PROPOSAL TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meperoleh Gelar Magister
Manajemen
Disusun Oleh:
NIM : 202010053
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa proposal tesis yang saya ajukan ini
adalah hasil karya sendiri yang belum pernah disampaikan. Karya ini adalah
milik Saya, karena itu pertanggung jawabannya berada di pundak saya. Apabila
di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia untuk
ditinjau dan menerima sanksi sebagaimana mestinya.
Bekasi, 2021
Materai Rp 10.000,-
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL TESIS
PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS PELITA BANGSA
Menyetujui,
Dr.M.SAPRUWAN
iii
ANALISIS KUALITAS KINERJA KARYAWAN DAN PELAYA
NAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASI
EN DI RSxxx PADA MASA PANDEMI COVID-19
Menyetujui,
iv
ABSTRAK
Studi ini telah menguji hipotesis bahwa kepemimpinan dan budaya organisasi
akan dipengaruhi oleh factor kepemimpinan dan budaya organisasi. Tujuan
penelitian ini adalah adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja karyawan pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Bandung.
Semua karyawan sejumlah 218 karyawan telah diambil semua sebagai sampel
(sensus). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
metode Moderated Regression Analysis (MRA). Data yang dianalisis berasal dari
penyebaran kuesioner kepada karyawan yang dijadikan sampel dalam penelitian
ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel kepemimpinan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Budaya organisasi
telah terbukti sebagai variabel moderasi antara kepemimpinan terhadap kinerja
karyawan di daerah penelitian pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero)
(konvensional) Cabang Bandung. Kebijakan yang perlu dilakukan oleh
manajemen PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Bandung adalah
menciptakan hubungan yang haromonis antara Pimpinan dan bawahan,
menghindari terjadinya konflik, serta menciptakan lingkungan kerja yang
kondusif. Dengan demikian diharapkan kinerja karyawan bisa lebih optimal
dalam menjalankan tugas yang diberikan kepadanya.
Kata Kunci : Kinerja Karyawan, Pelayanan Kesehatan, Kepuasan Pasien, P
andemi Covid-19
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Adapun tujuan dari penulisan proposal tesis ini adalah untuk memenuhi
syarat mendapatkan gelar Magister Manajemen Konsentrasi Manajemen Sumber
Daya Manusia pada Program Pasca Sarjana Universitas Pelita Bangsa.
Penulis menyadari penyusunan proposal tesis ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu saran serta kritik yang membangun sangat kami harapkan.
Semoga karya akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Hal.
SURAT PERNYATAAN.........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
ABSTRACT.............................................................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................4
viii
3.3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian.................................................29
3.4 Populasi dan Pengambilan Sampel..................................................................36
3.5 Metode Pengumpulan Data..............................................................................36
3.6 Metode Analisis Data.......................................................................................37
ix
DAFTAR TABEL
NO.
Hal.
3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian..............................................................................26
3.2 Definisi Operasional Variabel..........................................................................29
3.3 Skala Likert dan Bobot Nilai...........................................................................37
5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.....................................55
5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir...........................56
5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.....................................................57
5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja.....................................58
5.5 Hasil Uji Validitas X1......................................................................................60
5.6 Hasil Uji Validitas X2......................................................................................61
5.7 Hasil Uji Validitas Y........................................................................................61
5.8 Hasil Uji Reliabilitas........................................................................................63
5.9 Hasil Uji Multikolineritas................................................................................65
5.10 Hasil Uji Heteroskedasitas.............................................................................66
5.11 Hasil Uji Regresi Liniear Berganda...............................................................67
5.12 Hasil Uji Hipotesis Uji T...............................................................................69
5.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)............................................................70
x
DAFTAR GAMBAR
Hal.
3.1 Desain Penelitian..............................................................................................28
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Lampiran 1 Maping Jurnal.....................................................................................77
Lampiran 2 Kuesioner............................................................................................86
Lampiran 3 Responden..........................................................................................93
Lampiran 4 Data Tabulasi......................................................................................95
Lampiran 5 Output SPSS.....................................................................................107
Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup.......................................................................120
xii
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Januari 2020, analisis sekuensing mendalam dari saluran pernapasan bagian bawah
(SARS-CoV-2) sebagai agen penyebab untuk cluster pneumonia yang diamati. Pada 11
Februari 2020, World Health Direktur Jenderal Organisasi (WHO), Dr. Tedros Adhanom
"COVID-19", dan pada 11 Maret 2020 ketika jumlah negara yang terlibat adalah 114,
dengan lebih dari 118.000 kasus dan lebih dari 4000 kematian, WHO menyatakan status
pandemi.
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) merupakan virus RNA, dengan tampilan
khas seperti mahkota di bawah mikroskop elektron karena adanya lonjakan glikoprotein
pada amplopnya. ini bukan pertama kalinya virus korona yang menyebabkan epidemi
menjadi ancaman kesehatan global yang signifikan: pada November 2019, wabah
Coronavirus (CoV) dengan sindrom pernapasan akut yang parah (SARS) -CoV dimulai di
provinsi Guangdong, Cina dan lagi, pada September 2012 Tengah Sindrom pernapasan
timur (MERS) -Co V muncul. Ada empat genera CoV: (I) α-coronavirus (alphaCoV), (II)
β-coronavirus (betaCoV) mungkin ada pada kelelawar dan hewan pengerat, sedangkan
(III) δ-coronavirus (deltaCoV), dan (IV) γ-coronavirus (gammaCoV) mungkin mewakili
spesies burung. Virus memiliki asal alami dan zoonosis: dua skenario yang secara masuk
akal dapat menjelaskan asal mula SARS-CoV2 adalah: (i) seleksi alam pada hewan inang
sebelum transfer zoonosis; dan (ii) seleksi alam pada manusia mengikuti transfer
zoonosis. Gambaran klinis dan faktor risiko yang sangat bervariasi, membuat keparahan
klinis berkisar dari asimtomatik hingga fatal. Pemahaman tentang COVID-19 sedang
berlangsung.
Namun, di sisi lain, kebijakan lockdown menimbulkan dilema bagi pemerintah karena
muncul karena lockdown membatasi aktivitas seseorang, oleh karena itu meningkatkan
rasa takut yang berlebihan pada masyarakat, gelisah, terutama ketika masyarakat
kreatif. Berdasarkan atas dampak positif dan negative tersebut, pemerintah Indonesia
bulan Mei 2020 diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),
kemudian diberlakukan kebijakan “new normal” untuk mengurangi dampak penyebaran
Hal ini memberikan pekerjaan rumah bagi tenaga kesehatan di Indonesia. Salah
satu ujung tombak dalam penanganan virus covid19 adalah perawat rumah sakit. 60%
dari tenaga kesehatan di rumah sakit terdiri dari perawat. Karena rumah sakit adalah
karyawan yang maksimal. Kinerja karyawan di Rumah Sakit berfungsi sebagai tolak ukur
pelayanan kesehatan maka perlu untuk mengkaji tentang kinerja guna mempertahankan
bahkan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien yang
sumber daya manusia menempati posisi yang strategis. Walupun didukung modal yang
tinggi serta teknologi yang handal tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas, maka tujuan rumah sakit tidak akan mungkin tercapai. Rumah sakit sebagai
institusi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan haruslah mampu memberikan
pelayanan yang bermutu dan berkualitas, baik dari segi pelayanan, perawatan dan juga
memberikan fasilitas yang baik pada pasien. Sehingga terciptanya kualitas pelayanan yan
NDEMI COVID-19”
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan
1. Apakah ada pengaruh kualitas kinerja karyawan terhadap kepuasan pasien selama
2. Apakah ada pengaruh tingkat pelayanan kesehatan terhadap kepuasan pasien sela
3. Apakah ada pengaruh kualitas kinerja karyawan dan tingkat pelayanan kesehatan t
1.Untuk mengetahui pengaruh kualitas kinerja karyawan terhadap kepuasan pasien sela
3.Untuk mengetahui pengaruh kualitas kinerja karyawan dan tingkat pelayanan kesehat
Penelitian proposal skripsi ini diharapkan akan memberi manfaat secara teoritis
manajemen sumber daya manusia yang selama ini diperoleh di bangku kuliah
2. Manfaat Praktis, semoga pula hasil penelitian proposal skripsi ini akan dapat
menjadi bahan pertimbangan bagi RSxxx yang membaca hasil penelitian ini untuk
KAJIAN PUSTAKA
seseorang melaksanakan tanggung jawab dan tugas kerjanya (Singh et al., 1996) Faustino
Gomes (1995) mengatakan performansi pekerjaan adalah catatan hasil atau keluaran
(outcomes) yang dihasilkan dari suatu fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu
Faustino Gomes (1995) merupakan cara untuk mengukur tingkat kontribusi individu
dalam penelitian-penelitian empiris karena dipandang sebagai akibat atau dampak dari
perilaku organisasi atau praktek-praktek sumber daya manusia bukan sebagai penyebab
atau determinan.
Faustino Gomes (1995) lebih lanjut menjelaskan terdapat dua kriteria pengukuran
performansi atau kinerja karyawan, yaitu (1) pengukuran berdasarkan hasil akhir (result-
berdasarkan pencapaian tujuan organisasi atau mengukur hasil-hasil akhir saja. Tujuan
organisasi ditetapkan oleh pihak manajemen atau kelompok kerja, kemudian karyawan
dipacu dan dinilai performanya berdasarkan seberapa jauh karyawan mencapai tujuan-
tujuan yang sudah ditetapkan. Kriteria pengukuran ini mengacu pada konsep management
by objective (MBO). Keuntungan pengukuran kinerja karyawan seperti ini adalah adanya
kriteria-kriteria dan target kinerja yang jelas dan secara kuantitatif dapat diukur. Namun
pekerjaan yang tidak dapat diukur secara kuantitatif sehingga dianggap mengabaikan
(means) dalam mencapai tujuan, dan bukan pada pencapaian hasil akhir. Pengukuran
berdasarkan perilaku condong pada aspek kualitatif daripada aspek kuantitatif yang
diasumsikan karyawan dapat menguraikan dengan tepat kinerja yang efektif untuk dirinya
penelitian mengenai perilaku organisasi dan sumber daya manusia karena terbukti skala
pengukuran obyektif (Sing et al., 1996). Kelemahan utama kriteria pengukuran ini adalah
rentan terhadap bias pengukuran karena kinerja diukur berdasarkan persepsi. Untuk
mengatasi hal tersebut, Babin dan Boles (1998), Bono dan Judge (2003) serta Sing et al.
(1996) menyarankan penggunaan instrumen yang mengukur kinerja dari banyak aspek
perilaku spesifik, seperti perilaku inovatif, pengambilan inisiatif, tingkat potensi diri,
manajemen waktu, pencapaian kuantitas dan kualitas pekerjaan, kemampuan diri untuk
mencapai tujuan, hubungan dengan rekan kerja dan pelanggan, dan pengetahuan akan
produk perusahaannya serta produk pesaing (product knowledge). Cara ini menurut Judge
dan Bono (2003) selain ditujukan untuk mengatasi bias pengukuran juga dimaksudkan
spesifik dengan pertimbangan bahwa pengukuran seperti ini, meskipun menurut Faustino
Gomes (1995) sebenarnya sudah ada sejak lama, memperoleh perhatian yang lebih luas
dalam penelitian empiris tentang perilaku organisasi dan sumber daya manusia.
pekerjaan yang lebih luas sehingga diperoleh gambaran kinerja yang komprehensif.
pendidikan/pelatihan, etos kerja, motivasi kerja, sikap mental, dan kondisi fisik
pegawai.
(keselamatan kerja, kesehatan kerja, sarana produksi, teknologi) dan hal yang
kerja)
c. Supra sarana, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kebijaksanaan pemerintah dan
b. Pendidikan
c. Keterampilan
d. Manajemen kepemimpinan
e. Tingkat penghasilan
g. Jaminan sosial
h. Iklim kerja
j. Teknologi
k. Kesempatan berprestasi
kinerja adalah:
reality (knowledge dan skill) artinya pegawai dengan IQ di atas rata-rata (110-120)
dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan
pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja diharapkan. Oleh
karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan
keahliannya.
Adapun indikator dari kinerja pegawai menurut Bernadine dalam Mas’ud (2004)
1. Kualitas
Tingkat dimana hasil aktifitas yang dilakukan mendekati sempurna, dalam arti
2. Kuantitas
Jumlah yang dihasilkan dalam istilah jumlah unit, jumlah siklus aktifitas yang
diselesaikan.
3. Ketepatan Waktu
Tingkat suatu aktifitas diselesaikan pada waktu awal yang diinginkan, dilihat
dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang
4. Efektifitas
maksud menaikan keuntungan atau mengurangi kerugian dari setiap unit dalam
5. Kemandirian
Pelayanan kesehatan adalah salah satu bentuk pelayanan yang sangat penting
dikalangan masyarakat. Menurut Levey dan Loomba (1973) dalam Azwar (1999) adalah
setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam satu
masyarakat.
Primery health care yaitu pelayan tingkat pertama yang ditunjukan untuk
Secondary healt care yaitu pelayanan tingkat dua yang ditunjukan kepada
masyarakat yang memerlukan rawat inap dan memerlukan tersedianya tenaga dokter
Tertiary health care yaitu pelayanan kesehatan tingkat tiga ang ditunjukan
kepada sekelompok masyarakat yang sudah tidak dapat ditangani oleh kesehatan
pelayanan kesehatan serta bantuan demi terwujudnya suatu negara yang sehat dan
pelayanan pengobatan atau perawatan, pelayanan kesehatan jiwa (Dinkes Jateng, 2005)
1. Hak dan kewajiban bagi pemberi maupun penerima pelayanan harus jelas dan
3. Mutu proses dan hasil pelayanan umum harus diupayakan agar dapat member
1. Bukti fisik (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana
dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari layanan yang diberikan
oleh pemberi jasa, ini meliputi fasilitas fisik gedung, peralatan, pegawai, sarana
terampil, segera, akurat, dan memuaskan. Pelayanan harus sesuai dengan yang
diharapkan oleh pelanggan yaitu kinerja yang tepat waktu, layanan tanpa kesalahan,
merupakan harapan setiap pelanggan dengan pelayanan yang cepat maka pelanggan
dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-
raguan
5. Empaty, yaitu memberikan perhatian, tulus, dan bersifat individual atau pribadi
oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah
b. Dapat diterima dan wajar, artinya tidak bertentangan dengan keyakinan dan
kepercayaan masyarakat.
sarana kesehatan menjadi sangat penting, sehingga tidak terjadi konsentrasi sarana
yang diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa
pelayanan, dan pihak lain tata cara penyelenggaraanya sesuai dengan kode etik serta
Hal senada juga disampaikan oleh Yacobalis (2001: 61) bahwa pelayanan
kesehatan yang baik harus memenuhi syarat-syarat, ”tersedia dan terjangkau, tepat
kebutuhan, tepat sumber daya, tepat standar profesi/etika profesi, wajar dan aman,
kualitas memuaskan bagi pasien yang dilayani”. Menurut Schulz R. Dkk (2003: 222),
pelayanan medis yang baik adalah pelayanan medis yang memenuhi syarat-syarat :
a. Didasari oleh praktek medis yang rasional dan didasari oleh ilmu kedokteran.
b. Mengutamakan pencegahan.
masyarakat.
Untuk melihat pelayanan itu berkualitas dan memenuhi keinginan pelanggan atau
masyarakat, ada beberapa cara-cara untuk menilainya, antara lain dengan sistem keluhan
dan saran, survei kepuasan pelanggan, serta pengamatan pada kepuasan pelanggan.
pemerintah terhadap kebutuhan dan keinginan masyarakat atas layanan yang diinginkan
masyarakat.
pemakai jasa layanan kesehatan (pasien, dan keluarga), dan kualitas menurut
pasien walaupun puasnya pasien itu tidak selalu sama dengan pelayanan berkualitas
tergantung pada individu dokter, dan diluar kewenangan direksi rumah sakit untuk
a. Faktor manusia: pemberi jasa layanan langsung (administrator dan profesional tidak
langsung (pemilik ).
Dengan demikian kualitas pelayanan kesehatan yang baik pada dasarnya apabila
pelayanan tersebut tersedia dan terjangkau, tepat kebutuhan, tepat tujuan, tepat sumber
dayanya, tepat standart profesi, wajar dan aman, memuaskan bagi pasien yang dilayani.
2.1.2.1 Faktor-faktor Kualitas Pelayanan Kesehatan
kan menjadi tiga kategori utama dan sembilan tema (Tabel 1). Faktor yang terkait de
ngan penyedia layanan (dokter) dan penerima layanan kesehatan (pasien) dan lingku
ngkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal mengacu pada lingkungan ker
ja dimana pelayanan kesehatan disediakan dan sumber daya dan fasilitas yang dibut
gan sekitar organisasi pelayanan kesehatan yang mempengaruhi kinerja, kualitas pel
Kategori Tema
Faktor yang berhubungan dengan pasien Jenis sosio-demografic pasien
Kerjasama pasien
Penyakit pasien
Faktor yang berhubungan dengan Dokter Jenis sosio-demographic dokter
Kompetensi dokter
wat
Indikator mutu rumah sakit adalah ukuran kuantitatif yang diukur untuk
lebih memahami mutu pelayanan di rumah sakit. Indikator perlu dirancang dengan
mutu pelayanan, sumber daya bisa dihemat, hasil lebih akurat, dan pengambilan
keputusan di tingkat sistem mikro maupun sistem makro bisa lebih strategis.
No.129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit.
Dalam lampiran Permenkes tersebut, diatur 21 jenis pelayanan dan 107 indikator
Kesehatan menetapkan standar ini menjadi tolak ukur pelayanan rumah sakit badan
memeuhi kebutuhan.
Diterima / Accepted (Patient-centred) Pelayanan kesehatan yang
komunitasnya.
Tidak berpihak / Equity Pelayanan kesehatan yang tidak berbeda
yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja
atau hasil suatu produk atau harapan-harapan. Kepuasan merupakan fungsi dari
persepsi atau kesan atas kinerja dan harapan. Ada tiga tingkat kepuasan yaitu nilai
kinerja berada di bawah harapan, pasien tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan,
pasien puas.
Junaidi berpendapat bahwa kepuasan konsumen atas suatu produk dengan
kinerja yang dirasakan konsumen atas poduk tersebut. Jika kinerja produk lebih
tinggi dari harapan konsumen maka konsumen akan mengalami kepuasan. Hal yang
hampir serupa dikemukakan oleh Indarjati yang menyebutkan adanya tiga macam
perbandingan antara harapan dan kenyataan, yaitu jika harapan atau kebutuhan sama
dengan layanan yang diberikan maka konsumen akan merasa puas. Jika layanan
yang diberikan pada konsumen kurang atau tidak sesuai dengan kebutuhan atau
menggunakan suatu produk atau jasa. Salah satu definisinya, seperti yang
dikemukakan oleh Richard Oliver bahwa kepuasan adalah respon pemenuhan dari
sebelumnya, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi pemasar dan
saingannya. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama serta dapat memberikan
komentar yang baik tentang perusahaan. Kepuasan pelanggan Puskesmas dalam hal
ini adalah pasien dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain pendekatan dan
perilaku petugas, pengalaman masa lalu (saat pertama kali datang), mutu informasi
yang diterima (words of Mouth) baik dari Puskesmas atau dari kerabatnya seperti
apa yang dikerjakan, apa yang dapat diharapkan dari pelayaanan Puskesmas, juga
dapat dipengaruhi oleh janji pemberi pelayanan (Tjiptono & Diana, 2001).
Untuk mewujudkan dan mempertahankan pelanggan, organisasi jasa harus
memahami tingkat harapan pelanggan atas mutu. Ketiga, memahami strategi mutu
layanan pelanggan. Keempat, memahami siklus pengukuran dan umpan balik dari
kepuasan pelanggan. Berhubungan dengan mutu, maka ada tiga level harapan
a. Level Pertama : Level ini merupakan harapan pelanggan yang paling sederhana
b. lainnya siap melayani dengan baik, keluhan didengarkan dengan baik dan
berharap dapat memperoleh kesembuhan yang baik b. Level Kedua : Level ini
merupakan harapan pelanggan yang lebih tinggi dari level pertama, dimana
misalnya Puskesmas buka tepa waktu, semua petugas telah siap melayani,
mereka ramah dan selalu memberikan informasi yang jelas, suka menolong, dan
lain-lain
c. Level Ketiga : Level ini merupakan harapan yang lebih tinggi dari level pertama
begitu bagusnya sehingga membuat pasien tertarik. Disini ada kebutuhan pasien
kendaraaan yang amana dan nyaman, ada tempat bermain untuk anak-anak,
ruang tunggu dan halaman yang tertata aindah dan rapih, petugas melayani
ssesuatu dengan cermat. Akan tetapi yang paling mengesankan adalah ketika
petugas menanyai keadaan pasien apakah baik baik saja setelah mendapatkan
mencari hal-hal tersembunyi yang diinginkan pasien agar menjadi nilai tambah
Pasien baru akan merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan yang
perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang
Ketidakpuasan yang sering terjadi pada Puskesmas yaitu sikap dan perilaku patugas,
memberikan informasi yang kurang jelas, proses pendaftaran yang lama, serta
c. Sikap postif, merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sedangkan salah satu kompensasi dari sikap
d. Sosialekonomi
e. Sistem nilai
Dalam hal ini aspek komunikasi memegang peranan penting karena pelayanan
g. Empati yang ditunjukkan oleh pemberi pelayanan kesehatan. Sikap ini akan
kepatuhan pasien.
pasien. Pasien akan memberikan penilaian (reaksi afeksi) terhadap berbagai kegiatan
a. Umur, masa hidup pasien, yang dinyatakan dalam satuan tahun sesuai peryataan
pasien.
b. Jenis kelamin, yang dapat digunakan untuk membedakan pasien lakilaki atau
perempuan.
c. Lama perawatan, sesuatu periode waktu yang dihitung sejak pasien terdaftar
en
asien
antara layanan yang diterima dengan layanan yang diharapkan. Bila hasilnya
mendekati satu maka masyarakat akan puas, begitu juga sebaliknya bila harganya
jauh lebih kecil dari satu maka masyarakat semakin tidak puas. Idealnya adalah
melebihi satu yang berarti bahwa jasa layanan yang diberikan melebihi harapan, atau
ada harapan yang tidak diduga (antisipasi) yang dipuaskan. Bila hal ini tercapai
maka masyarakat akan sangat puas terhadap layanan yang diterima Secara teoritis,
definisi di atas dapatlah diartikan, bahwa semakin tinggi selisih antara kebutuhan
yang telah diterimanya, maka akan terjadi rasa ketidakpuasan pasien. Asumsi teoritis
yang diinginkan yang diperoleh dari pengalaman melakukan sesuatu, pekerjaan, dan
diinginkan.
2.2 Hipotesis
Hipotesa dalam karya ilmiah ini, dengan tema Analisis Kualitas Kinerja Kar
yawan Terhadap Tingkat Pelayanan Kesehatan dan Kepuasan Pasien di RS xxx Pada
tersebut berdasarkan pada judul yang diteliti yaitu “Analisis Kualitas Kinerja Karya
wan dan Pelayanan Kesehatan Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien di RS xxx Pada
Masa Pandemi Covid-19”. Penulis ingin mengetahui apakah ada pengaruh antara ku
alitas kinerja karwayan dan pelayanan kesehatan terhadap tingkat kepuasan pasien p
bulan Maret sampai dengan Agustus 2021 dengan tabel sebagai berikut
Sumber: Peneliti
WAKTU PENELITIAN (2021)
No Kegiatan
MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEPT OKT NOV
1 Pengajuan Topik
3 Studi Literatur
4 Penyusunan Proposal
5 Seminar Proposal
8 Pengambilan Data
9 Penyusunan Buku
10 Sidang
11 Revisi
12 Pengumpulan Buku
prioritas menentukan kepuasan pasien adalah: kinerja tenaga dokter, kinerja tenaga
perawat, kondisi fisik rumah sakit, makanan dan menu pasien, sistem administrasi
pelayanan, pembiayaan, dan rekam medis. Pada penelitian ini variabel kualitas
pelayanan yang akan diteliti adalah : pelayanan dokter (medis), pelayanan perawat
rumah sakit.
preferensi (Utama, 2005: 5), yang diduga menjadi indikator kualitas pelayanan
fasilitas Kompensasi
(X1)
Puas terhadap Y
tunjangan
sampel penelitian ini dengan metode sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Metode sampling yang digunakan adalah tehnik
sampling jenuh dengan jumlah sampel 100 responden. Penelitian ini populasinya
relative sedikit dan terbatas. Dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
Sampel jenuh sering diartikan sampel yang sudah maksimum, ditambah tidak akan
sebagai berikut :
2. Data Kuesioner, pengumpulan data untuk mengukur variabel yang akan diteliti
dengan cara menyebarkan angket kuesioner dengan cara pemberian skor yang
Tabel 3.3
Skala Likert dan Bobot Nilai Jawaban Responden
yang relevan, dan literatur lainnya yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode
kuantitatif dengan menggunakan metode survey. Motode survey adalah metode yang
digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu, dimana peneliti melakukan
digunakan karena data yang akan digunakan untuk menganalisis hubungan antar
variabel dinyatakan dengan angka. Sehingga data yang berbentuk angka tersebut
adalah kuesioner atau daftar pertanyaan yang diberikan pada responden. Selanjutnya
Uji validitas item merupakan uji instrumen data untuk mengetahui seberapa
cermat suatu item dalam mengukur apa yang ingin diukur. Item dapat dikatakan
valid jika adanya korelasi yang signifikan dengan skor totalnya, hal ini
menunjukkan adanya dukungan item tersebut dalam mengungkap suatu yang ingin
diungkap. Item biasanya berupa pertanyaan atau pernyataan yang ditujukan kepada
mengungkap sesuatu. Pengujian validitas item dalam SPSS bisa menggunakan tiga
metode analisis yaitu Korelasi Pearson, Corrected Item Total Corelation, dan
Teknik uji validitas item dengan korelasi Pearson yaitu dengan cara
mengkorelasikan skor item dengan skor totalnya. Skor total adalah penjumlahan
seuruh item pada satu variabel. Kemudian pengujian signifikansi dilakukan dengan
kriteria menggunakan r tabel pada tingkat signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika
nilai positif dan r hitung ≥ r tabel maka item dapat dinyatakan valid, jika r hitung < r
tabel maka item dinyatakan tidak valid. Tinggi rendahnya validitas suatu angket atau
kuesioner dihitung dengan teknik Korelasi Product Moment dengan rumus sebagai
berikut :
n( XY ) ( X )( Y )
rxy ( Suharsimi ,1997 : 51)
( N X 2 ( X 2 )) ( N Y 2 ( Y 2 ))
Keterangan :
n = jumlah sampel
X = skor pernyataan
Y = skor total
ukur yang biasanya menggunakan kuesioner, maksudnya apakah alat ukur tersebut
kembali. Metode yang sering digunakan dalam penelitian untuk mengukur skala
metode korelasi pearson, dengan memasukan item-item yang tidak gugur saat uji
validitas. Jika hasil uji reliabilitas pada variabel kompensasi (X1), kepemimpinan
(X2), disiplin kerja (X3) dan kinerja pegawai (Y) diatas 0,6 seperti 0,7 dapat
diterima dan diatas 0,8 adalah baik, maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut
reliable. Oleh karena itu pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan menggunakan
teknik Cronbach’s Alpha seperti skala Likert 1-5 dengan rumus sebagai berikut:
Uji reliabilitas memiliki kriteria dengan rumus alpha adalah apabila r hitung >
rtabel dengan a = 0,05 maka dapat dinyatakan reliabel dan sebaliknya apabila rhitung <
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model yang dibuat
dapat digunakan sebagai alat prediksi yang baik. Uji asumsi klasik yang digunakan,
Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai
residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara
normal. Beberapa metode uji normalitas yaitu dengan melihat penyebaran data pada
sumber diagonal pada grafik Normal P-P Plot of regression standardized residual.
ditemukan adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen, jika tidak terjadi
korelasi yang tinggi maka model regresi dinyatakan baik. Model pengujian yang
digunakan yaitu dengan melihat nilai Inflation Factor (VIF) dan Tolerance pada
b. Jika nilai VIF > 10 dan nilai Tolerance < 0,01 maka model regresi terjadi
masalah multikolinearitas.
pengamatan yang lain, Priyatno (2016: 117). Ada atau tidaknya heteroskedastisitas
disini dilihat dengan melihat pola titik-titik pada scatterplots regresi yang dihasilkan
melalui SPSS. Apabila pola membentuk pola tertentu, maka model regresi memiliki
gejala heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas dengan titik-titik yang
menyebar di atas dan di bawah angka nol dan pada sumbu Y, maka disimpulkan
bebas heteroskedastisitas.
hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen dengan satu
variabel dependen. Perbedaan dengan regresi linier sederhana adalah, bahwa regresi
linier sederhana hanya menggunakan satu variabel independen dalam satu model
regresi, sedangkan regresi linier berganda menggunakan dua atau lebih variabel
dengan Y.
Keterangan:
X3 = Keandalan
X4 = Keyakinan
X5 = Empati
X5 = Berwujud
3.6.4.1 Uji t
(Purnomo, 2016). Uji t pada kasus ini digunakan untuk mengetahui apakah
Berdasarkan Signifikansi:
2017). Uji koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar
sumbangan yang diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat yang ditunjukan
b1 X 1 y b2 X 2 y b3 X 3 y b4 X 4 y b5 X 5 y b6 X 6 y
R2
Y 2
Keterangan :
R2 = Koefisien determinasi
Y = Variabel terikat
DAFTAR PUSTAKA
a Manusia dan Pengalaman Kerja Terhadap kinerja Karyawan di PT. Air Manad
Aldy Rochmat, Purnomo. (2016). Analisis Statistik Ekonomi dan Bisnis dengan
Perusahaan.
Di Gennaro, F., Pizzo, D., Marotta, C., Antunes, M., Racalbuto, V., Veronese, N., &
doi:10.3390/ijerph17082690
Gibson, JL. et.al. 2007. Organisasi dan Manajemen Perilaku, Struktur, Proses.
Jakarta: Erlangga
Hani Handoko, 1987, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE:
Yogyakarta.
127)
Husein Umar, 2008, Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan: Paradigma
Persada, Jakarta.
Yogyakarta.
Mulyono, M., Hamzah, A., dan Abdullah, A. 2013. Faktor yang Berpengaruhi
Terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Tingkat III 16.06.01 Ambon. Jurnal
18-26
Priyatno, Duwi. 2016. Belajar Alat Analisis Data Dan Cara Pengolahnnya Dengan
SPSS Praktis dan Mudah Dipahami untuk Tinkat Pemula dan Menengah.
Prof. dr. Wibowo, S.E., M.Phil, 2007 Manajemen Kinerja, Ed.3, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Tjiptono fandy. Dan Diana Anastasia, 2001, Total Quality Manajement, Edisi
Revisi.
World Health Organization 2006, Quality of care : a process for making strategic