Anda di halaman 1dari 26

PENGERTIAN

KONSEP PENDIDIKAN SENI


KONSEP
Artinya: 1) sebagai rancangan atau buram surat ; 2) ide
atau pengertian yang diabstraksikan dari peristiwa
konkret (Kamus Bahasa Indonesia, 2008).
PENDIDIKAN
Artinya adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang (UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional).
SENI
• Seni dalam konteks dalam konteks ini diartikan sebagai
kegiatan berkesenian.
• Kegiatan berkesenian itu terdiri dari dua jenis: 1) yang
dilandasi dengan modus imitasi, dan 2) yang dilandasi
modus ekspresi.

PENDIDIKAN SENI
Dengan memadukan kedua pengertian pendidikan dan seni
tersebut, maka pengertian pendidikan seni menurut
Soehardjo (2012: 13), adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan/atau latihan agar mampu menguasai kemampuan
berkesenian sesuai dengan peran yang harus dimainkan.
Konsep Pendidikan Seni
Konsep Pendidikan Seni merupakan ideologi dan isinya sebagai
dasar pemikiran penyelenggaraan Pendidikan Seni di sekolah
formal, yang diharapkan dengan “pelajaran seni dalam
pendidikan”
Kurikulum 2006 dikenal dengan KTSP. Dalam pendidikan seni
terjadi perubahan nama menjadi SBK (Seni Budaya dan
Keterampilan),
Sementara dalam kurikulum 2013 SBK diganti namanya menjadi
mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya (SBDP) dengan
demikian, mata pelajaran SBDP di SD wajib disampaikan oleh
guru dalam proses kegiatan belajar mengajar di Sekolah.
• Mata pelajaran SBDP diberikan di sekolah karena
keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan
terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik,
yang terletak pada pemberian pengalaman estetik
dalam bentuk kegiatan berekspresi/ berkreasi dan
berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan
seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.”

• Di tingkat sekolah menengah dikenal dengan sebutan


Seni Budaya. Pendidikan seni dalam kurikulum ini
menekankan isi pembelajaran ialah apresiasi dan
kreasi dengan menekankan pada materi seni lokal,
nasional dan mancanegara.
• Pendidikan seni sebagai bagian integral dari
pendidikan, oleh karenanya pengajarannya tidak
bertujuan mencetak seniman
• Pendidikan seni merupakan sarana untuk
pengembangan kreativitas anak.
• Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui
kegiatan permainan.
• Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-
anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik
anak menjadi kreatif.
• Pada dasarnya, konsep pendidikan seni ada dua macam,
yang pertama yaitu konsep pendidikan seni yang
berkaitan dengan aspek ekspresi artistic dan kedua yaitu
konsep pendidikan seni yang dikaitkan dengan tujuan
pendidikan.

TUJUAN PENDIDIKAN SENI SECARA UMUM


Pendidikan seni telah ada sebelum manusia mengenal peradaban
modern, yang tujuannya selalu mengalami perubahan.
Di awal kehadirannya sampai pertengahan abad ke-20,
pendidikan seni difungsikan untuk penularan bakat seni kepada
para generasi, yang tujuannya untuk menghasilkan seorang yang
ahli dalam bidang seni (seniman).
• Dua kemungkinan kemampuan yang dihasilkan peserta
didik dalam melakukan kegiatan seni:
1. Kemampuan melakukan kegiatan seni, kapabel
menggunakan modus imitasi dan ekspresi.
2. Kemampuan lain sebagai dampak dari proses
pembimbingan, pengajaran dan/atau pelatihan tersebut.
Catatan:
• Khusus kemampuan yang kedua ini, tidak berupa kapabilitas
seni, tetapi kapabilitas non seni, seperti menghargai buah
pikiran dan menghargai karya seni orang lain apa pun.
1. Gerakan Reform
Gerakan reform adalah usaha pembaruan di bidang konsep
pendidikan seni yang mengutamakan kebebasan ekspresi
sebagai cara untuk memberi peluang kepada anak didik
mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya.
2. Konsep Pendidikan Seni untuk Apresiasi
Apresiasi memiliki arti sebuah penghargaan atau penilaian
terhadap sesuatu. “persepsi” anak-anak kepada seni dan
keindahan perlu dekembangkan
3. Konsep Pendidikan Seni untuk Pembentukan Konsepsi
Kegiatan menggambar merupakan kegiatan mental dan pikir
yang dapat membentuk konsep. Konsep ini memandang seni
pada proses kegiatannya yang terkait dengan kemampuan
kognitif.
4. Konsep Pendidikan Seni untuk Pertumbuhan Mental dan
Kreatif
5. Konsep Seni sebagai Keindahan
6. Konsep Seni sebagai Imitasi
7. Konsep Seni sebagai Hiburan yang Menyenangkan
Pendidikan seni memiliki konsep yang disebut Konsep
Pendidikan Seni. Konsep tersebut yaitu konsep penularan seni
dan konsep pemfungsian seni.
Konsep penularan seni yaitu pendidikan dilakukan bertujuan
untuk menularkan seni oleh pihak penular kepada pihak
tertular, tujuannya yaitu mempersiapkan calon seniman,
pekerja, profesional di bidang seni.
Pemfungsian seni adalah memfungsididikkan seni untuk
mempersiapkan generasi yang bermutu. Peran seni yang
difungsikan untuk membantu menumbuhkembangkan
keseluruhan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Perbandingan Karakteristik Komponen Sistem
Akademik dari 2 Jenis Pendidikan Seni yang
Berkonsep Pemfungsian Seni dan Penularan Seni

Sistem Akademik Konsep Pemfungsian Konsep Penularan


Komposisi (Bidang Kajian Pendidikan (Bidang Kajian Seni : di SMK
Sistem Seni: SD/SMP/SMA ) Bagian Seni )
Membantu tumbuh Membantu tumbuh kembang
Tujuan Pembelajaran kembang aneka potensi potensi seni individu
setiap individu pembelajar pembelajar pada umumnya
Pembelajar Guru Profesional Guru Profesional
Siswa pada usia sekolah Siswa pada usia sekolah,
Pebelajar
tanpa prasyarat potensi seni dengan prasyarat potensi seni
Bahan Pelajaran Kurikulum pendidikan Kurikulum pendidikan
(sumber) umum kejuruan
Metode/Pendekatan Pendekatan Laboratorium Pendekatan bengkel dan
Pembelajaran dan Progresif Laboratorium
Tempat dan Waktu
Belajar
Dijadwal (terikat) Dijadwal (terikat)
• Sistem pendidikan seni di awal sejarahnya, prosesnya
banyak berbasis pada sistem aprentisip, sanggar atau
studio kemudian bergeser ke sistem akademik pendidikan.
Sistem pendidikan seni model pertama ini menganut
prinsip pendidikan di dalam seni (education in arts).
• Konsep Pendidikan Seni berdasarkan konsep penularan,
berbeda-beda di setiap sistem pendidikan seni yang ada di
Indonesia, yaitu meliputi Sistem Pewarisan, Sistem
Aprentiship, Sistem Akademik, Sistem Sanggar, dan Sistem
Otodidak.
1. Sistem Pewarisan
Sistem penularan kemampuan berkesenian oleh orang tua yang
memiliki seni (seorang seniman) kepada anak kandungnya. Jadi
ini merupakan sistem pewarisan bakat dari orang tua kepada
anaknya dari garis darah mereka.
2. Sistem Aprentisip
Adalah seorang master/seniman mewariskan semua ilmunya
kepada seorang aprentis, yaitu anak yang memiliki keinginan
untuk mengembangkan kemampuannya di bidang berkesenian,
minimal dia memiliki bakat dasar untuk mengenal seni.
3. Sistem Akademik
Penularan ini dilakukan dengan cara penularan kemampuan
berkesenian dari guru ahli berdasarkan teori pengetahuan seni
kepada peserta didiknya. Ini biasanya yang berlaku di sekolah-
sekolah.
4. Sistem Sanggar
Yaitu penularan pengalaman berkesenian antar seniman muda.
Hal ini sanggar merupakan tempat proses pembelajarannya
tidak ada orang yang dianggap lebih dari mereka – mereka
sendiri. Intinya tidak ada guru di dalamnya. Di sanggar siapa
yang mengajar dan diajar adalah sama. secara merata mereka
bisa menjadi guru, dan bisa juga menjadi murid. Mereka hanya
tinggal menyampaikan pengalaman mereka jika yang lain
merasa dia yang lebih tahu, lebih bisa, lebiah terampil dalam
bidang itu.
5. Sistem Otodidak
Sistem penularan kesenian dari sumber daya apapun yang
dipandang kompeten oleh pembelajaran calon seniman.
Sistem ini sama dengan sistem sanggar dimana tidak ada guru
tetap dalam sistem pembelajarannya. Tetapi berbeda, karena
orang ini belajar dari berbagai hal yang ia temui.
1. Mengembangkan sensitivitas persepsi indriawi pada anak
melalui pengalaman yang kreatif sesuai karakter dan jenjang
perkembangan pada pendidikan.
2. Memberikan stimulus pada anak pada pertumbuhan ide-
ide yang imajinatif dan dapat menemukan berbagai
penemuan atau gagasan yang kreatif dalam memecahkan
masalah artistik atau estetik melalui proses eksplorasi, kreasi,
presentasi dan apresepsi sesuai minat dan potensi diri yang
dimiliki anak di tiap jenjang pendidikan.
3. Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan
kesenian dengan disiplin ilmu lain yang serumpun atau tidak
serumpun melalui berbagai pendekatan keterpaduan yang
sesuai karakter keilmuannya.
4. Mengembangkan kemampuan untuk berapresiasi seni
dalam konteks sejarah dan dapat menghargai berbagai
macam budaya lokal juga global, sebagai sarana pembentukan
saling toleransi dan demokratis dalam masyarakat yang
majemuk.
1. Aspek Pengetahuan
Pengetahuan mengenai seni didapat dari sumber-sumber yang
ada, seperti dari buku-buku seni maupun dari ahli seni itu sendiri.
2. Aspek Apresiasi
Kegiatan apresiasi dapat dilakukan di dalam atau di luar kelas.
Kegiatan apresiasi seni dalam kurikulum dituangkan dalam pokok
bahasan pergelaran.
3. Aspek Pengalaman Kreatif
Praktek berkarya seni rupa, praktek menyanyi dan bermain
instrumen, praktek menari adalah persoalan pengalaman kreatif.
Terdapat dua pendekatan pendidikan seni pada jalur sekolah
yakni “seni dalam pendidikan” dan “pendidikan melalui seni”.

1. Pendekatan seni dalam pendidikan adalah sebagai


bentuk pendidikan seni sebagai upaya pewarisan dan
sekaligus pengembangan atas beragam seni kepada
anak didik. Pada gilirannya dapat dihasilkan calon-calon
seniman yang handal.
2. Pendidikan melalui seni adalah bentuk pendidikan seni
yang digunakan sebagai upaya, sarana, alat atau media
pencapaian sasaran pendidikan secara umum. Melalui
pendidikan seni diharapkan dapat menghasilkan anak
didik yang memiliki keterampilan, kreatif dan inovatif.
Konsep Pendidikan Seni harus mampu berperan sebagai
media untuk memenuhi:
1) Kebutuhan dasar pendidikan manusia (Basic Experience in
Education),
2) Kebutuhan dasar etika dan estetika,
3) Kebutuhan pengembangan sikap dan kepribadian,
4) Determinan terhadap peningkatan kecerdasan lainnya.
Untuk itu, siswa harus diarahkan agar memiliki pengalaman-
pengalaman bidang seni khususnya musik, tari, dan rupa serta
mampu mengekspresikan dan berapresiasi musikal, gerak dan
rupa (Tim FBS UNNES, 2001).
Pendidikan Nasional mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
• Keberhasilan kegiatan pendidikan di sekolah perlu
memperhatikan berbagai dimensi perilaku. Brent G. Wilson
menafsirkan tiga dimensi perilaku dari Bloom, yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik menjadi tujuh dimensi perilaku
seni, meliputi 1) persepsi, 2) pengetahuan, 3) pemahaman,
4) analisis, 5) evaluasi, 6) apresiasi, 7) produksi.
• Ketujuh aspek tersebut bersifat berjenjang dan perlu
dipelajari siswa melalui seni yang beragam. Untuk itu dalam
penyusunan peta kompetensi dasar pendidikan seni perlu
digariskan perilaku yang akan dicapai, dengan
mempertimbangkan visi, misi, jenjang pendidikan, dan
perkembangan siswa didik (Surono, 2001).
• Berbagai fenomena menunjukkan bahwa sebagian
besar guru sering terjebak pada kompetensi akhir
(produksi) dalam proses pembelajaran seni, sehingga
cenderung mengesampingkan kepekaan indrawi. Cara
pengajaran semacam itu jelas tidak sesuai dengan
tujuan pendidikan seni meskipun mungkin siswa
sangat terampil, tetapi cenderung tidak mempunyai
kepekaan estetis, imajinatif, dan kreatif.
• Demikian pula dalam kegiatan apresiasi, siswa hanya
diberi pengetahuan teoretis, hafalan, cara berkarya
seni, tetapi tidak dengan serta merta diberi bagaimana
berempati, merenungkan, merasakan mengevaluasi,
dan menghargai.
Oleh karena itu pendidikan seni :
suatu proses dari pencapaian
kompetensi juga penting, bahkan lebih
utama dari produk akhir. Dengan kata
bahwa penyelenggaraan pendidikan
selayaknya tidak hanya berorientasi
produk, tetapi juga proses (Jazuli, 2000).

Anda mungkin juga menyukai