Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

INFLASI

Disusun oleh :
Nama : Yuternalis Juniter Fanaetu (222201417)
Kelas : RB 2
Mata Kuliah : Teori dan Pratikum Komputer
Dosen Pengampu : Jurisman Waruwu, S.Kom.,M.Kom

UNIVERSITAS NIAS
FAKULTAS EKONOMI TAHUN 2023 / 2024

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat

dan limpahan-Nya serta karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Inflasi” ini dengan lancar. Dan penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu

tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Makro.

i
Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada bantuan dari pihak yang

telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan pikiran maupun materi dan juga kepada

teman-teman kami yang telah mengontribusikan waktu dan pikirannya dalam menyelesaikan

makalah ini sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dalam waktu yang tepat.

Kedepannya semoga dalam pengerjaan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca dan khususnya bagi kami pembuat makalah. Namun, terlepas dari itu kami

memahami bahwa masih ada kekurangan yang banyak, sehingga kami berharap kritik dan

saran yang membangun agar bisa menyempurnakan makalah kami kedepannya.

Gunungsitoli, 2 Juni 2023

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Inflasi...................................................................................................3
2.2 Indikator Inflasi.....................................................................................................4
2.3 Faktor Penyebab Inflasi........................................................................................5
2.4 Teori-Teori Inflasi.................................................................................................5
2.5 Dampak Inflasi......................................................................................................7
2.6 Menghitung Inflasi ...............................................................................................9
2.7 Data Inflasi ............................................................................................................11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan............................................................................................................17
3.2 Saran.......................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara teoritis, pengertian inflasi merunjukan pada perubahan tingkat

harga suatu barang dan jasa yang pada umumnya terjadi secara terus-menerus.

Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini di

karenakan inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktivitas

ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakstabilan perekonomian di

masa mendatang. Keberadaan permasalahan inflasi dan tidak stabilnya sektor

riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi perhatian sebuah rezim pemerintahan

yang berkuasa.

Terjadinya inflasi dapat mendistorsi harga-harga relatif, tingkat pajak,

suku bunga riil, pendapatan masyarakat akan terganggu dan menolong investasi

yang keliru. Maka dari itu, mengatasi inflasi merupakan sasaran utama

kebijakan moneter. Pengaruh inflasi cukup besar pada kehidupan ekonomi, inflasi

merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapat perhatian para

ekonom, pemerintah, maupun masyarakat umum. Berbagai teori, pendekatan

dan kebijakan di kembangkan supaya inflasi dapat di kendalikan sesuai dengan

yang di inginkan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Inflasi

1
2. Apa saja Indikator dari Inflasi

3. Apa saja faktor penyebab Inflasi

4. Apa saja Teori-Teori Inflasi

5. Bagaimana menghitung Inflasi

6. Apa saja dampak yang ditimbulkan oleh adanya Inflasi

7. Bagaimana data Inflasi dari tahun ke tahun

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui seluk beluk dari Inflasi

2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro

3. Untuk menginformasikan suatu hal, menganalisis suatu ide dan membujuk

pembaca untuk ikut berpikir secara kritis tentang ide atau topik yang

dibahas pada makalah ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Inflasi


Secara umum, inflasi di artikan sebagai kenaikan tingkat harga

umum yang berlangsung secara terus menerus dalam periode tertentu. Samuelson

(2001) memberikan defenisi bahwa inflasi merupakan suatu keadaan

dimana terjadi kenaikan tingkat harga umum, baik barang-barang, jasa-jasa

maupun faktor-faktor produksi. Defenisi tersebut menunjukkan keadaan

melemahnya daya beli yang di ikuti dengan semakin merosotnya nilai riil

(intrinsik) mata uang suatu negara. Menurut Boediono (1994), defenisi inflasi

adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-

menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi.

Kenaikan harga-harga yang sifatnya hanya sementara, biasanya karena musiman,

seperti menjelang hari raya, bencana dan sebagainya, juga tidak disebut

inflasi. Menurut Lerner (1995), inflasi adalah keadaan dimana terjadi

kelebihan permintaan terhadap barang dan jasa secara keseluruhan. Sedangkan

menurut Sukirno (1998), inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga-

harga yang berlaku secara umum dalam suatu perekonomian. Sementara itu

menurut Mankiw (2000), menyatakan bahwa inflasi merupakan peningkatan

dalam seluruh tingkat harga.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, terdapat tiga pokok yang


terkandung dalam pengertian inflasi, yaitu :

3
1. Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, baik barang, jasa
maupun faktor produksi. Hal ini berarti bahwa tingkat harga yang terjadi pada
waktu tertentu dapat mengalami penurunan atau peningkatan di
bandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan kecenderungan
mengalami peningkatan.
2. Kenaikan tingkat harga berlaku secara umum. Hal ini berarti bahwa kenaikan
harga tertentu akan mempengaruhi harga-harga lainnya. Jadi, kenaikan harga
tertentu akan di ikuti dengan kenaikan harga-harga lainnya, misalnya jika
harga BBM naik, maka kenaikan harga tersebut akan di ikuti oleh naiknya
harga-harga lainnya. Kenaikan tingkat harga tersebut tidak hanya terjadi
yang pada satu atau beberapa jenis barang dan jasa saja, melainkan sebagian
besar atau bahkan hampir seluruhnya.
3. Peningkatan harga tersebut berlangsung secara terus menerus selama periode
waktu tertentu, bukan terjadi pada suatu waktu saja.

2.2 Indikator Inflasi


Ada beberapa indikator yang di gunakan untuk mengetahui apakah
suatu perekonomian sedang dilanda inflasi atau tidak. Indikator tersebut
diantaranya :

1. Indeks Harga Konsumen (IHK), ialah suatu indeks yang menghitung rata-
rata perubahan harga dalam suatu periode, dari suatu kumpulan barang
dan jasa yang dikonsumsi oleh penduduk atau rumah tangga dalam kurun
waktu tertentu. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan
pergerakkan harga dari paket barang dan jasa yang di konsumsi masyarakat.
indikator ini merupakan indikator yang sering di gunakan untuk mengukur
tingkat inflasi.
2. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB), merupakan indikator yang
menggambarkan pergerakkan harga dari komoditi-komoditi yang di

4
perdagangkan pada tingkat produsen di suatu daerah pada suatu periode
tertentu. Jika pada IHK yang di amati adalah barang-barang akhir yang di
konsumsi masyarakat, pada IHPB yang diamati adalah barang-barang
mentah dan barang-barang setengah jadi yang merupakan input bagi
produsen.
3. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB), merupakan indikator yang
menggambarkan pengukuran level harga barang akhir dan jasa yang
diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB di hasilkan dengan
membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga
konstan.

2.3 Faktor Penyebab Inflasi


Pada prinsipnya, inflasi dapat terjadi karena tidak adanya keserasian
antara laju pertambahan uang dengan tingkat pertumbuhan barang dan jasa.
Apabila jumlah uang beredar meningkat, sedangkan produksi barang dan jasa
tetap, maka hal ini cenderung akan mendorong terjadinya inflasi. Namun
demikian, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya inflasi,
diantarnya :

1. Naiknya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Contohnya, ketika


pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri sipil (PNS), biasanya akan di ikuti
dengan kenaikan permintaan barang dan jasa. Apabila kenaikan permintaan
ini tidak di imbangi dengan penambahan jumlah barang dan jasa di pasar,
maka hal ini akan berakibat pada naikknya harga barang dan jasa.
2. Naiknya biaya produksi. Contohnya, pada saat pemerintah menaikkan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM), harga barang-barang di pasar juga akan
meningkat. Kenaikkan harga BBM ini juga berdampak pada kenaikkan biaya
produksi, akibatnya perusahaan juga akan menaikkan harga jual barang dan
jasanya.

5
3. Defisit Anggaran Belanja Negara (APBN), defisit APBN yang ditutup dengan
percetakkan uang baru oleh Bank Indonesia, akan berakibat pada
bertambahnya jumlah uang yang beredar, dan pada akhirnya akan
berdampak pada kenaikkan harga barang dan jasa.
4. Menurunya nilai tukar rupiah terhadap value asing seperti US dolar, akan
berdampak pada semakin mahalnya barang-barang produk impor. Hal ini
akan berakibat pada kenaikkan biaya produksi dan pada akhirnya akan
meningkatkan harga jual barang.
5. Perkiraan masyarakat akan kenaikan harga dimasa mendatang.

6
BAB III
TEORI-TEORI INFLASI

3.1. Teori Inflasi

Teori inflasi dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok masing-masing


kelompok menyoroti aspek-aspek tertentu dari proses terjadinya inflasi. Teori-
teori terjadinya proses inflasi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Teori Kuantitas
Teori ini menyoroti proses terjadinya inflasi dari segi jumlah uang yang
beredar dan harapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa
mendatang. Inti dari teori ini adalah:
a. Inflasi hanya bisa terjadi jika ada penambahan jumlah uang yang
beredar di masyarakat, baik itu uang giral maupun uang kartal.
Perubahan yang terjadi dalam tingkat harga merupakan akibat dari
adanya perubahan jumlah uang beredar. Bertambahnya jumlah uang
yang beredar di masyarakat akan mengakibatkan nilai uang menurun.
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa inflasi hanya dapat terjadi
apabila terdapat penambahan jumlah uang beredar. Apabila jumlah
uang beredar di masyarakat tidak ditambah, maka inflasi akan berhenti
secara otomatis.
b. Laju inflasi di tentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar
di masyarakat dan harapan masyarakat mengenai kenaikkan harga-
harga di masa mendatang.
2. Teori Keynes
Berdasarkan teori ini, inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di
luar batas kemampuan perekonomiannya. Terjadinya inflasi melalui proses
perebutan bagian rezeki di antara kelompok-kelompok sosial yang
menginginkan bagian yang lebih besar dari yang bisa disediakan oleh

7
masyarakat terrsebu. Hal ini akan menyebabkan inflationary gap yang
timbul karena kelompok-kelompok masyarakat tersebut berhasil
memperoleh dana, yang digunakan untuk mewujudkan keinginan mereka
menjadi permintaan efektif akan barang-barang. Akibatnya, akan terjadi
kenaikkan harga-harga barang.
Kenaikan harga-harga barang tersebut yang akhirnya menimbulkan
inflasi. Inflasi akan terus berlangsung selama jumlah permintaan efektif
masyarakat melebihi jumlah output yang bisa di hasilkan masyarakat.
Inflasi akan berhenti jika permintaan efektif total tidak melebihi jumlah
output yang tersedia.
3. Teori Strukturalis
Teori ini menekankan pada struktur perekonomian negara-negara sedang
berkembang yang didasarkan atas pengalaman dari negara Amerika Latin.
Menurut teori ini, inflasi di kaitkan dengan faktor struktur perekonomian,
dimana faktor struktur perekonomiannya hanya bisa berubah secara
bertahap dan dalam jangka panjang, sehingga inflasi ini disebut inflasi
jangka panjang. Maka dari itu, yang akan di telusuri dari teori ini adalah
faktor-faktor jangka panjang manakah yang menyebabkan inflasi dalam
struktur perekonomian.
Berdasarkan teori ini ada dua faktor yang dapat menyebabkan inflasi
dalam negara berkembang, yaitu :
 Ketidakelastisan penerimaan ekspor, yaitu nilai ekspor yang tumbuh
secara lamban di banding dengan pertumbuhan sektor-sektor lain dalam
perekonomian. Kelambanan tersebut di sebabkan oleh harga barang-
barang hasil alam (barang-barang ekspor dari negara-negara sedang
berkembang), dalam jangka panjang naik lebih lambat daripada harga
barang-barang industry (barang-barang impor negara-negara sedang
berkembang). Akibatnya supply atau produksi barang-barang ekspor
menjadi tidak responsif terhadap kenaikkan harga (tidak elastis).

8
 Ketidakelastisan dari suplai atau produksi bahan makanan dalam
negeri. Hal ini di sebabkan karena pertumbuhan bahan makanan tidak
secepat pertumbuhan penduduk dan pendapatan perkapita, sehingga
mengakibatkan harga bahan makanan di dalam negeri cenderung naik
melebihi kenaikkan harga barang-barang lain. Kenaikkan harga bahan
makanan mengakibatkan adanya tuntutan kenaikkan upah pekerja yang
dampaknya juga akan menaikkan biaya produksi.
4. Penggolongan Inflasi
Inflasi dibedakan menjadi 4 macam, yaitu (Boediono, 2018:162) :
a. Inflasi Ringan : >10% pertahun
b. Inflasi Sedang : 10-30 % pertahun
c. Inflasi Berat : 30-100 % pertahun
d. Hiperinflasi : ≥100 % pertahun
5. Inflasi dilihat dari sebab awalnya
1) Demand-Pull Inflation
Demand-pull Inflation disebabkan oleh permintaan masyarakat akan
barang – barang (agregate demand) bertambah. Inflasi ini biasanya
terjadi pada masa perekonomian yang berkembang dengan pesat.
Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang
tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi
kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang
berlebihan ini akan menimbulkan inflasi. Selain pada masa
perekonomian berkembang pesat, Demand–pull Inflation juga dapat
berlaku pada masa perang atau ketidakstabilan politik yang terus
menerus. Dalam masa seperti ini 15 pemerintah berbelanja jauh melebihi
pajak yang dipungutnya. Untuk membiayai kelebihan pengeluaran
tersebut pemerintah terpaksa mencetak uang atau meminjam dari bank
sentral. Pengeluaran pemerintah yang berlebihan tersebut menyebabkan
permintaan agregat akan melebihi kemampuan ekonomi tersebut

9
menyediakan barang dan jasa. Maka keadaan ini akan mewujudkan
inflasi.
2) Cost Push Inflation
Inflasi jenis Cost – Push inflation terjadi karena kenaikan biaya produksi,
yang disebabkan oleh terdepresiasinya nilai tukar, dampak inflasi luar
negeri terutama negara- negara partner dagang, peningkatan harga –
harga komoditi yang diatur pemerintah ( administered price) , dan terjadi
negative supply shocks akibat bencana alam dan tergangggunya
distribusi. Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian
berkembang pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah. Apabila
perusahaan – perusahaan masih menghadapi permintaan yang
bertambah, mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara
memberikan gaji atau upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan
mencari pekerja baru dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini.
Langkah ini mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya
akan menyebabkan kenaikan harga – harga berbagai barang.
6. Inflasi ditinjau dari asal inflasi
1) Inflasi dari dalam negeri
(domestic inflation) Inflasi ini timbul misalnya karena kenaikan gaji
pegawai negeri, panenan gagal dan sebagainya.
2) Inflasi dari luar negeri
(imported inflaction) Inflasi ini timbul karena kenaikan harga – harga di
luar negeri atau di negara – negara mitra dagang kita. Inflasi juga dapat
bersumber dari barang – barang yang diimpor. Inflasi ini akan terwujud
apabila barang – barang impor yang mengalami kenaikan harga
mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran
perusahaan – perusahaan. Kenaikan harga barang impor akan menaikkan
biaya produksi, dan kenaikan biaya produksi mengakibatkan kenaikan
harga –harga.

10
7. Definisi Jumlah Uang Beredar
Perekonomian membahas mengenai uang, dimana uang akan dibedakan
antara mata uang dalam peredaran dan uang beredar (Sukirno, 1994: 281).
Mata uang dalam peredaran adalah seluruh jumlah uang yang telah
dikeluarkan dan 20 diedarkan oleh bank sentral. Mata uang tersebut terdiri
dari dua jenis, yaitu uang logam dan uang kertas. Dengan demikian mata
uang dalam peredaran sama dengan uang kartal. Uang beredar adalah semua
jenis uang yang berada didalam perekonomian, yaitu jumlah dari mata uang
dalam peredaran ditambah dengan uang giral dalam bank – bank umum.
Pengertian uang beredar atau money supply dibedakan menjadi tiga
pengertian, yaitu dalam arti sempit , dalam arti luas dan dalam arti lebih luas.
8. Uang Beredar Dalam Arti Sempit (M1)
Pengertian M1 bahwa uang beredar adalah daya beli yang langsung bisa
digunakan untuk pembayaran bisa diperluas dan mencakup alat – alat
pembayaran yang “mendekati” uang, misalnya deposito berjangka dan
simpanan tabungan pada bank – bank atau dapat diartikan pula sebagai uang
kartal ditabah dengan uang giral (Boediono, 1998: 3 – 4). M1 = C + DD
dimana: M1 : Jumlah uang beredar C : Currency (Uang Kartal) DD :
Demand Deposits (Uang Giral) Seperti halnya dengan definisi uang beredar
dalam arti paling sempit yaitu uang kartal, maka uang giral disini hanya
mencakup saldo rekening koran/giro milik masyarakat umum yang disimpsn
di bank, sedangkan saldo rekening koran milik pemerintah pada bank atau
bank sentral tidak dimasukkan dalam definisi uang giral. Satu hal lagi yang
penting untuk dicatat mengenai uang giral ini adalah 21 bahwa yang
dimaksud disini adalah saldo atau uang milik masyarakat yang masih ada di
bank dan belum digunakan pemiliknya untuk membayar atau berbelanja.
9. Uang Beredar dalam Arti Luas (M2)
Pengertian uang beredar dalam arti luas disebut juga sebagai likuiditas
moneter. Uang beredar dalam arti luas (M2) diartikan sebagai M1 ditambah

11
dengan deposito berjangka dan saldo tabungan milik masyarakat pada bank
– bank, karena perkembangan M2 ini juga mempengaruhi perkembangan
harga, produksi dan keadaan ekonomi pada ummumya (Boediono, 1998: 5 –
6). M2 = M1 +TD + SD dimana : TD : Time Deposits ( Deposito Berjangka)
SD : Saving Deposits (Saldo Tabungan) Definisi M2 yang berlaku umum
untuk semua negara tidak ada, karena hal – hal khas masing – masing negara
perlu dipertimbangkan. Di Indonesia, M2 biasanya mencakup semua
deposito berjangka dan saldo tabungan dalam rupiah pada bank – bank
dengan tidak tergantung besar kecilnya simpanan tetapi tidak mencakup
deposito berjangka dan saldo tabungan dalam mata uang asing .
10. Uang Beredar Dalam Arti Lebih Luas (M3)
Definisi uang beredar dalam arti luas adalah M3, yang mencakup semua
deposito berjangka dan saldo tabungan, besar kecil, rupiah atau mata uang
asing milik penduduk pada bank atau lembaga keuangan non bank. Seluruh
deposito 22 berjangka dan saldo tabungan ini disebut uang kuasi atau quasi
money (Boediono, 1998: 6) M3 = M2 + QM dimana : QM = Quasi Money
Di negara yang menganut sistem devisa bebas (artinya setiap orang boleh
memiliki dan memperjual – belikan devisa secara bebas), seperti Indonsia,
memang sedikit sekali perbedaan antara deposito berjangka dan saldo
tabungan dalam rupiah dan deposito berjangka dan saldo tabungan dalam
dolar. Setiap kali membutuhkan rupiah dolar bisa langsung menjualnya ke
bank, atau sebaliknya. Dalam hal ini perbedaan antara M2 dan M3 menjadi
tidak jelas. Deposito berjangka dan saldo tabungan dolar milik bukan
penduduk tidak termasuk dalam definisi uang kuasi.
11. Teori Kuantitas Uang
Teori kuantitas uang sebenarnnya adalah teori mengenai permintaan dan
sekaligus penawaran akan uang, beserta interaksi antara keduanya
(Boediono, 1998: 17). Fokus dari teori ini adalah hubungan antara
penawaran uang (jumlah uang beredar) dengan nilai uang (tingkat harga).

12
Hubungan antara kedua variabel tersebut dijabarkan melalui konsepsi (teori)
mengenai permintaan akan uang. Perubahan jumlah uang beredar atau
penawaran uang berinteraksi dengan permintaan akan uang dan selanjutnya
menentukan nilai uang. 23 Pada asasnya teori kuantitas uang merupakan
suatu hipotesa mengenai penyebab utama nilai uang atau tingkat harga. Teori
ini menghasilkan kesimpulan bahwa perubahan nilai uang atau tingkat harga
merupakan akibat utama adanya perubahan jumlah uang beredar (Mankiw,
2006: 114). Tidak berbeda dengan benda – benda ekonomi lainnya,
bertambahnya jumlah uang yang beredar dalam masyarakat akan
mengakibatkan nilai mata uang itu sedikit menurun. Oleh karena
menurunnya nilai uang mempunyai makna yang sama dengan naiknya
tingkat harga.
12. Teori Cambridge (Marshall-Pigou)
Teori Cambridge, seperti halnya dengan teori Fisher (kuantitas uang) dan
teori – teori klasik lainnya yang berpokok pangkal pada fungsi uang
sebagai alat tukar umum (means of exchange) (Boediono, 1998: 23– 24).
Karena itu, teori – teori klasik termasuk teori cambridge dan teori fisher
melihat kebutuhan uang atau permintaan akan uang dari masyarakat
sebagai kebutuhan akan alat likuid untuk tujuan transaksi. Perbedaan utama
antara teori Cambridge dan teori Fisher, terletak pada tekanan dalam teori
permintaan uang Cambridge pada perilaku individu dalam mengalokasikan
kekayaannya antara berbagai kemungkinan bentuk kekayaan, yang salah
satunya bisa berbentuk uang. Perilaku ini dipengaruhi oleh pertimbangan
untung rugi dari pemegangan kekayaan dalam bentuk uang adalah karena
uang mempunyai sifat likuid 24 sehingga dengan mudah bisa ditukarkan
dengan barang lain. Uang dipegang atau diminta oleh seseorang karena
sangat mempermudah transaksi atau kegiatan – kegiatan ekonomi lain dari
orang tersebut. Jadi berbeda dengan teori Fisher yang menekan bahwa
permintaan akan uang semata – mata merupakan proporsi konstan dalam

13
volume transaksi yang dipengaruhi oleh faktor – faktor kelembagaan yang
konstan, teori Cambridge lebih menekankan faktor – faktor perilaku
(pertimbangan untung rugi) yang menghubungkan antara permintaan akan
uang seseorang dengan transaksi yang direncanakan.

2.5 Dampak Inflasi


Terjadinya inflasi di suatu negara dapat berdampak negatif atupun
berdampak positif ( tergantung pada tingkat keparahanya ), baik bagi
masyarakatnya maupun bagi ke

giatan perekonomian secara luas. Dampak tersebut, yaitu:

1. Dampak Positif
Inflasi dapat berdampak positif apabila berada pada tingkat inflasi
ringan atau masih berada pada presentase tingkat bunga kredit yang
berlaku. Misalnya, pada saat itu tingkat bunga kredit adalah 15% pertahun
dan tingkat inflasi 5%. Hal ini justru dapat mendorong perekonomian
menjadi lebih baik, karena dapat meningkatkan pendapatan nasional dan
membuat masyarakat lebih bersemangat untuk bekerja, menabung, serta
mengadakan investasi.
Bagi negara maju pun, inflasi seperti ini sangat menguntungkan, karena
dapat mendorong kemajuan kegiatan ekonomi dan pembangunan. Hal ini
terjadi, karena para pengusaha atau wirausahawan di negara maju dapat
memanfaatkan kenaikkan harga untuk berinvestasi, memproduksi, serta
menjual barang dan jasa.
2. Dampak Negatif
a. Terhadap Masyarakat dengan Pendapatan Tetap dan Tidak Tetap
Inflasi sangat merugikan bagi masyarakat yang memiliki
pendapatan tetap. Karena nilai mata uang akan menurun seiring dengan

14
meningkatnya inflasi sedangkan pendapatan yang diperoleh tetap setiap
bulannya. Sebagai contoh Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dalam setahun
seorang PNS memperoleh gaji sebesar Rp.60.000.000, dengan laju inflasi
5%. Apabila gaji PNS tidak mengalami perubahan yang terjadi adalah ia
mengalami penurunan pendapatan 5% × Rp. 60.000.000= Rp. 6.000.000. Bagi
pemilik pendapatan tidak tetap seperti buruh serabutan, akan lebih dirugikan.
Karena dengan pendapatan yang minim mereka harus berusaha untuk
memenuhi kebutuhan dengan mengikuti laju inflasi.
b. Terhadap Para Penabung
Meskipun dengan menabung di bank menghasilkan bunga, tetapi jika
tingkat inflasi melebihi tingkat suku bunga, nilai uang akan tetap menurun
seiring dengan menurunya jumlah nasabah. Jika semakin sedikit orang
yang menabung dunia usaha akan sulit berkembang karena dunia usaha
membutuhkan suntikan dana berupa pinjaman uang di bank yang
diperoleh dari tabungan nasabah.
c. Terhadap Debitur dan Kreditur
Bagi debitur yaitu peminjam uang di bank, inflasi akan sangat
menguntungkan karena pada saat debitur membayar hutangnya kepada
kreditur yaitu bank, sebagai pihak yang meminjamkan uang, nilai uang
yang dibayarkan lebih rendah dari nilai uang pada saat meminjam. Sehingga
hal ini akan merugikan pihak kreditur karena piutang yang dibayarkan
lebih rendah dari yang di pinjamkan.
d. Terhadap Produsen
Inflasi akan menguntungkan produsen jika pendapatan yang
diperoleh lebih tinggi dari kenaikkan biaya produksi. Jika hal ini terjadi,
produsen akan meningkatkan produksinya. Tetapi sebaliknya, apabila
pendapatan yang diperoleh lebih rendah dari kenaikkan biaya produksi inflasi
akan merugikan produsen sehingga produsen enggan untuk meneruskan
produksinya. Apabila produksi diteruskan dan produsen tidak mampu

15
mengikuti laju inflasi yang terjadi adalah, produsen bisa mengalami
kebangkrutan.
e. Terhadap Perekonomian Nasional
 Investasi berkurang
 Mendorong naiknya tingkat bunga
 Mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif
 Menimbulkan kegagalan pelaksanaan pembangunan
 Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi pada masa yang akan
datang
 Menyebabkan daya saing produksi nasional berkurang
 Menimbulkan defisit neraca pembayaran
 Merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat

BAB IV

16
MENGHITUNG INFLASI

4.1. Menghitung Inflasi


Untuk menghitung besarnya laju inflasi dapat menggunakan Indeks
Harga Konsumen (IHK), sebagai berikut.
IHKt−IHKt −1
Inflasi= ×100
IHKt−1

Dimana : IHK = Indeks Harga Konsumen

t = Periode waktu tertentu

Contoh penggunaan rumus untuk menghitung laju inflasi dalam soal


dibawah ini, disajikan data Indeks Harga Konsumen (IHK) dan inflasi Indonesia

2010 2011 2012 2013


Bulan
IHK Iflasi IHK Inflasi IHK Inflasi IHK Inflasi
Januari 118,01 0,84 126,29 0,89 130,9 0,76 136,88 1,03
Februari 118,36 0,3 126,46 0,13 130,96 0,05 137,91 0,75
Maret 118,19 -0,14 126,05 -0,32 131,05 0,07 138,78 0,63
April 118,37 0,15 125,66 -0,31 131,32 0,21 138,64 -0,1
Mei 118,71 0,29 125,81 0,12 131,41 0,07 138,6 -0,03
Juni 119,86 0,97 126,5 0,55 132,23 0,62 140,03 1,03
Juli 121,74 1,57 127,35 0,67 133,16 0,7 144,63 3,29
Agustus 122,67 0,76 128,54 0,33 134,43 0,95 146,25 1,12
September 123,21 0,44 128,89 0,27 134,45 0,01 145,74 -0,35
Oktober 123,29 0,06 128,74 -0,12 134,67 0,16 145,87 0,09
November 124,03 0,6 129,18 0,34 134,76 0,07 146,04 0,12
Desember 125,17 0,92 129,91 0,57 135,49 0,54 146,84 0,55
Tingkat
Inflasi 6,96 3,79 4,3 8,38
Sumber : BPS

17
Berdasarkan data di atas, misalnya jika ingin menghitung inflasi pada
bulan Februari 2010, caranya :

IHKfeb 2013−IHKjan 2013


Inflasi Februari2013= ×100
IHKjan 2013
137 , 91−136 , 88
Inflasi Februari2013= × 100=¿
136 , 88
1 , 03
Inflasi Februari2013 ×100
136 , 88
Inflasi Februari 2013 = 0,75
Maka, berdasarkan perhitungan tersebut, dapat di ketahui bahwa
inflasi yang terjadi pada bulan februari 2013 adalah sebesar 0,75%

2.7 Data Inflasi

Data Inflasi Indonesia dari Tahun 2002-2023

No Periode Data Inflasi


1 Mei 2023 4%
2 April 2023 4.33 %
3 Maret 2023 4.97 %
4 Februari 2023 5.47 %
5 Januari 2023 5.28 %
6 Desember 2022 5.51 %
7 November 2022 5.42 %
8 Oktober 2022 5.71 %
9 September 2022 5.95 %
10 Agustus 2022 4.69 %
11 Juli 2022 4.94 %
12 Juni 2022 4.35 %
13 Mei 2022 3.55 %
14 April 2022 3.47 %
15 Maret 2022 2.64 %

18
16 Februari 2022 2.06 %
17 Januari 2022 2.18 %
18 Desember 2021 1.87 %
19 November 2021 1.75 %
20 Oktober 2021 1.66 %
21 September 2021 1.6 %
22 Agustus 2021 1.59 %
23 Juli 2021 1.52 %
24 Juni 2021 1.33 %
25 Mei 2021 1.68 %
26 April 2021 1.42 %
27 Maret 2021 1.37 %
28 Februari 2021 1.38 %
29 Januari 2021 1.55 %
30 Desember 2020 1.68 %
31 November 2020 1.59 %
32 Oktober 2020 1.44 %
33 September 2020 1.42 %
34 Agustus 2020 1.32 %
35 Juli 2020 1.54 %
36 Juni 2020 1.96 %
37 Mei 2020 2.19 %
38 April 2020 2.67 %
39 Maret 2020 2.96 %
40 Februari 2020 2.98 %
41 Januari 2020 2.68 %
42 Desember 2019 2.72 %
43 November 2019 3%
44 Oktober 2019 3.13 %
45 September 2019 3.39 %
46 Agustus 2019 3.49 %
47 Juli 2019 3.32 %
48 Juni 2019 3.28 %
49 Mei 2019 3.32 %
50 April 2019 2.83 %
51 Maret 2019 2.48 %
52 Februari 2019 2.57 %
53 Januari 2019 2.82 %

19
54 Desember 2018 3.13 %
55 November 2018 3.23 %
56 Oktober 2018 3.16 %
57 September 2018 2.88 %
58 Agustus 2018 3.2 %
59 Juli 2018 3.18 %
60 Juni 2018 3.12 %
61 Mei 2018 3.23 %
62 April 2018 3.41 %
63 Maret 2018 3.4 %
64 Februari 2018 3.18 %
65 Januari 2018 3.25 %
66 Desember 2017 3.61 %
67 November 2017 3.3 %
68 Oktober 2017 3.58 %
69 September 2017 3.72 %
70 Agustus 2017 3.82 %
71 Juli 2017 3.88 %
72 Juni 2017 4.37 %
73 Mei 2017 4.33 %
74 April 2017 4.17 %
75 Maret 2017 3.61 %
76 Februari 2017 3.83 %
77 Januari 2017 3.49 %
78 Desember 2016 3.02 %
79 November 2016 3.58 %
80 Oktober 2016 3.31 %
81 September 2016 3.07 %
82 Agustus 2016 2.79 %
83 Juli 2016 3.21 %
84 Juni 2016 3.45 %
85 Mei 2016 3.33 %
86 April 2016 3.6 %
87 Maret 2016 4.45 %
88 Februari 2016 4.42 %
89 Januari 2016 4.14 %
90 Desember 2015 3.35 %
91 November 2015 4.89 %

20
92 Oktober 2015 6.25 %
93 September 2015 6.83 %
94 Agustus 2015 7.18 %
95 Juli 2015 7.26 %
96 Juni 2015 7.26 %
97 Mei 2015 7.15 %
98 April 2015 6.79 %
99 Maret 2015 6.38 %
100 Februari 2015 6.29 %
101 Januari 2015 6.96 %
102 Desember 2014 8.36 %
103 November 2014 6.23 %
104 Oktober 2014 4.83 %
105 September 2014 4.53 %
106 Agustus 2014 3.99 %
107 Juli 2014 4.53 %
108 Juni 2014 6.7 %
109 Mei 2014 7.32 %
110 April 2014 7.25 %
111 Maret 2014 7.32 %
112 Februari 2014 7.75 %
113 Januari 2014 8.22 %

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia


mengalami inflasi 5,51% sepanjang 2022. Angka ini menjadi rekor inflasi tertinggi
dalam 8 tahun terakhir Kepala BPS Margo Yuwono mengungkapkan, inflasi
tertinggi sepanjang 2022 terjadi pada kelompok pengeluaran transportasi, yakni
15,26% dengan andil 1,84%.

Kemudian kelompok pengeluaran perawatan pribadi mengalami inflasi 5,91%


dengan andil 0,37%; kelompok makanan, minuman, dan tembakau 5,83% dengan
andil 1,51%; serta kelompok pengeluaran penyediaan makanan dan
minuman/restoran 4,49% dengan andil 0,4%.

21
Adapun kelompok pengeluaran informasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami
deflasi 0,36% dengan andil 0,02%. "Dari 90 kota yang disurvei BPS, Kotabaru
mencatat inflasi tertinggi, yakni sebesar 8,65% dan Sorong mencatat inflasi terendah
3,26% pada tahun lalu," kata Margo Yuwono dalam siaran persnya, Senin (2/1/2023).

Berikut catatan peristiwa yang menjadi pemicu inflasi pada 2022:

 Januari 2022: Terjadi kelangkaan minyak goreng dan penetapan kebijakan


satu harga minyak goreng.
 April 2022: Kenaikan harga avtur yang mendorong kenaikan tarif angkutan
udara.
 Mei 2022: Permintaan naik memasuki bulan Ramadan dan Hari Raya Idul
Fitri sehingga memicu kenaikan harga pangan.
 Juni 2022: Terjadi anomali cuaca di berbagai wilayah yang mengakibatkan
gagal panen beberapa komoditas hortikultura sehingga memicu kenaikan
harga.
 September 2022: Pemerintah menaikkan harga BBM jenis Pertalite 30,72%,
Solar naik 32,04%, dan Pertamax naik 16%.
 Desember 2022: Musim libur sekolah, perayaaan Natal 2022, dan Tahun Baru
2023 mendorong kenaikan harga komoditas pangan dan transportasi.

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mengklaim sudah berkolaborasi untuk


meredam gejolak inflasi melalui program berikut:

 Operasi pasar murah


 Inspeksi pasar dan distributor agar tidak menahan stok barang
 Kerja sama dengan daerah penghasil komoditas untuk kelancaran pasokan
 Merealisasikan belanja tidak terduga
 Mengucurkan dukungan APBD untuk sektor transportasi

22
Demi meredam inflasi, sepanjang 2022 Bank Indonesia (BI) juga menaikkan suku
bunga acuan BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebanyak 5 kali. Total
kenaikannya 200 basis points (bps) hingga BI7DRR mencapai level 5,5% pada akhir
2022.

Inflasi April 2023 tetap terkendali di tengah periode Hari Besar Keagamaan
Nasional (HBKN) Idulfitri. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, inflasi Indeks
Harga Konsumen (IHK) April 2023 tercatat sebesar 0,33% (mtm), sehingga secara
tahunan menjadi 4,33% (yoy), turun dari level bulan sebelumnya yang sebesar
4,97% (yoy). Perkembangan ini tidak terlepas dari respons kebijakan moneter Bank
Indonesia yang pre-emptive dan forward looking serta sinergi erat pengendalian
inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
mitra strategis lainnya dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP
dan TPID) melalui penguatan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi
Pangan (GNPIP) di berbagai daerah. Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi inti
tetap terkendali dalam kisaran 3,0±1% di sisa tahun 2023 dan inflasi IHK dapat
kembali ke dalam sasaran 3,0±1% lebih awal dari prakiraan sebelumnya. Bank
Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah)
dalam pengendalian inflasi.

Inflasi inti tercatat sebesar 0,25% (mtm), meningkat dibandingkan dengan


inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,16% (mtm). Peningkatan ini sejalan dengan
kenaikan permintaan musiman pada periode HBKN Idulfitri di tengah tekanan
harga komoditas global yang menurun. Komoditas utama penyumbang inflasi inti
ialah komoditas emas perhiasan. Secara tahunan, inflasi inti April 2023 tercatat
sebesar 2,83% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan
sebelumnya sebesar 2,94% (yoy).

Inflasi kelompok volatile food April 2023 stabil dibandingkan dengan


perkembangan bulan sebelumnya. Kelompok volatile food mencatat inflasi sebesar

23
0,29% (mtm), sama dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang juga
sebesar 0,29% (mtm). Perkembangan tersebut terutama disumbang oleh inflasi
komoditas daging ayam ras, beras, dan telur ayam ras. Sementara itu, komoditas
aneka cabai mencatat deflasi sejalan masih berlangsungnya panen komoditas
hortikultura. Kelompok volatile food secara tahunan mengalami inflasi 3,74%
(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar
5,83% (yoy).

Inflasi kelompok administered prices tercatat meningkat dari bulan


sebelumnya. Kelompok administered prices mengalami inflasi sebesar 0,69%
(mtm), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 0,12% (mtm). Perkembangan tersebut terutama di pengaruhi oleh inflasi
tarif angkutan udara, angkutan antarkota, dan rokok kretek filter, seiring dengan
peningkatan mobilitas saat libur Idulfitri, dan kenaikan tarif cukai tembakau.
Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi 10,32% (yoy),
lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 11,56% (yoy).

BAB III
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

24
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan, diantarnya sebagai
berikut.:

1) Inflasi dapat di artikan sebagai suatu keadaan dimana tingkat harga umum
yang mengalami kenaikkan yang berlangsung secara terus-menerus
dalam periode tertentu.
2) Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu
perekonomian sedang dilanda inflasi atau tidak, yaitu Indeks Harga
Konsumen (IHK). Indeks Harga Perdagangan Besar (IHBP), dan Deflator
Produk Domestik Bruto (PDB).
3) Inflasi dapat digolongkan menjadi 3 jenis, berdasarkan tingkat
keparahannya, penyebab terjadinya dan asal usul terjadinya. Berdasarkan
tingkat keparahanya, jenis inflasi terdiri dari inflasi ringan, inflasi sedang,
inflasi berat dan hiperinflasi. Berdasarkan penyebab terjadinya, jenis
inflasi terdiri dari deman pull inflation, cost push inflation, dan missed
inflasition.
4) Inflasi dapat terjadi karena tidak adanya keserasian antara laju pertambahan
uang dengan tingkat pertumbuhan barang dan jasa. Beberapa faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya inflasi, diantarnya adalah :

a. Naikknya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa,


b. Naikknya biaya produksi,
c. Defisit Anggaran Belanja Pemerintah (APBN),
d. Menurunya nilai tukar rupiah terhadap value asing,
e. Perkiraan masyarkat akan kenaikkan harga di masa mendatang.

5) Teori-teori Inflasi terdiri dari teori Kuantitatif, teori Keynes, dan teori
Strukturalis.
6) Inflasi dapat di hitung dengan menggunakan rumus Indeks Harga Konsumen
IHKt−IHKt −1
(IHK), yaitu: Inflasi= ×100
IHKt−1

25
Dimana : IHK = Indeks Harga Konsumen
t = Periode waktu tertentu (bulan/tahun)
7) Inflasi dapat memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif inflasi
terjadi apabila masih berada pada tingkat inflasi ringan atau masih berada
pada tingkat bunga kredit yang berlaku, yaitu dapat membantu masyarakat
lebih bersemangat untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi,
sehingga pendapatan nasional meningkat. Sedangkan dampak negatifnya
terjadi apabila inflasi mencapai tingkat hiperinflasi. Inflasi tersebut dapat
memberikan dampak buruk terhadap masyarakat yang berpendapatan tetap
dan tidak tetap, para penabung, para debitur dan kreditur, para produsen
serta terhadap perekonomian nasioanal.
8) Inflasi dapat ditanggulangi dengan melakukan berbagai kebijakan,
diantaranya kebijakan moneter, kebijakan fiskal, kebijakan non-moneter
dan kebijakan sektor rill.
9) Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia
mengalami inflasi 5,51% sepanjang 2022. Dan disusul dengan Inflasi April
2023 tetap terkendali di tengah periode Hari Besar Keagamaan Nasional
(HBKN) Idulfitri. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, inflasi Indeks
Harga Konsumen (IHK) April 2023 tercatat sebesar 0,33% (mtm), sehingga
secara tahunan menjadi 4,33% (yoy), turun dari level bulan sebelumnya
yang sebesar 4,97% (yoy).

3.2 Saran

Demikian yang bisa kami paparkan mengenai materi dalam makalah ini
yang berjudul “Inflasi”. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan makalah ini, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya bahan
rujukan atau referensi yang berhubungan dengan judul makalah ini. Maka dari
itu, kami berharap kepada para pembaca, khususnya dosen dan teman mahasiswa

26
agar dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
penulisan makalah ini dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga makalah
ini berguna bagi penulis, juga para pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.scribd.com/doc/264698587/Makalah-Inflasi

http://www.bps.go.id/Inflasi

http://www.bi.go.id/id/statistik/indikator/data-inflasi.aspx

27
http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/01/02/Inflasi-Indonesia-
2022-capai-rekor-tertinggi-dalam-sewindu.

28

Anda mungkin juga menyukai