1
LATAR BELAKANG
1. Proses pengadaan barang/jasa sebagaimana
yang diatur dalam Bab III, pasal 8 ayat (1)
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 tahun
2010 dan terakhir telah diperbaharui dengan
Perpres Nomor 4 tahun 2015 dimulai dari
penyusunan perencanaan umum pengadaan
barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan
oleh Pengguna Anggaran.
2. Bahwa hampir semua permasalahan
pengadaan barang/jasa dimulai dari
kesalahan menyusun perencanaan
pengadaan barang/jasa baik disengaja
maupun tidak disengaja.
2
TUJUAN BUKU KERJA
1. Menyamakan persepsi dalam melaksanaan
probity audit atas kegiatan perencanaan
pengadaan barang/jasa pemerintah K/L/D/I,
BI/BHMN/BUMN/ BUMD, dan BUL yang
dilaksanakan oleh APIP/SPI.
3
RUANG LINGKUP
Kegiatan perencanaan pengadaan barang/jasa yang
dilaksanakan probity audit di lingkungan Instansi
Pemerintah Pusat dan Daerah, yaitu:
Satuan Kerja Pusat/Daerah,
Kantor,
Dinas,
Unit Pelaksana Teknis Pusat/Daerah,
BI/BHMNBUMN/BUMD dan Badan Usaha Lainnya
4
Tujuan Umum
6
Waktu Pelaksanaan:
7
Aspek-aspek yang diaudit
10
TITIK KRITIS-PERENCANAAN
Rencana kebutuhan pekerjaan konstruksi
K/L/D/I tidak berdasarkan hasil studi
kelayakan serta desain.
Rencana kebutuhan tenaga ahli dalam
pekerjaan konsultansi tidak sesuai dengan
sifat dan jenis pekerjaan konsultansi.
RAB disusun dengan nilai yang tidak wajar
dan tidak didukung oleh standar harga
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Kebijakan Umum tentang pemaketan
pekerjaan belum menerapkan prinsip
efisiensi dan persaingan sehat.
11
TITIK KRITIS-PERENCANAAN
Kebijakan Umum tentang cara pengadaan tidak sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi K/L/D/I serta sifat
kegiatan yang akan dilaksanakan.
Organisasi pengadaan pekerjaan telah dibentuk, namun
kompetensi SDM Pokja ULP masih belum memadai.
Materi KAK belum lengkap dan tidak menggambarkan
dari awal proses pekerjaan sampai dengan selesai
pekerjaan.
Jadwal kegiatan PBJ tidak memberikan alokasi waktu
yang cukup untuk penyelesaian pekerjaan barang/jasa.
RUP sudah disusun, namun belum diumumkan melalui
website K/L/D/I, papan pengumuman resmi untuk
masyarakat, dan portal nasional melalui LPSE secara
lengkap.
12
INDENTIFIKASI KEBUTUHAN
KETENTUAN UMUM
1. PA melakukan identifikasi kebutuhan barang/jasa terhadap
rencana kegiatan yang ada di dalam Renja K/L/D/I dengan
cara melakukan penelaahan terhadap barang/jasa yang
telah tersedia/dimiliki/ dikuasai dapat menggunakan data
base BMN/BMD dan/atau daftar riwayat kebutuhan dari
masing-masing unit/satuan kerja K/L/D/I, sebagai sumber
data dan informasi yang diperlukan;
2. Sesuai dengan kebutuhan riil, yaitu jumlah kebutuhan
dalam renja dikurangi dengan jumlah barang/jasa yang
telah tersedia/dimiliki dan yang sejenis/sesuai spesifikasi;
3. Jumlah kebutuhan ditetapkan dengan mempertimbangkan
besaran organisasi/jumlah pegawai dan beban tugas dan
tanggung jawabnya, dengan mempertimbangkan sekala
prioritas kebutuhan;
4. Dalam hal untuk keperluan penggantian, penetapan jumlah
kebutuhan barang dilakukan dengan mempertimbangkan
prinsip efisiensi dan efektifitas.
13
SKEMA AUDIT- IDENTIFIKASI KEBUTUHAN
18 •Telah didukung
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN
RENCANA PENGANGGARAN
25
SKEMA AUDIT - KERANGKA ACUAN KERJA
(KAK)
30
PENGUMUMAN RUP
PA telah mengumumkan Rencana Umum
Pengadaan Barang/Jasa K/L/D/I secara
terbuka kepada masyarakat luas setelah
rencana kerja dan anggaran (RKA)
K/L/D/I yang bersangkutan disetujui oleh
DPR/DPRD sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
32
Pelaksanaan Probity Audit
Pelaksanaan Probity audit pada tahap
perencanaan pengadaan barang/jasa dapat
dilakukan baik secara real time atau
segera setelah proses penyusunan
perencanaan selesai sebelum anggaran
dibahas dengan dewan dan sebelum RUP
diumumkan, untuk memastikan bahwa
seluruh ketentuan telah diikuti dengan
benar, jujur dan penuh integritas, sehingga
dapat mencegah terjadinya penyimpangan
dalam proses pengadaan barang/jasa.
33
METODOLOGI PROBITY
AUDIT
Desk audit
Field audit/physical check
Benchmarking
Penggunaan tenaga ahli.
34
OUTPUT DAN OUTCOME
Output
Laporan hasil probity audit meyakinkan bahwa proses
pengadaan barang/jasa pada tahap perencanaan
telah sesuai dengan ketentuan pengadaan barang/jasa
yang didasarkan pada prinsip-prinsip integritas,
kebenaran dan kejujuran (probity).
Outcome
Dimanfaatkannya laporan hasil probity audit untuk
pengambilan keputusan oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah dan Direksi BUMN/BUMD/Badan
Usaha Lainnya dalam rangka memperbaiki
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan
pengadaan barang/jasa agar efisien, efektif, terbuka
dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan
akuntabel.
35
PEMANTAUAN TINDAK
LANJUT HASIL PROBITY
AUDIT
Permasalahan-permasalahan yang
ditemukan dalam pelaksanaan audit
sebaiknya segera ditindaklanjuti
tanpa menunggu laporan terbit.
36
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH