PERPAJAKAN
"PAJAK NEGARA DAN PAJAK DAERAH”
RATNASARI (90100119047 )
NUR HALISA (90100119060)
CHINTYA ESTYANTI (90100119056)
EKIS B
EKONOMI ISLAM
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, Penulis banyak mendapat halangan dan hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak semua itu itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah
Yang Maha Esa. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan masyarakat dan negara. Saati
ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia. Sebagaian
kalangan telah menempatkan pajak sabagai salah satu kewajiban dalam bernegara, yaitu
merupakan sarana untuk ikut berpartisipasi dalam membantu pelaksanaan tugas bernegara yang
ditangani oleh Pemerintah (Nuranifah et al, 2010). Pungutan pajak berdampak mengurangi
kekayaan individu tetapi sebaliknya merupakan penghasilan masyarakat yang mungkin
dikembalikan lagi kepada masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan
yang akhirnya akan bermanfaat pada masyarakat. Jadi jelas bahwa kepentingan masyarakat
dibiayai oleh pajak. Pajak mempunyai tujuan untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya
dalam kas negara dengan maksud untuk membiayai pengeluaran negara, dapat dikatakan bahwa
pajak dalam hal ini sebagai fungsi budgetair. Tetapi selain itu pajak juga mempunyai fungsi
mengatur (regulered) yang artinya sabagai alat untuk mencapai tujuan tertentu (Resmi, 2009).
Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak dapat dijadikan sebagai sarana atau
akses bagi pemerintah untuk mewujudkan suatu tatanan pemerintahan yang baik dan
berkesinambungan, oleh karena itu pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan jumlah
penerimaan dari sektor pajak agar perekonomian negara dapat berjalan sebagaimana
mestinya.Setiap hal dalam perpajakan diatur dalam suatu Undang-Undang, karena yang menjadi
acuan utama dalam perpajakan adalah Undang-Undang. Undang-Undang dalam perpajakan
bersifat dinamis, maksudnya adalah Undang-Undang akan selalu mengalami perubahan
disesuaikan dengan keadaan saat ini. Begitu juga dengan pengalihan Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dari Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah merupakan suatu bentuk tindak lanjut kebijakan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal. Tidak hanya PBB dan BPHTB Pemerintah juga mengalihkan kebijakan
pengurusan Pajak Air Tanah dan Pajak Sarang Burung Walet kepada Pemerintah Daerah.
Kebijakan tersebut dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 mengenai Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Dengan adanya kebijakan tersebut maka kegiatan proses
pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan atau penagihan dan pelayanan
4 (empat) pajak tersebut akan diselenggarakan oleh pemerintah daerah.Sesuai dengan amanat
UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28 Tahun 2009 ini, maka terdapat jenis pajak
baru yang pemungutannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Selain itu, ada beberapa jenis
pajak yang hak pemungutannya dialihkan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah.
B. Rumusan Masalah
C. tujuan masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak Negara
Pajak Negara (Pajak Pusat) merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai seluruh kebutuhan rumah tangga. Pemungutan pajak negara
memiliki tujuan pemerataan penghasilan bagi pemerintah daerah di Indonesia. Bagi hasil
diperlukan untuk menjaga kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
sebagai wujud keseimbangan penerimaan antara pusat dan daerah atas pajak yang
dipungut oleh negara (pusat) dan bersumber berada di daerah.
B. Jenis-Jenis Pajak Negara
1. Pajak Penghasilan (PPh): Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada
penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak Penghasilan
dapat bersifat progresif, proporsional atau regresif.
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN): PPN merupakan pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke
konsumen. Adapun penerapan PPN di Indonesia menganut sistem tarif tunggal, yaitu
sebesar 10%.
3. Bea Materai: Bea materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen-dokumen,
seperti surat perjanjian, akta notaris, kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek.
Dimana dokumen-dokumen tersebut memuat jumlah uang atau nominal di atas
jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perpajakan.
4. Cukai: Cukai adalah pungutan yang dilakukan oleh negara secara tidak langsung
kepada konsumen yang menikmati atau menggunakan objek cukai.
5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB): Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang
dipungut atas tanah dan bangunan karena adanya kepentingan dan/atau kedudukan
sosial ekonomi yang lebih baik bagi perorangan atau badan yang mempunyai hak
atasnya atau memperoleh manfaat daripadanya.
6. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) : BPHTB adalah bea yang
dikenakan atas perolehan tanah dan bangunan.
Daftar Pustaka
Mardiasmo. 2005. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarya
:karta : Indonesia-Hill-Co.
R. Soedarga. 2007. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Bandung : NV. Eresco.
Saragih, Juli Panglima. 2004. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam
Otonomi. Jakarta : Ghalia Indonesia..
Syamsi, Ibnu. 2005. Dasar-dasar Kebijaksanaan Keuangan Negara. Edisi Revisi. PT.
Rineka Cipta. Jakarta.