I. Pendahuluan
Dalam laporan keuangan, terdapat tiga kelompok besar yang membagi pos-pos sesuai
dengan fungsinya masing-masing. Salah satu diantaranya adalah aset. Aset merupakan
sejumlah sumber daya ekonomi(kekayaan) yang dikuasai oleh entitas untuk mencapai
tujuan penyelenggaraan operasinya. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (PP No.
71 Tahun 2010), aset pemerintah merupakan sumber daya ekonomi yang dikuasai
dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari persitiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang. Namun, suatu
sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat
umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya juga
dapat diklasifikasikan sebagai aset apabila konteks aset yang dimaksud merupakan aset
pemerintah.
Aset juga bisa menjadi cermin dari nilai kekayaan suatu pemerintah daerah. Pos-pos yang
biasanya menjadi simbol dari kekayaan pemerintah daerah adalah pos aset lancar,
investasi jangka panjang, dana cadangan, aset tetap, dan aset lainnya yang dimiliki.
Analisi atas aset biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekayaan dan
potensi ekonomi pemerintah daerah kedepannya secara lebih mendalam. Dengan
mengetahui kekayaan dan potensi ekonomi pemerintah daerah, masyarakat dapat
melakukan penilaian terkait dengan tingkat stabilitas investasi serta potensi keuntungan
yang bisa didapat, kenyamanan untuk menempati daerah tersebut dilihat dari
kelengkapan sarana dan prasarana publik, kemandirian keuangan pemerintahan daerah,
potensi kerja kemitraan dengan pemerintah daerah, dan lainnya.
Untuk bisa diakui sebagai aset, suatu objek harus memenuhi karakter-karakter berikut:
Analisis atas aset dapat dilakukan dengan bantuan dari data-data keuangan yang
didapatkan dari laporan keuangan. Dengan instrument tersebut, analisis dapat dilakukan
dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Membandingkan nilai dari pos-pos(termasuk akun-akun) dari aset pada neraca tahun
ini dengan tahun sebelumnya.
2. Menghitung proporsi(%) dari masing-masing kelompok aset dengan total aset.
3. Menghitung modal kerja yang dimiliki oleh pemerintah daerah.
4. Menghitung rasio keuangan terkait dengan aset untuk mengetahui kesehatan
keuangan perusahaan.
5. Mengevaluasi hasil perhitungan, menginterpretasikannya untuk kemudian dijadikan
dasar dari prediksi.
Membandingkan nilai dari pos-pos aset digunakan untuk mengetahui perubahan dari aset
pemerintah daerah dalam dua periode berurut namun, semakin lama seri waktu yang
dibandingkan maka hasil analisis juga dapat menjadi lebih kompleks dan komprehensif.
Perubahan dapat berupa kenaikan maupun penurunan. Kenaikan aset bisa menjadi tanda
positif yang menunjukan adanya perkembangan dalam kekayaan dan sebaliknya
penurunan aset bisa menjadi tanda negative dari adanya masalah manajemen dalam
pengelolaan aset.
Beberapa analisis dari aset dapat dilakukan dengan memperhatikan pertumbuhan setiap
pos-pos dan alasan yang mungkin menjadi penyebab pertumbuhannya.
Fokus analis saat melakukan analisis modal kerja adalah untuk menilai apakah
pemerintah daerah memiliki kecukupan keuangan untuk memenuhi kebutuhan
operasional hariannya tanpa harus mencairkan dana dari investasi jangka pendek/jangka
panjang, menggunakan dana cadangan, maupun pos pembiayaan lainnya. Disamping
analis, kreditor juga membutuhkan hasil analisis ini untuk mengetahui apakah sekiranya
pemerintah daerah bisa melunasi kewajibannya bila mendapatkan pinjaman. Semakin
tinggi modal kerja yang dimiliki berarti semakin baik tingkat likuiditas perusahaan.
Rasio keuangan yang berkaitan dengan aset pada neraca pemerintah daerah biasanya
merupakan rasio likuiditas karena perhitungan dalam rasio likuiditas ini akan
menekankan pada kekayaan pemerintah daerah. Disamping rasio likuiditas, terdapat
rasio solvabilitas yang juga terkait dengan aset serta rasio utang yang akan sedikit
berhubungan dengan aset pemerintah daerah namun, penggunaan rasio utang dalam
analisis tidak akan terlalu relevan karena beberapa alasan.
Rasio Likuiditas
o Rasio Kas
Dimanfaatkan untuk menghitung likuiditas pemerintah dalam melunasi
utang jangka pendeknya dengan menggunakan akun kas dan setara
kas(efek yang dapat segera diuangkan, cek, deposit, dll.)
o Rasio Cepat
Rasio yang digunakan untuk membandingkan aktiva lancar tanpa
persediaan dengan kewajiban lancarnya. Kegunaan rasio ini untuk
mengetahui apakah aset lancar tanpa persediaan yang dimiliki oleh
pemerintah daerah dapat melunasi kewajiban lancarnya. Dalam rasio ini,
persediaan dikecualikan karena persediaan tidak bisa dikonversi menjadi
kas secara cepat karena harus melalui proses penjualan dan penerimaan
kas dulu. Disamping dari mengetahui besaran angka likuiditas, rasio ini
juga dapat menunjukkan berapa banyak akun yang likuiditasnya paling
cepat dalam melunasi kewajiban lancar. Semakin tinggi nilai dari rasio
cepat maka akan semakin baik juga tingkat likuiditas perusahaan namun,
normalnya, nilai minimal dari predikat baik rasio ini adalah 1:1.
Aset lancar−Persediaan
Rasio Cepat =
Kewajiban Lancar
o Rasio Lancar
Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar yang
dimiliki oleh pemerintah daerah untuk melihat apakah keseluruhan aset
lancar pemerintah dapat melunasi kewajiban lancarnya. Rasio ini
biasanya menjadi ukuran standar dari penilaian kesehatan keuangan
organisasai. Nilai minimal dari rasio ini untuk tetap bisa menghasilkan
interpretasi bahwa keuangan organisasi sehat adalah 1:1 namun, untuk
bisa memberikan interpretasi bahwa likuiditas organisasi aman
diperlukan rasio dengan hasil 2:1(aktiva:kewajiban).
Aset Lancar
Rasio Lancar=
Kewajiban Lancar
Rasio Solvabilitas
Tidak jauh berbeda dengan rasio likuiditas, rasio solvabilitas juga tetap
memperhitungan kemampuan organisasi dalam melunasi kewajibannya namun,
dalam rasio ini, kewajiban harus diperhatikan secara total baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Rasio ini membandingan keseluruhan aset dengan
keseluruhan kewajiban.
Total Aset
Rasio Solvabilitas=
Total Kewajiban
Rasio Utang
o Rasio Utang Terhadap Aset Modal
Rasio ini akan dihitung untuk mengetahui berapa proporsi aset modal
yang dapat dijadikan untuk pelunasan kewajiban. Dalam konteks ini, aset
modal yang dimaksudkan biasanya mengarah kepada aset tetap
perusahaan. Dalam rasio ini, kewajiban secara keseluruhan akan
dibandingkan dengan jumlah aset modal secara keseluruhan. Namun,
dalam pemerintahan daerah, rasio ini tidak relevan karena sesuai
peraturannya yang ada, tidak dibenarkan bahwa suatu aset modal
dimanfaatkan sebagai jaminan. Disamping itu juga, tidak ada kreditor
yang dapat menyita aset modal pemerintah daerah dengan tujuan untuk
mempailitkan pemerintah daerah.
Total Kewajiban
Rasio Utang Terhadap Modal Aset=
Total Aset Modal
DAFTAR PUSTAKA