Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH EVALUASI PROYEK

ANALISIS BADAN USAHA MILIK DESA(BUMDes) SELO TIRTO


GIRI(SETIGI) SEKAPUK GRESIK DITENGAH PANDEMI COVID-19

Dosen Pengampu:
Wahyu Aditama PMW, SE, M.Si

Oleh
Fitoni Mahmuddin (G71217068)

PRODI ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2020
BAB l

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes adalah suatu
lembaga/badan perekonomian desa yang berbadan hukum dibentuk dan dimiliki
oleh Pemerintah Desa, dikelola secara ekonomis mandiri dan profesional dengan
modal seluruhnya atau sebagian besar merupakan kekayaan desa yang dipisahkan.
Pada akhirnya BUMDes dibentuk dengan tujuan memperoleh keuntungan untuk
memperkuat Pendapatan Asli Desa (PADes), memajukan perekonomian desa,
serta meningkatkan kesej ahteraan masyarakat desa. Keberadaan BUMDes sangat
strategis yang pada akhirnya BUMDes berfungsi sebagai motor penggerak
perekonomian desa dan kesejahteraan masyarakat desa. Harapan dengan adanya
BUMDes, adalah pembentukan usaha baru yang berakar dari sumber daya yang
ada serta optimalisasi kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat desa yang telah ada.
Disisi lain akan terjadi peningkatan kesempatan berusaha dalam rangka
memperkuat otonomi desa dan mengurangi pengangguran.1

Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah Desa Sekapuk Kecamatan Ujung


Pangkah Gresik memahami akan pentingnya pengelolaan BUMDes bagi
masyarakat yang mempunyai dampak yang positif baik secara ekonomi maupun
sosial. Sehingga pada tahun 2018 pemerintah Desa Sekapuk merencanakan untuk
membuat tempat wisata alam dengan memanfaatkan potensi desa berupa Kawasan
perbukitan dan sumber mata air yang cukup baik hingga terwujudnya wisata yang
sekarang bisa dinikmati oleh masyarakat baik dari dalam kota maupun dari luar
kota gresik.

Dalam perkembangannya, wisata setigi ini sudah mengalami berbagai macam


rintangan dari berbagai aspek, baik dalam Perencanaan kegiatan, waktu, SDM,
keuangan dan produk. Pengorganisasian, termasuk struktur, bentuk dan prestasi
1
Ngesti D. Prasetyo, Sistem Pemerintahan Desa, Makalah 2006.
organisasi Pengarahan dan motivasi, termasuk kepemimpinan Pengendalian juga
sampai penentuan sistem pengendalian yang efektif. Apalagi ditambah dengan
kondisi terbaru tersebarnya virus corona/COVID-19 yang menyebabkan seluruh
dunia mengalami resesi dalam pengembangan ekonominya. Tak luput wista setigi
juga terkena dampak dari tersebarnya virus tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Begaimana proses pembentukan SETIGI?


2. Bagaimana peran SETIGI sebagai BUMDes?
3. Bagaimana kondisi SETIGI ditengah pandemi?
BAB ll

PEMBAHASAN

A. Proses Pembentukan SETIGI

Pendirian BUMDes dimaksudkan sebagai upaya bersama antara masyarakat


dengan pemerintah desa, untuk mengembangkan potensi ekonomi Desa dan
kebutuhan masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat dan
berkontribusi bagi pendapatan desa. Terdapat berbagai hal yang perlu
dipersiapkan dalam pendirian BUMDes hendaknya dipersiapkan dengan baik dan
matang agar tidak menimbulkan permasalahan dikemudian hari. Desa dapat
mendirikan BUM Desa dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:2

1. Inisiatif Pemerintah Desa dan/atau masyarakat Desa


2. Potensi usaha ekonomi Desa
3. Sumberdaya alam di Desa
4. Sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUM Desa
5. Penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan
6. Kekayaan Desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha
BUM Desa.

Dalam hal ini, jika dibandingkan dengan proses pembentukan BUMDes yang
dinyatakan oleh kementrian desa, Selo Tirto Giri atau biasa disebut SETIGI sudah
melalui semua tahapan yang ada. Wisata desa yang di bangun pada awal tahun
2019 ini warga setempat bersama pemerintah desa saling gotong royong
membangun tempat wisata tersebut. Mulai dari membersihkan area calon wisata
desa itu hingga pembangunan berbagai ornament objek wisatanya yang dilakukan
atau dibangun oleh masyarakat desa sekapuk sendiri tanpa bantuan insinyur atau
ahli teknik sipil. Wisata ini dulunya adalah bekas tambang batu kapur yang dialih
fungsingkan sebagai tempat pembuangan sampah. Dari keadaan tersebut
pemerintah desa jengah dengan bau dan pemandangan area tersebut, yang
kemudian pemerintah desa setempat menginisiasi dengan menyiapkan dan
2
Kementrian desa, “Proses dan tahapan Pendirian BUMDes”, https://infobumdes.id/proses-dan-
tahapan-pendirian-bumdes/ (diakses pada 10 juni 2020 pukul 21:13)
merancang konsep pembangunan wisata itu. Mengusung tema edukasi yang kental
dengan alam menjadikan ciri khas tersendiri untuk wisata ini. Pembangunan
wisata ini, tidak ada campur tangan dari seorang insinyur maupun ahli teknik sipil
karena mereka percaya dengan kemampuan yang mereka miliki.

Jika dilihat dari sisi ekonomi tentu ini menjadi hal positif karena akan sangat
benyak mengurangi biaya yang dibutuhkan dari menggunakan jasa insinyur,
pengurangan dana tersebut bisa dialihkan kepada keperliuan lain seperti
pembelian tanaman atau bahan dasar lain yang dibutuhkan dalam proses
pembangunan yang lain. Namun, disisi lain ketiadaan keterlibatan insinyur atau
ahli Teknik sipil dalam proses pembangunan menyebabkan kekhawatiran terhadap
wisata SETIGI itu sendiri, apakah objek pembangunan tersebut benar-benar sudah
sesuai dengan kaidah-kaidah dalam pembangunan yang nantinya berimbas
terhadap keamanan para wisatawan karena SDM dalam pembangunannya
dilakukan sendiri oleh warga daerah setempat.

Inisiasi positif yang perlu disoroti disini adalah peran dari pemerintah desa
sekapuk dalam penyertaan modal, pada umumnya berasal dari Pemerintah Desa
dalam bentuk pembiayaan, namun tidak sepenuhnya demikian. Pemerintah desa
menerbitkan obligasi bagi bumdes yang ditujukan untuk masyarakat menengah
bawah untuk ikut andil dalam penyertaan modal yang mana dalam pembelian
obligasi tersebut bisa dicicil. Sehingga diharapkan keuntungan dari tempat wisata
tersebut bisa diraakan langsung oleh masyarakat desa tersebut. Selain itu juga
sebagai sarana edukasi untuk masyarakat tentang menabung dan membentuk rasa
memiliki akan wisata tersebut.

B. Peran SETIGI Sebagai BUMDes

Mengacu pada Permendesa PDT dan Transmigrasi No. 4/2015, pendirian BUM
Desa bertujuan untuk: 3

1. Meningkatkan perekonomian Desa;


2. Mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa;
3
Permendesa PDT dan Transmigrasi No. 4/2015
3. Meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi
Desa;
4. Mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan
pihak ketiga;
5. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan
layanan umum warga;
6. Membuka lapangan kerja;
7. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan
umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa; dan
8. Meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa.

Dalam pelaksanaannya, dari awal pembangunan pada tahun 2018 hingga


sekarang sudah meraup keuntungan yang cupuk banyak untuk seukuran BUMDes.
di tahun pertama sudah bisa mencapai hampir 1 miliyar. Indeks Pembangunan
Manusia juga sudah terpenuhi dengan adanya wisata ini. Kemiskinan hampir 80%
persen sudah bisa teratasi. Wisata ini sangat cocok sekali di era Industri 4.0 yang
mana pemerintah sudah menfasilitasi warganya agar mampu mengembangkan diri
di sektor ekonomi kreatif. Persaingan antar wisata desa yang ada di kabupaten
Gresik ini memang sangat ketat, mereka berlomba-lomba membangun potensi
alam yang ada di sekitarnya untuk dijadikan wisata. Tetapi meskipun banyak
wisata-wisata desa yang ada di sekitarnya, tidak menyurutkan minat para
wisatawan yang ingin berkunjung ke sana.

Dibangunnya wisata menyebabkan perekonomian masyarakat desa


meningkat drastis. Kedatangan wisatawan ke sebuah destinasi wisata ini juga
menyebabkan munculnya pebisnis-pebisnis baru atau mendorong seseorang untuk
berwiraswasta memberikan pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan selama
mereka berwisata dengan kata lain membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk
disekitar, menyerap banyak tenaga kerja di bidang pariwisita seperti, Tour Guide,
pedagang makanan dan minuman, sopir dan lain-lain.

C. Kondisi Ditengah Pandemi


Sejak wabah virus corona merebak di seluruh dunia, jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara ke Indonesia perlahan-lahan anjlok. Secara kumulatif
sejak Januari hingga Maret, jumlah wisatawan yang datang hanya mencapai 2,61
juta orang atau turun drastis 30,62 persen; dibanding periode yang sama tahun lalu
yaitu 3,76 juta orang. Bisnis perhotelan, penerbangan, biro perjalanan wisata, dan
pengelola tempat wisata kini memilih melakukan penutupan sementara selama
wabah corona. Lebih dari 2.000 hotel tutup, juga bandara dan pelabuhan. Total
kerugian akibat penghentian operasi bandara dan penerbangan yang berujung
kebijakan merumahkan pekerja industri pariwisata, sejauh ini sudah mencapai
$113 miliar. Keadaan ini juga berimbas sampai ke tingkat paling rendah tak
terkecuali wisata SETIGI, untuk saat ini pemerintah desa telah melakukan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) jadi untuk wisata tersebut ditutup.

Laju pertumbuhan ekonominya memang ada penurunan. Proteksi yang


dilakukan pemerintah desa setempat sudah cukup baik, mereka menyediakan hand
sanitizer dan juga sabun cuci tangan di setiap ruas sudut wisata tersebut meski saat
ini wisata itu ditutup sementara. Ketidak adanya wisatawan yang berkunjung
akibat penutupan wisata ini tentu menjadi hal yang merugikan bagi SETIGI
karena sumber pemasukan utama berasal dari wisatawan, juga berimbas bagi
masyarakat yang menyokong adanya wisata tersebut. Harus beralih proesi karena
mata pencaharian utama dari wisata tersebut tidak lagi menghasilkan sementara
kebutuhan terus berjalan. Bagi pihak SETIGI sendiri karena masih tergolong
tempat wisata baru biaya perawatan dan pengembangan perawatan terutama
tanaman masih terus berjalan sehingga masuk sebagai beban biaya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dibangunnya wisata menyebabkan perekonomian masyarakat desa meningkat


drastis. Kedatangan wisatawan ke sebuah destinasi wisata ini juga menyebabkan
munculnya pebisnis-pebisnis baru atau mendorong seseorang untuk berwiraswasta
memberikan pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan selama mereka berwisata
dengan kata lain membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk disekitar, menyerap
banyak tenaga kerja di bidang pariwisita seperti, Tour Guide, pedagang makanan
dan minuman, sopir dan lain-lain. Namun karena pandemi COVID-19, Laju
pertumbuhan ekonominya mengalami penurunan. Ketidak adanya wisatawan yang
berkunjung akibat penutupan wisata ini tentu menjadi hal yang merugikan bagi
SETIGI karena sumber pemasukan utama berasal dari wisatawan.

B. Saran

Pada saat pandemi ini, tempat wisata dapat memaksimalkan promosi


diberbagai platform media sosial juga berbenah dalam infrastruktur sehingga
setelah wabah berakhir, masyarakat bisa menikmati tempat wisata dengan
nyaman.
Daftar Pustaka

Kementrian desa, “Proses dan tahapan Pendirian BUMDes”,


https://infobumdes.id/proses-dan-tahapan-pendirian-bumdes/ (diakses pada 10 juni
2020 pukul 21:13)

Ngesti D. Prasetyo, Sistem Pemerintahan Desa, Makalah 2006.

Permendesa PDT dan Transmigrasi No. 4/2015

Anda mungkin juga menyukai