Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Riza Rudianto ( 201411034 )
2. Alfina Khutmawati ( 201411062 )
3. Wahyu Kurniawan Aji ( 201411063 )
4. Rois Sopyan ( 201411065 )
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Ketika memulai pekerjaan baru banyak para karyawan yang merasa gugup
ketika pertama kali bekerja. Kegugupan hari pertama ini dasarnya bersifat
alamiah. Namun hal itu dapat mengurangi kepuasan karyawan baru dan
kemampuan untuk belajar kerja jika manajer SDM tidak mengantisipasinya lebih
dini. Para psikolog mengatakan bahwa kesan awal pertama adalah begitu kuatnya
dan wajar-wajar saja karena karyawan baru masih memiliki sesuatu yang sedikit,
seperti pengetahuan, dan pengalaman kerja serta untuk melakukan penilaian diri.
Hal ini sangat tergantung pada keinginan kuat karyawan untuk mengetahui segala
sesuatu tentang perusahaan. Untuk membantu karyawan menjadi anggota yang
puas dan produktif, manajer dan departemen SDM harus membuat kesan awal
tersebut menjadi sesuatu yang menyenangkan para karyawan baru, jadi jangan
menimbulkan kesan bahwa yang paling membutuhkan di perusahaan adalah
karyawan.
Setelah proses seleksi karyawan baru telah diputuskan, para manajer dan
departemen SDM hendaknya membantu karyawan baru tersebut untuk merasa
cocok dengan lingkungannya. Mengapa? Karena sejak hari pertama, pendatang
baru sudah masuk ke proses investasi SDM. Mereka perlu disiapkan sejak awal
agar nantinya mampu melakukan sesuatu tugas yang dibebankan perusahaan
kepada mereka dengan baik.untuk membantu pendatang baru agar mereka merasa
cocok, program orientasi dan sosialisasi akan membuat mereka familiar antara
lain dengan peran perannya, kondisi perusahaan, kebijakan-kebijakan perusahaan
dan karyawan lainnya.
3
2) Apa saja manfaat dan tujuan dari orientasi karyawan?
3) Apa saja prosedur (tahap-tahap) dalam pelaksanaan kegiatan orientasi
karyawan?
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
2.2. Pengertian Orientasi Menurut Ahli
6
2) Peraturan-peraturan dan berbagai kebijakan perusahaan dalam hubungannya
dengan hak dan kewajiban karyawan.
3) Berbagai fasilitas yang mungkin dapat digunakan atau tidak boleh
digunakan oleh karyawan.
4) Pengenalan kondisi lingkungan kerja dimana karyawan tersebut akan berja
seperti siapa yang menjadi atasanlangsung,atasan tidak langsung, rekan
kerja, bawahan, kondisi ruangan kerja, dan fasilitasnya.
5) Pengenalan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh SDM yang bersangkutan
sesuai dengan job description.
7
5) Membangun harapan yang positif terhadap pekerjaannya. Sikap yang positif
dan kepuasan kerja sangatlah penting bahwa para karyawan belajar sesegera
mungkin apa yang menjadi harapannya, apa yang diharapkan padanya,
selain belajar tentang nilai dan sikap yang ada dalam organisasi. Jenis
orientasi yang diberikan kepada karyawan baru ada dua macamnya yaitu
orientasi organisasi dimana orientasi dimaksudkan untuk memberitahu
karyawan mengenai tujuan, riwayat, filosofi, prosedur dan pengaturan
organisasi tersebut, serta orientasi unit kerja yang dimaksudkan untuk
mengakrabkan karyawan itu dengan sasaran unit kerja tersebut,
memperjelas bagaimana pekerjaannya menyumbang pada sasaran unit itu
dan mencakup perkenalan dengan rekan-rekan kerja barunya.
8
Aktivitas ini bertujuan untuk menunjukkan cakupan pekerjaan yang
sebenarnya kepada calon karyawan.Cara ini efektif untuk memperkecil kejutan
realitas.Schein mengemukakan bahwa salah satu masalah terbesar yang dihadapi
calon karyawan dan pimpinan dalam tahap awal kepegawaian adalah hal-hal yang
mencakup perolehan informasi yang akurat dari kedua belah pihak.
3) Pembinaan budaya organisasi
Budaya organisasi dapat diartikan sebagai sikap dan persepsi yang dimiliki
karyawan pada umumnya dalam suatu perusahaan tempat mereka berkerja.
Dengan kata lain para karyawan menangkap isyarat tentang perusahaan mereka
misalnya sejauh mana mereka dinilai secara adil atau sejauh mana hubungan
persahabatan yang diperlihatkan oleh pimpinan mereka.
4) Pereratan hubungan antar-karyawan
Cara lain untuk membantu proses sosialisasi karyawan baru adalah dengan
mempererat hubungan antar mereka dan dengan teman kerja baru atau dengan
para supervisor mereka, yang bertindak sebagai mentor. Sebagai contoh beberapa
perusahaan mendukung adanya program- program formal. Seperti sistem sahabat
dimana karyawan yang ditugasi sebagai mentor memberi training khusus dan
bertindak sebagai pemandu bagi pendatang baru.
5) Informasi prestasi kerja
Sistem penilaian perusahaan juga memainkan perananan penting dalam
proses sosialisasi. Catatan prestasi kerja secara formal dan informal dari
supervisor yang disampaikan pada waktu yang tepat kepada karyawan baru dapat
mengurangi tekanan akibat ketidakpastian karena “tidak mengetahui prestasi
yang dicapai”. Selain itu catatan tersebut dapat membantu karyawan baru untuk
memutuskan cara melaksanakan pekerjaan di masa mendatang. Sebagai contoh,
penilaian sebelumnya dapat digunakan sebagai upaya “penalaran” untuk
memperbaiki persepsi yang keliru.
9
2.7. Jenis – Jenis Orientasi
10
dan tidak membagi waktu bekerja yang dimiliki untuk bekerja di tempat
lain.
2) Solidaristic
Dimana pada pendekatan orientasi kerja jenis ini, Goldthorpe (1968)
menjelaskan bahwa setiap karyawan memandang sebuah pekerjaan bukan secara
simple sebagai tujuan akhir saja, melainkan segi yang dikedepankan adalah
hubungan dan aktivitas sosial yang bisa didapat, dan ini dipandang sebagai bentuk
emotionally rewarding. Karyawan yang memilih orientasi kerja jenis ini dalam
memilih tempat bekerja, lebih memperhatikan suasana bekerja berdasarkan
hubungan sosial yang kuat.Hubungan sosial disini yang dimaksudkan adalah
komunikasi dan kerjasama yang terjalin antara individu baik itu antara sesama
karyawan dalam satu departemen maupun antar departemen.Menurut Lucas
(1995) dan Kitching (1997) dikatakan bahwa bagi karyawan HI, adalah sisi sosial
dari sebuah pekerjaan yang membuat para karyawan tersebut tetap merasa betah
pada pekerjaan mereka dan juga membuat para karyawan tersebut untuk tetap
mengoptimalkan diri dalam bekerja.Selain itu, hubungan sosial yang kuat yang
karyawan jenis ini inginkan bukan hanya sebatas di lingkungan kerja, melainkan
hubungan sosial ini harus juga dapat diteruskan di kehidupan diluar pekerjaan.
Misalnya dengan pergi makan, jalan-jalan, kegiatan lain dan bahkan saling
berkunjung ke tempat tinggal masing-masing karyawan.
3) Bureaucratic
Menurut Goldthorpe (1968) dijelaskan bahwa yang membuat seorang
karyawan memilih pekerjaan dan mengoptimalkan diri pada pekerjaan yang
dipilihnya itu adalah hal-hal yang disediakan oleh perusahaan tempat karyawan
tersebut bekerja. Hal-hal tersebut dapat berupa fasilitas-fasilitas yang diberikan
seperti sarana transportasi, ruangan kerja yang nyaman untuk bekerja, sampai ke
peralatan-peralatan kerja yang canggih, modern dan mendukung, penghargaan
atas prestasi kerja, besar kecilnya gaji dan tunjangan-tunjangan yang ditawarkan,
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan, bimbingan dari perusahaan
yang diberikan melalui atasan dan yang tidak kalah pentingnya adalah jenjang
karir yang jelas. Meskipun suasana sosial yang ada tidak mendukung, para
karyawan tersebut tetap mengoptimalkan diri dalam bekerja, karena karyawan
11
jenis orientasi ini lebih mementingkan self-development dan lebih bertujuan ke
peningkatan jenjang karir.
12
b. Struktur ketenagakerjaan dalam perusahaan termasuk pemberitahuan
tentang atasan langsung yang menilai pekerjaan maupun yang memberikan
pembinaan kariernya di masa yang akan datang.
c. Kemungkinan pengembangan, mutasi, dan promosi, maupun kegiatan
ketenagakerjaan lainnya.
Dalam proses ini sebaiknya peserta induksi dan orientasi diberi
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang belum jelas
maupun saran yang mereka pandang perlu. Pendekatan psikologis akan sangat
membantu pencapaian tujuan induksi dan orientasi dan pengembangan tenaga
kerja terwujud. Hal tersebut dapat dilakukan dengan sikap keramahan dan
ketegasan para penyelia dalam memberikan induksi dan orientasi.
2) Penunjukan Tempat-Tempat Tertentu
Setelah tenaga kerja diberi wawancara penyuluhan pendahuluan, prosedur
selanjutnya adalah menunjukkan tempat-tempat pada lingkungan perusahaan yang
ada hubungannya dengan ruang lingkup serta prosedur penyelesaian tugas dan
pekerjaan yang akan diberikan kepadanya. Penunjukan harus diikuti dengan
kunjungan ke tempat-tempat tersebut, sehingga apabila ada kekurangjelasan
dalam pemberianinformasi dapat dibantu dengan kegiatan peninjauan langsung
pada tempat yang dituju. Penunjukan tempat-tempat tertentu meliputi:
a) Tempat kerja bagi tenaga kerja yang bersangkutan beserta segala saranadan
prasarana sebagai penunjang dalam penyelesaian tugas dan pekerjaan yang
diberikan kepadanya.
b) Ruang istirahat dan tempat beribadah tertentu sesuai dengan agama masing-
masing.
c) Ruang perpustakaan tempat menggali berbagai informasi mengenai ruang
lingkup tugas dan pekerjaannya, serta sebagai media untuk meningkatkan
kualitas kerja mereka.
d) Ruang pimpinan (atasan langsung) sebagai tempat konsultasi masalah
pekerjaan dan tempat melaporkan mengenai pelaksanaan dan hasil
pelaksanaan tugas dan pekerjaanyang diberikan kepadanya.
e) Tempat-tempat kerja dan jumlah tenaga kerja yang menjadi bawahannya,
khususnya bagi tenaga kerja yang akan menduduki jabatan tertentu.
13
f) Tempat-tempat lain yang ada hubungannya dengan tenaga kerja yang
bersangkutan untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diberikan
kepadanya.
3) Pengadaan Pertemuan Kelas
Seringkali jumlah tenaga kerja yang harus diberikan induksi dan orientasi
jumlahnya tidak sedikit. Sehingga kemungkinan untuk diadakan penyeliaan
maupun wawancara pertemuan diri dengan masing-masing tenaga kerja perlu
alokasi waktu yang tidak sedikit. Ini belum termasuk pengerahan jumlah calon
penyelia yang akan mengadakan penyeliaan langsung kepada tenaga kerja yang
berangkutan. Apabila terjadi hal demikian, prosedur yang paling tepat adalah
mengadakan pertemuan kelas dengan tenaga kerja yang mengikuti program
induksi dan orientasi.
Informasi yang harus disampaikan kepada peserta induksi dan orientasi
dalam pertemuan kelas, antara lain:
a. Peraturan, kebijakan, dan ketentuan perusahaan, baik yang tertulis maupun
yang tidak tertulis, serta segala peraturan mengenai ketenagakerjaan dari
pemerintah.
b. Sejarah singkat mengenai perusahaan sejak berdiri sampai dengan tahapan
ekspansi yang pernah dilakukan.
c. Jenis keluaran produksi yang dikelarkan perusahaan masa lampau dan
sekarang beserta kemungkinan peningkatan kualitas keluaran produksi di
masa yang akan datang.
d. Struktur organisasi perusahaan dari tingkat paling atas sampai dengan
tingkat bawah, termasuk para tenaga operasional perusahaan. Hubungan
vertikal dan horizontal pada struktur organisasi juga hal yang tidak kalah
penting untuk disampaikan. Biasanya penyampaian informasi ini dibantu
dengan media dan alat peraga, baik gambar maupun bagan tentang
organisasi beserta ruang lingkup kegiatannya.
e. Informasi umum tentang segala hal yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan, kode etik dalam bekerja, sanksi terhadap
f. pelanggaran disiplin, pengaman dalam bekerja, komunikasi antara tenaga
kerja maupun dengan pihak luar, dan sebagainya.
14
g. Tanggung jawab tenaga kerja yang bersangkutan beserta batasannya.
h. Kemajuan dalam bekerja demi kelangsungan perusahaan. Pada kesempatan
ini tenaga kerja diberi beberapa informasi tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan kemajuan dirinya maupun perusahaan. Hal yang perlu
disampaikan antara lain:
1. Kondisi kerja yang teratur
2. Sistem saran
3. Pemberian pinnjaman perusahaan
4. Asuransi
5. Pensiun
6. Kompensasi
7. Hari libur
8. Kegiatan ekstra di luar pekerjaan
9. Tempat penyimpanan akomodasi perusahaan
10. Pelayanan medis
11. Kemungkinan pengembangan tenaga kerja
Dalam pertemuan kelas, sebaiknya peserta induksi dan orientasi diberi
kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang belum jelas maupun
saran yang mereka anggap perlu. Keramahtamahan dan ketegasan para penyelia
dalam kesempatan tersebut mendukung keberhasilan proses induksi dan orientasi.
Oleh karena itu pendekatanpsikologis akan sangat membantu pencapaian tujuan
induksi dan orientasi sehingga upaya pengembangan tenaga kerja dapat terwujud.
4) Pengenalan dengan Tenaga Kerja yang Lama
Jalinan kekeluargaaan yang harmonis mungkin akan banyak membantu
kelancaran pencapaian tujuan yang diharapkan perusahaan. Tantangan bagi
manajemen seluruh hierarki perusahaan adalah mewujudkan hubungan yang
harmonis antara tenaga kerja yang lama dengan tenaga kerja baru dalam proses
induksi dan orientasi. Apabila di kemudian hari tenaga kerja yang bersangkutan
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diberikan
kepadanya, dapat ditanyakan kepada pekerja lama tanpa merasa canggung, takut
dan malu karena belum kenal. Prosedur ini dilakukan dengan jalan membawa
15
tenaga kerja ke tempat tenaga kerja lama bekerja di seluruh lingkungan
perusahaan.
5) Percobaan Pelaksanaan Tugas Dan Pekerjaan
Setelah dilakukan hal tersebut diatas, prosedur berikutnya adalah
percobaan pelaksanaan tugas dan pekerjaan yang akan diberikan kepada tenaga
kerja baru dengan bimbingan penyelia. Penyelia sekaligus melakukan tindakan
perbaikan jika tenaga kerja melakukan kesalahan dalam melakanakan tugas dan
pekerjaannya. Bimbingan dan peyeliaan sebaiknya semakin sedikit intensitasnya
dari hari ke hari, karena makin lama makin jauh dari kesalahan.
Harapan dari proses ini adalah tumbuhnya rasa percaya diri para tenaga
kerja setelah menyelesaikan tugasnya. Tenaga kerja pun benar-benar siap
melaksanakan tugas dan pekerjaan sehari-hari tanpa bimbingan dan penyeliaan
induksi dan orientasi.
Pelaksanaan kelima prosedur tersebut tidak hanya dibimbing oleh penyelia
saja, tetapi hampir oleh seluruh manajemen pada hierarki perusahaan.
Penyampaian informasi tentang hal yang bersifat umum oleh manajemen puncak,
informasi tentang hal yang bersifat khusus oleh penyelia pekerjaan atau wakilnya
dan pendalaman hal bersidat lanjutan disampaikan oleh manajemen tenaga kerja
mupun penyelia langsung yang menjadi atasan langsung tenaga kerja
bersangkutan.
16
Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap efektivitas orientasi. Karena
bagi siapapun, situasi pertama seringkali memberikan kepada yang bersangkutan.
Kesan tersebut dapat positif dan negatif. Apalagi bagi tenaga kerja baru,
perusahaan tempat mereka bekerja mungkin memberi suasana baru bagi dirinya
yang akan mambawa pengaruh terhadap keberhasilan tugas dan pekerjaannya.
Lingkungan kerja baru yang harmonis akan mempengaruhi lancarnya pelaksanaan
program orientasi sekaligus efektivitasnya tercapai.
Menciptakan lingkungan kerja yang harmonis bukan hal yang mudah. Ini
bukan hanya menjadi tanggung jawab manajemen puncak, tetapi juga seluruh
tenaga kerja pada semua tingkatan perusahaan. Sehingga banyak pihak dalam
perusahaan yang terlibat dalam proses orientasi. Lingkungan kerja yang harmonis
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal perusahaan. Pada faktor internal,
misalnya kebijakan yang diambil manajemen puncak, tenaga kerja structural dan
sebagainya. Sedangkan faktor eksternal, seperti kondisi politik, kebijakan
pemerintah yang menyangkut dunia usaha, masyarakat sekitar, dan sebagainya.
Oleh karena itu, analisis situasi, baik ekstern maupun intern menjadi tantangan
bagi perusahaan.
17
BAB III
STUDI KASUS
18
karyawan baru sebenarnya akan membuang lebih banyak waktu untuk mengajari
dari awal hal-hal mendasar pada perusahaan yang secara tidak langsung sama saja
dengan pemborosan pada hal materi dan juga membutuhkan biaya tambahan.
Untuk mengatasi hal ini perusahaan tidak selalu harus menaikkan gaji tapi
dapat di gantikan dengan memberikan kebebasan kepada karyawan untuk
dilibatkan dalam pengambilan keputusan pekerjaan sehingga ia merasa memiliki
wewenang dan tanggung jawab atas pekerjaannya sendiri. Disamping itu,
pemberian jaminan kesehatan atau pendidikan untuk yang sudah memiliki anak
dapat di lakukan sebagai bentuk fasilitas yang diberikan perusahan.
Selanjutnya, penanganan terhadap kesalahpahaman dan konflik kepada
staff asing atau expatriat dapat di lakukan dengan cara mempersiapkan penataran
baik untuk staff asing maupun karyawan perusahan dengan menjelaskan
mengenai perbedaan budaya, karakteristik, pengharapan, dan etika dari masing-
masing budaya yang berbeda tersebut sehingga nantinya dapat meminimalisir
konflik yang dapat terjadi dan dapat mencapai tujuan yang ingin di raih kedua
belah pihak dapat tercapai dengan baik dan optimal
19
BAB IV
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
21