Meliputi, ungkapan ekspresi
(seni murni), dan, gubahan rupa barang fungsional (desain dan kria). Perkembangan
tidak terkecuali dengan bentuk kesenian yang tumbuh dan berkembang di Indonesia.
Tema-tema yang menjiwai hasil karya seni maupun gaya penyajiannya, selalu berubah
dan berkembang sesuai dengan perubahan yang terjadi di masyarakat dan kondisi
lingkungannya.
Seni kria dapat disebut dengan seni kerajinan yang merupakan bentuk seni rupa
terapan. Seni kria merupakan bagian dari seni rupa yang bertujuan untuk memenuhi
kepuasan fisik (seni pakai) dan psikologis (seni hias/keindahan rasa). Seni kria
dikerjakan dengan keterampilan atau kecekatan tangan. Pada umumnya seni kria
dibuat cendrung sebagai barang produksi atau seni industry Seseorang pengamat atau
pecinta seni dapat menghargai dan menikmati karya seni kria apabila ia mengerti,
memahami dan menilai karya seni melalui kepekaan rasa estetis dan nilai guna.
kemampuan mengapresiasi seni terapan. Apresiasi sangat penting bagi setiap orang
yang mau mengerti terhadap karya seni karena dapat melatih kepekaan rasa, member
Bentuk karya seni rupa, aliran-aliran seni rupa dan gaya penciptaan seniman
PEMBAHASAN
Seni rupa merupakan salah satu bagian atau jenis seni rupa. Untuk mengenal seni rupa
mancanegara, kita perlu mengenal perkembangan dan corak karya seni yang ada di
beberapa Negara.
Secara kronologis, sejarah perkembangan seni rupa Negara – Negara di dunia dapat
Seni Yunani
Seni Romawi
Kesenian Korea adalah jenis kesenian yang berkembang di Korea sejak zaman
kuno. Ciri-ciri kesenian visual yang diproduksi oleh rakyat Semenanjung Korea
menunjukkan kesederhanaan, spontanitas, dan naturalisme.
Sejarah
Artefak seni awal Korea mengindikasikan pengaruh Cina, yang dimulai dengan
berdirinya koloni-koloni Cina pada tahun 108 SM di bekas wilayah kerajaan Gojoseon.[1]
Agama Buddha diperkenalkan dari Cina pada tahun 372, menjadi sumber inspirasi
karya seni bangsa Korea sampai abad ke-15. Pada masa Tiga Kerajaan, karya-karya
seni Korea diciptakan dalam bentuk-bentuk arsitektur pagoda, perhiasan, tembikar, dan
Dinasti Goryeo
Buddhisme berkembang lebih kuat di negeri Goryeo dan dominan pada budaya
seni mereka. Dalam bidang arsitektur, banyak pagoda, arca dan kuil-kuil Buddha
dibangun, contohnya Kuil Buseok dan Kuil Sudeok. Pada masa ini musik Cina diimpor
dari Tang dan Song yang dinamakan Dangak dan Aak.[2] Musik-musik ini berkembang
bersama musik asli, Hyangak.[2] Karya seni terbesar dari zaman ini kemungkinan
adalah (goryeo cheongja), seni keramik hijau yang diperkenalkan dari Song namun
berhasil diciptakan dengan gaya tersendiri sehingga menarik perhatian penikmat seni di
Dinasti Joseon
Pada masa Dinasti Joseon, kesenian lukisan berkembang pesat. Seni lukis awal
Joseon dipengaruhi oleh cara melukis gaya Cina namun pada masa-masa berikutnya,
para seniman Joseon mulai mengembangkan gaya mereka tersendiri. Para pelukis di
sekolah kesenian pemerintah (dohwaseo) melukis dalam berbagai jenis tema, mulai
dari bunga, tanaman, burung, potret diri, kehidupan sehari-hari dan hewan. Beberapa
Musik tradisional dibina istana kerajaan dan kuil-kuil Konfusius. Bangsawan menikmati
musik istana yang dipentaskan oleh para musisi dan penari istana yang ekslusif. Seni
diwarnai secara meriah dengan teknik dancheong. Sebagian besar arsitektur Joseon
musnah terbakar oleh invasi Jepang di akhir abad ke-16. Beberapa sisa bangunan yang
selamat adalah Namdaemun dan Dongdaemun. Pada akhir periode Joseon, budaya
Kim Hong-do (金弘道), lebih dikenal dengan nama pena Danwon (tanggal lahir tak
diketahui pada tahun 1745– meninggal tahun 1806), adalah seorang pelukis kenamaan
yang hidup di Korea pada zaman Dinasti Joseon. Lukisan-lukisan karya Kim Hongdo
menampilkan aktivitas dan kehidupan masyarakat Korea secara jelas pada masa itu
dan ia merupakan salah satu dari Samwon (Tiga Won), yakni para pelukis termasyhur
1. Hanbok
kebudayaan Korea Selatan. Saat ini, hanbok yang digunakan memiliki corak bernuansa
confusian yg merupakan warisan dari dinasti Joseon (1392 -1910). Hanbok terbagi atas
baju bagian atas (Jeogori), celana panjang untuk laki-laki (baji) dan rok wanita (Chima).
Orang Korea berpakaian sesuai dengan status sosial mereka sehingga pakaian
merupakan hal penting. Orang-orang dengan status tinggi serta keluarga kerajaan
menikmati pakaian yang mewah dan perhiasan-perhiasan yang umumnya tidak bisa
seperti ulang tahun anak pertama (doljanchi), pernikahan atau upacara kematian.
Keindahan dari hanbok dapat kita temukan pada harmoni dari warna yg tegas dan garis
yg sederhana. Hanbok wanita yg disebut dengan istilah chima-jeogori ini terdiri dari rok
panjang dan jaket. Sedangkan untuk bagian dari hanbok secara umum adalah :
a. Jeogori
Merupakan bagian atas dari hanbok. Jeogori untuk pria lebih besar dan sederhana.
Sedangkan jeogori untuk wanita lebih pendek dan memiliki garis tepi sebagai hiasan.
b. Dongjeong
Merupakan kerah putih yang terdapat disepanjang garis leher. Kerah tersebut membuat
merefleksikan perbedan gender penggunanya, baik pria maupun wanita. Hanya saja
Lalu, sedikit kembali ke masa silam. Pada masa hanbok tradisional dan kuno, terdapat
Hwangryongpo : pakaian raja sehari-hari. (Raja Gojong biasanya memakai pakaian ini.)
Gwanbok : pakaian pegawai kerajaan yang pertama kali dipakai sejak zaman kerajaan
Silla yg telah 4x diubah yakni pada abad ke-11, 14, 16 dan 17. Lalu sempat berganti
nama pada akhir abad ke18 menjadi Heuk danryeongpo, Geumgwan Jobok dan Sibok.
Dan terakhir hanbok untuk pria bangsawan pada masa itu juga punya banyak istilah,
seperti Waryeonggwan dan Hakchangeui pada tahun 1863, Bokgeon dan Simeui pada
tahun 1880 serta Bokgeon hitam dan dopo biru pada tahun 1880.
Saat ini hanbok tidak lagi dipakai dalam kegiatan sehari-hari, namun pada saat-saat
(bambu-dibuat, tipis plektra). Nama Yanggum berarti harpa Barat. Semacam ini
juga diperkenalkan ke Jepang pada akhir zaman Edo, tapi tidak melihat kemajuan lebih
lanjut. Instrumen string paling tradisional Korea menggunakan senar sutera, tetapi
menggunakan tali baja. Jadi, ia juga disebut Chol Sa Gum (Chol berarti besi; Sa berarti
senar; Gum berarti harpa.) Yanggum bisa disebut sebagai pelopor dari hari sekarang
piano. Di bekas, sejajar senar tegang oleh dua plektra kecil, sedangkan yang kedua
memiliki keyboard yang beroperasi kunci di palu memukul senar. Pada awal hari, 14
telah Yanggum kunci utama (1 kunci utama memiliki 4 senar), tetapi rentang suara
sekarang meningkat menjadi 25 atau 26 tombol utama. Selain itu, dapat memainkan
gaya yang unik rendisi. Pertama, ia dapat memutar berirama, komposisi tegang dengan
mudah. Kedua, sangat efektif untuk penafsiran seperti sebagai tremolo dan arpeggio
dan kekuatan rendisi cukup kaya untuk bermain berubah akord dalam sebuah konser.
Baru-baru ini telah dilengkapi dengan pedal (perangkat buffer suara) juga,
sebagai akibat dari perbaikan ulang. Terutama, untuk tujuan rendisi dalam konser,
adalah sama dengan menghormati dalam tubuh, string, dan spasi di antara string.
Grand-Yanggum adalah untuk bass rendah. Tidak sampai abad ke-18 yang Yanggum
diimpor ke Korea oleh Yong Dae Hong yang dikenal sebagai anggota dari sekolah Silla
praktis belajar. Yanggum memiliki sangat lembut dan jelas dalam suara, dan dapat
disebut sebagai alat serbaguna. Hari ini secara luas Yanggum bermain di solo, duet,
dan dalam orkestra karena kompas yang besar dan menusuk suara.
zaman neolitikum dalam bentuk pembuatan tembikar dan keramik. Kerajinan tembikar
berkembang pesat pada masa Tiga Kerajaan terutama di kerajaan Silla. Untuk
seladon dibakar dalam tungku yang dibuat khusus. Permukaan seladon dihiasi dengan
berbagai ukir-ukiran.
Seladon khas Dinasti Goryeo, yang berwarna giok hijau, sangat terkenal hingga
saat ini. Dinasti Joseon juga mengembangkan kerajinan keramik putihnya (baekja).
Beberapa dari keramik-keramik ini kini dijadikan harta nasional Korea Selatan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari data yang telah kami peroleh, maka kami menyimpulkan bahwa Republik
Korea mempunyai ciri khas di bidang seni khususna dalam wujud seni rupa terapan dan
seni kria terapan. Korea memiliki bebbari jenis kesian yang dapat dilihat dan d nikmati
Apresiasi Karya Seni Rupa Terapan Mancanegara adalah suatu cara / proses
Seni rupa merupakan salah satu bagian atau jenis seni rupa. Untuk mengenal seni rupa
mancanegara, kita perlu mengenal perkembangan dan corak karya seni yang ada di
beberapa Negara.
Secara garis besar seni rupa dunia terbagi dalam beberapa periode sajarah yaitu
1. Jaman Prasejarah
3. Abad Pertengahan
4. Renaisance
5. Barok Rokoko
6. Abad 19
7. Abad 20
DAFTAR PUSTAKA
Latifa A,2005. Apresiasi Karya Seni Terapan Nusantara I, PT.Aneka Ilmu. Surabaya
Mahmud S.2009. Buku Ajar Pendidikan Seni Untuk SMK. CV.Erlangga . Bandung
http://www.wikipedia.com