Anda di halaman 1dari 20

KONSEP, TUJUAN, DAN FUNGSI PENDIDIKAN SENI

DI SEKOLAH DASAR

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Kajian Bahan Ajar Bahasa dan Seni-
Budaya Pendidikan Dasar

Dosen Pengampu:
Dr. Iriaji, M.Pd

Oleh:
Fibri Ledia Alviana (222103802016)
Lilik Handayani (222103802060)
Novia Frisda Eldiana (222103811446)
Ririn Puji Utami (222103814235)
Rudi Prasetyo (222103801893)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN DASAR
Maret 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa terucapkan kepada Tuhan YME yang telah


memberikan rahmat dan karunia kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Makalah berjudul “Konsep, Tujuan, dan Fungsi Pendidikan
Seni di Sekolah Dasar” ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Kajian
Bahan Ajar Bahasa dan Seni-Budaya Pendidikan Dasar program Pasca Sarjana S2
Pendidikan Dasar.
Pendidikan seni merupakan bagian yang penting dalam pembentukan
karakter anak di sekolah dasar. Melalui pendidikan seni, anak dapat
mengembangkan kreativitas, imajinasi, dan kemampuan motoriknya. Selain itu,
pendidikan seni juga dapat membantu anak memahami dan mengekspresikan
perasaan serta emosi mereka.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Iriaji, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Bahan Ajar Bahasa dan
Seni-Budaya Pendidikan Dasar;
2. Mahasiswa kelas C Blitar;
3. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.
Penulisan makalah ini belum sempurna, untuk itu diharapkan saran dan
kritik yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. 1
KATA PENGANTAR ........................................................................... 2
DAFTAR ISI ......................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..............................................................................5
C. Tujuan ................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Pendidikan Seni di Sekolah Dasar...................................... 6
B. Tujuan Pendidikan Seni di Sekolah Dasar..................................... 12
C. Fungsi Pendidikan Seni di Sekolah Dasar..................................... 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................18
B. Saran.................................................................................................18
DAFTAR RUJUKAN .........................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makalah berjudul "Konsep, Tujuan, dan Fungsi Pendidikan Seni di
Sekolah Dasar" disusun berdasarkan adalah pentingnya pendidikan seni
dalam pembentukan karakter dan pengembangan potensi anak. Sebagai
wahana ekspresi, seni memungkinkan anak untuk mengekspresikan diri
secara bebas dan kreatif. Namun, masih banyak guru yang tidak memahami
sepenuhnya fungsi pendidikan seni di sekolah dasar. Padahal, pendidikan seni
memiliki banyak manfaat, seperti sarana pembinaan kreativitas, sarana
mengembangkan bakat, sarana pembinaan keterampilan, sarana pembentukan
pribadi, dan sarana pembinaan impuls estetik.
Penting bagi guru untuk memahami fungsi pendidikan seni di sekolah
dasar karena dapat membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan
kreatif dan pribadi anak. Dengan pemahaman yang baik tentang konsep,
tujuan, dan fungsi pendidikan seni, guru dapat memberikan pembelajaran
yang lebih efektif dan bermanfaat bagi anak. Selain itu, dengan memahami
fungsi pendidikan seni sebagai sarana pembinaan kreativitas,
mengembangkan bakat, dan pembentukan pribadi, guru dapat membantu anak
untuk menemukan potensi terbaik dalam diri mereka dan mengembangkan
kemampuan mereka dengan lebih baik. Dengan demikian, guru dapat
memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermanfaat bagi
anak dalam mengembangkan potensi mereka.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang di paparkan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep Pendidikan Seni di sekolah dasar?
2. Apa saja fungsi Pendidikan Seni di sekolah dasar?
3. Apa tujuan Pendidikan Seni di sekolah dasar?

4
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan tentang:
1. Konsep Pendidikan Seni di sekolah dasar
2. Fungsi Pendidikan Seni di sekolah dasar
3. Tujuan Pendidikan Seni di sekolah dasar

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidikan Seni di sekolah dasar


1. Konsep Seni
a. Asal Kata Seni
Seni berasal dari kata ”sani” dalam bahasa Sansekerta yang
berarti pemujaan, pelayanan, pemberian, permintaan atau pencarian
dengan hormat dan jujur (Sugriwa, 1957). Ada pula yang mengatakan
bahwa seni diambil dari istilah Belanda yaitu ―genie” atau jenius.
Timbulnya istilah fine art atau seni murni dalam abad ke-18,
disebabkan oleh pembedaan antara seniman dan kriyawan. Seniman
dianggap pekerja seni yang berurusan dengan kreativitas dan ekspresi,
sedangkan kriyawan adalah tukang yang bekerja dengan keterampilan
tangannya. Fine art bukanlah kesenian yang rumit, melainkan seni
indah atau beautiful. Seni yang mementingkan keindahan daripada
kegunaanya. Pada abad ke-19, di Inggris terdapat suatu usaha untuk
menyatukan kembali seni murni dan seni kriya tersebut yang
dipelopori oleh John Ruskin dan William Morris (Couto & Indrayuda,
2012).
Pemakaian istilah seni untuk pertama kalinya secara resmi di
Indonesia adalah dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan
Poerwadarminta yang artinya sesuatu yang halus dan atau indah
(Couto & Indrayuda, 2012). Keterangan selanjutnya menjelaskan
bahwa kata seni dipakai Poerwadarminta, bukan untuk
menterjemahkan kata art, yang artinya kemahiran atau seni rupa tetapi
fine art yang artinya (seni murni). Mungkin penulis kamus ini
beranggapan bahwa istilah seni sepadan dengan fine art.
Fine Art lantas dibedakan dengan aplied art yang hasil kerja
tukang, dan ini cocok dengan bahasa Melayu ―seni yang artinya
sesuatu yang halus, indah dan bernilai tinggi seperti karya sastra,

6
musik, teater, patung, seni lukis. Pengrajin menghasilkan karya yang
indah, tetapi itu tidaklah dianggap karya seni yang murni, tetapi karya
seni aplikasi/seni terapan (pandangan ini masih berlangsung sampai
sekarang). Pemakaian kata seni dalam KBBI dijelaskan sebagai
keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya,
keindahannya, dan sebagainya); dan karya yang diciptakan dengan
keahlian yang luar biasa, seperti tari, lukisan, ukiran (Couto &
Indrayuda, 2012: 106).

b. Seni Berdasarkan Pandangan Ahli


Pengertian Seni berdasarkan pandangan ahli dikelompokkan
menjadi 3 yaitu. Yang pertama seni sebagai karya seni (work of art)
dari ahli Joganatha dan George Dickie. Yang kedua, seni sebagai
kemahiran (skill) dari Aristoteles. Yang ketiga, seni sebagai kegiatan
manusia (human activity) dari Leo Tolstoy. Penjabaran berikut ketiga
konsep seni adalah sebagai berikut:
1. Pengertian seni sebagai benda/karya seni atau hasil kegiatan
diungkapkan antara lain oleh Joganatha. Ia mengatakan bahwa
seni atau keindahan adalah sesuatu yang menghasilkan
kesenangan, tetapi berbeda dengan sekadar rasa gembira karena
mempunyai unsur transendental atau spiritual. Sementara itu,
menurut George Dickie, pengertian seni sebagai artefak di sini
berhubungan dengan pemahaman tentang posisi benda seni dalam
budaya material, yakni klasifikasi benda buatan manusia secara
kultural. Sifat fisik benda seni mengandung nilai-nilai untuk
diapresiasi. Karya seni pada hakikatnya mewadahi nilai-nilai
personal manusia dan nilai-nilai sosial dengan berbagai ragam
wujudnya. Contoh: (a) Lukisan prasejarah di dinding Gua Leang-
leang memiliki nilai religi magis yang membangkitkan spirit dan
sugesti terhadap binatang buruan.
2. Seni dipahami sebagai kemahiran sebagaimana dikemukakan oleh
Aristoteles. Ia mengatakan bahwa seni adalah kemampuan

7
membuat sesuatu dalam hubungannya dengan upaya mencapai
suatu tujuan yang ditentukan oleh rasio/logika atau gagasan
tertentu. Contoh : (a) Pematung Bali dan Jepara mahir dan
terampil dalam memahat bermacam-macam bentuk patung dan
ukiran kayu yang bernilai seni atau fungsional. (b) Dalang Ki
Manteb Sudarsono mahir dalam menganimasi wayang-wayangnya
secara inovatif sehingga pergelaran wayang kulitnya menjadi
atraktif dan mengesankan.
3. Seni sebagai kegiatan manusia diungkapkan oleh Leo Tolstoy. Ia
mengatakan bahwa seni merupakan kegiatan sadar manusia
dengan perantaraan tanda-tanda lahiriah tertentu untuk
menyampaikan perasaan-perasaan yang telah dihayatinya kepada
orang lain sehingga mereka kejangkitan perasaan yang sama dan
juga mengalaminya. Sementara itu, menurut Bambang Sugiarto,
seni dalam arti sempit adalah kegiatan olah bentuk (dalam arti
material), olah teknik penyajian, dan olah pengalaman, pengkajian
ulang, dan eksplorasi kemungkinan baru dalam memandang,
merasakan, serta menghayati sesuatu dan upayaupaya
mendiagnosis kondisi zaman dan sebagainya. Contoh: (a) Ekspresi
wajah dan gerakan yang lucu dan konyol dari aktor komedi
Mandra mengundang gelak tawa para penonton. (b) Koreografer
dan penari Bagong Kussudiardja memiliki kemampuan besar
dalam mengungkapkan getaran perasaannya yang meluap-luap
melalui gerakan Tari Bedaya Gendeng yang lembut mengalir serta
dipadukan dengan iringan musik yang keras dan vokal yang
dominan.

c. Seni Berdasarkan Pandangan Masyarakat


Seni berdasarkan pandangan masyarakat menurut Wickiser ada
5 pandangan, yaitu seni sebagai: (1) imitasi, (2) keindahan, (3)
komunikasi ide, (4) hiburan, dan (5) ekspresi. Berikut ini dipaparkan
mengenai ke 5 padangan tersebut.

8
Pertama, Seni sebagai imitasi/ketukangan berdasarkan konsep
estetika Plato “memisis”. Kegiatan seni meniru alam, hasil seni tiruan
bentuk alam, dan seniman identik trampil ketukangan. Kedua, seni
sebagai keindahan. Berdasar pada filsafat “antropromorfis”, yaitu
memuja nilai kemanusiaan yang ideal. Segala imitasi yg memiliki
kualitas keindahan, atau alam indah bukanlah seni. Keindahan objektif
”standart of beauty” bukanlah keindahan subjektif. Memilii standart of
beauty: golden section, prinsip seni, cilpasastra, pencandraan.
Ketiga, seni sebagai komunikasi ide. Hakekat seni adalah
untuk mengkomunikasikan pengalaman estetik. Karya Seni identik
bahasa. Bahasa verbal; seni lambang/symbol. Keempat, seni sebagai
hiburan. Penyajian seni menimbulkan rasa senang. Seni memberi
kepuasan. Kualitas seni diukur dari menghibur/tidak menghibur.
Seniman yg berkualitas dapat mengikuti selera masyarakat. Selera
bersifat temporer, lokal, dan kelompok umur
Keenam, seni sebagai ekspresi. Pengaruh aliran
“ekspresionisme” adalah dari P. Cezane, P. Gauguin, & V. Van Gogh.
Kegitan seni bukan imitatif tetapi ekspresif. Seni juga bukan duplikatif
tetapi interpretative. Ukuran seni itu pribadi, unik, kreatif, seirama
dengan perkembangan panji kebebasan, hak asasi manusia, dan
teknologi.

2. Konsep Pendidikan Seni


Menurut Soetopo, S. (2015), Konsep Pendidikan Seni terbagi
menjadi Seni Dalam Pendidikan dan Pendidikan Melalui Seni. Seni dalam
Pendidikan bertujuan mewariskan, mengembangkan, dan melestarikan
berbagai jenis kesenian kepada peserta didik. Sedangkan pendidikan
melalui seni adalah seni dipandang sebagai sarana atau alat untuk
mencapai tujuan pendidikan bukan untuk tujuan seni. Konsep ini tidak
menyiapkan peserta didik menjadi seniman. Pembelajaran yang
menggunakan pendekatan ini lebih menekankan pada proses bukan hasil.
Pendidikan melalui seni menggunakan seni untuk mendorong

9
perkembangan peserta didik secara optimal menciptakan keseimbangan
rasional dan emosional,
Konsep Pendidikan Seni berikutnya adalah dari Purhanudin.
Menurut Purhanudin, M. V. (2019) dan Suhaya, S. (2016), konsep
Pendidikan Seni ada enam yaitu: Konsep Pendidikan Seni untuk Apresiasi,
untuk Pembentukan Konsepsi, untuk Pertumbuhan Mental dan Kreatif,
Seni sebagai Keindahan, Seni sebagai Imitasi dan Seni sebagai Hiburan
yang Menyenangkan. Keenam konsep tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Konsep Pendidikan Seni untuk Apresiasi
“Persepsi” anak-anak kepada seni dan keindahan perlu dekembangkan
melalui penghayatan langsung, baik melalui kegiatan menggambar
maupun kegiatan observasi, dengan mengunjungi obyek-obyek seni
seperti museum, sanggar seniman, pameran dan lainnya.
b. Konsep Pendidikan Seni untuk Pembentukan Konsepsi
Konsep ini bermula dari pemikiran bahwa “menggambar adalah alat
untuk mengungkapkan pikiran”. Gambar adalah bahasa yang
digunakan untuk melahirkan dan mengembangkan ide-ide.
Menggambar suatu obyek berarti menerjemahkan persepsi ke dalam
bahasa visual. Kegiatan menggambar merupakan kegiatan mental dan
pikir yang dapat membentik konsep. Konsep ini memandang seni pada
proses kegiatannya yang terkait dengan kemampuan kognitif.
c. Konsep Pendidikan Seni untuk Pertumbuhan Mental dan Kreatif
Menurut konsep ini, anak adalah idealnya, sedangkan seni adalah
sarananya. Maksud dari konsep ini adalah, bahwa seni merupakan
sarana bagi anak dalam proses pertumbuhan mental dan jiwa
kreatifnya.
d. Konsep Seni sebagai Keindahan
Konsep ini menyatakan bahwa seni identik dengan keindahan. Hasil
seni yang indah didapatkan dari benda-benda yang terseleksi.
e. Konsep Seni sebagai Imitasi

10
Menurut konsep ini yang dimaksud dengan kegiatan seni adalah
kegiatan meniru alam, dan setiap hasil seni haruslah tiruan dari bentuk
alam.
f. Konsep Seni sebagai Hiburan yang Menyenangkan
Konsep ini berpendapat bahwa seni haruslah sesuatu yang
menyenangkan dan dapat menghibur pengamat. Suatu karya disebut
karya seni jika dapat dinikmati oleh pengamat dan pengamat dapat
menangkap makna atau mengerti pesan/ide penciptaannya. Dalam
pendidikan seni di sekolah dasar, konsep pendidikan seni diarahkan
pada pembentukan sikap, sehingga terjadi keseimbangan intelektual
dan sensibilitas, rasional dan irasional, akal pikiran dan kepekaan
emosi.

Selain kedua pendapat ahli mengenai konsep pendidikan seni di


atas, maka definisi pendidikan perlu ditambahkan untuk memperjelas
pemahaman mengenai konsep Pendidikan Seni. Pendidikan menurut UU
No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Seni merupakan aktivitas manusia untuk mengkomunikasikan
pengalaman batin kepada orang lain, yang disajikan dalam tata susunan
indah/ menarik/mempesona, sehinga menimbulkan pengalaman baru bagi
pengamat. Dalam konteks pendidikan seni cenderung diartikan sebagai
kegiatan berkesenian. Kegiatan berkesenian itu terdiri dari tiga jenis yang
dilandasi cara pandang seni sebagai: (1) keterampilan, (2) ekspresi, dan (3)
pengalaman estetis.
Konsep Pendidikan Seni dapat disimpulkan melalui serangkaian
pemaparan di atas mengenai pendidikan dan konsep seni. Jika dipadukan
kedua pengertian ‘pendidikan’ dan ‘seni’ tersebut, maka pengertian

11
‘pendidikan seni’ dapat diartikan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi estetis dirinya sehingga memiliki
kemampuan seni sesuai hakekat seni diberikan di sekolah.

B. Fungsi Pendidikan Seni di sekolah dasar


Pendidikan Seni selalu hadir dalam kurikulum sekolah, karena seni
merupakan bagian dari kebutuhan manusia. Sebagaimana Pratt (1980: 54)
mengatakan, bahwa dalam menyusun kurikulum sebaiknya melibatkan lima
kebutuhan manusia (human needs), yakni “need for self-actualization, needs
for meaning, social needs, aesthetic needs, and survival needs”. Pernyataan
Pratt tersebut menunjukkan bahwa aesthetic needs dipandang sebagai bagian
yang esensial dari kurikulum sekolah, sehingga penting dilaksanakan di
sekolah-sekolah.
Pendidikan Seni sebagai aesthetic needs memiliki fungsi yang
esensial dan unik, sehingga mata pelajaran ini tidak dapat digantikan dengan
mata pelajaran lain. Berdasarkan berbagai kajian dan penelitian, baik secara
filosofis, psikologis maupun sosiologis ditemukan bahwa pendidikan seni
memiliki keunikan peran atau nilai strategis dalam pendidikan sesuai
perubahan dan dinamika masyarakat. Menurut pakar pendidikan seni dampak
hasil belajar seni antara lain: dapat meningkatkan daya kreativitas anak
(Dewey: , Read: 1970, dan Ross: 1978), dapat membantu pertumbuhan mental
anak melalui penyaluran ekspresi dan kreativitas, dapat meningkatkan
kemampuan apresiasi, dapat membantu perkembangan kepribadian dan
pembinaan estetik anak, dapat membantu mengembangkan perasaan anak
dapat digunakan sebagai sarana kesehatan mental dan sebagainya.
Fungsi pendidikan seni bagi anak didik dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
1. Seni sebagai wahana ekspresi
Ekspresi merupakan pernyataan kejiwaan yang berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia dalam mencari kepuasan. Ekpresi juga
merupakan kebutuhan manusia dalam mengkomunikasikan isi hatinya

12
kepada pihak lain. Berekpresi dalam seni berarti menuangkan isi hati
dengan menggunakan sarana gambar, gerak, nada suara atau kata. Bagi
anak-anak art itu bisa dijadikan alat/sarana untuk berekpresi “a means of
expretion”. Dalam berekspresi ini pikiran, perasaan dan emosi anak ikut
berperan.
Ekspresi anak dalam pendidikan seni menjadi hal yang diarahkan dengan
pemberian stimulus pengembangan kreativitasnya dalam berkegiatan seni.
Menurut Herawati dan Iriaji (1997: 15) ekspresi yang terjadi pada anak
dibagi menjadi dua macam, yaitu: Ekspresi kreatif dan ekspresi yang tidak
kreatif. Ekspresi kreatif adalah ekspresi yang mengandung kreativitas,
terutama yang dijumpai dalam kegiatan berolah seni. Artinya segala hasil
ungkapan anak baik berupa gambar, patung atau yang lainnya yang
menampakkan keunikan dan lain daripada yang lain. Sebaliknya ekspresi
tidak kreatif adalah ekspresi yang tidak menghasilkan nilai-nilai kreatif
atau merupakan hasil tiruan atau jiplakan. Berdasarkan pernyataan tersebut
dapat diketahui bahwa ekspresi kreatif merupakan aspek utama yang harus
dikembangkan oleh para guru sekolah dasar dalam pembelajaran seni yang
diberikan.
2. Seni sebagai sarana pengembangan/pembinaan kreatifitas.
Pembinaan ekspresi dapat menunjang pembinaan kreatifitas. Pada
umumnya kreatifitas diartikn sebagai daya atau kemampuan untuk
mencipta. Melalui kegiatan berolah seni kreatifitas atau daya cipta anak
dapat dikembangkan. Berolah seni yang dimaksudkan adalah melakukan
kegiatan pengenalan, eksperimen dalam berbagai bentuk jenis alat/bahan
dan teknik mewujudkan/menampilkan karya seni, baik melalui rupa,
gerak, nada suara atau kata. Membangkitkan dan membebaskan anak
untuk melakukan kegiatan berolah seni sesuai kemampuan dan minatnya
serta memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mencoba memecahkan
masalah ketika berolah seni sehingga menghasilkan hal-hal baru dan unik
baginya merupakan sarana yang baik dalam upaya membina dan
mengembangkan kreatifitas. Sebagimana dikatakan oleh tokoh-tokoh

13
seperti Dewey, Read and Ross, bahwa melalui pembelajaran seni dapat
membantu meningkatkan daya kreatifitas anak.
3. Seni sebagai sarana pengembangan bakat anak.
Secara umum orang berpendapat bahwa bakat anak dibawa sejak lahir,
namun bakat anak ini sulit berkembang jika tidak dipupuk. Bakat anak
dibidang seni dapat dipupuk melalui pembelajaran seni. Pendidikan seni
yang memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal dan menjelajah
berbagai media seni, serta sikap/dukungan dan motivasi guru yang positif
terhadap anak-anak untuk berpeluang memelihara dan mengembangkan
bakatnya.
Bakat seni merupakan anugerah yang tidak semua orang memilikinya
karena keunikannya dan potensi seni setiap orang memiliki kadar yang
berbeda-beda. Dengan pendidikan seni yang diberikan oleh guru yang jeli
melihat potensi yang dimiliki para siswa secara signifikan membantu
pengembangan bakat dan potensi seni yang dimilikinya. Tidak hanya
siswa yang berbakat saja, namun siswa yang memiliki kemauan keras
berlatih untuk dapat memiliki kemampuan dalam bidang kesenian juga
dapat dikembangkan.
4. Seni sebagai sarana pembinaan ketrampilan.
Ketrampilan berasal dari kata terampil yang berarti cekatan dalam
melakukan sesuatu. Untuk membantu menyalurkan dorongan ekspresi dan
kreativitas anak dibutuhkan suatu ketrampilan dasar. Dalam seni latihan
ketrampilan ini bukan tujuan utama, tetapi hanya sebagai sarana untuk
menunjang kelancaran berekspresi atau berkreativitas. Ketrampilan yang
diberikan bukanlah ketrampilan yang bersifat statis, tetapi lebih diarahkan
pada ketrampilan yang bersifat kondisional. Arti keterampilan yang
kondisional bersifat kreatif, produktif, dinamis dan mampu untuk tumbuh.
Jenis ketrampilan ini cocok untuk dikembangkan di sekolah-sekolah
umum. Melalui kegiatan berolah seni yang memberi cukup kebebasan
pada anak untuk melatih skill sejalan dengan dorongan ekspresi dan
kreativitasnya akan sangat bermanfaat bagi anak untuk membina dan
mengembangkan potensi ketrampilannya.

14
5. Seni sabagai sarana pembentukan kepribadian.
Kebiasaan berolah seni yang memperhatikan dan memberi keleluasaan
yang cukup terhadap subyek didik untuk menampilkan sifat-sifat
kepribadian, memberi peluang yang luas untuk pembentukan kepribadian.
Kepribadian dalam seni lebih diarahkan kepada tumbuhnya rasa cinta
terhadap kesenian bangsanya dan mau menerima kesenian asing yang
terseleksi. Dengan pengenalan benda-benda seni dan tokoh-tokoh seniman
serta lingkungan alam sekitar yang indah dapat menumbuhkan kecintaan
atau kebanggaan anak terhadap alam dan kesenian bangsanya. Dan ini
berarti telah mengurangi timbulnya penyimpangan-penyimpangan sifat
kepribadian yang merusak moral dan identitas jati diri bangsa.
6. Seni sebagai sarana pembinaan impuls estetik.
Secara naluri setiap anak memiliki impuls estetik. Jika naluri ini tidak
mendapat kesempatan tumbuh dan berkembang, maka naluri tersebut bisa
mati atau tumbuh kerdil. Melalui program pendidikan seni naluri/kepekaan
citarasa keindahan dapat dibina dan ditumbuh-kembangkan. Caranya
dimulai dari pengakraban dengan obyek yang bermuatan estetik, maka
seseorang akan semakin peka estetiknya. Kepekaan itu merupakan modal
dasar dalam mengapresiasi seni, berolah seni dan menghargai hasil budaya
bangsa sendiri, maupun bangsa lain.

C. Tujuan Pendidikan Seni di sekolah dasar


Menurut Purhanudin (2019), tujuan dibentuknya pendidikan seni
tidak mungkin terlepas dari kondisi masyarakat dan budaya lingkungannya.
Oleh karena itu, pengembangan tujuan pendidikan seni hendaknya
mendasarkan nilai-nilai, gagasan, siswa, dan pola-pola hidup kreatif melalui
latihan-latihan. Dengan kata lain bahwa tujuan tersebut hendaknya diarahkan
kepada pemahaman sepenuhnya terhadap seni berdasarkan nilai-nilai sosial
budaya, sehingga memberikan peluang bagi siswa untuk melakukan kegiatan
kreatif. Dengan di lakukannya Kegiatan kreatif sisswa tersebut menjadikan
manifestasi dari kemampuannya berkomunikasi dengan sesama dan
lingkungannya, serta merupakan bentuk aktualisasi diri dalam kehidupannya.

15
Maka dari itu pendidikan seni perlu memfokuskan perhatian kepada
kebutuhan dan kemampuan siswa yang sedang berlangsung di sekitarnya.
Pendidikan melalui seni, seni dipandang sebagai sarana atau alat
untuk mencapai tujuan pendidikan bukan untuk tujuan seni. Konsep ini tidak
menyiapkan peserta didik menjadi seniman. Pembelajaran yang menggunakan
pendekatan ini lebih menekankan pada proses bukan hasil. Pendidikan melalui
seni menggunakan seni untuk mendorong perkembangan peserta didik secara
optimal menciptakan keseimbangan rasional dan emosional, keseimbangan
kinerja otak kanan dan otak kiri (Soetopo, 2015).
Sedangkan menurut Suhaya (2016), pendidikan seni di sekolah
dasar, guru tidak mengajarkan bagaimana untuk menggambar, bagaimana
untuk menari dan bagimana untuk menyanyi saja, tetapi juga harus mengarah
kepada pembinaan dan pengembangan kreativitas untuk mengangkat bakat
dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Dalam pendidikan seni,
anak dibebaskan untuk mengekspresikan apa yang ada dalam jiwanya baik itu
melalui gambar, kegiatan menyanyi ataupun gerakan-gerakan tari. Bebas
berekspresi membuat anak dapat mengembangangkan apa yang ada dalam
dirinya, kreativitas anak untuk menciptakan sesuatu juga semakin
berkembang.
Tujuan pendidikan seni di sekolah dasar adalah untuk
mengembangkan kemampuan seni dan kreativitas anak, membantu mereka
menemukan potensi terbaik dalam diri mereka, serta memahami keindahan
dan keunikan seni. Selain itu, tujuan lainnya adalah memberikan pengalaman
belajar yang menyenangkan dan bermanfaat bagi anak serta membantu anak
memperoleh keterampilan teknis dalam seni. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan seni di sekolah dasar sangat penting untuk
perkembangan anak dan harus diberikan perhatian yang serius oleh para
pendidik.
Pada usia SD, anak mengalami masa keingintahuan dan
perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotor yang cepat.
Perkembangan anak ini akan terhambat jika mereka “dibunuh” rasa
keingintahuan dan kreativitas mereka. Kreativitas anak pada masa ini sangat

16
beragam sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan otak mereka.
Oleh karena itu, untuk menunjang perkembangan kreativitas anak agar
tumbuh optimal, pendidikan seni memegang peranan yang sangat penting
yaitu sebagai sarana yang dapat memfasilitasi anak dalam mengekspresikan
pikiran dan jiwa mereka. Tentu dengan bimbingan dan arahan dari guru,
pendidikan seni sangat membantu dalam meningkatkan dan
mengoptimalisasikan perkembangan kreativitas anak.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Makalah ini, telah dibahas konsep, fungsi, dan tujuan pendidikan
seni di sekolah dasar. Pendidikan seni di sekolah dasar adalah bagian penting
dari pendidikan anak. Pendidikan seni dapat membantu anak
mengembangkan kreativitas, daya imaginasi, kemampuan ekspresi diri, serta
mengembangkan keterampilan teknis dalam seni. Fungsi pendidikan seni di
sekolah dasar mencakup beberapa aspek, seperti sarana ekspresi, sarana
pembinaan kreativitas, sarana mengembangkan bakat, sarana pembinaan
keterampilan, sarana pembentukan pribadi, dan sarana pembinaan impuls
estetik.
Tujuan pendidikan seni di sekolah dasar adalah untuk
mengembangkan kemampuan seni dan kreativitas anak, membantu mereka
menemukan potensi terbaik dalam diri mereka, serta memahami keindahan
dan keunikan seni. Selain itu, tujuan lainnya adalah memberikan pengalaman
belajar yang menyenangkan dan bermanfaat bagi anak serta membantu anak
memperoleh keterampilan teknis dalam seni. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan seni di sekolah dasar sangat penting untuk
perkembangan anak dan harus diberikan perhatian yang serius oleh para
pendidik. Dengan pemahaman yang baik tentang konsep, fungsi, dan tujuan
pendidikan seni, guru dapat memberikan pembelajaran yang lebih efektif dan
bermanfaat bagi anak dalam mengembangkan potensi mereka di bidang seni.

B. Saran
Berikut ini adalah beberapa saran untuk pembaca, guru, dan calon
guru terkait dengan makalah konsep, fungsi, dan tujuan pendidikan seni di
sekolah dasar:
1. Bagi pembaca, makalah ini dapat menjadi referensi yang untuk
memahami konsep, fungsi, dan tujuan pendidikan seni di sekolah dasar.

18
2. Bagi guru, makalah ini dapat menjadi panduan untuk memberikan
pembelajaran seni yang lebih efektif dan bermanfaat bagi anak. Guru
dapat memahami lebih dalam fungsi dan tujuan pendidikan seni di
sekolah dasar, dan bagaimana memberikan pembelajaran yang sesuai
dengan potensi dan kebutuhan anak. Selain itu, guru juga dapat
menemukan cara-cara kreatif untuk membantu anak mengembangkan
kemampuan seni dan kreativitas mereka.
3. Bagi calon guru, makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan
panduan untuk mempersiapkan diri menjadi guru seni yang baik. Calon
guru dapat mempelajari konsep, fungsi, dan tujuan pendidikan seni di
sekolah dasar dengan lebih baik dan mempersiapkan diri untuk
memberikan pembelajaran seni yang baik dan bermanfaat bagi anak.

19
DAFTAR RUJUKAN

Couto, N. C., & Indrayuda. (2012). Pengantar Sosiologi Seni. UNP Press Padang.
Dewey, Jhon. 1970. Middle Works. Southern Illinois University Press.
Herawati, I.S. dan Iriaji. 1998. Pendidikan Seni Rupa. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Purhanudin, M. V. (2019). PENDIDIKAN SENI DALAM MENINGKATKAN
KREATIVITAS SISWA SEKOLAH DASAR. WASPADA (Jurnal Wawasan
Pengembangan Pendidikan), 6(2), 12-23.
Pratt, D.1980. Curriculum Design and Development. San Diago. Harcoutt Brace
Jovanovich Publisher
Restian, A., Regina, B. D., & Wijoyanto, D. (2022). Seni Budaya Jawa dan Karawitan.
UMMPresst
Soetopo, S. (2015). Pembelajaran Seni Di Sekolah Dasar. Jurnal Inovasi Sekolah
Dasar, 2(1), 25-32.
Suhaya, S. (2016). Pendidikan Seni Sebagai Penunjang Kreatifitas. JPKS (Jurnal
Pendidikan dan Kajian Seni), 1(1).
Wickiser, Ralph L. (1974). Terjemahan AJ Suhardjo. An Introduction to Art
Education. Malang: P2MT IKIP Malang.
 

20

Anda mungkin juga menyukai