Anda di halaman 1dari 7

Nama Anggota Kelompok 2:

1. Taufiq Agung Pambudi (21108030026)


2. Athaya Zaida Kamila (21108030059)
3. Dwi Nur Haliza (21108030067)
4. Vika Parhatunnuron Niah (21108030130)

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI, INVESTASI, DAN


PENGANGGURAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PADA
TAHUN 2010-2015

PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi adalah tumbuhnya kemampuan perekonomian untuk
menghasilkan barang dan jasa. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi lebih terkait dengan
perubahan kuantitatif dan biasanya diukur dalam bentuk produk domestik bruto atau data
pendapatan manufaktur per kapita.

Pertumbuhan ekonomi juga memiliki penjelasan lain, yaitu proses terus menerus dari
perubahan kondisi ekonomi di suatu negara menuju keadaan yang dianggap lebih baik untuk
jangka waktu tertentu. Teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi atau menentukan pertumbuhan ekonomi dan proses-prosesnya dalam jangka
panjang, penjelasan tentang bagaimana faktor-faktor tersebut saling berinteraksi sehingga
dapat menimbulkan suatu proses pertumbuhan. 

Suku bunga adalah biaya penggunaan dana pinjaman. Pembayaran pokok yang
dipinjam dari pihak lain disebut bunga. Bunga yang dinyatakan sebagai persentase pokok
dikenal sebagai bunga. Artinya tingkat bunga adalah tingkat pembayaran modal yang
dipinjam dari pihak lain (Sukirno 2012:230).

Suku bunga diatur dan ditetapkan oleh pemerintah, yang bertujuan untuk menjaga
kelangsungan perekonomian negara. Suku bunga ini penting untuk dipertimbangkan karena
rata-rata investor selalu mengharapkan pengembalian yang lebih tinggi atas investasinya.
Menaikkan suku bunga adalah alat utama bank sentral untuk melawan inflasi. Ketika biaya
kredit meningkat, jumlah uang yang beredar di masyarakat menurun dan aktivitas ekonomi
menurun. Hal sebaliknya bisa terjadi. Penurunan suku bunga menyebabkan penurunan biaya
pinjaman. Investor biasanya terdorong untuk mengembangkan usahanya atau melakukan
investasi baru, dan konsumen meningkatkan konsumsinya. Dengan cara ini, produksi
ekonomi meningkat dan lebih banyak pekerja dibutuhkan. 
Inflasi merupakan proses kenaikan suatu harga yang umum digunakan dalam ekonomi.
Hal ini disebabkan tidak seimbangnya arus barang dan uang yang disebabkan oleh berbagai
faktor yang mempengaruhi inflasi. Selain itu, daya beli masyarakat juga mempengaruhi
inflasi. Masyarakat cenderung mendasarkan konsumsinya pada harga dan tingkat pendapatan.
Perubahan harga yang tajam menurunkan daya beli masyarakat dan memicu inflasi yang
dapat melumpuhkan produksi. Tidak semua inflasi berdampak negatif terhadap
perekonomian. Apalagi jika inflasi sedikit kurang dari sepuluh persen. Inflasi ringan dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini mempengaruhi semangat para pengusaha untuk
lebih meningkatkan produksinya.

Dengan menaikkan harga, pengusaha mendapat lebih banyak keuntungan. Kegiatan


ekonomi yang berlebihan meningkatkan inflasi. Jika inflasi semakin tinggi, maka semakin
tinggi pula harga barang dan jasa. Inflasi berpengaruh negatif jika nilainya melebihi sepuluh
persen (Sukirno, 2012:327). Inflasi juga merupakan masalah bagi setiap perekonomian. Ini
bervariasi dari waktu ke waktu dan juga berbeda dari satu negara ke negara lain.

Sukirno (2000) menyatakan bahwa kegiatan penanaman modal yang dilakukan oleh
masyarakat secara terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja,
meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kegiatan investasi juga dapat menciptakan lapangan kerja, sehingga jumlah tenaga
kerja bertambah dan pertumbuhan ekonomi dapat meningkat. Selain investasi dan
peningkatan tenaga kerja, penciptaan lapangan kerja juga dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi dengan meningkatkan produktivitas. Produktivitas merupakan penggerak utama
pertumbuhan ekonomi, yaitu pengungkit pertumbuhan ekonomi nasional dalam jangka
panjang. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa banyak negara bersaing untuk
produktivitas saat ini, karena semakin tinggi produktivitas negara maka semakin tinggi pula
pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

Pengangguran merupakan kondisi yang tidak dapat dihindari baik di negara


berkembang maupun negara maju. Pengangguran memiliki keterbatasan yang harus
diperhatikan karena pengangguran berdampak besar pada berbagai persoalan yang berkaitan
dengan kriminalitas, kerusuhan sosial, politik dan kemiskinan. Angka kemiskinan dan
pengangguran sering digunakan untuk mengukur kesejahteraan sosial.

Tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat merupakan salah


satu tujuan bangsa ini, maka kemiskinan dan pengangguran merupakan tugas bersama
seluruh elemen pemerintah dan masyarakat untuk bekerja keras mengatasi permasalahan
tersebut. Negara dapat berdampak negatif pada perekonomian negara karena tingginya
pengangguran. Dampak pengangguran tidak hanya menjadi beban tersendiri, tetapi juga
berdampak pada pemerintah, keluarga, lingkungan dan lain-lain.

Pengangguran adalah penduduk atau orang yang telah memasuki pasar tenaga kerja
tetapi belum mempunyai pekerjaan maupun sedang mencari pekerjaan. Pengangguran
merupakan suatu kondisi yang keberadaannya tidak dapat dihindari dan terus meningkat.
Banyak negara bahkan negara maju memiliki batasan yang perlu diperhatikan karena
pengangguran mencakup berbagai masalah yang berkaitan dengan kejahatan serta kekacauan
sosial, politik dan kemiskinan.  

Hipotesis
Tingkat Suku Bunga
Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian dampaknya yang luas.
Ia mempengaruhi secara lansung kehidupan masyarakat sehari-hari dan mempunyai dampak
penting terhadap kesehatan perekonomian. (Mawardi, 2016). Saat tingkat suku bunga rendah,
maka dana yang mengalir akan semakin banyak dan pertumbuhan ekonomi semakin
meningkat. Sebaliknya, ketika tingkat bunga tinggi, maka sedikit dana yang mengalir akan
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang rendah. (Sundjaja dan Barlian, 2003)

H1: Suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
Tingkat Inflasi
Inflasi dipandang sebagai salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi suatu negara, ada berbagai pandangan mengenai dampak inflasi
terhadap pertumbuhan ekonomi antara lain pada tahun 1958, Philips menyatakan bahwa
inflasi yang tinggi secara positif mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan
tingkat pengangguran. (Prima, 2018). Pendapat tersebut juga didukung oleh para tokoh
perspektif struktural dan keynesian yang percaya bahwa inflasi tidak berbahaya bagi
pertumbuhan ekonomi sedangkan pandangan monetarist berpendapat bahwa inflasi
berbahaya bagi pertumbuhan ekonomi. Hal ini didukung oleh peristiwa pada tahun 1970
dimana negara-negara dengan inflasi yang tinggi terutama negara-negara Amerika Latin
mulai mengalami penurunan tingkat pertumbuhan dan dengan demikian menyebabkan
munculnya pandangan yang menyatakan Inflasi yang memiliki efek negatif pada
pertumbuhan ekonomi bukan efek positif. (Erika, 2020).
H2: Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Tingkat Investasi
Investasi menjadi penting bagi pertumbuhan ekonomi terkait dengan kontribusi
yang diberikannya. Kontribusi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi bisa dilihat dari
sisi permintaan dan penawaran. Dari sisi permintaan, peningkatan investasi
menstimulasi petumbuhan ekonomi dengan menciptakan permintaan yang efektif.
Berdasarkan sisi penawaran, peningkatan investasi merangsang pertumbuhan ekonomi
dengan menciptakan lebih banyak cadangan modal yang kemudian berkembang dalam
bentuk peningkatan kapasitas produksi. (Sholihah, dkk. 2017).
H3: Investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Tingkat Pengangguran
Hubungan antara pengangguran dan pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan dengan
hukum okun (okun’s law), diambil dari nama Arthur Okun, ekonom yang pertama kali
mempelajarinya yang menyatakan adanya pengaruh empiris antara pengangguran dengan
output dalam siklus bisnis. Hasil studi empirisnya menunjukan bahwa penambahan 1 (satu)
point pengangguran akan mengurangi GDP (Gross Domestik Product) sebesar 2 persen. Ini
berarti terdapat pengaruh yang negatif antara pengangguran dan pertumbuhan ekonomi dan
juga sebaliknya pertumbuhan ekonomi dan pengangguran. Penurunan pengangguran
memperlihatkan ketidakmerataan. Hal ini mengakibatkann konsekuensi distribusional. (Aziz,
2016). Pengangguran berhubungan juga dengan ketersediaan lapangan pekerjaan,
ketersediaan lapangan kerja berhubungan dengan investasi, sedangkan investasi didapat dari
akumulasi tabungan, tabungan adalah sisa dari pendapatan yang tidak dikomsumsi. Semakin
tinggi pendapatan nasional, maka semakin rendah harapa untuk membuka kapasitas produksi
baru yang tentu saja akan menyerap tenaga kerja baru. (Mankiw, dkk. 2005).
H4: Pengangguran berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
Model Penelitian

Tingkat Suku Bunga H1


(X1)

Tingkat Inflasi H2
(X2)
Pertumbuhan Ekonomi
(Y)
Tingkat Investasi H3
(X3)

Tingkat Pengangguran H4
(X4)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual


Sumber: Peneliti, diolah 2023

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif karena tehnik analisis data berupa angka dan akan
diolah menggunakan IBM SPSS 23 for Windows. Data merupakan data sekunder yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS) atau dari Bank Indonesia (BI), selama periode
tahun 2010-2015.
Dalam penelitian ini variabel Dependen (Y) adalah Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
Variabel Independen (X) atau variabel bebas merupakan variabel yang tidak dipengaruhi atau
tidak tergantung oleh variabel lain.
Dalam penelitian ini variabel independen/variabel bebas adalah:
a) Tingkat Suku Bunga (X1)
Suku bunga adalah jasa atau nilai yang diberikan oleh pihak yam meminjamkan dana atau
uang. Suku bunga merupakan data dari BPS atau dari Bank Indonesia (BI).
b) Tingkat Inflasi (X2)
Inflasi merupakan suatu tingkat inflasi yang terjadi pada penutupan tahun. Data Inflasi
merupakan data dari BPS atau dari Bank Indonesia (BI).
c) Tingkat Investasi (X3)
Investasi adalah aktivitas penanaman uang atau modal (aset berharga) untuk tujuan
memperoleh keuntungan. Data Investasi merupakan data dari BPS atau dari Bank
Indonesia (BI).
d) Tingkat Pengangguran (X4)
Tingkat pengangguran merupakan jumlah pengangguran yang ada di Indonesia yang tiap
tahun data tersebut diterbitkan oleh BPS.
Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda untuk melihat
pengaruh dari variabel-variabel yang diteliti. Pengujian dilakukan untuk menguji apakah data
dalam penelitian ini terdistribusi normal dan tidak memiliki gejala multikolinearitas, serta
gejala heteroskedastisitas.
Analisis Regresi Linier Berganda
Terdapat metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Tujuannya untuk
mendapatkan informasi yang relevan dalam data yang di teliti dan menggunakan hasilnya
untuk memecahkan masalah. Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
berganda. Tetapi sebelum melakukan analisis linier berganda, dilakukan uji asumsi klasik
yaitu sebagai berikut:
Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi klasik dilakukan agar dapat melihat apakah hasil regresi yang dilakukan
terbebas dari kesalahan. Uji asumsi klasik meliputi:
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
independen dan dependen, keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Uji Heteroskedastistas
Uji Heteroskedastitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model refresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu moodel regresi
linear ada korelasi antara variabel independen.
Uji Pengaruh
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier
berganda adalah dimana variabel terikatnya (Y) dihubungkan atau dijelaskan lebih dari satu
variabel. Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel X yaitu tingkat suku bunga,
inflasi, investasi, dan pengangguran terhadap variabel Y yaitu pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
Uji Hipotesis
Koefisien Determinasi (R²)
Uji koefisien determinasi digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh variabel
independen yang diberikan oleh variabel dependen. Tujuan menguji koefisien determinasi
untuk mengukur variabel kepemilikan institusional dan nilai perusahaan secara bersama-
sama. Jika nilai R2 kecil, maka variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen
sangat terbatas. Nilai R square berkisar antar 0 dan 1. Nilai R2 mendekati angka satu maka
pegaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen semakin kuat dan
variable independen yang digunakan memberikan informasi yang didapat untuk
memprediksikan variabel dependen.
Uji Parsial (uji t)
Tujuan dari uji parsial adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh dari variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y) secara parsial.
Uji statistik F
Uji stastistik F menggambarkan apakah semua variabel independen dalam model
memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Anda mungkin juga menyukai