Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PENELITIAN KOLABORASI

DOSEN-MAHASISWA
TAHUN ANGGARAN
2023

MULTIPLE INTELLEGENCES RESEARCH DENGAN STRATEGI


PEMBELAJARAN UNTUK MENGOPTIMALKAN
KEBERHASILAN BELAJAR
DAN PRESTASI SISWA
DI SD YIMA ISLAMIC SCHOOL BONDOWOSO
Oleh :

Vera Feryyal
NIDN :

Dewi Zhoviyah (201991260004)


Muhammad Nur Haris (201991200048)
Nurul Hikmah (202091010102)

PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AT-TAQWA BONDOWOSO
2023

i
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN KOLABORASI DOSEN- MAHASISWA

1. Judul Penelitian : Multiple Intellegences Research Dengan


Strategi Pembelajaran untuk Mengoptimalkan Keberhasilan Belajar
dan Prestasi Siswa di SD Yima Islamic School Bondowoso
2. Penelitian Utama
a. Nama Lengkap : Vera feryyal, M.Pd
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIY/NIDN/NUP/Golongan:
d. Jabatan Fungsional :
e. Jabatan Struktural :
f. Fakultas/Prodi :
g. Perguruan Tinggi : STAI AT-TAQWA BONDOWOSO
h. Bidang Keahlian :
i. E-mail :
j. Alamat Rumah :
k. Telepon/Faks :
3. Lokasi Penelitian :
4. Anggota Penelitian
No. Nama Lengkap 3) NIP/NIM
1. Dewi Zhoviyah 201991260004
2. Nurul Hikmah 202091010102
3. Muhammad Nur Haris 201991200048

5. Jangka Waktu Penelitian :


6. Biaya yang Diajukan :

ii
Bondowoso, 2023
KepalaP3M, Dosen Pelaksana,

Dr, MIFTAHUS SALAM, Vera Feryyal, M.Pd


M.Pd.I NIDN: 2102058403
NIDN: 2125128701

Mengetahui/Menyetujui,
Ketua
STAI At-Taqwa
Bondowoso

Dr. SUHERI, M.Pd.I.


NIDN:

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iv

ABSTRAK.......................................................................................................v

1. PENDAHULUAN................................................................................1
2. TINJAUAN TEORITIK.......................................................................24
3. LAPORAN HASIL PENELITIAN......................................................36
4. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................51
5. JADWAL PENELITIAN......................................................................
6. PERSONALIA.....................................................................................
7. PEMBIAYAAN....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

LAMPIRAN – LAMPIRAN......................................................................................

iv
ABSTRAK

MULTIPLE INTELLEGENCES RESEARCH DENGAN STRATEGI


PEMBELAJARAN UNTUK MENGOPTIMALKAN KEBERHASILAN
BELAJAR DAN PRESTASI SISWA DI SD YIMA ISLAMIC SCHOOL
BONDOWOSO
TAHUN PELAJARAN 2023-2024

Kata Kunci : Kolerasi, Multiple Intellegences Research, Prestasi Siswa

Kolerasi Multiple Intellegences Research merupakan suatu strategi


pembelajaran yang sangat membantu untuk mengoptimalkan peserta didik dalam
keberhasilan belajar maupun prestasi belajarnya. Yang mana banyak sekolah yang
menjadi penjara bagi peserta didik yang seolah hanya mengedepankan kognisi
saja sementara potensi yang lain tidak terasah dan membuat peserta didik stak
disitu saja dan tidak mau berkembang.

Dengan ini tujuan kami peneliti akan menghubungkan MIR pada strategi
belajar peserta didik sebagai pengoptimal keberhasilan belajar dan berpengaruh
pada prestasi belajar siswa. Yang juga akan menunjang kemajuan Sekolah.

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlaq mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Dan pendidikan nasional memliki
fungsi dan tujuan sebagaimana termaktub dalam UU SISDIKNAS
No.20 tahun 2003 yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlaq mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang RI No. Tahun
2003).
Upaya pemerataan pendidikan dalam rangka penuntasan wajib
belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang berkwalitas bagi semua
anak di Indonesia mempunyai arti yang sangat strategis untuk
mencerdaskan bangsa dan selaras dengan pesan dari Pendidikan untuk
Semua (PUS). Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pendidikan
Untuk Semua sesuai dengan isi pembukaan UUD 1945 yang
menyatakan bahwa salah satu tujuan Pemerintah Republik Indonesia
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga
negara berhak memperoleh pendidikan yang merata dan bermutu
sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang
status sosial, etnis, gender. Pemerataan dan mutu pendidikan akan
membuat Warga Negara Indonesia memiliki kekampuan untuk

1
mengatasi (Life Skill) sehingga memiliki kemampuan untuk mengatasi
masalah diri dan lingkungannya, mendorong tegaknya masyarakat
madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai pancasila (Kustawan, 2012
: 1).
Untuk mewujudkan cita-cita mulia pendidikan, diperlukan
sistem pembelajaran yang representatif, yaitu sistem yang mampu
mengelola peserta didik mulai dari input, proses, dan ouput berbasis
pemenuhan kebutuhan dan pengembangan potensi setiap unsur yang
terdapat di dalam diri manusia. Apabila kebutuhan jasmani, akal, ruh,
maupun kebutuhan berinteraksi, maka akan tercipta keseimbangan
yang akan berdampak pada kebahagiaan dan kedamaian. Menurut ‘Izz
al-Din al Tamimy, keseimbangan yang sempurna merupakan tujuan
hakiki pendidikan Islam (Izz Al Din, 1991:37).
Dalam membicarakan masalah pendidikan berarti juga
membincangkan manusia sebagai eksistensi yang diciptakan untuk
menjadi pemimpin dimuka bumi (khalifah fil ardhi) sebagaimana
firman Allah swt :
“dan (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat : “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka
bumi “(QS. Al- Baqarah: 30).
Mencetak calon pemimpin bangsa tidak bisa lepas dari peran
dan fungsi pendidikan. Siapa saja yang kini telah menjadi orang –
orang sukses adalah berkat hasil dari produk pendidikan yang bisa
diandalkan. Praktik korupsi yang dilakukan oleh beberapa oknum
penguasa adalah cermin dari buram dan minimnya produk pendidikan
kita. Pendidikan bukan hanya berupa transfer ilmu (pengetahuan) dari
satu orang ke satu (beberapa) orang lain, tapi juga mentransformasikan
nilai-nilai (bukan nilai hitam diatas kertas putih). Kedalam jiwa,
kepribadian, dan struktur kesadaran manusia itu, hasil cetak
kepribadian manusia adalah hasil dari proses transformasi pengetahuan
dan pendidikan yang dilakukan secara humanis.

2
Pendidikan Al-Ghazali, merupakan konsep yang ideal, yang
menekankan pada aspek-aspek religius sebagai dasar pengembangan
potensi manusia (peserta didik) tentunya suatu konsep yang dapat
diterapkan dalam proses pendidikan di Indonesia. Secara kontekstual
negara kita di dominasi oleh penduduk yang beragama islam, tentunya
mereka membutuhkan sebuah konsep pendidikan yang mampu
mengembangkan nilai-nilai spiritual, intelektual, emosional. Maka
konsep pendidikan menurut Al-Ghazali bisa dijadikan sebagai salah
satu konsep dasar pendidikan di Indonesia.
Dalam bukunya Umiarso dan haris patoni makmur yang
berjudul “Pendidikan Islam Dan Krisis Moralisme Masyarakat
Modern” di jelaskan pendidikan yang digunakan oleh Al-Ghazali
adalah pendidikan yang humanis agamis. Dimana dalam isinya
pendidikan yang digunakan oleh Al-Ghazali mengedepankan moral
building. Dalam hal ini Al- Ghazali dalam memandang pendidikan
ahlak dibagi jadi tiga sebagai berikut:
1. Dimensi Diri, yakni orang dengan dirinya dan Tuhannya, seperti
ibadah dan sembahyang.
2. Dimensi Sosial, yakni masyarakat, pemerintah, dan pergaulannya
dengan sesama.
3. Dimensi Metafisis, yakni aqidah dan pegangan dasarnya (Ahmad,
2019:4).
Jadi pendidikan dalam hal ini yang menjadi alat sebagai jalan
untuk menempuh humanisasi dalam sebuah kehidupan. Selain itu Ki
Hajar Dewantara menyebutkan, manusia memiliki daya cipta, karsa
dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut
pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang
terlalu menitik beratkan sutu daya saja akan menghasilkan ketidak
utuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa
pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual saja hanya akan
menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Ternyata pendidikan

3
sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya
cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa.
Jika ini berlanjut akan menjadikan manusia kurang humanis atau
manusiawi.
Dalam bukunya Suparto Raharjo yang berjudul “Ki Hajar
Dewantara Biografi singkat 1889-1959, menyebutkan bahwa Ki Hajar
Dewantara merupakan tokoh pendidikan yang humanis yang
mengedepankan pada aspek kemanusiaan. Meliputi rasa, cipta, dan
karsa. Manusia merdeka adalah tujuan pendidikan Taman Siswa,
merdeka secara Fisik, mental dan kerohanian. Namun kemerdekaan
pribadi ini dibatasi oleh tertib damainya kehidupan bersama dan ini
mendukung sikap-sikap seperti keselarasan, kekeluargaan,
musyawarah, toleransi, tanggung jawab dan disiplin.
Jika kita cermati realitas dewasa ini, seringkali masih belum
berbanding lurus dengan normatifitas pendidikan Islam. Pola
pendidikan yang dihasilkan masih senantiasa melestarikan praktek
penindasan dan mendorong pada bentuk pemaksaan (indoktrinasi)
terhadap peserta didik. Didasari atau tidak oleh guru ataupun murid,
keadaan ini akan mengancam terhadap pemenuhan kebutuhan peserta
didik tujuan mulia dalam proses pendidikan, namun realisasinya tidak
mengedapankan asas penghargaan terhadap eksistensi murid sebagai
individu yang mandiri dalam mengkreasi diri dan realitas, hanya akan
berakhir dengan sia-sia. Secara ideologis, pemaksaan dan penindasan
dalam proses pendidikan, terjadi disebabkan materi pembelajaran
bukan suatu yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam kehidupan serta
metode pembelajaran yang sifatnya monoton dan lebih menonjolkan
keaktifan guru daripada partisipasi murid dalam sebuah interaksi yang
dilakukan
Fenomena penindasan yang melahirkan indoktrinasi terhadap
peserta didik, melahirkan kritik tajam diantara pengamat dan praktisi

4
pendidikan. Kritik tersebut diupayakan sebagai langkah preventif
terhadap realitas pendidikan yang tidak humanis.
Sebagai salah satu usaha guru dapat mengembangkan
pendidikan humanis disekolah guru membutuhkan sebuah teori yang
mampu membangkitkan kreatifitas dan minat siswa dalam belajar dan
mengedepankan pendidikan humanis, pendidikan yang memanusiakan
manusia, sekolah yang manusiawi dan memilki guru yang manusiawi.
Tentunya dalam hal ini kita patut menggali lebih dalam tentang
bagaiamana cara dan kita mengembangkannya.
Tata krama, etika, dan kreatifitas siswa saat ini disinyalir kian
turun akibat melemahnya pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Padahal ini telah menjadi satu kesatuan kurikulum pendidikan yang
diimplementasi dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Pendidikan
kita dihadapkan kepada persoalan yang semakin kompleks,
Kompleksitas persoalan itu terkait dengan tuntutan perbaikan terhadap
kwalitas lulusan dan tuntunan pendidikan secara global. Terkait
dengan kwalitas lulusan, kita masih perlu bekerja lebih keras lagi
untuk memperbaikinya mengingat berdasarkan hasil survey berbagai
lembaga internasional menunjukkan bahwa kwalitas lulusan
pendidikan kita masih berada diperingkat bawah. Upaya perbaikan
kwalitas pendidikan dan mengaktualisasikan empat pilar pendidikan
kesejagatan itu bukanlah mudah, perlu perbaikan secara holistic dan
sistematik terhadap praktik pendidikan kita saat selama ini. Terkait
dengan upaya itu, tampaknya kita layak memperhatikan pemikiran
baru para pakar pendidikan sebagai bahan introspeksi dan
merencanakan praktik pendidikan kearah yang lebih baik.
Sistem pendidikan yang dominative meniadakan prinsip
kesadaran aktif pendidikan ini menjalankan praktik-praktik yang
digunakan untuk “ menjinakkan” kesadaran manusia kemudian
mentransformasikan kesadaran itu kedalam sebuah wadah kosong.
Pendidikan dalam budaya dominative diarahkan pada situasi yang

5
menempatkan guru sebagai satu-satunya orang yang mengetahui dan
menunjukkan Ilmu Pengetahuan kepada siswa sebagai orang yang
tidak mengetahui apa-apa. Pendidikan kita banyak mengarah pada
kepada system pendidikan dominatif. Gejala yang perlu dirombak
dengan menyajikan berbagai pemikiran untuk mengobati praktik
pendidikan dominative.
Apakah sekolah menjamin keberhasilan siswa? Sedangkan dari
SD, SMP, SMA bahkan hingga perguruan tinggi bahwa meraka tidak
pernah diajari untuk berpikir, berimajinasi, melakukan analisis-analisis
kritis, bahkan dilarang untuk berdebat dengan guru. Guru seringkali
berpandangan bahwa siswanya adalah manusia yang dianggap bodoh
dan diharamkan untuk berpendapat yang berbeda.
Sekolah sebagai salah satu sentrum yang melakukan
pendidikan terhadap peserta didik seharusnya harus bisa melakukan
sebuah proses berpendidikan yang dinamis dan konstruktif. Sekolah
jangan dijadikan alat untuk semakin mengurung ruang kebebasan
peserta didik dalam melakukan aktualisasi diri dalam konteks apapun.
Sekolah jangan melahirkan bencana bagi peserta didik dengan
membuat mereka semakin tidak “kerasan” berada didalamnya. Banyak
sekolah yang dengan praktik pendidikannya yang hanya mengejar
angka bukan kepada pembangunan kepribadian peserta didik.
Menjadikan sekolah sebagi penguat kemandirian hidup, bertanggung
jawab, mudah menyelesaikan masalah, mengembangkan diri, percaya
diri dan bahagia. Multiple Intelligences System sebagai salah satu
pendobrak pendidikan yang kaku dan memenjarakan siswa.
Berikut adalah Teori Howard gardner dalam pendidikan yang
humanis.
Kecerdasan Multiple Intelligences itu kecerdasan majemuk,
tidak hanya satu. Kita perlu tahu kecerdasan apa yang sering menonjol
pada diri anak didik kita. Teori ini mempertahankan suatu pandangan
yang pluralistic mengenai pikiran, mengakui banyak aspek kognisi

6
yang berlainan yang memiliki ke khasan masing-masing dan
memandang setiap individu memiliki kekuatan-kekuatan kognitif yang
berbeda-beda dan gaya-gaya kognitif yang tidak sama. Seorang anak
yang memiliki kecerdasan linguistic, bahasa dan matematis tidak bisa
dipaksakan agar ia mampu memiliki kecerdasan music. Untuk itulah
mengapa basis ini sangat humanis dikembangkan pada anak usia
SD/MI.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian diatas, maka fokus penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana Pelaksanaan Multiple Intellegences Research Dengan
Strategi Pembelajaran untuk Mengoptimalkan Keberhasilan Belajar
dan Prestasi Siswa di SD Yima Islamic School ?
2. Bagaimana Hasil Multiple Intellegences Research Dengan Strategi
Pembelajaran untuk Mengoptimalkan Keberhasilan Belajar dan
Prestasi Siswa di SD Yima Islamic School ?
C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis Pelaksanaan Multiple Intellegences Research Dengan
Strategi Pembelajaran untuk Mengoptimalkan Keberhasilan Belajar
dan Prestasi Siswa di SD Yima Islamic School
2. Mendeskripsikan hasil Multiple Intellegences Research Dengan
Strategi Pembelajaran untuk Mengoptimalkan Keberhasilan Belajar
dan Prestasi Siswa di SD Yima Islamic School
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun
praktis. Adapun manfaat penelitian yang diharapkan sesuai dengan
masalah yang diamgkat adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
sekurang-kurangnya dapat memberikan sumbangan dalam dunia

7
pendidikan, yang lebih mengoptimalkan keberhasilan belajar dan
prestasi siswa.
2. Manfaat Praktis
Adapun secara praktis, peneliti ini mampu memberi makna
bagi beberapa kalangan antara lain :
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini akan menjadi suatu wawasan baru dan dan
sumber pengalaman yang akan memperluas pola-pola pemikiran
dan wawasan pengetahuan peneliti, tentang Multiple Intellegences
ini.
b. Bagi Kepala Sekolah dan Guru Lembaga Pendidikan Dasar
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi tambahan acuan
pendidikan bagi pembelajaran di sekolah tersebut dan memberikan
pelayanan yang bertambah baik terhadap perkembangan intelektual
peserta didik dilembaga yang diembannya.
c. Bagi STAI At-Taqwa Bondowoso
Penelitian ini akan menambah literatur guna kepentingan
akademik kepustakaan dan bahan referensi bagi mahasiswa STAI
At-Taqwa Bondowoso.
E. Definisi Istilah
Dalam penelitian ini, perlu didefinisikan secara operasional, agar
dapat memberikan pemahaman yang sama terhadap judul penelitian ini
yaitu :
1. Kolerasi Multiple Intellegences Research (MIR)
Korelasi merupakan hubungan timbal balik atau sebab akibat. Secara
sempit, korelasi artinya suatu hubungan. Dalam suatu statistic, korelasi
merupakan ukuran hubungan antara dua variable. Sedangkan Multiple
Intellegences diartikan kecerdasan majemuk ada juga yang mengartikan
kecerdasan beragam. Multiple intellegence adalah kemampuan untuk
memecahkan masalah atau melakukan sesuatu yang ada nilainya dalam
kehidupan sehari- hari.

8
2. Multiple Intelligences System
Multiple Intelligences System dalam pengertian bahsa Indonesia
adalah kecerdasan majemuk. Pendidikan Multiple Intelligences System
yang dimaksud ialah erat kaitannya dengan sistem pembelajaran yang
mengedepankan nilai kemanusian peserta didik. Multiple Intelligences
System adalah sistem yang sangat memudahkan anak mengembangkan
segala potensi diri pada masing-masing kecerdasan peserta didik. Yang
tidak bersifat memaksa dan menghakimi. Kecerdasan ini menurut Howard
Gardner pada tahun 1983 adalah jenis kecerdasan yang dimiliki manusia
yaitu antara lain : kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan
logika/matematika, kecerdasan spacial/visual, kecerdasan
tubuh/kinestetis, keserdasan musikal/ritmik, kecerdasan
interpersonal/sosial, kecerdasan intrapersonal/diri sendiri, dan kecerdasan
spiritual. Multiple Intelligences juga merupakan sebuah proses belajar
mengajar yang menitik beratkan pada kecocokan antara gaya mengajar
guru dan gaya belajar siswa, maka jika dihubungkan dengan pendidikan
humanis maka akan terbentuk sebuah pendidikan yang sempurna dan
tepat sasaran.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, menurut
Bogdan dan Taylor (1993:30) sebagaimana yang dikutip oleh Andi
Prastowo metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data diskritif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut
keduanya, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara
mnyeluruh (holistik). Ini berarti bahwa individu tidak boleh di
isolasi atau di organisasikan ke variabel atau hipotesis, namun perlu
dipandang, sebagai bagian dari suatu keutuhan sementara itu Dezin
dab Lincoln (1990:40) “ The word qualitative implies an emphasis
on processes and meaning thar are non regorously examined or

9
measured (jadi secara tersirat, kata kualitatif di tekankan pada
makna dan proses, bukan pada pengukuran dan pengujian secara
secara kaku (rigid) sebagaimana yang terjadi pada metode
kuatitatif. Kemudian juga bisa dipahami bahwa pada hakekatnya
penelitian kualitatif merupakan satu kegiatan sistematis untuk
menemukan teori dari kancah (lapangan), bukan untuk menguji
teori atau hipotesis. Sedangkan jenis penelitian, jika dilihat dari
lokasi penelitiannya, maka jenis penelitian ini merupakan jenis
penelitian lapangan (field research). Menurut Suryasubrata,
penelitian lapangan bertujuan "mempelajari secara intensif latar
belakang, keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu
unit sosial; individu, kelompok, lembaga atau masyarakat"
Penelitian yang dilakukan ini adalah merupakan penelitian
lapangan, karena penelitian ini dilaksanakan di SD YIMA Islamic
School Bondowoso.
Jenis penelitian ini menggunakan rancangan studi
multisitus, yaitu Studi multi situs is a qualitative research
approach that we designed to gain an in-depth knowledge of an
organizational phenomenon that had barely been researched:
strategic scanning. Rancangan studi multisitus adalah suatu
rancangan penelitian kualitatif yang melibatkan beberapa situs dan
subjek penelitian. Subjek-subjek penelitian tersebut diasumsikan
memiliki karakteristik yang sama. Sebagaimana dikemukakan oleh
Bogdan dan Biklen, studi multi-situs merupakan salah satu bentuk
penelitian kualitatif yang memang dapat digunakan terutama untuk
mengembangkan teori yang diangkat dari beberapa latar penelitian
yang serupa, sehingga dapat dihasilkan teori yang dapat ditrasfer ke
situasi yang lebih luas dan lebih umum cakupannya.
2. Lokasi Penelitian
Sesuai dengan uraian penelitian maka lokasi penelitian yang
diharapkan adalah lembaga pendidikan berbasis swasta yang

10
didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas pembelajaran. Penelitian ini
dilakukan di Sekolah Dasar Yima Islamic School Bondowoso
merupakan lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan
yayasan Al-Khairiyah yang didalamnya meliputi PAUD, TK, SD,
SMP, dan Madrasah Aliyah. Yayasan ini berdiri pada tahun 1912
yang beralamat di jalan K.H. Asy’ari no.326 Bondowoso.
Penentuan Lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan
yaitu : 1) Lembaga tersebut merupakan salah satu sekolah yang
menerapkan pembelajaran Multiple Intelligences System sejak
tahun 2006 di Bondowoso. 2) Untuk menyempurnakan kecerdasan
majemuk yang sudah ada untuk diwadahkan dalam sebuah
pendidikan yang lebih sempurna dengan pendidikan humanis
sehingga pertemuan antara pendidikan humanis dengan Multiple
Intelligences akan berjalan seiring yang lebih sempurna.
3. Kehadiran peneliti
Peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus pengumpul
data. Kehadiran peneliti harus dikabarkan secara eksplisit. Perlu
diterangkan tentang peran peneliti dan kehadirannya statusnya
diketahui oleh informan.
Dalam penelitian kualitatif ini peneliti hadir langsung ke
lokasi penelitian, dan untuk mendukung pengumpulan data dari
sumber yang ada di lapangan, peneliti mengadakan observasi
langsung ke lokasi penelitian, dengan intensitas yang cukup tinggi,
maka agar penelitian maksimal maka peneliti harus intens datang
ke lokasi penelitian dan mengumpulkan data sesuai yang
diinginkan, dicatat, dianalisa dan dikembangkan.
4. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Direktur Yima
Islamic School, Kepala Sekolah SD Yima, Waka Kesiswaan, Waka
Kurikulum, dan Guru-Guru SD Yima Islamic School. Informan
dalam penenlitian kualitatif merupakan hal yang sangat penting,

11
sebab informanlah yang dapat memberikan informasi primer yang
dibutuhkan oleh peneliti.
5. Sumber Data Penelitian
Berdasarkan kualifikasinya, data yang digunakan ada dua
macam, yaitu primer dan sekunder. Data primer meliputi data yang
diperoleh secara langsung dilapangan yang bersumber dari subyek
peneliti itu sendiri. Data primer dapat berupa hasil wawancara yang
bersumber langsung dari subyek penelitian maupun fenomena dan
fakta riil yang diamati. Sementara data sekunder dapat berupa data
tentang kondisi subyek peneliti yang telah terdokumentasikan,
seperti data statistik, grafik, dokumen dokumen penting lainnya.
Penelitian berdimensi induktif-deduktif, sebagaimana dimaksudkan
oleh Noeng Muhajir, dimensi Induktif-deduktif menujukkan
kedudukan teori dalam studi penelitian.penelitian deduktif berharap
data emperik dapat mendukung teori. Data emperik akan memotret
pelaksanaan pengajaran dengan model kurikulum integrasi bidang
studi pendidikan dasar. Sedangkan Induktif berharap
menemukanteori yang dapat dijelaskan datanya.
6. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan tehnik Observasi, wawancara dan dokumentasi.
Untuk merekam data di lapangan digunakan dua alat yakni
rekaman yang menggunakan audio dan catatan lapangan. Menurut
Noeng Muhadjir, catatan mempunyai peran sentral dalam
perekaman observasiatau dalam wawancara.
Diungkapkan Neong Bahwa catatan terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
a. Catatan Deskriptif, catatan deskriptif atau gambaran rinci
mengenai lokasi, situasi kejadian peristiwa serta apapun yang
dialamioleh peneliti dan hasil-hasil pembicaraan atau

12
wawancara yang apa adanya tanpa disertai dengan perasaan
pribadi dari peneliti.
Terdapat beberapa langkah yang ditempuh untuk
mendeskripsikan hasil observasi dan wawancara dalam penelitian
ini, yaitu:
1) Mendeskripsikan hasil observasi dan wawancara
2) Mendeskripsikan dialog sehingga suasana interaksinya menjadi
lebih wajar
3) Mendeskripsikan Lingkungan fisik
4) Mendeskripsikan Aktivitas secara terinci dan
5) Mendeskripsikan Perilaku, fikiran, dan perasaan peneliti saat
dilapangan.
b. Catatan reflektif lebih menampilkan komentar peneliti daripada
data permukaan, adapun isis catatan reflektif adalah:
1) Menghubungkan berbagai data, menampilkan ide, pemikiran
dan menampilkan kerangka berfikir.
2) Refleksi tentang metode, menelaah kembali tentang desain,
metode dan prosedur lainnya.
3) Refleksi kerangka pikir peneliti
Tehnik mengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tehnik
observasi, wawancara dan dokumentasi di SD YIMA ISLAMIC
SCHOOL adalah:
a) Observasi (pengamatan)
Metode yang akan digunakan yaitu pengamatan atau
penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi,
proses, atau perilaku. Obeservasi yang dilakukan dalam
penelitian adalah observasi pengumpulan data dan pengamatan
langsung selama 3 minggu.
b) Wawancara (Interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) dan terwawancara

13
(interview), Estenberg mendefinisikan wawancara sebagai
pertemuan dua orang untyk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam topik
tertentu. Wawancara dibedakan menjadi tiga, yaitu wawancara
terstruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur.
Tehnik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara
Semi terstruktur (Semi Struktur Interview) yaitu wawancara yang
dilaksanaka lebih bebas dibandingkan dengan wawancara
terstruktur, tujuan dari tehnik wawancara ini adalah informasi
yang lebih mendalam untuk menemukan permasalahaan secara
lebih terbuka, sehingga berorientasi kepada perolehan data dan
keterangan dari beberapa sumber data untuk keperluan informasi,
perolehan sikap, pendapat, dan ide-idenya dalam pengembangan
pendidikan karakter yang humanis berbasis Multiple
Intelligences System.
Dalam wawancara peneliti menggunakan tiga rangkaian
wawancara mendalam sebagaimana yang dijelaskan Hadi yaitu
(1) wawancara yang mengungkap konteks pengalaman,
pertisipan/informan atau wawancara sejarah hidup terfokus
(focused life history). (2) wawancara yang memberikan
kesempatan partisipan untuk merenkonstruksi pengalamannya
atau wawancara pengalaman detail, dan (3) wawancara yang
mendorong pertisipan untuk merefleksi makna dari pengalaman
yang dimiliki.
c) Dokumentasi.
Tehnik dokumentasi ini dilakukan dengan cara menelaah
dokumen-dokumen resmi, arsip, dan literatur penting yang
berkaitan dengan pembelajaran berbasis Multiple intelligences
pada pendidikan karakter yang humanis yang disesuaikan
kemampuan untuk pengembangan potensi anak didik tersebut,

14
baik alasan penggunaan tehnik ini untuk keperluan penelitian
seperti yang diungkapkan Guba dan Lincold adalah:
Dokumen adalah sumber yang stabil, kaya dan mendorong;
berguna sebagai bukti untuk suatu keperluan; bersifat
alamiyah, sesuai dengan konteks lahir dan berada dalam
konteks, sehingga sesuai dengan penelitian kualitatif;
dokumen relatif murah dan mudah diperoleh; tidak reaktif
sehingga sulit ditemukan dengan tehnik kajian isi; melalui
pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih
memperluasa tubuh pengetahuan terhadap sesuatau yang
diselidiki.
Tehnik ini digunakan untuk menumpulkan data dari sumber
non-insani. Sumber tersebut terdiri dari dokumen atau rekaman.
Senada dengan hal tersebut Guba & Licoln membedakan antara
rekaman dan dokumen, rekaman adalah sertiap tulisan atau
pernyataan yang dipersiapkan oleh seseorang atau lembaga untuk
keperluan membuktikan adanya suatu peristiwa atau untuk
memenuhi accounting. Sedangkan dokumen digunakan untuk
acuan selain bahan atau rekaman yang tidak dipersiapkan seacra
khusus untuk tujuan tertentu seperti surat-surat, buku harian,
foto-foto, naskah pidato dan buku pedoman pendidikan.
Adapun data yang berupa dokumen dalam penelitian ini
adalah segala bentuk laporan terkait dengan sumber pendanaan
pendidikan yang ada. Data ini digunakan untuk melengkapi data
yang diperoleh dari wawancara yaitu dengan cara menelaahnya
kembali.
7. Analisis Data
Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis kualitatif model interaktif Miles dan Huberman.
Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam

15
analisis adata kwalitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga data jenuh.
Ada tiga hal utama yang menjadi keyword dalam analisis
kualitatif model interaktif Miles dan Huberman ini yaitu reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai
sesuatu yang jalin menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah
pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar. Hal ini dapat dilihat
pada gambar berikut ini.

Gambar 1.
Komponen-komponen Analisis data model interaktif Miles dan Huberman

Pengumpulan Penyajian Data


Data

Reduksi
Data

Kesimpulan-kesimpulan
Penarikan/Verifikasi

a. Reduksi Data (Data Reduction)


Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan,
perhatian dan penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi
data ini dilakukan sejak awal pengumpulan data sampai penyusunan
laporan.

16
Reduksi data yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu data
yang sudah dikumpulkan baik dengan observasi, wawancara, dan study
dokumentasi dianalis secara keseluruhan, kemudian informasi
difokuskan pada hal-hal yang berhubungan pendidikan karakter yang
humanis berbasis Multiple Intelligences.
b. Sajian Data (Data Display)
Kagiatan dalam sajian data ini adalah membuat tata hubungan antar
data yang telah dikumpulkan dalam bentuk bagan, matriks atau table
sehingga data diperoleh dengan mudah dapat dibaca dan dipahami
dengan jelas. Dalam penelitian ini akan dicari hubungan antara
pendidikan karakter yang humanis dengan MI dapat dimunculkan
dalam kegiatan tersebut.
c. Verifikasi Data (Conclusion Drawing)
Kesimpulan atau verifikasi data merupakan unsur paling penting
yang harus dilakukan sebagai langkah untuk memperoleh makna dari
berbagai data dan informasi-informasi hasil penelitian. Kesimpulan ini
meliputi pencarian makna data dan penjelasannya, makna data-data
tersebut diuji kebenaran, kekokohan dan kecocokannya dari data yang
diperoleh dilapangan untuk menarik kesimpulan yang tepat dan benar.
Kesimpulan dilakukan setelah berbagai data dan informasi
terungkap melalui reduksi (analisa secara keseluruhan) kemudian data
disajikan dalam bentuk bagan atau matriks. Kesimpulan yang masih
bersifat tentative (percobaan) tersebut diperkuat, dilengkapi dan
dikonfirmasikan melalui verifikasi sehingga dipandang memiliki
kompetensi dalam pelaksanaan pendidikan karakter yang humanis
berbasis Multiple Intelligences System dengan demikian maka
kesimpulan tersebut dapat dikatakan akurat karena ditunjang oleh
kekuatan confirmability.
8. Keabsahan Data
Hasil penelitian agar dapat dipertanggung jawabkan dan
dapat dipercaya oleh semua pihak perlu diadakan pengecekan

17
keabsahan data. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa apa
yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya
ada dilapangan. Dalam penelitian kualitatif temuan atau data
penelitian dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan
antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya
terjadi pada obyek yang diteliti.
Untuk lebih validnya penelitian ini memakai tehnik pengecekan
keabsahan data yang dilakukan meliputi tiga hal yaitu perpanjangan
waktu pengamatan, ketekunan penelitian dan triangulasi.
a. Perpanjangan Waktu Pengamatan
Dalam penelitian penerapan Multiple Intelligences dan
pendidikan humanis ini kehadiran peneliti sangat menentukan
proses pengumpulan data, memperpanjang waktu pengamatan
sangat diperlukan peneliti untuk kembali mengamati gejala-
gejala yang terjadi dalam pelaksanaan Multiple Intelligences
dan pendidikan humanis karena waktu yang singkat belum
cukup menentukan validasi data yang diperoleh.
b. Ketekuanan Peneliti
Moelong mengemukakan bahwa ketekunan pengamatan
berarti mencari konsisten interprestasi dengan berbagai cara
dalam kaitannya dengan proses analisis yang konstan atau
tentative. Mencari suatu usaha yang membatasi berbagai
pengaruh. Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa
yang tidak dapat.
Ketekunana yang akan peneliti lakukan ialah
dengan mengamati lebih cermat dan mendalam. Peneliti juga
berupaya meningkatkan ketekunan dengan memabaca berbagai
referensi buku atau hasil penelitian tentang Multiple
Intelligences System dan Pendidikan Humanis sehingga
diperoleh hasil analisa yang tajam, dengan ketekunan
melakukan pengamatan secara lebih cermat dan

18
berkesinambungan akan memberikan kepastian data dan urutan
peristiwa dapat direkan seara pasti dan systematis.
c. Triangulasi
Menurut Moleong triangulasi adalah tehnik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.
Sedangkan Willian Wiersman mengungkapkan Triangulasi is
qualitative crossvalidation. It assesses the sufficiency of the
data according to the convergence of multiple data sources or
multiple data collection procedures. Maksudnya triangulasi
dalam pengujian kredebilitas data diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu.
Tehnik Triangulasi dalam penelitian ini yaitu dilakukan
cara 1) membandingkan data hasil observasi pada
pengembangan kurikulum, pengelolaan pembelajaran dan
pengembangan guru dan hasil wawancara dari berbagai sumber
misalnya dilakukan kepada kepala sekolah, guru, dan siswa.
Data tersebut dideskripsikan dan dikategorisasikan sehingga
ditemukan pendangan yang sama atau beberapa pandangan
yang berbeda dari tiga sumber tersebut. Dari data yang telah
dianalisis akan ditarik kesimpulan yang selanjutnya dimintakan
kesepakatan (member check) kepada Nara sumber tersebut. 2)
mengecek data kepada sumber yang sama dengan metode yang
berbeda misalnya data yang diperoleh dari hasil wawancara
pada pelaksanaan pendidikan pendi dikan karakter yang
humanis berbasis Multiple Intelligences System lalu, dicek
dengan hasil dari dokumentasi atau observasi, jika diperoleh
data yang berbeda maka akan didiskusikan kembali dengan
sumber data yang bersangkutan sehingga dapat diperoleh data
yang semakin valid. 3) mengecek data pada situasi/waktu yang
berbeda misalnya jika wawancara atau observasi yang awal

19
dilakukan pada saat pelaksanaan pendidikan karakter yang
humanis berbasis Multiple Intelligences System dilakukan pada
siang hari maka akan dicek ulang dengan melakukan
wawancara pada pagi hari saat nara sumber masih segar
sehingga dapat ditemukan kepastian data yang valid dan
kredibel.
Tehnik lain yang digunakan untuk mengecek keabsahan
data penelitian ini adalah pengecekan anggota (member check)
yang dilakukan melalui diskusi dengan teman sejawat.
Pengecekan anggota dilakukan dengan pendidikan karakter
yang humanis berbasis Multiple Intelligences System cara
menunjukkan anggota atau informasi termasuk interpretasi
terhadap data atau sumber itu, yang telah ditulis dalam
transkrip wawancara atau catatan lapangan kepada
informannya un pendidikan humanis berbasis Multiple
Intelligences System untuk dikomentari atau disetujui atau tidak
disetujui dan ditambah informasi lain yang dianggap perlu.
Kemudian komentar, reaksi dan atau tambahan yang digunakan
untuk merevisi catatan lapangan tersebut.
Selanjutnya untuk menjamin tingkat kepercayaan
keabsahan data maka data yang telah diperloleh dianalaisis,
diinterpretasikan dan disusun dalam bentuk laporan penelitian.
Kemudian memohon kesediaan dosen pembimbing untuk
mengauditnya.
9. Tahap – Tahap Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan yaitu tahap yang dilakukan sebelum
penelitian dilaksanakan. Kegiatan dalam tahap pra lapangan
meliputi:
1) Menyusun Rancangan Penelitian

20
Rancangan penelitian ini berisi: latar belakang masalah
dan alas an pelaksanaan penelitian, pemilihan lokasi
penelitian, penentuan jadwal penelitian, rancangan
pengumpulan data, rancangan prosedur analisis data dan
rancangan pengecekan keabsahan data.
2) Study Eksplorasi
Study Eksplorasi merupakan kunjungan ke lokasi
penelitian sebelum penelitian dilaksanakan, dengan tujuan
untuk mengenal segala unsur lingkungan social, fisik, dan
keadaan alam lokasi penelitian.
3) Perizinan
Sehubungan dengan penelitian yang dilaksanakan diluar
kampus dan merupakan lembaga pemerintah, maka penelitian
ini memerlukan izin dan prosedur sebagai berikut yaitu
permintaan surat pengantar dari P3M STAI At-Taqwa sebagai
permohonan izin penelitian yang diajukan kepada Kepala
Sekolah SD Yima Islamic School Bondowoso.
4) Penyusunan Instrument Penelitian
Kegiatan dalam penyusunan instrumen penelitian
meliputi penyusunan daftar pertanyaan untuk wawancara,
membuat lembar observasi dan pencatatan dokumen yang
diperlukan.

b. Tahap Pelaksanaan
Pada Tahap pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
yaitu:
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan jadwal yang telah
ditentukan dengan menggunakan tehnik observasi,
wawancara, dan analisis dokumen.
2) Pengolahan Data

21
Pengolahan data dari hasil pengumpulan data dalam
penelitian dimaksudkan untuk mempermudah dalam proses
analisis data.
3) Analisis Data
Pada analisis data langkah awal yang dilakukan
yaitu mengadakan pengecekan data kepada para informan
dan subyek penelitian serta dokumen-dokumen yang ada
untuk membuktikan keabsahan data yang diperoleh. Setelah
semua data terkumpul dan tersusun, kemudian analisis
dengan model analisis interactive, sebagaimana yang
diajukan Milles dan Hubberman. Dimana prosesnya dari
data yang sudah terkumpul, dikomunikasikan (crossceck)
dan selanjutnya dilakukan reduksi data untuk memilih data
yang sesuai dan bermakna.
Reduksi data dilakukan dengan menyeleksi data yang relevan
dan bermakna, memfokuskan pada data yang mengarah untuk
pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan atau menjawab
pertanyaan penelitian yang telah difokuskan, kemudian
menyederhanakan dan selanjutnya menyusun secara sistemastis
dengan menonjolkan hal-hal yang dianggap penting dari hasil
temuan. Hasil Reduksi data disajikan dalam bentuk display data dan
penyajian data berbentuk uraian paparan data dan temuan penelitian
kemudian dibuat kesimpulan.
10. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan tesis ini penulis ini membagi pembahasan
menjadi lima bab denagn sistematika sebagai berikut:
Bab Pertama : sebagai bab pendahuluan, dibahas konteks
penelitian dan berbagai permasalahan yang mungkin muncul dari
judulnya. Permasalahan-permasalahan yang mungkin muncul
kemudian dibatasi dan dirinci/ dirumuskan secara konkret menjadi
rumusan masalah penelitian. Dari rumusan masalah tersebut,

22
disajikan tujuan yang hendak dicapai, selanjutnya dijelaskan
berbagai sumber yang berkaitan dengan permasalahan yang hendak
diteliti. Agar terhindar dari penumpukan masalah, metodologi
penelitian dan terakhir dikemukakan sistematika penulisan.
Bab Kedua : kajian teoritis tentang permasalahan kurikulum
pendidikan karakter, pengembangan kurikulumnya yang bisa
dikaitkan dengan program Multiple Intelligences System yang
sudah ada.
Bab Ketiga : pada bab ini dijabarkan hasil penelitian tentang
pendidikan humanis dan pendidikan Multiple Intelligences di SD
Yima Islamic School Bondowoso.
Bab Keempat : penutup mencangkup kesimpulan, focus, atau
masalah yang diajukan pada bab pendahuluan sekaligus merupakan
akhir dari keseluruhan tulisan ini, penulis mencantumkan daftar
pustaka yang dijadikan rujukan dalam penelitian tesis ini.

23
BAB II

TINJAUAN TEORITIK

A. Penelitian Terdahulu

Fokus Penelitian
No Nama Judul
Persamaan Perbedaan

1 Sakinah Implementasi Sama-sama Perbedaan

Pendidikan berbasis nya terletak

Inklusi berbasis Multiple pada tes

Multiple Intelligences kemampuan

Intelligences kecerdasan

System Multiple

Intellegences

pada siswa

Yakni

Multiple

Intellegences

Research

2 Eny Purwati Pendidikan Sama – Penelitian

Islam Berbasis sama Eny fokus

Multiple berbasis pada

Intellegences Multiple Pendidikan

System Intellegences Islam, dan

pada

24
penelitian ini

berfokus

pada tes

kemampuan

kecerdasan

anak.

3 Miftahul Implementasi Sama- sama Penelitian

Jannah Multiple berbasis Miftahul

Intelligences Multiple Jaannah

System pada Intelligences fokus pada

pembelajaran System pendidikan

PAI Agama

Islam

Kesimpulan pada penelitian terdahulu dan saat ini adalah, pada


penelitian terdahulu banyak meneliti tentang Multiple Intelligences System
sedangkan pada penelitian saat ini berfokus meneliti Multiple Intelligences
Research yang artinya peneliti berfokus pada tes kemampuan kecerdasan
pada setiap peserta didik.
B. Kajian Teoritik
Kajian Teori tersebut akan membahas tentang bagaimana teori
pendidikan Humanis, Teori tentang Multiple Intelligences Research dan
Implementasinya yang mencakup pada Teori Perencanaan, Pelaksanaan
dan Evaluasi.
a. Multiple Intelligences Research (MIR)
1). Pengertian Multiple Intelligences

25
Kecerdasan menurut arti bahasa adalah pemahaman,
kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu. Dalam arti (al – qudrah)
dalam memahami sesuatu secara cepat dan sempurna. Begitu cepat
penangkapannya sehingga Ibnu Sina, seorang psikolog falsafi,
menyebut kecerdasan sebagai kekuatan intuitif (Wasty, 2017 :
142).
Intellegence sering didefinisikan sebagai kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari
pengalaman. Manusia hidup dan berinteraksi didalam
lingkungannya yang kompleks. Manusia harus belajar dari
pengalaman demi kelestarian hidupnya. Manusia yang sering
belajar menghadapi situasi-situasi baru serta permasalahannya. Hal
itu memerlukan kemampuan individu yang belajar untuk
menyesuaikan diri serta memecahkan setiap permasalahan yang
dihadapi. Sesuai dengan pendapat Djaali dalam bukunya
menyatakan bahwa intellegence ialah daya menyesuaikan diri
dengan keadaan baru dengan mempergunakan alat- alat berpikir
menurut tujuannya. Hal ini dititik beratkan pada soal penyesuaian
diri terhadap masalah yang dihadapi. Dengan demikian, orang yang
intellegensinya tinggi (orang cerdas) akan lbih cepat menyesuaikan
diri dengan masalah baru yng dihadapi, bila dibandingkan dengan
orang yang tidak cerdas (Asri, 2016 : 119).
Intellegence atau kecerdasan berhubungan dengan
kemampuan intelektual. Ada beberapa kemampuan lainnya yang
dikenal dengan Multiple Intellegence sebagaimana telah disebutkan
diatas yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasn musikal, kecrdasan
spasial, kecerdasan logikal, matematikal, kinestetik, intrapersonal,
interpersonal, eksistensialisme, dan yang terakhir kecerdasan
naturalis
Multiple intellegence merupakan sebuah teori tentng
kecerdasan yang artinya “kecerdasan ganda” atu “kecerdasan

26
majemuk”. Secara bahasa Multiple intellegence diartikan
kecerdasan majemuk ada juga yang mengartikan kecerdasan
beragam. Multiple intellegence adalah kemampuan untuk
memecahkan masalah atau melakukan sesuatu yang ada nilainya
dalam kehidupan sehari- hari. Berkenaan dengan teori kecerdasan
majemuk (Multiple intellegence) menurut Asri Budiningsih:
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam teori ini,
yaitu :
1) Setiap orang memiliki semua kecerdaan itu
2) Banyak orang dapat mengembangkan masing – masing
kecerdasannya sampai ketingkat yang optimal
3) Kecerdasan biasanya bekerja bersama-sama dengan cara yang
unik
4) Ada banyak cara untuk menjadi cerdas.
Kecerdasan ganda sebenarnya merupakan teori yang
bersifat filosofis. Hal ini tampak pada sikapnya terhadap belajar
dan pandangannya terhadap pendidikan atua pembelajaran.
Pendidikan / pembelajaran ditinjau dari sudut pandang kecerdasan
ganda lebih mengarah kepada hakikat dari pendidikan itu sendiri,
yaitu yang secara langsung berhubungan dengan eksistensi,
kebenaran, dan pengetahuan.
Dengan adanya kecerdasan ganda ini diharapkan para guru
menaruh perhatian paa perbedaan diantara peserta didik dan
mencoba menerapkannya di dalam pembelajaran, pembelajaran
diharapkan lebih banyak bersifat terindividu. Para guru tidak harus
khawatir untuk mengidentifikasi gaya belajar yang diukai setiap
siswa. Para guru harus merancang berbagai macam aktivitas yang
menggabungkan sebanyak mungkin jenis kecerdasan. Dengan
kegiatan ini guru harus dapat merangkul segenap siswa dikelas.
MIR adalah penelitian kecerdasan peserta didik yang
dilakukan sebelum memulai proses belajar mengajar, MIR

27
dilakukan setiap tahun sebagai acuan guru mengarahkan siswa
kepada hal yang mereka sukai, baik hoby ataupun kesukaan yang
lainnya. MIR adalah riset kecerdasan, MIR tersebut akan mencari
jenis kecerdasan apakah yang dimiliki oleh calon siswa siswi
tersebut. Guna untuk mempermudah guru dalam mengajar dan
mencari strategi yang pas untuk digunakan pada siswa yang
memiliki kecerdasan dominan.
MIR adalah riset yang luar biasa untuk membantu guru
menemukan gaya belajar siswa, biasanya, MIR dilaksanakan pada
saat penerimaan siswa baru menjadi data yang penting bagi guru
untuk mengetahui siswa, terutama tentang informasi tentang gaya
belajarnya.
Multiple Intelligences dalam pengertian bahasa Indonesia
adalah kecerdasan majemuk. Kecerdasan majemuk yang
diperkenalkan oleh psikolog dari Harvard University, Howard
Gardner pada tahun 1983.
Aset terbesar yang paling bernilai di sebuah
Sekolah/Madrasah adalah guru yang berkwalitas, “sebaik apapun
kurikulumnya, sulit berhasil apabila tidak dijalankan dengan
strategi pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan mampu
menginspirasi anak didiknya” (Munib,2009: 69). Kendala bagi
dunia pendidikan untuk mengahsilkan lulusan yang berkwalitas
adalah prestasi anak didik hanya diukur dari kemampuan
kecerdasan intelektual yang menekankan pada kemampuan
matematika dan bahasa. Kecerdasan intelektual tidak hanya
mencangkup dua parameter tersebut diatas, tetapi juga harus dilihat
dari aspek kinestetik, musikal, visual-spasial, interpersoanal,
intrapersonal, dan naturalis. Pada tahun 1983 Gardner
memperkenalkan 8 jenis kecerdasan yaitu, matematika logika,
bahasa, kinestetik, musik, visual-spasial, interpersonal,
intrapersonal, naturalis. Pada tahun 1999 Gardner dengan

28
perkembangan pemikirannya, Gardner menambah 1 kecerdasan
lagi yaitu kecerdasan eksistensial (Gardner, 2003:23).
Macam-macam kecerdasan menurut Howard Gardner:
1) Kecerdasan Logis matematis, kemampuan berpikir saintifik,
deduktif logis, kalkulasi numeric, memecahkan masalah.
2) Kecerdasan Linguistic, penguasaan cara berbicara, ekspresi dan
komunikasi verbal.
3) Kecerdasan Musical, kemampuan bermusik dan mengetahui
komposisi music.
4) Kecerdasan Interpersonal, hubungan antar teman dan
masyarakat, mudah bergaul dengan baik.
5) Kecerdasan Intrapersonal, kecerdasan diri yang mampu
mengontrol emosi, disiplin, mandiri dan semangat diri
6) Kecerdasan Kinestetis, kemampuan untuk mengontrol tubuh
sendiri, gerak mengikuti irama dengan benar.
7) Kecerdasan Bahasa, kemampuan mengolah bahasa dan
menguasai bahasa dengan baik
8) Kecerdasan Spacial Visual, kecerdasan alam, menggambar dan
membuat buku cerita bergambar.
Kecerdasan-kecerdasan ini mendasari kebutuhan dan
kemampuan setiap manusia yang berbeda beda (2003 :5-7). Teori
inilah salah satunya yang mampu memecahkan masalah
kemanusiaan yang ada saat ini, terlebih lagi permasalahan yang
sering kali kita lihat pada peserta didik. Teori ini akan kita gunakan
untuk meningkatkan Pembelajaran Berbasis Karakteristik di
Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar.
Pembentukan kepribadian berkaitan erat dengan bagaimana
perilaku siswa dalam sekolah kemudian bisa dibentuk sedemikian
rupa, salah satunya adalah dengan memberikan modal pendidikan
kemandirian hidup dan itu merupakan sebuah hal niscaya.

29
Pendidikan Paradigmatic mengatakan bahwa keberhasilan
pendidikan anak didik bukan hanya didasarkan pada kehebatan
diatas kertas namun bagaimana mereka mampu melakukan hal-hal
berprestasi pasca bersekolah. Pendidikan tidak terjebak dengan
angka namun ia berbicara tentang nilai-nilai kehidupan dan hidup
(Yamin, 2012 : 18).
Beberapa hal penting untuk semakin memperjelas tujuan
pentingnya sekolah berkemandirian hidup bagi anak didiknya:
1) Sekolah menjadi rumah yang menyenangkan dan semua anak
didiknya harus harus bisa diberikan sentuhan-sentuhan
pendidikan yang menggerakkan mereka untuk bebas bergerak
dalam sebuah pendewasaan dan pematangan hidup.
2) Sekolah adalah ruang bebas yang menuntun anak didik agar
mereka bisa menemukan jati diri masing-masing sehingga
kedepannya mereka dapat berwahana secara progresif
3) Sekolah menjadi harapan generasi masa depan namun sekolah
yang diimpikan adalah dengan kemapuannya menanamkan
nilai-nilai progresifitas terhadap anak didik. Mereka mampu
membangun dan mempertahankan identitas diri sebagai
kelompok anak muda harapan bangsa.
4) Memperkuat keberlangsungan pendidikan yang selalu berefek
sangat baik bagi kepentingan bersama di atas segala-galanya
kemudian harus bisa dilakukan dengan sedemikian konkrit
dam praktis (2012 : 19).
Banyak murid yang kebingungan dalam menerima pelajaran
dan tidak mampu mencerna materi yang diberikan, dan justru
mereka yang dituduh “bermasalah” ternyata ini hanya masalah
ketidaksesuaian gaya mengajar guru dan gaya belajar siswa.
Padahal apabila gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar
siswa , semua pelajaran akan terasa sangat mudah dan
menyenangkan.

30
b. Strategi Pembelajaran dan Model Pembelajaran Multiple
Intellegences
Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu
perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kacakapan
(Ngalim, 2007 : 102).
Belajar juga dapat didefinisikan suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010 : 2).
Begitu juga menurut pendapat Baharuddin (2008 :11) belajar
merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai
macamkompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak
manusia lahir sampai akhir hayat. Pada waktu bayi, seorang bayi
menguasai keterampilan-keterampilan yang sederhana, seperti
memegang botol dan mengenal orang-orang di sekelilingnya. Ketika
menginjak masa kanak-kanak dan remaja, sejumlah sikap, nilai,dan
keterampilan berinteraksi sosial dicapai sebagai kompetensi. Pada saat
dewasa, individu diharapkan telah mahir dengan tugas – tugas kerja
tertentu dan keterampilan-keterampilan fungsional lainnya, seperti
mengendarai mobil, berwiraswasta, dan menjalin kerja sama dengan
orang lain.
Secara umum, belajar dilakukan individu untuk mencapai
sesuatu yang mempunyai arti baginya. Tujuan ini menurut Tontowi
(2010:12) dapat diidentifikasi dengan terjadinya perubahan pada
individu dan dapat digolongkan kedalam tiga golongan, yaitu :
1) Pengetahuan (Knowledge) dalam hal ini sifat
perubahannya adalah kognitif. Perubahan yang
diharapkan adalah dari tidak mengetahui menjadi

31
mengetahui, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan
sebagainya.
2) Keterampilan (Skill) sifat perubahannya adalah
psikomotorik. Perubahan yang diharapkan adalah dari
tidakbisa membuat,melakukan, membentuksesuatu,dan
sebagainya.
3) Sikap (Attitude) Sifat perubahannya adalah afektif.
Perubahan yang diharapkan adalah dari sikap negative
menjadi sikap positif, dari sikap salah menjadi baik dan
sebagainya.
Dengan demikian tujuan belajar agar dapat terealisasikan
dengan kondusif dan baik perlu diperhatikan pada para pendidik untuk
dapat merancang model pembelajaran maupun strategi pembelejaran,
khususnya pada MIR yang dilaksanakan.
Model pembelajaran adalah sebuah sistem proses pembelajaran
yang utuh, mulai dari awal hingga akhir. Model pembelajaran
melingkupi pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode
pembelejaran dan tehnik pembelajaran.
1) Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses dan
sifatnya masih sangat umum, proses tersebut mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
sesuai dengan cakupan teoritis tertentu. Pendeketan pembelajaran :
2) Teacher Centered Approach
Teacher Centered Approach (Pendekatan yang berpusat
pada guru). Menghasilkan produk siswa- siswa yang dituntut “tahu
apa” lebih banyak. Artinya, siswa dikatakan berhasil atau standar
ketuntasan terlampaui apabila para siswa tersebut mampu
menjawab dan hafal informasi-informasi yang dibutuhkan. Ibarat

32
uang logam, siswa hanya mendapat satu sisi logam. Yaitu isi “tahu
apa” sementara itu.
3) Student Centered Approach
Merupakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Menghasilkan produk siswa yang “tahu apa” dan “bisa apa”.
Kemampuan siswa akan lebih banyak terasah pada pendekatan ini,
jika diibaratkan uang logam siswa akan mendapatkan du sisi mata
uang logam tersebut. Yaitu, “tahu apa” dan “bisa apa”.
Strategi pembelajaran adalah turunan dari pendekatan
pembelajaan. Strategi pembelajaran menurut Kemp, suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien.
c. Prestasi Belajar
Menurut Sujana menyebutkan yang dimaksud dengan prestasi
belaja adalah kemampuan - kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya jadi prestasi belajar adalah
kemampuan yang diperoleh berdasarkan proses belajar. Ada lima
kategori tentang kemampuan yang dihasilkan berdasarkan proses
belajar yaitu:
1) Kecakapan untuk mengkomunikasikan pengetahuan secara verbal,
yang dikategorikan sebagai informasi verbal
2) Kecakapan dalam bertindak melalui penilaian terhadap suatu
stimulus dikategorikan sebagai sikap
3) Kecakapan membedakan memahami konsep maupun aturan serta
dapat memecahkan maslaah, dikatakan sebagai keterampilan
intelektual
4) Kecakapan mengelola dan mengembangkan proses berpikir
melalui pemahaman. Analisis dan sintesis, dikategorikan sebagai
keterampilan strategi kognitif

33
5) Kecakapan yang diperlihatkan secara tepat, tepat dan lancer
melallui Gerakan anggota tubuh, ini dikategorikan sebagai
keterampilan motoric.
Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar prestasi
adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang
menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Untuk
itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan
yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang
diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun
secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu (Mas’ud, 2015 : 20).
Adapun belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan
dengan serangkaian kegiatan (Sadirman, 2010 : 20). Menurut
Cranbach belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan
mempergunakan panca inderanya. Belajar membawa perubahan yang
aktualmaupun potensial pada kecakapan yang melalui usaha (dengan
sengaja) (Sumadi, 2010 : 231-232).
Dari pemaparan diatas dapat peneliti simpulkan bahwa prestasi
belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa. Melalui proses belajar
yang telah dilakukan dengan konsisten dan juga hasil dari bakat
ataupun minat siswa yang telah dijalani dengan baik sehingga
mendapatkan hasil yang baik pula.
Untuk mencapai prestasi belajar sangat diperlukan sebuah
motivasi dari guru dan orangtua kepada setiap anak yang berbakat,
karena motuvasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan munculnya “Feeling” dan didahului dengan
tanggapan terhadapa adanya tujuan. Motivasi merupakan energy yang
sangat penting dalam meraih keberhasilan, merupakan bentuk
aktualisasi yang pada umumnya diwujudkan dalam perbuatan nyata.
Sekolah formal dapat dikatakan berhasil apabila prestasi akademikanak
didik menunjukkan peningkatan. Keberhasilan ini ditentukan oleh
bebrapa faktor, yang biasa dibedakan secara garis besarnya yaitu faktor

34
eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor diluar
kondisi pribadi anak didik, teman belajar, kemampuan pendidik,
kenyamanan sekolah, kultur sekolah, kondisi lingkungan dirumah,
kepedulian orang tua dan masyarakat. Sedangkan faktor internal
merupakan segala hal yang berkaitan dengan ciri peserta didik, yang
meliputi antara lain tingkat inteligensi, minat, bakat dan motivasi serta
aspek kejiwaan peserta didik (Ibrahim, 2003 :27).

35
BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Obyek Penelitian


1. Sejarah Singkat dan Tujuan Berdirinya Sekolah
SD YIMA Islamic School adalah nama baru dari sebuah
lembaga sekolah yang didirikan pada tahun 1912 yaitu SD Al
Khairiyah, lembaga ini dibentuk sebagai salah satu perlawanan
terhadap penjajah Belanda dari sektor pendidikan.
Adapun alasan perubahan nama dari SD Al Khairiyah menjadi
SD YIMA Islamic School (pada tahun 2006) merupakan lembaga
adaptif yayasan untuk memenuhi tuntutan zaman dan masyarakat.
Dalam hal ini sekolah mengusung pola sekolah yang berwawasan
internasional dengan Multiple Intelligences System (MIS). Di dalam
MIS, sekolah ini membawa paradigma baru tentang pendidikan, dunia
anak dan strategi belajar mengajar, yang pada gilirannya dengan MIS
ini akan mampu mencetak generasi muslim seutuhnya, kreatif, inovatif
dan tangguh.
Dengan demikian sekolah ini menanggung konsekuensi logis
yang harus dipenuhi yaitu; managemen sekolah yang efisien dan efektif
serta inovatif, sarana dan prasarana yang mendukung maupun Sumber
Daya Manusia yang profesional. Untuk itu kami telah berupaya
memenuhi konsekuensi-konsekuensi tersebut akan tetapi masih terdapat
kekurangan terutama dari aspek sarana dan prasarana.
2. Identitas Lembaga
Nama Madrasah : SD YIMA Islamic School
Status : Swasta – Terakreditasi A
Tanggal : 07 Januari 2006
Nama Yayasan Penyelenggara : Yayasan Islam Madrasah Al-
Khairiyah (YIMA)
Alamat Sekolah

36
Jalan : KH. Asyari No. 326
Kelurahan : Kademangan
Kecamatan : Bondowoso
Kabupaten : Bondowoso
Propinsi : Jawa Timur
Kode Pos : 68217
Email : sdyima@gmail.com
Website : http://www.sdyima.blogspot.com
Mulai berdiri tahun : 1912
Status Tanah : -
Luas Tanah : 1.200 m2
Waktu Penyelenggaraan : Pagi
3. Visi dan Misi
a. Visi
“Bertakwa Kepada Allah SWT, Berakhlak Mulia, dan Unggul
Dalam Berprestasi”
b. Misi
1) Mengintegrasikan nilai-nilai agama Islam berdasarkan Al-Qur’an
dan Al-Hadis dalam kehidupan warga sekolah
2) Menumbuhkembangkan karakter mulia peserta didik
3) Menerapkan Multiple Intelligences System dalam program
pendidikan
4) Mengembangkan potensi peserta didik secara optimal dalam
bidang akademis dan non akademis
5) Mengembangkan pendidikan berbasis dwi bahasa (bilingual
education)
c. Multiple Intelligences System (MIS)
1) Menerima peserta didik dengan beragam latar belakang
2) Multiple Intelligences Research (MIR)
3) Strategi pembelajaran
d. Managemen Mutu Terpadu (Total Quality Management)

37
1) Manajemen berbasis mutu
2) Tenaga Pendidik dan Kependidikan Berkualitas
3) Program Pembelajaran bermutu
4) Quality Control
5) Rasio Guru dan Siswa Proporsional
e. Ketentuan Wali Murid SD YIMA Islamic School
1) Mendukung dan mengikuti program sekolah
2) Mengikuti perkembangan putra dan putrinya dari waktu ke
waktu melalui kerja sama yang erat dengan guru
3) Berpakaian muslim/muslimah ketika masuk area sekolah
4. Data Guru
Tenaga pendidik dan kependidikan di SD Yima Islamic School
adalah guru-guru yang professional di bidangnya, lulusan perguruan
tinggi ternama di Indonesia dan berkualifikasi S1 dan S2. Keseluruhan
guru di SD Yima Islamic School berjumlah 50 orang Data guru dan
karyawan.
5. Data Siswa
Jumlah siswa di SD Yima Islamic School pada tahun ajaran
2022/2023 berjumlah 320 siswa.
Dari data tersebut diketahui bahwa 320 siswa atau siswi merupakan 150
siswa putra dan 170 siswa putri.
B. Penyajian Data dan Analisis Data
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab I bahwa dalam penelitian
ini menggunakan tiga metode, yaitu Observasi, Wawancara, dan
Dokumentasi sebagai alat untuk memperoleh data.
Alat untuk memperoleh data yang berkaitan dengan obyek penelitian
tentang berbagai hal yang berkaitan dan mendukung rumusan masalah
dalam penelitian. Maka dalam penyajian data dan analisis data ini akan
dipaparkan secara terperinci tentang obyek yang diteliti, dalam hal ini
tersebut mengacu pada fokus penelitian yang telah diterapkan.

38
Berikut data-data yang diperoleh selama melakukan penelitian dan
pengumpulan data berdasarkan fokus penelitian yang dilakukan di SD
YIMA Islamic School tahun 2023.
1. Pelaksanaan Multiple Intelligences Research (MIR) untuk
mengoptimalkan prestasi belajar siswa di SD YIMA Islamic School
Said dengan mengutip pendapat Munif Chatib mengatakan:
“Sekolah yang tepat untuk dikembangkan harus menggunakan prinsip
Multiple Intelligences System, sekolah ini menerima siswa tanpa seleksi
akademis dan psikotes, siswa hanya dipetakan gaya belajarnya dan
kemampuan dasarnya berdasarkan riset Multiple Intelligences Research
atau MIR. Hasilnya, banyak siswa yang sebelumnya gagal masuk
sekolah negeri kemudian menjadi juara lomba kompetisi antar sekolah.
Mayoritas anak yang awalnya gagal telah menemukan prestasinya”
Metodologi Multiple Intelligences Research dari Munif Chatib
membuka mata dan hati kita bahwa betapa kecerdasan seseorang itu
tidak dapat dijustifikasi dalam satuan angka-angka sebagai mana hasil
psikotes. Apa yang dilakukan Munif Chatib adalah quantum
kemanusiaan yang menghargai hak akan pengakuan kecerdasan pada
setiap orang, secara mutlak kecerdasan tidak ditentukan oleh keturunan
dan kecerdasan tidak dapat diukur tetapi hanya dapat diketahui arah dan
kecenderungannya sebab kecerdasan itu bersifat dinamis. (Moh. Yamin,
2012: 131)
Multiple Intelligences Research (MIR) adalah sebuah riset yang
luar biasa untuk membantu guru menemukan gaya belajar siswa.
Biasanya, MIR dilaksanakan pada saat penerimaan siswa baru. Hasil
MIR pada penerimaan siswa baru menjadi data yang penting bagi guru
untuk mengetahui kondisi siswa, terutama untuk mengetahui informasi
tentang gaya belajarnya. Selanjutnya, MIR dapat dilaksanakan pada
setiap tahun kenaikan kelas. Data MIR tahun lalu dapat dijadikan
masukan untuk pelaksanaan MIR pada tahun depannya. Hal ini sesuai
dengan konsep Howard Gardner bahwa kecerdasan seseorang itu

39
berkembang, tidak statis. Kecerdasan seseorang lebih banyak berkaitan
dengan kebiasaan, yaitu perilaku yang diulang-ulang.
Multiple Intelligences Research (MIR) yang dilakukan secara
berkala terhadap seseorang dalam hubungannya dengan proses belajar
mengajar, akan menjadi akselerator baginya untuk menemukan kondisi
akhir terbaiknya pada usia 43 tahun seperti J.K. Rowling (penulis novel
fiksi Harry Potter), yang menjadikan dirinya wanita terkaya sedunia
2007 (majalah Forbes), namun ada juga sebagian orang yang berhasil
menemukan kondisi akhir terbaiknya sejak dini, misalkan pada umur 5
tahun atau bahkan lebih awal.
Sebagai contoh, ketika hasil MIR seorang anak menunjukkan
bahwa anak tersebut memiliki skala kecerdasan linguistik tertinggi
dibandingkan dengan kecerdasan lainnya, deskripsi untuk kegiatan
kreatif yang disarankan, antara lain: membiasakan buletin keluarga,
menjadi presenter keluarga, dan melaporkan kejadian harian pada saat
makan malam. Banyak orangtua yang memberitahu, ketika kegiatan-
kegiatan tersebut dilaksanakan di rumah, anaknya menjadi lebih ceria,
terbuka, dan dapat bekerjasama dengan orangtuanya. (Munif Chatib :
2012).
Ketika mulai masuk sekolah, terdapat beberapa tahapan yang
dilakukan calon siswa dan siswi, yaitu: setelah pendaftaran, ada tes
kegiatan yang disebut Assesment. tes kesiapan tersebut bukan tes
kognitif melainkan tes kesiapan anak sebelum memasuki SD. Berikut
beberapa pemaparan terkait MIR kepada Kepala Sekolah SD YIMA,
Bapak Ainul Yakin:
Sebelum memasuki pada ranah MIR, calon siswa baru melakukan
tes yang disebut Assesment. Assesment ialah tes kesiapan anak
untuk memasuki Sekolah Dasar (SD), tes kesiapan tersebut berupa
kesiapan masuk SD minimal 6 tahun yang kemudian akan di tes
kemandirian dari anak tersebut, apakah bisa memakai baju sendiri,
memakai sepatu sendiri, bercerita tentang dirinya, dan bernyanyi.

40
Tes kesiapan anak tesebut bukan merupakan tes kognitif melainkan
tes kesiapan. Jika tes kesiapan tersebut sudah dilalui maka anak
tersebut bisa diterima di SD YIMA sebagai calon siswa dan siswi
baru SD YIMA. Dan jika usia sudah memenuhi syarat namun
kemudian hasil asessment anak tersebut mengalami kendala dalam
hal berbicara dan berkomunikasi, maka disarankan agar siswa
tersebut memeriksakan diri Dr. Inyke Rosyita Diana, M.Psi di
RSUD Koesnadi Bondowoso, jika hasil pemeriksaan calon siswa
tersebut terindikasi autis, disleksia ataupun slow learning dll atau
juga disebut Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), maka disarankan
untuk mendapatkan pendampingan secara khusus dan tetap
diterima di SD YIMA. Kuota satu kelas adalah terdapat 2 anak
ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).
Dari hasil observasi yang dilakukan bahwasanya, Assesment
yang dilaksanakan di SD YIMA dilaksanakan jauh sebelum
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan, guna
mempersiapkan siswa secara mental, psikis dan kemandirian. Dalam
pelaksanaan assesment tersebut calon siswa baru tidak dituntut untuk
mampu dalam bidang akademis, melainkan siswa siap secara psikis,
yaitu apakah siswa memiliki kesiapan dalam belajar dari segi usia yang
minimal 6 tahun. Dalam tekhnisnya guru memberikan beberapa
pertanyaan, dijawab dengan kata “YA atau TIDAK”, kemudian jika
ditanya dia mampu menjawab seperti pertanyaan berikut: Apakah di
rumah sudah bisa mandi sendiri? Apakah bisa menggunakan sepatu
sendiri? Bisakah berdiri tegak dengan satu kaki dan kemudian
melompat dengan satu kaki? Bisakah memakai baju sendiri? Dan
beberapa pertanyaan lainnya.
Calon siswa baru tersebut akan dilihat apakah dia sudah mampu
melakukan yang diminta analisis atau sebaliknya, sebab jika usia
minimal 6 tahun rata-rata anak akan mampu melakukan hal tersebut
tanpa bantuan orang dewasa, hal yang sangat mudah mereka lakukan.

41
Kemudian ada pula beberapa pertanyaan untuk calon wali murid, antara
lain tentang kemandirian dan tentang kebiasaannya. Hewan yang
dirawat atau dipelihara di rumah dan kehidupan sosialnya. Mengapa tes
ini dilakukan? Sebab YIMA adalah salah satu sekolah swasta yang
menerima Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) oleh karena itu, tes
tersebut dilakukan agar mampu menganalisa manakah anak yang
reguler ataukah ada anak yang memiliki kelebihan khusus atau disebut
ABK seperti slow learning, autis, dll. Jika salah satu siswa tidak bisa
bernyanyi, tidak bisa berbicara dengan lancar atau tidak bisa melakukan
apa yang diminta analis atau calon siswa tersebut mampu melakukan
hal yang diarahkan analisis, tetapi anak tersebut memiliki kelebihan lain
dari anak seusianya (hiperaktif, kesulitan fokus) maka, pihak sekolah
akan menyarankan calon wali murid untuk memeriksakan putranya ke
psikolog di RSUD Bondowoso yang sudah lama bekerjasama dengan
pihak YIMA.
Calon siswa yang terbukti terindikasi autis atau slow learning
dll/ABK, maka pihak sekolah menyarankan agar anak tersebut
mendapat pendampingan khusus dari sekolah yaitu didampingi oleh
satu orang shadow teacher yang akan selalu menemani ABK tersebut
dari awal masuk hingga pulang sekolah, kuota ABK pada masing-
masing kelas yaitu 2 ABK. Untuk hasil dari assesment tersebut tidak
bisa dipublikasikan, sebab hasil tersebut bersifat pribadi dan tidak boleh
diketahui orang lain selain pihak sekolah dengan orang tua wali. Sebab
disana terdapat nama anak yang reguler dan nama anak yang terindikasi
ABK.
Kemudian setelah tes kesiapan atau assesment dilakukan, maka
pihak sekolah menerima semua yang telah di assesment untuk
melaksanakan riset kecerdasan yaitu yang disebut Multiple
Intelligences Research (MIR). Berdasarkan wawancara yang dilakukan
kepada Kepala Sekolah SD YIMA, Ainul Yakin:

42
Multiple Intelligences Research (MIR) adalah riset kecerdasan,
MIR tersebut akan mencari jenis kecerdasan apakah yang dimiliki
oleh calon siswa-siswi tersebut. Guna untuk mempermudah guru
dalam mengajar dan mencari strategi yang pas untuk digunakan
pada siswa yang memiliki kecerdasan dominan.
Selain melihat hasil MIR masing-masing, juga dilakukan tes baca
tulis hitung yang kemudian sebagai bahan sekolah untuk membagi
rata 2 kelas tersebut terisi antara anak yang lancar membaca,
membaca sedang, dan tidak bisa membaca, agar anak-anak merata
dan guru dikelas tersebut bisa mengkondisikan keadaan kelas
dengan baik.
MIR tersebut adalah research yang memetakan anak
berdasarkan kecerdasan masing-masing, YIMA sadar betul bahwa
setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda dan dengan penanganan
yang berbeda pula. Dengan adanya MIR ini membantu banyak siswa
dan orangtua siswa dalam mengembangkan potensi yang ada pada
putra-putrinya sehingga memudahkan mereka untuk mengarahkan
kecerdasan sesuai dengan kemampuannya, manfaat untuk guru juga
sangat dirasakan saat proses belajar mengajar dalam hal menentukan
strategi yang cocok dalam setiap pembelajaran. Selanjutnya hal yang
sama juga diungkapkan dalam alur penerimaan siswa yang dilakukan di
SD YIMA oleh Litbang SD YIMA, Elly Sulistyowati:
Setelah mendaftar ke SD YIMA calon siswa wajib melaksanakan
assesment setelah diterimanya siswa melalui tes kesiapan tersebut,
maka anak-anak bisa melalui tahapan MIR dan kemudian
melakukan tes baca tulis, baca al-Qur’an, dan berhitung. Tes
tersebut bertujuan untuk memetakan anak sebagai acuan sekolah
untuk memetakan jilid al-Qur’an yang dalam hal ini menggunakan
metode Ummi, kemudian baca tulis dan hitung tersebut
diperuntukkan untuk pemerataan anak pada masing-masing kelas,
serta guru lebih mampu memberikan perhatian khusus, dan

43
memberikan waktu tambahan bagi siswa yang sejak awal sudah
teridentifikasi kesulitan dalam membaca dan berhitung.
(Bondowoso,.....
Siswa baru tersebut tidak diberikan tes akademis sebagai syarat masuk
di SD YIMA, assesment yang dilakukan tidak lain untuk mengetahui
kesiapan calon peserta didik secara psikis dan mental. Selanjutnya
dilakukan MIR yang akan memetakan anak berdasarkan kecerdasan masing-
masing sehingga hasil MIR mampu menjadi acuan sekolah untuk
menempatkan calon siswa yang ditempatkan pada kelas masing-masing
sesuai kecerdasan dominannya, demikian pula terhadap tes berikutnya yaitu
baca tulis, hitung dan membaca Jilid dan Al-Qur’an, tes tersebut bukan
menjadi acuan diterima atau tidaknya calon siswa melainkan agar pihak
sekolah mengetahui seberapa kemampuan peserta didiknya dalam
memahami hal tersebut dan kemudian akan membaginya pada masing-
masing kelas secara merata, jika terdapat anak yang masih mengalami
kesulitan dalam membahas dan berhitung maka guru kelas akan
menyediakan kelas membaca dan berhitung tambahan, seusai pulang
sekolah ataupun pada waktu luang.
Pada saat observasi, guru/analisis khusus menunjukkan beberapa
gambar, calon siswa menunjuk gambar apa sajakah yang mereka pilih,
gambar A ataukah gambar B. kemudian calon siswa membuat bentuk ular
dengan kepala dan ekornya dan akan ditanyakan mana ekor dan mana
kepalanya dengan plastisin. Kemudian calon siswa menyebut gambar apa
sajakah yang ditunjuk analisis. Analisis juga bertanya tentang warna dan
bentuk benda. Setelah dilakukannya tersebut, giliran calon wali murid
ditanyakan tentang beberapa hal yaitu tentang kebiasaan putranya, hewan
apa yang dia pelihara, mainan apakah yang dia sukai, apakah sudah mandiri,
ataukah masih membutuhkan pertolongan orang tua, dll.
2. Hasil Multiple Intelligences Research (MIR) Pada Prestasi Belajar
Siswa di SD YIMA Islamic School

44
MIR dilakukan bersamaan dengan tes tulis, baca dan mengaji jilid
atau al-Qur’an, tes tersebut dilakukan guna untuk memetakan anak
berdasarkan kemampuan membaca buku dan membaca al-Qur’an
sampai pada tingkat mana, sebab dengan tes tersebut guru akan mudah
memberikan perhatian khusus bagi calon siswa yang belum bisa
membaca, dan kemudian untuk memetakan kelompok mengaji ditingkat
jilid 1, 2 ataukah al-Qur’an. Dalam hal ini YIMA menggunakan metode
Ummi untuk pembelajaran mengaji di sekolah.
Hasil tes kecerdasan/MIR yang sudah dilakukan, akan diperiksa
oleh Munif Chatib selaku analis MIR, maka calon siswa-siswi akan
dikelompokkan berdasarkan kecerdasan dominan. Setiap kelas akan
dibagi menjadi 2 kelompok kecerdasan besar yang dipaparkan oleh
Direktur YIMA Islamic School, Nila Yufarida:
MI itu memetakan kecerdasan anak dari hasil MIR, dari 8
kecerdasan, diambil dua kecerdasan besar, yaitu kelompok pertama
Linguistik: Interpersonal, kinestetis dan musik, kemudian
kelompok kedua adalah Matematis Logis: Interpersonal, naturalis,
dan spacial visual. Jadi, guru nanti akan lebih mudah memilah
MIA-MIAnya (Multiple Intelligences Approach) membuat parodi
dan lain-lain, sebagai landasan menentukan strategi pembelajaran.
Berdasarkan keseharian yang seperti itu benar-benar akan didapat
anak-anak yang mumpuni dibidangnya, seperti lomba pidato,
mengarang, matematika, linguistik, dan lain-lain. Mereka
berkembang pada bidangnya. Terbukti dari tahun 2006 sampai
tahun ini YIMA berkembang pesat dalam berbagai kejuaraan.
(bondowoso,......
MIR adalah hal terpenting dalam sebuah pendidikan yang
memanusiakan manusia, sebab dalam MIR terdapat banyak manfaat
yang akan dirasakan baik pihak sekolah, maupun orangtua. Hasil MIR
yang dianalisis oleh Munif Chatib, akan dijadikan acuan untuk
memetakan siswa atas dua kecerdasan besar yaitu, memilah mana yang

45
termasuk golongan kecerdasan linguistik ataukah golongan matematis
logis. MIR sangat dibutuhkan sebagai acuan yang mendasar untuk
mengarahkan dan memberikan ruang gerak yang bebas dalam
mengarahkan kompetensi siswa dalam ajang olympiade baik akademis
dan non akademis. SD YIMA telah meraih banyak kejuaraan dibidang
kecerdasan masing-masing, sehingga sekolah mampu mengarahkan
bakat siswanya. Berapa banyak siswa yang telah merebut kejuaraan
pada bidangnya masing-masing, berapa banyak pula siswa yang telah
merasa hebat dengan kemampuan dirinya, berapa banyak siswa yang
merasa dihargai dalam kelebihannya, dan juga pula orangtua yang
bersyukur karena telah mengetahui kelebihan anaknya.
Berikut wawancara kepada orang tua/wali murid SD YIMA
Islamic School, Nawirah Baagil wali dari Fatimah Sahar Banu
murid kelas 1A:
MIR tersebut sangat bagus, wali murid lebih paham dalam apa
potensi anak, apa kecenderungan anak dalam pembelajaran dan
juga menangani anak, Fatimah tergolong anak yang sulit membaca
akan tetapi saya tidak mau melihat kekurangannya, maka kelebihan
apa yang ada pada dirinyalah yang membuat saya bersemangat
dalam mengarahkan Fatimah, hasil MIR dari YIMA mengatakan
bahwa Fatimah lebih condong ke gerak dan aktif, saya arahkan
Fatimah agar aktif di bela diri jadi kita arahkan ke situ, ternyata
Fatimah ada potensi di bela diri, akhirnya kita sebagai wali murid
tahu tentang penanganan anak tentang pembelajaran ke depan.
Fatimah meraih beberapa kejuaraan bela diri sampai tingkat
Nasional. Alhamdulillah.
Dalam MIR terdapat banyak kemungkinan kecenderungan kecerdasan
anak, ada anak yang memiliki berbagai macam kecerdasan yang merata, dan
ahli pada segala bidang, anak tersebut bisa pula diarahkan sesuai multi
kecerdasannya. Yaitu, diikutkan dalam segala ajang kompetensi. Seperti
halnya seorang siswa kelas IV yang bernama Mahdi As-Sajad, siswa

46
tersebut memiliki banyak keunggulan kecerdasan, meraih kejuaraan pada
bidang sains, bela diri dan matematika. Dari beberapa pemaparan hasil MIR
itu sendiri sangatlah besar, sehingga mampu mengembangkan berbagai
potensi anak, berikut pemaparan dari Waka Kesiswaan, Nafisa:
Selama tahun 2017-2018 siswa SD YIMA mengalami peningkatan
dalam prestasinya baik dari akademik maupun non akademik,
Alhamdulillah SD YIMA telah meraih kurang lebih 40 piala yang
diraih dalam tahun pelajaran 2017-2018 dalam tingkat Jawa Timur
atau Kabupaten, ataupun Provinsi. Di bidang akademiknya ada
Matematika, Bahasa Inggris, Sains dan bidang non akademiknya
seperti Taekwondo. Rata-rata prestasi yang diraih siswa yang
mendapatkan juara sesuai dengan kompetensi masing-masing dan
hasil MIR yang ada, siswa YIMA yang hiperaktif itu mereka
mengikuti ekstra Taekwondo dan mereka rata-rata mendapat juara
1 dan mendapatkan medali emas. Ada diantaranya juara
Taekwondo bertahan yaitu: Fatimah Sahar Banu kelas 1A, Amir
Al-Fas El-Haqqi kelas 5, Ali Zaenal Abidin klas 5 dan Muhammad
Mahdi As-Sajad. Untuk juara bertahan di bidang akademisnya
banyak sekali diantaranya ada Farroz Zahid Irawan kelas 1 juara
Bahasa Inggris, Mirza Zulkarnaen dan ada juga Ezar Ergo
Hermanto yang meraih The Best 20 untuk tingkat Olympiade
tingkat Nasional. Untuk Matematika tingkat kabupatennya hampir
seluruh lomba yang ada meraih juara 1, ada Muhammad Mahdi
As-Sajad, Khadijah Malika. Tingkat Sains juara 1 nya ada
Muhammad Mahdi As-Sajad dan Tinata Estren Pertiwi dan masih
banyak prestasi lainnya.
Dari beberapa pemaparan yang telah dijabarkan, bahwasanya hasil
MIR yang ada sangatlah bermanfaat bagi sekolah, guru, siswa dan
orangtua siswa. Dalam hasil MIR dijelaskan apa saja kompetensi yang
harus digali pada setiap anak. Sekolah lebih terarah dalam
pengembangan kompetensi pada bidangnya masing-masing, dengan

47
MIR guru akan lebih mudah merancang strategi pembelajaran yang
sesuai dengan gaya belajarnya, bukan hanya itu, orangtua siswa pun
turut menggali potensi anak sesuai arahan dari hasil MIR, dan terbukti
bahwa hasil MIR pada setiap anak menghasilkan kompetensi pada
siswa yang lebih menonjol dari sebelumnya. Hasil MIR pun bisa
berubah-ubah setiap tahunnya, bahkan mengalami perkembangan dari
setiap peserta didik. Maka terus dikembangkan agar memiliki multi
talenta atau kecerdasan yang beragam. Dengan dukungan dan modal
hasil MIR akan sangat mudah kita mengarahkan peserta didik untuk
mengembangkan potensi sesuai bidangnya, baik bidang akademik
maupun non akademik.
C. Diskusi dan Interpretasi
1. Pelaksanaan Multiple Intelligences Research (MIR) untuk
mengoptimalkan prestasi belajar siswa di SD YIMA Islamic School
Pelaksanaan MIR pada siswa disini, disamping bertujuan untuk
mengoptimalkan prestasi belajar siswa di SD YIMA Islamic School
tetapi juga untuk mengetahui apa kecerdasan atau bakat atau prestasi
setiap siswa yang tentunya berbeda – beda. Sekolah memiliki program
ini tak lain untuk pribadi siswa siswi itu sendiri, para guru tidak
menuntut setiap anak harus bisa dalam segala hal, lebih – lebih dalam
bidang akademik. Di SD YIMA Islamic School semua siswa sama dan
rata tidak ada pembedaan karena pada MIR ini sekolah menemukan
setiap kecerdasan anak yang unik dan perlu digali potensinya agar
semakin optimal di sekolah maupun diluar sekolah. Adapun penerapan
atau pembiasaan belajar yang dilaksanakan tidak jauh dengan
kurikulum saat ini yaitu kurikulum merdeka. Karta merdeka belajar
adalah gagasan yang sangat tepat dan selaras dalam pelaksanaan
program MIR yang terlaksana di SD Yima Islamic School karena setiap
siswa tidak dituntut harus bisa segala hal, melainkan lebih menonjolkan
apa keahlian mereka. Sebagaimana yang dimaksud kurikulum merdeka
adalah kurikulum yang menjawab dari keluhan semua pendidik maupun

48
peserta didik yang hanya nilai akhirnya berpatokan pada nilai
pengetahuannya saja padahal setiap peserta didik memiliki kemampuan
bakat, minat ataupun potensi yang berbeda (Khoirurrijal,2022 : 17).
Maka dari berjalannya kurikulum merdeka yang selaras dengan
program MIR yang ada, guru menjadi lebih mudah memberikan
penilaian dan penjelasan dalam kegiatan belajar. Begitu juga dengan
pserta didik itu sendiri yang menjadi lebih nyaman belajar dengan gaya
belajar mereka masing- masing.
2. Hasil Multiple Intelligences Research (MIR) Pada Prestasi Belajar
Siswa di SD YIMA Islamic School
Pada pelaksanaan MIR tentu membuahkan hasil. Adapun
hasilnya membuat pembelajaran dan strategi pembelajaran menjadi
terarah karena dari MIR itu sendiri memudahkan tenaga pendidik dalam
mengajarkan materi pada anak sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
Hal ini juga memicu minat belajar siswa yang dapat diukur
melalui 4 indikator sebagaimana yang disebutkan oleh (Slameto, 2010)
yaitu ketertarikan untuk belajar, perhatian dalam belajar,
motivasibelajar, dan pengetahuan.
Ketertarikan untuk belajar diartikan apabila seseorang yang
berminat terhadap suatu pelajaran maka ia akan memiliki perasaan
ketertarikan terhadap pelajaran tersebut. Siswa akan rajin belajar dan
terus memahami semua ilmu yang berhubungan dengan bidang
tersebut.
Ketika daya minat siswa mulai terfokuskan maka disitulah tugas
tenaga pendidik dan orang tua yang selalu mendukung serta memotivasi
siswa sampai mencapai prestasi yang di inginkan. Maka dari segala
upaya dan strategi pada MIR tersebut sangat terbukti hasil prestasi
siswa dalam pembelajaran yaitu memuaskan.

49
50
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulansebagai berikut
:
1. Pelaksanaan Multiple Intelligences Research (MIR) untuk
mengoptimalkan prestasi belajar siswa di SD YIMA Islamic School
Pelaksanaan MIR untuk mengoptimalkan prestasi belajar siswa
sangat tampak dari apa yang telah dilaksanakan pada saat
pembelajaran dikelas. Sesuai dengan kecerdasan yang tampak setalah
dilakukannya MIR, strategi pemebelajaran berjalan dengan sangat
tertata dan membuahkan hasil yang optimal pada peserta didik.
MIR tidak hanya berjalan optimal pada saat pembelajaran di
dalam kelas, melainkan juga berpengaruh pada prestasi belajar siswa
atau hasil evaluasi belajar siswa. Kecerdasan yang dimiliki siswa juga
dapat mengasah kemampuan siswa untuk bisa berprestasi diluar
sekolah. Yang hal ini sangat membantu juga meningkatkan mutu
kualitas lembaga sekolah.
2. Hasil Multiple Intelligences Research (MIR) Pada Prestasi Belajar
Siswa di SD YIMA Islamic School
Seperti yang telah disebutkan pada BAB 3, bahwa MIR dapat
menghasilkan atau mencetak generasi-generasi yang unggul. Baik
unggul dalam prestasi akademik maupun non akademik. Karena hasil
dari MIR itu sendiri dapat mengetahui masing masing kecerdasan pada
peserta didik, yang kemudian difokuskan pada bidang tersebut.
Hasil MIR tersebut dapat dilihat pada lembar evaluasi siswa
atau yang sering disebut raport. Akan ditampakkan dengan grafik
kecerdasan apa yang paling menonjol dari siswa, maka yang paling
menonjol disitulah kecerdasan yang harus orang tua dorong dirumah
memberikan motivasi serta wadah agar menjadi terarah.

51
Maka dari evaluasi itulah kita bisa melihat kecerdasan yang
sangat signifikan, dan kemudian di fokuskan sehingga membangun
prestasi pada diri siswa itu sendiri.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut ada beberapa saran yang
dapat peneliti berikan mengenai Multiple intellegences research ataupun
hal lain terkait dengan penelitian di SD Yima Islamic School :
1. Media yang terbatas untuk menunjang berlangsungnya pembelajaran
yang efektif pada kecerdasan tertentu.
2. Guru yang masih belum berstrata S1 ataupun yang tidak linier,
merupakan hal yang penting dalam memajukan kualitas Sekolah.

52
V. JADWAL PENELITIAN

VI. PERSONALIA

No. Nama Lengkap Tugas Tanggung jawab


1. Dewi Zhoviyah Menyusun Penelitian
Meneliti
(201991260004)
2. Nurul Hikmah Menyusun Penelitian
Meneliti
(202091010102)
3. Muhammad Nur Haris Menyusun Penelitian
Meneliti
(201991200048)

VII. PEMBIAYAAN

No Kebutuhan Harga Banyak Jumlah


1 Surat Izin Penelitian
2 Biaya Penelitian Rp. 500.000,-
3 Print Out Proposal Rp. 100.000,-
4 Print Out Hasil Laporan Rp. 300.000,-
5 Transportasi Rp. 200.000,-

53
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang RI No. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Kustawan, Dedy. 2012. Pendidikan Inklusi&Upaya Implementasinya (jakarta :


Luxima )

‘Izz al-Din al Tamimy. 1991. Kitab Al-Karam wa al-Jud wa al-Sakha al-nufus


(Beirut : Dar Ibn Hazm.)

Umiarso, 2010. Pendidikan Islam Dan Krisis Moralisme Masyarakat Modern,


(Jogjakarta: IRCIsOD)

Daudi, Ahmad.dalam bukunya Ahmad Royani “Paradigma Pendidikan Humanis”

Soejono. 1097. Aliran Baru Dalam Pendidikan Islam. (Bandung: CV Ilmu).

Raharjo, Suparto. 2009. Ki Hajar Dewantara Biografi Singkat 1889-1959,


(Jakarta: Garasi)

Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persepektif Islam.

Royani, Ahmad. Paradigma Pendidikan Humanis.

Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter.(jkt: bumi aksara)

Budiningsih, Asri, 2008. Pembelajaran Moral.

Kohlberg, L 1980, Stages of moral development as a Basis of Moral Education


dalam Mursey B.(e.d)

54
Samani 2011, muchlas dan Hariyanto,2011. Konsep dan model pendidikan
karakter

Kemendiknas, 2010, Desain Induk Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan


Nasional.

Koesoema, Pendidikan Karakter Integral diakses pada tanggal 15 mei 2017 dari
http;//www.pendidikankarakter.org/articles.003.html

M. Fahmi, Islam Transendental Menelusuri Jejak Jejak Pemikiran Kontowijoyo.


(http://konsep manusia.files.wordpres.com)

Zaim elmubarok. Membumikan Pendidikan Nilai.Bandung:2008)

Soebahar, Abd. Halim. Wawasan baru Pendidikan Islam.


Chatib, Munib 2009. Sekolahnya Manusia : Sekolah berbasis Multiple
Intelligences di Indonesia, Bandung:PT Mizan Puataka.

Gardner, Howard. 2003.Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk).New


Horizons. Batam :Interaksara.

Yamin,Moh Sekolah yang membebaskan.intrans.pub.

Chatib , Munif. 2013. Kelasnya manusia.bandung.

Prastowo Andi 2011, Metode Penelitian Kualitatif, dalam Perspektif Rancangan


Penelitian, ARRUZ Media Jogjakarta.

Suryasubrata,Sumadi. 1998. Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo


Persada).

55
Kalanganerwin.blogspot.com. (21 Februari 2017)

Sekolah Tinggi Islam Negeri Jember. Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah


Program Pascasarjana (Jember: Stain Press.2012).

Muhadjir,Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake


Sarasin,2000)

Faisal, Sanapiah. 2005. Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan


Aplikasi. Jakarta : Raja Grafindo

Esterberg, Kristin G. Qualitative Methods in Social Research, Memahami


Penelitian kualitatif. New York :Mc Graw Hill.

Hadi, 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Mizan Press.

Guba, Egon G. & Yonna S. Lincoln,1981. effective Evaluation. San Fransisco :


Jossey-Bass Publishers.

Moleong, Lexy J., 2012.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosda


Karya

Matthew B. Miles dan A. Michael Hubberman, 1994. Analisis Data Kuantitatif.


Jogja:teras.

Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian kualitatif, Bandung : Alfabeta.

56
LAMPIRAN – LAMPIRAN

Biodata Penelitian

A. Ketua Koordinator Penelitian


Nama :
NIP :
Pangkat/Jabatan :
Bidang Ilmu :
Alamat :
Pendidikan/Lulusan :
Pengalaman(3 tahun terakhir)
a. Pendidikan/Pengajaran :
b. Penelitian/Publikasi Karya Ilmiyah :
c. Pengabdian Masyarakat :
d. Pengalaman Lain :

Bondowoso, 2023
Ketua Peneliti,

Nama Terang
NIDN. (diisi angka sepuluh digit)

57
DOKUMENTASI

58

Anda mungkin juga menyukai