Leadership is a concept that has been set out clearly in Islam . leadership in view
of the Qoran is not just a social contract between the leaders of the community ,
but it is a covenant between him and Allah swt . Leadership is a mandate ,
entrusted Allah, it is not something that is requested, more over run and
contested. Islam has also established four criterias of a leader. Everything has
been collected at the four properties who owned by the prophets / apostles as
the leader of his people , namely : (1) Shidq; (2) Mandate; (3) Fathonah; (4)
Tabligh, the delivery is honest and responsible for all actions taken
( accountability and transparency ). In the process of the appointment of a
person as a leader there is the involvement of anyone other than Allah , namely
the public. Because the people who choose the leader is consequently people
have to obey their leaders, love, like, or at least do not hate. On the other hand,
leaders are required to understand and heed the will of the people suffering. For
the history of the apostles was not sent except those able to understand the
language (the will of) his people and understand (distress) them.
Pendahuluan
Perihal kepemimpinan dalam Islam ini sudah ada dan berkembang, tepatnya
pasca Rasulullah SAW wafat. Wacana kepemimpinan ini timbul karena sudah
tidak ada lagi Rasul atau nabi setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Dalam firman
allah SWT dikatakan bahwa al-qur’an itu sudah bersifat final dan tidak dapat
diubah-ubah lagi. Sehingga Rasulullah SAW adalah pembawa risalah terakhir dan
penyempurna dari risalah-risalah sebelumnya
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-qur’an) sebagai kalimat yang benar dan
adil. Tak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya.”(QS: al-anam, 115)
Setelah Rasulullah SAW wafat, berdasarkan fakta sejarah dalam Islam, Umat
Islam terpecah belah akibat perdebatan mengenai kepemimpinan dalam Islam,
khususnya mengenai proses pemilihan pemimpin dalam Islam dan siapa yang
berhak atas kepemimpinan dalam Islam. Sehingga defenisi dan makna
kepemimpinan, serta kewenangan yang harus dilaksanakan dengan prinsip-
prinsip yang digariskan al-qur’an atau sunnah. 1 Manusia sebagai pelaksana
kepemimpinan yang mana harus, memiliki kemampuan dalam mempengaruhi
orang-orang untuk mencapai suatu tujuan.
1
Muhammad Ahmad, Al-Buraey, Islam Landasan Alternative Administrasi Pembangunan, Jakarta,
CV Rajawali, 1985, Hlm 375.
Al-qur’an menyebut manusia sebagai khalifah dimuka bumi. Perkataan khalifah
dipakai setelah rasulullah SAW wafat, para sahabat rasul yang dikenal dengan
dengan sebutan khalifahur-Rasyidin atau dengan perkataan lain yaitu ”Amir”
disebut juga penguasa. Dengan maksud allah SWT untuk menyatakan pemimpin
yang bersifat non formal, dalam firman Allah:
Dalam ayat ini tidak sekedar menunjukan pada para khalifah pengganti rasulullah
SAW, Bahwa Allah SWT menciptakan nabi Adam dan anak cucunya yang disebut
manusia dan dibebani tugas untuk memakmurkan bumi. Tugas yang
diandangnya itu menempatkan setiap manusia sebagai pemimpin, yang
menyentuh dua hal penting dalam kehidupannya dimuka bumi. Tugas pertama
adalah menyerukan dan menyuruh orang lain berbuat amal makruf. Sedangkan
tugas kedua adalah melarang atau menyerukan atau menyuruh orang lain
meninggalkan perbuatan mungkar.2
2
H. Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, Yokyakarta,Gajah Mada Unuversiuty
Press,2001, Hlm, 17
serta bagaimana penjabaran konsep itu dalam pembuatan kebijakan atau
program.
“Ketahuilah, bahwa kamu sekalian adalah sebagai pemimpin dan kamu sekalian
bertanggung jawab terhadap pimpinannya(rakyatnya). Maka sebagai Amir
(pemimpin) yang memimpin manusia yang banyak adalah sebagai pemimpin
yang bertanggung jawab atas pimpinannya(rakyatnya). Dan seorang
suami(lelaki) adalah sebagai pemimpin bagi keluarganya dan ia bertanggung
jawab terhadap mereka. Seorang istri (wanita) adalah sebagai pemimpin
dirumah, suaminya serta anaknya yang ia bertanggung jawab terhadap mereka.
Dan seorang hamba (budak) adalah sebagai pemimpin dalam menjaga harta
tuannya. Ketahuilah, kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian
bertanggung jawab terhadap pimpinannya. “(HR. Bukhari dan Muslim)
pemimpin suatu kelompok adalah pelayan kelompok tersebut. Oleh karena itu,
pemimpin hendaklah melayani dan menolong orang lain untuk maju. ( HR. Abu
Naim Bahwa).3
Pengertian Pemimpin
Kepemimpinan dan Pemimpin dan dalam suatu organisasi atau lembaga, dalam
tulisan “pemimpin dan kepemimpinan “, oleh Kartini Kartono, diterbitkan PT
Raja Grapindo persada, jakarta 2008 mendefenisikan pemimpin adalah seorang
pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan kelebihan
disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk
3
bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau
beberapa tujuan. Maka pemimpin dapat dikatakan sebagai seorang yang
memiliki satu atau beberapa kelebihan sebagai predisposisi( bakat yang dibawa
sejak lahir), dan merupakan kebutuhan dari satu situasi atau zaman, sehingga dia
mempunyai kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbung
bawahan. Dia juga mendapatkan pengakuan serta dukungan dari bawahannya
dan mampu menggerakan bawahan kearah tujuan tertentu.
Kepemimpinan sebagai bagian dari politik- adalah bagian dari ajaran agama
Islam. Tidak benar pernyataan yang mengatakan bahwa agama tidak boleh
dibawa kedalam politik. Karena politik itu artinya adalah mengatur, sementara
fungsi utama agama adalah mengatur kehidupan manusia. Jadi politik harus
bersendikan agama. Agama harus dijadikan pedoman berpolitik dan memberikan
pencerahan beragama harus jadi tujuan dalam agenda politik.
Dengan bersendikan agama dan agama sebagai tujuan berpolitik maka akan
terwujud politik yang bersih, bermoral, saling menghormati dan saling
membangun. Tapi sekarang ada kecenderungan agama hanya dijadikan “jualan”
politik, tujuannya untuk meraih suara dan menampilkan kesan baik calon. Yang
seperti ini tidak seiring dengan pernyataan kita bahwa agama harus jadi panduan
dan tujuan politik.
Karena politik dan kepemimpinan adalah satu bagian dari agama islam, maka
sangat banyak dijumpai dalam al-Quran, hadis ataupun petuah Sahabat yang
membincangkan tentang tugas seorang pemimpin.
Akhir sekali, kenapa empat tugas ini penting dan harus dijadikan agenda utama
seorang pemimpin? Karena inilah petunjuk Al-Quran. Dan kita sebagai Muslim
sudah sepatutnya menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup kita. Dan karena
empat tugas di atas, pada kesimpulannya, bertujuan membentuk masyarakat
yang sejahtera dan bertakwa/mendapat keridhaan dari Allah.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah. (QS Al-Ahzab:21)
Sidiq/Jujur
Khalifah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu juga mendapatkan julukan ini (ash-
shiddiq). Ini semua menunjukkan hawa kejujuran merupakan salah satuperilaku
kehidupan terpenting para rasul dan pengikut mereka.Dan kedudukantertinggi
sifat jujur adalah “ash-shiddiqiyah” Yakni tunduk terhadap rasulsecara utuh (lahir
batin) dan diiringi keikhlasan secara sempurna kepadaPengutus Allah.
Imam Ibnu Katsir berkata, “Jujur merupakan karakter yang sangat terpuji, oleh
karena itu sebagian besar sahabat tidak pernah coba-coba melakukan kedustaan
baik pada masa jahiliyah maupun setelah masuk Islam. Kejujuran merupakan
cirrikeimanan, sebagaimana pula dusta adalah ciri kemunafikan, maka barang
siapajujur dia akan beruntung.” (Tafsir Ibnu Katsir 3/643)
Dalam Al-Qur’an surat At-taubah ayat 119, Allah SWT mengisyaratkan kepada
muslimin untuk senantiasa bersama orang-orang yang jujur.
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar.( QS. At-Taubah:119)
“Jauhilah dusta karena dusta akan membawa kepada dosa dan dosa
membawamu ke neraka. Biasakanlah berkata jujur karena jujur akan
membawamu kepada kebajikan dan kebajikan membawamu ke surga” (HR
Bukhari dan Muslim)
Amanah/Terpercaya
Terjadinya banyak kasus korupsi di negara kita, merupakan bukti nyata bahwa
bangsa Indonesia miskin pemimpin yang amanah. Para pemimpin dari mulai
tingkat desa sampai negara telah terbiasa mengkhianati kepercayaan masyarakat
dengan cara memanfaatkan jabatan sebagai jalan pintas untuk memperkaya diri.
Pemimpin semacam ini sebenarnya tidak layak disebut sebagai pemimpin,
mereka merupakan para perampok yang berkedok.
Mengenai nilai amanah, Daniel Goleman mencatat beberapa ciri orang yang
memiliki sifat tersebut.
Amanah erat kaitanya dengan janggung jawab. Pemimpin yang amanah adalah
pemimpin yang bertangggung jawab. Dalam perspektif Islam pemimpin bukanlah
raja yang harus selalu dilayani dan diikuti segala macam keinginannya, akan
tetapi pemimpin adalah khadim. Sebagaimana pepatah Arab
mengatakan “sayyidulqaumi khodimuhum”, pemimpin sebuah masyarakat
adalah pelayan mereka.
Tablig/Komunikatif
Tablig juga dapat diartikan sebagai akuntabel, atau terbuka untuk dinilai.
Akuntabilitas berkaitan dengan sikap keterbukaan (transparansi) dala kaitannya
dengan cara kita mempertanggungkawabkan sesuatu di hadapan orang lain.
Sehingga, akuntabilitas merupakan bagian melekat dari kredibilitas. Bertambah
baik dan benar akuntabilitas yang kita miliki, bertambah besar tabungan
kredibilitas sebagai hasil dari setoran kepercayaan orang-orang kepada kita[12].
Fathonah/Cerdas
Seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan di atas rata-rata masyarakatnya
sehinga memiliki kepercayaan diri. Kecerdasan pemimpin akan membantu dia
dalam memecahkan segala macam persoalan yang terjadi di masyarakat.
Pemimpin yang cerdas tidak mudah frustasi menghadapai problema, karena
dengan kecerdasannya dia akan mampu mencari solusi. Pemimpin yang cerdas
tidak akan membiarkan masalah berlangsung lama, karena dia selalu tertantang
untuk menyelesaikan masalah tepat waktu.
Contoh kecerdasan luar biasa yang dimiliki oleh khalifah kedua Sayyidina Umar
ibn Khattab adalah ketika beliau menerima kabar bahwa pasukan Islam yang
dipimpin oleh Abu Ubaidah ibnu Jarrah yang sednag bertugas di Syria terkena
wabah mematikan. Sebagai pemimpin yang bertanggung jawab, Umar ibn
Khattab segera berangkat dari Madinah menuju Syria untuk melihat keadaan
pasukan muslim yang sedang ditimpa musibah tersebut. Ketika beliau sampai di
perbatasan, ada kabar yang menyatakan bahwa keadaan di tempat pasukan
mulimin sangat gawat. Semua orang yang masuk ke wilayah tersebut akan
tertular virus yang mematikan. Mendengar hal tersebut, Umar ibn Khattab
segera mengambil tindakan untuk mengalihkan perjalanan. Ketika ditanya
tentang sikapnya yang tidak konsisten dan dianggap telah lari dari takdir Allah,
Umar bin Khattab menjawab, “Saya berplaing dari satu takdir Allah menuju takdir
Allah yang lain”.
Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka, niscaya mereka
mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan
mencegah perbuatan yang mungkar.
e. Tidak sombong; Menyadari bahwa diri kita ini adalah kecil, karena yang besar
hanya Allah SWT, sehingga allahlah yang boleh sombong. Sehingga kerendahan
hati dalam memimpin merupakan salah satu ciri kepemimpinan yang patut
dikembangkan.
Pemilihan Pemimpin
Ada banyak dimensi tentang kepemimpinan. Tetapi bagi kita, secara mendasar
kepemimpinan berarti mempengaruhi orang lain. Ini merupakan defenisi yang
luas dan termasuk didalamnya bermacam-macam perilaku yang diperlukan
untuk mempengaruhi orang lain. Sebagian besar perspektif kepemimpinan
memandang pemimpin sebagai sumber pengaruh. Pemimpin dalam memimpin
pada dasarnya mempengaruhi dan para pengikut mengikuti sebagai pihak yang
dipengaruhi.[15]
Al-Quran dan Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam sudah mengatur sejak
awal bagaimana seharusnya kita memilih dan menjadi seorang pemimpin.,
kepemimpinan dalam pandangan Al-Quran bukan sekedar kontrak sosial antara
sang pemimpin dengan masyarakatnya, tetapi merupakan ikatan perjanjian
antara dia dengan Allah swt. Kepemimpinan adalah amanah, titipan Allah swt,
bukan sesuatu yang diminta apalagi dikejar dan diperebutkan. Sebab
kepemimpinan melahirkan kekuasaan dan wewenang yang gunanya semata-
mata untuk memudahkan dalam menjalankan tanggung jawab melayani rakyat.
Para pakar telah lama menelusuri Al-Quran dan Hadits dan menyimpulkan
minimal ada empat kriteria yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai syarat
untuk menjadi pemimpin. Semuanya terkumpul di dalam empat sifat yang
dimiliki oleh para nabi/rasul sebagai pemimpin umatnya, yaitu: (1). Shidq, yaitu
kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap dan bertindak di dalam
melaksanakan tugasnya. Lawannya adalah bohong. (2). Amanah, yaitu
kepercayaan yang menjadikan dia memelihara dan menjaga sebaik-baiknya apa
yang diamanahkan kepadanya, baik dari orang-orang yang dipimpinnya, terlebih
lagi dari Allah swt. Lawannya adalah khianat. (3) Fathonah, yaitu kecerdasan,
cakap, dan handal yang melahirkan kemampuan menghadapi dan
menanggulangi persoalan yang muncul. Lawannya adalah bodoh. (4). Tabligh,
yaitu penyampaian secara jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakan
yang diambilnya (akuntabilitas dan transparansi). Lawannya adalah menutup-
nutupi (kekurangan) dan melindungi (kesalahan).
Catatan Kaki:
[4] Shalih Bin Ghanim As-Sadlan, Aplikasi Syariat Islam, Jakarta, Darul Fallah,
2002, Hlm 21
[6] Renoismanto.Tugas Pemimpin http://renoismanto.wordpress.com/2013/08/2
5/tugas-pemimpin/. Diakses 29 Januari 2014
[8] Bambumoeda. karakteristik-pemimpin-ideal-menurut-
islam. http://bambumoeda.wordpress.com/2012/05/29/karakteristik-pemimpin-
ideal-menurut-islam/.diakses 30 jan 2014
[14] QS.Al-Hajj (22 : 41)
Daftar Pustaka
Shahih Al-Bukhari dari Ibnu Umar r.a. no. 893, 2409, 2558, 2751, 5188, 5200
dan Shahih Muslim dari Ibnu Umar no. 4724, HR. Tirmidzi; bab al-jihad, HR. Abu
Dawud; bab al- Imarat dan HR. Ahmad; bab al-Iman.
Shalih Bin Ghanim As-Sadlan. 2002 Aplikasi Syariat Islam, (Jakarta, Darul Fallah)