Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 15, No. 2, November 2013, 106-116 DOI: 10.9744/jak.15.2.

106-116
ISSN 1411-0288 print / ISSN 2338-8137 online

Pengaruh Postur Motivasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak


Orang Pribadi

Yenni Mangoting
Arja Sadjiarto
Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Petra
Email : yenni@peter.petra.ac.id, arja@peter.petra.ac.id

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivational posture ter-
hadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam melaporkan SPT. Penelitian ini
menggunakan sample sebanyak 36 wajib pajak orang pribadi yang memiliki usaha kecil.
Model analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi berganda.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa motivational posture berupa variabel commitment, capitula-
tion, resistance dan disengagement secara parsial tidak mempengaruhi kepatuhan wajib
pajak orang pribadi dalam melaksanakan kepatuhan pajak, sedangkan faktor motivasi
dengan menggunakan indikator motivational posture berupa variabel game playing secara
parsial mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam melaksanakan kepatuh-
an pajak. Secara bersama-sama, seluruh variabel mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
orang pribadi dalam melaksanakan kepatuhan pajak.

Kata Kunci: Motivasi, Wajib Pajak, commitment, capitulation, resistance, disengagement,


game playing.

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine whether motivational factors using the
motivational indicators of posture affects individual taxpayer compliance in submit the
annual tax return. Samples used are 36 individual taxpayers who run small businesses.
Multiple regression analysis is used to examine the data. The results shows that motivational
factors by using motivational posture indicators such as commitment, capitulation, resistance
and disengagement partially not affect an individual taxpayer in performing tax compliance.
Whereas motivational factors using the game playing indicators partially affects compliance of
the individual taxpayer in performing tax compliance. Simultaneously, all the variables affect
the tax compliance of the individual taxpayer.

Keywords: Motivation, Tax Payer, commitment, capitulation, resistance, disengagement, game


playing.

PENDAHULUAN Di sisi lain, tidak selamanya wajib pajak akan


patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakan-
Pemerintah telah memberikan kepercayaan nya, dalam hal ini kepatuhan formal dalam
penuh kepada Direktorat Jenderal Pajak untuk melaporkan SPT Tahunan. Hal ini tergambar
meningkatkan penerimaan negara dari sektor pada Tabel 2 berikut ini yang menginformasikan
pajak yang dari tahun ke tahun mengalami pe- mengenai kepatuhan wajib pajak dalam melapor-
ningkatan.Harian Jawa Pos, 3 Mei 2013 menurun- kan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2011.
kan berita bahwa pemerintah dalam hal ini Rasio kepatuhan wajib pajak secara total, baik
Direktorat Jenderal Pajak merasa kesulitan dalam wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak
mencapai target penerimaan pajak 2013 sebesar badan, tercatat hanya 52% yang artinya jumlah
Rp. 1.193 triliun. Pergerakan penerimaan dari wajib pajak yang patuh melaporkan SPT Tahunan
sektor pajak pada APBN 2007-2013 dapat dilihat hanya 52% dari jumlah wajib pajak terdaftar.
pada Tabel 1.

106
Mangoting et al.: Pengaruh Postur Motivasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi 107

Tabel 1. Perkembangan APBN 2007-2013


Penerima Pajak (Triliun Rupiah)
Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2012 2013
Real Real Real Real Real APBNP Outlook APBN
Penerimaan perpajakan 491,0 658,7 619,9 723,3 873,9 1.016.2 1.021,8 1.193,0
Sumber: Kementerian Keuangan

Tabel 2. Rasio Kepatuhan Wajib Pajak Melaporkan SPT Tahunan


Penjelasan Wajib Pajak Badan WajibPajak Orang Pribadi Total
Wajib Pajak Terdaftar Wajib Lapor SPT 1.590.154 16.104.163 17.694.317
SPT Tahunan PPh 520.375 8.812.251 9332.626
Rasio Kepatuhan 32,72% 54,72% 52,74%
Sumber: www.ortax.com

Wajib pajak tidak selalu patuh dalam meme- melainkan sering termotivasi oleh banyak faktor
nuhi kewajiban perpajakannya. Perilaku kepatuh- lain seperti norma-norma sosial, moralitas, altru-
an wajib pajak dipengaruhi oleh banyak faktor. isme, dan keadilan.
Misu (2011) membagi kepatuhan pajak dalam dua Penelitian yang dilakukan oleh Braithwaite,
faktor besar yaitu faktor ekonomi dan non eko- Murphy, and Reinhart (2007) menggunakan indi-
nomi. Faktor ekonomi adalah: the level of actual kator postur motivasi (motivational posture) untuk
income,tax rates, tax benefits, penalties, tax audits, mengetahui motivasi wajib pajak dalam meme-
fines, audit probability. Sedangkan faktor non nuhi kepatuhan pajak. Postur motivasi adalah
ekonomi adalah: attitude toward taxes, personal, gabungan dari kepercayaan, sikap, preferensi,
social and national norms, dan perceived fairness of minat, dan perasaan yangsecara simultan akan
tax system. Faktor lain yang mempengaruhi ke- mengkomunikasikan sejauh manasikap suatu
patuhan wajib pajak adalah social behaviors dan individu terhadap kebijakan pemerintah. Postur
enforcement (Davis, Hecth& Perkins, 2003), confi- motivasi menjelaskan sikap wajib pajak yang
dentiality (Laury & Wallace, 2005), tax fairness harus dikelola ketika fiskus membutuhkan per-
(Chittenden & Foster, 2008). ubahan atau menginginkan penjelasan atas suatu
Motivasi juga merupakan faktor yang mem- perilaku pajak atau jarak sosial yang diambil oleh
pengaruhi kepatuhan pajak. Hasil penelitian yang wajib pajak ketika berhadapan dengan fiskus.
dilakukan oleh Alm (2013), menyebutkan bahwa Perilaku pajak yang terkait dengan kepatuhan
keputusan kepatuhan wajib pajak dipengaruhi atau ketidakpatuhan antara lain adalah tidak
oleh utilitas yang akan diperoleh dengan adanya menyampaikan surat pemberitahuan tahunan,
insentif keuangan. Insentif keuangan dibentuk tidak melaporkan pendapatan dalam surat pem-
oleh sanksi dan denda perpajakan, pemeriksaan beritahuan tahunan, keterlibatan dalam shadow
economy, atau tidak melaporkan biaya sesungguh-
pajak dan tarif pajak. Hal ini sejalan dengan teori
nya. Cara pandang atau evaluasi wajib pajak
kriminologi ekonomi, ketika manusia akan ber-
terhadap fiskus tampak dalam lima postur moti-
tindak berdasarkan pertimbangan untuk men-
vasi yang diidentifikasikan dalam penelitian ter-
dapatkan utilitas (utility theory) yang maksimal
sebut adalah 1) commitment, 2) capitulation, 3)
dari sumber daya yang dimiliki (Allingham &
resistance, 4) disengagement dan 5) game playing.
Sandmo, 1972).
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa commit-
Berdasarkan penelitian Alm (2013), dapat
ment adalah tingkatan ketika wajib pajak secara
diartikan bahwa motivasi wajib pajak melaksana- sadar berkeinginan atas kehendaknya sendiri
kan kewajiban pajaknya, termasuk melaporkan untuk merasa terlibat dengan misi otoritas pajak
SPT Tahunan, semata-mata karena takut akan sebagai regulator. Capitulation menggambarkan
sanksi dan denda administrasi, takut akan di- individu yang menerima berbagai aturan yang
lakukan pemeriksaan, dan masalah tarif pajak. diterapkan kepadanya oleh otoritas pajak tanpa
Misalnya, tarif pajak akan memotivasi mereka harus merasa terlibat dengan otoritas pajak.
untuk melakukan perencanaan pajak untuk tuju- Resistance adalah suatu perlawanan terbuka ter-
an menghindari pengenaan pajak dengan tarif hadap otoritas pajak. Disengagement menunjuk-
tinggi. Penelitian Alm ini juga menyebutkan kan keterpisahan psikologis wajib pajak dari
bahwa wajib pajak tidak selalu berperilaku dalam otoritas pajak dan game playing mewakili perilaku
pandangan teori kriminologi ekonomi di atas, dan praktek untuk menghindar dari ketentuan
seperti egois, rasional, mementingkan diri sendiri, dengan cara “memainkan aturan”.
108 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 15, NO. 2, NOVEMBER 2013: 106-116

Penelitian Braithwaite tersebut dilakukan di 2) teori kepentingan yang melihat bahwa pajak
Australia dengan didasari pemikiran bahwa dalam yang dibayar oleh masyarakat merupakan ke-
mengusahakan munculnya kepatuhan wajib pajak, wajiban yang harus dibayarkan kepada negara,
fiskus seharusnya bersikap profesional, tanggap, karena negara telah mengeluarkan biaya-biaya
adil (fair), terbuka dan bisa diandalkan dalam untuk memberikan perlindungan kepada masya-
membantu wajib pajak untuk patuh. Artinya, rakat, 3) teori gaya pikul, yang menyatakan bahwa
jarak sosial antara fiskus dan wajib pajak semakin dasar keadilan pemungutan pajak terletak dalam
dekat, fiskus bisa mendapatkan respek dari wajib jasa-jasa yang diberikan oleh negara kepada
pajak dan dengan demikian semakin banyak wajib warganya, yaitu perlindungan atas jiwa dan harta
pajak tidak secara sengaja menghindari kewajiban bendanya, 4) teori kewajiban pajak mutlak, yang
perpajakannya. Contohnya, ketika wajib pajak mendasarkan pemungutan pajak pada hubungan
mau secara terbuka mengakui kesalahannya, antara negara dengan rakyat yang dinaunginya,
melakukan koreksi atau pembetulan dan meme- dan 5) teori azas daya beli, yang melihat bahwa
nuhi harapan negara, maka wajib pajak me- pemungutan pajak disamakan dengan kerja se-
nunjukkan postur commitment atau capitulation. buah pompa, yaitu mengambil daya beli dari
Dengan demikian menjadi menarik untuk rumah tangga-rumah tangga dalam masyarakat
melakukan penelitian serupa pada konteks masya- untuk rumah tangga negara dan kemudian me-
rakat di Indonesia, atau dalam hal ini di Surabaya, nyalurkan kembali ke masyarakat dengan
terkait dengan jarak sosial antara wajib pajak dan maksud untuk memelihara hidup masyarakat.
fiskus. Penelitian-penelitian yang banyak dilaku- Meskipun negara mempunyai dasar untuk melak-
kan di Indonesia pada umumnya mengaitkan sanakan pemungutan pajak berdasarkan gambar-
kepatuhan dengan kualitas pelayanan petugas an teori di atas, tetapi hal ini tidak serta merta
pajak, sanksi perpajakan dan biaya kepatuhan membuat setiap orang senang membayar pajak.
(Fuadi dan Mangoting, 2012), pemeriksaan pajak Oleh karena itu teori pemungutan pajak di atas
(Gunadi, 2005), kesadaran perpajakan (Nugroho, menjadi sebuah landasan bagi negara untuk
2006), pengetahuan pajak (Supriyati dan Nurhida- melakukan pemungutan pajak.
yati, 2008), dan belum mengaitkan dengan postur Kepatuhan pajak adalah keadaan saat wajib
motivasi. pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dan melaksanakan hak perpajakannya. Lebih
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lanjut kepatuhan pajak dibagi menjadi dua, yaitu:
apakah faktor postur motivasi, yaitu commitment, 1) kepatuhan pajak formal dan 2) kepatuhan pajak
capitulation, resistance, disengagement, game play- material. Kepatuhan pajak formal adalah ke-
ing mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang patuhan yang diatur sesuai dengan ketentuan
pribadi, dalam undang-undang perpajakan, misalnya me-
miliki NPWP bagi yang sudah memiliki peng-
Kepatuhan Pajak hasilan, tidak terlambat melaporkan SPT Masa
maupun Tahunan sebelum batas waktu, tidak
Menurut Undang-Undang Perpajakan, No. terlambat melunasi utang pajak sesuai dengan
28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan batas waktu yang ditetapkan. Sedangkan ke-
Tata Cara Perpajakan Pasal 1, pajak adalah patuhan pajak material adalah suatu keadaan
kontribusi wajib kepada negara yang terhutang saat Wajib Pajak secara substantif memenuhi
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat semua ketentuan material perpajakan, yakni se-
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan suai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan Contohnya wajib pajak yang telah mengisi SPT
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- dengan benar sesuai dengan kondisi yang sebenar-
besarnya kemakmuran rakyat. Pajak merupakan nya.
pungutan yang bersifat wajib yang dibebankan Tuntutan kepatuhan ini mendapatkan per-
kepada masyarakat (induvidu dan badan) sesuai lawanan dari wajib pajak, karena menurut
dengan kemampuan ekonomis yang dimiliki dan Brotodihardjo (2003, pp. 13-14), lepas dari kesadar-
pajak juga merupakan peralihan kekayaan dari an dan solidaritas nasional dan pengertian tentang
sektor rakyat ke sektor pemerintah untuk mem- kewajiban kepada negara, pada sebagian besar
biayai pengeluaran negara. rakyat tidak akan pernah meresap kewajibannya
Oleh karena itu diperlukan teori pembenaran membayar pajak sedemikian rupa sehingga rakyat
pemungutan pajak seperti yang ditulis oleh mau memenuhinya tanpa menggerutu. Bahkan
Brotodihardjo (2003), yaitu 1) teori asuransi, bila ada sedikit kemungkinan penghindaran,
ketika pajak yang dibayar oleh masyarakat maka pada umumnya mereka cenderung melolos-
dianalogikan sebagai pembayaran premi asuransi, kan diri dari setiap pajak.
Mangoting et al.: Pengaruh Postur Motivasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi 109

Postur Motivasi pembayar berkaitan dengan keadilan pemungutan


pajak, keadilan penetapan tariff pajak, keseder-
Pemerintah harus menyadari bahwa faktor hanaan tata cara pemungutan pajak.
ekonomi dalam meningkatkan kepatuhan pajak Seperti telah disampaikan, ada lima postur
seperti tarif pajak, sanksi dan denda administrasi motivasi yang diidentifikasi oleh Braithwaite
seharusnya tidak lagi menjadi fokus utama yaitu: 1) commitment, 2) capitulation, 3) resistance,
pemerintah untuk membuat wajib pajak patuh 4) disengagement dan 5) game playing. Dua postur
dalam melaksanakan kepatuhan pajak. Meskipun menunjukkan orientasi positif wajib pajak ter-
pemerintah mempunyai legitimasi hukum untuk hadap fiskus yaitu commitment dan capitulation.
memaksa wajib pajak, tetapi pemerintah tidak Tiga postur yang lainnya menunjukkan postur
mempunyai legitimasi psikologi, sehingga diperlu- yang menunjukkan orientasi negatif. Pengukuran
kan adanya pendekatan baru dalam rangka yang dilakukan oleh Braithwaite kepada tiap indi-
meningkatkan kepatuhan pajak. Individu dan vidu adalah dengan memberikan daftar pernyata-
kelompok-kelompok di sisi lain akan memberikan an kepada setiap individu. Dalam setiap postur
evaluasi terhadap pemerintah, atau dalam hal ini diberikan beberapa pernyataan yang dianggap
fiskus, untuk melihat bagaimana keberpihakan bisa menjabarkan postur tersebut.
fiskus atau kinerja fiskus, yang pada akhirnya Commitment adalah cerminan keyakinan
akan membentuk jarak antara wajib pajak dan wajib pajak akan suatu sistem pajak yang
fiskus. Bogardus yang dikutip oleh Braithwaite dikehendaki, dan kesadaran wajib pajak bahwa ia
(2007) menyebut jarak ini sebagai jarak sosial memiliki obligasi moral untuk membayar pajak
(social distance). dengan benar. Capitulation (penyerahan) meng-
Jarak sosial tercipta saat individu atau gambarkan individu yang menerima fiskus
kelompok tadi memilih apakah mereka akan lebih sebagai pihak yang memiliki legitimasi dan
dekat, mendukung, sejalan dengan fiskus atau menganggap bahwa fiskus akan melaksanakan
memilih apakah mereka menjauh, menghindari berbagai aturan dengan benar.
kontak dengan fiskus. Jarak yang tercipta per- Resistance adalah suatu perlawanan terbuka
tama kali mungkin adalah sebuah intuisi, namun terhadap otoritas pajak. Wajib pajak menguatir-
dalam jangka panjang sudah bukan intuisi lagi. kan apakah fiskus benar-benar memiliki maksud
Individual dan kelompok wajib pajak ini akan yang baik dan terus menerus mengajukan kritik
mengartikulasikan keyakinan mereka, mengem- dan ajakan kepada wajib pajak lainnya untuk
bangkan rasionalisasi dari intuisi atau perasaan lebih berhati-hati dan memperjuangkan hak se-
tadi serta menggunakan nilai dan ideologi untuk bagai wajib pajak. Disengagement merupakan
menempatkan diri, menjaga jarak dengan fiskus. bentuk lain dari resistensi yang lebih dalam,
Gabungan antara keyakinan dan perilaku yang melibatkan keterpisahan psikologis dari otoritas
saling terkait dibagikan, dipertanyakan, diuji, dan pajak akibat adanya kekecewaan yang meluas.
menjadi bagian dari kehidupan sosial sebuah Game playing mewakili perilaku yang lebih ima-
komunitas. Gabungan dari kepercayaan, sikap, jinatif dan praktek untuk menghindar dari keten-
preferensi, minat, dan perasaan yang secara tuan dengan cara “memainkan aturan”.
simultan akan mengkomunikasikan sejauh mana
suatu individu, dalam hal ini wajib pajak, ber- Hipotesis Penelitian
sikap terhadap pemerintah, dalam hal ini fiskus,
disebut sebagai postur motivasi. Kepatuhan pajak menjadi hal yang sangat
Menurut Braithwaite, postur motivasi adalah penting karena berkaitan fungsi pajak bagi setiap
sinyal sosial yang dikirimkan oleh individu kepada negara yaitusebagai sumber pembiayaan penge-
otoritas pemungut pajak sebagai alat komunikasi luaran pembangunan sebuah negara. Pendekatan
sosial untuk mengetahui jarak sosial antara wajib melihat kepatuhan hanya dari sisi faktor-faktor
pajak dan otoritas pemungut pajak. Dalam kaitan- ekonomi, seperti faktor sanksi dan denda admi-
nya dengan peraturan perpajakan, konsep jarak nistrasi, faktor pemeriksaan pajak, dan faktor tarif
sosial berguna untuk menjelaskan bagaimana pajak, merupakan penyederhanaan realitas admi-
individu individu menempatkan diri mereka di nistrasi pajak yang modern. Wajib pajak saat ini
luar jangkauan dan pengaruh otoritas, sehingga justru didorong untuk mengikuti edukasi pajak,
otoritas tidak mengerti atau tidak mau mendengar diyakinkan untuk mau bekerjasama dengan
tuntutan, dan akhirnya individu sebagai pem- fiskus. Wajib pajak diajak untuk meyakini bahwa
bayar pajak tidak takut konsekuensi dari ketidak- reformasi pajak adalah untuk kebaikan seluruh
patuhan. Semakin jauh jarak sosial menandakan masyarakat sekaligus diajak untuk meyakini
bahwa peraturan-peraturan perpajakan yang bahwa fiskus memiliki integritas.
dibuat belum mencerminkan keinginan individu
110 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 15, NO. 2, NOVEMBER 2013: 106-116

Torgler and Schneider (2005) menyebutkan baik pula. Semakin tinggi capitulation wajib pajak,
bahwa faktor kepatuhan wajib pajak di Austria semakin patuh wajib pajak tersebut.
juga dipengaruhi oleh motivasi instrinsik wajib H02: Capitulation berpengaruh terhadap kepatuh-
pajak yaitu faktor moral. Berdasarkan hasil an wajib pajak orang pribadi
penelitian ini diperoleh informasi bahwa faktor
yang mempengaruhi kepatuhan pajak adalah Resistance menunjukkan bahwa wajib pajak
variabel kepercayaan atau kebanggaan yang menguatirkan apakah fiskus benar-benar memi-
mempengaruhi moral wajib pajak sehingga liki maksud yang baik. Wajib pajak merasa bahwa
diidentifikasi sebagai faktor penentu utama yang fiskus lebih tertarik untuk “menangkap” wajib
membentuk semangat kepatuhan pajak wajib pajak karena melakukan yang salah dan tidak
pajak Austria. menolong wajib pajak untuk melakukan yang
Di sisi lain wajib pajak tetap ingin meman- beanr. Wajib pajak terus menerus mengajukan
faatkan adanya celah dalam peraturan perpajakan kritik dan ajakan kepada wajib pajak lainnya
yang memungkinkan pembayaran pajak yang untuk lebih berhati-hati dan memperjuangkan
minimal atau yang biasa disebut sebagai peren- hak sebagai wajib pajak. Peran fiskus sangat
canaan pajak. Dengan demikian kepatuhan wajib mempengaruhi perilaku wajib pajak.
pajak bukan hanya didasarkan pada faktor-faktor Alm, Kirchler dan Muehlbacher (2012) me-
ekonomi tersebut, tetapi juga faktor-faktor non nyebutkan, meskipun wajib menyadari bahwa
ekonomi, seperti faktor motivasi, norma sosial, dan pajak yang dibayarkan adalah untuk kesejahtera-
etika. Salah satu faktor motivasi yang diduga an masyarakat, namun ada kekuatiran bahwa
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak penerimaan pajak tidak digunakan secara efektif
dapat dilihat dengan mempertimbangkan postur untuk penyediaan barang dan layanan publik.
motivasi. Wajib pajak juga curiga bahwa ada sebagian
Commitment menunjukkan keyakinan wajib indivudi yang tidak membayar pajak dengan
pajak terhadap suatu sistem pajak yang dike- benar. Artinya, otoritas pajak dipersepsikan tidak
hendaki. Dengan demikian wajib pajak secara adil.
sadar berkeinginan atas kehendaknya sendiri Jika fiskus dipersepsikan oleh wajib pajak
untuk merasa terlibat dengan misi otoritas pajak sebagai pihak yang tidak memiliki legitimasi,
sebagai regulator. Wajib pajak merasa bahwa maka resistensi wajib pajak dalam postur motivasi
membayar pajak adalah hal yang benar dan ia akan semakin besar dan wajib pajak semakin
bertanggungjawab terhadap kewajibannya dengan tidak patuh.
membayar pajak sesuai dengan perhitungan dan H03: Resistance berpengaruh terhadap kepatuhan
kondisi yang sebenarnya. Semakin baik komitmen wajib pajak orang pribadi
wajib pajak, semakin patuh wajib pajak tersebut.
Feld dan Frey (2007) menambahkan bahwa Braithwaite (2007) menyebutkan bahwa di-
sebagai warga negara yang baik, wajib pajak sengagement merupakan bentuk lain dari resis-
memiliki persepsi bahwa pemabayaran pajak tensi yang lebih dalam atau menjadi tidak peduli.
merupakan kontribusi untuk kebaikan bersama Jika fiskus dirasakan terlalu keras terhadap wajib
(bonum commune). Wajib pajak bersedia dengan pajak, maka wajib pajak akan memilih untuk
jujur mengungkapkan penghasilannya meskipun tidak kooperatif. Wajib pajak tidak terlalu peduli
mungkin mereka tidak menerima barang public dengan apa yang diinginkan oleh fiskus dan juga
yang ekuivalen dengan nilai pajak yang mereka tidak berusaha untuk menanyakannya. Wajib
setorkan. pajak semakin terpisah secara psikologis dengan
H01: Commitment berpengaruh terhadap kepatuh- fiskus. Semakin tinggi disengagement wajib pajak,
an wajib pajak orang pribadi maka wajib pajak tersebut semakin tidak patuh.
H04: Disengagement berpengaruh terhadap kepatuh-
Capitulation (penyerahan, kepasrahan) me- an wajib pajak orang pribadi
nunjukkan bahwa wajib pajak bisa menerima
fiskus sebagai pihak yang memiliki legitimasi. Game playing ditunjukkan oleh adanya
Wajib pajak menerima berbagai aturan yang praktek untuk menghindari pajak dengan cara
ditetapkan, menyadari bahwa peraturan itu tidak “memainkan aturan”. Hukum atau aturan di-
sempurna namun bisa diterapkan dengan baik. pandang sebagai sesuatu yang dapat dibentuk
Wajib pajak lebih ingin terlibat banyak dengan untuk memenuhi tujuan pihak-pihak tertentu.
fiskus. Redistribusi pendapatan lebih dapat Para game players adalah sebagian wajib pajak
diterima oleh wajib pajak ketika proses politik yang berusaha untuk menemukan loophole dalam
dipersepsikan semakin adil sehingga hasil dari aturan-aturan perpajakan, memanfaatkan adanya
proses politik tersebut memiliki legitimasi yang grey area yang bisa memberikan keuntungan bagi
Mangoting et al.: Pengaruh Postur Motivasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi 111

mereka. Sementara di sisi lain, insentif yang Persamaan regresi berganda berdasarkan
disediakan bagi para wajib pajak yang membayar model penelitian pada Gambar 1 adalah berikut
pajak dengan sesungguhnya sangat rendah, ini:
karena mereka yang tidak melaporkan seluruh Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
penghasilannya juga tidak harus membayar pajak
(Feld & Frey, 2007). Semakin tinggi game playing Keterangan:
yang dilakukan wajib pajak, maka wajib pajak Y = Variabel tidak bebas
tersebut semakin tidak patuh. a = konstanta
H05: Game Playing berpengaruh terhadap kepatuh- b = koefisien regresi linier X
an wajib pajak orang pribadi X1 = Commitment
X2 = Capitulation
Keseluruhan indikator dalam postur motivasi X3 = Resistance
secara bergantian membentuk pendapat wajib X4 = Disengagement
pajak terhadap fiskus dan akan membentuk X5 = Game Playing
kepatuhan wajib pajak, mengingat postur motivasi e = error
muncul dan menjadi proses selama menjadi wajib
pajak. Pandangan-pandangan yang juga terbentuk Variabel independen, dalam penelitian ini,
sebagai akibat dari adanya diskusi dengan wajib yaitu: 1) commitment (X1) adalah tingkatan saat
pajak lain maupun dengan fiskus. wajib pajak secara sadar berkeinginan atas ke-
Motivational postures ingin menunjukkan hendaknya sendiri untuk merasa terlibat dengan
bahwa perilaku kepatuhan pajak tidak semata- misi otoritas pajak sebagai regulator, 2) capitu-
mata dibentuk oleh kepentingan pribadi, namun lation (X2) adalah menggambarkan individu yang
juga dipengaruhi persepsi wajib pajak terhadap menerima berbagai aturan yang diterapkan ke-
dirinya, terhadap wajib pajak lainnya dan ter- padanya oleh otoritas pajak tanpa harus merasa
hadap fiskus. Wajib pajak memandang dirinya terlibat dengan otoritas pajak., 3) resistance (X3)
dengan cara menempatkan dirinya sebagai pem- adalah suatu perlawanan terbuka terhadap otori-
bayar pajak lainnya atau justru melihat pembayar tas pajak., 4) disengagement (X4) adalah melibat-
pajak lainnya dari sisi mereka. Kepentingan kan keterpisahan psikologis dari otoritas pajak,
pribadi yang akan memberikan dorongan ter- dan 5) game playing (X5) mewakili perilaku yang
hadap sikap atau perilaku pada aras personal, bisa lebih imajinatif dan praktek untuk menghindar
kemudian berubah menjadi kepentingan atau nilai dari ketentuan dengan cara “memainkan aturan”.
kelompok yang lebih besar. Braithwaite (2007) Pengukuran dilakukan dengan mengajukan
menyatakan bahwa seluruh variabel tersebut kuesioner kepada responden dengan beberapa
secara simultan dan bergantian membentuk pertanyaan untuk tiap variabel independen. Skala
postur motivasi wajib pajak untuk patuh. pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah
H06: Commitment, Capitulation, Resistance, Dise- menggunakan skala Likert. Masing-masing pen-
ngagement, dan Game Playing secara simul- dapat dari setiap pertanyaan diberi skor sebagai
tan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib berikut: a) skor 1 untuk jawaban sangat tidak
pajak orang pribadi
setuju, b) skor 2 untuk jawaban tidak setuju, c)
skor 3 untuk jawaban netral, d) skor 4 untuk
METODE PENELITIAN
jawaban setuju, dan e) skor 5 untuk jawaban
sangat setuju. Untuk variable independen, skor
Model analisis yang digunakan dalam pene-
yang didapatkan untuk tiap pertanyaan dalam
litian adalah analisis regresi berganda yang di-
satu variabel akan dirata-rata.
gunakan untuk melihat hubungan satu variable
Variabel dependen dalam penelitian ini ter-
dependen dan lebih dari satu variabel independen
ang dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini: kait dengan kepatuhan, yang dijabarkan dalam 6
yang dapat dilihat pada Gambar 1.
pernyataan. yaitu: a) Y1 adalah mengenai kepe-
Commitment
milikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) , b) Y2
adalah mengenai kewajiban menyetor PPh Pasal
Capitulation 25, c) Y3 adalah kewajiban menyetor SPT tahunan
Kepatuhan Pajak untuk orang pribadi, d) Y4 adalah NPWP usaha
Resistance sama dengan NPWP pribadi, e) Y5 adalah me-
Disengagement laporkan SPT PPh Pasal 25, dan f) Y6 terkait
kewajiban melaporkan SPT tahunan untuk wajib
Game Playing pajak badan. Pilihan jawaban untuk variable
dependen adalah ya atau tidak. Jumlah jawaban
Gambar 1. Model Analisis Penelitian “ya” dipakai untuk mengukur kepatuhan.
112 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 15, NO. 2, NOVEMBER 2013: 106-116

Tabel 3. Gambaran Demografis Responden Penelitian


Jenis Kelamin Umur Tingkat Pendidikan Prosentase
Jumlah Jumlah
Jenis Kelamin Prosentase Umur Prosentase SMP 5 14%
orang orang
Laki-laki 16 44% 20 - 39 12 33% SMA 13 36%
Perempuan 20 56% 40 - 69 24 67% Sarjana 17 47%
Total 36 100% 36 100% Tdk diisi 1 3%

Tabel 4. Gambaran Sektor Usaha Responden korelasikan nilai tiap butir dengan nilai total. Dari
Sektor Jumlah Prosentase hasil uji validitas diketahui nilai r hitung yang
Perdagangan 19 53% berada di tiap pertanyaan lebih besar dari r yaitu
Jasa 8 22% 0,3 sehingga persyaratan validitas penelitian ini
Industri 6 17% dapat dipenuhi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Lain-Lain 3 8%
Total 36 100% Tabel 6. Hasil Uji Validitas
Pertanyaan r Hitung r Keterangan
Tabel 5. Peredaran Usaha Responden
X1.1 0,658 0,3 valid
Peredaran Usaha X1.2 0,755 0,3 valid
Rupiah Per Tahun Jumlah Prosentase X1.3 0,683 0,3 valid
0 - Rp 300 juta (Usaha Mikro) 22 61% X1.4 0,848 0,3 valid
> Rp 300 juta s/d Rp 2,5 milyar X2.1 0,821 0,3 valid
(Usaha Kecil) 10 28% X2.2 0,690 0,3 valid
> Rp 2,5 milyar s/d Rp 50 milyar X2.3 0,760 0,3 valid
(Usaha Menengah) 4 11% X3.1 0,587 0,3 valid
Total 36 100% X3.2 0,782 0,3 valid
X3.3 0,673 0,3 valid
Penelitian ini menggunakan data primer X3.4 0,668 0,3 valid
X4.1 0,811 0,3 valid
dalam bentuk hasil kuesioner yang dibagikan
X4.2 0,673 0,3 valid
secara langsung kepada responden. Metode pe- X4.3 0,724 0,3 valid
ngumpulan data yang digunakan dalam penelitian X4.4 0,635 0,3 valid
ini menggunakan teknik kuisioner tertutup, yaitu X5.1 0,688 0,3 valid
suatu cara pengumpulan data dengan memberi- X5.2 0,863 0,3 valid
kan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada X5.3 0,809 0,3 valid
responden. Karena mengalami kesulitan men- X5.4 0,826 0,3 valid
dapatkan informasi dari responden, peneliti Y1 0,744 0,3 valid
menggunakan jumlah sample minimum sebanyak Y2 0,756 0,3 valid
Y3 0,792 0,3 valid
30 sample. Kuisioner hanya disebarkan pada
Y4 0,491 0,3 valid
Wajib Pajak Orang Pribadi yang memenuhi Y5 0,800 0,3 valid
persyaratan minimal, yaitu: 1) mempunyai NPWP Y6 0,546 0,3 valid
dan 2) memiliki usaha mikro, kecil atau me- Sumber: Hasil pengolahan SPSS
nengah. Artinya wajib pajak orang pribadi yang
bekerja sebagai karyawan tidak termasuk dalam Uji reliabilitas dilakukan dengan mengguna-
populasi yang akan diteliti. Dari 50 kuesioner yang kan koefisien Cronbach Alpha. Suatu variabel
disebarkan, kuesioner yang dikembalikan dan dikatakan reliable jika memberikan nilai Cron-
layak untuk diolah sebanyak 36 kuisioner. bach’s Alpha > 0,600. Seperti tampak pada Tabel
Responden dalam penelitian ini Wajib Pajak 7, diketahui bahwa alat ukur untuk variabel
Orang Pribadi yang memiliki usaha mikro, kecil Commitment (X1), Capitulation (X2), Resistance
menengah di Surabaya. Penyebaran kuesioner ini (X3), Disengagement (X4), Game playing (X5) dan
dilakukan dengan cara mendatangi beberapa kepatuhan (Y) yang digunakan dalam penelitian
tempat usaha atau toko dan meminta pemilik ini memiliki nilai koefisien Cronbach’s Alpha >
usaha untuk mengisinya. 0,600, sehingga dapat diartikan alat ukur reliabel
dan alat ukur telah memenuhi syarat reliabilitas.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji normalitas dilakukan dengan mengguna-
kan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dan
Uji validitas kuisioner pada penelitian ini Normal P-Plot. Distribusi data normal, apabila
menggunakan analisis butir, yaitu dengan meng- nilai p dari One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Mangoting et al.: Pengaruh Postur Motivasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi 113

> 0,05 atau data berada di sekitar garis diagonal Dari hasil uji autokorelasi pada Tabel 10,
pada Normal P-Plot. Dari hasil uji normalitas yang diperoleh informasi bahwa DW sebesar 1,774,
tampak pada Tabel 8, dapat diartikan bahwa dimana dU sebesar 1,724 dan (4-dU) sebesar 2,276.
distribusi data penelitian normal. Artinya DW berada di antara dU dan (4-dU),
sehingga bebas autokorelasi dan uji autokolerasi
Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas terpenuhi.
Cronbach's Alpha N of Items Regresi linear berganda digunakan untuk
1 0,720 4 membentuk model hubungan antara variabel ter-
X2 0,623 3 gantung (dependen/Y) dengan lebih dari satu
X3 0,613 4 variabel bebas (independen/X). pengujian regresi
X4 0,665 4 ini digunakan untuk melihat pengaruh sikap,
X5 0,811 4 norma subjektif, dan PBC terhadap kepatuhan
Y 0,731 6 WPOP. Hasil analisis regresi seperti pada
Sumber: Hasil pengolahan SPSS Tabel 11.
Persamaan regresi yang dapat dibuat adalah:
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas berdasarkan One
Sample Kolmogorov-Smirnov Test Y = α + β1 X1 +β2 X2 +β3 X3+β4 X4+β5 X5
Hasil uji Y = -0,541+ 0,148X1 - 0,013X2 - 0,079X3 + 0,143X4 +
Sig. Standar
normalitas 0,153X5
Asymp. Sig. (2 tailed) 0.311 0.05 Normal
Sumber: Hasil pengolahan SPSS Keterangan:
Y = Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Untuk menguji multikolinearitas digunakan α = Bilangan konstanta
Variance Inflation Factor (VIF). Data penelitian β1..βn = Koefisien arah regresi
dinyatakan bebas multikolinieritas apabila VIF < X1 = Commitment
10. Dari hasil uji multikolinearitas seperti di- X2 = Capitulation
tampilkan pada Tabel 9, nilai VIF kurang dari 10, X3 = Resistance
yang artinya bahwa masing–masing variabel X4 = Disengagement
independen tidak memiliki hubungan. Sehingga X5 = Game Playing
uji multikolinieritas terpenuhi.
Hasil dari persamaan regresi di atas adalah: 1)
Tabel 9. Hasil Uji Multikolinieritas nilai 0,148 pada variabel commitment(X1) adalah
bernilai positif sehingga dapat dikatakan bahwa
Collinearity Statistics
Model semakin tinggi commitment wajib pajak, maka
Tolerance VIF
(Constant) semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak, 2)
X1 0.72 1.388 nilai 0,013 pada variabel capitulation (X2) adalah
X2 0.693 1.442 bernilai negatif sehingga dapat dikatakan bahwa
1 semakin mereka terlibat dengan fiskus, maka
X3 0.745 1.342
X4 0.87 1.149 semakin rendah kepatuhan wajib pajak, 3) nilai
X5 0.802 1.247 0,079 pada variabel resistance (X3) adalah bernilai
Sumber: Hasil pengolahan SPSS negatif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin
mereka melawan otoritas pajak, maka semakin
Tabel 10 menunjukkan hasil uji heterokedas- rendah kepatuhan wajib pajak, 4) nilai 0,143 pada
tisitas yaitu model regresi bebas heteroskedasti- variabel disengagement (X4) adalah bernilai positif
sitas. sehingga dapat dikatakan bahwa semakin mereka
terpisah secara psikologis dari otoritas pajak,
Tabel 10. Hasil Uji Heterokedastisitas maka semakin tinggi kepatuhan wajib pajak, 5)
nilai 0,153 pada variabel game playing (X5) adalah
Coefficientsa
Model T Sig.
bernilai positif sehingga dapat dikatakan bahwa
(Constant) 1.081 0.288 semakin mengerti akan adanya aturan-aturan
X1 -0.115 0.909 yang meringankan pembayaran pajak, maka
X2 1.07 0.293 semakin tinggi kepatuhan wajib pajak
1 Pengujian hipotesis dimulai dengan meng-
X3 1.297 0.205
X4 -1.689 0.101 hitung koefisien determinasi (R2). Berdasarkan
X5 -2.021 0.052 Tabel 12 diketahui bahwa R2 = 0,344 yang artinya
a. Dependent Variable: ABS_RES variabel Commitment (X1), Capitulation (X2), Resis-
Sumber: Hasil pengolahan SPSS tance (X3), Disengagement (X4), Game playing (X5)
114 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 15, NO. 2, NOVEMBER 2013: 106-116

Tabel 11. Hasil Analisis Regesi


Standardized
Unstandardized Coefficients
Model Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -0.541 0.471 -1.147 0.26
Commitment (X1) 0.148 0.097 0.266 1.524 0.138
Capitulation (X2) -0.013 0.092 -0.025 -0.139 0.89
1
Resistance (X3) -0.079 0.092 -0.147 -0.857 0.398
Disengagement (X4) 0.143 0.081 0.279 1.762 0.088
Game Playing (X5) 0.153 0.059 0.428 2.593 0.015
a. Dependent Variable: Y

mampu menjelaskan kepatuhan WPOP sebesar signifikan di atas nilai probabilitas α = 0,05.
34,4%. Sisanya, yaitu sebesar 65,6% dijelaskan Sehingga dapat disimpulkan bahwa X5 secara
oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam individual mempengaruhi Y. Sedangkan untuk
penelitian, seperti kewajiban moral, pengetahuan variabel X1, 2, 3, 4 di sini tidak memiliki pengaruh
wajib pajak terhadap peraturan pajak, kesadaran terhadap Y.
wajib pajak dan faktor lainnya. Penelitian ini ingin melihat sejauh mana
motivasi memiliki pengaruh terhadap kepatuhan
Tabel 12. Koefisien Determinasi (R2) pajak bagi wajib pajak orang pribadi yang me-
miliki usaha mikro, kecil dan menengah. Motivasi
Model Summaryb
di sini ditekankan pada sejauh mana wajib pajak
Std. Error menilai peran pajak dan peran fiskus.
R Adjusted Durbin-
Model R of the
Square R Square Watson Berdasarkan hasil perhitungan persamaan
Estimate
regresi, maka game playing (X5) adalah faktor
1 .587a .344 .235 .22326 1.774
yang paling berpengaruh terhadap kepatuhan
WPOP, dan posisi kedua adalah commitment (X1),
Hasil uji Signifikansi Parameter Simultan dan ketiga adalah disengagement (X4). Ketiga
(Uji Statistik F) pada tabel 13, diketahui bahwa variabel ini memiliki koefisien yang positif. Semen-
nilai F hitung lebih besar dari F tabel. F hitung tara resistance (X3) dan capitulation (X2) memiliki
sebesar 3,149 dan F tabel sebesar 2,477, sehingga nilai negatif. Dari persamaan regresi ini tampak
F hitung > F tabel yang artinya H0 ditolak. Hal ini bahwa para pelaku usaha mikro, kecil dan mene-
diperkuat dengan melihat nilai signifikansi < 0,05. ngah lebih menyukai tidak terlibat banyak dengan
Sehingga dinyatakan bahwa semua variabel inde- urusan perpajakan, khususnya berhubungan lang-
penden secara bersama-sama dan signifikan mem- sung dengan fiskus, bahkan untuk mendapatkan
pengaruhi variable. informasi tentang hal pemenuhan kewajiban
perpajakan. Braithwaite (2002) dalam penelitian-
Tabel 13. Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji nya di Australia mencatat bahwa ada tahap-tahap
Statistik F)
ketika individu akan memilih apakah mereka
ANOVAb ingin lebih dekat dengan fiskus atau justru lebih
Sum of Mean jauh bahkan tak terjangkau oleh fiskus. Ada jarak
Model df F Sig. sosial yang memang diinginkan oleh wajib pajak
Squares Square
1 Regression .785 5 .157 3.149 .021a
dalam hubungannya dengan fiskus.
Dari hasil uji statistik secara individual,
Residual 1.495 30 .050
variabel game playing adalah satu-satunya yang
Total 2.280 35 mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang
a. Predictors: (Constant), X5, X1, X4, X3, X2 pribadi yang memiliki usaha. Ini menunjukkan
b. Dependent Variable: Y bahwa para pelaku usaha mikro, kecil dan
menengah lebih mendasarkan motivasi membayar
Berdasarkan uji t dalam Tabel 11, proba- pajak karena melihat peluang untuk membayar
bilitas signifikan untuk variabel X1 adalah sebesar pajak serendah mungkin tanpa melanggar aturan
0,138, X2 sebesar 0,89, X3 sebesar 0,398, X4 pajak. Meskipun ada berbagai fasilitas yang telah
sebesar 0,088 dan X5 sebesar 0,015. Untuk diberikan kepada para pelaku usaha mikro, kecil
variabel X5 memiliki nilai probabilitas signifikan dan menengah seperti halnya tarif pajak yang
di bawah nilai probabilitas α = 0,05, sedangkan rendah, namun tetap saja pajak dianggap sebagai
untuk variabel X1,2,3,4 memiliki nilai probabilitas beban. Hal ini sesuai dengan pendapat Alm (2013)
Mangoting et al.: Pengaruh Postur Motivasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi 115

bahwa tarif pajak akan memotivasi mereka untuk ikut berubah dan membuat apakah wajib pajak
melakukan perencanaan pajak untuk tujuan menjadi patuh atau tidak patuh. Wajib pajak yang
menghindari pengenaan pajak dengan tarif kurang memberikan legitimasi kepada fiskus
tinggi. Braithwaite (2002) mencatat adanya cenderung lebih kecewa, resisten dan kurang
praktek perencanaan pajak yang semakin me- menunjukkan commitment dan capitulation.
ningkat.
Keempat variabel lainnya yaitu Commitment KESIMPULAN
(X1), Capitulation (X2), Resistance (X3), Disengage-
ment (X4) tidak berpengaruh terhadap kepatuhan. Berdasarkan uji statistik dan pembahasan
Hasil ini menunjukkan bahwa tanpa didasari oleh dalam penelitian ini, maka postur motivasi berupa
postur motivasi yang jelas, para pelaku usaha variabel commitment, capitulation, resistance dan
mikro, kecil dan menengah tampaknya melakukan disengagement secara parsial tidak mempengaruhi
kewajiban perpajakannya semata-mata hanya kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam
karena adanya aturan yang meminta bahwa melaksanakan kepatuhan pajak. Variabel game
mereka harus memasukkan surat pemberitahuan playing secara parsial mempengaruhi kepatuhan
tahunan dan menyetorkan PPh Pasal 25. Kegagal- wajib pajak orang pribadi dalam melaksanakan
an untuk melaporkan dan menyetorkan pajak kepatuhan pajak.
yang berimplikasi pada sanksi, denda dan peme- Faktor postur motivasi secara simultan
riksaan berusaha dihindari supaya social distance mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang
yang sudah terbentuk tidak berubah. Para pelaku pribadi dalam melaksanakan kepatuhan pajak.
usaha ini sebisa mungkin menghindar dari urusan Hal ini berarti wajib pajak mempunyai motivasi
perpajakan, termasuk menghindar dari kemung- yaitu berkomitmen untuk melaksanakan kewajib-
kinan diperiksa oleh fiskus. Braithwaite menyata- an pajak dan mentaati peraturan perpajakan yang
kan bahwa disengagement pada tingkat yang lebih berlaku, tetapi pada saat wajib pajak kemudian
dalam justru semakin membuat wajib pajak melihat besaran pajak yang harus dibayar, maka
berusaha memiliki jarak sosial yang semakin jauh, akan muncul perlawanan terbuka terhadap otori-
bahkan wajib pajak memilih supaya tidak menjadi tas pajak (resistance), dan timbul ketidakcocokan
perhatian atau deteksi fiskus. dengan otoritas pajak dan ketidakpedulian
Berdasarkan hasil uji statistik, seluruh varia- (disengagement) dan muncul keinginan untuk
bel yaitu Commitment (X1), Capitulation (X2), melakukan perencanaan pajak (game playing).
Resistance (X3), Disengagement (X4), Game playing
(X5) secara simultan berpengaruh terhadap kepa- DAFTAR PUSTAKA
tuhan pajak wajib pajak orang pribadi. Braith-
waite (2002) menyatakan bahwa seluruh variabel Allingham, M. G., & Sandmo, A. (1972). Income
tersebut secara simultan dan bergantian mem- Tax Evasion: A Theorethical Analysis. Jour-
bentuk postur motivasi wajib pajak untuk patuh. nal of Public Economics, 1 324.
Variabel dalam motivational postures cenderung Alm, James., (2013). Expanding the Theory of Tax
tidak menunjukan suatu karakter individu yang Compliance from Individual to Group Motiva-
stabil, namun bisa muncul berpindah-pindah tions: Department of Economics, Tulane
(shifting). Dikatakan pada saat menerima surat University New Orleans, LA.
untuk melaporkan SPT, wajib pajak akan me-
nunjukkan tingkatan di mana wajib pajak sadar Alm, James., Erich Kirchler & Stephan Muehl-
dan berkeinginan atas kehendaknya sendiri untuk bacher (2012). Combining Psychology and
melaksanakan kewajiban pajak (commitment) dan Economics in the Analysis of Compliance:
wajib pajak menerima aturan yang diterapkan From Enforcement to Cooperation, Economic
kepada wajib pajak tersebut (capitulation). Analysis & Policy, Vol. 42 no. 2, September
Pada saat wajib pajak kemudian melihat 2012, http://www.eap-journal.com/archive/v42_
besaran pajak yang harus dibayar, maka akan i2_02-Alm_et_al.pdf
muncul perlawanan terbuka terhadap otoritas Braithwaite, V., Murphy, K., & Reinhart, M. (2007).
pajak (resistance), dan timbul ketidakcocokan Taxation Threat, Motivational Postures. and
dengan otoritas pajak (disengagement) dan muncul Responsive Regulation. Law and Policy, 1.
keinginan untuk melakukan perencanaan pajak
Brotodihardjo, S. (2003). Pengantar Ilmu Hukum
(game playing). Setelah kewajiban membayar dan
Pajak. Bandung: PT Refika Aditama.
melaporkan diselesaikan, motivasi akan kembali
normal dan merasa bahwa memang membayar Chittenden, F., & Foster, H. (2008). Perspectives
pajak adalah hal yang benar dilakukan. Artinya on Fair Tax. London: The Association of
dalam konteks yang berubah, postur motivasi bisa Chartered Certified Accountants.
116 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 15, NO. 2, NOVEMBER 2013: 106-116

Davis, J. S., Hecth, G., & Perkins, J. D. (2003). Laury, S., & Wallace, S. (2005). Confidentiality and
Social Behaviors, Enforcement, and Tax Taxpayer Compliance. National TaxJournal,
Compliance Dynamics. The Accounting Review, 58, 3.
78, 1.
Misu, N. B.-. (2011). A Review of Factors for Tax
Feld, Lars P., & Bruno S. Frey (2007). Tax Com- Compliance. Fascicle I. Economics and Applied
pliance as the Result of a Psychological Tax Informatics, 1/2011.
Contract: The Role of Incentives and Respon-
Nugroho, Agus. (2006). Pengaruh Sikap Wajib
sive Regulation. Law & Policy, Vol. 29, No. 1,
Pajak pada Pelaksanaan SanksiDenda, Pela-
January 2007, http://www.bsfrey.ch/articles/
yanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan
449_07.pdf
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi
Fuadi, Arabella Oentari & Yenni Mangoting (2013) Empiris terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi
Pengaruh Kualitas Pelayanan Petugas Pajak, di Kota Semarang). Tesis Magister Akuntansi
Sanksi Perpajakan dan Biaya Kepatuhan Program Pascasarjana Universitas Dipone-
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak goro.
UMKM, Program Akuntansi Pajak Program
Supriyati & Nurhidayati, (2008). Pengaruh Penge-
Studi Akuntansi Universitas Kristen Petra.
tahuan Pajak Dan Persepsi Wajib Pajak Ter-
http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/ak
hadap Kepatuhan Pajak. Jurnal Akuntansi
untansi-pajak/article/view/438
DanTeknologi Informasi, Vol. 7 No. 1.
Gunadi. (2005). Fungsi Pemeriksaan Terhadap
Torgler, B., & Schneider, F. (2005). Attitudes
Peningkatan Kepatuhan Pajak (Tax Com-
Towards Paying Taxes in Austria: An Empi-
pliance). Jurnal Perpajakan Indonesia, Vol. 4,
rical Analysis. Empirica, 32(2), 231-250.
No.5: 4-9.

Anda mungkin juga menyukai