Dosen Pengampu:
Wahyu Aditama PMW, SE, M.Si
Oleh
Fitoni Mahmuddin (G71217068)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes adalah suatu
lembaga/badan perekonomian desa yang berbadan hukum dibentuk dan dimiliki
oleh Pemerintah Desa, dikelola secara ekonomis mandiri dan profesional dengan
modal seluruhnya atau sebagian besar merupakan kekayaan desa yang dipisahkan.
Pada akhirnya BUMDes dibentuk dengan tujuan memperoleh keuntungan untuk
memperkuat Pendapatan Asli Desa (PADes), memajukan perekonomian desa,
serta meningkatkan kesej ahteraan masyarakat desa. Keberadaan BUMDes sangat
strategis yang pada akhirnya BUMDes berfungsi sebagai motor penggerak
perekonomian desa dan kesejahteraan masyarakat desa. Harapan dengan adanya
BUMDes, adalah pembentukan usaha baru yang berakar dari sumber daya yang
ada serta optimalisasi kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat desa yang telah ada.
Disisi lain akan terjadi peningkatan kesempatan berusaha dalam rangka
memperkuat otonomi desa dan mengurangi pengangguran.1
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Dalam hal ini, jika dibandingkan dengan proses pembentukan BUMDes yang
dinyatakan oleh kementrian desa, Selo Tirto Giri atau biasa disebut SETIGI sudah
melalui semua tahapan yang ada. Wisata desa yang di bangun pada awal tahun
2019 ini warga setempat bersama pemerintah desa saling gotong royong
membangun tempat wisata tersebut. Mulai dari membersihkan area calon wisata
desa itu hingga pembangunan berbagai ornament objek wisatanya yang dilakukan
atau dibangun oleh masyarakat desa sekapuk sendiri tanpa bantuan insinyur atau
ahli teknik sipil. Wisata ini dulunya adalah bekas tambang batu kapur yang dialih
fungsingkan sebagai tempat pembuangan sampah. Dari keadaan tersebut
pemerintah desa jengah dengan bau dan pemandangan area tersebut, yang
kemudian pemerintah desa setempat menginisiasi dengan menyiapkan dan
2
Kementrian desa, “Proses dan tahapan Pendirian BUMDes”, https://infobumdes.id/proses-dan-
tahapan-pendirian-bumdes/ (diakses pada 10 juni 2020 pukul 21:13)
merancang konsep pembangunan wisata itu. Mengusung tema edukasi yang kental
dengan alam menjadikan ciri khas tersendiri untuk wisata ini. Pembangunan
wisata ini, tidak ada campur tangan dari seorang insinyur maupun ahli teknik sipil
karena mereka percaya dengan kemampuan yang mereka miliki.
Jika dilihat dari sisi ekonomi tentu ini menjadi hal positif karena akan sangat
benyak mengurangi biaya yang dibutuhkan dari menggunakan jasa insinyur,
pengurangan dana tersebut bisa dialihkan kepada keperliuan lain seperti
pembelian tanaman atau bahan dasar lain yang dibutuhkan dalam proses
pembangunan yang lain. Namun, disisi lain ketiadaan keterlibatan insinyur atau
ahli Teknik sipil dalam proses pembangunan menyebabkan kekhawatiran terhadap
wisata SETIGI itu sendiri, apakah objek pembangunan tersebut benar-benar sudah
sesuai dengan kaidah-kaidah dalam pembangunan yang nantinya berimbas
terhadap keamanan para wisatawan karena SDM dalam pembangunannya
dilakukan sendiri oleh warga daerah setempat.
Inisiasi positif yang perlu disoroti disini adalah peran dari pemerintah desa
sekapuk dalam penyertaan modal, pada umumnya berasal dari Pemerintah Desa
dalam bentuk pembiayaan, namun tidak sepenuhnya demikian. Pemerintah desa
menerbitkan obligasi bagi bumdes yang ditujukan untuk masyarakat menengah
bawah untuk ikut andil dalam penyertaan modal yang mana dalam pembelian
obligasi tersebut bisa dicicil. Sehingga diharapkan keuntungan dari tempat wisata
tersebut bisa diraakan langsung oleh masyarakat desa tersebut. Selain itu juga
sebagai sarana edukasi untuk masyarakat tentang menabung dan membentuk rasa
memiliki akan wisata tersebut.
Mengacu pada Permendesa PDT dan Transmigrasi No. 4/2015, pendirian BUM
Desa bertujuan untuk: 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran