Anda di halaman 1dari 34

EKONOMI DEMOGRAFI

“FERTILITAS”

KELOMPOK 2 :
 
A. BIMONTORO (90300115017)
MUH. MAISAR (90300117094)
NIRMALA IKRANUDDIN (90300117090)
NURAMALIA (90300117118)
UTARI NURPRATIWI (90300117114)
A. KONSEP & ANALISIS FERTILITAS

2.1 Konsep dan Definisi Kelahiran


Dalam analisis fertilitas, dikenal dengan beberapa konsep
kelahiran, yaitu lahir hidup, lahir mati, dan abortus.

Defenisis Fertilitas menurut PBB dan WHO


Lahir hidup (live birth) adalah kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya
di dalam kandungan, dimana sibayi menunjukan tanda-tanda kehidupan pada saat
dilahirkan
Lahir mati (still birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang sudah
berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukan tanda-tanda kehidupan pada saat
dilahirkan.
Aborsi adalah peristiwa kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan
kurang dari 28 minggu. Aborsi ada dua macam : Aborsi disengaja (induced abortion) &
Aborsi tidak disengaja atau secara spontan (spontaneous abortion)
2.2 Konsep Masa Reproduksi
(Reproductive/Childbearing Age)

 Masa / usia reproduksi adalah usia dimana seorang perempuan mampu


untuk melahirkan (subur), yaitu kurun waktu sejak mendapatkan haid
pertama (menanrche) dan berakhir pada saat berhenti haid
(menopause).
 Dalam analisis fertilitas, pada umumnya umur 15-49 tahun dijadikan
rujukan sebagai masa subur (reproduksi) seorang wanita (Adioetomo
dan Samosir, 2010:74).
 Umur perkawinan pertama merupakan salah satu faktor yang
mempunyai hubungan langsung dengan tingkat fertilitas.
 Berdasarkan pendekatan teori ekonomi perilaku dan fertilitas, struktur
umur berkaitan dengan umur perkawinan pertama. Umur kawin
pertama yang relatif muda (kurang dari 35 tahun) berdampak positif
terhadap jumlah kelahiran dan waktu yang dicurahkan untuk anak.
 Sebaliknya, usia kawin pertama relatif tua (di atas 35 tahun) berdampak
negatif terhadap jumlah kelahiran dan waktu dengan anak. Bryant J.
Keith (dalam Suandi 2010)
B. UKURAN-UKURAN DASAR FERTILITAS

 Ukuran-ukuran dasar fertilitas dapat dikelompokkan


menjadi dua berdasarkan pendekatan.
 (Yearly performance) umumnya satu atau lima tahunan.
Ukuran-ukuran ini mencerminkan tingkat fertilitas dari
suatu kelompok penduduk atau kelompok perempuan
dalam suatu waktu tertentu.
 (Reproductive history) Pendekatan dengan ukuran yang
sifatnya mencerminkan “riwayat kelahiran” atau “riwayat
reproduksi”. Ukuran ini mencerminkan sejarah kelahiran
semasa hidup seorang perempuan dari awal sampai akhir
masa reproduksi (15-49 tahun)
3.1 Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate – CBR)

Angka kelahiran kasar (CBR) adalah banyaknya kelahiran dalam satu tahun

 
tertentu per seribu penduduk pada pertengahan tahun yang sama.
 CBR =
Dimana :
B : jumlah kelahiran selama 1 tahun
P : jumlah penduduk dalam pertengahan tahun
K : bilangan konstan, biasanya 1000
 Contoh, hasil supas 1995 menunjukan bahwa terdapat 187.974 kelahiran
hidup di DKI Jakarta. Sementara ini, jumlah penduduk DKI Jakarta pada
pertengahan tahun 1995 adalah 9.112.652 orang.
 CBR =
 Ukuran ini disebut sebagai “angka kasar” (crude) karena penduduk terpapar
yang digunakan sebagai penyebut adalah penduduk dari semua jenis
kelamin termasuk laki-laki, dan semua umur termasuk anak-anak dan orang
tua, yang tidak mempunyai potensi untuk melahirkan.
3.2 Angka Fertilitas Umum (General Fertility Rate-
GFR)

 Angka fertilitas umum (GFR) adalah banyaknya kelahiran pada suatu tahun per
   1.000 penduduk perempuan berumur 15-49 tahun atau 15-44 tahun pada
pertengahan tahun yang sama
 GFR = atau GFR =
Dimana :
Bf : banyaknya kelahiran selama 1 tahun
P15-49 : banyaknya penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada pertengahan tahun
P15-44 : banyaknya penduduk perempuan umur 15-44 tahun pada pertengahan tahun
K : bilangan konstan, biasanya 1.000
 Contoh : Hasil supas 1995 menunjukan bahwa ada sekitar 3.127.404 wanita
berumur 15-49 tahun di DKI Jakarta. Dengan jumlah kelahiran hidup sebesar
187.974, maka angka fertilitas umum dapat dihitung sebesar :
 GFR = = 60,1 per 1.000 penduduk perempuan usia 15-49 tahun
 Dibandingkan dengan angka kelahiran kasar (CBR), GFR lebih cermat karena
sudah memperhitungkan penduduk yang mempunyai potensi melahirkan, yaitu
perempuan usia subur (15-49 tahun).
3.3 Angka Kelahiran menurut Umur (Age-Specific Fertility
Rate-ASFR)

Angka kelahiran menurut kelompok umur (ASFR) menunjukan


banyaknya kelahiran dari perempuan pada suatu kelompok umur pada
suatu tahun tertentu per 1.000 perempuan pada kelompok umur dan
pertengahan tahun yang sama
ASFRi = bi X k/Pif
Dimana :
Bi : Jumlah kelahiran dari perempuan pada kelompok umur i pada
tahun tertentu.
Pif : Jumlah penduduk perempuan pada kelompok umur i pada
pertengahan tahun yang sama
I : Kelompok umur (i = untuk perempuan kelompok umur 15-19 tahun,
i = untuk 20-24 tahun ,..., i = 7 untuk 45-49 tahun).
K : Bilangan konstanta biasanya 1.000
 Keunggulan angka kelahiran menurut kelompok umur
(ASFR) adalah sebagai berikut :

 Ukuran ASFR lebih cermat dibandingkan GFR karena


telah memperhitungkan kemampuan perempuan untuk
melahirkan (tingkat kesuburan) sesuatu dengan
umurnya.
 Dengan ASFR, memungkinkan untuk dilakukannya studi
fertilitas menurut kohor (tahun kelahiran) atau menurut
kelompok umur tertentu.
 ASFR merupakan dasar perhitungan ukuran fertilitas
yang selanjutnya, yakni ukuran reproduksi(Total
Fertility-TFR, Gross Reproduction Rate-GRR, dan Net
Reproduction-NRR)
3.4 Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate- TFR)

 TFR adalah jumlah anak rata-rata yag akan dilahirkan oleh seorang perempuan pada akhir
  reproduksinya apabila perempuan tersebut mengikuti pola fertilitas pada saat TFR
masa
dihitung.
 TFR dihitung dengan cara menjumlahkan angka kelahiran menurut umur (ASFR) kemudian
dikalikan dengan interval kelompok umur (biasanya lima tahun).

Dimana :
ASFRi : Angka kelahiran untuk perempuan pada kelompok umur i
i = 1 : Kelompok umur 20-24 tahun, ..., dan i = 7 untuk kelompok umur 45-49 tahun.
 Dengan menggunakan data ASFR pada table 4.1 TFR untuk DKI Jakarta tahun 1995 dapat
diperoleh dengan cara berikut ini :
TFR = 5 (26 + 97 + 122 + 85 + 41 + 10 + 4)
= 5 X 385
= 1.925 per 1.000 perempuan usia 15-49 tahun, atau
= 1,9 anak untuk setiap perempuan usia 15-49 tahun.
 Keunggulan angka fertilitas total (TFR) adalah angka ini dapat dijadikan ukuran kelahiran
untuk seorang perempuan selama usia reproduksinya (15-49 tahun) dan telah
memperhitungkan tingkat kesuburan perempuan pada masing-masing kelompok umur.
3.5 Anak Lahir Hidup atau ALH (Children Ever Born-
CEB)

Anak lahir hidup (ALH) mencerminkan banyaknya kelahiran


hidup sekelompok atau beberapa kelompok perempuan pada
saat mulai memasuki reproduksi hingga pada saat
pengumpulan data dilakukan. ALH disebut juga ukuran paratis
 Pi = ALHi/Pif
Dimana :
Pi : Paritas atau jumlah ALH rata-rata untuk perempuan pada
kelompok umur i
ALHi : Banyaknya anak yang dilahirkan hidup oleh perempuan
pada kelompok i
Pif : Banyaknya wanita pada kelompok umur i
Tabel 4.2
Anak lahir Hidup (ALH) Rata-rata per Perempuan Pernah Kawin
Provinsi DKI Jakarta, Tahun 1995

Umur Jumlah Perempuan ALH ALH rata-rata per


pernah Kawin Perempuan (Pi)

15-19 29.472 15.817 0,54

20-24 199.819 193.928 0,97

25-29 344.669 519.533 1,511

30-34 344.573 819.536 2,44

35-39 311.912 972.647 3,12

40-44 247.678 866.289 3,50

45-49 182.799 671.519 3,67

Jumlah 1.660.922 4.079.269 2,46

• Terlihat bahwa semakin tua umur perempuan maka semakin besar jumlah ALH rata-rata,
bervariasi dari 0,5 anak per ibu pada kelompok umur 15-49 tahun, ke 3,67 anak per iu
pada kelompok umu 45-49 tahun.
• Oleh karena itu, jumlah ALH rata-rata adalah ukuran yang bersifat kumulatif, yakni
banyaknya kelahiran sejak perempuan menikah pertama kali sampai usia pada saat
pencacahan.
Lanjutan..,
Kelebihan ukuran jumlah anak Kelemahan ukuran jumlah anak
yang pernah dilahirkan hidup yang pernah dilahirkan hidup
(ALH) (ALH)

 Kemudahan dalam memperoleh  Jumlah ALH menurut kelompok umur

data, terutama dari sensus dan sering tidak akurat apabila terdapat
kesalahan dalam pelaporan umur ibu,
survei. terutama di negara yang sedang
 Tidak ada referensi waktu, karena berkembang.
menyatakan jumlah anak yang  Oleh karena sifat datanya yang
lahir hidup dari semenjak seorang retrospektif, maka ada kecenderungan
perempuan menikah pertama kali. faktor kelupaan (memory lapse) dalam
melaporkan banyaknya kelahiran,
terutama dari perempuan kelompok umur
yang lebih tua. Hal ini terjadi kalau
banyak diantara anak mereka yang lahir
hidup, tetapi sudah meninggal pada saat
pencacahan atau tinggal diluar rumah
tangga pencacahan.
3.6 Rasio Anak Wanita (Child Woman Ratio-CWR)

 Rasio Anak Wanita (CWR) adalah perbandingan antara jumlah anak


dibawah lima tahun (0-4 tahun) dengan jumlah penduduk
perempuan usia reproduksi.
 Jumlah anak usia di bawah lima tahun sebagai pembilang
merupakan jumlah kelahiran selama lima tahun sebelum pencacahan
 Jumlah perempuan usia reproduksi sebagai penyebut dapat berasal
dari kelompok umur 15-44 tahun atau 15-49 tahun. Demikian juga
usia anak dapat diukur dari 0-9 tahun atau 0-14 tahun
 CWR = P0-4 X k/Pf 15-44
 Dimana :
P0-4 : banyaknya penduduk perempuan umur 0-4 tahun
P f15-44 : banyaknya perempuan umur 15-44 tahun
P f15-49 : banyaknya perempuan umur 15-49 tahun
K : bilangan konstan, biasanya 1.000
Lanjutan..,

Sebagai
  contoh dilaporkan ada sekitar 787,979 anak
kelompok umur 0-4 tahun di DKI Jakarta pada tahun
1995. Pada saat yang sama, banyaknya aperempuan
pada kelompok umur 15-49 tahun adalah 2.857.404
orang. Dengan demikian, ukuran CWR dapat diketahui
sebesar 276 anak per 1.000 perempuan usia 15-49 tahun
dengan perhitungan sebagai berikut :
 CWR =
Perlu dicatat bahwa perhitungan rasio anak wanita
(CWR) cenderung memakai jumlah anak usia 0-4 tahun,
atau dapat juga dipakai 0-9 tahun dan bukan 0-1 tahun
Lanjutan..,

Kelebihan dari ukuran Kekurangan dari ukuran


rasio anak wanita (CWR) rasio anak wanita (CWR)

 Rasio anak wanita merupakan  Kualitasnya sangat dipengaruhi

ukuran yang sederhana dan secara langsung oleh kualitas


datanya mudah diperoleh dari pelaporan jumlah anak dan
sensus dan survei pelaporan umur anak maupun
 Rasio ini berguna untuk indikasi umur ibu.
 Ukuran ini tidak dapat
fertilitas di daerah luas wilayah
menangkap kasus kematian anak
yang kecil dan tidak
maupun kematian, ibu
memungkinkan dibuat angka
khususnya anak berusia dibawah
fertilitas menurut umur dan
satu tahun.
angka fertilitas total yang
 Tidak memperhitungkan tingkat
memerlukan sampel yang cukup
besar untuk perhitungannya. kesuburan perempuan menurut
umur, seperti halnya ASFR.
C. UKURAN REPRODUKSI

Dalam analisisi fertilitas dikenal pula ukuran


reproduksi. Angka reproduksi, yaitu ukurang yang
berkenaan dengan kemampuan seseorang
perempuan untuk menggantikan dirinya.
Oleh karena itu, hanya bayi perempuan yang
disertakan dalam perhitungan ukuran reproduksi.
4.1 Angka Reproduksi Bruto (Gross Reproduction Rate –
GRR)

Adalah banyaknya perempuan yang akan dilahirkan


oleh suatu kohor perempuan selama usia reproduksi
mereka. Kohor kelahiran adalah kelompok
perempuan yang mulai melahirkan pada usia yang
sama dan bersama-sama mengikuti perjalanan
reproduksi sampai masa usia subur selesai.
Ukuran GRR dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu
menggunakan angka fertilitas total (TFR) atau
menggunakan angka fertilitas menurut umur
(ASFR).
1. Perhitungan langsung dari TFR dengan menggunakan rasio
jenis kelamin pada saat lahir.

GRR
   =
 Contoh : Pada bagian sebelumnya telah dihitung bahwa TFR
per 1.000 perempuan usia 15-49 tahun. DKI Jakarta menurut
supas 1995 adalah 1.925. maka GRR DKI Jakarta menurut
supas 1995 adalah :

= 933 anak perempuan per 1.000 perempuan usia 15-


49 tahun.
= 0,939 anak perempuan per perempuan usia 15- 49
tahun.
 Dari perhitungan tersebut, diperoleh angka reproduksi bruto
(GRR) sebesar 0,939 anak perempuan per perempuan.
4.2 Angka Reproduksi Neto (Net Reproduction Rate –
NRR)

 Adalah angka fertilitas yang memperhitungkan faktor


mortalitas, yaitu kemungkinan bayi perempuan meninggal
sebelum mencapai akhir masa reproduksinya.
 Asumsi yang dipakai adalah bayi perempuan tersebut
mengikuti pola fertilitas dan pola mortalitas ibunya.
 NRR merupakan ukuran kemampuan suatu populasi untuk
menggantikan dirinya (replacement level).
 NRR bernilai satu berarti suatu populasi dapat menggantikan
dirinya dengan jumlah yang sama (exact replacement).
 NRR bernilai lebih dari satu berarti bahwa suatu populasi
dapat menggantikan dirinya dengan jumlah yang lebih besar.
Sementara itu, NRR bernilai kurang dari satu berarti suatu
populasi tidak mampu menggantikan dirinya sendiri dengan
jumlah yang sama.
Tabel 4.4.
Perhitungan angka reproduksi Bersih (NRR) Provinsi DKI
Jakarta, tahun 1995

Umur Penduduk Kelahiran ASFR per Rasio Bayi yang


Perempuan Bayi 1.000 Bayi Diharapkan
Perempuan Perempuan masih Tetap
untuk bayi Hidup Hidup Per
Perempuan hingga 1.000
Usia ibu Perempuan
*)
(1) (2) (3)

15-19 585.414 7.425 13 0,8849 11,5

20-24 589.946 27.915 47 0,8766 41,2

25-29 505.509 30.084 60 0,8662 51,9

30-34 399.754 16.575 42 0,8543 35,9

35-39 330.342 6.607 20 0,8404 16,5

40-44 257.850 1.258 4 0,8238 3,3

45-49 188.589 368 2 0,8030 1,6

Jumlah 161,9

NRR = 5 X 161,9 = 809,5 per 1.000 perempuan, atau


NRR = 0,81 per perempuan
Angka 0,81 tersebut berarti bahwa 100 orang perempuan di DKI Jakarta
pada tahun 1995 akan digantikan oleh 81 orang anak perempuan yang akan
tetap hidup sampai seumur ibunya waktu melahirkan mereka
4.3 Perhitungan TFR dengan Pendekatan Kerat Lintang
Longitudinal

Tabel 4.5 TFR Periode dan TFR Kohor Prancs, Tahun 1901-1970
Periode
ASFR per 1.000 Perempuan
Observasi
  15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49
1901-1905 27 135 161 119 78 33 5
1906-1910 27 135 147 111 69 27 3
1911-1915 24 119 129 92 61 23 2
1916-1920 14 72 93 75 52 22 2
1921-1925 26 131 142 102 59 22 2
1926-1930 28 130 132 93 54 20 2
1931-1935 30 126 123 85 48 17 2
1936-1940 25 126 123 81 45 15 1
1941-1945 18 108 126 92 56 20 2
1946-1950 24 158 184 130 75 26 2
1951-1955 22 156 168 113 63 21 2
1960-1960 22 159 174 107 58 19 2
1961-1965 25 174 182 110 55 18 1
1966-1970 27 162 165 100 48 15 1
 Tabel 4.5 menggambarkan perbedaan perhitungan TFR menurut analisis
kerat lintang berdasarkan riwayat kelahiran (reproductive history) dan
menurut analisis longitudinal berdasarkan current fertility (yearly
performance).
1. Ukuran berdasarkan riwayat kelahiran atau menurut kohor
TFR (juga sering disebut pendekatan longitudinal).

 TFR untuk kohor (generasi) kelahiran tahun 1886-1890


(periode observasi 1901-1935) dihitung dengan menjumlahkan
ASFR kelompok umur 15-19 tahun untuk periode 1901-1905
 ASFR kelompok umur 20-24 tahun untuk periode 1906-1910
 ASFR kelompok umur 25-29 tahun untuk periode 1911-1915
 ASFR kelompok umur 30-34 tahun untuk periode 1916-1920
 ASFR kelompok umur 35-39 tahun untuk periode 1921-1925
 ASFR kelompok umur 40-44 tahun untuk periode 1926-1930
 ASFR kelompok umur 45-49 tahun untuk periode 1931-1935
 TFR Kohor 1886-1990 = 5 (27+135+129+75+59+20+2)
= 5 x 447
= 2.235 per 1.000 Wanita
2. Ukuran Kerat Lintang TFR (current fertility)

TFR current pada periode observasi 1931-1935


dihitung dengan menjumlahkan ASFR semua
kelompok umur pada periode 1931-1935 kemudian
dikalikan dengan lima.
 TFR current 1931-1935 = 5 (30+126+123+85+48+17+2)
= 5 x 431
= 2.155 per 1.000 perempuan
Dari dua pendekatan ini dapat diketahui bahwa TFR yang
diperoleh tidak jauh berbeda, yakni 2,23 anak per
perempuan melalui pendekatan kohor kelahiran dan 2,16
anak per perempuan melalui pendekatan kerat lintang.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
FERTILITAS

Ada beragam faktor yang mempengaruhi dan


menentukan fertilitas baik yang berupa faktor
demografi maupun faktor non-demografi
Yang berupa faktor demografi diantaranya adalah
struktur umur, umur perkawinan, lama perkawinan,
paritas, distrupsi perkawinan dan proporsi yang
kawin
Faktor non-demografi dapat berupa faktor sosial,
ekonomi maupun psikologi.
5.1 Teori Sosiologi tentang Fertilitas (Davis dan Blake:
Variabel Antara)

Kajian tentang fertilitas pada dasarnya bermula dari


disiplin sosiologi
Sebagian besar analisa kependudukan (selain demografi
formal) sesungguhnya merupakan analisis sosiologis.
Davis and Blake (1956), Freedman (1962), Hawthorne
(1970) telah mengembangkan berbagai kerangka teoritis
tentang perilaku fertilitas yang pada hakekatnya bersifat
sosiologis
Menurut Davis dan Blake faktor-faktor sosial, ekonomi
dan budaya yang mempengaruhi fertilitas akan melalui
“variabel antara”
Ada 11 variabel antara yang mempengaruhi fertilitas

Intermediate variables of fertility


Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
hubungan kelamin (intercouse variables)
Faktor-faktor yang mengatur terjadinya hubungan
kelamin
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
konsepsi (conception variables)
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dan
kelahiran (gestation variables)
5.2 Ronald Freedman: Variabel Antara dan
Norma Sosial

 Menurut Freedman variabel antara yang mempengaruhi langsung


terhadap fertilitas pada dasarnya juga dipengaruhi oleh norma-norma
yang berlaku di suatu masyarakat, yaitu norma tentang besarnya keluarga
dan norma tentang variabel antara itu sendiri. Selanjutnya norma-norma
tentang besarnya keluarga dan variabel antara di pengaruhi oleh tingkat
mortalitas dan struktur sosial ekonomi yang ada di masyarakat.
 Jadi norma merupakan “resep” untuk membimbing serangkaian tingkah
laku tertentu pada berbagai situasi yang sama. Norma merupakan unsur
kunci dalam teori sosiologi tentang fertilitas
 Freedman juga mengemukakan bahwa tingkat fertilitas yang cenderung
terus menurun di beberapa negara pada dasarnya bukan semata-mata
akibat variabel-variabel pembangunan makro seperti urbanisasi dan
industrialisasi sebagaimana dikemukakan oleh model transisi demografi
klasik tetapi berubahnya motivasi fertilitas akibat bertambahnya
penduduk yang melek huruf serta berkembangnya jaringan-jaringan
komunikasi dan transportasi.
5.3 Teori Ekonomi tentang Fertilitas

 Menurut Leibenstein anak dilihat dari dua aspek yaitu aspek


kegunaannya (utility) dan aspek biaya (cost).
 Kegunaannya adalah memberikan kepuasaan, dapat memberikan balas
jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta
merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan.
 Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari
mempunyai anak tersebut
 Yang dimaksud biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan dalam
memelihara anak seperti memenuhi kebutuhan sandang dan pangan
anak sampai ia dapat berdiri sendiri.
 Yang dimaksud biaya tidak langsung adalah kesempatan yang hilang
karena adanya tambahan seoarang anak. Misalnya, seoarang ibu tidak
dapat bekerja lagi karena harus merawat anak, kehilangan penghasilan
selama masa hamil, atau berkurangnya mobilitas orang tua yang
mempunyai tanggungan keluarga besar (Leibenstein, 1958).
Lanjutan..,

Menurut Becker anak dari sisi ekonomi pada dasarnya


dapat dianggap sebagai barang konsumsi (a
consumption good, consumer’s durable) yang
memberikan suatu kepuasan (utility) tertentu bagi
orang tua.
Bagi banyak orang tua, anak merupakan sumber
pendapatan dan kepuasan (satisfaction).
Secara ekonomi fertilitas dipengaruhi oleh pendapatan
keluarga, biaya memiliki anak dan selera.
Meningkatnya pendapatan (income) dapat
meningkatkan permintaan terhadap anak.
Dalam analisis ekonomi fertilitas dibahas mengapa permintaan akan anak
berkurang bila pendapatan meningkat :

Orang tua mulai lebih menyukai anak-anak yang


berkualitas lebih tinggi dalam jumlah yang hanya
sedikit sehingga “harga beli” meningkat;
Bila pendapatan dan pendidikan meningkat maka
semakin banyak waktu (khususnya waktu ibu) yang
digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi
lebih mahal.
Analisis ekonomi tentang fertilitas oleh Richard A. Easterlin

 Menurut Easterlin permintaan akan anak sebagian ditentukan oleh


karakteristik latar belakang individu seperti agama, pendidikan,
tempat tinggal, jenis/tipe keluarga dan sebagainya.
 Easterlin juga mengemukakan perlunya menambah seperangkat
determinan ketiga (disamping dua determinan lainnya: permintaan
anak dan biaya regulasi fertilitas) yaitu mengenai pembentukan
kemampuan potensial dari anak.
 Apabila pendapatan meningkat maka terjadilah perubahan “suplai”
anak karena perbaikan gizi, kesehatan dan faktor-faktor biologis
lainnya. Demikian pula perubahan permintaan disebabkan oleh
perubahan pendapatan, harga dan “selera”. Pada suatu saat
tertentu, kemampuan suplai dalam suatu masyarakat bisa melebihi
permintaan atau sebaliknya.
E. STUDI FERTILITAS DI INDONESIA

Indonesia sering di jadikan contoh keberhasilan dalam


upaya penurunan angka kelahiran yang relatif cukup cepat
Keberhasilan tersebut disebabkan oleh adanya intervensi
pemerintah melalui pelaksanaan program Keluarga
Berencana (KB), yang dilaksanakan sejak awal tahun 1970-
an.
Program KB yang dilaksanakan pemerintah tidak saja
mengajak pasangan suami istri untuk mengatur jumlah
keluarga mereka dengan menggunakan alat-alat
kontrasepsi modern, tetapi juga memperkenalkan nilai-
nilai baru tentang keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Lanjutan..,

Menurut berbagai studi yang telah dilakukan, penurunan


angka fertilitas total yang terjadi di Indonesia selain
disebabkan oleh pelaksanaan program KB, juga di
pengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini:

Umur Kawin Pertama


Peningkatan Pendidikan Perempuan
Partisipasi Perempuan dalam Pasar Kerja
Lingkuan Tempat Seseorang dibesarkan
Sosial budaya dan Bias Gender
Terima Kasih ^^

Anda mungkin juga menyukai