Sociopreneur
Disusun oleh :
Ringkasan Usaha..................................................................................................................................iv
Pendahuluan...........................................................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15
LAMPIRAN..........................................................................................................................................16
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
KERACENG : ALTERNATIF SOCIOPRENEUR SEBAGAI STRATEGI
PENUNTASAN KEMISKINAN DI KECAMATAN AMBARAWA
ABSTRAK
Indonesia Emas 2045 merupakan impian besar bangsa yang maju, unggul dan mampu
menyelesaikan permasalahan. Salah satu komponen yang hendak dicapai adalah
pembangunan jangka panjang atau dikenal Sustainable Development Goal’s. Dalam
perencanaannya, SDGs menargetkan pada penurunan angka kemiskinan masyarakat.
Peningkatan ekonomi dapat diusahakan melalui pemanfaatan potensi lokal di masing-
masing daerah. Hal ini tentunya memerlukan peran dari semua komponen masyarakat
baik pemerintah, pengusaha, maupun pemuda aktif. Adanya bonus demografi Indonesia,
menjadi peluang yang sangat baik bagi negara khususnya dalam bidang wirausaha.
Pemuda usia produktif mempunyai semangat kerja yang tinggi dan pemikiran yang
inovatif. Di Kecamatan Ambarawa Provinsi Jawa Tengah terdapat permasalahan berupa
tumbuhan eceng gondok yang hampir sebagian Rawa Pening, sehingga hal ini
mengganggu nelayan yang berlayar. Eceng gondok yang tidak dimanfaatkan tersebut
merupakan permasalahan utama dalam karya tulis ini. Sebenarnya tumbuhan eceng
gondok tersebut dapat dimanfaatkan menjadi sebuah kerajinan kreatif yang bernilai jual
tinggi. Peluang untuk dijadikan alternatif sociopreneur dalam rangka menuntaskan
kemiskinan ini semakin kuat dengan adanya para pengrajin eceng gondok di Kecamatan
Ambarawa. Hadirnya perusahaan ini merupakan rencana bisnis besar berbasis sosial
kemasyarakatan. Rencana bisnis ini didesain berbentuk firma yang dipimpin oleh 2
orang. Produknya berupa barang kebutuhan pokok dan kerajinan eceng gondok
berbentuk tas, sandal, dompet, vas bunga dan kerajinan lainnya. Dalam pelaksanaannya
bekerja sama dengan pihak pemerintah, partner bisnis kerajinan, pengrajin eceng
gondok serta akademisi. Tujuan adanya rencana bisnis ini adalah menuntaskan
kemiskinan melalui sistem barter kerajinan eceng gondok dengan kebutuhan pokok bagi
warga prasejahtera. Kemudian lembaga bisnis ini akan menjual kepada perusahaan
kerajinan di Jawa Tengah. Keuntungan dari penjualan tersebut juga akan diputar
kembali untuk pembangunan ekonomi dan sebagai modal program ini. Rencana bisnis
ini disusun dengan dukungan data dari sumber literasi seperti jurnal, makalah, buku,
karya tulis, artikel dan sebagainya sebagai bukti keabsahannya. Hasil menyimpulkan
bahwa KERACENG berorientasi pada profit untuk kepentingan sosial sehingga untuk
kedepannya akan berdampak pada peningkatan perekonomian di Kecamatan
Ambarawa.
iv
1
PENDAHULUAN
Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi yang luas, luas Jawa Tengah yaitu
2
32.548 Km (BPS Jawa Tengah, 2017). Meskipun Jawa Tengah merupakan
provinsi yang luas, namun penyebaran pembangunan ekonominya belum merata,
hal tersebut dibuktikan dari data yang dilansir dari Surat Kabar Tribun Jateng,
yang menyatakan bahwa masih ada 15 Kabupaten di Jawa Tengah yang masuk
kategori miskin, yaitu Kabupaten Magelang, Boyolali, Kebumen, Grobogan, Blora, Pati,
Rembang, Demak, Kabupaten Semarang, Kendal, Batang, Pemalang, Brebes, Cilacap
dan Purbalingga. (Tribunnews Jateng, 2016).
Hal tersebut seharusnya dapat segera diatasi mengingat Jawa Tengah saat ini
menjadi salah satu provinsi yang diprioritaskan dalam menunjang Indonesia Emas pada
tahun 2045 (Koran Kompas, 2017). Adapun yang menjadi pilar visi dalam mewujudkan
Indonesia emas ada 4, yang salah satunya di bidang ekonomi yaitu pembangunan
ekonomi berkelanjutan (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2016). Salah satu
hal yang perlu di benahi dalam hal Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan adalah dalam
hal pengentasan kemiskinan yang dapat dicapai dengan indikator ekonomi kreatif. Salah
satu bentuk ekonomi kreatif adalah pemanfaatan potensi lokal yang dikembangkan
menjadi produk unggulan daerah, hal ini dapat meningkatkan perekonomian daerah
tersebut. Adanya bonus demografi Indonesia memiliki jumlah penduduk usia produktif
jauh melebihi usia nonproduktif (kurang dari 15 tahun dan diatas 64 tahun) (Rusli,
Toersilaningsih, Meirida, Kurniawan, & Setiawan, 2015). Hal ini menjadi peluang yang
sangat baik bagi negara khususnya dalam bidang wirausaha. Pemuda usia produktif
mempunyai semangat kerja yang tinggi dan pemikiran yang inovatif.
A. Deskripsi Usaha
1. Selayang Pandang Usaha
Usaha yang didirikan merupakan jenis Firma, yaitu persekutuan dagang antara
dua orang atau lebih dengan memakai nama bersama. Alasan dipilihnya jenis usaha
tersebut adalah karena dalam penyertaan modal, merupakan akumulasi dari modal
antara dua orang, alasan lainnya adalah karena untuk mendirikan firma tidak
membutuhkan modal yang terlalu besar. Adapun nama dari perusahaan yang akan
didirikan adalah “KERACENG”. Perusahaan tersebut akan didirikan di Kecamatan
Ambarawa, Kabupaten Semarang. Dalam berdirinya, akan menerapkan konsep
sociopreneurship atau kewirausahaan sosial, yang mana orientasi utamanya adalah
untuk pemberdayaan kepada masyarakat dan menyelesaikan masalah sosial ekonomi
masyarakat. Produk yang dijual adalah produk kerajinan eceng gondok dan barang
kebutuhan pokok.
Segmen pasar dari perusahaan ini adalah masyarakat Kecamatan Ambarawa, dan
dalam penentuan segmen kepada masyarakat Ambarawa, juga dibagi menjadi dua
segmen lagi, yaitu masyarakat sejahtera dan masyarakat belum sejahtera. Dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat sejahtera.
Dari diagram tersebut, dapat dilihat bahwa khusus untuk masyarakat sejahtera,
dalam melakukan transaksi dalam perusahaan, dilakukan seperti pada transaksi pada
umumnya, yaitu menukarkan sejumlah uang ke perusahaan, untuk mendapatkan
3
sejumlah produk.
Dari diagram tersebut, dapat dilihat bahwa khusus untuk masyarakat
prasejahtera, dalam melakukan transaksi dalam perusahaan, dilakukan secara barter,
yaitu masyarakat membawa hasil kerajinan eceng gondok yang telah diproduksi,
untuk ditukarkan kepada produk yang dijual pada perusahaan. Dari kegiatan
transaksi barter inilah, konsep sociopreneurship diwujudkan. Pengimplementasian
konsep Sociopreneurship selain melalui kegiatan barter, juga dilakukan dengan
adanya tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), yaitu
dengan menganggarkan laba perusahaan untuk membantu kegiatan sosial dan
ekonomi masyarakat sekitar, seperti bantuan beasiswa kepada peserta didik SD dan
SMP, pemberian bantuan kepada pemerintah untuk pembangunan infrastruktur, dan
tentunya pemberdayaan kepada masyarakat prasejahtera untuk mengolah limbah
eceng gondok menjadi kerajinan yang bernilai ekonomis sehingga akan mengasah
skill dan menambah penghasilan mereka.
2. Visi dan Misi Usaha
3. Prospek Usaha
peluang usaha untuk dikembangkan menjadi besar, karena akan banyak masyarakat
prasejahtera yang dimudahkan dalam memperoleh barang kebutuhan pokok, dan
salah satu visi dari perusahaan ini adalah untuk mengurangi kemiskinan melalui
peningkatan kesejahteraan.
B. Rencana Pemasaran
1. Target Konsumen
Secara spesifik, bisnis ini mempunyai dua kegiatan jual beli yang berasal dari
masyarakat dan kepada perusahaan kerajinan. Konsumen pertama adalah
masyarakat Kecamatan Ambarawa khususnya warga prasejahtera, yang nantinya
akan membuat kerajinan tangan dari eceng gondok sesuai dengan kreatifitasnya,
dengan tetap memperhatikan kriteria kualitas yang telah ditetapkan oleh
KERACENG. Warga prasejahtera akan diberi pelatihan sebelumnya terkait
bagaimana membuat kerajinan, spesifikasi produk, dan kualitas yang harus
ditonjolkan pada produk. Kemudian warga akan menjualnya kepada KERACENG
dengan sistem barter untuk mendapatkan kebutuhan pokok seperti beras, gula,
garam dan lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk meringankan beban kebutuhan
pokok para warga prasejahtera hanya dengan keterampilan membuat kerajinan
tangan dengan bahan eceng gondok yang telah tersedia di Rawa Pening tersebut.
Secara umum konsumen terakhir dari produk ini adalah masyarakat yang
biasanya membutuhkan perabotan rumah unik dan aksesoris seperti keajinan eceng
gondok ini. Konsumen kedua adalah perusahaan kerajinan di Jawa Tengah, seperti
toko retail, pusat oleh-oleh dan perusahaan dagang perabotan rumah. Bisnis ini akan
memulai kerjasama terlebih dahulu dengan bertindak sebagai pemasok barang bagi
perusahaan-perusahaan tersebut. Manfaat berkerjasama dengan KERACENG adalah
mereka mendapatkan produk asli langsung dengan harga produsen pertama,
sehingga mereka dapat menjualnya dengan harga lebih mahal namun tidak melebihi
harga pasar.
2. Wilayah Pemasaran
Tengah, secara konsep wilayah yang dimaksud dalam hal ini adalah seluruh
perusahaan yang menjadi target konsumen. Lebih khusus lagi akan memprioritaskan
bekerjasama dengan perusahaan yang bertempat di area wisata yang menjual produk
khas daerah dan oleh-oleh, sehingga produk akan mudah dikenal masyarakar
maupun wisatawan.
3. Cara Pendistribusian
Dalam hal pendistribusia, karena terdapat dua jenis produk yang dijual, yang
pertama adalah barang kebutuhan pokok yang langsung didistribusikan ke
masyarakat/konsumen akhir dan sebagai perusahaan pemasok kerajinan tangan,
KERACENG akan mengirimkan produk kerajinan tangan kepada perusahaan
partner menggunakan mobil khusus yang telah disediakan perusahaan. Prinsip
pengiriman produk akan menyesuaikan permintaan dari partner, sehingga
diperlukan tim khusus distributor yang terbagi menjadi 3 wilayah di Jawa tengah
yaitu Semarang, Surakarta, Purbalingga, Tegal, dan Kebumen. Tim distributor akan
mengirimkan produk kepada daerah tersebut dan sekitarnya dengan syarat order
minimal 10 hari sebelum pengiriman.
4. Situasi Persaingan
Banyaknya perusahaan dagang dengan kualitas pabrik luar negeri merupakan
salah satu ancaman bagi kERACENG dalam memasarkan barang. Sebagian
masyarakat cenderung lebih memilih aksesoris mahal dan mewah buatan luar negeri
tanpa memperhatikan nilai esensial dari produk tersebut. Terlebih lagi perusahaan
manufaktur dengan produk yang sama dengan bisnis ini, akan menjadi tantangan
dalam memberikan pelayanan dan kualitas produk kepada perusahaan partner.
Namun CRAFT ON telah menyiapkan berbagai solusi dan strategi untuk menembus
pasar yaitu menjadi pemasok produk yang berkualitas, mendapat dukungan dari
pemerintah, mengutamakan kepuasan perusahaan partner dan ramah lingkungan.
FIRMA KERACENG mempunyai dua produk yaitu kebutuhan pokok yang akan
dijual kepada masyarakat prasejahtera dengan sistem barter dan kerajinan eceng
gondok buatan masyarakat dan pemuda yang akan dijual kepada perusahaan partner.
Harga barang pokok tersebut disesuaikan dengan harga bahan kebutuhan pokok
27 Agustus 2018 di Pasar Ir Soekarno Sukoharjo dari Dinas perdagangan Koperasi
dan UMKM Sukoharjo. Harga beli merupakan harga dimana KERACENG membeli
dari perusahaan bahan pokok dari modal sendiri dan bantuan pemerintah.
Sedangkan nilai barter adalah nilai konversi harga jual kepada warga prasejahtera
menggunakan sistem barter dengan kerajinan eceng gondok.
Nilai barter merupakan harga kerajinan pokok yang dibuat oleh masyarakat
sebagai bentuk nilai konversi harga. Sebagai contoh jika salah seorang warga
membawa kerajinan sandal maka dapat memperoleh barter 1 kg beras, satu buah
sandal maka memperoleh 1 kg gula dan seterusnya. Sedangkan harga jual
merupakan nilai yang akan ditawarkan kepada perusahaan partner. Sehingga dalam
hal ini nilai barter kebutuhan pokok merupakan harga pokok penjualan (HPP) dari
produk kerajinan tersebut.
6. Strategi Pemasaran
Strategi pemsaran yang akan diterapkan dalam perusahaan ini adalah dengan
menerapkan Marketing Mix, berdasarkan 4P yaitu (Product, Price, Promotion and
Place), untuk strategi marketing mix tersebut, akan dijelaskan berikut ini ;
a. Product (Produk)
Produk awal yang akan diperjual belikan dalam perusahaan ini adalah berupa
dua macam produk, yaitu barang kebutuhan pokok dan barang kerajinan eceng
gondok. Adapun secara spesifik, produk kebutuhan pokok yang dimaksud
adalah seperti diantaranya : beras, gula, minyak dan kebutuhan pokok lainnya
sebagaimana disebutkan sebelumnya. Sedangkan secara spesifik, prosuk
kerajinan eceng gondok yang dimaksud adalah : Tas, sandal, dompet, vas bunga,
wadah tissue, topi dan taplak meja. yang mana bahan bakunya adalah limbah
eceng gondok. Dalam kaitannya dengan pengembangan usaha, maka dalam
jangka menengah dan jangka panjang, akan selalu dilakukan inovasi-inovasi
terhadap kebaruan produk, yaitu berupa penambahan kuantitas barang
kebutuhan pokok yang dijual dan menambah inovasi bantuk terhadap barang
kerajinan eceng gondok yang mana itu berarti perlu dilakukan pelatihan lanjutan
kepada masyarakat prasejahtera untuk selalu membuat inovasi produk kerajinan
eceng gondok, agar dapat ditukarkan dalam perusahaan.
7
b. Price (Harga)
Strategi harga yang diterapkan dalam perusahaan ini yaitu mengikuti harga
pasar pada umumnya, atau dikenal dengan sebutan skimming price policy,
tujuannya adalah untuk menjangkau harga beli dari konsumen. Dalam penerapan
harga, yang perlu digaris bawahi dalam hal ini adalah terkait adanya perubahan
transaksi antara masyarakat sejahtera dengan masyarakat prasejahtera. Jadi,
strategi penetapan harga yang berupa skiming price policy hanya berlaku untuk
masyarakat sejahtera, sedangkan untuk masyarakat prasejahtera menggunakan
strategi konversi harga (antara barang kerajinan dengan barang kebutuhan
pokok). Strategi pengembangan kedepan terkait harga adalah secara bertahap
memperbaiki strategi konversi harga agar sesuai dengan harga jual produk
kerajinan di pasar yang lebih luas.
c. Promotion (Promosi)
Strategi promosi yang dilakukan dalam usaha ini menggunakan media cetak
dan elektronik, dalam media cetak, perusahaan akan melakukan promosi pada
spanduk-spanduk di daerah-daerah di sekitar Ambarawa, sedangkan dalam
media elektronik, perusahaan akan melakukan promosi dengan cara
mempromosikan lewat sosial media. Karena tahapan awal usaha ini segmen
pasarnya adalah masyarakat di Kecamatan ambarawa, maka memang akan lebih
difokuskan promosi yang hanya menjangkau masyarakat sasaran tersebut.
Rencana pengembangan usaha dalam hal promosi adalah dengan
menggencarkan promosi seiring dengan berkembangnya daerah sasaran.
d. Place (Distribusi)
Terkait distribusi, maka pendistribusian produk juga dengan melihat daerah
sasaran, yaitu di Kecamatan Ambarawa. Perusahaan KERACENG nantinya akan
berbentuk sebuah bangunan gedung dalam menjalankan kegiatan operasional
perusahaan. Jadi, untuk masyarakat yang membutuhkan produk, harus
mendatangi langsung lokasi usaha. Namun terkait distribusi barang kerajinan
eceng Gondok yang diterima oleh perusahaan dari masyarakat prasejahtera,
produk tersebut, nantinya akan didistribusikan perusahaan kepada masyarakat
dan kepada mitra dagang yaitu para penjual kerajinan di Jawa Tengah, sehingga
dengan demikian akan terjadi rantai perputaran distribusi dalam hal produk
kerajinan eceng gondok.
7. Segmentasi Pasar
Dalam strategi pemasaran perlu adanya pemilihan dan penempatan produk agar
sesuai dengan peminatan pelanggan. Dalam kaitannya dengan produk berupa barang
kebutuhan pokok segmentasi pasarnya adalah seluruh masyarakat tanpa mengenal
usia dan jenis kelamin, sedangkan untuk produk kerajinan eceng gondok terdapat
perbedaan segmentasi pasar, berikut ini adalah tabel mengenai segmentasi pasar,
target dan posisi produk dalam pasar untuk produk kerajinan eceng gondok :
C. Rencana Produksi
1. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kerajinan adalah murni dari
tanaman eceng gondok yang telah dikeringkan dari Rawa Pening di Kecamatan
Ambarawa. Masyarakat secara mandiri akan mengolah dari mulai pengambilan,
hingga pembuatan barang dengan memperhatikan kriteria kualitas yang telah
ditetapkan FIRMA KERACENG. Sedangkan barang pokok yang akan dijual kepada
masyarakat merupakan bahan pokok yang dibeli dari perusahaan pemasok barang
pokok melalui dukungan pemerintah.
2. Alat atau Teknologi
Produk ini berupa kerajinan tangan yang tidak membutuhkan teknologi canggih
dalam pembuatannya. Masyarakat akan membuat produk ini secara manual dengan
alat yang sederhana, hanya saja membutuhkan pelataran yang cukup luas dengan
alas semem dalam proses pengeringan olahan tanaman eceng gondok. Dalam hal ini,
FIRMA KERACENG telah menyediakan pelataran untuk proses pengeringan dan
satu ruangan untuk menampung bahan baku serta memberikan fasilitas kepada
masyarakat yang kesulitan melaksanakan produksi.
9
3. Proses Produksi
Dalam pembuatan produk terdapat dua langkah yaitu mengolah tanaman eceng
gondok yang siap untuk dibuat menjadi kerajinan dan langkah kedua untuk
merubahnya menjadi kerajinan yang diinginkan. Dalam hal ini akan dipaparkan
bagaimana proses mengolah eceng gondok secara sederhana yang nantinya akan
dilaksanakan oleh masyarakat. Sebagai bahan kerajinan anyaman adalah hanya
tangkai daunnya saja, bagian tanaman lain yaitu akar, daun, tunas dan bunganya
dibuang.
4. Desain Produksi
Sumber Daya Alam dalam hal ini terkait dengan bahan baku. Bahan baku yang
digunakan dalam usaha ini adalah eceng gondok yang didapatkan pengepul Eceng
Gondok di Rawa Pening, Kecamatan Ambarawa. Berdasarkan teori penetapan
lokasi bisnis yang baik menurut, salah satunya menyebutkan bahwa “Usaha yang
baik adalah yang dekat dengan bahan baku”, maka usaha ini sudah sesuai dengan
teori tersebut, karena penempatan usahanya di Kecamatan Ambarawa, yang mana
daerah tersebut merupakan salah satu kecamatan yang di lingkupi area Rawa
Pening.
a. Manajer Produksi
b. Manajer Pemasaran
memiliki bagian yang dipisahkan, hal ini dibutuhkan agar setiap pekerjaan dapat
dikerjakan dengan lebih efektif dan efisien. Bagan dibawah ini menunjukkan
struktur organisasi, dimana setiao bagian mulai dari produksi, keuangan, pemasaran
dan penjualan bertanggungjawab penuh kepada direktur. Bagian produksi dan
pemasaran, masing-masing akan dipimpin oleh satu orang yang bertugas sebagai
kepala bagian tersebut. Untuk bagian keuangan akan dikelola oleh satu orang yang
bertanggungjawab langsung kepada direktur.
F. Pembahasan
1. Gambaran Daerah Sasaran
Pasar utama dalam perusahaan ini direncanakan pada awal pendirian adalah
masyarakat Kecamatan Ambarawa, hal tersebut dikarenakan di kawasan Amsarawa
terdapat permasalahan terkait Limbah Eceng Gondok yang tidak diotimalkan, dan
daerah Kabupaten Semarang yang salah satunya dalah Ambarawa merupakan
termasuk daerah dengan masyarakat prasejahtera yang jumlahnya banyak. Untuk
itu, usaha dengan basis sociopreneurship dengan pemanfaatan eceng gondok ini
cocok didirikan di kawasan tersebut.
Karena Usaha ini adalah usaha Firma, maka dalam tahapan perijinan,
terlebih dahulu harus membuatbakta otentik, setelah akta otentik dibuat, maka
harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dimana firma tersebut
berkedudukan dab kemudian akta pendirian tersebut harus diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia.
Perekrutan
b. Langkah Pemasaran
Langkah berikutnya yaitu tahapan pelaksanaan yang dalam hal ini adalah
disebut dengan pemasaran, yang mana dalam tahapan pemasaran, ada 4 hal yang
perlu diperhatikan, atau lebih sering dikenal dengan istilah Marketing Mix, yang
dalam KERACENG , strategi Marketing Mix itu adalah sebagai berikut :
Adanya 3 manfaat yang didapatkan dari pendirian usaha ini, yaitu manfaat
ekonomi, sosial dan lingkungan.
Weakness (Kelemahan)
Perlunya waktu yang cukup panjang dalam tahapan perencanaan
pendirian usaha, karena ada tahapan pelatihan pembuatan kerajinan eceng
gondok terlebih dahulu kepada masyarakat prasejahtera.
Opportunity (Peluang)
Belum ada perusahaan sejenis dalam pasar, sehingga terdapat sedikit
persaingan.
Berikut ini adalah anggaran biaya dalam FIRMA KERACENG yang mempunyai
kegiatan jual beli bahan pokok sebagai bentuk mengentaskan kemiskinan dan produk
utama berupa eceng gondok untuk memaksimalkan profit.
1
4
FIRMA KERACENG
Uraian (Rupiah)
No Keterangan
Volume Satuan Jumlah
Pemasukan
1 Bantuan Pemerintah 75.000.000 75.000.000
2 Sumbangan 15.000.000 15.000.000
3 Modal sendiri 6.500.000 6.500.000
Total Pemasukan 96.500.000
Biaya Tetap
1 Pembangunan Gedung 1 60.000.000 60.000.000
Peralatan Penunjang
2 Komputer 1 2.500.000 2.500.000
3 Rak 4 1.000.000 4.000.000
4 Kartu Miskin 2000 3.000 6.000.000
Biaya Variabel
6 PembelianProduk Bahan 10.000.000 10.000.000
Pokok
Biaya Lain-lain
7 Pengurusan Regulasi 2.000.000 2.000.000
8 Sosialisasi 5.000.000 5.000.000
9 Pelatihan 5.000.000 5.000.000
10 Transportasi 2.000.000 2.000.000
Total biaya tersebut merupakan jumlah dana yang akan dihabiskan dari awal
pembentukan hingga FIRMA KERACENG ini mulai berjalan bisnisnya. Biaya diatas
merupakan salah satu bentuk investasi untuk menghasilkan profit yang lebih besar jika
kegiatan operasi telah berjalan. Proyeksi keuntungan FIRMA KERACENG untuk tahun
pertama ditargetkan dalam tabel harapan keuntungan dari hasil penjualan kerajinan
eceng gondok.
FIRMA KERACENG
Proyeksi Keuntungan
Tahun Pertama
Uraian (Rupiah)
Keterangan
1 2 3
Pendapatan
Penjualan 1.285.200.000
Retur Penjualan (53.000.000)
Penjualan Kotor 1.232.200.000
15
HPP (856.000.000)
Penjualan Bersih 376.200.000
Biaya-biaya
Biaya Gaji 60.000.000
Biaya Penyusutan 20.000.000
Biaya Iklan 10.000.000
Biaya Pengiriman 15.000.000
Biaya Listrik, Air, Telepon 12.000.000
Biaya Pemeliharaan 5.000.000
Biaya Pengepakan 10.000.000
Biaya Asuransi 5.000.000
Biaya Lain-lain 12.000.000
Total Biaya-biaya (149.000.000)
Laba Bersih Sebelum Pajak 227.200.000
Pph (25%) (56.800.000)
Pada tahun pertama, ditargetkan produk terjual setiap harinya. Dengan spesifikasi
barang yang terjual adalah sebagai berikut :
Dari total proyeksi laba yang diperoleh pada tahun pertama, maka akan dialokasikan
untuk pos-pos berikut ini :
Alokasi
Laba Ditahan 85.200.000
Distribusi Pemilik 42.600.000
Corporate Social Responsibility (CSR)/ Pengabdian
21.300.000
di Ambarawa
Pemberian Bantuan Kurang Mampu 21.300.000
16
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. 2016. Kondisi Geografis Jawa Tengah 2016.
www.bps.jateng.go.id. Diakses pada tanggal 26 Mei 2018, pukul 20.50 WIB.
Kompas. 2017. Jawa Tengah sebagai Prioritas Mencapai Indonesia Emas 2045.
http://kompasnews.com/read/24156/jawa-tengah-sebagai-prioritas-mencapai-
indonesia-emas-2045 diakses pada tanggal 26 Mei 2018, pukul 21.05 WIB.
LAMPIRAN