Inflasi adalah merosotnya nilai uang karena banyaknya dan cepatnya uang
beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang (lihat KBBI).
Secara sederhana, inflasi kita definisikan sebagai turunnya daya beli uang.
Uang dalam jumlah sama seiring waktu tidak mampu untuk membeli barang
yang senilai atau sama.
Data inflasi tahunan diperoleh dari Bank Indonesia. Data inflasi jangka
panjang kita pakai sebagai tolok ukur tujuan investasi yang bersifat jangka
panjang. Semoga bermanfaat.
2001 12,55%
2002 10,03%
2003 5,06%
2004 6,40%
2005 17,11%
2006 6,60%
2007 6,59%
2008 11,06%
2009 2,78%
2010 6,96%
2011 3,79%
2012 4,30%
2013 8,36%
2014 8,36%
2015 3,35%
2016 3,02%
2017 3,61%
2018 3,13%
Inflasi tahunan umum adalah rata-rata kenaikan harga dari seluruh barang
yang disurvei oleh Badan Pusat Statistik dalam setahun. Karena bersifat rata-
rata inflasi umum, kita harus paham bahwa mungkin ada biaya yang naiknya
kurang dari rata-rata itu; di sisi lain, ada biaya yang kenaikannya lebih besar
dari angka tersebut.
Kenaikan harga terjadi setiap saat, di mana saja, tak peduli negara dan rezim
siapa. Pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atau Presiden
Joko Widodo (Jokowi) kenaikan harga juga terjadi. Yang berbeda adalah
persentase kenaikannya dan kecepatan naiknya.
Inflasi tak bisa dihindari. Inflasi seperti takdir. Dia pasti hadir.
Memerangi Inflasi
Untuk bisa mencapai target rencana keuangan di masa jangka panjang, kita
harus mencari instrumen investasi yang peluang perolehannya jauh lebih
besar daripada inflasi. Belum ada deposito yang menawarkan buang di atas
5%, seberapa besar pun dana Anda. Kecuali Anda dapat deal khusus dari
bankir.