Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI BAPPEDA PROVINSI JAWA TENGAH

“UPAYA PEMERINTAH DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN


MELALUI PROGRAM REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK
LAYAK HUNI (RTLH) DI JAWA TENGAH”

Oleh :

NAMA : ILYAS ENGGAL PUTRA MIRANTO

NIM : 7111416082

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN

i
Laporan Praktik Kerja Lapangan telah disahkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan,
Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Tengah dan Jurusan Ekonomi
Pembangunan
Hari : ………………………………..
Tanggal : ………………………………..

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Nurjannah Rahayu, S.E, M.Si. Nurwi Mayasri Fitri A, S.Sos., M.Si


NIP.198705162011032027 NIP. 197211051998032008

Mengetahui, Mengetahui,
Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Kepala Bidang Pemerintahan dan Sosial Budaya

Fafurida S.E., M.Sc. Drs. Edi Wahyono, M.Si


NIP. 198502162008122004 NIP. 196707221996031003

ii
ABSTRAK

Ilyas Enggal Putra Miranto


Upaya Pemerintah Dalam Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Rehabilitasi Sosial
Rumah Tidak Layak Huni (Rtlh) Di Jawa Tengah

Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi


Universitas Negeri Semarang
Tahun 2019

Data kemiskinan jawa tengah mencapai angka 10,80 persen jika di bandingkan dengan
34 Provinsi yang ada di Indonesia, Jawa Tengah meningkati urutan ke 20 untuk Angka
Kemiskinan di Indonesia. Data Angka Kemiskinan Jawa tengah menunjukan bahwa masih
berada di atas rata rata Angka Kemiskinan Indonesia, dituliskan Jawa Tengah pada peringkat
10,80 % Penduduk Miskin yang mana bisa dikatakan perlu benar benar di tangani untuk
masalah kemiskinan di jawa tengah. Komitmen pemerintah dalma menanggulangi kemiskinan
salah satunya membangun sinergi penanggulanan kemiskinan antar Perangkat daerah di Jawa
Tengah. Pemerintah Jawa Tengah mendorong adanya pendampingan pada desa desa yang
memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah melalui Gerakan 1 Perangkat Daerah 1 Desa
Dampingan Menuju Desa Lebih Sejahtera. Upaya yang dilakukan pemerintah Jawa Tengah
dalam mengurangi kemiskinan dengan beberapa program yaitu Kartu Jateng Sejahtera (KJS),
JAMKESMAS PBI non Kuota, Penanganan RTLH (Rumah Tidak Layak Huni), Bantuan
Siswa Miskin (BSM), SMK Boarding School, Kartu Tani, Kartu Nelayan, Menumbuhkan
Start Up Wirausaha Baru Tahun 2018-2023, Kredit Usaha dengan Bunga Rendah. Realisasi
Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang hal ini di lakukan oleh
OPD Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman mengalami peningkatan setiap
tahunnya dalam merealisasikan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni
(RTLH) ini. Pada tahun 2013 ada sebanyak 2344 unit yang terealisasikan dan hingga tahun
2018 sudah mencapai angka 51.997 unit yang terealisasikan di seluruh jawa tengah. Pada
persentase pencapaian Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) ini

iii
selalu melampaui target yang di perkirakan. Pada tahun 2018 capaian yang di dapat adalah
80,56% dari target yang di perkirakan hanya 78,78%.
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) ini guna memenuhi syarat untuk menyelesaikan program studi S1
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang dilaksanakan
di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah
(Bappeda) Provinsi Jawa Tengah. Laporan Praktik Kerja Lapangan ini membahas mengenai
“Upaya Pemerintah Dalam Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Rehabilitasi
Sosial Rumah Tidak Layak Huni (Rtlh) Di Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah”.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Bappeda Provinsi Jawa Tengah berlangsung selama
dari tanggal 9 September 2019 s.d. 1 November 2019. Atas bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak dalam penyusunan laporan ini, maka penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. Dr. Prasetyo Aribowo, S.H., M.Soc.SC , selaku Kepala BAPPEDA Provinsi Jawa
Tengah
2. Bapak Drs. Heri Yanto MBA, PhD Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang
3. Ibu Fafurida, S.E., M.Sc. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri
Semarang sekaligus Dosen Pembimbing Lapangan
4. Ibu Nurjannah Rahayu, S.E, M.Si Dosen Pembimbing Praktik Kerja Lapangan
5. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan semangat yang tidak ternilai selama
melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan.
6. Bapak Drs. Edi Wahyono, M.Si selaku Kepala Bidang Pemerintahan dan Sosial
Budaya Bappeda Provinsi Jawa Tengah.

7. Ibu Nurwi Mayasri Fitri A, S.Sos., M.Si, selaku Pembimbing Lapangan dalam Praktik
Kerja Lapangan.

iv
8. Seluruh jajaran staf Bappeda Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan
bimbingan dan arahan secara langsung.
9. Teman satu bidang Pemerintahan dan Sosisal Budaya Devi Setiawati, Jayanti Adma
Linda dan Fajar Elisa yang senantiasa menemani dan bekerja selama kegiatan Praktik
Kerja Lapangan.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih


terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan
ini.

Semarang, Desember 2019


Penulis

Ilyas Enggal Putra Miranto

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii

ABSTRAK ............................................................................................................ iii

PRAKATA ............................................................................................................ iv

DAFTAR ISI .........................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan Laporan ............................................................................... 5

1.4 Manfaat Penulisan Laporan ............................................................................. 5

1.5 Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ................................................. 5

1.6 Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 6

BAB II ISI

2.1 Tinjauan Umum Objek PKL ........................................................................... 7

2.2 Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 9

2.2.1 Kemiskinan ....................................................................................... 9

2.2.2 Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) ................... 10

2.3 Analisis dan Pembahasan ................................................................................ 11

2.3.1 Kendala Dalam Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Rumah

Tidak Layak Huni (RTLH)............................................................... 14

vi
2.3.2 Solusi Dalam Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Rumah

Tidak Layak Huni (RTLH)............................................................... 14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................15

3.2 Rekomendasi ...................................................................................................15

Daftar Pustaka .......................................................................................................17

Lampiran ............................................................................................................... 18

vii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh sebuah negara termasuk
Indonesia dapat dilihat dari kondisi kesejahteraan masyarakatnya (Marhaeni dkk,
2014). Persoalan kemiskinan merupakan salah satu target kebijakan pembangunan di
setiap negara agar kesenjangan atau ketimpangan pendapatan menjadi semakin kecil
bahkan tidak ada. Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat
multidimensi karena untuk menanggulangi kemiskinan tersebut masalah yangdihadapi
tidak terbatas pada hal hal yang menyangkut hubungan sebab akibat timbulnya
kemiskinan tetapi juga melibatkan preferensi, nilai dan politik (Purnama, 2016).
Pengentasan kemiskinan telah menjadi tujuan pembangunan yang fundamental dan
menjadi sebuah alat ukur untuk menilai efektivitas pelaksanaan berbagai jenis program
pembangunan.
Kesejahteraan adalah fenomena umum yang terjadi pada negara negara diseluruh
dunia dan menjadi salah satu masalah sosia yang bersifat global. Kemiskinan di
pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain mencakup dimensi rendahnya tingkat
pendidikan dan kesehatan, tidak adanya jaminan masa depan, ketidakberdayaan,
ketidakmampuan menyalurkan aspirasi dan ketersisihan dalam peranan sosial
(Mawardi dan Sudarno, 2003:1). Ada dua hal pokok yang menjadi tugas pemerintah,
yaitu menciptakan keamanan dan meningkatkan kesejahteraan. Dengan adanya tugas
itu pemerintah memiliki kewajiban untuk mengadakan berbagai bentuk program
ataupun pelayanan publik untuk masyarakat Indonesia. Program atau pelayanan publik
ini dapat dilakukan oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat lainnya.
Dengan diterapkannya desentralisasi fiskal dan otonomi daerah di Indonesia
merupakan salah satu cara dalam wujud pemberian wewenang kepada pemerintah
daerah selaku yang mengatur daerah masing masing untuk mengelola sebagai indikator
pembangunan yang berdasarkan pada prioritas yang paling perlu segera di bangun
disetiap wilayahnya. Peran otonomi mampu memperdayakan potensi daerahnya
masing masing. Kebebasan pemerintah daerah dalma hal merencanakan keuangan

1
daerah dan membuat kebijakan yang dapat berpengaruh terhadap kemajuan daerah dan
untuk menunjang kemajuan daerah, pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk
mengalokasikan anggaran belanja daerah yang dimaksudkan unutk memenuhi
kebutuhan publik akan sarana dan prasarana umum yang di perlukan. Dengan adanya
otonomi daerah, pemerintah daerah diharapkan mampu menggali secara optimal
sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangannya sendiri untuk
membiayai penyelenggaraan masyarakat yang sangat erat keitannya dengan
kemiskinan.

Sumber: Website Tim Khusus Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) BAPPEDA


Jateng
Data kemiskinan jawa tengah mencapai angka 10,80 persen jika di bandingkan
dengan 34 Provinsi yang ada di Indonesia, Jawa Tengah meningkati urutan ke 20 untuk
Angka Kemiskinan di Indonesia. Data Angka Kemiskinan Jawa tengah menunjukan
bahwa masih berada di atas rata rata Angka Kemiskinan Indonesia, dituliskan Jawa
Tengah pada peringkat 10,80 % Penduduk Miskin yang mana bisa dikatakan perlu
benar benar di tangani untuk masalah kemiskinan di jawa tengah. Dengan 10,80%
Penduduk miskin yang ada di Jawa Tengah namun untuk jumlah Penduduk Miskin
menunjukan bahwa Jawa Tengah memiliki sangat banyak jumlah penduduk miskin
dapat dilihat bahwa Jawa Tengah menempati peringkat ke dua untuk Jumlah Penduduk

2
Miskin. Hal ini menjadikan penurunan Kemiskinan merupakan Prioritas pembangunan
di Jawa Tengah dan sudah masuk dalam prioritas dan target pembangunan nasional
serta visi pembangunan daerah Jawa Tengah 2018-20123. Persentase penduduk miskin
di jawa tengah mencapai angka 10,80% pada Maret 2019, namun hal ini masih belum
mencapai target yang di arahkan oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah. Target yang
dipatok adalah 10,57%-9,57% sehingga hal kemiskinan di Jawa Tengah membutuhkan
perhatian Khusus. Komitmen pemerintah dalma menanggulangi kemiskinan salah
satunya membangun sinergi penanggulanan kemiskinan antar Perangkat daerah di
Jawa Tengah. Pemerintah Jawa Tengah mendorong adanya pendampingan pada desa
desa yang memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah melalui Gerakan 1 Perangkat
Daerah 1 Desa Dampingan Menuju Desa Lebih Sejahtera.
Data Persentase Kemiskinan di Jawa Tengah 2018

17.17
16.04
15.62
15.46
15.41
13.12
12.96

13.5
12.54
12.31
11.67
11.9
11.25
11.23
10.75
10.06
10.04
10.01
9.87
9.84

9.9
9.08
8.69
7.94
7.87
7.81
7.41
7.29
6.98
6.75

7
4.84
4.14

KAB. PURBALINGGA
KAB. REMBANG

KAB. PEMALANG
KOTA SEMARANG

KAB. KARANGANYAR
KOTA SALATIGA

KAB. PATI

KAB. CILACAP
KAB. SEMARANG

KAB. BATANG

KAB. PURWOREJO

KAB. SRAGEN
KOTA PEKALONGAN

KOTA TEGAL

KAB. KLATEN
KOTA SURAKARTA

KAB. PEKALONGAN
KOTA MAGELANG

KAB. KENDAL
KAB. SUKOHARJO

KAB. TEGAL
KAB. JEPARA

KAB. MAGELANG
KAB. TEMANGGUNG

KAB. GROBOGAN
KAB. KUDUS

KAB. DEMAK

KAB. BANYUMAS

KAB. BANJARNEGARA
KAB. WONOGIRI

KAB. BREBES
KAB. BOYOLALI

KAB. BLORA

Sumber: Website Tim Khusus Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) BAPPEDA

Kabupaten Wonosobo adalah wilayah yang memiliki tingkat presentase Penduduk


Kemiskinan yang paling tinggi di Jawa Tengah dengan nilai 17,58%, hal ini membuat
pemerintah jawa tengah terus melakukan upaya upaya untuk mengurangi kemiskinan
di Kabupaten Wonosobo. Demi tercapainya tujuan supaya Tingkat Presentasi
Kemiskinan Jawa Tengah bisa mencapai angka 10,57% perlu dilakukan upaya upaya

3
tepat guna agar dapat menurunkan tingkat Kemiskinan. Munculnya masalah
kemiskinan ditandai dengan permasalah-permasalahan sosial lainnya seperti anak
terlantar, pengemis, gelandangan, keluarga yang memiliki rumah yang tidak layak
untuk menjadi rumah huni, tuna susila, pengangguran, kejahatan, tingkat kesehatan
yang rendah dan lain sebagainya. Upaya yang dilakukan pemerintah Jawa Tengah
dalam mengurangi kemiskinan dengan beberapa program yaitu Kartu Jateng Sejahtera
(KJS), JAMKESMAS PBI non Kuota, Penanganan RTLH (Rumah Tidak Layak Huni),
Bantuan Siswa Miskin (BSM), SMK Boarding School, Kartu Tani, Kartu Nelayan,
Menumbuhkan Start Up Wirausaha Baru Tahun 2018-2023, Kredit Usaha dengan
Bunga Rendah.

Memiliki rumah layak huni adalah pemenuhan dasar bagi rakyat indonesia.
Sebagaimana yang tertera dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H hasil
amandemen ke IV, dijelaskan bahwa:”Rumah adalah salah satu hak dasar rakyat
Indonesia, maka setiap warga negara berhak untuk bertempat tinggal dan mendapat
lingkungan hidup yang baik dan sehat”. Oleh karena itu, menjelaskan bahwa Rumah
merupakan kebutuhan dasar manusia untuk meningkatkan kualitas hidup. Masalah
perumahan ini dianggap menjadi masalah publik karena mempunyai dampak yang
besar.

1.2 Rumusan Masalah

Rumah atau papan adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia dan
pemenuhan akan rumah adalah kewajiban perorangan, negara dalam hal ini membantu
mengakses masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar perumahannya secara adil
dan merata. Umumnya Pemerintah Daerah telah menangani terkait persoalan
perumahan yang diarahkan pada stimulasi perbaikan rumah tidak layak huni.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dalam laporan
ini adalah:

1. Bagaimana upaya pemerintah Jawa Tengah dalam menangani kemiskinan


dalam segi pemenuhan akan perumahan masyarakat?

4
2. Bagaimana konsep Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni
(RTLH) oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah?
1.3 Tujuan Penulisan Laporan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah :
1. Mengetahui dan memaparkan mengenai konsep Program Rehabilitasi Sosial
Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Provinsi Jawa Tengah.
2. Mengetahui dan memaparkan upaya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam
mewujudkan upaya Pengentasan Kemiskinan yang di Provinsi Jawa Tengah.
1.4 Manfaat Penulisan Laporan
Laporan ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada semua pihak yang
terkait. Secara umum masyarakat Jawa Tengah, Jurusan Ekonomi Pembangunan
serta intansi terkait.
1. Bagi masyarakat Jawa Tengah, diharapkan laporan ini mampu menjadi
salah satu informasi mengenai potensi, permasalahan, dan upaya pemerintah
dalam Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di
Provinsi Jawa Tengah.

2. Bagi Jurusan Ekonomi Pembangunan, diharapkan laporan ini dapat


menjadi referensi kajian dalam pembelajatan terkait salah satu upaya
pemerintah dalam upaya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam mewujudkan
upaya Pengentasan Kemiskinan yang di Provinsi Jawa Tengah.

1.5 Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan


Nama Instansi : Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Jawa
Tengah
Alamat Instansi : Jalan Pemuda No Jalan Pemuda No.127-133, Sekayu,
Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah 50132
Bagian/ Divisi : Bidang Pemerintahan dan Sosial Budaya
Pelaksanaan : 09 September 2019 s.d. 01 November 2019
Hari : Senin s.d. Jumat
Waktu : 07.00 WIB s.d. 16.00 WIB

5
1.6 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menyusun laporan ini terdiri dari 2 metode:

1. Metode Wawancara (interview)

Data yang digunakan dalam laporan ini, salah satunya diperoleh melalui
metode wawancara. Metode wawancara dilakukan dengan menanyakan secara
langsung, menggali informasi secara lisan kepada Staf sub bidang pertanian dan
kelautan Bappeda Provinsi Jawa Tengah dan keikutsertaan penulis dalam rapat-
rapat terkait.

2. Metode Kepustakaan
Data yang digunakan dalam laporan ini, salah satu caranya diperoleh
dari website dengan cara mengunduh langsung dari dokumen dan data data
yang telah disediakan dalam website tkpkdprovjateng.com.

6
BAB II
ISI
2.1 Tinjauan Umum Objek PKL

Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pembangunan Daerah


Provinsi Jawa Tegah atau BAPPEDA Provinsi Jawa Tengah adalah lembaga teknis
daerah dibidang penelitian dan perencanaan pembangunan daerah yang dipimpin oleh
kepala badan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur. Badan
ini mempunyai tugas pokok membantu Gubernur dalam penyelenggaraan Pemerintah
Daerah di bidang penelitian dan perencanaan daerah Provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 2019 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan
Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Tengah yang kemudian dijabarkan sebagai
berikut:

a. Tugas Pokok
Badan mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan
pemerintahan bidang pemerintahan dan sosial budaya, bidang perekonomian,
bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah, bidang penyusunan program,
monitoring dan evaluasi pembangunan, bidang riset dan pengembangan, dan
bidang inovasi dan teknologi yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas
pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah serta tugas Gubernur sebagai
wakil pemerintah pusat di bidang perencanaan pembangunan daerah.
b. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Badan
melaksanakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis di bidang perencanaan, penelitian dan


pengembangan;
b. Pelaksanaan tugas dukungan teknis di bidang perencanaan, penelitian
dan pengembangan;

7
c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis
di bidang perencanaan dan penelitian pengembangan;
d. Pelaksanaan tugas Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di bidang
perencanaan pembangunan daerah.
e. Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang Urusan
Pemerintahan Daerah di bidang perencanaan pembangunan, penelitian
dan pengembangan; dan
f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur, sesuai tugas dan
fungsinya.

c. Susunan Organisasi
Badan, terdiri atas:
a) Kepala Badan;
b) Sekretariat;
c) Bidang Pemerintahan Dan Sosial Budaya;
d) Bidang Perekonomian;
e) Bidang Infrastruktur Dan Pengembangan Wilayah;
f) Bidang Penyusunan Program, Monitoring Dan Evaluasi Pembangunan;
g) Bidang Riset Dan Pengembangan;
h) Bidang Inovasi Dan Teknologi; dan
i) Kelompok Jabatan Fungsional.
d. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pemerintahan dan Sosial Budaya
Bidang Pemerintahan dan Sosial Budaya, menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis, pengoordinasian dan
pelaksanaan tugas, pembinaan teknis, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan tugas dukungan teknis di bidang pemerintahan, pemberdayaan
masyarakat dan desa;
b. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis, pengoordinasian dan
pelaksanaan tugas, pembinaan teknis, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan tugas dukungan teknis di bidang pendidikan dan mental
spiritual;

8
c. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis, pengoordinasian dan
pelaksanaan tugas, pembinaan teknis, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan tugas dukungan teknis di bidang kesejahteraan sosial; dan
d. Penyiapan bahan pengoordinasian pelaksanaan tugas dan wewenang
Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat bidang perencanaan
pembangunan lingkup pemerintahan dan sosial budaya.
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana manusia, orang, keluarga, kelompok atau
masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya yang layak bagi kemanusiaan
seperti pangan, sandang, papan (perumahan), pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan
pelayanan / interaksi sosial yang menunjang kehidupan seseorang atau kelompok
tersebut untuk menjalani kehidupan. Menurut mujiyadi (2007 :15) akibat dari empat
faktor utama, antara lain: rendahnya kemampuan, minimnya partisipasi, serta
kurangnya jaminan sosial (Social Security). Upaya yang terbaik pasti dilakukan oleh
pemerintah daerah untuk menjaga kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat.
Menurut buku Kebijakan Penanggulanan Kemiskinan Jawa Tengah yang berasal dari
Sekretariat Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Jawa
Tengah setidaknya ada 9 upaya yang dilakukan pemerintah Jawa Tengah untuk
mengurangi kemiskinan, meliputi:
a. Kartu Jateng Sejahtera
b. Jamkesmas PBI Non Kouta
c. Penanganan RTLH
d. Bantuan Siswa Miskin (BSM)
e. SMK Boarding School
f. Kartu Tani
g. Kartu Nelayan
h. Menumbuhkan Start Up Wirausaha Baru
i. Kredit Usaha dengan Bunga Rendah

9
2.2.2 Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) telah dijadikan
peraturan gubernur pada Pergub No.3 Tahun 2018 yang mana dituliskan: Bantuan
Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kelurahan.

1. Kebijakan:
Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kelurahan bertujuan untuk
menyediakan kebutuhan dasar hunian masyarakat yang layak melalui kebijakan:
a. Sasaran lokasi Peningkatan Kualitas RTLH Kelurahan berada di wilayah
kelurahan se-Jawa Tengah dan berdasarkan pada Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial (DTKS).
b. Rencana kegiatan telah diusulkan melalui rangkaian Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Daerah (musrenbang) Provinsi dan secara online
melalui aplikasi SIPPD.
c. Calon Penerima manfaat dari Bantuan peningkatan kualitas RTLH Kelurahan:
i. Kondisi Rumah. - Bahan atap berupa daun/rumbia/genteng/ seng/asbes/
bahan atap lainnya yang sudah lapuk atau konstruksi rangka atap kondisi
lapuk atau sudah rusak; - Bahan lantai berupa tanah/plesteran yang sudah
rusak/tidak layak/tidak sehat; - Bahan dinding berupa bambu/kayu kualitas
rendah atau dinding bata/bahan dinding permanen lainnya yang sudah
lapuk/retak-retak atau belum diplester atau konstruksi dinding yang
kondisinya membahayakan/tidak aman dihuni; - Kecukupan pencahayaan
matahari pada ruang tamu kurang dari 50% dan pada ruang tidur kurang
dari 10%;
ii. Status kepemilikan dan Letak rumah. - Rumah calon penerima merupakan
rumah milik sendiri, bukan kontrakan, bukan masuk dalam asrama milik
suatu instansi;, tidak berdiri di lahan milik orang lain dan dibuktikan
dengan sertifikat hak atas tanah atau surat keterangan kepemilikan tanah
dari kelurahan setempat; - Rumah calon penerima bukan dalam sengketa
hukum, termasuk tanah atau bangunan rumah warisan yang belum dibagi;
- Rumah tidak berdiri pada kawasan larangan pemerintah.

10
iii. Pemilik rumah. - Berdomisili tetap di lokasi kegiatan dan rumah ditempati
sendiri; - Belum pernah mendapat bantuan Peningkatan Kualitas Rumah
Tidak Layak Huni (RTLH) dari sumber dana manapun.
d. Bantuan Peningkatan Kualitas RTLH Kelurahan diberikan sebagai stimulan
dalam rangka peningkatan kualitas rumah agar layak huni, dengan besaran
paling banyak Rp.10.000.000,- per unit rumah.
e. Pelaksanaan kegiatan mengedepankan prinsip-prinsip swadaya masyarakat,
pemberdayaan masyarakat, transparan, dapat dipertanggungjawabkan dan
pengembangan mandiri pasca pelaksanaan kegiatan.

2. Jenis Kegiatan:
Bantuan Peningkatan Kualitas RTLH Kelurahan digunakan untuk kegiatan
memperbaiki rumah tidak layak huni yang meliputi : a. Pembangunan/perbaikan atap
rumah; b. pembangunan/perbaikan lantai rumah;dan/atau c. Pembangunan/perbaikan
dinding rumah; Kegiatan dilaksanakan secara swadaya oleh masyarakat dengan
mengedepankan gotong royong.
3. Pembiayaan
a. Bantuan harus dibelanjakan untuk bahan material seluruhnya. Tidak
diperkenankan menggunakan dana bantuan untuk membayar tukang,
konsumsi dan lain sebagainya.
b. Kebutuhan lainnya diharapkan dapat dipenuhi dan didukung oleh potensi
yang ada di Kelurahan yaitu dari dana mandiri penerima bantuan dan swadaya
masyarakat sekitar.
c. Dalam rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan, Pemerintah Kabupaten/
Kota dapat menganggarkan biaya untuk pendampingan.

2.3 Analisis dan Pembahasan

Dengan adanya Rehabilitas Sosial Rumah Tidak Layak Huni, merupakan salah
satu langkah pemerintah untuk memberikan bantuan sosial yang berupa perumahan
untuk masyarakat miskin. Sudah jelas adanya jika peraturan Gubernur Jawa Tengah

11
menegaskan adanya Rehabilitas Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) ini.
Kegiatan Rehabilitas Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dilaksanakan dalam
bentuk:
a. Pembangunan/perbaikan atap rumah;
b. pembangunan/perbaikan lantai rumah;dan/atau
c. Pembangunan/perbaikan dinding rumah;
Kegiatan dilaksanakan secara swadaya oleh masyarakat dengan mengedepankan
gotong royong. Keluaran Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
Kelurahanberupa :
a. Laporan pelaksanaan perkembangan peningkatan kualitas Rumah Tidak
Layak Huni (RTLH) di wilayah Kelurahan;
b. Meningkatnya kualitas rumah layak huni di wilayah Kelurahan.
Dalam pelaksanaannya Bantuan Peningkatan Rumah Tidak Layak Huni di
koordinasi oleh perangkat daerah masing masing yang membidangi program/kegiatan
Bantuan Sosial ini. Dengan mengoptimalkan unsur teknis Kabupaten / Kota dan
didukung oleh Lurah serta Camat selaku pengampu daerah atau selaku pemerintah
daerah yang menerima bantuan sosial ini.
Pelaksanaan Program tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari sumber
daya manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia berkaitan dengan
keterampilan, profesionalitas, dan kompetensi di bidang tertentu. Sumber daya
manusia sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi kebijakan, sebab
tanpa adanya sumber daya manusia yang handal akan menjadi penghambat pada
program bantuan sosial rumah tidak layak huni ini dan implementasi kebijakan akan
terkendala.
Struktur birokrasi diartikan tipe organisasi yang dipergunakan pemerintah
modern untuk melaksanakan tugas tugasnya yang bersifat spesialis, dilaksanakan
dalam sistem administrasi dan khususnya oleh aparatur pemerintah. Untuk mendukung
kelancaran program bantuan sosial ini yang telah dirancang maka pemerintah desa
membuat struktur yang diketahui oleh seluruh badan pemerintahan desa untuk
menunjang pembagian tugas dan fungsi dari adanya hal ini. Dengan adanya pembagian
tugas ini maka akan muncul efesiensi kerja yang tinggi dan meminimalisir kendala

12
ataupun hambatan yang akan terjadi nantinya.
Bantuan Peningkatan Kualitas RTLH Kelurahan diberikan sebagai stimulan
dalam rangka peningkatan kualitas rumah agar layak huni, dengan besaran paling
banyak Rp.10.000.000,- per unit rumah. Seperti yang telah di tulis pada peraturan
gubernur jawa tengah, biaya yang di berikan ini yang maksimal sebesar
Rp.10.000.000,- ini di gunakan untuk membeli bahan bahan materialnya saja dan
selebihnya di perlukan biaya pribadi ataupun swadaya masyarakat sekitar untuk
membeli konsumsi dan membayar tukang pembangunnya.

Jumlah Kumulatif Penanganan RTLH Melalui APBD Provinsi tahun 2013-2018


2013 2344
2014 6214
2015 7114
2016 10715
2017 30306
2018 51997
Sumber:TKPKD BAPPEDA Provinsi Jawa Tengah, 2019

Target dan Capaian Indikator Persentase Rumah Layak Huni(%)


162%

78.67% 78.67% 79.63% 80.31% 80.56%

81%
76.73% 76.74% 76.75% 78.74% 78.78%

0%
2014 2015 2016 2017 2018
capaian 78.67% 78.67% 79.63% 80.31% 80.56%
target 76.73% 76.74% 76.75% 78.74% 78.78%

Sumber: TKPK BAPPEDA Provinsi Jawa Tengah, 2019


Realisasi Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang
hal ini di lakukan oleh OPD Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

13
mengalami peningkatan setiap tahunnya dalam merealisasikan Program Rehabilitasi
Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) ini. Pada tahun 2013 ada sebanyak 2344 unit
yang terealisasikan dan hingga tahun 2018 sudah mencapai angka 51.997 unit yang
terealisasikan di seluruh jawa tengah. Pada persentase pencapaian Program
Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) ini selalu melampaui target yang
di perkirakan. Pada tahun 2018 capaian yang di dapat adalah 80,56% dari target yang
di perkirakan hanya 78,78%.

2.3.1 Kendala Dalam Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak


Huni (RTLH)
Dalam pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Hni (RTLH)
ini memiliki kendala yang mana sedikit menghambat keberlangsungan kegiatan ini.
Kurangnya dana yang diberikan, karena biaya yang diberikan hanya maksimal 10 juta
saja, kurangnya dana yang diberikan untuk merehabilitasi rumah menjadi faktor
terkendalanya program ini. Mungkin tidak akan merasa terbebani bagi keluarga yang
memiliki tabungan karena mereka dapat menambahnkan biayanya lagi untuk sekiranya
membayar konsumsi para tukang atau masyarakat yang membantu dalam
pembangunannya. Namun menjadi sedikit beban bagi keluarga yang tidak memiliki
tabungan, karena harus mempersiapkan apa saja yang harus di butuhkan dalam hal
menunjang program ini terjalan dengan baik.

2.3.2 Solusi Dalam Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak


Huni (RTLH)
Dengan biaya yang telah diberikan harus benar benar digunakan untuk upaya
peningkatan kualitas Rumah Tidak Layak Huni. Bantuan ini harus dibelanjakan untuk
bahan material seluruhnya bukan untuk membayar tukang, konsumsi atau lain lainnya.
Hal ini ditetapkan dengan alasan supaya rumah yang tidak layak huni ini benar benar
mendapatkan perbaikan dan manfaat pemberian bantuan sosial ini menjadi maksimal.
Adanya hal hal lain yang dibutuhkan selain material bangunan, diharapkan dapat
dipenuhi dan didukung oleh daerah masing masing seperti dana mandiri dari penerima
bantuan dan swadaya yang dilakukan bersama sama antar masyarakat sekitar

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) merupakan salah
satu program yang dilakukan pemerintah untuk masyarakat akan pemenuhan
kebutuhan papan (Perumahan). Dalam hal ini adanya peningkatan kualitas rumah yang
sebelumnya tidak layak untuk ditinggali menjadi lebih berkualitas atau berguna untuk
keluarga yang menempati dirumah tersebuh. Pelaksanaan program Rehabilitasi Sosial
Rumah Tidak Layak Huni memiliki dampak yang baik karena hasilnya telah dapat
dirasakan langsung oleh masyarakat meskipun dalam pelaksanaannya masih memiliki
kendala. Kurangnya dana yang diberikan, karena biaya yang diberikan hanya maksimal
10 juta saja, kurangnya dana yang diberikan untuk merehabilitasi rumah menjadi faktor
terkendalanya program ini.
Realisasi Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang
hal ini di lakukan oleh OPD Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
mengalami peningkatan setiap tahunnya dalam merealisasikan Program Rehabilitasi
Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) ini. Pada tahun 2013 ada sebanyak 2344 unit
yang terealisasikan dan hingga tahun 2018 sudah mencapai angka 51.997 unit yang
terealisasikan di seluruh jawa tengah. Pada persentase pencapaian Program
Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) ini selalu melampaui target yang
di perkirakan. Pada tahun 2018 capaian yang di dapat adalah 80,56% dari target yang
di perkirakan hanya 78,78%. Dengan adanya Program Rehabilitasi Sosial Rumah
Tidak Layak Huni (RTLH) ini diharapkan mampu meminimalisir angka Rumah Tidak
Layak Huni yang ada di jawa tengah dan semakin meningkatkan perekonomian
masyarakat jawa tengah.
3.2 Rekomendasi
Berdasarkan simpulan di atas, agar pelaksanaan program RS-RTLH ini berjalan
dengan lancar maka penulis merekomendasikan beberapa saran atau rekomendasi
seperti berikut:

15
1. Peningkatan wawasan dari para penerima bantuan juga perlu dilakukan agar
lebih memahami tentang program pelaksanaan RS-RTLH ini, dengan cara
adanya perwakilan dari dinas terkait untuk mensosialisasikan program RS-
RTLH ke setiap kepala daerah tingkat desa dan kemudian disosialisasikan
kepada penerima langsung bantuan RS-RTLH yang dilakukan oleh kepala
daerah tingkat desa tersebut.
2. Bentuk bantuan yang diberikan pada program RS-RTLH ini tidak hanya
berupa uang sebesar Rp.10.000.000,- saja namun juga diberikan bantuan
untuk segi sumber daya manusia yang akan mengerjakan proyek tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA
https://bappeda.jatengprov.go.id/
http://tkpkdprovjateng.com/?pn=rtlh&pg=1
Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan di Jawa Tengah (Materi Rapat Koordinasi
Membangun Penanggulanan Kemiskinan di Jawa Tengah)
Gubernur Jawa Tengah Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2018
Ahmad Nawi, A. W. (2018). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL
RUMAH TIDAK LAYAK HUNI TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT DI DESA SUMBERGONDO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU. JISIP:
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 11-16.

Mary Ismowati, A. S. (2018). IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERDAYAAN SOSIAL KEGIATAN


REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RTLH) BAGI MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN PANDEGLANG . Jurnal Transparansi , 194-205.

17
Lampiran

18

Anda mungkin juga menyukai