Diajukan Kepada:
Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi
Cq. Kepala Lembaga Penelitian dan Pusat Studi
Disusun Oleh:
Tujuan penelitian ini Untuk Mengetahui manajemen kepemimpinan kepala sekolah dalam
meningkatkan kualitas kinerja pendidik dan tenaga kependidikan di Madrasah Aliyah Sunggal.
Untuk Mengetahui gambaran Kinerja Pendidik dan Tenaga Kependidikan Di Madrasah
Amaliyah Sunggal. Untuk Mengetahui faktor pendukung dan penghambat manajemen
kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas kinerja pendidik dan tenaga
kependidikan di Madrasah Aliyah Sunggal. Meningkatnya kualitas kinerja pendidik dan tenaga
kependidikan akan memberikan dampak yang signifikan bagi proses pendidikan dan tercapainya tujuan
pendidan yang diinginkan. Tulisan ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang merusaha
memaparkan bentuk manajemen kepemimpinan seorang Kepala Sekolah dalam rangka meningkatkan
kualitas kinerja pendidikan dan tenaga kependidikan.
Kata Kunci: Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN HIBAH INTERNAL
Diketahui/Disetujui oleh:
Kepala Lembaga Penelitian dan Pusat Studi,
ii
i
(Dr. Sukma Aditya Sitepu, S.Pt., M.Pt)
NIDN: 0108
i
v
DAFTAR ISI
RINGKASAN.......................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Pentingnya Penelitian dilaksanakan............................................................2
1.3. Rumusan Masalah.........................................................................................3
1.4. Tujuan Penelitian..........................................................................................3
1.5. Luaran Penelitian..........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................4
2.1. Manajemen Kepemimpinan...........................................................................4
2.2 Kepala sekolah..............................................................................................4
2.3. Tipe-tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Ideal................................5
2.4. Strategi Manajemen Kepemimpinan dalam Meningkatkan......................7
kualitas Kinerja Pendidik dan Tenaga Kependidikan..............................7
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................11
3.1. Materi Penelitian.........................................................................................11
3.2. Prosedur Penelitian.....................................................................................11
3.3. Parameter yang Diamati.............................................................................12
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................12
3.5 Jenis dan Ruang Lingkup Penelitian..........................................................12
3.6. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................12
BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELTIAN...............................................19
4.1. Anggaran Biaya...........................................................................................19
4.2. Jadwal Kegiatan..........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
gaya dan tipe tertentu guna mempermudah dan memuluskan langka serta proses
kepemimpinan.
Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah harus dikonstruksi berdasarkan
perubahan dan perkembangan lingkungan masyarakatnya dengan tetap
mempertimbangkan aspek kebersamaan dan keragamaan, sehingga mampu
mengadakan program-program baru yang mampu meningkatkan kualitas pendidikan
dan tenaga kependidikan sertab harus selalu di evaluasi bahkan diperbaharui.
Kebanyakan menajamen kepala sekolah (sekolah negeri) cenderung bersifat
administratif dan sekedar melaksanakan kebijakan dari atas ke bawah, tanpa
mempertimbangkan proyek peningkatan dan pengembangan yang seharusnya selalu
menjadi agenda utama bagi seorang pemimpin. Oleh karena itu pembinaan yang
dilakukan seorang Kepala Sekolah mestinya tidak hanya bersifat administratif tetapi
lebih pada pengembangan dan peningkatan kualitas kompetensi pendidikan dan
tenaga kependidikan. Terdapat 4 kompetensi yang harus dikembangkan terhadap
seorang guru (pendidik) yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan
prefesional. Sehingga strategi manajemen kepemimpinan kepala sekolah menjadi
kunci keberhasilan guru atau pendidikan dan tenaga kependidikan.
Kepala sekolah sebagai salah satu yang paling menentukan dalam sebuah
kemajuan organisasi khususnya pada sekolah yaitu Madrasah Aliyah Sunggal di mana
akan memberikan dampak yang sangat bagus terhadap perubahan baik dalam sistem
pendidikan sekolah salah satu diantaranya dampak positif adalah bagaimana efektivitas
pendidikan kepemimpinan sekolah yang kuat dan bagaimana pengelolaan tenaga
kependidikan yang efektif, budaya sekolah, mutu, kerjasama yang kompak, hasil yang
dihasilkan oleh sekolah, kemandirian dan partisipasi stakeholder, bagaimana keterbukaan
manajemen dan kemauan untuk merubah, dan mengevaluasi perbaikan, responsif, dan
antisipasi terhadap yang dibutuhkan akuntabilitas dan sustainabilitas. 3untuk mengetahui
pentingnya bagaimana seorang kepala sekolah dalam investasi pendidikan maka perlu
diketahui tugas-tugas dan fungsi kepala sekolah
3
H.E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, hal.
89
2
1.3. Rumusan Masalah
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu “Kepala” artinya ketua dan “Sekolah”
artinya sebuah lembaga. Jadi pengertyian kepala sekolah adalah sorang pemimpin
sekolah atau suatu lembaga di mana lembaga itu sebagai tempat berlangsung
kegiatan belajar mengajar dalam arti sebuah proses pendidikan. menurut Mulyasa
Kepala sekolah adalah tenaga fungsional guru yang diberi amanat untuk memimpin
4
Mulyasa H.E (2013). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rodaskarya
Offset.
5
Basri, Hasan. (2014) Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: CV. Pustaka Setia
35
suatu sekolah dalam menyelenggarakan sroses pendidikan6. Sementara Suhardiman
menjelaskan kepala sekolah adalah seorang guru yang diberi mandate untuk
menduduki jabatan structural pada sebuah lembaga pendidikan formal.7
Berdasarkan pandangan tersebut maka pemimpin dapat diartikan sebagai seseorang
yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain baik pada sisi prilaku
maupun sikap dan pola pikirnya. Oleh karena itu dalam sebuah kepemimpinan
dibutuhkan suatu karakter yang kuat, tegas, inovatif dan tahan uji, tertancap kuat
dalam diri sehingga tercipta kepemimpinan yang kuat dan efektif lagi efisien. Dalam
konteks yang lebih jauh sebiuh kepemimpinan menjadi faktor utama dalam sebuah
organisasi sehingga berhasil dan tidaknya sebuah organisasi tergantung seberapa
sukses misi dan visi kepemimpinan yang dijalankan. Dengan demikian maka
kepemimpinan dapat diartikan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki seseorang
dalam mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sama melakukan suatu tindakan
dan perbuatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Mulyadi menjelaskan bahwa perilaku dalam menjalankan tugas kepemimpinan
meliputi :
Pengambilan keputusan.
Penguatan kesetiaan pengikutnya.
Pengorganisasian yang kuat
Pemberdayaan SDM dan sumber daya lainnya.
Tindakan evalusi dan solusi
Memberikan reward
Pendelegasian wewenang.
Pemberian semangat dan motivasi8
.
2.3. Tipe-tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Ideal
Seorang pemimpin akamn mampu menjalankan tugas
kepemimpinannya jika dia mampu memberdayakan SDM dan sumber
daya lainnya yang terkait sesuai dengan standart mutu yang ada.8Berikut
beberapa tipe kepemimpinan yang umum dipraktekkan dalam sebuah
6
Mulyasa, H.E. (2015). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
7
Suhardiman, Budi. (2012). Studi Pengembangan Kepala Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
8
Sagala, Syaiful. (2007). Manajemen Strategi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung:
Alfabeta,
35
organisasi termasuk sekolah / lembaga pendidikan, yaitu:
1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya
tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang
lain baik secara perorangan ataupun kelompok.9
2. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik (otoriter), sifat-sifat dari tipe
kepemimpinan militeristik (otoriter), yaitu:
a. Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando,
keras dan kaku dan seringkali kurang bijaksana
b. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan
c. Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara serimonial.
d. Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya
e. Tidak menghendaki saran, usul dan kritikan dari bawahannya
f. Komunikasi hanya berlangsung searah.10
3. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis adalah tipe kepemimpinan yang
memandang bahwa kepemimpinan itu mutlak dan final serta harus
dipatuhi oleh semua pihak, sehingga tipe ini juga dikenal kenal
dengan tipe kepemimpinan individualistic hanya menganggap
pendapat dan prinsipnya yang paling benar.11
9
Suparlan. 2014. Manajemen Berbasis Sekolah dari Teori sampai dengan praktik. Jakarta : PT.
Bumi Angsara. 17
10
Mulyas, H.E (2014). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rodaskarya Offset.. 23
11
Mulyasa H.E (2014). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rodaskarya Offset.27
12
Mazarei, Ibrahim et al. 2013. “The Relationships between Servant Leadership Style and
Organizational Commitment”. Scholars Research Library. Archives of Applied Science Research,
5
35
memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.13
Tabel 1
Pendapat Para Pakar tentang Pengertian Kinerja14
No Pengertian Kinerja Pendapat
1. Performance diartikan sebagai hasil pekerjaan, (Pariata Westra
atau pelaksanaan tugas pekerjaan et al. 1977:246).
2. kinerja adalah proses kerja dari seorang Bateman
individu untuk mencapai hasil-hasil tertentu, (1992:32)
3. Prestasi Kerja atau penampilan kerja Nanang Fattah
(performance) diartikan sebagai ungkapan (1999:19)
kemampuan yangdisasari oleh pengetahuan, sikap,
dan ketrampilan dan motivasi dalam menghasilkan
sesuatu
13
Ivancevich, John M. (2007) Human Resource Management. Asia: Mcgraw-Hill International
Edition
14
Washington, Rynetta et al. 2006. “Individual differences in servant leadership: the roles of
values and personality”. Leadership & Organization Development Journal. Vol. 27 No. 8. pp. 700-
716
35
4. Performance is defined as the record of outcomes Bernardin dan
produced on a specified job function or activity Russel
during a specific time periode dalam Ahmad
S Ruky
(2001:15)
5. Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara A. Anwar Prabu
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang Mangkunegara
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai (2001:67)
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
35
Skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-
120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan
terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari. maka ia akan
lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu,
pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan
keahliannya.19
16
Mas’ud, Fuad, 2004, Survai Diagnosis Organisasional, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang
35
Pendidik dan Tenaga Kependidikan dapat dirumuskan dalam perspektif
sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah dapat menyelenggarakan proses pendidikan
sesuai tujuan pendidikan secara umum secara efektif dan efisien.
2. Kepala Sekolah dapat memperoleh suber daya pendidik dan
tenaga kependidikan yang diharapkan mampu membangun serta
mewujudkan visi dan misi sekolah secara optimal.
BAB III
35
METODE PENELITIAN
6. Pelaksanaanya yaitu:
Melakukan observasi dengan pengamatan langsung tentang
Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Kualitas Kinerja Pendidik dan Tenaga Kependidikan Di Madrasah
Amaliyah Sunggal.
a. Melakukan wawancara dengan kepala Sekolah berkaitan Manajemen
35
Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Kinerja
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Di Madrasah Amaliyah Sunggal
b. Mengambil data-data di Madrasah Amaliyah Sunggal
c. Mengambil dokumentasi yang diperlukan untuk sarana penunjang
penelitian dan sebagai bukti.
3.3. Parameter yang Diamati
35
Metode pertama yang peneliti gunakan dalam mengumpulkan data di
lapangan adalah dengan wawancara mendalam. Devito mengatakan bahwa
wawancara adalah bentuk khusus komunikasi antarpribadi.17 Surakhmad
menyebutkan bahwa wawancara adalah teknik komunikasi langsung, yakni
peneliti mengumpulkan data dengan jalan mengadakan komunikasi
langsung dengan subjek penelitian baik dalam situasi yang sebenarnya
ataupun dalam situasi buatan18.
Dari pengertian wawancara di atas, dapat diambil satu konklusi
wawancara adalah komunikasi antara dua orang atau lebih (pewawancara
dan yang diwawancarai) untuk mendapatkan informasi dalam rangka
mencari solusi terhadap suatu masalah yang terjadi secara langsung/tatap
muka. Pelaksanaan wawancara tidak hanya sekali atau dua kali, melainkan
berulang-ulang dengan intensitas yang tinggi.19
Ada beberapa informan yang peneliti wawancarai dalam penelitian
ini, yaitu: Kepala Sekolah, Guru dan tenaga Kependidikan. Sebelum
melakukan wawancara pada pengurus, peneliti memberikan penjelasan
kepada mereka tujuan peneliti datang ke kantor yaitu untuk melakukan
penelitian dalam rangka penulisan penelitian. Di samping itu, peneliti juga
meminta izin pada para pengurus jika memungkinkan untuk melakukan
wawancara, observasi beberapa waktu. Adapun yang menjadi bahan
wawancara yang terkait penelitian ini dapat dilihat pada table selanjunya.
2.Observasi
17
Joseph A Devito, Komunikasi Antar Manusia, Alih Bahasa Agus Maulana (Jakarta:
Profesional Books, 1997) h. 281.
18
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1994). h. 162.
19
Setya Yuwana Sudikan, Ragam Metode Pengumpulan Data (Jakarta: PT Raja
GrafindoPersada, 2003), h.62
35
atau observer dalam menyaksikan atau mengamati suatu objek peristiwa
yang sedang ditelitinya. Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara
langsung Di Madrasah Amaliyah Sunggal.
Observasi hakikatnya kegiatan yang menggunakan panca indra melalui
aktifitas, kejadian, peristiwa, objek serta kondisi atau suasana tertentu.
Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau
kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Setelah melakukan wawancara mendalam yang merupakan metode utama
dalam pengumpulan data, peneliti melakukan observasi/pengamatan. Secara
sederhana observasi/pengamatan dapat diartikan sebagai proses melihat
situasi penelitian20. Pengamatan adalah teknik pengumpulan data di mana
seorang peneliti melakukan pengamatan pada masyarakat yang menjadi
objeknya. Menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong, ada beberapa alasan
mengapa metode observasi dimanfaatkan yaitu:
Teknik observasi ini didasarkan atas pengalaman secara langsung, karena
pengalaman secara langsung merupakan alat yang ampuh untuk mengetes
suatu kebenaran. Ini dilakukan jika data yang diperoleh kurang meyakinkan.
Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri,
kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada
keadaan sebenarnya.
Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang
berkaitan dengan pengetahuan proposisional maupun pengetahuan yang
langsung diperoleh dari data.
Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan ada data yang
dijaringnya “menceng” atau bias. Kemungkinan menceng itu terjadi karena
kurang dapat mengingat peristiwa atau hasil wawancara, adanya jarak antara
peneliti dan yang diwawancarai, ataupun karena reaksi peneliti yang
emosional pada suatu saat. Jalan yang terbaik untuk mengecek kepercayaan
data tersebut ialah dengan jalan memanfaatkan observasi.
20
Consevelo G Sevila, Pengantar Metode Penelitian, terj. Tery Alirumuddin Tuwu
(Jakarta: Universitas Indonesia, 1993), h.198.
35
Teknik observasi memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi
yang rumit. Situasi yang rumit mungkin terjadi jika peneliti ingin
memperhatikanbeberapa tingkah laku sekaligus. Jadi pengamatan dapat
menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan untuk
perilaku yang kompleks.
Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak
dimungkinkan, observasi dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
Dari beberapa alasan yang diungkapkan oleh Guba dan Lincoln di atas,
maka semakin memantapkan peneliti untuk menggunakan
observasi/pengamatan dalam penelitian ini. Melalui observasi ini, peneliti
mencoba melihat secara langsung situasi menejemen kepemimpinan untuk
memahami dan mencari jawaban atas fenomena yang sebenarnya. Observasi
ini peneliti lakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang
keadaan yang sebenarnya, terkait Manajemen kepemimpinan kepala sekolah
dalam meningkatkan kualitas kinerja pendidik dan tenaga kependidikan di
madrasah Amaliyah Sunggal.
3. Metode Dokumentasi
21
Haris herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika,
2010), h.143.
35
3.7. Metode Analisis Data
Analisis data disebut juga dengan pengolahan dan penafsiran data. Analisis
data menurut Nasution adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan,
menyusun data berarti menggolongkannya dalam pola, tema atau kategori22.
Analisis data sebaiknya dilakukan sejak awal, sebagaimana ungkapan Nasution
yang dikutip Sugiyono menyatakan analisa telah mulai sejak merumuskan dan
menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus
sampai penulisan hasil penelitian.23Analisis data merupakan proses kegiatan
pengolahan hasil penelitian yang dimulai dari menyusun, mengelompokkan,
menelaah dan menafsirkan data dalam pola serta hubungan antar konsep dan
merumuskannya dalam hubungan antara unsur-unsur lain agar mudah dimengerti
dan dipahami. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan:
Data yang peneliti peroleh dari lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau
laporan yang terinci. Laporan ini akan terus menerus bertambah sehingga akan
menambah kesulitan bagi peneliti bila tidak segera dianalisis. Oleh sebab itu
peneliti mereduksi data dengan menyusun data secara sistematis, menonjolkan
pokok-pokok yang penting sehingga lebih mudah dikendalikan.
Reduksi data yang peneliti lakukan berupa merangkum dan memilih hal-hal yang
penting untuk kemudian disatukan, sebagaimana yang dikatakan Sugiyono
mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila
diperlukan.
Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang
hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang
22
S, Nasution, Metode …, h. 126.
23
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 89.
35
diperoleh bila diperlukan. Reduksi data juga dapat membantu memberikan kode
kepada aspek tertentu. Reduksi data yang peneliti lakukan adalah dengan memilih
dan mengurutkan data berdasarkan banyaknya informan yang menyebutkan
masalah tersebut, kemudian peneliti buat dalam sebuah narasi lalu peneliti
sederhanakan dengan memilih hal-hal yang sejenis agar mudah dalam
menyajikannya.
b. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka alur penting berikutnya dalam analisis data adalah
penyajian data. Miles dan Huberman dalam Suprayogo mengemukakan bahwa
penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bentuk
teks naratif. Penyajian naratif perlu dilengkapi dengan berbagai jenis matrik,
grafik, jaringan dan bagan. Semua itu dirancang guna menggabungkan informasi
yang tersusun dalam satu bentukpadu dan mudah diraih.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya, yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif. Sedangkan menurut Nasution mendisplay data
bisa dilakukan dengan membuat grafik atau lainnya24.
Penyajian data yang peneliti buat berupa teks deskriptif. Penyajian data semacam
ini peneliti pilih karena menurut peneliti lebih mudah dipahami dan dilakukan.
Jika ada beberapa tabel yang peneliti sajikan itu hanya pelengkap saja.
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
24
S Nasution. Metode..., h.129.
35
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Mengambil kesimpulan lebih baik dilakukan sejak awal penelitian, sebagaimana
yang dikatakan Nasution sejak semula peneliti berusaha untuk mencari makna
yang dikumpulkannya, untuk itu peneliti mencari pola, tema, hubungan,
persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan lain-lain yang pada awalnya
bersifat tentatif, kabur dan diragukan.2520
Logika yang dipergunakan dalam penarikan kesimpulan dalam penelitian
kualitatif bersifat induktif (dari yang khusus kepada yang umum), Faisal
mengatakan: Dalam penelitian kualitatif digunakan logika induktif abstraktif.
Suatu logika yang bertitik tolak dari “khusus ke umum” bukan dari “umum ke
khusus” sebagaimana dalam logika deduktif verifikatif, karenanya antara kegiatan
pengumpulan data dan analisis data menjadi tak mungkin dipisahkan satu sama
lain. Keduanya berlangsung secara simultan atau berlangsung serempak.
Prosesnya berbentuk siklus, bukan linier. Huberman dan Miles melukiskan
siklusnya seperti terlihat pada gambar berikut ini:26
DATA DATA
COLLECTION
DISPLAY
DATA
REDUCTION
CONCLUTION
DRAWING &
VERIFYIN
Gambar 3.1
Komponen-Komponen Analisa Data Model Interaktif
25
Ibid. h.130
26
Sanapiah Faisal. Pengumpulan dan Analisis data Dalam Penelitian Kualitatif
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2003) h.8-9
35
Penelitian ini dianalisis dengan mengumpulkan data di lapangan lalu mereduksi
data, serta dipilah-pilah data yang dapat dijadikan sebagai penyajian data. Agar
lebih mudah memahami penyajian data dalam penelitian ini dapat diamati melalui
gambar diatas. Ketiga cara analisis data yang disebutkan di atas, saling
berhubungan dan berlangsung terus menerus selama penelitian dilakukan. Jadi
analisis adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dari awal sampai akhir
penelitian27.
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELTIAN
No Jenis Pengeluaran @
27
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005
35
5 Publikasi Prosiding Internasional 1 800.000,-
10 Pengabdian 8 2.000.000,-
Jumlah 7.220.000
DAFTAR PUSTAKA
Basri, Hasan. (2014) Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: CV. Pustaka Setia
35
Mas’ud, Fuad, 2004, Survai Diagnosis Organisasional, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang
Mulyasa, H.E. (2015). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Sagala, Syaiful. (2007). Manajemen Strategi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung:
Alfabeta,
Suhardiman, Budi. (2012). Studi Pengembangan Kepala Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Sulistyani, Ambar Teguh dan Rosidah, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia:Konsep,
Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik, Edisi 2,Graha
Ilmu, Yogyakarta
Suparlan. 2014. Manajemen Berbasis Sekolah dari Teori sampai dengan praktik.
Jakarta : PT. Bumi Angsara. 17
Undang – undang Nomor 20 tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional
35
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENGABDIAN
Judul
Nama tim:
Dr. Drs. Hasan Basri, MM NIDK 1811004069
Dr. Nurhalima Tambunan, M.Kom.I NIDN. 0102018203
Hadi Saputra Panggabean, M.Pd NIDN. 0102058804
Muhammad Ilman Rkt NPM. 2010110061
Latar Belakang
35
kualitas kinerja pendidik dan tenaga kependidikan di madrasah Amaliyah Sunggal
ini akan dimanfaatkan sebagai salah satu upaya memberikan pemahaman terhadap
pelaku pendidikan seperti kepala sekolah guru dan tenaga pendidikan beserta
siswa untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai salah satu
upaya mencerdaskan bangsa dan negara Republik Indonesia. Kita ketahui bahwa
salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan harus memahami dan
mengetahui tugas dan tanggung jawabnya serta memanfaatkan teknologi sebagai
salah satu upaya dalam membantu atau sebagai sumber dalam mencetak generasi
unggil. Perkembangan teknologi tidak dapat diabaikan namun dapat dijadikan
sebagai salah satu penopang peningkatan mutu dari sekolah hal ini kita ketahui
bahwa sekolah Madrasah Aliyah Amalia tunggal sebagai salah satu poros yang
memiliki akreditasi B dan dapat dikategorikan salah satu sekolah Madrasah Aliyah
yang memiliki keunggulan di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang oleh
karenanya dari beberapa penilaian hanya sedikit saja kekurangan untuk
memperoleh penilaian menjadi A atau unggul. Hal inilah yang menjadi upaya dari
sekolah ini untuk tetap meningkatkan kualitasnya
Perumusan Masalah
Memberikan pelatihan terhadap guru dan tenaga kependidikan agar selalu memanfaatkan
media untuk dapat menopang pembelajaran Selain itu penggunaan media tersebut dapat
memudahkan proses belajar mengajar yang nantinya dapat diterapkan kepada para siswa
di dalam kelas dan menjadikan teknologi sebagai sumber belajar bukan kepada hal-hal
yang negatif.
35
sekolah profesionalisme kependidikan
2. Pentingnya penggunaan media Metode penerapan program
sebagai salah satu pendukung pengabdian masyarakat adalah
dari proses belajar mengajar metode ceramah dan diskusi
dalam meningkatkan dan tentang fungsi blajar mengajar
memudahkan guru dalam belajar
Tujuan Pengabdian
Merumuskan tujuan secara jelas, realistis, mudah diukur dan terkait dengan permasalahan
yang ada. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan kesadaran terhadap
pentingnya Profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan melalui penggunaan
Media dalam menghasilkan sumber daya manusia Unggul
Metodologi
35
Kegiatan praktek langsung Meningkatkan Profesionalisme tenaga pendidik
dan kependidikan melalui penggunaan Media dalam menghasilkan sumber daya
manusia Unggul
Kegiatan evaluasi
Metode Pengabdian
Metode pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini terdiri dari kegiatan ceramah,
diskusi dan praktek langsung. Praktek langsung terbagai menjadi praktek langsung
kepada guru, tenaga kependidikan dan siswa.
a. Ceramah dan Diskusi
Metode ceramah merupakan salah satu metode yang dipilih oleh tim pengabdian
ntuk menjelaskan semua materi pengabdian yang diberikan pada masyarakat. Materi
ceramah yang diberikan oleh tim pengabdian:
Konsep pendidikan anak sejak dini
b. Praktek Langsung
Kegiatan ini dilakukan selama empat bulan dan dilakukan diikuti oleh seluruh tim
pengabdian. Pelaksanaan kegiatan program pengabdian masyarakat ini diharapkan
dapat menjadi contoh oleh masyarakat dalam mengelola pendidikan.
TeknikPengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan selama kegiatan pengabdian dilakukan yang
meliputi kegiatan ceramah, diskusi dan demontrasi bentuk kegiatan yang mengandung
profesionalisme
35
1. Persiapan
2. Manajemen kepemimpinan kepala
sekolah dalam meningkatkan kualitas
kinerja pendidik
3. Dokumentasi
4. Pemantauan internal
5. Pembuatan laporan
6. Perbanyakan laporan
7. Pengesahan laporan
8. Pengiriman laporan
Luaran yang akan dihasilkan dari kegiatan pengabdian ini adalah laporan akhir
pengabdian dan publikasi vidio donasi 10 menit di Upload di Youtobe dan dikirim
linknya ke Email LPMD @ pancabudi.ac.id
35