Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PENELITIAN

POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP


KINERJA GURU DAN KARYAWAN

DIBUAT UNTUK MELENGKAPI


TUGAS PENELITIAN PENDIDIKAN EKONOMI
Dosen Pengampu : Drs. Kasidi, M.Si

Oleh
NAMA : AGUNG HIDAYAT
NPM : 09120002
JURUSAN : Pendidikan Ekonomi

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


IKIP VETERAN SEMARANG
2010
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap


Kinerja Guru dan Karyawan
2. Bidang Penelitian : Penelitian Mahasiswa
3. Ketua Peneliti :
 Nama Lengkap : Agung Hidayat
 Jenis Kelamin : Laki – laki
 NPM : 09120002
 Disiplin Ilmu : Ilmu Pendidikan
 Fakultas : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
 Alamat : Protomulyo, Kaliwungu Kendal
 Hp : 085727943133
4. Jumlah Peneliti : 1 ( satu ) orang
5. Lokasi Penelitian : SMK NU 03 Kaliwungu Kab. Kendal
6. Jumlah Biaya yg diusulkan: Rp. 20.000.000,00 ( Dua Puluh Juta Rupiah )

Semarang, 08 Mei 2010


Mengetahui,
Dekan FPIPS IKIP Veteran Semarang Peneliti,

Dra. Marheni Dwi S, M.Si Agung Hidayat


NIP. 19620823 1986 03 2 002 NPM : 09120002

Mengetahui,
Ketua Pusat Penelitian

Dra. Eko Heri Widiastuti, M.Hum


NIY. 617111960
PROPOSAL PENELITIAN

POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP


KINERJA GURU DAN KARYAWAN

I. Latar Belakang Masalah


Dalam pencapaian visi, misi dan tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan bersama oleh warga sekolah, diperlukan kondisi
sekolah yang kondusif dan keharmonisan antara tenaga
pendidikan yang ada di sekolah antara lain kepala sekolah, guru,
tenaga administrasi, dan orang tua murid / masyarakat yang
masing-masing mempunyai peran yang cukup besar dalam
mencapai tujuan organisasi.
Suatu organisasi akan berhasil dalam mencapai tujuan dan program-
programnya jika orang-orang yang bekerja dalam organisasi tersebut dapat
melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang dan tanggung
jawabnya. Agar orang-orang dalam organisasi tersebut dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik, maka diperlukan seorang pemimpin yang dapat
mengarahkan segala sumber daya menuju ke arah pencapaian tujuan. Dalam suatu
organisasi, berhasil atau tidaknya tujuan tersebut sangat dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu Pemimpin dan orang yang dipimpinnya. Agar kepemimpinan yang
dilaksanakan oleh pemimpin tersebut efektif dan efesien, salah satu tugas yang
harus dilakukan adalah memberikan kepuasan kepada orang yang dipimpinnya.
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin di lingkungan satuan
pendidikan harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
Kepemimpinan dalam lingkungan satuan pendidikan selalu melibatkan upaya
seorang kepala sekolah untuk mempengaruhi perilaku para pengikut/guru dalam
suatu situasi. Agar kepala sekolah dapat melaksanakan fungsi kepemimpinannya,
dia bukan saja harus memiliki wibawa tetapi harus memiliki kesanggupan untuk
menggunakan wibawa ini terhadap para guru supaya diperoleh kinerja guru yang
baik.
Dalam sebuah organisasi perlu ditetapkan azas-azasnya. Diantaranya
adalah pembagian tugas. Yang perlu diperhatikan dalam azas pembagian tugas ini
adalah kemampuan dari individu-individu yang diserahi tugas. Dengan demikian
dalam suatu organisasi perlu adanya manajemen efektif yang mampu mengarahkan
dan membina perilaku organisasi dan administrasi.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa sangat besar peranan dan
fungsi manajemen dalam suatu organisasi maupun dalam tatanan hidup di
masyarakat.
Hasibuan (2001:9) memberi batasan tentang manajemen adalah sebagai
berikut :
“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efesien
untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa manajemen adalah
merupakan suatu keahlian menggerakkan dan mengendalikan orang lain untuk
mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Dengan demikian aktifitas dari
kegiatan organisasi ditentukan oleh peran seorang pemimpin dan dibantu oleh
individu-individu yang menjadi bawahannya. Dan di setiap lembaga satuan
pendidikan tentu mempunyai seorang kepala sekolah sebagai pemimpin dan guru,
serta karyawan sebagai bawahannya.
Pemimpin oleh Winardi (2004:304) didefinisikan sebagai berikut :
“Pemimpin adalah seorang yang karena kecakapan-kecakapan
pribadinya dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok
yang dipimpinnya untuk mengerahkan usaha bersama ke arah pencapaian sasaran-
sasaran tertentu “.
Dari pendapat tersebut pengertian pemimpin mewujudkan adanya
kemampuan untuk menggerakkan, membimbing, memimpin dan memberi
kegairahan kerja terhadap orang lain. Jadi bila ditarik kesimpulan dari pendapat
diatas, pemimpin adalah orang yang dapat mempengaruhi, menggerakkan,
menumbuhkan perasaan ikut serta dan tanggung jawab, memberikan fasilitas,
tauladan yang baik serta kegairahan kerja terhadap orang lain.
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin di satuan pendidikan
merupakan pemimpin formal, artinya dia diangkat secara formal (Formally
Designated Leader) oleh organisasi yang bersangkutan atau organisasi yang
menjadi atasannya.
Guru ( pendidik ) menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab XI pasal 39 adalah :
“Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”.
Tenaga guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai
peran sebagai faktor penentu keberhasilan tujuan organisasi selain tenaga
kependidikan lainnya, karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta
didik, untuk memberikan bimbingan yang muaranya akan menghasilkan
tamatan/lulusan yang diharapkan. Untuk itu kinerja guru harus selalu
ditingkatkan. Upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja itu biasanya dilakukan
dengan cara memberikan motivasi, mengadakan supervisi, memberikan insentif,
memberikan kesempatan yang baik untuk berkembang dalam karir, meningkatkan
kemampuan, dan gaya kepemimpinan yang baik. Sementara kinerja guru dapat
ditingkatkan apabila yang bersangkutan merasa senang dan cocok dengan gaya
kepemimpinan yang terapkan oleh kepala sekolah.
Kinerja guru atau prestasi kerja (performance) merupakan hasil yang
dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan
waktu. Kinerja guru akan baik jika guru telah melaksanakan unsur-unsur yang
terdiri kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan
mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas
lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran , kerjasama dengan semua
warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang
baik, jujur dan obyektif dalam membimbing siswa, serta tanggung jawab terhadap
tugasnya. Oleh karena itu tugas kepala sekolah selaku pemimpin adalah melakukan
penilaian terhadap kinerja guru. Penilaian ini penting untuk dilakukan mengingat
fungsinya sebagai alat evaluasi kepemimpinan bagi kepala sekolah.
Pada penulisan skripsi ini, penulis memberi batasan pada masalah
keterkaitan antara kepemimpinan kepala sekolah, dan kinerja guru. Realita
mengatakan bahwa kreatifitas dan kinerja guru yang ada di sebuah lembaga
pendidikan bergantung dari bagaimana peran seorang kepala sekolah dalam
memberi kebijakan atau perintah kepada guru. Oleh karena itu kepala sekolah
dituntut untuk menerapkan kepemimpinan secara benar dan konsekwen. Karena
kepemimpinan inilah yang nantinya banyak mempengaruhi perilaku pengikut-
pengikutnya.
Berdasarkan uraian tersebut akhirnya penulis tertarik dan ingin
membahasnya dalam sebuah karya tulis ilmiah tentang “POLA
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU
DAN KARYAWAN”.

II. Identifikasi Masalah


Agar tidak mengaburkan persepsi dan mempermudah pemahaman
terhadap keseluruhan pembahasan dalam skripsi, maka perlu identifikasi masalah
sebagai berikut :
- Ada siswa SMK NU 03 Kaliwungu yang belum lulus Ujian Nasional
gelombang I Tahun Pelajaran 2009 -2010
- Pembagian tugas mata pelajaran kepada guru, belum sesuai dengan disiplin
ilmu.
- Munculnya keluhan siswa tentang seringnya jam pelajaran yang kosong.
- Tidak habisnya materi pembelajaran sesuai target kurikulum

III. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian maka dapat
diajukan rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah hubungan pola
kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru dan karyawan di SMK NU 03
Kaliwungu”

IV. Tujuan Penelitian


1. Untuk melengkapi tugas mata kuliah penelitian ilmu ekonomi.
2. Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini dilakukan dengan tujuan
Untuk mengetahui hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja
guru di SMK NU 03 Kaliwungu
V. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi pemerintah/Dinas Pendidikan Nasional hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat untuk menentukan kebijakan yang berkaitan dengan
kepemimpinan kepala sekolah sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja
guru.
2. Bagi Instansi yang diteliti hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
dalam mengembangkan secara umum terhadap Manajemen Sumber Daya
Manusia, khususnya yang menyangkut masalah dalam menyusun strategi
peningkatan kinerja guru.
3. Bagi IKIP Veteran Semarang, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
menambah koleksi perpustakaan IKIP Veteran Semarang.
4. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan dapat dijadikan referensi untuk
memperluas wawasan pengetahuan dan penelitian lebih lanjut.

VI. Kajian Pustaka


A. Kerangka Pikir
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Sebagaimana sekolah dipahami sebagai suatu organisasi,
kepemimpinan dan manajemen menjadi menarik untuk kaji.
Sebagai suatu organisasi, sekolah memerlukan tidak hanya
seorang manajer untuk mengelola sumber daya sekolah, yang
lebih banyak berkonsentrasi pada permasalahan anggaran dan
persoalan adminstratif lainnya, melainkan juga memerlukan
pemimpin yang mampu menciptakan sebuah visi dan mengilhami
staf dan semua komponen individu yang terkait dengan sekolah.
Wacana ini mengimplikasikan bahwa baik pemimpin maupun
manajer diperlukan dalam pengelolaan sekolah.
Berbeda dengan organisasi lain, sekolah merupakan bentuk organisasi
moral, yang berbeda dengan bentuk organisasi lainnya, terutama yang berorientasi
pada keuntungan (laba). Sebagai suatu organisasi, menurut Rumtini Iksan
(http://www.depdiknas.go.id :2005) kesuksesannya tidak hanya ditentukan oleh
kepala sekolah melainkan juga oleh tenaga kependidikan lainnya dan proses
sekolah itu sendiri. Hal tersebut membawa konsekuensi logis bahwa kepala
sekolah berkewajiban mengkoordinasikan ketenagaan di sekolah untuk menjamin
terimplementasikannya peraturan dan perundangan sekolah. Dalam perannya
tersebut, kepala sekolah dapat berfungsi sebagai motivator, direktur, dan evaluator.
Kepala sekolah adalah pemimpin pada satu lembaga satuan
pendidikan. Tanpa kehadiran kepala sekolah proses pendidikan
termasuk pembelajaran tidak akan berjalan efektif. Kepala
sekolah adalah pemimpin yang proses keberadaannya dapat
dipilih secara langsung, ditetapkan oleh yayasan, atau ditetapkan
oleh pemerintah. Menurut Awaludin Hamzah (http://www.pikiran-
rakyat.com: 25 Oktober 2004) Ada tiga syarat yang harus
dipenuhi untuk menjadi kepala sekolah yaitu :
1. Aspek Akseptabilitas
Akseptabilitas adalah aspek mengandalkan dukungan riil
dari komunitas yang dipimpinnya. Seorang kepala sekolah harus
mendapat dukungan dari guru-guru dan karyawan lembaga yang
bersangkutan sebagai komunitas formal yang dipimpinnya.
Dukungan ini juga secara nonformal harus mendapat pula dari
masyarakat pendidikan termasuk komite sekolah sebagai wadah
organisasi orang tua/wali siswa.
Seorang kepala sekolah sah menjadi pemimpin apabila
mendapat dukungan riil dari masyarakat yang dipimpinnya, hal
ini untuk memudahkan kinerja tugas serta menghindarkan dari
sikap apriori atau pembangkangan dari yang dipimpinnya.
Sesungguhnya jika seseorang yang memimpin tidak dikehendaki
oleh yang dipimpin akan menimbulkan ketidakserasian dalam
pelaksanaan tugas.
Aspek akseptabilitas ini dalam teori organisasi disebut
legitimasi (pengakuan) yakni kelayakan seorang pemimpin untuk
diakui dan diterima keberadaannya oleh mereka yang dipimpin.
Untuk mendapatkan legitimasi, sebaiknya kepala sekolah dipilih
langsung oleh guru-guru.
Hanya orang yang dipilih melalui proses pemilihan seperti ini
biasanya seorang pemimpin mendapat dukungan yang nyata.
Tentunya melalui tahapan seleksi yang ketat tidak asal memilih.
Kepemimpinan seperti ini akan memiliki legitimasi yang sangat
kuat jika melalui proses pemilihan langsung yang dilaksanakan
secara adil, jujur, dan transparan.
2. Aspek kapabilitas
Aspek kapabilitas menyangkut kompetensi (kemampuan)
untuk menjalankan kepemimpinan. Untuk menjadi kepala sekolah
tidak hanya cukup mendapat pengakuan dari guru-guru sebagai
pendukungnya tapi juga harus memiliki kemampuan memimpin.
Selain itu, memiliki kemampuan dalam mengelola sumber
daya yang ada dari orang-orang yang dipimpinnya agar tidak
menimbulkan konflik. Kapabilitas ini sangat diperlukan bagi
seorang kepala sekolah, melalui pengalaman yang cukup
memadai serta pengetahuan mengenai manajemen sekolah dan
pendidikan lainnya. Apabila kepala sekolah tidak memiliki
kemampuan dalam mengelola dapat dipastikan lembaga yang
dipimpinnya tidak akan berjalan efektif dan ada kemungkinan
berantakan. Konflik biasanya muncul karena adanya berbagai
kepentingan dan gagasan yang kurang terakomodasi dengan
sempurna. Apabila konflik ini dikelola dengan baik serta
mengakomodasi hal-hal yang secara realistis dapat dilaksanakan,
akan melahirkan sebuah kesepakatan dan pemahaman yang
akan terasa elok apabila dilaksanakan secara bersama dengan
penuh tanggung jawab.

3. Aspek integritas

Aspek integritas adalah sebuah persyaratan yang sempurna apabila aspek


akseptabilits dan kapabilitas terpenuhi. Dengan persyaratan ini seorang kepala
sekolah dapat menghasilkan produk kepemimpinan yang sempurna dan diterima
oleh khalayak.

Secara sederhana, integritas artinya komitmen moral dan berpegang teguh


terhadap aturan main yang telah disepakati sesuai dengan peraturan dan norma
yang semestinya berlaku. Faktor ini akan menentukan wibawa dan tidaknya
seorang kepala sekolah.

Suatu penghargaan akan diberikan terhadap seorang pemimpin apabila


memegang teguh janjinya serta komitmennya terhadap sesuatu yang telah
disepakatinya. Jadi, integritas adalah menyangkut konsistensi dalam memegang
teguh aturan main atau norma-norma yang berlaku di dunia pendidikan.

Selain tiga persyaratan tersebut, kepala sekolah sebagai seorang manajer di


lembaga pendidikan juga harus memiliki tiga kecerdasan pokok, yaitu : kecerdasan
profesional, kecerdasan personal dan kecerdasan manajerial agar dapat bekerja
sama dan mengerjakan sesuatu dengan orang lain. Rosyada (2004:240-242)
mengklasifikasikan kemampuan manajerial yang harus dipertimbangkan sebagai
langkah awal mengerjakan berbagai tugas manajerial, yaitu :
1. Kemampuan mencipta, yang meliputi : selalu mempunyai ide-ide bagus,
selalu memperoleh solusi-solusi untuk berbagai problem yang biasa dihadapi,
mampu mengantisipasi berbagai konsekuensi dari pelaksanaan berbagai
keputusan dan mampu mempergunakan kemampuan berfikir imajinatif
(lateral thingking) untuk menghubungkan sesuatu dengan yang lainnya yang
tidak bisa muncul dari analisis dan pemikiran-pemikiran empirik.
2. Kemampuan membuat perencanaan, yang meliputi : mampu menghubungkan
kenyataan sekarang dan hari esok, mampu mengenali apa-apa yang penting
saat itu dan apa-apa yang benar-benar mendesak, mempu mengantisipasi
kebutuhan-kebutuhan mendatang, dan mampu melakukan analisis.
3. Kemampuan mengorganisasi, yang meliputi : mampu mendistribusikan tugas
dan tanggung jawab yang adil, mampu membuat putusan secara tepat, selalu
bersikap tenang dalam menghadapi kesulitan, mampu mengenali pekerjaan
itu sudah selesai dan sempurna dikerjakan.
4. Kemampuan berkomunikasi, yang meliputi : mampu memahami orang lain,
mampu dan mau mendengarkan orang lain, mampu menjelaskan sesuatu
pada orang lain, mampu berkomunikasi melalui tulisan, mampu membuat
orang lain berbicara, mampu mengucapkan terima kasih pada orang lain ,
selalu mendorong orang lain untuk maju dan selalu mengikuti dan
memanfaatkan tekhnologi informasi.
5. kemampuan memberi motivasi, yang meliputi : mampu memberi inspirasi
pada orang lain, menyampaikan tantangan yang realistis, membantu orang
lain untuk mencapai tujuan dan target, membantu orang lain untuk menilai
kontribusi dan pencapaiannya sendiri.
6. Kemampuan melakukan evaluasi, yang meliputi : mampu membandingkan
antara hasil yang dicapai dengan tujuan, mampu melakukan evaluasi diri,
mampu melakukan evaluasi terhadap pekerjaan orang lain, dan mampu
melakukan tindakan pembenaran saat diperlukan.

Kinerja guru
Menurut Timotius (http://www.geocities.com/guruvalah:2005) Kinerja
merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, work performance atau job
performance tetapi dalam bahasa Inggrisnya sering disingkat menjadi performance
saja. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja. Kinerja atau
prestasi kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari
pengetahuan, sikap, ketrampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu..
Masalah kinerja selalu mendapat perhatian dalam manajemen karena sangat
berkaitan dengan produktivitas lembaga atau organisasi. Faktor utama yang
mempengaruhi kinerja adalah kemampuan dan kemauan. Memang diakui banyak
orang mampu tetapi tidak mau sehingga tidak menghasilkan kinerja. Demikian
pula halnya banyak orang mau tetapi tidak mampu juga tetap tidak menghasilkan
kinerja. Kinerja adalah sesuatu uyang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau
kemampuan bekerja, dengan kata lainbahwa kinerja dapat diartikan sebagai
prestasi kerja. Henri simamora (1997:423) menyatakan bahwa prestasi kerja
(performance) diartikan sebagai suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu
yang alhirnya secara langsung dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik
kuantitas maupun kualitasnya. Sedangkan Hasibuan (2001:94) mendefinisikan
prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Prestasi kerja merupakan gabungan
dari tiga faktor penting yaitu, kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan
dan minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi
tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga
faktor diatas, semakin besarlah prestasi kerja karyawan bersangkutan.
Dari pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa apabila seorang
pegawai telah memiliki kemampuan dalam penguasaan bidang pekerjaannya,
mempunyai minat untuk melakukan pekerjaan tersebut, adanya kejelasan peran
dan motivasi pekerjaan yang baik, maka orang tersebut memiliki landasan yang
kuat untuk berprestasi lebih baik.
Ukuran kinerja secara umum yang kemudian diterjemahkan ke dalam
penilaian perilaku secara mendasar meliputi : (1) kualitas kerja; (2) kuantitas kerja;
(3) pengetahuan tentang pekerjaan; (4) pendapat atau pernyataan yang
disampaikan; (5) keputusan yang diambil; (6) perencanaan kerja; (7) daerah
organisasi kerja.
Jadi kinerja adalah kuantitas dan kualitas yang diselesaikan oleh
individu, maka kinerja merupakan output pelaksanaan tugas. Kinerja mempunyai
hubungan yang erat dengan masalah produktivitas, karena merupakan indikator
dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai tingkat produktivitas yang
tinggi dalam suatu organisasi. Hasibuan (1999:126) menyatakan produktivitas
adalah perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input). Adapun
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Sedarmayanti
(http://www.geocities.com/guruvalah:2005) antara lain : sikap mental, pendidikan,
ketrampilan, manajemen kepemimpinan, tingkat penghasilan, gaji dan kesehatan,
jaminan sosial, iklim kerja, sarana prasarana, tekhnologi dan kesempatan
berprestasi.
Bertolak dari para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan kinerja guru atau prestasi kerja (performance) adalah hasil yang
dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu
dengan output yang dihasilkan tercermin baik kuantitas maupun kualitasnya.

B. Hipotesis
menurut Yatim Riyanto (2001:16) Hipotesis
merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap
permasalahan yang diajukan dalam penelitian.
Bardasarkan pendapat tersebut maka sebagai
jawaban sementara/hipotesa alternatif (Ha) dari masalah
penelitian ini adalah “Ada hubungan yang signifikan antara
Pola kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di
SMK NU 03 Kaliwungu”. Sedangkan hipotesa nol (H0)-nya
adalah “Tidak ada hubungan antara kepemimpinan kepala
sekolah dengan kinerja guru di SMK NU 03 Kaliwungu”.
Dengan demikian diduga dengan uji-t, bahwa t hitung lebih
besar dari t tabel, sehingga hipotesa alternatif (Ha) diterima.

VII. Metode Penelitian


A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMK NU 03 Kaliwungu Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kendal. Penelitian dilakukan antara bulan Mei 2010 sampai
dengan bulan Agustus 2010
B. Populasi
Iqbal Hasan (2002:58) mendefinisikan populasi sebagai berikut : “Populasi

adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik

tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti”.

Berdasarkan pendapat tersebut, populasi penelitian ini adalah Kepala Sekolah

dan seluruh guru di SMK NU 03 Kaliwungu pada tahun pelajaran 2010/2011

sebanyak 55 orang.

C. Sampel
Menurut Iqbal Hasan (2002:58) sampel adalah bagian dari populasi yang

diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu,

jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi.


Berdasarkan pendapat tersebut maka sampel yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 60 % dari jumlah populasi, dengan asumsi bahwa

dengan sampel sebanyak 20 orang maka seluruh populasi dapat terwakili.

D. Teknik Sampling
Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel secara acak (random

sampling), yaitu teknik pengambilannya tidak sistematis. Jika pengambilan

sampel tidak secara acak, maka tidak dapat dijamin bahwa keseluruhan

populasi dapat terwakili.

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode sampling.

Sedangkan teknik yang digunakan adalah :

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik dan aktifitas

manajemen yang terjadi di SMK NU 03 Kaliwungu.

2. Interview/wawancara

Interview dilakukan untuk memperoleh data dengan cara bertanya

langsung kepada Kepala Sekolah SMK NU 03 Kaliwugu. Adapun alasan

penulis menggunakan interview ini karena penulis ingin mengajukan

pertanyaan yang lebih mendetail sekaligus dapat memperoleh informasi

atau keterangan yang lebih jelas tentang kondisi SMK NU 03

Kaliwungu.

3. Dokumentasi

Dari dokumentasi ini diperoleh data gambaran dan sejarah singkat serta

struktur organisasi dan pembagian tugas di SMK NU 03 Kaliwungu.


4. Kuesioner

Menurut Koentjaraningrat (2001:125) yang dimaksud dengan kuesioner

adalah :

“Kuesioner merupakan suatu daftar yang berisikan suatu rangkaian

pertanyaan mengenai hal atau suatu bidang, dengan demikian maka

kuesioner dimaksudkan sebagai suatu daftar pertanyaan untuk

memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para responden (orang-

orang yang menjawab)”.

Dalam pengumpulan data yang dilakukan terhadap responden yang

menjadi sampel penelitian diberi kuesioner dalam bentuk pertanyaan

tertulis. Adapun pengukuran setiap item jawaban atas variabel-variabel

menggunakan sistem skor/nilai dengan menggunakan skala likert

sebagai berikut :

-Bila responden menjawab “a” diberi nilai 5

-Bila responden menjawab “b” diberi nilai 4

-Bila responden menjawab “c” diberi nilai 3

-Bila responden menjawab “d” diberi nilai 2

-Bila responden menjawab “e” diberi nilai 1

5. Kepustakaan

Teknik ini digunakan penulis untuk mengambil dasar teori tentang

kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru.

F. Metode Pengolahan Data


Metode pengolahan/analisis data adalah suatu metode yang dipakai

dalam penelitian dengan maksud untuk menguji dan akhirnya menarik suatu

kesimpulan dari hasil pengujian itu. Metode pengolahan/analisis data


dipergunakan untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara dua

variabel yaitu Kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru. Untuk

mengetahuinya digunakan teknik analisa statistik “Koefisien korelasi paerson

atau korelasi product moment” dengan rumus sebagai berikut :

n ∑XY − ( ∑X )( ∑Y )
rxy =
n ∑X 2 − ( ∑X ) 2 n ∑Y 2 − ( ∑Y ) 2

Keterangan :

r = besarnya angka korelasi yang diketahui antara variable

x = variable bebas yaitu kepemimpinan kepala sekolah

y = variable terikat yaitu kinerja guru

n = jumlah sampel

dimana Timotius (http://www.geocities.com/guruvalah/penelitian: 2005)

menyatakan :

- Jika nilai rxy = 0, berarti antara dua variable tidak ada hubungan.

- Jika nilai rxy terletak antara 0 dan +1 maka hubungan antara kedua variable

dikatakan positif

- Jika nilai rxy terletak antara 0 dan -1, maka hubungan antara kedua variable

dikatakan negatif

Kriteria nilai r product moment menggunakan taraf signifikan 5%.

Sedangkan untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan diperlukan

interpretasi rxy. Ismawanto (2002:4) menyatakan :

- Jika nilai rxy antara 0,00 dan 0,20 berarti hubungan antara kedua variabel sangat

lemah bahkan tidak berkorelasi.

- Jika nilai rxy antara 0,20 dan 0,40 berari hubungan antara kedua variabel lemah
- Jika nilai rxy antara 0,40 dan 0,60 berari hubungan antara kedua variabel agak

lemah

- Jika nilai rxy antara 0,60 dan 0,80 berari hubungan antara kedua variabel kuat

atau erat

- Jika nilai rxy antara 0,80 dan 1,00 berari hubungan antara kedua variabel sangat

kuat atau sangat erat.

Untuk memperkuat perhitungan korelasi, maka hubungan korelasi perlu diuji

dengan “uji-t” dengan rumus sebagai berikut :

r n −2
t=
1−r

t = nilai pengujian

r = korelasi antara variabel x dan variabel y

n = nilai sampel

Kriteria pengujian dari "uji-t" tersebut adalah signifikan t = 0.05

Menurut Algifari (2000 :57) keputusan diambil dengan jalan membandingkan

nilai t-hitung dengan t-tabel.

- Jika t-hitung lebih kecil daripada t-tabel maka keputusan menerima hipotesis nol

(H0).

- Jika t-hitung lebih besar daripada t-tabel maka keputusan menolak hipotesis nol

(H0) dan menerima hipotesis alternatif (Ha).


VIII. DAFTAR PUSTAKA

Algifari, 2000, Analisis Regresi, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta


Amirullah, 2004, Pengantar Manajemen, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arifin, 2005, Skripsi: Peranan Kepemimpinan dalam Meningkatkan Semangat Kerja
Pegawai, Bojonegoro: STIE Cendekia Bojonegoro
Hamzah, Awaludin, 2004, Tiga Syarat Penting Seorang Kepala Sekolah,
http://www.pikiran-rakyat.com
Hasan, M. Iqbal, 2002, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Bogor: Ghalia
Indonesia.
Hasibuan, Malayu S.P, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Ismawanto, 2002, Simpati Ekonomi, Solo: CV. Grahadi
Koentjoroningrat, 2001, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gra Media
Mulyasa, E, 2005, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT Remaja-Rosdakarya
Nasution, M.N. 2004, Manajemen Mutu Terpadu, Bogor: Ghalia Indonesia
Rosyada, Dede, 2004, Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta : Prenada
Media
Subiyanto, Ibnu, 2000, Metodologi Penelitian Manajemen dan Akuntansi, Yogyakarta:
UPP
Sutrisno Hadi, 2004, Statistik Jilid 2, Yogyakarta : Andi Offset
Tim Perumus, 2004, Pedoman Penulisan Skripsi, Bojonegoro: P3M STIE Cendekia
Bojonegoro
Timotius, 2005, Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru,
http://www.geocities.com/guruvalah/penelitian
Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003, 2003, Sistem Pendidikan Nasional,
http://www.depdiknas.go.id
Winardi, J, 2004, Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta: Prenada Media
Yatim Riyanto, 2001, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Penerbit SIC

Anda mungkin juga menyukai