Anda di halaman 1dari 26

Hukum bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap kepentingan individu dan

kepentingan masyarakat secara seimbang, sehingga terwujud kehidupan masyarakat yang


adil, aman, tenteram, dan damai. Sistem hukum nasional pada hakikatya adalah suatu
keseluruhan dari komponen-komponen hukum nasional yang terdiri dari struktur
kelembagaan hukum, materi hukum, dan budaya hukum.

Kekuasaan kehakiman di indonesia dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan


badan peradilan yang berada di bawahnya, serta oleh sebuah Mahkamah Konsitusi. Badan
peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung meliputi badan peradilan dalam
lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha
negara.

Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang(negara atau perusahaan dan


sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Prilaku korup menunjuk pada sikap
suka menerima uang suap, dan memakai kekuasaan yang memilikinya untuk kepentingan
pribadi atau kelompok sendiri. Ada tiga faktor yang menyebabkan timbulnya korupsi, yaitu
faktor manusia, faktor lingkungan, dan faktor interaksi antara manusia dengan
lingkungannya.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi adalah dengan cara
preventif(pencegahan) seperti pemberlakuan undang-undang, dan cara represif dengan
menindak tegas para pelaku yang terlibat. Peran serta masyarakat dalam memberantas
korupsi di indonesia dapat dilakukan dengan cara melakukan kontrol sosial.

1
DAFTAR ISI
BAB I A. Latar Belakang....................................................................... ......3

B. Perumusan Masalah......................................................................4

BAB II A . Sistem Hukum dan Peradilan Nasional.......................................5

1. Pengertian Sistem..................................................................5
2. Pengertian Hukum.................................................................5
3. Unsur-unsur Hukum..............................................................6
4. Sumber-sumber Hukum........................................................7
5. Macam-macam Penggolongan Hukum.................................7

B. Peranan Lembaga-lembaga Peradilan di Indonesia....................9

1. Pengadilan Negeri.................................................................9
2. Pengadilan Tinggi.................................................................9
3. Mahkamah Agung................................................................10
4. Peradilan Tata Usaha (Peradilan Administrasi)....................11

C. Sikap yang Sesuai dengan Ketentuan Hukum yang Berlaku.......11

1. Upaya Penegakan Hukum di Indonesia..............................12


2. Sikap Menjunjung Tinggi Hukum.......................................12
3. Contoh Perbuatan Yang Bertentangan dengan Hukum.......13
4. Macam-Macam Sanksi Hukum...........................................14

D. Pemberantasan Korupsi di Indonesia.........................................15

1. Pengertian Korupsi...............................................................15
2. Dasar Hukum Pemberantasan Korupsi................................16
3. Dampak Negatif Korupsi.....................................................17
4. Kasus Korupsi yang Telah Dikenakan Sanksi.....................18

E. Peran Serta Masyarakat Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi di Indosesia

1. Peran Organisasi Nonpartai.................................................19


2. Peran Masyarakat Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi...19
3. Peran Media Massa..............................................................20

BAB III A. Kesimpulan................................................................................21

B. Saran...........................................................................................22

2
BAB I
A.LATAR BELAKANG
Hukum dan Peradilan Nasional

1. Pengertian sistem hukum

Sistem hukum merupakan suatru proses atau rangkaian hukum yang melibatkan berbagai
alat kelengkapan hukum dan berbagai unsur yang terdapat di dalamnya, mulai dari hukum itu
dibuat, diterapkan dan dipertahankan.

2. Penggolongan hukum

a. Berdasarkan Wujudnya
Tertulis, yaitu hukum yang dapat kita temui dalam bentuk tulisan dan dapat kita
jumpai dalam berbagai peraturan negara (kodifikasi hukum), contohnya UUD 1945,
Ketetapan MPR, Undang-Undang dan peraturan lainnya yang tertulis.
Tidak Tertulis, yaitu hukum yang masih hidup dan tumbuh dalam keyakinan
masyarakat tertentu (hukum adat). dan konvensi seperti pidato kenegaraan setiap
tanggal 16 Agustus.

b. Berdasarkan Ruang atau Wilayah Berlakunya

Lokal, yaitu hukum yang hanya berlaku di satu daerah tertentu. Seperti Perda Provinsi
Bali hanya berlaku di Bali, Perda Kabupaten Buleleng hanya berlaku di Kabupaten
Buleleng.
Nasional, yaitu hukum yang berlaku di seluruh wilayah satu negara tertentu (unifikasi
hukum). Seperti di Indonesia berlaku hukum nasional Indonesia, di Malaysia berlaku
hukum nasional Malaysia.
Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara dua negara atau lebih.
Seperti Hukum Perdata Internasiona, Hukum Perang.

3
c. Berdasarkan Waktu yang Diaturnya.

Hukum yang berlaku saat ini atau sekarang ini (Ius Constitutum) yang disebut hukum
positif.
Hukum yang berlaku antarwaktu, yaitu hukum yang mengatur suatu peristiwa yang
menyangkut hukum yang berlaku saat ini & hukum yg berlaku masa lalu.

d. Berdasarkan Pribadi yang Diaturnya


Hukum satu golongan, yaitu hukum yang mengatur dan hanya berlaku bagi satu
golongan tertentu.
Hukum semua golongan, yaitu hukum yang mengatur dan berlaku bagi semua
golongan warga negara.
Hukum antar golongan, yaitu hukum yang mengatur dua orang atau lebih yang
masing-masing pihak tunduk pada hukum yang berbeda.

e. Berdasarkan Isi Masalah yang Diaturnya


Hukum Publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara warna negara dan
negara yang menyangkut kepentingan umum.
Hukum Privat, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan
yang lain dan bersifat pribadi.

f. Berdasarkan Tugas dan Fungsinya


Hukum Material, yaitu hukum yang berisi perintah dan larangan (terdapat dalam
KUHP, KUHS, KUHD).
Hukum Formal, yaitu hukum yang berisi tentang tata cara melaksanakan dan
mempertahankan hukum material (terdapat dalam Hukum Acara Pidana, Hukum
Acara Perdata, Hukum Acara Dagang).

3. Sumber Hukum Secara umum, Sumber hukum dapat kita tinjau menjadi dua : sumber
hukum material dan sumber hukum formal.
Sumber hukum material : dapat ditinjau dari pelbagai segi seperti ekonomi, sosiologi
dan lainnya :

4
a. segi ekonomi : seorang ahli ekonomi akan mengatakan, bahwa kebutuhan-kebutuhan
ekonomi dalam masyarakat itulah yang menyebabkan timbulnya hukum. Seperti
hukum elastisitas (hukum permintaan dan penawaran).
b. segi sosiologi (ahli kemasyarakatan) :: akan mengatakan bahwa yang menjadi sumber
hukum, semua peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.
Sumber sumber hukum formal antara lain :

a. Undang Undang (statute).

b. Kebiasaan (costum).

c. Keputusan keputusan hakim (jurisprodensi).

d. Traktat (treaty).

e. Pendapat Sarjana Hukum (doktrin).

4. Tata hukum Indonesia

Tata Hukum Indonesia menurut Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 dapat diuraikan
sebagai berikut :

1) Undang Undang Dasar 1945 : UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis Negara
Republik Indonesia, yang memuat garis-garis besar hukum dalam penyelenggaraan
negara.
2) Ketetapan MPR : Ketetapan MPR merupakan putusan MPR yang mengikat kedalam
dan keluar sebagai pengemban kedaulatan rakyat yang ditetapkan dalam sidang-
sidang Majelis.
3) Undang_Undang : Undang_undang dibuat oleh DPR bersama Presiden (legeslatif)
untuk melaksanakan UUD 1945 dan Ketetapan MPR Republik Indonesia.
4) Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang-Undang (PERPU) : PERPU dibuat
oleh Presiden dalam kondisi kepentingan yang memaksa dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. PERPU harus diajukan ke DPR pada persidangan yang berikut.
b. DPR dapat menerima atau menolak PERPU dengan tidak mengadakan perubahan.
c. Jika ditolak DPR, PERPU itu harus dicabut.

5
5). Peraturan Pemerintah (PP): Peraturan Pemerintah dibuat oleh pemerintah untuk
melaksanakan perintah UU.
6). Keputusan Presiden (Keppres): Keputusan Presiden yang bersifat mengatur dibuat
Presiden untuk menjalankan fungsi dan tugasnya, yakni mengatur pelaksanaan
administrasi negara dan administrasi pemerintahan.
7). Peraturan Daerah (Perda) : Peraturan Daerah merupakan peraturan untuk
melaksanakan aturan hukum di atasnya dan menampung kondisi khusus dari daerah
yang bersangkutan Peraturan Daerah ada dua :
a. Peraturan Daerah Propinsi dibuat DPRD Propinsi dan Gubernur.
b. Peraturan Daerah Kabupaten dibuat DPRD Kabupaten / Kota dan Bupati / Wali Kota.

5.Dasar hukum Lembaga Peradilan nasional

Dalam bidang kekuasaan kehakiman, pasal 27 ayat 1 UUD 1945 tersebut selanjutnya
dibuatkan pasal-pasal tersendiri di dalam UUD 1945 seperti pasal 24, 24 A, 24 B, 24 C, 25
dan dijabarkan ke dalam beberapa produk perundang-undangan diantaranya :

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan


Kehakiman , joUndang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kekuasaan Kehakiman jo Undang-Undang No 4 Tahun 2004.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
(PTUN).
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentan Peradilan Hak Azasi Manusia.

B. Perumusan Masalah
Menganalisis sistem hukum dan peradilan nasional.

6
BAB II
A.Sistem Hukum dan Pengertian Nasional
1. Pengertian Sistem

Berbicara mengenai sistem hukum, walaupun singkat, hendaknya harus diketahui


terlebih dahulu arti dari sistem itu. Dalam suatu sistem terdapat ciri-ciri tertentu, yaitu terdiri
dari komponen-komponen yang satu sama lain berhubungan, bergantung, dan dalam
keutuhan organisasi yang teratur serta terintegrasi.

Dalam kaitannya dengan hukum maka Prof. Subeki, S.H. berpendapat bahwa suatu
sistem adalah suatu susunan atau tatanan yang teratur, suatu keseluruhan yang terdiri atas
bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain, tersusun menurut suatu rencana atau pola, hasil
dari suatu penulisan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian, sifat sistem itu
menyeluruh dan berstuktur yang keseluruhan komponen-komponennya bekerja sama dalam
hubungan fungsional.

2. Pengertian Hukum

Untuk memberi pengertian apakah hukum secara pasti itu sangatlah sulit karena setiap
pakar mendefinisikan hukum sesuai dengan pandangannya sendiri-sendiri. Dibawah ini ada
beberapa pengertian hukum yang dikemukakan oleh para ahli.

a. Utrech memberikan batasan hukum sebagaihimpunan peraturan-peraturan (perintah


dan larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus
ditaati.
b. Prof. Mr. E. M. Meyers menyatakan hukum sebagai semua peraturan yang
mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam
masyarakat dan menjadi pedoman bagi penguasa-penguasa negara dalam melakukan
tugasnya.

7
c. S. M. Amin, S.H. menyatakan bahwa kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari
norma-norma dan sanksi-sanksi itulah yang disebut hukum dan tujuan hukum tersebut
adalah menegakkan tata tertib dalam pergaulan manusia sehingga keamanan dan
ketertiban terpilihara.

3. Unsur-unsur Hukum

Dari rumusan-rumusan definisi tentang hukum tersebut diatas dapatlah ditarik


kesimpulaan bahwa hukum itu meliputi beberapa unsur, yaitu:

a. Peraturan tentang tingkah laku manusia dalam perrgaulan masyarakat


b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
c. Peraturan itu bersifat memaksa.
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan bersifat tegas.

4. Sumber-sumber Hukum

Sumber hukum adalah segala yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai


kekuatan yang bersifat memaksa, yaitu aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan
sanksi yang tegas dan nyata. Sumber-sumber hukum formal antara lain adalah undang-
undang, kebiasaan, keputusan hakim, trakn tahtat, dan pendapatan serjana hukum.

Adapun ciri-ciri hukum yaitu :

a. Adanya perintah atau larangan.


b. Perintah dan larangan itu harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap orang. Aturan-
aturan hidup kemasyarakatan yang memilihara tata tertib hukum dapat
digolongkan ke dalam kategori kaidah hukum.
c. Pelanggarannya dapat dihukum, jadi ada sanksi yang berupa hukuman .

8
Pelanggaran sanksi-sanksi hukum tercatat dalam kitab undang-undang hukum pidana
(KUHP) atau perdata. Contoh sanksi pidana antara lain sebagai berikut :

a. Pidana mati
b. Pidana penjara
1) Seumur hidup.
2) Sementara(setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang-kurangnya 1 tahun) atau
pidan penjara selama waktu tertentu.
c. Pidana kurungan, sekurang-kurangnya satu hari dan setinggi-tingginya 1 tahun.
d. Pidana denda, sanksi yang dikenakan sebagai berikut :
1) Pencabutan hak-hak tertentu.
2) Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu.
3) Pengumuman keputusan hakim.

5. Macam-macam Penggolongan Hukum

Walaupun hukum itu terlalu luas sehingga orang tak dapat membuat definisi singkat
yang meliputi segala-galanya, namun juga hukum itu dibagi beberapa golongan hukum
menurut beberapa asas pembagian sebagai berikut :

a. Hukum menurut sumbernya


1) Hukum undang-undang :hukum yang tercantum dalam peraturan perundangan negara.
2) Hukum kebiasaan : hukum yang terdapat dalam masyarakat berupa hukum adat.
3) Hukum traktat: hukum yang ditetapkan oleh negara-negara didalam suatu perjanjian
internasional.
4) Hukum yurisprodensi: hukum yang terbentuk karena keputusan hakim.

b. Hukum menurut bentuknya


1) Hukum tertulis : yaitu seluruh peraturan perundangan yang tertulis secara resmi.
2) Hukum tak tertulis: yaitu kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terpilihara dalam
masyarakat.

9
c. Hukum menurut tempat berlakunya
1) Hukum lokal: hukum yang berlaku hanya daerah tertentu.
2) Hukum nasional: hukum yang berlaku dalam suatu negara.
3) Hukum internasional: hukum yang mengatur hubungan dalam dunia internasional.
4) Hukum asing: hukum yang berlaku dalam negara lain.

d. Hukum menurut waktu berlakunya


1) Hukum pasif(ius constitutum): hukum yang berlaku pada saat ini dalam suatu
masyarakat tertentu.
2) Ius constituendum(hukum masa depan): hukum yang diharapkan akan berlaku di
masa datang.
3) Hukum alam: hukum yang berlaku tanpa batas waktu.

e. Hukum menurut sifatnya


1) Hukum yang memaksa: hukum yang dalam bagaimanapun harus ditaati.
2) Hukum yang mengatur : hukum yang dikesampingkan, bila pihak tertentu telah
membuat sendiri.

f. Hukum menurut wujudnya


1) Hukum objektif: hukum yang dalam suatu negara yang berlaku umum.
2) Hukum subjektif: hukumm yang berlaku terhadap orang tertentu, akibat hukum
objektif.

10
B. Peranan Lembaga-Lembaga Peradilan Di Indonesia

Keberadaan kekuasaan kehakiman di Indonesia seperti diatur dalam UUD 1945


menunjukan bahwa indonesia berupaya secara konsisten menerapkan prinsip-prinsip sebagai
negara hukum. Penegakan sendiri dilakukan oleh badan-badan peradilan.

1. Pengadilan Negeri

Pengadilan Negeri bertugas memeriksa dan memutuskan segala perkara dalam tingkat
pertama, baik perkara berdata maupun perkata pidana sipil untuk semua golongan penduduk.
Setiap perkara yang masuk ke pengadilan diadili oleh seorang hakim yang dibantu oleh
seorang panitera. Pengadilan negeri berkedudukan di daerah tingkat II sebagai wilayah
kekuasaannya, dilengkapi dengan seorang kepala pengadilan, wakil kepala pengadilan,
hakim-hakim dan panitera.

Kejaksaan merupakan alat pemerintah yagn bertindak sebagi penuntut Umum dalam
suatu perkara pidana. Tugas dari penuntut umum adalah bertindak untuk mempertahankan
kepentingan masyarakat.

2. Pengadilan Tinggi

Pengadilan tinggi merupakan pengadilan banding yang berkedudukan di daerah


tingkat I untuk menyelesaikan perkara perdata maupun perkara pidana pada tingkat II atau
tingakat apabila suatu perkara pada pengadilan negeri (dalam hal ini pengadilan tingkat I)
telah diputuskan/diadili, atau dapat dilakukan pula pemeriksaan ulang kasus perrkara pidana
oleh pengadilan yang lebih tinggi tingkatannya.

Pada pengadilan tinggi, pemeriksaan hanya ditujukan pada berkas perkara saja,
kecuali pengadilan menghendaki langsung untuk mendengarkan para pihak yang terlibat
perkara. Kekuasaan pengadilan tinggi adalah sebagai berikut:

11
a. Memutuskan perkara pada ingkat pertama dan terakhir.
b. Memberi pembinaan pada pengadilan-pengadilan negeri di wilayah hukumnya.
c. Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan di dalam daerah hukumnya
dan menjaga supaya peradilan itu diselenggarakan dengan seksama dan
sewajarnya.
d. Perbuatan hakim pengadilan negeri di dadlam daerah hukumnya diawasi dengan
teliti oleh pengadilan tinggi .

3. Mahkamah Agung (MA)

Mahkamah Agung merupakan salah satu dari lembaga negara RI yang melaksanakan
kekuasaan yudikatif atau kehakiman terlepas dari pengaruh kekuasaan eksekutif (pemerintah)
dan legislatif.

a. Mahkamah Agung berhak memberi pertimbangan dalam bidang hukum kepada


presiden mengenai pemberian/penolakan grasi.
b. Mahkamah Agung berhak mengadakan kasasi atau pembatalan terhadap putusan
atau penetapan dalam tingkat akhir dari pengadilan-pengadilan lain pada semua
lingkungan peradilan.
c. Mahkamah Agung mempunyai wewenang untuk mengadili pada tingkat kasasi,
menguji peraturan perundang di bawah undang-undang, dan mempunyai
wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
d. Dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi mahkamah agung berwenang menyatakan
tidak sah semua peraturan perundangan yang lebih rendah dari undang-undang.
Tugas luhur yang diemban oleh mahkamah agung adalah menjaga agar peradilan
di seluruh wilayah negara RI dilakukan dengan tidak membedakan orang semi
keadilan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

12
4. Peradilan Tata Usaha (Peradilan Administrasi)

Negara indonesia adalah negara hukum bukan negara kekuasaan. Salah satu unsur
negara hukum adalah adanya peradilan tata usaha negara(peradilan administrasi), yaitu suatu
lembaga yang didirikan untuk melindungi anggota masyarakat dari tindakan atau kebijakan
yang dianggap melanggar/ tidak melanggar terhadap hukum yang dilakukan oleh pegawai
negeri atau aparatur pemerintah.

Peradilan tata usaha negara (peradilan administrasi) bertugas menyelesaikan segala


sengketa, baik yang terjadi antara rakyat dengan pemerintah/penguasa maupun yang terjadi
anatara instansi pemerintah yang satu dengan instansi pemerintah yang lain sesuai dengan
hukum yang berlaku.

C.Bersikap Sesuai Ketentuan Hukum Yang Berlaku

Hukum yang berlaku bagi suatu masyarakat pada suatu waktu dalam suatu tempat
tertentu disebut hukum positif atau ius constitutum atau juga bisa disebut dengan tata hukum.
Tata hukum Negara Indonesia lahir sejak diproklamasikannya Kemerdekaan Negara
Indonesia sehingga Proklamasi 17 Agustus 1945 secara hukum berarti penjebolan sistem
hukum kolonial dan diganti dengan sistem hhukum nasional.

Hukum adalah suatu kumpulan peraturan yang berisi perintah atau larangan serta
sanksi yang tegas bagi pelanggarnya dengan tujuan untuk memberi perlindungan, keadilan,
dan pembangunan bagi masyarakat. Apabila kita menjunjung tinggi dan patuh serta memiliki
kesadaran pada hukum yang berlaku, maka dapat meningkatkan kesejahteraan ke setiap
warga masyarakat tanpa menbeda-bedakan jabatan, golongan, atau kelas.

Kepatuhan hukum mengandung tiga arti, yaitu sebagai berikut :

Memahami dan menggunakan peraturan perundangan yang berlaku.


Mempertahankan tertib hukum yang ada.
Menegakkan kepastian hukum.

13
1. Upaya Penegakan Hukum di Indonesia

Salah satu agenda reformasi hukum yang penting dan mendesak(krusial) untuk
melaksanakan adalah reformasi dalam penegakan hukumnya sendiri. Penegakan hukum yang
dapat dilakukan dengan baik dan efektif merupakan salah satu tolok ukur kebersihan suatu
negara dalam upaya mengangkat harkat dan martabat bangsanya dibidang hukum terutama
dalam memberikan perlindungan hukum terhadap warganya. Hal ini berarti pula ada jaminan
kepastian bagi rakyat sehingga rajyat merasa aman dan terlindungi hak-haknya dalam
menjalani kehidupannya. Sebalikya penegakan hukum yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya merupakan indikator bahwa negara yang bersangkutan belum sepenuhnya mampu
memberikan perlindungan hukum kepada warganya.

Secara umuum, faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum dapat dibedakan


dalam dua hal, yaitu faktor-faktor yang terdapat didalam sistem hukum dan faktor-faktor
diluar sistem hukum. Adapun faktor-faktor dalam sistem hukum meliputi faktor hukum
(Undang-Undang), faktor penegak hukum, dan faktor sarana dan prasarana. Sedangkan,
faktor-faktor di luar sistem hukum yang memberikan pengaruh adalah faktor kesadaran
hukum masyarakat, perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan faktor politik atau penguasa
negara.

2. Sikap Menjunjung Tinggi Hukum

Penegakan hukum sebagai usaha semua kekuatan bangsa menjadi kewajiban kolektif
semua komponen bangsa sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing.

a. Aparatur negara memang ditugaskan dan diarahkan untuk itu seperti polisi, hakim,
dan jaksa, yang dalam dunia hukum disebut secara ideal sebagai the three musketers
atau tiga pendekar hukum, yang mempunyai fungsi penegakan dengan sifat yang
berbeda-beda akan tetap bermuara pada terciptanya hukum yang adil, tertib, dan
bermanfaat bagi semua manusia. Polisi menjadi pengatu dan pelaksana penegak
hukum di dalam masyarakat, hakim sebagai pemutus hukum yang adil, sedangkan

14
jaksa adalah institusi penuntutan negara bagi para pelanggar hukum yang diajukan
polisi.
b. Pengacara yang memiliki fungsi advokasi dan mediasi bagi masyarakat baik yang
bekerja secara individual ataupun yang bergabung secara kolektif melalui lembaga-
lembaga bantuan hukum yang menjadi penuntun masyarakat yang kum, agar dalam
proses peradilan tetap diperlukan sebagai manusia yang memiliki kehormatan, hak,
dan kewajiban sehingga putusan hakim akan mengacu pada kebenaran dan keadilan
yang dilandasi penghormatan manusia atas manusia.
c. Para eksekutif yang bertebaran di berbagai lahan pengabdian sejak pegawai
pemerintahan yang memiliki aneka fungsi dan tugas kewajiban sampai pada para
penyelenggara yang memiliki kekuasaan politik(legislatif).
d. Masyarakat pengguna jasa hukum untuk mencari keadilan jangan sampai justru
mendorong penyalahgunaan hukum(menyuap aparat).

3. Contoh Perbuatan yang Bertentangan dengan Hukum

Perbuatan yang bertentangan dengan hukum dalam Kitab Undang-Undang Hukum


Pidana dalam dua istilah tindak pidana, yaitu kejahatan dan pelanggran.

Contoh tindakan pidana kejahatan adalah sebagai berikut :

a. Tindakan makar, yaitu tindakan menggulingkan pemerintah(pasal 107 KUPH);


b. Penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden (pasal 134 KUHP);
c. Menyatakan permusuhan, kebencian, dan penghinaan kepada pemerintah dimuka
umum (pasal 154 KUHP);
d. Menodai Bendera Kebangsaan Republik Indonesia(pasal 154a KUPH);
e. Menyatakan permusuhan, kebencian,dan penghinaan terhadap suatu golongan rakyat
di muka umu (pasal 156 KUHP);
f. Mengetahui permufakatan jahat tetapi tidak mencegah atau melapor(pasal 164);
g. Melanggar kesusilaan (pasal 281 KUPH);
h. Dengan sengaja merampas nyawa orang lain(pasal 338 KUPH);

15
Contoh tindak pidana pelanggaran adalah sebagai berikut :

a. Mabuk di muka umum yang merintangi lalu lintas dan ketertiban atau mengancam
keselamatan orang lain(pasal 492 KUPH);
b. Meninggalkan anak yang perlu dijaga sehingga membahayakan anak tersebut (pasal
491 KUPH);
c. Melakukan pesta atau keramaian tanpa ijin dari polisi(pasal 510 KUPH);
d. Menyanyikan di muka umum lagu-lagu yang melanggar kesusilaan(pasal 532
KUHP);
e. Melakukan embelian, penjualan, atau penyimpanan barang hasil dari curian (pasal
481 KUHP);
f. Berbuat curang terhadap pembeli (pasal 383 KUHP);
g. Menggadaikan tanah milik orang lain.

4. Macam-macam Sanksi Hukum

Agar supremasi hhukum benar-benar ditegakkan maka setiap pelanggaran terhadap hukum
harus ditindak tegas tanpa pandang bulu sesuai dengan tingkat kesalahannya. Adapun
ancaman atau sanksi menurut pasal Pidana pokok terdiri atas :

a. Pidana mati,
b. Pidana penjara, yang terdiri atas pidana seumur itaahidup dan pidana
sementara(maksimal 20 tahun dan sekurang-kurangnya satu tahun),
c. Pidana kurungan sekurang-kurangnya satu hari dan setinggi-tingginya satu tahun, dan
d. Pidana denda
e. Sedangkan, pidana tambahan terdiri atas pencabutan hak-hak tertentu,
perampasan(penyitaan) barang-barang tertentu, dan pengumuman putusan hakim.

16
D. Pemberantasan Korupsi di Indonesia
1. Pengertian Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio yang artinya busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Pengertian korupsi diungkapkan oleh
Transparency Internasional, korupsi diartikan sebagai perilaku pejabat publuk, bail politisi
maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya orang-orang terdekatnya dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang
dipercayakan kepada mereka. Berdasarkan pengertian tersebut, maka perbuatan korupsi
mencakup unsur-unsur berikur :

a. Melanggar hukum yang berlaku.


b. Penyalahgunaan wewenang.
c. Merugikan negara.
d. Memperkayakan pribadi/ diri sendiri.

Korupsi merupakan perbuatan yang sangat merugikan orang banyak. Kejahatan ini terdiri
dari bentuk yang ringan dan bentuk yang berat. Bentuk yang ringan berupa penggunaan
pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan. Sedangkan korupsi berat
merupakan perbuatan yang diresmikan untuk mengambil keuntungan pribadi dengan
menggunakan harta negara. Jika korupsi dibiarkan, maka ditakutkan akan terjadi kleptokrasi,
yaitu pemerintahan oleh para pencuri, dimana mereka hanya pura-pura bertindak jujur.

Salah satu bentuk korupsi yang sedang ramai dibicarakan adalah korupsi politis, yaitu
penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Korupsi tersebut bisa berbentuk
ringan atau berat, terorganisasi atau tidak. Kegiatan korupsi sering menimbulkan tindakan
kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi. Korupsi merupakan
perilaku yang tidak timbul saja. Timbulnya ini secara umum didorong oleh kondisi-kondisi
berikut ini :

17
a. Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci yang mampu
memberi ilham dan mempengaruhi tingkah laku yang menjinakkan korupsi.
b. Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika.
c. Lemahnya pemerintahan yang tidak mampu menggugah kesetiaan dan kepatuhan
untuk membendung korupsi.
d. Kurangnya pendidikan.
e. Adanya banyak kemiskinan.
f. Tidak adanya tindakan hukum yang tegas.
g. Kelangkaan lingkungan kerja yang kondusif untuk anti korupsi.
h. Struktur pemerintahan.
i. Perubahan radikal, suatu sistem nilai yang mengalami perubahan radikal, korupsi
muncul sebagai penyakit transisional.
j. Keadaan masyarakat yang semakin majemuk.

Faktor-faktor korupsi menurut Komisi IV DPR-RI, terdapat tiga indikasi yang


memyebabkan meluasnya korupsi di Indonesia, yaitu sebagai berikut :

a. Pendapatan atau gaji yang tidak mencakupi.


b. Penyalahgunaan kesempatan untuk memperrkaya diri.

2. Dasar Hukum Pemberantasan Korupsi

Upaya pemberantasan korupsi harus mempunyai dasar yang sangat kuat. Jika tidak,
upaya pemberantasan akan selalu menemui jalan buntu seperti yang pernah dialami oleh
lembaga-lembaga pemberantasan korupsi pada masa orde lama dan orde baru. Adapun yang
menjadi hukum pemberantasan korupsi di Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Pancasila sila kelima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
c. Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

18
d. Undang-Undang RI Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nipotisme.
e. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi.
f. Undang-Undang RI Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Tindak Pidana Korupsi.
g. Peraturan Pemerintahan Nomor 71 tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran
Serta masyarakat danPemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi.

3. Dampak Negatif Korupsi

Salah satu penyebab korupsi adalah kemiskinan, tetapi seperti dikemukakan oleh
Bank Dunia, juga menyebabkan kemiskinan di negara berkembang. Menurut Bank Dunia,
kemiskinan tersebut dikarenakan para elit negara berkembang mengambil kekayaan
negerinya dan kemudian menyimpannya pada rekening-rekening yang tersembunyi di
negara-negara maju yang tak dapat disentuh(untouchable), bahkan oleh kekuasaan negara
maju tersebut sekalipun. Di Asia Tenggara, kasus yang paling menyolok adalah Ferdinand
Marcos(Filipina) dan sejumlah konglomerat Indonesia yang memarkir uangnya di
Singapura.

Sesungguhnya penyebab kemiskinan dari korupsi tidak sekedar karena para elit
menyimpan uangnya diluar negeri. Dampak negatif dari korupsi yang tinggi dapat dilihat
pada investasi riil(non portofolio) Indonesia yang belum menunjukkan pertumbuhan yang
menjanjikan .

Tampak bahwa selain gairah investasi menurun, realisasi investasi kurang dari
setengah dari persetujuan investasi. Kondisi ini belum ditambah fakta bahwa yang terjadi
sebenarnya dalam pertumbuhan perekonomian dalam tiga tahun terakhir adalah pertumbuhan
yang digerakkan oleh sektor pemerintah dan itu pun sebagian besar untuk konsumsi. Dalam
kondisi kemerosotan seperti itu maka proses terbentuknya kemiskinan lebih cepat lagi karena
penurunan investasi tidak terjadi dari menurunnya daya saing, namun karena citra buruk,
maka investasi akan lari.

19
4. Kasus Korupsi yang Telah Dikenakan Sanksi

Untuk mempertajam pemahaman kita tentang kasus korupsi, maka pada bagian ini
kita akan mempelajari tentang beberapa kasus korupsi. Adapun beberapa kasus korupsi yang
telah dikenakan sanksi, yaitu sebagai berikut :

a. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia(BLBI)

Kasus BLBI mulai mencuat pada bulan Agustus 2000. Pada waktu itu, Badan Pemeriksa
Keuangan mengungkapkan hasil auditnya. Laporan BPK menyebutkan adanya
penyimpangan penyaluran dana BLBI sebesar Rp 138,4 triliun dari total dana senilai Rp
144,5 triliun. Penyelewengan penggunaan dana BLBI juga diterima oleh 48 bank sebesar Rp
80,4 triliun.

b. Bank Pembangunan Indonesia(Bapindo)

Kasus Bank Pembangunan Indonesia(Bapindo) terjadi pada tahun 1993. Pada kasus ini
negara dirugikan sebesar Rp 1,3 trilliun. Kasus ini telah diselesaikan oleh Majelis Hakim
namun pelaku utama kasus ini berhasil melarikan diri dari tahanan.

c. Pembelian Helikopter dan Genset Listrik Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh


Darussalam

Kasus ini merupakan penyelewengan atas anggaran pembelian helikopter dan juga genset
listrik di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peristiwa ini merugikan negara sebesar Rp30
miliar.

20
E. Peran Serta Masyarakat dalam Upaya
Pemberantasan Korupsi

Sesuai dengan prinsip-prinsip sistem pemerintahan demokrasi, peran serta masyarakat


sangat penting dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Maksud peran serta masyarakat
adalah peran aktif masyarakat untuk mewujudkan penyelenggarakan negara yang bersih dan
bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dilaksanakan dengan menaati hukum, moral,
dan sosial yang berlaku dalam masyarakat.

1. Peran Organisasi Nonpartai

Peran orgnanisasi nonpartai sangat besar dalam upaya pemberantasan korupsi di


Indonesia. Selain sebagai kontrol sosial terhadap pemerintahan, organisasi ini juga
memberikan penyadaran terhadap masyarakat tentang perlunya menghancurkan korupsi di
Indonesia. Organisasi tersebut antara lain adalah :

a. Lembaga Swadaya Masyaraka (LSM),


b. Penguruan tinggi,
c. Lembaga riset,
d. Organisasi kemasyarakatan (ormas), dan
e. Kelompok kepentingan .

2. Peran Masyarakat dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

Bentuk-bentuk peran serta masyarakat dalam pemberantasan tindak pidana korupsi


menurut UU No. 31 Tahun 1999 antara lain adalah sebagai berikut :

a. Hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan tindak pidana
korupsi;
b. Hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan
informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi kepada penegak hukum
yang menangani perkara tindak pidana korupsi;

21
c. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggungjawab kepada penegak
hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi;
d. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang memberikan
kepada penegak hukum dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari;
e. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum;
f. Penghargaan pemerintahan terhadap masyarakat.

3. Peran Media Massa

Media massa sungguh merupakan salah satu pemain penting dalam upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia. Peran media massa dalam pemberantasan korupsi sangat besar, antara
lain sebagai berikut :

a. Memberikan pendidikan politik kepada masyarakat agar mampu mengkritisi setiap


kebijakan pemerintah sehingga rakyat kurang mampu berpartisipasi dalam
pemerintahan;
b. Disamping itu, media massa memainkan peran strategis dalam mengkomunikasikan
dukungan dan tuntutan publik terhadap pemerintah, dan juga sebaliknya;
c. . masyarakat dan sekaligus menciptakan lembaga-lembaga pemerintahan yang kuat,
terbuka, dan bertanggung jawab kepada masyarakat;
d. Media massa juga dapat memainkan peran dalam merumuskan agenda publik yang
tidak selalu menjadi perhatian para politis;
e. Memberikan kontrol terhadap setiap kebijakan pemerintahan dalam arti luas
(eksekutif, legislatif, dan yudikatif), peran ini dapat dilakukan, misalnya dengan
membeberkan tindak pidana korupsi secara besar-besaran sehingga pelaku
mendapatkan sanksi sosial dari pemberitaan tersebut.

22
BAB III
A. Kesimpulan
1. Tidak ada keseragaman tentang pengertian hukum. Namun demikian dalam
pengertian hukum terkandung unsur-unsur berikut : suatu himpunan peraturan,
himpunan peraturan tersebut mengatur hubungan manusia dalam masyarakat, berisi
perintah dan larangan, bersifat memaksa, dan apabila dilanggar mengakibatkan
timbulnya sanksi bagi pelanggarnya.
2. Hukum bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap kepentingan individu dan
kepentingan masyarakat secara seimbang, sehingga terwujud kehidupan masyarakat
yang adil, aman, tenteram, dan damai.
3. Tata urutan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia adalah : Undang-
Undang Dasar 1945; Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia;
Undang-Undang; Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu); Peraturan
Peemerrintah; Keputusan Presiden; Peraturan Daerah.
4. Sistem hukum nasional pada hakikatya adalah suatu keseluruhan dari komponen-
komponen hukum nasional yang terdiri dari struktur kelembagaan hukum, materi
hukum, dan budaya hukum.
5. Sistem peradilan nasional pada hakikatnya adalah suatu keseluruhan dari komponen-
komponen peradilan nasional, pihak-pihak dalam proses peradilan, hirarki
kelembagaan peradilan, ataupun aspek-aspek yang bersifat prosedural yang saling
berkait satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga terwujud suatu keadilan
hukum .
6. Kekuasaan kehakiman di indonesia dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badan peradilan yang berada di bawahnya, serta oleh sebuah Mahkamah Konsitusi.
Badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung meliputi badan peradilan
dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan
tata usaha negara.

23
7. Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang(negara atau perusahaan dan
sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Prilaku korup menunjuk pada
sikap suka menerima uang suap, dan memakai kekuasaan yang memilikinya untuk
kepentingan pribadi atau kelompok sendiri. Ada tiga faktor yang menyebabkan
timbulnya korupsi, yaitu faktor manusia, faktor lingkungan, dan faktor interaksi
antara manusia dengan lingkungannya.
8. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi adalah dengan cara
preventif(pencegahan) seperti pemberlakuan undang-undang, dan cara represif dengan
menindak tegas para pelaku yang terlibat. Peran serta masyarakat dalam memberantas
korupsi di indonesia dapat dilakukan dengan cara melakukan kontrol sosial.

B. Saran

Hukum dibuat bukan semata-mata sebagai kumpulan peraturan, melainkan untuk


dipatuhi. Bila semua anggota masyarakat memahami, menghormati, dan menjalankan
peraturan dengan baik, maka masyarakat akan merasakan keadilan dalam hidupnya.

24
Daftar pustaka
Santoso, Joko Budi. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan: Untuk SMK Kelas X. Jakarta:
Yudhistira.

Chotib ,dkk . 2006. Kewarganegaraan 1: Menuju Masyarakat Madani. Jakarta: Yudhistira.

Taupan, Muhammad. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan: Untuk SMA/MA. Bandung:


Yrama Widya.

Suteng, Bambang, dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan : Untuk SMA Kelas X. Jakarta:
Erlangga.

Ibn Chamin, Asykuri. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan : Untuk SMK Kelas X.


Yogyakarta : Yudhistira.

25

Anda mungkin juga menyukai