Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN HASIL ORIENTASI

UPTD RSUD ASIH HUSADA LANGENSARI


KOTA BANJAR
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ketika memulai pekerjaan baru banyak para karyawan yang merasa gugup
ketika pertama kali bekerja. Kegugupan hari pertama ini dasarnya bersifat alamiah.
namun hal itu dapat mengurangi kepuasan karyawan baru dan kemampuan untuk
belajar kerja jika manajer SDM tidak mengantisipasinya lebih dini. Para psikolog
mengatakan bahwa kesan awal pertama adalah begitu kuatnya dan wajar wajar saja
karena karyawan baru masih memiliki sesuatu yang sedikit, seperti pengetahuan, dan
pengalaman kerja serta untuk melakukan penilaian diri. Hal ini sangat tergantung
pada keinginan kuat karyawan untuk mengetahui segala sesuatu tentang perusahaan.
untuk membantu karyawan menjadi anggota yang puas dan produktif, manajer dan
departemen SDM harus membuat kesan awal tersebut menjadi sesuatu yang
menyenangkan para karyawan baru, jadi jangan menimbulkan kesan bahwa yang
paling membutuhkan di perusahaan adalah karyawan dan perusahaan.
Sekali proses seleksi telah diputuskan, para manajer dan departemen SDM
hendaknya membantu karyawan baru tersebut untuk merasa cocok dengan
lingkungannya. Mengapa? karena sejak hari pertama, pendatang baru sudah masuk ke
proses Investasi SDM. Mereka perlu disiapkan sejak awal agar nantinya mampu
melakukan sesuatu tugas yang dibebankan perusahaan kepada mereka dengan baik.
untuk membantu pendatang baru agar mereka merasa cocok, program orientasi dan
sosialisasi akan membuat mereka familiar antara lain dengan peran peranya,
perusahaan, kebijakan kebijakan dankaryawan lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan
masalah dalam makalah ini seperti :
1. Apa arti dari orientasi karyawan dan tujuan orientasi karyawan ?
2. Apa hasil kegiatan orientasi karyawan baru di RSUD Asih Husada Langensari ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui arti dari orientasi karyawan dan tujuan orientasi karyawan ?
2. Mengetahui hasil kegiatan orientasi karyawan baru di RSUD Asih Husada
Langensari ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN TUJUAN ORIENTASI


1. Pengertian Orientasi
Gary Dessler menyebut orientasi dengan memberikan informasi mengenai
latar belakang kepada karyawan baru yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan
secara memuaskan, seperti informasi perusahaan. Program ini bisa dimulai dari
perkenalan singkat secara informal atau dengan kursus formal yang panjang.
Sedangkan menurut Susilo Martoyo, Orientasi adalah memperkenalkan para
karyawan baru dengan peranan atau kedudukan mereka, dengan organisasi dan
dengan para karyawan lain. Orientasi adalah program yang dirancang untuk menolong
karyawan baru (yang lulus seleksi) mengenal pekerjaan dan perusahaan tempatnya
bekerja. Program orientasi sering juga disebut dengan induksi. Yakni
memperkenalkan para karyawan dengan peranan atau kedudukan mereka, dengan
organisasi dan dengan karyawan lain.
Orientasi dilaksanakan karena semua pegawai baru membutuhkan waktu
untuk dapat menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan kerjanya yang
baru. Orientasi memberikan informasi kepada karyawan baru mengenai latar belakang
tentang Rumah Sakit & pekerjaan. Pada intinya orientasi adalah proses sosialisasi
karyawan baru terhadap pimpinan Rumah Sakit. Sosialisasi adalah proses penanaman
dalam diri karyawan tentang sikap, standar, nilai-nilai, dan pola perilaku yang
diharapkan oleh organisasi dan departemen. Program orientasi dimulai dari
pengenalan informal yang singkat sampai program formal yang panjang. Biasanya
karyawan diberikan buku panduan tentang jam kerja, penilaian kinerja, pembayaran
gaji, dan liburan/cuti. Selain itu juga orientasi ini dapat dimanfaatkan dengan baik
oleh para karyawan baru untuk bersosialisasi dan banyak mendapatkan ilmu baru dari
para karyawan-karyawan lama selama orientasi, sehingga ketika sudah memasuki
dunia kerja para karyawan baru ini sudah tidak asing lagi dengan ruangan yang akan
ditempatinya karena sudah melakukan orientasi terlebih dahulu sebelumnya.

2. Tujuan Orientasi

TUJUAN UMUM

Tujuan umum dilakukannya orientasi adalah untuk memberikan informasi


yang seluas-luasnya kepada karyawan sehingga karyawan baru bisa segera
beradaptasi dengan tempat kerjanya, diterima oleh rekan sekerjanya dan dapat
segera memulai kinerja dan produktifitasnya.

TUJUAN KHUSUS
1. Menyiapkan mental bagi karyawan baru dalam menghadapi peralihan
suasana dari lingkungan pendidikan ke dunia kerja yang nyata.
2. Menghilangkan hambatan psikologis dalam memasuki kelompok yang
baru.
3. Mengenal secara singkat lingkungan pekerjaan yang baru.

B. HASIL KEGIATAN ORIENTASI KARYAWAN BARU DI RSUD ASIH HUSADA


LANGENSARI
Pelaksanaan kegiatan orientasi di RSUD Asih Husada Langensari, kami
laksanakan mulai tanggal 4 dan 5 April 2022. Diantara hasil kegiatan tersebut, akan
kami uraikan dalam bagian ini.

1. SELAYANG PANDANG
Landasan hukum berdirinya UPTD RSUD Asih Husada Langensari :
 Peraturan Wali Kota Banjar Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Pembentukan,
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tata dan Fungsi, serta Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Daerah UPTD RSUD Asih Husada Langensari.
 Surat Rekomendasi Gubernur Jawa Barat Nomor 060/6183/Org. tanggal 10
Desember 2019, tentang Pembentukan UPTD Rumah Sakit Umum Daerah Kelas
D.
 Keputusan Wali Kota Banjar Nomor : 440/146/2020 tanggal 21 April 2020 tentang
Penunjukan Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Asih
Husada Langensari Sebagai tempat penanganan pasien Corona Virus Disease 2019
(Covid-19).
 Keputusan Wali Kota Banjar Nomor : 440/240/2020 tanggal 23 September 2020
tentang Penunjukan Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Sakit Umum Daerah
Asih Husada Langensari ebagai tempat penanganan pasien Corona Virus Disease
2019 (Covid-19).
 Izin Operasional Rumah Sakit No : 503/001/DPMPTSP/IORS/I/2021
 SK Walikota No 440/193/2021 tentang Penunjukan Tempat Isolasi Terpusat dalam
Penanganan Pasien Covid-19

Visi dan Misi Kota Banjar

Visi : “ Dengan Iman dan Taqwa Kita Wujudkan Kota Banjar yang bersih
Pemerintahannya, Sejahtera Masyarakatnya, Asri Lingkungannya Menuju Banjar
Agropolitan “

Misi :

1. Meningkatkan Penyelenggaraan Pemerintah yang professional dan Akuntabel


2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
3. Meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi (LPE)
4. Mewujudkan kota peduli hak asasi manusia (HAM)
5. Meningkatkan kualitas lingkungan
6. Mengembangkan daya Tarik dan potensi daerah

Sasaran Rumah Sakit

1. Terselenggaranya pengembangan dan pembinaan SDM


2. Terselenggaranya pelayanan Kesehatan yang berkualitas
3. Tersedianya system keuangan yang inovatif dan akuntabel
4. Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana rumah sakit
5. Tersedianya system informasi Kesehatan

Motto Rumah Sakit

“Melayani Dengan Sepenuh Asih”

Tata Nilai Kerja Rumah Sakit


ASIH
A : Akuntabel
Peraturan dan perundang – undangan kami landasan prinsip dalam melaksanakan
pelayanan
S : Santun
Lemah lembut dalam melayani kami jadikan satu prinsip
I : Integritas
Nilai – nilai, konsisnsi dan komitmen merupakan pegangan dalam bekerja dan
bertindak
H : Humanity
Landasan kemanusiaan kami jadikan dasar dalam bekerja ( cinta, kasih, peduli,
pertolongan )
Budaya Mutu Rumah Sakit
Budaya mutu RSUD Asih Husada Langensari dikenal dengan KUDU 5 (Keharusan
Untuk dilakukan Upaya )
1. KUDU melaksanakan protocol Kesehatan selama beraktifitas
2. KUDU menggunakan atribut kerja lengkap
3. KUDU membiasakan 5s dalam memberikan pelayanan
4. KUDU menggunakan alat pelindung diri (APD) dalam bekerja
5. KUDU tertib Administrasi dan tertib laporan
2. KODE ETIK KEPERAWATAN
Salah satu upaya untuk mencapai Indonesia sehat adalah melalui profesionalisme
di bidang kesehatan, berupa untuk meningkatkan dan memelihara pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau. Etik merupakan perilaku dan sikap
yang menuntun perawat dalam bertindak sebagai anggota profesi. Etik keperawatan
berkaitan dengan hak, tanggungjawab dan kewajiban dari tenaga keperawatan
profesional dan institusi pelayanan dimana pasien dirawat.
Etika keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi, menorganisasikan, memeriksa
dan membenarkan tindakan-tindakan kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-
prinsip tertentu.
Tanggung Jawab Perawat
1. Terhadap Masyarakat, Keluarga dan Penderita
2. Terhadap Tugas
3. Terhadap Sesama Perawat dan Profesi Kesehatan Lainnya
4. Terhadap Profesi Keperawatan
5. Terhadap Pemerintah Bangsa dan Tanah Air
Perilaku Sebagai Penjabaran Kode Etik Keperawatan :

Perawat dan Klien

1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan


martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama
yang dianut serta kedudukan social.
2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari klien
3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan
4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh berwenang
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Perawat dan Praktik


1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan melalui
belajar terus menerus
2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain
4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
selalu menunjukkan perilaku professional

Perawat dan Masyarakat

Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan


mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.

Perawat dan Teman Sejawat


1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun
dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh
2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal.

Perawat dan Profesi

1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan


pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keperawatan
2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan
3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan
yang bermutu tinggi.

3. INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT


Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan adalah tolok ukur yang digunakan
untuk menilai tingkat keberhasilan mutu pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Mutu Pelayanan Kesehatan adalah tingkat layanan kesehatan untuk
individu dan masyarakat yang dapat meningkatkan luaran kesehatan yang optimal,
diberikan sesuai dengan standar pelayanan, dan perkembangan ilmu pengetahuan
terkini, serta untuk memenuhi hak dan kewajiban pasien. Fasilitas Pelayanan
Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.
Indikator Mutu di Rumah Sakit terdiri atas :
1. Kepatuhan kebersihan tangan
2. Kepatuhan penggunaan alat pelindung diri
3. Kepatuhan identifikasi pasien
4. Waktu tanggap operasi seksio sesarea emergensi
5. Waktu tunggu rawat jalan
6. Penundaan operasi elektif
7. Kepatuhan waktu visite dokter
8. Pelaporanhasil kritis laboratorium
9. Kepatuhan penggunaan formulariun nasional
10. Kepatuhan terhadap alur klinis (clinical pathway)
11. Kepatuhan upaya pencegahan resiko pasien jatuh
12. Kecepatan waktu tanggap complain
13. Kepuasaan pasien

Dimensi mutu pelayanan kesehatan di Indonesia disepakati mengacu pada tujuh


dimensi yang digunakan oleh WHO dan lembaga internasional lain, yaitu sebagai
berikut:
1. Efektif: menyediakan pelayanan kesehatan yang berbasis bukti
kepadamasyarakat.
2. Keselamatan: meminimalkan terjadinya kerugian (harm), termasukcedera dan
kesalahan medis yang dapat dicegah, pada pasien-masyarakat yang menerima
pelayanan.
3. Berorientasi pada pasien/pengguna layanan (people-centred): menyediakan
pelayanan yang sesuai dengan preferensi, kebutuhan dannilai-nilai individu.
4. Tepat waktu: mengurangi waktu tunggu dan keterlambatan pemberian pelayanan
kesehatan.
5. Efisien: mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia dan mencegah
pemborosan termasuk alat kesehatan, obat, energi dan ide.
6. Adil: menyediakan pelayanan yang seragam tanpa membedakan jenis kelamin,
suku, etnik, tempat tinggal, agama, dan status sosial ekonomi.
7. Terintegrasi: menyediakan pelayanan yang terkoordinasi lintas fasilitas pelayanan
kesehatan dan pemberi pelayanan, serta menyediakan pelayanan kesehatan pada
seluruh siklus kehidupan.

4. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang selanjutnya disingkat
PPI adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi
pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas
pelayanan kesehatan. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health
Care Associated Infections) yang selanjutnya disingkat HAIs adalah
infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada
infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah
sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada
petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat.
Berdasarkan sumber infeksi, maka infeksi dapat berasal dari
masyarakat/komunitas (Community Acquired Infection) atau dari rumah
sakit (Healthcare-Associated Infections/HAIs). Penyakit infeksi yang
didapat di rumah sakit beberapa waktu yang lalu disebut sebagai Infeksi
Nosokomial (Hospital Acquired Infection). Saat ini penyebutan diubah
menjadi Infeksi Terkait Layanan Kesehatan atau “HAIs” (Healthcare-
Associated Infections) dengan pengertian yang lebih luas, yaitu kejadian
infeksi tidak hanya berasal dari rumah sakit, tetapi juga dapat dari fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Tidak terbatas infeksi kepada pasien namun
dapat juga kepada petugas kesehatan dan pengunjung yang tertular pada
saat berada di dalam lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan.
Untuk memastikan adanya infeksi terkait layanan kesehatan
(Healthcare-Associated Infections/HAIs) serta menyusun strategi
pencegahan dan pengendalian infeksi dibutuhkan pengertian infeksi,
infeksi terkait pelayanan kesehatan (Healthcare-Associated
Infections/HAIs), rantai penularan infeksi, jenis HAIs dan faktor
risikonya.
1. Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh
mikroorganisme patogen, dengan/tanpa disertai gejala klinik.
Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated
Infections) yang selanjutnya disingkat HAIs merupakan infeksi
yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak
ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi
dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi
karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga
kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
2. Rantai Infeksi (chain of infection) merupakan rangkaian yang
harus ada untuk menimbulkan infeksi. Dalam melakukan
tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi dengan
efektif, perlu dipahami secara cermat rantai infeksi.Kejadian
infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan dapat disebabkan oleh
6 komponen rantai penularan, apabila satu mata rantai diputus
atau dihilangkan, maka penularan infeksi dapat dicegah atau
dihentikan. Enam komponen rantai penularan infeksi, yaitu:
Agen infeksi (infectious agent), Reservoir. Faktor lain yang
berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu,
status ekonomi, pola hidup, pekerjaan dan herediter.

Jenis HAIs yang paling sering terjadi di fasilitas pelayanan


kesehatan, terutama rumah sakit mencakup:
1. Ventilator associated pneumonia (VAP)
2. Infeksi Aliran Darah (IAD)
3. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
4. Infeksi Daerah Operasi (IDO)

Faktor Risiko HAIs meliputi:


1. Umur: neonatus dan orang lanjut usia lebih rentan.
2. Status imun yang rendah/terganggu (immuno- compromised):
penderita dengan penyakit kronik, penderita tumor ganas,
pengguna obat-obat imunosupresan.
3. Gangguan/Interupsi barier anatomis:
 Kateter urin: meningkatkan kejadian infeksi saluran kemih (ISK).

 Prosedur operasi: dapat menyebabkan infeksi daerah


operasi (IDO) atau “surgical site infection” (SSI).
 Intubasi dan pemakaian ventilator: meningkatkan kejadian
“Ventilator Associated Pneumonia” (VAP).
 Kanula vena dan arteri: Plebitis, IAD

 Luka bakar dan trauma.


4. Implantasi benda asing :
 Pemakaian mesh pada operasi hernia.
 Pemakaian implant pada operasi tulang, kontrasepsi,
alat pacu jantung.
 “cerebrospinal fluid shunts”.
 “valvular / vascular prostheses”.

5. Perubahan mikroflora normal: pemakaian antibiotika yang tidak


bijak dapat menyebabkan pertumbuhan jamur berlebihan dan
timbulnya bakteri resisten terhadap berbagai antimikroba.

5. KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)

Keselamatan pasien adalah Adalah suatu sistem yang membuat


asuhan pasien lebih aman, meliputi ; asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

1. Mengidentifikasi pasien dengan benar


2. Meningkatkan Komunikasi yang efektif
3. Meningkatkan Keamanan Obat-Obatan Yang harus diwaspadai
4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, Prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar
5. Mengurangi resiko ineksi akibat perawatan Kesehatan
6. Mengurangi Resiko cedera Pasien akibat terjatuh

Anda mungkin juga menyukai