Dosen Pembimbing:
Lili Suryani Tumanggor S.Kep,.Ns.,M.Kep
Disusun Oleh:
Lady Purba (032020010)
Nirwanawati Girsang (032020048)
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lili Suryani Tumanggor S.kep.,Ns.,M.kep
selaku dosen pembimbing dalam penyusunan Makalah “Ketenagaan Keperawatan Sesuai
Dengan Kebutuhan Ruang Rawat” sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni dalam mata kuliah keperawatan manajemen
keperawatan, Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Oleh karena itu, kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Kelompok 14A
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................
1.2. Tujuan...........................................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................................
2.1. Konsep dasar, prinsip, dan tujuan ketenagaan..............................................................
2.2. Variabel dalam ketenagaan...........................................................................................
2.3. Cara perhitungan jumlah tenaga dalam suatu shift.......................................................
2.4. Alokasi dan penjadwalan tenaga keperawatan setiap shift...........................................
2.5. Peningkatan kualitas ketenagaan sesuai standart akreditasi.........................................
2.6. Jenis metode penugasan dalam ruang rawat.................................................................
BAB 3 PENUTUP..............................................................................................................
3.1. Kesimpulan...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai salah satu tenaga kesehatan, perawat berperan penting dalam pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa perawat merupakan pemberian
layanan kesehatan kepada masyarakat yang berada di garis depan dan melayani pasien sepanjang
waktu. Kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan semakin meningkat, perawat perlu
bertindak secara profesional dengan tetap mengemban tanggung jawab yang besar.
UU No. 23 Tahun 1992 merupakan rambu-rambu yang menyatakan hak dan kewajiban
tenaga kesehatan termasuk perawat dalam melaksanakan tugas pelayanannya (Nursalam, 2007)
Perawat bertanggung jawab atas hampir semua promosi kesehatan dan kegiatan pencegahan
penyakit di rumah sakit dan pengaturan lainnya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran
perawat dalam mendukung visi, misi, dan tujuan rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, perawat harus mampu bekerja secara profesional dan memiliki
kompetensi yang tinggi. Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat menjalankan
perannya dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang diperlukan melalui
pemberian pelayanan keperawatan.
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar, prinsip, dan tujuan ketenagaan
2. Untuk mengetahui variabel dalam ketenagaan
3. Untuk mengetahui cara perhitungan jumlah tenaga dalam suatu shift
4. Untuk mengetahui alokasi dan penjadwalan tenaga keperawatan setiap shift
5. Untuk mengetahui peningkatan kualitas ketenagaan sesuai standart akreditasi
6. Untuk mengetahui jenis metode penugasan dalam ruang rawat
BAB 2
PEMBAHASAN
Case:
Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tepatnya diruangan St.Ignatius terdapat jumlah pasien
17 orang dimana 3 orang ketergantungan minimal, 8 orang ketergantungan partial dan 6 orang
ketergantungan total. Diruangan tersebut terdapat 25 bed. Hitunglah tenaga perawat yang
dibutuhkan dalam satu shift?
Ketenagaan didefinisikan sebagai rencana sumber daya manusia untuk mengisi posisi
dalam sebuah organisasi dengan personil yang berkualitas. Hakekat ketenagaan pada intinya
adalah pengaturan, mobilisasi potensi, prosesmotivasi, dan pengembangan sumber daya manusia
dalam memenuhi kepuasan melalui karyanya. Hal ini berguna untuk tercapainya tujuan individu,
organisasi, ataupun komunitas dimana ia berkarya (Suarli dan Bahtiar, dalam Nursalam 2014).
Menurut Fadillah dkk. dalam Nursalam (2014) ketenagaan (staffing) sering dimulai
dengan rencana sumber daya manusia, dimana terdiri dari antisipasi dan mempersiapkan untuk
perpindahan karyawan ke dalam, masuk dan keluar dari perusahaan.
1) Tingkat ketenagaan yang sesuai untuk unit perawatan pasien mencerminkan analisis
kebutuhan pasien individual dan agregat.
2) Tingkat gberikut adalah kebutuhan kritis untuk menunda atau mempertanyakan secara
serius kegunaan konsep jam perawatan per hari pasien (HPPD).
3) Fungsi Unit yang diperlukan untuk mendukung penyampaian asuhan keperawatan
berkualitas juga harus diperhatikan dalam menentukan tingkat ketenagaan.
b. Staf
1) Kebutuhan khusus dari berbagai pasien harus memenuhi kompetensi klinis yang sesuai
dengan praktik perawat di wilayah tersebut.
2) Registered nurse (RN) harus memiliki dukungan manajemen keperawatan dan
perwakilan baik di tingkat operasional maupun tingkat eksekutif.
3) Dukungan klinis dari RN yang berpengalaman harus tersedia untuk RN tersebut dengan
kemampuan yang kurang.
c. Organisasi
1) Kebijakan organisasi harus mencerminkan organisasi yang menghargai perawat terdaftar
dan karyawan lainnya sebagai aset strategis dan menunjukkan komitmen sejati untuk
mengisi posisi yang dianggarkan pada waktu yang tepat.
2) Institusi harus memiliki kompetensi terdokumentasi untuk staf perawat, termasuk RN
atau RN tambahan dan bepergian, untuk kegiatan yang telah mereka lakukan.
3) Kebijakan organisasi harus mengenali berbagai kebutuhan baik pasien maupun staf
perawat.
Prinsip-prinsip ini mencerminkan banyak nilai penting yang terkait dengan analisis
kebutuhan pasien, lingkungan kerja perawat, dan hasil di tingkat unit. ANA merekomendasikan
model profesional di mana faktor ketenagaan yang diperhitungkan mencakup jumlah pasien,
tingkat kebutuhan pasien, masalah kontekstual seperti ketersediaan geografi unit dan
ketersediaan teknologi, dan tingkat persiapan, pengalaman, dan kompetensi perawat. Seiring
bertambahnya tingkat kualitas keperawatan, masalah ketenagaan perawat dan meningkatnya
perhatian terhadap kualitas dan biaya perawatan maka ANA memperbaharui panduan mengenai
Prinsip ANA untuk Staf Perawat . Panduan ini menyoroti beberapa perspektif kebijakan:
Gibson menyampaikan Model teori kinerja dan melakukan analisis terhadap sejumlah
variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu, yaitu variabel individu, variabel
psikologis, dan variabel organisasi. Variabel individu dikelompokkan pada sub variabel
kemampuan dan ketrampilan, latar belakang dan demografis. Sub variabel kemampuan dan
ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu.
Sedangkan demografis memiliki efek tidak langsung perilaku dan kinerja individu. Variabel
psikologis terdiri atas sub variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Variabel
ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel
demografis. Variabel psikologis ini merupakan hal yang komplek dan sulit diukur. Variabel
organisasi memiliki efek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu. Variabel ini
dogolongkan pada sub variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain
pekerjaan.
Pemberian kompensasi seperti gaji, insentif, tunjangan, bonus, lembur juga perlu
ditingkatkan karena akan dapat membantu meningkatkan pendapatan karyawan yang pada
akhirnya akan meningkatkan kinerja. Sebaliknya apabila pendapatan karyawan kecil bagaimana
mereka mampu memenuhi kebutuhannya, dan ini jelas akan berdampak pada prestasi kerja
mereka. (Nurcahyo dikutip dalam Nursalam, 2014).
a. Faktor klien
b. Faktor tenaga
Jumlah dan komposisi tenaga, kebijakan pengaturan dinas, peran, fungsi dan
tanggung jawab, tingkat Pendidikan dan pelayanan perawat
c. Faktor lingkungan
Tipe dan lokasi rumah sakit, lay out ruang perawatan, fasilitas dan jenis pelayanan
yang diberikan, kelengkapan peralatan, pelayanan penunjang dari bagian lain
d. Faktor organisasi
Tenaga perawat = A x B
Keterangan :
TP : Tenaga Perawat
Contoh
Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tepatnya diruangan St.Ignatius terdapat jumlah pasien
17 orang dimana 3 orang ketergantungan minimal, 8 orang ketergantungan partial dan 6 orang
ketergantungan total. Diruangan tersebut terdapat 25 bed. Hitunglah tenaga perawat yang
dibutuhkan dalam satu shift?
Tenaga perawat = A x B
Diketahui
= 17 x 100% = 68 %
25
C = 12
Tenaga perawat = A x B
= 119/24 x (17-68x25)
(365-12) x 7
= 4,9 x 1.683
2.471
2.471
Jadi, jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan dalam satu shift sebanyak 3 orang.
1. Untuk mengetahui berapa jumlah perawat yang dibutuhkan adalah dengan menghitung
jumlah total jam perawatan seluruh pasien kemudian dibagi dengan jam kerja efektif/ sif
(7 jam/ shift)
2. Antisipasi ketidakhadiran perawat karena adanya waktu/ hari yang tidak efektif, yang
akan dijadikan sebagai faktor koreksi dengan cara, jumlah hari/ minggu dalam satu
tahun (52 hari) ditambah hari cuti dalam satu tahun (12 tahun) ditambah libur hari besar
dalam satu tahun (14 hari), dibagi dengan jumlah hari kerja efektif dalam satu tahun
(286 hari)
4. Total kebutuhan perawat adalah jumlah tenaga perawat +faktor koreksi + tugas non
keperawatan
Kebutuhan tenaga perawat di ruang kardiologi dari pengkajian tanggal 29-30 April
2019 sebagai berikut:
- Pagi : 7 orang
- Sore : 6 orang
- Malam : 4 orang
17 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk perhari bertugas di ruang kardiologi berjumlah
17 orang.
Banyak hambatan yang dapat ditemui dalam proses staffing dan scheduling,
Hambatan tersebut umumnya dapat berasal dari ketersediaan tenaga perawat yang sesuai
kualifikasi, maupun hambatan proses scheduling berupa tidak adanya perawat yang
bersedia untuk ditempatkan pada shift tertentu. Berdasarkan hal tersebut, ada beberapa hal
yang dijadikan bahan pertimbangan dalam proses staffing dan scheduling yang kreatif,
yaitu:
a. 10-12 jam per shift
c. Adanya alokasi untuk staffing part time pada shift akhir minggu
Salah satu aspek penting dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah tersedianya
Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga kesehatan. Pasal 11 pada Undang-Undang Republik
Indonesia, No. 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan, menyebutkan bahwa tenaga kesehatan salah
satunya adalah,tenaga keperawatan. Perawat di Indonesia banyak menghadapi banyak tantangan.
Salah satu tantangan tenaga kesehatan Indonesia khususnya perawat adalah rendahnya kualitas,
seperti tingkat pendidikan dan keahlian yang belum memadai. Adanya kesenjangan kualitas dan
kompetensi lulusan pendidikan tinggi yang tidak sejalan dengan tuntutan kerja di mana tenaga
kerja yang dihasilkan tidak siap pakai.
Angka ini juga masih belum mencapai target tahun 2014 yang sebesar 158 /100.000
penduduk. Dari meeting MRA (Mutual Recognition Arrangement) Pusrengun BPPSDM
Bandung (2011), disampaikan bahwa kebutuhan Perawat 9.280 orang pada tahun 2014, 13.100
orang pada tahun 2019, dan 16.920 pada tahun 2025, (AIPVIKI, 2015). Berdasarkan hal tersebut,
Kementerian Kesehatan akan terus menambah jumlah perawat karena dianggap belum mencapai
target rasio dan masih dianggap kurang. Hal ini yang mendasari pertumbuhan institusi
keperawatan di Indonesia menjadi tidak terkendali. Tentunya hal ini ikut menyumbang
penambahan jumlah perawat di Indonesia. Berdasarkan data dari Dirjen Pendidikan Tinggi dan
Badan PPSDM Kesehatan RI jumlah institusi penyelenggara pendidikan DIII Keperawatan yang
telah menjadi anggota Asosiasi Institusi Pendidikan DIII Keperawatan Indonesia (AIPDIKI)
sampai dengan April tahun 2015 berjumlah 416 institusi (AIPVIKI, 2015).
Kualitas perawat dianggap sebagai hal yang sangat vital karena hal ini berkenaan
langsung dengan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan untuk masyarakat, dan tentunya
untuk mendukung program-program kerja Kementerian Kesehatan RI dalam pembangunan
kesehatan Nasional. Pemerintah bersama-sama dengan organisasi profesi keperawatan sudah
melakukan upaya peningkatan kualitas perawat dengan melakukan uji kompetensi dan juga
sejumlah pelatihan-pelatihan. Namun hal tersebut di rasa belum optimal karena jumlah perawat
yang terus bertambah dan tidak terkendali. Pemerintah dalam menjalankan UU No. 36 tentang
Tenaga Kesehatan Tahun 2014 dirasa belum optimal terutama memenuhi tanggung jawab dan
wewenang dalam meningkatkan mutu tenaga kesehatan, yang salah satunya adalah tenaga
keperawatan.
Pada UU No. 36 tentang Tenaga Kesehatan Tahun 2014 telah diatur perencanaan,
pengadaan, pendayagunaan tenaga profesi, registrasi dan perizinan tenaga kesehatan, dan
penyelenggaraan profesi tenaga kesehatan dalam hal ini termasuk profesi keperawatan. Namun
terkait mengenai pengaturan institusi pendidikan keperawatan secara spesifik belum dijelaskan,
sehingga institusi pendidikan keperawatan berlomba-lomba menyelenggarakan program
pendidikan keperawatan dengan berbagai jenjang baik DIII, Sarjana, bahkan DIV keperawatan.
Di Indonesia, selama ini pengaturan mengenai pendirian dan penyelenggaraan pendidikan
keperawatan masih belum tegas dan jelas, sehingga banyak sekali berdiri institusi pendidikan
keperawatan yang kualitasnya masih diragukan.
Peningkatan kualitas dan kompetensi ini menjadi lebih penting saat dunia kesehatan
memasuki situasi global yang memungkinkan terjadi persaingan. Kualitas menjadi titik penting
bagi peningkatan layanan kesehatan kepada masyarakat.
Tanpa kualitas memadai sulit rasanya kita mengharapkan terjadi perubahan terhadap
indeks kesehatan masyarakat di Bumi Marunting Batu Aji ini. Maka upaya untuk terus mencetak
tenaga kesehatan yang berkualitas, baik itu dokter, bidan, dan perawat harus menjadi prioritas.
utama.
Sertifikasi, uji kompetensi, pelatihan, magang, tugas lapangan dan lainnya bisa menjadi
alat ukur kualitas dan kompetensi tenaga kesehatan. Selain itu, pengakuan terhadap profesi
tenaga kesehatan seperti perawat misalnya akan menjamin kenyamanan dan kualitas kerja dari
SDM kesehatan tersebut.
Jika kuantitas dan distribusi tenaga kesehatan yang berkualitas dan kompeten ini terus
dimonitoring secara intensif oleh Pemerintah, maka diyakini akan terjadi peningkatan derajat
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pertumbuhan dan persebaran tenaga kesehatan yang
merata harus selalu disertai upaya peningkatan kualitas dan kompetensinya. Mungkin dengan
strategi ini harapan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan secara mudah, merata dan
berkualitas dapat tercapai.
Perawat RN yang
bertanggung jawab
terhadap obat
Perawat RN
yangmemberikan terapi
Asisten keperawatan
/perawatan higienik
Bagian administrasi
Pasien/klien
d. pengawasan:
o melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan
yang diberikan kepada pasien;
o melalui supervisi
pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,
mengamati sendiri, atau melalui laporan langsung secara
lisan, dan memperbaiki/ mengawasi kelemahan kelemahan
yang ada saat itu juga;
pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas;
evaluasi,
mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama
ketua tim;
audit keperawatan.
Perawat penanggung jawab
Staf keperawatan
Staf keperawatan
Staf keperawatan
Staf keperawatan
Staf keperawatan
Staf keperawatan
Pasien/Klien
Pasien/Klien
Pasien/Klien
3. MAKP Primer
Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan. antara pembuat rencana asuhan dan
pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.
- Kelebihan:
o bersifat kontinuitas dan komprehensif;
o perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil, dan
o memungkinkan pengembangan diri;
o keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah
sakit (Gillies, 1989)..
Perawat primer
Pasien /klien
Perawat
Perawat associate(sesuai
Perawat associate(sore kebutuhan)
associate(malam hari)
hari)
4. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien
akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif, dan tidak ada. jaminan bahwa pasien
akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat
privat/pribadi dalam memberikan asuhan keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan perawatan
intensif (intensive care).
A. Kelebihannya:
o perawat lebih memahami kasus per kasus;
o sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
B. Kekurangannya:
o belum dapat diüdentifikasi perawat penanggung jawab;
o perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.
Cherie, A., & Gebrekidan, A. B. (2005). Lecture Notes Nursing Leadership and
Management. 283.
Swansburg, R.C. (2006). Management & leadership for nurse administration. Boston: Jones
& Bartlert Pub.