KEBISINGAN
Disusun Oleh:
KELOMPOK 6
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena
berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam
makalah ini kami membahas Dampak Lingkungan Kerja, salah satu materi yang sangat
penting pada mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Dalam makalah ini akan
Penyusun,
KELOMPOK 6
DAFTAR ISI
Daftar isi
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian lingkungan kerja
B. Ruang Lingkup Keselamatan Kerja
C. Jenis Lingkungan Kerja
D. Faktor-faktor Dampak Lingkungan Kerja
E. Indikator-Indikator Lingkungan Kerja
A. Latar Belakang
Tenaga kerja merupakan modal utama dalam pengembangan usaha, sehingga mereka
harus mendapatkan perlindungan keselamatan kerja dari perusahaan. Selain itu, untuk
menunjang terciptanya suasana dan lingkungan pekerjaan yang aman dan sehat, perusahaan
harus melaksanakan beberapa program untuk mencapai tujuan tersebut. Setiap tempat kerja
selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga
kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala
sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit,
kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan
sistem kerja.
Bahaya tidak hanya berhenti pada satu tempat saja, bahaya akan muncul dimana dan
kapan saja.Identifikasi bahaya, pemeliharaan dan pemantauan terhadap lingkungan/kesehatan
kerja harus dilaksanakan secara terus-menerus sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.Keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang saling
berkaitan, sehingga dalam prakteknya, ketiga komponen tersebut harus sinergi dan terpadu.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
Untuk mengetahui faktor-faktor dampak lingkungan kerja terhadap cara kerja dan
kesehatan para pekerja, seperti bahaya kimia, fisik, biologi, fisiologi dan mental psikologi.
Dan untuk mengetahui
BAB II
PEMBAHASAN
Alex S. Nitisemito (1998) mengatakan: lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang
ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-
tugas yang dibebankan. Sementara Sastrohadiwiryo (2002) yang menyatakan: lingkungan
kerja adalah suatu kondisi, situasi dan keadaan kerja yang menimbulakan tenaga kerja
memiliki semngat dan moral/kegairahan kerja yang tinggi, dalam rangka meningkatkan
produktivitas kerja sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan kondisi
yang dapat dipersiapkan oleh manajemen perusahaan yang bersangkutanpada saat tempat
kerja dibentuk perusahan. Sejalan dengan pendirian perusahan, manajemen perusahan
selayaknya mempertimbangkan lingkungan kerja bagi karyawan perusahaan.
Berdasarkan penjelasan apa yang disebut dengan lingkungan kerja, maka dapat
dikemukakan beberapa faktor yang termasuk dalam lingkungan kerja. Faktor-faktor tersebut
menurut Alex S. Nitisemito (1998) adalah sebagai berikut:
1. Pewarnaan
2. Kebersihan
3. Pertukaran udara
4. Penerangan
5. Musik
6. Keamanan
7. Kebisingan
Kondisi Lingkungan kerja adalah keadaan lingkungan tempat kerja yang meliputi
berbagai faktor, yaitu: faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial yang
mempengaruhi pekerjaan dalam melaksanakan pekerjaannya.
Kesehatan lingkungan kerja adalah ilmu dan seni yang ditunjukkan untuk mengenal,
mengevaluasi dalam mengendalikan semua faktor-faktor dan stres lingkungan di tempat kerja
yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, kesejahteraan, kenyamanan dan efisiensi
dikalangan pekerjaan dan masyarakat.
Tujuan utama dari kesehatan lingkungan kerja adalah melindungi pekerja dan
masyarakat sekitar suatu RS atau perusahaan dari bahaya-bahaya yang mungkin timbul.
Untuk dapat mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya lingkungan kerja yang
diperkirakan dapat menimbulkan penyakit akibat kerja, utamanya terhadap pekerja, ditempuh
tiga langkah utama yaitu: pengenalan, penilaian dan pengendalian dari berbagai bahaya dan
resiko kerja.
Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja harus diterapkan dan
dilaksanakan di setiap tempat kerja.
Perusahaan (Tempat kerja) adalah setiap tempat yang di dalamnya terdapat 3 (tiga) unsur,
yaitu :
1) Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun social.
Menurut Sedarmayanti (2001:21) jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua: (a) lingkungan
kerja fisik, dan (b) lingkungan kerja non fisik.
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat
kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun scara tidak
langsung.
a. Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan (Seperti: pusat kerja, kursi,
meja dan sebagainya)
b. Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang
mempengaruhi kondisi manusia, misalnya:temperatur, kelembaban, sirkulasi udara,
pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain.
Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan fisik terhadap karyawan, maka langkah
pertama adalah harus mempelajari manusia, baik mengenai fisik dan tingkah lakunya maupun
mengenai fisiknya, kemudian digunakan sebagai dasar memikirkan lingkungan fisik yang
sesuai.
Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan
hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja,
ataupun hubungan dengan bawahan.Lingkungan non fisik ini juga merupakan kelompok
lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan
D. Faktor-faktor Dampak Lingkungan Kerja
Dampak lingkungan kerja dapat didefinisikan sebagai segala kondisi yang dapat
memberi pengaruh terhadap kesehatan atau kesejahteraan orang yang bekerja. Faktor-faktor
dampak lingkungan kerja meliputi faktor Kimia, Biologi, Fisika, Fisiologi dan Psikologi.
1. Dampak kimia
Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh: Pernapasan (inhalation), Kulit (skin
absorption), Tertelan (ingestion). Racun dapat menyebabkan efek yang bersifat akut,kronis
atau kedua-duanya.
Korosi : Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan
tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang
paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.\
Kanker : Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah
terbukti pada manusia. Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang
secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan . Contoh:
Racun Sistemik : Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada
organ atau sistem tubuh. Contoh :
2. Dampak Biologi
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari sumber-
sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-
bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi. Bahaya biologi dapat
dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan infeksi dan non-infeksi. Bahaya dari yang
bersifat non infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme viable, racun biogenik dan alergi
biogenik.
Alergi Bionik
Bahaya Infeksi
Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang
potensial mengalaminya yaitu pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak, penjaga
binatang, dokter hewan dll. Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus,
salmonella, chlamydia, psittaci.
3. Dampak Fisik
Kebisingan
Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat
memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu
populasi. Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi,
distribusi frekuensi, dan lama pajanan. Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti
masalah komunikasi, turunnya konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job
performance tenaga kerja. Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka
waktu tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis. Tuli
permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim . Contoh : Pengolahan
kayu, tekstil, metal, dll.
Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi,
amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten. Metode
kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang berbahaya.
Pekerjaan manual menggunakan powered tool berasosiasi dengan gejala gangguan
peredaran darah yang dikenal sebagai Raynauds phenomenon atau vibration-induced
white fingers (VWF). Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif
pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan
sakit tulang belakang. Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws.
Pencahayaan
b) Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala,
berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan.
4. Dampak Psikologi
Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap
tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka hal ini dinamakan
stress.
Potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang
tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan
pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan
kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun
ketidakserasian antara manusia dan mesin.
Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim, sosial
ekonomi dan derajat kesehatan.
Pembebanan tidak melebihi 30 40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja
dalam jangka waktu 8 jam sehari.
Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban untuk tenaga Indonesia adalah 40 kg. Bila
mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali maka beban maksimum tersebut
harus disesuaikan.
Oleh karena penetapan kemampuan kerja maksimum sangat sulit, parameter praktis
yang digunakan adalah pengukuran denyut nadi yang diusahakan tidak melebihi 30-40
permenit di atas denyut nadi sebelum bekerja.
1. Penerangan
2. Suhu udara
3. Suara bising
4. Penggunaan warna
5. Ruang gerak yang diperlukan
6. Keamanan kerja
7. hubungan karyawan
Budaya perusahaan merupakan suatu ciri khas dari suatu perusahaan yang mencakup
sekumpulan nilai-nilai kepercayaan yang membantu karyawan untuk mengetahui tindakan
apa yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan yang berhubungan dengan struktur
formal dan informal dalam lingkungan perusahaan. Selain itu budaya perusahaan juga
merupakan suatu kekuatan tak terlihat yang mempengaruhi pemikiran, persepsi, dan tindakan
manusia yang bekerja di dalam perusahaan, yang menentukan dan mengharapkan bagaimana
cara mereka bekerja sehari-hari dan membuat mereka lebih senang dalam menjalankan
tugasnya.
Dengan adanya budaya perusahaan akan memudahkan karyawan untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan perusahaan, dan membantu karyawan untuk mengetahui tindakan apa
yang seharusnya dilakukan sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam perusahaan dan
menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut sebagai pedoman karyawan untuk berperilaku yang
dapat dijalankan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
Lingkungan kerja merupakan suatu alat ukur yang akan berpengaruh terhadap kinerja
karyawan jika lingkungan kerja yang ada di perusahaan itu baik. Lingkungan kerja yang
menyenangkan bagi karyawan melalui pengikatan hubungan yang harmonis dengan atasan,
rekan kerja, maupun bawahan, serta didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai yang
ada di tempat bekerja akan membawa dampak yang positif bagi karyawan, sehingga kinerja
karyawan dapat meningkat.
Untuk itu budaya perusahaan dan lingkungan kerja sebagai dua faktor yang mempengaruhi
kinerja karyawan sebaiknya dilakukan dengan baik, karena kedua hal ini akan sangat
menentukan baik itu untuk karyawan maupun untuk perusahaan, karena jika kedua hal ini
mendapat perhatian dari perusahan maka keuntungan yang diperoleh tentu sangat besar dan
berguna, baik untuk masa kini dan masa yang akan datang, perusahaan memperoleh
keuntungan berupa pencapaian tujuan dan produktivitas yang tinggi dan bagi karyawan akan
memperoleh kinerja yang tinggi.
Jika suasana kerja yang selalu gembira dan cerdas, maka pekerjaan terasa menyenangkan.
Jika Anda bekerja dalam suasana yang serius, maka akan mempengaruhi produktivitas kerja
Anda. Bekerja dalam suasana yang menyenangkan akan membantu Anda untuk memberikan
hasil yang baik.
2. Persahabatan
Jika Anda berbagi persahabatan yang baik dengan rekan kerja Anda, maka pekerjaan akan
pasti menyenangkan untuk Anda. Jika Anda tidak berbicara dengan rekan kerja Anda, maka
ini akan membatasi Anda ke suasana yang kaku. Anda akan merasa tercekik duduk sendirian
sepanjang hari. Berbagi persahabatan dengan rekan kerja Anda merupakan tanda positif dari
suasana kerja yang sehat.
Jika tidak ada rasa batasan dalam berbagi ide Anda dengan atasan atau rekan kerja, maka
sudah pasti menyenangkan untuk bekerja di tempat seperti itu. Berbagi ide akan membantu
untuk meningkatkan output produktif pekerjaan Anda.
Apakah Anda bekerja di suatu tempat, di mana semuanya terorganisir dan bersih? Ini juga
merupakan tanda dari suasana kerja yang sehat. Bekerja di tempat yang berantakan hanya
akan mempengaruhi produktivitas Anda. Jika meja kerja Anda berantakan, maka ini juga bisa
menyebabkan pikiran negatif dalam pikiran Anda. Bersihkan meja kerja Anda dengan benar
untuk menciptakan lingkungan yang sehat di kantor
Konflik kerja yang umum karena perbedaan pendapat. Namun, dengan manajemen yang baik,
semuanya dapat dikendalikan. Manajemen yang baik biasanya terbuka dan menerima
gagasan dari para karyawannya.
6. Kenyamanan
Bagaimana Anda akan bekerja di tempat di mana Anda tidak merasa nyaman? Tingkat
kenyamanan Anda mempunyai peran utama di tempat kerja. Jika Anda merasa nyaman untuk
bekerja dalam suasana yang telah ditentukan, maka sudah pasti kantor Anda adalah tempat
kerja yang sehat.
Faktor stres yang sering dialami karyawan adalah berada dalam lingkungan kerja yang tidak
kondusif dan tidak baik. Karena lingkungan kerja sangat mempengaruhi akan kinerja dan
performance yang baik. Jika Anda berada dalam lingkungan yang tidak mendukung contoh
sistem kerja dan management kantor yang tidak cocok dengan kepribadian Anda, maka akan
menimbulkan jalinan kekerabatan antara Anda dan atasan/rekan kerja menjadi sulit.
Dengan kondisi yang seperti ini, memang sulit untuk bisa menunjukkan kualitas kerja Anda
yang terbaik. Namun dengan kondisi tersebut bukan berarti menjadi alasan untuk tidak
bersikap profesional di kantor. Ikuti langkah berikut agar Anda bertahan dalam lingkungan
buruk dan memiliki karir yang berhasil di lingkungan yang buruk.
Berada dalam lingkungan kerja yang tidak menyenangkan sudah pasti itu sangat
menyebalkan dan menyiksa batin, pikiran Anda akan dipenuhi oleh beban pikiran soal
pekerjaan. Cobalah untuk berusaha menyeimbangkan pikiran positif dan negatif. Berfikir
positif jangan terpengaruh akan pikiran negarif yang memasuki pikiran Anda. Sehingga Anda
tidak akan mudah menyerah pada keadaaan yang sulit.
Tetap Semangat
Sebaiknya Anda dapat membagi waktu antara waktu pekerrjaan dengan waktu untuk
bersantai sejenak atau bersenang-senang memanfaatkan waktu libur. Dengan mengisi waktu
weekend dengan berlibur tentu akan membuat Anda lebih fresh dan semangat dalam
menghadapi lingkungan kerja
Pembelajaran
Jika Anda mengalami kegagalan dari suatu kesalahan anggaplah menjadi sebuah
pembelajaran yang diambil hikmahnya. karena dengan kesalahan kita bisa berubah menjadi
lebih baik.
A. DEFINISI KEBISINGAN
Bising dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan
frekuensi pendengaram baik secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun
secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran) berkaitan dengan faktor intensitas,
frekuensi, durasi dan pola waktu.
Kebisingan didefinisikan sebagai suara yang tak dikehendaki , misalnya yang yang
merintangi terdengarnya suara suara, musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit atau
yang menghalangi gaya hidup.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki
dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat menmbulkan ketulian.
B. SUMBER KEBISINGAN
a. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas mesin.
b. Vibrasi
Kebisingan yang dittimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan,
benturan, atau ketidakseimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda
gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain lain.
c. Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan
proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang,
jet. Flare boom, dan lain lain.
C. KATEGORI KEBISINGAN
Berdasarkan frekuensi tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi maka
bising dibagi dalam tiga kategori yaitu audible noise, occupational noise, dan impuls noise
(Gabriel JF, 1996)
1. Audible noise (bising pendengaran), bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi atau
31,5 8.000 Hz.
2. Occupational noie (bising berhubungan dengan pekerjaan), bising yang disebabkan
oleh bunyi mesin ditempat kerja.
3. Impuls Noise (impact noise = bising impulsive), bising yang terjadi akibat adanya
bunyi yang menyentak. Misalnya pukulan palu, ledakan, mriam, tambakan bedil dan
lain lain.
D. JENIS KEBISINGAN
Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas:
a. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap
dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut turut. Misalnya
mesin, kipas angin, dan dapur pijar.
b. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga relatif
tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada frekuensi 500,
1000, dan 4000 hz). Misalnya gergaji serkuler, katup gas.
c. Bising terputus putus (Intermitten). Bising ini tidak terjadi secara terus menerus,
melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas, kebisingan di
lapangan terbang.
d. Bising Impulsif
Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu
sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya tembakan, suara
ledakan mercon, meriam.
a. Bising yang mengganggu (Irritating noise). Intensitas tidak terlalu keras. Misalnya
mendengkur.
bunyi yang intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau
menurunkan fungsi pendengaran.
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-
01/MEN/1978, Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja ada;ah intensitas
tertingi dan merupakan nilai rata rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetao untuk waktu terus menerus tidak lebih dari
8 jam sehari atau 40 jam seminggunya.
1. Intensitas
Intensitas bunyi yang ditangkap oleh telinga berbanding langsung dengan logaritma
kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang dapat didengar.
Jadi, tingkat tekanan bunyi diukur dengan skala logaritma dalam desibel (dB)
2. Frekuensi
Frekuensi bunyi yang dapat didengar telinga manusia terletak antara 16 hingga 20.000
Hz. Frekuensi bicara terdapat dalm rentang 250 4.000 Hz. Bunyi frekuensi tinggi
adalah yang paling berbahaya
3. Durasi
Efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan, dan kelihatannya
berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga dalam. Jadi perlu
untuk mengukur semua elemen lingkungan akustik. Untuk tujuan ini digunakan
pengukur bising yang dapat merekam dan memadukan bunyi.
4. Sifat
Mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil, berfluktuasi,
intermiten). Bising impulsif (satu atau lebih lonjakan energi bunyi dengan durasi
kurang 1 detik) sangat berbahaya.
G. GANGGUAN PENDENGARAN
Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat
kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami
pembicaraan. Menurut ISO derajat ketulian sebagai berikut :
Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis,
gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada yang menggolongkan
gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan
gangguan non auditory seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan,
menurunnya performance kerja, kelelahan dan stress.
1. Gangguan Fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal
metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur,
emosi dan lain lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit,
psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung koroner, dan lain lain.
3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin
terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan
komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat
tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas
kerja
4. Gangguan Keseimbangan
Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala
pusing, mual dan lain lain.
5. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)
Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan
terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling seirus karena dapat menyebabkan
hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau
awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat bising tersebut
maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau tuli.
Tuli dibagi menjadi beberapa yaitu sebagai berikut :
a. Tuli Sementara (Temporary Treshold Shift = TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi, tenaga kerja
akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara. Biasanya
waktu pemaparannya terlalu singkat. Apabila kepada tenaga kerja diberikan
waktu istirahat secara cukup. Daya dengarnya akan pulih kembali kepada
ambang dengar semula dengar semula.
b. Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)
Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS dipengaruhi
oleh faktor faktor berikut :
Tingginya level suara
Lama pemaparan
Spektrum suara
Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan
terjadinya TTS akan lebih besar.
Kepekaan individu
Pengaruh Obat Obatan
Beberapa obat dapat memperberat (pengaruh sinergestik) ketulian
apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara. Misalnya quinine,
aspirin, streptomycin, dan beberapa obat lainnya.
Keadaan kesehatan
Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan Sound level meter.
Untuk mengukur nilai ambang pendengaran digunakan Audiometer. Untuk menilai tingakt
pajanan pekerja lebih tepat digunakan Noise Dose Meter karena pekerja umumnya tidak
menetap pada suatu tempat kerja selama 8 jam ia bekerja. Nilai ambang batas (NAB)
intensitas bising adalah 85 dB dan waktu bekerja maksimum adalah 8 jam per hari.
Sound level Meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila ada benda
bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap
oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakkan meter penunjuk.
Audiometer adalah alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran. Audiogra, adalah chart
hasil pemeriksaan audiometer. Nilai Ambang pendengaran adalah suara yang paling lemah
yang masih dapat didengar telinga.
Untuk mengukur tingkt intensitas digunakan Sound Level Meter, tetapi bila
ingin pengukuran lebih detail, maka menggunakan sound Level Meter yang
dilengkapi Octave Band Analyzer atau dengan menggunakan Noise Dose Meter.\
b. Test Pendengaran
1). Sebelum bekerja atau sebelum penugasan awal di daerah yang bising
2). Secara berkala (periodik / tahunan)
Pekerja yang terpapar kebisingan > 85 dB selama 8 jam sehari, pemeriksaan
dilakukan setiap 1 tahun atau 6 bulan tergantung tingkat intensitas bising.
3) Secara khusus pada waktu tertentu
4) Pada akhir masa kerja.
c. Pengendalian kebisingan
Jarak diperjauh
Akustik ruangan
Enclosure
Hal hal yang relevan dan harus ada dalam program pendidikan ini adalah
sebagai berikut :
Standart penanganan dampak kebisingan akibat kerja yang rasional dan jelas.
Dampak kebisingan terhadap pendengaran
Policy / kebijakan perusahaan dengan pengontrolan yang baik yang telah
dilaksanakan maupun rencana kedepan
Audiometri yaitu menjelaskan bagaimana peranan audiometri dalam
mencegah hilangnya pendengaran akibat kebisingan, bagaimana melakukan
test itu sendiri interpretasinya serta implikasi yang timbul dari hasil test.
Tanggung jawab individual, dengan diskusi mengenai sumber kebisingan,
bagaimana mengontrolnya serta usaha mencegahnya agar tidak mengganggu
kesehatan dikemudian hari.
A. Kesimpulan
Pengertian lingkungan kerja adalah: Lingkungan kerja merupakan sesuatu yang ada di
sekitar perusahaan yang mempengaruhi cara kerja dan motivasi kerja karyawan.
Jenis-jenis lingkungan kerja terdiri dari:
Bahaya Biologi, seperti : bahaya infeksi, alergi bionik, dan Organisme viable dan racun
biogenic.
1. Penerangan
2. Suhu udara
3. Suara bising
4. Penggunaan warna
5. Ruang gerak yang diperlukan
6. Keamanan kerja
7. hubungan karyawan
B. Saran
Untuk dapat meningkatkan pruduktifitas hasil kerja suatu perusahaan, perlu penaganan
khusus pada lingkungan kerja. Agar tidak memberikan dampak negatif pada para pekerja
yang sedang bekerja. Sehingga tidak menggangu proses pekerjaan yang sedang berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
4. http://leoriset.blogspot.com/2008/09/pengaruh-motivasi-kerja-dan-suasana.html
5. Husen Umar (1997). Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Cetakan Ketujuh,
Gramedia Pustaka, Jakarta.
8. Slameto (1991). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.