Anda di halaman 1dari 46

ANALISIS KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN

PROFESIONALISME GURU DI SDIT IBNU HAJAR KOTA BATU

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Memperoleh Derajat Gelar S-2
Program Studi Magister Pedagogi

Disusun Oleh :

MULIA HARDIANTI PUTRI


NIM: 201910240211002

PROGRAM STUDI MAGISTER PEDAGOGI

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
ANALISIS KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN
PROFESIONALISME GURU DI SDIT IBNU HAJAR KOTA BATU

Diajukan oleh :
MULIA HARDIANTI PUTRI
201910240211002

Telah disetujui
Pada hari/tanggal,…………../ ………………….

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. M. Syahri, M.Si Dr. Ahmad Juanda, Ak., M.M

Direktur Ketua Program Studi


Program Pascasarjana Magister Pedagogi

Prof. Akhsanul In’am, Ph.D Dr. Agus Tinus, M.Pd

ii
Daftar Isi
Halaman Judul …………………………………………………………………………… i
Halaman Pengesahan ……………………………………………………………………. ii
Daftar Isi …………………………………………………………………………………. iii
Daftar Tabel ……………………………………………………………………………… iv
Daftar Gambar …………………………………………………………………………… v
A. Pendahuluan …………………………………………………………………………… 1
B. Tinjauan Pustaka
1. Kebijakan Pendidikan ………………………………………………………….. 3
2. Kepemimpinan Kepala Sekolah ………………………………………...……… 4
3. Fungsi Kepala Sekolah …………………………………………………………. 5
4. Profesionalisme Guru ………………………………………………………...… 6
5. Grand Teori …………………………………………………………………….. 7
C. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………………………………………………... 7
2. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………………. 8
3. Subyek Penelitian ………………………………………………………………. 8
4. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………………… 8
5. Teknik Analisis Data …………………………………………....………………. 9
6. Keabsahan Data ……………………………….........…………………………... 10
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan …………………………………………………… 12
E. Kesimpulan .........................................................................................………………… 21
RUJUKAN ………………………………………………………………………………... 22
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Time Schedule

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Variabel Kebijakan


Gambar 2 SMA Negeri 1 Kandangan

v
A. PENDAHULUAN
Setiap manusia pada dasarnya adalah seorang pemimpin dan setiap manusia sebagai
pemimpin minimal harus mampu memimpin dirinya sendiri. Berdasarkan pengertian
kepemimpinan adalah kemauan orang lain untuk mengikuti keinginan pemimpin. Menurut
(Husaini, 2008) Kepemimpinan mempengaruhi pemimpin untuk menggerakkan bawahannya
menjadi taat, hormat, setia, dan mudah bekerja sama. Sedangkan, menurut (Riyadiningsih,
2016) pengertian kepemimpinan dalam teori filsafat ilmu adalah seseorang yang bisa
memikirkan cara-cara tertentu dalam mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan
bersama. (Hasibuan, 2011) juga berpendapat kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin
mempengaruhi prilaku bawahannya, agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif
untuk mencapai tujuan organisasi. Adanya beberapa pengertian itulah yang menyebabkan
seseorang menjadi pemimpin atau dengan kata lain pemimpin tidak akan ada jika tidak ada
orang yang mengikutinya atau sebagai bawahannya.

Pemimpinan merupakan hal yang penting dalam struktur atau manajemen suatu
lembaga pendidikan. Pemimpin di lembaga pendidikan adalah kepala sekolah.
Kepemimpinan kepala sekolah dapat diartikan sebagai suatu kemampuan juga kesiapan
kepala sekolah untuk mengarahkan, membimbing, mempengaruhi, dan menggerakkan
pegawai yang ada disekolah agar dapat bekerja secara efektif dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan (Syamsul, 2017). Sebagaimana disadari
bahwa sekolah adalah salah satu jenis organisasi yang berbentuk organisasi secara formal
(Bafadhol, 2017). Dari penjabaran tersebut dapat diartikan lembaga pendidikan secara formal
yaitu salah satunya adalah sekolah memerlukan kepala sekolah untuk mengawasi atau
mengontrol kegiatan yang ada disekolah.

Kepala Sekolah merupakan pemimpin pendidikan dalam tingkat satuan pendidikan,


yang harus bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kegiatan Sekolah (Mulyasa, 2014).
Kepala Sekolah adalah seorang pemimpin yang merupakan orang yang sebisa mungkin dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku bawahannya. Dalam hal ini targetnya adalah para guru
yang ada di dalam lembaga yang kepala sekolah tersebut pimpin diharapkan dapat
meningkatkan kerjanya setelah mendapat pengaruh dari atasannya. Agar proses
mempengaruhi bisa berjalan lancar, maka pemimpin harus memperlakukan individu secara
baik dan manusiawi. Manusia dalam melakukan kegiatannya selalu dipengaruhi oleh
kepribadian yang berbeda-beda tiap individunya, misalnya sifat, sikap nilai-nilai, keinginan
dan minat, untuk itu dengan kepribadian yang berbeda-beda setiap individunya akan

1
berpengaruh pada bagaimana cara kepemimpinannya juga berpengaruh pada bagaimana cara
kerjanya.

Salah satu peranan kepemimpinan yang sangat penting dalam suatu lembaga
pendidikan adalah untuk menyusun program belajar mengajar dan menempatkan tugas
terhadap masing-masing guru, dalam hal ini guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah.
Untuk itu kepala sekolah harus menjalin komunikasi aktif dan setiap saat harus melaksanakan
evaluasi terhadap tugas pengajaran yang sudah dilaksanakan guru. Agar guru dapat
menjalankan tugasnya secara baik, maka sedikit banyaknya kepala sekolah harus mengetahui
dan memberi motivasi. Dalam permendiknas No. 28 tahun 2010 menyebutkan bahwa tugas
kepemimpinan kepala sekolah secara umum adalah memberikan motivasi kepada guru agar
menjalankan tugasnya diri dan dengan tugas pokok, sehingga dalam proses belajar mengajar
dengan baik dan tidak merugikan anak didik. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat
1 PP 28 tahun 1990 bahwa Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggara kegiatan
pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan
pendayagunaan serta memelihara sarana dan prasarana. Hal ini akan dapat mengembangkan
profesionalisme guru untuk meningkatkan mutu pendidikan dan implementasinya di sekolah
menjadi lebih baik lagi. Bukan hanya itu, tugas kepala sekolah juga berkaitan dengan
kelengkapan fasilitas untuk meningkatkan profesionalisme guru di lembaga pendidikan yang
kepela sekolah tersebut pimpin.

Secara abstrak, hubungan kepala sekolah dengan peningkatan profesionalisme guru


tidak dapat dilihat. Karena peningkatan profesionalisme guru itu dilakukan oleh guru itu
sendiri. Akan tetapi, secara konkritnya bahwa sebenarnya kepemimpinan kepala sekolah
sangat menentukan baik atau tidaknya peningkatan kualitas profesi guru di sekolah tersebut.
Selain kepala sekolah, guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar
mengajar (Abbas, 2018). Seorang guru memiliki beberapa peranan yang sangat penting,
karena memiliki tanggung jawab yang tidak bisa digantikan oleh peralatan canggih apapun.
Oleh karena itu guru idealnya bisa mempersiapkan diri sebagai guru yang tetap lebih
progresif dan produktif dalam semua proses kegiatan belajar mengajar dalam lembaga
pendidikan.

Sehubungan dengan pembahasan penulis pada kali ini, ada beberapa macam
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kebijakan yang dilakukan kepala sekolah dalam
meningkatkan profesionalisme guru. 1) “Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam

2
Meningkatkan Kinerja Guru Pada Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Banda Aceh”, penelitian
tersebut membahas tentang upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru
(“KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU PADA
SEKOLAH DASAR LUAR BIASA NEGERI BANDA ACEH,” 2017 ). 2) “Peran Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Profesionalisme Guru”, isi dari penelitian ini yaitu peneliti meneliti peran dan
upaya apa saja yang dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan profesionalisme guru
(Tarhid, 2017). 3) “Implementasi Kebijakan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru di SMA Negeri 3 Medan”, penelitian tersebut membahas tentang
implementasi kebijakan yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme
guru yang berada disekolah tersebut (Yuliana, Masluyah Suib, 2014).

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dengan penelitian terdahulu
adalah penulis menganalisa kebijakan kepala sekolah dalam meningkatka profesionalisme
guru dengan menggunkan grand teori yang akan dijeskan pada tinjauan pustaka. Menurut
pengamatan sementara, kepala sekolah di Sekolah Dasar Islam Tepadu Ibnu Hajar ini
tergolong masih baru, dikarenakan sekolah ini baru berdiri pada tahun 2015. Pada tahun
tersebut SDIT Ibnu Hajar hanya menerima beberapa siswa saja tetapi pada tahun- tahun
berikutnya penerimaan siswa baru meningkat secara drastis sehingga membuat sekolah ini
cepat berkembang dan dikenal banyak orang.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami mengambil judul “analisis kebijakan
kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di SDIT Ibnu Hajar Kota Batu”
dengan rumusan masalah: (1) Bagaimana bentuk kebijakan kepala sekolah dalam
meningkatkan profesionalisme guru?; (2) Apa kendala yang muncul dalam penerapan
kebijakan kepala sekolah dalam upaya peningkatan profesionalisme guru?; (3) Bagaimana
cara mengatasi kendala yang muncul dalam penerapan kebijakan peningkatan
profesionalisme guru?

B. TINJAUAN PUSTAKA

1 Kebijakan Pendidikan

Kata kebijakan adalah terjemahan dari kata “policy” dalam Bahasa Inggris yang
berarti mengurus masalah atau kepentingan umum, sehingga penekanannya bertuju pada
tindakan (produk) (Hasbullah, M, 2015). Hasbullah juga mengemukakan bahwa kata
“kebijakan” jika disandingkan dengan “pendidikan” maka merupkan hasil terjemahan dari

3
kata “educational policy” yang berasal dari dua kata, sehingga kebijakan pendidikan memiliki
arti yang sama dengan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Beberapa ahli juga mengemukakan pendapat mengenai kebijakan pendidikan.


Kebijakan pendidikan metupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah
strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam rangka untuk
mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu
tertentu (Bakry, 2010). Sedangkan menurut Fitrah berpendapat bahwa kebijakan pendidikan
merupakan keputusan berupa pedoman bertindak baik yang bersifat sederhana maupun
kompleks, baik umum maupun khusus, baik terperinci maupun longgar yang dirumuskan
melalui proses politik untuk suatu arah tindakan, program, serta rencana-rencana tertentu
dalam menyelenggarakan pendidikan (Fitrah, 2017).

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan pndidikan


merupakan suatu bagian dari kebijakan public, atau dengan kata lain kebijakan pemerintah di
bidang pendidikan yang memuat perencanaan umum, jangka panjang, menengah dan pendek,
serta langkah-langkah strategis yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan.

2. Kepemimpinan Kepala Sekolah


Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena
sekolah sebagai organisasi di dalamnya teradapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling
berkaitan dan saling menentukan. Sedang bersifat unik karena sekolah memiliki karakter
tersendiri, dimana terjadi proses belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan
kehidupan manusia. Karena sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, sekolah sebagai
organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi.

Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah. Wahjosumidjo


mengemukakan bahwa kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberikan
tugas untuk memipin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau
tempat dimana terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang
menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2005). Sementara itu pendapat lain mengartikan bahawa
kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki
jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah (Fitrah, 2017). Berdasarkan beberapa pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah seorang guru yang mampu untuk
memimpin dan memanajemen sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat
dimanfaatkan secara baik untuk mencapai tujuan bersama di sekolah.

4
Berhubungan dengan kepemimpinan kepala sekolah Rusyan mengemukakan bahwa
kepemimpinan kepala sekolah memberikan motivasi kerja bagi peningkatan produktivitas
kerja guru dan hasil belajar siswa (Tabrani, 1989). Kepemimpinan khususnya di lembaga
pendidikan memiliki ukuran atau standar pekerjaan yang harus dilakukan oleh kepala sekolah
selaku pimpinan tertinggi dan untuk bawahannya berhak menyumbangkan saran yang
membangun demi tercapainya tujuan atau goal dari sekolah tersebut. Adanya kerjasama yang
baik antara kepala sekolah dan bawahannya akan menimbulkan interaksi yang baik dalam
sekolah tersebut.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kepala


sekolah adalah seorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin dan memotivasi
sumber daya yang ada pada sekolah tersebut, sehingga dapat menciptakan suasana yang
kondusif dan bekerjasama dengan bawahannya untuk mencapai tujuan bersama.

3. Fungsi Kepala Sekolah


Kepala sekolah dalam suatu lembaga pendidikan atau organisasi memliki fungsi dan
pearanan tersendiri seperti yang dikemukakan oleh Roe dan Drake yang dikutip oleh
Wahyudin yaitu: 1) Mendorong dan memotivasi staf untuk kinerja maksimal, 2)
Mengembangkan staf secara realistik dan bertujuan dari akuntabilitas pengajaran (memonitor
program pengajaran dan proses pengajaran), 3) Bekerja dengan staf dalam mengembangkan
dan melaksanakan evaluasi staf, 4) Bekerja dengan staf dalam menyusun rencana untuk
evaluasi dan pelaporan kemajuan pelajar, 5) Membangun pusat sumber belajar dan dan
menata penggunaannya, 6) Mengembangkan kerjasama dengan staf dalam mengembangkan
keprofesionalan yang dinamis dan program pelayanan pendidikan sendiri (Wahyudin Nur
Nasution, 2015).

Sedangkan menurut (Mulyasa, 2014) mengemukakan bahwa seorang kepala sekolah


harus melakukan perannya sebagai pemimpin dengan menjalankan fungsi:

1. Kepala sekolah sebagai pendidik


2. Kepala sekolah sebagai manajer
3. Kepala sekolah sebagai administrator
4. Kepala sekolah sebagai supervisor
5. Kepala sekolah sebagai pendidik
6. Kepala sekolah sebagai motivator
7. Kepala sekolah sebagi inovator

5
Kepala sekolah yang dapat menjalankan fungsi-fungsi tersebut dapat dikatakan sebagai
kepala sekolah yang berhasil dalam memimpin suatu lembaga pendidikan atau sekolah.

Fungsi kepemimpinan membantu kepala sekolah dalam menyelenggarakan


kepemimpinannya di sekolah yang dapat menciptakan Susana kondusif di lembaga tanpa
adanya perpecahan. Sekurang-kurangnya kepala sekolah harus memiliki tujuh fungsi tersebut
agar sekolah yang dipimpin menjadi maksimal untuk mencapai tujuan dari suatu sekolah
tersebut, tanpa adanya tugas dan fungsi yang harus dijalankan oleh kepala sekolah maka
kepemimpinan yang dipegang tidak menentu arahnya.

4. Pengertian Profesionalisme Guru


Menurut UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, professional adalah
pekerjaan atau kegiatan yan dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehiidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Pendapat lain dikemukakan oleh Satori dkk Profesi juga dapat diartikan sebagai suatu
jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus
yang diperoleh dan pendidikan akademis yang intensif (Sukaningtyas, Satori, & Udin
Syaefuddin Sa’ud, 2016). Sedangkan menurut Fachruddin Saudagar mengungkapkan
Profesionalisme adalah sikap seseorang professional yang menjunjung tinggi kemampuan
profesinya, ia akan bekerja dan mengerjakan sesuatu menurut bidangnya (Fachruddin
Saudagar, 2009). Beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahawa profesionalisme
merupakan suatu tindakan atau pekerjaan secara professional yang dilakukan oleh setiap
individu dalam melakukan pekerjaan yang ada di bidangnya atau sesuai dengan keahlian
individu tersebut.

Menurut Rusman, suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan,
keahlian, dan persiapan akademik (Dr. Rusman, 2018). Guru merupakan jabatan atau profesi
yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh
orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru.
Adapun pengertian lain tentang Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

6
Pada dasarnya, profesionalisme merupakan motivasi dari guru itu sendiri sebagai
pendorong untuk mengembangkan dirinya ke arah profesional. Kualitas profesionalisme
didukung oleh lima kompetensi sebagai berikut: a. Keinginan untuk selalu menampilkan
perilaku yang mendekati standar ideal. b. Selalu meningkatkan dan memelihara citra profesi.
c. Senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat meningkatkan dan
memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilannya. d. Mengejar kualitas dan cita-cita
dalam profesi. Pada prinsipnya, profesionalisme guru dapat diartikan sebagai guru yang dapat
menjalankan tugasnya secara profesional. Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa pengertian profesionalisme guru adalah seseorang yang mempunyai
keahlian atau kemampuan khusus membimbing membina peserta didik, baik dari segi
intelektual, spiritual, maupun emosional.

5. Grand Teori

Penulis kali ini ingin menggunakan pisau analisa yang dikemukakan oleh George C
Edward. Model implementasi ini bersifat top-down. Sebagaimana dikutip dari Agustino
dalam penentuan kebijakan yang dibuat oleh George C Edward ada empat variable yang
menentukan keberhasilan dalam melaksanakan kebijakan yaitu:

Gambar 1

Variabel Kebijakan

1. Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan
pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan. Segala kebijakan akan berjalan dengan
baik jika komunikasi yang terjalin antara anggota juga baik. Indikator untuk mengukur
variabael komunikasi yaitu transmisi, kejelasan, dan konsistensi.

2. Sumber daya

Sumber daya menurut George C. Edward terdapat beberapa elemen yaitu, staff (sumber
daya manusia), Informasi, mengenai cara melaksanakam kebijakan dan mengenai data
kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan, Wewenang, kewengan para

7
pelaksana untuk melaksanakan kebijakan yang ditetapkan, dan fasilitas, elemen ini
adalah elemen pendukung namun memiliki kedudukan sangat penting dalam
implementasi kebijakan.

3. Disposisi

Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor prnting dalam implemntasi
kebijakan. Ada beberapa variable yang harus diperhatikan dalam disposisi efek
disposisi, melakukan peraturan birokrasi dan Insentif

4. Struktur birokrasi

Struktur birokrasi ada dua karakteristik agar dapat mendongkrak kinerja organisasi
kearah lebih baik yaitu: Membuat SOP dan Melaksanakann fragmentasi (Agustino,
2016)

C. METODOLOGI PENELITIAN

1. Pendekatan dan jenis Penelitian

Berangkat dari fokus permasalahan dalam penelitian ini, maka desain penelitian
dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Menurut Sanjaya Penelitian deskriptif kualitatif merupakan metode penelitian yang
mendalam tentang realitas sosial dan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat yang
menjadi subjek penelitian sehingga tergambarkan ciri, karakter, sifat, dan model dari
fenomena tersebut (Sanjaya, 2008). Sedangkan menurut Sugiyono, penelitian kualitatif
adalah suatu jenis penelitian yang prosedur penemuan yang dilakukan tidak menggunakan
prosedur statistik dan kuantifikasi (Sugiyono, 2016). Dalam hal ini penelitian kualitatif
adalah penelitian tentang kehidupan seseorang, cerita, perilaku, dan juga tentang fungsi
organisasi, gerakan sosial atau hubungan timbal balik. Pendekatan ini dianggap lebih relevan
karena bertujuan untuk mengetahui kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan
profesionalisme guru di SDIT Ibnu Hajar.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

8
Penelitian ini dilakukan di SDIT Ibnu Hajar yang beralamat di jalan Gondorejo Beji,
Kecamatan Junrejo, Kota Batu 65316. Penulis memilih sekolah ini dijadikan objek penelitian
berdasarkan informasi dari orang tua siswa yang menyatakan peningkatan profesionalisme
guru berkembang secara pesat di sekolah tersebut.

Tabel 1
Time Schedule

N KEGIATAN WAKTU PENELITIAN


O MEI JUNI JULI AGS SEP OKT NOV DES JAN

1 Penyusunan
Proposal
2 Ujian Proposal

3 Revisi Proposal

4 Pengurusan
Administrasi
Penelitian
5 Pengumpulan
Data
6 Analisis data

7 Penyusunan
Laporan Akhir

3. Subyek Penelitian

Adapun subjek pada penelitian ini yaitu yang memiliki keterkaitan dalam
meningkatkan profesionalisme guru, maka subjek penelitian ini adalah kepala sekolah dan
guru-guru yang berada di SDIT Ibnu Hajar. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif
adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-
lain. Berkaitan dengan itu, maka seluruh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini didasari
pada dua sumber yaitu: a. Sumber data primer yaitu sebagai sumber data pokok yang
diperoleh dari kepala sekolah dan guru di SDIT Ibnu Hajar. b. Sumber data sekunder yaitu
sebagai sumber data pelengkap yang diperoleh dari rekomendasi sekolah dan buku-buku
yang dianggap mendukung terhadap proses penelitian.

4 Teknik Pengumpulan Data

9
4.1 Teknik Observasi

Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamat berperan serta,
dimana penulis ingin mengetahui apakah tanpa kehadirannya para subjek berperilaku tetap
atau menjadi berbeda dan sebagainya. Pengamat berperan serta pada dasarnya mengadakan
pengamatan dan mendengarkan secara cermat. Berdasarkan hasil diatas, sebagai pengamat
tahap awal observasi masih merupakan tahap memahami situasi untuk memudahkan dalam
menyesuaikan diri dengan sekolah. Pada tahap ini lebih banyak dimanfaatkan untuk
berkenalan dengan Kepala Sekolah, Guru-guru dan terpenting adalah mengatakan tujuan
yang sebenarnya. Setelah tahap ini, peneliti yakin akan merasa membaur dengan lingkungan
sekolah. Pengamatan berperan serta atau observasi ini dilakukan dengan cara mengamati
kegiatan bekerja kepala sekolah yang berlangsung disekolah, dan peneliti akan
mempersiapkan lembar observasi.

4.2 Teknik Wawancara

Teknik wawancara pada dasarnya dilakukan dengan dua bentuk yaitu wawancara
berstruktur dan wawancara tidak berstruktur. Teknik berstruktur dilakukan melalui
pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti,
sementara tidak berstruktur timbul apabila ada jawaban yang kurang berkembangan diluar
pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan. Dalam penelitian ini penulis mewawancarai
kepala sekolah sebagai sumber data primer, mewawancarai guru sebagai sumber data
tambahan untuk memperkuat jawaban dan menguji kebenaran realitas dan pelaksanaan
kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di SDIT Ibnu Hajar.
Alat yang dibutuhkan dalam wawancara yaitu berupa Tape Recorder (rekaman) yang
digunakan untuk merekam semua hasil wawancara yang didapat dari informan.

4.3 Teknik Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian dapat berupa kegiatan-kegiatan peneliti saat

melakukan penelitian, dapat pula berupa kegiatan objek yang sedang diteliti. Dokumentasi

tidak hanya berupa gambar atau foto, dapat juga berbentuk dokumen yang memuat data-data

yang dicari oleh peneliti. Bungin mengemukakan dokumenter dibagi menjadi dua, dokumen

pribadi dan dokumen resmi (Bungin, 2011). Dokumen pribadi merupakan catatan, karangan,

atau tulisan yang ditulis oleh seseoang. Biasanya dokumen pribadi berbentuk buku harian.

10
Sedangkan dokumen resmi merupakan dokumen yang dikeluarkan oleh sebuah instansi atau

lembaga yang berisi peraturan atau kebijakan.

5. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari informan melalui tehnik observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi merupakan deskripsi tentang pendapat, pengetahuan, pengalaman, dan aspek
lainnya untuk dianalisis dan disajikan sehingga memiliki makna. Menurut Moleong analisis
data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan pendapat dirumuskan hipotesis kerja
ulang yang disarankan oleh data (Moleong, 2006).

Data yang telah di organisir kedalam suatu pola dan membuat kategorinya, maka data
di olah dengan menggunakan analisis data model Miles dan Huberman dalam Sugiyono:

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada


penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data “kasar” yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus selama
penelitian berlangsung.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi


kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian
data berbentuk teks naratif diubah menjadi berbagai matriks, grafiks, jaringan dan
bagan. Semuanya dirancang guna menggunakan informasi yang tersusun dalam suatu
bentuk yang padu dan mudah diraih sehingga peneliti dapat mengetahui apa yang
terjadi untuk menarik kesimpulan. Penyajian data merupakan bagian dari proses
analisis.

3. Menarik Kesimpulan Setelah data disajikan yang juga dalam rangkaian analisis
data, maka proses selanjutnya adalah penarikan kesimpulan. Dalam tahap analisis
data, seorang peneliti kualitatif mulai mencari arti benda-benda mencatat keteraturan,
pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat
(Sugiyono, 2016).

6. Keabsahan Data

11
Temuan data dalam penelitian kualitatif dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan

antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang terjadi sesungguhnya yang ada di lapangan

(Sugiyono, 2016). Uji kredibilitas dalam penelitian kualitatif meliputi (a) perpanjangan

pengamatan, (b) peningkatan ketekunan, (c) triangulasi, (d) diskusi dengan teman sejawat, (e)

analisis kasus negatif, (f) member check.

Teknik untuk menguji keabsahan data dalam penelitian kali ini menggunakan

triangulasi. Triangulasi ada tiga macam triangulasi. Pertama, triangulasi dengan sumber data.

Kedua, menggunakan triangulasi dengan metode, hal ini digunakan untuk menguji kesamaan

data dengan menggunakan metode yang berbeda. Ketiga triangulasi dengan teori. Triangulasi

ini dilakukan untuk meningkatkan kedalaman pemahaman. Triangulasi yang digunakan oleh

peneliti pada penelitian kali ini yakni triangulasi sumber data. Dimana sumber data tersebut

berupa dari proses observasi, wawancara dan dokumentasi.

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Gambaran Umum

Gambar 1

Foto sekolah

Sekolah Dasar Islam Terpadu Ibnu Hajar adalah sekolah yang terletak di jalan
Gondorejo, Desa Beji, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Sekolah ini berada di wilayah
perumahan puri indah Beji. SDIT Ibnu Hajar menggunakan kurikulum 2013 yang telah
dilaksanakan sejak kurikulum 2013 ini disahkan. SDIT Ibnu Hajar ini merupakan sekolah
Islam terpadu yang focus pembelajarannya kepada nilai-nilai Islam yang diterapkan dalam

12
kehidupan sehari-hari. Sekolah ini di naungi oleh yayasan Himamuna Mulia yang juga
berlokasi di jalan Gondorejo Desa Beji Kecamatan Junrejo Kota Batu. SDIT Ibnu Hajar ini
memiliki 18 Guru dan karyawan yang meliputi PNS maupun non PNS. Untuk menunjang
kegiatan belajar mengajar setiap hari, sekolah ini terdapat 11 kelas, 1 perpustakaan, 1
laboratorium dan 2 sanitasi. SDIT Ibnu Hajar memiliki visi dan misi sebagai berikut:

Visi :

“Menjadi sekolah inspiratif yang mampu membentuk siswa-siswi bertaqwa, cerdas, dan
berkarakter”

Misi :

1. Menjadi sekolah yang memberikan inspirasi positif bagi masyarakat luas

2. Membentuk dasar aqidah yang kokoh dan kebiasaan ibadah yang istiqomah

3. Membina budi pekerti luhur dan kepribadian yang kuat sebagai bibit generasi penerus yang
berkualitas.

1. Hasil Penelitian

Berdasarkan dari rangkaian pengumpulan data yaitu observasi maupun wawancara


yang dilakukan dalam penelitian ini, maka diperoleh informasi mengenai kebijakan kepala
sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru, mengetahui kendala yang muncul dalam
penerapan kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru dan
bagaiamana kepala sekolah di SDIT Ibnu Hajar Kota Batu mengatasi kendala yang ada dalam
penerapan kebijakan tersebut. Pelaksanaan kegiatan wawancara dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara dengan tujuan untuk mempermudah proses wawancara
dan agar pembahasannya tidak melebar. Peneliti mencatat hasil wawancara yang dilakukan
dengan narasumber yang ada dalam penelitian yakni kepala sekolah, guru dan wali murid.
Dari berbagai rangkaian proses pengambilan data dalam penelitan yang sudah dilakukan oleh
peneliti, maka disusun dan dikembangkan hasil penelitian sesuai dengan kondisi riil yang ada
di lapangan seperti sebagai berikut :

a. Kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru

Kebijakan yang ada di sekolah ini sangatlah beragam, pihak kepala sekolah sebelum
menerapkan suatu kebijakan beliau melihat gambaran yang ada disekolah yang beliau pimpin
seperti yang beliau sampaikan :

13
”kinerja pendidik dan tenaga pendidikan disekolah ini, karena system itu sudah
terbentuk ya, bagaimana kita menilai profesionalisme guru yang pertama ada secara
administrasi mengajar, kemudian juga ada secara loyalitasnya guru yang ada disini”

Untuk membentuk suatu kebijakan pimpinan di sekolah ini melihat terlebih dahulu
sampai dimana profesionalisme guru yang mengajar di SDIT Ibnu Hajar, gambaran tersebut
dikuatkan melalui apa yang ada di sekolah tersebut semisal adanya administrasi mengajar
yang sudah disampaikan oleh pihak kepala sekolah dimana yang dimaksud adalah guru sudah
mengerti dan paham administrasi apa saja yang digunakan dalam mengajar, seperti RPP,
silabus, prota, promes dsb.

Kebijakan yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru


dalam mengajar sangatlah beragam. Seperti yang dilakukan oleh kepala sekolah SDIT Ibnu
Hajar ini ada beberapa kebijakan yang dilakukan seperti adanya bimtek atau workshop yang
ada disekolah tersebut seperti yang diungkapkan oleh ibu Yenny selaku kepala sekolah di
SDIT Ibnu Hajar :

“ya tentunya ada pelatihan seperti in house training dan ada beberapa pelatihan
yang menjadikan itu suatu kebijakan sekolah untuk meningkatkan profesionalisme
guru yang ada disekolah ini” (05/01/2021)

Beliau berpendapat bahwa untuk meningkatkan profesionalisme guru, sekolah


mengadakan beberapa pelatihan yang dimana pelatihan itu menurut beliau akan menjadikan
suatu peningkatan profesionalisme yang ada disekolah dan pelatihan tersebut mrupakan suatu
kebijakan sekolah untuk para guru dan karyawan sehingga mereka mampu untuk
meningkatkan profesionalismenya dalam bekerja di sekolah. Kebijakan ini juga diakui oleh
guru yang ada di sekolah tersebut seperti yang di ungkapkan oleh salah satu guru yang
mengajar di SDIT Ibnu Hajar Ibu Erika Ristiawati :

“iya bu, dari sekolah mendapat semacam workshop atau in house training mengenai
beberapa hal terutama pengembangan dalam pembelajaran atau cara mengajar”
(15/01/2021)

Kebijakan yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru yang ada disekolah ini
memang sudah terlaksana sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Sehingga kebijakan ini jika
dilakukan secara runtun tau sesuai jadwal akan mempengaruhi kenierja guru yang ada
disekolah dan berdampak dalam pengajaran atau pembelajaran yang ada didalam kelas itu

14
sendiri dimana guru yang mengikuti beberapa pelatihan akan membuat guru tersebut lebih
kreatif lagi. Salah satu wali murid menguatkan bahwa adanya kebijakan yang dilakukan
kepala sekolah ini sangat berdampak kepada guru yang mengajar dan juga berpengaruh
kepada anak yang diajar dalam pembelajaran itu, seperti yang diucapkan oleh bapak ari
selaku wali murid dari kelas 3 di SDIT Ibnu Hajar :

“saya rasa ada sedikit peningkatan nggeh mbak karena dikondisi seperti ini anak
saya terkadang malas belajar tetapi ada beberapa waktu dia aktif sekali dalam hal
pembelajaran” (15/01/2021)

Peningkatan hasil belajar siswa di SDIT Ibnu Hajar juga dirasakan oleh beberapa wali
murid yang lain secara random peneliti bertanya setelah mewawancarai bapak Ari selaku
perwakilan salah satu wali murid yang ada disekolah tersebut. Dengan demikian kebijakan
yang dilakukan kepala sekolah SDIT Ibnu Hajar dalam meningkatkan profesionalisme guru
yang ada disekolah tersebut sangat berdampak dalam cara mengajar guru dan hasil belajar
yang dilakukan oleh siswa di sekolah ini.

b. Kendala yang muncul dalam penerapan kebijakan kepala sekolah dalam upaya
peningkatan profesionalisme guru

Guru dalam pembelajaran dikelas pada SDIT Ibnu Hajar ini sangat beragam cara
mengajarnya. Kurikulum yang dianut dalam sekolah ini adalah kurikulum 2013 dari tahun
2015 dimana sekolah ini mulia berdiri serta ditambahkan beberapa materi ke Islaman yang
diimplementasikan dalam sekolah ini melalui pihak yayasan yang menaungi yaitu yayasan
Himamuna Mulia.Untuk melaksanakan pengimplementasian kurikulum yang berlaku ini
kepala sekolah membuat beberapa kebijakan yang diharapkan akan meningkatkan
profesionalisme guru disekolah ini. Namun, dalam pengimplementasian kebijakan ini
terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh pihak sekolah maupun dari pihak personal guru
itu sendiri. Beberapa kendala ini diungkapkan oleh kepala sekolah sebagai berikut :

“biasanya kita pernah jadwal tapi semisal kalau tidak banyak yang bisa yaudah kita
undur.” (05/01/2021)
Kepala sekolah juga mengungkapkan bahwa ada beberapa kebijakan seperti
melakukan kegiatan workshop maupun kegiaytan pelatihan terdapat beberapa guru yang tidak
bisa mengikuti kegiatan tersebut dikarenakan ada acara lain yang tidak bisa ditinggal
sehingga guru tersebut lebih memilih tidak menghadiri pelatihan yang dibuat oleh pihak

15
kepala sekolah tersebut. Dari pihak guru juga mengatakan pendapat yang sama mengenai
kendala yang ada seperti yang di ucapkan oleh bu Erika :
“iya terkadang salah satu diantara kita memang ada yang tidak hadir karena alasan
tertentu sehingga pihak atasan terkadang mengubah jadwal supaya semua guru bisa
hadir mengikuti acara” (15/01/2021)
Adanya kendala yang juga dirasakan oleh beberapa guru ini juga dikuatkan lagi
dengan adanya pendapat dari kepala sekolah tersebur.
“sebenarnya kebanyakan dari internal ya biasanya ada kesibukan” (05/01/2021)
Dengan adanya beberapa pendapat dari guru dan kepala sekolah ini kendala yang
dihadapi adanya pengimplementasian kebijakan peningkatan profesionalisme guru ini hanya
adanya ketidakhadiran para guru waktu adanya kegiatan atau pelatihan tersebut yang dimana
kegiatan atau pelatihan tersebut difokuskan untuk meningkatkan profesionalisme guru yang
ada disekolah ini dan kegiatan atau pelatihan tersebut merupakan suatu kebijakan yang dibuat
oleh kepala sekolah.
Kendala yang ada dalam kebijakan peningkatan profesionalisme ini sangat beragam
disamping adanya bentrok atau ketidak hadiran guru, kepala sekolah juga menyebutkan
seperti pemateri yang tidak bisa hadir meskipun jadwal sudah ditetapkan sehingga itu juga
menjadi suatu kendala yang juga dialami oleh kepala sekolah mengenai kebijaka yang
ditetapkan untuk meningkatkan profesionalisme guru.

c. Cara mengatasi kendala yang muncul dalam penerapan kebijakan peningkatan


profesionalisme guru

Kendala yang ada dalam penerapan kebijakan yang dilakukan kepala sekolah untuk
meningkatkan profesionalisme guru di SDIT Ibnu Hajar bisa diatasi oleh kepala sekolah itu
sendiri sesuai dengan apa yang sudah beliau ungkapkan dalam wawancara dengan peneliti
sebagai berikut :

“biasanya kita pernah jadwal tapi semisal kalau tidak banyak yang bisa yaudah kita
undur” (05/01/2021)
Pernyataan diatas menyebutkan bahwa pihak kepala sekolah sudah melakukan suatu
solusi atau cara mengatasi kendala yang ada dalam pengimplementasian kebijakan kepala
sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru. Bu Yenny juga memberikan solusi lain
seperti :

16
“sebenernya kebanyakan dari internal ya biasanya ada kesibukan akhirnya kita
rampingkan sehingga semisal biasanya kita ada pertemuan 1 semester 4 kali menjadi
2 kali” (05/01/2021)
Kepala sekolah juga sudah memberi suatu solusi dalam mengatasi kendala tersebut
seperti merampingkan kegiatan atau pelatihan untuk meningkatkan profesionalisme guru
tersebut yang biasanya 1 semester atau 6 bulan dilakukan sampai 4 kali tapi karena adanya
beberapa kendala yang ada maka kepala sekolah merampingkan kegiatan tersebut menjadi
hanya 2 kali dalam satu semester atau dalam enam bulan tersebut. Guru dalam sekolah ini
juga mengungkapkan solusi atau acara yang dilakukan kepala sekolah untuk mengatasi
masalah atau kendala yang terjadi dalam meningkatkan profesionalisme guru seperti yang
dikatakan oleh bu Erika :
“iya terkadang salah satu diantara kita memang ada yang tidak hadir karena alasan
tertentu sehingga pihak atasan terkadang mengubah jadwal supaya semua guru bisa
hadir mengikuti acara” (15/01/2021)
Dengan adanya penjelasan yang dikatakan oleh pihak guru ini memang adanya kepala
sekolah sudah memberikan solusi atau cara mengatasi masalah tersebut dengan mengubah
jadwal yang dimana semua peserta pelatihan atau workshop bisa dilakukan dengan hadirnya
semua guru dan pemateri yang ada. Dengan demikian kendala yang terjadi bisa diatasi
dengan adanya kebijakan kepala sekolah yang seperi penejlasan diatas.

2. Pembahasan

Sekolah Dasar Islam Terpadu Ibnu Hajar adalah sekolah yang terletak di jalan
Gondorejo, Desa Beji, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Sekolah ini berada di wilayah
perumahan puri indah Beji. SDIT Ibnu Hajar menggunakan kurikulum 2013 yang telah
dilaksanakan sejak kurikulum 2013 ini disahkan. SDIT Ibnu Hajar ini merupakan sekolah
Islam terpadu yang focus pembelajarannya kepada nilai-nilai Islam yang diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Sekolah ini di naungi oleh yayasan Himamuna Mulia yang juga
berlokasi di jalan Gondorejo Desa Beji Kecamatan Junrejo Kota Batu. SDIT Ibnu Hajar ini
memiliki 18 Guru yang meliputi PNS maupun non PNS. Untuk menunjang kegiatan belajar
mengajar setiap hari, sekolah ini terdapat 11 kelas, 1 perpustakaan, 1 laboratorium dan 2
sanitasi.

Guru yang berada di lingkungan SDIT Ibnu Hajar ini sudah bisa dibilang professional
tetapi kepala sekolah menginginkan para guru dan karyawan yang ada di sekolah tersebut

17
kemampuannya lebih terasah lagi sehingga kepala sekolah menerapkan kebijakan yang
menunjang agar para guru bisa lebih meningkatkan kemampuan atau profesionalismenya
disekolah ini.

Kebijakan yang diimplementasikan oleh kepala sekolah ini ada sedikit mengalami
kendala dalam melaksanakan kebijakan yang diterapkan oleh kepala sekolah. Kendala-
kendala ini bisa diatasi oleh kepala sekolah dengan berbagai cara yang ada agar guru bisa
meningkatkan profesionalismenya. Berdasarkan penelitian mengenai kebijakan kepala
sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru yang telah di uraikan pada poin
sebelumnya, maka adapun pembahasan mengenai kebijakan yang diterapkan kepala sekolah,
kendala yang dihadapi dan solusi yang diberikan kepala sekolah pada guru di SDIT Ibnu
Hajar diuraikan sebagai berikut:

a. Kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru

SDIT Ibnu Hajar merupakan sekolah Islam terpadu yang berada di Kota Batu. Sekolah
ini menerapkan kurikulum 2013 dan ada tambahan yang ada di sekolah ini yaitu sekolah
integral, dimana seolah menerapkan berbasis Islam yang ada disekolah. Integral disini guru
harus bisa memberi kesinambungan antara pelajaran yang ada dikelas setiap hari dikaitkan
dengan nilai-nilai Islam yang ada. Untuk meningkatkan profesonalisme guru disekolah ini,
kepala sekolah memberikan suatu kebijakan-kebijakan yang akan membantu untuk
meningkatkan profesionalisme guru tersebut.
Profesionalisme guru di SDIT Ibnu Hajar ini membuat pembelajaran yang ada dikelas
bisa sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh kepala sekolah. Karena guru yang mengajar
dikelas harus memiliki beberapa karakteristik yang berhubungan dengan kegiatan belajar
mengajar. Seperti yang di ungkapkan oleh Oding Supriadi, beliau mengatakan Seorang guru
sekolah dasar harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi: pedagogic, kepribadian,
social dan professional (Supriadi, 2009). Pernyataan diatas menjelaskan bahwa guru memang
harus meningkatkan profesionalismenya dalam kegiatan belajar mengajar.
Penunjang agar profesionalisme guru itu meningkat kepala sekolah di SDIT Ibnu Hajar
ini memberlakukan atau menerapkan kebijakan yang ada disekolah ini, karena dengan adanya
kebijakan yang berlaku diskeolah dapat menunjang akan peningkatan profesionalisme guru.
Kebijakan yang diberikan oleh guru adalah dengan mengadakannya kegiatan yang dilakukan
seperti pelatihan guru, workshop, kelompok kerja guru serta ada suatu kebijakan yang
diberikan oleh kepala sekolah yaitu adanya reward yang akan diberikan kepada para guru dan

18
karyawan apabila mereka telah meningkatkan profesionalnya dalam mengajar, tertib
administrasi seperti pembuatan RPP, Silabus, Prota, Promes, Penilaian, Absen kelas dan
absen kedatangan guru di sekolah.
Kebijakan yang berlaku ini juga dibenarkan dengan guru dan karyawan yang berada di
SDIT Ibnu Hajar ini. Mereka merasa kebijakan yang diterapkan oleh kepala sekolah ini
berdampak dalam peningkatan profesionalisme mereka di SDIT Ibnu Hajar. Kebijakan yang
berlaku juga membuat guru dan karyawan lebih tertib dan disiplin dalam mengerjakan tugas
atau administrasi yang harus diselesaikan.
Kepala sekolah di SDIT Ibnu Hajar sudah menerapkan kebijakan tersebut dari awal
tahun sekolah ini berdiri karena kepala sekolah menginginkan suatu target yaitu guru yang
berada disekolah ini selalu meningkatkan profesionalismenya meskipun mereka sudah
memahami tugas dan beban yang akan dihadapi dalam kegiatan yang ada diskolah ini.
Berdasarkan kebijakan yang diberikan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan
profesionalisme guru ini maka guru memiliki tugas tambahan disamping kegiatan belajar
mengajar dikelas. Misalnya guru mengikuti kegiatan pelatihan yang diadakan kepala sekolah
yang pelatihan itu diadakan selama satu semester ada empat kali pelatihan yang dilaksanakan.
Kegiatan pelatihan ini harus dihadiri oleh guru yang ada, sehingga guru tersebut dapat
menambah ilmu atau menerapkan beberapa ilmu yang diberikan dalam kegiatan pelatihan
tersebut.
Selama pelaksanaan kebijakan yang diberikan oleh kepala sekolah di SDIT Ibnu Hajar
telah mengalami perubahan dari awal penerapan hingga saat ini. Awal penerapam kebijakan
untuk meningkatkan profesionalisme guru ini adanya kkg yang ada disekolah. KKG ini
mengacu pada kegiatan dalam lingkup kecil guru itu sendiri. Jadi adanya diskusi kelompok
minimal 2 guru yang ada disekolah merupakan suatu kebijakan yang dibuat oleh kepala
sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru.
Dari sisi guru kebijakan yang diterapkan kepala sekolah ini sangat membantu untuk
meningkatkan profesionalismenya karena mereka bisa meningkatkan cara mengajar dan cara
bagaimana untuk memahami pembelajaran dengan lebih baik lagi. Dengan adanya kebijakan
yang diberikan ini guru juga dapat mengimplementasikan apa yang mereka dapat dari
pelatihan yang diadakan dalam sekolah ini. Berbagai pelatihan maupun workshop
menjadikan guru tersebut semangat dalam menjalankan atau mengajar dikelasnya.
Pengaruh kebijkan yang dibuat oleh kepala sekolah SDIT Ibnu Hajar ini juga dirasakan
oleh wali murid, seperti yang diungkapkan salah satu wali murid bahwa kebijakan ini sangat
tepat dilakukan karena berdampak pada prestasi siwa yang telah dibimbing oleh guru yang

19
mengikuti pelatihan atau workshop ini. Siswa yang sebelumnya kurang begitu tertarik dalam
kegiatan belajar mengajar mereka menjadi tertarik karena perubahan pola mengajar guruyang
dilakukan oleh guru di SDIT Ibnu Hajar ini.

b. Kendala yang muncul dalam penerapan kebijakan kepala sekolah dalam upaya
peningkatan profesionalisme guru

Pelaksanaan kebijakan yang diterapkan kepala sekolah SDIT Ibnu Hajar untuk
meningkatkan profesionalisme guru ini ada sedikit kendala dalam mengimplementasikan
kebijakan tersebut. Adanya kendala ini juga mempengaruhi kebijakan itu aka berubah atau
tidaknya. Kendala yang muncul dalam penerapan kebijakan kepala sekolah dalam upaya
peningkatan profesionalisme guru ini yaitu tidak hadirnya guru dalam acara pelatihan atau
workshop yang menjadi suatu kebijakan disekolah.

Kendala ini diungkapkan oleh kepala sekolah selaku pembuat kebijakan yang berlaku,
kepala sekoalah ini juga mengatakan bahwa pelatihan atau workshop yang dibuat olehnya
terkadang ada guru yang tidak bisa hadir, sehingga menjadi suatu kendala dalam pelaksanaan
kebijakan itu. Ketidakhadiran guru dalam pelaksanaan kegiatan tersebut sangat berpengaruh
karena guru yang ada disekoah ini hanya ada 9 guru dan yang lainnya karyawan yang bekerja
di SDIT Ibnu Hajar.

Ketidakhadiran guru ini juga mempengaruhi akan peningkatan profesionalisme yang


dimaksudkan oleh kepala sekolah, karena guru yang tidak hadir belum bisa menyerap materi
yang akan diberikan oleh pemateri lain dari luar sekolah. Kebijakan adanya pelatihan atau
kegiatan workshop ini diadakan selama 4 kali dalam satu semester atau bisa dikatakan satu
setengah bulan sekali agar guru cepat meningkatkan profesionalismenya dalam kegiatan
belajar mengajar dikelas.

c. Cara mengatasi kendala yang muncul dalam penerapan kebijakan peningkatan


profesionalisme guru

Kendala yang muncul dalam penerapan kebijakan yang dilakukan oleh kepala sekolah
untuk peningkatan profesionalisme guru yang ada kepala sekolah mempunyai beberapa solusi
yang bisa mengatasi permasalahan yang muncul. Solusi itu adalah kepala sekolah melakukan
reschedule terhadap kegiatan yang ada atau yang akan dilakukan sehingga para guru yang
tidak bisa hadir akan hadir dalam kegiatan tersebut. Solusi ini juga dirasakan oleh guru di
SDIT Ibnu Hajar karena guru mengatakan senang ketika kebijakan atau waktu kegiatan yang

20
menjadi suatu kendala mereka hadir bisa di ganti hari dan pelaksanaan kegiatan pelatihan
atau workshop ini.

Solusi lain yang diberikan oleh kepala sekolah yaitu dengan adanya perampingan
kegiatan yang awalnya kegiatan tersebut dilakukan selama 4 kali dalam 1 semester, kepala
sekolah sebagai pembuat kebijakan melakukan perampingan jadwal kegiatan menjadi 2 kali
dalam 1 semester karena dengan adanya perampingan yang dilakukan oleh kepala sekolah ini
dapat membuat para guru hadir semua dalam mengikuti kegiatan tersebut.

Adanya reward yang diberikan kepala sekolah juga menjadi salah satu solusi yang
diberikan kepada para guru. Reward ini guna meningkatkan profesionalisme guru disekolah.
Reward ini berupa tambahan gaji yang akan diterima oleh guru dikahir bulan . Dengan
adanya reward tambahan gaji ini juga membuat guru lebih antusias lagi dalam meningkatkan
profesionalismenya.

Dengan demikian solusi yang diberikan oleh kepala sekolah bisa mengatasi kendala
yang muncul dalam kebijakan yang diterapkan kepala seklah utnuk meningkatkan
profesionalisme guru di SDIT Ibnu Hajar.

E,. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan di SDIT Ibnu Hajar Kota Batu
mengenai kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru, maka
kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1. Kebijakan yang diterapkan kepala sekolah untuk meningkatkan profesionalisme
guru sudah berjalan sejak sekolah ini didirikan, namun kebijakan yang diterapkan
terkadang mengalami perubahan sesuai berjalannya waktu. Kebijakan yang
diterapkan yaitu adanya kegiatan yang berupa pelatihan, workshop dsb yang harus
diikuti oleh semua guru di SDIT Ibnu Hajar.
2. Kebijakan di sekolah biasanya ada kendala yang muncul, begitu juga disekolah ini
ada beberapa kendala yang muncul atas diterapkannya kebijakan kepala sekolah.
Kendala ini berupa guru tidak bisa meluangkan waktu dalam acara pelatihan ini
atau bisa di latakan ada kesibukan pribadi. Kendala ini juga mempengaruhi kegiatan
yang dilaksanakan karena dengan ketidakhadiran guru ini maka kepala sekolah
tidak bisa melanjutkan kegiatan ini karena sekolah ini hanya ada 8 guru yang
mengikuti kegiatan tersebut. Kepala sekolah juga memahami kendala yang muncul
dalam menerapkan kebijakan tersebut.

21
3. Kendala yang muncul dalam penerapan kebijakan kepala sekolah untuk
meningkatkan profesionalisme guru di sekolah, kepala sekolah memberikan suatu
solusi untuk mengatasi kendala tersebut yaitu dengan mereschedule atau menjadwal
ulang kegiatan yang telah menjadi kebikjakan agar semua guru bisa hadir
menghadiri pelatihan ini. Solusi yang lain diberikan oleh kepala sekolah yaitu
dengan adanya reward yang diberikan berupa tambahan gaji apabila guru
menunjukkan peningkatan profesionalismenya secara signifikan. Solusi-solusi
tersebut bisa mengatasi kendala yang ada di SDIT Ibnu Hajar.

RUJUKAN

Abbas, A. (2018). PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU. Adaara: Jurnal


Manajemen Pendidikan Islam. https://doi.org/10.35673/ajmpi.v7i1.310
Agustino, L. (2016). Dasar-Dasar Kebijakan Publik (Edisi Revisi). Alfa Beta.
Bafadhol, I. (2017). Lembaga Pendidikan Islam Di Indoesia. Jurnal Edukasi Islami Jurnal
Pendidikan Islam.
Bakry, A. (2010). Kebijakan Pendidikan sebagai Kebijakan Publik. Jurnal MEDTEK.
Bungin, B. (2011). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu
Sosial Lainnya. In Kencana.
Dr. Rusman, M. P. (2018). Model-model pembelajaran : mengembangkan profesionalisme
guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Fachruddin Saudagar, A. I. (2009). Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Fitrah, M. (2017). PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU
PENDIDIKAN. Jurnal Penjaminan Mutu. https://doi.org/10.25078/jpm.v3i1.90
Hasbullah, M, H. (2015). Kebijakan Pendidikan Dalam Perspektif Teori, Aplikasi, Dan
Kondisi Objektif Pendidikan Di Indonesia. In Edisi Ke-1.
Hasibuan, M. S. P. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi Jakarta: Bumi
Aksara.
Husaini, U. (2008). Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. In SCMS Journal
January-March 2008.
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU
PADA SEKOLAH DASAR LUAR BIASA NEGERI BANDA ACEH. (2017). Jurnal
Administrasi Pendidikan : Program Pascasarjana Unsyiah.
Moleong, L. (2006). Metodologi penelitian. Kualitalif Sasial.
Mulyasa, E. (2014). Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional. In Bandung: Remaja
Rosdakarya.

22
Riyadiningsih, H. (2016). TEORI KEPEMIMPINAN: SEBUAH TINJAUAN DARI
PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU. In Hening Riyadiningsih : Teori Kepemimpinan:
Sebuah Tinjauan Dari Perspektif Filsafat Ilmu.
Sanjaya, W. (2008). Kurikulum Dan Pembelajaran (Teori & Praktek KTSP). In Kencana.
Sugiyono. (2016). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sukaningtyas, D., Satori, D., & Udin Syaefuddin Sa’ud. (2016). Pengembangan Kapasitas
Manajemen Sekolah. Jurnal Ilmu Pendidikanu Pendidikan.
Supriadi, O. (2009). Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jurnal Tabularasa
PPS Unimed.
Syamsul, H. (2017). PENERAPAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN KINERJA GURU PADA JENJANG SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA (SMP). Idaarah: Jurnal Manajemen Pendidikan.
https://doi.org/10.24252/idaarah.v1i2.4271
Tabrani, R. (1989). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya.
Tarhid, T. (2017). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme
Guru. Jurnal Kependidikan. https://doi.org/10.24090/jk.v5i2.1931
Wahjosumidjo. (2005). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta: Rajawali Press.
Wahyudin Nur Nasution. (2015). KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH.
JURNAL TARBIYAH.
Yuliana, Masluyah Suib, W. (2014). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru di SMA Negeri 1 Mempawah Hilir. Pendidikan Dan
Pembelajaran.

23
LAMPIRAN 1
INSTRUMENT PENELITIAN

PEDOMAN OBSERVASI

1. Pelaksanaan pembelajaran

2. Pemberian materi oleh kepala sekolah

3. Pelaksanaan jadwal piket

24
PEDOMAN WAWANCARA

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

Daftar pertanyaan wawancara ini berfungsi untuk menjawab rumusan masalah pada
penelitian yang berjudul “Analisis Kebijakan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru di SDIT Ibnu Hajar Kota Batu”

Pedoman wawancara kepala sekolah

Identitas informan

Nama : Ibu Yenny

Jabatan : Kepala Sekolah

Tanggal Wawancara : 05 Januari 2021

1. Menurut pandangan ibu bagaimana gambaran umum tentang kinerja pendidik dan
tenaga kependidikan pada sekolah ini?
2. Apakah sejauh ini peran pendidik atau tenaga pendidiknya dalam mendukung
pendidikan disekolah ini sudah terpenuhi, jadi semisal apa guru sudah memenuhi
syarat mengajar yang ada di lembaga ini
3. Menurut ibu kepemimpinan seperti apa yang dibutuhkan disekolah ini.
4. Pertanyaan selanjutnya bagaimana dengan profesionalisme guru yang ada di sdit
Ibnu Hajar ini, untuk mengajar dikelas ini apa sudah professional?

25
5. Untuk pertanyaan selanjutnya, untuk meningkatkan profesionalisme guru itu apa
njenengan ada kebijakan-kebijakan atau pembinaan.
6. Itu biasanya dilakukan berapa bulan atau berapa semester gitu bu?
7. Untuk peningkatan profesionalisme guru ini apa panjenengan ada pengawasan rutin
8. Ketika guru-guru itu sudah memberikan kayak profesionalismenya sebagian sudah
selesai semua sesuai deadline. apresiasi apa yang anda berikan kepada guru
tersebut?
9. Kebijakan yang ibu berikan atau pelatihan tersebut ada kendala?
10. Jadi kendalanya itu bentrok jadwal gurunya itu ya bu, atau ada kendala lain?
11. Oh begitu nggeh bu, jadi itu menjadi suatu solusi untuk yang terjadi bentrokan
jadwal itu nggeh bu. untuk pertanyaan terakhir bu bagaimana strategi ibu dalam
memberikan motivasi agar gurunya tetap semangat mengajar dan sekarang dalam
musim pandemic gini kan ada yang agak menurun motivasinya.

26
Pedoman wawancara guru
Identitas informan
Nama : Erika Ristiawati
Jabatan : Guru
Tanggal Wawancara : 15 Januari 2021
1. Apa bu Erika ini mendapat sebuah pelatihan dari sekolah dalam hal pembelajaran?
2. Dalam musim pandemic seperti ini apakah kegiatan tersebut berlangsung sesuai
rencana atau jadwal?
3. Biasanya kegiatan in house training ini apa yang ibu Erika dapat?
4. Untuk menghadiri suatu kegiatan tersebut apa biasanya ibu atau teman2 guru yang
lainnya kadang ada halangan hadir?
5. Apakah ibu Erika merasa senang jika ada kegiatan seperti itu disekolah?
6. Apakah ada penilaian bu dari pihak kepala sekolah mengenai kinerja mengajar?

27
Pedoman wawancara wali murid
Identitas informan
Nama : Ari
Jabatan : Wali Murid
Tanggal Wawancara : 15 Januari 2021
1. Anak bapak yang sekolah disini bernama siapa pak dan kelas berapa?
2. Dalam hal pembelajaran dikelas 3 ini apakah ada peningkatan nggeh pak?
3. Menurut bapak apakah guru yang mengajar angga ini sudah professional dalam
mengajar
4. Apakah bapak merasa senang anak bapak ada peningkatan dalam belajar

28
PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Struktur Organisasi

2. Fasilitas Penunjang Kegiatan

3. Dokumen yang berhubungan dengan penelitian

29
LAMPIRAN 2
HASIL WAWANCARA

A. HASIL WAWANCARA KEPALA SEKOLAH


Identitas informan
Nama : Yenny
Jabatan : Kepala Sekolah
Tanggal Wawancara: 05 Januari 2021
L :Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu, ini dengan ibu siapa?

 dengan ibu Yenny erwanti

L : Jadi disini saya harus menanyakan beberapa point saja bu, ada 10 point tentang
peningkatan profesionalisme guru

 iya

L : untuk pertanyaan yang pertama, menurut pandangan ibu bagaimana gambaran umum
tentang kinerja pendidik dan tenaga kependidikan pada sekolah ini?

 kinerja pendidik dan tenaga pendidikan disekolah ini, karena system itu sudah
terbentuk ya, bagaimana kita menilai profesionalisme guru. yg pertama ada secara
administrasi mengajar, kemudian juga ada secara loyalitasnya guru yang ada disini

L : apakah sejauh ini peran pendidik atau tenaga pendidiknya dalam mendukung pendidikan
disekolah ini sudah terpenuhi, jadi semisal apa guru sudah memenuhi syarat mengajar yang
ada di lembaga ini.

30
 eee…. ada guru yang memang, kan idealnya kan s1 dan sarjana pendidikan. idealnya
lulusan universitas terbuka atau universitas lain. kalau s1 itu kan biasanya kalau
mengajar disini harus lulusan pgsd tetapi ada juga yang jurusan kuliahnya bukan dari
pgsd.

L : Menurut ibu kepemimpinan seperti apa yang dibutuhkan disekolah ini.

 Kepemimpinan yang pertama yaitu loyal kemudian ya professional. tapi tetap yang
harus dipenuhi itu paling tidak kalau secara ini ya kita secara tuntutan dari dinasnya
kepala sekolah itu harus memiliki masa kerja paling tidak itu dia sudah memiliki
NUPTK kemudian sudah sertifikasi kepala sekolah. Karena nanti jika kepala sekolah
itu mereka sudah memiliki NUKS untuk kepala sekolah itu sendiri dan itu tergantung
pangkat. jadi untuk mengikuti pelatihan kepala sekolah itu persyaratannya kepala
sekolah itu harus memiliki sertifikat dan masa kerjanya dilihat

L : jadi masa kerja itu mempengaruhi nggeh bu?

 iya kalau sudah memiliki NUPTK, sudah sertifikasi otomatis masa kerjanya juga
sudah lama

L : pertanyaan selanjutnya bagaimana dengan profesionalisme guru yang ada di sdit Ibnu
Hajar ini, untuk mengajar dikelas ini apa sudah professional?

 sebagian besar sudah tau dengan apa yang menjadi tugasnya ketika mengajar dikelas,
kita ini kana da kurikulum tersendiri seperti kurikulum integral jadi nilai-nlai ke
islaman yang dimasukkan dalam mata pelajaran dan itu harus tercapai sehingga ya itu
guru harus memberikan materi itu bukan sekedar materi. Jadi seolah-olah 1x1 itu
bukan langsung hasilnya tapi 1x1 itu bisa ada nilai yang dikaitkan dengan keislaman.

L : jadi ada kesinambungan antara keislaman dengan materi

 iya, sekolah kita ini kan sekolah islam terpadu jadi kita harus mengkaitkan nilai
keislaman dengan nilai yang ada di pelajaran tersebut.

L : jadi ini ya bu,sekolah ini seperti semi boarding school gitu ya bu?

 iya, kita sekolah pulang sampai sore sampai jam setengah 4

31
L : itu sudah termasuk ngaji dan pembiasaan yang ada itu nggeh bu. untuk pertanyaan
selanjutnya, untuk meningkatkan profesionalisme guru itu apa njenengan ada kebijakan-
kebijakan atau pembinaan.

 ya tentunya ada pelatihan seperti in house training dan ada beberapa pelatihan yang
menjadikan itu suatu kebijakan sekolah untuk meningkatkan profesionalisme guru
yang ada disekolah ini

L : itu biasanya dilakukan berapa bulan atau berapa semester gitu bu

 dalam satu semester ada 3 kali itu belum yang termasuk memanggil pemateri dari
luar. dari internal pun terkadang kita bisa meminta mereka menjadi pemateri jika ada
yang mengikuti seminar dari luar. selain itu kita juga ada kkg sekolah. karena icon
kita menghebat bersama. jadi ketika yang satu pintar yang lain juga harus ketularan.

L : untuk peningkatan profesionalisme guru ini apa panjenengan ada pengawasan rutin atau
guru ada duatu laporan.

 ya ini, mmmm yang pertama misalkan yang terkait administrasi kependidikan itu
misalkan ada kesulitan itu kita sharing di kkg nanti saya evaluasi sampai bagaimana
dan progresnya apa. kemudian juga misalkan terkait keseharian kita ya piket, jadwal
piket kemudian mengerjakan rpp bersama.

L : nah untuk pengumpulan administrasi kelas apa pengumpulannya tiap semester atau
bagaimana?

 eeee… dalam setetiap semester itu diawal kita itu paling tidak mengerjakan separuh,
karena rpp itu kalau mengerjakan tidak bisa langsung selesai.

L : eee ketika guru-guru itu sudah memberikan kayak profesionalismenya sebagian sudah
selesai semua sesuai deadline. apresiasi apa yang anda berikan kepada guru tersebut?

 ya biasanya kita ada kalau apa ya kalau perangkat itu ya biasanya kita kasih misalkan
kasih tambahan di gaji atau dishonor meskipun tidak banyak

L : trus ketika kebijakan yang ibu berikan atau pelatihan tersebut ada kendala?

 biasanya kita pernah jadwal tapi semisal kalau tidak banyak yang bisa yaudah kita
undur.

L : jadi kendalanya itu bentrok jadwal gurunya itu ya bu, atau ada kendala lain.

32
 eee sebenernya kebanyakan dari internal ya biasanya ada kesibukan alhirnya kita
rampingkan sehingga semisal biasanya kita ada pertemuan 1 semester 4 kali menjadi
2 kali

L : oh begitu nggeh bu, jadi itu menjadi suatu solusi untuk yang terjadi bentrokan jadwal itu
nggeh bu. untuk pertanyaan terakhir bu bagaimana strategi ibu dalam memberikan motivasi
agar gurunya tetap semangat mengajar dan sekarang dalam musim pandemic gini kan ada
yang agak menurun motivasinya.

 ya, kita sering rapat offline diawal itu kita ada tauji atau penyemangat yang diberikan.

L : untuk sekarang ini masuknya guru bagaimana nggeh bu?

 kalau disekolah kita biasanya system piket jadi guru masuk sesuai jadwal piketnya
dan hanya 50% yang masuk

33
B. HASIL WAWANCARA GURU
Identitas informan
Nama : Erika
Jabatan : Guru SDIT Ibnu Hajar
Tanggal Wawancara: 15 Januari 2021
L : Assalamualaikum bu, mohon maaf menggau waktunya, sy ingin menanyakn
beberapa hal nggeh bu.

 iya bu silahkan

L : ini mengenai pembelajaran dalam kelas bu, apa bu Erika ini mendapat sebuah
pelatihan dari sekolah dalam hal pembelajaran?

 iya bu, dari sekolah mendapat semacam workshop atau in house training mengenai
beberapa hal terutama pengembangan dalam pembelajaran atau cara mengajar

L : nah didalam musim pandemic seperti ini apakah kegiatan tersebut berlangsung
sesuai rencana atau jadwal?

 kalau dalam kondisi sekarang ini masih belum kondusif bu suasananya sehingga
kegiatan pelatihan ini belum sesuai rencana atau jaadwal

L : Biasanya kegiatan in house training ini apa yang ibu Erika dapat?

34
 jadi saya mendapatkan suatu pengarahan mengenai bagaimana cara mengajar yang
lebih kondusif lagi dan bagaimana cara kita mengatasi agar pembelajaran yang ada
didalam kelas tidak dirasa bosan oleh murid-murid

L : untuk menghadiri suatu kegiatan tersebut apa biasanya ibu atau teman2 guru yang
lainnya kadang ada halangan hadir?

 iya terkadang salah satu diantara kita memang ada yang tidak hadir karena alasan
tertentu sehingga pihak atasan terkadang mengubah jadwal supaya semua guru bisa
hadir mengikuti acara

L : apakah ibu Erika merasa senang jika ada kegiatan seperti itu disekolah?

 iya saya merasa senang, ya itu tadi mbak karena saya mendapat pengalaman baru
sehingga saya bisa meningkatkan cara mengajar saya terhadap anak yang ada dikelas

L : apakah ada penilaian bu dari pihak kepala sekolah mengenai kinerja mengajar?

 iya mbak, ada penilaian yang dilakukan oleh kepala sekolah tiap akhir semester
seperti administrasi mengajar kita, bagaimana cara mengajar kita dan absensi kita
disekolah

L : ohh begitu nggeh bu, baik bu terimakasih atas semua jawabannya. kalau semisal
nanti saya ada yang kurang boleh kan nggeh saya bertanya-tanya sedikit lagi

 ia mbak silahkan dating kesekolah lagi saja

L : baik bu kalau begitu sekali lagi terimakasih

 : sama-sama mbak

35
C. HASIL WAWANCARA WALI MURID
Identitas informan

Nama : Bapak Ari

Jabatan : Wali Murid kelas 3 SDIT Ibnu Hajar

Tanggal Wawancara: 15 Januari 2021

L : assalamualaikum pak, saya lia mohon maaf mengganggu waktu jemput disekolah

 nggeh mbak mboten nopo

L : oh nggeh pak saya mau sedikit bertanya mengenai beberapa hal disekolah

 ia mbak

L : anak bapak yang sekolah disini bernama siapa pak dan kelas berapa?

 anak saya namanya angga mbak dia kelas 3 sekarang

L : angga nggeh pak, oh iya pak dalam hal pembelajaran dikelas 3 ini apakah ada
peningkatan nggeh pak?

36
 saya rasa ada sedikit peningkatan nggeh mbak karena dikondisi seperti ini anak saya
terkadang malas belajar tetapi ada beberapa waktu dia aktif sekali dalam hal
pembelajaran

L :menurut bapak apakah guru yang mengajar angga ini sudah professional dalam
mengajar

 saya rasa guru yang mengajar anak saya sudah cukup professional ya mbak karena
juga kita harus memahami mengenai kondisi seperti ini kita juga yang harus andil
dalam mengajari anak kalau ada dirumah

L : apakah bapak merasa senang angga ada peningkatan dalam belajar

 tentunya sebahai orangtua saya senang mbak karena sekali lagi pihak sekolah sangat
mendukung dan mengapresiasi guru yang mengajar anak-anak dalam kondisi seperti
ini, saya terkadang juga merasa iba terhadap guru yang mengajar karena upaya yang
dilakukan terkadang juga anak yang diajari belum tentu paham maksudnya

L : tapi ini bolehh masuk sekolah gini pak?

 iya mbak untuk masuk sekolah anak saya hanya seminggu sekali di hari rabu ini dan
hanya 2 jam saja disekolah, antar dan jemputnya harus ontime

L : oh nggeh pak, terimaksih nggeh pak sudah sangat membantu saya, maaf
mengganggu waktu jemputnya

 iya mbak sama-sama

37
LAMPIRAN 3
STRUKTUR ORGANISASI

38
LAMPIRAN 4
SURAT PENELITIAN

39
40
41

Anda mungkin juga menyukai