Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INDIVIDU

OLEH

KELOMPOK 5

CICI AFNI 1892142089

NUR ASIA 1892142093

NURUL ISRA ADENIA LIPSA 1892142097

ANDIKA PRATAMA M.S 1892142191

NUR JANNAH MARIA SULFAH 1892140007

LILIS HASLINDA 1892141027

ABDULLAH 1892142011

MUHAMMAD RACHMATULLAH 1892142027

A.NURHANI TENRI SUMPALA 1892142071

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2019/2010
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahNya-lah
kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Persepsi dan Pengambilan Keputusan dalam sebuah
mata kuliah Perilaku Organisasi. Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai
pihak, Dosen, dan teman-teman sekalian. Oleh karena itu, kami selaku penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar – besarnya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini ataupun kata – kata yang kurang berkenan,
kami mohon maaf. Untuk perbaikan dan peningkatan tulisan ini, kami sangat mengharapakan kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Selanjutnya kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan khususnya pembaca.

Makassar, 15 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB 1.....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................................6
1. Apakah yang dimaksud presepsi?..............................................................................................6
2. Persepsi Orang Membuat Penilaian Atas Orang Lain.................................................................6
3. Hubungan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual.........................................8
4. Pengambilan keputusan dalam Organisasi................................................................................8
5. Pengaruh dalam Pengambilan Keputusan: Perbedaan Individu dan Batasan Organisasi........10
6. Etika Pengambilan Keputusan.................................................................................................12
6. Kreativitas, pengambilan keputusan kreatif, dan inovasi dalam organisasi.............................16
BAB III..................................................................................................................................................18
KESIMPULAN.......................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................19
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banyak cara atau gaya dalam pengambilan keputusan. Ada orang yang cenderung
menghindari masalah, ada juga yang berusaha memecahkan/menyelesaikan masalah,
bahkan ada yang mencari-cari masalah. Pada prinsipnya, cara pengambilan keputusan
mengacu pada bagaimana seseorang mengolah informasi, apakah lebih dominan
menggunakan pikirannya, ataukah dengan perasaannya. Setelah semua informasi diperoleh
melalui fungsi persepsi, maka seseorang harus melakukan sesuatu dengan informasi
tersebut. Informasi tersebut harus diolah untuk memperoleh suatu kesimpulan guna
mengambil suatu keputusan ataupun membentuk suatu opini. Ada gambaran preferensi
mengenai dua cara yang berbeda tentang bagaimana seseorang mengambil keputusan
ataupun memberikan penilaian, yaitu dengan berfikir menggunakan akal pikiran dan
menggunakan perasaan atau dengan persepsi.
Salah satu cara untuk mengambil keputusan adalah dengan mempergunakan
perasaan dan persepsi. Perasaan disini bukan berarti emosi, melainkan dengan
mempertimbangkan dampak dari suatu putusan terhadap diri sendiri dan/atau orang lain.
Apakah manfaatnya bagi diri sendiri dan/atau orang lain (tanpa mempersyaratkan terlebih
dahulu bahwa hal tersebut haruslah logis). Pengambilan keputusan atas dasar perasaan ini
berlandaskan pada nilai-nilai pribadi atau norma-norma, dan bukan mengacu pada tindakan
yang dapat disebut emosionil. Apabila kita mengambil keputusan berdasarkan perasaan, kita
akan mempertanyakan seberapa jauh kita pribadi akan melibatkan diri secara langsung,
seberapa jauh kita merasa turut bertanggung jawab terhadap dampak atas keputusan yang
diambil, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Mereka yang mempunyai
preferensi menggunakan perasaan dalam mengambil keputusan, cenderung bersikap
simpatik, bijaksana dan sangat menghargai sesama. Banyak cara atau gaya dalam
pengambilan keputusan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud persepsi ?
2. Bagaimana membuat penilaian atas orang lain ?
3. Apa hubungan antara persepsi dan pengambilan keputusan individual ?
4. Bagaimana proses pengambilan keputusan dalam organisasi ?
5. Apa perbedaan individu dan batasan organisasi ?
6. Bagaimana mengenai etika dalam pengambilan keputusan ?
7. Bagaimana meningkatkan kreativitas dalam pengambilan keputusan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan persepsi;
2. Mengetahui penilaian atas orang lain;
3. Mengetahui hubungan antara persepsi dan pengambilan keputusan individual;
4. Mengetahui proses pengambilan keputusan dalam organisasi;
5. Mengetahui perbedaan individu dan batasan organisasi;
6. Mengetahui etika dalam pengambilan keputusan;
7. Mengetahui bagaimana meningkatkan kreativitas dalam pengambilan keputusan.

D. Manfaat Penulisan
Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang persepsi dan pengambilan keputusan
individual, selain itu makalah riset produk ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi dan
dapat membantu untuk menambah wawasan pengetahuan terkait persepsi dan pengambilan
keputusan.
BAB II

PEMBAHASAN
1. Apakah yang dimaksud presepsi?
Presepsi adalah sebuah proses individu yang mengorganisasikan dan
menginterpretasikan kesan sensoris untuk memberikan pengertian pada lingkungannya. Apa
yang kita nilai bisa jadi berbeda secara substansial dengan realitas objektif. Presepsi panting
bagi perilaku organisasi karena perilaku orang-orang didasarkan pada presepsi mereka
tentang apa realita yang ada, bukan mengenai realita itu sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi presepsi

Faktor-faktor presepsi bisa berada pada penilai, pada objek atau target yang dinilai,
atau pada situasi di mana presepsi itu dibuat.

1. Faktor-faktor pada penilai


Sikap, Motif, Minat, Pengalaman, Ekspektasi
2. Faktor-faktor pada situasi
Waktu, Latar kerja, Latar sosial
3. Factor-faktor pada target
Inovasi, Pergerakan, Suara, Ukuran, Latar belakang, Proksimitas, Kesamaan

2. Persepsi Orang Membuat Penilaian Atas Orang Lain.


Aplikasi konsep persepsi yang paling relevan terhadap perilaku organisasi, persepsi
orang, atau persepsi yang dibentuk orang tentang satu sama lain.
 Teori Atribusi
Teori Atribusi (attributior theory) menjelaskan cara-cara kita menilai orang dengan
berbeda, bergantung pada pengertian yang kita atribusikan pada sebuah perilaku. Ini
menyatakan bahwa ketika kita mengamati perilaku seorang individu, kita mencoba
menentukan apakah itu disebabkan dari internal atau eksternal.
Penentuan itu terutama tergantung pada tiga faktor, yaitu :
1. Perbedaan
2. Konsensus
3. Konsistensi
Perilaku yang disebabkan internal adalah kendali perilaku pribadi dari individu.
Perilaku yang disebabkan eksternal adalah situasi yang kita bayangkan, memaksa individu
untuk melakukannya.
Contoh, jika salah satu pekerja anda datang terlambat, anda akan mengatribusikannya
pada bangun tidur kesiangan akibat pesta malam yang ia adakan (ini atribusi internal). Tetapi
jika anda mengatribusikannya pada kecelakan mobil yang membuat macet (ini atribusi
eksternal).
Jika dimasukkan analisa ketiga faktor tadi, perbedaan, konsensus dan konsistensi,
adalah faktor perbedaan merujuk apakah seorang individu menampilkan perilaku yang
berbeda dalam situasi yang berbeda, apakah pekerja yang datang terlambat hari ini adalah
mereka yang selalu mengingkari komitmen?Yang ingin kita ketahui adalah apakah
perilakunya tidak biasa.  Jika “Ya” kita memakai atribusi eksternal. Jika “Tidak” memakai
atribusi internal.
Jika setiap orang menghadapi situasi yang sama, memberikan respons yang sama, kita
dapat mengatakan perilaku ini menunjukan Konsensus. Jika Perilaku pekerja yang terlambat
memenuhi kriteria jika semua pekerja yang menempuh rute yang sama juga terlambat. Dari
sebuah persepktif atribusi, jika konsensunya tinggi, anda mungkin memberikan atribusi
eksternal pada keterlambatan pekerja itu. Sedangkan jika pekerja lain yang menempuh rute
yang sama datang tepat waktu maka anda akan mendistribusikan keterlambatannya sebagai
penyebab internal.
Terakhir, seorang pengamat mencari konsistensi dalam tindakan seseorang. Apakah
orang itu merespons dengan cara yang sama sepanjang waktu, datang terlambat 10 menit
tidak dinilai dengan cara yang sama bagi pekerja yang belum pernah datang terlambat dalam
beberapa bulan dibanding pekerja yang terlambat tiga kali seminggu. Semakin konsisten
perilakunya, semakin mungkin kita mengatribusikannya pada penyebab internal.
Teori atribusi meringkas elemn-elemen penting dalam tindakan seseorang. Hal ini
menyatakan pada kita bahwa jika seorang pekerja, misalnya Katelyn, umumnya tingkat kinerja
yang sama pada tugas-tugas lain sebagaimana yang ia mengerjakan tugasnya sekarang
(perbedaan yang rendah), pekerjaan lainnya sering kali memiliki kinerja berbeda, bisa lebih
baik atau lebih buruk, dibandingkan dengan Katelyn pada tugas itu (konsesus rendah), dan
kinerja Katelyn atas tugas sekarang konsisten sepanjang waktu (konsistensi tinggi), siapapun
yang menilai pekerjaan Katelyn mungkin akan menganggap bahwa ia sangat bertanggung
jawab atas kinerja tugasnya (atribusi internal).
Salah satu temuan dari riset teori atribusi adalah bahwa kesalahan atau bias
mengganggu atribusi. Ketika kita membuat penilaian tentang perilaku orang lain, kita
cenderung meremehkan pengaruh faktor-faktor eksternal dan melebihkan pengaruh faktor-
faktor internal atau pribadi.
Kesalahan atribusi fundamental ini dapat menjelaskan mengapa seorang manajer
penjualan cenderung mengatribusikan buruknya kinerja agen penjualnya pada kemalasan
dibandingkan pada lini prduk inovatif kompetitor. Individu dan oerganisasi juga cenderung
mengatribusikan kesuksesan mereka pada faktor-faktor internal seperti kemauan atau usaha,
tetapi menyalahkan kegagalan pada faktor-faktor eksternal seperti ketidakberuntungan atau
rekan kerja yang tidak produktif. Orang-orang juga cenderung mengatribusikan informasi-
informasi ambigu seperti pujian bagus, menerima umpan balik positif dan menolak umpan
balik negatif.
Bias Pelayanan Diri (self serving bias) kecenderungan individu untuk mengatribusikan
kesuksesan mereka pada faktor-faktor internal seperti kemampuan atau usaha, tetapi
menyalahkan kegagalan pada faktor- faktor eksternal.

Jalan Pintas dalam Menilai Orang Lain Secara Umum


a) Persepsi Selektif (selective perception), Kecenderungan untuk secara selektif
menginterprestasikan apa yang seseorang lihat dalam basis minat, latar belakang,
pengalaman, dan sikap seseorang.
b) Efek Halo (halo effect), Kecenderungan untuk menggambarkan impresi umum
mengenai seorang individu berdasarkan karakteristik tunggal.
c) Efek kontras (contrast effect), Evaluasi atas karakteristik seseorang yang
dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain yang baru muncul yang
berperingkat lebih tinggi atau rendah dalam karakteristik yang sama.
d) Stereotip, Ketika kita menilai seseorang berdasarkan persepsi kita atas kelompok
asalnya.

Aplikasi Spesifik dari Jalan Pintas dalam Organisasi

a) Wawancara Kerja, Sedikit orang direkrut tanpa wawancara. Namun, pewawancara


membuat penilaian perseptual yang sering tidak akurat dan menggambarkan
kesan awal yang sdengan cepat mengakar.
b) Ekspektasi Kinerja, Orang-orang mencoba untuk memvalidasi persepsi mereka
mengenai realita bahkan ketika hal-hal ini salah. Istilah prediksi pemenuhan diri
dan efek pygmalion menjelaskan bagaimana perilaku seorang individu ditentukan
oleh ekspektasi orang lain.
c) Evaluasi Kinerja, Evaluasi kinerja sangat bergantung pada proses perseptual.
Meskipun penilaian bisa jadi objektif, namun banyak pekerjaan dinilai secara
subjektif.

3. Hubungan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual.


Setiap individu yang mengambil keputusan, merupakan pilihan yang dibuat dari dua
atau lebih alternatif. Manajer puncak menentukan sasaran organisasi mereka, produk atau
jasa apa yang akan ditawarkan, cara terbaik apa untuk mendanai operasional, atau dimana
lokasi sebuah pabrik manufaktur baru. Manajer level menengah dan level rendah
menetapkan jadwal produksi, memilih pekerja-pekerja baru, dan menentukan bagaimana
alokasi kenaikan gaji. Oleh karena itu pengambilan keputusan individu merupakan bagian
penting dari perilaku organisasi. Tetapi cara individu mengambil keputusan dan kualitas
pilihannya sangat dipengaruhi oleh persepsi mereka.

Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas masalah yaitu sebuah perbedaan
antara situasi sekarang dan yang diinginkan, yang mengharuskan kita mempertimbangkan
alternatif-alternatif tindakan.

Setiap keputusan kita membutuhkan untuk menginterpretasi dan mengevaluasi


informasi. Kita umumnya menerima data dari banyak sumber yang perlu kita saring, proses
dan interpretasi. Data mana yang relevan bagi keputusan dan mana yang tidak. Persepsi kita
akan menjawab pertanyaan itu. Kita juga perlu mengembangkan alternatif dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya. Sekali lagi, proses perseptual kita akan
mempengaruhi hasil akhir. Selama proses pengambilan keputusan, kesalahan perseptual
sering kali muncul sehingga dapat membiaskan analisis dan kesimpulan.
4. Pengambilan keputusan dalam Organisasi
Perilaku organisasi memperbaiki cara kita mengambil keputusan dalam organisasi
dengan mengatasi kesalahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan orang sebagai
tambahan dari kesalahan persepsi yang telah kita diskusikan.

Model rasional, rasionalitas terbatas dan intuisi

 Pengambilan keputusan rasional kita sering kali berpikir pengambil keputusan terbaik
adalah rasional dalam membuat pilihan dan konsisten dan memaksimalka nilai dalam
batasan-batasan spesifik. Keputusan-keputusan ini mengikuti enam langkah model
pengambilan keputusan rasional yaitu
1. Definisikan masalah
2. Identifikasi kriteria keputusan
3. Alokasikan bobot pada kriteria itu
4. Kembangkanlah alternative-alternatif
5. Evaluasilah alternative-alternatif itu
6. Pilihlah alternative terbaik

 Rasionalitas terbatas kemampuan terbatas kita dalam memperoleh informasi membuat


tidak mungkin untuk mengasimilasikan semua informasi yang diperlukan untuj
optimalisasi. Rasionalitas terbatas juga diartikan sebagai sebuah proses pengambilan
keputusan dengan membangun model yang disederhanakan yang mengeluarkan fitur-
fitur esensial dari masalah tanpa menangkap semua kompleksitasnya.
 Intuisi mungkin cara yang tidak rasional dalam mengambi keputusan adalah
pengambilan keputusan intuitif , sebuah proses tanpa sadar yang diciptakan dari
pengalaman yang diperoleh. Pengambilan keputusan intuitif terjadi diluar pikiran sadar ,
berpegang pada asosiasi hilostis, atau kaitan antara potongan-potongan informasi yang
tidak sama, cepat, dan secara afektif dibebankan, berarti melibatkan emosi.

Bias dan kesalahan umum dalam pengambilan keputusan

Pengambil keputusan terlibat dalam rasionalitas terbatas, tetapi mereka juga


mengizinkan bias dan kesalahan sistematis merusak penelitian mereka. Untuk
meminimalkan usaha dan menghindari trade-off, orang-orang telah cenderung
mengandalkan pengalaman, implus, tebakan, dan aturan jempol yang menyenangkan.

1. Bias terlalu percaya diri, riset terkini terus menyimpulkan bahwa kita cenderung
terlalu percaya diri dengan kemampuan kita dan kemampuan orang lain juga, bahwa
kita biasanya tidak sadar dengan bias ini. Ketika diberikan pertanyaan-pertanyaan
factual dan diminta untuk menilai probabilitas bahwa jawaban kita benar, kita
cenderung optimis berlebihan.
2. Bias jangkar adalah kecenderungan untuk bertahan pada informasi awal dan gagal
menyesuaikan adekuat pada informasi sesudahnya.
3. Bias konfirmasi, proses pengambilan keputusan rasional mengasumsikan kita
mengumpulkan informasi secara objektif. Tetapi kita tidak, secara selektif
mengumpulkannya. Bias konfirmasi mewakili sebuah kasus persepsi selektif, kita
mencari informasi yang membenarkannya pilihan masa lalu kita, dan kita
mengurangi informasi yang berlawanan dengannya.
4. Bias ketersediaan adalah kecenderungan kita untuk mendasarkan penilaian pada
informasi yang siap tersedia. Riset terbaru mengindikasikan bahwa sebuah
kombinasi atas informasi yang siap sedia dan pengalaman langsung kita dengan
informasi yang sama khusus nya sangan berdampak pada pengambilan keputusan
kita.
5. Ekalasi komitmen adalab komitmen yang meningkat pada sebuah keputusan
sebelumnya meskipun adanya informasi negative.
6. Keasalahan acak yaitu kecenderungan individu untuk percaya bahwa ia mampu
memprediksi hasil dari peristiwa acak. Pengambilan keputusan terganggu ketika kita
mencoba menciptakan pengertian dalam peristiwa acak, khususnya ketika kita
mengubah pola imajinasi menjadi ide yang salah.
7. Aversi Risiko yaitu kecenderungan untuk memilih hal-hal yang sudah pasti daripada
hasil yang berisiko.
8. Bias retrospeksi adalah kecenderungan untuk salah dalam mempercayai bahwa kita
dapat memprediksinya secara akurat. Ketka kita memiliki umpan balik atas hasil, kita
tampaknya baik dalam meyimpulkan itu kelihatan.

5. Pengaruh dalam Pengambilan Keputusan: Perbedaan Individu dan Batasan Organisasi


Menjelaskan bagaimana perbedaan-perbedaan individu dan batasan-batasan
organisasi memengaruhi pengambilan keputusan. Kita beralih ke faktor-faktor yang
memengaruhi bagaimana orang mengambil keputusan dan tingkat dimana mereka rentan
pada kesalahan serta bias. Kita mendiskusikan perbedaan-perbedaan individual dan batasan-
batasan organisasi.

Perbedaan Individu
Seperti yang kita diskusikan, pengambilan keputusan dalam praktiknya
dikarekterisasikan oleh batasan-batasan rasionalitas, bias dan kesalahan umum, serta
penggunaan intuisi, perbedaan-perbedaan individu juga menciptakan deviasi dari model
rasional. Dalam bagian ini, kita melihat perbedaan-perbedaan itu.
Kepribadian. Riset tentang kepribadian dan pengambilan keputusan menyatakan
kepribadian memengaruhi keputusan kita. Aspek-aspek spesifik dari kehati-hatian dari pada
sifat-sifat luasnya bisa memengaruhi eskalasi komitmen. “khususnya aspek kehati-hatian
usaha keras untuk pencapaian dan keputusan, pertama, riset menyatakan bahwa orang-
orang yang berjuang dalam pencapaiannya lebih mungkin mengeskalasi komitmennya,
sedangkan orang-orang yang patuh lebih tidak mungkin. Mengapa? Umumnya, orang-orang
yang berorientasi pada pencapaian tidak suka gagal, meskipun demikian, lebih cenderung
melakukan apa yang mereka pandang terbaik bagi organisasi. Kedua,individu yang mengejar
pencapaian tampaknya lebih rentan pada bias retrospeksi, mungkin karena mereka perlu
menjustifikasi tindakannya.”

Jenis kelamin. Riset atas kontemplasi menawarkan pandangan mengenai perbedaan


jenis kelamin dalam pengambilan keputusan. Alasan mengapa wanita lebih berkontemplasi
dari pada pria masih belum jela, ada pendapat bahwa orang tua mendorong dan
menanamkan ekspresi kesedihan dan kecemasan lebih banyak pada anak perempuan dari
pada anak laki-laki. Teori lainnya adalah bahwa wanita, lebih banyak dari pria, mendasarkan
harga diri dan nilai positifnya pada apa yang orang lain pikirkan tentang mereka. Pendapat
ketiga adalah bahwa wanita lebih berempati dan lebih dipengaruhi oleh peristiwa dalam
kehidupannya orang lain, sehingga mereka memiliki lebih banyak hal untuk
dikontemplasikan.

Kemampuan Mental. Kita tahu orang-orang dengan level kemampuan mental yang lebih
tinggi mampu memproses informasi lebih cepat, memecahkan masalah lebih akurat, dan
belajar lebih cepat, sehingga anda mungkin mengekspresikan mereka juga lebih sedikit
berisiko salah mengambil keputusan umum. Meskipun mereka kemampuan mental
tampaknya hanya membantu orang-orang menghindari beberapa dari masalah tersebut.

Perbedaan budaya. Model rasional tidak membuat pengakuan atas perbedaan budaya,
demkian pula dengan banyaknya literature riset perilaku keorganisasi tentang pengambilan
keputusan. Tetapi orang Indonesia, misalnya tidak selalu mengambil keputusan dengan cara
yang sama dengan orang Australia. Oleh karena itu , kita perlu mengakui bahwa latar
belakang budaya dari pembuat keputusan dapat memengaruhi dengan signifikan pilihan
masalah, kedalaman analisis, pentingnya logika dan rasionalitas, dan apakah keputusan
organisasi seharusnya dibuat secara autocrat oleh seorang manajer atau secaraklektif dalam
kelompok.
Beberapa budaya menekankan pemecahan masalah, sedangkan yang lainnya focus
pada menerima situasi sebagaimana adanya. Amerika Serikat masuk dalam kategori
pertama,Thailand dan Indonesia adalah contoh kedua. Oleh karea manajer yang
memecahkan masalah percaya mereka mampu dan harus mengubah situasi sesuai
kepentingan mereka, manajer AS mungkin mengidentifikasi masalah lama sebelum rekannya
di Thailand atau Indonesia.
Batasan Organisasi
Oraganisasi dapat membatasi pengambilan keputusan, menciptakan deviasi dari
model rasional. MIsalnya, manajer membentuk keputusan untuk merefleksikan evaluasi
kinerja dan system imbalan organisasi, untuk memenuhi peraturan baku dan untuk
memenuhi batasan-batasan waktu organisasi.
Evaluasi Kinerja, Manajer dipengaruhi oleh kriteria yang menjadi dasar mereka
dievaluasi, jika seorang manajer divisi bahwa kinerja pabrik yang berbeda berada dibawah
tanggung jawabnya beroperasi terbaik ketika ia tidak mendengar hal negative, kita akan
mendapatimanajer pabriknya bekerja menghabiskan banyak waktu untuk memastikn tidak
ada informasi negative yang sampai padanya.
Sistem Imbalan. Sistem imbalan organisasi memengaruhi pengambilan keputusan
dengan menarankan pilihan apa yang memiliki pembayaran pribadi yang lebih baik. Jika
organisasi menghargai penghindaran risiko, manajer lebih mungkin untuk mengambil
keputusan konservatif.

Peraturan Baku. David, seorang manajer sif di restoran di Taco Bell di San Antonio,
Texas, menejalaskan batasan-batasan yang dihadapinya dalam pekerjaan, “saya menerima
peraturan-peraturan yang mencakup hampir setiap keputusan yang saya buat dari
bagaimana membuat burrito sampai seberapa sering saya perlu membersihkan toilet,
pekerjaan saya tidak muncul dengan banyak kebebasan memilih” Situasi David tidaklah unik.
Semua, kecuali sangat sedikit, organisasi membuat peraturan dan kebijakan untuk
memprogram keputusan dan mengarahkan individu bertindak sesuai yang diharapkan dalam
melakukan hal demikian, mereka membatasi pilihan-pilihan keputusan.

Batasan Waktu Akibat Sistem. Hampir semua keputusan penting muncul dengan
tenggat waktu eksplisit. SEbuah laporan tentang pengembangan produk baru bisa saja harus
siap untuk ditinjau komite eksekutif tanggal pertama bulan itu. Kondisi-konidisi demikian
sering membuat sulit, jika tidak mungkin, bagi manajer untuk memperoleh semua informasi
sebelum mengambil keputusan.

Contoh Historis. Keputusan tidak dibuat dalam ruang vakum, mereka memiliki
sebuah konteks. Keputusan-keputusan individu merupakan poin-poin daalam arus pilihan
yang dibuat dimasa lampau seperti hantu yang membuntuti dan membatasi pilihan-pilihan
sekarang.

6. Etika Pengambilan Keputusan


Ukuran etis pertama adalah utilitarianisme, yang mengusulkan pengambilan
keputusan. hanya berdasarkan outcome/keluaran, idealnya untuk memberikan yang paling
baik dalam jumlah yang paling besar. Pandangan ini mendominasi pengambilan keputusan
bisnis. Ia konsisten dengan sasaran seperti efisiensi, produktivitas, dan laba tinggi.

Kriteria etis lainnya adalah untuk membuat keputusan konsisten dengan kebebasan
dan hak-hak fundamental, seperti yang tercantum dalam Piagam Hak Asasi. Sebuah
penekanan pada hak dalam pengambilan keputusan berati menghormati dan melindungi
hak-hak asasi individu, seperti hak atas privasi, kebebasan berbicara, dan proses yang
pantas. Kriteria ini melindungi whistle-blower ketika mereka mengungkapkan praktik tidak
etis organisasi pada pers atau agen pemerintah, menggunakan hak kebebasan berbicara.

Kriteria ketiga adalah untuk menanamkan dan mendorong aturan-aturan dengan


adil dan netral untuk memastikan keadilan atau distribusi yang merata atas manfaat dan
biaya. Anggota serikat umumnya memihak pandangan ini. Adil membayar orang dengan
upah yang sama untuk pekerjaan yang sama tanpa memandang perbedaan kinerja dan
menggunakan senioritas sebagai penentu utama dalam keputusan PHK.

Semakin meningkat, para peneliti beralih ke etika perilaku-sebuah area studi yang
menganalisis bagaimana orang berperilaku ketika dikonfrontasikan dengan dilema etis. Riset
mereka memberitahukan pada kita bahwa ketika standar etika ada secara kolektif
(masyarakat dan organisasi) dan secara individual (etika pribadi), individu tidak selalu
mengikuti standar etika yang ditanamkan dalam organisasinya, dan kita kadang-kadang

7. Kreativitas, pengambilan keputusan kreatif, dan inovasi dalam organisasi


Tiga tahap kreativitas, yaitu;

Perilaku kreatif

Perilaku kreatif terjadi dalam empat langkah yang masing-masing mengarah pada
yang berikutnya
1. Formulasi masalah Setiap tindakan kreativitas dimulai dengan masalah yang
memunculkan perilaku dirancang untuk memecahkannya. Oleh karena itu, formasi
masalah definisikan sebagai Tahapan perilaku kreatif di mana kita mengidentifikasi
sebuah masalah atau peluang yang membutuhkan sebuah solusi yang belum diketahui.

2. Pengumpulan informasi dengan adanya masalah, solusinya jarang sekali ada di tangan.
Kita membutuhkan waktu untuk belajar lebih dan proses pembelajaran itu. Oleh karena
itu, pengumpulan informasi adalah Tahapan perilaku kreatif ketika solusi-solusi yang
memungkinkan atas masalah di inkubasi kan dalam pikiran individu.

3. Pemunculan ide jika kita telah mengumpulkan informasi yang relevan. Saatnya untuk
mentranslasikan pengetahuan menjadi ide-ide titik oleh karena itu, pemunculan Ide
adalah proses perilaku kreatif di mana kita mengembangkan solusi solusi yang mungkin
atas sebuah masalah dari informasi dan pengetahuan yang relevan.

4. Evaluasi ide terakhir saatnya memiliki ide yang dimunculkan titik oleh karena itu,
evaluasi d adalah proses perilaku kreatif di mana kita mengevaluasi solusi-solusi
potensial untuk mengidentifikasi yang terbaik.

Penyebab perilaku kreatif

Setelah mendefinisikan perilaku kreatif tahapan utama dalam model 3 tahap kita
kembali pada penyebab kreativitas yaitu potensi kreatif dan lingkungan

Potensi kreatif. Ketika jenius kreatif baik dalam ilmu pengetahuan seni maupun
bisnis langkah kebanyakan orang memiliki beberapa karakteristik yang merupakan bagian
dari orang-orang yang luar biasa kreatif semakin banyak karakteristik ini kita miliki semakin
tinggi potensi kreatif kita

Kecerdasan berhubungan dengan kreativitas karena memiliki memori kerja yang


lebih besar sifat lain dari orang-orang kreatif termasuk kepribadian pergi kepercayaan diri
pengambilan risiko toleransi pada aktivitas dan daya tahan

Keahlian adalah fondasi dari semua pekerjaan kreatif dan dan oleh karena itu
merupakan alat prediksi tunggal paling penting dari potensi kreatif.

Lingkungan kreatif. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi potensi kreatif


agar ditranslasikan dalam perilaku kreatif

Pertama yaitu paling penting adalah motivasi. sebuah tinjauan atas 26 studi
mengungkapkan bahwa motivasi intrinsik atau keinginan untuk mengerjakan sesuatu karena
lebih menarik, menyenangkan, memuaskan dan menantang berkolerasi cukup kuat dengan
hasil kreatif. Juga bernilai untuk bekerja di sebuah lingkungan yang menghargai dan
mengakui pekerjaan kreatif. organisasi harus mendorong arus bebas ide termasuk
memberikan penilaian yang adil dan konstruktif.

Kepemimpinan yang baik juga berpengaruh pada kreativitas. sebuah studi terbaru
pada ada lebih dari 100 tim yang bekerja di sebuah bank besar mengungkapkan bahwa
ketika pemimpin berperilaku menghukum dan tidak mendukung, tim itu kurang kreatif. di
sisi lain ketika pemimpin mendorong menjalankan unitnya secara transparan dan memacu
pengembangan pekerjaannya, individu yang diawasi nya akan lebih kreatif.

Keluaran dari kreatif atau inovasi

Keluaran dari kreatif (kreativ outcome) sebagai ide ide atau solusi-solusi yang dinilai
baru dan berguna oleh pemangku kepentingan yang relevan. Pembaruan ini sendiri tidak
menghasilkan sebuah sekreatif jika tidak berguna. Oleh karena itu, solusi yang ane hanya
kreatif ketika ia membantu memecahkan masalah titik kegunaan dari solusi mungkin
dibuktikan sendiri atau mungkin dianggap sukses oleh pemangku kepentingan sebelum
kesuksesan yang nyata di ketahui.
BAB III

KESIMPULAN

Dari ulasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Persepsi merupakan suatu proses yang
didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor
yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi
merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan
sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diinderakan.
Pengambilan keputusan adalah sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau
kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang
tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. Keputusan
dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau tindakan. Pengambilan keputusan terjadi
sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah.
Hubungan keduanya adalah dalam pengambilan keputusan yang sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai yaitu dengan menegaskan persepsi yang timbul dari dalam diri dan
mengimplementasikannya untuk mengambil keputusan yang menjadi alternatif pada sebuah
permasalahan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

ROBBINS, S P.,& JUDGE, T.A (2019). Dalam Perilaku Organisasi (hal. 103-125). Jakarta:
Salemba Empat

P. Robbins, Stephen, “Perilaku Organisasi”, Prentice Hall, 2001, Jilid 1 Bab 5 Tunggal, Amin
Widjaja. Kamus Manajemen SDM dan Perilaku Organisasi. 1997. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai