Anda di halaman 1dari 9

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

“APBN DAN APBD”

Disusun Oleh :

MUH.NURFAUZY ANSHAR 46116078


ALYA AIDHILLAH A. BASO 46116083
NUR ANISA 46116094

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


PROGRAM STUDI AKUNTANSI MANAJERIAL
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat
Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan
makalah Akuntansi Sektor Publik yang berjudul “APBN dan APBD” dengan baik
dan lancar.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh sebab itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kami.
Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami selaku
penyusun makalah ini dan lebih khususnya kepada pembaca pada umumnya.

Penyusun

(Kelompok 4)
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN

SIKLUS APBN/D

APBN atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan suatu anggaran
dana milik pemerintah negara yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan
negara. Program negara yang direncanakan juga diwujudkan melalui APBN ini.
Dalam siklus APBN ini, Anda bisa mengetahui penjelasan alur perencanaan
dan penganggaran hingga pelaporan APBN.
1. Proses Perencanaan dan Penganggaran APBN

APBN sangatlah penting bagi negara untuk menjalankan setiap program yang
dicanangkan. Peran APBN ini sangat penting dan diharapkan perencanaan hingga
pelaporan yang dikenal dengan siklus APBN dapat dijalankan dengan baik tanpa
ada hambatan. Setiap pihak yang terlibat harus berupaya menghasilkan APBN
yang terpadu dan tepat dalam alokasinya.

Berkaitan dengan hal tersebut, proses perencanaan dan penganggaran APBN


harus dijalankan dengan baik. Setiap pihak yang berperan dalam proses ini harus
merencanakan bagaimana perolehan sumber pendapatan negara, jenis, program
alokasi dana, hingga rincian penganggarannya seperti apa.

Framework dengan pendekatan penyusunan anggaran berdasarkan riset juga


mampu menjamin keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran.
Siklus ini menghasilkan RAPBN yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Keuangan
2. Pembahasan APBN

Tahap kedua dalam siklus APBN adalah pembahasan APBN. Kegiatan


pembahasan ini dilakukan antara pemerintah dengan DPR serta pertimbangan dari
DPD. Pembahasan ini menghasilkan RUU APBN setelah membahasa secara
tuntas mengenai RAPBN yang sudah dihasilkan dalam siklus pertama. Dalam
tahap ini, DPR berperan menetapkan RUU APBN.
3. Penetapan APBN
Setelah pembahasan APBN dengan hasil berupa RUU APBN, maka dalam tahap
selanjutnya yaitu penetapan APBN, maka terdapat pengkajian ulang terhadap
RUU APBN yang sudah disepakati. Menteri Keuangan memberitahukan dokumen
pelaksanaan anggaran untuk setiap kementerian sebagai alokasi dana untuk
pelaksanaan program di setiap lembaga kementerian.
4. Pelaksanaan APBN

Setelah sahnya dokumen dalam penetapan APBN dengan alokasi dana ke setiap
lembaga kementerian dan berbagai lapisan pemerintah, terdapat pelaksanaan
APBN. Pengguna anggaran dapat menggunakan anggaran dari APBN dengan
bijak dan sesuai dengan program negara yang sudah ditetapkan dalam program
kerja setiap pengguna APBN.
5. Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Tahap terakhir dalam siklus ini adalah pelaporan dan pertanggungjawaban.


Bersamaan dengan pelaksanaan APBN, setiap pelaksana program pemerintah atau
pengguna APBN tentu harus mengadakan pelaporan dan pertanggungjawaban
mengenai dana APBN yang sudah terpakai pada setiap periode.

Pelaporan tersebut disusun dalam bentuk Laporan Arus Kas. Semua laporan
tersebut diakumulasikan dan disusun secara keseluruhan oleh Menteri Keuangan
yang berkedudukan sebagai pengelola fiskal yang selanjutnya laporan ini
disampaikan kepada presiden sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN.

Seperti itulah siklus APBN Indonesia yang digunakan untuk menjalankan


program negara dan memenuhi setiap kebutuhan negara. Mulai dari penjelasan
alur perencanaan dan penganggaran hingga pelaporan dan pertanggung
jawaban APBN, dapat diketahui bahwa APBN harus dikelola secara sistematis
dan jelas alokasinya.

SIKLUS APBD
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun
anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Siklus pengelolaan anggaran secara garis besar terdiri dari:
1. Penyusunan dan Penetapan APBD;
2. Pelaksanaan dan Penatausahaan APBD;
3. Pelaporan dan Pertanggungjawaban APBD.
Penyusunan APBD berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah dalam
rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan
bernegara. APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD ditetapkan setiap tahun dengan peraturan daerah.

PROSES PENYUSUNAN APBN/APBD


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) yang
dipersentasikan setiap tahun oleh eksekutif, memberi informasi rinci kepada
DPR/DPRD dan masyarakat tentang program-meningkatkan kualitas kehidupan
rakyat, dan bagaimana program-program tersebut dibiayai.
Proses penyusunan anggaran memunyai empat tujuan,yaitu :

1. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskaldan meningkatkan


koordinasi antarbagian dalam lingkungan pemerintah.
2. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang
dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.
3. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
4. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada
DPR/DPRD dan masyarakat luas.

Faktor dominan yang terdapat dalam proses penganggaran adalah :

1. Tujuan dan target yang hendak dicapai


2. Ketersediaan sumber daya (faktor-faktor produksi yang
dimilikipemerintah)
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target
4. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi anggaran, seperti : munculnya
peraturan pemerintah yang baru,fluktuasi pasar,perubahan sosial dan
politik,bencana alam,dsb.

Pengelolaan keuangan publik melibatkan beberapa aspek, yaitu aspek


penganggaran,aspek akuntansi, aspek pengendalian,dan aspek auditing. Aspek
penganggaran mengantisipasi pendapatan dan belanja (revenues and
expenditures), sedangkan aspek akuntansi terkait dengan proses
mencatat,mengolah,dan melaporkan segala aktivitas penerimaan dan pengeluaran
(receipts and disbursments) atas dana pada saat anggaran dilaksanakan. Kedua
aspek tersebut dianggap penting dalam manajemen keuangan publik. Namun,
diantara kedua aspek tersebut aspek penganggaran dianggap sebagai isu sentral
bila dipandang dari sisi waktu. Kalau aspek akuntansi lebih bersifat
“retrospective” (pencatatan masa lalu), maka aspek penganggaran lebih bersifat
“prospective” atau “anticopatory” (perencanaan masa yang akan datang). Karena
aspek penganggaran dianggap sabagai isu sentra, maka para manajer publik perlu
mengetahui prinsip-prinsip pokok yang ada pada siklus anggaran.

ILUSTRASI PENYUSUNAN ANGGARAN PEMERINTAH

1. Pemerintah pusat
Ada enam sumber ketidakpastian yang berpengaruh besar dalam penentuan
volume APBN, yakni :
1) harga minyak bumi dipasar internasional;
2) kuota produksi minyak mentah yang ditentukan oleh OPEC;
3) pertumbuhan ekonomi ;
4) inflasi
5) suku bunga; dan
6) nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika(USD).

Komponen APBN
Secara garis besar, APBN terdiri dari 5 komponen utama yaitu pendapatan
negara dan hibah, belanja negara, keseimbangan primer, surplus/defisit
anggaran,dan pembiayaan.
2. Pemerintah daerah
Berdasarka kebijakan umum APBD, strategi dan plafon sementara telah
ditetapkan pemerintah dan DPRD, kepala satuan kerja perangkat daerah selaku
pengguna anggran akan menyusun rencana kerja dan anggaran satuan kerja
perangkat daerah (RKA-SKPD)tahun berikutnya dengan pendekatan berdasarkan
kinerja yang akan dicapai. Setelah dokumen rancangn perda mengenai APBD
terususun, pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang
APBD tersebut, disertai dengan penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya
kepada DPRD pada minggu pertama pada bulan oktober.
3. LSM
Beberapa organisasi nirlaba mempunyai lebih dari satu program, dan masing-
masing program harus merencanakan tahapan kinerja terkait dan arus kas yang
dibutuhkan. Pada dasarnya, organisasi LSM berusaha meminimalkan biaya
overhead atau biaya administrasi, yaitu biaya pendukung sumber daya yang
menopang organisasi dan program secara keseluruhan.
Hal yang harus diperhatikan dalam penganggaran organisasi LSM :
1) Identifikasi kegiatan yang dilakukan dalam organisasi secara rinci
2) Kegiatan yang dilakukan dalam proyek disesuaikan terlebih dahulu dengan
tujuan dan output yang terdapat dalam visi dan misi organisasi.
3) Menyiapkan rencana kerja kegiatan yang mengacu pada rencana program
4) Aturan umum dalam rencana anggaran,yakni pendapatan dan pengeluaran
5) Setelah mengembangkan proyeksi anggaran yang baik, bandingkan keuangan
6) dan strategi pembayarannya.
4. Yayasan
Anggaran tidak boleh menjadi rahasia internal yayasan yang bersangkutan dan
harus dinformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi
masukan. Anggaran yayasan merupakan akuntabilitas atas pengelolaan dana publik
dan pelaksanaan program yang dibiayai dengan uang publik. Anggaran yayasan
berisi rencana kegiatan yang dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan
pendapatan dan belanja dalam satuan moneter.
5. Partai politik
Sumber pendanaan yang terdapat dalam partai politik adalag sebagai
berikut:
v Keuangan partai politik bersumber dari : iuran anggota, sumbangan yang sah
menurut hukum, dan bantua dari anggaran negara.
v Sumbangan yang sah menurut hukum dapat berupa uang, barang, fasilitas,
peralatan, dan/atau jasa.
v Bantuan dari anggaran negara yang diatur dalam peraturan pemerintah diberikan
secara proposional kepada partai politik yang mendapatkan kursi di lembaga
perwakilan rakyat.
v Sumbangan dari anggota dan bukan dari anggota yang sah menurut hukum paling
banyak senilai Rp 200.000.000,- dalam waktu 1 tahun.
v Sumbangan dari badan atau perusahaan yang sah menurut hukum paling banyak
senilai Rp 800.000.000,- dalam waktu 1 tahun.
Salah satu kegunaan anggaran partai politik adalah untuk kampanye, yang
merupakan momen khusus dalam rangkaian pemilu yang disediakan oleh KPU bagi
para kontestan pemilu.

Anda mungkin juga menyukai