Anda di halaman 1dari 33

Ujian Akhir Semester

Manajemen risiko pada pembanguanan kostan di PT. Usaha Bersama.

Nama kelompok :
Era Susanti ( 10121001023)
Fitrianna Sari ( 10121001090)
Deni Susanti ( 10121001012)
Yunis Adilah ( 10121001024)
Kusantri ( 10121001089)

Mata Kuliah Manajemen Risiko


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya
2015

1. Overview
1.1 Definisi
Perkembangan dunia konstruksi pada saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat
bila ditinjau dari segi manajemen dan teknologi konstruksi bangunan. Dengan semakin
rumitnya konstruksi banguan, maka perlu adanya pengendalian dalam manajemen konstruksi
khususnya manajemen risiko bidang K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Adanya
kemungkinan kecelakaan yang terjadi pada proyek konstruksi akan menjadi salah satu
penyebab terganggunya atau terhentinya aktivitas pekerjaan proyek. Oleh karena itu, pada
saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi diwajibkan untuk menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lokasi kerja dimana masalah keselamatan dan
kesehatan kerja ini juga merupakan bagian dari perencanaan dan pengendalian proyek.
Kewajiban untuk menyelenggarakaan Sistem Manajemen K3 pada perusahaan perusahaan
besar melalui Undang-undang Ketenagakerjaan, baru menghasilkan 2,1% saja dari 15.000
lebih perusahaan berskala besar di Indonesia yang sudah menerapkan Sistem Manajemen K3.
Minimnya jumlah itu sebagian besar disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa
program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan. Padahal jika
diperhitungkan besarnya dana kompensasi/santunan untuk korban kecelakaan kerja sebagai
akibat diabaikannya Sistem Manajemen K3, yang besarnya mencapai lebih dari 190 milyar
rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah K3 tidak selayaknya diabaikan. Masalah umum
mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan konstruksi.
Tenaga kerja di sektor jasa konstruksi mencakup sekitar 7-8% dari jumlah tenaga
kerja di seluruh sektor, dan menyumbang 6.45% dari PDB (Produk Domestik Bruto) di
Indonesia. Sektor jasa konstruksi adalah salah satu sektor yang paling berisiko terhadap
kecelakaan kerja, disamping sektor utama lainnya yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan
pertambangan. Jumlah tenaga kerja di sektor konstruksi yang mencapai sekitar 4.5 juta orang,
53% di antaranya hanya mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar,
bahkan sekitar 1.5% dari tenaga kerja ini belum pernah mendapatkan pendidikan Proyek
konstruksi adalah subyek yang dipengaruhi oleh banyak variabel dan faktor-faktor yang tidak
terduga. Pembangunan proyek konstruksi memerlukan banyak keahlian, material, alat, dan
sumber daya yang berbeda. formal apapun. Sebagian besar dari mereka juga berstatus tenaga
kerja harian lepas atau borongan yang tidak memiliki ikatan kerja yang formal dengan
perusahaan. Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan masalah K3 yang biasanya
dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai Sistem Manajemen

K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) secara umum di Indonesia masih sering terabaikan.
Proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk
bangunan atau infrastruktur. Proses yang terjadi pada suatu proyek tidak akan berulang pada
proyek lainnya. Hal ini disebabkan oleh kondisi yang mempengaruhi proses suatu proyek
konstruksi berbeda satu sama lain Risiko konstruksi secara umum adalah peristiwa yang
mempengaruhi tujuan proyek biaya, waktu dan kualitas. Pada setiap tahapan proyek tidak
terlepas dari berbagai risiko dan ketidak pastian yang mempengaruhi baik dari segi kualitas
maupun kuantitas. Permasalahan sering dihadapi pengelola proyek adalah terjadinya halhal
yang tidak direncanakan/tak terduga dalam sebuah aktifitas proyek dan menimbulkan risiko
kerugian sebagai salah satu analisis risiko manajemen proyek.
1.2 Tujuan
1. Mengidentifikasi risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang dapat terjadi pada
kegiatan proyek pembangunan kostan di PT. Usaha Bersama.
2. Memberikan penilaian atas risiko-risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang
terjadi pada proyek pembangunan kostan di PT. Usaha Bersama.
3. Memberikan tindakan pengendalian risiko terhadap risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) pada kegiatan proyek pembangunan kostan di PT. Usaha Bersama.

1.3 Procedures

2.Risk Roles
Setiap anggota yang bekerja di lingkungan kerja, dari ahli K3 hingga pekerja di
lapangan wajib melaporkan kejadian-kejadian yang menyangkut tentang hazard di
lingkungan kerja. Dari kejadian insiden, nyermis hingga accident di wilayah-wilayah kerja
wajib dilaporkan kepada ahli K3 dan P2K3 yang bekerja pada proyek tersebut. Sehingga
ketika didapatkan data kejadian kecelakaan kerja, P2K3 dan ahli K3 dapat dengan segera
melaksanakan kebijakan yang diberlakukan pada proyek tersebut dan memberikan
kompensasi pada pekerja yang mengalami kejadian kecelakaan. Untuk peminimalisiran
hazard di lingkungan kerja dapat dilakukan pengendalian dengan metode hierarchy of
control. Untuk dilingkungan kerja pada proyek pembangunan kostan di PT. Usaha Bersama
dapat diberlakukan adanya penambahan alat-alat bantu untuk lingkungan dengan kategori
4

high risk, serta penambahan fasilitas lampu, tangga, katrol, dll untuk penunjang proses
pembangunan kostan di PT. Usaha Bersama, selain itu penggunaan helm, safety jacket dan
safety boot pada pekerja proyek dimalam hari dan juga pemasangan portal dilingkungan
kerja.
2.1.Risk Originator
Tanggung Jawab Risiko
Tanggung jawab untuk mengelola risiko dibagi di antara semua pemangku kepentingan
proyek. Namun, otoritas keputusan untuk memilih apakah akan melanjutkan dengan strategi
mitigasi dan melaksanakan tindakan kontingensi, terutama mereka yang memiliki biaya atau
sumber daya dan kebutuhan lain yang terkait dengan manajer proyek yang bertanggung
jawab untuk menginformasikan lembaga pendanaan untuk menentukan persyaratan untuk
modifikasi kontrak. Tabel berikut detail tanggung jawab khusus untuk aspek yang berbeda
dari manajemen risiko.
Risiko Identifikasi

:Semua stakeholder proyek

Registri risiko

:Manajer proyek

Penilaian Risiko

:Semua stakeholder proyek

Risiko Respon Pilihan Identifikasi

:Semua stakeholder proyek

Respon risiko Persetujuan

: PM dengan persetujuan dari CO / PO / COTR

Risiko Perencanaan Kontinjensi

:Project Manager (s)

Risiko Manajemen Respon

:Manajer Proyek

Pelaporan Risiko

: Manajer Proyek

2.2.Project Manager
Manajer Proyek menerima setiap Form Risiko dan catatan dan memantau kemajuan semua
risiko dalam proyek. Project Manager bertanggung jawab untuk:
1. Manager proyek pembangunan kostan memiliki tanggung jawab keseluruhan untuk
mengelola risiko di proyek terebut. Anggota tim proyek dapat ditugaskan di daerah
tertentu untuk diberi tanggung jawab untuk melaporkan risiko kepada manajer proyek.
2. Manajer proyek pembangunan kostan ini bertanggung jawab untuk membantu tim proyek
dan

pemangku

kepentingan

lainnya

yang

mengidentifikasi

risiko,

dan

untuk

mendokumentasikan risiko yang terlihat dan potensi di Risk Register.


3. Manajer proyek menentukan apakah salah satu faktor risiko yang baru diidentifikasi atau
peristiwa yang baru terjadi yang dilaporkan oleh tim proyek akan dievaluasi lebih lanjut.
5

4. Manajer proyek bertanggung jawab untuk peminimalisiran risiko dengan Risk Register.
2.3.Project Review Group
Setelah kegiatan proyek dilakukan dan selesai, faktor risiko dan kejadiannya akan
dipantau untuk menentukan apakah sebenarnya peristiwa tersebut memicu kejadian yang
berisiko. Berdasarkan peristiwa pemicu yang telah didokumentasikan selama analisis risiko
dan mitigasi proses, tim proyek atau manajer proyek akan memiliki wewenang untuk
memberlakukan rencana darurat yang dianggap sesuai. Hari pelaksanaan untuk kegiatan
mitigasi risiko akan diberlakukan dan diarahkan oleh manajer proyek. Rencana kontingensi
yang pernah disetujui dan mulai dilaksanakan akan ditambahkan ke rencana kerja proyek dan
akan dilacak dan dilaporkan bersama dengan semua kegiatan proyek lainnya.
Manajemen risiko merupakan kegiatan yang terus-menerus sepanjang proyek
berjalan. Proses ini meliputi kegiatan lanjutan dari identifikasi risiko, penilaian risiko,
perencanaan untuk risiko yang baru diidentifikasi, pemantauan kondisi pemicu dan rencana
kontingensi, dan pelaporan risiko secara teratur. Pelaporan status proyek berisi bagian dari
manajemen risiko, di mana risiko baru disajikan bersama dengan perubahan status risiko
yang ada. Beberapa atribut risiko, seperti probabilitas dan dampak, bisa berubah selama
proyek berjalan dan hal ini harus dilaporkan juga sebagaimana kejadian risiko baru yang
diidentifikasi.
2.4.Project Team
Resiko akan diidentifikasi selama proyek berjalan oleh ahli K3 di proyek, dan atau
risiko dapat diidentifikasi oleh siapa pun yang terkait dengan proyek. Beberapa risiko akan
hanya ada pada proyek itu sendiri (terspesifikasi), sementara yang lain akan menjadi hasil
dari pengaruh eksternal yang benar-benar di luar kendali tim proyek. Anggota tim proyek
dapat ditugaskan di daerah tertentu untuk diberi tanggung jawab untuk melaporkan risiko
kepada manajer proyek. Selama semua tahapan proyek berjalan, daerah yang memiliki resiko
akan didiskusikan dan diidentifikasi risikonya secara mendalam. Tujuannya adalah untuk
menginstruksikan tim proyek dalam kebutuhan risk awareness, identifikasi, dokumentasi dan
komunikasi.
Kesadaran terhadap risiko mengharuskan setiap anggota tim proyek menyadari apa
yang merupakan risiko terhadap proyek, dan menjadi lebih sensitif terhadap peristiwa tertentu
atau faktor-faktor yang berpotensi dapat mempengaruhi proyek dengan cara yang positif atau
negatif. Identifikasi risiko terdiri dari menentukan risiko yang mungkin mempengaruhi
6

proyek dan mendokumentasikan karakteristik masing-masing. Komunikasi risiko melibatkan


hal-hal yang membawa faktor risiko atau peristiwa yang menjadi perhatian manajer proyek
dan tim proyek.
3.Raise Risk
Proses ini menyediakan kemampuan untuk setiap anggota tim proyek untuk
meningkatkan risiko yang terkait dengan proyek. Prosedur yang dilakukan: Originator Risiko
mengidentifikasi risiko yang berlaku untuk aspek tertentu dari proyek (misalnya ruang
lingkup, kiriman, rentang waktu atau sumber daya) Originator Risiko melengkapi Formulir
Risiko dan mendistribusikan formulir ke Project Manager.
3.1 Identifikasi Resiko
Resiko muncul karena adanya suatu kondisi yang tidak pasti. Manajemen resiko
dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi dampak maupun kemungkinan terjadinya resiko
tersebut. Tahapan manajemen resiko yang dilakukan adalah identifikasi resiko, analisis
resiko, dan strategi terhadap resiko yang mungkin timbul. Di bawah ini akan dipaparkan hasil
wawancara lapangan mengenai data proyek dan resiko dari persepsi kontraktor dalam proyek
pembangunan kostan di PT. Usaha Bersama.
Table 3.1 Analisis Tingkat Resiko Konstruksi
Kode

A1

Resiko

Probabilitas

Kehilangan biaya akibat 3

Dampak

Tingkat

Kategori

Ranking

Resiko

Tingkat

Resiko

Resiko
Moderat

perbaikan pekerjaan yang


ditinggalkan

mandor/

subkontraktor yang tidak


A2

bertanggung jawab
Kenaikan harga satuan besi 3

15

tinggi

B1

pondasi
Denda

15

tinggi

keterlambatan 3

pembangunan kostan
hari,

tidak

ada

per
batas

B2

maksimal
Tertahannya dana akibat 1
tidak

ada

Rendah

tanggal

pengembalian jaminan
pemeliharaan,

masa

B3

pemeliharaan 3 tahun
Jaminan
pelaksanaan 1

Rendah

10

C1
C2

diperpanjang
Pekerjaan terlambat
Turun
hujan

5
3

15
9

Tinggi
Moderat

1
4

2
1

6
5

Moderat
Moderat

5
7

Rendah

3
saat 3

pembangunan kostan dan


diperintahkan
C3
C4

konsultan

untuk meneruskan
Jalan kerja runtuh
3
Pencurian yang mungkin 5
terjadi

pada

lokasi

pembangunan kostan
C5

Over

material

redymix 2

kelas B2
Berdasarkan kategori resiko pada tabel di atas, dapat ditentukan tindakan atau respon
terhadap resiko. Penentuan respon ini dibagi menjadi tiga, yaitu diterima dengan monitor dan
review, mitigasi, atau dihindari. Respon terhadap resiko dari persepsi kontraktor dapat dilihat
pada table di bawah.
Table 3.2 Respon Resiko Dari Persepsi Kontraktor
Kode Resiko
A1

Kategori

Tingkat Resiko
Kehilangan biaya akibat Moderat

Respon

Strategi Respon Resiko

Resiko
Mitigasi

Penerapan aturan pembayaran

perbaikan pekerjaan yang

yang mengamankan proyek,

ditinggalkan

scope

mandor/

planning

yang

baik

subkontraktor yang tidak

kepada

A2

bertanggung jawab
Kenaikan harga satuan besi tinggi

Hindari

calon mitra
Mengupayakan kontrak payung

B1

pondasi
Denda

Hindari

dengan supplier
Meminta pasal mengenai batas

keterlambatan tinggi

pembangunan kostan
hari,
B2

tidak

denda maksimal dituangkan di

batas

dalam kontrak

maksimal
Tertahannya dana akibat Rendah
tidak

B3

ada

per

ada

Diterima Meminta kepada owner untuk

tanggal

memberi batasan waktu yang

pengembalian jaminan

jelas atas pengembalian jaminan

pemeliharaan,masa

pemeliharaan

pemeliharaan 3 tahun
Jaminan
pelaksanaan Rendah

Diterima Meminta kepada owner untuk

diperpanjang

memberi batasan waktu yang


jelas atas pengembalian jaminan

C1

Pekerjaan terlambat

Tinggi

Hindari

pelaksanaan
Tracking

Schedule,

korespondensi yang baik dan


lengkap,
C2

Turun

hujan

saat Moderat

Mitigasi

pembangunan kostan dan


diperintahkan
C3
C4

semua

peluang claim
Menuangkan di kontrak sebagai
Force Majeur

konsultan

untuk meneruskan
Jalan kerja runtuh

Moderat

Pencurian yang mungkin Moderat


terjadi

mencatat

pada

Mitigasi

Sistem drainase yang memadai

Mitigasi

pada daerah rawan longsor


Pengamanan yang lebih baik

lokasi

pembangunan kostan
C5

Over

material

redymix Rendah

kelas B2

Diterima Memastikan ketersediaan air


untuk water stabilization

Dapat dilihat bahwa resiko terbesar kontraktor adalah apabila pekerjaan terlambat.
Selain itu, resiko kenaikan harga satuan besi pondasi dan denda keterlambatan juga
merupakan resiko yang berdampak besar bagi kontraktor. Resiko ini sebaiknya dihindari
dengan menerapkan berbagai strategi untuk mengurangi kemungkinan resiko ini terjadi.
Sebagai contoh, untuk mengantisipasi terjadinya keterlambatan pekerjaan maka dilakukan
beberapa strategi, antara lain Tracking Schedule, korespondensi yang baik dan lengkap, dan
mencatat semua peluang claim.
9

Resiko rendah dari persepsi kontraktor adalah resiko over material redymix kelas B2,
tertahannya dana akibat tidak ada tanggal pengembalian jaminan pemeliharaan, dan jaminan
pelaksanaan diperpanjang. Resiko tersebut berada pada urutan kedelapan, kesembilan dan
kesepuluh. Beberapa resiko ini termasuk resiko yang kemungkinan kecil terjadi, dan
dampaknya tidak menimbulkan kerugian yang besar bagi proyek. Manajemen resiko ini
merupakan langkah yang harus ditempuh kontraktor untuk mengurangi terjadinya resiko yang
mengakibatkan tidak tepatnya waktu pelaksanaan proyek, pembengkakan biaya proyek, dan
tidak tercapainya mutu proyek.
3.1.1 Kategori Resiko
Dari resiko yang telah diidentifikasi, resiko tersebut dapat dikategorikan diantaranya:
kategori resiko ekonomi, resiko kontrak dan hukum serta resiko konstruksi seperti pada tabel
di bawah.
Table 3.1.1. Kategori Resiko pada Konstruksi
Kode Kategori Resiko
A
Resiko Ekonomi

Resiko
A1
Kehilangan biaya akibat perbaikan pekerjaan yang
ditinggalkan mandor/ subkontraktor yang tidak

Resiko Kontrak dan Hukum

A2
B1

bertanggung jawab
Kenaikan harga satuan besi beton
Denda keterlambatan 1 per mil per hari, tidak ada batas

B2

maksimal
Tertahannya

dana

akibat

tidak

ada

tanggal

pengembalian jaminan

Resiko Konstruksi

B3
C1
C2

pemeliharaan, masa pemeliharaan 3 tahun


Jaminan pelaksanaan diperpanjang
Pekerjaan terlambat
Bored pile menemui lapisan bolder dan diperintahkan

C3
C4

konsultan untuk meneruskan


Jalan kerja runtuh
Pencurian yang mungkin terjadi pada lokasi box culvert
dan overpass karena terletak di tepi jalan yang

C5

ramai
Over material redymix kelas B2

3.1.2.Risks ID

10

Mengidentifikasi risiko kemungkinan untuk setiap kategori yang diberikan di atas dengan
mengisi tabel. Setiap risiko yang diidentifikasi harus dialokasikan dengan menggunaka tanda
pengenal (id).
4. Risk Register
Manajer proyek pembangunan kostan akan mengidentifikasi dan mendokumentasikan
hal-hal yang dapat menjadi faktor risiko selama pembuatan Risk Register. Manajer proyek
pembangunan kostan ini bertanggung jawab untuk membantu tim proyek dan pemangku
kepentingan lainnya yang mengidentifikasi risiko, dan untuk mendokumentasikan risiko yang
terlihat dan potensi di Risk Register. Pembaharuan ke daftar risiko akan menjadi salah-satu
acuan berubahnya faktor risiko. Manajemen risiko akan menjadi topik diskusi selama
pertemuan proyek yang dijadwalkan secara rutin. Tim proyek pembangunan kostan akan
membahas faktor-faktor risiko baru atau kejadian, dan hasil pembahasan ini akan ditinjau
oleh manajer proyek pembangunan kostan. Manajer proyek akan menentukan apakah salah
satu faktor risiko yang baru diidentifikasi atau peristiwa yang baru terjadi tersebut menjamin
evaluasi lebih lanjut.
Tim proyek identifikasi resiko (ahli K3 dan P2K3) akan melakukan pengukuran
kuantifikasi risiko dan pengembangan respons risiko yang sesuai, dan setelah itu tindakan
atas resiko akan diambil. Pada setiap saat selama proyek, faktor risiko atau peristiwa harus
dilaporkan ke manajer proyek pembangunan kostan menggunakan Email atau bentuk lain
dari komunikasi tertulis untuk mendokumentasikan item. Manajer proyek bertanggung jawab
untuk peminimalisiran risiko dengan Risk Register. Pemberitahuan risiko baru harus
mencakup unsur-unsur Risk Register berikut:
Deskripsi faktor risiko atau peristiwa, misalnya proyek bertentangan atau operasional
inisiatif yang dituntut di tempat sumber daya proyek, hasil studi tak terduga, penundaan, dll
Probabilitas terjadinya kecelakaan.
Jadwal Dampak. Jumlah jam, hari, minggu, atau bulan yang merupakan faktor risiko dapat
mempengaruhi jadwal.
Dampak Lingkup. Dampak risiko akan berdampak pada prestasi perkembangan proyek.
Kualitas Dampak. Sebuah kejadian yang berisiko dapat mengakibatkan penurunan kualitas
pekerjaan atau produk yang dikembangkan.
Dampak Biaya. Dampak peristiwa risiko, jika terjadi kemungkinan kepememilikan
anggaran pada proyek tersebut.

11

4.1. Risk Quantification


Dari identifikasi bahaya pada aktivitas proses pembangunan kos-kosan ini dapat kita
simpulkan kecenderungan nya ada pada safety dan risk asseshment. Kita dapat
menganalisisnya dengan menggunakan metode HIRA. Analisis ini memusatkan perhatian
pada sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dengan menggunakan metode
Hazard Identification and Risk Asseshment (HIRA). Proses identifikasi menggunakan HIRA
ini adalah Identifikasi Bahaya, Analisa Resiko (Risk Assesment), Menetapkan Tindakan
Pengendalian.
Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan manusia yang tidak
aman (unsafe act) dan keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition). Bahkan ada
satu pendapat yang mengatakan, bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua
kecelakaan adalah karena faktor manusia. Metode yang dipakai untuk analisis penilaian
resiko dari proses konstruksi pembangunan kos-kosan ini menggunkan Model Matriks yang
berdasarkan AS/NZS 4360 (Australian New Zealand Standart).
4.1.1.Probability/Likelihood
Ukuran Kualitatif dari likelihood Menurut Standart AS/NZS 4360
Level
5
4
3
2
1

Descriptor
Almost Certain
Likely
Possible
Unlikely
Rare

Uraian
Dapat terjadi stiap saat
Sering
Dapat terjadi sekali-sekali
Jarang
Hampir tidak pernah sangat jarang terjadi

Sumber : AS/NZS 4360, 3rd Edition The Australian And New Zealand Standart on Risk
Management, Broadleaf Capital International Pty Ltd, NSW Australia
4.1.2.Consequences/Impact
Ukuran Kualitatif dari consequency Menurut Standart As/NZS 4360
Level

Descriptor

Example detail description

Insignificant

Tidak terjadi cidera, kerugian financial sedikit

12

Minor

Cedera ringan, kerugian financial sedang

Moderate

Cedera sedang perlu penanganan medis, kerugian


finansial besar

Major

Cedera berat >1 orang kerugian besar, gangguan


produksi

Catastrophic

Fatal >1 orang kerugian sangat besar dan dampak sangat


luas, terhentinya seluruh kegiatan

Sumber : AS/NZS 4360, 3rd Edition The Australian And New Zealand Standard on
Risk Management, Broadleaf Capital International Pty Ltd, NSW Australia

Matriks Analisa Risiko Secara Kualitatif


Menurut Standart AS/NZS 4360
Frekuensi
Risiko
5
4
3
2
1

Dampak Risiko
1
2

H
M
L
L
L

E
H
H
M
M

E
E
E
H
H

E
E
E
E
H

H
H
M
L
L

Sumber : Draper.R, AS/NZS 4360, Risk Management in Security Risk Anlaysis,


Brisbane, Australia, ISMCPI
E : Extreme Risk; immediate action required
H : High Risk; senior management attention needed
M : Moderate Risk; management responsibility must be specified
L : Low Risk; manage by routine procedures
13

4.1.3.Priority
Selanjutnya penilaian resiko pada proses konstruksi pembanguanan kos-kosan dengan
menggunakan Metode Matriks atau Kualitatif.
Penilaian resiko yang mungkin terjadi pada pekerja bangunan
No.

Kegiatan

Bahaya

1.

Persiapan

Tertusuk

(Pembersihan

kaca
Tertusuk duri

Lahan)

2.

4.

5.

6.

Concequence

Nilai

Tertusuk

paku/benda tajam
Tergores Celurit

batu 3

untuk pondasi
Tertusuk pecahan 2

batu pondasi
Tersandung

kayu 3

Tersandung

batu 4

bata
Terhirup

debu 4

12

pecahan 3

Pondasi (penggalian, Terkena cangkul


pembuatan pondasi)

3.

Likelihood

Pemasangan

Tertimpa

batu 4

pondasi
kayu Terjatuh dari atas

penyangga

Tertimpa

Pembuatan Dinding

penyangga
Tertimpa batu bata

Memasang Atap

Memasang Plafon

semen
Terhirup debu pasir

12

Terjatuh dari atas

Tertimpa atap

Terbentur

Terpeleset dari atap

Terhirup debu asbes 3

Terjatuh

14

Tertimpa Plafon
7.

Memasang

kusen, Terkena palu

Terkena paku

Terjepit

debu 4

12

pintu, jendela
8.

Memasang Penutup Terhirup


Lantai/Keramik

9.

semen
Terhirup debu pasir

12

Tertimpa keramik

Terhirup uap bahan 4

12

pelarut
Terhirup zat aditif 4

12

cat
Tersengat listrik

12

pagar Tertimpa

Tergores

Terjepit

Pengecatan

10.

Pemasangan listrik

11.

Pembuatan
depan

Penggolongan Risiko Berdasarkan Matriks Risiko


AS/NZS 4360:2004.
No.

Kegiatan

Bahaya

Penggolongan

1.

Persiapan (Pembersihan

Tertusuk pecahan kaca

Matriks
L

Lahan)

Tertusuk duri

Tertusuk paku/benda tajam

Tergores Celurit

Pondasi (penggalian,

Terkena cangkul

pembuatan pondasi)

Tertimpa batu untuk pondasi

Tertusuk pecahan batu pondasi

Tersandung batu pondasi

Terjatuh dari atas

Tertimpa kayu penyangga

Tertimpa batu bata

2.

3.

4.

Pemasangan kayu penyangga

Pembuatan Dinding

15

5.

6.
7.

Memasang Atap

Memasang Plafon
Memasang

kusen,

9.

Terhirup debu semen

Terhirup debu pasir

Terjatuh dari atas

Tertimpa atap

Terbentur

Terpeleset dari atap

Terhirup debu asbes

Terjatuh

Tertimpa Plafon

pintu, Terkena palu

Terkena paku

Terjepit

Memasang Penutup

Terhirup debu semen

Lantai/Keramik

Terhirup debu pasir

Tertimpa keramik

Terhirup uap bahan pelarut

Terhirup zat aditif cat

jendela

8.

Tersandung batu bata

Pengecatan

10.

Pemasangan listrik

Tersengat listrik

11.

Pembuatan pagar depan

Tertimpa

Tergores

Terjepit

5.Assign Risk Actions


Sedangkan pengendalian risiko menurut OHSAS 18001 memberikan pedoman pengendalian
risiko yang lebih spesifik untuk bahaya K3 dengan pendekatan sebagai berikut :
Eliminasi
Substitusi
Pengendalian teknis (Engineering Control)
Administratif
Alat Pelindung Diri (APD)
16

6.Implement Risk Actions


Dari analisis di atas kita dapat menentukan atau dapat melakukan pengendalian
menggunakan Hierarchy of Control. Pengendalian dari proses konstruksi pembangunan koskosan ini adalah sebagai berikut :

Elimiasi

Hirarki teratas yaitu eliminasi/ menghilangkan. Menghilangkan bahaya dilakukan pada saat
desain yang bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam
menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada desain. Eliminasi bahaya yang
dapat dilakukan seperti menghilangkan bahaya jatuh dari atas atau menghilangkan
bahan/tahapan proses berbahaya. Menghilangkan batu yang dapat membuat pekerja terjatuh,
terpeleset, tertimpa.

Substitusi

Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi ataupun peralatan
dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Mengganti atap asbes dengan atap dari
genteng/tanah liat. Dengan pengendalian ini menurunkan bahaya dan resiko minimal melalui
disain sistem ataupun desain ulang.

Engineering control

Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja serta untuk
mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian ini terpasang dalam suatu unit sistem
mesin atau peralatan. Mesin penggilingan semen terletak agak jauh dari pekerja.

Administratif

Kontrol administratif ditujukan pengandalian dari sisi orang yang akan melakukan pekerjaan,
dengan dikendalikan metode kerja diharapkan orang akan mematuhi, memiliki kemampuan
dan keahlian cukup untuk menyelesaikan pekerjaan secara aman. Pada pengendalian ini bisa
sebaiknya mandor memberikan pengetahuan tentang bahaya yang akan timbul, dan
pembagian jadwal kerja, jadwal istirahat.

APD (Alat Pelindung Diri)

Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri (APD) hanya berfungsi untuk mengurangi
seriko dari dampak bahaya. Misalnya penggunaan masker pada pekerja yang mengaduk
semen dan pasir, dan pengecetan. Menggunakan sepatu boots saat perbersihan lahan agar
tidak tertusuk duri. Menggunakan tangga atau alat bantu untuk memasang atap.

17

6.1.Schedule
Untuk setiap risiko diidentifikasi

dan diurutankan berdasarkan prioritas

dengan

mempertimbangkan :
Tindakan pencegahan untuk mengurangi kemungkinan risiko yang terjadi
Tindakan kontingen untuk mengurangi dampak risiko yang terjadi
Untuk setiap resiko yang diidentifikasi, ditetapkan sumber daya yang bertanggung jawab
untuk melakukan tindakan dan tanggal di mana tindakan harus diselesaikan.
Peringkat

Tinggi

ID

3.1

Tindakan

Sumber

Tanggal

Contingent

Sumber

Tanggal

pencegahan

tindakan

tindaka

Actions

tindaka

tindakan

Menyediakan Manager

n
210315

Membuat

n
Tim

16 Juni

jadwal yang

proyek

2015

Mengatur

Tim

16 Juni

proyek

2015

Membuat

Quality

16 Juni

persyaratan

Manage

2015

kualitas

konstruksi agar

konstruksi

sesuai dengan

dengan

pelanggan

jadwal waktu

proyek

yang jelas

sebenarnya agar

dan cukup

bisa dicapai

untuk

oleh proyek

menyelesaika
n kerja
Tinggi

Tinggi

7.1

1.3

proyek
Menyesuaika

Project

n jumlah

review

jumlah pekerja

pekerja yang

group

agar pekerjaan

210315

dialokasikan

proyek

dengan

maksimal

proyek
Menyesuaika

Quality

n persyaratan

Manager

190315

pelanggan

18

Tinggi

Tinggi

4.1

4.2

Anggaran

Manajer

disesuaikan

proyek

Membuat

Project

16 Juni

anggaran yang

review

2015

agar tidak

sesuai agar

group

melebihi

tidak melebihi

alokasi

alokasi

Menghindari

Project

pengeluaran

review

yang

230315

230315

tidak group

Membuat

Project

16

Juni

perhitungan

review

2015

yang jelas untuk group

terhitung

menghindari

dalam proyek

pengeluaran
yang

tidak

terhitung
Tinggi

6.3

Memberikan

Project

270315

Memberi

Project

intruksi yang tim

intruksi

yang tim

jelas

jelas

terhadap

pekerja

agar

pekerja untuk

terhindar

dari

menghindari

miskomunikasi

16

Juni

2015

terhadap

miskomunika
Tinggi

7.2

si
Melakukan

Project

penyeleksian

tim

210315

Menyediakan
pekerja

terhadap

Project

yang tim

16

Juni

2015

terampil

pekerja
Tinggi

7.3

Meningkatka
n

Project

kesadaran tim

280315

Memberikan

Project

sosialisasi pada tim

pekerja

pekerja tentang

dalam

pentingnya

menggunaka

memakai APD

16

Juni

2015

n APD
19

Tinggi

7.4

Meningkatka
n

Project

280315

fokus tim

Menyediakan

Project

sign di sudut tim

pekerja agar

tertentu

tidak terjatuh

mengingatkan

dalam

pekerja

16

Juni

2015

untuk

bekerja

Medium

1.1

Menyediakan Manajer
surat

170315

izin proyek

Melakukan

Manajer 16

pengecekan

proyek

2015

Mengukur

Project

16

persyaratan

review

2015

konstruksi

group

Mendaftarkan

Project

konstruksi

ulang terhadap

yang lengkap

surat

Juni

izin

konstruksi
sebelum proyek
dimulai
Medium

1.2

Jelas

Quality

menyediakan

manajer

170315

pesyaratan

Juni

konstruksi
yang

bisa

terukur

Medium

3.2

Jelas

Project

mendaftarka

review

semua group

190315

kegiatan
tugas

dan review

Juni

2015

yang group

kegiatan dan

diperlukan

tugas

dalam proyek

yang

16

diperlukan
proyek

20

Medium

4.3

Terdapat

Manajer

sumber

proyek

190315

Sumber tunggal Manajer 12


untuk

belanja proyek

tunggal yang

yang

bertanggung

dianggarkan

Juni

2015

jawab dalam
belanja yang
dianggarkan
Medium

4.4

Jelas

Manajer

menyediakan

proyek

190315

Membuat

Manajer 12

ketentuan denda proyek

ketentuan

yang disebakan

denda

kelalaian

yang

disebabkan

pekerja

kelalaian

pemutusan dan

pekerja

Juni

2015

pembayaran

pemutusan

kontrak

dan
pembayaran
Medium

6.1

kontrak
Mengendalik

Project

an
komunikasi
agar

280315

Mengendalikan

Project

21

review

komunikasi

tim

2015

manajer

agar

Project

25

tidak

Juni

tidak

menimbulkan

menimbulka

masalah

proyek

masalah

pada

pada proyek
Medium

7.5

Menyediakan Project
peralatan

review

250315

Menyediakan
peralatan

yang tim

yang memadi group

memeadi untuk

untuk proyek

proyek

Juni

2015

21

Medium

2.1

Jelas

Manajer

mengidentifi

proyek

190315

Mengidentifikas Manajer 12
i

kasi manfaat

manfaat proyek

Juni

2015

proyek

proyek

Medium

2.2

Jelas

Quality

mengukur

manajer

190315

Mengukur

Quality

12

Juni

manfaat proyek

manajer

2015

Mengeliminasi

Project

14

manfaat
proyek

Medium

5.3

Jelas

Manajer

mengidentifi

proyek

200315

manfaat negatif review

kasi

yang

perubahan

berdampak pada

negatif yang

proyek

Juni

2015

group

akan
berdampak
Medium

6.2

pada proyek
Jelas

Manajer

melibatkan

proyek

stakeholder

210315

Melibatkan

Manajer 14

stakeholder

proyek

Juni

2015

utama proyek

utama proyek

22

Low

5.1

Jelas

Project

210315

Menguraikan

Project

menguraikan

review

ruang

ruang

group

proyek

group

Melakukan

Project

lingkup review

22

Juni

2015

lingkup
proyek

Low

5.2

Jelas

Project

melakukan

tim

210315

proyek

dalam tim

proyek dalam

ruang

ruang

yang

lingkup yang

disepakati

22

Juni

2015

lingkup
telah

telah
disepakati
Low

7.6

Jelas

Project

menyediakan

review

bahan

yang group

diperlukan

210315

Menyediakan
bahan

Project

yang tim

22

Juni

2015

diperlukan
dalam proyek

selama
proyek

23

Risk Documents
Risk Form
'Form Risiko' digunakan untuk mengidentifikasi dan menggambarkan risiko untuk proyek
dengan memasukkan template untuk Form Risiko yang diisi untuk menunjukkan bagaimana
risiko akan ditentukan pada proyek .
Risk Form
PROJECT DETAILS
Project Name:
Project Manager:

Name of the project to which the risk relates


Name of the project manager responsible for mitigating the risk

RISK DETAILS
Risk ID:

Unique identifier assigned to this risk

Raised By:

Name of person who is raising the risk

Date Raised:

Date on which this form is completed

Risk Description:
Add a brief description of the risk identified and its likely impact on the project (e.g. scope,
resources, deliverables, timescales and/or budgets)

Risk Likelihood:

Risk Impact:

Describe and rate the likelihood of the risk Describe and rate the impact on the project if
eventuating (i.e. Low, Medium or High)

the risk eventuates (i.e. Low, Medium or


High)

RISK MITIGATION

24

Recommended Preventive Actions:


Add a brief description of any actions that should be taken to prevent the risk from
eventuating
Recommended Contingency Actions:
Add a brief description of any actions that should be taken, in the event that the risk happens,
to minimize its impact on the project
APPROVAL DETAILS
Supporting Documentation:
Reference any supporting documentation used to substantiate this risk

Signature:

Date:
_______________________

___/___/____

PLEASE FORWARD THIS FORM TO THE PROJECT MANAGER

25

Risk Register
The Risk Register is the log / database where all risks are registered and tracked through to closure.
Insert a template for the Risk Register here to show how risks will be recorded and monitored on the project
RISK REGISTER
Project Name:
Project Manajer:

26

Summary
Description
Date
Raised Received Description Description Likelihood Impact
ID
Raised By
By
of Risk
of Impact
Rating
Rating

Preventive Actions
Priority Preventative Action
Rating

Actions

Action

Resource Date

Control / Contingency Action


Contingency Action
A
Actions

Resource

Risk form untuk penilaian resiko menggunakan JSA


Nama Pekerjaan

: Pembangunan Kosan

Tanggal Pekerjaan

Alamat Kerja

: Jln. Nusantara Gg.Buntu

Tahap Pekerjaan
1. Persiapan
(Perbersihan lahan)
2. Membuat pondasi
(galian pondasi,
pengecoran)

Bahaya
Debu,
Bakteri, jamur

Debu Semen

Mengangkat Batu
(bahan pondasi)

Resiko
Gangguan saluran Pernafasan
Gatal-gatal

Dermatitis, gangguan

Memakai pelindung tangan/ sarung

tangan dan sarung tangan


Memakai alat bantu untuk membawa

memakai alas kaki dan pelindung tangan

pernafasan
-

Tertimpa batu

Pengendalian
Memakai penutup hidung/mulut,

batu (bahan pondasi)


27

3. Pemasangan kayu
penyangga,
pembetonan

4. Pekerjaan dinding

5. Memasang atap

Mengangkat
Berat
Tertimpa
terjatuh

Tertimpa batu bata


Tersandung batu

bata
Terhirup debu

semen
Terhirup debu pasir

Luka Memar/ luka gores pada

Tidak berdekatan dengan kayu

tubuh
Luka Memar pada bagian

penyangga
Menggunakan alat bantu naik seperti

yang
-

terkena

timpaan

kayu
Luka memar/ luka gores pada
bagian yang terkena batu
bata, misalnya tertimpa

dibagian kepala
Luka gores pada bagian kaki

pekerja
Gangguan pernafasan, bersin-

bersin, dermatitis
Gangguan pernafasan, bersin-

Terjatuh dari atas


Tertimpa atap
Terbentur
Terpeleset dari atap
Terhirup debu

bersin, asma
Bisa menyebabkan luka

asbes

tangga
-

Menjauhkan batu bata dengan pekerja


Memakai masker sebagai pelindung

untuk mengurangi risiko bahaya


Menggunakan sepatu boots untuk
melindungi kaki dari risiko tersandung
batu bata

Memasang jaring-jaring yang bertujuan

menangkap pekerja yang jatuh


Tidak berdekatan dengan proses

pemasangan atap, memakai helm


Memakai masker untuk melindungi dari

sedang atau luka memarpada


tubuh pekerja, patah tulang,
atau meninggal
Luka sedang yang dapat
menimbulkan luka pada

debu asbes

tubuh pekerja, misalnya luka


-

pada bagian kepala


Luka-luka pada tubuh
28

6. Memasang plafon

7. Memasang kusen,
pintu, dan jendela

8. Memasang penutup

Luka-luka, patah tulang, atau

bisa sampai meninggal


Asbestosis, kanker paru-paru

Luka-luka ringan, patah

Memasang jaring-jaring yang bertujuan

tulang atau meninggal


Patah tulang, luka-luka pada

menangkap pekerja yang jatuh


Memakai helm pelindung

Penggunaan alat pelindung diri

Menggunakan masker yang bertujuan

Terkena palu
Terkena paku
Terjepit

tubuh
Luka memar sampai luka

sedang
Luka tusuk
Luka memar dan luka gores

Terhirup debu

Gangguan pernafasan, asma,

semen
Terhirup debu pasir
Tertimpa keramik

dermatitis
Gangguan pernafasan, asma
Luka gores pada kaki

Terhirup uap bahan

Iritasi

pelarut
Terhirup zat aditif

tenggorokan, mata,
Pusing, mengantuk, sakit

lantai

9. Pengecatan

Terjatuh
Tertimpa Plafon

kepala,

cat

pada

iritasi

mengurangi bahaya risiko dari debu


-

hidung,

semen, pasir
Menggunakan alat troli
-

Memakai APD, seperti masker yang


bertujuan mengurangi risiko bahaya

pada

kulit
10. Pemasangan listrik

Tersengat listrik

Terjatuh, luka bakar,

Memakai alat pelindung diri


29

11. Pembuatan pagar


depan

Tertimpa
Tergores
Terjepit

meninggal
- Luka gores atau luka
-

memar
Luka gores
Luka memar

Memakai APD (sarung tangan)


Tidak menaruh pagar dekat dengan
pekerja

30

Document Control
Document Information

Document Information
Document Id
Document Owner
Issue Date
Last Saved Date
File Name

[Document Management System ]


[Owner Name]
[Date]
[Date]
[Name]

Document
Version
[1.0]

History
Issue Date
[Date]

Changes
[Section, Page(s) and Text Revised]

Document
Role
Project Sponsor

Approvals
Name

Signature

Date

Project Review Group


Project Manager
Quality Manager
(if applicable)
Procurement Manager
(if applicable)
Communications Manager
(if applicable)
Project Office Manager
(if applicable)

31

Appendix

Referensi
Soeharto Imam, 1997, Manajemen Proyek. Erlangga, Jakarta.
Ervianto,A.U dan Joshua, M. (2001). Manajemen Proyek Konstruksi.Yogyakarta: Andi,
Yogyakarta
Husen, Abrar. 2009. Manajemen Proyek, Perencanaan, Penjadwalan, Pengendalian Proyek.
Yogyakarta : Andi Yogyakarta
32

33

Anda mungkin juga menyukai