Anda di halaman 1dari 27

AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PELAYANAN PADA BALAI

BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) MAKASSAR

Ria Chaerani, Hasiah, S.E., M.Com., Ak., Andi Nurul Istiyana, S.ST., M.Acc.

riachaerani.98@gmail.com

Abstrack

The purpose of this research is to to ensure that the services function of the

Center for Community Lungs Health (BBKPM) of Makassar has been running

effectively and efficiently in carrying out its function. The analytical method of

this research by using the operational audit stage, such as a preliminary survey,

review and testing of management control systems, detailed testing and report

development.

The results shows that the Center for Community Lung Health (BBKPM) of

Makassar has run efficiently, but has not been running effectively based on

service activities that have been carried out in accordance with standard operating

procedures. It said to has been efficient because all the targets of the budget had

been achived. It said to has not been effectively because activities in the

emergency unit (IGD) are still disturbed in service at night because the supporting

unit only serves until 15.00 WITA. Furthermore, the limited time for specialist

doctors caused delays in checkup during the day, so patients were advised to come

back tomorrow. Then the latter is said to be ineffective because some service

activities are not started on time according to operational hours.

Keywords: Operational Audit, Services Function

1
1. Pendahuluan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun

2016 Tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan adalah

suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya

pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang

dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Oleh

karena itu, setiap orang berhak mendapatkan pelayanan dari fasilitas kesehatan

yang disediakan oleh pemerintah. Pelayanan dari fasilitas kesehatan tersebut

diharapkan memenuhi kualitas pelayanan yang diekspektasikan oleh masyarakat.

Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan adalah Balai kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif kepada masyarakat yang berfokus pada pelayanan kesehatan tertentu.

Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar dipilih sebagai

Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan RI memiliki tugas pokok dan

fungsi yang spesifik dalam pelayanan kesehatan paru, promosi dan pemberdayaan

masyarakat, serta diklat dan penelitian kesehatan paru masyarakat. Sebagai sarana

pelayanan kesehatan satu-satunya yang berkecimpung secara khusus dalam

bidang kesehatan paru di Sulawesi Selatan dan Kawasan Timur Indonesia, maka

seyogianya mampu dan dapat mewadahi serta menjadi rujukan semua sarana

kesehatan dalam penanganan berbagai permasalahan kesehatan paru yang ada

(Laporan Tahunan BBKPM Tahun 2018). Sehingga dengan tugas pokok tersebut,

BBPKM Makassar memiliki tanggung jawab dalam menyediakan sarana dan

2
prasarana yang terbaik dalam memberikan pelayanan kesehatan paru-paru kepada

masyarakat.

Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tentunya suatu fasilitas

kesehatan mengutamakan pelayanan yang diberikan kepada penderita/pasien.

Dalam kegiatan pelayanan tersebut, tentunya ada beberapa risiko yang dihadapi.

Berdasarkan rencana strategis bisnis Balai Besar Kesehatan Paru Masayarakat

(BBKPM) Makassar 2015-2019, untuk mewujudkan visi 2019 yaitu “Menjadi

Rumah Sakit Khusus Paru Kelas A Unggulan Pada Tahun 2019”, ada

beberapa risiko yang akan dihadapi, dan salah satunya adalah risiko pelayanan.

Risiko pelayanan merupakan risiko yang berkaitan dengan keberlangsungan jasa

pelayanan di masa depan. Risiko pelayanan ini berkaitan dengan salah satu

sasaran strategis, yaitu terwujudnya peningkatan kepuasan pelanggan. Risiko

pelayanan ini tercantum pada rencana strategis bisnis BBKPM Makassar 2015-

2019, dan risiko pelayanan tersebut berupa 1) kurang tertibnya pencatatan dan

pelaporan atas komplain, 2) tindak lanjut atas komplain masih kurang, dan 3)

SDM kurang ramah. Risiko pelayanan ini dengan tingkat, dampak, frekuensi

terjadinya masing-masing.

Kegiatan operasional suatu organisasi dengan risiko yang telah teridentifikasi

dapat tetap berjalan secara efektif dan efisien dengan didukung oleh pengendalian

internal. Dalam Messier dkk (2014: 192), Pengendalian internal memainkan peran

penting tentang bagaimana manajemen memenuhi pelayanan atau tanggung jawab

lembaga. Manajemen membutuhkan sistem pengendalian yang menghasilkan

informasi yang dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan. Pengendalian

3
internal bertujuan untuk memperbaiki efisiensi operasional, mendorong ketaatan

terhadap kebijakan yang telah ditetapkan dan mematuhi hukum dan peraturan

yang berlaku. Selain itu, dalam Arvianita (2015: 3), pengendalian internal

berfungsi untuk mengendalikan seluruh kegiatan yang terdapat dalam sebuah

perusahaan. Dengan demikian, maka pengendalian internal berguna untuk

memastikan kegiatan operasional tetap berjalan secara efektif dan efisien.

Fungsi pelayanan merupakan fungsi yang mengadakan aktivitas pelayanan

kesehatan berupa promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif untuk melayani

masyarakat. Kegiatan promotif adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih

mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan berupa pengenalan,

sosialisasi program atau gerakan kesehatan dari pemerintah agar masyarakat tetap

sehat. Kegiatan preventif adalah kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah

kesehatan maupun penyakit. Kegiatan kuratif adalah kegiatan pengobatan yang

ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat

penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas

penderita dapat terjaga seoptimal mungkin. Kegiatan rehabilitatif adalah kegiatan

untuk mengembalikan bekas penderita agar dapat kembali beraktivitas di dalam

lingkungan masyarakat.

Fungsi/bagian pelayanan khususnya pada Balai Besar Kesehatan Paru

Masyarakat (BBKPM) Makassar terdiri atas unit Instalasi Gawat Darurat (IGD),

unit rawat jalan, dan unit rawat inap. Secara umum, unit Instalasi Gawat Darurat

(IGD) memberikan tindakan medis yang dibutuhkan oleh pasien gawat darurat

dalam waktu segera untuk menyelematkan nyawa dan pencegahan kecacatan.

4
Sedangkan unit rawat jalan adalah unit pelayanan kesehatan yang memberikan

pelayanan kepada pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi

medis dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa tinggal di ruang rawat inap.

Sedangkan yang terakhir adalah unit rawat inap merupakan unit yang memberikan

pelayanan kepada pasien untuk observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan,

rehabilitas medis, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya dengan menempati

tempat tidur. Sub bagian pelayanan pada Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat

(BBKPM) Makassar dipimpin oleh Kepala Seksie Bidang Pelayanan di bawah

pimpinan Kepala Bidang Pelayanan dan Penunjang Kesehatan.

Berdasarkan Laporan Tahunan BBKPM tahun 2017 dan 2018, ditemukan

aspek kepuasan pelanggan yang merupakan salah satu sasaran strategis dalam dua

tahun berturut-turut belum berhasil mencapai target yang telah ditentukan, yakni

77,80% dari target 80% untuk tahun 2017, dan 79% dari target 80% untuk tahun

2018. Selain itu dalam daftar pengaduan pelanggan dari kurun waktu tahun 2017-

2019, masih terdapat pengaduan dari pasien/keluarga pasien atas pelayanan yang

diberikan oleh Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar.

Maka dari laporan tahunan yang menunjukkan target aspek kepuasan pelanggan

belum tercapai dan masih adanya pengaduan dari pasien/keluarga pasien.

Pengaduan yang disampaikan pasien/keluarga pasien seperti pada tanggal 25

Januari 2017 untuk bagian Pulmonologi, yang mengeluhkan penyampaian secara

tidak menyenangkan yang dilakukan oleh petugas, begitu pula dengan bagian

Radiologi pada tanggal 11 Juli 2017, yang menyampaikan bahwa pelayanan

kurang memuaskan. Selain itu terdapat pengaduan seperti pembayaran dan

5
tindakan yang tidak sesuai yang dilakukan, keramahan yang dikeluhkan, dan

kejelasan prosedur untuk pasien non paru yang keluhannya disampaikan pada

tanggal 6 Desember 2017. Selanjutnya adalah adanya keluhan tentang pelayanan

rawat inap yang dipilih pasien, dimana pasien memilih pelyanan rawat inap kelas

2, tetapi hak-hak yang diterima pasien seperti pelayanan rawat inap kelas 3 yang

disampaikan pada tanggal 27 Februari 2018. Selanjutnya pada tanggal 22 Februari

2019 adanya keluhan dari pasien yang harus mendaftarkan dirinya di loket

pendaftaran pasien baru dikarenakan nomor antreannya tercecer tetapi pasien ini

merupakan pasien lama BBKPM Makassar. Keluhan yang paling baru

disampaikan pada tanggal 2 Agustus 2019 dimana adanya kesalahan nama dan

nomor register pada pelayanan laboratorium, dan mengeluhkan pelayanan yang

diterima tidak memuaskan.

Selain aspek kepuasan pada 2017-2018 yang belum tercapai dan masih

adanya aduan dari pelanggan hingga tahun 2019, berdasarkan hasil observasi yang

telah dilakukan, ditemukan bahwa pasien yang baru pertama kali mendaftar

sebagai pasien Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar

pernah tidak mendapatkan layanan dikarenakan pemberi layanan seperti dokter

spesialis hanya melayani hingga pukul 11.00 WITA karena keterbatasan waktu

yang dimiliki dokter spesialis, selanjutnya ditemukan bahwa pemeriksaan

terkadang tidak dilakukan tepat waktu saat jam operasional dimulai dikarenakan

beberapa dokter dan perawat datnag terlambat.

Untuk menilai apakah bagian/fungsi yang menjalankan pelayanan kepada

pelanggan telah menjalankan fungsinya secara efektif dan dapat menggunakan

6
cara audit operasional. Audit operasional dipilih karena audit operasional

mempunyai tujuan untuk menilai kinerja dari manajemen dan fungsi yang akan

diaudit, yakni bagian yang berkaitan dengan pelayanan kepada pelanggan. Audit

operasional juga bertujuan untuk menilai apakah sumber daya organisasi telah

digunakan secara efisien dan ekonomis dalam memberikan pelayanan kepada

pelanggan. Kemudian, audit operasional bertujuan untuk menilai efektivitas

sebuah unit/bagian dalam mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

Selain itu, hasil kegiatan audit operasional dapat memberikan rekomendasi untuk

memperbaiki kelemahan yang ditemukan dalam menjalankan strategi untuk

mencapai tujuan.

2. Metode Penelitian

2.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian lapangan yaitu dengan

mengunjungi Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar secara

langsung untuk melakukan pengambilan data, menyebarkan kuesioner dan

melakukan wawancara.

2.2 Sumber Data

2.2.1 Data Berdasarkan Sifatnya

Dalam Siyoto & Ali Sodik (2015: 68-69), data penelitian berdasarkan

bentuk dan sifatnya, dibedakan dalam dua jenis, yaitu:

1) Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk

angka. Data kualitatif dalam penelitian ini adalah hasil wawancara, hasil

pengolahan kuisioner, dan hasil analisis dokumen;

7
2) Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Data

kuantitatif ini dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan

matematika atau statistika. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah

kuesioner yang berjumlah 76 untuk pegawai dari total poulasi sebesar 76

pegawai dan 30 kuesioner untuk pasien/keluarga pasien, data jumlah

pengaduan pasien/keluarga pasien, dan data jumlah kunjungan pasien.

Perhitungan sampel pegawai didasarkan pada setiap aktivitas yang diwakili

oleh setiap pegawai dalam menjalankan aktivitas pelayanan. Sedangkan

perhitungan sampel kuesioner untuk pasien/keluarga pasien didasarkan pada

jumlah sampel survei kepuasan pelanggan yang dilakukan dalam rangka

pembuatan LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) tahun

2019, yaitu sebanyak 30 responden.

2.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, seperti:

2.3.1 Metode Dokumentasi

Beberapa dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:

1) Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan pasien;

2) Gambaran umum Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)

Makassar;

3) Struktur Organisasi dan Job Description pada Balai Besar Kesehatan Paru

Masayarakat (BBKPM) Makassar;

4) Dokumen penunjang lainnya.

8
2.3.2 Metode Kuesioner

Dalam Gultom (2014: 34), kuisioner merupakan teknik pengumpulan data

melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara

tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau

tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Teknik kuesioner ini

ditujukan kepada pegawai bagian pelayanan dan pasien/keluarga pasien. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini akan menggunakan teknik non

probability sampling dengan metode sampling aksidental dimana penentuan

sampel berdasarkan kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dipakai sebagai

sampel, jika dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok jika dijadikan

sebagai sumber data (Siyoto & Ali Sodik, 2015: 66).

Pembagian kuesioner bagi pegawai pelayanan digunakan untuk memastikan

pengendalian internal telah disediakan dan dijalankan oleh pegawai pada Balai

Besar Kesehatan Paru Masayarakat (BBKPM) Makassar. sedangkan kuesioner

akan dibagikan kepada pasien/keluarga pasien Balai Besar Kesehatan Paru

Masayarakat (BBKPM) Makassar untuk mengetahui pelayanan kesehatan yang

diberikan telah memenuhi syarat pelayanan kesehatan dan memenuhi kepuasan

pasien/keluarga pasien.

2.3.3 Metode Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengetahui secara lebih jelas alur pelayanan

kepada pasien, kendala yang terjadi pada saat pelayanan, dan kebijakan dalam

pelayanan yang diberikan. Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak terkait yang

9
menangani bidang pelayanan pada Balai Besar Kesehatan Paru Masayarakat

(BBKPM) Makassar.

2.3.4 Studi Literatur

Dalam Dwiyanti (2019: 47), studi literatur digunakan sebagai landasan

kegiatan penelitian, studi literatur ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan

memahami literatur, karya ilmiah, dan buku-buku yang berisi uraian tentang teori,

temuan dan bahan peneliti.

2.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teknik analisis

deskriptif kualitatif. Teknik ini menurut Siyoto dan Ali Sodik (2015: 121), adalah

upaya untuk mengungkap makna dari data penelitian dengan cara mengumpulkan

data sesuai dengan klasifikasi tertentu. Oleh karena itu, hasil dari penelitian ini

adalah interpretasi hasil dari penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan

tahapan dalam audit operasional.

Adapun tahapan dalam audit operasional yang dilakukan adalah:

1) Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dan gambaran

umum mengenai organisasi khususnya bidang/fungsi pelayanan. Adapun yang

cara yang dilakukan adalah dengan:

a) Mencari dokumen yang diperlukan;

b) Membagikan kuesioner kepada pasien/keluarga pasien;

c) Wawancara.

10
2) Penelaahan dan Pengujian atas Sistem Pengendalian Manajemen

Dalam tahap ini, dilakukan review terhadap data yang telah dikumpulkan yang

khususnya berkaitan dengan bidang/fungsi pelayanan. Hal tersebut dimaksudkan

untuk mendapatkan bukti-bukti atas temuan sementara yang diperoleh.

Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan pihak terkait untuk

mengetahui perencaanaan, kebijakan, dan prosedur - prosedur pelayanan, serta

anggaran yang berkaitan dengan pelayanan. Kemudian peneliti melakukan review

terhadap sistem pengendalian manajemen yang mencakup perencanaan, kebijakan

dan prosedur-prosedur yang ditetapkan dan bagaimana praktik yang dijalankan.

Tahap ini dilakukan dengan membagikan kuesioner berupa ICQ (Internal Control

Questionnaire) pada beberapa pegawai yang terkait dengan bidang/fungsi

pelayanan, serta melakukan wawancara dengan pihak yang berkaitan dengan

anggaran.

3) Pengujian Terinci

Pada tahap ini, peneliti melakukan pemeriksaan terhadap pelayanan yang

dilakukan untuk mengetahui apakah prosesnya telah sesuai dengan kebijakan yang

telah ditetapkan manajemen atau telah terjadi penyimpangan terhadap kriteria

dengan bukti-bukti yang telah ditemukan. Bukti-bukti tersebut kemudian

dianalisis untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan sehingga peneliti dapat

memberikan rekomendasi kepada manajemen.

11
4) Pengembangan Laporan

Setelah pengujian terinci, peneliti akan membuat hasil audit atau laporan audit.

Laporan ini terdiri atas: Bab I: Executive Summary, Bab II: Dasar, Tujuan, dan

Ruang Lingkup Pemeriksaan, Bab III: Temuan Pemeriksaan atas Program Audit.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Hasil

Tujuan dari audit operasional pada bagian pelayanan Balai Besar Kesehatan

Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar adalah untuk mengetahui apakah aktivitas

pada bagian pelayanan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)

Makassar telah berjalan secara efektif dan efisien. Dari hasil penelitian, ditemukan

bahwa Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar telah berjalan

efisien dengan beberapa catatan, tetapi belum sepenuhnya dikatakan efektif.

Dikatakan telah dikatakan efisien namun belum sepenuhnya efektif dikarenakan:

1) Pemanfaatan anggaran yang telah ditetapkan telah dipergunakan sesuai

dengan target yang ditentukan sebelumnya, namun terdapat angka anggaran

yang terlalu besar ditetapkan, yaitu anggaran untuk pengadaan alat

kesehatan sehingga realisasinya hanya 61,60% (persen);

2) Pada bagian IGD ditemukan kendala bahwa pasien tidak bisa diperiksa

darah dan dilakukan rontgen pada malam hari karena pemeriksanya seperti

radiolog hanya berada di rumah sakit sampai jam kerja;

3) Pada bagian SMF Pulmonologi ditemukan kendala bahwa pasien baru tidak

mendapatkan layanan pemeriksaan pada siang hari dan harus kembali esok

12
hari dikarenakan keterbatasan waktu dokter spesialis dalam memberikan

pelayan hingga pukul 11.00 WITA;

4) Pada bagian SMF Interna dan Fisioterapi (penunjang kesehatan) ditemukan

kendala bahwa pemeriksaan pasien tidak dilakukan tepat waktu dikarenakan

sebagian dokter dan perawat datang terlambat.

13
3.2 Pembahasan

Tabel 3.1 Daftar Temuan Pemeriksaan pada Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar
No. Aktivitas Kondisi Frekuensi Kriteria Sebab Akibat Rekomendasi
Keterjadian
1 Pemeriksaan Dokter tidak bisa Tidak Pemeriksaan Unit pelaksana Tertundanya Penambahan
darah dan memberikan tindak diketahui dan Observasi (unit radiologi perawatan jam kerja
rontgen. lanjut perawatan dikarenakan oleh dokter di dan lab sampel) lanjutan kepada untuk tenaga
kepada pasien di keterbatasan IGD harus hanya beroperasi pasien sehingga medis yang
malam hari karena penelitian. dilengkapi hingga pukul memengaruhi berkompeten
tidak ada hasil dengan 15.00 WITA. tingkat dalam
pemeriksaan. pemeriksaan keparahan pengecekan
darah dan penyakit darah dan
rontgen untuk pasien. rontgen untuk
mengetahui membantu
tindakan unit IGD
perawatan dalam
selanjutnya. pelayanan
malam hari.
2 Pemeriksaan Pasien baru tidak Dua (2) Seluruh pasien Adanya 1. Bagi Penambahan
SMF mendapatkan layanan kali selama baik pasien keterbatasan pasien, pasien jam kerja dan
Pulmonologi pemeriksaan pada penelitian baru dan waktu dokter baru tidak shift dokter
siang hari dan harus berlangsun pasien lama spesialis dalam mendapatkan hingga waktu
kembali esok hari. g yang sudah memberikan layanan pelayanan
(terjadi mendaftar pelayanan hingga pemeriksaan selesai untuk
pada harus dilayani pukul 11.00 oleh dokter dokter
tanggal 30 hingga pukul WITA. spesialis spesialis
Juli dan 13 15.00 WITA. dengan sehingga

14
Agustus segera seluruh pasien
2020). sehingga dapat
akan diperiksa.
memperburuk
kesehatan
pasien.
2. Bagi
rumah sakit,
pemberian
layanan tidak
dilakukan
dengan
maksimal
oleh rumah
sakit.
Pemeriksaan Pemeriksaan kepada Dua (2) kali Jam dokter dan Sebagian dokter Pasien Mengevaluasi
SMF Interna pasien tidak selama perawat dan perawat menunggu jam datang
dan dilakukan tepat penelitian ditetapkan datang dokter dan dokter dan
Fisioterapi waktu. berlangsung pukul 08.00 terlambat. perawat untuk perawat pada
(penunjang (terjadi WITA sudah mendapatkan finger print
kesehatan). pada berada di pemeriksaan. machine dan
tanggal 28 rumah sakit. memberikan
Juli dan 7 teguran
Agustus kepada dokter
2020). dan perawat
yang datang
terlambat.

15
3.2.1 Mengukur Efektivitas atas Fungsi Pelayanan pada Bagian Pelayanan dan

Penunjang Kesehatan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)

Makassar

Efektivitas pelayanan dikatakan berhasil jika memenuhi 3 (tiga) aspek yaitu

aspek waktu, kecermatan dan gaya pemberian layanan menurut Siagian (2007:

60). Pada Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar untuk

aktivitas pelayanan dinilai belum berjalan secara efektif dikarenakan:

1) Pelayanan unit instalasi gawat darurat (IGD) terhambat dalam pemeriksaan

darah dan rontgen pasien jika telah malam hari dikarenakan unit pendukung,

yaitu unit radiologi dan lab sampel hanya beroperasi hingga pukul 15.00 WITA

sehingga dokter tidak bisa memberikan tindak lanjut perawatan kepada pasien

karena tidak ada hasil pemeriksaan. Hal ini mengakibatkan tertundanya

perawatan lanjutan kepada pasien sehingga memengaruhi tingkat keparahan

penyakit pasien. Dari pemaparan diatas, maka tertundanya pemeriksaan darah

dan rontgen maka mempengaruhi waktu pemberian layanan IGD yang

semestinya memberikan observasi selama 8 jam tetapi dapat lebih lama;

2) Pelayanan pada rawat jalan khususnya pada poli SMF Pulmonologi tidak

berjalan maksimal dikarenakan pasien yang baru terdaftar sebagai pasien Balai

Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar tidak mendapatkan

pelayanan pemeriksaan pada siang hari dan harus kembali esok hari

dikarenakan dokter spesialis pemeriksaan mengalami keterbatasan waktu

pelayanan hanya sampai pukul 11.00 WITA sedangkan seluruh waktu

pelayanan dijadwalkan hingga pukul 15.00 WITA. Hal tersebut dapat

16
mengakibatkan pasien tidak mendapatkan layanan pemeriksaan oleh dokter

spesialis sehingga akan memperburuk kesehatan pasien. Selain itu, kejadian

tersebut mengakibatkan pemberian layanan tidak dilakukan dengan maksimal

oleh rumah sakit;

3) Pelayanan pada unit rawat jalan khususnya pada poli SMF Interna dan

Fisioterapi pada penunjang kesehatan belum berjalan secara maksimal

dikarenakan beberapa dokter dan perawat datang terlambat dan menyebabkan

pelayanan tidak berjalan tepat waktu sesuai jam operasional yaitu pada pukul

08.00 WITA. Sehingga dengan kondisi tersebut pasien menunggu dokter dan

perawat untuk mendapatkan pemeriksaan.

Berdasarkan beberapa kondisi diatas, maka faktor waktu yang

menjadi salah satu faktor efektivitas pelayanan tidak tercapai. Sedangkan

untuk kedua aspek lain, Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat

(BBKPM) Makassar telah memberikan pelayanan yang cermat

dikarenakan telah memenuhi mengikuti arahan SOP dan pemberian

layanan yang ramah kepada pasien.

Berdasarkan rencana strategis bisnis Balai Besar Kesehatan Paru Masayarakat

(BBKPM) Makassar 2015-2019, untuk meminimalkan dampak dari risiko yang

telah teridentifikasi, maka ditetapkanlah rencana mitigasi risiko yang sesuai

dengan risiko pelayanan. Rencana mitigasi risiko yang ditetapkan adalah 1)

pelatihan dan pemantapan unit pelaksana, 2) pengembangan prosedur dan

koordinasi, dan 3) pendidikan dan pelatihan SDM. Setelah dilakukan penelitian,

17
ditemukan bahwa rencana mitigasi risiko telah dilakukan seperti penetapan bagian

hubungan masyarakat dalam hal penanganan komplain baik dari pencatatan dan

18
pelaporan, pengembangan prosedur komunikasi bagian pelayanan dan bagian hubungan masyarakat untuk menangani tindak lanjut,

dan pelatihan yang dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

Tabel 3.2 Anggaran yang Berkaitan dengan Pengembangan Layanan

No Kegiatan Anggaran Keluaran

. Alokasi Realisasi % Target Capaian %

1 Pengadaan Alkes Rp 1.563.144.000 Rp 963.050.200 61.60 3 Unit 3 Unit 100

2 Pengadaan Obat-Obatan & Rp 9.728.188.000 Rp 9.726.821.369 99,98 8 Paket 8 Paket 100

BMHP

3 Pengembangan SDM Rp 447.185.000 Rp 432.121.000 96,63 1 Tahun 1 Tahun 100

4 Pengadaan Cleaning Rp 800.000.000 Rp 799.936.800 99,99 1 Paket 1 Paket 100

Service

Sumber: Data olahan, 2020.

19
3.2.2 Mengukur Efisiensi atas Fungsi Pelayanan pada Bagian Pelayanan dan

Penunjang Kesehatan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)

Makassar

Berdasarkan kriteria efisiensi, maka penyelenggaran urusan lebih tepat pada

tingkat pemerintahan dimana terdapat perbandingan terbaik antara cost

penyelenggaraan sutau urusan dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh

dengan penyelenggaraan urusan (Umar, 2017:4). Pada Balai Besar Kesehatan

Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar dikatakan telah memenuhi kriteria efisiensi

dengan beberapa catatan dikarenakan:

1) penyusunan anggaran dilakukan berdasarkan pendekatan anggaran berbasis

kinerja (Performance Based Budgeting) sehingga menitikberatkan pada

capaian target dari angka anggaran yang ditetapkan. Beberapa anggaran yang

berkaitan dengan pengembangan pelayanan telah digunakan sesuai target

seperti kegiatan pengadaan alkes (alat kesehatan) yang telah digunakan untuk

pengadaan 3 unit dari target 3 unit alat kesehatan, alokasi anggaran pengadaan

obat-obatan dan BMHP (bahan medis habis pakai) yang telah digunakan untuk

pengadaan 8 paket dari target 8 paket BMHP, alokasi anggaran pengembangan

SDM (sumber daya manusia) yang telah digunakan selama 1 tahun dari target 1

tahun kegiatan pengembangan SDM, serta alokasi anggaran pengadan cleaning

service yang telah digunakan untuk 1 paket dari target 1 paket kegiatan

pengadaan cleaning service. Penetapan angka anggaran untuk target kegiatan

telah memperhatikan kisaran biaya yang akan digunakan, tetapi untuk

pengadaan alkes (alat kesehatan), bagian pengadaan tidak memperhatikan

20
kisaran harga untuk pembelian 3 alat kesehatan dengan menetapkan angka

anggaran sebesar Rp 1.563.144.000 untuk realisasi yang hanya sebesar Rp

963.050.200 sehingga angka anggaran untuk pengadaan alkes terlalu besar dan

menyebabkan realisasi anggaran hanya 61,60% (persen);

4. Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi

pelayanan pada Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar

dinilai telah memenuhi kriteria efisiensi dengan beberapa catatan, namun belum

sepenuhnya berjalan efektif. Dikatakan telah berjalan efisien, namun belum

sepenuhnya efektif dikarenakan hal-hal berikut:

1) Penyusunan anggaran pada Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)

Makassar dilakukan berdasarkan pendekatan anggaran berbasis kinerja

(Performance Based Budgeting) sehingga menitikberatkan pada capaian target

dari angka anggaran yang ditetapkan. Beberapa anggaran yang berkaitan

dengan pengembangan pelayanan telah digunakan sesuai target diantaranya

pengadaan alkes (alat kesehatan), pengadaan obat-obatan dan BMHP (bahan

medis habis pakai), pengembangan SDM (sumber daya manusia), dan

pengadaan cleaning service. Penetapan angka anggaran untuk target kegiatan

telah memperhatikan kisaran biaya yang akan digunakan, tetapi untuk

pengadaan alkes (alat kesehatan), bagian pengadaan tidak memperhatikan

kisaran harga untuk pembelian 3 alat kesehatan dengan menetapkan angka

anggaran sebesar Rp 1.563.144.000 untuk realisasi yang hanya sebesar Rp

21
963.050.200 sehingga angka anggaran untuk pengadaan alkes terlalu besar dan

menyebabkan realisasi anggaran hanya 61,60% (persen);

2) Pada unit instalasi gawat darurat (IGD) terhambat dalam pemeriksaan darah

dan rontgen pasien jika telah malam hari hari dikarenakan unit pendukung

seperti radiologi untuk layanan rontgen dan pemeriksaan darah oleh lab sampel

hanya melayani hingga pukul 15.00 WITA sehingga menghambat tindakan

lajutan yang akan diberikan oleh dokter. Selanjutnya pelayanan pada rawat

khususnya pada poli SMF Pulmonologi tidak berjalan maksimal dikarenakan

adanya penundaan pemeriksaan pada pasien yang baru terdaftar sebagai pasien

Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar dikarenakan

keterbatasan waktu dokter spesialis dalam melakukan pelayanan. Kemudian

yang terakhir dikatakan belum efektif dikarenakan pelayanan pada rawat jalan

unit poli SMF Interna dan fisioterapi pada penunjang kesehatan belum berjalan

maksimal dikarenakan beberapa dokter dan perawat datang telambat dan

menyebabkan pelayanan tidak berjalan tepat waktu sesuai jam operasional.

4.2 Saran

Setelah melakukan tahapan audit operasional atas fungsi pelayanan pada

Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar, maka peneliti

memberikan saran kepada:

1) Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar

Dari hasil penelitian dengan akses data penelitian yang terbatas, maka temuan-

temuan yang diemukan hanya dalam penyimpangan pada aturan dasar seperti jam

operasional yang terlambat, dokter spesialis yang selesai sebelum jam operasional

22
selesai, dan penundaan pelayanan dikarenakan unit penunjang yang tertutup.

Selain itu, peneliti hanya dapat mengkritisi anggaran yang berkaitan dengan

pelayanan bersumber dari LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah) yang dapat diakses oleh publik.

Maka dengan kondisi seperti itu, maka peneliti memberikan saran bagi pihak

manajemen untuk sebaiknya menambah layanan shift tenaga medis yang

berkompeten dalam hal pengecekan darah dan rontgen dan ditempatkan di ruang

instalasi gawat darurat (IGD) pada malam hari untuk menunjang pemeriksaan

pasien IGD. Selanjutnya, pihak manajemen juga menambah jam kerja dan shift

dokter pada unit SMF Pulmonologi hingga waktu pelayanan selesai untuk dokter

spesialis sehingga seluruh pasien dapat diperiksa. Selain itu, untuk penetapan

anggaran yang berkaitan dengan pengadaan, sebaiknya bagian pengadaan

melakukan survei harga barang yang akan dibeli sehingga akan membuat kisaran

harga dengan angka anggaran yang ditetapkan tidak terlalu besar selisihnya.

Kemudian yang terakhir, disarankan kepada pihak manajemen sebaiknya

mengevaluasi jam datang dokter dan perawat pada finger print machine dan

memberikan teguran kepada dokter dan perawat yang datang terlambat.

2) Peneliti Selanjutnya

Penelitian kali ini lebih berfokus bagaimana fungsi pelayanan Balai Besar

Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar menjalankan operasionalnya

selama ini dengan anggaran yang berkaitan dengan pengembangan layanan,

namun dengan keterbatasan penelitian ini, peneliti menyarankan untuk peneliti

selanjutnya agar dapat memperdalam analisis mengenai bagian tersebut agar hasil

23
penelitian selanjutnya dapat membantu menyelesaikan temuan-temuan yang

ditemukan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2011. Auditing (Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh


Akuntan Publik). Edisi 4, Jakarta: Salemba Empat.
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing (Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh
Akuntan Publik). Buku 1 Edisi 4, Jakarta: Salemba Empat.
Arvianita, Rezky Retno. 2015. Pengaruh Audit Operasional Dan Pengendalian
Internal Terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan Pada Rumah
Sakit (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Queen Latifa Yogyakarta).
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2010. Penilaian Risiko. Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan, Jakarta.
Bayangkara, IBK. 2015. Audit Manajemen Prosedur dan Implementasi. Jakarta:
Salemba Empat.
Dwiyanti, Nurfitri. 2019. Audit Manajemen Berbasis Risk Assessment Pada
Departemen Finance and Accounting PT Pelita Terang Makmur Di
Makassar. Skripsi. Makassar: Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Gultom, Donna Adelina. 2014. Peranan Audit Operasional Terhadap Peningkatan
Mutu Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum
Makassar. Skripsi. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Hasiah, Muhammad Arsyad dan Sukriah. 2016. Desain Model Matriks Penilaian
Risiko (Risk Assessment) dalam Perencanaan audit Umum (Studi
pada Satuan Pengawas Internal (SPI), Bagian Keuangan dan
Bagian Pengadaan barang dan Jasa Politeknik Negeri Ujung
Pandang. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan (INFA6K).
Hery. 2019. Auditing (Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi). Jakarta: PT
Gramedia
Kuswati, Ratna Esa. 2017. Kualitas Pelayanan Publik Di Kecamatan Tanjungsari
Kabupaten Gunungkidul. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat (BBKPM) Makassar 2019. (2020). (Online),
(http://balaiparumakassar.com), diakses 22 Juni 2020.

Laporan Tahunan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar


2017. 2017. (Online), (http://balaiparumakassar.com), diakses 13 Januari 2020.
Laporan Tahunan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar
2018. 2018. (Online), (http://balaiparumakassar.com), diakses 06
Februari 2020.

25
Lestari, Sri. 2016. Pengukuran Kinerja Dengan Pendekatan Balanced Scorecard
Pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong Tahun 2013
dan 2014. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Messier, William F dkk. 2014. Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Sistematis.
Dialihbahasakan oleh Denies Priantinah & Linda Kusumaning
Wedari. Jakarta: Salemba Empat
Nugraha, Alank. 2015. Audit Operasional Terhadap Fungsi Personalia Pada PT
Tanah Mas Celebes Indah (TMCI) Makassar. Skripsi. Makassar:
Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Pasorong, Gebra Michael. 2018. Audit Manajemen Berbasis Risk Assessment atas
Fungsi Instalasi Farmasi pada RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo,
Makassar. Skripsi. Makassar: Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah. 2008. Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan. (Online). (www.bpkp.go.id), diakses
05 Juli 2020.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang
Pola Tarif Badan Layanan Umum Rumah Sakit Di Lingkungan
Kementerian Kesehatan. 2013. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. (Online), (http://www.hukor.kemkes.go.id), diakses 22
September 2020.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 2008
Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. 2008.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (Online),
(http://www.hukor.kemkes.go.id), diakses 22 September 2020.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2016 Tentang
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 2016. Presiden Republik
Indonesia. (Online). (www.persi.or.id), diakses 12 april 2020.
Rencana Strategis Bisnis Balai Besar Kesehatan Paru Masayarakat (BBKPM)
Makassar 2015-2019. 2014. (Online),
(http://balaiparumakassar.com), diakses 17 Juni 2020.
Respati, Shinta Ayu. 2015. Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan Dengan
Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Di Puskesmas Halmahera
Kota Semarang Tahun 2014. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Rukmana, Herdiyanti. 2016. Audit Operasional Untuk Meningkatkan Efisiensi
Dan Efektivitas Kegiatan Penyaluran Kredit (Studi Kasus Pada
Koperasi Unit Desa Dadi Jaya Kabupaten Pasuruan). Skripsi.
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

26
Siyoto, Sandu dan Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Cetakan ke-1
Yogyakarta: Literasi Media Publishing.
Suryani, Irene Puspita dkk. 2015. Analisis Audit Operasional Untuk Menilai
Efisiensi, Efektivitas, Dan Ekonomisasi Bagian Produksi (studi
pada PT Sindu Amirtha Pasuruan). Jurnal Administrasi Bisnis Vol.
20 No. 1. (Online)
(http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id), diakses 04 Juni
2020.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
2009. Presiden Republik Indonesia. Badan Pemeriksa Keuangan
RI. (Online). (https://peraturan.bpk.go.id/), diakses 22 September
2020.
Widodo, Muji. 2018. Audit Berbasis Risiko Pada PT. SP. Jurnal Ekonomi dan
Kewirausahaan Kreatif Vol. 3 No. 2. (Online).
(https://journal.stienugresik.ac.id), diakses 06 Juli 2020.
Wowor, Hetmi dkk. 2016. Pelayanan Kesehatan Di Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal
Ilmu Sosial & Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan Edisi XX
Volume 3. (Online). (https://media.neliti.com), diakses 05 Juni
2020.

27

Anda mungkin juga menyukai