Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PERPAJAKAN
"PAJAK NEGARA DAN PAJAK DAERAH”

 RATNASARI (90100119047 )
 NUR HALISA (90100119060)
 CHINTYA ESTYANTI (90100119056)

EKIS B
EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, Penulis banyak mendapat halangan dan hambatan akan tetapi

dengan bantuan dari berbagai pihak semua itu itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah
Yang Maha Esa. Aamiin.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan masyarakat dan negara. Saati
ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia. Sebagaian
kalangan telah menempatkan pajak sabagai salah satu kewajiban dalam bernegara, yaitu
merupakan sarana untuk ikut berpartisipasi dalam membantu pelaksanaan tugas bernegara yang
ditangani oleh Pemerintah (Nuranifah et al, 2010). Pungutan pajak berdampak mengurangi
kekayaan individu tetapi sebaliknya merupakan penghasilan masyarakat yang mungkin
dikembalikan lagi kepada masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan
yang akhirnya akan bermanfaat pada masyarakat. Jadi jelas bahwa kepentingan masyarakat
dibiayai oleh pajak. Pajak mempunyai tujuan untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya
dalam kas negara dengan maksud untuk membiayai pengeluaran negara, dapat dikatakan bahwa
pajak dalam hal ini sebagai fungsi budgetair. Tetapi selain itu pajak juga mempunyai fungsi
mengatur (regulered) yang artinya sabagai alat untuk mencapai tujuan tertentu (Resmi, 2009).

Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak dapat dijadikan sebagai sarana atau
akses bagi pemerintah untuk mewujudkan suatu tatanan pemerintahan yang baik dan
berkesinambungan, oleh karena itu pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan jumlah
penerimaan dari sektor pajak agar perekonomian negara dapat berjalan sebagaimana
mestinya.Setiap hal dalam perpajakan diatur dalam suatu Undang-Undang, karena yang menjadi
acuan utama dalam perpajakan adalah Undang-Undang. Undang-Undang dalam perpajakan
bersifat dinamis, maksudnya adalah Undang-Undang akan selalu mengalami perubahan
disesuaikan dengan keadaan saat ini. Begitu juga dengan pengalihan Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dari Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah merupakan suatu bentuk tindak lanjut kebijakan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal. Tidak hanya PBB dan BPHTB Pemerintah juga mengalihkan kebijakan
pengurusan Pajak Air Tanah dan Pajak Sarang Burung Walet kepada Pemerintah Daerah.
Kebijakan tersebut dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 mengenai Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Dengan adanya kebijakan tersebut maka kegiatan proses
pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan atau penagihan dan pelayanan
4 (empat) pajak tersebut akan diselenggarakan oleh pemerintah daerah.Sesuai dengan amanat
UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28 Tahun 2009 ini, maka terdapat jenis pajak
baru yang pemungutannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Selain itu, ada beberapa jenis
pajak yang hak pemungutannya dialihkan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pajak negara (pajak pusat) ?


2. Apa saja jenis-jenis pajak negara ?
3. Apa yang dimaksud dengan pajak pemerintah (pajak daerah) ?
4. Apa saja kriteria pemungutan pajak daerah ?
5. Apa saja jenis-jenis pajak daerah ?

C. tujuan masalah

1. Untuk mengetahui pengertian pajak negara


2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis pajak negara
3. Untuk mengetahui arti dari pajak pemerintah
4. Untuk mengetahui kriteria pemungutan pajak daerah
5. Untuk mengetahui jenis-jenis pajak daerah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak Negara
Pajak Negara (Pajak Pusat) merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai seluruh kebutuhan rumah tangga. Pemungutan pajak negara
memiliki tujuan pemerataan penghasilan bagi pemerintah daerah di Indonesia. Bagi hasil
diperlukan untuk menjaga kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
sebagai wujud keseimbangan penerimaan antara pusat dan daerah atas pajak yang
dipungut oleh negara (pusat) dan bersumber berada di daerah.
B. Jenis-Jenis Pajak Negara

1. Pajak Penghasilan (PPh): Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada
penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak Penghasilan
dapat bersifat progresif, proporsional atau regresif.
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN): PPN merupakan pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke
konsumen. Adapun penerapan PPN di Indonesia menganut sistem tarif tunggal, yaitu
sebesar 10%.
3. Bea Materai: Bea materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen-dokumen,
seperti surat perjanjian, akta notaris, kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek.
Dimana dokumen-dokumen tersebut memuat jumlah uang atau nominal di atas
jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perpajakan.
4. Cukai: Cukai adalah pungutan yang dilakukan oleh negara secara tidak langsung
kepada konsumen yang menikmati atau menggunakan objek cukai.
5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB): Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang
dipungut atas tanah dan bangunan karena adanya kepentingan dan/atau kedudukan
sosial ekonomi yang lebih baik bagi perorangan atau badan yang mempunyai hak
atasnya atau memperoleh manfaat daripadanya.
6. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) : BPHTB adalah bea yang
dikenakan atas perolehan tanah dan bangunan.

C. Pengertian Pajak Pemerintah (Pajak Daerah)


Pajak Pemerintah (Daerah) merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah sebagai kontribusi
wajib pajak kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung. Pajak jenis ini digunakan untuk keperluan daerah dan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat daerah tersebut.

D. Kriteria Pemungutan Pajak Daerah


 Sifatnya pajak dan bukan retribusi.
 Objek Pajak terletak atau terdapat di wilayah kabupaten atau kota yang
bersangkutan dan mempunyai mobilitas cukup rendah serta hanya melayani
masyarakat di wilayah kota atau kabupaten yang bersangkutan.
 Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum.
 Potensi memadai, hasil penerimaan pajak harus lebih besar dari biaya pemungutan.
 Berdampak ekonomi positif. Pajak tidak mengganggu alokasi sumber-sumber
ekonomi dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah maupun
kegiatan ekspor-impor.
 Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat.
 Menjaga kelestarian lingkungan. Pengenaan pajak tidak memberikan peluang
kepada pemerintah daerah atau masyarakat luas untuk merusak lingkungan.

D. Jenis-Jenis Pajak Daerah


Menurut UU No 28 Tahun 2009, jenis-jenis pajak daerah antara lain:
 Pajak Provinsi
1. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) atau biasa dikenal dengan istilah Balik
Nama.
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB), dikenakan pada saat pembelian
BBM
4. Pajak air permukaan
5. Pajak rokok
 Pajak Kabupaten/Kota
a. Pajak hotel
b. Pajak restoran
c. Pajak hiburan
d. Pajak reklam
e. Pajak penerangan jalan
f. Pajak mineral bukan logam dan batuan
g. Pajak parkir
h. Pajak air tanah
i. Pajak sarang burung walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
k. Pajak Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kotraprestasi),
yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum. (Mardiasmo, 2011:3).
Dengan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada
penegertian pajak adalah:
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaan nya yang
sifatnya dipaksakan.
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
c. Pajak dipungut oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah.
d. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain Budgeter (pendanaan) yaitu
Regulerend (mengatur).
Pemungutan Pajak BPHTB pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Kabupaten Rokan Hulu diatur dalam Peraturan Bupati Rokan Hulu nomor 25
tahun 2012 tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan, yang menjelaskan bahwa sistem dan prosedur pemungutan
BPHTB adalah mencakup seluruh rangkaian proses yang harus dilakukan dalam
menerima, mentata usahakan dan melaporkan penerimaan BPHTB.

Daftar Pustaka
Mardiasmo. 2005. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarya
:karta : Indonesia-Hill-Co.
R. Soedarga. 2007. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Bandung : NV. Eresco.
Saragih, Juli Panglima. 2004. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam
Otonomi. Jakarta : Ghalia Indonesia..

Syamsi, Ibnu. 2005. Dasar-dasar Kebijaksanaan Keuangan Negara. Edisi Revisi. PT.
Rineka Cipta. Jakarta.

Soetopo, H. B. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Press.


Surakhmad Winarno. 2006. Pengantar Penelitian Dasar, Metode dan Teknik.
Bandung : Tarsito.
Peraturan Perundang-undangan :Pemerintah Republik Indonesia, UU No. 34
Tahun 2000 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
Pemerintah Republik Indonesia, UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah.
Pemerintah Republik Indonesia, UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Pemerintah Republik Indonesia, PP No. 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi
Daerah.2007. Jurnal Analisis Manajemen vol. 1 nomor 2. Kudus: FE UMK.
2008. Jurnal Analisis Manajemen vol. 2 nomor 2. Kudus: FE UMK.

Anda mungkin juga menyukai