Anda di halaman 1dari 15

Disertasi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar Doktor

Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 11
C. Fokus dan Rumusan Masalah 12
1. Fokus Masalah.....................................................................................12
2. Rumusan Masalah................................................................................12
D. Tujuan Penelitian 13
E. Manfaat Penelitian 14
DAFTAR PUSTAKA 32

i
ii
BAB I PEN

DAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan menjadi persoalan bagi Indonesia dan juga negara-negara di

dunia. Menjadi salah satu negara yang berdaulat, Indonesia memiliki komitmen

yang tinggi dalam mengatasi persoalan tersebut sesuai dengan deklarasi

Sustainable Development Goals (SDGs). Harapan pemerintah melalui SDGs yaitu

masalah sosial seperti kemiskinan, kesehatan, pendidikan dan lingkungan dapat

teratasi dan mencapai 17 tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan utama dalam

konsep SDGs yaitu untuk mengakhiri kemiskinan, mencapai kesetaraan,

mengatasi perubahan iklim dan memelihara dimensi pembangunan berkelanjutan

yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi. Berdasarkan hal tersebut maka munculah

peran pendidikan vokasional didalam dunia pendidikan maupun masyarakat

dengan bekerjasama antar pemerintah, stakeholder dan masyarakat untuk

berkoordinasi, berkolaborasi sebagai bentuk kerjasama dalam menanggulangi

kemiskinan.

TVET dalam beberapa decade terakhir menjadi agenda prioritas pemerintah

dalam sektor pendidikan dan arah pembangunan nasional (Moodie & Wheelahan,

2016). Organisasi baik regional dan internasional berkontribusi dalam

mempromosikan TVET sebagai strategi prioritas dalam merekomendasikan

pelaksanaan sistem TVET melalui transformasi dan revitalisasi secara

berkelanjutan. TVET secara umum harus mampu memberikan solusi dalam

15
menangani fenomena pengangguran dan pendidikan karier bagi kaum muda.

Keberadaan TVET secara tepat memposisikan diri dalam memberikan wawasan

berupa pengetahuan orientasi kerja, pelatihan kesiapan dan keterampilan kerja,

dan memperoleh pekerjaan layak.

Kabupaten Kulon Progo merupakan daerah yang angka kemiskinannya

lebih tinggi dari lima Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Namun pada tahun 2018 dengan diresmikannya Bandara Internasional Yogyakarta

(YIA) memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Kulon Progo. Adapun jumlah penduduk miskin berdasarkan

Kabupaten/Kota di DIY dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (tahun 2016-2020)

yaitu sebagai berikut:

Gambar 1. Tren kemiskinan jumlah penduduk berdasarkan


Kabupaten/Kota di DIY (2016-2020)
Sumber: http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/infografik/kemiskinan

Berdasarkan gambar 1 menjelaskan bahwa jumlah penduduk miskin di

Daerah Istimewa Yogyakarta. Terlihat bahwa Kabupaten Kulon Progo dalam lima

16
tahun terakhir (2016 – 2020) mengalami penurunan yang signifikan, dibandingkan

tiga kabupaten lainnya. Di sisi lain sedangkan tingkat pengangguran di Kabupaten

Kulon Progo mengalami peningkatan tiap tahun seperti pada diagram Gambar 2.

sebagai berikut:

Gambar 2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berdasarkan


Kabupaten/Kota di DIY (2018-2020)
Sumber: https://Kulon Progokab.bps.go.id

Berdasarkan. Pada gambar 2 dijelaskan bahwa Tingkat Pengangguran (TPT)

di Kabupaten Kulon Progo dalam tiga tahun terakhir mengalami peningkatan yang

siginifikan yaitu pada tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 1,8 % setara

dengan 4.614 orang sedangkan pada tahun 2020 sebesar 3,7 % setara dengan

10.500 orang. Peningkatan pengangguran tersebut disebabkan covid-19. (Kepala

Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Kulon

Progo, Nur Wahyudi, Februari 2021).

17
Dalam rangka mengatasi meningkatnya pengangguran di Kulon Progo,

maka perlu dianalisis terkait optimalisasi sumberdaya manusia sesuai dengan

potensi yang ada di Kulon Progo. Apalagi dengan adanya pembangunan Bandar

Udara Yogyakarta International Airport (YIA). Bandar Udara YIA berdampak

positif bagi kehidupan masyarakat sekitar meliputi aspek wilayah, baik yang

bersifat sosial, lingkungan dan ekonomi. Setiap pembangunan pastinya

menghasilkan dampak, yakni perubahan yang terjadi sebagai akibat dari adanya

aktivitas dan bersifat alamiah (Susanto, 2020). Bandar Udara YIA dapat

mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta (YIA)

khususnya di Kabupaten Kulon Progo.

Bandar Udara juga berdampak pada kunjungan wisatawan nusantara dan

wisatawan mancanegara. Kunjungan wisatawan menunjukkan peningkatan dari

tahun ke tahun. Berikut ini rentang tiga tahun terakhir:

Gambar 3. Kunjungan wisatawan wisnus dan wisman (2016-22018)


Sumber: https://satudata.Kulon Progokab.go.id

18
Berdasarkan gambar 3 bahwa Jumlah wisatawan yang berkunjung pada

tahun 2016 sebanyak 3,5 juta jiwa, tahun 2017 mengalami peningkatan yaitu 3,8

juta dan tahun 2018 sebanyak 4,1 juta. Berdasarkan kunjungan wisatawan tersebut

maka masyarakat harus mampu menangkap memberikan peluang kepada

masyarakat Kulon Progo untuk mengembangkan usaha sesuai kemampuan dan

potensi lokal di Kulon Progo melalui UMKM. Salah satunya yaitu Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM).

Peran UMKM sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu mampu

mengurangi permasalahan kemiskinan dan pengembangannya dapat memperluas

basis ekonomi serta memberikan kontribusi yang signifikan untuk meningkatkan

perekonomian daerah dan ketahanan ekonomi nasional (Fernanda Putri et al.,

2020). Peran UMKM juga dinyatakan OECD (2004) Sedangkan menurut (Oecd,

2004) bahwa UMKM memiliki peran sangat penting dalam mengurangi angka

pengangguran, membuka lapangan pekerjaan, mengurangi angka kemiskinan dan

meningkatkan kesejahteraan bangsa.

Memasuki arus globalisasi dan persaingan yang tinggi menjadikan UMKM

perlu mengembangkan kemampuan menghadapi tantangan global, seperti

meningkatkan inovasi produk, mengembangkan sumber daya manusia dan

teknologi sera memperluas area pemasaran, Hal tersebut perlu dilakukan untuk

menambah nilai jual UMKM yang merupakan sektor ekonomi (Adrian, 2019).

UMKM terdiri dari beberapa jenis yaitu bidang industri pariwisata, pangan,

kerajinan, tekstil dan lain sebagainya. Jenis UMKM dipengaruhi oleh ketersediaan

sumber daya alam yang ada pada suatu wilayah. tertentu. Salah satu bidang usaha

19
UMKM yang ada di Yogyakarta dan menjadi perhatian sampai mancanegara yaitu

batik. Batik menjadi icon Indonesia adalah batik. Karena Batik memiliki bentuk,

jenis dan motif sebagai ciri khas setiap daerah, yang merupakan hasil budaya

indonesia dan kearifan lokal. Seiring ditetapkannya sebagai warisan kemanusiaan

untuk budaya oleh UNESCO maka batik tidak hanya meengedepankan nilai

keindahan berupa visual saja, akan tetapi mengandung nilai filosofi bagi

masyarakat.

Salah satu wilayah yang mengembangkan batik yaitu Kabupaten Kulon

Progo. UMKM yang terbentuk didaerah Lendah berada pada naungan sebuah

organisasi yang berbentuk koperasi yaitu Koperasi Citra Mandiri. Yang mayoritas

warganya merupakan petani akan tetapi sampai sekarang tidak sedikit yang

berprofesi sebagai pengrajin batik. Dengan perkembangannya sehingga menjadi

potensi sebagai desa wisata batik.

Penelitian yang dilakukan oleh (Malibari et al., 2020) mengungkapkan pada

tahun 2015 terdapat 20 UMKM Batik di daerah Lendah, dan mengalami

peningkatan pada tahun 2020 menjadi 33 UMKM Batik (MI, Sembung Batik,

2020). Data dilapangan, pada tahun 2015 Pemilik UMKM Batik berdasarkan jenis

kelamin 55% kaum perempuan, dan 45% berjenis kelamin laki-laki. kemudian

menurut usia, persentase tertinggi sebesar 45% ada pada usia 41-50 tahun. Selain

itu, berdasarkan pendidikan, persentasi tertinggi adalah tingkat pendidikan

Sekolah Dasar (Malibari et al., 2020) Berdasarkan data tersebut dapat di teliti

lebih lanjut untuk menemukan transformasi kapasitas dan kapabilitas serta faktor-

20
faktor yang mempengaruhi berkembangnya industri batik di UMKM Kulon

Progo.

Pada bagian ini perlu dijelaskan gejala adanya transformasi

masyarakat Kulon Progo perlu ada fakta-faktanya sehingga anda punya

dasar melakukna penelitian tentang transformasi. Misalnya perlu ada fakta

data, hasil penelitian tentang adanya perubahan pekerjaan masyarakat,

budaya, kebiaasan, teknologi baru yg diadopsi oleh masyarakat Kulon Progo

Transformasi UMKM bertujuan untuk mendukung stabilitas dan

pertumbuhan ekonomi yang kuat dan inklusif. Meskipun pandemic covid 19 yang

memberikan tekanan besar namun mampu menghadapinya sehingga UMKM

memiliki ketahanan yang tinggi. Peluang UMKM untuk bertransformasi dapat

bertahan dan bangkit melalui peningkatan kapasitas yang lebih produktif dan

inovatif terhadap kualitas produk serta layanan, manajemen usaha, kapasitas

SDM, pengelolaan keuangan serta akses pasar.

Permasalahan dalam peningkatan produktivitas UMKM yaitu keterbatasan

pada Lembaga keuangan formal, teknologi produksi, kapasitas sumber daya

manusia, alat dan bahan baku serta pemasaran (Irjayanti & Azis, 2012). Selain itu

rendahnya tingkat Pendidikan pengelola dan keterampilan kerja yang belum

optimal (Tusianti, 2019). Hal tersebut sangat mempengaruhi UMKM dalam

meningkatkan produktivitas usahanya. Rendahnya tingkat Pendidikan pengelola

UMKM batik pada umumnya kurang melakukan inovasi bahkan beberapa

diantaranya belum mampu melakukan inovasi secara mandiri (OECD, 2018).

21
Peningkatan produktivitas UMKM juga dapat dilakukan dalam pembagian

tugas tenaga kerja terampil dan diversifikasi produk dengan nilai tambah yang

lebih tinggi. Secara internal dalam peningkatan sakala ekonomi UMKM dapat

dilakukan melalui ekspansi usaha dengan meningkatkan produktivitas dan

efisiensi. Sedangkan secara eksternal melalui Kerjasama UMKM dalam

kelembagaan yang kuat sehingga dapat bersama-sama mencapai skala ekonomi

yang lebih tinggi. peningkatan kapasitas diharapkan akan mendukung perbaikan

produktivitas UMKM yang sangat diperlukan untuk memperbaiki daya saing

(Berry, 1991). Peningkatan kapasitas UMKM dapat memperbaiki kapabilitas

UMKM baik dalam SDM maupun pengembangan usaha batik.

Kapabilitas merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang.

Kemampuan merupakan kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam

tugas dalam suatu pekerjaan (Edition et al., 2018). Makna kapabilitas bukan hanya

memiliki keterampilan atau skill saja akan tetapi lebih paham secara mendetail

sehingga menguasai kemampuan dari titik kelemahan sampai cara mengatasinya.

Kapabilitas merupakan kemampuan untuk memobilisasi sumber daya. Sumber

daya tersebut yaitu sumber daya yang memiliki wujud fisik (tangible resources)

dan sumber daya yang memiliki sifat nirwujud (intangible resources). Sumber

daya yang memiliki wujud fisik yaitu sumber daya financial sumber daya fisik

dan sumber daya manusia. Sedangkan sifat nirwujud yaitu hak milik intelektual

talenta jejaring kerjasama dan brands.

Pekerja merupakan orang yang memiliki kapabilitas atau kekuasaan untuk

menggunakan sumber daya fisik dan nirwujud sebagai instrument untuk

22
menciptakan nilai. Nilai yang dimiliki suatu brand mencerminkan kapabilitas

pelaku usaha dalam memenuhi harapan pelanggan. Temuan lain terkait brand di

salah satu UMKM batik cukup diterima oleh masyarakat. Akan tetapi masih perlu

dilakukan pengembangan brand supaya lebih diterima masyarakat.

Potensi perekonomian dari sektor batik di kecamatan lendah dapat

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dengan menyajikan wisata batik

mulai dari produksi sampai dengan pemasaran. Akan tetapi potensi yang ada

belum dikelola dengan baik (Rachmad Gobel, DPR RI bidang industri dan

pembangunan: 2020). Dengan adanya kebijakan program yang diluncurkan

Bupati Kulon Progo yaitu Hasto Wardoyo melalui program Bela Beli Kulon

Progo menggalakkan untuk mengenakan kain batik buatan sendiri/lokal. Selain itu

pada tahun 2012, pemerintah Kabupaten Kulon Progo juga mengadakan

superlomba batik, dimana ajang yang digunakan sebagai pencarian batik motif

khas Kulon Progo. Ajang ini dilakukan karena belum ditemukan dan diketahui

pencipta motif yang selama ini digunakan oleh UMKM batik di kecamatan

lendah. Sehingga memiliki gagasan untuk menciptakan motif batik sebagai ciri

khas Kulon Progo. Pada tanggal 6 mei 2012 terpilih motif batik “Geblek Renteng”

sebagai nominator terbaik motif baru dan diresmikan batik khas Kulon Progo.

Minat dan daya tarik yang tinggi pada batik menjadikan peluang untuk

mengembangkan menjadi lebih baik. oleh sebab itu, kompetitif dalam persaingan

industri yang sama harus bertransformasi terutama dalam hal inovasi. Aspek

penting dalam keberlangsungan proses dalam usaha yaitu permodalan, sumber

daya manusia, produksi dan pemasaran. Aspek tersebut menitikberatkan dalam

23
memenuhi kebutuhan, mengembangkan sumber daya dan melindungi sumber

daya (Hasan, 2018).

Munculnya revolusi industry 4.0 yang merupakan perubahan cara hidup dan

proses kerja manusia secara fundamental, dimana dengan kemajuan teknologi

informasi dapat mengintregrasikan dalam dunia kehidupan dengan digital yang

dapat memberikan dampak bagi seluruh disiplin ilmu. Dengan perkembangan

teknologi informasi yang berkembang secara pesat mengalami terobosan

diantaranya dibidang artificiall intellegent, dimana teknologi komputer suatu

disiplin ilmu yang mengadopsi keahlian seseorang kedalam suatu aplikasi yang

berbasis teknologi dan melahirkan teknolologi informasi dan proses produksi

yang dikendalikan secara otomatis.

Studi awal (preliminary study) dilakukan untuk menganalisis dan

mendiskusikan mengenai strukturisasi vokasionalisasi Kulon Progo. Studi ini di

lakukan pada bulan Juni tahun 2021 bersama Sekretaris daerah dan jajarannya

sebanyak sepuluh partisipan terlibat. Hasil temuan dari studi awal sebagai berikut:

(a) pemetaan kapabiliatas tenaga kerja; (b) pangsa tenaga kerja; dan (c) struktur

vokasionalisasi.

Temuan lain mengenai studi pendahuluan di salah satu UMKM batik

sembung menghasilkan pemahaman bahwa: (1) media branding Batik Sembung

telah dibangun melalui Shopee; (2) penerimaan followers terhadap media

branding yang dibangun oleh Sembung Batik dalam kategori cukup baik.

Berdasarkan hal tersebut maka media branding cukup diterima oleh followers

UMKM Batik Sembung dan masih perlu dikembangkan.

24
Observasi yang dilakukan di UMKM Batik Kulon Progo pada bulan agustus

tahun 2021 bersama 3 partisipan terdapat beberapa permasalahan yang terjadi

diantaranya: (1) kurangnya inovasi produk batik, karena masih lembaran kain dan

produk baju saja, sehingga perlunya diversifikasi produk batik; (2) rendahnya

pemahaman teknologi dibuktikan bahwa pemasaran masih dilakukan secara

manual dengan membuka gerai toko; (3) rendahnya kompetensi SDM yang

dibuktikan dengan belum memiliki inovasi baru terkait motif maupun warna batik

yang digunakan untuk menghasilkan produk inovasi baru dan (4) mengandalkan

buku secara manual.

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dihadapi UMKM

dan tantangan pekerjaan di UMKM menjadi semakin kompleks serta dihadapkan

pada tuntutan dan harapan masyarakat yang semakin meningkat. Selain itu

membutuhkan pemahaman dalam menghadapi sifat pekerjaan yang berubah-ubah.

Kapasitas pengrajin batik tidak sesuai dengan tuntutan perubahan pekerjaan dan

mungkin kekurangan sumber daya untuk mengatasi realita yang berubah-ubah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengemukakan fenomena berdasarkan

kapabilitas pengrajin batik sehingga dihasilkan definisi dan konsep dari apa yang

sudah dilakukan, yang masih dipikirkan, dan yang diinginkan baik ide atau

pemikiran dan praktik-praktik filsafat vokasional yang telah dilakukan. Konsep

transformasi merupakan proses yang bersifat dinamis terhadap adanya perubahan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengambil peran riset dari latar

belakang masalah tersebut dengan judul “Transformasi Kapabilitas Dan

Kapasitas Pengrajin Batik Di Kulon Progo”.

25
26

Anda mungkin juga menyukai