Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI TERHADAP

KEMISKINAN DI KOTA PALOPO (2010-2019)

MUHAMMAD CAESAR
16.023.60.201.018

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDI DJEMMA
PALOPO
2021

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN SAMPUL............................................................................... i
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang......................................................................... 3
B. Rumusan Masalah.................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian..................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 7
A. Penelitian Terdahulu................................................................. 7
B. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi............................................ 9
C. Pengertian Inflasi...................................................................... 13
D. Kemisikinan.............................................................................. 14
E. Sosial Ekonomi......................................................................... 16
F. Kerangka Pikir.......................................................................... 15
G. Hipotesis .................................................................................. 15
BAB III METODE PENELITIAN........................................................... 16
A. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................. 16
B. Metode Pengumpulan Data...................................................... 16
C. Jenis dan Sumber Data............................................................. 16
D. Populasi dan Sampel................................................................ 16
E. Metode Analisis Data............................................................... 16
F. Defenisi Operasional................................................................ 18

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN...................... 19


A. Letak Dan Luas Wilayah Administrasi.................................... 19
B. BPS kota Palopo...................................................................... 19
C. Daftar Pustaka.......................................................................... 20

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses peningkatan output dari waktu ke


waktu menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu negara
(Todaro, 2005). Oleh karena itu identifikasi berbagai macam faktor yang mempengaruhinya
termasuk peran pemerintah menjadi menarik untuk di kaji lebih dalam. Menurut teori dasar
pertumbuhan ekonomi Neoklasik dari Solow dan Swan (1956) tidak terdapat pengaruh peran
pemerintah terhadap pertumbuhan baik dalam bentuk pengeluaran maupun pajak (Kneller et
al., 1999). Pertumbuhan ekonomi hanya di pengaruhi oleh stok kapital, tenaga kerja dan
teknologi yang bersifat eksogen. Pemerintah dapat mempengaruhi pertumbuhan populasi
yang akan mempengaruhi ketersediaan tenaga kerja namun tidak berdampak pada
pertumbuhan ekonomi.

Menurut Adam Smith pemerintah memiliki tiga fungsi utama dalam mendukung
perekonomian yaitu (1) memelihara keamanan dalam negeri dan pertahanan; (2)
menyelenggarakan peradilan; dan (3) menyediakan barang-barang yang tidak disediakan oleh
pihak swasta, seperti infrastruktur dan fasilitas umum. Pemerintah membutuhkan anggaran
untuk menyelenggarakan fungsinya dengan baik dan mekanisme penyelenggaraannya
anggaran tersebut dilakukan melalui kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal mencerminkan
besaran, pertumbuhan, maupun struktur dari anggaran pemerintah yang dianut oleh suatu
negara. Menurut Todaro dalam pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terdapat tiga komponen
penentu utama yaitu: (i) akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi
baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan sumberdaya manusia; (ii) pertumbuhan
penduduk yang meningkatkan jumlah angkatan kerja di tahun-tahun mendatang; (iii)
kemajuan teknologi. Menurut Kuznets pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas
dalam jangka panjang dari suatu negara untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada
penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri terjadi oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-
penyesuaian teknologi, kelembagaan dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang
ada. Secara umum teori pertumbuhan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu teori
pertumbuhan ekonomi klasik dan teori pertumbuhan ekonomi modern. Pada teori
pertumbuhan ekonomi klasik, analisis didasarkan pada kepercayaan akan efektivitas
mekanisme pasar bebas. Teori ekonomi klasik merupakan teori yang dicetuskan oleh para
ahli ekonomi yang hidup pada abad 18 hingga awal abad 20. Para ekonom klasik tersebut
antara lain Adam Smith, David Ricardo dan W.A Lewis. Teori lain yang menjelaskan
pertumbuhan ekonomi adalah teori pertumbuhan ekonomi modern. Karakteristik umum teori
ini mengakui pentingnya peran pemerintah dalam perekonomian untuk mengatasi kegagalan
sistem pasar bebas. Kelompok ini cenderung tidak mengakui keefektifan sistem pasar bebas
tanpa campur tangan pemerintah. Teori pertumbuhan ekonomi Harrord Domar merupakan
salah satu teori pertumbuhan modern. Harrod-Domar merupakan perkembangan langsung
dari teori makro Keynes jangka pendek menjadi teori makro jangka panjang. Menurut kedua
ekonom ini, pengeluaran investasi (I) tidak hanya memiliki pengaruh terhadap permintaan
agregat (AD) tetapi juga terhadap penawaran agregat (AS) melalui pengaruhnya terhadap
kapasitas produksi. Dalam perspektif yang lebih panjang ini investasi menambah stok kapital
(K). Harrod-Domar mengatakan bahwa setiap penambahan stok kapital masyarakat
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output. Output yang dimaksud
adalah output potensial yang bias dihasilkan dengan stok kapital yang ada. Sedangkan output
yang terealisir belum tentu sama dengan output potensial, hal ini tergantung pada jumlah
permintaan agregat

Menurut Ardiansyah, (2017) inflasi adalah merupakan kejadian ekonomi yang sering
terjadi meskipun kita tidak pernah menghendaki. Milton Friedman mengatakan inflasi ada
dimana saja dan selalu merupakan fenomena moneter yang mencerminkan adanya
pertumbuhan moneter yang berlebihan dan tidak stabil. Menurut Ningsih, (2010) inflasi
merupakankeadaan yang diakibatkan oleh tidak adanya keseimbangan antara permintaan
akan barang dan persediannya, yaitu permintaan melebihi persediaan dan semakin besar
perbedaan itu semakin besar bahaya yang ditimbulkan oleh inflasi bagi kesehatan ekonomi.
Berdasarkan penjelasan teori-teori diatas maka, dapat disimpulkan inflasi merupakan
kenaikan harga barang dan jasa secara umun tidak pada satu barang tertentu dan terjadi terus-
menerus selama suatu periode tertentu. 40 Menurut Crismanto, (2007) tingginya tingkat
inflasi akan membuat perekonomian suatu wilayah menjadi melemah. Karena kenaikan harga
yang secara terus menerus membuat daya beli masyarakat melemah. Hal ini membuat
perusahaan menurunkan jumlah produksinya dengan keadaan yang demikian akan membuat
para investor menarik investnya, sehingga petumbuhan ekonomi ikut menurun. Jadi
hubungan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu berkorelasi negatif.

Indikator Jumlah penduduk miskin, persentase penduduk miksin, indeks kedalaman kemiskinan dan garis
kemiskinan
kemiskinan
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Indeks
keparahan 0,42 15,30 14,90 15,50 14,59 14,51 15,02 15,44 14,27 14,37
kemiskinan

Indeks
kedalaman
1,64 10,22 9,47 9,57 8,80 8,58 8,74 8,78 7,94 7,82
kemiskinan
(persen)

Persentase
penduduk
11,28 1,49 1,61 1,42 1,18 1,76 1,17 1.75 1.14 1,15
miskin
(persen)

Jumlah
penduduk
miskin 16,80 0,37 0,44 0,30 0,26 0,52 0,28 0,60 0,26 0,29
(ribuan
jiwa)

Garis
kemiskinan 199.81 212.17 218.98 224.56 228.88 246.72 261.05 274.31 292.60 324.23
(rupiah/kap 1,00 6,00 9,00 2,00 1,00 7,00 6,00 9,00 2,00 3,00
ita/bulan)

Jumlah warga miskin kota Palopo saat ini masih mencapai 15.000 jiwa atau sekitar 8
persen dari jumlah penduduk. Di tahun 2019 Pemerintah Kota (Pemkot) Palopo bertekad
menekan jumlah angka kemiskinan melalui sejumlah program. Kepala dinas sosial (Dinsos)
Palopo, M Tahir menyatakan, dari jumlah tersebut ada sekitar 4.359 KK yang telah mendapat
perhatian program beras sejahtera, Lanjutnya melalu program program tersebut diyakini
angka kemeskinan dikota palopo dapat di tekan seperti penurunan jumlah di tahun 2017 lalu
menurun Berikut data Kota Palopo yang memiliki tingkat kemiskinan yang cukup tinggi

A. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar belakang tersebut, penulis ingin merumuskan masalah yaitu
bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi dan inflasi terhadap kemiskinan kota palopo
tahun 2010-2019
B. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :


Untuk mengetahui bagaimana pengaruh secara ekonomi dan inflasi terhadap kemiskinan di
kota palopo tahun 2010-2019

C. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan
mempunyai manfaat dalam informasi perekonomian kota palopo baik secara langsung
maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.) Manfaat teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapa bermanfaat yaitu:
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa dan mahasiswa di universitas unanda
palopo
b. Memberikan sumbangan ilmiah dalam ilmu ekonomi kepada mahasiswa dan mahasiswa
universitas unanda palopo
c. Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan pengaruh pertumbuhan pererkonomian dan inflasi terhadap kemiskinan di
kota palopo

2.) Manfaat praktis Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :
a. Bagi penulis Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang pengaruh
pertumbuhan pererkonomian dan inflasi terhadap kemiskinan di kota palopo tahun
2010-2019
b. Bagi kampus dapat di jadikan referensi untuk penelitian kedepannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENELITIAN TERDAHULU

Beberapa penelitian mengenai kondisi ekonomi sebelumnya sudah pernah diteliti


oleh para peneliti. Penelitian sebelumnya turut membantu penulis dalam mengamati dan
memahami serta menjadi pedoman penulis dalam melakukan penelitian ini. Beberapa
penelitian yang sudah pernah dilakukan dapat dilihat dari penjelasan berikut;

Khumairoh (2018) dengan judul pengaruh pertumbuhan ekonomi dan inflasi


terhadap kemiskinan di indonesia 2007-2016. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui
pengaruh pertumbuhan ekonomi dan inflasi secara partial terhadap kemiskinan. 2. Untuk
mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi dan inflasi secara simultan terhadap kemiskinan.
Hipotesa Hipotesa dikatakan sebagai jawaban penelitian yang bersifat sementara (Sugiyono,
2013) dan hipotesa dalam penelitian ini adalah : 1. Diduga terdapat pengaruh pertumbuhan
ekonomi dan inflasi secara partial terhadap kemiskinan. 2. Diduga terdapat pengaruh
pertumbuhan ekonomi dan inflasi secara simultan terhadap kemiskinan. Jenis Penelitian ini
merupakan penelitian kausalitas dan kuantitatif. Dikatakan penelitian kausalitas karena
meneliti hubungan antar variabel dalam hal ini antar variable bebas pertumbuhan ekonomi
dan inflasi terhadap variable terikat yaitu kemiskinan. Dan dikatakan penelitian kuantitatif
karena melibatkan pengolahan data kuantitatif berupa angka-angka pertumbuhan ekonomi,
inflasi dan kemiskinan mulai tahun 2007 sampai 2016. Kesimpulan 1. Dari uji F didapatkan
hasil bahwa nilai sig. adalah 0,387 artinya lebih besar dari 0,05 artinya tidak ada pengaruh
variable pertumbuhan ekonomi dan inflasi secara bersama-sama terhadap kemiskinan. 2. Uji t
untuk variable pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan didapatkan nilai sig. 0,411 lebih
besar daripada 0,05 yang artinya tidak ada hubungan antara variable pertumbuhan ekonomi
secara partial terhadap kemiskinan uji t untuk variable inflasi terhadap kemiskinan
didapatkan nilai sig.0,451 lebih besar daripada 0,05 yang artinya tidak ada hubungan antara
variable inflasi terhadap kemiskinan 3. Nilai koefisien korelasi ( r ) adalah 0,487 artinya
hubungan antara variable pertumbuhan ekonomi dan inflasi adalah sedang dan koefisien
determinan ( R2 ) adalah 0,237 artinya kemampuan menjelaskan variable pertumbuhan
ekonomi dan inflasi secara bersama-sama adalah 23,7% sedangkan sisanya dijelaskan
variable lain diluar variable penelitian.

Amalia (2014) dengan judul pengaruh pertumbuhan ekonomi dan inflasi terhadap
pengangguran terbuka dan kemiskinan di kota samarinda. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui, (1) pengaruh langsung pertumbuhan ekonomi dan inflasi terhadap
pengangguran terbuka dan kemiskinan di Kota Samarinda, (2) pengaruh langsung
pengangguran terbuka terhadap kemiskinan di Kota Samarinda, dan (3) pengaruh tidak
langsung pertumbuhan ekonomi dan inflasi terhadap kemiskinan di Kota Samarinda. Analisis
data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis jalur (Path
Analysis Model). Berdasarkan hasil analisis kuantitatif dan kualitatif serta hasil pengujian
hipotesis dapat dihasilkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan inflasi berpengaruh terhadap
pengangguran terbuka di kota Samarinda. Sehingga diharapkan pada Pemerintah kota
Samarinda lebih me mbuk a pel uang kese mpatan kerja agar dapat mengurangi jumlah
pengangguran terbuka di Kota samarinda.

Pangiuk (2018) dengan judul pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penurunan


kemiskinan di provinsi jambi tahun 2009-2013 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pengurangan kemiskinan di provinsi Jambi
pada tahun 2009-2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pendekatan kuantitatif. Analisis data yang digunakan adalah rumus pendapatan dan analisis
statistik regresi sederhana menggunakan variabel independen yang meliputi pertumbuhan
ekonomi terhadap variabel dependen kemiskinan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan.
Faktor- faktor ini volume pertumbuhan ekonomi tidak memiliki pengaruh paling dominan
terhadap kemiskinan karena memiliki nilai terbesar dibandingkan dengan nilai
pertumbuhan. Hasil analisis yang menyatakan bahwa pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi di provinsi Jambi persentase tertinggi pertumbuhan ekonomi tahun 2009-2013 pada
tahun 2011 adalah 8,54%, sedangkan persentase terendah pada tahun 2009 adalah
5,57%. Berdasarkan perkembangan kemiskinan di provinsi Jambi, persentase tertinggi
tingkat kemiskinan pada tahun 2009-2013 adalah tahun 2013 yaitu 31,78% dan
persentase terendah tahun 2011 adalah 26,04%. Dampak pertumbuhan ekonomi
terhadap kemiskinan di Provinsi Jambi, dimana variabel pertumbuhan ekonomi tidak
berpengaruh dan tidak signifikan terhadap variabel kemiskinan atau nilai kesatuannya
terhadap kemiskinan adalah negatif. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak
berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Jambi.

B. PENGERTIAN PERTUMBUHAN EKONOMI


Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Para Ahli

Beberapa pakar ekonomi sudah pernah menjelaskan pertumbuhan ekonomi dalam berbagai
sumber, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.

 Adam Smith

Adam Smith berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu perubahan tingkat


ekonomi yang dialami suatu negara yang bergantung pada adanya perkembangan jumlah
penduduk. Dengan adanya perkembangan jumlah penduduk, maka hasil dari produksi suatu
negara juga tentunya akan meningkat.

 Sadono Sukimo (1985)

Sadono Sukimo mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu perubahan tingkat
aktivitas ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahunnya. Diperlukan perbandingan pendapatan
nasional dari tahun ke tahun untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini
biasa kita sebut dengan laju pertumbuhan ekonomi.

 Budiono (1994)

Budiono menerangkan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses peningkatan hasil
per kapita dalam jangka panjang yang terjadi ketika adanya peningkatan sumber yang berasal
dari proses intern perekonomian itu sendiri dan memiliki sifat sementara.

Itu artinya, pertumbuhan tersebut memiliki sifat self generating yang mampu melahirkan
suatu momentum atau kekuatan untuk keberlangsungan pertumbuhan ekonomi pada periode
selanjutnya.

Ciri-Ciri Pertumbuhan Ekonomi

Prof. Simon Kuznets berpendapat bahwa terdapat enam karakteristik pertumbuhan ekonomi
modern yang terlahir dalam analisa berdasarkan produk nasional dan komponennya,
penduduk, tenaga kerja, dll.
Ke enam ciri-ciri tersebut adalah adanya laju pertumbuhan penduduk dan produk perkapita
yang sangat cepat, perkembangan produktivitas masyarakat, pertumbuhan tingkat struktural
yang melesat, tingkat urbanisasi yang tinggi, adanya ekspansi pada negara maju, terjadi arus
barang, modal dan manusia di berbagai negara.

Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi

Jika sebelumnya kita sudah memahami pengertian pertumbuhan ekonomi, lengkap dengan
ciri-cirinya, maka saat ini kita harus mengetahui apa saja faktor yang mampu
mempengaruhinya. Setidaknya, terdapat lima faktor pertumbuhan ekonomi yang mampu
mempengaruhi suatu bisnis, faktor-faktor tersebut adalah

1. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia atau yang biasa disingkat menjadi SDM adalah suatu indikator
perkembangan ekonomi pada suatu bangsa. Faktor SDM mampu mempercepat dan bahkan
mampu memperlambat proses pertumbuhan ekonomi. Contohnya adalah saat suatu negara
mempunyai jumlah pengangguran yang meningkat terhadap penduduknya, maka negara
tersebut pun dinilai mengalami kemunduran.

Adanya penurunan kualitas pada sumber daya manusia ini melahirkan peningkatan jumlah
pengangguran yang kemudian diperburuk dengan semakin menurunnya jumlah lapangan
pekerjaan. Peningkatan jumlah pengangguran ini mampu memicu tingginya angka
kemiskinan di negara tersebut.

Nantinya, hal ini akan berpengaruh pada permintaan masyarakat atas barang dan jasa dari
suatu perusahaan. Umumnya, para masyarakat akan lebih menghemat pendapatannya dan
hanya akan berbelanja untuk memenuhi kebutuhan pokoknya saja.

2. Sumber Daya Alam

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa negara kita adalah negara yang kaya akan sumber
daya alam. Meskipun begitu, kekayaan SDA yang kita miliki tidak diiringi dengan kualitas
peningkatan SDM yang baik dalam mengelolanya. Hasilnya, negara kita menjadi sering
melakukan ekspor barang mentah dan mengimpornya kembali dengan barang yang sudah jadi
dengan harga yang lebih mahal.
Adanya keterbatasan dalam mengelola sumber daya alam ini mewajibkan suatu perusahaan
yang bergerak dalam bidang pengelolaan barang mentah kerap kali mengimpor bahan
mentahnya dari luar negeri, sehingga membuat produk perusahaan menjadi lebih mahal
daripada saat harus memperolehnya dari luar negeri.

Kondisi inilah yang kerap kali menjadi dilema di negara Indonesia. Masih banyak produk-
produk dalam negeri yang ternyata lebih mahal, sehingga membuat permintaannya menjadi
menurun.

3. Kemajuan IPTEK

Suatu negara akan dinilai maju dalam hal ekonomi jika mengalami peningkatan terkait
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Hal yang sama berlaku untuk perusahaan
yang mengutamakan teknologi untuk melahirkan barang atau jasa yang lebih efisien.

Adanya pemanfaatan teknologi yang sudah maju dinilai bahwa perusahaan tersebut bisa
melahirkan produk yang lebih cepat serta efisien. Contohnya saja teknologi dalam hal
peralatan produksi, jika digunakan secara tepat, maka akan membantu mengurangi
penyerapan tenaga kerja sehingga anggaran tenaga kerja bisa dipangkas dan digunakan untuk
keperluan lain.

Namun, penerapan teknologi ini tentunya masih jarang atau sulit diterapkan untuk perusahaan
yang sedang berkembang, karena alat berteknologi tinggi tersebut umumnya sangat mahal
dan harus diimpor dari luar negeri.

4. Tingkat Inflasi

Salah satu gejala yang mampu memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi adalah
inflasi. Inflasi adalah suatu kondisi laju peredaran mata uang yang tidak terkendali.

Terjadinya peningkatan harga sangat berdampak pada produktivitas bahan baku karena
membuat peningkatan biaya operasional perusahaan dalam hal memasok bahan mentah.
Selain itu, inflasi juga akan berdampak pada gaji karyawan.

Setidaknya, terdapat dua jenis inflasi yang mampu memberikan dampak langsung pada bisnis
suatu perusahaan, yaitu cost-push inflation dan demand-pull inflation. Cost-push
inflation adalah adanya kenaikan pada harga produk karena adanya peningkatan permintaan,
sedangkan demand-pull inflation adalah adanya kenaikan permintaan masyarakat yang
membuat harga produk barang dan jasa menjadi naik.

5. Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga yang ada pada suatu negara juga mampu mempengaruhi pertumbuhan
ekonominya. Pertumbuhan tersebut cenderung akan membuat tingkat suku bunga meningkat
karena adanya peningkatan pendapatan yang terjadi di masyarakat.

Suku bunga yang tinggi akan berpengaruh buruk pada suatu perusahaan yang biasanya
digunakan untuk modal pinjaman dalam meningkatkan kualitas perusahaan.

Selain itu, terjadinya suku bunga yang tinggi juga akan berpengaruh pada penurunan
investasi, dan hal ini tentu akan berdampak buruk pada saham perusahaan. Kenapa? Karena
umumnya pihak investor lebih menyukai tabungan konvensional daripada harus
menginvestasikan uangnya ke perusahaan.

Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi

Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi akan dinilai menggunakan perbandingan pada


komponen yang mampu mewakili keadaan ekonomi suatu negara terhadap periode atau tahun
sebelumnya. Terdapat dua komponen yang bisa dimanfaatkan untuk menilai atau mengukur
pertumbuhan ekonomi pada suatu negara, yaitu:

1. Produk Nasional Bruto (Gross National Product)

Produk Nasional Bruto yang sering disingkat menjadi PNB atau dalam bahasa Inggris nya
adalah Gross National Product yang disingkat GNP, adalah pendapatan yang diperoleh
negara dalam kurun waktu tertentu berdasarkan pendapatan yang diperoleh oleh
masyarakatnya.

Cara menghitung pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan PNB adalah dengan


melakukan perbandingan PNB pada periode berlangsung dengan periode sebelumnya.
2. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)

Cara perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) tentu
berbeda dengan PNB. Jika PNB menghitung berdasarkan penghasilan yang diperoleh oleh
masyarakat dimanapun mereka berada, maka perhitungan PDB diukur dari pendapatan
negara berdasarkan teritorialnya.

Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan PDB sama seperti PNB,
yang mana membandingkan PDB pada periode berlangsung dengan periode sebelumnya.

C. PENGERTIAN INFLASI

Teori Inflasi Definisi mengenai inflasi sejak awal tahun 1970-an para ahli ekonomi
mendefinisikan inflasi sebagai naiknya tingkat harga umum secara terus menerus. Adapun
definisi dari teori inflasi menurut beberapa ahli ekonomi adalah sebagai berikut: Menurut
Samuelson (1995) mendefinisikan bahwa inflasi sebagai suatu keadaan dimana terjadinya
kenaikan tingkat harga umum. Maksud dari definisi tersebut mengindikasikan keadaan
melemahnya daya beli masyarakat yang diikuti dengan semakin menurunnya nilai rill
(intrinsic) mata uang suatu negara. Menurut Ackley (1993) inflasi adalah suatu kenaikan
harga yang terus menerus dari barang- barang dan jasa secara umum. Menurut Marcus (2001)
inflasi merupakan suatu nilai dimana tingkat harga barang dan jasa secara umum mengalami
kenaikan, maksudnya adalah inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang
menunjukkan suatu kecendrungan akan naiknya harga barang secara umum yang berarti
terjadinya penrunan terhadap nilai mata uang. Veneris dan Sebold (1991) mendefinisikan
inflasi sebagai kecenderungan yang terus menerus dari tingkat harga umum untuk meningkat
setiap waktu. Kenaikan harga umum yang hanya terjadi sekali waktu saja menurut definisi ini
tidak dapat dikatakan sebagai inflasi. Sehingga menurut Veneris dan Sebold (1991), di dalam
definisi inflasi tersebut ada tiga hal yang perlu ditekankan dalam memahami inflasi
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Adanya kecendrungan (tendency) harga-harga untuk meningkat, berarti bisa saja
tingkat harga yang terjadi actual pada waktu tertentu naik atau turun bila dibandingkan
dengan sebelumnyan tetapi tetap menunjukkan kecendrungan yang meningkat.
2. Kenaikan harga tersebut terjadi secara terus menerus (sustained) yang berarti
bukan hanya dapat terjadi suatu waktu saja tetapi dalam beberapa waktu lamanya. Misalnya
dengan adanya kenaikan harga bakar minyak pada awal tahun saja. Kenaikan harga yang
sifatnya sementara misalnya pada saat momen tertentu seperti pada saat menjelang hari raya
tidak dapat dikatakan sebagai inflasi.
3. Tingkat harga yang dimaksud adalah tingkat harga umum (general level of prices)
yang berarti tingkat harga yang meningkat bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi
saja. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat dikatakan sebagai inflasi
kecuali bila kenaikan barang tersebut mengakibatkan kenaikan terhadap barang yang lainnya.

D. PENGERTIAN KEMISKINAN

Kemiskinan merupakan salah satu tolak ukur kondisi sosial ekonomi dalam menilai
keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah di suatu daerah. Banyak sekali
masalah-masalah sosial yang bersifat negatif timbul akibat meningkatnya kemiskinan (World
Bank: 2004). Kemiskinan merupakan masalah yang selalu dihadapi manusia. Masalah
kemiskinan memang sama tuanya dengan usia kemanusiaan itu sendiri dan implikasi
permasalahannya dapat melibatkan berbagai segi kehidupan manusia. 2 Dengan kata lain
bahwa kemiskinan ini merupa-kan masalah sosial yang sifatnya mendunia, artinya masalah
kemis-kinan sudah menjadi perhatian dunia, dan masalah tersebut ada di semua negara,
walaupun dampak dari kemiskinan berbeda-beda (Nunung Nurwati : 2008). Kemiskinan
merupakan penyakit yang muncul saat masyarakat selalu mempunyai kekurangan secara
material maupun non material seperti kurang makan, kurang gizi, kurang pendidikan, kurang
akses informasi dan kekurangan-kekurangan lainnya yang menggambarkan kemiskinan.
Faktor lain yang sangat nyata tentang kemiskinan terutama di kota-kota besar Indonesia,
dapat dilihat dari banyaknya warga masyarakat yang kekur angan makan dan minum, tidak
memiliki tempat tinggal yang layak, bahkan digusur dari pemukimannya, ribuan pekerja
berunjuk rasa memprotes ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK), sikap dan perlakuan
sewenang-wenang terhadap tenaga kerja wanita di luar negeri. Kemudian ketidakadilan sosial
ekonomi, selain oleh beragam alasan juga. Menurut Perpres Nomor 13 tahun 2009 tentang
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, pemahaman mengenai “kemiskinan” mestilah
beranjak dari pendekatan berbasis hak (right based approach). Dalam pemahaman harus
diakui bahwa seluruh masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai hak-hak
yang sama. Oleh karena itu, apabila ada kondisi seseorang atau sekelompok laki-laki dan
perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembankan
kehidupan yang bermartabat maka disebut dengan kemiskinan.
E. KERANGKA FIKIR

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu keadaan adanya peningkatan pendapatan yang


terjadi karena peningkatan produksi pada barang dan jasa. Adanya peningkatan pendapatan
ini tidak berkaitan dengan adanya peningkatan jumlah penduduk, dan bisa dinilai dari
peningkatan output, teknologi yang makin berkembang, dan inovasi pada bidang sosial.

inflasi merupakan suatu nilai dimana tingkat harga barang dan jasa secara umum
mengalami kenaikan, maksudnya adalah inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang
menunjukkan suatu kecendrungan akan naiknya harga barang secara umum yang berarti
terjadinya penrunan terhadap nilai mata uang.

Gambar 1. Kerangka penelitian

Pertumbuhan (X1)
Kemiskinanan (Y)

Inflasi (X2)

F. HIPOTESIS

Hipotesa dikatakan sebagai jawaban penelitian yang bersifat sementara (Sugiyono,


2013) dan hipotesa dalam penelitian ini adalah :
1. Diduga terdapat pengaruh pertumbuhan ekonomi dan inflasi secara partial terhadap
kemiskinan.
2. Diduga terdapat pengaruh pertumbuhan ekonomi dan inflasi secara simultan terhadap
kemiskinan.
3. Diduga pertumbuhan dan inflasi manakah variable yang paling dominan mempengaruhi
kemiskinan
BAB III
METODE PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Februari 2021 sampai
dengan bulan Mei tahun 2021. Tempat Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Pusat
Statistik Kota Palopo
B. METODE PANGUMPULAN DATA

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas dan kuantitatif. Dikatakan penelitian


kausalitas karena meneliti hubungan antar variable dalam hal ini antar variable bebas
pertumbuhan ekonomi dan inflasi terhadap variable terikat yaitu kemiskinan. Dan dikatakan
penelitian kuantitatif karena melibatkan pengolahan data kuantitatif berupa angka-angka
pertumbuhan ekonomi, inflasi dan kemiskinan mulai tahun 2010 sampai 2019

C. JENIS DAN SUMBER DATA


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berbentuk data time
series, dari tahun 2010 sampai 2019 yang meliputi data, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan
kemiskinan di Indonesia dan data sekunder didapat dari dokumen serta laporan resmi yang
dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia.

D. POPULASI DAN SAMPEL


Populasi dalam penelitian ini data berupa angka-angka pertumbuhan ekonomi,
inflasi dan kemiskinan sedang sampel penelitian adalah data pertumbuhan ekonomi, inflasi
dan kemiskinan dari tahun 2010 sampai 2019 dimana data tersebut didapat dari Badan Pusat
Statistik (BPS) kota palopo

E. METODE ANALISA DATA

1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari variable bebas yaitu variable pertumbuhan ekonomi (X1) dan
inflasi (X2) serta variable terikat yaitu variable kemiskinan (Y) dengan periode penelitian
tahun 2010 sampai 2019
2. Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik sebuah uji yang dilakukan sebagai persyaratan statistic yang harus dipenuhi
pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS) agar
menghasilkan estimasi yang yang baik atau dikenal dengan BLUE (Best Linear Unbias
Estimator). Uji asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, ujiheterokedas-
tisitas, uji multikoleniaritas dan uji autokorelasi
1. Uji Normalitas Uji Normalitas
bertujuan menguji apakah dalam model regresi variable pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal atau tidak. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan
bahwa nilai residu variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak.
Bila nilai sig. > 0,05 maka dikatakan model berdistribusi normal
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.. Bila nilai
sig. > 0,05 maka dikatakan tidak terjadi heterokedas dan sebaliknya
4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi atau hubungan yang terjadi antara anggota- anggota dari
serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (data time series) maupun
tersusun dalam rangkaian ruang atau disebut data cross sectional. Pengujian dilakukan
dengan uji statistic Run test dimana kalu nilai sig. > 0,05 maka dikatakan tidak terjadi
autokorelasi dan sebaliknya
5. Uji Multikoliniaritas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui dalam apakah model regresi ditemukan ada
tidaknya hubungan antar variable bebas dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation
factor (VIF). Kalau nilai VIF < 10,maka model regresi dikatakan bebas dari multikoliniaritas
dan sebaliknya.
3. Analisa data

Penelitian ini merupakan penelitian untuk menguji hubungan antara, variable bebas
terhadap variable terikat sehingga digunakan analisa regresi linier berganda karena
melibatkan dua variable bebas yaitu pertumbuhan ekonomi dan inflasi dengan persamaan
regresi:
Y = a + b1X 1 + b2X 2 + e
Dimana:
Y : variable terikat, kemiskinan
X1: variable bebas pertumbuhan ekonomi
X2 : variable bebas inflasi
a : konstanta
b 1, b 2 : koefisien regresi
e : variable error

4. Korelasi dan Koefisien Determinan (R2)

Uji korelasi dengan notasi r dilakukan untuk mengetahui seberapa besar atau kuat pengaruh
variable bebas terhadap variable terikat dengan rentang nilai r antara 0 sampai 1 dimana
semakin mendekati nilai 1 berarti semakin kuat hubungan antara variable bebas terhadap
variable terikat sementara koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengetahui
kemampuan dari variablebebas menerangkan variable terikat.

A. DEFINISI OPERASIONAL

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu keadaan adanya peningkatan pendapatan yang


terjadi karena peningkatan produksi pada barang dan jasa. Adanya peningkatan pendapatan
ini tidak berkaitan dengan adanya peningkatan jumlah penduduk, dan bisa dinilai dari
peningkatan output, teknologi yang makin berkembang, dan inovasi pada bidang sosial.

Inflasi merupakan suatu nilai dimana tingkat harga barang dan jasa secara umum
mengalami kenaikan, maksudnya adalah inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang
menunjukkan suatu kecendrungan akan naiknya harga barang secara umum yang berarti
terjadinya penrunan terhadap nilai mata uang
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. LETAK DAN LUAS WILAYAH ADMINISTRASI


Kota Palopo yang beribu kota di Palopo berbatasan dengan Kecamatan Bua
Kabupaten Luwu pada bagian Selatan, Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu pada bagian
Utara, Teluk Bone di bagian Timur dan Tondon Nanggala Kabupaten Tana Toraja di bagian
Barat. Luas wilayah administrasi Kota Palopo sekitar 247,52 km2 atau sama dengan 0,39%
dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan.
Sumber : BPS Kota Palopo

B. BPS KOTA PALOPO


Bps kota palopo terletak pada Alamat: Jl. Patang II, Tomarundung, Wara Barat Kota
Palopo, Sulawesi Selatan 91913 lebih lanjut Badan Pusat Statistik adalah Lembaga
Pemerintah Non-Departemen yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Sebelumnya, BPS merupakan Biro Pusat Statistik, yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 6
Tahun 1960 tentang Sensus dan UU Nomer 7 Tahun 1960 tentang Statistik. Sebagai
pengganti kedua UU tersebut ditetapkan UU Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik.
Berdasarkan UU ini yang ditindaklanjuti dengan peraturan perundangan dibawahnya, secara
formal nama Biro Pusat Statistik diganti menjadi Badan Pusat Statistik.

Visi
“Penyedia Data Statistik Berkualitas untuk Indonesia Maju”
(Provider of Qualified Statistical Data for Advanced Indonesia)

Misi

1. Menyediakan statistik berkualitas yang berstandar nasional dan internasional


2. Membina K/L/D/I melalui Sistem Statistik Nasional yang berkesinambungan
3. Mewujudkan pelayanan prima di bidang statistik untuk terwujudnya Sistem Statistik
Nasional
4. Membangun SDM yang unggul dan adaptif berlandaskan nilai profesionalisme, integritas
dan amanah.
DAFTAR PUSTAKA

Ackley, Gardner. 1973. Teori Ekonomi Makro. Jakarta: UI-PRESS.

Ardiansyah, H. (2017). Pengaruh Inflasi terhadap Pertumbuhan ekonomi di Indonesia.


Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), volume 5, nomor 3.

Amalia (2014) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Dan Inflasi Terhadap Pengangguran


Terbuka Dan Kemiskinan Di Kota Samarinda vol. 5 no. 2 journal of innovation of business
and economic Sugiyono (2013) Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta

BPS Kota Palopo, 2019. Kota Palopo dalam Angka. Palopo: BPS Kota Palopo

Ma’ruf Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan


Volume 9, Nomor 1, April 2008: 44 – 55

Todaro, Michael P. and Smith, Stephen C (2003). Economic Development. UK:


Pearson Education Limited.

Kneller, Richard, Michael Bleaney, and Norman Gemmell (1999). “Fiscal Policy and
Growth: Evidence from OECD Countries”. Journal of Public Economics

Landau (1985). “Government Expenditure and Economic Growth: A CrossCountry


Study”, Southern Economic Journal

 Khumairoh (2018) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Dan Inflasi Terhadap Kemiskinan


Di Indonesia Vol 6 No.1 2007-2016 jurnal ilmu manajemen dan akutansi

Pangiuk (2018) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Kemiskinan di


Provinsi Jambi Tahun 2009-2013 ltizam Journal Of Shariah Economic Research, Vol. 2, No.
2,

Samuelson, Paul A. & William D. Nordhaus. (1995). Makro-Ekonomi. Edisi keempat


belas, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai