Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH KEBIJAKAN MONETER DAN INFLASI TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA


Detri1, Ferianur2, Immanuel Petrus Paulus Muda3, Marlidatul Jannah4, Nazareno5, Riska
Simamora6, Yusuf Anwar7
Email :
Detri: detribdetri@gmail.com
Immanuel: emanmuda2005@gmail.com
Marlidatul: marlidatulzannah817@gmail.com
Nazareno: nonoinazareno40@gmail.com
Riska: Riskasimamora150@gmail.com
Ferianur: ferianurlubra@gmail.com
Yusuf: yusufanwarprg20@gmail.com

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS: UNIVERSITAS PALANGKARAYA

ABSTRAK:
Dampak kebijakan moneter, khususnya jumlah uang beredar dan inflasi, terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia dibahas dalam jurnal ini. Penelitian ini menggunakan
pendekatan studi literatur kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan moneter,
yang diwakili oleh jumlah uang beredar, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menemukan bahwa kebijakan moneter yang tepat dalam
konteks Indonesia dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan.
Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa inflasi, jika tidak dijaga pada tingkat yang stabil,
dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara negatif. Untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi yang optimal, otoritas moneter harus memperhatikan kebijakan yang mengatur
jumlah uang beredar dan mengendalikan inflasi dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini
yang di Indonesia sehat dan berkelanjutan. Penelitian ini memberi pembuat kebijakan,
akademisi, dan praktisi ekonomi wawasan penting tentang bagaimana kebijakan moneter dan
inflasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penemuan-penemuan ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk membuat kebijakan ekonomi yang lebih baik dan
berkelanjutan di masa depan.
Kata kunci: Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah yang Beredar.

PENDAHULUAN:
Pertumbuhan ekonomi, menurut Djojohadadikusumo (1993), adalah kegiatan produksi
barang dan jasa dengan menggunakan alat dan prasarana produksi. Menurut Schumpeter
dalam Boediono (1992), ilmu ekonomi adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan
memasukkan faktor-faktor produksi ke dalam proses produksi tanpa mengubah metode atau
teknologi, yang menghasilkan peningkatan produksi sosial. Persamaan pertumbuhan
ekonomi tidak hanya menghitung tingkat pertumbuhan pengeluaran suatu perekonomian,
tetapi juga menunjukkan kegiatan ekonomi yang terjadi selama periode waktu tertentu dan
menghasilkan pendapatan bagi masyarakat (Komariyah &etal., 2016).
Data Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
NO TAHUN PERSEN%
1 2012 6,03%
2 2013 5,56%
3 2014 5,02%
4 2015 4,88%
5 2016 5,03%
6 2017 5,07%
7 2018 5,17%
8 2019 5,02%
9 2020 -2,07%
10 2021 3,70%
11 2022 5,31%

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Data Books

Data yang diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada tahun 2022 sebesar 5,31%, melampaui pertumbuhan tahun 2021
sebesar 3,70% dan merupakan pencapaian tertinggi sejak tahun 2013 sebesar 5,56%.
Pertumbuhannya pada tahun 2016 mencapai 5,03%. Peningkatan terjadi pada tahun 2017,
sebesar 5,07%, pada tahun 2018, sebesar 5,17%, dan pada tahun 2019 terjadi penurunan
sehingga pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 5,02%. pada tahun 2020 Pandemi COVID-19
dan pembatasan sosial mengurangi aktivitas perekonomian di Indonesia hingga -2,07 persen.
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat hingga 3,70% pada tahun 2021, meskipun
pandemi masih berlangsung.
Bank Indonesia melakukan kebijakan moneter dengan menggunakan berbagai instrumen
untuk menjaga nilai tukar rupiah, jumlah uang beredar, dan tingkat inflasi. Mereka dapat
melakukan kebijakan moneter dengan menetapkan target moneter, seperti suku bunga atau
jumlah uang beredar, dengan tujuan utama untuk mempertahankan tingkat inflasi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah (Bank Indonesia, 2017).
Dengan meningkatkan jumlah uang beredar, kebijakan moneter yang akomodatif dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mendorong investasi dan konsumsi. Namun,
kebijakan moneter yang tidak terkendali dapat menyebabkan inflasi yang tinggi, yang pada
gilirannya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dengan mengurangi daya beli konsumen
dan menurunkan kepercayaan investor.
Hasil penelitian (Yassirli Amrini, Hasdi Aimon, Efrizal Syofyan) menyimpulkan bahwa
jumlah uang beredar berpengaruh signifikan dan positif terhadap inflasi.
Hasil penelitian dari (Annisa Dewi Ambarwati, I Made Sara dan Ita Sylvia Azita Aziz,
2021) mengatakan jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap per- tumbuhan
ekonomi. Hal ini berarti semakin tinggi jumlah uang beredar maka pertumbuhan ekonomi
semakin tinggi.
Menurut hasil penelitian dari (Wiwiet Aji Prihatin, Arintoko, Suharno) mengatakan bahwa
jumlah uang beredar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah harus memberi perhatian khusus pada inflasi sebagai masalah makroekonomi,
dan harus menerapkan kebijakan moneter seperti suku bunga, nilai tukar, dan jumlah uang
beredar. Suku bunga nominal berlaku selama inflasi masih ada. Inflasi disebabkan oleh
peningkatan jumlah uang beredar. Harga akan meningkat jika jumlah uang beredar terus
meningkat, dan inflasi akan terjadi selama jumlah uang beredar terus meningkat. Karena nilai
tukar rupee diperlukan untuk membeli barang impor, harga barang impor akan meningkat
karena pengendalian jumlah uang beredar akan menyebabkan tingkat suku bunga meningkat,
dan tingkat suku bunga yang baik diharapkan dapat menurunkan inflasi. Perekonomian akan
melemah jika inflasi turun ke tingkat yang rendah. Banyak variabel yang mempengaruhi
inflasi, antara lain jumlah uang beredar dan suku bunga (Darman, 2016).
Data Inflasi

Tahun Inflasi
2012 4,30%
2013 8,38%
2014 8,36%
2015 3,35%
2016 3,02%
2017 3,61%
2018 3,13%
2019 2,72%
2020 1,68%
2021 1,87%
2022 5,51%

Sumber: BI dan BPS, Data Target Inflasi dan Inflasi Aktual, Kompilasi adalah Hak Cipta Bolasalju

Berdasarkan data di atas, rata-rata inflasi umum tahunan Indonesia sebesar 4,16% per
tahun selama periode 10 tahun dari 2013 hingga 2022. Dengan menghitung penurunan nilai
kumulatif setelah 10 tahun inflasi, nilai kumulatif uang meningkat sebesar 49,99%, atau
4,14% per tahun. Inflasi umum tahunan adalah rata-rata kenaikan harga seluruh barang yang
disurvei oleh Badan Pusat Statistik selama satu tahun. Karena ini adalah rata-rata inflasi
secara keseluruhan, kita harus memahami bahwa biaya mungkin meningkat di bawah rata-
rata; namun, biaya mungkin meningkat di atas rata-rata.
Hasil penelitian dari (Jul Fahmi Salim 2017) inflasi berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hasil penelitian dari (Erika Feronika Br Simanungkalit 2014) inflasi berpengaruh negatif
terhadap dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1983-2014. Ini
terlihat dari Hasil uji signifikan uji F, yang menunjukkan inflasi berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
TINJAUAN TEORITIS:
Selama sepuluh tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu di bawah 5%,
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi masih rendah sementara inflasi cukup tinggi.
Kebijakan moneter dapat memperbaiki kondisi ini.
Otoritas moneter bank sentral mengambil tindakan atau kebijakan dengan menggunakan
variabel moneter untuk mencapai tujuan stabilitas makroekonomi yang dikenal sebagai
kebijakan moneter. Inflasi dan jumlah uang beredar adalah beberapa variabel moneter yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan ini.
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, stabilitas makroekonomi yang
baik diperlukan.Menurut Asnawi dan Fitria (2018), peningkatan barang dan jasa yang
diproduksi masyarakat menyebabkan pertumbuhan ekonomi, tetapi barang dan jasa yang
dihasilkan tidak sebanding dengan kapasitas produksi, dan peningkatan anggaran untuk
produksi menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi.
Jika laju pertumbuhan ekonomi suatu negara meningkat menjadi dalam jangka waktu
tertentu, hal itu dianggap sebagai peningkatan positif dalam pertumbuhan ekonomi.
2.1 Pertumbuhan Ekonomi
Istilah "pertumbuhan ekonomi" dapat digunakan untuk menjelaskan atau mengukur
tingkat kemajuan pembangunan ekonomi.Pertumbuhan ekonomi dalam kegiatan ekonomi riil
berarti peningkatan fisik produksi barang dan jasa suatu negara, seperti peningkatan output
jasa dan peningkatan produksi barang modal.Namun, dimungkinkan untuk memberikan
gambaran yang jelas tentang pertumbuhan ekonomi yang dicapai dengan menggunakan
berbagai jenis data produksi (Sukirno, 2015).
Persamaan pertumbuhan ekonomi tidak hanya menghitung tingkat pertumbuhan
pengeluaran suatu negara tetapi juga menunjukkan kegiatan ekonomi yang terjadi selama
periode waktu tertentu dan menghasilkan pendapatan bagi masyarakat (Edison, Anwar, dan
Komariah, 2016).
2.2 Jumlah Uang Yang Beredar
Uang adalah suatu benda yang dapat digunakan sebagai alat hukum dalam berbagai
transaksi dan memiliki nilai dalam bidang tertentu.Pengganda uang dan basis moneter adalah
hasil dari jumlah uang beredar.Proses pasar menggambarkan jumlah uang yang beredar di
masyarakat. Jumlah uang ini juga terkait dengan tingkat suku bunga deposito: semakin
banyak uang yang beredar di masyarakat, semakin menarik investasi daripada menabung
dalam bentuk tabungan.Dua kategori uang beredar didefinisikan sebagai uang sempit (M1)
dan uang beredar (M2). Uang sempit (M1) adalah jenis uang yang dianggap paling likuid,
dan uang beredar (M2) terdiri dari uang sempit (M1) dan tabungan (saving deposit) dan
deposito berjangka (term deposit).Annisa Dewi dan rekan, 2018.
2.3 Inflasi
Inflasi adalah peningkatan harga yang umum (Mankiw, 2013). Kecuali kenaikan harga
satu atau dua barang menyebabkan kenaikan harga sebagian besar barang lainnya, kenaikan
tersebut tidak dapat dianggap sebagai inflasi.Inflasi dalam jangka panjang sering dianggap
sebagai fenomena moneter.Elastisitas relatif upah, harga, dan suku bunga memengaruhi
inflasi dalam jangka pendek dan menengah.Akibatnya, ada beberapa perbedaan mendasar
antara komponen yang menyebabkan inflasi. Kenaikan harga secara umum dan terus menerus
adalah definisi tambahan dari inflasi.
Peningkatan harga secara umum dan konsisten disebut inflasi.Menurut Bank Indonesia
(2017), kenaikan harga satu atau dua barang tidak dapat dianggap sebagai inflasi kecuali
kenaikan tersebut memperpanjang atau menyebabkan kenaikan harga barang lain. Inflasi,
menurut Boediono (2011), adalah kenaikan harga komoditas yang konsisten. Kenaikan harga
komoditas yang terjadi sepanjang tahun, menjelang hari raya besar, atau hanya sekali setahun
dan kemudian kembali normal bukanlah inflasi. Sebaliknya, inflasi adalah kenaikan harga
komoditas yang konsisten (Samuelson & Nordhaus, 2004).
Selain itu, kenaikan harga juga dapat dianggap sebagai inflasi (Mahmud, 2010). Menurut
Rahardja dan Manurung (2008), inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga komoditas yang
berkelanjutan. Selain itu, kenaikan harga bahan baku juga merupakan konsekuensi dari
ketidaksesuaian antara program sistem penyediaan bahan baku (seperti produksi, penetapan
harga, pencetakan uang, dan lain-lain) dengan tingkat pendapatan masyarakat (Putong, 2009).
Inflasi merayap, inflasi terbang, dan hiperinflasi adalah beberapa jenis inflasi, dan inflasi
yang tidak terkendali adalah yang paling berbahaya. Dari 1961 hingga 1966, inflasi di
Indonesia mencapai 288% per tahun.
METODE PENELITIAN:
Penelitian ini menggunakan metode studi literatur. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif untuk memahami dan menjelaskan hubungan antara jumlah uang beredar, inflasi
dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia secara teratur. Pendekatan kualitatif memungkinkan
peneliti untuk menggali berbagai faktor dan konteks yang mempengaruhi hubungan tersebut.
Variabel Dependen: (Y) Pertumbuhan Ekonomi
Variabel Independen: (X1) Jumlah Uang Beredar, (X2) Inflasi

PEMBAHASAN:
1. Hubungan dan Pengaruh Jumlah Uang Beredar Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil analisis menurut (Annisa Dewi Ambarwati, I Made Sara dan Ita Sylvia Azita Aziz,
2021) menunjukkan bahwa variabel jumlah uang beredar berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa peningkatan jumlah
uang beredar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini berkaitan dengan semakin
meningkatnya jumlah uang yang beredar maka masyarakat akan menyisihkan sebagian
uangnya untuk konsumsi, yang pada akhirnya memaksa produsen untuk memproduksi lebih
banyak barang dan kemudian permintaan terhadap barang tersebut meningkat, sehingga
faktor-faktor produksi pun akan meningkat. Hal ini akan berdampak pada peningkatan
konsumsi, produktivitas pengusaha, dan pendapatan per kapita yang pada akhirnya akan
mendorong pertumbuhan ekonomi.
Jumlah uang beredar jelas memiliki dampak positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia, seperti yang ditunjukkan oleh temuan penelitian Asnawi dan Hafizatul
Fitria (2018). Hasil ini sesuai dengan hipotesis bahwa jumlah uang yang beredar
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penemuan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan
ekonomi didorong oleh peningkatan jumlah uang yang beredar karena masyarakat akan
mencurahkan sebagian dananya untuk konsumsi, yang mendorong produsen untuk
memproduksi lebih banyak barang dan meningkatkan permintaan untuk faktor-faktor
produksi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tiwa & dkk. (2016), hasil serupa ditemukan:
pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh jumlah uang beredar karena peningkatan investasi
menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Hasil penelitian Sudirman et al. (2022) menunjukkan bahwa peningkatan jumlah modal
kerja akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan jumlah uang beredar dapat
mendorong peningkatan investasi. Keadaan tersebut dapat terjadi karena daya beli
masyarakat dapat meningkat karena penggunaan kredit murah, meningkatkan permintaan
masyarakat terhadap barang dan jasa. Perusahaan cenderung menanggapi tingginya
permintaan masyarakat dengan meningkatkan produksi mereka dengan menggunakan kredit
murah. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi akan meningkat jika jumlah produksi cenderung
meningkat dalam jangka waktu tertentu.
Pengaruh jumlah uang beredar terhadap pertumbuhan ekonomi sangat signifikan. Jumlah
uang yang beredar di dalam perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi inflasi, suku
bunga, dan investasi. Meningkatnya jumlah uang beredar dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi karena meningkatkan jumlah uang yang tersedia untuk transaksi bisnis dan
konsumsi. Namun, pengaruh jumlah uang beredar terhadap pertumbuhan ekonomi juga harus
dipertimbangkan dengan hati-hati. Inflasi yang tinggi dan tidak stabil dapat terjadi jika
jumlah uang beredar meningkat terlalu cepat dibandingkan dengan pertumbuhan output dan
produktivitas ekonomi. Inflasi yang tinggi dapat mengurangi daya beli masyarakat,
menurunkan nilai uang, dan menyebabkan ketidakstabilan perekonomian. Oleh karena itu,
penting bagi pemerintah dan bank sentral untuk menerapkan kebijakan moneter yang tepat
untuk memantau dan mengatur jumlah uang yang beredar. Mereka mengontrol jumlah uang
beredar sesuai dengan pertumbuhan ekonomi yang sehat dan stabil dengan alat seperti suku
bunga, cadangan bank, dan pemantauan kredit. Dengan mengelola jumlah uang beredar
secara bijaksana, kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan dapat diciptakan.
2. Hubungan dan Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pada dasarnya, tidak semua inflasi memiliki dampak ekonomi yang negatif. Inflasi ringan
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama jika terjadi di bawah 10%. Ini karena
inflasi dapat mendorong pengusaha untuk meningkatkan produksi. Karena mereka dapat
memperoleh lebih banyak keuntungan dari kenaikan harga, pengusaha termotivasi untuk
meningkatkan produksi mereka. Selain itu, peningkatan produksi membantu karena
membuka lapangan kerja baru. Jika nilainya melebihi sepuluh persen, inflasi akan berdampak
negatif (Erika Feronika Br Simanungkalit, 2020).
Hasil penelitian, menurut Asnawi dan Hafizatul Fitria (2018), menunjukkan bahwa inflasi
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan ini sesuai
dengan hipotesis bahwa inflasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hasil ini
menunjukkan bahwa peningkatan inflasi akan menghambat pertumbuhan ekonomi, karena
peningkatan inflasi dapat mengurangi investasi, mendorong kenaikan suku bunga dan
penanaman modal spekulatif, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan
penurunan kesejahteraan dan kehidupan masyarakat, yang pada akhirnya akan berdampak
negatif pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Hasil penelitian oleh Sinta Rahmawati et al. (2023) menunjukkan bahwa tingkat inflasi
memiliki dampak negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Inflasi adalah kecenderungan harga yang naik
secara umum dan terus menerus, yang meluas dan menyebabkan kenaikan harga sebagian
besar barang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju inflasi yang lebih tinggi akan
menghambat pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan oleh peningkatan laju inflasi, yang
dapat mengurangi investasi, mendorong kenaikan suku bunga dan penanaman modal yang
spekulatif, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan penurunan kesejahteraan
masyarakat, yang pada akhirnya akan menyebabkan stagnasi ekonomi.
Pada intinya tidak semua ahli ekonomi setuju tentang bagaimana inflasi mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, tetapi secara umum, inflasi yang terlalu tinggi dapat berdampak
negatif pada pertumbuhan ekonomi. Harga barang dan jasa naik ketika inflasi meningkat,
menyebabkan daya beli masyarakat menurun. Inflasi yang tinggi juga dapat menyebabkan
ketidakpastian ekonomi, mencegah perusahaan berinvestasi, dan menghambat pertumbuhan
ekonomi karena konsumen cenderung mengurangi pengeluaran mereka. Namun, inflasi yang
rendah dan stabil dapat membantu pertumbuhan ekonomi karena stabilitas harga, insentif
untuk konsumsi dan investasi yang lebih sehat, dan kemampuan bank sentral untuk
menerapkan kebijakan moneter yang lebih efisien. Penting untuk diingat bahwa kondisi
ekonomi setiap negara berbeda, dan pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat
berbeda dari satu negara ke negara lain. Untuk mencapai stabilitas dan kesejahteraan
ekonomi yang berkelanjutan, kebijakan ekonomi yang bijaksana dan keseimbangan antara
inflasi dan pertumbuhan ekonomi sangat penting.

KESIMPULAN:
Bahwa inflasi dan kebijakan moneter memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia
secara signifikan. Pertama dan terpenting, kebijakan moneter yang tepat dapat berdampak
pada jumlah uang yang beredar di masyarakat. Sangat penting bagi otoritas moneter, seperti
bank sentral, untuk memantau dengan cermat kebijakan moneter mereka untuk menjaga
keseimbangan jumlah uang beredar. Jika jumlah uang beredar terlalu rendah, hal ini dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi. Kedua, inflasi juga sangat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Inflasi yang tinggi dapat menghambat investasi dan konsumsi, tetapi inflasi yang
rendah dapat memberikan stabilitas harga dan mendorong investasi dan konsumsi yang sehat.
Studi ini menunjukkan bahwa dalam hal Indonesia, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh
kebijakan moneter dan inflasi. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan bank sentral
Indonesia untuk bekerja sama untuk membuat kebijakan yang tepat untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan.

SARAN:
Beberapa langkah atau saran yang dapat dilakukan untuk membantu pertumbuhan ekonomi
Indonesia menjadi lebih baik:
1. Meningkatkan koordinasi antara pemerintah dan bank sentral: Penting bagi pemerintah dan
bank sentral untuk bekerja sama dalam merumuskan kebijakan moneter yang tepat untuk
mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kerja sama yang baik akan
membantu menghindari kebijakan yang bertentangan dan menciptakan lingkungan ekonomi
yang stabil.
2. Mengelola kebijakan moneter dengan hati-hati: Otoritas moneter, seperti bank sentral,
bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan uang beredar. Ini penting untuk
menghindari uang beredar yang terlalu tinggi yang dapat menyebabkan inflasi yang tinggi,
serta uang beredar yang terlalu rendah yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
3. Memprioritaskan stabilitas harga: Menjaga inflasi yang rendah dan stabil sangat penting
untuk menciptakan lingkungan ekonomi yang sehat. Otoritas moneter harus berusaha
menjaga stabilitas harga agar konsumen dan pelaku usaha memiliki kepastian dalam
bertransaksi, yang akan mendorong investasi dan konsumsi yang lebih sehat.
4. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas kebijakan moneter: Otoritas moneter harus
memastikan bahwa kebijakan yang dibuat dapat dipertanggungjawabkan secara transparan.
Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas akan meningkatkan kepercayaan masyarakat
dan pelaku usaha terhadap kebijakan moneter, yang pada gilirannya dapat menghasilkan
stabilitas ekonomi yang lebih baik.
Dengan mempertimbangkan rekomendasi ini, Indonesia dapat mencapai pertumbuhan
ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

Erika Feronika Br Simanungkalit, (2020). “PENGARUH INFLASI TERHADAP


PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA”.
Sudirman Sudirman, Nurul Hidayat & Abdul Rahmat. (2022). “PENGARUH TINGKAT
SUKU BUNGA DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP INVESTASI DAN
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA”.
Asnawi & Hafizatul Fitria (2018). “PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR, TINGKAT
SUKU BUNGA DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI
INDONESIA”.
Nuri Agusmianata, Thresia Militina & Diana Lestari. (2017). “PENGARUH JUMLAH UANG
BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA SERTA PENGELUARAN
PEMERINTAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA”.
Eka Budidayanti, (2014). “PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA
SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI INDONESIA”.
Annisa Dewi Ambarwati, Made Sara & Syilvia Azita Aziz. (2021). “PENGARUH JUMLAH
UANG BEREDAR (JUB), BI RATE DAN INFLASI TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE 2009-2018”.
Retno Agustina Eka Putri, Yefriza & Esti Pasaribu. (2023). “IMPACT OF MONETARY
POLICY ON ECONOMIC GROWTH IN INDONESIA”.
La Rahmad Hidayat, Djoko Sestyadi & Musdalifah Azis. (2017). “PENGARUH INFLASI
DAN SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR RUPIAH SERTA JUMLAH UANG
BEREDAR TERHADAP RETURN SAHAM”.
Sinta Rahmawati, Ismadiyanti Purwaning Astuti & Fitri Juniwati Ayuningtyas. (2023).
“PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DI INDONESIA”.
Yassirli Amrini, Hasdi Aimon, dan Efrizal Shofyan. “ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN
MONETER TERHADAP INFLASI DAN PEREKONOMIAN DI INDONESIA”.

Anda mungkin juga menyukai