Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AKUNTANSI PUBLIK

REGULASI DAN STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DAN ORGANISASI


SECTOR PUBLIC; UU & PP TENTANG KEUANGAN PUBLIK

Kelompok 1 :

Muh. Nurfauzy Anshar 3204312021

Sri Buana 3304312021

Naurah Nazhifah Agussalim 3604312021

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERITAS MUSLIM INDONESIA

2021

1
REGULASI DAN STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DAN ORGANISASI
SECTOR PUBLIC; UU & PP TENTANG KEUANGAN PUBLIK

REGULASI DAN STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Pada era keterbukaan seperti sekarang ini, informasi berperan penting bagi
kita semua. Informasi merupakan sarana komunikasi efektif antar anggota
masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya atau antara suatu entitas
tertentu dengan masyarakat di sekitarnya. Pada kondisi tersebut, penyajian
informasi yang utuh akan menciptakan transparansi dan pada gilirannya akan
mewujudkan akuntabilitas publik.

Regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam
proses pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah pusat,
pemerintah daerah, partai politik, yayasan, LSM, organisasi keagamaan atau
tempat peribadatan, dan organisasi sosial masyarakat lainnya.

a. Keuangan Negara

1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Undang-undang ini merupakan tonggak sejarah yang mengawali reformasi


keuangan negara menuju pengelolaan keuangan yang efisien dan modern.
Beberapa hal penting yang diatur dalam undang-undang ini adalah:

 Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara


 Penyusunan dan penetapan APBN
 Penyusunan dan penetapan APBD
 Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral,
pemerintah daerah, serta pemerintah/lembaga asing.

2
 Hubungan keuangan antara pemerintah dan perusahaan negara,
perusahaaan daerah, perusahaan swasta, serta badan pengelola dana
masyarakat.
 Pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD

2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

Yang dimaksud dengan perbendaharaan negara dalam undang-undang ini


adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk
investasi dan kekayaan yang dipisahkan yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.
Yang diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 ini adalah:

 Ruang lingkup dan asas umum perbendaharaan negara


 Kewenangan pejabat perbendaharaan negara
 Pelaksanaan pendapatan dan belanja negara/daerah
 Pengelolaan uang keuaangan negara/daerah
 Pengelolaan piutang dan utang negara/daerah
 Pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah
 Penatausahaan dan pertanggungjawaban APBN/APBD
 Pengendalian internal pemerintah
 Penyelesaian kerugian negara/daerah
 Pengelolaan keuangan badan layanan umum

b. Otonomi Daerah

Berdasarkan amanat UUD 1945, pemerintah daerah memiliki otonomi


daerahnya sendiri untuk mengurus pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan daerah tersebut. Maka, sejak diberlakukannya UU Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dimana pemerintah melaksanakan
otonomi daerahnya dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintah yang
lebih efisien, efektif, dan bertanggung jawab. Namun, setelah tiga tahun
pelaksanaan otonomi daerah terdapat banyak aspek yang menimbulkan

3
kerancuan. Selain itu, disadari bahwa UU Nomor 22 Tahun 1999 sudah tidak lagi
sesuai dengan perkembangan keadaan dan tuntutan penyelenggaraan otonomi
daerah yang lebih efisien. Oleh karena itu, dikeluarkanlah undang-undang
pengganti, yaitu:

1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


2. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Perubahan peraturan perundangan tersebut dilandasi oleh beberapa alasan:

1. Adanya semangat desentralisasi yang menekankan pada upaya efektivitas


dan efisiensi pengelolaan sumber daya daerah.
2. Adanya semangat tata kelola yang baik yang mengedepankan
transparansi, akuntabilitas, dan mendekatkan masyarakat dengan proses
pengambilan keputusan.
3. Adanya konsekuensi berupa penyerahan urusan dan pendanaan yang
mengatur hak dan kewajiban daerah terkait dengan keuangan daerah.
4. Perlunya penyelarasan dengan paket Undang-undang Keuangan Negara,
yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, UU Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara, serta UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.

c. Organisasi Nirlaba

Beberapa bentuk organisasi nirlaba yang umum dikenal adalah:

1. Yayasan

Regulasi tentang yayasan diatur dalam UU RI Nomor 16 Tahun 2001 yang


menjamin kepastian dan ketertiban hukum agar yayasan dapat berfungsi sesuai
dengan maksud dan tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan dan

4
akuntabilitas kepada masyarakat. Kemudian UU tersebut diperbarui menjadi UU
Nomor 28 Tahun 2004 dan didukung dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63
Tahun 2008 mengenai Undang Undang tentang Yayasan.

2. Partai Politik

Regulasi tentang partai politik pertama kali diatur dalam UU Nomor 2


Tahun 1999. UU ini diperbaharui dengan keluarnya UU Nomor 31 Tahun 2002
tentang Partai Politik. Kemudian UU Nomor 31 Tahun 2002 kembali diperbarui
pada tahun 2008 melalui UU Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

3. Badan Hukum Milik Negara (BHMN) dan Badan Hukum Pendidikan (BHP)

BHMN adalah badan usaha yang bersifat non-profit yang dibentuk untuk
mengakomodasikan kebutuhan khusus dalam rangka “privatisasi” lembaga
pendidikan yang memiliki karakteristik tersendiri. Seiring perkembangan pada
dunia Pendidikan tinggi di Indonesia, pada tahun 2008 disahkanlah UU tentang
Badan Hukum Pendidikan (BHP) yang merupakan badan hukum penyelenggaraan
pendidikan formal dengan berprinsip nirlaba yang memiliki kemandirian dalam
pengelolaannya dengan tujuan memajukan satuan pendidikan.

4. Badan Layanan Umum (BLU)

BLU adalah instansi non-profit di lingkungan pemerintah yang memberikan


pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang/jasa. BLU dibentuk
untuk mempromosikan peningkatan layanan publik melalui fleksibilitas
pengelolaan keuangan BLU yang dikelola secara profesional dengan menonjolkan
produktivitas, efisiensi dan efektivitas.

Wacana tentang BLU dalam regulasi di level UU disebut dalam UU Nomor 1


Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Level regulasi dibawahnya yang
secara khusus menjelaskan tentang BLU adalah peraturan pemerintah Nomor 23
Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan badan layanan umum.

5
DASAR HUKUM KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

A.    Dasar Hukum Keuangan Negara

            Wujud pelaksanaan keuangan negara tersebut dapat diidentifikasikan


sebagai segala bentuk kekayaan, hak, dan kewajiban negara yang tercantum
dalam APBN dan laporan pelaksanaannya.

            Pelaksanaan kewajiban atau tugas-tugas pemerintah tersebut dapat


berupa pengeluaran dan diakui sebagai belanja negara. Dalam UUD 1945
Amandemen IV, secara khusus diatur mengenai Keuangan Negara, yaitu pada
BAB VIII pasal 23 yang berbunyi sebagai berikut :

1.      Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan setiap tahun dengan Undang-


Undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang
diusulkan Pemerintah, maka Pemerintah menjalankan anggaran tahun lalu.

2.      Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-Undang

3.      Jenis dan harga mata uang ditetapkan dengan Undang-Undang

4.      Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan Undang-undang

5.      Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu


Badan Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-
Undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, ditetapkan Undang-undang


tentang APBN untuk tahun anggaran bersangkutan. Penyusunan APBN bukan
hanya untuk memenuhi ketentuan konstitusional yang dimaksud pada pasal 23
ayat (1) UUD 1945, tetapi juga sebagai dasar rencana kerja yang dilaksanakan
oleh pemerintah dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Oleh karena itu,
penyusunannya didasarkan atas Rencana Strategi dalam UU Propenas, dan

6
pelaksanaannya dituangkan dalam UU yang harus dijalankan oleh Presiden/Wakil
Presiden dan Menteri-menteri serta pimpinan Lembaga Tinggi Negara Lainnya.

B.     Dasar Hukum Keuangan Daerah

Berdasarkan pasal 18 UUD 1945, tujuan pembentukan daerah otonom


adalah meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintah untuk melayani
masyarakat dan melaksanakan program pembangunan. Dalam rangka
penyelenggaraan daerah otonom, menurut penjelasan pasal 64 Undang-undang
No. 5 tanhun 1974, fungsi penyusunan APBD adalah untuk :

1.      Menentukan jumlah pajak yang dibebankan kepada Rakyat Daerah yang


bersangkutan

2.      Mewujudkan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab

3.      Memberi isi dan arti kepada tanggung jawab pemerintah daerah umumnya dan
kepala daerah khususnya, karena anggaran pendapatan dan belanja daerah itu
menggambarkan seluruh kebijaksanaan pemerintah daerah

4.      Melaksanakan pengawasan terhadap pemerintahan daerah dengan cara yang


lebih mudah dan berhasil guna.

5.      Merupakan suatu pemberian kuasa kepada kepala daerah untuk melaksanakan


penyelenggaraan Keuangan Daerah didalam batas-batas tertentu.

REGULASI YANG TERKAIT DENGAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

    Peraturan Pemerintah Nomor 71 Sebagai Regulasi Terkini di Indonesia

Dalam UU 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 1 angka 13, 14, 15,
dan 16, dapat dilihat bahwa definisi pendapatan dan belanja negara/daerah
berbasis akrual karena disana disebutkan bahwa : Pendapatan negara/daerah
dalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai

7
kekayaan bersih dan Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Namun kita
diperkenankan untuk transisi karena saat itu praktik yang ada adalah dengan
menggunakan basis kas, dimana pendapatan dan belanja diakui saat uang
masuk/keluar ke/dari kas umum negara/daerah. Dispensasi ini tercantum dalam
Pasal 36 ayat 1 UU 17 Tahun 2003 yang intinya ketentuan mengenai pengakuan
dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-
lambatnya dalam 5 (lima) tahun, artinya sampai dengan tahun 2008. Untuk masa
transisi itulah PP  24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah terbit,
dimana kita memakai basis Kas Menuju Akrual (Laporan Realisasi Anggaran
berdasarkan basis kas, Neraca berdasarkan basis Akrual). Dalam pelaksanaan PP 
24 Tahun 2005 tersebut hingga Laporan Keuangan Pemerintah tahun 2008
selesai diaudit di tahun 2009, ternyata opini yang didapat pemerintah saat itu
masih menyedihkan. Untuk itulah, Pemerintah akhirnya berkonsultasi dengan
Pimpinan DPR, dan disepakati bahwa basis akrual akan dilaksanakan secara
penuh mulai tahun 2014.

Pada tahun 2010 terbit PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi


Pemerintah sebagai pengganti PP 24 tahun 2005. Diharapkan setelah PP ini terbit
maka akan diikuti dengan aturan-aturan pelaksanaannya baik berupa Peraturan
Menteri Keuangan untuk pemerintah pusat maupun Peraturan Menteri Dalam
Negeri untuk pemerintah daerah. Ada yang berbeda antara PP 71 tahun 2010 ini
dengan PP-PP lain. Dalam PP 71 tahun 2010 terdapat 2 buah lampiran. Lampiran
I merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual yang akan
dilaksanakan selambat-lambatnya mulai tahun 2014, sedangkan Lampiran II
merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Kas Menuju Akrual yang
hanya berlaku hingga tahun 2014.

Lampiran I berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh
setiap entitas (strategi pentahapan pemberlakuan akan ditetapkan lebih lanjut

8
oleh Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri), sedangkan Lampiran II
berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan
SAP Berbasis Akrual. Dengan kata lain, Lampiran II merupakan lampiran yang
memuat kembali seluruh aturan yang ada pada PP 24 tahun 2005 tanpa
perubahan sedikit pun.

Perbedaan mendasar dari sisi jenis laporan keuangan antara Lampiran I dan
Lampiran II adalah sebagai berikut:

Lampiran I

- Laporan Anggaran (Budgetary Reports): Laporan Realisasi Anggaran,


Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
- Laporan Keuangan (Financial Reports): Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan
Lampiran II

- Laporan terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas,
dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Dengan perbedaan jenis Laporan Keuangan yang akan dihasilkan, otomatis
penjelasan pada setiap Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) yang
terkait dengan masing-masing Laporan Keuangan akan mengalami perubahan.

Perbedaan daftar isi pada Lampiran I dan Lampiran II adalah sebagai berikut:

Lampiran I

- Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan


- PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
- PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas;
- PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
- PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
- PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;

9
- PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
- PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
- PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
- PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
- PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang Tidak
Dilanjutkan;
- PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian.
- PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.
Lampiran II

- Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan


- PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
- PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;
- PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
- PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
- PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
- PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
- PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
- PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
- PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
- PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa;
- PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;

Kedua daftar isi hampir serupa karena memang kebijakan yang diambil oleh
Komite Standar Akuntansi Pemerintah saat mengembangkan Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis akrual ini adalah dengan beranjak dari PP 24 tahun 2005
yang kemudian dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap PP 24 tahun 2005

10
itu sendiri. Dengan strategi ini diharapkan pembaca PP 71 tahun 2010 nantinya
tidak mengalami kebingungan atas perubahan-perubahan tersebut karena lebih
mudah memahami perubahannya dibandingkan jika langsung beranjak dari
penyesuaian atas International Public Sector of Accounting Standards (IPSAS)
yang diacu oleh KSAP.

Perkembangan Standar Di Sektor Publik

a. Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik

Banyak entitas yang merupakan organisasi sektor publik yang


mengimplementasikan akuntansi dalam sistem kuangannya. Akan tetapi, praktik
akuntansi yang dilakukan memiliki perbedaan terlebih pada proses pelaporan
keuangan. Hal tersebut dikarenakan oleh belum banyaknya pemerintah suatu
negara menerbitkan standar baku akuntansi untuk mengatur praktik akuntansi
bagi organisasi sektor publik.

Berdasarkan hal tersebut, Internatiol Federation of Accountant (IFAC)


membentuk komite khusus yang diberi nama “The Public Sector Commitee” dan
bertugas menyusun standar akuntansi sektor publik yang berlaku secara
internasinal yang disebut International Public Sector Accounting Standarts—
IPSAS (Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik). Komite ini tidak hanya
menyusun standar tetapi juga membuat program yang sistematis yang
mendorong IPSAS oleh entitas-entitas publik di seluruh dunia. Untuk mendukung
tugasnya, komite mengacu pada International Accounting Standards---IAS
(Standar Akuntansi Internasional) dan juga menggunakan sumber-sumber lain
seperti peraturan perundangan, asosiasi profesi, dan berbagai organisasi lain
yang bergerak dalan akuntansi sektor publik.

Jika suatu negara telah memiliki arahan dan peraturan hukum yang
menuntut pelaporan keuangan organisasi sektor publik maka IPSAS tidak

11
dimaksudkan sebagai pengganti peraturan tersebut. Dalam hal ini, IPSAS dapat
digunakan oleh negara tersebut untuk pengembangan standar baru atau
merevisi standar tersebut untuk meningkatkan komparabilitas laporan keuangan
organisasi sektor publik secara internasional, sedangkan bagi negara yang belum
memiliki, IPSAS dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyusun standar.

IPSAS meliputi serangkaian standar yang dikembangkan untuk basis akrual


(accrual basis), namun juga terdapat suatu bagian IPSAS yang terpisah guna
merinci kebutuhan untuk basis kas (cash basis).

Cakupan yang diatur dalam IPSAS meliputi seluruh organisasi sektor publik
termasuk lembaga pemerintah baik pusat, regional, daerah dan komponen-
komponen kerjanya.

b. PSAK 45

Ruang lingkup PSAK 45 tidak berlaku bagi lembaga pemerintah,


departemen, dan unit-unit sejenis lainnya. Namun, setelah mengalami revisi
pada tahun 2010 maka PSAK 45 dapat diterapkan oleh lembaga pemerintah dan
unit-unit sejenis lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Tujuan PSAK 45 ialah untuk mengatur pelaporan keuangan entitas nirlaba


sehingga diharapkan dapat lebih muda dipahami, memiliki relavansi, dan
memiliki daya banding yang tinggi.

Laporan keuangan entitas nirlaba yang diatur dalam PSAK 45 terdiri dari:

 Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode laporan


 Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporan
 Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan
 Catatan atas laporan keuangan

c. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

12
Untuk memecahkan berbagai kebutuhan yang muncul dalam pelaporan
keuangan, akuntansi dan audit di pemerintahan Republik Indonesia maka
dibentuk standar akuntansi pemerintahan yang dibentuk oleh komite SAP.

Pada tanggal 8 Mei 2000 dibentuk Kompartemen Akuntan Sektor Publik di


IAI. Salah satu programnya adalah penyusunan standar akuntansi keuangan
untuk berbagai unit kerja pemerintah. Kemudian dihasilkan Exposure Draft
Standar akuntansi Sektor Publik. Ada enam eposure draft yang dikeluarkan:

1. Penyajian laporan keuangan


2. Laporan arus kas
3. Koreksi surplus defisit, kesalahan fundamental, dan perubahan kebijakan
akuntansi
4. Dampak perubahan nilai tukar mata uang luar negeri
5. Kos pinjaman
6. Laporan keuangan konsolidasi dan entitas kendalian

Publikasi tersubut mendorong pemerintah untuk mengeluarkan standar


akuntansi pemerintahan sampai kemudian undang-undang tentang kuangan
negara ditetapkan oleh menteri keuangan yaitu Keputusan Menteri Keuangan
Nomor: 308/KMK.012/2002 tanggal 13 juni 2002 tentang Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan (KSAP) pusat dan daerah, sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangn Nomor:
379/KMK.021/2004 tanggal 6 agustus 2004.

KSAP terdiri atas komite konsulatif dan komite kerja yang bertugas
menyiapkan penyusunan konsep Rancangan Peraturan Pemerintahtentang
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagai prinsip akuntansi yang wajib
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah baik
pusat ataupun daerah.

Dalam menyusun SAP, digunakan materi yang diterbitkan oleh:

13
1. International Federation of Accountant (IFAC)
2. International Accounting Standards Committee (IASC)
3. International Monetary Fund (IMF)
4. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
5. Financial Accounting Standards Board (FASB)
6. Governmental Accounting Standards Board (GASB)
7. Perundang-undangan dan peraturan pemerintah lainnya yang berlaku di
indonesia
8. Organisasi profesional lainnya diberbagai negarayang membidangi
pelaporan keuangan akuntansi dan audit pemerintahan

Pengembangan SAP mengacu pada praktik-praktik terbaik di tingkat


international, dengan tetap mempertimbangkan kondisi di Indonesia, baik
peraturan perundangan dan praktik-praktik akuntansi yang berrlaku maupun
kondisi sumber daya manusia. Selain itu, strategi peningkatan kualitas pelaporan
keuangan pemerintahan dilakukan dengan proses transisi menuju basis akrual.
Saat ini, pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat berbasis kas; sementara
aktiva, kewajiban, dan ekuitas dana dicatat berbasis akrual.

SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, baik pusat maupun daerah dan


dinas-dinasnya. Dengan diterapkannya SAP ini, diharapkan akan meningkatkan
kualitas pelaporan keuangan di pemerintah pusat dan daerah sehingga informasi
keuangan pemerintah akan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di
pemerintahan dan juga terwujudnya transparansi serta akuntabilitas.

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) ini terdiri atas sebuah kerangka


konseptual dan 11 pernyataan, yaitu:

 PSAP 01         Penyajian Laporan Keuangan


 PSAP 02         Laporan Realisasi Anggaran
 PSAP 03         Laporan Arus Kas
 PSAP 04         Catatan atas Laporan Keuangan

14
 PSAP 05         Akuntansi Persediaan
 PSAP 06         Akuntansi Investasi
 PSAP 07         Akuntansi Aset Tetap
 PSAP 08         Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
 PSAP 09         Akuntansi Kewajiban
 PSAP 10       Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan
Peristiwa Luar Biasa
 PSAP 11         Laporan Keuangan Konsolidasi

Organisasi Sektor Publik

Menurut Prof. Dr. Taliziduhu Ndraha organisasi public adalh organisasi yang
didirikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa public dan layanan
civil. Organisasi public adalah organisasi terbesar yang mewadahi seluruh lapisan
masyarakat dengan ruang lingkup Negara dan mempunyai kewenangan yang
abash (terlegitimasi) di bidang politik, administrasi pemerintah, dan hukum
secara terlembaga sehinga mempunyai kewajiban melindungi warga negaranya,
dan melayani keperluannya, sebaliknya berhak pula memungut pajak untuk
pendanaan, serta menjatuhkan hukuman sebagai sanksi penegakan peraturan.

Tipe Organisasi Sektor Publik


Setiap organisasi, baik yang berstruktur formal maupun informal, pasti
mempunyai tujuan spesifik dan unik yang hendak dicapai. Untuk mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan tersebut setiap organisasi akan mengonsumsi
sejumlah input untuk menghasilkan output, dalam arti setiap organisasi akan
melakukan transformasi sumber-sumber ekonomi dari bentuk yang satu menjadi
bentuk lain yang lebih bermanfaat atau bernilai lebih tinggi. Tujuan tiap-tiap
organisasi sangat bervariasi tergantung pada tipe organisasi. Pada dasarnya
terdapat 4 (empat) jenis tipe organisasi, yaitu (1) pure profit organization, (2)
quasi profit organization, (3) quasi non-profit organization dan (4) pure non-

15
profit organization. Perbedaan empat tipe organisasi tersebut terutama dilihat
dari tujuan operasi dan sumber pendanaannya. Berikut diuraikan karakteristik
dari keempat tipe organisasi tersebut.
1. Pure Profit Organization
Tujuan organisasi ini adalah menyediakan atau menjual barang dan/atau jasa
dengan maksud utama untuk memperoleh laba sebanyak-banyaknya sehingga
bisa dinikmati oleh para pemilik. Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari
investor dan kreditor.

2. Quasi Profit Organization


Tujuan organisasi ini adalah menyediakan atau menjual barang dan/atau jasa
dengan maksud untuk memperoleh laba dan mencapai sasaran atau tujuan
lainnya sebagaimana yang dikehendaki para pemilik. Sumber pendanaan
organisasi ini berasal dari investor swasta, investor pemerintah, kreditor, dan
para anggota.

3. Quasi Non-profit Organization


Tujuan organisasi ini adalah menyediakan atau menjual barang dan/atau jasa
dengan maksud untuk melayani masyarakat dan memperoleh keuntungan
(surplus). Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari investor pemerintah,
investor swasta, dan kreditor.

4. Pure Non-profit Organization


Tujuan organisasi ini adalah menyediakan atau menjual barang dan/atau jasa
dengan maksud untuk melayani dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari pajak, retribusi, utang, obligasi,
laba BUMN/BUMD, penjualan aset negara, dan sebagainya.

16
Perubahan Lingkungan Organisasi Sektor Publik

Berbagai inovasi baru banyak dikembangkan para manajer sektor publik ini
termasuk manajemen kinerja (performance management). Bahkan menurut
Grote (2000), berbagai organisasi sektor publik Amerika terutama agen-agen
pemerintahan justru yang memulai dalam inovasi dan pengembangan
manajemen kinerja. Salah satu upaya agen-agen pemerintahan dalam
memperbaiki organisasinya ini adalah dengan melakukan studi benchmark
dengan sebuah best practices yang disponsori oleh American Productivity and
Quality Center, DDI, and Linkage, Inc.

Berbagai bentuk adaptasi organisasi sektor publik dalam menghadapi


pesatnya perubahan lingkungan antara lain:

1. Struktur yang terlalu birokratik dan bertingkat mengalami pemangkasan.

2. Sistem Sentralisasi mulai banyak diubah menjadi desentralisasi.

3. Melakukan perbaikan kinerja berbasis informasi pengukuran kinerja dan


pemicu (driver) terjadinya tingkat kinerja tertentu.

4. Pengambilan keputusan dilakukan secara cepat sehingga didesain sistem


informasi manajemen yang handal.

5. Adanya pemberdayaan yang sistematis terhadap individu-individu dalam


organisasi.

6. Munculnya kesadaran yang tinggi atas pentingnya ukuran kinerja non-


finansial.

Ciri-Ciri Organisasi Sektor Publik

Organisasi sector public memiliki ciri sebagai berikut:

17
1. Tidak mencari keuntungan finansial
2. Dimiliki secara kolektif oleh public
3. Kepemilikan sumber daya tidak dalam bentuk saham
4. Keputusan yang terkait kebijakan maupun operasi berdasarkan consensus

Lingkup Organisasi Sektor Publik

Ruang lingkup organisasi sector public, antara lain :

a. Bergerak dalam lingkungan yang sangat kompleks dan variative


b. Sector public menyerap banyak tenaga kerja
c. Factor lingkup yang mempengaruhi yaitu:
 Factor ekonomi, yang meliputi:
1. Pertumbuhan ekonomi
2. Tingkat inflasi
3. Tenaga kerja
4. Nilai tukar mata uang
5. Infrasturktur
6. Pertumbuhan pendapatan per kapita (GNP/GDP)
 Factor politik yang meliputi :
1. Hubungan negara dan masyarakat
2. Legitimasi pemerintah
3. Tipe rezim yang berkuasa
4. Ideoligi negara
5. Elit politik dan massa
6. Jaringan internasional
7. Kelembagaan
 Factor kultular, yang meliputi:
1. Keragaman suku, ras, agama, Bahasa dan budaya
2. System nilai di masyarakat
3. Historis

18
4. Sosiologi masyarakat
5. Tingkat Pendidikan
 Factor demografi meliputi antara lain :
1. Pertumbuhan penduduk
2. Struktur usia penduduk
3. Migrasi
4. Tingkat Kesehatan

Karakteristik Organisasi Sektor Publik

Organisasi sector public memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Tujuan
2. Aktivitas
3. Sumber pembiayaan
4. Pola pertanggujawaban
5. Kultur organisasi
6. Penyusunan anggaran
7. Stakeholder

19
DAFTAR PUSTAKA

http://layarasdos.blogspot.com/2014/03/kebutuhan-regulasi-dan-standar-
di.html

http://www.academia.edu/8849434/Regulasi_dan_Standar_Sektor_Publik

http://ar-alfajri.blogspot.com/2013/10/regulasi-dan-standar-
internasional.html

20

Anda mungkin juga menyukai