Anda di halaman 1dari 6

Nama : Melenia Ramadani

NIM : A021181041

Tugas : Seminar Sumber Daya Manusia

Resume Metode Eksperimental dalam Penelitian Human Resource Management

1. Perkenalan
Dalam materi ini, akan memberikan beberapa informasi umum tentang metode
eksperimental untuk mempelajari topik terkait HRM dan memperkenalkan teknik khusus—
teknik sketsa— untuk memanipulasi variabel independen dalam desain eksperimental.
Dimulai dengan kontribusi bahwa metode eksperimental dapat membuat penelitian HRM.
Kemudian kami memperkenalkan karakteristik utama dari metode eksperimental.
Selanjutnya kami menyoroti teknik sketsa sebagai cara memanipulasi variabel independen
dalam desain eksperimental dan memberikan contoh untuk menunjukkan bagaimana
menggunakan teknik ini dalam studi HRM. Bab ini diakhiri dengan diskusi tentang
keuntungan dan tantangan menggunakan metode eksperimental dalam penelitian HRM.

2. Nilai Metode Eksperimental dalam Penelitian HRM


Salah satu pertanyaan penelitian yang paling penting di bidang HRM adalah
hubungan antara HRM dan kinerja, baik dalam hal hasil karyawan dan organisasi.
Meskipun pertanyaan ini telah menjadi minat utama para peneliti sejak awal studi HRM,
jawabannya belum sudah jelas sejauh ini. Guest (2012, p.11), dalam ulasannya tentang
HRM dan kinerja, menyimpulkan: “Setelah ratusan studi penelitian, kami masih tidak
dalam posisi untuk menegaskan dengan keyakinan bahwa HRM yang baik memiliki
dampak (positif) pada kinerja organisasi.” Dalam mendiagnosis mengapa tidak ada
kesimpulan kuat yang dapat ditarik dari literatur yang ada tentang HRM dan kinerja,
banyak ahli (Guest, 2011; Gerhart, 2007; Wright, Gardner, Moynihan, & Allen, 2005) telah
menunjukkan kekurangan metodologis dalam sebagian besar studi HRM. Pertanyaan
tentang hubungan antara HRM (baik dalam hal praktik HRM atau proses HRM) dan kinerja
(dalam hal hasil karyawan dan organisasi) menyangkutpenyebab-dan-hubungan efek;
yaitu, kami berasumsi bahwa HRM adalah penyebabnya dan peningkatan kinerja adalah
hasilnya. Namun, desain penelitian dan metode yang biasa digunakan di bidang HRM
bergantung pada studi survei cross-sectional. Studi survei cross-sectional sangat kuat dalam
mengidentifikasi hubungan antara variabel, tetapi mereka memiliki kelemahan untuk
membangun hubungan sebab-akibat. Sebagai perbandingan, metode eksperimental adalah
pendekatan ilmiah yang dirancang untuk menguji hubungan sebab-akibat. Dengan
menggunakan metode eksperimen, peneliti dapat mengamati efek dari perubahan sistematis
salah satu variabel di bawah kondisi yang terkendali (Christensen, 2007). Mengenai
hubungan antara HRM dan kinerja, jika peneliti mampu membuat HRM bervariasi secara
sistematis dalam situasi yang terkendali.
Dengan metode eksperimental, peneliti dapat mempelajari praktik dan proses HRM
dalam situasi yang terkendali. Pengaturan semacam itu menciptakan peluang bagi para
peneliti untuk memeriksa apakah faktor-faktor terkait SDM benar-benar berpengaruh pada
hasil karyawan dan organisasi dan memeriksa hubungan sebab-akibat antara HRM dan
kinerja secara langsung. Sejauh mana peneliti dapat secara akurat menyatakan bahwa
variabel bebasA menyebabkan perubahan pada variabel terikat B disebut validitas internal.
Dalam hal ini, metode eksperimen menawarkan peluang untuk menghasilkan validitas
internal yang tinggi.

3. Karakteristik Utama Metode Eksperimental


Menurut definisi metode eksperimen dirancang untuk mengeksplorasi
hubungan sebab-akibat antara variabel independen dan variabel dependen. Keuntungan
dari memeriksa hubungan sebab-akibat membuat metode eksperimental cocok untuk
menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan antara HRM dan kinerja. Oleh
karena itu, percobaan metode memiliki nilai khusus untuk studi HRM. Tantangan yang
dihadapi oleh peneliti HRM, bagaimanapun, adalah bagaimana menerapkan metode
eksperimental ke bidang HRM, di mana masalah penelitian sering berorientasi praktis
dan kompleks. Untuk mengatasi tantangan ini, pertama-tama kita perlu memahami
karakteristik utama dari metode eksperimental. Dalam metode eksperimen peneliti
mengamati atau mengukur perubahan variabel hasil (atau variabel dependen) di bawah
dua kondisi: (1) the variabel bebas perlu diatur untuk bervariasi secara sistematis, dan
(2) variabel lain yang mungkin berpengaruh pada variabel dependen perlu dijaga
konstan dalam situasi yang terkendali. Kondisi pertama dikelola dengan cara
memanipulasi variabel bebas dan variabel kedua dengan cara mengendalikan variabel
asing. Dengan kata lain, "manipulasi variabel independen" dan "kontrol variabel asing,"
adalah dua karakteristik utama dari metode eksperimen. Pada bagian berikut, kita akan
membahas kedua karakteristik ini secara rinci.
4. Dua Pendekatan Pengendalian dalam Metode Eksperimental
a. Teknik Kontrol yang Tersedia
Pengacakan adalah salah satu teknik paling berharga yang tersedia untuk
melakukan kontrol dalam metode eksperimental. Pengacakan lengkap berarti bahwa
peserta diambil secara acak (yaitu, peserta yang mungkin memiliki peluang yang
diketahui dan sama untuk ditarik) dan tugas mereka ke kelompok tertentu (yaitu, peserta
dapat ditugaskan ke salah satu kelompok yang dibentuk) juga acak (Sekaran & Bougie,
2010). Pengacakan dapat mengontrol variabel asing yang tidak diketahui dan diketahui
terkait dengan peserta dan memastikan bahwa tidak ada karakteristik divergen lain
kecuali untuk variabel yang dimanipulasi di berbagai kelompok yang dapat dikaitkan
dengan perubahan variabel dependen.
b. Desain Penelitian dengan Metode Eksperimental
Desain penelitian mengacu pada garis besar atau rencana yang menetapkan
prosedur khusus yang akan digunakan dalam studi empiris untuk menguji hipotesis
penelitian. Tujuan dari desain penelitian dalam metode eksperimen adalah untuk
mengontrol variabel asing dan pengganggu secara efisien. Sebuah desain eksperimental
yang benar perlu memenuhi tiga kondisi: (1) secara acak menugaskan peserta; (2)
termasuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol; dan (3) merekam informasi
sebelum dan sesudah perawatan (Cook & Campbell, 1976). Dengan pengacakan,
kondisi pertama menghilangkan variabel asing yang terkait dengan peserta. Pada
kondisi kedua, apapun yang terjadi pada kelompok eksperimen juga terjadi pada
kelompok kontrol kecuali manipulasi variabel bebas. Kondisi ketiga mengungkapkan
efek bersih dari manipulasi eksperimental. Ketiga kondisi bersama-sama memastikan
bahwa satu-satunya perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
terletak pada manipulasi variabel independen.

5. Menggunakan Vignette sebagai Teknik Manipulasi dalam Studi HRM


a. Definisi Vignette
Sebuah sketsa, juga disebut skenario, adalah deskripsi singkat dari situasi sosial
yang berisi referensi yang tepat untuk apa yang dianggap sebagai faktor terpenting
dalam pengambilan keputusan atau proses pengambilan keputusan responden
(Alexander & Becker, 1978). Dalam studi sketsa, alih-alih pertanyaan langsung, satu
atau lebih cerita singkat yang akrab bagi responden digunakan sebagai rangsangan
untuk memperoleh reaksi responden.
b. Karakteristik Vignette
Dalam teknik sketsa, responden bereaksi terhadap situasi nyata dan nyata
daripada pernyataan abstrak. Ini menciptakan realisme yang lebih besar bagi responden
(Wason & Cox, 1996), terutama jika topik penelitian adalah tentang isu-isu
kontroversial seperti memilih pihak dalam konflik. Karena situasi kehidupan nyata dan
konkret, sketsa lebih mungkin untuk mendapatkan tanggapan peserta yang sebenarnya
daripada pertanyaan langsung dan abstrak yang digunakan dalam studi survei. Dalam
contoh memilih pihak, jika peneliti gagal untuk membakukan informasi yang
menggambarkan latar konflik, peserta mungkin memikirkan situasi konflik yang
berbeda dan tanggapan mereka mungkin dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak
relevan. Karakteristik lain dari teknik sketsa adalah memungkinkan peneliti untuk
secara sistematis memvariasikan variabel independen (Alexander & Becker, 1978).
Dengan mengubah kata-kata atau kalimat dalam sketsa yang terkait dengan masalah
teoritis, peneliti memanipulasi variabel independen. Terakhir, teknik vignette dapat
mengurangi keinginan sosial atau manajemen kesan responden. Karena sketsa
menggunakan deskripsi situasi sosial yang konkret dan terperinci sebagai rangsangan,
kemungkinan kecil responden akan memperhatikan kata atau kalimat mana yang
digunakan untuk mengoperasionalkan variabel independen. Teknik dengan demikian
mengurangi bias mengatakan ya (Kennedy & Lawton, 1996). Karakteristik ini
membuat sketsa sangat cocok untuk meneliti isu-isu manajerial yang kontroversial dan
sensitif.
c. Jenis Vignette
Dua jenis sketsa dapat dibedakan dalam penelitian manajemen. Jenis pertama
disebut sketsa nilai variabel konstan, di mana semua responden membaca "cerita
pendek" yang sama dan dihadapkan pada "situasi" yang identik (Cavanagh & Fritzsche,
1985). Keuntungan dari jenis vignette ini terletak pada standarisasi informasi yang
terkait dengan latar belakang. Suatu peristiwa atau kasus yang akrab bagi responden
disajikan kepada responden sebagai rangsangan. Keakraban antara pengalaman
kehidupan nyata responden dan situasi yang digambarkan dalam sketsa membantu
responden untuk menempatkan diri mereka ke dalam "situasi" yang dipelajari, sehingga
memudahkan untuk memperoleh persepsi yang konkret dan penilaian yang akurat dari
responden. Temuan dari sketsa nilai variabel konstan dalam hal ini memiliki implikasi
praktis yang kuat. Jenis sketsa kedua disebut sebagai sketsa kontrastif (Burstin,
Doughtie, & Raphaeli, 1980), yang menggabungkan ide-ide dari desain eksperimental
dengan prosedur survei sampel (Wason, Polonsky, & Hyman, 2002). Seperti yang
tersirat dalam definisi, sketsa kontrastif menyoroti karakteristik memvariasikan
variabel independen secara sistematis, yang membuatnya cocok sebagai teknik
manipulasi. Dalam sketsa kontrastif, responden secara acak ditugaskan ke versi berbeda
dari sketsa dasar yang sama.
d. Beberapa Tips dalam Membuat dan Menggunakan Vignette
Pertama, sketsa harus dikembangkan berdasarkan landasan teoritis yang kuat.
Meskipun stimulus yang ditanggapi peserta dalam sketsa studi adalah situasi konkret
dan nyata, "situasi nyata" ini harus dikembangkan dan dimodifikasi dengan bimbingan
teori. Dengan mengandalkan teori, peneliti dapat membedakan antara faktor-faktor
yang diminati peneliti dan faktor-faktor lain yang tidak relevan. Manipulasi fokus pada
faktor penelitian yang relevan.
Kedua, buatlah sketsa itu dapat dipercaya dan sesuai dengan responden.
Responden dalam studi vinyet diminta untuk menempatkan diri ke dalam situasi yang
digambarkan, sehingga situasi tersebut dapat memicu respons partisipan. Salah satu
asumsi di sini adalah bahwa situasi yang digambarkan perlu realistis dan telah dialami
oleh peserta. Sketsa akan gagal dalam tujuannya jika peserta tidak pernah mengalami
situasi yang dijelaskan.
Ketiga, lebih baik merevisi sketsa yang sudah berkembang dengan baik
daripada menciptakan sketsa yang sama sekali baru. Mengembangkan sketsa yang valid
dan andal adalah bisnis yang memakan waktu dan biaya. Jika memungkinkan, peneliti
harus mengandalkan dan merevisi lebih lanjut sketsa yang ada. Ada dua keuntungan
dalam melakukan ini. Keuntungan pertama adalah bahwa menggunakan sketsa yang
ada dapat mengurangi upaya peneliti dalam menciptakan situasi kehidupan nyata
karena sketsa tersebut sering diuji dalam hal relevansinya dengan praktik manajemen
dan kenyataan. Peneliti kemudian dapat lebih fokus memanipulasi faktor-faktor yang
mereka minati. Keuntungan kedua adalah bahwa penggunaan sketsa yang sama atau
serupa membuat perbandingan studi silang menjadi mungkin.
Keempat, melakukan pemeriksaan manipulasi. Manipulasi dalam studi vignette
dilakukan dengan cara membedakan elemen semantik, seperti “berbeda/serupa”, “lebih
baik/lebih buruk”, dll, dan biasanya dianggap manipulasi yang lemah. Para peneliti,
bagaimanapun, mencoba untuk menunjukkan bahwa bahkan manipulasi yang lemah
dari variabel independen masih dapat menjelaskan beberapa varians dalam variabel
dependen (Prentice & Miller, 1992). Jika manipulasi yang lemah ini dapat diganti
dengan yang kuat, kita akan mengharapkan efek yang lebih kuat.

Anda mungkin juga menyukai