Anda di halaman 1dari 23

EXECUTIVE SUMMARY OF

KERACENG (KERAJINAN ENCENG GONDOK)

Sociopreneur

Disusun oleh :

Ari Nur Rachman (7311417055)


Saffira Fitri C (7311417054)
Juniawan (73114170)
Rastya Sekar (73114170)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


SEMARANG
2018
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .....................................................................................................


DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................................iii

Ringkasan Usaha..................................................................................................................................iv
Pendahuluan...........................................................................................................................................1

Gambaran Umum dan Rencana Usaha.......................................................................................2


Deskripsi Usaha...................................................................................................................................2
Rencana Pemasaran............................................................................................................................4
Rencana Produksi................................................................................................................................8
Rencana SDA atau SDM..................................................................................................................9
Rencana Pengembangan Usaha....................................................................................................10
Pembahasan..........................................................................................................................................11
Anggaran Biaya dan Potensi Keuntungan...............................................................................13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15
LAMPIRAN..........................................................................................................................................16

ii
DAFTAR LAMPIRAN

Peta Wilayah Kecamatan Ambarawa........................................................................................17


Gambaran Gulma Eceng Gondok di Rawa Pening..............................................................18

Gambaran Hasil Olahan Kerajinan Eceng Gondok............................................................19

iii
KERACENG : ALTERNATIF SOCIOPRENEUR SEBAGAI STRATEGI
PENUNTASAN KEMISKINAN DI KECAMATAN AMBARAWA

ABSTRAK
Indonesia Emas 2045 merupakan impian besar bangsa yang maju, unggul dan mampu
menyelesaikan permasalahan. Salah satu komponen yang hendak dicapai adalah
pembangunan jangka panjang atau dikenal Sustainable Development Goal’s. Dalam
perencanaannya, SDGs menargetkan pada penurunan angka kemiskinan masyarakat.
Peningkatan ekonomi dapat diusahakan melalui pemanfaatan potensi lokal di masing-
masing daerah. Hal ini tentunya memerlukan peran dari semua komponen masyarakat
baik pemerintah, pengusaha, maupun pemuda aktif. Adanya bonus demografi Indonesia,
menjadi peluang yang sangat baik bagi negara khususnya dalam bidang wirausaha.
Pemuda usia produktif mempunyai semangat kerja yang tinggi dan pemikiran yang
inovatif. Di Kecamatan Ambarawa Provinsi Jawa Tengah terdapat permasalahan berupa
tumbuhan eceng gondok yang hampir sebagian Rawa Pening, sehingga hal ini
mengganggu nelayan yang berlayar. Eceng gondok yang tidak dimanfaatkan tersebut
merupakan permasalahan utama dalam karya tulis ini. Sebenarnya tumbuhan eceng
gondok tersebut dapat dimanfaatkan menjadi sebuah kerajinan kreatif yang bernilai jual
tinggi. Peluang untuk dijadikan alternatif sociopreneur dalam rangka menuntaskan
kemiskinan ini semakin kuat dengan adanya para pengrajin eceng gondok di Kecamatan
Ambarawa. Hadirnya perusahaan ini merupakan rencana bisnis besar berbasis sosial
kemasyarakatan. Rencana bisnis ini didesain berbentuk firma yang dipimpin oleh 2
orang. Produknya berupa barang kebutuhan pokok dan kerajinan eceng gondok
berbentuk tas, sandal, dompet, vas bunga dan kerajinan lainnya. Dalam pelaksanaannya
bekerja sama dengan pihak pemerintah, partner bisnis kerajinan, pengrajin eceng
gondok serta akademisi. Tujuan adanya rencana bisnis ini adalah menuntaskan
kemiskinan melalui sistem barter kerajinan eceng gondok dengan kebutuhan pokok bagi
warga prasejahtera. Kemudian lembaga bisnis ini akan menjual kepada perusahaan
kerajinan di Jawa Tengah. Keuntungan dari penjualan tersebut juga akan diputar
kembali untuk pembangunan ekonomi dan sebagai modal program ini. Rencana bisnis
ini disusun dengan dukungan data dari sumber literasi seperti jurnal, makalah, buku,
karya tulis, artikel dan sebagainya sebagai bukti keabsahannya. Hasil menyimpulkan
bahwa KERACENG berorientasi pada profit untuk kepentingan sosial sehingga untuk
kedepannya akan berdampak pada peningkatan perekonomian di Kecamatan
Ambarawa.

Kata Kunci: KERACENG, Bonus Demografi, Eceng Gondok, Menuntaskan


Kemiskinan

iv
1

PENDAHULUAN

Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi yang luas, luas Jawa Tengah yaitu
2
32.548 Km (BPS Jawa Tengah, 2017). Meskipun Jawa Tengah merupakan
provinsi yang luas, namun penyebaran pembangunan ekonominya belum merata,
hal tersebut dibuktikan dari data yang dilansir dari Surat Kabar Tribun Jateng,
yang menyatakan bahwa masih ada 15 Kabupaten di Jawa Tengah yang masuk
kategori miskin, yaitu Kabupaten Magelang, Boyolali, Kebumen, Grobogan, Blora, Pati,
Rembang, Demak, Kabupaten Semarang, Kendal, Batang, Pemalang, Brebes, Cilacap
dan Purbalingga. (Tribunnews Jateng, 2016).
Hal tersebut seharusnya dapat segera diatasi mengingat Jawa Tengah saat ini
menjadi salah satu provinsi yang diprioritaskan dalam menunjang Indonesia Emas pada
tahun 2045 (Koran Kompas, 2017). Adapun yang menjadi pilar visi dalam mewujudkan
Indonesia emas ada 4, yang salah satunya di bidang ekonomi yaitu pembangunan
ekonomi berkelanjutan (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2016). Salah satu
hal yang perlu di benahi dalam hal Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan adalah dalam
hal pengentasan kemiskinan yang dapat dicapai dengan indikator ekonomi kreatif. Salah
satu bentuk ekonomi kreatif adalah pemanfaatan potensi lokal yang dikembangkan
menjadi produk unggulan daerah, hal ini dapat meningkatkan perekonomian daerah
tersebut. Adanya bonus demografi Indonesia memiliki jumlah penduduk usia produktif
jauh melebihi usia nonproduktif (kurang dari 15 tahun dan diatas 64 tahun) (Rusli,
Toersilaningsih, Meirida, Kurniawan, & Setiawan, 2015). Hal ini menjadi peluang yang
sangat baik bagi negara khususnya dalam bidang wirausaha. Pemuda usia produktif
mempunyai semangat kerja yang tinggi dan pemikiran yang inovatif.

Di Kecamatan Ambarawa Provinsi Jawa Tengah terdapat permasalahan berupa


tumbuhan eceng gondok yang hampir sebagian Rawa Pening, sehingga hal ini
mengganggu nelayan yang berlayar. Berdasarkan data dari Liputan 6 pada tahun 2017,
80 persen area perairan Rawapening sudah tertutup eceng gondok. Tertutupnya
area perairan Rawapening sudah pasti mempunyai multiplayer effect terhadap
lingkungan sekitar, salah satunya adalah para nelayan yang dalam 3 tahun terakhir
ini menjadi kesulitan dalam menangkap ikan karena area perairan sudah hampir 80
persen tertutup gulma eceng gondok (Data Primer, 2018). Eceng gondok yang tidak
dimanfaatkan tersebut merupakan permasalahan utama dalam bisnis ini.
Oleh karena itu, melalui tulisan ini, penulis mempunyai gagasan rencana bisnis.
Hadirnya program ini merupakan rencana bisnis besar berbasis sosial kemasyarakatan.
Perencanaan Bisnis (Bussiness Plan) merupakan dokumen tertulis yang disiapkan oleh
wirausaha yang menggambarkan semua unsur-unsur yang relevan baik internal maupun
eksternal mengenai perusahaan untuk memulai suatu usaha. Perencanaan bisnis yang
baik memuat tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk memaksimalkan peluang
keberhasilan. Perencanaan bisnis ini merupakan perencanaan bisnis dengan basis
sociopreneurship, basis sociopreneurship dipilih dengan alasan untuk memperbaiki
2

tatanan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Ambarawa melalui peningkatan


kesejahteraan dan pemberdayaan. Alasan lainnya adalah karena konsep
sociopreneurship telah menjadi perhatian public selama dua decade terakhir. Di Asia,
konsep ini berkembang pesat selama sepuluh tahun belakangan. Dengan berbagai
kebutuhan sosial yang kian berkembang, kebijakan yang silih berganti, stagnasi pada
status quo, serta lanskap teknologi dan akses informasi, wirausaha sosial bangkit
sebagai upaya inovatif dalam menyikapi problema sosial dewasa ini.
Untuk itu, proposal perencanaan bisnis ini memiliki beberapa tujuan, antara
lain : untuk membuat perencanaan bisnis yang matang, sehingga bisnis dapat dijalankan
dengan matang pula dan untuk membuat rencana bisnis yang berbasis sociopreneurship
dengan tujuan untuk mengatasi masalah ekonomi, sosial dan lingkungan di Kecamatan
Ambarawa.

GAMBARAN UMUM DAN RENCANA USAHA

A. Deskripsi Usaha
1. Selayang Pandang Usaha

Usaha yang didirikan merupakan jenis Firma, yaitu persekutuan dagang antara
dua orang atau lebih dengan memakai nama bersama. Alasan dipilihnya jenis usaha
tersebut adalah karena dalam penyertaan modal, merupakan akumulasi dari modal
antara dua orang, alasan lainnya adalah karena untuk mendirikan firma tidak
membutuhkan modal yang terlalu besar. Adapun nama dari perusahaan yang akan
didirikan adalah “KERACENG”. Perusahaan tersebut akan didirikan di Kecamatan
Ambarawa, Kabupaten Semarang. Dalam berdirinya, akan menerapkan konsep
sociopreneurship atau kewirausahaan sosial, yang mana orientasi utamanya adalah
untuk pemberdayaan kepada masyarakat dan menyelesaikan masalah sosial ekonomi
masyarakat. Produk yang dijual adalah produk kerajinan eceng gondok dan barang
kebutuhan pokok.
Segmen pasar dari perusahaan ini adalah masyarakat Kecamatan Ambarawa, dan
dalam penentuan segmen kepada masyarakat Ambarawa, juga dibagi menjadi dua
segmen lagi, yaitu masyarakat sejahtera dan masyarakat belum sejahtera. Dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat sejahtera.

Dari diagram tersebut, dapat dilihat bahwa khusus untuk masyarakat sejahtera,
dalam melakukan transaksi dalam perusahaan, dilakukan seperti pada transaksi pada
umumnya, yaitu menukarkan sejumlah uang ke perusahaan, untuk mendapatkan
3

sejumlah produk.
Dari diagram tersebut, dapat dilihat bahwa khusus untuk masyarakat
prasejahtera, dalam melakukan transaksi dalam perusahaan, dilakukan secara barter,
yaitu masyarakat membawa hasil kerajinan eceng gondok yang telah diproduksi,
untuk ditukarkan kepada produk yang dijual pada perusahaan. Dari kegiatan
transaksi barter inilah, konsep sociopreneurship diwujudkan. Pengimplementasian
konsep Sociopreneurship selain melalui kegiatan barter, juga dilakukan dengan
adanya tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), yaitu
dengan menganggarkan laba perusahaan untuk membantu kegiatan sosial dan
ekonomi masyarakat sekitar, seperti bantuan beasiswa kepada peserta didik SD dan
SMP, pemberian bantuan kepada pemerintah untuk pembangunan infrastruktur, dan
tentunya pemberdayaan kepada masyarakat prasejahtera untuk mengolah limbah
eceng gondok menjadi kerajinan yang bernilai ekonomis sehingga akan mengasah
skill dan menambah penghasilan mereka.
2. Visi dan Misi Usaha

Visi dari KERACENG adalah “ Menajdi Perusahaan yang bergerak dalam


bidang Sociopreneurship dengan tujuan 3 in 1 (Economics, Social,
EnvironmentalVisi dari perusahaan menunjukkan bahwa tujuan dari perusahaan
tidak hanya profit oriented, namun dalam berjalannya tetap memperhatikan isu
sosial dan lingkungan.

Misi KERACENG adalah sebagai berikut :


a. Menjadi perusahaan yang menyediakan barang kebutuhan pokok dan barang
kerajinan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
b. Memberikan pemberdayaan kepada masyarakat terkait pelatihan pembuatan
produk kerajinan eceng gondok sebagai strategi dalam mewujudkan konsep
sociopreneurship.
c. Meningkatkan inovasi produk, meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan
menjalin hubungan baik dengan mitra dagang.

3. Prospek Usaha

Usaha KERACENG berbasis Sociopreneurship ini cocok dan sesuai dengan


fenomena yang terjadi saat ini. Dengan melihat adanya permasalahan eceng gondok
dan kemiskinan menjadi akar dari didirikannya usaha ini. Keunggulan dari usaha ini
adalah dari diterapkannya konsep sociopreneurship, yang dengan demikian maka
4

peluang usaha untuk dikembangkan menjadi besar, karena akan banyak masyarakat
prasejahtera yang dimudahkan dalam memperoleh barang kebutuhan pokok, dan
salah satu visi dari perusahaan ini adalah untuk mengurangi kemiskinan melalui
peningkatan kesejahteraan.
B. Rencana Pemasaran

KERACENG mempunyai sebuah tujuan sebagai lembaga profit yang berbasis


sosial kemasyarakatan. Secara umum, pasar yang dituju dalam operasi penjualan
bisnis ini adalah seluruh masyarakat Ambarawa dan sekitarnya serta perusahaan
dagang kerajinan di Jawa Tengah khususnya. Selain sebagai partner, bisnis ini juga
mengenalkan produk kreatif Ambarawa berupa kerajinan tangan dari eceng gondok
kepada masyarakat Indonesia.

1. Target Konsumen

Secara spesifik, bisnis ini mempunyai dua kegiatan jual beli yang berasal dari
masyarakat dan kepada perusahaan kerajinan. Konsumen pertama adalah
masyarakat Kecamatan Ambarawa khususnya warga prasejahtera, yang nantinya
akan membuat kerajinan tangan dari eceng gondok sesuai dengan kreatifitasnya,
dengan tetap memperhatikan kriteria kualitas yang telah ditetapkan oleh
KERACENG. Warga prasejahtera akan diberi pelatihan sebelumnya terkait
bagaimana membuat kerajinan, spesifikasi produk, dan kualitas yang harus
ditonjolkan pada produk. Kemudian warga akan menjualnya kepada KERACENG
dengan sistem barter untuk mendapatkan kebutuhan pokok seperti beras, gula,
garam dan lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk meringankan beban kebutuhan
pokok para warga prasejahtera hanya dengan keterampilan membuat kerajinan
tangan dengan bahan eceng gondok yang telah tersedia di Rawa Pening tersebut.
Secara umum konsumen terakhir dari produk ini adalah masyarakat yang
biasanya membutuhkan perabotan rumah unik dan aksesoris seperti keajinan eceng
gondok ini. Konsumen kedua adalah perusahaan kerajinan di Jawa Tengah, seperti
toko retail, pusat oleh-oleh dan perusahaan dagang perabotan rumah. Bisnis ini akan
memulai kerjasama terlebih dahulu dengan bertindak sebagai pemasok barang bagi
perusahaan-perusahaan tersebut. Manfaat berkerjasama dengan KERACENG adalah
mereka mendapatkan produk asli langsung dengan harga produsen pertama,
sehingga mereka dapat menjualnya dengan harga lebih mahal namun tidak melebihi
harga pasar.

2. Wilayah Pemasaran

FIRMA KERACENG mempunyai wilayah pemasaran utama di Kecamatan


Ambarawa dengan produk utama yaitu kebutuhan pokok bagi para prasejahtera.
Alasannya usaha ini akan mendapatkan spesifikasi produk yang telah dibuat oleh
masyarakat khususnya prasejahtera. Selain itu, mudahnya mengakses bahan baku
menjadi peluang bagi perusahaan untuk memperkecil biaya produksi untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Wilayah pemasaran kedua adalah Jawa
5

Tengah, secara konsep wilayah yang dimaksud dalam hal ini adalah seluruh
perusahaan yang menjadi target konsumen. Lebih khusus lagi akan memprioritaskan
bekerjasama dengan perusahaan yang bertempat di area wisata yang menjual produk
khas daerah dan oleh-oleh, sehingga produk akan mudah dikenal masyarakar
maupun wisatawan.

3. Cara Pendistribusian
Dalam hal pendistribusia, karena terdapat dua jenis produk yang dijual, yang
pertama adalah barang kebutuhan pokok yang langsung didistribusikan ke
masyarakat/konsumen akhir dan sebagai perusahaan pemasok kerajinan tangan,
KERACENG akan mengirimkan produk kerajinan tangan kepada perusahaan
partner menggunakan mobil khusus yang telah disediakan perusahaan. Prinsip
pengiriman produk akan menyesuaikan permintaan dari partner, sehingga
diperlukan tim khusus distributor yang terbagi menjadi 3 wilayah di Jawa tengah
yaitu Semarang, Surakarta, Purbalingga, Tegal, dan Kebumen. Tim distributor akan
mengirimkan produk kepada daerah tersebut dan sekitarnya dengan syarat order
minimal 10 hari sebelum pengiriman.

4. Situasi Persaingan
Banyaknya perusahaan dagang dengan kualitas pabrik luar negeri merupakan
salah satu ancaman bagi kERACENG dalam memasarkan barang. Sebagian
masyarakat cenderung lebih memilih aksesoris mahal dan mewah buatan luar negeri
tanpa memperhatikan nilai esensial dari produk tersebut. Terlebih lagi perusahaan
manufaktur dengan produk yang sama dengan bisnis ini, akan menjadi tantangan
dalam memberikan pelayanan dan kualitas produk kepada perusahaan partner.
Namun CRAFT ON telah menyiapkan berbagai solusi dan strategi untuk menembus
pasar yaitu menjadi pemasok produk yang berkualitas, mendapat dukungan dari
pemerintah, mengutamakan kepuasan perusahaan partner dan ramah lingkungan.

5. Jumlah atau Harga Produk

FIRMA KERACENG mempunyai dua produk yaitu kebutuhan pokok yang akan
dijual kepada masyarakat prasejahtera dengan sistem barter dan kerajinan eceng
gondok buatan masyarakat dan pemuda yang akan dijual kepada perusahaan partner.

Barang Pokok Harga Beli Nilai Barter


Beras/Kg Rp 9.000 Rp10.000
Gula/Kg Rp11.500 Rp12.000
Minyak Kemasan Rp13.500 Rp14.000
Minyak Kemasan Sederhana Rp11.000 Rp11.500
Telur Ayam Ras/Kg Rp20.000 Rp21.000
Telut Ayam Kampung/Kg Rp33.600 Rp34.500
Tepung Terigu (Cakra)/Kg Rp 7.500 Rp 8.000
Kacang Kedelai (Lokal) Rp 9.000 Rp 9.500
Garam (Halus/Kg) Rp 8.800 Rp 9.500
Tabel 1. Harga dan Nilai Barter Barang Pokok
6

Harga barang pokok tersebut disesuaikan dengan harga bahan kebutuhan pokok
27 Agustus 2018 di Pasar Ir Soekarno Sukoharjo dari Dinas perdagangan Koperasi
dan UMKM Sukoharjo. Harga beli merupakan harga dimana KERACENG membeli
dari perusahaan bahan pokok dari modal sendiri dan bantuan pemerintah.
Sedangkan nilai barter adalah nilai konversi harga jual kepada warga prasejahtera
menggunakan sistem barter dengan kerajinan eceng gondok.

Produk Kerajinan Nilai Barter Harga Jual


Tas Rp40.000 Rp50.000
Sandal Rp10.000 Rp15.000
Dompet Rp12.000 Rp18.000
Vas Bunga Rp35.000 Rp45.000
Wadah Tisu Rp15.000 Rp20.000
Topi Rp15.000 Rp25.000
Taplak Eceng Gondok Rp20.000 Rp40.000
Tabel 2. Harga dan Nilai Barter Produk Kerajinan

Nilai barter merupakan harga kerajinan pokok yang dibuat oleh masyarakat
sebagai bentuk nilai konversi harga. Sebagai contoh jika salah seorang warga
membawa kerajinan sandal maka dapat memperoleh barter 1 kg beras, satu buah
sandal maka memperoleh 1 kg gula dan seterusnya. Sedangkan harga jual
merupakan nilai yang akan ditawarkan kepada perusahaan partner. Sehingga dalam
hal ini nilai barter kebutuhan pokok merupakan harga pokok penjualan (HPP) dari
produk kerajinan tersebut.

6. Strategi Pemasaran
Strategi pemsaran yang akan diterapkan dalam perusahaan ini adalah dengan
menerapkan Marketing Mix, berdasarkan 4P yaitu (Product, Price, Promotion and
Place), untuk strategi marketing mix tersebut, akan dijelaskan berikut ini ;

a. Product (Produk)
Produk awal yang akan diperjual belikan dalam perusahaan ini adalah berupa
dua macam produk, yaitu barang kebutuhan pokok dan barang kerajinan eceng
gondok. Adapun secara spesifik, produk kebutuhan pokok yang dimaksud
adalah seperti diantaranya : beras, gula, minyak dan kebutuhan pokok lainnya
sebagaimana disebutkan sebelumnya. Sedangkan secara spesifik, prosuk
kerajinan eceng gondok yang dimaksud adalah : Tas, sandal, dompet, vas bunga,
wadah tissue, topi dan taplak meja. yang mana bahan bakunya adalah limbah
eceng gondok. Dalam kaitannya dengan pengembangan usaha, maka dalam
jangka menengah dan jangka panjang, akan selalu dilakukan inovasi-inovasi
terhadap kebaruan produk, yaitu berupa penambahan kuantitas barang
kebutuhan pokok yang dijual dan menambah inovasi bantuk terhadap barang
kerajinan eceng gondok yang mana itu berarti perlu dilakukan pelatihan lanjutan
kepada masyarakat prasejahtera untuk selalu membuat inovasi produk kerajinan
eceng gondok, agar dapat ditukarkan dalam perusahaan.
7

b. Price (Harga)
Strategi harga yang diterapkan dalam perusahaan ini yaitu mengikuti harga
pasar pada umumnya, atau dikenal dengan sebutan skimming price policy,
tujuannya adalah untuk menjangkau harga beli dari konsumen. Dalam penerapan
harga, yang perlu digaris bawahi dalam hal ini adalah terkait adanya perubahan
transaksi antara masyarakat sejahtera dengan masyarakat prasejahtera. Jadi,
strategi penetapan harga yang berupa skiming price policy hanya berlaku untuk
masyarakat sejahtera, sedangkan untuk masyarakat prasejahtera menggunakan
strategi konversi harga (antara barang kerajinan dengan barang kebutuhan
pokok). Strategi pengembangan kedepan terkait harga adalah secara bertahap
memperbaiki strategi konversi harga agar sesuai dengan harga jual produk
kerajinan di pasar yang lebih luas.
c. Promotion (Promosi)
Strategi promosi yang dilakukan dalam usaha ini menggunakan media cetak
dan elektronik, dalam media cetak, perusahaan akan melakukan promosi pada
spanduk-spanduk di daerah-daerah di sekitar Ambarawa, sedangkan dalam
media elektronik, perusahaan akan melakukan promosi dengan cara
mempromosikan lewat sosial media. Karena tahapan awal usaha ini segmen
pasarnya adalah masyarakat di Kecamatan ambarawa, maka memang akan lebih
difokuskan promosi yang hanya menjangkau masyarakat sasaran tersebut.
Rencana pengembangan usaha dalam hal promosi adalah dengan
menggencarkan promosi seiring dengan berkembangnya daerah sasaran.
d. Place (Distribusi)
Terkait distribusi, maka pendistribusian produk juga dengan melihat daerah
sasaran, yaitu di Kecamatan Ambarawa. Perusahaan KERACENG nantinya akan
berbentuk sebuah bangunan gedung dalam menjalankan kegiatan operasional
perusahaan. Jadi, untuk masyarakat yang membutuhkan produk, harus
mendatangi langsung lokasi usaha. Namun terkait distribusi barang kerajinan
eceng Gondok yang diterima oleh perusahaan dari masyarakat prasejahtera,
produk tersebut, nantinya akan didistribusikan perusahaan kepada masyarakat
dan kepada mitra dagang yaitu para penjual kerajinan di Jawa Tengah, sehingga
dengan demikian akan terjadi rantai perputaran distribusi dalam hal produk
kerajinan eceng gondok.

Dalam kaitannya dengan pengembangan usaha, maka dalam jangka menengah


dan jangka panjang, perusahaan akan lebih menjangkau lebih banyak segmen pasar
dan memperbanyak mitra dagang.
8

7. Segmentasi Pasar

Dalam strategi pemasaran perlu adanya pemilihan dan penempatan produk agar
sesuai dengan peminatan pelanggan. Dalam kaitannya dengan produk berupa barang
kebutuhan pokok segmentasi pasarnya adalah seluruh masyarakat tanpa mengenal
usia dan jenis kelamin, sedangkan untuk produk kerajinan eceng gondok terdapat
perbedaan segmentasi pasar, berikut ini adalah tabel mengenai segmentasi pasar,
target dan posisi produk dalam pasar untuk produk kerajinan eceng gondok :

Produk Kerajinan Segmentasi Target Positioning


Tas Pri dan Wanita, Wisatawan, Unik dan
Usia 10-35 tahun keluarga, remaja Nyaman
Sandal Pri dan Wanita, Elegan, warna
Wisatawan,
Usia 10-45 tahun standar,
keluarga, remaja
nyaman
Dompet Pri dan Wanita, Wisatawan, Unik dan
Usia 10-40 tahun keluarga, remaja Nyaman
Vas Bunga Pri dan Wanita, Unik, estetik,
Keluarga, remaja
Usia 12-50 tahun inovatif
Wadah Tisu Pri dan Wanita, Unik dan
Keluarga, remaja
Usia 12-40 tahun estetik
Topi Pri dan Wanita, Unik, dinamis
Keluarga, remaja
Usia 12-30 tahun dan Nyaman
Taplak Pri dan Wanita, Unik, banyak
Keluarga, remaja
Usia 12-55 tahun versi, lucu
Tabel 3. Segmentasi Pasar

C. Rencana Produksi
1. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kerajinan adalah murni dari
tanaman eceng gondok yang telah dikeringkan dari Rawa Pening di Kecamatan
Ambarawa. Masyarakat secara mandiri akan mengolah dari mulai pengambilan,
hingga pembuatan barang dengan memperhatikan kriteria kualitas yang telah
ditetapkan FIRMA KERACENG. Sedangkan barang pokok yang akan dijual kepada
masyarakat merupakan bahan pokok yang dibeli dari perusahaan pemasok barang
pokok melalui dukungan pemerintah.
2. Alat atau Teknologi
Produk ini berupa kerajinan tangan yang tidak membutuhkan teknologi canggih
dalam pembuatannya. Masyarakat akan membuat produk ini secara manual dengan
alat yang sederhana, hanya saja membutuhkan pelataran yang cukup luas dengan
alas semem dalam proses pengeringan olahan tanaman eceng gondok. Dalam hal ini,
FIRMA KERACENG telah menyediakan pelataran untuk proses pengeringan dan
satu ruangan untuk menampung bahan baku serta memberikan fasilitas kepada
masyarakat yang kesulitan melaksanakan produksi.
9

3. Proses Produksi
Dalam pembuatan produk terdapat dua langkah yaitu mengolah tanaman eceng
gondok yang siap untuk dibuat menjadi kerajinan dan langkah kedua untuk
merubahnya menjadi kerajinan yang diinginkan. Dalam hal ini akan dipaparkan
bagaimana proses mengolah eceng gondok secara sederhana yang nantinya akan
dilaksanakan oleh masyarakat. Sebagai bahan kerajinan anyaman adalah hanya
tangkai daunnya saja, bagian tanaman lain yaitu akar, daun, tunas dan bunganya
dibuang.

4. Desain Produksi

Gambar 1. Desain Produksi

D. Rencana Sumber Daya Alam Dan Sumber Daya


Manusia 1. Perencanaan Sumber Daya Alam

Sumber Daya Alam dalam hal ini terkait dengan bahan baku. Bahan baku yang
digunakan dalam usaha ini adalah eceng gondok yang didapatkan pengepul Eceng
Gondok di Rawa Pening, Kecamatan Ambarawa. Berdasarkan teori penetapan
lokasi bisnis yang baik menurut, salah satunya menyebutkan bahwa “Usaha yang
baik adalah yang dekat dengan bahan baku”, maka usaha ini sudah sesuai dengan
teori tersebut, karena penempatan usahanya di Kecamatan Ambarawa, yang mana
daerah tersebut merupakan salah satu kecamatan yang di lingkupi area Rawa
Pening.

2. Perencanaan Sumber Daya Manusia


Dalam mengatasi persaingan yang semakin sengit di masa mendatang, maka
perlu dipersiapkan tim manajemen yang terdiri atas :

a. Manajer Produksi
b. Manajer Pemasaran

Pada jangka pendek “KERACENG”, sementara tim manajemen masih diambil


alih oleh pemilik dan satu orang karyawan. Pemilik akan menjabat sebagai direktur,
selain itu juga menjabat sebagai manajer produksi dan manajer pemsaran. Untuk staf
produksi dan staf pemasaran akan dikerjakan oleh satu orang karyawan. Untuk
jangka menengah dan jangka panjang, struktur organisasi KERACENG harus
1
0

memiliki bagian yang dipisahkan, hal ini dibutuhkan agar setiap pekerjaan dapat
dikerjakan dengan lebih efektif dan efisien. Bagan dibawah ini menunjukkan
struktur organisasi, dimana setiao bagian mulai dari produksi, keuangan, pemasaran
dan penjualan bertanggungjawab penuh kepada direktur. Bagian produksi dan
pemasaran, masing-masing akan dipimpin oleh satu orang yang bertugas sebagai
kepala bagian tersebut. Untuk bagian keuangan akan dikelola oleh satu orang yang
bertanggungjawab langsung kepada direktur.

Bagan 1. Struktur Perusahaan KERACENG

Secara keseluruhan, semua tenaga kerja KERACENG akan mendapatkan


kompensasi dan tunjangan sesuai dengan tingkatan tenaga kerja tersebut. Sistem
tersebut dirancang untuk meningkatkan efisiensi kerja demi mencapai tujuan yang
telah diterapkan. Terdapat dua reward yang direncanakan sebagai kompensasi dan
tunjangan kepada pekerja, reward yang pertama adalah kompensasi perupa gaji
bulanan tenaga kerja, reward yang kedua adalah kompensasi berupa bonus pada
akhir tahun.
Reward kedua yang dimaksud disini adalah Tunjangan Hari Raya dan bonus
yang akan dibagikan setiap akhir tahun, penentuan bonus dilihat dari pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Bila tujuan yang telah ditetapkan terpenuhi, maka akan
mendapatkan bonus sebesar 5 % dari total keuntungan bersih perusahaan yang
dibagi rata kepada seluruh karyawan. Untuk pembagiannya, bonus akan diberikan
pada akhir bulan Januari setiap tahunnya. Tunjangan Hari Raya akan diberikan
sebesar satu kali gaji pokok sesuai dengan posisi masing-masing karyawan. Selain
reward, perusahaan juga menetapkan punishment bagi semua karyawan. Punishment
diberikan juga berbeda-beda, mulai dari pemotongan gaji sampai dengan Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK).

E. Rencana Pengembangan Usaha


Tahap-tahap Pengembangan Usaha

Dalam tahapan pengembangan usaha, KERACENG akan melalukan pembagian


pengembangan bisnis dalam beberapa level yang dapat dicapai ketika memenuhi
beberapa kriteria tertentu.
a. Level 1 : Pengembangan usaha dalam level ini adalah berupa penambahan
daerah sasaran yaitu pada daerah yang dilintasi Kawasan Rawapening yaitu
penambahan lokasi perusahaan pada Kecamatan Bawen. Pengembangan produk
pada level ini adalah dengan penambahan kuantitas pada prosuk berupa barang
11

kebutuhan pokok dan aka nada penambahan kontinuitas dalam promosi,


khususnya melalui penyebaran spanduk-spanduk dan balliho di sekitar
Ambarawa.
b. Level 2 : Pengembangan usaha dalam level ini adalah berupa penambahan
daerah sasaran yaitu pada daerah yang dilintasi Kawasan Rawapening yaitu
penambahan lokasi perusahaan pada Kecamatan Tuntang. Pengembangan
produk pada level ini adalah dengan penambahan kuantitas pada produk berupa
barang kebutuhan pokok dan pengembangan inovasi bentuk produk pada barang
kerajinan eceng gondok. Dalam kaitannya dengan promosi, akan ada
penambahan kontinuitas dalam promosi, khususnya melalui penyebaran
spanduk-spanduk dan balliho serta penyebaran melalui media sosial, terkait
mitra dagang pula, akan dilakukan hubungan kerjasama dengan lebih banyak
mitra dagang.
c. Level 3 : Dalam level 3 ini, akan direncanakan berupa pengembangan usaha
yang mana aka nada penambahan segmen pasar tidak hanya di Kecamatan
Ambarawa saja, namun juga di daerah lain yang dekat dengan kawasan Rawa
Pening, yaitu Banyubiru. Jadi, dalam tahapan level ke-3 ini, diharapkan
perushaan CRAFT ON sudah terdapat di 4 Kecamatan yaitu di Kecamatan
Ambarawa, Kecamatan Bawen, Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Banyubiru.
Pengembangan produk pada level ini adalah dengan penambahan kuantitas pada
produk berupa barang kebutuhan pokok dan akan ada penambahan kontinuitas
dalam promosi, khususnya melalui penyebaran spanduk-spanduk dan balliho di
sekitar Ambarawa. Terkait mitra dagang pula, akan dilakukan hubungan
kerjasama dengan lebih banyak mitra dagang.

F. Pembahasan
1. Gambaran Daerah Sasaran

Pasar utama dalam perusahaan ini direncanakan pada awal pendirian adalah
masyarakat Kecamatan Ambarawa, hal tersebut dikarenakan di kawasan Amsarawa
terdapat permasalahan terkait Limbah Eceng Gondok yang tidak diotimalkan, dan
daerah Kabupaten Semarang yang salah satunya dalah Ambarawa merupakan
termasuk daerah dengan masyarakat prasejahtera yang jumlahnya banyak. Untuk
itu, usaha dengan basis sociopreneurship dengan pemanfaatan eceng gondok ini
cocok didirikan di kawasan tersebut.

2. Tahapan Pendirian Bisnis


a. Langkah Persiapan Usaha
 Riset Usaha

Riset Usaha dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan


masyarakat sasaran, dan dikarenakan konsep usaha yang akan didirikan ini
adalah usaha sociopreneurship, maka selain riset dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui keadaan pasar, juga dilakukan untuk mencari masalah dan
melakukan penyelesaian berupa pemberian solusi terhadap masalah yang ada.
12

Setelah dilakukan riset, maka penulis memilih mendirikan usaha di Kecamatan


Ambarawa dengan dilatarbelakangi adanya isu ekonomi berupa kemiskinan
masyarakat dan isu lingkungan berupa limbah eceng gondok yang tidak
dioptimalkan pemanfaatnannya.
 Perijinan

Karena Usaha ini adalah usaha Firma, maka dalam tahapan perijinan,
terlebih dahulu harus membuatbakta otentik, setelah akta otentik dibuat, maka
harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dimana firma tersebut
berkedudukan dab kemudian akta pendirian tersebut harus diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia.

 Pendataan dan Sosialisasi kepadaMasyarakat

Tahapan ini terkait dengan masyarakat sasaran. Masyarakat sasaran dalam


berjalannya dibagi menjadi 2, yaitu masyarakat sejahtera dan masyarakat
prasejahtera. Untuk masyarakat sejahtera dalam pembelian produk
menggunakan uang, sedangkan untuk masyarakat prasejahtera dalam membeli
produk menukarnya dengan barabg hasil kerajinan eceng gondok (barter).
Untuk itu maka sebelum pendiriannya, perlu dilakukan pendataan dan
sosialisasi terlebih dahulu kepada seluruh masyarakat, agar tidak terjadi miss
communication dalam berlajannya bisnis. Dikarenakan terdapat perbedaan dari
segi konsumen itu pula maka perlu dibuatkan sebuah identitas khusus kepada
masyarakat prasejahtera berupa Kartu Tanda Masyarakat Prasejahtera yang
digunakan sebagai kartu yang wajib dibawa saat melakukan transaksi.

 Pelatihan Pembuatan Kerajinan eceng Gondok

Sebagai bentuk tanggungjawab sosial perusahaan yang berbasis


sociopreneurship, maka dalam tahapan perencanaan, juga perlu dilakukan
pelatihan skill kepada masyarakat prasejahtera untuk membuat kerajinan eceng
gondok, yang nantinya digunakan sebagai alat tukar dalam membeli produk
dalam KERACENG.

 Perekrutan

Dalam tahapan perekrutan, perusahaan Akan melakukan perekrutan


karyawan yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh perusahaan.

b. Langkah Pemasaran
Langkah berikutnya yaitu tahapan pelaksanaan yang dalam hal ini adalah
disebut dengan pemasaran, yang mana dalam tahapan pemasaran, ada 4 hal yang
perlu diperhatikan, atau lebih sering dikenal dengan istilah Marketing Mix, yang
dalam KERACENG , strategi Marketing Mix itu adalah sebagai berikut :

 Product : Berupa barang kebutuhan pokok dan barang kerajinan


eceng gondok.
13

 Price : Menggunakan strategi Skimming Price Policy, yaitu


menyesuaikan harga pasar
 Promotion : Dilakukan melalui media cetak dan ekeltronik, media
cetak menggunakan spanduk dan balliho, media
elektronik menggunakan media sosial
 Place : Produk berupa barang kebutuhan pokok langsung
didistribuskan kepada konsumen akhir yaitu masyarakat,
sedangkan produk berupa barang kebutuhan pokok
didistribusikan kepada masyarakat dan mitra dagang.
c. Analisis SWOT
 Strength (Kekuatan)
 Kedekatan dengan lokasi bahan baku
 Konsep perusahaan yang unik

 Adanya 3 manfaat yang didapatkan dari pendirian usaha ini, yaitu manfaat
ekonomi, sosial dan lingkungan.
 Weakness (Kelemahan)
Perlunya waktu yang cukup panjang dalam tahapan perencanaan
pendirian usaha, karena ada tahapan pelatihan pembuatan kerajinan eceng
gondok terlebih dahulu kepada masyarakat prasejahtera.
 Opportunity (Peluang)
 Belum ada perusahaan sejenis dalam pasar, sehingga terdapat sedikit
persaingan.

 Sebagai satu-satunya bisnis berbasis sociopreneurship di


Kabupaten Semarang sehingga akan mudah mendapat dukungan dari
pemerintah.
 Threat (Hambatan)
 Potensi munculnya bisnis baru yang sama.
Dari analisis menggunakan SWOT tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa aspek Kekuatan dan Peluang, memiliki porsi yang dominan daripada
Kelemahan dan Hambatannya, untuk itu, maka usaha ini pantas untuk
didirikan dan dikembangkan di Kecamatan Ambarawa.

G. Anggaran Biaya dan Potensi Keuntungan

Berikut ini adalah anggaran biaya dalam FIRMA KERACENG yang mempunyai
kegiatan jual beli bahan pokok sebagai bentuk mengentaskan kemiskinan dan produk
utama berupa eceng gondok untuk memaksimalkan profit.
1
4

FIRMA KERACENG

Rencana Anggaran Biaya Pendirian

Uraian (Rupiah)
No Keterangan
Volume Satuan Jumlah
Pemasukan
1 Bantuan Pemerintah 75.000.000 75.000.000
2 Sumbangan 15.000.000 15.000.000
3 Modal sendiri 6.500.000 6.500.000
Total Pemasukan 96.500.000

Biaya Tetap
1 Pembangunan Gedung 1 60.000.000 60.000.000
Peralatan Penunjang
2 Komputer 1 2.500.000 2.500.000
3 Rak 4 1.000.000 4.000.000
4 Kartu Miskin 2000 3.000 6.000.000
Biaya Variabel
6 PembelianProduk Bahan 10.000.000 10.000.000
Pokok
Biaya Lain-lain
7 Pengurusan Regulasi 2.000.000 2.000.000
8 Sosialisasi 5.000.000 5.000.000
9 Pelatihan 5.000.000 5.000.000
10 Transportasi 2.000.000 2.000.000

Total Biaya 96.500.000


Tabel 4. Rencana Anggaran Biaya Pendirian

Total biaya tersebut merupakan jumlah dana yang akan dihabiskan dari awal
pembentukan hingga FIRMA KERACENG ini mulai berjalan bisnisnya. Biaya diatas
merupakan salah satu bentuk investasi untuk menghasilkan profit yang lebih besar jika
kegiatan operasi telah berjalan. Proyeksi keuntungan FIRMA KERACENG untuk tahun
pertama ditargetkan dalam tabel harapan keuntungan dari hasil penjualan kerajinan
eceng gondok.

FIRMA KERACENG
Proyeksi Keuntungan
Tahun Pertama
Uraian (Rupiah)
Keterangan
1 2 3
Pendapatan
Penjualan 1.285.200.000
Retur Penjualan (53.000.000)
Penjualan Kotor 1.232.200.000
15

HPP (856.000.000)
Penjualan Bersih 376.200.000

Biaya-biaya
Biaya Gaji 60.000.000
Biaya Penyusutan 20.000.000
Biaya Iklan 10.000.000
Biaya Pengiriman 15.000.000
Biaya Listrik, Air, Telepon 12.000.000
Biaya Pemeliharaan 5.000.000
Biaya Pengepakan 10.000.000
Biaya Asuransi 5.000.000
Biaya Lain-lain 12.000.000
Total Biaya-biaya (149.000.000)
Laba Bersih Sebelum Pajak 227.200.000
Pph (25%) (56.800.000)

Laba Bersih 170.400.000

Pada tahun pertama, ditargetkan produk terjual setiap harinya. Dengan spesifikasi
barang yang terjual adalah sebagai berikut :

Produk Kerajinan Target


Penjualan/ Per Tahun
Penjualan/ Harga Jual
Hari (360 hari) (Rp)
hari
Tas 20 50.000 1.000.000 360.000.000
Sandal 15 15.000 225.000 81.000.000
Dompet 15 18.000 270.000 97.200.000
Vas Bunga 15 45.000 675.000 243.000.000
Wadah Tisu 15 20.000 300.000 108.000.000
Topi 20 25.000 500.000 180.000.000
Taplak Eceng
15 40.000 600.000 216.000.000
Gondok
Total 1.285.200.000

Dari total proyeksi laba yang diperoleh pada tahun pertama, maka akan dialokasikan
untuk pos-pos berikut ini :

Keterangan Keterangan (Rupiah)


Laba Bersih 170.400.000

Alokasi
Laba Ditahan 85.200.000
Distribusi Pemilik 42.600.000
Corporate Social Responsibility (CSR)/ Pengabdian
21.300.000
di Ambarawa
Pemberian Bantuan Kurang Mampu 21.300.000
16

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2017. Visi Indonesia 2045. Jakarta :


Bappenas

Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. 2016. Kondisi Geografis Jawa Tengah 2016.
www.bps.jateng.go.id. Diakses pada tanggal 26 Mei 2018, pukul 20.50 WIB.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang. 2016. Jumlah Angka Kemiskinan


Kabupaten Semarang Menurut Kecamatan 2014-2016.
https://semarangkab.bps.go.id/ diakses pada tanggal 26 Mei 2018, pukul 19.00
WIB.

Liputan6. 2016. Serangan Eceng Gondok di Rawapening.


http://regional.liputan6.com/read/2642534/serangan-eceng-gondok-di-rawa-
pening diakses pada tanggal 26 Mei 2018, pukul 16.39 WIB.

Kompas. 2017. Jawa Tengah sebagai Prioritas Mencapai Indonesia Emas 2045.
http://kompasnews.com/read/24156/jawa-tengah-sebagai-prioritas-mencapai-
indonesia-emas-2045 diakses pada tanggal 26 Mei 2018, pukul 21.05 WIB.

Pemerintah Jawa Tengah. 2017. Kebijakan Pemerataan Ekonomi Dalam Rangka


Menurunkan Kemiskinan. Semarang : Pemprov Jateng.

Jurnal Manajemen. 2016. Strategi Pemasaran. Diakses pada laman


http://jurnalmanajemen.com/strategi-pemasaran/ Pada 31 Agustus 2018 Pukul
09:00 WIB.
17

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Wilayah Kecamatan Ambarawa


18

Lampiran 2. Gambaran Umum Gulma Eceng Gondok di Danau Rawa Pening


19

Lampiran 3. Gambaran Hasil Kerajinan Eceng Gondok

Anda mungkin juga menyukai