Anda di halaman 1dari 339

RPJMD KABUPATEN PONOROGO

TAHUN 2016 - 2021

Visi
Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius

Pelindung : Bupati Ponorogo, Drs. H. IPONG MUCHLISSONI


Penasehat : Wakil Bupati Ponorogo, Drs. H. Soedjarno, MM; Sekda DR. Drs. Agus Pramono, MM
Penanggung Jawab : Kepala Bappeda, Ir. Sumarno. MM
Pelaksana Teknis : Kepala Bidang Perekonomian Bappeda, Drh. H. Andi Susetyo, MMA
Anggota : Basuki Siswanto, SH. MM; Drs. H. Minarto, MM, Agus Wasis Handono, SH. MM, Wikranti, SSI, Edy Sucipto,
S.Sos.MM, Arief Efendi, SE. MM, Erni Haris Mawanti, S.STP, M.Si, Indah Junia Evisusanti, S. Pi, Prasetyo Budi
Setiawan, ST, Agus Sugiyanto, S.Kom
Editor : Suwandi, SH. MH; Catur Hertiyawan, SH (Bagian Hukum)
Cover Design; Ir. Sumarno, MM
Published by Bidang Perekonomian Bappeda Kabupaten 1st Edition September 2016

Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 4 Tahun Tahun 2016; Berita Daerah Nomor 1 Tahun 2016
Tanggal 7 September 2016, 6 hlmn; Lampiran Perbup 323 hlmn; Letter 285 mm x 200 mm.

BUPATI PONOROGO
PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO
NOMOR 4 TAHUN 2016

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PONOROGO,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 264 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, perlu
membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2021;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 9)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya & Dati II
Surabaya dengan mengubah Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan
Propinsi Jawa Timur & Undang-Undang 16 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kota Besar dalam Lingkungan
Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan DI. Yogyakarta
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 2286);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia 4421);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725, Tambahan
Lembaran Republik Indonesia Nomor 4725);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembar Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4578);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
114);
14. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-
2025;
15. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun
2015-2019;

2

16. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah;
20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi
Jawa Timur Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Timur Tahun 2009 Nomor I Seri E);
21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Tahun 2011-2031
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 Nomor 3 Seri D,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 15);
22. Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 6 Tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten
Ponorogo Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten
Ponorogo Tahun 2010 Nomor 6);
23. Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 1 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ponorogo Tahun
2012-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Ponorogo Tahun 2012
Nomor 2).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN PONOROGO
dan
BUPATI PONOROGO

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH DAERAH KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021

3

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Kabupaten adalah Kabupaten Ponorogo.
2. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Ponorogo.

3. Bupati adalah Bupati Ponorogo.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ponorogo.

5. Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat PD adalah Perangkat
Daerah dilingkungan Pemerintah Kabupaten Ponorogo.

6. Perencanaan adalah proses untuk menentukan tindakan masa
depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan
sumberdaya yang ada.

7. Pembangunan Daerah adalah perubahan yang dilakukan secara
terus menerus dan terencana oleh seluruh komponen di daerah
untuk mewujudkan visi daerah.

8. Program adalah penjabaran kebijakan dalam bentuk upaya yang
berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumberdaya
yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan
misi.

9. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu
atau lebih unit kerja pada PD sebagai bagian dari pencapaian sasaran
terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan
pengerahan sumberdaya, baik berupa personal, barang modal
termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari
beberapa atau kesemua jenis sumberdaya, sebagai masukan (input)
untuk menghasilkan keluaran (output), dalam bentuk barang dan
jasa.
10. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya
disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan pembangunan
daerah Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2021.

11. Rencana Strategis Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut
Renstra-PD adalah dokumen perencanaan Perangkat Daerah untuk 5
(lima) tahun.

12. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD
adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Kabupaten
Ponorogo periode 1 (satu) tahun.

4

BAB II
KEDUDUKAN

Pasal 2
RPJMD merupakan :
a. Penjabaran visi, misi dan program Bupati ke dalam strategi
pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas Bupati,
dan arah kebijakan keuangan daerah, dengan berpedoman pada
RPJPD Kabupaten Ponorogo Tahun 2005-2025;

b. Dokumen perencanaan daerah yang memberikan arah sekaligus
acuan bagi seluruh komponen pelaku pembangunan daerah dalam
mewujudkan pembangunan daerah yang berkesinambungan.

Pasal 3
(1) RPJMD dimaksudkan sebagai acuan dan pedoman dalam
penyusunan dokumen :
a. Renstra-PD;
b. RKPD;
c. Rencana Kerja PD, dan
d. perencanaan penganggaran.


(2) RPJMD bertujuan untuk mewujudkan perencanaan pembangunan
daerah yang sinergis dan terpadu antara perencanaan
pembangunan Nasional, Provinsi dan Kabupaten serta dengan
Kabupaten/Kota yang berbatasan.

BAB III
SISTEMATIKA, ISI DAN URAIAN

Pasal 4
Sistematika RPJMD terdiri atas :

a. BAB I : Pendahuluan;
b. BAB II : Gambaran umum kondisi daerah;
c. BAB III : Gambaran pengelolaan keuangan
Daerah serta kerangka pendanaan;
d. BAB IV : Analisis Isu-isu strategis;
e. BAB V : Visi, misi, tujuan dan sasaran;
f. BAB VI : Strategi dan arah kebijakan;
g. BAB VII : Kebijakan umum dan program
Pembangunan Daerah;
h. BAB VIII : Indikasi rencana program prioritas disertai
kebutuhan pendanaan;
i. BAB IX : Penetapan indikator kinerja daerah;

5

j. BAB X : Pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan.

Pasal 5
(1) Isi dan uraian RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(2) Perubahan terhadap ketentuan dalam BAB VII dan BAB VIII
dituangkan dalam Peraturan Bupati.

BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 6
Semua program dan kegiatan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016 dinyatakan tetap berlaku sampai
berakhirnya Tahun Anggaran 2016

BAB V
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 7
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Ponorogo.

Ditetapkan di Ponorogo
pada tanggal : 07 September 2016

BUPATI PONOROGO,


H. IPONG MUCHLISSONI
Diundangkan di Ponorogo

Pada tanggal : 07 September 2016
SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN PONOROGO


AGUS PRAMONO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 NOMOR: 01

6

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . iii
DAFTAR GAMBAR . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . v
DAFTAR GRAFIK . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vi
BAB I PENDAHULUAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Dasar Hukum Penyusunan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.3 Hubungan Antar Dokumen . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . 5
1.4 Sistematika Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
1.5 Maksud dan Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
2.1 Aspek Geografi dan Demografi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31
2.3 Aspek Pelayanan Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46
2.4 Aspek Daya Saing Daerah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 90
BAB III GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA
KERANGKA PENDANAAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 96
3.1 Kinerja Keuangan Masa lalu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 96
3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu . . . . . . . . . . . . . . . 107
3.3 Kerangka Pendanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 109
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 122
4.1 Permasalahan Pembangunan Kabupaten Ponorogo . . . . . . . . . 123
4.2 Isu-Isu Strategis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 129
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 143
5.1 Visi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 143
5.2 Misi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 147
5.3 Tujuan dan Sasaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 151

i RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021




BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 171
6.1 Strategi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 171
6.2 Arah Kebijakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 173
BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH . . . . . . 187
7.1 Kebijakan Umum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 188
7.2 Kebijakan Kewilayahan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 188
7.3 Program Pembangunan Daerah .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 189
BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN
PENDANAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 232
8.1 Urusan wajib. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 232
8.2 Urusan Pilihan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 251
8.3 Urusan Penunjang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 256
BAB IX INDIKATOR KINERJA DAERAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 296
9.1 Indikator Kinerja Utama. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 296
9.2 Indikator Kinerja Daerah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 297
BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN . . . . . . . . . . . . . . 320
10.1 PedomanTransisi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 320
10.2 Kaidah Pelaksanaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 320
10.3 Pengembangan Pembiayaan Pembangunan . . . . . . . . . . . . . . . . 322

ii RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021



DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Matrik Keterkaitan Visi dan Misi RPJMN, RPJMD Provinsi Jawa Timur
dan RPJMD Kabupaten Ponorogo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Ponorogo Menurut Kecamatan . . . . . . . . . . 19
Tabel 2.2 Jumlah Hari Hujan Tiap Bulan Menurut Stasiun Penakar Hujan tahun
2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
Tabel 2.3 Keadaan Curah Hujan Kabupaten Ponorogo Tiap Bulan Tahun 2015 . . . 22
Tabel 2.4 Nama Sungai, Panjang dan Manfaat Untuk Irigasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
Tabel 2.5 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Berdasarkan Penggunaannya tahun
2015 (km2) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Kabupaten Ponorogo Menurut Kecamatan Tahun
2015. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
Tabel 2.7 Potensi Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
Tabel 2.8 Potensi Bencana Berdasarkan Wilayah Kabupaten Ponorogo. . . . . . . . . . 30
Tabel 2.9 Perkembangan PDRB Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015 (Juta
Rupiah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
Tabel 2.10 Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) Kab. Ponorogo dan Jawa Timur Tahun
2011-2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33
Tabel 2.11 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo Tahun 2015 (%). . 35
Tabel 2.12 Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Ponorogo Tahun
2011-2015 (%) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36
Tabel 2.13 Jumlah Organisasi Kesenian Menurut Jenisnya Tahun 2015. . . . . . . . . . . 44
Tabel 2.14 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46
Tabel 2.15 Angka Partisipasi Kasar Kabupaten Ponorogo Tahun 2011 – 2015 . . . . . 48
Tabel 2.16 Angka Partisipasi Murni Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015.. . . . . . 49
Tabel 2.17 Kecukupan Ruang Kelas dan Penduduk Usia Sekolah Kabupaten
Ponorogo Tahun 2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
Tabel 2.18 Rasio Guru dan Murid Semua Jenjang Pendidikan Tahun 2011-2015 . . . 51
Tabel 2.19 Jumlah Sekolah Menurut Jenis Sekolah di Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52
Tabel 2.20 Pendidik Bersertifikat dan Penduduk Melek Huruf Tahun 2011-2015 . . 53
Tabel 2.21 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015 . 56
Tabel 2.22 Rasio Cakupan Puskesmas dan Puskesmas Terakreditasi. . . . . . . . . . . . . 57
Tabel 2.23 Rasio Kecukupan Dokter dan Prevalensi Kekurangan Gizi Tahun 2011-
2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57
Tabel 2.24 Kinerja Pelayanan RSUD Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015. . . . . 58
Tabel 2.25 Panjang dan Kondisi Jalan Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015 . . 59
Tabel 2.26 Perkembangan Investasi Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015 . . . 62
Tabel 2.27 Perkembangan Kelembagaan Koperasi, UKM, dan BPR Tahun 2011-
2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 63
Tabel 2.28 Cakupan kepemilikan dokumen KK dan KTP Tahun 2011-2015. . . . . . . . 65


iii RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021

Tabel 2.29 Pelayanan Dokumen Akte Kelahiran dan Cakupan Kepemilikan Akte
Kelahiran Usia <18 Tahun di Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015. . . 66
Tabel 2.30 Perkembangan Angkatan Kerja Ponorogo Tahun 2011-2015. . . . . . . . . . 67
Tabel 2.31 Kinerja Urusan Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Tahun 2011-2015. . . . . . 68
Tabel 2.32 Kinerja Ketahanan Pangan Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015 . . . . 70
Tabel 2.33 Kinerja Urusan Lingkungan Hidup Di Kabupaten Ponorogo Dalam 5
Tahun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 71
Tabel 2.34 Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Kabupaten
Ponorogo Tahun 2011-2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 72
Tabel 2.35 Jumlah Akseptor Keluarga Berencana Menurut Metode Penggunaannya
di Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 75
Tabel 2.36 Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015 . . . 84
Tabel 2.37 Produktivitas Tanaman Pangan Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015 84
Tabel 2.38 Produksi Peternakan Kabupaten Ponorogo tahun 2011-2015 . . . . . . . . . 85
Tabel 2.39 Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015 86
Tabel 2.40 Rehabilitasi hutan dan lahan diluar kawasan Tahun 2011- 2015
Kabupaten Ponorogo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 87
Tabel 2.41 Perkembangan Jumlah Usaha Industri Kecil dan Menengah Tahun 2011-
2015. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 88
Tabel 2.42 Laju Pertumbuhan Kategori Konstruksi di Kabupaten Ponorogo dan
Jawa Timur Tahun 2011-2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 89
Tabel 2.43 Perkembangan Jumlah Wisatawan Tahun 2011-2015. . . . . . . . . . . . . . . . 90
Tabel 2.44 Kawasan Lingkar Wilis dan Panjang Trase Jalan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 94
Tabel 2.45 Data Awal IKU (Indeks Kinerja Utama) Tahun 2011-2015. . . . . . . . . . . . . 95
Tabel 3.1 Rincian Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Ponorogo Tahun
2011-2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 101
Tabel 3.2 Rincian Realisasi dana Perimbangan Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-
2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 102
Tabel 3.3 Rincian Realisasi Lain-Lain Pendapatan yang Sah Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 104
Tabel 3.4 Penutup Defisit Riil Anggaran Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015 . . 105
Tabel 3.5 Neraca Pemerintah Kabupaten Ponorogo per 31 Desember 2011-2015 106
Tabel 3.6 Analisa Rasio Keuangan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 107
Tabel 3.7 Jenis Belanja Terhadap Kelompok Belanja Dalam APBD Kabupaten
Ponorogo Tahun 2011-2015 (dalam %) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 109
Tabel 3.8 Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Kabupaten Ponorogo
Tahun 2016-2021 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 115
Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Kabupaten Ponorogo . . . . . . 160
Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo. . . . . . . . . . . . . . . . . . 176
Tabel 7.1 Kebijakan Umum Dan Program Pembangunan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 196
Tabel 8.1 Indikasi rencana program Prioritas Yang Disertai Pendanaan
Kabupaten Ponorogo. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 260
Tabel 9.1 Indikator Kinerja Utama Kabupaten Ponorogo tahun 2016-2021 . . . . . . . 297
Tabel 9.2 Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Ponorogo tahun 2016-2021 . . . . . . 298


iv RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Ponorogo . . . . . . . . . . . . . . . . 18
Gambar 2.2 Peta Rawan Bencana Kabupaten Ponorogo. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30
Gambar 6.1 Fokus/Tema Pembangunan KabupatenPonorogo tahun 2016-2021 . 174

v RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021





DAFTAR GRAFIK

Halaman
Grafik 2.1 Perkembangan IPM Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015 . . . . . . . . 37
Grafik 2.2 Perkembangan Angka Harapan Lama Sekolah Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39
Grafik 2.3 Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
Grafik 2.4 Perkembangan Angka Harapan Hidup Kabupaten Ponorogo Tahun
2011-2015. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
Grafik 2.5 Perkembangan Daya Beli Masyarakat Kabupaten Ponorogo Tahun
2011-2015. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
Grafik 2.6 Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
Grafik 2.7 Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55
Grafik 2.8 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten PonorogoTahun 2011-2015 72
Grafik 2.9 Angka Kelahiran Kasar Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015. . . . . . 74
Grafik 2.10 Aparatur Sipil Negara Menurut Golongan Kepangkatan di Kabupaten
Ponorogo Tahun 2015. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 76
Grafik 2.11 Jumlah PMKS Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015 . . . . . . . . . . . . . 78
Grafik 2.12 Jumlah Pengunjung Perpustakaan Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 81
Grafik 2.13 Perkembangan Jumlah Produksi Perikanan Tahun 2011-2015. . . . . . . 82
Grafik 2.14 Tingkat Konsumsi Ikan Penduduk Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-
2015. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 83
Grafik 3.1 Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100
Grafik 3.2 Rincian Realisasi Penerimaan Dana Perimbangan Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 102
Grafik 3.3 Rincian Realisasi Lain-Lain Pendapatan yang Sah Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 103
Grafik 3.4 Perbandingan Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung
Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 108
Grafik 3.5 Proyeksi Pendapatan Kabupaten Ponorogo Tahun 2017-2021 . . . . . . . . 113
Grafik 3.6 Proporsi Proyeksi Pendapatan Kabupaten Ponorogo Tahun 2017-2021
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 114
Grafik 3.7 Proyeksi Proporsi Belanja Kabupaten Ponorogo Tahun 2017-2021 . . . . 116


vi RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam rangka pelaksanaan amanat UU Nomor 25 Tahun 2004


tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah maka dalam
setiap pergantian Kepala Daerah, diharuskan untuk membuat dokumen
perencanaan pembangunan lima tahunan yang disebut dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
RPJMD pada dasarnya adalah merupakan penjabaran visi, misi dan
program kepala daerah terpilih selama 5 (lima) tahun yang akan datang
dimana prosesnya harus melibatkan Dewan Perwakian Rakyat Daerah
(DPRD) untuk persetujuannya yang berbentuk Peraturan Daerah (Perda).
Seiring dengan telah dilantiknya Drs. H. Ipong Muchlissoni dan Drs.
H. Soedjarno, MM pada tanggal 17 Februari 2016 sebagai Bupati dan Wakil
Bupati Ponorogo Tahun 2016-2021 maka Pemerintah Kabupaten Ponorogo
juga harus menyusun RPJMD Kabupaten Ponorogo periode 2016-2021, dan
ini merupakan periode yang ketiga Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Kabupaten Ponorogo Tahun 2005-2025. Selain berdasarkan
RPJPD Kabupaten Ponorogo maka penyusunan RPJMD ini juga diselaraskan
dengan sasaran prioritas pembangunan nasional sesuai dengan ketentuan
dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 dan
juga berdasarkan arah kebijakan pembangunan Propinsi Jawa Timur dan
RPJMD Propinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019. RPJMD Kabupaten
Ponorogo Tahun 2016-2021 ini nantinya akan menjadi pedoman
penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) pada setiap tahun
dan juga dijadikan pedoman bagi Perangkat Daerah (PD) dalam
penyusunan Rencana Strategis (Renstra) SKPD. Hal ini sejalan dengan

1 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


BAB I

Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 Pasal 25 Ayat (1) dan Undang-


undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 69 Ayat (2).
Penyusunan dokumen RPJMD sebagai suatu bentuk perencanaan
strategis yang disusun melalui proses yang dilakukan dengan
memperhatikan pendekatan dalam penyusunan perencanaan, penelaahan
kondisi dan permasalahan daerah serta identifikasi potensi sumberdaya
yang ada agar mampu menjawab tuntutan perkembangan lingkungan
strategis dengan tetap berada dalam tatanan sistem manajemen
pembangunan nasional. Dengan demikian, RPJMD Tahun 2016-2021
merupakan dokumentasi rencana pemenuhan kebutuhan nyata serta
untuk mengantisipasi berbagai persoalan aktual yang akan dihadapi oleh
seluruh masyarakat Kabupaten Ponorogo.

1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN

Dasar hukum penyusunan RPJMD Kabupaten Ponorogo Tahun


2016-2021 adalah sebagai berikut:
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 9) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang
Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya & Dati II Surabaya
dengan mengubah Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi
Jawa Timur & Undang-Undang 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur,
Jawa Tengah, Jawa Barat dan DI. Yogyakarta (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2730);

2 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


BAB I

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 2286);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
4421);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725, Tambahan
Lembaran Republik Indonesia Nomor 4725);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia
Nomor 5234);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

3 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


BAB I

11. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara


Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114);
14. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-
2025;
15. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun 2015-
2019;
16. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah;
20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur

4 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


BAB I

Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009


Nomor I Seri E);
21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Tahun 2011-2031 (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 Nomor 3 Seri D, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 15);
22. Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Ponorogo
Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Ponorogo Tahun 2010
Nomor 6);
23. Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ponorogo Tahun 2012-2032
(Lembaran Daerah Kabupaten Ponorogo Tahun 2012 Nomor 2).

1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN

Penyusunan dokumen RPJMD Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-


2021 memiliki keterkaitan dengan dokumen-dokumen perencanaan
pembangunan lainnya. Adapun penjelasan keterkaitan Dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah perlu menyesuaikan dengan
dokumen perencanaan pembangunan yang lainnya, baik vertikal maupun
horizontal, seperti RPJPN, RPJMN, RPJMD dan RTRW Provinsi Jawa Timur,
RPJPD dan RTRW Kabupaten Ponorogo, serta perbandingan dengan RPJMD
dan RTRW Daerah sekitar.

1. Telaah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005-2025
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-
2025 tidak secara spesifik memberikan arahan secara wilayah, namun
dalam skala nasional. Oleh karena itu pembahasan dalam RPJPN yang
memilki relevansi dengan pembangunan berkelanjutan Kabupaten
adalah arahan dalam tahapan pembangunan nasional yang ke-3,

5 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


BAB I

periode 2015-2019. RPJM ke-3 ditujukan untuk lebih memantapkan


pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan
menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian
berlandaskan keunggulan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia
berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.

2. Telaah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019
Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional adalah
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong”. Visi tersebut dicapai dengan
menjalankan 7 misi pembangunan, yaitu:
1) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan
sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia
sebagai negara kepulauan.
2) Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3) Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati
diri sebagai negara maritim.
4) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju,
dan sejahtera.
5) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri,
maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
7) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Misi yang tercantum dalam RPJM Nasional dicapai dengan arah
kebijakan umum pembangunan nasional sebagai berikut:
1) Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif d an
Berkelanjutan.

6 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


BAB I

2) Meningkatkan Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam


(SDA) yang Berkelanjutan.
3) Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Pertumbuhan dan
Pemerataan.
4) Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup, Mitigasi Bencana Alam
dan Penanganan Perubahan Iklim.
5) Penyiapan Landasan Pembangunan yang Kokoh.
6) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kesejah-teraan
Rakyat Yang Berkeadilan.
7) Mengembangkan dan Memeratakan Pembangunan Daerah.
Secara lebih detail, RPJMN memiliki 9 (Sembilan) agenda prioritas yang
disebut dengan NAWA CITA, yaitu:
1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa
dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.
2) Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4) Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem
dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
terpercaya.
5) Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit
bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-
sektor strategis ekonomi domestik.
8) Melakukan revolusi karakter bangsa.
9) Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial
Indonesia.

7 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


BAB I

Telaah Visi, Misi, Arah Kebijakan serta program prioritas NAWACITA


menjadi acuan pembangunan jangka menengah di daerah. Terutama
berkaitan dengan pelaksanaan 9 (Sembilan) agenda prioritas, sesuai
dengan ketentuan urusan yang dilimpahkan ke daerah.

3. Telaah RPJMD Provinsi Jawa Timur 2014-2019
Visi pembangunan Jawa Timur yang ingin diwujudkan pada periode
2014-2019 adalah: “Jawa Timur Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri,
Berdaya Saing, dan Berakhlak”
Strategi umum yang digunakan untuk mencapai visi dan misi
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan berkelanjutan berpusat pada rakyat (people centered
development) yang inklusif, dan mengedepankan partisipasi rakyat
(participatory based development).
2. Pertumbuhan ekonomi yang berpihak kepada masyarakat miskin
(pro-poor, pro - growth), yang di dalamnya secara implisit
termasuk strategi pro-poor, pro-job, pro-growth, dan pro-
environment.
3. Pengarusutamaan Gender (pro-gender).
Strategi lain yang digunakan adalah dengan mengembangkan cluster
kewilayahan yang bertujuan untuk meningkatkan pemerataan
pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, sosial dan budaya di seluruh Jawa
Timur. Penetapan cluster tersebut dirumuskan berdasarkan arah
pembangunan kewilayahan Jawa Timur yaitu sebagai pusat agrobisnis
terkemuka yang disinkronisasikan dengan agenda pembangunan tahun
2014-2019 (sesuai dengan masa RPJMD Gubernur Jawa Timur) yang
difokuskan pada pengembangan kawasan strategis, utamanya kawasan
strategis agropolitan, kawasan agroindustri, kawasan metropolitan dan
kawasan tertinggal. Kabupaten Ponorogo dalam pengembangan
kawasan strategis ditetapkan sebagai Cluster Agropolitan Wilis yang

8 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


BAB I

terdiri dari Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan,


Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Pacitan
Matrik keterkaitan Visi dan Misi RPJMN, RPJMD Profinsi Jawa Timur
dan RPJMD Kabupaten Ponorogo sebagaimana tertulis dalam Tabel
berikut :

TABEL 1.1
MATRIK KETERKAITAN VISI DAN MISI RPJMN,
RPJMD PROPINSI JAWA TIMUR DAN RPJMD KABUPATEN PONOROGO

RPJMN RPJMD Propinsi Jawa Timur RPJMD Kabupaten Ponorogo
2015 - 2019 2014 - 2019 2016 - 2021

VISI : VISI : VISI :


“Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, “Jawa Timur Lebih Sejahtera, Berkeadilan, “Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius”
Mandiri dan Berkepribadian Mandiri, Berdaya saing dan Berakhlak”
Berlandaskan Gotong Royong”
MISI MISI MISI
Mewujudkan keamanan nasional 1 Meningkatkan kesejahteraan rakyat 1 Membentuk budaya keteladanan pemimpin
1 yang mampu menjaga yang berkeadilan. yang efektif, guna mengembangkan manajemen
kedaulatan wilayah, menopang pemerintahan daerah yang amanah, tanggap
kemandirian ekonomi dengan 2 Meningkatkan pembangunan dan berkemampuan andal dalam memecahkan
mengamankan sumberdaya ekonomi yang inklusif, mandiri, dan masalah.
maritim, dan mencerminkan berdaya saing, berbasis agrobisnis/ 2 Mengelola sumberdaya daerah menjadi lebih
kepribadian Indonesia sebagai agroindustri, dan industrialisasi. berdayaguna, unggul, produktif dan
Negara kepulauan. berkelanjutan serta bermanfaat luas secara
2 Mewujudkan masyarakat maju, 3 Meningkatkan pembangunan yang ekonomi dan social melalui investasi, industry,
berkesinambungan dan berkelanjutan, dan penataan ruang. perdagangan dan pengembangan pariwisata
demokratis berlandaskan negara menjadi lokomotif penggerak perekonomian
hukum. 4 Meningkatkan reformasi birokrasi daerah.
3 Mewujudkan politik luar negeri dan pelayanan publik. 3 Mewujudkan pengelolaan infrastruktur strategis
bebas aktif dan memperkuat jati secara profesional agar memiliki daya dukung
diri sebagai Negara maritime. yang kokoh untuk untuk menyokong
4 Mewujudkan kualitas hidup 5 Meningkatkan kualitas kesalehan produktifitas masyarakat, kemajuan wilayah,
manusia Indonesia yang tinggi, sosial dan harmoni sosial. serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
maju dan sejahtera. 4 Membangun pertanian sebagai pengembangan
5 Mewujudkan bangsa yang model berbasis ekonomi kerakyatan yang
berdaya saing. berdaya saing tangguh.
6 Mewujudkan Indonesia menjadi 5 Menata kawasan yang nyaman untuk semua,
negara maritime yang mandiri, dengan ketersediaan ruang publik yang
maju, kuat dan berbasiskan memadai dan berwawasan lingkungan.
kepentingan nasional. 6 Membangun prinsip kemandirian dalam upaya
7 Mewujudkan masyarakat yang pemberdayaan masyarakat dan desa miskin,
berkepribadian dalam pengangguran serta perluasan kesempatan
kebudayaan. kerja, dan melindungi hak-hak masyarakat yang
berlandaskan pada penegakan hukum yang
berkeadilan.
7 Meningkatkan peran aktif Pemerintah Daerah
dalam memajukan sistem pelayanan pendidikan
dan kesehatan masyarakat guna mendorong
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang
handal, mempunyai kompetensi yang cukup.
Membangun jiwa bangsa melalui pemberdayaan
pemuda dan olahraga yang bertaqwa,
berbudaya dan berkepribadian.

9 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


BAB I

4. Telaah RTRW Provinsi Jawa Timur 2011-2031


Rencana Tata Ruang dan Wilayah Provinsi Jawa Timur bertujuan untuk
mewujudkan ruang wilayah provinsi yang berdaya saing tinggi dan
berkelanjutan melalui pengembangan sistem agropolitan dan sistem
metropolitan.
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah provinsi meliputi
pengembangan:
a. wilayah;
b. struktur ruang;
c. pola ruang; dan
d. kawasan strategis.
Berdasarkan perecanaan kewilayahan, Kabupaten Ponorogo masuk
dalam Wilayah Pengembangan Madiun dan sekitarnya dengan pusat di
Kota Madiun meliputi: Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten
Magetan, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Ngawi dengan fungsi:
pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan,
peternakan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, kesehatan, dan
industri.

5. Telaah RPJPD Kabupaten Ponorogo
Visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten
Ponorogo 2005-2025 adalah “Ponorogo Maju, Adil dan Sejahtera”
Dalam mewujudkan visi tersebut, ditempuh melalui enam misi yaitu:
1. Penyelenggaraan pemerintahan yang amanah
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
4. Pengelolaan potensi Daerah secara profesional
5. Meningkatkan penghayatan dan pengamalan nilai agama
6. Pelaksanaan pembangunan yang terintegrasi.
Upaya pencapaian misi tersebut dilakukan dalam empat tahapan, yaitu
Tahap Pertama 2006-2010, Tahap Kedua 2010-2015, Tahap Ketiga 2016-
2020 dan Tahap Keempat 2021-2025. Saat ini, Kabupaten Ponorogo masuk

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


10

BAB I

dalam tahap RPJM III yang ditekankan pada pemerataan pembangunan


dan hasil-hasilnya, tidak hanya antar wilayah namun juga pada keseluruhan
masyarakatnya, sehingga terwujud rasa keadilan di berbagai aspek
kehidupan. Pemanfaatan potensi alam dilaksanakan secara bijaksana dan
arif dengan mengembangkan agrobisnis untuk menghasilkan nilai tambah
yang tinggi dengan memperhatikan kelangsungannya untuk generasi yang
akan datang.
Sebagai daerah yang memiliki nilai-nilai religius yang kuat yang
didukung dengan keberadaan pondok-pondok pesantren yang telah
dikenal secara nasional dan internasional, perlu terus dikembangkan
sebagai ciri khas atau karakteristik Ponorogo beserta masyarakatnya,
dengan tetap memberikan tempat pada umat lainnya. Dengan
keseimbangan nilai religi dan aspek kehidupan masyarakat lainnya
diharapkan akan membuahkan kesejahteraan dan kedamaian bagi
masyarakat Ponorogo.

6. Telaah RTRW Kabupaten Ponorogo 2012-2032
Visi penataan ruang wilayah Kabupaten Ponorogo adalah terwujudnya
Ruang Wilayah Kabupaten Ponorogo sebagai pusat agropolitan dan
agribisnis serta budaya unggulan di Jawa Timur
Misi penataan ruang wilayah Kabupaten Ponorogo adalah:
1. mewujudkan pengembangan pertanian unggulan dan berdaya saing
tinggi;
2. mewujudkan pengembangan prasarana wilayah sebagai pendukung
pengembangan agropolitan dan sentra budaya lokal; dan
3. mewujudkan pengembangan pusat agribisnis Kabupaten Ponorogo
yang mendukung kelestarian alam
Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Ponorogo adalah untuk
mewujudkan ruang wilayah yang produktif berbasis pertanian dan
pariwisata unggulan agar berwawasan lingkungan hidup di Jawa Timur.
Berdasarkan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Ponorogo,
maka kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten meliputi:

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


11

BAB I

a) pengembangan sistem perkotaan dalam membentuk pusat


pertumbuhan ekonomi secara berjenjang;
b) pengembangan kawasan perdesaan dalam menunjang pengembangan
wilayah sekaligus untuk mengurangi kesenjangan/disparitas yang ada;
c) pengembangan fungsi wilayah/pemberdayaan wilayah sesuai
karakteristik dan potensi yang dimiliki;
d) pengembangan produk unggulan Kabupaten Ponorogo dalam
mendorong perwujudan sistem agropolitan;
e) peningkatan potensi alam dan budaya dalam mewujudkan
pengembangan pariwisata unggulan;
f) peningkatan aksesibilitas antar wilayah melalui penyediaan dan
pengembangan jalan dalam mempercepat pengembangan wilayah
penyediaan infrastruktur wilayah sesuai hirarkinya dengan tetap
mempertahankan kawasan lindung dalam menjaga keberlanjutan
pembangunan serta untuk meminimasi kemungkinan terjadinya
bencana
g) pengembangan kawasan pertanian untuk mendukung industri
pengolahan hasil pertanian
h) pengembangan industri pengolah hasil pertanian dalam mendukung
percepatan perwujudan agropolitan pengembangan kawasan dan
event wisata unggulan;
i) pengembangan kualitas kawasan permukiman perkotaan dan
perdesaan
j) pengembangan kawasan strategis dalam mendorong pengembangan
wilayah

7. Telaah RPJMD Dan RTRW Daerah Sekitar
Kabupaten Ponorogo berbatasan dengan 8 kabupaten, terdiri dari 7
kabupaten di Provinsi Jawa Timur dan satu kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah, yaitu: Kabupaten Madiun, Kabupaten Kediri, Kabupaten
Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Pacitan, Kabupaten
Nganjuk, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Wonogiri.

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


12

BAB I

Berdasarkan telaah yang dilakukan terhadap dokumen RPJMD dan


RTRW daerah sekitar, ditemukan beberapa kondisi kesamaan dalam
perencanaan pembangunan dan tata ruang diantaranya:
Kabupaten Madiun memiliki kesamaan dalam rencana peningkatan
perekonomian rakyat berbasis agro dan berwawasan bisnis. Sedangkan
terkait RTRW, Kabupaten Madiun yang bersinggungan dengan Kabupaten
Ponorogo adalah sebagai berikut: lahan peruntukan industri yang saat ini
ada disepanjang jalan arteri primer yang menghubungkan Kabupaten
Madiun – Surabaya maupun Kabupaten Madiun – Ponorogo dibatasi
perkembangannya dan untuk pembangunan industri baru diarahkan ke
utara disekitar akses bebas hambatan.
Kabupaten Magetan juga direncanakan akan memiliki kawasan
Agropolitan, yakni kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena
berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani,
mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian
(agribisnis) di wilayah sekitarnya.
Kabupaten Tulungagung melalui melalui Kawasan Agropolitan Sendang
(KAS) merupakan site-site on farm yang memproduksi berbagai produk
biologi (terutama tanaman, ternak dan ikan). Sistem produksi kawasan
mengacu pada kelestarian lingkungan hidup yang tetap memperhatikan
dayaguna dan hasil guna yang tinggi.
Kabupaten Nganjuk memiliki kesamaan dalam upaya peningkatan
perekonomian daerah melalui pembinaan ekonomi kerakyatan yang
bertumpu pada perdagangan dan industri berbasis potensi pertanian. Tidak
hanya itu hasil telaah menunjukkan keterkaitan Kabupaten Nganjuk
dibidang pariwisata dan pertanian. Oleh karena itu, perlu ada pemahaman
tentang strategi yang digunakan dalam RTRW Kabupaten Nganjuk.
Kabupaten Wonogiri memiliki kesamaan dalam upaya pengolahan potensi
unggulan khususnya di bidang industri pengolahan hasil pertanian (dalam
arti luas), perdagangan, dan pariwisata. Pengembangan industri
pengolahan hasil pertanian dan pengembangan pariwisata bersinggungan
dengan rencana Kabupaten Ponorogo, dengan sedikit pembeda bahwa

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


13

BAB I

Ponorogo lebih memiliki potensi wisata yang variatif meliputi wisata alam
dan budaya.

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penyusunan RPJMD Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2021


secara teknis disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dengan sistematika penulisan
sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan,
Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah. Sistematika penulisan RPJMD adalah sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang penyusunan RPJMD, maksud dan
tujuan penyusunan, landasan normatif penyusunan, hubungan dengan
dokumen perencanaan lainnya dan sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang
1.2 Dasar Hukum
1.3 Hubungan antar Dokumen
1.4 Sistematika Penulisan
1.5 Maksud dan Tujuan
BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Bab ini menguraikan statistik dan gambaran umum kondisi daerah saat
ini, dengan maksud mengetahui keadaan daerah pada berbagai bidang
dan aspek kehidupan sosial ekonomi daerah yang akan diintervensi
melalui berbagai kebijakan dan program daerah dalam jangka waktu
lima tahun. Bab ini diperjelas dan diperinci ke dalam sub bab-sub bab
sebagai berikut:
2.1 Aspek Geografi dan Demografi;
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat;
2.3 Aspek Pelayanan Umum;

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


14

BAB I

2.4 Aspek Daya Saing Daerah


BAB III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA
PENDANAAN
Bab ini menjelaskan gambaran umum keuangan daerah dan
pembiayaan pembangunan yang pada akhirnya akan diketahui
kemampuan daerah dalam membiayai program-program
pembangunan. Adapun struktur sub bab dalam bab ini adalah:
3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu;
3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu;
3.3 Kerangka Pendanaan.
BAB IV. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
Bab ini berisi uraian tentang permasalahan pembangunan yang akan
dianalisa, sehingga menghasilkan isu-isu strategis dengan tujuan untuk
memudahkan proses perumusan arah kebijakan, strategi dan skala
prioritas.
4.1 Permasalahan Pembangunan;
4.2 Isu Strategis;
BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
Bab ini menguraikan rumusan visi dan misi Kabupaten Ponorogo Tahun
2016-2021, serta tujuan dan sasaran pembangunan dalam kurun
waktu tahun 2016-2021. Adapun struktur sub bab dalam bab ini
adalah:
5.1 Visi;
5.2 Misi;
5.3 Tujuan dan Sasaran.
BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Dalam bagian ini diuraikan strategi yang dipilih dalam mencapai tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya serta arah kebijakan
yang menjadi pedoman untuk mengarahkan rumusan strategi yang
dipilih agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran.
BAB VII. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
Dalam bagian ini diuraikan keterkaitan antara bidang urusan

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


15

BAB I

pemerintahan daerah dengan rumusan indikator kinerja sasarana yang


menjadi acuan penyusunan program pembangunan jangka menengah
daerah berdasarkan strategi dan arah kebijakan yang telah di tetapkan.
BAB VIII. INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN
PENDANAAN
Bab ini menguraikan hubungan urusan pemerintah daerah dengan
Perangkat Daerah (PD) terkait beserta program yang menjadi tanggung
jawab PD. Pada bagian ini, disajikan pula pencapaian target indikator
kinerja dan pagu indikatif masing-masing program pembangunan
daerah serta pagu indikatif untuk program-program yang berhubungan
dengan pemenuhan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah.
Terdapat pula penjelasan target capaian pada akhir periode
perencanaan yang dibandingkan dengan pencapaian indikator kinerja
pada awal periode perencanaan.
BAB IX. PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
Bab ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran
keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala
daerah pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditunjukkan dari
akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan
daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri
setiap tahun, sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir
periode RPJMD dapat dicapai.
BAB X. PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN
Bab ini berisi pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan RPJMD. Bab ini
bertujuan untuk tetap menjaga keberlangsungan dan kesinambungan
proses pembangunan daerah yang sudah dilaksankan dengan masa
yang akan datang. Adapun struktur sub bab dalam bab ini adalah:
10.1 Pedoman Transisi
10.2 Kaidah Pelaksanaan

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


16

BAB I

1.5 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud penyusunan dokumen RPJMD Kabupaten Ponorogo Tahun


2016-2021 adalah sebagai berikut:
1. Memberikan arah pembangunan daerah jangka menengah, sebagai
pedoman penyusunan Renstra Perangkat Daerah (PD) dan rencana
pembangunan tahunan (RKPD);
2. Menjadi tolok ukur kinerja Kepala Daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah serta instrumen bagi DPRD dalam
melaksanakan fungsi pengawasan;
3. Menjadi acuan dalam melaksanakan pembangunan bagi seluruh pemangku
kepentingan
Adapun tujuan penyusunan dokumen RPJMD Kabupaten Ponorogo
Tahun 2016-2021 adalah sebagai berikut:
1. Merupakan bagian dari RPJPD Kabupaten Ponorogo Tahun 2005-2025,
yang berkedudukan sebagai dokumen perencanaan induk dengan periode
waktu 5 tahunan;
2. Merupakan arah pembangunan yang ingin dicapai daerah dalam kurun
waktu Bupati/Wakil Bupati Ponorogo periode 2016-2021;
3. Menyediakan standar untuk mengukur dan melakukan evaluasi kinerja
tahunan setiap PD;
4. Memudahkan seluruh jajaran aparatur pememerintah daerah dan DPRD
dalam mencapai tujuan dengan cara menyusun program dan kegiatan
secara terpadu, terarah dan terukur;
5. Memudahkan seluruh jajaran aparatur pemerintah daerah dan DPRD untuk
memahami dan menilai arah kebijakan dan program serta kegiatan
operasional tahunan dalam rentang waktu lima tahunan.

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


17

BAB I

BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI


a. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
Kabupaten Ponorogo adalah salah satu diantara 38 Kabupaten/Kota
yang ada di Jawa Timur. Luas wilayah Kabupaten Ponorogo adalah 1.371,78
km², atau menempati sekitar 3,5% (tiga setengah persen) luas wilayah
Provinsi Jawa Timur. Secara administratif, Kabupaten Ponorogo terdiri dari
21 kecamatan, yang meliputi 307 desa/kelurahan, 1.002 dusun/lingkungan,
2.274 Rukun Warga (RW) dan 6.869 Rukun Tetangga (RT).
Peta Kabupaten Ponorogo tersaji dalam gambar berikut:
Gambar 2. 1
Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Ponorogo


Sumber: Bappeda Kabupaten Ponorogo, 2015

Batas wilayah administrasi Kabupaten Ponorogo adalah:
1. Sebelah Utara : Kabupaten Magetan, Kabupaten Madiun
dan Kabupaten Nganjuk

18
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

2. Sebelah Timur : Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten


Trenggalek
3. Sebelah Selatan : Kabupaten Pacitan
4. Sebelah Barat : Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri
Luasan wilayah kecamatan dan jumlah desa/dusun pada masing-
masing kecamatan tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 2. 1
Luas Wilayah Kabupaten Ponorogo Menurut Kecamatan
No. Kecamatan Luas (Km²) Jumlah Jumlah
Desa/ Dusun RW RT
Kelurahan
1 Siman 37,95 18 45 95 289
2 Ponorogo 22,31 19 44 119 405
3 Babadan 43,93 15 56 123 480
4 Jenangan 59,44 17 60 120 402
5 Bungkal 54,01 19 63 129 340
6 Sambit 59,83 16 46 93 302
7 Sawo 124,71 14 54 160 490
8 Mlarak 37,20 15 49 104 267
9 Jetis 22,41 14 41 81 216
10 Sooko 55,33 6 27 106 257
11 Pudak 48,92 6 19 31 79
12 Pulung 127,55 18 67 165 465
13 Ngebel 59,50 8 31 67 165
14 Kauman 36,61 16 54 113 303
15 Jambon 57,48 13 44 76 278
16 Badegan 52,35 10 34 45 229
17 Sampung 80,61 12 44 88 320
18 Sukorejo 59,58 18 58 139 388
19 Ngrayun 148,76 11 40 145 439
20 Slahung 90,34 22 61 154 413
21 Balong 56,96 20 65 121 342
Jumlah 1.371.780 307 1.002 2.274 6.869
Sumber data: Bappeda Kabupaten Ponorogo, 2016

Berdasarkan data tersebut Kecamatan Ngrayun merupakan
kecamatan yang memiliki wilayah paling luas mencapai 148,76 Km².
Kecamatan yang memiliki jumlah desa terbanyak adalah Slahung dengan
total 22 Desa. Untuk kecamatan yang memiliki jumlah dusun terbanyak
adalah Kecamatan Balong dengan total 65 dusun. Sedangkan Kecamatan

19
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Ponorogo dengan luas


wilayah 22,31. Kecamatan dengan jumlah desa paling sedikit adalah
Kecamatan Sooko dan Pudak masing-masing memiliki 6 desa. Untuk
kecamatan dengan jumlah dusun paling sedikit adalah Kecamatan Pudak.
Hidrogeologi wilayah Kabupaten Ponorogo sangat dipengaruhi oleh
sebaran litologi, topografi dan struktur geologi. Pembagian wilayah
hidrogeologi secara umum tercermin dari kondisi satuan-satuan
morfologinya. Kondisi topografi yang khas, dimana daerah Ponorogo secara
umum merupakan lembah antar bukit (intermountain basin) yang dapat
digunakan sebagai dasar perkiraan, bahwa aliran air bawah tanah akan
mengalir dari perbukitan vulkan ke arah utara dan dari perbukitan
struktural ke arah selatan.

1. Posisi Geografis
Secara geografis, Kabupaten Ponorogo memiliki letak yang sangat
strategis, karena berada pada perlintasan jalur arteri primer jalur lintas
selatan dan jalan provinsi Madiun-Ponorogo-Pacitan. Ibukota Kabupaten
Ponorogo berjarak 198 km dari Surabaya, Ibukota Provinsi Jawa Timur.
Kabupaten Ponorogo terletak Terletak pada 111’7’ hingga 111’52’ Bujur
Timur dan 7’49 hingga 8’20’ Lintang Selatan.

2. Topografi
Dilihat dari keadaan geografisnya, Kabupaten Ponorogo dibagi
menjadi 2 sub area, yaitu area dataran tinggi yang meliputi Kecamatan
Ngrayun, Sooko, Pulung, dan Ngebel sisanya merupakan dataran rendah.
Berdasarkan ketinggian wilayah dari permukaan laut dapat dikelompokkan
245 desa/kelurahan berada pada ketinggian dibawah 500 m di atas
permukaan laut, 44 desa berada pada 500-700 m di atas permukaan laut;
dan 18 desa berada diketinggian lebih dari 700 m di atas permukaan laut.

3. Iklim
Curah hujan dihitung berdasarkan jumlah hari dalam satu bulan di
Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 paling tinggi terjadi pada bulan

20
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Januari. Wilayah yang paling tinggi curah hujannya adalah lokasi penakar
hujan Ngebel, Badegan dan Sewatu yang mencapai 24 hari dalam satu
bulan.
Jumlah hari hujan tiap bulan pada tahun 2015 di Kabupaten
Ponorogo tersaji dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2.2
Jumlah hari Hujan Tiap Bulan Menurut Stasiun Penakar Hujan Tahun 2015

Lokasi
B U L A N
Penakar Hujan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Ponorogo 18 16 23 13 7 0 0 1 0 0 10 20

2. Babadan 10 12 18 14 4 1 0 0 0 0 4 14

3. Kesugihan 15 16 16 11 2 4 0 0 0 0 11 21

4. Pulung 16 17 19 12 5 3 0 0 0 0 15 22

5. Pudak 16 18 19 16 6 6 0 0 0 0 12 15

6. Sooko 14 20 23 19 9 3 0 0 0 0 15 21

7. Sawoo 17 19 21 17 4 0 0 0 0 0 6 16

8. Slahung 15 15 22 18 7 1 0 0 0 0 9 15

9. Balong 14 15 19 15 4 1 0 0 0 0 10 14

10. Sungkur 13 19 23 13 3 0 0 0 0 0 2 17

11. Semorobangun 15 15 21 19 5 0 0 0 0 0 2 7

12. Ngebel 16 21 21 20 5 3 0 0 0 1 10 24

13. Talun 18 20 22 19 3 3 0 0 0 1 9 21

14. Bollu 14 14 17 15 3 1 0 0 0 0 8 16

15. Wilangan 16 15 21 15 5 1 0 0 0 0 5 16

16. Ngilo-ilo 14 15 21 15 6 1 0 0 0 0 10 14

17. Somoroto 12 14 16 5 1 0 0 0 0 0 2 13

18. Badegan 15 19 24 15 3 0 0 0 0 0 2 15

19. Pohijo 5 12 14 13 2 0 0 0 0 0 1 10

20. Ngrayun 12 14 19 21 5 1 0 0 0 0 7 12

21. Kori 16 13 21 14 5 1 0 0 0 0 5 15

22. Sewatu 18 15 24 16 6 1 0 0 0 0 10 17

Rata -rata 17 22 16 21 10 10 0 11 0 22 25 17
Sumber data: Dinas PU Kabupaten Ponorogo, 2016

21
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II


Sedangkan curah hujan di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015
dihitung berdasarkan bulan, paling tinggi terjadi pada bulan Maret yang
mencapai 149 mm. Untuk curah hujan yang paling rendah terjadi pada
bulan Agustus yang hanya mencapai 11 mm.
Data mengenai keadaan curah hujan di Kabupaten Ponorogo pada
tahun 2015 dihitung berdasarkan bulan tersaji dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2.3
Keadaan Curah Hujan Kabupaten Ponorogo Tiap Bulan Tahun 2015

Rata-rata Rata-rata Curah Curah
hari hujan curah hujan Hujan Hujan
NO Bulan per bulan per bulan Terkecil Terbesar
(mm)
1 Januari 14 17 1 94
2 Pebruari 15 22 1 120

3 M a r e t 20 16 1 149

4 A p r i l 15 21 1 142

5 M e i 5 10 5 62

6 J u n i 1 10 - 35

7 J u l i - - - -

8 Agustus - 11 - 11

9 September - - - -

10 Oktober - 22 - 41

11 Nopember 7 25 37 115

12 Desember 16 17 22 89

Sumber data: Bappeda Kab.Ponorogo,2016.



4. Hidrologi
Kabupaten Ponorogo memiliki sungai 17 sungai yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber irigasi. Karena mata pencaharian utama
masyarakat adalah petani maka irigasi manjadi hal yang penting dalam
meningkatkan produktifitas petani. Adapun sungai yang paling panjang
adalah sungai Sungkur yang panjangnya mencapai 58,10 Km, sedangkan
yang paling pendek adalah sungai Bedingin yang panjangnya hanya 4 Km.

22
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Sedangkan diantara sungai yang ada di Kabupaten Ponorogo, Sungai Asin


mampu mengairi sawah paling tinggi mencapai 5.656 hektar, sedangkan
yang paling rendah adalah Sungai Gonggang yang hanya mampu mengairi
sawah sebanyak 25 hektar. Adapun nama sungai, panjang dan manfaat
untuk irigasi tersaji pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.4
Nama Sungai, Panjang dan Manfaatnya Untuk Irigasi

Nama Sungai Asal Sumber Air Panjang Sungai Manfaat Irigasi
Origin ( Km) (Ha.)
1. Asin Tempuran 36,80 5.656
2. Cemer Nglegok 36,00 5.295
3. Gendol Kedungpring 33,20 376
4. Keyang Cawet 49,00 5.071
5. Bedingin Cangkring 4,00 170
6. Nambang Dukung 6,00 248
7. Slahung Mati 35,90 4.154
8. Mayong Ciwung 13,70 789
9. Pelem Pelem 18,00 726
10. Munggu Munggu 7,70 576
11. Domas Klitik 12,40 590
12. Ireng Tambu Umbul 7,00 174
13. Sungkur Kresek 58,10 4.945
14. Galok Gebang 29,70 2.980
15. Gonggang Gonggang 36,00 25
16. Pucang Pucang 15,00 198
17. Nglorok - - 644

Sumber Data : Dinas PU Kabupaten Ponorogo, 2016




5. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Ponorogo meliputi lahan pertanian
dan lahan bukan pertanian. Lahan pertanian terklasifikasikan menjadi dua
jenis yaitu lahan sawah dan lahan bukan sawah. Total lahan pertanian
mencapai 870,95 Km2, yang terbagi dari lahan sawah mencapai 346,38
Km2 dan lahan bukan sawah yang mencapai 524,57 Km2. Sedangkan
cakupan lahan bukan pertanian mencapai 500,83 Km2.

23
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Adapun pembagian lahan bukan pertanian adalah pekarangan dan


bangunan mencapai 86,18 Km2, hutan negara mencapai 382,59 Km2 dan
lainya mencapai 32,06 Km2. Adapun luas wilayah menurut kecamatan
berdasarkan penggunaannya tersaji pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.5
Luas Wilayah Menurut Kecamatan Berdasarkan Penggunaannya
Tahun 2015


Lahan Pertanian (km2) Lahan Bukan Pertanian (km2)

Lahan Bukan Pekarangan & Hutan


Kecamatan Lahan Sawah Lainnya Keseluruhan
Sawah Bangunan Negara
1 2 3 4 5 6 7
1. Ngrayun 13,17 77,92 3,22 87,76 2,69 184,76
2. Slahung 21,66 37,62 2,86 25,39 2,81 90,34
3. Bungkal 17,12 20,50 4,45 10,78 1,16 54,01
4. Sambit 11,20 24,21 3,13 20,93 0,36 59,83
5. Sawoo 13,44 60,36 4,67 44,21 2,03 124,71
6. Sooko 10,55 21,26 1,90 21,07 0,55 55,33
7. Pudak 2,13 16,55 0,65 29,21 0,38 48,92
8. Pulung 23,92 70,14 2,87 29,93 0,69 127,55
9. Mlarak 13,61 16,44 3,43 2,46 1,26 37,20
10. Siman 15,62 10,64 2,13 8,74 0,82 37,95
11. Jetis 14,29 1,26 2,40 - 4,46 22,41
12. Balong 24,02 16,12 5,98 10,14 0,70 56,96
13. Kauman 21,05 10,41 3,78 - 1,37 36,61
14. Jambon 14,13 28,25 5,28 8,58 1,24 57,48
15. Badegan 8,91 20,43 3,33 17,19 2,49 52,35
16. Sampung 19,10 19,70 6,37 34,89 0,55 80,61
17. Sukorejo 33,96 13,44 7,06 2,71 2,41 59,58
18. Ponorogo 8,10 2,96 10,70 - 0,55 22,31
19. Babadan 30,60 7,52 3,99 - 1,82 43,93
20. Jenangan 27,14 22,25 5,65 2,27 2,13 59,44
21. Ngebel 2,66 26,59 2,33 26,33 1,59 59,50
Jumlah 346,38 524,57 86,18 382,59 32,06 1.371,78
Sumber data: BPS Kabupaten Ponorogo, 2016

b. Potensi Pengembangan Wilayah
Potensi pengembangan wilayah Kabupaten Ponorogo diarahkan
pada penguatan 5 (lima) sektor unggulan, yaitu: pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan dan peternakan. Arah kebijakan pengembangan
wilayah berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Ponorogo menetapkan
kawasan strategis:

24
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

1. Demografi

Berdasarkan hasil proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015,


jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo sebesar 867.393 jiwa, yang terdiri
dari 433.504 jiwa penduduk laki-laki dan 433.889 jiwa penduduk
perempuan dengan kepadatan penduduk mencapai 631 jiwa/km2.
Komposisi penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Ponorogo
hampir seimbang. Tercatat rasio jenis kelamin (Sex Ratio) sebesar 99,91
yang berarti bahwa secara rata-rata pada setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 99 penduduk laki-laki.
Tabel 2. 6
Jumlah Penduduk Kabupaten Ponorogo Menurut Kecamatan Tahun 2015

No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
1 Ngrayun 28.166 28.207 56.373 99,85
2 Slahung 24.269 25.155 49.424 96,47
3 Bungkal 17.013 17.577 34.590 96,79
4 Sambit 17.688 17.996 35.684 98,29
5 Sawoo 26.575 27.561 54.136 96,43
6 Sooko 10.883 11.091 21.974 98,12
7 Pudak 4.643 4.735 9.378 98,06
8 Pulung 23.332 23.349 46.681 99,93
9 Mlarak 20.645 16.184 36.829 127,56
10 Siman 21.803 21.283 42.870 102,44
11 Jetis 14.132 14.898 29.030 94,86
12 Balong 20.343 21.283 41.628 95,58
13 Kauman 19.437 19.829 39.266 98,02
14 Jambon 19.261 19.880 39.141 96,89
15 Badegan 14.627 14.750 29.377 99,16
16 Sampung 17.612 18.005 35.617 97,82
17 Sukorejo 25.710 25.032 50.742 102,71
18 Ponorogo 38.040 38.745 76.785 98,18
19 Babadan 32.831 32.621 65.452 100,64
20 Jenangan 26.611 26.345 52.956 101,01
21 Ngebel 9.881 9.579 19.460 103,15
Jumlah 433.504 433.889 867.393 99,91
Sumber data: BPS Kabupaten Ponorogo, 2016

25
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Dari 21 kecamatan yang ada di Kabupaten Ponorogo, Kecamatan


Ponorogo merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu
76.785 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 3.441 jiwa/Km2, diikuti
oleh Kecamatan Babadan 65.452 jiwa (1.489 jiwa/Km2) dan Kecamatan
Ngrayun 56.373 jiwa (305 jiwa/Km2). Sementara kecamatan dengan jumlah
penduduk paling sedikit sekaligus tingkat kepadatan terendah adalah
Kecamatan Pudak 9.378 jiwa dengan tingkat kepadatan 191 jiwa/Km2.

2. Kawasan Strategis Cepat Tumbuh
Wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi
daerah cepat tumbuh terdapat di Kecamatan Pudak yang terdapat pada 6
desa.

26
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Tabel 2.7
Potensi Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo

Kecamatan Desa Potensi
Pudak Banjarejo Sektor Tanaman Pangan: Jagung dan Ubi
Sektor Perkebunan: Cengkeh dan tanaman non kebun
Sektor Tanaman Holtikultuta: Sayuran dan buah-
buahan (jeruk, manggis, klengkeng, duku)
Sektor Peternakan: sapi potong dan sapi perah
Sektor Kelembagaan: kelompok tani, gabungan
kelompok tani dan koperasi

Pudak Wetan Sektor Tanaman Pangan: jagung dan ubi kayu
Sektor Perkebunan: cengkeh
Sektor Tanaman Holtikultura: sayuran dan buah-
buahan (jeruk,manggis,lengkeng, duku)
Sektor Peternakan: sapi potong dan sapi perah
Sektor Kelembagaan: kelompok tani, gabungan
kelompok tani dan koperasi

Desa Sektor Tanaman Pangan: jagung dan ubi kayu
Tambang
Sektor Perkebunan: cengkeh dan kopi arabika
Sektor Tanaman Holtikultura: sayuran dan buah-
buahan (jeruk,manggis,lengkeng, duku)
Sektor Peternakan: sapi potong dan sapi perah
Sektor Kelembagaan: kelompok tani, gabungan
kelompok tani dan koperasi

Desa Bareng Sektor Tanaman Pangan: jabung dan ubi kayu
Sektor Perkebunan: cengkeh, kelapa, kapuk randu
Sektor Tanaman Holtikultura: sayuran dan buah-
buahan (jeruk,manggis,lengkeng, duku)
Sektor Peternakan: sapi potong dan sapi perah
Sektor Kelembagaan: kelompok tani, gabungan
kelompok tani dan koperasi

Desa Krisik Sektor Tanaman Pangan: jagung dan ubi kayu
Sektor Perkebunan: cengkeh
Sektor Tanaman Holtikultura: sayuran dan buah-
buahan (jeruk,manggis,lengkeng, duku)
Sektor Peternakan: sapi potong dan sapi perah
Sektor Kelembagaan: kelompok tani, gabungan
kelompok tani dan koperasi

27
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Kecamatan Desa Potensi


Desa Pudak Sektor Tanaman Pangan: jagung dan ubi kayu
Kulon
Sektor Perkebunan: cengkeh
Sektor Tanaman Holtikultura: sayuran dan buah-
buahan (jeruk,manggis,lengkeng, duku)
Sektor Peternakan: sapi potong dan sapi perah
Sektor Kelembagaan: kelompok tani, gabungan
kelompok tani dan koperasi
Sumber data: Bappeda Kabupaten Ponorogo,2016

3. Kawasan Pengembangan Agropolitan
Penentuan wilayah sebagai kawasan agropolitan didasari dengan
berbagai pertimbangan diantaranya memiliki ketersediaan sarana
prasarana yang memadai, produktivitas tinggi dan memiliki potensi yang
dapat dikembangkan dan bernilai ekonomi tinggi. Adapun kecamatan yang
dapat dikembangkan sebagai kawasan agropolitan adalah sebagai berikut:
1) Kecamatan Pudak
Sebagai wilayah yang berada di pegunungan, Kecamatan Pudak cocok
untuk budidaya tanaman holtikultura (buah dan sayur). Kondisi
tersebut ditunjang dengan ketersediaan air yang melimpah dan kontur
tanah yang berbukit-bukit. Selain itu wilayah ini cocok untuk
perkebunan seperti cengkeh, kapuk randu, kopi dan melinjo.
2) Kecamatan Ngebel.
Wilayah Kecamatan Ngebel berada pada lereng gunung dan terdapat
waduk. Untuk itu wilayah ini cocok untuk dijadikan potensi
pengembangan perikanan kerambah air tawar. Pengelolaan perikanan
air tawar dapat dilakukan dengan sistim kerambah. Selain itu untuk
perkebunan seperti cengkeh, kopi dan melinjo dapat dikembangkan.
Saat ini produk andalan yang mulai berkembang dan memiliki potensi
tinggi adalah buah durian dan manggis.

28
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

3) Kecamatan Babadan
Kecamatan yang berada di bagian timur kota Ponorogo ini cocok untuk
dikembangkan tanaman padi. Adapun desa yang dapat ditanami padi
meliputi: Desa Kertosari, Cekok, Patihan Wetan, Kadipaten, Japan,
Gupolo, Polorejo, Bareng, Ngunut, Sukosari, Lembah, Pondok,
Babadan, Purwosari dan Trisno.

c. Wilayah Rawan Bencana

Kabupaten Ponorogo merupakan wilayah yang memiliki potensi


rawan bencana. Sebagai wilayah yang memiliki topografi dengan
perbukitan, potensi terjadinya bencana alam sangat dimungkinkan. Adapun
bencana yang sering terjadi di kabupaten Ponorogo adalah banjir dan
kebakaran. Adanya banjir disertai tanah longsor menjadi ancaman
tersendiri bagi masyarakat Kabupaten Ponorogo. Kerusakan alam menjadi
salah satu penyumbang besar dalam bencana banjir dan tanah longsor.
Pembalakan hutan secara masif akan mempengaruhi kekuatan tanah
sehingga apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi maka besar
kemungkinan terjadi longsor.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)


Kabupaten Ponorogo, potensi bencana yang terjadi di wilayah Ponorogo
adalah: kebakaran, angin puyuh, longsor dan gempa bumi. Untuk wilayah
perbukitan potensi terjadi kebakaran hutan sangat tinggi, apabila
memasuki musim kemarau. Adapun peta rawan bencana untuk wilayah
Kabupaten Ponorogo berdasarkan kecamatan tersaji pada gambar di
bawah ini

29
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II


Gambar 2. 2
Peta Rawan Bencana Kabupaten Ponorogo

Sumber: BPBD Kabupaten Ponorogo, 2016

Berdasarkan peta tersebut potensi rawan bencana berdasarkan


wilayah Kabupaten Ponorogo, sebagai berikut:


Tabel 2.8
Potensi Bencana Berdasarkan Wilayah Kabupaten Ponorogo

No Kecamatan Potensi Rawan Bencana

1. Sampung Longsor, Angin, Banjir, Kekeringan, Kebakaran dan tanah


retak
2. Badegan Longsor, Angin, Banjir, Kekeringan & Kebakaran

3. Balong Longsor, Angin, Banjir, Kekeringan & Kebakaran

4. Slahung Longsor, Angin, Banjir, Kekeringan dan Tanah retak

5. Ponorogo Angin, Banjir dan Kebakaran

6. Babadan Angin, Banjir

7. Jenangan Angin, Banjir, Kekeringan dan Kebakaran

30
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

No Kecamatan Potensi Rawan Bencana

8. Ngebel Longsor, Angin, Banjir, Kebakaran dan Tanah Retak

9. Pudak Longsor, Angin dan Kebakaran

10 Pulung Longsor, Angin, Kekeringan dan Kebakaran

11 Siman Longsor, Banjir dan Kebakaran

12 Sooko Longsor, Angin, Banjir dan Kebakaran

13 Sawoo Longsor, Angin, Banjir, Kekeringan dan Kebakaran

14 Ngrayun Longsor, Angin, Banjir, Kekeringan dan Kebakaran

15 Jetis Angin dan Banjir

16 Sambit Longsor, Angin, Banjir dan Kebakaran

17 Mlarak Longsor, Angin dan Banjir

18 Kauman Angin dan Banjir

19 Bungkal Longsor, Banjir, dan Kebakaran

20 Jambon Angin, Kekeringan dan Kebakaran

21 Sukorejo Longsor, Angin Puyuh, Banjir, dan Kebakaran

Sumber data : BPBD Kabupaten Ponorogo,2016


2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
a. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Kesejahteraan dan pemerataan ekonomi merupakan syarat mutlak


dalam rangka membangun pemerintahan yang ideal. Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan suatu keharusan bagi
kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan.
Untuk itu pemerintah dituntut agar mampu meningkatan pendapatan
perkapita, dalam rangka mencapai pendapatan perkapita maka tingkat
pertumbuhan ekonomi haruslah lebih besar daripada laju pertumbuhan
penduduk. Selain itu menurut beberapa ahli menyatakan bahwa
perekonomian daerah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi daerah dan

31
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

penciptaan lapangan kerja. Untuk mengetahui besarnya pertumbuhan


ekonomi dapat diketahui dari nilai PDRB setiap tahunnya. Sedangkan
penciptaan lapangan kerja dapat dilakukan setelah terjadi akumulasi aliran
modal. Dengan terjadi peningkatan aliran modal maka berdampak pada
pembukaan lapangan kerja.
Pertumbuhan PDRB Kabupaten Ponorogo pada kurun waktu 2011-
2015 selalu dalam trend yang positif dan terus naik. Membaiknya kinerja
lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan; dan tumbuhnya
lapangan usaha konstruksi; serta Perdagangan besar dan eceran, Reparasi
mobil dan sepeda motor; merupakan faktor pendorong percepatan
pertumbuhan PDRB Kabupaten Ponorogo.
Untuk mengetahui pertumbuhan PDRB Kabupaten Ponorogo mulai
tahun 2011-2015 tersaji pada grafik di bawah ini:

Tabel 2.9
Perkembangan PDRB Kabupaten PonorogoTahun 2011-2015 (Juta Rupiah)

15,000,000.00
14,815,513.60
10,557,313.65

13,441,459.80

11,114,271.08
11,047,555.97

10,000,000.00
10,038,389.12

11,654,096.80
12,150,334.21
9,472,172.99
9,960,335.26

5,000,000.00

- Series1
ADHB

ADHB

ADHB

ADHB

ADHB
ADHK

ADHK

ADHK

ADHK

ADHK

2011 2012 2013 2014 2015



Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun Dasar 2010








32
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Tabel 2.10
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab. Ponorogo dan Jawa Timur
Tahun 2011-2015 (%)

7
6.44 6.64
6 5.98 6.08 5.86
5.7 5.44
5.17 5.28 5.24
5
Kab. Ponorogo
4
Prov. Jawa Timur
3
2
1
0
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber data: BPS Kabupaten Ponorogo, 2016

Selain faktor pertambahan produk riil yang dihasilkan, faktor
kenaikan harga di tingkat produsen atau yang biasa disebut laju implisit
PDRB juga sangat berpengaruh dalam kenaikan nilai nominal PDRB atas
dasar harga berlaku yang dihasilkan. Laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 tercatat sebesar 5,24%. Bila dilihat
menurut penciptaan sumber pertumbuhan ekonominya, dipicu oleh sektor
Informasi dan Komunikasi 8,09%, Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum sebesar 8,02%, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor sebesar 7,63%.
Sementara untuk Provinsi Jawa Timur laju pertumbuhan PDRB
sebesar 5,44%, dipicu oleh sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum sebesar 7,91%, diikuti sektor Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar
7,19%. Selanjutnya sektor Transportasi dan Pergudangan sebesar 6,56%.
Hal ini menandakan bahwa karakteristik perkembangan ekonomi Jawa
Timur dan Kabupaten Ponorogo berbeda.
Berbeda dengan kondisi Jawa Timur yang berbasis industri,
perekonomian Kabupaten Ponorogo saat ini masih berbasis pertanian.
Hampir di seluruh wilayah yang ada di Kabupaten Ponorogo merupakan
daerah penghasil produk pertanian, kecuali ibukota Kabupaten yang telah

33
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

menjelma menjadi pusat perdagangan dan jasa. Produk dominan pertanian


yang menjadi unggulan Kabupaten Ponorogo adalah komoditas tanaman
hortikultura. Kondisi geografis wilayah yang subur dan iklim yang sesuai
untuk kegiatan pertanian membuat sektor pertanian masih menjadi
andalan dalam perekonomian Kabupaten Ponorogo.
Walaupun berbasis pertanian, namun dari tahun ke tahun
kontribusinya cenderung menurun dan beralih ke Informasi dan
komunikasi. Faktor tingkat kesuburan lahan yang semakin menurun serta
perubahan iklim yang kurang mendukung kegiatan pertanian menyebabkan
kontribusi pertanian semakin menurun. Meskipun dari sisi produksi tetap
meningkat namun pertumbuhan peningkatannya kalah cepat dengan
pertumbuhan sektor lainnya.
Perkembangan teknologi informasi yang semakin maju dan dapat
dirasakan oleh seluruh kalangan masyarakat mampu mempengaruhi pola
konsumsi masyarakat. Konsumsi masyarakat terhadap barang-barang
impor baik yang berasal dari luar daerah maupun luar negeri menjadi
semakin besar. Hal ini mendorong meningkatnya kinerja sektor
perdagangan. Bahkan usaha perdagangan lewat jalur online saat ini telah
lazim dilakukan.
Dalam kegiatan ekonomi, perkembangan yang terjadi di suatu
sektor ekonomi akan berdampak terhadap perkembangan sektor lainnya.
Perkembangan sektor perdagangan juga berpengaruh secara langsung
maupun tidak langsung terhadap sektor lainnya. Meningkatnya kinerja
perdagangan berdampak pada kegiatan transportasi. Distribusi barang-
barang perdagangan sangat membutuhkan sarana transportasi yang
memadai. Selain transportasi, penyediaan akomodasi, makan minum dan
jasa keuangan juga bergerak seiring dengan perkembangan kinerja
perdagangan. Biasanya sejalan dengan munculnya pusat perdagangan baru
maka di sekitarnya akan bermunculan usaha penyediaan akomodasi untuk
tempat menginap pekerja dan usaha penyediaan makanan minuman untuk
memenuhi konsumsi pengunjung pusat perdagangan maupun pekerja. Jasa

34
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

keuangan juga turut berkembang karena dengan meningkatnya kinerja


produktif akan membutuhkan modal yang dipenuhi oleh sektor jasa
keuangan.

Tabel 2.11
Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo
Tahun 2015

Pertumbuhan
Kategori Uraian
(%)
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,95
B Pertambangan dan Penggalian 1,02
C Industri Pengolahan 6,00
D Pengadaan Listrik dan Gas 1,27
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 3,14
dan Daur Ulang
F Konstruksi 3,10
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 7,63
dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 7,15
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,02
J Informasi dan Komunikasi 8,09
K Jasa Keuangan dan Asuransi 6,85
L Real Estate 5,93
M,N Jasa Perusahaan 6,00
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 5,31
Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 6,99
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,45
R, S, T, U Jasa Lainnya 4,17
Pertumbuhan Total 5,24
Sumber data: Bappeda Kabupaten Ponorogo,2016








35
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II


Tabel 2.12
Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015 (%)

Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
A Pertanian, Kehutanan, dan 32,63 32,35 31,70 31,59 31,65
Perikanan
B Pertambangan dan Penggalian 2,73 2,51 2,39 2,39 2,30
C Industri Pengolahan 6,76 6,74 6,73 6,77 6,69
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,09 0,08 0,07 0,07 0,07
E Pengadaan Air, Pengelolaan 0,11 0,10 0,10 0,09 0,09
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
F Konstruksi 9,12 9,17 9,19 9,45 9,20
G Perdagangan Besar dan Eceran; 15,48 15,63 16,05 15,92 16,18
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
H Transportasi dan Pergudangan 1,45 1,41 1,46 1,54 1,57
I Penyediaan Akomodasi dan 2,55 2,60 2,66 2,81 2,89
Makan Minum
J Informasi dan Komunikasi 6,76 6,76 6,89 6,87 6,83
K Jasa Keuangan dan Asuransi 2,71 2,90 3,08 3,18 3,19
L Real Estate 2,42 2,37 2,43 2,34 2,44
M,N Jasa Perusahaan Administrasi 0,43 0,42 0,43 0,43 0,43
O Administrasi Pemerintahan, 6,17 6,10 5,75 5,32 5,22
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
P Jasa Pendidikan 7,68 8,08 8,34 8,47 8,45
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan 0,75 0,77 0,79 0,82 0,86
Sosial
R, S, T,U Jasa Lainnya 2,16 2,00 1,93 1,94 1,95
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber data: Bappeda Kabupaten Ponorogo, 2016


b. Fokus Kesejahteraan Sosial
1. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah variabel tak bebas yang
bersifat state, yaitu suatu variabel yang perubahannya berlangsung

36
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

lambat dan akan meningkat/menurun sedikit demi sedikit sebagai


respon terhadap perubahan berbagai kondisi fisik, sosial, ekonomi, dan
lingkungan. Agar mudah dipahami, maka variabel-variabel sosial dan
ekonomi tersebut disusun menjadi indeks komposit yang digabung
menjadi indeks tunggal.
Angka IPM sangat penting untuk melihat sampai seberapa jauh
pertumbuhan dan pemerataan hasil pembangunan mampu secara nyata
Data IPM digunakan sebagai rujukan dalam berbagai kebijakan
pemerintah. Salah satunya adalah kebijakan penentuan dana
perimbangan daerah melalui DAU. IPM juga dapat digunakan untuk
menilai keberhasilan kinerja pembangunan manusia yang terkait dengan
peningkatan kapasitas dasar penduduk yang mencakup aspek
kesehatan, pendidikan, serta ekonomi. Untuk itu, pemerintah sangat
berkepentingan dengan data IPM sebagai bahan perencanaan, evaluasi,
dan monitoring.
Berdasarkan skala internasional, capaian IPM dapat dikategorikan
menjadi empat kategori yaitu kategori sangat tinggi (IPM≥80), kategori
tinggi (70≤IPM<80), kategori sedang (60≤IPM<70), dan kategori rendah
(IPM<60). Jika diukur berdasarkan skala internasional, maka selama
tahun 2011-2015 IPM Kabupaten Ponorogo masuk dalam kategori
sedang.
Grafik 2. 1
Perkembangan IPM Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015

80
66.16 67.03 67.4 67.75
65.28
70
60

50
IPM
40
30

T 20
10

0
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber data: Bappeda KabupatenPonorogo, 2016

37
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II


Dari grafik di atas diketahui bahwa Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Kabupaten Ponorogo selama tahun 2011-2015 terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 IPM Kabupaten
Ponorogo sebesar 65,28, tahun 2012 sebesar 66,16, tahun 2013 sebesar
67,03, tahun 2014 sebesar 67,4, tahun 2015 naik hingga mencapai
67,75 atau rata-rata tumbuh 0,49 persen per tahun. Secara umum
dapat dikatakan bahwa kenaikan angka IPM menandakan pembangunan
manusia di Kabupaten Ponorogo mengalami kemajuan ke arah yang
lebih baik.
Meskipun menunjukkan tren yang terus meningkat setiap tahunnya,
namun angka IPM Kabupaten Ponorogo masih rendah bila dibandingkan
dengan angka IPM Provinsi Jawa Timur. Bila dibandingkan dengan angka
IPM se-Karesidenan Madiun, angka IPM Kabupaten Ponorogo
menempati posisi ke lima setelah Kota Madiun, Kabupaten Magetan,
Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ngawi.
Indikator Pendukung Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

1. Angka Harapan Lama Sekolah


Angka Harapan Lama Sekolah merupakan salah satu bagian dari
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yakni pada komponen indeks
pendidikan bersama dengan angka rata-rata lama sekolah. IPM
adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan Pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduknya. Angka Harapan Lama Sekolah (HLS)
adalah angka yang menunjukkan tingkat harapan penduduk untuk
melanjutkan proses pendidikan hingga tinggkat akhir. Tingkat
Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke
atas. Hal tersebut dikondisikan dengan program wajib belajar 9
tahun.

38
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II


Grafik 2. 2
Perkembangan Angka Harapan Lama Sekolah Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

13.4 13.3

13.2 13.04

13 12.8
12.8
12.56
12.6
12.33
12.4

12.2

12

11.8
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber data: Dinas Pendidikan Kab.Ponorogo, 2016

Angka Harapan Lama Sekolah Kabupaten Ponorogo mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 angka harapan
lama sekolah tercatat 12,33 tahun. Tahun 2012 mengalami kenaikan
menjadi 12,56 tahun. Pada tahun 2013 tercatat 12,8, tahun 2014
tercatat 13,04 dan tahun 2015 tercatat 13,3. Hal ini berarti bahwa
tahun 2015 penduduk memiliki harapan untuk melanjutkan
pendidikanya hingga mencapai tingkat perguruan tinggi. Akan tetapi
apabila dibandingkan dengan angka ideal untuk angka harapan lama
sekolah, angka untuk Kabupaten Ponorogo masih di bawah standart
internasional atau selisih 4,90 tahun. Standar angka harapan lama
sekolah yang ideal adalah 18 tahun (tamat Strata 1 pada perguruan
tinggi).

39
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II


2. Rata-Rata Lama Sekolah
Rata-rata Lama Sekolah menggambarkan rata-rata jumlah tahun
yang dijalani oleh penduduk berumur 25 tahun ke atas dalam
menempuh semua jenis pendidikan formal. Pada usia 25 tahun
diasumsikan proses pendidikan sudah berakhir.

Grafik 2. 3
Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

6.91 6.96
7
6.9
6.8 6.68
6.7 6.57
6.6 6.45
6.5
6.4
6.3
6.2
6.1
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber data: Dinas Pendidikan Kab.Ponorogo, 2016

Dari grafik diatas diketahui bahwa rata-rata lama sekolah di
Kabupaten Ponorogo periode 2011-2015 mengalami peningkatan
walaupun dalam skala yang cukup kecil yaitu 6,45 tahun pada tahun
2011 hingga 6,96 tahun pada tahun 2015. Hal ini dapat dikatakan
bahwa secara rata-rata tingkat pendidikan penduduk yang berumur
25 tahun keatas di Kabupaten Ponorogo adalah selama 7 tahun atau
hampir setara dengan kelas satu sekolah menengah pertama. Kondisi
ini masih belum sejalan dengan program wajib belajar 9 tahun yang
telah dicanangkan oleh pemerintah. Bahkan angka ini masih sangat
jauh di bawah standar rata-rata lama sekolah internasional yaitu 15
tahun. Oleh sebab itu masih diperlukan kerja keras dan komitmen
dari semua pihak akan pentingnya meningkatkan rata-rata lama
sekolah di Kabupaten Ponorogo guna pembentukan sumber daya

40
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

manusia yang berkualitas yang nantinya akan membangun dan


meningkatkan kesejahteraan penduduk di Kabupaten Ponorogo.

3. Angka Harapan Hidup
Angka harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama
hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola
mortalitas menurut umur.Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan
alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat
kesehatan pada khususnya. Dalam usdaha meningkatkan niulai
indeks kesehatan ini, pemerintah daerah perlu mengupayakan
kemudahan bagi masyarakat untuk dapat mengakses sarana
kesehatan.
Selain itu diperlukan peningkatan kualitas dan pembangunan
sarana kesehatan yang memadai, serta aktif memberikan pembinaan
kepada masyarakat untuk selalu menerapkan pola hidup sehat.
Capaian komponen angka harapan hidup Kabupaten Ponorogo
selama periode 2011-2015 mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun, meski tidak terlalu signifikan.
Perkembangan angka harapan hidup selama 5 tahun terakhir
mengalami peningkatan sebesar 0,20 tahun, dari sebesar 71,70 tahun
pada tahun 2011 menjadi 71,90 tahun pada tahun 2015, sehingga
rata-rata peningkatan per tahun sebesar 0,04 tahun. Peningkatan
tersebut bisa merupakan dampak dari peningkatan kesejahteraan
masyarakat serta meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.
Perkembangan angka harapan hidup tahun 2011-2015 seperti
digambarkan pada grafik sebagai berikut:




41
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Grafik 2. 4
Perkembangan Angka Harapan Hidup Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

71.95
71.9
71.9 71.88
71.85
71.85

71.8 71.78

71.75
71.7
71.7

71.65

71.6
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber data: Bappeda Kabupaten Ponorogo, 2016

4. Indeks Daya Beli
Indeks daya beli disusun berdasarkan komponen pengeluaran
per kapita riil yang disesuaikan. Secara umum banyak indicator yang
dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana kesejahteraan
masyarakat di suatu daerah. Salah satu indikator yang sering
digunakan untuk melihat daya beli masyarakat adalah pengeluaran
riil perkapita. Rata-rata pengeluaran riil merupakan komponen dalam
penyusunan Indeks Standar Hidup.
Daya beli merupakan kemampuan masyarakat dalam
membelanjakan uangnyauntuk
barangdanjasa.Kemampuaninisangatdipengaruhiolehharga-
hargariilantarwilayahkarena
nlaitukaryangdigunakandapatmenaikkanatau
menurunkannilaidayabeli.Dengandemikian,kemampuandayabelimasy
arakat satuwilayahakanberbedadenganwilayahlainnya.
Perkembangan daya beli masyarakat selama 5 tahun terakhir
mengalami peningkatan sebesar Rp338,45, dari sebesar Rp7.849,45
pada tahun 2011 menjadi Rp8.187,90 pada tahun 2012 kemudian

42
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

meningkat lagi menjadi Rp8.354,33 pada tahun 2013. Capaian pada


tahun 2013 mengalami peningkatan kembali sebesar Rp28,47 pada
tahun 2014, sehingga menjadi Rp8.382,80. Terakhir pada tahun 2015
kembali meningkat sebesar Rp125,2 dari tahun sebelumnya menjadi
Rp8.508,00. Peningkatan tersebut bisa merupakan dampak dari
peningkatan kesejahteraan masyarakat serta meningkatnya daya beli
masyarakat.
Perkembangan daya beli masyarakat tahun 2011-2015 seperti
digambarkan pada grafik sebagai berikut:

Grafik 2. 5
Perkembangan Daya Beli Masyarakat Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

8,600.00 8,508.00
8,382.80
8,400.00 8,354.33

8,187.90
8,200.00

8,000.00
7,849.45
7,800.00

7,600.00

7,400.00
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber data: Bappeda Kabupaten Ponorogo, 2016

c. Fokus Seni Budaya dan Olahraga
1. Seni Budaya
Untuk menopang pelestarian seni dan budaya daerah diperlukan
adanya upaya untuk menjaga eksistensi kelompok seni dan budaya yang
ada di masyarakat. Kelompok seni dan budaya yang berperan sebagai
penyelenggara kesenian memberikan dukungan dalam pelestarian seni

43
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

dan budaya. Perkembangan jumlah kelompok kesenian pada kurun


waktu terakhir ini terus mengalami fluktuatif. Pada tahun 2011 jumlah
grup kesenian ada di Kabupaten Ponorogo sebanyak 601 kelompok,
pada tahun 2012 terjadi peningkatan sebanyak 91 kelompok sehingga
total menjadi 692 kelompok, namun pada tahun 2013terjadi penurunan
20 kelompok sehingga hanya mencapai 672 kelompok dan pada tahun
2015 meningkat kembali menjadi 950 kelompok.
Untuk mengetahui kondisi terakhir jumlah organisasi seni yang
masih diakui keberadaaanya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.13
Jumlah Organisasi Kesenian Menurut Jenisnya Tahun 2015

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Reog Dadak 157 157 157 157 259
2 Reog Mini 4 4 4 4 4
3 Reog Pegon 10 10 10 10 10
4 Reok Thek 26 26 26 26 36
5 Karawitan 218 218 218 218 218
6 Gajah-gajahan 41 41 41 41 56
7 Jaranan/Kuda Lumping 9 9 9 9 10
8 Seni Unto 3 3 3 3 3
9 Orkes M/Dangdut 32 32 32 32 32
10 Elektone 20 20 20 20 10
11 Campur Sari 52 52 52 52 47
12 Ketoprak 10 10 10 10 10
13 Ludruk 3 3 3 3 3
14 Kentrung 1 1 1 1 2
15 Thek Tur 2 2 2 2 1
16 Coke’an 2 2 2 2 2
17 Gong Gumbeng 1 1 1 1 1
18 Kongkil 1 1 1 1 1
19 Musik Odrot 5 5 5 5 5
20 Wayang Orang 2 2 2 2 2
21 Sanggar Tari 5 5 5 5 24
22 Kelling 1 1 1 1 1
23 Musik Band 3 3 3 3 3
24 Seni Barong Ular 1 1 1 1 1
25 Seni Tayub 1 1 1 1 1
26 Qosidah 16 16 16 16 16
27 Kompang 4 4 4 4 4

44
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015


28 Musik Terbang 9 9 9 9 9
29 Berjanjen 1 1 1 1 1
31 Sholawatan 63 63 63 63 63
32 Hadroh/Kontemporer 115 115 115 115 115
Jumlah 818 818 818 818 950
Sumber data: Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga, 2016

2. Olah Raga

Pembangunan di bidang olahraga diarahkan kepada peningkatan


prestasi olahraga di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi maupun di
lingkungan masyarakat luas. Selain itu pembangunan olahraga
ditujukan untuk meningkatkan kondisi fisik dan mental masyarakat,
memajukan olahraga dengan meningkatkan mutu prestasi
keolahragaan di Kabupaten Ponorogo, memasyarakatkan olahraga
dan mengolahragakan masyarakat.
Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah masih kurangnya
fasilitas olahraga yang memenuhi standar sehingga perlu
peningkatan. Kekurangan fasilitas olah raga tersebut sangat
mempengaruhi prestasi olah raga di Kabupaten Ponorogo, artinya
belum semua cabang olahraga terfasilitasi dengan baik, sehingga
sangat sulit untuk mengembangkan prestasi. Oleh karena itu
Pemerintah Kabupaten Ponorogo secara bertahap dan
berkesinambungan berupaya untuk memenuhi fasilitas yang
dibutuhkan dan penyediaan anggaran bagi cabang olahraga melalui
Komite Olah Raga Nasional Indonesi (KONI) Ponorogo.





45
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM

a. Fokus Layanan Urusan Wajib


1. Urusan Pendidikan
a. Angka Partisipasi Sekolah
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan ukuran daya serap
sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka
tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk
terutama usia muda. APS adalah jumlah murid kelompok usia
pendidikan dasar (7-12 tahun dan 13-15 tahun) yang masih
menempuh pendidikan per jumlah penduduk usia pendidikan
dasar. Perkembangan APS di Kabupaten Ponorogo dapat dilihat
dalam dua tabel sebagai berikut:

Tabel 2.14
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

No. Jenjang Pendidikan 2011 2012 2013 2014 2015

1 SD/MI
1.1 APS SD/MI 97,31% 104,01% 106,65% 102,34% 102,57%
2 SMP/MTs
2.1 APS SMP/MTs 99,24% 99,69% 96,18% 102,86% 102,86%
3 SMA/MA/SMK
3.1 APS SMA/MA/SMK 69,82% 69,99% 72,19% 71,65% 71,65%
Sumber data: Dinas Pendidikan kabupaten Ponorogo, 2016

Dari tabel di atas dapat dilihat perkembangan angka


partisipasi sekolahpendidikan dasar untuk SD/MI cenderung
fluktuasi. Memperhatikan perkembangan mulai tahun 2011 yang
sebesar 97,31%, tahun 2012 sebesar 104,01% dan menjadi
106,65% tahun 2013, akan tetapi di tahun 2014 ada penurunan
signifikan menjadi 102,34% dan pada tahun 2015 meningkat
menjadi 102,60%.

46
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Untuk tingkat SMP/MTs juga mengalami perkembangan yang


fluktuasi, yakni dari sebesar 99,24% pada tahun 2011, naik sedikit
menjadi sebesar 99,69% pada tahun 2012 dan pada tahun 2013
mengalami penurunan menjadi 96,18%, namun kemudian
mengalami kenaikan menjadi 102,86% padatahun2014 dan
menurun kembali menjadi 101,20% pada tahun 2015.

Selanjutnya perkembangan angka partisipasi sekolah tingkat


SMA/MA/SMK setiap tahun mengalami fluktuatif juga, yakni dari
69,82% pada tahun 2011, naik sedikit menjadi 69,99% dan 72,19%
di tahun 2012 dan 2013, kemudian mengalami penurunan
menjadu 71,65% di tahun 2014 dan pada tahun 2015 meningkat
menjadi 73,25% .

b. Angka Partisipasi Kasar


Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah perbandingan jumlah
penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan
(berapapu usianya) terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang
sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut.
Perkembangan angka partisipasi kasar pada lima tahun
terakhir menunjukkan:
- Tingkat SD/MI dan SMA/MA/SMK mengalami peningkatan dari
tahun 2011 ke tahun 2015, dari 98,54% menjadi 107,50% untuk
SD/MI dan 69,82% menjadi 80,50% untuk SMA/MA/SMK.
- Tingkat SMP/MTs mengalami fluktuatuatif yaitu pada tahun
2011 sebesar 97,31%, tahun 2012 turun menjadi 96,80 dan
pada tahun 2013 sampai dengan 2015 terus mengalami
peningkatan dari 99,80% di tahun 2013 menjadi 103,68% di
tahun 2015.

47
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Untuk mengetahui perkembangan angka partisipasi kasar di


Kabupaten Ponorogo lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 2.15
Angka Partisipasi Kasar Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

No. Jenjang Pendidikan 2011 2012 2013 2014 2015

1 SD/MI
1.1 APK SD/MI 98,54% 100,26% 106,39% 107,02% 105,58%
2 SMP/MTs
2.1 APK SMP/MTs 97,31% 96,80% 99,80% 102,20% 103,68%
3 SMA/MA/SMK
3.1 APK SMA/MA/SMK 69,82% 69,99% 72,19% 80,63% 84,27%
Sumber data: Dinas Pendidikan Kab.Ponorogo, 2016

c. Angka Partisipasi Murni
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah perbandingan
penduduk usia antara 7 hingga 18 tahun yang terdaftar sekolah
pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah
penduduk berusia 7 hingga 18 tahun.
Perkembangan angka partisipasi murni pada lima tahun
terakhir menunjukkan angka fluktuatif:
- Tingkat SD/MI pada tahun 2011 sebesar 95,21%, pada tahun
2012 turun menjadi 94,19 dan pada tahun 2013 sampai
dengan tahun 2015 mengalami peningkatan dari 95,60% di
tahun 2013 menjadi 94,44% pada tahun 2015.
- Tingkat SMP/MTs dari tahun 2011 sampai dengan 2013
mengalami penurunan dari 83,97% di tahun 2011 menjadi
81,29% di tahun 2013, sedang pada tahun 2014 dan 2015
meningkat menjadi 83,30% dan 83,35%.
- Tingkat SMA//MA/SMK pada tahun 2011 sebesar 54,15%,
pada tahun 2012 meningkat menjadi 68,43%, namun pada
tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 56,51%. Sedang

48
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

pada tahun selanjutnya mengalami peningkatan kembali


menjadi 57,60% di tahun 2014 dan 58,50% di tahun 2015.
Untuk mengetahui angka partisipasi murni di Kabupaten
Ponorogo pada lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik di
bawah ini:
Tabel 2.16
Angka Partisipasi Murni Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

No. Jenjang Pendidikan 2011 2012 2013 2014 2015


1 SD/MI
1.1 APM SD/MI 95,21% 94,19% 95,69% 96,33% 94,44%
2 SMP/MTs
2.1 APM SMP/MTs 83,97% 83,41% 81,29% 83,30% 83,35%
3 SMA/MA/SMK
3.1 APM SMA/MA/SMK 54,15% 68,43% 56,51% 57,60% 58,50%
Sumber data: Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo, 2016

d. Rasio Kecukupan Ruang Kelas/Penduduk Usia Sekolah


Rasio kecukupan ruang kelas adalah jumlah ruang kelas
tingkat pendidikan SD/Mi, SMP/Mts dan SMA/MA/SMK per jumlah
penduduk usia pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA dan
SMK. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung
per kelas semua penduduk usia pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan
SMA/MA/SMK.
Untuk mengetahui rasio kecukupan ruang kelas/penduduk
usia sekolah tersaji pada tabel sebagai berikut:









49
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II


Tabel 2.17
Kecukupan Ruang Kelas dan Penduduk Usia Sekolah
Kabupaten Ponorogo Tahun 2015

No. Jenjang Pendidikan 2015
1 SD/MI
1.1 Rasio 1 : 16,55
2 SMP/MTs
2.1 Rasio 1 : 27,64
3 SMA/MA/SMK
3.1 Rasio 1 : 28,60
Sumber data: Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo, 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat fasilitas pendidikan


khususnyajumlah ruang kelas dibanding penduduk usia sekolah
SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK pada tahun 2015
menunjukkan bahwa ruang kelas di Kabupaten Ponorogo pada
tahun 2015 cukup memadai. Kondisi tersebut masih masuk dalam
interval standar peserta didik bahwa satu kelas idealnya untuk 20-
36 peserta didik.

e. Rasio Guru/Murid
Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat
pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK per jumlah murid
pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK. Rasio ini
mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar, disamping juga
untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai
mutu pengajaran. Perkembangan rasio guru terhadap murid di
Kabupaten Ponorogo pada periode tahun 2011 sampai dengan
tahun 2015 tersaji pada tabel berikut:


50
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II


Tabel 2.18
Rasio Guru dan Murid Semua Jenjang Pendidikan Tahun 2011-2015

No. Jenjang Pendidikan 2011 2012 2013 2014 2015
1 SD/MI
1.1 Rasio 10,01 9,99 9,87 11,62 9,97
2 SMP/MTs
2.1 Rasio 10,68 10,46 10,50 10,32 10,32
3 SMA/MA/SMK
3.1 Rasio 9,81 9,76 9,12 9,31 9,31
Sumber data: Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo, 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat kecenderungan rasio jumlah


guru dan murid menunjukkan tren yang relatif stabil dalam
periode 5 tahun terakhir, baik untuk tingkat SD maupun SMP. Hal
ini menunjukkan tetap terjaganya perbandingan jumlah ideal
antara guru dan murid di Kabupaten Ponorogo, sehingga mutu
pengajaran tetap terjaga. Rasio jumlah guru dan murid tidak
terpengaruh oleh kondisi wilayah kecamatan di perkotaan
ataupun di pinggiran, karena bisa jadi yang di pinggiran lebih
rendah rasionya.

f. Fasilitas Pendidikan
Dalam rangka memberikan pelayanan pendidikan terbaik
kepada masyarakat diperlukan sarana dan prasarana sekolah yang
memadai. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Ponorogo bersama
seluruh stakeholder yang ada berupaya menjamin ketersediaan
bangunan sekolah dalam kondisi baik. Dalam kurun waktu 2011-
2015 Pemerintah Kabupaten Ponorogo telah berupaya untuk
meningkatkan ketersediaan bangunan sekolah. Hal tersebut dapat
diketahui dari jumlah bangunan Sekolah Menengah Pertama
Negeri (SMPN), tahun 2011 jumlah SMPN sebanyak 55 unit
kemudian meningkat menjadi 56 unit di tahun 2015. Akan tetapi
kondisi tersebut berbeda dengan Sekolah Menengah Atas Negeri

51
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

(SMAN), tahun 2011 total SMAN di Kabupaten Ponorogo mencapai


17 unit sedangkan pada tahun 2015 justru turun menjadi 16 unit.
Untuk jumlah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) tidak
mengalami perubahan jumlah mulai tahun 2011 hingga 2015
sebanyak 7 unit.
Jumlah SMPN di Kabupaten Ponorogo di tahun 2015 tersebar
diseluruh kecamatan, sedangkan untuk SMAN masih terdapat
beberapa kecamatan yang masih belum memiliki bangunan SMAN
yaitu Sawoo, Pudak, Mlarak, Badegan, Sukorejo dan Ngebel.
Sedangkan untuk SMKN di Kabupaten Ponorogo pada yahun 2015
hanya ada di 6 kecamatan yaitu, Slahung, Sawoo, Mlarak,
Badegan, Ponorogo (2 SMKN), dan Jenangan. Untuk mengetahui
jumlah sekolah dan persebarannya di kecamatan Kabupaten
ponorogo dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.19
Jumlah Sekolah Menurut Jenis Sekolah di KabupatenPonorogo
Tahun 2011-2015

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015


1. TK 645 415 415 435 464
2. SD Negeri 587 588 586 586 586
3. SD Swasta 14 14 15 17 17
4. SMP Negeri 55 56 56 56 56
5. SMP Swasta 34 33 32 33 33
6. SMA Negeri 17 16 16 16 16
7. SMA Swasta 10 10 11 10 10
8. SMK Negeri 7 7 7 7 7
9. SMK Swasta 25 27 31 35 35
Sumber data: Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo, 2016

52
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

g. Pendidik dan Program melek Huruf


Jumlah pendidik di Kabupaten Ponorogo yang meniliki
sertifikat pendidik dan jumlah penduduk yang berusia di atas lima
belas tahun dan sudah melek huruf (tidak buta aksara) datanya
dalam lima tahun yang lalu, sebagai berikut:

Tabel 2.20
Pendidik Bersertifikat dan Penduduk Melek Huruf Tahun 2011-2015

Tahun
No Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1. Pendidik yang memiliki - - 41,72 49,68 49,34
sertifikat pendidik (%)
2. Penduduk yang melek - 9261 9223 9356 9237
huruf (jiwa)
Sumber data: Dinas Pendidikan Kab. Ponorogo, 2016

h. Urusan Kesehatan

1. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 Kelahiran Hidup


Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat
setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun.
Angka kematian bayi (AKB) menggambarkan banyaknya
kematian bayi berusia di bawah satu tahun per 1000 kelahiran
hidup pada tahun tertentu.
Perkembangan angka kematian bayi di Kabupaten
Ponorogo menunjukkan angka yang kurang stabil setiap
tahunnya. Dari data yang tersedia pada tahun 2012 mengalami
peningkatan yang cukup signifikan sebesar 9,71, dari 27,32 di
tahun 2011 menjadi 37,03 pada tahun 2012. Peningkatan
drastis tersebut memberikan tekanan tersendiri bagi
Pemerintah Kabupaten Ponorogo pada umumnya dan Dinas
Kesehatan pada khususnya. Dengan berbagai langkah strategis
pada tahun 2013 angka kematianbayi akhirnya dapat
diturunkan kembali pada angka 25,83.

53
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Pada tahun 2015 terjadi penurunan kembali dari 24,14


tahun 2014 menjadi 14,60 atau terjadi penurunan sebesar 9,54
dari tahun sebelumnya. Upaya menekan angka kematian bayi
ditempuh melalui peningkatan pelayanan terhadap kesehatan
bayi. Upaya tersebut dilaksanakan dengan pemeriksaan
kesehatan dan penimbangan berat badan secara rutin, dan
pemberian makanan tambahan di Posyandu. Keberhasilan
dalam penurunan angka kematian bayi seharusnya terus dijaga
agar angka kematian bayi dapat terus ditekan pada tahun-
tahun berikutnya.
Berikut grafik angka kematian bayi di Kabupaten
PonorogoTahun 2011-2015:

Grafik 2. 6
Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

40
37.03
35
30
27.32 25.83 24.86
25
20
14.6
15
10
5
0
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber data: Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo, 2016

2. Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup


Angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Ponorogo dari
tahun 2011-2015 cenderung fluktuatif, hal itu bisa dilihat dari
angka kematian ibu pada tahun 2011 sebesar 105,20 menurun
menjadi 98,82 pada tahun 2012 dan di tahun 2013 justru

54
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

mengalami peningkatan menjadi 102,03 dan kembali


mengalami peningkatan secara drastis di tahun 2014 menjad
127,00. Namun pada tahun 2015 dapat diturunkan dari 127,00
di tahun 2014 menjadi 91,6 atau terjadi penurunan sebesar
35,4.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan AKI,
diantaranya melalui peningkatan monitoring selama kehamilan
(ANC) yang lebih optimal dan melakukan konsultasi sedini
mungkin setiap kelainan yang ditemukan di luar kasus Obgyn
kepada dokter spesialis terkait, serta minimal satu kali
konsultasi ke dokter umum selama kehamilan. Lebih
lengkapnya berikut data angka kematian ibu Kabupaten
Ponorogo.
Grafik 2. 7
Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

140
127
120
105.2 102.03
98.82
100 91.6

80

60

40

20

0
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber data: Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo, 2016

55
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

3. Fasilitas Kesehatan

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo


menyebutkan bahwa fasilitas kesehatan total rumah sakit yang
tersebar di wilayah Kabupaten Ponorogo hingga tahun 2015
mencapai 6 unit yang kesemuanya berlokasi di Kecamatan
Ponorogo. Untuk Puskemas tersebar di seluruh kecamatan
Kabupaten Ponorogo, dengan total mencapai 31 unit, artinya di
beberapa kecamatan terdapat 2 unit Puskesmas. Sedangkan
untuk puskesmas pembantu mencapai 57 unit, klinik kesehatan
mencapai 34 unit yang sebagian besar tersebar di Kecamatan
Ponorogo sebanyak 17 unit. Kepercayaan dan kepuasan publik
terhadap pelayanan rumah sakit dan puskesmas menyebabkan
Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) tidak terlalu diminati lagi
oleh masyarakat Ponorogo. Hal tersebut dapat dilihat dari
jumlah BKIA yang sempat mencapai 7 unit pada tahun 2011,
kemudian meningkat menjadi 9 unit pada tahun 2012,
kemudian hanya tinggal 1 unit saja di tahun 2014 dan 2015.
Untuk mengetahui jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten
Ponorogo pada tahun 2015 tersaji pada tabel di bawah ini:


Tabel 2.21
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1. Rumah Sakit 6 6 6 6 6
2. Puskesmas 31 31 31 31 31
3. Puskesmas Pembantu 56 57 57 57 57
4. Puskesmas Keliling 47 46 46 45 46
5. Balai Pengobatan 19 20 26 31 36
6. BKIA 7 9 1 1 1
7. Klinik KB - 1 - - -
Sumber data: Dinas Kesehatan Kab. Ponorogo, 2016

56
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Adapun data yang terkait rasio cakupan puskesmas terhadap


penduduk dan puskesmas terakreditasi, sebagai tabel berikut:

Tabel 2.22
Rasio Cakupan Puskesmas dan Puskesmas Terakreditasi

Tahun
No Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1. Rasio Cakupan 1:27.637 1:27.665 1:27.698 1:27.730 1:28.000
Puskesmas
terhadap Penduduk
2 Jumlah Puskesmas 0 0 0 0 0
Terakreditasi
Sumber data: Dinas Kesehatan Kab. Ponorogo, 2016

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa cakupan
puskesmas terhadap penduduk dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk,
sementara itu tidak ada penambahan pembangunan puskesmas
baru. Sedangkan untuk puskesmas terakreditasi di Kabupaten
Ponorogo belum ada.
Untuk data rasio kecukupan dokter dan prevalensi
kekurangan gizi di Kabupaten Ponorogo, sebagai tabel berikut:

Tabel 2.23
Rasio Kecukupan Dokter dan Prevalensi Kekurangan Gizi Tahun 2011-2015

No Uraian Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Rasio Kecukupan 10:117.350 10;104.588 10:104.711 10:100.000 10:100.000
Dokter
2 Prevalensi Kekurangan - - - - 12,9%
Gizi
Sumber data: Dinas Kesehatan Kab. Ponorogo, 2016

Untuk layanan kesehatan terhadap masyarakat Ponorogo
dari RSUD yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo
yang kinerjanya terukur dari:
a. Nilai akreditasi yang diperoleh rumah sakit RSUD;

57
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

b. Indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan rumah


sakit RSUD;
c. Rasio kecukupan tenaga medis RSUD;
d. Presentase penduduk miskin yang terlayani RSUD.
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Dr. Harjono
Kabupaten Ponorogo kinerja pelayanan RSUD tersebut, sebagai
berikut:
Tabel 2.24
Kinerja Pelayanan RSUD Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015

No Uraian Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1. Nilai akreditasi - - - - paripurna

2 Indeks kepuasan masyarakat - - 74 74 76
terhadap pelayanan rumah sakit

3. Rasio kecukupan tenaga medis 53,10 51,10 53,90 53,90 59,80

4. Presentase penduduk miskin yang - - - - 24,5
terlayani

Sumber data: Dinas Kesehatan Kab. Ponorogo, 2016

i. Urusan Pekerjaan Umum
1. Jalan
Jaringan jalan kabupaten di Kabupaten Ponorogo dari tahun
2011 sampai dengan tahun 2015 sepanjang 916.110 Km. Pada
tahun 2015 kondisi jalan yang “baik” sepanjang 469.235 Km atau
51,22 %, kondisi jalan “sedang” sepanjang 208.444 Km atau
22,75%, sedang sisanya sepanjang 238.431 km dalam kondisi rusak
dan rusak berat.
Selanjutnya diperlukan perhatian dan penanganan dari
pemerintah Kabupaten Ponorogo agar kondisi jalan yang baik
tetap terpelihara sehingga memudahkan akses bagi warga serta
memberikan keuntungan dan kemudahan bagi pengangkutan
hasil– hasil produksi di wilayah Kabupaten Ponorogo menuju

58
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

pasar–pasar potensial dan memberikan daya tarik bagi investor


untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Ponorogo.

Tabel 2.25
Panjang dan Kondisi Jalan Di Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015 (km)

2015
No. KONDISI 2011 2012 2013 2014 2015
(%)
1 Baik 421.998 440.005 442.205 460.000 469.235 51,22
2 Sedang 212.844 230.745 228.445 212.378 208.444 22,75
3 Rusak 150.794 147.670 153.120 157.555 163.295 17,82
4 Rusak 130.474 97.690 92.340 86.177 75.136 8,20
Berat
Jumlah 916.110 916.110 916.110 916.110 916.110 100
Sumber Data : Dinas PU Kabupaten Ponorogo, 2016

2. Sanitasi
Salah satu aspek yang penting dalam menjaga kualitas
lingkungan adalah dengan menjaga kondisi sanitasi masyarakat.
Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Ponorogo rumah
tangga dengan akses sanitasi layak, yang ditinjau dari
kepemilikan jamban sehat, mengalami peningkatan dari 58,68%
rumah tangga pada tahun 2014, menjadi 67,76% rumah tangga
pada tahun 2015.
Terkait dengan penanganan sanitasi lingkungan, khususnya
drainase lingkungan untuk wilayah perkotaan Ponorogo, bahwa
dengan semakin meningkatnya perkembangan kawasan
pemukiman mengakibatkan sering terjadinya genangan di
beberapa lokasi dengan luasan mencapai 3.500 m² pada tahun
2015.

3. Air Bersih
Untuk memenuhi kebutuhan air minum sehari-hari
masyarakat di Kabupaten Ponorogo memperoleh air dari
berbagai sumber baik dengan menggunakan sistem perpipaan

59
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

maupun sistem non perpipaan. Sarana air bersih perpipaan


diperoleh dari PDAM dan non PDAM yang dikelola masyarakat.
Sistem air minum non perpipaan menggunakan sumur gali,
penangkap air hujan serta dari mobil tangki. Penggunaan
penangkap air hujan sebagai sumber air bersih terutama
dilakukan oleh masyarakat yang kesulitan mendapatkan
sumber air minum, dimana alternatif sumber air lainnya baik
sistem perpipaan maupun sistem lain tidak memungkinkan. Di
Kabupaten Ponorogo penduduk dengan akses air minum
”Aman” sebesar 92,72% penduduk.
Di Kabupaten Ponorogo secara garis besar, terdapat 2 jenis
kebutuhan air, yaitu untuk memenuhi kebutuhan domestik
(rumah tangga) dan kebutuhan non domestik (memenuhi
kebutuhan non rumah tangga), kebutuhan air bersih untuk
kebutuhan domestik (rumah tangga) merupakan kebutuhan
penduduk untuk masak, mandi, cuci dan kakus. Besarnya
pemakaian untuk keperluan ini bervariasi untuk setiap wilayah.
Standart yang biasa digunakan sebagai dasar perkiraan adalah
“Kategori Kota dan Standar kebutuhan Air Bersih Untuk Rumah
Tangga” yang dikeluarkan oleh Ditjen Cipta Karya, Kementerian
Pekerjan Umum. Selain dari standar tersebut, kebutuhan air
bersih juga dapat diambil berdasar pemakaian konsumen yang
tercatat dalam rekening bulanan PDAM.
Sedangkan kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan
air untuk memenuhi kebutuhan non rumah tangga, yaitu untuk
kegiatan ekonomi dan perkotaan misalnya untuk industri,
perkantoran, pertokoan, hotel, penginapan, rumah makan,
rumah sakit, puskesmas, sekolah, rumah ibadah, dan lain-lain.
Perhitungan secara pasti untuk mengetahui kebutuhan air jenis
ini sangat sulit dilakukan, karena beragamnya jenis fasilitas
serta setiap sambungan akan memerlukan air yang berbeda

60
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

dengan sambungan lainnya. Untuk memperkirakan kebutuhan


non domestik, dilakukan dengan mengambil prosentase dari
kebutuhan domestik.
Berdasar data pemakaian air di PDAM Kabupaten
Ponorogo, jumlah pemakaian air non domestik Kabupaten
Ponorogo pada tahun 2015 sebanyak 264.323 m3. Jika
dibandingkan dengan jumlah pemakaian total, konsumsi air
non domestik ini sekitar 9,01% dari total konsumsi air di
Kabupaten Ponorogo. Dalam penyusunan rencana induk,
direncanakan kebutuhan air non domestik dialokasikan sebesar
15 % dari kebutuhan domestik. Angka 15% ini tetap sampai
dengan akhir perencanaan dengan asumsi bahwa
perkembangan kebutuhan air non domestik sebanding dengan
peningkatan kebutuhan air domestik.
Disamping itu untuk pembangunan dan penyediaan air
bersih diarahkan pada daerah-daerah yang masuk kategori
rawan air bersih, dengan harapan masyarakat dapat
memperoleh kebutuhan air bersih yang cukup sesuai baku
mutu air dan memenuhi syarat kesehatan, karena dengan
semakin banyak masyarakat yang memperoleh air bersih maka
akan semakin baik kondisi kesehatannya, memperhatikan hal
tersebut ukuran air bersih dikatakan sehat apabila memenuhi
kelayakan secara fisik, kimia dan bakteriologis.

j. Urusan Penanaman Modal
1. Jumlah Investor Berskala Nasional (PMDN/PMA)
Perkembangan jumlah investasi daerah di Kabupaten
Ponorogo dalam periode tahun 2011 sampai dengan tahun
2015 menunjukkan bahwa sebagian besar investasi yang ada di
Kabupaten Ponorogo adalah investasi/penanaman modal
dalam negeri dan hanya pada tahun 2013 saja yang tercatat

61
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

ada investor asing (PMA/Non PMDN) yang masuk di Kabupaten


Ponorogo.

2. Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional (PMDN/PMA)
Berdasarkan data realisasi investasi daerah PMDN
Kabupaten Ponorogo tahun 2011 sampai dengan 2015 adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.26
Perkembangan Investasi Di Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

JUMLAH UNIT JUMLAH INVESTASI
KETERANGAN
No. TAHUN USAHA (Rp)
1 2011 1.321 346.719.545.062,00 -
2 2012 3.298 786.579.617.256,00 -
3 2013 2.040 694.450.719.604,00 -
4 2014 1.323 350.890.412.617,00 -
5 2015 1.838 1.463.909.736.548,00 -
Sumber data: KPPT Kabupaten Ponorogo, 2016

Sedangkan untuk data investasi penanaman modal asing


hanya pada tahun 2013 senilai Rp2.679.390.000,00.

k. Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah


1. Meningkatnya Persentase Koperasi Sehat
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang
seorang atau badan hukum yang kegiatannya berdasarkan atas
asas kekeluargaan guna mencapai tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya. Pada dasarnya koperasi merupakan organisasi yang
menyisyaratkan kemandirian yaitu koperasi akan berkembang
dalam suasana kemandirian. Artinya, berkembang atau
tidaknya koperasi sangat tergantung seberapa kuat fundamen
internal mendukung ketercapaian tujuan berkoperasi. Adanya
kesamaan kepentingan ekonomi dari para anggota-

62
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

anggotanya,adanya pengurus yang memiliki motivasi kuat dan


sanggup amanah serta tersedianya manajemen yang
profesional merupakan kunci keberhasilan pembangunan
koperasi.
Pengelolaan koperasi sebaiknya berpedoman pada Tiga
Sehat, yaitu sehat organisasi, sehat usaha, dan sehat mental.
Pembinaan koperasi dengan berpedoman pada Tiga Sehat
tersebut diharapkan jumlah koperasi sehat di Kabupaten
Ponorogo meningkatkan dan memberikan dampak positif
terhadap kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data Dinas
Koperasi dan UMKM menunjukkan bahwa dalam limatahun
terakhir terjadi fluktuasi baik jumlah koperasi maupun
prosentase koperasi aktif di Kabupaten Ponorogo. Hasil
pengembangan kinerja koperasi , UKM, dan BPR di Kabupaten
Ponorogo tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 sebagaimana
tabel berikut :

Tabel 2.27
Perkembangan Kelembagaan Koperasi, UKM, dan BPR Tahun 2011-2015

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Prosentase Koperasi Aktif 89,27% 95,27% 92,29% 89,85% 85,64%

2 Jumlah UKM non BPR / LKM 23.120 23.958 27.058 27.463 28.252
UKM
3 Jumlah BPR/LKM 2 2 2 2 2

4 Prosentase Usahan Mikro 99,27% 99,26% 99,12% 99,10% 99,09%


dan Kecil
Sumber data : Dinas Indakop dan UKM Kab.Ponorogo, 2016

Jika dilihat dari tabel dan gambar diatas, menunjukkan
bahwa jumlah BPR tetap, sedangkan UKM non BPR/LKMUKM
mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun 2011
berjumlah 23.120 unit menjadi 28.252 unit pada tahun 2015.

63
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Sementara itu untuk perkembangan Usaha Mikro dan Kecil


(UKM) relatif tetap. Berbeda dengan kondisi perkembangan
Koperasi Aktif di Kabupaten Ponorogo yang masih fluktuatif,
tetapi pada dasarnya jumlahnya terus meningkat. Terdapat
beberapa hal yang menjadi kendala pokok yang dihadapi
koperasi di Kabupaten Ponorogo yaitu :
a. Kurang adanya dukungan modal usaha yang kuat;
b. Banyak anggota, pengurus maupun pengelola koperasi
kurang bisa mendukung jalannya koperasi;
c. Managemen koperasi yang belum profesional, ini banyak
terjadi di koperasi-koperasi yang anggota dan pengurusnya
memiliki tingkat pendidikan yang rendah;
d. Banyaknya koperasi yang ada di Kabupaten Ponorogo
menyebabkan persaingan yang ketat dan menuntut koperasi
untuk bertahan.
Masih rendahnya progres peningkatan prosentase koperasi
aktif tersebut menunjukan masih banyak koperasi yang
membutuhkan pendampingan baik dari segi manajerial,
pengelolaan keuangan, hingga penyusunan laporan pembukuan
menuju terlaksanana Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang tepat
waktu.

2. Persentase Koperasi Wanita Aktif
Dari jumlah koperasi sebanyak 940 unit di Kabupaten
Ponorogo tersebut terdapat 305 unit Koperasi Wanita di 307
desa/kelurahan sebagai bentuk revitalisasi lembaga keuangan
mikro di tingkat desa/kelurahan dan diharapkan dapat menjadi
wadah pengembangan ekonomi lokal berbasis pada usaha
rumah tangga yang banyak dikelola oleh kaum wanita. Selain
itu, juga sebagai upaya mengurangi ketergantungan masyarakat

64
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

perdesaan khususnya pelaku usaha mikro terhadap rentenir


dan atau usaha simpan pinjam/koperasi simpan pinjam liar.
Berkembangnya koperasi wanita tersebut diharapkan
bukan saja memotong jalur kemiskinan di lingkungan wanita
saja,namun juga untuk menanamkan jiwa wirausaha dan nilai-
nilai berkoperasi di lingkungan generasi yang akan datang
melalui media keluarga.

l. Urusan Kependudukan Dan Catatan Sipil
1. Cakupan Penerbitan KK dan KTP
Pelayanan kependudukan yang telah dilakukan sepanjang
tahun 2011-2014meliputi pelayanan KTP, KK, dan mutasi
kependudukan. Capaian ini didorong oleh meningkatnya
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya tertib administrasi
kependudukan dan banyaknya kemudahan bagi masyarakat
yang mengurus KTP dan KK. Cakupan kepemilikan dokumen KK
dan KTP Tahun 2011-2015 sebagai berikut:
Tabel 2.28
Cakupan kepemilikan dokumen KK dan KTP Tahun 2011-2015

Jenis Layanan
Kartu Keluarga KTP
Tahun
Jumlah Kepemilikan Wajib Kepemilikan
% %
KK KK KTP/jiwa KTP
2011 308.206 308.206 100 797.109 480.898 60,33
2012 320.587 320.587 100 811.666 518.128 63,84
2013 365.531 365.531 100 637.395 586.859 92,07
2014 315.586 315.586 100 695.409 632.089 90,89
2015 311.857 311.857 100 725.119 658.098 90,88
Sumber data: Dinas Dukcapil Kab. Ponorogo, 2016

2. Cakupan Penerbitan Akte Pencatatan Sipil
Akta Kelahiran adalah Bukti Sah mengenai Status dan
Peristiwa Kelahiran Seseorang yang dikeluarkan oleh Dinas

65
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Kependudukan dan Catatan Sipil. Bayi yang dilaporkan


kelahirannya akan terdaftar dalam Kartu Keluarga dan diberi
Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai dasar untuk
memperoleh pelayanan masyarakat Lainnya.
Pelayanan akta pencatatan sipil bertujuan untuk
memberikan kepastian hukum terhadap setiap warga negara
khususnya yang berada di wilayah Kabupaten Ponorogo.
Pelayanan dokumen akte kelahiran dan cakupan kepemilikan
akte kelahiran usia <18 tahun di Kabupaten Ponorogo selama
lima tahun yang lalu, sebagai berikut:

Tabel 2.29
Pelayanan Dokumen Akte Kelahiran dan Cakupan Kepemilikan Akte Kelahiran
Usia <18 Tahun di Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015

Jumlah Cakupan
Pelayanan
Jumlah Penduduk Kemelikan
Tahun Akta % %
Penduduk Usia <18 Akte kelahiran
Kelahiran
tahun <18 tahun
2011 1.011.571 54.575 5,4 227.927 64.573 28,33
2012 1.028.306 11.272 1,1 244.487 119.708 48,96
2013 833.146 16.550 1,99 221.389 120.570 54,46
2014 894.238 14.035 1,57 224.383 130. 715. 58,26
2015 915.864 12.850 1,40 213.458 141.263 66,18
Jumlah 109.282 576.829
Sumber data: Dinas Dukcapil Kab. Ponorogo, 2016

m. Urusan Ketenagakerjaan
Pengangguran Terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja
yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi
mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang
sudah penah berkerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha,
mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak
mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah
memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Proporsi atau
jumlah pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna
sebagai acuan pemerintah bagi pembukaan lapangan kerja baru.

66
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Disamping itu, trend indikator ini akan menunjukkan keberhasilan


progam ketenagakerjaan dari tahun ke tahun.
Tabel 2.30
Perkembangan Angkatan Kerja Ponorogo Tahun 2011-2015

Tahun Angkatan Kerja Penduduk Pengangguran


yang Bekerja Terbuka
2011 73,52% 71,06 % 3,35%
2012 73,41% 72,15% 3,26%
2013 71,75% 69,82% 3,28%
2014 72,31% 71,44% 3,66%
2015 81,94% 72,56% 3,22%

Sumber data: Dinsosnakertrans Kab.Ponorogo, 2016



Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Ponorogo selama
tahun 2011-2015 mengalami fluktuatif. Pada tahun 2011 sebesar
3,35% mengalami penurunan menjadi 3,26 di tahun 2012.
Selanjutnya mengalami peningkatan di tahun 2013 dan tahun
2014 masing-masing menjadi 3,28% dan 3,66%. Pada tahun 2015
tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan menjadi
3,22%. Kondisi tersebut menunjukkan upaya yang dilaksanakan
pada tahun 2015 dapat menekan tingkat penggangguran terbuka
sebesar 0,44% dari tahun sebelumnya.
Adapun untuk urusan kinerja tenaga kerja dan transmigrasi
dapat diketahui dari data persentase penurunan perkara
perselisian hubungan industrial, jumlah perusahaan yang
menerapkan jamsostek, jumlah penurunan TKI bermasalah,
persentase jumlah TKI bermasalah yang tertangani, jumlah
transmigrasi yang diberangkatkan, dan jumlah transmigrasi yang
berhasil, sebagaimana tabel berikut:

67
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Tabel 2. 31
Kinerja Urusan Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Tahun 2011-2015

No Uraian Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah Perusahaan yang 56 142 142 110 110
Menerapkan Jamsostek
2 Jumlah TKI Bermasalah 9 67 74 50 14
3 Persentase Jumlah TKI 100% 100% 100% 100% 100%
Bermasalah yang
Tertangani
4 Jumlah Transmigrasi 20 KK 25 KK 25 KK 25 KK 10 KK
yang Diberangkatkan
Sumber data: Dinsosnakertrans Kab. Ponorogo, 2016

n. Ketahanan Pangan
1. Pencapaian Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Penyelenggaraan urusan pangan di Indonesia diatur
melalui Undang-Undang Pangan Nomor 18 Tahun 2012
pengganti Undang-Undang Pangan Nomor 7 Tahun 1996.
Dalam Undang-Undang Pangan ini ditekankan pemenuhan
kebutuhan pangan di tingkat perorangan, dengan
memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial,
ekonomi dan kearifan lokal secara bermanfaat.
Dewasa ini situasi kualitas konsumsi pangan masyarakat
masih dirasakan kurang beragam dan bergizi seimbang. Padahal
konsumsi pangan dengan gizi cukup dan seimbang merupakan
salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan
dan intelegensia manusia. Volume dan kualitas komsumsi
pangan dan gizi di dalam rumah tangga juga dipengaruhi oleh
kondisi ekonomi, pengetahuan dan budaya masyarakat.
Indikator kualitas komsumsi pangan ditunjukan oleh skor Pola
Pangan Harapan (PPH) yang dipengaruhi oleh keragaman dan
keseimbangan konsumsi antar kelompok makanan.

68
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) adalah komposisi


kelompok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi
kebutuhan energi dan zat gizi lainnya dan menggambarkan
keragaman ketersediaan pangan untuk dikonsumsi penduduk.
Semakin tinggi skor PPH semakin beragam pangan yang
dikonsumsi dan semakin baik zat gizi yang diperoleh. PPH
biasanya digunakan untuk perencanaan konsumsi, kebutuhan
dan penyediaan pangan yang ideal di suatu wilayah.
Diversifikasi pangan menjadi salah satu pilar utama dalam
mewujudkan ketahanan pangan. Diversifikasi konsumsi pangan
tidak hanya sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada
beras, tetapi juga upaya peningkatan perbaikan gizi untuk
mendapatkan manusia yang berkualitas dan mampu berdaya
saing dalam percaturan globalisasi.

2. Menurunnya Jumlah Daerah Rawan Pangan
Penanganan kerawanan pangan adalah penanganan
kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah,
masyarakat, atau rumah tangga, pada waktu tertentu untuk
memenuhi standar kebutuhan fisiologi bagi pertumbuhan dan
kesehatan masyarakat. Kerawanan pangan sangat dipengaruhi
oleh daya beli masyarakat yang ditentukan oleh tingkat
pendapatannya, rendahnya tingkat pendapatan memperburuk
konsumsi energi dan protein.
Diversifikasi pangan saat ini adalah kunci keberhasilan
dalam mempertahankan ketahanan pangan. Program
Diversifikasi Pangan ini merupakan langkah jitu untuk meredam
gejolak pangan dunia dan nasional ditengah ancaman
perubahan iklim. Selain itu, diversifikasi pangan menjadi cara
mengembangkan kearifan lokal melalui pengoptimalan sumber
daya yang ada. Implementasi diversifikasi pangan berbasis

69
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

kearifan lokal memerlukan strategi dan komitmen yang kuat


dari pemerintah, petani, pengusaha, dan masyarakat.
Keberhasilan program ini memerlukan kerjasama dan
koordinasi yang dikuat dari berbagai pemangku kepentingan.
Dimana pemerintah memegang peranan penting dalam
membuat kebijakan yang pro pertanian lokal.
Untuk kinerja urusan ketahanan pangan selama lima tahun
ini, dapat dilihat dari persentase daerah rawan gizi, persentase
kualitas gizi pangan daerah dan index pola pangan harapan
sebagai berikut:
Tabel 2.32
Kinerja Ketahanan Pangan Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015

Tahun
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1. Persentase daerah rawan gizi - - - - 85
2. Persentase kualitas gizi - - - - 48,44
pangan daerah
3. Indeks pola pangan harapan 69,4 71,9 71,2 74,8 78,7
Sumber data: Kantor Ketahanan Pangan, 2016

o. Urusan Lingkungan Hidup
Seiring dengan proses pembangunan dan perkembangan
jaman maka biasanya akan diikuti dengan munculnya
permasalahan lingkungan hidup. Permasalahan-permasalahan
lingkungan hidup terjadi diberbagai sektor beserta segala
kompleksitas penyebab dan akibatnya masing-masing.
Permasalahan tersebut anatara lain permasalahan air,
sampah, limbah dan permasalahan ekosistem pantai/laut.
Dari kondisi tersebut maka menunjukkan bahwa urusan
Lingkungan Hidup juga merupakan urusan yang harus
mendapatkan prioritas dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan
sekarang maupun yang akan datang.

70
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Kinerja urusan lingkungan hidup di Kabupaten Ponorogo


dalam 5 tahun yang lalu dapat dilihat dari data sebagaimana tabel
berikut:
Tabel 2. 33
Kinerja Urusan Lingkungan Hidup Di Kabupaten Ponorogo Dalam 5 Tahun


TAHUN
No Uraian Satuan
2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah Unit 5 9 69 72 119
industry/perusahaan/badan usaha
yang menyusun AMDAL (termasuk
dokumen lingkungan yang lain
yaitu UKL,UPL,SPPL,DPPLH)
2 Pelayanan pencegahan % 60 80 100 33,33 100
pencemaran air (prosentase jumlah
usaha dan atau kegiatan mentaati
persyaratan administrasi dan teknis
pengendalian pencemaran air)
3 Prosentase usaha dan atau % 100 100 100 100 100
kegiatan sumber tidak bergerak
yang memenuhi persyaratan
administrasi dan teknis
pengendalian pencemaran udara
4 Prosentase luas lahan yang % - - - 28,46 54,45
diinformasikan status kerusakan
lahan/tanah untuk produksi
biomasa
5 Prosentase jumlah pengaduan yang % - 100 6 100 2 100 8 100 3
ditindaklanjuti lap lap lap lap
6 Angka Indeks Kualitas Lingkungan - - - - - 67,28
Hidup (IKLH)
Sumber data: Kantor Lingkungan Hidup, 2016

o. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Masih banyaknya kejadian kekerasan terhadap perempuan
dan anak yang terjadi menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat
untuk melaporkan tindak kekerasan yang terjadi semakin
meningkat. Selain itu juga menunjukkan bahwa KPPA yang
dibentuk telah menjadi lembaga rujukan yang mendapat
kepercayaan tinggi dari masyarakat. Bahkan tren yang terjadi
adalah selalu naik setiap tahunnya.
Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak,
selama kurun waktu 2011-2015 sebagaimana tabel berikut:

71
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Tabel 2. 34
Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

CAPAIAN
NO INDIKATOR
2011 2012 2013 2014 2015
1. Jumlah kejadian 17 19 32 40 41
(kasus)
Sumber data: KPPPA Kab.Ponorogo, 2016

p. Urusan Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera
Laju pertumbuhan penduduk (LPP) adalah angka yang
menunjukan tingkat pertambahan penduduk pertahun dalam
jangka waktu tertentu. Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten
Ponorogo sepanjang tahun 2011-2015 mengalami penurunan yang
sangat signifikan, yaitu dari sebesar 0,47% pada tahun 2011
menjadi 0,29 di tahun 2012. Pada tahun 2013 sampai dengan 2015
juga mengalami penurunan masing-masing menjadi 0,25 pada
tahun 2013, 0,22 pada tahun 2014 dan sebesar 0,17% pada tahun
2015.
Perkembangan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten
Ponorogo sebagaimana grafik berikut:
Grafik. 2.8
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

0.5% 0.47%
0.4%
0.29%
0.3% 0.25%
0.22%
0.2% 0.17%

0.1%
2011% 2012% 2013% 2014% 2015%

Sumber data: Badan KB Kabupaten Ponorogo, 2016

72
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan penduduk yang


dipengaruhi oleh faktor kelahiran, kematian, dan perpindahan
penduduk (migrasi). Pertumbuhan penduduk terdiri atas dua
macam, yaitu sebagai berikut:
1) Pertumbuhan penduduk alami, yaitu pertumbuhan penduduk
yang dipengaruhi oleh kelahiran dan kematian.
2) Pertumbuhan penduduk total, yaitu pertumbuhan penduduk
yang dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, imigrasi, dan
emigrasi.
Salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk
adalah Kelahiran (natalitas/fertilitas) : Kelahiran adalah
kemampuan seorang wanita melahirkan yang tercermin dalam
jumlah bayi yang dilahirkan. Angka kelahiran ialah rata-rata
banyaknya bayi yang lahir dari tiap 1.000 orang penduduk dalam
satu tahun. Angka kelahiran dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Angka kelahiran kasar : Angka kelahiran kasar adalah jumlah
tiap kelahiran 1.000 orang penduduk pada suatu daerah
dalam waktu satu tahun.
2) Angka kelahiran khusus : Angka kelahiran khusus adalah
angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran hidup dari
1.000 wanita usia tertentu dalam waktu satu tahun. Yang
dimaksud usia tertentu, misalnya: pada usia 20-24 tahun, 25-
29 tahun, 30-39 tahun, dan seterusnya.
Untuk mengetahui tingkat angka kelahiran kasar Kabupaten
Ponorogo mulai tahun 2011 sampai dengan 2015 dapat diketahui
melalui grafik di bawah ini:




73
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Grafik 2. 9

Angka Kelahiran Kasar Kabupaten PonorogoTahun 2011-2015

14.43 14.32
16
12.84 12.69
14 11.85
12
10
8 Angka
6 Kelahiran
Kasar
4
2
0
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber data: Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo, 2016



Upaya pemerintah dalam rangka menekan jumlah penduduk
adalah dengan melakukan kampanye keluarga berencana (KB).
Program tersebut disosialisasikan ke masyarakat mulai dari
kecamatan hingga desa bahkan dusun. Keberhasilan pemerintah
dalam rangka menekan jumlah penduduk melalui kampanye KB
dapat dilihat dari jumlah akseptor KB di Kabupaten Ponorogo yang
awalnya pada tahun 2011 hanya mencapai 141.180 menjadi
143.746 di tahun 2012. Pada tahun 2013 terjadi penurunan
sebanyak 541 menjadi 143.205, kemudian pada tahun 2014
kembali mengalami penurunan menjadi 139,484. Sedang pada
tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 145.415 akseptor.
Untuk mengetahui perkembangan pengguna akseptor KB di
Kabupaten Ponorogo tersaji pada grafik di bawah ini:


74
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Tabel 2. 35
Jumlah Akseptor Keluarga Berencana Menurut Metode Penggunaannya
di Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1) IUD 58.246 58.537 58.231 54.050 55,058
2) MO 8.627 8.971 9.295 9.464 9.578
3) Implant 9.349 10.468 11.512 11.326 12.508
4) PIL 11.415 11.973 11.775 11.325 12.078
5) Suntik 49.333 48.865 47.506 49.069 51.679
6) Kondom 4.210 4.982 4.886 4.250 4.514
Jumlah 141.180 143.746 143.205 139.484 145.415
Sumber data : Badan Keluarga Berencana Kabupaten Ponorogo, 2016.

q. Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan
Persandian
Tata pemerintahan yang baik merupakan tindakan atau tingkah
laku yang didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat mengarahkan,
mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik untuk
mewujudkan nilai-nilai itu dalam tindakan dan kehidupan keseharian.
Indikator pemerintahan yang baik adalah jika produktif dan
memperlihatkan hasil dengan indikator kemampuan ekonomi rakyat
meningkat dalam aspek produktifitas maupun dalam daya belinya,
kesejahteraan spiritualitasnya terus meningkat dengan indikator rasa
aman, tenang dan bahagia serta sense of nationality yang baik.
Prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik adalah partisipasi,
penegakan hukum, transparasi, responsif, orientasi kesepakatan,
keadilan, efektifitas dan efisiensi, akuntabilitas, visi strategis.
Berdasarkan data Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten
Ponorogo, Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja di Kabupaten
Ponorogo pada tahun 2015 mencapai 12.138 pegawai dengan

75
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

komposisi 6.607 pegawai pria dan 5.531 pegawai wanita. Jumlah ASN
2015 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan jumlah ASN
tahun 2014 yang mencapai 12.550 pegawai.
Grafik 2. 10
Aparatur Sipil Negara Menurut Golongan Kepangkatan di
Kabupaten Ponorogo Tahun 2015

2458
2500 2258 2244
2167

2000 1659

1500 1112

1000 Pria

232 Wanita
500
8
0
Golongan I Golongan II Golongan III Golonan IV


Sumber: BKD Kabupaten Ponorogo, 2016

Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa jumlah ASN
terbanyak adalah golongan IV dengan jumlah sebanyak 4.702
orang terdiri 2.458 pegawai pria dan 2.244 pegawai wanita,
sedangkan untuk golongan III mencapai 4.425 terdiri dari 2.258
pegawai pria dan 2.167 pegawai wanita, untuk golongan II
mencapai 2.771 terdiri dari 1.659 pegawai pria dan 1.112 pegawai
wanita dan yang terakhir adalah golongan I sebanyak 240 pegawai
terdiri dari 232 pegawai pria dan 8 pegawai wanita.
Pada periode pemerintahan sebelumnya tata pemerintahan
Kabupaten Ponorogo beberapa kali berhadapan dengan kasus
hukum terkait korupsi. Dengan adanya berbagai kasus tersebut
mencerminkan bahwa persoalan tata pemerintahan masih belum

76
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

berjalan dengan baik. Untuk itu kedepan persoalan tersebut akan


menjadi fokus pemerintahan saat ini dalam rangka mewujudkan
tata pemerintahan yang bersih dari korupsi.
Pelayanan publik oleh aparatur pemerintah dewasa ini masih
banyak dijumpai kelemahan sehingga belum dapat memenuhi
kualitas yang diharapkan masyarakat. Hal ini ditandai dengan
masih adanya berbagai keluhan masyarakat yang disampaikan
melalui media massa, sehingga dapat menimbulkan citra yang
kurang baik terhadap aparatur pemerintah. Mengingat fungsi
utama pemerintah adalah melayani masyarakat maka pemerintah
perlu terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
publik, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional (PROPENAS), perlu disusun indeks kepuasan masyarakat
sebagai tolok ukur untuk menilai tingkat kualitas pelayanan. Di
samping itu data indeks kepuasan masyarakat akan dapat menjadi
bahan penilaian terhadap unsur pelayanan yang masih perfu
perbaikan dan menjadi pendorong setiap unit penyelenggara
pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya.
Kinerja pelayanan Pemerintah Kabupaten Ponorogo kepada
masyarakat dinilai menggunakan indikator Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM). IKM diukur pada PD penyelenggara pelayanan
masyarakat dan urusan pemerintahan yang penilaiannya
berdasarkan 14 unsur pelayanan. Semakin tinggi IKM
menunjukkan semakin baiknya pencapaian sasaran meningkatnya
aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan pemerintah daerah.
Namun dalam perjalanan 5 tahun terakhir belum ada data
yang menunjukkan angka indeks kepuasan masyarakat, karena
belum pernah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo.

77
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

r. Urusan Sosial
Jumlah PMKS di Kabupaten Ponorogo yang terdiri dari 28 jenis
PMKS selama tahun 2011-2015 mengalami penurunan sebanyak
31.405 orang yaitu dari sebanyak 262.906 orang pada tahun 2011
menjadi sebanyak 231.501 orang pada tahun 2015. Untuk lebih
jelasnya berikut gambaran jumlah PMKS di Kabupaten Ponorogo
yang tergambar dalam grafik:
Grafik 2.11
Jumlah PMKS Kabupaten PonorogoTahun 2011-2015

350,000 326,652
290,630 290,631
300,000 262,906
231,501
250,000

200,000

150,000

100,000

50,000

0
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber data: Dinsosnakertrans Kab.Ponorogo, 2016



s. Urusan Kearsipan
Untuk lebih meningkatkan informasi pembangunan yang
berkualitas maka salah satu perangkat yang dibutuhkan adalah
sistem kearsipan yang baik. Berkaitan dengan hal tersebut,
Pemerintah Kabupaten Ponorogo melaksanakan pengadaan arana
pengolahan dan penyimpanan arsip berupa boks arsip, mesin
penghancur kertas, rak arsip, yang dibutuhkan oleh seluruh PD se-
Kabupaten Ponorogo serta melakukan pembinaan (perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, pertanggungjawaban, pelaporan,

78
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

monitoring dan evaluasi) kepada arsiparis (pengelola arsip)


terutama di desa.
Sampai dengan tahun 2015, seluruh PD telah dapat
melaksanakan tertib administrasi kearsipan dengan baik. Capaian
ini didorong oleh meningkatnya kapasitas pengelola kearsipan dan
meningkatnya pemahaman tentang pentingnya nilai arsip bagi PD
tersebut. Pengelolaan Sistem kearsipan yang baik ini ditunjang
oleh kelengkapan alat kearsipan yang memadai di seluruh PD serta
dukungan Tim Pemilah Arsip yang telah dibentuk.
Aspek daya dukung pengelolaan arsip di Kecamatan
mempengaruhi kinerja Kecamatan dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Pemerintah Kabupaten Ponorogo menaruh
perhatian khusus atas aspek tersebut. Dari jumlah seluruh
Kecamatan yang ada, pada tahun 2011 sampai dengan tahun
2015, seluruhnya sebanyak 21 Kecamatan telah memenuhi
ketentuan penyimpanan arsip daerah secara baik atau 100%.

t. Urusan Perpustakaan
Pada zaman global sekarang, pendidikan merupakan sesuatu
hal yang penting. Karena pendidikan merupakan akar dari
peradaban sebuah bangsa. Pendidikan sekarang telah menjadi
kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap orang agar bisa
menjawab tantangan kehidupan. Untuk memperoleh pendidikan,
banyak cara yang dapat tercapai, diantaranya melalui
perpustakaan. Karena di perpustakaan berbagai sumber informasi
bisa diperoleh, selain itu banyak juga manfaat lain yang dapat
diperoleh melalui perpustakaan. Dalam arti tradisional,
perpustakaan adalah sebuah koleksi buku dan majalah. Walaupun
dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun
perpustakaan lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar
yang dibiayai dan dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi, dan

79
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak mampu


membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri.
Perpustakaan dapat juga diartikan sebagai kumpulan
informasi yang bersifat ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi, dan
ibadah yang merupakan kebutuhan hakiki manusia. Oleh karena
itu perpustakaan modern telah didefinisikan kembali sebagai
tempat untuk mengakses informasi dalam format apa pun, apakah
informasi itu disimpan dalam gedung perpustakaan tersebut atau
tidak. Dalam perpustakaan modern ini selain kumpulan buku
tercetak, sebagian buku dan koleksinya ada dalam perpustakaan
digital (dalam bentuk data yang bisa diakses lewat jaringan
komputer).
Keberadaan Perpustakaan tentunya sangat bermanfaat unutk
perkembangan keilmuan di suatu daerah. Dengan semboyan buku
adalah jendela dunia tentunya sudah sewajarnya perpustakaan
menjadi tempat yang menarik untuk di kunjungi. Pengunjung
perpustakaan adalah pemakai perpustakaan yang berkunjung ke
perpustakaan untuk mencari bahan pustaka dalam satu (1) tahun.
Selama kurun waktu tahun 2009-2012 perkembangan jumlah
pengunjung perpustakaan milik Pemerintah Kabupaten Ponorogo
sangat menggembirakan. Pada tahun 2011 jumlah pengunjung
mencapai 14.690 pengunjung, tahun 2012 mencapai 13.569
pengunjung, tahun 2013 mencapai 12.597 pengunjung, tahun
2014 mencapai 11.601 pengunjung, dan pada tahun 2015
mencapai 15.472 pengunjung. Perkembangan pengunjung
perpustakaan selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan
pengunjung sebesar 5,32%.
Perkembangan jumlah pengunjung perpustakaan pemda
selama 5 tahun terakhir sebagaimana terlihat pada grafik berikut:


80
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Grafik 2.12
Jumlah Pengunjung Perpustakaan Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

18000
16000 14.690
13569 15.472
14000 12.597

12000 11.601
10000
8000
6000
4000
2000
0
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber data: Kantor Perpustakaan Daerah Kab.Ponorogo, 2016




b. Fokus Layanan Urusan Pilihan
1. Urusan Kelautan dan Perikanan

Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan


pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hayati perairan dimulai
dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran
yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan ataudisebut
sebagai usaha agribisnis. Pada umumnya usaha perikanan
dimaksudkan untuk kepentingan penyediaan pangan bagi manusia.
Di Kabupaten Ponorogo yang tidak memiliki wilayah perairan laut
hanya mengandalkan hasil perikanan air tawar. Perkembangan
capaian kinerja produksi perikanan selama tahun 2011–2015
menunjukan trend yang fluktuatif sebagaimana terlihat pada grafik
berikut:



81
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Grafik 2.13
Perkembangan Jumlah Produksi Perikanan Tahun 2011-2015

2400 2340.39 2357.75 2367


2350
2300
2250
2237.46
2200
2150
2100 2114.99
2050
2000 Column2
1950 Column1
2011 Series 1
2012
2013
2014
2015

Sumber data: Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo, 2016




Perkembangan produksi perikanan tahun 2011-2015 turun rata-
rata 4.40% per tahun dari sebesar 2.340,39 ton pada tahun 2011
menjadi sebesar 2.237,46 ton pada tahun 2015. Namun demikian ada
pencapaian target produksi tersebut antara lain ditentukan oleh
keberhasilan intensifikasi program perikanan budidaya, adanya
program restocking ikan yaitu penebaran benih ikan di perairan
umum seperti embung, serta peningkatan pengetahuan dan
keterampilan petani ikan dalam teknis budidaya ikan sehingga
kematian ikan dapat ditekan dan akhirnya produksi dapat meningkat.
Sedangkan untuk konsumsi ikan per kapita per tahun penduduk
Kabupaten Ponorogo, datanya sebagai berikut:





82
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Grafik 2.14
Tingkat Konsumsi Ikan Penduduk Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015

12.5
12.5
12.35 12.4
12.4
12.3 12.15 12.2
12.2
12.1
12
11.9

Konsumsi Ikan

2011 2012 2013 2014 2015



Sumber data: Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo, 2016


Dari data tersebut menunjukkan bahwa tingkat konsumsi ikan
penduduk Kabupaten Ponorogo masih rendah, yaitu berkisar 12,15
kg/orang/tahun pada tahun 2011 dan meningkat sedikit menjadi
12,50 kg/orang/tahun pada tahun 2015.

2. Urusan Pertanian

Subsektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor


pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan
nasional, baik dikala kondisi ekonomi normal maupun saat
menghadapi krisis. Tanaman pangan sangat relevan untuk di
jadikan pilar ekonomi di daerah, mengingat sumber daya ekonomi
yang dimiliki setiap daerah yang siap didayagunakan untuk
membangun ekonomi adalah sumber daya pertanian tanaman
pangan. Begitu juga halnya di Kabupaten Ponorogo,dengan
produksi tanaman pangan dijadikan andalan daerah, sehingga
peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan harus
menjadi prioritas utama.

83
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Tabel 2. 36
Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015

No Komoditi Produksi ( Ton )
2011 2012 2013 2014 2015
1 Padi 326.668 427.652 426.800 441.919 468.594
2 Jagung 176.059 241.330 256.540 197.062 245.663
3 Kedelai 30.953 22.254 16.023 23.221 28.148
4 Kacang Tanah 3.499 4.879 4.808 2.440 3.098
5 Ubi Kayu 564.594 681.779 536.007 582.873 416.652
Sumber data: Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo, 2016

Tabel 2. 37
Produktivitas Tanaman Pangan Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015

No Komoditi Produktivitas ( Ku/Ha )
2011 2012 2013 2014 2015
1 Padi 50,83 64,19 60,88 63,58 64,60
2 Jagung 51,32 68,55 71,88 60,08 69,23
3 Kedelai 15,05 16,52 16,78 19,97 16,24
4 Kacang Tanah 15,13 24,12 31,34 15,35 18,49
5 Ubi Kayu 233,13 282,99 239,15 258,08 191,16
Sumber data: Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo, 2016

Dari dua tabel tersebut, produksi tanaman pangan berupa
padi dan jagung mengalami peningkatan, sedangkan produksi
tanaman kedelai, kacang tanah dan ubi kayu relatif mengalami
penurunan.
Untuk produktivitas tanaman pangan per hektar, dari empat
komoditas berupa padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini karena
penerapan teknologi di dalam pelaksanaan budidaya tanaman
tersebut, sehingga meningkatkan produktifitasnya. Sementara itu
untuk ubi kayu mengalami penurunan produktifitas karena belum
berkembangnya teknologi budidaya tanaman tersebut.
Untuk data produksi tanaman padi organik belum ada di Dinas
Pertanian Kabupaten Ponorogo karena budadaya tanaman organik
ini belum memasyarakat dan masih dalam tahap demoplot.
Potensi tanaman hortikultura tahunan di Kabupaten Ponorogo
lebih dominan dari pada tanaman hortikultura semusim.

84
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Komoditinya yang potensial antara lain pisang, mangga, durian,


jeruk, jahe, cabe rawit dan petai. Seluruh komoditas potensial
tersebut mengalami peningkatan produksi pada tahun 2015.
Bahkan untuk komoditas durian, petai, mangga dan cabe rawit
produksinya meningkat hampir dua kali lipat dibanding tahun
sebelumnya. Namun demikian pada saat hasil panen melimpah
harga justru anjlok seperti yang dialami oleh komoditi cabe rawit
sehingga petani tidak merasakan peningkatan keuntungan terkait
hasil panen yang melimpah.
Untuk kinerja urusan peternakan dapat dilihat dari
perkembangan jumlah produksi peternakan yang terdiri dari
daging telur dan susu, dengan data sebagai berikut:
Tabel 2. 38
Produksi Peternakan Kabupaten Ponorogo tahun 2011-2015

Realisasi
No Komoditas Satuan
2011 2012 2013 2014 2015
1. Daging Kg 1.659.188 1.569.240 1.577.352 1.570.279 1.528.250
2. Susu Liter 2.355.428 2.454.680 2.171.932 1.268.885 2.178.564
3. Telur Kg 1.813.016 1.574.468 1.522.216 1.996.512 1.663.797
Sumber data: Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo, 2016

Produksi daging, susu, dan telur relatif fluktuatif, bahkan
cenderung menurun meskipun penurunannya relatif sedikit. Hal
ini disebabkan untuk konsumsi ketiga komoditas ini ada bahan
makanan sumber protein hewani yang bersifat subtitusi, yaitu
produk-produk ikan yang harganya dibanding daging relatif masih
lebih murah. Sementara untuk konsumsi susu memang belum
memasyarakat di Kabupaten Ponorogo.
Untuk kinerja/produksi tanaman perkebunan di Kabupaten
Ponorogo datanya sebagai berikut:

85
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Tabel 2.39
Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015

Produksi (Ton)
No Komoditi
2011 2012 2013 2014 2015
1 Tebu 9.133,22 13.939,40 9.610,40 10.288,25 5.017,38
2 Tembakau 73,41 85,40 68,30 5,92 796,87
Virginia
3 Tembakau 568,09 109,56 94,29 203,07 241,37
Jawa
4 Tembakau 200,04 514,84 513,85 341,95 0
Ram
5 Janggelan 111,90 124,64 208,64 217,87 0
6 Kelapa 2.999,33 6.484,94 4.463,43 6.170,09 5.373,11
7 Kopi Arabika 35,74 35,49 59,62 56,21 55,70
8 Kopi 123,09 103,30 122,87 131,60 137,16
Robusta
9 Cengkeh 236,04 317,24 206,79 200,99 186,34
10 Jambu Mete 173,88 170,87 190,28 229,77 276,07
11 Kapuk 283,15 187,65 141,00 174,84 171,84
Randu
12 Kakao 390,45 496,22 520,31 593,70 661,22
Sumber data: Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo, 2016

Tanaman perkebunan yang ada di Kabupaten Ponorogo yang
utama produksinya adalah tebu, tembakau virginia, tembakau
jawa, kelapa, kopi robusta, cengkeh, jambu mete dan kakau.
Produksi per tahun bersifat fluktuatif, dimana produksinya naik
dan turun, sebagaimana terlihat dari data produksi lima tahun
yang lalu.
Untuk kinerja urusan kehutanan di Kabupaten Ponorogo
dalam periode lima tahun yang lalu, dapat diketahui dari
pelaksanaan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan diluar kawasan,
sebagaimana data berikut:



86
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Tabel 2. 40
Rehabilitasi hutan dan lahan diluar kawasan Tahun 2011- 2015
Kabupaten Ponorogo

Vegetatif (Ha) Bangunan Konservasi Tanah (Unit)

Pengkayaan

Pengendali

Gulyy Plug
Tanaman

Penahan

Resapan

Embung
Rakyat

Sumur
Hutan

Rorak
Tahun

Dam

Dam
2011 175 450 - 14 30 4 - -
2012 1.950 150 - 18 20 - - -
2013 800 150 - 11 25 - - -
2014 50 170 - 8 35 - - -
2015 335 150 - - - - - -
Jumlah 3310 1070 0 51 110 4 0 0
Sumber data: Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo, 2016

Dari kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan tersebut yang
utama dilakukan adalah kegiatan hutan rakyat dengan total luas
penanganan 3310 Ha, pengkayaan tanaman seluas 1070 Ha, dan
pembuatan sumur resapan 110 unit dan Dam penahan 51 unit.

3. Urusan Perindustrian

a. Volume Usaha Industri Kecil dan Menengah


Sebagian besar kegiatan industri kecil berlokasi di daerah
pedesaan dengan sifat dan metode pengusahaan yang
tradisional, dan masih sangat tergantung pada pasaran lokal.
Jenis industri kecil, menengah serta industri kerajinan rumah
tangga mendapatkan perhatian yang cukup besar dari
pemerintah sebagai salah satu alternative dalam
mengupayakan penciptaan dan perluasan tenaga kerja, serta
meningkatkan pendapatan seluruh rakyat, guna mewujudkan
suatu masyarakat adil dan makmur.

87
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Penciptaan dan perluasan tenaga kerja melalui


peningkatan persentase volume usaha industri kecil dan
menengah mulai digalakkan di Kabupaten Ponorogo. Hal
tersebut tergambar jelas dari data Dinas
Perindustrian,Perdagangan dan Pasar yang menggambarkan
trend positif perkembangan volume usaha industri kecil dan
menengah. Berikut ini adalah tabel perkembangan volume
usaha industri kecil dan menengah selama 5 tahun terakhir:

Tabel 2. 41
Perkembangan Jumlah Usaha Industri Kecil dan Menengah
Tahun 2011 – 2015

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Industri formal & 21.789 21.857 21.872 19.685 19.705 19.740
Non formal
Industri Besar dan 45 42 47 24 25 30
Sedang
Jumlah 21.834 21.899 21.919 19.709 19.730 19.770
Perkembangan -- 65 20 -2.210 21 40
Sumber data : Dinas Indakop dan UKM Kab.Ponorogo, 2016

Pertumbuhan Industri di Kabupaten Ponorogo rata-rata
30 – 40 Industri setiap tahunnya, meliputi Industri besar dan
sedang, dan Industri formal dan informal. Pada tahun 2013,
pertumbuhan industri mengalami penurunan yang begitu
drastic. Penurunan jumlah tersebut dikarenakan diadakan
pendataan ulang dan yang termasuk dalam kategori industri

b. Realisasi Investasi Daerah

Perkembangan ekonomi Kabupaten Ponorogo terus


mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal tersebut
dapat dilihat dari meningkatnya nilai realisasi investasi daerah
non PMA/PMDN tahun 2011-2015.

88
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II


c. Konstruksi
Kegiatan konstruksi di Kabupaten Ponorogo pada tahun
2015 memberikan kontribusi sebesar 9,10% pada PDRB Tahun
2015. Meningkat 0,53% disbanding tahun sebelumnya sebesar
9,47% pada tahun 2014. Perkembangan kategori konstruksi
tidak lepas dari pengaruh berkembangnya kategori lain seperti
perdagangan, akomodasi & makan minum, maupun kategori
jasa. Dengan bertumbuhnya kegiatan ekonomi suatu wilayah
maka kebutuhan akan infrastruktur juga akan bertambah.
Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat juga turut berpengaruh terhadap kategori
konstruksi. Dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan akan
rumah tinggal juga semakin meningkat. Begitu pula semakin
sejahtera masyarakat maka keinginan untuk memiliki rumah
tinggal yang lebih baik kualitasnya juga semakin meningkat.
Perkembangan konstruksi tercermin melalui pinjaman yang
diberikan bank umum dan BPR kepada pelaku usaha di bidang
konstruksi. Berdasarkan publikasi yang dikeluarkan oleh kantor
perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, tercatat
pinjaman yang diberikan untuk kegiatan konstruksi pada tahun
2015 di Kabupaten Ponorogo mencapai 118,7 miliar rupiah,
meningkat 21,8 persen dari tahun sebelumnya sebesar 97, 47
miliar rupiah.
Tabel 2. 42
Laju Pertumbuhan Kategori Konstruksi di Kabupaten Ponorogo dan Jawa Timur
Tahun 2011-2015
Laju Pertumbuhan Kategori Konstruksi
No Daerah
2011 2012 2013 2014 2015
1. Kabupaten Ponorogo (%) 9,12 9,17 9,19 9,42 9,10
2. Provinsi Jawa Timur (%) 9,04 9,18 9,22 9,47 9,50
Sumber data: BPS Kabupaten Ponorogo, 2016

89
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II


4. Urusan Pariwisata

Wisata budaya, alam dan religi merupakan jenis wisata yang


menjadi andalan di Kabupaten Ponorogo. Keberadaan makam
Telaga Ngebel, kesenian Reog Ponorogo dan berdirinya berbagai
Pondok Pesantren turut serta menyumbang kedatangan
wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Ponorogo. Jumlah
kunjungan wisata ke Kabupaten Ponorogo sepanjang tahun 2011-
2015 mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu dari sebanyak
251.648 orang pada tahun 2011, menjadi sebanyak 396.991 orang
wisatawan pada tahun 2015.
Perkembangan kunjungan wisata ke Kabupaten Ponorogo
selama 5 tahun terakhir sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2. 43
Perkembangan Jumlah Wisatawan
Tahun 2011-2015

Tahun Jumlah Wisatawan (org) Pertumbuhan (%)
2011 251.648 15
2012 288.648 18
2013 322.248 20
2014 331.959 21
2015 396.991 24
Sumber data : Disbudparpora Kab.Ponorogo, 2016

2.4 ASPEK DAYA SAING DAERAH


A. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
1. Penataan Ruang
a. Ketaatan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 1
Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Ponorogo Tahun 2012-2032, penggunaan lahan terbesar adalah
untuk kegiatan budidaya pertanian. Kawasan pertanian di
Kabupaten Ponorogo secara keseluruhan seluas 65.736 Ha dengan
rincian pertanian sawah seluas 34.572 Ha, tegalan seluas 30.804

90
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Ha dan untuk kawasan ini keberadaanya tersebar diseluruh


kecamatan di Kabupaten Ponorogo. Berdasarkan data luas lahan
sawah yang ada, berdasarkan jenis pengairannya, maka sawah di
Kabupaten Ponorogo menggunakan system irigasi (95,40% dari
seluruh luasan sawah yang ada) sedangkan sebagian lagi
merupakan sawah tadah hujan seluas 4,6% dari total luasan sawah
yang ada.
Untuk menjamin keberlangsungan produksi pertanian, maka
Pemerintah Kabupaten Ponorogo sebagaimana tercantum dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah membentuk kawasan strategis yang
diwujudkan dalam Kawasan Agropolitan Kabupaten Ponorogo.
Langkah lain yang ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten
Ponorogo untuk mengamankan produksi pertanian, khususnya
tanaman pangan, yaitu dengan mulai menginvetarisir lahan
pertanian tanaman pangan untuk selanjutnya ditetapkan sebagai
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Hal ini selaras
dengan kebijakan Pemerintah Pusat yang menerbitkan Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Lahan Pertanian Abadi.
Untuk mewujudkan kebijakan tersebut, Kabupaten Ponorogo
berencana mengalokasikan lahan seluas 25.000 Ha sebagai lahan
pertanian abadi.
1. Luas Wilayah Produktif
Penggunaan lahan di Kabupaten Ponorogo meliputi
kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung
adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Berdasarkan pola
ruang dalam RTRW Kabupaten Ponorogo, luas wilayah
produktif meliputi lahan pertanian, hortikultura, perkebunan
dan budidaya ikan ditarget selaus 90.141 Ha.

91
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

2. Luas Wilayah Industri


Pengembangan kawasan industri dimaksudkan untuk
mendorong pertumbuhan sektor industri lebih terarah, terpadu
dan memberikan hasil guna yang lebih optimal bagi daerah
dimana kawasan industry berlokasi. Beberapa konsep
pengembangan kawasan industry antara lain adalah efisiensi,
tata ruang dan lingkungan hidup. Berdasarkan RTRW
Kabupaten Ponorogo Tahun 2010-2030 Kawasan peruntukan
industri di Kabupaten Ponorogoditargetkan 752.50 Ha.

3. Luas Wilayah Kebanjiran
Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang
tinggi di atas normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri
dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran
drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tidak
mampu menampung akumulasi air hujan tersebut dan terjadi
luapan. Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air
dimaksud tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat
sedimentasi, penyempitan sungai akibat phenomena alam dan
ulah manusia, tersumbat sampah serta hambatan lainnya.
Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment
area) juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena
debit/pasokan air yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi
tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi
pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan
terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air
lainnya.
Berdasarkan data yang ada untuk Luas wilayah kebanjiran
di Kabupaten Ponorogo tahun 2015 adalah 199,5 Ha. Wilayah
yang paling berpotensi terjadi banjir di Kabupaten Ponorogo
terdapat di Kecamatan Ponorogo, Kecamatan Bungkal,

92
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

Kecamatan Jetis, Kecamatan Mlarak. Secara historis, hampir


50% dari jumlah kecamatan yang ada di Kabupaten Ponorogo
pernah mengalami banjir.

4. Luas Wilayah Perkotaan
Kabupaten Ponorogo memiliki letak yang sangat strategis,
karena berada pada perlintasan jalan pulau jawa bagian selatan
yang menghubungkan Kabupaten Pacitan, Kabupaten
trenggalek , Kabupaten Madiun dan Kabupaten Wonogiri
Luas wilayah Kabupaten Ponorogo 1.371.780 km². Secara
administratif, Kabupaten Ponorogo terdiri dari 21 kecamatan,
yang meliputi 307 desa/kelurahanDari 21 Kecamatan tersebut
terdapat beberapa kecamatan dengan wilayah perkotaan,
yaitu: Kecamatan Ponorogo (22,31 Km²), Kecamatan Siman
(37,95 Km²) Kecamatan Babadan (43,93 Km²), Kecamatan
Jenangan (59,44 Km²).

B. Kerjasama Antar Daerah
Berdasarkan untuk mengoptimalkan potensi besar yang dimiliki
kawasan sekitar Gunung Wilis, maka Gunung Wilis akan dikelola oleh
enam daerah yang yang terletak disekitarnya. Enam daerah tersebut
yakni Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, Ponorogo, Nganjuk, Kediri,
dan Madiun.Pelaksanaan kerjasama tersebut diresmikan melalui
penandatanganan naskah Kerjasama Antar Daerah di Selingkar Gunung
Wilis”TUNGGAL ROGO MANDIRI” yang berlangsung di Pendopo
Kabupaten Trenggalek, tahun 2014 yang lalu.
Langkah selanjutnya yang harus segera dilakukan adalah pemetaan
dan mencari tahu apa saja potensi yang ada di masing- masing daerah
atau wilayah. Baru kemudian membuat klaster sekaligus solusi apa yang
dibutuhkan di daerah itu dengan memperhatikan konsep kewilayahan,
konsep sektor dan konsep kelompok bawah.Hal lain yang perlu

93
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

diperhatikan adalah infrastrukturnya. Infrastruktur seperti jalan rusak


harus segera diperbaiki. Ini agar masyarakat pinggiran atau perbatasan di
masing-masing wilayah tidak terisoalasi dan dapat merasakan
pembangunan yang sekaligus meningkatkan kesejahteraannya.
Tabel 2. 44
Kawasan Lingkar Wilis dan Panjang Trase Jalan

No Kabupaten Kecamatan Desa Panjang
Trase (Km)
1 Tulungagung Kec. Sendang Desa 29,394
Kec. Pagerwojo Nyawangan
Desa
Sidomulyo
2 Trenggalek Kec. Desa Depok 18,950
Bendungan Desa Masaran
3 Ponorogo Kec. Ngebel Desa Pupus 38,400
Kec. Sooko Desa Ngadirojo
4 Madiun Kec. Gemarang Desa Durenan 31,300
Kec. Kare Desa Kepel
5 Nganjuk Kec. Sawahan Desa Bendolo 34,855
Kec. Loceret Desa Bajulan
6 Kediri Kec. Mojo Desa 57,952
Kec. Grogol Petungrojo
Desa Kalipang
Total 212.851
Sumber data: Dinas Pekerjaan Umum Kab.Ponorogo, 2016


C. Data Awal Indikator Kinerja Utama
Berdasarkan data-data diatas, maka data awal IKU (Indikator Kinerja
Utama) dalam lima tahun yang lalu dapat disajikan sebagaimana tabel
berikut:









94
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II




Tabel 2. 45
Data Awal IKU (Indeks Kinerja Utama) Tahun 2011-2015

No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015

1 Pertumbuhan ekonomi (%) 5,70 5,98 5,17 5,28 5,24

2 Tingkat Kemiskinan (%) 12,29 11,79 11,87 11,53 11,46

3 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 3,35 3,26 3,28 3,66 3,22

4 Nilai Tukar Petani 112,53 115,79 101,69 103,21 104,75

5 Indeks Pembangunan Manusia 65,28 66,16 67,03 67,40 67,75

6 Indeks Gini 0,29 0,31 0,34 0,31 0,30

7 Infrastruktur Publik Kondisi Baik (%) 66,50 67,71 69,01 70,51 71,53

8 Opini BPK WDP WTP WTP WTP WTP


Sumber data : Bappeda Kabupaten Ponorogo tahun 2016

Dari data di atas menunjukkan bahwa untuk Pertumbuhan Ekonomi
dan Nilai Tukar Petani angkanya relatif fluktuatif (naik turun). Sedangkan
data Tingkat Kemiskinan dan Pengangguran Terbuka, data menunjukkan
penurunan yang cukup signifikan. Dengan kata lain tingkat kemiskinan
dan pengangguran terbuka dari tahun ke tahun semakin menurun.
Adapun data untuk Indek Pembangunan Manusia dan Infrastruktur
Publik Dalam Kondisi Baik, data menunjukkan adanya peningkatan yang
signifikan. Untuk nilai Indeks Gini Rasio, data menunjukkan angka yang
relatif stabil. Sedangkan untuk Opini BPK pada tahun 2011 masih WDP,
tetapi setelah itu WTP terus menerus.
Untuk indikator infrastruktur public dalam kondisi baik tersebut
merupakan data rata-rata gabungan yang terdiri dari infrastruktur sarana
prasarana sekolah, infrastruktur sarana prasarana kesehatan,
infrastruktur jalan dan jembatan serta infrastruktur irigasi.

95
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB II

BAB III

GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
DAN KERANGKA PENDANAAN

3.1 KINERJA KEUANGAN MASA LALU

3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD


A. Pendapatan Daerah
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yang
dimaksud dengan Pendapatan Daerah adalah Hak pemerintah daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Selain itu,
diuraikanpulabahwa Pendapatan Daerah dikelompokkan atas :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. Dana Perimbangan
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah,
Masing-masing kelompok Pendapatan Daerah di atas, dapat
dijelaskan sebagai berikut :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kelompok Pendapatan Asli Daerah, dibagi menurut jenis
pendapatan yang terdiri atas :
a. Pajak Daerah;
Jenis pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana
dimaksud di atas, dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan
undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


96 BAB III

Jenis Pajak Daerah yang dikelola oleh pemerintah daerah sesuai


Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pajak Daerah terdiri atas :
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Mineral Bukan logam dan Batuan
7. Pajak Parkir
8. Pajak Air Tanah
9. Pajak Sarang Burung Walet
10.Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
11.Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
b. Retribusi Daerah;
Retribusi Daerah yang dikelola Pemerintah Daerah Kabupaten
Ponorogo yang diatur dalam peraturan daerah nomor 13,14 dan 15
tahun 2011 meliputi :
1. Retribusi Jasa Umum
2. Retribusi Jasa Usaha
3. Retribusi Jasa Perizinan Tertentu
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan;
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci
menurut obyek pendapatan yang mencakup :
1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
daerah/BUMD
2. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
pemerintah/BUMN dan
3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta
atau kelompok masyarakat.
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah;

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


97 BAB III

Jenis Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, dirinci


menurut obyek pendapatan yang meliputi :
1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
2. Jasa giro
3. Pendapatan bunga
4. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah
5. Penerimaan komisi, potongan atau bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh
daerah
6. Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing
7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan
8. Pendapatan denda pajak
9. Pendapatan denda retribusi
10.Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan pelaksanaan pekerjaan
11.Pendapatan dari pengembalian
12.Fasilitas sosial dan fasilitas umum
13.Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
14.Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan
15.Sumbangan pihak ketiga
16.Pendapatan dari usaha lainnya
17.Penerimaan dari BLUD RSUD
18.Penerimaan lain-lain

2. Dana Perimbangan
Kelompok Pendapatan Dana Perimbangan, dibagi menurut jenis
pendapatan yang terdiri atas:
1. Dana Bagi Hasil
Menurut obyek pendapatan Dana Bagi Hasil mencakup Bagi Hasil
Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak.
2. Dana Alokasi Umum

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


98 BAB III

Dana Alokasi Umum ini dialokasikan oleh pemerintah pusat setiap


tahun sebagai bentuk dana pembangunan di daerah yang
dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
3. Dana Alokasi Khusus
Jenis Dana Alokasi Khusus, dirinci menurut obyek pendapatan
sebagaimana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

3. Lain-lain Pendapatan yang sah
Kelompok Lain-lain Pendapatan yang Sah, dibagi menurut jenis
pendapatan yang terdiri atas :
1. Pendapatan Hibah
2. Dana Darurat
3. Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi/Pemda lain
4. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus
5. Bantuan keuangan dari propinsi atau dari pemerintah daerah lainnya
6. Lain-lain Penerimaan
Selama kurun waktu Tahun 2011–2015, realisasi pendapatan
daerah dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah pada periode 2011-2015 mengalami trend pertumbuhan rata-
rata sebesar 35,59%. Gambaran rinci pertumbuhan PAD seperti grafik
3.1 berikut :







RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


99 BAB III

Grafik 3. 1
Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

Sumber Data : DPPKAD Kabupaten Ponorogo 2016



Dilihat dari rincian obyek penerimaan yang termasuk dalam
obyek Penerimaan Asli Daerah terdapat beberapa hal yang menjadi
faktor dominan pertumbuhan PAD, antara lain :
1. Adanya pelimpahan wewenang pengelolaan Pajak Bumi dan
Bangunan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah
Kabupaten Ponorogo pada tahun 2013. Hal ini menyebabkan
kenaikan yang cukup drastis penerimaan di sektor Pajak Daerah,
pada tahun 2012 penerimaan yang bersumber pajak daerah
sebesar Rp.20.514.781.469,00 menjadi Rp.39.533.040.335,00
pada tahun 2013 atau mengalami kenaikan sebesar 92,71%.
2. Sektor Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah pada tahun 2012
mengalami kenaikan yang sangat signifikan dibandingkan realisasi
pada tahun 2011 sebesar 936,78%. Realisasi pendapatan sektor
Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah pada tahun 2011 sebesar
Rp.6.666.856.971,82 melonjak menjadi Rp.69.120.333.146,05
pada tahun 2012. Peningkatan ini disebabkan oleh perubahan
akun pendapatan yang berasal dari BLUD Rumah sakit Dr.
Hardjono yang semula berada pada Pendapatan asli Daerah PAD

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


100 BAB III

bergeser atau dipindah ke akun Sektor Lain-lain Pendapatan


Daerah yang sah.
Penyajian lebih rinci untuk realisasi Pendapatan Asli Daerah
berdasarkan Rincian Obyek seperti pada tabel 3.1 berikut :

Tabel 3. 1
Rincian Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

Uraian Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Pajak daerah 16.116.664.405,71 20.514.781.469,00 39.533.040.335,00 44.956.557.768,00 50.895.226.786,00

Retribusi 41.815.744.500,83 17.841.781.871,00 16.210.063.952,00 12.937.647.804,00 13.035.825.300,00


daerah
Hasil 1.337.407.673,56 1.289.510.329,16 1.072.259.770,24 985.445.753,56 1.001.204.248,56
pengolahan
kekayaan
daerah yg
dipisahkan
Lain-lain 6.666.856.971,82 69.120.333.146,05 77.281.956.723,33 139.850.770.154,38 145.763.091.800,26
pendapatan
daerah yg
sah
Jumlah 65.936.673.551,92 108.766.406.815,21 134.097.320.780,57 198.730.421.479,94 210.695.348.134,82

Sumber Data : DPPKAD Kabupaten Ponorogo 2016



2. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan yang merupakan salah satu sumber
penerimaan daerah yang dialokasikan oleh Pemerintah Pusat dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan atau disebut
juga dana transfer terbagi dalam tiga jenis penerimaan yaitu Dana
bagi hasil pajak / bukan pajak, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Khusus. Pada tahun 2011-2015, realisasi penerimaan dana
perimbangan memiliki kecenderungan meningkat. Penigkatan
realisasi tersebut rata-rata sebesar 10,79% seperti gambar grafik
berikut :



RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


101 BAB III

Grafik 3. 2
Rincian Realisasi Penerimaan Dana Perimbangan Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

Sumber Data : DPPKAD Kabupaten Ponorogo 2016



Dari ketiga jenis dana perimbangan tersebut, pada umumnya
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, namun untuk penerimaan
bagi hasil pajak/bukan pajak yang mengalami fluktuatif naik dan
turun. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 3. 2
Rincian Realisasi Dana Perimbangan Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015

Uraian Tahun

2011 2012 2013 2014 2015


Dana bagi 64.613.047.075,00 77.026.589.709,00 60.528.483.123,00 63.196.253.581,00 61.758.662.053,00
hasil pajak /
bukan pajak
Dana alokasi 634.409.502.000,00 779.077.679.000,00 890.922.311.000,00 970.788.118.000,00 993.319.105.000,00
umum
Dana alokasi 74.774.900.000,00 62.386.740.000,00 65.307.550.000,00 65.691.470.000,00 89.213.600.000,00
khusus
Jumlah 773.797.449.075,00 918.491.008.709,00 1.016.758.344.123,00 1.099.675.841.581,00 1.144.291.367.053,00

Sumber Data : DPPKAD Kabupaten Ponorogo 2016



3. Lain – lain Pendapatan yang sah
Selain dua kelompok pendapatan sebelumnya, terdapat juga
pendapatan yang berupa pendapatan Lain – Lain Pendapatan yang

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


102 BAB III

sah. Untuk Kabupaten Ponorogo kelompok ini didominasi oleh dana


penyesuaian serta dana dari provinsi berupa bagi hasil pajak serta
bantuan keuangan.
Secara umum pendapatan dari kelompok ini mengalami
peningkatan khususnya dana penyesuaian yang terjadi pada tahun
2011 sebesar Rp.164.095.758.320,00 dari sebelumnya sebesar
Rp.80.909.684.400,00 atau mengalami kenaikan sebesar
102,81%.Secara umum kenaikan tersebut tergambarkan dalam Grafik
3.3.
Grafik 3. 3
Rincian Realisasi Lain-Lain Pendapatan yang Sah Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

Sumber Data : DPPKAD Kabupaten Ponorogo 2016



Pendapatan dari alokasi Pemerintah Provinsi Jawa Timur
berupa bantuan keuangan dan dana bagi hasil pajak provinsi
mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun. Secara rinci pendapatan di
kelompok Lain – Lain Pendapatan yang Sah dapat dilihat dalam tabel
berikut :




RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


103 BAB III

Tabel 3. 3
Rincian Realisasi Pendapatan Lain-lain Pendapatan yang Sah Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

Uraian Tahun

2011 2012 2013 2014 2015


Dana bagi hasil 48.771.027.127 46.203.468.414 56.106.850.342 96.515.192.875 93.212.116.900
pajak dari provinsi
kepada kab./kota
Dana penyesuaian 164.095.758.320 157.237.213.000 235.057.842.000 254.715.661.000 394.572.262.000
dan dana otonomi
khusus
Bantuan keuangan 21.404.309.114 39.756.369.470 10.171.261.103 55.172.136.653 24.098.353.000
dari
provinsi/pemerinta
h daerah lainnya
Jumlah 234.271.094.561 243.197.050.884 301.335.953.445 406.402.990.528 511.882.731.900

Sumber Data : DPPKAD Kabupaten Ponorogo 2016



B. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan adalah transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan
untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah
ketika terjadi defisit anggaran. Sumber pembiayaan dapat berasal dari sisa
lebih perhitungan anggaran tahun lalu (SILPA), penerimaan pinjaman
obligasi, pencairan dana cadangan maupun hasil penjualan aset daerah
yang dipisahkan. Sedangkan pengeluaran dalam pembiayaan adalah
anggaran hutang, bantuan modal dan pembentukan ke dana cadangan.
Defisit anggaran setiap tahun yang terjadi akan di tutup dengan
pembiayaan netto.
Gambaran pembiayaan riil daerah selama 5 tahun terakhir (2011–
2015) dapat di lihat pada Tabel 3.4.






RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


104 BAB III

Tabel 3. 4
Penutup Defisit Riil Anggaran Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2015

NO URAIAN TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015
A PENERIMAAN PEMBIAYAAN 48.196.885.376 60.040.572.546 65.824.319.018 119.448.725.372 168.360.420.801
DAERAH
1 Sisa Lebih Perhitungan 45.355.931.197 59.740.572.546 65.494.424.718 119.148.725.372 158.343.500.801
Anggaran Tahun Anggaran
Sebelumnya
2 Penerimaan Piutang Daerah 2.840.954.179 300.000.000 329.894.300 300.000.000 16.920.000
B PENGELUARAN PEMBIAYAAN 1.016.250.000 566.250.000 2.000.000.000 8.000.000.000 0
DAERAH
1 Penyertaan Modal (Investasi) 600.000.000 150.000.000 0 0 0
Pemerintah Daerah
C PEMBIAYAAN NETTO 47.180.635.376 59.474.322.546 63.824.319.018 111.448.725.372 168.360.420.801

Sumber Data : DPPKAD Kabupaten Ponorogo, 2016


3.1.2 Neraca Daerah


Total aset Pemerintah Kabupaten Ponorogo dari sisi Neraca Daerah
sampai dengan Tahun 2015 tercatat sebesar Rp.2.097.142.822.965,14
mengalami penurunan sebesar 12,01 persen dibandingkan dengan Tahun
2011 yang tercatat sebesar Rp. 2.386.048.517.265,41. Rata-rata
pertumbuhan aset daerah berdasarkan data necara daerah mengalami
pertumbuhan berturut-turut sebesar 7,70% pada Tahun 2012, 5,68% pada
Tahun 2013, 15,94% pada Tahun 2014, dan sebesar 13,75 persen pada
Tahun 2015.
Secara lebih lengkap Neraca Pemerintah Kabupaten Ponorogo per 31
Desember 2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015 disajikan pada tabel 3.5.

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


105 BAB III

Tabel 3. 5
Necara Pemerintah Kabupaten Ponorogo
per 31 Desember Tahun 2011-2015

URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015
ASET LANCAR
Ka s di Ka s Da era h 54.842.127.522,83 56.694.144.600,31 110.350.116.646,03 156.861.081.895,09 74.352.998.281,45
Ka s di RSUD 4.870.388.587,21 8.792.578.118,06 8.786.943.226,91 31.185.613.880,79 25.083.544.712,15
Ka s di Benda ha ra Pengel ua ra n 28.056.436,00 7.702.000,00 11.665.500,00 38.718.651,00 1.382.794,00
Ka s di Benda ha ra Peneri ma a n - - 10.269.000,00 - -
Ka s di Benda ha ra Da na JKN Pus kes ma s - - - 1.443.700.255,00 4.002.690.271,24
Ka s La i nnya - - - - 1.758.828.082,00
Seta ra Ka s - - - - 68.000.000.000,00
Inves ta s i Ja ngka Pendek - - - - -
Pi uta ng Pa ja k 891.018.685,00 - 1.522.531.180,00 2.027.487.604,00 2.272.054.618,00
Pi uta ng Retri bus i - 314.646.628,00 157.268.344,00 32.736.399,00 72.849.000,00
Pi uta ng l a i n-l a i n 2.178.416.682,00 11.661.541.334,38 29.806.030.589,61 26.042.798.558,80
Pi uta ng l a i n-l a i n PAD ya ng s a h - - - - 7.601.696.529,00
Pi uta ng Tra ns fer - - - - 17.570.481.185,00
Pi uta ng Penda pa ta n l a i nnya - - - - 7.002.675.420,00
Pi uta ng l a i nnya - - - - 397.915.298,80
Penyisihan piutang tidak tertagih - (4.794.895,80) (57.733.255,08) (445.200.546,24) (1.253.955.438,65)
Pers edi a a n 8.524.243.907,13 12.422.050.800,90 14.424.571.349,79 110.360.044.255,42 17.711.406.538,72
Jumlah Aset Lancar 71.334.251.820,17 89.887.868.585,85 165.011.662.581,26 327.546.980.952,86 224.574.567.291,71
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Nonpermanen
Inves ta s i Nonperma nen 3.214.586.000,00 3.158.286.000,00 3.158.286.000,00 3.158.286.000,00 3.158.286.000,00
Inves ta s i Nonperma nen La i nnya 1.892.675.900,00 1.224.335.100,00 847.148.000,00 764.638.000,00 747.718.000,00
Penyisihan investasi tidak tertagih (1.047.439.600,00) (1.245.068.360,00) (1.510.192.040,00) (2.131.254.340,00)
Jumlah Investasi Nonpermanen 5.107.261.900,00 3.335.181.500,00 2.760.365.640,00 2.412.731.960,00 1.774.749.660,00
Investasi Permanen
Penyerta a n Moda l Pemeri nta h Da era h 9.023.207.728,79 9.038.931.812,47 8.928.609.241,25 12.095.599.194,74 12.067.093.087,74
Inves ta s i Perma nen La i nnya - - - - -
Jumlah Investasi Permanen 9.023.207.728,79 9.038.931.812,47 8.928.609.241,25 12.095.599.194,74 12.067.093.087,74
Jumlah Investasi Jangka Panjang 14.130.469.628,79 12.374.113.312,47 11.688.974.881,25 14.508.331.154,74 13.841.842.747,74
ASET TETAP
Ta na h 634.132.046.806,00 634.356.036.806,00 634.669.306.806,00 642.910.714.399,00 642.489.500.796,00
Pera l a ta n da n Mes i n 182.879.860.637,66 239.435.358.178,07 264.950.562.193,07 318.302.541.823,07 364.403.381.759,06
Gedung da n Ba nguna n 896.431.874.498,96 945.883.898.359,96 992.674.736.862,96 1.146.617.065.277,40 1.137.467.219.008,89
Ja l a n, Iri ga s i , da n Ja ri nga n 535.650.951.812,54 566.271.229.788,54 596.786.943.505,98 666.162.977.048,67 856.576.038.317,27
As et teta p l a i nnya 22.344.763.589,00 22.101.976.139,00 20.721.944.289,00 21.998.422.938,50 25.749.564.369,14
Kons truks i da l a m Pengerja a n 279.090.000,00 19.647.087.000,00 26.387.156.604,00 702.633.300,00 530.119.860,00
Akumul a s i Penyus uta n - - - - (1.168.525.411.184,67)
Jumlah Aset Tetap 2.271.718.587.344,16 2.427.695.586.271,57 2.536.190.650.261,01 2.796.694.354.786,64 1.858.690.412.925,69
DANA CADANGAN
Da na Ca da nga n - - 2.000.000.000,00 10.000.000.000,00 -
Jumlah Dana Cadangan - - 2.000.000.000,00 10.000.000.000,00 -
ASET LAINNYA
Ta gi ha n Penjua l a n a ngs ura n - - - - -
Tuntuta n Perbenda ha ra a n - - - - -
Tuntuta n Ga nti Rugi - - - - -
Kemi tra a n denga n Pi ha k Keti ga 936.000.000,00 936.000.000,00 936.000.000,00 36.000.000,00 36.000.000,00
As et Ti da k Berwujud - - - - -
As et La i n-l a i n 27.929.208.472,29 38.896.489.400,00 - 3.600.000,00 -
Jumlah Aset Lainnya 28.865.208.472,29 39.832.489.400,00 936.000.000,00 39.600.000,00 36.000.000,00
JUMLAH ASET 2.386.048.517.265,41 2.569.790.057.569,89 2.715.827.287.723,52 3.148.789.266.894,24 2.097.142.822.965,14
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Uta ng perhi tunga n Pi ha k Keti ga (PPK) - - - - -
Uta ng bunga 36.499.921,88 - - - -
Ba gi a n La nca r Uta ng Ja ngka Pa nja ng 416.250.000,00 - - - -
Penda pa ta n di teri ma di muka - - - - 419.869.340,42
Uta ng beba n 1.288.435.106,00
Uta ng ja ngka pendek l a i nnya 14.506.048.982,00 14.629.121.810,00 12.986.779.673,50 11.859.666.199,06 10.776.672.604,00
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 14.958.798.903,88 14.629.121.810,00 12.986.779.673,50 11.859.666.199,06 12.484.977.050,42
Uta ng kepa da pemeri nta h pus a t - - - - -
Uta ng da l a m negeri / ovbl i ga s i - - - - -
Uta ng ja ngka pa nja ng l a i nnya - - - - -
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang - - - - -
Jumlah Kewajiban 14.958.798.903,88 14.629.121.810,00 12.986.779.673,50 11.859.666.199,06 12.484.977.050,42
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Si s a l ebi h Pembi a ya a n a ngga ra n (s i l pa ) 59.740.572.546,04 65.494.424.718,37 119.148.725.372,94 189.529.114.681,88 173.199.444.140,84
Penda pa ta n ya ng di ta ngguhka n - - 10.269.000,00 -
Ca da nga n Pi uta ng 3.069.435.367,00 11.971.393.066,58 31.428.096.858,53 27.657.822.015,56 33.663.716.612,15
Ca da nga n Pers edi a a n 8.524.243.907,13 12.422.050.800,90 14.424.571.349,79 110.360.044.255,42 17.711.406.538,72
Da na Ya ng ha rus di s edi a ka n untuk (14.958.798.903,88) (14.629.121.810,00) (12.986.779.673,50) (11.859.666.199,06) (12.484.977.050,42)
Jumlah ekuitas dana lancar 56.375.452.916,29 75.258.746.775,85 152.024.882.907,76 315.687.314.753,80 212.089.590.241,29
EKUITAS DANA INVESTASI
Di i nves ta s i ka n da l a m i nves ta s i ja ngka 14.130.469.628,79 12.374.113.312,47 11.688.974.881,25 14.508.331.154,74 13.841.842.747,74
Di i nves ta s i ka n da l a m a s et teta p 2.271.718.587.344,16 2.427.695.586.271,57 2.536.190.650.261,01 2.796.694.354.786,64 1.858.690.412.925,69
Di i nves ta s i ka n da l a m a s et l a i nnya 28.865.208.472,29 39.832.489.400,00 936.000.000,00 39.600.000,00 36.000.000,00
Da na ya ng ha rus di s edi a ka n untuk - - - - -
Jumlah Ekuitas dana investasi 2.314.714.265.445,24 2.479.902.188.984,04 2.548.815.625.142,26 2.811.242.285.941,38 1.872.568.255.673,43
EKUITAS DANA CADANGA
Di i nves ta s i ka n da l a m da na ca da nga n - - 2.000.000.000,00 10.000.000.000,00 -
Jumlah Ekuitas Dana Cadangan - - 2.000.000.000,00 10.000.000.000,00 -
JUMLAH EKUITAS DANA 2.371.089.718.361,53 2.555.160.935.759,89 2.702.840.508.050,02 3.136.929.600.695,18 2.084.657.845.914,72
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 2.386.048.517.265,41 2.569.790.057.569,89 2.715.827.287.723,52 3.148.789.266.894,24 2.097.142.822.965,14
Sumber Data : DPPKAD Kabupaten Ponorogo 2016

Berdasarkan analisa rasio keuangan daerah, kemampuan keuangan


pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam memenuhi kewajiban dan utang jangka
pendek sangat baik, hal ini dapat dilihat dari Rasio Likuiditas yang dihitung dari

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


106 BAB III

Rasio Lancar (current ratio) dan Rasio Quick (quick ratio). Di samping itu
Pemerintah Kabupaten Ponorogo juga mempunyai kemampuan yang sangat baik
dalam memenuhi hutang jangka panjangnya yang dapat dilihat dari Rasio
Solvabilitas, hal ini dapat dilihat dari rasio total hutang terhadap total aset.
Analisis rasio kemampuan keuangan pemeritah Kabupaten Ponorogo dapat
dilihat dalam tabel 3.6 berikut :
Tabel 3. 6
Analisa Rasio Keuangan APBD Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011 - 2015

No Uraian 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 2015 (%)
1 Rasio Lancar (current 476,87 614,44 1.270,61 2.761,86 1.798,76
ratio)
2 Rasio Quick 419,89 529,53 1.159,54 1.831,31 1,656,90
(quick ratio)
3 Rasio total hutang 0,63 0,57 0,48 0,38 0,60
terhadap total aset
Sumber Data : DPPKAD Kabupaten Ponorogo 2016

3.2 KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU

Ditinjau dari sisi belanja, dapat dipetakan menjadi belanja langsung dan
belanja tidak langsung. Belanja langsung adalah belanja yang bersentuhan
langsung dengan program/kegiatan, sedangkan belanja tidak langsung adalah
belanja yang tidak bersentuhan secara langsung dengan program/kegiatan.
Dari aspek pemanfaatan belanja tidak langsung, titik berat kebijakan
Pemerintah Kabupaten Ponorogo lebih ditekankan pada pengalokasian belanja
pegawai, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan bagi
Pemerintah Desa serta belanja tidak terduga. Sedangkan pemanfaatan Belanja
Langsung, titik berat kebijakan Pemerintah Kabupaten Ponorogo ditekankan
pada Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, serta Belanja Modal.
Melalui kebijakan dimaksud diharapkan mampu menempatkan
keberadaan Belanja Langsung maupun Belanja Tidak Langsung dalam satu
hubungan yang harmonis dengan melibatkan partisipasi masyarakat dan pihak
swasta.

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


107 BAB III

Perbandingan antara belanja langsung dan belanja tidak langsung dapat


dilihat pada Tabel3.7. tentang Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2021 dan Grafik 3.4 berikut :

Grafik 3. 4
Perbandingan Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung
Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015


Sumber Data : DPPKAD Kabupaten Ponorogo 2016

Laporan realisasi anggaran selama periode tahun 2011-2015 menunjukan
penggunaan anggaran belanja tidak langsung terhadap jumlah anggaran belanja
sebagian besar digunakan untuk belanja pegawai dengan besaran proporsi
87,53%, sedangkan penggunaan belanja langsung tersebar digunakan untuk
belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal. Proporsional jenis
belanja pada Kelompok Belanja Tidak Langsung pada tahun 2011-2015 yang
terbesar realisasinya pada jenis Belanja Barang dan Jasa dengan persentase
sebesar 48,84%.
Rasio belanja tidak langsungterhadap anggaran belanja daerah selama 5
tahun (2011–2015) Sebagaimana dalam Tabel 3.7.


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


108 BAB III


Tabel 3. 7
Jenis Belanja terhadap kelompok Belanja Dalam APBD
Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015 (%)

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 ProporsiRata-
rata
A. Belanja Tidak Langsung 72,69 67,92 69,73 65,64 67,19 68,63

1 Belanja pegawai 88,16 92,03 89,51 88,71 79,22 87,53


2 Bunga 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
3 Subsidi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4 Hibah 1,87 0,40 2,18 1,28 3,50 1,85
5 Bantuan sosial 3,62 1,55 0,78 1,01 0,71 1,53
6 Belanja bagi hasil 0,23 0,24 0,14 0,14 0,44 0,24
7 Bantuan keuangan 5,86 5,54 7,10 8,51 15,81 8,56
8 Belanja tidak terduga 0,25 0,24 0,30 0,34 0,32 0,29
B. Belanja Langsung 27,31 32,08 30,27 34,36 32,81 31,37
1 Belanja pegawai 9,57 8,11 13,96 13,03 9,40 10,82
2 Belanja barang dan jasa 46,35 44,24 59,83 55,30 38,46 48,84
3 Belanja modal 44,08 47,64 26,21 31,67 52,14 40,35
JUMLAH TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber Data : DPPKAD Kabupaten Ponorogo 2016

Proporsi belanja tidak langsung terhadap total belanja menunjukkan
bahwa Pemerintah Kabupaten Ponorogo melalui APBD nya diantaranya lebih
memprioritaskan pemenuhan belanja yang sifatnya wajib diberikan pemerintah
kepada aparaturnya, sebagai hak yang harus diterima pegawai sebagaimana
diatur dalam perundang-undangan seperti belanja gaji, tunjangan pegawai dan
sejenisnya.

3.3 KERANGKA PENDANAAN

3.3.1 Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama


Belanja Daerah merupakan kewajiban Pemerintah Kabupaten Ponorogo sebagai

pengurangan nilai kekayaan bersih dan merupakan batas tertinggi untuk


setiap jenis belanja yang bersangkutan.

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


109 BAB III

Kondisi belanja Kabupaten Ponorogo dari tahun ke tahun mengalami


pertumbuhan seiring dengan meningkatnya pendapatan daerah.
Penetapan format anggaran surplus atau defisit baik secara absolut
maupun relatif menunjukkan adanya peningkatan sisi belanja.
Perkembangan belanja daerah selama tahun 2011-2015sebagaimana
disajikan dalam Tabel 3.7 diatas adalah sebagai berikut :
• Tahun 2011 realisasi sebesar Rp. 1.060.791.710.350,14.
• Tahun 2012 realisasi sebesar Rp 1.265.059.005.035,88.
• Tahun 2013 realisasi sebesar Rp. 1.396.914.654.794,00.
• Tahun 2014realisasi sebesar Rp. 1.626.511.374.280,00.
• Tahun 2015realisasi sebesar Rp. 1.894.978.818.931,86.
Apabila diperhatikan lebih lanjut ditinjau dari komposisi
penggunaannya, antara komponen belanja langsung dan belanja tidak
langsung dari tahun ke tahun perkembangannyamemiliki kecenderungan
proporsi belanja tidak langsung yang menurun. Penurunan ini
menunjukkan bahwa APBD Kabupaten Ponorogo semakin mengarah ke
belanja langsung yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat.
Dengan semakin besarnya belanja langsung, pergerakan roda ekonomi di
Kabupaten Ponorogo semakin meningkat dengan dimotori oleh belanja
yang bersumber dari APBD.
Penurunanproporsi pengeluaran wajib belanja daerah dimana pada
Tahun 2011 sebesar Rp. 771.037.365.771,88 atau72,69% menjadi sebesar
Rp. 1.273.278.953.472,00 atau sebesar 67,19%. Komposisi belanja tidak
langsung didominasi belanja gaji dan tunjangan.

3.3.2 Proyeksi Data Masa Lalu
Konsekuensi dari otonomi daerah terhadap Pemerintah Daerah
adalah untuk menyelenggarakan segala urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan dalam rangka mencapai kemakmuran, kesejahteraan
dan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mampu memberikan
kepuasan. Untuk dapat mencapai maksud tersebut,dalam

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


110 BAB III

menyelenggarakan urusan pemerintahan diperlukan kemampuan


pendanaan dari pemerintah daerah berkaitan dengan upaya melakukan
optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah. Pendapatan Daerah
merupakan seluruh penerimaan yang berasal dari daerah itu sendiri
maupun alokasi dari Pemerintah Pusat sebagai hak pemerintah daerah
yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah
Kabupaten Ponorogo terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah, sebagaimana
diuraikan sebagai berikut :

A. Pendapatan Asli Daerah
Seiring dengan meningkatnya kewenangan pemerintahan yang
dilimpahkan kepada daerah guna melayani dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, tuntutan peningkatan PAD semakin besar,
mengingat palayanan kepada masyarakat selayaknya memenuhi Standar
Pelayanan Minimal (SPM). Kebijakan yang ditetapkan untuk
meningkatkan PAD dirumuskan sebagai berikut:
1. Intensifikasi Pajak atau Retribusi daerah diantaranya melalui
optimalisasi pelaksanaan peraturan daerah Nomor 12Tahun 2011
tentang Pajak Daerah yang berkaitan dengan penerimaan daerah
yaitu dengan cara memperbarui tarif pajak maupun retribusi,
meningkatkan pengawasan dengan melakukan monitoring dan
evaluasi setiap bulan terhadap realisasi PAD, mengenakan sanksi bagi
yang melanggar ketentuan pajak daerah dan retribusi serta
meningkatkan koordinasi dan kerja sama antar unit satuan kerja
terkait agar penerimaan pajak atau retribusi dapat lebih optimal, dan
penagihan piutang pajak yang sulit ditagih.
2. Ekstensifikasi Pajak atau Retribusi daerah diantaranya melalui
memperluas objek pajak daerah dan retribusi daerah, menambah
jenis pajak daerah dan retribusi daerah dan menaikkan tarif
maksimum beberapa jenis pajak daerah.

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


111 BAB III

3. Pengelolaan BUMD yang efisien dan efektif diantaranya melalui


Perbaikan manajemen dan profesionalismeBUMD serta pembinaan
intensif oleh instansi pembina.
4. Meminimalkan kebocoran pemungutan pajak maupun retribusi
daerah dengan mempercepat alur penyetoran pajak dan
menyederhanakan format-format pembayaran pajak mulai
penetapan pajak sampai penyetoran pajak sistem pemungutan pajak
daerahtelah diatur dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
bahwa mengubah system pemungutan open list menjadi closed list
yaitu daerah tidak boleh memungut pajak daerah selain yang
ditetapkan dalam undang-undang. sistem pengendalian dan
pengawasan atas pemungutan pendapatan asli daerah untuk
terciptanya efektifitas dan efisiensi bersifat preventif dan korektif,
serta peningkatan kesejahteraan pegawai melalui pemberian insentif
biaya pemungutan.

B. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan merupakan pendapatan pemerintah daerah
yang berasal dari pemerintah pusat. Pendapatan yang diperoleh dari
dana perimbangan pada dasarnya merupakan hak pemerintah daerah
sebagai konsekuensi dari revenue sharing policy. Konsep revenue
sharing didasarkan atas pemikiran untuk pemberdayaan daerah dan
prinsip keadilan. Seiring meningkatnya tuntutan akuntabilitas kinerja
pemerintah maka kebijakan revenue sharing harus transparan,
demokratis dan adil. Terhadap dana perimbangan ini maka kebijakan
yang ditetapkan adalah :
1. PemerintahKabupaten Ponorogo secara aktif ikut serta dalam
melakukan pendataan terhadap wajib pajak dan pendapatan lainnya
yang nantinya merupakan Pendapatan Bagi Hasil bagi Daerah.
2. Melakukan analisis perhitungan untuk menilai akurasi perhitungan
terhadap formula bagi hasil dan melakukan peran aktif berkoordinasi

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


112 BAB III

dengan Pemerintah Pusat, sehingga alokasi yang diterima sesuai


dengan kontribusi yang diberikan atau sesuai dengan kebutuhan yang
akan direncanakan.

C. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
PenerimaanLain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah adalah
pendapatan daerah yang berasal dari Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi
dan Pemerintah Daerah lainnya, dan Dana Penyesuaian dan Otonomi
khusus. Kebijakan yang ditetapkan untuk pendapatan tersebut adalah
aktif bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur guna
meningkatkan penerimaan dari sektor pajak yang dikelola oleh
Pemerintah Provinsi.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan belanja daerah hingga Tahun
2021 mendatang, PemerintahKabupaten telah merencanakan perkiraan
peningkatan penerimaan dan pendapatan daerah berdasarkan laju
pertumbuhan rata-rata Pendapatan asli daerah dari Tahun 2016-2021
sebesar 3,79% dengan asumsi pertumbuhan ekonomi dan inflasi
kabupaten Ponorogo sebesa5,96% dan 4,68% sebagaimana disajikan
dalam grafik 3.5 dan Tabel 3.8
Grafik 3. 5
Proyeksi Pendapatan Kabupaten Ponorogo Tahun 2017-2021

2.500,00

2.000,00
1.993,24
1.889,70 1.940,45 Pendapatan
1.806,12 1.840,89
1.500,00 Asli Daerah
Dalam Milyar

Dana
1.000,00
Perimbangan
699,94
603,92 649,44
525,91 562,90
500,00 Lain-Lain
279,31 Pendapatan
229,53 240,51 252,37 265,27
yang Sah
-
2017 2018 2019 2020 2021
Sumber Data : DPPKAD Kabupaten Ponorogo 2016

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


113 BAB III


Tabel diatas menginformasikan bahwa pada Tahun 2017
PendapatanDaerah diestimasi sebesar Rp. 2.561.564.641.549,00 yang
bersumber dari PAD sebesar Rp. 229.529.218.025,00 atau 8,96%, Dana
Perimbangan sebesar Rp 1.806.121.693.324,00 atau 70,51%dan lain-lain
pendapatan daerah yang sah sebesar Rp. 525.913.730.200,00 atau
20,53%.Sedangkan pada Tahun 2021 Pendapatan Daerah diestimasi
sebesar Rp. 2.972.486.293.620,66 yang bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD) sebesar Rp. 279.306.961.222,50 atau 9,40%, Dana
Perimbangan sebesar Rp. 1.993.235.086.348,61 atau 67,06%dan lain-
lain pendapatan daerah yang sah sebesar Rp. 699.944.246.049,55 atau
23,55%. Dalam penerimaan pendapatan, Kabupaten Ponorogo masih
sangat mengandalkan Penerimaan dari Dana Perimbangan meskipun
dari tahun ke tahun diproyeksikan turun dari tahun sebelumnya.
Gambaran proporsi proyeksi pendapatan di grafik 3.6.

Grafik 3. 6
Proporsi Proyeksi Pendapatan Kabupaten PonorogoTahun 2017-2021

Sumber Data : DPPKAD Kabupaten Ponorogo 2016


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


114 BAB III

Sedangkan proyeksi belanja dan pengeluaran pembiayaan yang


wajib dan mengikat sertaprioritas utama Kabupaten Ponorogo pada
tahun 2016–2021, diperkirakan kebutuhannya terus mengalami
peningkatan seiring dengan program prioritas yang menjadi konsentrasi
pembangunan Kabupaten Ponorogo. Belanja wajib dan mengikat ini
merupakan belanja yang wajib dibayar serta tidak dapat ditunda
pembayarannya, seperti gaji dan tunjangan pegawai, bunga, belanja
kantor dan belanja sejenisnya. Sedangkan belanja prioritas utama
merupakan belanja yang digunakan dalam rangka keberlangsungan
layanan dasar Pemerintah Daerah.
Proyeksi belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan
mengikat dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3. 8
Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Kabupaten Ponorogo
Tahun 2016-2021

No Uraian TAHUN
2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 Belanja 2.388.925.996.371,43 2.679.864.641.549 2.762.595.900.480 2.864.287.951.811 2.973.452.110.668 3.090.786.293.620
2 Belanja 919.844.357.371,43 1,051.033.354.020 1.089.561.168.513 1.145.281.637.628 1.206.635.350.980 1.274.246.670.608
Langsung
3 Belanja 1.469.081.639.000 1.628.831.287.528 1.673.034.731.966 1.719.006.314.182 1.766.816.759.687 1.816.539.623.012
Tidak
Langsung
4 Pengeluaran 3.000.000.000 0 0 0 0 0
Pembiayaan
Sumber Data : DPPKAD Kabupaten Ponorogo 2016

Dalam tabel di atas, dapat diketahui proyeksi kebutuhan belanja
dan pembiayaan selama kurun waktu 5 tahun ke depan. Pada Tahun
2017 belanja daerah diperkirakan sebesar Rp. 2.679.864.641.549,00
yang terdiri dari belanja tidak langsung sebesar
Rp.1.628.831.287.528,54 atau 60,78 % dan belanja langsung sebesar Rp.
1.051.033.354.020,46 atau sebesar 39,22 %. Pada sisi estimasi
pembiayaan diperinci atas penerimaan pembiayaan sebesar Rp.
118.300.000.000,00 dan tidak ada pengeluaran pembiayaan.

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


115 BAB III

Pada akhir periode RPJMD, tahun 2021belanja daerah diperkirakan


sebesar Rp. 3.090.786.293.620,66,yang terdiri dari belanja tidak
langsung sebesar Rp. 1.816.539.623.012,21 atau 58,77 % dan belanja
langsung diperkirakan sebesar Rp. 1.274.246.670.608,45 atau 41,23 %.
Pada sisi estimasi pembiayaan diperinci atas penerimaan pembiayaan
sebesar Rp. 118.300.000.000,00.
Sejalan dengan trend yang terjadi pada periode sebelumnya tahun
2011-2015, pada proyeksi belanja menunjukkan pengurangan proporsi
antara belanja tidak langsung dengan belanja langsung. Rincian
penurunan proyeksi proporsi belanja tidak langsung dan belanja
langsung dapat dilihat dalam grafik 3.7 berikut ini :

Grafik 3. 7
Proyeksi Proporsi Belanja Kabupaten PonorogoTahun 2017 – 2021


Sumber Data : DPPKAD Kabupaten Ponorogo 2016

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pembiayaan
belanja langsung antara lain :
a. Pemenuhan standar pelayanan publik minimal di Ponorogo;
b. Peningkatan efisiensi pelayanan publik di Ponorogo;

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


116 BAB III

c. Netralitas dampak mobilisasi penerimaan terhadap perkembangan


ekonomi daerah maupun nasional;
d. Implementasi strategi pro growth (pro investment), pro job, dan pro
poor di Kabupaten Ponorogo sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan Rakyat.
e. Peningkatan akuntabilitas dan transparansi anggaran serta
peningkatan partisipasi masyarakat.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan daerah di
Kabupaten Ponorogo sudah relatif baik jika dibandingkan dengan
kapasitas fiskal yang dimiliki daerah, ini tercermin dari proporsi belanja
langsung lebih besar dipergunakan untuk belanja modal dari pada pos
belanja langsung lainnya seperti belanja pegawai dan belanja barang
dan jasa. Kedepan Pemerintah Kabupaten Ponorogo terus berupaya
untuk meningkatkan kemandirandaerah melalui kebijakan efisiensi dan
efektifitas belanja yang dimanfaatkan sebaik dan seoptimal mungkin
untuk meningkatkan pelayanan, pemberdayaan masyarakat dan
kemandirian daerah guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam rangka mempertimbangkan belanja-belanja tersebut di atas,
maka diperlukan struktur anggaran dan pengelolaan keuangan daerah
yang tepat. Struktur anggaran yang tepat merupakan syarat pokok bagi
pengelola keuangan yang baik di daerah, untuk itu ada beberapa yang
perlu dilakukan, yaitu :
a. Struktur anggaran harus secara eksplisit memisahkan pendapatan
dan pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari utang misalnya, tidak
bisa diklam sebagai pendapatan karena suatu saat nanti dana
tersebut harus dikembalikan. Demikian pula penerimaan yang
berasal dari kinerja anggaran tahun-tahun sebelumnya (seperti dana
cadangan dan SILPA) ataupun dana dana yang bersifiat temporer
(seperti hasil penjualan aset daerah) tidak bisa dimasukkan kedalam
komponen pendapatan daerah karena berpotensi menganggu
perencanaan keuangan daerah.

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


117 BAB III

b. Struktur alokasi anggaran harus disusun sesuai prioritasnya, yakni


antara alokasi belanja untuk urusan yang bersifat wajib dan pilihan,
serta antara alokasi belanja yang dirasakan menfaatnya secara
langsung dan tidak langsung oleh masyarakat.Pengelolaan keuangan
di daerah meliputi mobilisasi pendapatan, penetapan alokasi belanja
daerah dan mobilisasi pembiayaan. Untuk memenuhi syarat
kecukupan (sufficient condition) bagi pengelola keuangan daerah
yang baik maka daerah perlu memahami dan menggali
potensi.keunggulan daerah serta mengidentifikasi pokok-pokok
permasalahan yang ada, prioritas prioritas pembangunan daerah
dengan beberapa pertimbangan tersebut menjadi dasar pola alokasi
belanja di Kabupaten Ponorogo.

Dalam upaya mewujudkan Visi Kabupaten Ponorogo,perlu
dilakukan pembenahaan di segala bidang terkait pembangunan
infrastruktur dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk itu, ruang gerak
anggaran perlu lebih dioptimalkan tidak hanya melalui mobilisasi
sumber pendapatan, tetapi juga melalui upaya penggalian sumber
pembiayaan lain serta melakukan efisiensi belanja. Disamping itu, perlu
dilakukan proses penganggaran partisipatif (participatory budgeting)
dengan melibatkan seluruh stakeholders. Dalam upaya memenuhi
kebutuhan pembangunan infrastruktur daerah, perlu dikembangkan
model pembiayaan public-private partnership.
Kebijakan keuangan Pemerintah Kabupaten Ponorogo juga
bergantung pada proyeksi pertumbuhan ekonomi, realisasi investasi dan
kemampuan pengeluaran investasi oleh Pemerintah Kabupaten
Ponorogo. Pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2016–2021 diperkirakan
akan terus meningkat seiring dengan stabilitas politik dan keamanan
baik nasional, regional maupun tingkat kabupaten.
Arah kebijakan keuangan daerah bermanfaat untuk:

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


118 BAB III

a. Menopang proses pembangunan dan pengembangan Kabupaten


Ponorogo yang berkelanjutan sesuai dengan visi nasional dan visi
spesifik Pemerintah Kabupaten Ponorogo;
b. Menyediakan pelayanan dasar secara memadai bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat;
c. Menjaga keberlanjutan anggaran kabupaten agar tetap terjamin
melalui minimalisasi risiko fiskal;
d. Mempermudah akses masyarakat bagi pelayanan dasar seperti
Pendidikan, Kesehatan, Kependudukan, Ketenagakerjaan, dll.

3.3.3 Perhitungan Kerangka Pendanaan
Kabupaten Ponorogo dalam Belanja daerah disusun dengan
pendekatan kinerja yang ingin dicapai (performance-based budgeting).
Dalam perencanaan lima tahun ke depan, Belanja Daerah diproyeksikan
berdasarkan kebutuhan daerah untuk membiayai antara lain:
a. Belanja Pegawai yang meliputi gaji, tunjangan, kesejahteraan rakyat,
dan lain-lain;
b. Belanja Telepon, Air dan Listrik (TAL);
c. Belanja Dedicated Program yakni program yang berskala besar,
monumental, dan berdampak luas pada kepentingan masyarakat;
d. Belanja Kegiatan Tahun Jamak (multi years) yakni kegiatan yang
diselesaikan lebih dari setahun dan telah memperoleh persetujuan
DPRD;
e. Belanja Prioritas SKPD yakni untuk membiayai kegiatan sesuai tupoksi
dan urusan pemerintahan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Belanja Daerah
akan dikelompokkan dalam urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


119 BAB III

meliputi: pendidikan; kesehatan; pekerjaan umum; perumahan; penataan


ruang; perencanaan pembangunan; perhubungan; lingkungan hidup;
kependudukan dan catatan sipil; pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak; keluarga berencana dan keluarga sejahtera; sosial;
ketenagakerjaan; koperasi dan usaha kecil dan menengah; penanaman
modal; kebudayaan; kepemudaan dan olahraga; kesatuan bangsa dan
politik dalam negeri; otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi
keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian;
ketahanan pangan; pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa;
statistik; kearsipan; komunikasi dan informatika; dan perpustakaan.
Sedangkan urusan pilihan meliputi: pertanian; kehutanan; energi dan
sumber daya mineral; pariwisata; kelautan dan perikanan; perdagangan;
perindustrian; dan ketransmigrasian.
A. Arah Kebijakan Belanja Daerah dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Menitik beratkan pada Urusan Wajib dan Urusan Pilihan yang sesuai
dengan Prioritas Pembangunan Kabupaten;
2. Menjalankan participatory program and budgeting untuk isu-isu
yang dominan antara lain: pendidikan, kesehatan, lingkungan dan
transportasi;
3. Melakukan efisiensi belanja, melalui :
§ Meminimalkan belanja yang tidak berdampak langsung atau
dirasakan langsung pada masyarakat;
§ Melakukan proper budgeting melalui analisis cost benefit dan
tingkat efektivitas setiap program;
§ Melakukanprudent spending melalui pemetaan profil resiko atas
setiap belanja kegiatan beserta perencanaan langkah
antisipasinya.
4. Belanja daerah disusun berdasarkan sasaran/target kinerja Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang harus dicapai setiap tahunnya.
(performance-based budgeting)

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


120 BAB III

5. Melakukan analisis khusus untuk permasalahan gender, anak, ibu


hamil, pendidikan, ekonomi kerakyatan, birokrasi, asuransi sosial
pensiun, dan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat.
6. Memberikan bantuan-bantuan (khususnya) keuangan dalam
bentuk:
§ Subsidi, untuk menolong kelompok ekonomi lemah dalam
mengakses fasilitas publik.
§ Hibah, untuk menyentuh kegiatan/usaha penduduk/komunitas
sebagai seed money yang berperan untuk mendorong perangkat
kelurahan berperan sebagai urban manager.
§ Bantuan sosial, untuk menyentuh komunitas sosial tertentu dalam
rangka pembangunan modal sosial.
§ Bantuan keuangan, untuk memberikan insentif/disinsentif kepada
pemerintah kabupaten/kota lainnya dalam rangka
kerjasama/komitmen antar pemerintah kabupaten/kota.
7. Membangun Medium Term Expenditure Framework (MTEF)
terutama untuk menyelesaikan program-program yang harus
diselesaikan dalam waktu lebih dari satu tahun anggaran;
8. Memperjelas kerangka regulasi untuk setiap penetapan jenis
belanja dan pagu alokasi dari setiap SKPD;
9. Meningkatkan proporsi alokasi belanja pada tingkat Kecamatan,
Kelurahan/Desa dan UPT;
10. Meningkatkan alokasi anggaran pada bidang-bidang yang langsung
menyentuh dan berdampak pada kepentingan masyarakat.

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


121 BAB III

BAB IV

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS



Keberhasilan pembangunan suatu daerah salah satunya dapat diukur dari
kemampuan pemerintah daerah dalam menyelesaikan permasalahan-
permasalahan publik yang ada. Kemampuan pemerintah daerah menuntaskan
permasalahan yang dikeluhkan publik, akan memberikan dampak positif
terhadap penilaian kinerja yang terwujud dalam apresiasi dan kepuasan
masyarakat. Oleh karenanya, menjadi sangat penting bagi pemerintah daerah
untuk memiliki kemampuan mengidentifikasi permasalahan-permasalahan
publik, sehingga dapat merumuskan dan melaksanakan kebijakan yang tepat
serta akurat.
Tidak hanya itu, pemerintah daerah juga wajib memiliki pemahaman dan
kepekaan terhadap isu-isu publik strategis yang berpotensi menjadi keuntungan
(benefit) sekaligus permasalahan di masa yang akan datang. Isu-isu tersebut
dapat bersifat lokal di tingkat daerah yang bersangkutan, atau isu yang menjadi
pembahasan strategis di tingkatan provinsi, nasional hingga internasional.
Dinamika yang terjadi di beberapa lingkungan kebijakan tersebut harus dapat
diantisipasi, sehingga mampu berdampak positif terhadap pembangunan daerah
bukan malah sebaliknya justru menjadi permasalahan baru.
Salah satu yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dinamika di
lingkungan kebijakan yang melingkupi pemerintah daerah adalah dengan
mengkaji dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dan
berpengaruh terhadap daerah tersebut. Untuk menjamin penyelerasan
pembangunan dan pencapaian tujuan nasional, daerah perlu mensinkronkan
dengan perencanaan pembangunan di tingkat nasional dan provinsi. Sedangkan
di tingkatan lokal, pemerintah daerah juga perlu mengkaji perencanaan
pembangunan yang dilakukan oleh daerah sekitar, sehingga dapat menjadi acuan
dalam merumuskan strategi pembangunan ke depan. Ketepatan dalam

122
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV

menentukan strategi akan mempengaruhi positioning pemerintah daerah


bersangkutan dengan daerah-daerah lain di sekitarnya.
Berdasarkan uraian tersebut, dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Kabupaten Ponorogo 2016-2021 disusun dengan mempertimbangkan
permasalahan-permasalahan pembangunan yang ada di Ponorogo dan
pengkajian terhadap isu-isu strategis di tingkat daerah, provinsi, nasional hingga
internasional, serta telaah terhadap dokumen perencanaan pembangunan
terkait.
4.1. Permasalahan Pembangunan Kabupaten Ponorogo
Berdasarkan hasil survei dan pemetaan yang dilakukan selama tahun
2015, secara umum permasalahan pembangunan yang dihadapi oleh Kabupaten
Ponorogo adalah sebagai berikut:
a. Tingginya angka kemiskinan
b. Tingginya angka pengangguran
c. Belum maksimalnya kontribusi sektor pertanian
d. Kerusakan Infrastruktur
e. Belum meratanya akses dan kualitas pendidikan dan kesehatan
f. Permasalahan tata kelola pemerintahan
g. Belum optimalnya pengelolaan Sumber Daya Daerah
h. Belum Optimalnya Penataan kawasan yang berwawasan lingkungan

Berikut uraian lengkap tentang permasalahan pembangunan Kabupaten
Ponorogo:

4.1.1. Kemiskinan
Permasalahan kemiskinan menjadi permasalahan penting di Kabupaten
Ponorogo. Hingga tahun 2015 tingkat kemiskinan di Kabupaten Ponorogo
mencapai 11,46 persen dari total penduduk. Meski secara statistik angka
tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi Nasional dan Propinsi Jawa
Timur, di Ponorogo tren angka kemiskinan dari tahun ke tahun cenderung
stagnan dan hanya mengalami sedikit penurunan.

123
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV

Kemiskinan adalah permasalahan sosial yang kompleks dan mengemuka


sebagai fenomena global tidak terkecuali di Kabupaten Ponorogo. Permasalahan
kemiskinan di Ponorogo meliputi beberapa aspek:
Pertama, permasalahan minimnya pendapatan. Rendahnya pendapatan
masyarakat menjadi salah satu wajah kemiskinan di Kabupaten Ponorogo.
Permasalahan ini muncul dikarenakan terbatasnya lapangan pekerjaan serta
kesempatan berusaha. Di sisi yang lain, pertumbuhan sektor ekonomi riil dan
sektor-sektor unggulan juga berjalan lambat sehingga belum mampu mendorong
iklim usaha yang baik bagi masyarakat. Dengan iklim usaha yang kurang baik,
berdampak terhadap rendahnya pertumbuhan wirausaha baru di Kabupaten
Ponorogo.
Kedua, permasalahan ketidakberdayaan masyarakat (struktural).
Permasalahan ketidakberdayaan terkait dengan suatu kondisi yang
keberadaannya di luar kendali masyarakat miskin. Permasalahan ini sering
dihubungkan dengan kendala-kendala struktural yang menimbulkan kemiskinan
atau yang menghambat masyarakat untuk terbebas dari kemiskinan. Hal ini
antara lain mencakup aspek kebijakan pemerintah, ketersediaan lapangan kerja,
tingkat biaya/harga (baik barang konsumsi, sarana produksi, maupun harga jual
produksi), lilitan hutang, dan sebagainya. Dalam konteks Ponorogo,
permasalahan kemiskinan struktural berkaitan dengan kurangnya ketahanan
sosial masyarakat dalam menghadapi gejolak perubahan perekonomian.
Ketiga, permasalahan kerentanan sosial. Kerentanan sosial memiliki
korelasi dengan fenomena ketidakberdayaan, yaitu suatu kondisi
ketidakmampuan menghadapi perubahan drastis bagi keluarga miskin. Dalam
kasus ini salah satunya ketika menghadapi musibah sosial (ditandai dengan
meninggalnya kepala keluarga/sumber penghasilan keluarga) atau bencana alam.
Fenomena di Ponorogo lebih banyak terjadi dikarenakan permasalahan
kerawanan bencana. Kabupaten Ponorogo memiliki beberapa wilayah rawan
bencana. Kondisi topografi perbukitan, berpotensi terjadi bencana alam tanah
longsor ketika musim hujan. Sebaliknya ketika musim kemarau, di beberapa
kawasan terjadi kekeringan dan bahkan terjadi kebakaran hutan.

124
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV

Keempat, permasalahan sinkronisasi kebijakan pengentasan kemiskinan.


Berbagai program bantuan untuk warga miskin telah diimplementasikan di
masyarakat. Pemerintah Pusat melalui program PKH, serta program bantuan
sosial. Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mengupayakan berbagai program,
diantaranya Gerdutaskin, Jalinkesra, Jalinmatra, BKSM, serta program bantuan
sosial. Pemerintah Kabupaten Ponorogo juga turut mendukung pelaksanaan
program pusat maupun provinsi melalui sharing pendanaan maupun fasilitasi
implementasi program. Namun, berdasarkan evaluasi pelaksanaan program,
menunjukkan bahwa penanggulangan kemiskinan yang telah diupayakan sudah
berdampak walaupun masih belum efektif dalam mengurangi angka kemiskinan.

4.1.2. Tingginya Angka Pengangguran
Salah satu permasalahan krusial yang diharapkan bisa diselesaikan oleh
pemerintah Kabupaten Ponorogo kedepan adalah masalah
pengangguran/kesempatan kerja.
Pada tahun 2015 tingkat pengangguran terbuka mencapai 3,22 persen.
Lebih dari separuh pengangguran tersebut merupakan mereka yang pernah
bekerja. Walaupun data menunjukkan angka tingkat pengangguran terbuka
hanya sekitar 3,22 persen, tetapi seluruh stakeholder mengatakan bahwa angka
pengangguran di Ponorogo termasuk diberbagai wilayah di Indonesia seperti
fenomena “gunung es”. Artinya realita pengangguran yang ada di Kabupaten
Ponorogo jauh lebih besar dibandingkan dengan data yang ada karena ada
banyak pengangguran yang tidak terdata dan terlaporkan.
Akar permasalahan tingginya angka pengangguran di Kabupaten Ponorogo
adalah : (1) Belum sinkronnya keterampilan kebutuhan tenaga kerja dengan
penyiapan tenaga kerja (2) Belum maksimalnya kerjasama antara lembaga
penyiapan tenaga kerja di Kabupaten Ponorogo (Balai Latihan Kerja, Sekolah
Menengah Kejuruan, dll) dengan perusahaan-perusahaan yang ada di dalam
maupun di luar Kabupaten Ponorogo (3) Belum optimalnya pengelolaan dan
pengembangan potensi lokal dalam penyediaan lapangan kerja (4) rendahnya

125
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV

jiwa kewirausahaan angkatan kerja, (5) Tidak seimbangnya jumlah tenaga kerja
dengan ketersediaan lapangan kerja setiap tahunnya.

4.1.3. Kerusakan Infrastruktur
Infrastruktur merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan
Kabupaten Ponorogo yang berperan vital, tidak hanya sebagai penggerak roda
ekonomi di daerah, namun turut membentuk perkembangan wilayah serta
melayani masyarakat dalam mengartikulasikan kehidupan sosial masyarakat.
Namun masih terdapat banyak keluhan masyarakat berkaitan dengan
infrastruktur mulai dari infrastruktur jalan, jembatan hingga saluran irigasi yang
rusak.
Kerusakan infrastruktur jalan dan jembatan berdampak pada
terhambatnya arus orang, barang dan jasa dari dan ke pusat-pusat ekonomi dan
sosial warga. Akar permasalahan dari rusaknya infrastruktur penunjang
pertumbuhan ekonomi antara lain minimnya anggaran yang tersedia untuk
pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan serta saluran irigasi.

4.1.4. Belum Meratanya Akses dan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan
Pendidikan merupakan salah satu pondasi dalam memberikan sumbangan
terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Manakala kualitas pendidikan
dan kesehatan sudah bagus, maka kualitas SDM akan sekaligus bagus.
Pendidikan dan kesehatan juga menjadi bagian penting dari sasaran
pembangunan dalam MDG’s dan SDG’s sehingga negara dan pemerintah daerah
menaruh perhatian yang serius terhadap permasalahan pendidikan.
Secara umum, permasalahan dalam pembangunan pendidikan dan
kesehatan adalah belum meratanya akses dan kualitas pendidikan dan
kesehatan. Pemerataan akses dan kualitas pendidikan belum maksimal karena
ketersediaan sarana dan prasana pendidikan serta kualitas mutu pendidikan
yang belum seimbang antar kecamatan di Kabupaten Ponorogo. Berbicara
tentang pendidikan yang berkualitas semua mengarah pada pendidikan di

126
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV

kawasan perkotaan. Sementara dikawasan pedesaan masih ada keluhan


masyarakat tentang minimnya fasilitas dan kurangnya tenaga pengajar.
Begitu juga dengan akses dan kualitas kesehatan. Sebagian masyarakat
masih mengeluhkan terbatasnya fasilitas dan tenaga pelayanan kesehatan yang
berkualitas utamanya pada wilayah pedesaan. Walaupun fasilitas Puskesmas
sudah tersedia di kecamatan-kecamatan, tetapi sarana dan prasarana termasuk
ketersediaan tenaga pelayan kesehatan masih terbatas utamanya tenaga dokter.
Permasalahan kesehatan di Kabupaten Ponorogo adalah:
1. Terbatasnya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan milik
pemerintah. Walaupun Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Pondok
Bersalin Desa sudah merata diseluruh wilayah, tetapi sebagian
masyarakat masih mengeluhkan minimnya peralatan yang dimiliki. Tidak
hanya itu ketersediaan tenaga pelayan kesehatan utamanya dokter
umum, dokter gigi maupun dokter spesialis di fasilitas kesehatan milik
pemerintah juga masih dirasa kurang.
2. Kurangnya perhatian pemerintah kabupaten terhadap kesehatan ibu,
anak dan masyarakat lanjut usia. Setiap desa di Kabupaten Ponorogo
telah memiliki Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) untuk peningkatan
kesehatan ibu dan anak. Hanya saja, pembinaan dan pendanaan yang
diberikan oleh pemerintah kabupaten masih sangat minim. Pendanaan
masih bergantung pada dana swadaya masyarakat.

4.1.5. Permasalahan Tata Pemerintahan
Fungsi utama pemerintahan adalah memberikan pelayanan dan melakukan
pengaturan terhadap sumber-sumber yang dianggap penting bagi masyarakat.
Temuan data menunjukkan ada sebagian masyarakat Ponorogo menganggap
pemerintahan daerah belum dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Rendahnya kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan,
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Lambatnya respon pemerintah
terhadap berbagai permasalahan yang dikeluhkan masyarakat (2) Adanya
beberapa kasus hukum yang menimpa pejabat pemerintahan Kabupaten

127
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV

Ponorogo (3) Masih terpusatnya pelayanan pemerintahan di Ibu Kota Kabupaten


(4) Belum tersosialisasinya standar prosedur, standar waktu dan standar biaya
dalam pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kabupaten (5) Organisasi Tata
Kerja SKPD belum sepenuhnya didukung dengan pengawai yang berintegritas
tinggi dan kompetensi secara cukup.

4.1.6. Belum Maksimalnya Kontribusi Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor penyumbang terbesar dalam PDRB
Kabupaten Ponorogo. Dalam perkembangannya sektor pertanian mengalami
perlambatan pertumbuhan, bahkan ada kecendrungan luasan lahan pertanian
mengalami penyusutan akibat alih fungsi lahan. Jika dikelola dengan baik, sektor
pertanian merupakan penyumbang terbesar dalam hal penyerapan angkatan
kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi karena sektor industri yang
berkaitan dengan pertanian masih belum berkembang secara optimal.
Sektor pertanian di Kabupaten Ponorogo menghadapi tantangan-
tantangan yang tidak ringan. Mulai dari turunnya kualitas kesuburan tanah,
banyaknya hama dan penyakit tanaman, perubahan iklim yang tidak menentu,
menurunnya debit air untuk pengairan hingga sulitnya memenuhi kebutuhan
pupuk saat musim tanam. Selain itu, para petani belum mampu mengolah
hasilnya untuk mendapatkan nilai tambah. Sebagian besar, produk pertanian
dijual dalam bentuk bahan mentah. Produk-produk pertanian belum
dimanfaatkan secara lebih baik menjadi produk-produk olahan, baik setengah
jadi maupun jadi.
Dalam pengelolaan budidaya, sektor pertanian masih belum mampu
menggunakan sistem pertanian secara profesional atau modern. Hampir
sebagian besar sektor pertanian di Kabupaten Ponorogo dikerjakan secara
tradisional. Oleh karena itu, perlu adanya revitalisasi sektor pertanian, dengan
harapan sektor ini mampu untuk menjawab permasalahan pertanian yang
diakibatkan oleh permasalahan ekonomi.

128
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV

4.1.7. Belum optimalnya pengelolaan sumber daya daerah


Sumber daya yang ada di wilayah kabupaten Ponorogo baik yang berupa
sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM) dan potensi-potensi yang
lain, berdasarkan data statistic yang ada saat ini menunjukkan potensi yang
cukup besar, tetapi kondisi ini belum dikelola dan ditangani secara optimal untuk
keperluan kepentingan dan kemajuan kabupaten Ponorogo

4.1.8. Belum optimalnya penataan kawasan yang berwawasan lingkungan
Seiring dengan pelaksanaan proses pembangunan maka biasanya ada
kecenderungan munculnya dampak-dampak negative yang menyebabkan
penurunan kualitas lingkungan hidup, antara lain adanya limbah kimiawi , polusi
air dan udara yang menyebabkan penurunan kualitas air dan udara dan juga
penurunan kualitas lingkungan kawasan pemukiman dan lain-lain.
Melihat kecenderungan tersebut maka dalam proses pembangunan
diperlukan penataan kawasan lingkungan yang sehat dengan harapan penataan
tersebut mampu menjawab dan mengurangi dampak negative dan
permasalahan – permasalahan lingkungan dimasa masa yang akan datang.

4.2. Isu-isu Strategis
Analisis terhadap kondisi eksisting Kabupaten Ponorogo serta kondisi
lingkungan kebijakan di tingkat provinsi, nasional dan internasional membantu
untuk merumuskan isu-isu strategis yang akan diantisipasi dalam dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Ponorogo 2016-2021.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Ponorogo, isu-isu
strategis dirumuskan dengan menggunakan analisis SWOT terhadap kondisi fisik
dan sarana prasarana, sosial budaya dan perekonomian Kabupaten Ponorogo,
yang disandingkan dengan isu-isu di tingkat provinsi, nasional dan internasional.
A. Kekuatan (Strength)
Kabupaten Ponorogo memiliki banyak potensi yang dapat
dikembangkan menjadi kekuatan daerah, meliputi beberapa aspek sebagai
berikut:

129
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV

Kondisi Fisik dan Sarana Prasarana. Kabupaten Ponorogo memiliki lokasi


yang cukup strategis, berada di wilayah Selatan Jawa Timur dan berbatasan
langsung Jawa Tengah. Lokasinya yang tidak jauh dari Kota Madiun (pusat
Wilayah Pengembangan Madiun), Kabupaten Ponorogo menjadi
penghubung utama dengan beberapa kabupaten di wilayah Selatan Jawa
Timur, yaitu Pacitan, Trenggalek dan Tulungagung. Untuk menunjang peran
tersebut, Kabupaten Ponorogo telah memiliki terminal utama Seloaji yang
berada di Kecamatan Babadan. Terminal Seloaji mampu menjadi
penghubung transportasi antar kota antar provinsi (Ponorogo-Jawa Tengah,
Ponorogo-Jakarta-Bogor), antar kota dalam provinsi (Ponorogo-Madiun-
Surabaya-Malang, Ponorogo-Pacitan, Ponorogo-Trenggalek-Tulungagung-
Blitar, Ponorogo-Madiun-Magetan).
Kondisi Sosial Budaya. Kabupaten Ponorogo memiliki sejarah dan kekhasan
budaya yang dapat menjadi modal pembangunan. Sejarah Kabupaten
Ponorogo sebagai salah satu daerah pusat pendidikan agama (Pondok
Pesantren) sejak era Kerajaan Mataram Islam hingga saat ini menjadi daya
tarik yang kuat bagi calon siswa/santri dari berbagai penjuru daerah di
Indonesia bahkan dunia. Pondok pesantren yang berjumlah ratusan di
Kabupaten Ponorogo dengan salah satu yang terkenal yaitu Pondok
Pesantren Modern Darussalam Gontor menjadi kekuatan yang dapat
dioptimalkan dalam menunjang pencapaian tujuan pembangunan di
Ponorogo.
Kabupaten Ponorogo juga memiliki kekayaan budaya yang sangat khas
dan mendapat pengakuan dunia yaitu Reog Ponorogo. Reog Ponorogo
menjadi salah satu warisan seni dan budaya dunia yang sudah didaftarkan di
UNESCO. Kondisi ini tentunya menjadi sangat menguntungkan bagi
Kabupaten Ponorogo, tidak hanya berkaitan dengan semakin dikenalnya
Ponorogo di level dunia, tetapi juga dapat dilestarikan dan dikembangkan
sehingga dapat menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Tidak hanya tentang Ponpes dan reog, warisan budaya kuliner
khas Ponorogo juga layak untuk dikembangkan dan bersaing dengan kuliner-

130
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV

kuliner yang ada di Indonesia. Beberapa kuliner khas Ponorogo yang sudah
cukup terkenal adalah sate ayam dan dawet Jabung.
Kondisi Perekonomian. Kabupaten Ponorogo memiliki potensi
perekonomian yang ditopang oleh beberapa sektor yang tergambar pada
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dari tahun ke tahun PDRB
Kabupaten Ponorogo mengalami tren kenaikan dengan komposisi yang tidak
jauh berbeda dari beberapa sektor dan sub sektor yang ada. Laju implisit
PDRB Kabupaten Ponorogo angka sementara pada tahun 2014 tercatat
sebesar 5,28 persen, dan tahun 2015 angka sangat sementara pada angka
5,29 persen, dimana kontribusi Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
mencapai 31,80 persen. Hampir di seluruh wilayah yang ada di Kabupaten
Ponorogo merupakan daerah penghasil produk pertanian, kecuali ibukota
Kabupaten yang telah menjelma menjadi pusat perdagangan dan jasa.
Produk dominan pertanian yang menjadi unggulan Kabupaten Ponorogo
adalah komoditas tanaman pangan seperti padi dan palawija. Kondisi
geografis wilayah yang subur dan iklim yang sesuai untuk kegiatan pertanian
membuat sektor pertanian masih menjadi andalan dalam perekonomian
Kabupaten Ponorogo. Data ini menunjukkan bahwa pertanian masih menjadi
faktor penggerak utama perekonomian di Ponorogo. Dengan struktur
masyarakat yang mayoritas adalah petani, sektor ini masih tetap menjadi
kekuatan Ponorogo dalam beberapa tahun ke depan.
Sektor yang juga mengalami kenaikan tren cukup tinggi dari tahun ke
tahun adalah perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda
motor, dari 14,97 persen pada tahun 2010 menjadi 15,85 persen pada tahun
2014. Dengan tren kenaikan yang cukup tinggi, sektor perdagangan besar
dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor juga dapat menjadi sektor
potensial dalam memperkuat perekonomian Kabupaten Ponorogo. Terlebih
jika terdapat upaya yang sistematis dalam mengembangkan potensi-potensi
ekonomi di tingkat lokal berkaitan dengan pengembangan wisata alam,
budaya dan sejarah yang juga menjadi kekuatan Ponorogo.

131
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV

Kondisi Geografis. Kabupaten Ponorogo sebagian besar pendudukanya


bermata pencaharian sebaga petani dan didukung dengan masih luas dan
produktifnya lahan pertanian. Luas lahan sawah keseluruhan 34.801 hektar
dan sawah yang didukung dengan irigasi teknis seluas 30.092 hektar atau
86,47% lahan sawah didukung irigasi tenis yang bagus. Sisanya merupakan
lahan sawah tadah hujan.

B. Kelemahan (Weaknesses)
Beberapa kelemahan yang perlu mendapat perhatian lebih di
Kabupaten Ponorogo adalah sebagai berikut:
Kondisi Fisik dan Sarana Prasarana. Kelemahan Kabupaten Ponorogo yang
berhubungan dengan kondisi fisik dan sarana prasarana adalah keberadaan
infrastruktur jalan yang tidak memadai karena banyak jalan yang rusak di
sebagian besar wilayah Kabupaten Ponorogo. Kerusakan jalan di Kabupaten
Ponorogo ditemukan di semua level jalan, baik jalan nasional, provinsi,
kabupaten hingga jalan lingkungan. Kondisi infrastruktur jalan yang tidak
memadai berpengaruh besar terhadap kualitas kehidupan masyarakat,
menghambat arus barang dan jasa untuk masuk dan keluar daerah, serta
mobilitas penduduk. Tidak memadainya infrastruktur jalan pada akhirnya
memunculkan ekonomi biaya tinggi bagi sebagian besar masyarakat.
Disamping kondisi jalan, kelemahan lain yang juga muncul adalah
belum terkoneksinya antar wilayah kecamatan dan desa dengan sistem
transportasi publik yang memadai, terutama wilayah-wilayah kecamatan
yang ada di pinggiran dan pelosok. Sementara ini jalur transportasi
terkoneksi melalui jalur bus antar kota dalam dan luar provinsi. Sedangkan
wilayah-wilayah yang tidak dilewati jalur bus sangat terbatas akses
transportasinya. Disamping transportasi penumpang, kelemahan yang ada
juga berkaitan dengan transportasi barang. Di beberapa wilayah pinggiran
dan pegunungan, dengan tidak adanya transportasi reguler mengakibatkan
masyarakat/petani mengeluarkan biaya yang cukup tinggi untuk menjual
barang dan produk-produk ekonomi dari tempat tinggalnya menuju kota

132
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV

atau bahkan hingga ke daerah lain. Berkaitan dengan kelemahan tersebut,


muncul kelemahan lain dengan belum tersedianya pasar yang mampu
menampung produk-produk pertanian atau produk lain di Ponorogo.
Keberadaan pasar agribisnis sebagai pusat promosi dan transaksi akan
sangat membantu petani dan masyarakat Ponorogo secara keseluruhan.
Pada aspek yang lain, kondisi sarana dan prasarana di bidang
pendidikan dan kesehatan juga masih belum optimal di Kabupaten
Ponorogo. Kelemahan yang muncul utamanya berkaitan dengan pemerataan
terhadap akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan. Di
beberapa kecamatan masih ditemukan ketersediaan sarana dan prasarana
yang tidak seimbang jika dibandingkan dengan kecamatan yang ada di
sekitar kota. Semakin jauh dari pusat kota, semakin banyak ditemukan
ketidakseimbangan antara sarana dan prasarana dengan kebutuhan
pelayanan kepada masyarakat.
Kondisi Sosial Budaya. Kelemahan yang muncul di Kabupaten Ponorogo
berkaitan dengan kondisi sosial dan dan budaya masyarakat adalah problem
klasik kemiskinan dan pengangguran. Sebagaimana uraian sebelumnya,
fenomena kemiskinan di Ponorogo meliputi beberapa faktor dan dimensi
yang menuntut penanganan komprehensif melalui sinkronisasi beberapa
program pengentasan kemiskinan. Meski sudah sangat banyak program
pengentasan kemiskinan dijalankan, ternyata hanya memberikan dampak
yang sangat kecil terhadap penurunan angka kemiskinan.
Sedangkan permasalahan pengangguran muncul dikarenakan
pertambahan angkatan kerja tidak diiringi dengan bertambahnya lapangan
pekerjaan. Dengan struktur ekonomi yang didominasi oleh pertanian,
pertambahan lapangan pekerjaan menjadi sulit untuk bertambah secara
cepat jika tidak diiringi oleh pertumbuhan pada sektor-sektor riil yang lain.
Di sisi yang lain, pertumbuhan sektor riil tanpa diimbangi dengan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia/tenaga kerja juga berpotensi
memunculkan permasalahan tidak terserapnya tenaga kerja lokal karena
gagal bersaing dengan tenaga kerja dari luar daerah. Kendala ini yang ke

133
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV

depan harus direspon dengan berbagai kebijakan yang simultan dan


komprehensif.
Kondisi Perekonomian. Keadaan perekonomian di Kabupaten Ponorogo
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun jika mengacu pada PDRB. Pada
tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo sebesar 5,24%,
tahun 2014 mencapai angka 5,28 persen, sedangkan tahun 2013 terjadi
pertumbuhan ekonomi sebesar 5,17%. Pertumbuhan ekonomi mengalami
perlambatan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun
2014. Namun angka tersebut masih sedikit dibawah Provinsi Jawa Timur
sebesar 5,86 persen.
Jika dikaji secara makro angka tersebut menggambarkan
perekonomian yang berkembang positif, namun yang cukup
mengkhawatirkan adalah kontribusi pertanian yang trennya cenderung
menurun jika dibandingkan dengan sektor perdagangan. Kontribusi
pertanian cenderung menurun dan beralih ke perdagangan, salah satu
faktornya adalah menurunnya tingkat kesuburan lahan serta perubahan
iklim yang kurang mendukung kegiatan pertanian. Meskipun dari sisi
produksi tetap meningkat namun tingkat pertumbuhannya kalah cepat
dengan pertumbuhan sektor lainnya.
Kondisi tersebut juga memberikan gambaran, bahwa sektor pertanian
sudah mulai mengalami stagnasi dalam menyumbang pertumbuhan
perekonomian di Ponorogo. Jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak
mungkin secara makro akan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi ketika
penurunan di sektor pertanian tidak diimbangi dengan pertumbuhan di
sektor-sektor yang lain. Oleh karenanya ke depan diperlukan terobosan
kebijakan yang dapat kembali memperkuat sektor pertanian. Pada saat yang
sama pertumbuhan pertanian tersebut juga mampu mendongkrak sektor-
sektor yang lain.
Di sisi yang lain, Kabupaten Ponorogo sebagaimana kabupaten/kota
lain di Indonesia rentan dengan inflasi relative sedang sampai dengan tinggi.
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang secara umum. Laju inflasi yang

134
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV

tidak terkendali dapat memicu penurunan daya beli masyarakat, terutama


oleh masyarakat miskin yang tidak memiliki tabungan. Selain itu, tingginya
laju inflasi juga memberikan dampak semakin melebarnya tingkat distribusi
pendapatan di masyarakat. Inflasi yang tinggi juga berpotensi menghambat
investasi produktif. Hal ini karena tingginya tingkat ketidakpastian
(mendorong investasi jangka pendek) dan tingginya bunga. Dan secara
makro, dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat menyebabkan
pertumbuhan ekonomi terhambat bahkan dapat menjadikan penurunan
tingkat pertumbuhan ekonomi daerah.

C. Peluang (Opportunity)
Di tengah kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Kabupaten
Ponorogo, terdapat beberapa kondisi yang memberikan kesempatan dan
peluang yaitu:
Kondisi Fisik dan Sarana Prasarana. Belum memadainya kondisi
infrastruktur terutama jalan dan jembatan menjadi salah satu kelemahan
Kabupaten Ponorogo. Untuk dapat mengejar perbaikan jalan dan jembatan
dibutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Dengan kapasitas keuangan
daerah yang terbatas, pembangunan jalan tidak dimungkinkan dilakukan
dalam waktu yang cepat. Oleh karenanya pemerintah daerah dapat mencari
peluang dan kemungkinan agar pelaksanaannya dapat dilakukan dengan
tuntas dan cepat.
Beberapa peluang dan situasi yang memungkinkan terjadinya
perbaikan kondisi infrastruktur adalah sebagai berikut:
a. Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Implementasi Undang-Undang Desa memberikan dampak positif
terhadap pembangunan di daerah. Adanya alokasi dana dari pemerintah
pusat dan masuk dalam APBDes akan meringankan beban pemerintah
daerah dalam membangun desa khususnya infrastruktur di tingkat desa.
b. Rencana Pembangunan Jalan Lingkar Wilis

135
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV

Rencana pemerintah pusat untuk membangun Jalan Lingkar Wilis


yang menghubungkan enam kabupaten di sekitar kaki Gunung Wilis
(Nganjuk, Kediri, Tulungagung, Trenggalek, Madiun dan Ponorogo) akan
memberi dampak positif terhadap pengembangan Kabupaten Ponorogo,
khususnya terhadap perkembangan ekonomi. Meski dalam
pelaksanaannya masih belum optimal, ke depan rencana pembangunan
ini tetap menjadi peluang yang harus ditangkap oleh Kabupaten
Ponorogo.
Kondisi Sosial Budaya. Permasalahan kemiskinan dan pengangguran yang
menjadi salah satu kelemahan yang harus ditangani dan ditutup dengan
kemampuan Kabupaten Ponorogo memanfaatkan peluang yang ada di
lingkungan kebijakannya. Beberapa kondisi yang dapat menjadi peluang bagi
Kabupaten Ponorogo di bidang sosial dan budaya adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Adanya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan
wujud nyata keinginan pemerintah pusat untuk mewujudkan jaminan
kesehatan bagi setiap warganya. Dengan adanya jaminan sosial dan
jaminan kesehatan tentunya memberikan motivasi bagi warga Negara
untuk mampu meningkatkan kualitas pembangunan manusia dan
berperan aktif dalam pembangunan daerah. Jaminan tersebut
memberikan keamanan untuk meningkatkan kualitas SDM serta derajat
kesehatan masyarakat. Penerapan BPJS juga membantu pemerintah
daerah dalam mengoptimalkan peningkatan kualitas kesehatan bagi
masyarakatnya.
Disisi lain optimalisasi penerapan BPJS ini perlu ditingkatkan terus
menerus, mengingat sebagian masyarakat kecenderungan enggan
membayar premi dikala sehat, masyarakat hanya menjalankan
kewajibannya pada saat merasa oerlu atau sakit, terkait dengan
pembayaran premi ini untuk kalangan masyarakt yang tidak
mampu/miskin perlu mendapat subsidi/bantuan dari Pemerintah Daerah,

136
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV

sehungga layanan kesehatan utamanya bagi masyarakt miskin betul –


betul gratis.

b. Masterplan Percepatan dan Penanggulangan Kemiskinan Indonesia
Dokumen MP3EI bertujuan mempercepat dan memperluas
pembangunan ekonomi Indonesia melalui peningkatan beragam investasi
yang mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sedangkan MP3KI
bertujuan untuk memastikan terwujudnya pembangunan yang inklusif
dan berkeadilan, khususnya bagi masyarakat miskin dan marjinal untuk
dapat terlibat secara langsung dan menerima manfaat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Kedua dokumen ini dirancang sebagai dokumen
kebijakan afirmatif dalam rangka mewujudkan pembangunan ekonomi
yang pro-growth, pro-poor, pro-job dan pro-environment. MP3KI
merupakan dokumen perencanaan yang menjabarkan konsep dan desain,
arah kebijakan, strategi penanggulangan kemiskinan, Rencana Kerja
Pemerintah dan sebagainya. MP3KI menitikberatkan pada pengembangan
livelihood melalui berbagai kebijakan peningkatan kapasitas masyarakat
untuk mewujudkan taraf hidup masyarakat yang lebih baik. Transformasi
program-program penanggulangan kemiskinan yang ada saat ini
dilakukan dengan tiga strategi utama, yaitu: pengembangan sistem
perlindungan social secara menyeluruh, peningkatan pelayanan dasar
kepada masyarakat miskin dan rentan, dan pengembangan penghidupan
(sustainable livelihood) masyarakat miskin dan rentan.
c. Komitmen terhadap pelaksanaan Sustanaible Development Goals (SDGs)
Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) untuk
meneruskan Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) menjadi komitmen
pemerintah Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara yang
mengesahkan SDG’s sebagai kesepakatan pembangunan global. Wakil
Presiden Yusuf Kalla ikut hadir dalam Sidang umum Perserikatan Bangsa–
Bangsa (PBB) pada 25 September 2015 lalu di New York, Amerika Serikat
bersama dengan 193 perwakilan negara-negara di dunia. Dalam konteks

137
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV

Indonesia, tujuan yang termuat dalam agenda SDG’s memiliki kesesuaian


dengan nawacita dan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2015-2019. Upaya pemerintah untuk melaksanakan SDGs
menjadi peluang positif bagi pemerintah daerah, tidak terkecuali
Kabupaten Ponorogo.
Kondisi Perekonomian. Peluang dan kesempatan yang dapat menunjang
pembangunan perekonomian di Kabupaten Ponrogo meliputi beberapa hal
berikut:
a. Pelaksanaan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI)
Masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi
Indonesia (MP3EI) diluncurkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
pada 27 Mei 2011. MP3EI merupakan langkah awal untuk mendorong
Indonesia menjadi Negara maju dan termasuk sepuluh besar Negara di
dunia pada tahun 2025. Selain itu, MP3EI merupakan perwujudan
transformasi ekonomi nasional dengan orientasi berbasis pada
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inklusif, berkeadilan, berkualitas dan
berkelanjutan. Pelaksanaan MP3EI diharapkan mampu menjadi mesin
penggerak pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja,
sekaligus mendorong pemerataan pembangunan wilayah di seluruh
wilayah tanah air termasuk Kabupaten Ponorogo.
b. Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Penerapan Undang-Undang Desa bukan saja berdampak terhadap
pembangunan infrastruktur di tingkat desa, tetapi juga dapat
berkontribusi terhadap perekonomian lokal. Salah satu klausul yang
berkaitan dengan pembentukan Badan Usaha Milik Desa akan dapat
menjadi penggerak perekonomian di tingkat desa. Hal ini tentu saja
menjadi peluang positif bagi pemerintah daerah, khususnya Kabupaten
Ponorogo yang memiliki potensi perekonomian yang khas di masing-
masing wilayahnya.

138
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV

Peluang pasar untuk hasil pertanian organic. Dengan meningkatnya


kesadaran masyarakat terhadap penggunaan barang dan bahan yang
sifatnya alami atau tanpa proses kimiawi, maka pengelolaan pertanian yang
tidak menggunakan pupuk dan obat-obatan kimia sintetis menjadi alternatif.
Penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia sintetis dalam pertanian dianggap
sebagai pemicu kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia. Terkait hal
tersebut pertanian organic ini merupakan peluang atau pilihan dalam
pengelolaan pertanian.
Peluang pasar untuk produk pertanian organic masih sangat besar
serta petani organic di Indonesia belum banyak. Dengan jumlah penduduk
yang sebagian besar mata pencahariannya petani dan memliki lahan
pertanian yang luas maka pengembangan pertanian organic merupakan
peluang bagi Kabupaten Ponorogo.

D. Ancaman (Threat)
Situasi dan kondisi yang menjadi ancaman Kabupaten Ponorogo di
masa yang akan datang adalah sebagai berikut:
Kondisi Fisik dan Sarana Prasarana. Pembangunan infrastruktur di
Kabupaten Ponorogo, terutama kondisi jalan, menghadapi tantangan dan
ancaman berkaitan dengan pemeliharaan kondisi jalan. Beberapa ancaman
terhadap perawatan kondisi jalan yaitu:
a. Kepadatan lalu lintas angkutan barang yang melewati Ponorogo
Pembangunan infrastruktur jalan menjadi faktor penting dalam
meningkatkan geliat perekonomian masyarakat. Akses jalan yang
memadai akan memperlancar transportasi dan hubungan antar wilayah
kecamatan dan antar kabupaten. Situasi ini menjadi positif terhadap
pembangunan ekonomi, namun menjadi ancaman terhadap kondisi jalan.
Semakin padatnya transportasi dan perhubungan, mengancam kerusakan
jalan ketika tidak mampu mengontrol bobot/tonase kendaraan barang
yang melintasi Kabupaten Ponorogo, sedangkan kewenangan
penanganan jalan para ruas utama pada umumnya adalah kewenangan

139
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV

Provinsi Jawa Timur karena merupakan status jalan Provinsi dan


kewenangan Balai Jalan Provinsi Jawa Timur kareana statusnya Jalan
Nasional.

b. Ancaman bencana alam
Situasi lain yang juga menjadi ancaman terhadap kondisi infrastruktur
adalah ancaman bencana alam. Kondisi topografi Kabupaten Ponorogo
yang sebagian terdiri dari wilayah Pegunungan kerap menghadapi
ancaman tanah longsor, terutama pada saat musim penghujan. Beberapa
area dataran tinggi yang meliputi Kecamatan Ngrayun, Sooko, Pulung, dan
Ngebel sangat rentan dengan bencana longsor. Sebaliknya beberapa
kawasan yang masuk dalam topografi dataran rendah juga kerap dilanda
banjir. Kondisi iklim dan cuaca yang semakin tidak dapat diprediksi
menuntut pemerintah daerah memiliki skenario dalam mengantisipasi
bencana tidak terduga.
Kondisi Sosial Budaya dan Perekonomian. Ancaman yang muncul dalam
konteks sosial dan budaya berhubungan langsung dengan isu-isu strategis
yang melingkupi Kabupaten Ponorogo. Beberapa ancaman tersebut antara
lain:
a. Persaingan perekonomian global
Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi peluang
sekaligus ancaman. MEA telah berjalan sejak tahun 2015 dicirikan dengan
kondisi sebagai beriku:
1. Pasar tunggal dan produksi dasar,
2. Sebuah ekonomi yang sangat kompetitif wilayah,
3. Sebuah wilayah pembangunan ekonomi yang merata, dan
4. Sebuah wilayah sepenuhnya terintegrasi ke dalam perekonomian
global.
Dengan situasi regional dan global tersebut, mau tidak mau
mendorong daerah mempersiapkan diri agar tidak tergerus dengan
persaingan global. Terintegrasinya pasar dengan perekonomian yang

140
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV

lebih kuat, kerap memangsa wilayah atau daerah yang lemah secara
ekonomi. Oleh karenanya, dalam konteks Ponorogo, tuntutan untuk
mewujudkan kualitas Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan
berdaya saing menjadi sesuatu yang tidak dapat ditolak.
b. Persaingan dengan daerah sekitar dalam mengembangkan pertanian dan
industri pertanian
Dalam perencanaan pembangunan kewilayahan Provinsi Jawa Timur,
Kabupaten Ponorogo masuk dalam kawasan agropolitan regional yang
terdiri atas Sistem Agropolitan Wilis (meliputi Kabupaten Madiun,
Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Pacitan, Kabupaten
Ponorogo, dan Kota Madiun). Kabupaten/kota sekitar Ponorogo juga
memiliki perencanaan pengembangan pertanian dan industri pertanian
(agrobisnis) yang sama dengan Kabupaten Ponorogo. Oleh karenanya
kedepan perlu ada diferensiasi yang dikembangkan oleh Kabupaten
Ponorogo dalam hal pertanian.

Berdasarkan analisis SWOT di atas, maka dirumuskan isu-isu strategis
Kabupaten Ponorogo sebagai berikut:
a. Peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur jalan, jembatan, irigasi
dan infrastruktur pertanian.
b. Peningkatan produktifitas pertanian yang kompetitif dan berdaya saing
dengan mengembangkan industri pertanian berbasis organic, serta
industri kecil kreatif yang berdaya saing.
c. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia dengan meningkatkan
pelayanan bidang kesehatan dan pendidikan.
d. Penurunan angka kemiskinan dengan mengembangan ekonomi
kerakyatan melalui pengembangan koperasi dan
pembentukan/pengembangan BUMDes
e. Penurunan angka pengangguran dengan memperbaiki iklim usaha dalam
rangka penciptaan wirausaha baru dan pemberdayaan masyarakat pada
wilayah sesuai potensi wilayah;

141
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV

f. Peningkatan perekonomian daerah dengan mengembangkan sektor-


sektor unggulan berbasis wilayah.
g. Peningkatan akses dan sarana transportasi penduduk dan barang antar
wilayah di Kabupaten Ponorogo
h. Peningkatan tata kelola pemerintahan untuk mendukung pelayanan
prima kepada masyarakat.
i. Peningkatan penataan kawasan berwawasan lingkungan;
j. Peningkatan akses masyarakat terhadap layanan air minum , layanan
sanitasi dan penataan kawasan kumuh.
k. Peningkatan kerjasama antar wilayah perbatasan.

142
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB IV
BAB V

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Salah satu hal terpenting dalam rumusan kebijakan pembangunan adalah


kejelasan mengenai apa yang akan diwujudkan dalam lima tahun mendatang
(impact) berdasarkan analisis kinerja pembangunan saat ini, serta permasalahan
dan isu strategis pembangunan daerah yang akan ditangani selama lima tahun ke
depan. Impact pembangunan sebagai salah satu komponen penting arsitektur
kinerja merupakan indikator tertinggi (high level indicators) yang akan dicapai
dan menjadi tolok ukur keberhasilan pembangunan dalam lima tahun
mendatang.

5.1. Visi
Berdasarkan undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun
2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Visi adalah rumusan umum
mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.
Visi tersebut harus bersifat dapat dibayangkan (imaginable), diinginkan
oleh segenap pemangku kepentingan (desirable), memungkinkan untuk dicapai
(reachable), focus pada masalah utama yang bersifat jangka panjang dan dapat
dikomunikasikan (communicable) serta dapat dimengerti oleh seluruh pemangku
kepentingan (understandable). Disamping itu, Visi harus dapat memberdayakan
dan memberikan motivasi dalam mengaktualisasikan tugas kepemerintahan,
pembangunan dan peningkatan pelayanan masyarakat.
Visi menjadi arahan pembangunan melalui penetapan program kerja
selama lima tahun pelaksanaan kepemimpinan kepala daerah terpilih. Visi
menjadi penting karena akan menyatukan dan mengintegrasikan setiap aspek
pendukung pembangunan daerah yang akan dilaksanakan oleh seluruh elemen

143 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


masyarakat Kabupaten Ponorogo baik aparatur pemerintahan, masyarakat,
maupun swasta
Visi RPJMD yang merupakan Visi Kepala Daerah Terpilih seperti yang telah
disampaikan oleh Bupati dan Wakil Bupati pada saat kampanye harus sejalan
dengan Visi jangka panjang Kabupaten Ponorogo, sebagaimana terdapat dalam
RPJPD Kabupaten Ponorogo Tahun 2005–2025.Yaitu :
“KABUPATEN YANG MAJU, ADIL DAN SEJAHTERA”.
Berdasarkan aturan dalam penyusunan dokumen perencanaan
pembangunan yang berpedoman pada RPJPD dan memerhatikan permasalahan
pembangunan di Kabupaten Ponorogo, serta Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran yang
telah disampaikan oleh Bupati dan Wakil Bupati pada saat kampanyedengan
memperhatikan Visi RPJPD, maka visi dan misi pembangunan yang ditetapkan
untuk tahun 2016-2021 adalah :
“PONOROGO LEBIH MAJU, BERBUDAYA DAN RELIGIUS”
Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu pintu masuk menuju Provinsi
Jawa Timur yang terletak disebelah Timur dan berbatasan langsung dengan
Provinsi Jawa Tengahyaitu Kabupaten Wonogiri. Sebagai daerah yang memiliki
potensi sumber dayaalam serta budaya yang beraneka ragammenjadi cermin
bahwa visi tersebutsudah tepat,dimana peningkatan kesejahteraan masyarakat
Kabupaten Ponorogo kedepan harus didasarkan pada potensi dan sumber daya
yangdilandaskan pada nilai-nilai budaya dan religiusitas.
Pengembangan agrobisnis merupakan salah satu opsi yang perlu
dikembangkan sebagai industri berbasis sumberdaya alam berupa sektor
pertanian dalam arti luas. Agrobisnis memiliki potensi untuk meningkatkan
penyediaan lapangan kerja yang mampumenyatukankegiatan berbasis sentra
pertaniandengan bisnis.
Selanjutnya, pengembangan agrobisnis akan sangat strategis jika
dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan dengan berprinsip pada keunggulan
dan daya saing produk. Pengertian terpadu adalah keterkaitan usaha sektor hulu
dan hilir (backward and forwardlinkages), serta pengintegrasian kedua sektor
tersebut secara sinergis dan produktif. Sedangkan dengan konsep berkelanjutan,
144 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021
BAB V


diartikan sebagai pemanfaatan teknologi konservasi sumber daya dengan
melibatkan kelompok/lembaga masyarakat, serta pemerintah pada semua aspek
secara terus-menerus. Sedangkan berprinsip pada keunggulan dan daya saing
produk mengandung makna bahwa produk yang dihasilkan harus mampu
memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan produk agrobisnis dari
daerah lain.
Dengan dilakukannya pengembangan agrobisnis, makasecara otomatis
akan meningkatkan kontribusi sektor pertanian melalui percepatan ketersediaan
lahan dan infrastruktur pertanian unggulan. Agrobisnis dinilai mampu untuk
meningkatkan kesejahteraan petani dimana saat ini petani selalu dikonotasikan
kurang sejahtera.
Agrobisnis dapat terlaksana dengan tepat dan cepat melalui upaya
percepatan penyiapan industri-industri pengolah hasil pertanian, dalam
menunjang pergerakan agribisnis diperlukan jaringan kerja dan peran aktif
semua pihak yang terkait. Keterpaduan dan berkelanjutan kinerja akan
menempatkan UMKM dan kelompok masyarakat pengembang industry kreatif
yang tergabung dalam sentra-sentra industri menjadi variabel penting.
Selain agrobisnis, pengembangan sektor pariwisata juga mempunyai nilai
dan pengaruh yang sangat vital terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten
Ponorogo.Sebagai daerah yang memiliki kekayaan alam dan budaya, Kabupaten
Ponorogo memiliki tempat, objek dan evensejarah, budaya dan keagamaan yang
berpotensi untuk menjadi obyek wisata jika dapat dikelola secara optimal. Tidak
hanya itu, dan diharapkan kedepan Kabupaten Ponorogo juga dikembangkan
untuk menjadi salah satu pusat pariwisata nasional berbasis agribisnis organik.
Oleh karena itu untuk pengembangan wisata perlu adanya keberanian untuk
melakukan terobosan-terobosan yang baru dan efektif terkait pemasaran,
pengelolaan tempat menginap wisatawan, hingga peningkatan aksesibilitas
menuju tempat/obyek wisata.
Dalam pelaksanaan pengembangan agrobisnis dan pariwisata, yang harus
menjadi pedoman ialah bagaimana seluruh lapisan masyarakat terutama kaum
marginal, masyarakat lokal, dan dunia usaha baik didalam maupun diluar
145 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021
BAB V


ponorogo untuk diberdayakandan diajak untuk ikut berpartisipasi dalam
pengembangan agrobisnis berbasis pada pengembangan pertanian organik,
Melalui pengembangan agrobisnis dan pariwisata diharapakan tidak hanya
mampu meningkatkan perekonomian wilayah, namun juga mampu
meningkatkan perekonomian masyarakat sehingga dapat tercipta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan.Selain itu, dimensi kebudayaan dan
keagamaan masyarakat juga perlu ditingkatkan. Dengan dikedepankannya nilai-
nilai kearifan lokal dan naiknya kadar religiusitas masyarakat diharapkan dapat
menghidupkan demokrasi yang kondusif ditingkat lokal.
Disamping itu juga pengembangan wilayah secara menyeluruh dapat
berkelanjutan jika dalam pelaksanaan pembangunannya selalu memerhatikan
keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu maka aspek kualitas dan kelestarian
lingkungan harus dijadikan landasan utama pengembangan tersebut.
Penjelasan dari masing-masing elemen visi di atas adalah sebagai berikut:
Lebih Maju: Suatu tata kehidupan dan penghidupan masyarakatPonorogo
yang lebih maju, lebih unggul dan lebih memiliki daya saing
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya dimana
masyarakat memiliki rasa aman, damai dan tenteram lahir dan
batin terpenuhi memenuhi kebutuhan pokok dasar secara
jasmani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri
danlingkunganya dengan menjunjung tinggi hak asasi serta
kewajiban manusia. Kondisi lebih maju yang akan diwujudkan
adalah suatu kondisi kehidupan masyarakat Ponorogo modern
yang lebih sejahtera.
Berbudaya Suatu tatanan kehidupan yang dicirikan dengan semakin
menguatnya budaya lokal sehingga berdampak terhadap
mantapnya kepribadian dan daya saing daerah dalam rangka
menghadapi persaingan global. Penguatan budaya lokal akan
mendorong penguatan karakter dan jatidiri bangsa secara
keseluruhan.

146 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


Religius Suatu kondisi kehidupan yang dicirikan dengan meningkatnya
akhlak mulia, baik secara individual maupun sosial, dalam
konteks spiritual. Kesejahteraan yang sesungguhnya wajib
ditopang dengan akhlak dan moral yang mantap. Akhlak
merupakan budi pekerti, perangai, tabiat, atau moralitas luhur
yang terutama bersumber dari kesalehan individual sesuai
ajaran agama yang diyakini, yang pada gilirannya akan
melahirkan kesalehan sosial, yang ditandai oleh semakin
meningkatnya empati sosial, toleransi sosial, solidaritas sosial,
dan sikap demokratis dalam menghadapi perbedaan, serta
menjunjung tinggi supremasi hukum, dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia, yang akan bermuara pada
terciptanya harmoni sosial dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari

Jika dikaitkan antara visi RPJMD Kabupaten Ponorogo dengan visi RPJMD
Provinsi Jawa Timur serta visi RPJM Nasional, tampak adanya keterkaitan yang
saling melengkapi.Sebagimana diketahui bahwa Visi RPJMNadalah :“Indonesia
yang mandiri, maju, adil dan makmur” dan Visi RPJMD Provinsi Jawa Timur
adalah :“Terwujudnya Jawa Timur yang makmur dan berakhlak dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia”maka Visi RPJM Nasional,
RPJMD Provinsi Jawa Rimur dan RPJMD Kabupaten Ponorogo, mengarah pada
tujuan yang sama yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur (dibaca
“sebagai masyarakat sejahtera”) sebagaimana diamanatkan dalam Undang–
Undang Dasar 1945

5.2. Misi
Misi adalah rumusan umum yang merupakan perwujudan visi
pembangunan Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2021 dijabarkan ke dalam 7
(tujuh) misi, dijalankan secara berkesinambungan dan sinergis, serta

147 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


memfokuskan pada pengembangan sektor agribisnis berbasis pertanian organik,
pariwisata dan pengembangan sumber daya manusia sebagai basis
pembangunan kemakmuran masyarakat Ponorogo yang lebih maju. Adapun misi
Kabupaten Ponorogo adalah sebagai berikut:
1. Misi satu : Membentuk budaya keteladanan pemimpin yang efektif, guna
mengembangkan manajemen pemerintahan daerah yang amanah, tanggap,
dan berkemampuan andal dalam memecahkan masalah.
Misi ini akan memprioritaskan membangun tata pemerintahan yang
baik yang berimplikasi pada peningkatan kualitas pelayanan pemerintah
daerahkepada masyarakat melalui reformasi birokrasi dan tata kelola
pemerintahan yang ditopang oleh keteladanan kepemimpinandaerah dalam
setiap level pemerintahan.
Dengan adanya tata pemerintahan yang baik yang ditopang oleh
keteladanan dari pemimpin daerah diharapkan akan meningkatkan
efektifitas kinerja birokrasi pemerintahan dalam mengemban amanah
rakyat. Tidak hanya itu, melalui misi ini juga diharapkan mampu
mewujudkan pelayanan pubik yang prima yang dilandaskan pada prinsip
transparansi dan akuntabilitas.
Untuk mencapai Visi dan Misi RPJMD, melalui Misi satu ini, apabila
perlu dilakukan reorganisasi Perangkat Daerah, dan menempatkan pimpinan
maupun staf sesuai dengan kompetensinya, sehingga efektifitas tujuan dan
sasaran organisasi dapat dicapai tetap waktu sesuai yang telah direncanakan
dan ditetapkan dalam RPJMD.
2. Misi kedua : Mengelola sumber daya daerah menjadi lebih berdayaguna,
unggul, produktif dan berkelanjutan serta bermanfaat luas secara ekonomi
dan sosial melalui investasi, industri, perdagangan, dan pengembangan
pariwisata menjadi lokomotif penggerak perekonomian daerah.
Misi ini memprioritaskan peningkatan kesejahteraan masyarakat
dengan mengoptimalkan potensi daerah disektor non pertanian yang selama
ini belum terkelola secara maksimal.

148 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


Melalui misi ini akan ada upaya untuk mengindentifikasi, memetakan,
memberdayakan dan mengembangkan berbagai potensi daerah yang ada
diberbagai sektor non pertanian mulai dari sektor industri, perdagangan,
jasa, pariwisata dan lain sebagainya dengan melibatkan investasi lokal,
dalam negeri maupun asing untuk menggerakkan ekonomi masyarakat.
3. Misi ketiga : Mewujudkan pengelolaan infrastruktur strategis secara
profesional, agar memiliki daya dukung yang kokoh untuk menyokong
produktivitas masyarakat, kemajuan wilayah, serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Misi ini diarahkan untuk mewujudkan tersedianya infrastruktur
strategis daerah yang mantap sehingga mampu menopang kebutuhan
masyarakat dalam melakukan berbagai aktivitas utamanya aktivitas
ekonomi.
Mantapnya infrastruktur perhubungan akan meningkatkan
keterhubungan antara satu kawasan dengan kawasan yang lain
memudahkan mobilisasi orang, barang dan jasa sehingga mampu
mendorong percepatan kemajuan kawasan.
Mantapnya infrastruktur pertanian utamanya saluran irigasi juga
menjadi prioritas dalam misi ini. Tersedianya infrastruktur pertanian yang
mantap akan memudahkan petani untuk memenuhi kebutuhan air pada
lahan pertanian yang dikelolanya. Dengan begitu akan mendorong
peningkatan produktifitas pertanian dan pendapatan petani.
4. Misi keempat : Membangun pertanian sebagai pengembangan model
berbasis ekonomi kerakyatan yang berdayasaing tangguh.
Misi ini akan memberikan arah pembangunan dan pengembangan
sektor pertanian Kabupaten Ponorogo yang berdaya saing sehingga mampu
meningkatkan perekonomian masyarakat.
Melalui misi ini, sektor pertanian yang selama ini dianggap tidak
prospektif bagi ekonomi masyarakat akan dikelola sedemikian rupa sehingga
menjadi sektor ekonomi yang justru paling prospektif dibandingkan sektor
lainnya. Langkah yang akan dilakukan adalah membangun, mengembangkan
149 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021
BAB V


dan memantapkan pertanian berbasis organik yang akan menghasilkan
produk-produk sehat yang saat ini mulai menjadi trend masyarakat.
5. Misi Kelima : Menata kawasan yang nyaman untuk semua, dengan
ketersediaan ruang publik yang memadai dan berwawasan lingkungan.
Misi ini memprioritaskan pada penyediaan kawasan pemukiman yang
nyaman bagi masyarakat yang tinggal dikawasan tersebut. Kawasan
pemukiman yang nyaman yang dimaksud dalam misi ini mengandung makna
bahwa kawasan tersebut mampu memenuhi kebutuhan dasar warga
masyarakat yang tinggal di daerah tersebut, mulai dari tersedianya air bersih
yang memadai, sanitasi yang sehat hingga tersedianya ruang bagi warga
masyarkat untuk berinteraksi dengan sesama dalam berbagai aktifitas.
Misi ini juga mencakup upaya dari pemerintah daerah bersama
masyarakat untuk menjaga kelestarian nilai-nilai budaya dan agama yang
selama ini hidup, tumbuh dan berkembang ditengah-tengah warga
masyarakat.
6. Misi Keenam : Membangun prinsip kemandirian dalam upaya
pemberdayaan masyarakat dan desa miskin, pengangguran serta perluasan
kesempatan kerja, dan melindungi hak-hak masyarakat yang berlandaskan
pada penegakan hukum yang berkeadilan.
Misi ini memprioritaskan pada pengentasan kemiskinan dan
pengangguran melalui pemberdayaan masyarakat dan perluasan
kesempatan kerja. Melalui misi ini akan ada upaya dari pemerintah daerah
untuk memberdayakan masyarakat miskin melalui berbagai program
pengentasan kemiskinan yang melibatkan berbagai pihak termasuk dunia
usaha antara lain melalui program “public private partnership” dan
kerjasama pemenuhan tenaga kerja.
Melalui misi ini, pemerintah juga akan berupaya memberikan
kesempatan dan perlindungan kepada tenaga kerja lokal dalam pemenuhan
kebutuhan tenaga kerja bagi dunia usaha yang berinvestasi di Kabupaten
Ponorogo.

150 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


7. Misi Ketujuh : Meningkatkan peran aktif Pemerintah Daerah daam
memajukan sistem pelayanan pendidikan dan kesehatan masyarakat guna
mendorong kualitas SDM yang handal, mempunyai kompetensi yang cukup.
Membangun jiwa bangsa melalui pemberdayaan pemuda dan olahraga yang
bertaqwa, berbudaya dan berkepribadian.
Misi ini memprioritaskan pada peningkatan kuantitas dan kuantitas
sarana dan prasana pendidikan dan kesehatan bagi warga masyarakat.
Peningkatan kuantitas pendidikan dan kesehatan mengarah pada upaya
pemerintah untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan
pendidikan dan kesehatan. Sementara peningkatan kualitas pendidikan dan
kesehatan mengarah pada upaya pemerintah untuk memenuhi dan
mencapai standar pelayan yang maksimal.
Misi ini juga mengarahkan pada upaya pemberdayaan perempuan,
perlindungan anak dan peningkatan peran pemuda dan olahraga dalam
pembangunan daerah.

5.3. Tujuan dan Sasaran
Sebagai salah satu komponen dari perencanaan strategis, tujuan dan
sasaran pembangunan Kabupaten Ponorogo ditetapkan dengan mengacu kepada
pernyataan visi dan misi sebagai gambaran tentang kondisi yang ingin dicapai di
masa datang. Untuk itu, tujuan dan sasaran hendaknya merupakan arsitektur
kinerja tertinggi atau impact dari segenap operasionalisasi kebijakan melalui
program dan kegiatan sepanjang lima tahun ke depan. Untuk itu impact tersebut
harus memberi pengertian sebagai ultimate goal dari keseluruhan kinerja utama
setiap elemen pelaksana pembangunan Kabupaten Ponorogo.
Selain adanya penggambaran terhadap Visi dan Misi, dalam dokumen Visi
Misi juga terdapat program kebijakan dan program pendukung yang dapat
menjadi arahan bagi pemerintahan kabupaten Ponorogo dalam pencapaian Visi
dan Misi kepala daerah. Adapun arah tujuan dari sasaran pembangunan kedepan
adalah :

151 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


Misi satu : Membentuk budaya keteladanan pemimpin yang efektif, guna
mengembangkan manajemen pemerintahan daerah yang amanah,
tanggap, dan berkemampuan andal dalam memecahkan masalah.
Memiliki tujuan mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah yang baik
dengan indikator : Pencapaian SPM, dan IKM. Untuk mencapai tujuan
tersebut sasaran yang akan dicapai adalah :
a. Tersedianya aparatur pemerintahan daerah yang profesional,
dengan indikator sasaran :
1) rasio jumlah aparatur yang sesuai dengan kebutuhan dalam
struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) pemerintah
Kabupaten Ponorogo;
2) Persentase aparatur sipil negara (ASN) yang sesuai dengan
kompetensi
b. Terwujudnya kelembagaan dan tata laksana pemerintahan daerah
yang efektif dan efisien, dengan indikator sasaran :
1) persentase Perangkat Daerah yang memiliki struktur organisasi
sesuai dengan beban kerjanya;
2) persentase Perangkat Daerah yang melaksanakan Sistem
pengendalian internal pemerintah (SPIP);
3) persentase Perangkat Daerah yang menerapkan pemanfaatan
E-Goverment untuk mendukung inovasi pelayanan publik;
4) persentase instansi yang mengelola arsip secara baku;
5) penyelesaian LKPJ, LAKIP, dan LPPD tepat waktu;
6) Skor SAKIP Kabupaten; dan
7) Status Kinerja LPPD Kabupaten.
c. Meningkatnya kemandirian keuangan daerah yang didasari oleh
transparansi dan akuntabilitas, dengan indikator sasaran :
1) Rasio PAD terhadap total pendapatan;
2) Rasio PAD terhadap total belanja daerah;
3) Rasio belanja langsung terhadap belanja tidak langsung;
4) Rasio belanja modal terhadap total belanja; T
152 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021
BAB V


5) indak lanjut terhadap temuan BPK;
6) Tindak Lanjut terhadap temuan inspektorat dan APIP Lainnya.
d. Terwujudnya tata kelola pemerintahan desa yang baik, dengan
indikator sasaran :
1) persentase desa yang memiliki RPJMDes;
2) persentase desa yang memiliki RPJMDes yang sinkron dengan
RPJMD Kabupaten;
3) persentase desa yang memiliki RKPDes sinkron dengan RKPD
Kabupaten; persentase desa yang memiliki RAPBDes sinkron
dengan RAPBD Kabupaten;
4) rata-rata persentase penyerapan dana desa; dan
5) persentase desa yang melaksanakan laporan sesuai dengan tata
peraturan perundangan yang berlaku.
e. Terwujudnya pelayanan administrasi kependudukan dan catatan
sipil yang prima, dengan indikator :
1) persentase penduduk yang memiliki KTP elektronik;
2) persentase keluarga yang memiliki KK; persentase penduduk
diatas 15 tahun yang memiliki akta lahir; dan
3) persentase pelayanan administrasi kependudukan dan catatan
sipil yang sudah menerapkan E-Goverment.
Misi kedua : Mengelola sumber daya daerah menjadi lebih berdayaguna,
unggul, produktif dan berkelanjutan serta bermanfaat luas secara
ekonomi dan sosial melalui investasi, industri, perdagangan, dan
pengembangan pariwisata menjadi lokomotif penggerak perekonomian
daerah. Memiliki tujuan mewujudkan perekonomian daerah yang
tanggung berbasis potensi daerah dengan indikator : persentase
pertumbuhan sektor perdagangan, industri, dan UMKM. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, sasaran yang akan dicapai adalah :
a. Meningkatnya jumlah dan daya saing sektor UMKM dan Koperasi
berbasis potensi daerah dengan indikator :
1) persentase pertumbuhan UMK;
153 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021
BAB V


2) persentase pertumbuhan Usaha Menengah;
3) Persentase pertumbuhan produk unggulan daerah; persen
peningkatan jumlah koperasi aktif;
4) persentase peningkatan jumlah KSP/USP sehat;
5) jumlah modal kopetasi dan UMKM; dan
6) jumlah desa yang memiliki BUMDes
b. Meningkatnya volume industri dan perdagangan dengan indikator :
1) cakupan bina kelompok pengrajin industri kecil, menengah dan
kreatif;
2) jumlah industri kecil, menengah, besar dan kreatif
c. Optimalisasi sektor pariwisata daerah dengan indikator : jumlah
destinasi wisata dan jumlah kunjungan wisata.
d. Peningkatan iklim investasi sebagai pendorong pengembangan
ekonomi daerah dengan indikator :
1) persentase pertumbuhan investasi lokal, dalam negeri dan asing;
persentase pengurusan pelayanan perijinan tepat waktu dan
2) jumlah layanan perizinan yang sudah on-line.
Misi ketiga : Mewujudkan pengelolaan infrastruktur strategis secara
profesional, agar memiliki daya dukung yang kokoh untuk menyokong
produktivitas masyarakat, kemajuan wilayah, serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Misi ini bertujuan mewujudkan infrastruktur
daerah yang mantap dengan indikator : persentase kondisi mantap jalan;
ketersediaan sumber air baku pertanian; dan jumlah sarana perhubungan
khususnya untuk bidang pertanian. Untuk mencapai tujuan tersebut,
sasaran yang akan dicapai adalah :
a. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana jalan,
jembatan dan irigasi dengan indikator :
1) persentase jalan kabupaten dan poros strategis, dan lingkungan
dalam kondisi baik;
2) persentase jembatan dalam kondisi baik;
3) persentase cakupan irigasi teknis.
154 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021
BAB V


b. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana perhubungan dengan
indikator :
1) kecukupan terminal dan halte;
2) menurunnya angka kecelakaan;
3) tersedianya layanan angkutan umum dan halte khusus pertanian.
Misi keempat : Membangun pertanian sebagai pengembangan model
berbasis ekonomi kerakyatan yang berdaya saing tangguh. Misi ini
bertujuan mewujudkan sektor pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan yang mantap dan berdaya saing dengan indikator : persentase
pertumbuhan sektor pertanian, Nilai Tukar Petani (NTP) dan persentase
peningkatan produktivitas pertanian, perkebunan, peternakan dan
perikanan organik. Untuk mencapai tujuan tersebut sasaran yang akan
dicapai adalah :
a. Meningkatnya ketahanan pangan daerah, dengan indikator :
peningkatan volume PDRB sektor pertanian, perkebunan,
peternakan dan perikanan;
1) Score pola pangan harapan;
2) persentase lahan pertanian pangan berkelanjutan;
3) kualitas gizi pangan daerah; ketersediaan bahan pangan pokok
daerah.
b. Terwujudnya sentra pertanian, perkebunan, peternakan dan
perikanan organik dengan indikator :
1) persentase penggunaan pupuk organik, persentase luas lahan
pertanian dan perkebunan organik,
2) persentase produktifitas peternakan dan perikanan organik.
Misi Kelima : Menata kawasan yang nyaman untuk semua, dengan
ketersediaan ruang publik yang memadai dan berwawasan lingkungan.
Misi ini bertujuan :
1. Mewujudkan kawasan yang nyaman bagi warga masyarakat dengan

indikator : persentase kesesuaian pembangunan dengan dokumen tata

155 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


ruang; dan persentase rumah layak huni sehat. Untuk mencapai tujuan
ini sasaran yang yang akan dicapai adalah :
a. Ketersediaan dokumen tata ruang yang diterbitkan;
1) Persentase rumah tangga pengguna air bersih;
2) Jumlah MCK komunal dan jumlah septictank komunal.
b. Meningkatnya daya dukung lingkungan hidup dengan indikator :
1) Persentase konservasi daerah tangkapan air;
2) Persentase konservasi lahan kritis dan persentase ruang terbuka
hijau
c. Pengembangan sistem mitigasi SDA dan lingkungan dengan
indikator:
1) Kecukupan sarana dan prasarana penanggulangan bencana;
2) Adanya sosialisasi kepada masyarakat terhadap perubahan iklim
dan pemahaman bencana; serta
3) Kecukupan SDM penanggulangan bencana yang bersertifikat.
2. Mewujudkan ketahanan budaya dan religi warga masyarakat dengan

sasaran terjaganya kelestarian nilai-nilai sosial dan budaya lokal


dengan indikator :
1) Jumlah festival seni budaya dan agama; jumlah benda/situs
budaya dan agama yang dilestarikan; jumlah kelompok seni
budaya yang dibina;
2) Jumlah pelanggaran peraturan daerah;
3) Jumlah angka kriminalitas dan
4) Tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilu.
Misi Keenam : Membangun prinsip kemandirian dalam upaya
pemberdayaan masyarakat dan desa miskin, pengangguran serta
perluasan kesempatan kerja, melindungi hak-hak masyarakat. Misi ini
bertujuan :
1. Mengentaskan kemiskinan dan pengangguran melalui pemberdayaan
dan perluasan kesempatan kerja dengan indikator : persentase

156 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


kemiskinan; persentase tingkat pengangguran terbuka dan Gini Rasio.
untuk mencapai tujuan tersebut, sasaran yang akan dicapai adalah :
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat miskin melalui
perluasan lapangan kerja dan peningkatan kesempatan berusaha
dengan indikator :
1) persentase angka pengangguran;
2) rasio angkatan kerja lokal yang terserap;
3) jumlah nilai swadaya masyrakat;
4) persentase pencari kerja yang ditempatkan.
2. Mewujudkan ketahanan sosial masyarakat dalam pencegahan dan
penanganan masalah kesejahteraan sosial dengan sasaran yang ingin
dicapai meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan sosial
utamanya PMKS dengan indikator :
1) persentase penurunan PMKS; dan
2) PMKS yang ditangani.
Misi Ketujuh : Meningkatkan peran aktif Pemerintah Daerah dalam
memajukan sistem pelayanan pendidikan dan kesehatan masyarakat
guna mendorong kualitas SDM yang handal, mempunyai kompetensi
yang cukup, membangun jiwa bangsa melalui pemberdayaan pemuda
dan olahraga yang bertaqwa, berbudaya dan berkepribadian. Tujuan yang
akan dicapai dari misi ini adalah :
1. Mewujudkan pendidikan yang merata dan berkualitas dengan
indikator : rata-rata lama sekolah; angka melek huruf usia 15-55 tahun;
persentase SD/MI; SMP/MTs; dan SMA/MA yang terakreditasi minimal
B. Untuk mencapai tujuan tersebut sasaran yang akan dicapai adalah :
a. Terwujudnya akses pendidikan yang berkualitas bagi seluruh
warga, dengan indikator :
1) APK dan APM PAUD, SD/Mi, SMP/MTs, dan SMA/MA;
2) persentase angka putus sekolah SMP/MTs dan SMA/MA.
b. Tersedianya SDM tenaga pendidik dan kependidikan yang merata
dan berkualitas dengan Indikator :
157 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021
BAB V


1) Rasio Guru terhadap murid untuk jenjang SD/MI;
2) Rasio guru terhadap murid untuk jenjang SMP/MTs;
3) Rasio Guru terhadap murid untuk jenjang SMA/MA;
4) persentase tenaga kependidikan yang memenuhi standar
kualifikasi;
5) persen guru yang telah tersertifikasi;
c. Tersedianya sarana pendidikan yang berkualitas dengan indikator :
1) Rasio kecukupan ruang kelas terhadap rombongan belajar
untuk jenjang SD/MI; SMP/MTs; dan SMA/MA;
2) jumlah ruang kelas dalam kondisi baik untuk jenjang SD/MI;
SMP/MTs; dan SMA/MA.;
3) jumlah perpustakaan sekolah;
4) jumlah perpustakaan kecamatan;
5) jumlah kunjungan perpustakaan; dan
6) rata-rata jumlah judul buku yang dimiliki
2. Mewujudkan layanan kesehatan yang merata dan berkualitas dengan
indikator : Angka Harapan Hidup dan IKM RSUD. Untuk mencapai
tujuan tersebut, sasaran yang akan dicapai adalah :
a. Terwujudnya pemerataan dan mutu dan pelayanan kesehatan,
dengan indikator :
1) jumlah kecamatan yang memiliki minimal satu PUSKESMAS
terakreditasi;
2) dan persentase KK Miskin yang telah memiliki asuransi
kesehatan.
b. Meningkatnya ketersediaan tenaga medis, para medis dan tenaga
kesehatan yang berkualitas dengan indikator :
1) Rasio dokter umum, Dokter gigi, Bidan, Mantri kesehatan
2) Rasio Apoteker terhadap jumlah penduduk;
c. Meningkatnya kesadaran kesehatan masyarakat dan pengendalian
penyakit menular dengan Indikator :

158 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


1) Angka kematian ibu, angka kematian bayi per 100.000
kelahiran;
2) prevalesi kekurangan gizi pada anak, prevalensi TB, HIV dan
penyakit menular lainnya.
d. Peningkatan kualitas layanan RSUD dengan indikator :
1) persentase kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap;
2) rasio kecukupan tenaga medis;
3) BOR, TOI, ALOS, NDR dan CRR.
3. Mewujudkan pemberdayaan perempuan, pemuda dan pelindungan
akan dan Manula serta pemantapan KB dengan indikator : Indeks
Gender; jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak;
jumlah organisasi kepemudaan dan jumlah prestasi cabang olahraga.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sasaran yang akan dicapai adalah :
a. Terwujudnya pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan
Manula dengan indikator : persentase Posyandu Balita, Manula
aktif; persentase KB aktif; dan jumlah organisasi perempuan (PKK).
b. Meningkatnya pembinaan pemuda dan olahraga dengan indikator
: persentase karang taruna aktif, jumlah cabang olahraga yang
dibina, jumlah kelompok seni budaya yang dibinda, jumlah even
pemuda yang diselenggarakanl dan jumlah sarana olahraga.

159 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


Tabel 5.1
Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Kabupaten Ponorogo

Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius


Tujuan Indikator Taget Sasaran Indikator Sasaran Target KET.
Tujuan Kondisi Kondisi Kondisi 2016 2017 2018 2019 2020 Kondisi
Awal Akhir Awal Akhir
Membentuk budaya keteladanan pemimpin yang efektif, guna mengembangkan manajemen pemerintahan daerah yang amanah, tanggap, dan berkemampuan andal dalam memecahkan masalah.

Mewujudkan Indeks 77,51 81 Terwujudnya Indeks Kepuasan 77,51 76,03 77 78 79 80 81
tata kelola Reformasi aparatur Masyarakat
pemerintahan Birokrasi pemerintahan
daerah. yang profesional
dan didukung
organisasi SKPD
yang sesuai
kebutuhan
86% 95% Aparatur sipil 86% 86% 88% 90% 91% 93% 95%
negara (ASN) yang
sesuai dengan
kompetensi
45 55 Terwujudnya Perangkat Daerah 45% 45% 47% 49% 51% 53% 55%
kelembagaan yang
dan tata laksana memanfaatkan dan
pemerintahan terhubung E-
daerah yang Goverment untuk
efektif dan mendukung inovasi
efisien pelayanan publik
10% 100% Instansi yang 10% 10% 30% 50% 70% 80% 100%
mengelola arsip
secara baku;

100% 100% Raperda yang 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

160 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


Tujuan Indikator Taget Sasaran Indikator Sasaran Target KET.
Tujuan Kondisi Kondisi Kondisi 2016 2017 2018 2019 2020 Kondisi
Awal Akhir Awal Akhir
menjadi Perda;
2,5 3 Maturitas SPIP 2,5 2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 3
Pemerintah Daerah

116 130 PAKET Cakupan 116 Paket 116 Paket 130 Paket 130 Paket 130 Paket 130 Paket 130 Paket
PAKET pengadaan barang
dan jasa melalui
LPSE;
cc b Nilai/Skor SAKIP cc cc cc cc b b b
Kabupaten;
T ST Status Kinerja LPPD T T T T ST ST ST
Kabupaten
11,28% 10,86% Meningkatnya Penerimaan 11,28% 11,28% 11,16% 11,04% 10,92% 10,80% 10,68%
kemandirian Pendapatan Asli
keuangan Daerah terhadap
daerah yang total pendapatan
didasari oleh
transparansi dan
akuntabilitas,
6,02% 6,40% Peningkatan 6,02% 6,02% 6,10% 6,17% 6,25% 6,32% 6,40%
Pendapat Asli
Daerah
WTP WTP Opini atas Audit WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP
BPK
95% 95% Terwujudnya Rata-rata 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95%
tata kelola penyerapan dana
pemerintahan desa
desa yang baik
90% 90% Desa yang 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90%
melaksanakan
laporan sesuai
dengan tata

161 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


Tujuan Indikator Taget Sasaran Indikator Sasaran Target KET.
Tujuan Kondisi Kondisi Kondisi 2016 2017 2018 2019 2020 Kondisi
Awal Akhir Awal Akhir
peraturan
perundangan yang
berlaku

25% 505 Usulan 25% 25% 30% 35% 40% 45% 50%
MUSRENBANG
Desa dan
Kecamatan yang
terakomodir dalam
KUA PPAS
60% 75% Desa yang memiliki 60% 60% 63% 66% 69% 72% 75%
RPJMDes yang
sinkron dengan
RPJMD Kabupaten.
91% 100% Terwujudnya Penduduk yang 91% 91% 95% 100% 100% 100% 100%
pelayanan memiliki KTP
administrasi elektronik;
kependudukan
dan catatan sipil
yang prima
100% 100% Keluarga yang 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
memiliki Kartu
Keluarga;
68% 100% Penduduk diatas 15 68% 68% 73% 83% 93% 100% 100%
tahun yang
memiliki akta lahir.
Mengelola sumber daya daerah menjadi lebih berdayaguna, unggul, produktif, berkelanjutan serta bermanfaat luas secara ekonomi dan sosial melalui investasi, industri, perdagangan, dan pengembangan
pariwisata sebagai lokomotif penggerak perekonomian daerah

Mewujudkan Persentase 2,00% 4,00% Meningkatnya Pertumbuhan 2,0% 2,0% 2,4% 3,0% 3,4% 3,8% 4,0%
perekonomian pertumbuhan jumlah dan daya usaha mikro dan
daerah yang UMK saing sektor kecil;

162 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


Tujuan Indikator Taget Sasaran Indikator Sasaran Target KET.
Tujuan Kondisi Kondisi Kondisi 2016 2017 2018 2019 2020 Kondisi
Awal Akhir Awal Akhir
tanggung UMKM dan
berbasis Koperasi
potensi berbasis potensi
daerah daerah

1% 4% Peningkatan 1% 1,5% 2% 2,5% 3% 3,5% 4,00%
koperasi aktif
Desa yang memiliki 35% 35% 40,0% 65,0% 85,0% 95,0% 100%
BUMDes;

Nilai investasi 1.463.90 1.563.90 Meningkatnya Peningkatan 1.463.909 1.563.909. 1.663.909. 1.763..909. 1.863.909. 1.965.909. 2.063.909.
PMDN 9.736.54 9.736.54 volume industri jumlah Industri .736.548 736.548 736.548 736.548 736.548 736.548 736.548
8 8 dan Kecil dan
perdagangan Menengah;

13,35% 14,60% Kontribusi sektor 13,35% 13,35% 13,60% 13,85% 14,10% 14,35% 14,60%
perdagangan
terhadap PDRB;
6,75% 7,50% Kontribusi sektor 6,75% 6,75% 6,90% 7,05% 7,20% 7,35% 7,50%
industri terhadap
PDRB
8 15 Optimalisasi Destinasi wisata; 8 8 8 10 10 15 15
sektor
pariwisata
daerah
1.963.90 4.463.90 Peningkatan Nilai investasi 1.963.909 1.963.909. 2.463.909. 2.963.909. 3.463.909. 3.963.909. 4.463.909.
9.736.54 9.736.54 iklim investasi PMDN; .736.548 736.548 736.548 736.548 736.548 736.548 736.548
8 8 sebagai
pendorong
pengembangan
ekonomi daerah
90% 100% Pengurusan ijin 90% 90% 95% 100% 100% 100% 100%

163 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


Tujuan Indikator Taget Sasaran Indikator Sasaran Target KET.
Tujuan Kondisi Kondisi Kondisi 2016 2017 2018 2019 2020 Kondisi
Awal Akhir Awal Akhir
tepat waktu

Mewujudkan pengelolaan infrastruktur strategis secara profesional, agar memiliki daya dukung yang kokoh untuk menyokong produktivitas masyarakat, kemajuan wilayah, serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat

Mewujudkan Persentase 59,64% 89,64% Meningkatnya Peningkatan 59,64% 59,64% 65,64% 71,64% 77,64% 83,64% 89,64%
infrastruktur peningkatan kuantitas dan panjang jalan desa
daerah yang panjang jalan kualitas sarana dan poros strategis
mantap desa dan dan prasarana dalam kondisi baik;
poros jalan, jembatan
strategis dan irigasi
dalam kondisi
baik
51,31% 91,31% Jalan kabupaten 51,31% 51,31% 59,31% 67,31% 75,31% 83,31% 91,31%
dalam kondisi baik;
91,64% 96,34% Jembatan 91,64% 91,64% 92,58% 93,52% 94,46% 95,40% 96,34%
kabupaten dalam
kondisi baik;
83,38% 83,65% Saluran irigasi 83,38% 83,38% 83,43% 83,49% 83,54% 83,60% 83,65%
dalam kondisi baik
48,67% 51,03% Meningkatnya Kecukupan 48,67% 48,67% 49,16% 49,65% 50,12% 50,58% 51,03%
kuantitas dan angkutan umum
kualitas sarana yang layak;
perhubungan
0 30,00% Angkutan umum 0 0 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00%
khusus pertanian
0 30,00% Halte pertanian. 0 0 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00%

Membangun Pertanian, sebagai pengembangan model berbasis ekonomi kerakyatan yang berdaya saing tangguh.

Mewujudkan Persentase 0,5% 2,5% Meningkatnya Peningkatan PDRB 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 2,5%
sektor peningkatan ketahanan sektor pertanian;

164 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


Tujuan Indikator Taget Sasaran Indikator Sasaran Target KET.
Tujuan Kondisi Kondisi Kondisi 2016 2017 2018 2019 2020 Kondisi
Awal Akhir Awal Akhir
pertanian, PDRB sektor pangan daerah
perkebunan, pertanian
peternakan
perikanan
yang mantap
dan berdaya
saing
Nilai Tukar 105,11 107,85 Score pola pangan 79,5 79,5 80 81,5 82 83 84
Petani (NTP) harapan;
25.000 25.000 Luas lahan 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
pertanian pangan
berkelanjutan
105,11 107,85 Nilai Tukar Petani 105,11 105,11 105,6 106,21 106,84 107,25 107,85
50,00 100 Terwujudnya Luas lahan 50,00 70,00 75,00 80,00 85,00 90,00 100
sentra pertanian organik
pertanian, (Ha)
perkebunan,
peternakan dan
perikanan
organik
Menata kawasan yang nyaman untuk semua, dengan ketersediaan ruang publik yang memadai dan berwawasan lingkungan

Mewujudkan Indeks 20% 100% Meningkatkan Jumlah PKLp yang 20% 20% 40% 60% 80% 100% 100%
kawasan yang Kualitas akses memiliki RDTRK
nyaman bagi Lingkungan masyarakat
warga Hidup terhadap
masyarakat pemukiman
sehat
78,85% 79,27% Rumah layak huni 78,85% 78,85% 78,93% 79,02% 79,10% 79,19% 79,27%
67,28 70 Meningkatnya Indeks Kualitas 67,28 67,28 67,824 68,368 68,912 69,456 70
daya dukung Lingkungan Hidup;
lingkungan

165 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


Tujuan Indikator Taget Sasaran Indikator Sasaran Target KET.
Tujuan Kondisi Kondisi Kondisi 2016 2017 2018 2019 2020 Kondisi
Awal Akhir Awal Akhir
hidup
70 95 Industri/perusahaa 70 70 75 80 85 90 95
n/ Badan/ yang
menyusun AMDAL
0 100% Terjaganya Pendidikan dasar 0 20% 40% 60% 80% 100% 100%
kelestarian nilai- yang menerapkan
nilai sosial dan local wisdom;
budaya lokal
49 54 Even seni, budaya 49 49 50 51 52 53 54
dan religi daerah
yang
diselenggarakan
0 1 Berdirinya sarana 0 0 0 0 1 1 1
seni budaya
(museum reog).
Membangun prinsip kemandirian dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan desa miskin, pengangguran serta perluasan kesempatan kerja dan melindungi hak - hak masyarakat yang berlandaskan penegakan
hukum yang berkeadilan

Mengentaska Penurunan 11,46% 10,70% Meningkatkan Penurunan 11,46% 11,25% 11,05% 11,00% 10,95% 10,86% 10,70%
n kemiskinan kemiskinan pemberdayaan kemiskinan;
dan masyarakat
pengangguran miskin melalui
melalui perluasan
pemberdayaa lapangan kerja
n dan dan peningkatan
perluasan kesempatan
kesempatan berusaha
kerja
Tingkat 3,22 3,82 Angka 3,22% 3,83% 3,78% 3,85% 3,71% 3,84% 3,82%
pengangguran pengangguran
terbuka terbuka
Indeks Gini 0,30 0,25 Indeks Gini 0,30 0,29 0,28 0,28 0,27 0,26 0,25

166 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


Tujuan Indikator Taget Sasaran Indikator Sasaran Target KET.
Tujuan Kondisi Kondisi Kondisi 2016 2017 2018 2019 2020 Kondisi
Awal Akhir Awal Akhir
Mewujudkan Jumlah PMKS 231.501 203.720 Meningkatkan Jumlah PMKS 231.501 231.501 225.944 220.388 214.832 209.276 203.720
ketahanan kualitas dan
sosial jangkauan
masyarakat pelayanan sosial
dalam utamanya PMKS
pencegahan
dan
penanganan
masalah
kesejahteraan
sosial
Meningkatnya 0 0 Meningkatnya Konflik sosial yang 0 0 0 0 0 0 0
rasa aman dan harmoni sosial ditangani.
toleransi
dalam
masyarakat
Meningkatkan peran aktif Pemda dalam memajukan sistem pelayanan pendidikan dan kesehatan masyarakat, guna mendorong kualitas SDM yang handal, mempunyai kompentensi yang cukup, membangun jiwa
bangsa melalui pemberdayaan pemuda dan olah raga yang bertaqwa, berbudaya dan berkepribadian

Mewujudkan Rata-rata 7,15 9,00 Terwujudnya Rata-rata lama 7,15 7,15 7,50 7,85 8,25 8,60 9,00
pendidikan lama sekolah akses sekolah;
yang merata pendidikan yang
dan berkualitas bagi
berkualitas seluruh warga
Angka melek 92.86% 95.36% Angka Melek 92.86% 92.86% 93.36% 93.86% 94.36% 94.86% 95.36%
huruf Huruf;

25.000 33.000 Angka partisipasi 25.000 25.000 26.600 28.200 29.800 31.400 33.000
PAUD
105,31 106,64 APK SD/Mi 105,31 105,31 105,58% 105,84% 106,10% 106,37% 106,64
94,39 95,24 APM SD/Mi 94,39 94,39 94,56 94,73 94,90 95,07 95,24
103,94 105,24 APK SMP 103,94 103,94 104,20 104,46 104,72 104,98 105,24

167 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


Tujuan Indikator Taget Sasaran Indikator Sasaran Target KET.
Tujuan Kondisi Kondisi Kondisi 2016 2017 2018 2019 2020 Kondisi
Awal Akhir Awal Akhir
83,98 86,17 APM SMP 83,98 83,98 84,42 84,86 85,29 85,73 86,17
1:10 1:10 Tersedianya Rasio guru 1:10 1:10 1:10 1:10 1:10 1:10 1:10
tenaga pendidik terhadap murid
dan untuk jenjang
kependidikan SD/MI;
yang merata dan
berkualitas
01:28,6 1:25 Rasio guru 01:28,6 01:28,6 1 :27,66 1 :27,16 1 : 26,66 1 :26,16 1:25
terhadap murid
untuk jenjang
SMP/MTs;

59,85% 68,85% Guru SD/MI yang 59,85% 59,85% 60,85% 61,85% 63,85% 65,85% 68,85%
telah tersertifikasi;

53,47% 62,37% Guru SMP/MTs 53,47% 53,47% 54,57% 55,67% 57,67% 59,67% 62,37%
yang telah
tersertifikasi
88,50% 90% SD terakreditasi B 88,50% 88,50% 88,75% 89,00% 89,25% 89,50% 90%
82% 85% SMP terakreditasi 82% 82% 82,50% 83,00% 83,50% 84,00% 85%
B;

15.500 15.625 Tersedianya Kunjungan 15.500 15.500 15.525 15.550 15.575 15.600 15.625
sarana dan perpustakaan
prasarana
pendidikan yang
berkualitas
Mewujudkan Angka 1:28.000 1:28.000 Terwujudnya Rasio kecukupan 1:28.000 1:28.000 1:28.000 1:28.000 1:28.000 1:28.000 1:28.000
layanan Harapan pemerataan dan Puskesmas
kesehatan Hidup mutu dan terhadap jumlah
yang merata pelayanan penduduk;
dan kesehatan

168 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


Tujuan Indikator Taget Sasaran Indikator Sasaran Target KET.
Tujuan Kondisi Kondisi Kondisi 2016 2017 2018 2019 2020 Kondisi
Awal Akhir Awal Akhir
berkualitas
30% 100% Puskesmas 30% 30% 44,00% 58,00% 72,00% 86,00% 100%
terakreditasi;
100% 100% KK miskin yang 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
dilindungi asuransi
kesehatan
41 41 Meningkatnya Rasio Dokter 41 41 41 41 41 41 41
ketersediaan umum terhadap
tenaga medis, jumlah penduduk
para medis dan (/100.000)

tenaga
kesehatan yang
berkualitas
10 10 Rasio Dokter gigi 10 10 10 10 10 10 10
terhadap jumlah
penduduk
(/100.000)

1: 2.247 1: 2.247 Rasio Bidan 1: 2.247 1: 2.247 1: 2.247 1: 2.247 1: 2.247 1: 2.247 1: 2.247
terhadap jumlah
penduduk
97,19 96,89 Meningkatnya Angka kematian 97,19 97,19 97.09 96.99 96.89 96.89 96,89
derajat status ibu
kesehatan
masyarakat
25,61 23 Angka kematian 25,61 25,61 24.74 23.87 23 23 23
bayi
91,50% 94% Imunisasi dasar 91,50% 91,50% 92,00% 92,50% 93,00% 93,50% 94%
lengkap pada
BALITA.
153.494 195.092 Peningkatan Kunjungan pasien 153.494 153.494 161.169 169.227 177.689 186.573 195.092
kualitas layanan rawat jalan;

169 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


Tujuan Indikator Taget Sasaran Indikator Sasaran Target KET.
Tujuan Kondisi Kondisi Kondisi 2016 2017 2018 2019 2020 Kondisi
Awal Akhir Awal Akhir
RSUD
62 70 Bed Room 62 62 64 66 68 70 70
Ocupancy Rate
(BOR).
Mewujudkan Partisipasi 3% 6% Meningkatkan Partisipasi 3% 3% 3,60% 4,20% 4,80% 5,40% 6%
pemberdayaa perempuan pelaksanaan perempuan
n perempuan, dilembaga pengarustamaan dilembaga
pemuda dan pemerintahan gender dan pemerintahan;
pelindungan pemberdayaan
akan dan perempuan
Manula serta diberbagai
pemantapan bidang
KB pembangunan
Kasus 100% 100% Persentase 67% 67% 73,60% 80,20% 86,80% 93,40% 100%
tindakan organisasi/lembaga
kekerasan wanita dibina.
terhadap
perempuan
dan anak
yang
ditangani.
100% 100% Meningkatnya Kasus kekerasan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
perlindungan terhadap
perempuan dan perempuan dan
anak dari anak yang
berbagai tindak ditangani.
kekerasan,
2% 3% Meningkatnya Pemuda 2% 2% 2,2% 2,4% 2,6% 2,8% 3%
pembinaan berprestasi tingkat
pemuda dan Provinsi/Nasional.
olahraga dengan
indikator

170 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V

171 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB V


BAB VI

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN


Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan yang
komprehensif untuk mencapai tujuan dan sasaran RPJMD Kabupaten Ponorogo
Tahun 2016 – 2021 dengan efektif dan efisien. Dengan pendekatan yang
komprehensif, strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan
tranformasi, reformasi, dan perbaikan kinerja birokrasi sehingga pembangunan
daerah sebagaimana yang telah direncanakan dapat terwujud.
Strategi merupakan langkah-langkah yang berisikan program-program
indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi menjadi salah satu rujukan
penting dalam perencanaan pembangunan daerah (strategy focussed-
management). Sedangkan arah kebijakan adalah pedoman untuk mengarahkan
rumusan strategi yang dipilih agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan
sasaran dari waktu kewaktu selama 5 (lima) tahun. Rumusan arah kebijakan
merasionalkan pilihan strategi agar memiliki fokus dan sesuai dengan pengaturan
pelaksanaannya.
Berikut strategi dan arah kebijakan Kabupaten Ponorogo dalam upaya
mencapai Visi, Misi, tujuan dan sasaran serta target kinerja RPJMD dengan
efektif dan efisien selama 5 (lima) tahun ke depan.

6.1. Strategi
Strategi yang dirumuskan dalam perencanaan pembangunan
menunjukkan keinginan yang kuat dari pemerintah daerah dalam menciptakan
nilai tambah (value added) bagi para pemangku kepentingan pembangunan
daerah. Penetapan strategi dilakukan untuk menjawab bagaimana tahap-tahap
pencapaian sasaran-sasaran pembangunan dengan batas waktu tertentu. Sebuah
strategi dapat dilakukan untuk menjawab lebih dari 1 (satu) sasaran

171 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB VI



pembangunan dengan mempertimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi
pencapaian target sasaran.

Strategi umum yang digunakan dalam rangka mencapai visi, dan


mewujudkan misi, tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Ponorogo tahun
2016-2021 adalah sebagai berikut:
Pertama, meningkatkan kualitas dan kapasitas kinerja Pemerintah Daerah agar
mampu menjalankan kewajiban konstitusionalnya, yaitu memberikan
perlindungan dan pelayanan, sehingga terwujud tata pemerintahan yang baik.
Tata pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang diperkuat dengan
keteladanan pemimpin, dikelola secara transparan, dapat dipercaya, partisipatif
dan senantiasa berjalan di atas prinsip-prinsip demokrasi. Pemerintahan yang
baik akan memunculkan kepercayaan dari rakyat sehingga mampu membangun
kemitraan yang luas dan dapat menopang pembangunan. Kondisi ini akan
menjadi modal dasar bagi terciptanya pembangunan yang mensejahterakan
masyarakat serta akselerasi pencapaian tujuan-tujuan pembangunan secara
keseluruhan
Kedua, meningkatkan kualitas dan kapasitas infrastruktur. Ketersediaan
infrastruktur yang memadai dan handal menjadi faktor utama dalam mendorong
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan infrastruktur jalan akan
memperlancar arus barang dan jasa yang dapat mendongkrak perekonomian
masyarakat. Penyediaan infrastruktur kesehatan dan pendidikan akan
mendorong peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia dan kemandirian
masyarakat. Pengembangan pemukiman dan lingkungan sehat dapat
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
Ketiga, meningkatkan dan memantapkan pertanian yang diharapkan mampu
sebagai penyumbang utama pertumbuhan perekonomian daerah yang berdaya
saing dan tangguh. Selain itu Strategi ini dilakukan untuk mempercepat
peningkatan kesejahteraan masyarakat Ponorogo yang mayoritas adalah petani.
Salah satu upayanya adalah dengan melakukan pengembangan pertanian
organik secara bertahap terhadap produk-produk pertanian yang menjadi

172 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB VI



unggulan Kabupaten Ponorogo, sehingga diharapkan memberikan nilai tambah
dan peningkatan daya saing bagi petani Kabupaten Ponorogo terhadap petani
pada wilayah Kabupaten sekitar. Juga tidak kalah pentingnya didalam usaha
peningkatan produksi pertanian yaitu upaya menciptakan pengelolaan sumber
daya air yang efiien dan merata. Untuk itu diperlukan penyesuaian kelembagaan
baik untuk kelembagaan pemerintah, swasta maupun petani dalam pengelolaan
air.
Pada tingkat petani , dipandang penting untuk mengembangkan kapasitas
asosiasi pemakai air menjadi suatu organisasi yang mampu berperan ganda,
bukan hanya sebagai pengelola jaringan irigasi tetapi juga kegiatan usaha
ekonomi. Pengalokasian sumberdaya air efisien dan merata juga ditentukan oleh
keberhasilan kinerja lembaga pengelola air ditingkat jaringan (distribusi) dan
tingkat sungai (alokasi), Dengan demikian , kelembagaan yang perlu mendapat
perhatian adalah kelembagaan Panitia Irigasi, Panitia Tata Pengaturan Air dan
Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA).
Strategi umum tersebut diturunkan dalam beberapa strategi yang secara
spesifik dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan sasaran berdasarkan misi
pembangunan jangka menengah Kabupaten Ponorogo.

6.2. Arah Kebijakan
Arah kebijakan merupakan instrumen perencanaan yang memberikan
panduan kepada pemerintah daerah agar lebih terarah dalam menentukan
pencapaian tujuan. Arah kebijakan pembangunan jangka menengah daerah
merupakan pedoman untuk menentukan tahapan dan prioritas pembangunan
lima tahunan guna mencapai sasaran RPJMD secara bertahap. Tahapan dan
prioritas yang ditetapkan harus mencerminkan urgensi permasalahan dan isu
strategis yang hendak diselesaikan dengan memerhatikan pengaturan waktu.
Meski penekanan prioritas pada setiap tahapan berbeda-beda, namun memiliki
kesinambungan dari satu periode ke periode lainnya dalam rangka mencapai
sasaran tahapan lima tahunan dalam RPJMD.

173 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB VI



Disamping itu, arah kebijakan juga dimaksudkan untuk memberikan
jawaban atas permasalahan dan isu-isu strategis pembangunan kewilayahan.
Analisis permasalahan dan isu-isu strategis kewilayahan akan menjadi basis
utama rumusan arah kebijakan pembangunan kewilayahan untuk memberikan
prioritas terkait pemerataan pembangunan dan penciptaan daerah-daerah
unggulan. Untuk selanjutnya, fokus kebijakan kewilayahan harus dipedomani
bersama seluruh PD yang terlibat di dalamnya.
Rumusan arah kebijakan ini berfungsi untuk merasionalkan pilihan
strategi agar memiliki fokus dan tujuan sesuai dengan pengaturan
pelaksanaannya. Penekanan fokus atau tema dalam setiap tahun selama 5 (lima)
tahun memiliki kesinambungan dalam rangka mencapai visi, misi, tujuan, dan
sasaran yang telah ditetapkan. Fokus atau tema pembangunan Kabupaten
Ponorogo dapat dilihat pada Gambar 6.1. sebagai berikut:

Gambar 6.1.
Fokus/Tema Pembangunan Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2021

















174 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB VI



6.2.1 Arah Kebijakan Tahunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Arah kebijakan merupakan keputusan dari stakeholders sebagai pedoman


untuk mengarahkan perumusan strategi yang dipilih agar selaras dalam
mencapai tujuan dan sasaran pada setiap tahapan selama kurun waktu lima
tahun.
Secara keseluruhan Strategi, arah dan kebijakan kabupaten Ponorogo
berdasarkan fokus tema pembangunan tahun 2016-2021 dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:

175 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB VI

144 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB VI




Tabel 6.1
Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo

VISI : PONOROGO LEBIH MAJU, BERBUDAYA DAN RELIGIUS
MISI I : Membentuk budaya keteladanan pemimpin yang efektif, guna mengembangkan manajemen pemerintahan daerah yang amanah,
tanggap dan berkemampuan andal dalam memecahkan masalah

TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
Tujuan 1 : Mewujudkan tata kelola 1.1 Terwujudnya aparatur 1.1.1 Peningkatan 1.1.1.1 Meningkatkan
pemerintah daerah yang . pemerintahan yang profesionalisme kapasitas aparatur
baik profesional dan didukung aparatur dan pemerintahan
organisasi SKPD sesuai pemantapan melalui pendidikan
kebutuhan pengelolaan manajemen dan pelatihan yang
kepegawaian yang disesuaikan dengan
mengacu pada kebutuhan unit
kebutuhan pelayanan kerja
prima
1.1.1.2. Meningkatkan
layanan administrasi
kepegawaian yang
transparan, cepat,
tepat dan akuntabel
1.1.2 Pemantapan 1.1.2.1 Mengembangkan
. pengelolaan manajemen sistem
kepegawaian yang pengangkatan,
mengacu pada penempatan dan
kebutuhan pelayanan mutasi berdasarkan
prima merit sistem

176 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB VI



TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
1.2 Terwujudnya kelembagaan 1.2.1 Pemantapan struktur 1.2.1.1 Pemantapan
. dan tata laksana organisasi dan tata kelembagaan sesuai

pemerintahan daerah yang kelola pemerintahan dengan kebutuhan
efektif dan efisien daerah dan peningkatan yang didasarkan
sistem pengawasan dan peraturan
pengendalian internal perundangan yang
berlaku
1.2.2 Peningkatan sistem 1.2.2.1 Meningkatkan
pengawasan dan pembinaan dalam
pengendalian internal rangka
pengendalian

internal
1.3 Meningkatnya kemandirian 1.3.1 Peningkatan 1.3.1.1 Meningkatkan
. keuangan daerah yang pendapatan daerah dan kualitas kebijakan
didasari oleh transparansi peningkatan efektifitas pengembangan
dan akuntabilitas dan efisiensi belanja pendapatan daerah
daerah
1.3.1.2 Meningkatkan
koordinasi dengan
pemerintah pusat dan
provinsi dalam rangka
meningkatkan
pendapatan daerah
1.3.2 Peningkatan efektifitas 1.3.2.1 Melaksanakan
dan efisiensi belanja perencanaan
daerah penganggaran
berbasis kinerja

177 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB VI



TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
1.3.2.2 Melaksanakan
pengendalian belanja
sesuai dengan
perencanaan
1.4 Terwujudnya tata kelola 1.4.1 Peningkatan kualitas 1.4.1.1 Meningkatkan
. pemerintahan desa yang baik penyelenggaraan kapasitas aparatur
pemerintahan desa pemerintahan desa
1.4.1.2 Meningkatkan
partisipasi masyarakat
dalam pembangunan
desa
1.4.1.3 Meningkatkan
sinkronisasi
perencanaan dan
penganggaran
pembangunan desa
dengan kabupaten
1.5 Terwujudnya pelayanan 1.5.1 Peningkatan kualitas 1.5.1.1 Meningkatkan
. administrasi kependudukan pelayanan administrasi pelayanan
dan catatan sipil yang prima publik yang prima administrasi
kependudukan dan
catatan sipil yang
sesuai dengan
pelayanan prima

178 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB VI

MISI II : Mengelola sumber daya daerah menjadi lebih berdayaguna, unggul, Produktif dan berkelanjutan serta bermanfaat luas secara
ekonomi dan sosial melalui investasi, industri, perdagangan dan pengembangan pariwisata sebagai lokomotif penggerak
perekonomian daerah

TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
Tujuan I : Mewujudkan 1.1 Meningkatkan jumlah dan 1.1.1 Peningkatan potensi 1.1.1.1 Menumbuhkemban
perekonomian daerah daya saing sektor UMKM dan kerakyatan berbasis gkan jiwa
yang tangguh berbasis Koperasi berbasis potensi potensi lokal kewirausahaan
potensi daerah daerah dikalangan
masyarakat
1.1.1.2 Meningkatkan
pembinaan koperasi
dan lembaga
keuangan mikro
1.2 Meningkatkan volume 1.2.1 Mengoptimalkan kapasitas 1.2.1.1 Meningkatkan
industri dan perdagangan industri yang ada dan pembinaan dan
mengembangkan potensi produk-produk
baru melalui industry kecil yang
pengembangan produk
ada
unggulan daerah
1.2.2 Peningkatan sarana dan 1.2.2.1 Optimalisasi dan
prasarana perdagangan pengadaan sarana
prasarana
perdagangan
1.3 Optimalisasi sektor 1.3.1 Mengoptimalkan 1.3.1.1 Mengembangkan dan
pariwisata daerah potensi pariwisata membangun pusat-
daerah pusat wisata unggulan
dengan membuka

179 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB VI



TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
peluang kerjasama
dengan swasta

1.3.1.2 Meningkatkan
pemasaran dan
jaringan pariwisata
serta kerjasama
antar daerah dan
asosiasi terkait
1.4 Peningkatan iklim investasi 1.4.1 Peningkatan kualitas 1.4.1.1 Peningkatan
sebagai pendorong layanan perijinan dan pelayanan bidang
pengembangan ekonomi modal/investasi penanaman modal
daerah yang handal
1.4.1.2 Peningkatan
kuantitas dan
kualitas promosi
potensi penanaman
modal daerah

MISI III : Mewujudkan pengelolaan infrastruktur strategis secara profesional agar memiliki daya dukung yang kokoh untuk menyokong
produktifitas masyarakat, kemajuan wilayah, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat

TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
Tujuan I : Mewujudkan 1.1 Meningkatnya kualitas dan 1.1.1 Meningkatkan 1.1.1.1 Pemerataan
infrastruktur daerah yang kuantitas sarana dan infrastruktur jalan dan pembangunan
mantap prasarana jalan ,jembatan jembatan infrastruktur jalan
dan irigasi dan jembatan yang
berkualitas

180 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB VI



TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
1.1.1.2 Percepatan
penanggulangan
kerusakan infrastruktur
jalan dan jembatan
1.1.2 Meningkatkan kualitas 1.1.2.1 Peningkatan dan
dan kuantitas saluran pengembangan
irigasi saluran irigasi teknis
1.2 Meningkatnya kualitas dan 1.2.1 Memantapkan sarana 1.2.1.1 Pemenuhan fasilitas
kuantitas sarana dan prasarana kelengkapan jalan
perhubungan perhubungan
1.2.1.2 Meningkatkan
sarana dan
prasarana
pelayanan angkutan
umum

MISI IV : Membangun pertanian sebagai pengembangan model berbasis ekonomi kerakyatan yang berdayasaing tangguh

TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
Tujuan I : Mewujudkan sektor 1.1 Meningkatkan ketahanan 1.1.1 Meningkatkan ekonomi 1.1.1.1 Peningkatan
pertanian , perkebunan, pangan daerah berbasis pertanian ketersediaan
peternakan perikanan unggulan, perkebunan, pangan daerah
yang mantap dan kehutanan serta
berdaya saing perikanan
1.1.1.2 Peningkatan kualitas
konsumsi pangan
dan gizi masyarakat

181 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB VI



TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
1.1.1.3 Peningkatan
produksi pertanian,
peternakan,
perkebunan,
kehutanan dan
perikanan
1.2 Terwujudnya sentra 1.2.1 Meningkatkan produk- 1.2.1.1 Peningkatan lahan
pertanian dan perkebunan produk pertanian, pertanian,
organik perkebunan dan perkebunan dan
perikanan organik perikanan organik
1.2.1.2 Peningkatan
pemanfaatan pupuk
organik

MISI V : Menata kawasan yang nyaman untuk semua, dengan persediaan ruang publik yang memadai dan berwawasan lingkungan

TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
Tujuan I : Mewujudkan kawasan 1.1 Meningkatkan akses 1.1.1 Peningkatan kualitas dan 1.1.1.1 Optimalisasi
yang nyaman bagi warga masyarakat terhadap kuantitas sarana dan perencanaan,
masyarakat pemukiman sehat prasarana wilayah pemanfaatan dan
pengendalian tata
ruang
1.1.1.2 Meningkatkan akses
masyarakat
terhadap air bersih
1.1.1.3 Meningkatkan akses
masyarakat
terhadap sanitasi

182 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB VI



TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
1.1.1.4 Meningkatkan
kesadaran
masyarakat tentang
rumah sehat
1.2 Meningkatkan daya dukung 1.2.1 Peningkatan kelestarian 1.2.1.1 Meningkatnya
lingkungan hidup lingkungan hidup daerah resapan
1.2.1.2 Berkurangnya lahan
kritis
1.2.1.3 Meningkatnya
pengendalian
pencemaran dan
perusakan
lingkungan hidup
Tujuan : Mewujudkan ketahanan 1.3 Terjaganya kelestarian nilai- 1.3.1 Memberdayakan 1.3.1.1 Peningkatan
II budaya dan religi warga nilai sosial dan budaya lokal potensi seni dan budaya pengembangan seni
masyarakat daerah dan pelestarian
budaya daerah

MISI VI : Membangun prinsip kemandirian dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan desa miskin, pengangguran serta perluasan
kesempatan kerja dan melindungi hak-hak masyarakat yang berlandaskan pada penegakan okum yang berkeadilan

TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
Tujuan I : Mengentaskan 1.1 Meningkatnya 1.1.1 Mendorong terciptanya 1.1.1.1 Pemberdayaan
kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat kesempatan berusaha masyarakat miskin
pengangguran melalui miskin melalui perluasan untuk menumbuhkan
pemberdayaan dan lapangan kerja dan usaha ekonomi
produktif
perluasan kesempatan kesempatan berusaha
kerja

183 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB VI



TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
: 1.1.2 Mendorong terciptanya 1.1.2.1 Meningkatkan
lapangan kerja kesempatan kerja
serta mendorong
mobilitas tenaga kerja
pada sektor ekonomi
berbasis lokal
1.1.2.2 Meningkatkan upaya
perlindungan
ketenagakerjaan
Tujuan II : Mewujudkan ketahanan 2.1 Meningkatnya hormoni sosial 2.1.1 Meningkatkan peran 2.1.1.1 Meningkatkan
sosial masyarakat dalam masyarakat dalam toleransi dan
pencegahan dan mewujudkan suasana kerukunan antar umat
penanganan masalah yang kondusif beragama
kesejahteraan sosial
2.2 Meningkatnya peran serta 2.2.1 Meningkatkan peran 2.2.1.1 Meningkatkan
masyarakat dalam pemilu serta masyarakat dalam kesadaran masyarakat
kegiatan terhadap politik dan
politik/demokrasi hukum

MISI VII : Meningkatkan peran aktif pemerintah daerah dalam memajukan sistem pelayanan pendidikan dan kesehatan masyarakat guna
mendorong kualitas SDM yang handal, mempunyai kompetensi yang cukup membangun jiwa bangsa melalui pemberdayaan
pemuda dan olah raga yang bertagwa , berbudaya dan berkepribadian

TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
Tujuan I : Mewujudkan pendidikan 1.1 Terwujudnya akses 1.1.1 Peningkatan akses 1.1.1.1 Meningkatkan
yang merata dan pendidikan yang berkualitas layanan pendidikan anak pendidikan anak
berkualitas bagi seluruh warga usia dini dan pendidikan usia dini (PAUD)
dasar

184 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB VI



TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
1.1.1.2 Pemenuhan hak
pendidikan WAJAR
Dikdas (9 tahun) dan
rintisan Wajar 12 tahun
1.1.1.3 Meningkatkan
ketersediaan sarana
dan prasaran
pendidikan dasar dan
menengah dalam
jumlah dan kualitas
yang memadai
1.2 Tersedianya SDM tenaga 1.2.1 Peningkatan kualitas 1.2.1.1 Pemerataan dan
pendidik dan kependidikan yang tenaga pendidik dan peningkatan mutu
berkualitas dan merata kependidikan tenaga pendidik
1.3 Tersedianya sarana dan 1.3.1 Peningkatan jumlah 1.3.1.1 Optimalisasi fungsi
prasarana pendidikan yang perpustakaan/ruang baca perpustakaan
berkualitas
1.3.2 Peningkatan jumlah 1.3.2.1 Meningkatkan fungsi
laboratorium sekolah laboratorium
Tujuan II : Mewujudkan layanan 2.1 Terwujudnya pemerataan dan 2.1.1 Pemerataan dan 2.1.1.1 Meningkatkan sarana
kesehatan yang merata mutu pelayanan kesehatan peningkatan akses dan prasarana fasilitas
dan berkualitas pelayanan kesehatan dasar kesehatan dasar
2.1.1.2 Perluasan jaminan
kesehatan bagi
keluarga miskin
2.2 Meningkatnya ketersediaan 2.2.1 Peningkatan kualitas 2.2.1.1 Meningkatkan
tenaga medis paramedis, dan pelayanan kesehatan ketersediaan,
tenaga kesehatan yang penyebaran dan mutu
berkualitas dan merata sumber Daya Manusia
kesehatan

185 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB VI



TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
2.3 Meningkatnya derajat / 2.3.1 Peningkatan upaya 2.3.1.1 Meningkatkan akses
status Kesehatan masyarakat kesehatan masyarakat kesehatan ibu, bayi
preventif dan promotif dan manula
melalui peningkatan
layanan kesehatan yang
berkualitas
2.3.1.2 Meniingkatkan
kewaspadaan
terhadap pencegahan
dan penanggulangan
penyakit menular
2.4 Peningkatan kualitas layanan 2.4.1 Peningkatan layanan 2.4.1.1 Meningkatkan
RSUD pada RSUD yang kualitas pelayanan
berkualitas kesehatan RSUD
Tujuan III : Mewujudkan 3.1 Terwujudnya pemberdayaan 3.1.1 Meningkatkan kapasitas 3.1.1.1 Menguatkan
pemberdayaan perempuan, perempuan, perlindungan pelayanan KB, dan kelembagaan
pemuda dan pelindungan anak, manula dan KB kesehatan reproduksi organisasi
akan dan manula serta serta manula perempuan, anak dan
pemantapan KB manula
3.2 Meningkatnya pembinaan 3.2.1 Peningkatan kapasitas 3.2.1.1 Peningkatan
pemuda dan olah raga pemuda, prestasi dan pembinaan pemuda
sarana olah raga dan olahraga melalui
organisasi pemuda
dan karang taruna

186 RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016-2021


BAB VI



BAB VII

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Pencapaian indikator target kinerja visi dan misi pada sasaran


pembangunan jangka menengah daerah memerlukan strategi-strategi sebagai
sarana untuk mendapatkan gambaran tentang program prioritas. Sedangkan
untuk mendapatkan “sekumpulan” program prioritas yang inheren pada setiap
strategi dibutuhkan kebijakan umum yang relevan dengan tujuan pembangunan.
Program-program prioritas pada masing-masing strategi disebut sebagai
program pembangunan daerah yang menggambarkan capaian secara langsung
terhadap sasaran pembangunan Kabupaten Ponorogo.
Perumusan kebijakan umum merupakan penjabaran dari strategi yang
diterjemahkan ke dalam rencana program-program prioritas pembangunan.
Kebijakan umum memberikan arah perumusan rencana program prioritas
pembangunan agar selaras dengan strategi dan sasaran pembangunan jangka
menengah. Selain itu, kebijakan umum harus disertai kerangka pengeluaran
jangka menengah daerah dan menjadi pedoman bagi SKPD dalam menyusun
program dan kegiatan pada Rencana Strategis (Renstra) SKPD masing-masing.
Program pembangunan merupakan bentuk instrumen kebijakan berupa
program prioritas yang memuat satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh
SKPD atau masyarakat. Pelaksanaan program-program pembangunan daerah
bertujuan untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan daerah sesuai
dengan visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih. Dalam rangka pencapaian
visi, misi, tujuan, dan sasaran pembangunan yang berpedoman kepada strategi
dan kebijakan umum yang telah ditetapkan sebelumnya, maka disusunlah
program-program pembangunan Kabupaten Ponorogo tahun 2016 sampai
dengan 2021.

187
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB VII
7.1. Kebijakan Umum
Dalam kerangka mewujudkan harmonisasi pembangunan wilayah maka
dilakukan dengan mengintegrasikan arah kebijakan spasial dengan kebijakan
sektoral. Arah kebijakan spasial Pemerintah Daerah Kabupaten Ponorogo
mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo nomor 2 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ponorogo Tahun 2012-2032.
Fokus pembangunan Kabupaten Ponorogo selama kurun waktu lima tahun
(2016-2021) adalah dengan diawali melakukan pembenahan Infrastruktur secara
umum khususnya pada infrastruktur jalan jalan melalui program percepatan
pembangunan jalan-jalan poros desa yang menghubungkan pusat –pusat
ekonomi dan pariwisata dalam mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi
pada daerah-daerah yang cepat tumbuh. Peningkatan pendapatan masyarakat
melalui pertanian organic yang memberikan peluang bagi daerah untuk
memberikan dorongan bagi peningkatan kemandirian dan daya saing daerah
dengan mengupayakan peningkatan sumber daya manusia yang berlandaskan
nilai-nilai agama dan budaya.

7.2. Kebijakan Kewilayahan
Kebijakan pembangunan kewilayahan Kabupaten Ponorogo selama kurun
waktu lima tahun yaitu tahun 2016-2021 adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan dilaksanakan secara merata antar wilayah dengan
memperkecil dikotomi antara kawasan perdesaan dengan perkotaan,
keseimbangan pengembangan wilayah dengan memperhatikan potensi, luas
wilayah dan kearifan lokal masing masing desa dan kelurahan.
2. Peningkatan pembangunan kewilayahan dilaksanakan dengan pembangunan
infrastruktur secara terpadu dan berkesinambungan terutama peningkatan
akses pada daerah/ desa/dusun yang berada di pinggiran dan pegunungan
yang termarjinalkan akibat minim dan buruknya infrastruktur dalam upaya
memacu pertumbuhan wilayah dan menyeimbangkan pertumbuhan
ekonomi wilayah dan mengunrangi disparitas.

188
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB VII
3. Peningkatan ketahanan pangan dengan mempertahankan lahan pertanian
berkelanjutan serta penetapan zona-zona kawasan pertanian organic murni
dan kawasan pertanian sehat sesuai kondisi dan potensi daerah.
4. Kebijakan penanggulangan kemiskinan wilayah dengan cara pengemabngan
kegiatan perekonomian berbasis pertanian di wilayah perdesaan dan
pengembangan seKtor sekunder dan tersier pada daerah-daerah yang
berkembang.
5. Pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, penanggulangan kemiskinan,
mengurangi tingkat pengangguran serta mempercepat perkembangan
wilayah.
6. Peningkatan kerja sama antar daerah dalam pengembangan wilayah agar
terjadi keselarasan dalam pembangunan kawasan perbatasan antar
kabupaten sekitar sesuai kemampuan dan potensi masing –masing daerah.

7.3. Program Pembangunan Daerah
Program prioritas Bupati dan Wakil Bupati ditetapkan sesuai dengan janji
Bupati dan Wakil Bupati selama kampanye Pemilihan Kepala Daerah. Program ini
akan menjadi prioritas pertama dalam pembangunan daerah selama lima tahun
kedepan yang didikung oleh program nomenklatur sebagai bentuk pelayanan
pemerintah kepada masyarakat. Adapun program pembangunan daerah selama
periode lima tahun, tahun 2016-2021 disesuaikan dengan visi dan misi serta
tujuan pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Ponorogo adalah:

Misi 1 : Membentuk budaya keteladanan pemimpin yang efektif, guna


mengembangkan manajemen pemerintahan daerah yang amanah, tanggap
dan berkemampuan andal dalam memecahkan masalah. Misi tersebut
mempunyai program unggulan pemerintah daerah adalah:
1. Peningkatan dan pengembangan pengelolaan pemerintahan yang
transparant dan akuntabel melalui E-Government
2. Pengembangan Unit Layanan Pengadaan

189
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB VII
3. Transparansi penataan personil sesuai dengan kompetensinya secara
transparan.
4. Penegakan disiplin pegawai dengan pola pemberian reward bagi personil
yang berprestasi dan memberikan punishment bagi para pegawai yang
melakukan kesalahan sesuai dengan tingkatannya.
5. Pengembangan dan perluasan zona-zona integritas seperti pencanangan
wilayah bebas korupsi.
6. Penghargaan pembangunan yang berbasis kearifan local di berikan kepada
masyarakat yang berprstasi.
7. Penegakan hukum (Law Enforcement) dengan melakukan penertiban tempat
tempat hiburan dan juga penertiban pemanfaatan penggunaan ruang
terbuka.
8. Peningkatan Sumber Daya Aparatur melalui pendidikan dan pelatihan bagi
aparat pemerintahan, peningkatan kapasitas DPRD dan juga pendidikan dan
pelatihan bagi masyarakat.

Misi 2 : Mengelola sumber daya daerah menjadi lebih berdayaguna, unggul,
Produktif dan berkelanjutan serta bermanfaat luas secara ekonomi dan sosial
melalui investasi, industri, perdagangan dan pengembangan pariwisata sebagai
lokomotif penggerak perekonomian daerah. Misi tersebut mempunyai program
unggulan sebagai berikut:
1. Pengembangan dan penguatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan
membentuk gugus tugas BUMDes untuk membentuk dan memetakan serta
melakukan pendampingan management berbasis potensi desa yang dikelola
dari oleh dan untuk masyarakat.
2. Pengembangan potensi kearifan local melalui pendirian dan pengembangan
UMKM berbasis potensi local dengan konsep “One Village One Product”
untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.
3. Fasilitasi pengelolaan pemasaran produk berbasis pertanian organic dalam
upaya meningkatkan nilai tambah prouk pertanian guna meningkatkan daya
saing daerah.

190
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB VII
4. Pengembangan dan pemasaran distinasi pariwisata yang potensinya cukup
besar dan beragam serta memiliki nilai jual yang cukup tinggi.
5. Pembangunan museum reog sebagai salah satu upaya pelestarian seni
budaya reog
6. Sertifikasi Keahlian Reog dengan melakukan Standarisasi keahlian dan
kompetensi keahlian olah seni reog.
7. Pemberdayaan dan pelestarian keragaman seni dan budaya yang ada di
ponorogo.
8. Revitalisasi tempat-tempat bersejarah untuk melestarikan budaya yang ada

Misi 3 : Mewujudkan pengelolaan infrastruktur strategis secara profesional
agar memiliki daya dukung yang kokoh untuk menyokong produktifitas
masyarakat, kemajuan wilayah, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Program unggulan untuk misi 3 ini adalah :
1. Pemerataan pembangunan infrastruktur jalan yang akan mengurangi
kesenjangan pembangunan antar wilayah (menurunkan disparitas wilayah)
yang akan memacu perkembangan dan pertumbuhan ekonomi secara
ekslusif, meningkatkan keterhubungan antar wilayah, membantu kelancaran
distribusi barang yang akan berdampak pada stabilnya tingkat inflasi barang.
Untuk mendukung program percepatan pembangunan jalan khususnya
jalan-jalan poros desa maka pemerintah daerah mengalokasikan anggaran
setiap tahunnya sebesar Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta ) perdesa
pertahun.
2. Pembangunan infrastruktur pendukung ketahanan pangan dengan
pengembangan saluran irigasi yang meliputi jaringan irigasi tingkat usaha
tani dan juga jaringan irigasi tingkat desa dalam kerangka mendukung
program pertanian organic.
3. Peningkatan kualitas infrastruktur jalan dan jembatan dengan meningkatkan
kualitas perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan baik pengawasan
internal maupun pelibatan seluruh stake holder dalam pengawasan
pelaksanaan pembangunan.

191
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB VII
4. Penangan cepat jalan terhadap jalan - jalan yang mengalami kerusakan
sebagai bentuk respon terhadap pengaduan masyarakat dengan membentuk
gugus mandor jalan sebagai unsur subyek pelaksana reaksi cepat penangan
jalan.
5. Pembangunan Lingkungan Industri Kecil Terpadu sebagai tempat promosi
hasil Industri kecil, pariwisata dan juga pelestarian budaya

Misi 4 : Membangun pertanian sebagai pengembangan model berbasis
ekonomi kerakyatan yang berdayasaing tangguh. Program unggulan pada misi
ke-4 ini adalah:
1. Peningkatan produksi pertanian dengan model pengembangan Pertanian
Organik yang diyakini akan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat
petani sehingga pendapatan petani akan meningkat.
2. Modernisasi alat pertanian menjadi solusi yang tepat sebagai jalan
mengurangi biaya produksi yang saat ini menjadi penyebab rendahnya
tingkat pendapatan petani. Dengan mekanisasi pertanian akan mampu
mengurangi biaya produksi dalam usaha tani di kabupaten Ponorogo.
3. Pemberian stimulant bagi petani berupa bantuan sarana produksi pertanian
yang meliputi pupuk organic dan benih/bibit tanaman organic varietas
unggul yang akan menurunkan biaya langsung yang dikeluarkan oleh petani
dalam menjalankan usaha taninya.
4. Melakukan penelitian dan kajian akademis untuk dasar pijakan dalam
mengambil atau menetapkan kebijakan strategis dalam mensukseskan
pelaksanaan pencapaian visi dan misi pemerintah daerah.

Misi 5 : Menata kawasan yang nyaman untuk semua, dengan ketersediaan
ruang publik yang memadai, berwawasan lingkungan. Program unggulan misi
ke-5 ini sebagai berikut:
1. Peningkatan dan penuntasan Rumah Tidak Layak Huni secara bertahap yang
diperuntukkan bagi warga miskin atau kurang mampu

192
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB VII
2. Penguatan ketahanan pangan masyarakat desa dengan penguatan
karangkitri dengan menfasiltasi pengembangan kemitraan usaha tani serta
pengolahan hasil pertanian khususnya bagi petani yang mempunyai luasan
lahan yang terbatas.
3. Pengembangan rumah sehat dengan memberikan stimulant dan edukasi
bagi warga masyarakat untuk hidup sehat dengan program Jambanisasi
keluarga. Program ini sangat berperan dalaam meningkatkan kesehatan
keluarga dan lingkungan sekitar.
4. Pembentukan dan meningkatkan efektifitas tim reaksi cepat penanganan
bencana alam yang sering terjadi di beberapa daerah yang rawan terjadi
bencana alam.
5. Penanganan kekeringan dengan membangun Geomembran dan sumur
dalam sebagai upaya penyediaan air bersih bagi warga untuk menangani
kekeringan permanen yang setiap tahunnya terjadi.
6. Penataan ruang public dengan pengembangan dan pemanfatan secara benar
terhadap ruang terbuka hijau sebagai paru-paru dan jantung kota.
7. Menjaga kerukunan umat beragama dengan meningkatkan forum kerjasama
lintas agama dalam menjaga silaturahmi antar umat agar dapat hidup
berdampingan, menjaga kondusifitas social dan mampu mendorong
keamanan, kenyamanan dan ketertiban di masyarakat.
8. Meningkatkan perilaku masyarakat sesuai norma-norma agama dengan
menyiapkan regulasi tentang ketaatan menjalankan perintah agama
9. Melaksanakan peningatan hari santri dengan melaksanakan kegiatan festival
agama, MTQ, pengajian akbar dan didukung pameran produk unggulan
daerah.
10. Pemberian stimulant sarana dan prasarana peribadatan termasuk
didalamnya pengelola kegiatan TPQ dengan pemberian honor bagi guru
ngaji disesuaikan kemampuan keuangan daerah.

193
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB VII
Misi 6 : Membangun prinsip kemandirian dalam upaya pemberdayaan
masyarakat dan desa miskin, pengangguran serta perluasan kesempatan kerja
dan melindungi hak-hak masyarakat yang berlandaskan pada penegakan
hukum yang berkeadilan. Adapun program unggulan misi-6 adalah:
1. Feminisme kemiskinan, merupakan program pengentasan kemiskinan
berbasis rumah tangga perempuan, dengan memberikan bantuan tunai
kepada kepala rumah tangga miskin.
2. Perluasan cakupan bantuan khusus siswa miskin (BKSM)
3. Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
4. Perluasan kesempatan kerja dengan pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat petani (Agroindustri) dengan memanfaatkan hasil pertanian dan
tenaga kerja lokal.
5. Pemberian edukasi kepada masyarakat dalam melaksanakan budidaya
pertanian secara umum dan khususnya pertanian organik, serta pelatihan
dalam pengelolaan hasil pertanian, penanganan pasca panen dalam
meningkatkan kemandirian dan daya saingnya.

Misi 7 : Meningkatkan peran aktif Pemda dalam memajukan sistem pelayanan
pendidikan dan kesehatan masyarakat, guna mendorong kualitas SDM yang
handal, mempunyai kompentensi cukup, membangun jiwa bangsa melalui
pemberdayaan pemuda dan olah raga yang bertaqwa, berbudaya dan
berkepribadian. Adapun program unggulan pada misi ke 7 ini adalah:
1. Peningkatan Wajib belajar sembilan tahun dan melaksanakan rintisan wajib
belajar dua belas tahun.
2. Peningkatan dan perluasan cakupan bantuan operasional sekolah dasar,
madrasah diniyah dan pemberian insentif bagi guru ngaji.
3. Pengaturan jam belajar siswa dalam meningkatkan prestasi akademis
maupun non akademis siswa agar siswa dapat belajar secara maksimal.
4. Pengembangan model muatan local sekolah seperti budi pekerti, seni reog
dan juga bahasa jawa.

194
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB VII
5. Percepatan dan perluasan pelayanan kesehatan dengan mengefektifkan pos
pelayanan terpadu (POSYANDU) bagi lansia maupun bagi balita di masing
masing desa dengan memberikan bantuan operasional kegiatan posyandu.
6. Peningkatan penanganan orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) dalam
mendukung pencanangan Ponorogo Bebas Pasung.
7. Penguatan lembaga keagamaan meliputi pondok pesantren, Dinyah dan
organisasi masyarakat keagamaan.
8. Pencegahan penanggulangan Narkoba dengan melakukan penguatan
lembaga yang menangani narkoba dengan mencanangkan gerakan terpadu
penangan dan pemberantasan Narkoba.
9. Pembentukan Forum ajang kreatifitas pemuda agar mempunyai prestasi
dengan meningkatkan daya saing pemuda di kancah regional maupun
nasional.

Berdasarkan janji politik tersebut dan dalam rangka pemenuhnan tugas
pokok dan fungsi pemerintahan, mencapai Visi , Misi Tujuan dan Sasaran RPJMD
dengan prioritas pembangunan seperti tersebut diatas, ditetapkanlah Program -
program indikatif yang didasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2016
adalah sebagai berikut :

195
RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
BAB VII

Tabel 7.1

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN

Misi 1 : Membentuk budaya keteladanan pemimpin yang efektif, guna mengembangkan manajemen pemerintahan daerah yang amanah,
tanggap dan berkemampuan andal memecahkan masalah

Indikator Kondisi Target Perangkat


No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program
program Awal Akhir Daerah
2015 2021
Tujuan : 1. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintah Daerah yang baik

Terwujudnya Peningkatan Meningkatkan Program Laporan hasil 20% 100% Bagian


aparatur profesionalisme kapasitas aparatur pembinaan dan Analisa Jabatan Organisasi
pemerintahan aparatur pemerintah pemerintahan pengembangan dan ABK
yang profesional daerah melalui disesuaikan dengan aparatur
dan didukung Pemantapan kebutuhan unit kerja
Organisasi Reformasi Birokrasi
Perangkat Daerah dan Organisasi
sesuai kebutuhan Pemda dan
Perangkat Daerah
Pemantapan Mengembangkan Program Penempatan ASN 94% 98% Badan
pengelolaan sistem pengangkatan Pembinaan dan yang sesuai Kepegawaian
manajemen dan penempatan Pengembangan dengan Daerah
kepegawaian yang ASN berdasarkan Aparatur kompetensinya
mengacu pada kompetensinya
kebutuhan
pelayanan prima



RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
196 BAB VII

Indikator Kondisi Target Perangkat


No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program
program Awal Akhir Daerah
2015 2021
Terwujudnya Pemantapan Penataan Program Instansi yang 10% 100% Kantor Arsip
kelembagaan dan Struktur organisasi kelembagaan sesuai peningkatan mengelola arsip dan
tata laksana dan tata kelola dengan kebutuhan kapasitas secara baku Dokumen
pemerintahan pemerintahan yang didasarkan kelembagaan tasi
yang efektif dan daerah peraturan pemerintah daerah
efisien perundangan yang
berlaku
Meningkatkan Meningkatkan Peningkatan Jumlah risalah
Sekretariat
Kualitas pelayanan kualitas dukungan Kapasitas Lembaga
Sidang DPRD 15 40 Dewan
kepada pimpinan kinerja dan Perwakilan Rakyat
yang
dan anggota DPRD peningkatan SDM Daerah diterbitkan/diteta
anggota DPRD pkan
Jumlah PERDA
Sekretariat
yang diterbitkan/ 18 28 Dewan
ditetapkan

Peningkatan sistem Meningkatkan Program Maturitas SPIP 2 3 Inspektorat
pengawasan dan pembinaan dalam peningkatan sistem Pemkab
pengendalian rangka pengendalian pengawasan Ponorogo
internal internal internal dan
Kapabilitas APIP 1 3 Inspektorat
pengendalian
(Tingkat Level)
pelaksanaan
kebijakan Kepala
Daerah


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
197 BAB VII

Indikator Kondisi Target Perangkat


No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program
program Awal Akhir Daerah
2015 2021
Program Tindak lanjut 80.00% 90.00% Inspektorat
peningkatan sistem terhadap temuan
pengawasan BPK per tahun
internal dan
pengendalian
pelaksanaan
kebijakan Kepala
Daerah
Tindak lanjut 93% 95% Inspektorat
terhadap temuan
Inspektorat dan
APIP lainnya per
tahun
Program Cakupan 116 130 Bagian
Optimalisasi pengadaan (paket) (paket) Administrasi
pemanfaatan barang/jasa Pembanguna
tehnologi informasi melalui LPSE n
secara elektronik
Program Nilai/Score SAKIP CC B Bagian
peningkatan, Kabupaten Organisasi
pengembangan Nilai
sistem pelaporan Akuntabilitas
capaian kinerja dan Kinerja Instansi
keuangan Pemerintah Kab.
Ponorogo


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
198 BAB VII

Indikator Kondisi Target Perangkat


No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program
program Awal Akhir Daerah
2015 2021
Status Kinerja T ST Bagian
LPPD Kabupaten Administrasi
Pemerintaha
n Umum
Meningkatnya Peningkatan Meningkatkan Program Peningkatan PAD 6.02% 6.40% DPPKAD
kemampuan pendapatan daerah kualitas kebijakan peningkatan dan
daerah dalam pengembangan pengembangan
rangka pendapatan daerah Pengelolaan
membiayai keuangan daerah
belanja daerah
dan pengelolaan
daerah
Penerimaan PAD 11.28% 10.68% DPPKAD
terhadap total

pendapat daerah

Berkurangnya 85% 40% DPPKAD


luas aset tanah
pemda yang
belum
bersertifkat
Program Opini atas audit WTP WTP DPPKAD
peningkatan BPK
pengembangan

sistem pelaporan
capaian kinerja dan
keuangan

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
199 BAB VII

Indikator Kondisi Target Perangkat


No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program
program Awal Akhir Daerah
2015 2021
Terwujudnya tata Meningkatkan Meningkatkan Program Penyerapan dana 100% 100% BAPEMAS
kelola kualitas kapasitas aparatur peningkatan desa PEMDES
pemerintahan penyelenggaraan pemerintahan desa kapasitas aparatur
desa yang baik pemerintahan desa pemerintahan desa
Desa yang 90% 90% BAPEMAS
melaksanakan PEMDES
laporan sesuai
dengan tata
perundang-
undangan yang
berlaku
Meningkatkan Program Usulan 25% 50% BAPPEDA
partisipasi perencanaan Musrenbang desa
masyarakat dalam pembangunan dan kecamatan

pembangunan desa daerah yang terakomodir
dalam RKPD/KUA
PPAS
Meningkatkan Program Desa yang 60% 75% BAPEMAS
sinkronisasi sinkronisasi memiliki PEMDES
perencanaan dan perencanaan dan RPJMDes sinkron

penganggaran penganggaran dengan RPJMD
pembangunan desa pembangunan desa Kabupaten
dengan kabupaten dengan kabupaten
Desa yang 50% 75% BAPEMAS
memiliki RKPDes PEMDES

sinkron dengan
RKPD Kabupaten

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
200 BAB VII

Indikator Kondisi Target Perangkat


No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program
program Awal Akhir Daerah
2015 2021
Desa yang 50% 75% BAPEMAS
memiliki PEMDES
RAPBDes sinkron
dengan RAPBD
Kabupaten
Terwujudnya Peningkatan kualitas Meningkatkan Program penataan Rasio Penduduk
pelayanan pelayanan pelayanan administrasi Ber-eKTP /
administrasi administrasi publik administrasi kependudukan Satuan Penduduk
DISPENDUKC
kependudukan yang prima kependudukan dan wajib e-KTP 90,88% 100%
APIL
dan catatan sipil catatan sipil yang
yang prima sesuai dengan
pelayanan prima
Penduduk Ber DISPENDUKC
Kartu Keluarga 100% 100% APIL

Penduduk yang
memiliki akte DISPENDUKC
61,84% 77,60
kelahiran kurang APIL
dari 18 tahun


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
201 BAB VII

Misi 2 : Mengelola sumber daya daerah menjadi lebih berdayaguna, unggul, produktif, berkelanjutan serta bermanfaat luas secara
ekonomi dan sosial melalui investasi,industri, perdagangan, dan pengembangan pariwisata menjadi lokomotif penggerak perekonomian
daerah

Kondisi Target Perangkat


No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Program
Awal Akhir Daerah
2015 2021
Tujuan 1 : Mewujudkan Perekonomian Daerah yang Tangguh Berbasis Potensi Daerah

1 Meningkatnya Peningkatan ekonomi Menumbuhkembang Program penciptaan Pertumbuhan 1.7% 4.00% Dinas INDAKOP
jumlah dan daya kerakyatan berbasis kan jiwa iklim usaha kecil dan Usaha mikro dan dan UKM
saing sektor UMKM potensi lokal kewirausahaan menengah yang kecil
dan Koperasi dikalangan kondusif
berbasis potensi masyarakat
daerah
Pertumbuhan 5.00% 38.30% Dinas INDAKOP
usaha menengah dan UKM

Desa yang 35% 95% BAPEMAS


memiliki BUMDes PEMDES

Desa yang 5% 40% BAPEMAS


memiliki produk PEMDES
unggulan
Meningkatkan Program peningkatan Peningkatan 1.50% 4.00% Dinas INDAKOP
pembinaan koperasi kualitas kelembagaan koperasi aktif dan UKM
dan lembaga koperasi
keuangan mikro


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
202 BAB VII

Kondisi Target Perangkat


No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Program
Awal Akhir Daerah
2015 2021
Peningkatan 7.00% 42.00% Dinas INDAKOP
KSP/USP kategori dan UKM
sehat

Jumlah modal 495,107, 496,357, Dinas INDAKOP


koperasi dan 411,000 411,000 dan UKM
UMKM (000)

2 Meningkatnya Mengoptimalkan Meningkatkan Program Cakupan bina 3% 18% Dinas INDAKOP


volume industri dan kapasitas industri yang fasilitasi manajemen pengembangan sentra pengrajin dan UKM
perdagangan ada dan pengelolaan & industri kecil dan IKMK (Industri
mengembangkan pemasaran hasil menengah Kecil, Menengah
potensi baru melalui produk unggulan dan Kreatif)
pengembangan produk Daerah
unggulan Daerah

Peningkatan 0.07% 0.47% Dinas INDAKOP


jumlah IKM dan UKM

Jumlah tenaga 10,817 11,353 Dinas INDAKOP


kerja yang dan UKM
terserap IKM dan
Industri kreatif.


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
203 BAB VII

Kondisi Target Perangkat


No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Program
Awal Akhir Daerah
2015 2021
Jumlah bantuan 2,250,00 2,500,00 Dinas INDAKOP
Pemerintah 0,000 0,000 dan UKM
Kepada Koperasi
dan UMKN
Meningkatkan Program penataan Kontribusi sektor 29.73% 30.98% Dinas INDAKOP
fasilitasi industri struktur industri dan perdagangan dan UKM
dalam peningkatan perdagangan terhadap PDRB
daya saing dan
produktivitas

Pertumbuhan 6,662 7,162 Dinas INDAKOP


sektor Industri dan UKM

Kontribusi sektor 13.35% 14.60% Dinas INDAKOP


industri terhadap dan UKM
PDRB industri

Peningkatan sarana Pengembangan dan Program Pasar kategori 5,8% 11,6% Dinas INDAKOP
dan prasarana penataan sarana dan pengembangan sehat dan UKM
perdagangan. prasarana infrastruktur pasar dan
perdagangan distribusi
Kecukupan 84.00% 94.00% Dinas INDAKOP
kios/stand/los dan UKM
pasar


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
204 BAB VII

Kondisi Target Perangkat


No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Program
Awal Akhir Daerah
2015 2021
Tersedianya pasar Tersedia Dinas INDAKOP
khusus produk dan UKM
pertanian,
perkebunan, dan
perikanan organik
Cakupan Bina 0 9.000 Dinas INDAKOP
kelompok dan UKM
pedagang / usaha
informal

3 Optimalisasi sektor Mendayagunakan Mengembangkan Program Destinasi wisata 8 15 DISBUDPAR,


pariwisata daerah potensi pariwisata pusat-pusat wisata pengembangan PEMUDA dan
daerah unggulan dengan destinasi wisata OLAHRAGA
membuka peluang pariwisata
kerjasama dengan
swasta termasuk
pemasaran dan
perluasan jaringan
pariwisata
Program Kunjungan wisata 416,772 531,916 DISBUDPAR,
pengembangan PEMUDA dan
pemasaran pariwisata OLAHRAGA


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
205 BAB VII

Kondisi Target Perangkat


No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Program
Awal Akhir Daerah
2015 2021
4 Peningkatan iklim Peningkatan kualitas Peningkatan program peningkatan Nilai investasi 1,463,90 1,963,90 Kantor
investasi sebagai layanan perijinan dan pelayanan bidang iklim investasi dan PMDN 9,736,54 9,736,54 Pelayanan
pendorong penanaman penanaman modal realisasi investasi ( 8 8 Perijinan
pengembangan modal/investasi yang handal pelayanan perijinan Terpadu
ekonomi daerah dengan konsep HGSL
(Hapus, Gabung,
Sederhanakan,
Limpahkan) berbasis
IT)

Program Peningkatan Pengurusan ijin 90% 100% Kantor


dan Pengembangan tepat waktu Pelayanan
Pengelolaan Perijinan
Keuangan Daerah Terpadu


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
206 BAB VII

Misi 3 : Mewujudkan pengelolaan infrastruktur strategis secara profesional, agar memiliki daya dukung yang kokoh untuk menyokong
produktivitas masyarakat, kemajuan wilayah, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat

Indikator Kondisi Target Perangkat


No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program
Program Awal Akhir Daerah
2015 2021
Tujuan 1 : Mewujudkan Infrastruktur Daerah Yang Mantap

1. Meningkatnya Meningkatkan Percepatan Program Kinerja Penanganan


kualitas dan infrastruktur jalan penanggulangan Pengelolaan Sampah
kuantitas sarana dan jembatan kerusakan Persampahan
infrastruktur jalan 75.31% 79.10% Dinas PU
dan prasarana
jalan, jembatan dan jembatan
dan irigasi
Program rehabilitasi Jalan
pemeliharaan jalan kabupaten
dan jembatan dalam kondisi 53.49% 65.49% DInas PU
(mandor jalan) baik
Jembatan
kabupaten
92.43% 96.34% Dinas PU
dalam kondisi
baik


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
207 BAB VII

Indikator Kondisi Target Perangkat


No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program
Program Awal Akhir Daerah
2015 2021
Jalan desa dan
poros strategis
dalam kondisi
baik
(Meningkatnya 60.29% 63.54% Dinas PU
panjang jalan
desa dan poros
strategis dalam
kondisi baik )
Meningkatkan Peningkatan dan Program Luas irigasi
kuantitas dan pengembangan pengembangan dan dalam kondisi
kualitas saluran saluran irigasi pengelolaan jaringan baik
83.43% 83.65% Dinas PU
irigasi teknis irigasi, rawa dan
jaringan pengairan
lainnya
Cakupan luas
Dinas
lahan beririgasi 29,929 29,929
Pertanian
teknis (Ha)
Area Pertanian Dinas
terkena banjir 11,25% 9.50%
Pertanian
2 Meningkatkan Program Halte
Meningkatnya Memantapkan sarana dan pembangunan
kuantitas dan sarana dan prasarana sarana dan Dinas
0 100%
kualitas sarana prasarana pelayanan prasarana Perhubungan
perhubungan perhubungan angkutan umum perhubungan


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
208 BAB VII

Indikator Kondisi Target Perangkat


No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program
Program Awal Akhir Daerah
2015 2021
Program Jumlah rambu 1488
2000
peningkatan dan dan lampu rambu/
rambu/ Dinas
pengamanan lalu lalulintas /24
30 Trafic Perhubungan
lintas terpasang Trafic
light
light
Program Jumlah uji kir
peningkatan angkutan umum Dinas
2857 2796
pelayanan angkutan Perhubungan

Optimalisasi Perangkat 45 55
pemanfaatan Daerah yang Dinas
teknologi informasi terhubung Perhubungan
dan komunikasi jaringan E-GOV











RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
209 BAB VII

Misi 4 : Membangun Pertanian, sebagai pengembangan model berbasis ekonomi kerakyatan yang berdaya saing tangguh.

Indikator Kondisi Kondisi Perangkat


No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program
Program Awal Akhir Daerah

2015 2021
Tujuan 1 : Mewujudkan Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan yang Mantap dan Berdaya Saing

1. Meningkatnya Meningkatkan Peningkatan Program Ketersediaan 356,457.10 399,927.50 Kantor


ketahanan pangan ekonomi berbasis ketersediaan peningkatan bahan pangan Ketahanan
daerah pertanian unggulan, pangan daerah ketahanan pangan pokok daerah Pangan
perkebunan, (Beras) - Ton
kehutanan serta
perikanan
Ketersediaan 220,144.00 246,990,80 Kantor
bahan pangan Ketahanan
pokok daerah Pangan
(Jagung) (Ton)
Ketersediaan 20,070.90 22,518.60 Kantor
bahan pangan Ketahanan
pokok daerah Pangan
(Kedelai) (Ton)
Ketersediaan 5,949.50 6,675.10 Kantor
bahan pangan Ketahanan
pokok daerah Pangan
(Daging)


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
210 BAB VII

Indikator Kondisi Kondisi Perangkat


No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program
Program Awal Akhir Daerah

2015 2021
Ketersediaan 1,888.70 2,119.00 Kantor
bahan pangan Ketahanan
pokok daerah Pangan
(Telur)
Ketersediaan 1,024.90 1,144.90 Kantor
bahan pangan Ketahanan
pokok daerah Pangan
(Ikan)
Meningkatnya 46 80 Kantor
jumlah lumbung ketahanan
desa pangan
Penurunan 82% 62% Kantor
daerah rawan ketahanan
gizi (kecamatan pangan
bebas rawan
gizi)
NTP 105.11 107.85 BAPPEDA

Peningkatan Program hasil olahan Score Pola 79.5 84 Kantor
kualitas konsumsi bahan pangan Pangan harapan ketahanan
pangan dan gizi pangan
masyarakat
Kualitas gizi 50.00% 57.50% Kantor
pangan daerah Ketahanan
Pangan

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
211 BAB VII

Indikator Kondisi Kondisi Perangkat


No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program
Program Awal Akhir Daerah

2015 2021
Peningkatan Program Produktivitas 63,4 65.7 Dinas
produksi pertanian, peningkatan padi (Ku/Ha) Pertanian
peternakan ketahanan pangan
perkebunan, dan perkebunan
kehutanan dan
perikanan
Produktivitas 69.72 71.7 Dinas
jagung (Ku/Ha) Pertanian

Produktivtas 16.44 18.30 Dinas
Kedelai (Ku/Ha) Pertanian

Produksi padi 434,850 470,248 Dinas
(ton) Pertanian

Produksi jagung 252,559 252,456 Dinas
(ton) Pertanian

Produksi kedelai 16,363 27,935 Dinas
(ton) Pertanian

Luas lahan 70 100 Dinas
pertanian Pertanian
organik (ha)


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
212 BAB VII

Indikator Kondisi Kondisi Perangkat


No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program
Program Awal Akhir Daerah

2015 2021
Peningkatan 20 45 Dinas
penggunaan Pertanian
pupuk organik
Luas lahan
Dinas
Pertanian 25,000 25,000 Pertanian
Pangan
Berkelanjutan
(LP2B)- (Ha)
2. Terwujudnya Meningkatkan Peningkatan lahan Program Produktivitas 5.01 5.08 Dinas
Sentra Pertanian Produk – produk Pertanian, peningkatan tebu (ton/ha) Pertanian
dan Perkebunan Pertanian, Perkebunan dan produksi
Organik Perkebunan dan Perikanan Organik pertanian/perkebun
Perikanan Organik an
Produktivitas 1.06 1.12 Dinas
tembakau Pertanian
(ton/ha)
Produktivitas 0.49 0.54 Dinas
kelapa (ton/ha) Pertanian

Produksi tebu 7015 8375 Dinas
(ton) Pertanian

Produksi 980 1207 Dinas
tembakau (ton) Pertanian


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
213 BAB VII

Indikator Kondisi Kondisi Perangkat


No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program
Program Awal Akhir Daerah

2015 2021
Produksi 5082 9474 Dinas
kelapa(ton) Pertanian

Prorgam Dinas
peningkatan Produksi Daging pertanian
produksi hasil (Kg) 1.528.250 1.757.486
peternakan

Produksi Susu Dinas
(Kg) 2.178.564 2.505.348 pertanian
Dinas
Produksi Telur pertanian
(Kg) 1.663.797 1.913.361

Program produksi 1.700,00 2.244,53 Dinas
pengembangan perikanan pertanian
budidaya perikanan budidaya (Kg)


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
214 BAB VII

Misi 5 : Menata kawasan yang nyaman untuk semua, dengan ketersediaan ruang publik yang memadai, berwawasan lingkungan

No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Kondisi Target Perangkat


Program Awal Akhir Daerah

2015 2021
Tujuan 1 : Mewujudkan Kawasan yang Nyaman Bagi Warga Masyarakat
1. Meningkatkan peningkatan kualitas Optimalisasi Program Kecamatan yang
akses masyarakat dan kuantitas sarana perencanaan, pengendalian dan memiiki RDTRK
terhadap dan prasarana pemanfaatan dan pemanfataan ruang per PKLP 20% 100% Bappeda
pemukiman sehat. wilayah pengendalian tata
ruang
Meningkatkan Program lingkungan Rumah tangga
akses masyarakat sehat perumahan pengguna air
terhadap air bersih bersih 90.47% 91.22% Dinas PU
dan kecukupan
Sanitasi.
Rumah tinggal
dengan sanitasi 65.91% 66.49% Dinas PU
layak
Meningkatkan Rasio rumah
kesadaran layak huni
masyarakat 78.92% 79.27% Dinas PU
tentang rumah
sehat


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
215 BAB VII

No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Kondisi Target Perangkat


Program Awal Akhir Daerah

2015 2021
2. Meningkatnya daya Peningkatan Meningkatnya Program Industri/perusa
dukung lingkungan kelestarian pengendalian pengendalian haan/badan Kantor
hidup lingkungan hidup pencemaran dan pencemaran dan yang menyusun 70 95 Lingkungan
perusakan LH perusakan AMDAL Hidup
lingkungan hidup
Meningkatnya Program Indeks kualitas
pengendalian pengendalian lingkungan Kantor
pencemaran dan pencemaran dan hidup (IKLH) 67.50% 70.50% Lingkungan
perusakan perusakan Hidup
lingkungan hidup lingkungan hidup
Program pencegahan Sosialisasi
dini dan kepada
penanggulangan masyarakat
korban bencana terhadap 3 kali 3 kali BPBD
alam pemahaman
bencana dan
perubahan iklim
Kecukupan
sarana dan
prasarana 100% 100% BPBD
penanggulangan
bencana


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
216 BAB VII

No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Kondisi Target Perangkat


Program Awal Akhir Daerah

2015 2021
3. Terjaganya Memberdayakan Peningkatan Program Jumlah sarana
kelestarian nilai- potensi seni dan pengembangan pengelolaan seni budaya DISBUDPAR,
nilai sosial dan budaya daerah seni dan kekayaan daerah (Terbangunnya 0 1 Pemuda dan
budaya lokal pelestarian budaya Museum Reog) Olahraga
daerah
Jumlah even DISBUDPAR,
seni budaya dan 49 54 Pemuda dan
religi daerah Olahraga
Program jumlah
DISBUDPAR,
pengelolaan kelompok seni
160 280 Pemuda dan
keragaman budaya budaya daerah
Olahraga
aktif


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
217 BAB VII

Misi 6 : Membangun prinsip kemandirian dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan desa miskin, pengangguran serta perluasan
kesempatan kerja, melindungi hak - hak masyarakat

No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Program Kondisi Target Perangkat
Awal Akhir Daerah
2015 2021
Tujuan 1 : Mengentaskan Kemiskinan dan Pengangguran Melalui Pemberdayaan dan Perluasan Kesempatan Kerja

1. Meningkatnya Mendorong Meningkatkan Program Pencari kerja yang


pemberdayaa terciptanya kesempatan kerja peningkatan ditempatkan
n masyarakat lapangan kerja serta mendorong kesempatan kerja
miskin melalui mobilitas tenaga kerja
DINSOS
perluasan pada sektor ekonomi 48.26% 100%
NAKERTRANS
lapangan berbasis lokal
kerja dan
kesempatan
berusaha
Meningkatkan upaya Program Penurunan perkara
perlindungan perlindungan perselisihan hubungan
ketenagakerjaan ketenagakerjaan industrial yang masuk DINSOS
100% 100%
kepengadilan NAKERTRANS
industrial
Meningkatnya Mengembalikan rasa Peningkatan pembinaan Program pelayanan Penurunan PMKS
kualitas dan percaya/kemandirian bagi PMKS melalui dan rehabiitasi
jangkauan diri bagi para PMKS penguatan dan kesejahteraan sosial
DINSOS
pelayanan dan meningkatkan memantapkan lembaga– 2% 2%
NAKERTRANS
sosial kepedulian lembaga penanganan
utamanya masyarakat PMKS/lembaga lainnya
PMKS


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
218 BAB VII

No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Program Kondisi Target Perangkat
Awal Akhir Daerah
2015 2021
Tujuan 2 : Mewujudkan Ketahanan Sosial Masyarakat Dalam Pencegahan dan Penanganan Masalah Kesejahteraan Sosial

1. Meningkatnya Meningkatkan Meningkatkan Program Frekwensi


harmoni sosial peran masyarakat toleransi dan pengembangan penyelenggaraan
dalam mewujudkan kerukunan antar umat wawasan forum antar umat BaKesbang
1 6
suasana yang beragama kebangsaan beragama pol Linmas
kondusif

2. Meningkatnya Meningkatkan Meningkatkan Program Tingkat partisipasi


peran serta peran serta kesadaran masyarakat pendidikan politik Masyarakat dalam 74.72% 77.72%
BaKesbang
masyarakat masyarakat dalam terhadap politik dan masyarakat PEMILU ( Tahun ( Tahun
pol Linmas
dalam Pemilu kegiatan hukum PRESIDEN/DPR/DPD/D 2015 ) 2019 )
politik/demokrasi PRD
Tingkat partisipasi
Masyarakat dalam 74.72% 77.72%
PEMILU Kepala Daerah BaKesbangpol
( Tahun ( Tahun
Linmas
2015 ) 2019 )


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
219 BAB VII

Misi 7 : Meningkatkan peran aktif Pemda dalam memajukan sistem pelayanan pendidikan dan kesehatan masyarakat, guna mendorong
kualitas SDM yang handal, mempunyai kompentensi cukup, membangun jiwa bangsa melalui pemberdayaan pemuda dan olah raga
yang bertaqwa, berbudaya dan berkepribadian

No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Program Kondisi Target Perangkat
Awal Akhir Daerah


2015 2021
Tujuan 1 : Mewujudkan Pedidikan Yang Merata dan Berkualitas

1. Terwujudnya Peningkatan akses Meningkatkan Program Jumlah peserta


akses pendidikan layanan pendidikan Pendidikan Anak pendidikan anak didik PAUD (Angka DINAS
yang berkualitas anak usia dini, dan Usia Dini (PAUD) usia dini (bantuan Partisipasi PAUD) 25.000 33.000
bagi seluruh PENDIDIKAN
pendidikan dasar PAUD)
warga
Pemenuhan hak Rintisan Program APK SD/Mi
penduduk wajib belajar 12
terhadap WAJAR tahun DINAS
105.31% 106.64%
Dikdas (9 tahun) PENDIDIKAN
tuntas dan rintisan
Wajar 12 tahun
APM SD/Mi DINAS
94.50 95.24
PENDIDIKAN
APK SMP/MTs DINAS
103.94% 105.24%
PENDIDIKAN
APM SMP/MTs DINAS
83.98 87.17
PENDIDIKAN


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
220 BAB VII

No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Program Kondisi Target Perangkat
Awal Akhir Daerah


2015 2021
Nilai Rata-rata
ujian nasional DINAS
7.71 7.81
jenjang pendidikan PENDIDIKAN
SD/MI.
Nilai Rata-rata
ujian nasional DINAS
7.14 7.50
jenjang pendidikan PENDIDIKAN
SMP/MTs.
Angka putus
DINAS
Sekolah Jenjang 0.02% 0.01%
PENDIDIKAN
Pendidikan SD/MI
Angka putus
Sekolah Jenjang DINAS
0.28% 0.16%
Pendidikan PENDIDIKAN
SMP/MTs
Siswa miskin yang DiNAS
100% 100%
dibantu (BKSM) PENDIDIKAN
Meningkatkan Ratio kecukupan
ketersediaan sarana ruang kelas terhadap
dan prasarana rombongan belajar
DINAS
pendidikan dasar dan untuk jenjang SD/Mi 1 : 16,5 1 : 15,6
PENDIDIKAN
menengah dalam
jumlah dan kualitas
yang memadai


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
221 BAB VII

No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Program Kondisi Target Perangkat
Awal Akhir Daerah


2015 2021
Ratio kecukupan
ruang kelas
terhadap DINAS
1 : 27,24 1 : 26,20
rombongan belajar PENDIDIKAN
untuk jenjang
SMP/MTs
Ruang kelas dalam
DINAS
kondisi baik untuk 72% 90%
PENDIDIKAN
jenjang SD/Mi
Ruang kelas dalam
DINAS
kondisi baik untuk 84% 95%
PENDIDIKAN
jenjang SMP/MTs
2. Tersedianya Peningkatan Pemerataan dan Program Rasio Guru
SDM tenaga kualitas tenaga peneningkatkan peningkatan mutu terhadap murid
pendidik dan pendidik dan mutu Tenaga pendidik dan perkelas di SD/Mi
DINAS
kependidikan kependidikan pendidik. tenaga 1 : 10 1 : 10
PENDIDIKAN
yang berkuailtas kependidikan serta
dan merata mutu lembaga
pendidikan
Rasio Guru
terhadap murid DINAS
1 : 10,20 1 : 10
perkelas di PENDIDIKAN
SMP/MTs


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
222 BAB VII

No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Program Kondisi Target Perangkat
Awal Akhir Daerah


2015 2021
Tenaga
kependidikan yang
memenuhi standar DINAS
91.45% 95.00%
kualifikasi PENDIDIKAN
pendidikan SD/MI
Tenaga
kependidikan yang
memenuhi standar DINAS
92.50% 96.00%
kualifikasi PENDIDIKAN
pendidikan
SMP/MTs
Guru SD/MI yang
DINAS
telah tersertifikasi 59.85% 68.85%
PENDIDIKAN
profesi
Guru SMP/MTs
yang telah DINAS
53.47% 62.37%
tersertifikasi PENDIDIKAN
profesi
SD/Mi terakreditasi
DINAS
minimal B 88.50% 90%
PENDIDIKAN
SMP/MTs
DINAS
terakreditasi 82% 85%
PENDIDIKAN
minimal B


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
223 BAB VII

No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Program Kondisi Target Perangkat
Awal Akhir Daerah


2015 2021
Guru ngaji yang DINAS
0% 100%
dibantu PENDIDIKAN
Program APK Pendidikan
DINAS
Pendidikan Menengah 85.03% 88.92%
PENDIDIKAN
Menengah
APM Pendidikan DINAS
Menengah 66.56% 69.09%
PENDIDIKAN
Angka Putus
DINAS
Sekolah Pendidikan 0.41% 0.32%
PENDIDIKAN
Menengah
3. Tersedianya Peningkatan Optimalisasi fungsi Program Meningkatnya
Sarana dan Jumlah perpustakaan pengembangan Jumlah kunjungan
Prasarana Perpustakaan/Ruan budaya baca dan perpustakaan
KANTOR
Pendidikan Yang g Baca pembinaan 15.500 15.625
PERPUSDA
Berkualitas perpustakaan

Meningkatnya
Jumlah judul buku KANTOR
yang dimiliki 12.535 13.035
PERPUSDA
perpustakaan


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
224 BAB VII

No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Program Kondisi Target Perangkat
Awal Akhir Daerah


2015 2021
Jumlah ruang baca
(perpustakaan kecil KANTOR
510 585
pada wilayah PERPUSDA
kecamatan
Tujuan 2 : Mewujudkan Layanan Kesehatan Yang Merata dan Berkualitas
1. Terwujudnya Pemerataan dan Meningkatkan Program Rasio cakupan
pemerataan dan Peningkatan akses sarana dan pengadaan, PUSKESMAS
Mutu Pelayanan pelayanan prasarana fasilitas peningkatan dan terhadap
DINAS
Kesehatan kesehatan dasar kesehatan dasar perbaikan sarana penduduk 1:28.000 1:28.000
KESEHATAN
dan prasarana
Puskesmas/PUSTU
dan jaringannya
Puskesmas dalam
DINAS
kondisi baik 30% 95%
KESEHATAN
2. Meningkatnya Peningkatan Meningkatkan Program Puskesmas
ketersediaan kualitas pelayan Ketersediaan, Standarisasi terakreditasi
tenaga medis, kesehatan Penyebaran, dan pelayanan
paramedis dan Mutu Sumber Daya kesehatan DINAS
30% 100%
tenaga Manusia Kesehatan KESEHATAN
kesehatan yang
berkualitas dan
merata


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
225 BAB VII

No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Program Kondisi Target Perangkat
Awal Akhir Daerah


2015 2021
Jumlah Puskesmas
yang memiliki DINAS
minimal sembilan 2 31
KESEHATAN
tenaga kesehatan
Rasio kecukupan
dokter umum DINAS
terhadap jumlah 1:5.000 1:5.000
KESEHATAN
penduduk
Rasio kecukupan
dokter gigi DINAS
terhadap jumlah 1:12.000 1:12.000
KESEHATAN
penduduk
Rasio kecukupan
bidan terhadap DINAS
jumlah penduduk 1: 2.247 1: 2.247
KESEHATAN

Perluasan jaminan Program Jumlah KK Miskin


kesehatan bagi pembiayaan dan yang dilindungi
DINSOS
keluarga miskin jaminan asuransi 100% 100%
NAKERTRANS
pemeliharaan kesehatan(JKN/BPJ
kesehatan. S)


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
226 BAB VII

No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Program Kondisi Target Perangkat
Awal Akhir Daerah


2015 2021
Penduduk miskin
yang asuransi
kesehatannya DINSOS
100% 100%
(BPJS) yang dibantu NAKERTRANS
oleh pemerintah

3. Meningkatnya Peningkatan upaya Meningkatkan Program upaya Angka kematian
derajat/status kesehatan akses kesehatan kesehatan ibu/100.000
kesehatan masyarakat ibu, bayi dan masyarakat kelahiran
masyarakat preventif dan Manula DINAS
91.6 91.6
promotif melalui KESEHATAN
peningkatanan
layanan kesehatan
yang berkualitas
Angka kematian
DINAS
bayi/1.000 14.6 14.6
KESEHATAN
kelahiran
Cakupan KB Aktif
70,38% 71.87% BKB
Program perbaikan Penanganan gizi
gizi masyarakat buruk pada BALITA DINAS
100% 100%
KESEHATAN


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
227 BAB VII

No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Program Kondisi Target Perangkat
Awal Akhir Daerah


2015 2021
Meningkatnya Program Prevalensi
kewaspadaan pencegahan dan TB/100.000
terhadap penanggulangan penduduk 647/100. 647/100. DINAS
pencegahan dan penyakit menular 000 000 KESEHATAN
penanggulangan
penyakit menular
Imunisasi dasar
lengkap pada DINAS
91.50% 94%
BATITA KESEHATAN

Prevalensi HIV
< 0,5% < 0,5%
4. Peningkatan Peningkatan Meningkatkan Program Jumlah kunjungan
kualitas layanan layanan pada RSUD kualitas pelayan pengadaan pasien rawat jalan
RSUD yang berkualitas kesehatan di RSUD peningkatan sarana 153,494 195,092 RSUD
dan prasarana
rumah sakit
Jumlah kunjungan
pasien rawat inap 20,377 26,007 RSUD

BOR
62 70 RSUD
TOI
2 2 RSUD
ALOS
4.68 4.68 RSUD


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
228 BAB VII

No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Program Kondisi Target Perangkat
Awal Akhir Daerah


2015 2021
NDR
30 24 RSUD
CRR
70% 85% RSUD
Rasio kecukupan
tenaga medis RSUD 70% 90% RSUD

IKM RSUD
76 86 RSUD

Tujuan 3 : Mewujudkan Perberdayaan Perempuan, Pemuda dan Perlindungan Akan dan Manula serta Pemantapan KB

1. Terwujudnya Meningkatkan Keteranaan gender Program Partisipasi 8% 30% Kantor


Pemberdayaan pemahaman dan pemberdayaan penguatan perempuan di Pemberdayaan
Perempuan, pemangku perempuan kelembagaan lembaga Perempuan dan
Perlindungan kepentingan dalam pengarusutamaan pemerintah Perlindungan
Anak, Manula pelaksanaan gender dan anak anak
dan KB pengarustamaan
gander,
pemenuhan hak
anak, serta
perlindungan
perempuan dan
anak


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
229 BAB VII

No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Program Kondisi Target Perangkat
Awal Akhir Daerah


2015 2021
Prosentase Kantor
penyelesaian Pemberdayaan
pengaduan kasus Perempuan dan
100% 100%
perempuan dan Perlindungan
anak dari tindak anak
kekerasan
Meningkatkan Program Partisipasi 97% 98% Kantor
koordinasi integrasi peningkatan peran angkatan kerja Pemberdayaan
sinkronisasi dan serta dan perempuan Perempuan dan
sinergi antara kesetaraan gender Perlindungan
pemerintah dan
dalam anak
organisasi dalam
pelaksanaan
pembangunan
pengarusutamaa n Cakupan Kantor
gender, pemenuhan organisasi/ Pemberdayaan
hak anak, serta lembaga wanita 100% 100% Perempuan dan
perlindungan yang dibina Perlindungan
perempuan dan anak anak
Meningkatnya Perlindungan Program Rasio KDRT Kantor
perlindungan perempuan dan peningkatan Pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak kualitas hidup dan Perempuan dan
0.00469% 0.00460 %
anak dari perlindungan Perlindungan
berbagai tindak perempuan di anak
kekerasan daerah


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
230 BAB VII

No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Program Indikator Program Kondisi Target Perangkat
Awal Akhir Daerah


2015 2021
Program keserasian Tenaga kerja Kantor
kebijakan kualitas dibawah umur Pemberdayaan
0.0084
anak dan perempuan 0.0079% Perempuan dan
%
Perlindungan
anak
2. Meningkatnya Peningkatan Peningkatan Program Pemuda
pembinaan kapasitas pemuda, pembinaan peningkatan peran berprestasi tingkat
DISBUDPAR,
pemuda dan prestasi dan sarana Pemuda dan serta kepemudaan provinsi/nasional
2 2 PEMUDA dan
olahraga olahraga Olahraga melalui
OLAHRAGA
organisasi Pemuda
dan karang taruna
Program Organisasi olahraga DISBUDPAR,
pengembangan yang aktif 24 26 PEMUDA dan
kebijakan dan
manajemen olahraga OLAHRAGA
Klub olahraga yang DISBUDPAR,
aktif 520 520 PEMUDA dan
OLAHRAGA
Organisasi olahraga DISBUDPAR,
yang aktif 35 35 PEMUDA dan
OLAHRAGA
Pemuda DISBUDPAR,
Berprestasi yang 120 700 PEMUDA dan
dibina OLAHRAGA


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
231 BAB VII

BAB VIII
INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS
DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

Indikasi rencana program dalam RPJMD Kabupaten Ponorogo 2016-2021


yang terdiri dari program pembangunan daerah yang menunjang secara langsung
pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan program prioritas dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah termasuk pemenuhan pelayanan dasar
kepada masyarakat sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang selanjutnya
dijabarkan dalam Rencana Strategis Perangkat Daerah. Program prioritas untuk
mendukung pencapaian tujuan pembangunan daerah berdasarkan Undang
Undang RI Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah terbagi ke dalam
urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib terdiri dari Urusan Pemerintahan
yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar yang berjumlah 6 (enam) urusan dan
Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar berjumlah
17 (tujuh belas) urusan, dan untuk Urusan Pemerintahan Pilihan berjumlah 8
(delapan) urusan. Sedangkan Urusan Penunjang berjumlah 5 (lima).

8.1. URUSAN WAJIB


A. Urusan Pelayanan Dasar
1. Pendidikan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Pendidikan Anak Usia Dini
Indikator yang akan dicapai yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD
b. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
Indikator yang akan dicapai yaitu Angka Partisipasi Murni (APM)
c. Program Pendidikan Menengah
Indikator yang akan dicapai yaitu Angka Partisipai Kasar (APK)
d. Program Pendidikan Non Formal
Indikator yang akan dicapai yaitu Angka Melek Huruf (AMH) pada usia
15 sampai dengan usia 59 tahun

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


232

BAB VIII

e. Program Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan


Indikator yang akan dicapai yaitu Jumlah guru yang telah memiliki
kualifikasi D4/S1
f. Program Rintisan Wajib Belajar Dua Belas Tahun
g. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan

2. Kesehatan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Indikator yang akan dicapai yaitu Jumlah Ponkesdes, Puskesmas
Pembantu, Puskesmas, Puskesmas Rawat Inap, dan Puskesmas PONED
yang memenuhi standar, Jumlah penderita pasung dibebaskan, Jumlah
Puskesmas yang melakukan pelayanan gangguan Jiwa, Jumlah target
Persalinan Nakes, Jumlah pencapaian target kunjungan bayi, Jumlah
pencapaian target untuk screening remaja, Jumlah target pelayanan KB
aktif
b. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Indikator yang akan dicapai yaitu Prosentase rumah tangga sehat,
Jumlah Posyandu menjadi Taman Posyandu, Jumlah Desa Siaga Aktif ,
Jumlah Posbindu Aktif
c. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Indikator yang akan dicapai yaitu prervalensi balita kurang gizi,
prevalensi Bumil anemia, prevalensi remaja anemia
d. Program Pengembangan Lingkungan Sehat
Indikator yang akan dicapai yaitu prosentase akses masyarakat
memiliki akses terhadap jamban sehat, Prosentase akses masyarakat
memiliki akses terhadap sarana air minum yang memenuhi syarat
kesehatan, mengikuti program kabupaten sehat.
e. Program Kefarmasian, alat Kesehatan dan Pengamanan Makanan
Indikator yang akan dicapai yaitu tersedianya obat program kesehatan
dan bencana, prosentase sediaan farmasi yang memenuhi standar,

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


233

BAB VIII

prosentase sediaan alkes yang memenuhi standar, Puskesmas


melakukan upaya penggunaan obat rasional dan mempunyai Tim
bimdal makanan
f. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
Indikator yang akan dicapai yaitu pengendalian dan pengawasan
internal sesuai standar, Dinkes dan UPT melaksanakan Gerakan Budaya
Kerja, dokumen perencanaan dan anggaran tersusun sesuai standar,
pengelolaan administrasi keuangan sesuai dengan SABA (Sistem
Akuntansi Berbasis Akrual) dan % penduduk yang memiliki JKN
g. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
Indikator yang akan dicapai yaitu % ODHA yang mendapat ART, Angka
keberhasilan pengobatan TB, mempunyai sertifikasi eliminasi malaria,
mempunyai 100% cakupan pelayanan diare, mencapai Case Fatality
Rate peny DBD < 1%, UCI desa, KLB dan bencana skala kabupaten yang
ditangani 2x24 jam
h. Program Peningkatan Kualitas Mutu Pelayanan Kesehatan pada BLUD
Indikator yang akan dicapai yaitu menyelenggarakan pengelolaan
nakes sesuai standar, jumlah RS pemerintah mempunyai dokter
spesialis sesuai standar, Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), Peningkatan Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD)
i. Program pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana Prasarana
Puskesmas/PUSTU dan jaringannya
Indikator yang dicapai Rasio cakupan Puskesmas terhadap penduduk
j. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
Indikator yang dicapai prosentase Puskesmas terakreditasi, jumlah
Puskesmas yang memiliki minimal 9 tenaga kesehatan, rasio
kecukupan dokter umum, dokter gigi, bidan terhadap jumlah
penduduk
k. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
l. Program Upaya Kesehatan Masyarakat

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


234

BAB VIII

m. Program Pengawasan Obat dan Makanan


n. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
o. Program Peningkatan Pelayanan Lansia dan Balita
p. Program Peningkatan Mutu dan Pelayanan Kesehatan
q. Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah
Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru-paru/Rumah Sakit Mata

3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program pembangunan jalan dan jembatan.
Indikator yang akan dicapai yaitu Panjang jalan yang terbangun (Km),
Panjang jembatan yang terbangun (M);
b. Program peningkatan rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan.
Indikator yang akan dicapai yaitu panjang jalan kabupaten dalam
kondisi baik/mantap (Km)
c. Program Konservasi Sumber Daya Air
Indikator yang akan dicapai yaitu Volume resapan air
d. Program Pendayagunaan Sumber Daya Air
Indikator yang akan dicapai yaitu Ketersediaan air baku.
e. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air
Limbah
Indikator yang akan dicapai yaitu Persentase Capaian layanan air
minum, Persentase Capaian layanan air limbah, Persentase Capaian
layanan persembahan di perkotaan dan Persentase Pembangunan
Drainase di perkotaan
f. Program Kinerja Pengelolaan Persampahan
Indikator yang dicapai prosentase penanganan sampah
g. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan
Jaringan Pengairan lainnya
Indikator yang dicapai Prosentase luas irigasi dalam kondisi baik
h. Program Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


235

BAB VIII

i. Program Pengembangan Lingkungan Sehat Perumahan


Indikator yang dicapai prosentase rumah tangga pengguna air bersih,
prosentase rumah tinggal dengan sanitasi yang layak, rasio layak huni
j. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
k. Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong
l. Program Inspeksi Kondisi Jalan dan Jembatan
m. Program Pengendalian Banjir
n. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan/Perkotaan
o. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan
p. Program Pengaturan Jasa Konstruksi
q. Program Pemberdayaan Jasa Konstruksi
r. Program Pengawasan Jasa Konstruksi
s. Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran
t. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
u. Program peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
v. Program peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah
w. Program Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Dokumen
Penyelenggaraan Pemerintah
x. Program Perencanaan Tata Ruang
Indikator yang akan dicapai yaitu Rasio Jumlah RDTR Kawasan Strategis
perkotaan kecamatan
y. Program Pemanfaatan Ruang
Indikator yang akan dicapai yaitu jumlah petunjuk pelaksanaan
pemanfaatan tata ruang
z. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Indikator yang akan dicapai yaitu Presentase kasus mediasi
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang
aa. Program Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
bb. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Talud/Bronjong
cc. Program Tanggap Darurat Jalan dan Jembatan

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


236

BAB VIII

dd. Program Pembangunan Sistem Informasi/Data Base Jalan dan


Jembatan
ee. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan
ff. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku
gg. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau
dan Sumber Daya Lainnya
hh. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

4. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Pengembangan Perumahan
Indikator yang akan dicapai yaitu jumlah kawasan PSU serta jumlah
Rumah Tidak Layak Huni yang Terenovasi
b. Program pembangunan infrastruktur perdesaan
c. Program lingkungan sehat perumahan
d. Program Pengembangan Lingkungan Sehat

5. Ketentraman, Ketertiban Umum dan Pelindungan Masyarakat
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Kadaruratan dan Logistik Penanggulangan Bencana
Indikator yang akan dicapai yaitu Terselenggaranya Pelatihan
Optimalisasi Manajemen Supply Logistic, Sosialisasi Penguatan
Dasawisma dalam Penanggulangan Bencana, Prosentase Dokumen
Rencana Kontijensi ancaman bencana (%), Prosentase Relawan yang
terlatih di daerah rawan bencana (%), Prosentase Desa Tangguh di
daerah rawan bencana (%)
b. Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi penanggulangan Bencana
Indikator yang akan dicapai yaitu Terselenggaranya Workshop
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Bidang Sosial dan Ekonomi (BPBD
Kab./Kota, Instansi terkait), Prosentase Aparatur yang terampil dalam

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


237

BAB VIII

menghitung kerusakan/kerugian pasca bencana (%), Prosentase


dokumen Rencana Pemulihan pasca bencana (%)
c. Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam
Indikator yang akan dicapai yaitu Rapat Koordinasi Fasilitasi PRB,
Bintek Fasilitator Desa Tangguh, Fasilitasi Desa Tangguh Bencana,
Prosentase aparatur yang terampil dalam tanggap darurat bencana
(%), Prosentase peralatan tanggap darurat bencana yang siap
digunakan (%), Prosentase kebutuhan dasar/pokok bagi korban
bencana pada saat tanggap darurat bencana (%)
d. Program Penyusunan Perencanaan, Fasilitasi dan Monev
Penanggulangan Bencana
Indikator yang akan dicapai yaitu Terselenggaranya sistem koordinasi
dan integrasi program BPBD vertical dan horizontal berbasis
kebutuhan dan kondisi lokal, Terbangunnya Pusdalops di BPBD,
Penyusunan Perencanaan, fasilitasi dan monev penanggulangan
bencana, Fasilitasi, monitoring dan evaluasi
e. Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan
Indikator yang akan dicapai yaitu jumlah terbentuknya Forum
Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKMD)
f. Program Penyempurnaan dan Penguatan Kelembagaan Demokrasi
Indikator yang akan dicapai yaitu jumlah Ormas/LSM yang terdaftar
g. Program Perbaikan proses Politik
Indikator yang akan dicapai yaitu Jumlah Kab/Kota yang sudah
melaksanakan etika politik
h. Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama
Indikator yang akan dicapai yaitu jumlah kejadian terkait keagamaan
i. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan
Indikator yang akan dicapai yaitu Persentase penurunan gangguan
terhadap kegiatan pemerintah (Satpol-PP)
j. Program Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak
Kriminal

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


238

BAB VIII

Indikator yang akan dicapai yaitu persentase menurunnya pelanggaran


perda Provinsi Jawa Timur (Satpol-PP)
k. Program Pemberdayaan Masyarakat untuk Menjaga Ketertiban dan
Keamanan
Indikator yang akan dicapai yaitu jumlah Kab/Kota peserta sosialisasi
yang menindaklanjuti kegiatan pemberdayaan masyarakat (bakesbang)
dan jumlah anggota Satlinmas dan Masyarakat yang sigap dan tanggap
dalam pamswakarsa dan penanggulangan bencana (Satpol-PP)
l. Program Peningkatan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Indikator yang akan dicapai yaitu jumlah kejadian terkait
POLEKSOSBUD DAN TIBMAS
m. Program Pendidikan Politik Masyarakat
n. Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan

6. Sosial
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
Indikator yang akan dicapai yaitu meningkatnya prosentase
kemampuan PSKS sebagai mitra pembangunan Kesejahteraan Sosial
dalam penanganan penyandang masalah social, % WKSBM yang
menyelenggarakan Kesejahteraan Sosial kepada masyarakat local
secara lebih optimal, Persentase LKS yang telah terakreditasi dan layak
untuk penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan social, Persentase
PSM yang memperoleh peningkatan kapasitas dan pengetahuan
penyelenggaraan usaha kesejahteraan Sosial PSM, Persentase Karang
Taruna yang memiliki UEP dalam rangka UKS, Persentase PERANGKAT
DAERAH, Generasi Muda dan Lembaga Keswadayaan Masyarakat,
serta PMKS yang Persentase TMP yang terpelihara, Persentase dunia
usaha yang melaksanakan UKS melalui CSR, Persentase TKSK yang
meningkat pemahaman dan peran serta dalam pelayanan terhadap
PMKS, Peningkatan kesejahteraan perintis kemerdekaan

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


239

BAB VIII

b. Program Pemberdayaan Sosial


Indikator yang akan dicapai yaitu Jumlah Keluarga fakir miskin yang
mendapatkan bimbingan social dan bantuan UEP, Jumlah keluarga
muda rentan yang rawan social ekonomi yang memperoleh bimbingan
social & bantuan UEP, Jumlah WRSE pasca rehap mendapatkan
bantuan bimbingan social dan UEP, Menurunnya disparitas wilayah
dan meningkatnya aksessibilitas masyarakat di daerah tertinggal dan
terpencil, Jumlah keluarga fakir miskin yang telah diverifikasi, Jumlah
keluarga miskin yang memperoleh bimbingan UEP, Keluarga miskin
mendapatkan bantuan UEP melalui KUBE Fakmis
c. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
Indikator yang akan dicapai yaitu Persentase menurunnya jumlah
PMKS dan meningkatnya jumlah masyarakat peduli penanganan PMKS
d. Program Bantuan dan Perlindungan Sosial
e. Program Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
f. Program Perencanaan dan Pengembangan Kesejahteraan sosial
g. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT)
dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya
h. Program Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Trauma
i. Program Pembinaan Panti Asuhan/Panti Jompo
j. Program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial (Eks Narapidana,
PSK, Narkoba dan Penyakit Sosial lainnya)
k. Program Pembinaan Lingkungan Sosial
l. Program Pengentasan Kemiskinan
m. Program Penanggulangan Pasca Bencana

B. Urusan Non Pelayanan Dasar
1. Tenaga Kerja
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Peningkatan Kualitas dan Produktifitas Tenaga Kerja

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


240

BAB VIII

Indikator yang akan dicapai yaitu Peningkatan pelatihan kerja,


Peningkatan magang kerja, Persentase Kelulusan Peserta Pelatihan
Kompetensi, Jumlah UPT PK BLK yang bertaraf internasional,
b. Program Perluasan dan Penempatan Kerja
Indikator yang akan dicapai yaitu Penempatan tenaga kerja di sector
formal(AKL, AKAD, AKAN), Pengembangan jejaring informasi lowongan
kerja, Penyelenggaraan Job Fair, Persentase penempatan TKI formal,
Perluasan kesempatan kerja di sector informal, Revitalisasi gedung dan
sarana prasarana.
c. Program Pengembangan Hubungan Industrial dan Syarat Kerja
Indikator yang akan dicapai yaitu Berkurangnya perselisihan hubungan
industrial, Peningkatan syarat kerja, Peningkatan kelembagaan
hubungan industrial,
d. Program Pengawasan Ketenagakerjaan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indikator yang akan dicapai yaitu Peningkatan perusahaan yang
menerapkan norma ketenagakerjaan, Terfasilitasinya lingkungan kerja
yang aman, higienis & nyaman, serta tenaga kerja yang sehat, selamat
& produktif, Persentase pekerja/buruh yang menjadi peserta program
Jamsostek aktif.
e. Program Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan dan
Ketransmigrasian dan Kependudukan
Indikator yang akan dicapai yaitu Jumlah dokumen perencanaan dan
penganggaran, Jumlah sarana data dan informasi, Dokumen evaluasi
dan pelaporan.
f. Program Peningkatan Kesempatan Kerja
g. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenaga Kerjaan

2. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
a. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak
Indikator yang akan dicapai yaitu Persentase kabupaten/Kota yang
membentuk Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender (Pokja –PUG),

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


241

BAB VIII

Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki peraturan perundangan


yang mendukung Pengarusutamaan Gender (PUG) dan
Pengarusutamaan Anak (PUA),
b. Program peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam
pembangunan Indikator yang akan dicapai yaitu partisipasi Perempuan
yang berada di lembaga pemerintah
c. Program keserasian kebijakan peningkatan kualitas anak dan
perempuan
Indikator yang akan dicapai yaitu Jumlah peraturan perundang
undangan terkait perlindungan perempuan dan anak yang diterbitkan
oleh Kabupaten/Kota
d. Program Peningkatan Kualitas Hidup Dan Perlindungan Perempuan
Indikator yang akan dicapai yaitu Prosentase korban kasus KDRT, Non
KDRT dan Traffiking yang melapor, ditangani dan diselesaikan Pusat
Pelayanan Terpadu (PPT)

3. Pangan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
Indikator yang dicapai yaitu Ketersediaan Pangan (Beras, Jagung,
Kedelai, Daging, Telur, Susu, Ikan, Gula), Skor Pola Pangan Harapan
(PPH)
b. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan
Indikator yang dicapai yaitu jumlah tenaga Penyuluh Pertanian yang
tersertifikasi (org)
c. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan)
d. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi
Pertanian/Perkebunan

4. Pertanahan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


242

BAB VIII

a. Program Penataan, Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan


Pemanfaatan Tanah
b. Program Fasilitasi Penyelesaian Konflik – Konflik Pertanahan
c. Program Penyuluhan Hukum Pertanahan
d. Program Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan
e. Program Penyelesaian Masalah Ganti Rugi dan Santunan Tanah
f. Program Penetapan Subyek dan Obyek Redistribusi Tanah
g. Program Perencanaan Penggunaan Tanah
h. Program Inventarisasi Pemanfaatan Tanah
i. Program Pengadaan Tanah

5. Lingkungan hidup
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program peningkatan kualitas dan akses informasi sumberdaya alam
dan lingkungan hidup
b. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam.
Indikator yang akan dicapai yaitu Cakupan konservasi sumber mata air
(titik).
c. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.
Indikator yang akan dicapai yaitu Persentase titik pantau dengan
peningkatan kualitas air, Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan
AMDAL, Persentase penyelesaian kasus LH dengan sanksi administrasi
d. Program Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim.
Indikator yang akan dicapai yaitu Penurunan emisi Gas Rumah Kaca
(GRK) (juta ton eq CO2)
e. Program Reboisasi
f. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
g. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam
h. Program Pengembangan Ekowisata dan Jasa Lingkungan di Kawasan
Konservasi Laut dan Hutan

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


243

BAB VIII

6. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil


Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Penataan Administrasi Kependudukan
b. Program Pelayanan Pencatatan Sipil
c. Program Pelayanan Pendaftaran Penduduk
d. Program Penyusunan Profil Kependudukan Kabupaten

7. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan
Indikator yang dicapai yaitu jumlah komunitas masyarakat yang
mampu mendayagunakan dan memanfaatkan SDA dan TTG
b. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan
Indikator yang dicapai yaitu Persentase Lembaga Ekonomi Desa yang
terfasilitasi pengembangan usahanya, prosentase Jumlah
Desa/Kelurahan Miskin yang terfasilitasi ketersediaan sarana dan
prasarana dasar
c. Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Membangun Desa
Indikator yang dicapai yaitu Persentase Desa atau Kelurahan yang
telah menerapkan sistem manajemen perencanaan partisipatif (SMPP)
d. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan
Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
Indikator yang dicapai yaitu Persentase Lembaga Kemasyarakatan
(LPMD/Kel. dan TP PKK) yang aktif, Persentase Jumlah Desa/Kelurahan
yang sudah memiliki data profil Desa/Kelurahan
e. Program Peningkatan Pemberdayaan Peran Perempuan di Pedesaan
dan Perkotaan
f. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa
g. Program Penyelenggaraan Penataan Desa
h. Program Fasilitasi Kerjasama Antar Desa

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


244

BAB VIII

i. Program Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Administrasi


Pemerintahan Desa
j. Program Pengembangan Potensi Kearifan Lokal

8. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
b. Program Pelayanan Kontrasepsi
c. Program Kesehatan Reproduksi Remaja
d. Program Pembinaan Peran Serta Masyarakat Dalam Pelayanan KB/KR
yang Mandiri
e. Program Pengembangan Bahan Informasi tentang Pengasuhan dan
Pembinaan Tumbuh Kembang Anak
f. Program Penyiapan Tenaga Pendamping Kelompok Bina Keluarga
g. Program Pengembangan Model Operasional BKB/Posyandu/PADU
h. Program Advokasi Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
Pengendalian Penduduk dan KB
i. Program Pendayagunaan Tenaga Penyuluh KB/Petugas Lapangan KB
(PKB/PLKB)

9. Perhubungan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah
Indikator yang akan dicapai yaitu Kegiatan operasional kedinasan
b. Program Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Dokumen
Penyelenggaraan Pemerintahan
Indikator yang akan dicapai yaitu Monitoring dan evaluasi pelaporan
Perangkat Daerah
c. Program Pembangunan Prasarana dan Sarana Perhubungan

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


245

BAB VIII

Indikator yang akan dicapai yaitu Indeks Kepuasan Masyarakat


terhadap pelayanan perhubungan, Pelayanan Angkutan Penumpang
dan Barang
d. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ
Indikator yang akan dicapai yaitu Rata-rata prosentase fasilitas
perlengkapan jalan yang dipelihara dibandingkan fasilitas
perlengkapan jalan terpasang.
e. Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas
Indikator yang akan dicapai yaitu rata-rata prosentase fasilitas
perlengkapan jalan terpasang dibandingkan kebutuhan
f. Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaraan Bermotor
Indikator yang akan dicapai yaitu Jumlah Penyidik PNS Bidang LLAJ
yang mengikuti pembinaan, Jumlah Pengusaha Angkutan yang
mengikuti pembinaan
g. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan

10. Komunikasi dan Informatika
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Program Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana
Pelaksanaan Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Indikator yang akan dicapai yaitu Meningkatkan sinergitas program
kegiatan dan monitoring serta evaluasi kinerja bidang kominfo
b. Program Pengembangan dan Pengelolaan Pemberdayaan TIK
Indikator yang akan dicapai yaitu Meningkatkan ketrampilan
masyarakat terhadap TIK dan pengembangan serta pemanfaatan
aplikasi TIK dalam rangka pengembangan muatan e-government.
c. Program Pembangunan dan PengembanganTeknologi Informatika
Indikator yang akan dicapai yaitu Meningkatkan pengembangan dan
pemanfaatan aplikasi TIK serta kemampuan mengintegrasikan system
informasi dan database dalam mendukukng peningkatan kualitas
pelayanan publik

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


246

BAB VIII

d. Program Pengembangan, Pemeliharaan dan Pengendalian


infrastruktur Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (TIK)
Indikator yang akan dicapai yaitu Meningkatkan infrastruktur TIK yang
menunjang kebutuhan integrasi system informasi dan database
e. Program Pengelolaan Pos dan Telekomunikasi
Indikator yang akan dicapai yaitu Meningkatkan kualitas pelayanan
bidang Pos dan Telekomunikasi.
f. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Komunikasi
Indikator yang akan dicapai yaituMeningkatkan pemberdayaan potensi
dan lembaga komunikasi masyarakat dalam menghadapi globalisasi
dan keterbukaan informasi.
g. Program Peningkatan Kualitas Desiminasi dan Informasi
Indikator yang akan dicapai yaitu Meningkatkan diseminasi informasi
melalui pemberdayaan media informasi
h. Program Peningkatan dan Penguatan Kelembagaan
Indikator yang akan dicapai yaitu Prosentase surat rekomendasi
kelayakan (RK) terhadap surat permintaan rekomendasi
i. Program Kualitas Pelayanan Informasi Media Penyiaran
Indikator yang akan dicapai yaitu prosentase tindak lanjut terhadap
materi penyiaran terhadap jumlah surat pengaduan
j. Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa
k. Program Kerjasama Informasi dengan Mass Media
l. Program Pengelolaan Informasi dan Komunikasi
m. Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi

11. Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil dan menengah yang kondusif.
Indikator yang akan dicapai yaitu Jumlah UMKM yang mendapatkan
legalisasi usaha;

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


247

BAB VIII

b. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif


Usaha Kecil menengah.
Indikator yang akan dicapai yaitu Pertumbuhan Wirausaha Baru (%);
c. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi Usaha Mikro
Kecil Menengah.
Indikator yang akan dicapai yaitu Perputaran modal Kopwan;
d. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi.
Indikator yang akan dicapai yaitu Prosentase koperasi aktif (%);
e. Program pemberdayaan skala mikro.
Indikator yang akan dicapai yaitu Pertumbuhan Omzet Usaha Mikro
yang ada di Sentra (%);
f. Program Peningkatan Manajemen Usaha Koperasi.
Indikator yang akan dicapai yaitu Return SHU Koperasi terhadap
Volume
g. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif
Usaha Kecil dan Menengah

12. Penanaman Modal
Program yang akan dilaksanakan meliputi :
a. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
Indikator yang akan dicapai melalui program ini adalah jumlah minat
investasi PMA dan PMDN berdasarkan ijin prinsip.
b. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisai Investasi
Indikator yang akan dicapai melalui program ini adalah jumlah nilai
realisasi investasi PMA dan PMDN berdasarkan LKPM serta nilai
realisasi investasi PMDN non fasilitas.
c. Program Penyiapan Potensi Sumberdaya, Sarana Dan Prasarana
Daerah
Indikator yang akan dicapai melalui program ini adalah jumlah potensi
dan peluang investasi

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


248

BAB VIII

d. Program Pelayanan Perijinan dan Non Perijinan Secara Terpadu Satu


Pintu Dibidang Penanaman Modal
e. Program Penyusunan Peta Potensi Investasi

13. Kepemudaan dan Olah Raga
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan
Indikator yang akan dicapai yaitu Pesentase jumlah Pemuda
berprestasi yang dibina
b. Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga
Indikator yang akan dicapai yaitu persentase Jumlah Atlet Pelajar
berprestasi yang dibina
c. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga
d. Program Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan
Kecakapan Hidup Pemuda
e. Program Pemberdayaan dan Pengembangan Organisasi Kepemudaan
f. Program Pembinaan dan Pengembangan Organisasi Kepramukaan
g. Program Penyelenggaraan Kejuaraan Olah Raga

14. Statistik
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Statistik dan Pelaporan Perencanaan Pembangunan
b. Program Pengembangan Data Informasi/Statistik Daerah
Indikator yang akan dicapai yaitu Prosentase (%) Jumlah keterisian
data dan informasi kegiatan yang dilaksanakan
c. Program Penyelenggaraan Statistik Sektoral

15. Persandian
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Penyelengaraan Persandian
b. Program Penetapan Pola Hubungan Komunikasi Sandi

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


249

BAB VIII


16. Kebudayaan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Pengembangan Nilai Budaya
Indikator yang akan dicapai adalah Jumlah pelaku budaya, dan
lembaga peduli seni budaya, yang mendapatkan penghargaan
b. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya
Indikator yang akan dicapai adalah Jumlah benda cagar budaya/situs
yang dipelihara dan jumlah koleksi museum yang dikelola
c. Program Pengelolaan Keragaman Budaya
Indikator yang akan dicapai jumlah fasilitas pagelaran, festifal, lomba
karya seni budaya dan pameran

17. Perpustakaan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan
Indikator yang akan dicapai yaitu Indeks Minat dan Budaya Baca, dan
Indeks kepuasan masyarakat
b. Program Pengelolaan Perpustakaan
c. Program Pelestarian Naskah Kuno dan Pengembangan Koleksi Budaya

18. Kearsipan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan
Indikator yamg akan dicapai yaitu Jumlah SDM Pengelola Kearsipan
b. Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen / Arsip Daerah
Indikator yang akan dicapai yaitu Jumlah arsip yang diakuisi, Jumlah
Perangkat Daerah yang telah menerapkan arsip secara baku.
c. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi Kearsipan
Indikator yang akan dicapai yaitu Jumlah Pengguna Informasi
Kearsipan

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


250

BAB VIII

d. Program Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana dan Prasarana Kearsipan


e. Program Pengelolaan Arsip
f. Program Pengelolaan Simpul Jaringan
g. Program Pemusnahan Arsip

8.2. Urusan Pilihan
1. Kelautan dan Perikanan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program peningkatan kapasitas Petani Ikan / Nelayan
Indikator yang akan dicapai yaitu Jumlah kelompok yang terakses
Kelompok Pengembangan Budidaya Perikanan. Indikator yang akan
dicapai yaitu produksi perikanan budidaya (ton)
b. Program Pengembangan Perikanan Tangkap
Indikator yang akan dicapai yaitu Produksi perikanan tangkap (ton)
c. Program Optimalisasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Produksi
Perikanan
Indikator yang akan dicapai yaitu Persentase nilai tambah produk
perikanan
e. Program Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan
f. Program Pengembangan Budi Daya Perikanan

2. Pariwisata
Program yang akan dilaksanakan adalah :
a. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
Indikator yang akan dicapai yaitu Jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara
b. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
Indikator yang akan dicapai yaitu Jumlah penerimaan Devisa dari
pengeluaran wisatawan mancanegara, Kontribusi kepariwisataan
terhadap PDRB Jatim (%), Jumlah tenaga kerja yang sudah dilatih di
sektor formal dan non formal Kepariwisataan.

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


251

BAB VIII

c. Program Pengembangan Sumberdaya Kebudayaan dan Pariwisata


Indikator yang akan dicapai yaitu prosentase kepariwisataan yang aktif.
d. Program Pengembangan Kemitraan

3. Pertanian
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Program Peningkatan Produksi Pertanian
Indikator yang akan dicapai yaitu Produksi padi atau bahan pangan
utama lokal lainnya per hektar.
b. Program Peningkatan Produksi Perkebunan
Indikator yang akan dicapai yaitu Produksi Perkebunan
c. Program Peningkatan Produksi Peternakan
Indikator yang akan dicapai yaitu Produksi hasil peternakan (daging,
susu, telur)
d. Program Pengembangan Agribisnis Pertanian
Indikator yang akan dicapai yaitu persentase ( % ) nilai tambah hasil
pertanian
e. Program Pengembangan Agribisnis Perkebunan
Indikator yang akan dicapai yaitu persentase (%) nilai tambah
komoditas Perkebunan.
f. Program Pengembangan Agribisnis Peternakan
Indikator yang akan dicapai yaitu Persentase (%) nilai tambah hasil
peternakan (daging sapi)
g. Program Peningkatan kapasitas SDM Non Aparatur Pertanian
Indikator yang akan dicapai yaitu Jumlah kelompok petani yang
menerapkan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadi (SLPHT)
Tanaman pangan dan holtikultura.
h. Program Peningkatan Kapasitas SDM Non Aparatur Peternakan
Indikator yang akan dicapai yaitu Jumlah kelompok peternak yang
engalami peningkatan kelas kemampuan kelompok
i. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


252

BAB VIII

j. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan


k. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan
l. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak
m. Program Peningkatan Kualitas Bahan Baku
n. Program Pengembangan Pertanian Organik
o. Program Peningkatan Pendapatan Petani
p. Program Modernisasi Alat Mesin Pertanian
q. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan
r. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan
s. Program Penyediaan Benih/Bibit Ternak dan Hijauan Pakan Ternak
t. Program Pengelolaan Pelayanan Laboratorium, Poskeswan, Rumah
Sakit Hewan dan Rumah Potong Hewan

4. Kehutanan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan
Indikator yang akan dicapai yaitu Produksi Kayu Hutan Negara (m3),
Produksi hasil hutan non kayu, Produksi Getah Pinus (ton), Produksi
Getah Damar (ton), Produksi Daun Kayu Putih (ton), Produksi Porang
(kg), Luas areal hutan rakyat (ha).
b. Program Perlindungan dan Konservasi Hutan
Indikator yang akan dicapai yaitu Penataan batas Blok kawasan hutan
(km), Penggunaan kawasan hutan (pemohon), Luas kebakaran hutan
(ha), Gangguan keamanan hutan (kasus), Kader konservasi dan
pencinta alam (orang).
c. Program Rehabilitasi Sumber Daya Hutan
Indikator yang akan dicapai yaitu luasan Rehabilitasi kawasan hutan
(ha)
d. Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


253

BAB VIII

5. Energi dan Sumber Daya Mineral


Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Inventarisasi, Pemanfaatan dan Pengawasan Energi dan
Ketenagalistrikan
Indikator yang akan dicapai yaitu Rasio ketersediaan listrik (%) dan
Persentase rumah tangga /RT yang menggunakan listrik (%)
b. Program Inventarisasi, Pemanfaatan dan Konservasi serta Pengawasan
Pertambangan Umum / Sumber Daya Mineral dan Migas
Indikator yang akan dicapai yaitu Pertambangan tanpa izin (ha),
Berkurangnya Pertambangan Tanpa Izin / PETI.
c. Program Pengelolaan Air Tanah
Indikator yang akan dicapai yaitu jumlah sumur bor di daerah sulit air
d. Program Pengembangan Sumber Daya Geologi dan Bencana Geologi.
Indikator yang akan dicapai yaitu jumlah rekomendasi kajian
e. Program Pembinaan dan Pengembangan Bidang Ketenagalistrikan

6. Perdagangan
Program yang akan dilaksanakan meliputi
a. Program Peningkatan Export dan Pengendalian Import
Indikator yang akan dicapai melalui program ini adalah nilai export non
migas, volume export, nilai import nonmigas, volume import, Jumlah
IKM yang mendapatkan pembinaan pelayanan pelatihan export.
b. Program Peningkatan Effisiensi Perdagangan Dalam Negeri
Indikator yang akan dicapai yaitu peningkatan volume/nilai
perdagangan dalam negeri (export antar provinsi)
c. Program perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan
Indikator yang akan dicapai yaitu standardisasi alat ukur (jumlah alat
yang di tera/kalibrasi), jumlah alat ukur dan barang kemasan
terbungkus yang diawasi, jumlah sertifikat mutu barang dan kalibrasi
alat ukur yang diterbitkan (sertifikasi) dan Indeks Kepuasan
Masyarakat.

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


254

BAB VIII

d. Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima dan Asongan


e. Program Pemberantasan Barang Kena Cukai Ilegal
f. Program Pemantauan Harga dan stok Barang Kebutuhan Pokok
g. Program Pelaksanaan Operasi Pasar
h. Program Pengawasan Tata Niaga Pupuk dan Pestisida
i. Program Penyelenggaraan Promosi Dagang
j. Program Revitalisasi Pusat Perdagangan

7. Perindustrian
Program yang akan dilaksanakan meliputi :
a. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Indikator yang akan dicapai melalui program ini adalah Jumlah IKM
yang mendapatkan ketrampilan pelatihan dan jumlah IKM yang
mendapatkan fasilitas promosi
b. Program Peningkatan Kapasitas Teknologi Industri
Indikator yang akan dicapai melalui program ini adalah jumlah IKM
yang mendapatkan pelayanan teknis
c. Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Indikator yang akan dicapai melalui program ini adalah jumlah IKM
yang mendapatkan pelatihan, pembinaan dan pendampingan
ketrampilan.
d. Program Peningkatan Standardisasi Industri
Indikator yang akan dicapai melalui program ini adalah jumlah IKM
yang di fasilitasi
e. Program Peningkatan Industri Berbasis Sumber Daya Alam
Indikator yang akan dicapai melalui program ini adalah kontribusi
agroindustri terhadap industry pengolahan dan nilai produksi industri
agro
f. Program Penataan Struktur Industri
g. Program Pembinaan Industri
h. Program Pengembangan Lingkungan Industri Kecil

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


255

BAB VIII


8. Transmigrasi
Program yang akan dilaksanakan sebagai berikut :
a. Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi
b. Program Penataan Pesebaran Penduduk
c. Program Pengembangan Satuan Permukiman

8.3. Urusan Penunjang
Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
meliputi :
1. Perencanaan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Perencanaan Pembangunan Daerah
b. Program Penyusunan Kajian Kebijakan Perencanaan Pembangunan
c. Program Dukungan Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah
d. Program peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi
e. Program Pengembangan Data/Informasi
f. Program Kerjasama Pembangunan
g. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi
h. Program Perencanaan Sosial dan Budaya
i. Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam
j. Program Perencanaan Pembangunan Daerah Rawan Bencana
k. Program Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi
l. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan
m. Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat
Tumbuh
n. Program Perencanaan Pengembangan Kota kota Menengah dan Besar
o. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan
Pembangunan Daerah
p. Program Monitoring dan Evaluasi Bidang Perekonomian
q. Program Monitoring dan Evaluasi Bidang Sosial Budaya

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


256

BAB VIII

r. Program Monitoring dan Evaluasi Bidang Prasarana


s. Program Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah

2. Keuangan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja dan Keuangan
b. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan
Daerah
Indikator yang akan dicapai yaitu Persentase Kenaikan Penerimaan
pendapatan Asli Daerah, Persentase Penurunan Tunggakan (Piutang)
PKB, Peningkatan Nilai IKM, Jumlah KB, Samsat yang melaksanakan
SMM ISO 9001-2008, Rancangan Peraturan Daerah (APBD, PAPBD,
Pertanggungjawaban APBD), Rancangan Peraturan Bupati ttg
Penjabaran APBD, PAPBD, Sertifikasi Aset Daerah.
c. Program Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Kabupaten
d. Program Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Desa
e. Program Peningkatan dan Pengembangan PAD

3. Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Pendidikan Kedinasan
b. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
c. Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur

4. Penelitian dan Pengembangan
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
b. Program Penelitian dan Pengembangan Rencana Pembangunan
c. Program Penelitian dan Pengembangan Pelaksanaan Pembangunan

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


257

BAB VIII

d. Program Penelitian dan Pengembangan Hasil Hasil Pembangunan


e. Program Penelitian dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna
f. Program Kajian Lingkungan Hidup Strategis

5. Pemerintahan Umum
Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
c. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
d. Program Peningkatan Promosi Potensi Daerah
e. Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah
f. Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah
g. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan
Daerah
h. Program Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan
Kabupaten/Kota
i. Program Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Desa
j. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian
Pelaksaaan Kebijakan KDH
k. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur
Pengawasan
l. Program Penataan dan Penyempurnaan Kebiajakan Sistem dan
Prosedur Pengawasan
m. Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi
n. Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat
o. Program Peningkatan Kerja sama Antar Pemerintah Daerah
p. Program Penataan Peraturan Perundang Undangan
q. Program Sosialisasi Peraturan Perundang undangan
r. Program Penataan Daerah Otonomi Baru

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


258

BAB VIII

6. Pembinaan dan Pengawasan


Program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Program Peningkatan Pembinaan dan Pengawasan dalam rangka
Peningkatan Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja.
Indikator yang akan dicapai yaitu Opini BPK terhadap LKPD Kabupaten
Ponorogo.
b. Program Pencegahan Korupsi
Penilaian Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi
Bersih dan Melayani (WBBM).
c. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian
Kebijakan Kepala Daerah
d. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur
Pengawasan
e. Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan
Prosedur Pengawasan
Indikator yang akan dicapai yaitu tersusunnya prosedur dan kebijakan
pengawasan bagi aparat pengawasan.
f. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur
Pengawasan
g. Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan
Prosedur Pengawasan

Secara rinci Indikasi Rencana Program Prioritas Yang Disertai Kebutuhan
Pendanaan Kabupaten Ponorogo sebagaimana tertera dalam tabel 8.1





RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


259

BAB VIII

Tabel 8.1

Rencana Program Prioritas disertai Kebutuhan Pendanaan


Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK
Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
1. URUSAN WAJIB
1.1 Pendidikan
1.1.15 Program 473.50 520.85 572.93 631.22 694.3 763.78
Pendidikan Anak 0 0 5 8,5 48,35 3.185
Usia Dini
1.1 Jumlah peserta 23,920 25,000 27,000 29,000 31,000 32,000 33,000 Dinas
didik Anak Usia Dini Pendidika
(PAUD) n
1.1.16 Program 161.00 177.10 194.81 214.29 235.7 259.29
Pendidikan Non 0 0 0 1 21 4
Formal
1.2 Angka melek huruf 92.36% 92.86% 93.36% 93.86% 94.36% 94.86% 95.36% Dinas
Pendidika
n
1.3 Rata-rata lama 6.9 7.15 7.5 7.85 8.25 8.6 9 Dinas
sekolah Pendidika
n
1.1.17 Program Wajib 16.187. 17.806. 19.587. 21.546. 23.70 26.070.
Belajar Pendidikan 852,62 637,88 301,67 031,84 0.877, 698,53
Dasar Sembilan 5 8 7 4 032 1
Tahun
1.4 APK SD/MI/ Paket A 105.05% 105.31% 105.58% 105.84% 106.10% 106.37% 106.64% Dinas
Pendidika
n
1.5 APK SMP/MTs/ 103.68% 103.94% 104.20% 104.46% 104.72% 104.98% 105.24% Dinas
Paket B Pendidika
n


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
260 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
1.6 APM SD/MI/Paket 94.39% 94.53% 94.67% 94.82% 94.96% 95.10% 95.24% Dinas
A Pendidika
n
1.15 Rasio murid per 1 : 28,66 1 : 28,16 1 :27,66 1 :27,16 1 : 26,66 1 :26,16 1 :25 Dinas
kelas rata-rata Pendidika
SMP/MTs n
1.16 Ruang Kelas SD/MI 69.86% 72.00% 75.00% 78.00% 82.00% 85.00% 90.00% Dinas
kondisi bangunan Pendidika
baik n
1.17 Ruang Kelas 82.01% 84.00% 86.00% 88.00% 90.00% 92.00% 95.00% Dinas
SMP/MTs kondisi Pendidika
bangunan baik n
1.18 Lembaga SD/MI 88.26% 88.50% 88.75% 89.00% 89.25% 89.50% 90.00% Dinas
Pendidikan yang Pendidika
berakriditasi n
minimal B
1.19 Lembaga SMP/MTS 81.21% 82.00% 82.50% 83.00% 83.50% 84.00% 85.00% Dinas
Pendidikan yang Pendidika
berakriditasi n
minimal B
1.20 Angka Kelulusan 98.77% 98.79% 98.81% 98.83% 98.85% 98.98% 99.00% Dinas
(AL) SD/MI Pendidika
n
1.21 Angka Kelulusan 99.71% 99.73% 99.75% 99.77% 99.79% 99.80% 99.82% Dinas
(AL) SMP/MTs Pendidika
n
1.22 Angka Melanjutkan 111.98% 111.99% 112.00% 112.30% 112.50% 112.70% 113.00% Dinas
(AM) dari SD/MI ke Pendidika
SMP/Mts n
1.1.17 Program 1.791.0 1.970.1 2.167.1 2.383.8 2.622. 2.884.4
Pendidikan 00 00 10 21 204 25
Menengah
1.24 APK SMA/MA/SMK/ 84.27% 85.03% 85.79% 86.57% 87.34% 88.13% 88.92% Dinas
Paket C Pendidika
n
1.25 APM 66.06% 66.56% 67.05% 67.56% 68.06% 68.57% 69.09% Dinas
SMA/MA/SMK/Pak Pendidika


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
261 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
et C n

1.26 APS 0.43% 0.41% 0.39% 0.37% 0.35% 0.33% 0.32% Dinas
SMA/MA/SMK/Pak Pendidika
et C n
1.27 Rasio kecukupan 1 : 46,96 1 : 44,96 1 : 42,96 1 : 40,96 1 : 38,96 1 : 36,96 1 : 35,00 Dinas
ruang kelas belajar Pendidika
terhadap penduduk n
usia sekolah
jenjang SMA/K/MA
1.28 Rasio guru/murid 1 : 9,31 1 : 11,31 1 : 13,31 1 : 15,31 1 : 17,31 1 : 19,31 1 : 20 Dinas
SMA/K/MA Pendidika
n
1.29 Rasio murid per 1 :28,60 1 :28,10 1 :27,60 1 :27,10 1 :26,40 1 :25,70 1 :25 Dinas
kelas rata-rata Pendidika
SMA/K/MA n
1.30 Ruang Kelas 92.18% 93.00% 94.00% 95.00% 96.00% 97.00% 98.00% Dinas
SMA/SMK/MA Pendidika
kondisi bangunan n
baik
1.31 Lembaga 73.17% 74.00% 75.00% 76.00% 77.00% 78.00% 80.00% Dinas
SMA/SMK/MA Pendidika
Pendidikan yang n
berakriditasi
minimal B
1.32 Angka Kelulusan 99.81% 99.82% 99.83% 99.84% 99.85% 99.86% 99.88% Dinas
(AL) SMA/SMK/MA Pendidika
n
1.33 Angka melanjutkan 102.67% 102.87% 103.00% 103.30% 103.50% 103.75% 104.00% Dinas
(AM) dari SMP/MTs Pendidika
ke SMA/SMK/MA n
1.1.20 Program 737.20 810.92 892.01 981.21 1.079. 1.187.2
Peningkatan Mutu 0 0 2 3,200 334,5 67,972
Pendidik dan 20
Tenaga
Kependidikan


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
262 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
1.34 Guru SD/MI yg 90.45% 91.45% 92.45% 93.45% 94.45% 94.75% 95.00% Dinas
memenuhi Pendidika
kualifikasi akademik n
S1 dann D4
1.35 Guru SMP/MTS yg 91.03% 92.00% 92.50% 93.00% 94.00% 95.00% 96.00% Dinas
memenuhi Pendidika
kualifikasi akademik n
s1 dan d4
1.36 Guru SMA/SMK/MA 91.89% 92.50% 93.50% 94.50% 95.00% 96.00% 97.00% Dinas
yg memenuhi Pendidika
kualifikasi akademik n
s1 dan d4
1.37 Guru SD/MI yang 58.85% 59.85% 60.85% 61.85% 63.85% 65.85% 68.85% Dinas
telah memiliki Pendidika
Sertifikasi Profesi n
Tenaga
Kependidikan
1.38 Guru SMP/MTS 52.37% 53.47% 54.57% 55.67% 57.67% 59.67% 62,37% Dinas
yang telah memiliki Pendidika
Sertifikasi Profesi n
Tenaga
Kependidikan
1.39 Guru SMA/SMK/MA 42.11% 43.61% 45.11% 46.61% 48.61% 50.61% 52,11% Dinas
yang telah memiliki Pendidika
Sertifikasi Profesi n
Tenaga
Kependidikan
1.2 Kesehatan
1.2.16 Program Upaya 43.538. 47.892. 52.681. 57.949. 63.74 70.118.
Kesehatan 263,60 089,96 298,95 428,85 4.371, 808,91
Masyarakat 0 0 6 2 737 0
2.1 Angka usia harapan 71 72 72 72 72 72 74.5 Dinas
hidup Kesehatan
2.2 Angka Kematian Ibu 91.06/100.0 91.06/100 91.06/100 91.06/100 91.06/100 91.06/100 91.06/100 Dinas
00 .000 .000 .000 .000 .000 .000 Kesehatan
2.3 Angka Kematian 14,6/1.000 14,6/1.00 14,6/1.00 14,6/1.00 14,6/1.00 14,6/1.00 14,6/1.00 Dinas


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
263 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
Bayi kelahiran 0 0 0 0 0 0 Kesehatan
hidup
1.2.24 Program
pelayanan
kesehatan
penduduk miskin
2.4 Penduduk Miskin 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Dinas
yang dilindungi 5,796,0 5,796,0 5,796,0 5,796,0 5,796, 5,796,0 Kesehatan
JKN/Asuransi 00 00 00 00 000 00
Kesehatan
1.2.25 Program
pengadaan,
peningkatan dan
perbaikan sarana
dan prasarana
puskesmas/
puskemas
pembantu dan
jaringannya
2.5 Ratio Cakupan 1/28.000 1/28.000 1/28.000 1/28.000 1/28.000 1/28.000 1/28.000 Dinas
Puskesmas 55,893, 61,482, 67,631, 74,394, 81,83 90,017, Kesehatan
terhadap Penduduk 513 864 150 265 3,692 061
1.2.26 Program
Peningkatan
Kualitas Mutu
Pelayanan
Kesehatan pada
BLUD
2.7 Prosentase 50.00% 50% 52% 54% 56% 58% 60% RSUD
penduduk yang
memanfaatkan
RSUD
2.8 Jumlah Kunjungan 146,183 153,494 161,169 169,227 177,689 186,573 195,902 RSUD
Rawat Jalan 63,490, 69,839, 76,823, 84,505, 92,95 102,25
489 538 492 841 6,425 2,068


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
264 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
2.9 Jumlah kunjungan 19.407 20,377 21,396 22,466 23,589 24,769 24,769 RSUD
Rawat Inap

2.10 BOR (Bed 60.63 62 64 66 68 70 70 RSUD


Occupancy Rate)

2.11 TOI (Turn Over 2.87 2 2 2 2 2 2 RSUD


Interval)
2.12 BTO ( BOR TURN 50 50 50 50 50 50 50 RSUD
OVER )
2.13 ALOS (Average 4.68 4.68 4.68 4.68 4.68 4.68 4.68 RSUD
Length of Stay)
2.14 NDR (Net Death 31.69 30 28 28 26 26 24 RSUD
Rate)
2.15 GDR ( Geass Death 65.49 63 61 59 57 55 52 RSUD
Rate )
2.16 CRR (Cost Recovery 68.38% 70.00% 75.00% 80% 85% 85% 85% RSUD
Rate)
2.17 Prosentase 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% RSUD
penduduk miskin
yang terlayani oleh
RSUD
2.18 Ratio Kecukupan 70% 70% 74% 78% 82% 86% 90% RSUD
tenaga Medis RSUD
1.2.27 Program
pencegahan
penanggulangan
penyakit menular
2.19 Persentase 92.51% 91.50% 92.00% 92.50% 93.00% 93.50% 94.00% Dinas
imunisasi dasar 36,031 36,934 43,598 47,958 52,75 5,802,8 Kesehatan
lengkap pada bayi 4 85
(Batita)
1.2.20 Program 217.34 239.07 262.98 289.28 318.2 350.03
Perbaikan Gizi 2 6 4 2 10 1


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
265 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
Masyarakat

2.20 Rasio posyandu per 2 2 2 2 2 2 2 Dinas


seratus balita Kesehatan
2.21 Prevalensi 12.9 % 12.9 % 12.9 % 12.9 % 12.9 % 12.9 % 12.9 % Dinas
kekurangan gizi Kesehatan
(underweight) pada
anak balita
1.2.23 Program 2.868.7 3.155.6 3.471.2 3.818.3 4.200. 4.620.1
Standarisasi 75 53 18 40 173 91
Pelayanan
Kesehatan
2.22 Ratio Kecukupan 10/100.000 1/5.000 1/5.000 1/5.000 1/5.000 1/5.000 1/5.000 Dinas
Dokter Kesehatan
2.23 Ratio Kecukupan 3/100.000 1/12.000 1/12.000 1/12.000 1/12.000 1/12.000 10/100.00 Dinas
Dokter gigi 0 Kesehatan

2.24 Jumlah Puskesmas 0 10 20 31 31 31 31 Dinas


yang terakreditasi Kesehatan

2.25
Jumlah puskesmas 2 0 6 10 5 5 3 Dinas
yang minimal Kesehatan
memiliki sembilan
tenaga kesehatan
2.26 Faskes tingkat 0% 0.00% 14.00% 22.00% 28% 31% 6.00% Dinas
pertama yang Kesehatan
terakreditasi
2.27 Cakupan Pelayanan 23 24 26 28 30 31 31 Dinas
Gawat Darurat Kesehatan
Tingkat Pertama
1.3 Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

1.3.18 Program
rehabilitasi
pemeliharaan
jalan dan
jembatan


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
266 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
3.1 Panjang jalan 51.31% 54.49% 55.67% 57.85% 61.13% 63.31% 65.49% Dinas
Kabupaten dalam 140,00 200,00 250,00 270,00 280,0 300,00 Pekerjaan
kondisi baik 0,000 0,000 0,000 0,000 00,00 0,000 Umum
0
3.2 Jumlah jembatan 91.64% 92.43% 93.21% 93.99% 94.78% 95.56% 96.34% Dinas
dalam kondisi Baik 6,000,0 15,000, 20,000, 25,000, 30,00 35,000, Pekerjaan
00 000 000 000 0,000 000 Umum
1.5.17 Program
pengendalian dan
pemanfataan
ruang
3.3 Jumlah Kecamatan 20.00%
100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
100.00%
Bappeda
Yang Memiliki 4,000 4,400 4,840 5,324 5,856 6,442
RDTRK per PKLP
3.4 Irigasi Kabupaten 83.38% 83.40% 83.45% 83.51% 83.55% 83.60% 83.65% Dinas
Dalam Kondisi Baik 18,989, 47,473, 56,968, 37,979, 47,47 47,473, Pekerjaan
599 998 798 200 3,998 998 Umum
1.4 Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
1.4.16 Program 2.867.6 3.154.4 3.469.9 3.816.8 4.198. 4.618.4
lingkungan sehat 92 61 07 98 588 47
perumahan
4.1 Rumah tinggal ber- 65.80% 65.91% 66.03% 66.14% 66.26% 66.37% 66.49% Dinas
Sanitasi layak Pekerjaan
Umum
4.2 Rumah Tangga 90.32% 90.47% 90.62% 90.77% 90.92% 91.07% 91.22% Dinas
Pengguna Air Bersih Pekerjaan
Umum
1.3.30 Program 88.443. 97.287. 107.01 117.71 129.4 142.43
pembangunan 407,52 748,27 6.523,1 8.175,4 89.99 8.992,2
infrastruktur 3 5 03 13 2,954 50
perdesaan
4.3 Jalan Poros Desa 59.64% 60.29% 60.94% 61.59% 62.24% 62.89% 63.54% Dinas
dalam Kondisi baik Pekerjaan
Umum
1.4.15 Program
Pengembangan
Perumahan


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
267 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
4.4 Rasio Rumah Layak 78.85% 78.92% 78.99% 79.06% 79.13% 79.20% 79.27% Dinas
Huni Pekerjaan
Umum
1.5 Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat

1.19.19 Program 525.00 577.50 635.25 698.77 768.6 845.51
pemberdayaan 0 0 0 5 53 8
masyarakat untuk
menjaga
ketertiban dan
keamanan
5.1 % konflik sosial 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Kesbangp
yang sudah ol Linmas
ditangani
1.19.16 Program 26.265 28.892 31.781 34.959 38.45 42.300
pemeliharaan 5
kantrantibmas dan
pencegahan tindak
kriminal
5.2 Tingkat 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Satuan
penyelesaian Polisi
pelanggaran K3 Pamong
(ketertiban, Praja
ketentraman,
keindahan)
1.19.22 Program 452.59 497.85 547.63 602.40 662.6 728.90
pencegahan dini 4,583 4,041 9,445 3,390 43,72 8,102
dan 9
penanggulangan
korban bencana
alam
5.3 Jumlah Sosialisasi 2 kali 3 kali 3 kali 3 kali 3 kali 3 kali 3 kali BPBD
kepada Masyarakat
terhadap
pemahaman
Bencana dan
Perubahan Iklim


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
268 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
5.4 Kecukupan Sarana 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% BPBD
dan Prasarana
Penanggulangan
Bencana
5.5 Kecukupan SDM 0% 50% 60% 70% 80% 90% 100% BPBD
Penanggulangan
Bencana yang
mempunyai
Kompetensi yang
diperlukan
(bersertifikat)
1.19.21 Program 260.00 286.00 314.60 346.06 380.6 418.73
pendidikan politik 0 0 0 0 66 3
masyarakat

5.6 Parisipasi 74.72% 0% 0% 0% 75% 0% 0% Kesbangp


Masyarakat dalam 450,00 ol Linmas
Pemilihan Presiden 0
dan Pemilihan
DPD/DPR/DPRD
5.7 Parisipasi 71.38% 0% 0% 80% 0% 0% 0% Kesbangp
Masyarakat dalam 400,00 ol Linmas
Pemilihan Gubernur 0

5.8 Parisipasi 74.26% 0% 0% 0% 0% 80% 0% Kesbangp


Masyarakat dalam 500,0 ol Linmas
Pemilihan Bupati 00
1.19.17 Program
pengembangan
wawasan
kebangsaan

5.9 Frekuensi 6 1 6 6 6 6 6
Kesbangp
penyelenggaraan 50,000 200,00 250,00 300,00 350,0 400,00 ol Linmas
forum antar umat 0 0 0 00 0
beragama


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
269 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
1.19.15 Program 379.17 417.08 458.79 504.67 555.1 610.65
peningkatan 0 7 6 5 43 7
keamanan dan
kenyamanan
lingkungan
5.10 Cakupan patroli 840 Kali 840 Kali 840 Kali 840 Kali 840 Kali 840 Kali 840 Kali Satuan
petugas Satpol PP Polisi
Pamong
Praja
1.6 Sosial
1.13.16 Program 498.00 547.80 602.58 662.83 729.1 802.03
Pelayanan dan 0 0 0 8 22 4
Rehabilitasi
Kesejahteraan
Sosial
6.1 Penurunan PMKS 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% Dinas
Sosial,
Tenaga
Kerja dan
Transmigr
asi
6.2 PMKS yang 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% Dinas
ditangani Sosial,
Tenaga
Kerja dan
Transmigr
asi
1.7 Tenaga Kerja
1.14.16 Program 162.00 178.20 196.02 215.62 237.1 260.90
Peningkatan 0 0 0 2 84 3
Kesempatan Kerja
7.1 Tingkat 7.69% 7.69% 7.60% 7.50% 7.40% 7.30% 7.30% Dinas
pengangguran Sosial,
terbuka Tenaga
Kerja dan
Transmigr


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
270 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
asi

7.2 Pencari kerja yang 48.26% 48.26% 60.0% 70.0% 80.0% 90.0% 100.0% Dinas
ditempatkan Sosial,
Tenaga
Kerja dan
Transmigr
asi
1.14.17 Program
Perlindungan dan
Pengembangan
Lembaga
Ketenagakerjaan
7.3 Penurunan perkara 33% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Dinas
perselisihan 120,00 120,00 120,00 120,00 120,0 120,00 Sosial,
hubungan industrial 0 0 0 0 00 0 Tenaga
yg masuk Kerja dan
kepengadilan Transmigr
hubungan asi
industrial.
7.4 Jumlah perusahaan 431 457 484 513 544 577 611
Dinas
yang menerapkan 120,00 120,00 120,00 120,00 120,0 120,00 Sosial,
Jamsostek 0 0 0 0 00 0 Tenaga
Kerja dan
Transmigr
asi
7.5 Jumlah Calon 10KK 10KK 20KK 25KK 25KK 25KK 25KK
Dinas
Transmigrasi yang 300,00 300,00 300,00 300,00 300,0 300,00 Sosial,
terdata 0 0 0 0 00 0 Tenaga
Kerja dan
Transmigr
asi
1.8 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
271 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
1.11.15 Program
keserasian
kebijakan kualitas
anak dan
perempuan
8.1 Jumlah tenaga kerja 0.0085% 0.0084% 0.0083% 0.0082% 0.0081% 0.0080% 0.0079% Kantor
dibawah umur 43,400 56,300 70,300 88,000 110,0 130,00 Pemberda
00 0 yaan
Perempua
n dan
Perlindun
gan Anak
1.11.16 Program 133.90 147.29 162.02 178.22 196.0 215.65
Penguatan 2,500 2,750 2,025 4,228 46,65 1,315
Kelembagaan 0
Pengarusutamaan
Gender dan Anak
8.2 Penyelesaian kasus 100.00% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Kantor
perempuan dan 12,040 44,500 55,600 69,500 86,90 108,70 Pemberda
anak 0 0 yaan
Perempua
n dan
Perlindun
gan Anak
8.3 Partisipasi 3.00% 8% 13% 18% 22% 27% 30% Kantor
perempuan di 121,86 141,27 176,50 220,70 275,9 344,80 Pemberda
lembaga 0 0 0 0 00 0 yaan
pemerintah Perempua
n dan
Perlindun
gan Anak
1.11.17 Program 72.925 80.218 88.239 97.063 106.7 117.44
Peningkatan 69 6
Kualitas Hidup dan
Perlindungan
Perempuan
8.4 Rasio KDRT 0.00470% 0.00469% 0.00468% 0.00466% 0.00464% 0.00462% 0.00460% Kantor


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
272 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
Pemberda
yaan
Perempua
n dan
Perlindun
gan Anak
1.11.18 Program
peningkatan peran
serta dan
kesetaraan jender
dalam
pembangunan
8.5 Cakupan 67.57% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Kantor
organisasi/lembaga 35,543 80,300 100,40 125,50 156,9 196,10 Pemberda
wanita yang dibina 0 0 00 0 yaan
Perempua
n dan
Perlindun
gan Anak
8.6 Partisipasi angkatan 97% 97.1% 97.2% 97.4% 97.6% 97.8% 98% Kantor
kerja perempuan 41,785 110,00 137,50 171,80 214,8 268,50 Pemberda
0 0 0 00 0 yaan
Perempua
n dan
Perlindun
gan Anak
1.9 Pangan

2.21.16 Program 9.203.0 9.204.4 10.124. 11.137. 12.25 13.476.
peningkatan 42,560 50,842 895,92 385,51 1.124, 236,47
ketahanan pangan 6 9 071 8
9.1 Skor Pola Pangan 78.9 79.5 80 81.5 82 83 84 Kantor
Harapan Ketahana
n Pangan


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
273 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
9.2 Ketersediaan Kantor
pangan utama Ketahana
n Pangan
Beras (Ton) 347,763.00 356,457.1 365,151.2 373,845.2 382,539.3 391,233.4 399,927.5 Kantor
0 0 6 4 2 0 Ketahana
n Pangan
Jagung (Ton) 214,774.60 220,144.0 225,513.3 230,882.7 236,252.1 241,621.4 246,990.8 Kantor
0 0 0 0 0 0 Ketahana
n Pangan
Kedelai (Ton) 19,581.40 20,070.90 20,560.50 21,050.00 21,539.50 22,029.10 22,518.60 Kantor
Ketahana
n Pangan
Daging 5,949.50 6,094.62 6,239.74 6,384.86 6,529.98 6,675.10 Kantor
Ketahana
n Pangan
Telur 1.888.70 1,934.76 1,980.82 2,026.88 2.072.94 2,119.00 Kantor
Ketahana
n Pangan
Ikan 1,024.9 1,048.18 1,072.36 1,096.54 1,120.72 1,144.90 Kantor
Ketahana
n Pangan
9.3 Lumbung desa 40 46 53 60 66 73 80 Kantor
Ketahana
n Pangan
9.4 Penurunan daerah 85% 82% 78% 74% 70% 66% 62% Kantor
rawan gizi Ketahana
(kecamatan bebas n Pangan
rawan gizi)
9.5 Kualitas gizi pangan 48.44% 50% 51.50% 53% 54.5 56 57.50% Kantor
daerah Ketahana
(nasional/WHO) n Pangan
1.10 Pertanahan
1.11 Lingkungan Hidup

1.8.24 Program 7.048.7 7.753.5 8.528.9 9.381.8 10.32 11.352.
pengelolaan ruang 00 70 27 20 0.002 002


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
274 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
terbuka hijau
(RTH)
11.1 Rasio Ruang Kantor
Terbuka Hijau Lingkunga
n Hidup
11.3 Penanganan 73.80% 75.31% 76.07% 76.83% 77.58% 78.34% 79.10% Dinas
sampah Pekerjaan
Umum

1.8.16 Program 2.618.1 2.879.9 3.167.9 3.484.7 3.833. 4.216.5


Pengendalian 67,288 84,017 82,418 80,660 258,7 84,599
Pencemaran dan 26
Perusakan
Lingkungan Hidup
11.4 Jumlah 119 kegiatan 70 75 80 85 90 95 Kantor
Industri/perusahan/ usaha (UKL Lingkunga
badan usaha yang UPL 3 n Hidup
menyusun AMDAL kegiatan
usaha;
DPPLH 14
kegiatan
usaha; DPLH
3 kegiatan
usaha dan
SPPL 99
kegiatan
usaha)
1.8.19 Program
Peningkatan
Kualitas dan Akses
Informasi Sumber
Daya Alam dan
Lingkungan Hidup
11.5 Angka indeks 67.28% 67.50% 68.50% 68.50% 69.50% 69.50% 70.00% Kantor
kualitas lingkungan Lingkunga
hidup (IKLH) n Hidup


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
275 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
1.12 Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil
1.10.15 Program penataan 3.233.
2.208.5 2.429.4 2.672.3 2.939.6 3.556.9
administrasi 575,6
75,700 33,270 76,597 14,257 33,251
kependudukan 82
12.1 Rasio Penduduk 90.88% 90.88% 100% 100% 100% 100% 100% Dinas
Ber-eKTP / Satuan Kependud
Penduduk wajib e- ukan dan

KTP Pencatata
n Sipil
12.3 Penduduk Ber Kartu 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Dinas
Keluarga Kependud
ukan dan

Pencatata
n Sipil
12.5 Penduduk yang 61.84% 77.60% 80.00% 82.50% 85.00% 88.00% 91.00% Dinas
memiliki akte Kependud
kelahiran kurang ukan dan

dari 18 tahun Pencatata
n Sipil
1.13 Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa

1.22.16 Program 388.00 426.80 469.48 516.42 568.0 624.87
pengembangan 0 0 0 8 71 8
lembaga ekonomi
pedesaan
13.1 Desa yang 28% 35% 50% 70% 80% 90% 95% Badan
membentuk Pemberda
BUMDes sesuai yaan
dengan peraturan Masyarak
perundang- at dan
undangan Pemerinta
han Desa
1.22.18 Program 1.408.2 2.816.5 3.098.2 3.408.0 3.748. 4.123.7
peningkatan 82 64 20 42 847 31
kapasitas aparatur
pemerintahan
desa


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
276 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
13.2 Desa yang 60% 65% 70% 75% 80% 90% 90% Badan
menerapkan Pemberda
pengelolaan yaan
keuangan secara Masyarak
akuntabel dan at dan
melaporkan Pemerinta
penggunaannya han Desa
secara tertib
13.3 Aparatur 70% 75% 80% 85% 90% 90% 90% Badan
pemerintah desa Pemberda
yang memahami yaan
pedoman Masyarak
penyelenggaraan at dan
pemerintah desa Pemerinta
han Desa
Program
sinkronisasi
perencanaan dan
penganggaran
pembangunan
desa dengan
kabupaten
13.4
Desa yang memiliki 50% 55% 60% 65% 70% 75% Badan
dokumen Pemberda
perencanaan ( yaan
RPJMDes dan RKP Masyarak
Desa ) dan at dan
Penganggaran ( Pemerinta
APBDesa ) han Desa
1.14 Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

1.12.15 Program Keluarga
Berencana 226.1
154.47 169.92 186.91 205.60 248.78
68,60
6,200 3,820 6,202 7,822 5,465
4


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
277 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
14.1 Cakupan peserta KB 70.00% 70.38% 70.76% 71.13% 71.50% 71.87% Badan
aktif (terhadap Keluarga
jumlah PUS) Berencan
a

14.2 Menurunnya TFR 2.04% 2.04% 2.03% 2.03% 2.02% 2.02% 2.01% Badan
(Total Fertility Rate) Keluarga
bagi wanita usia 15 Berencan
- 49 Tahun a
14.3 Mempertahankan 0.30% 0.30% 0.30% 0.30% 0.30% 0.30% 0.30% Badan
Laju Pertumbuhan Keluarga
Penduduk Berencan
a

14.4 Keluarga Pra 42.28% 41.15% 40.02% 38.89% 37.76% 36.63% 35.50% Badan
Sejahtera dan Keluarga
Keluarga Sejahtera I Berencan
a
1.15 Perhubungan
1.7.18 Program
pembangunan
sarana dan

prasarana
perhubungan
15.1 Ketersediaan 0 unit 0 unit 2 unit 2 unit 2 unit 2 unit 2 unit Dinas
Fasilitas Sarana dan Perhubun
150,00 100,00 100,00 100,0 100,00
Prasarana 0.00 gan
0.00 0.00 0.00 00.00 0.00
Perhubungan
(Halte)
15.2 Cakupan layanan 380 398 398 398 398 398 398 Dinas
1,306,0 150,00 100,00 100,00 100,0 100,00
terminal angkutan Perhubun
00.00 0.00 0.00 0.00 00.00 0.00
darat gan
Program
peningkatan dan
pengamanan lalu
lintas


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
278 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
15.3 Ketersediaan 343,00 9,655,0 9,843,0 ###### 9,850, 10,165,
Fasilitas 0.00 00.00 00.00 ##### 000.0 000.00
Keselamatan Jalan 0
- Jumlah 1488 unit 116 unit 2.000 unit Dinas
rambu Perhubun
gan
- Traffic light/ 24 unit 30 unit Dinas
APILL Perhubun
gan
- Flash light 10 unit 2 6 8 8 10 10 Dinas
Perhubun
gan
- Marka 2,837.90 890 2000 2000 2000 2000 2000 Dinas
Perhubun
gan
- Guardrail/ 392 32 300 300 300 300 300 Dinas
pagar pengaman Perhubun
gan
- Cermin 14 unit 0 20 30 50 50 50 Dinas
Tikung Perhubun
gan
- Deliniator 0 biji 0 300 350 400 400 400 Dinas
Perhubun
gan
- Paku marka 0 biji 0 300 300 300 300 300 Dinas
jalan Perhubun
gan
- PJU Solar Sel 0 unit 0 200 200 200 200 200 Dinas
Perhubun
gan
1.7.20 Program
peningkatan
kelaikan
pengoperasian
kendaraan
bermotor


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
279 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
15.4 Jumlah uji kir 2.800 unit 2,857 286,00 2,842 300,00 2,824 350,00 2,811 150,00 2,796 150,0 2,796 150,00 Dinas
angkutan umum 0.00 0.00 0.00 0.00 00.00 0.00 Perhubun
gan
1.7.17 Program
peningkatan
pelayanan
angkutan
15.5 Kecukupan 47.79% 48.67% 549,00 49.16% 511,00 49.65% 511,00 50.12% 511,00 50.58% 511,0 51.03% 511,00 Dinas
Angkutan Umum 0.00 0.00 0.00 0.00 00.00 0.00 Perhubun
yang layak (jumlah gan
angkutan umum
yang beroperasi
dibagi jumlah
angkutan umum
seluruhnya)
1.16 Komunikasi dan Informatika

1.20.23 Program
optimalisasi
pemanfaatan
teknologi
informasi
16.1
Perangkat Daerah 73% 82% 1,377,0 91% 1,415,0 100% 1,450,0 100% 1,490,0 100% 1,530, 100% 1,530,0 Dinas
menerapkan 00.00 00.00 00.00 00.00 000.0 00.00 Perhubun
pemanfaatan E- 0 gan
Goverment untuk
mendukung inovasi
layanan publik
1.17 Koperasi Usaha Kecil dan Menengah

1.15.15 Program
penciptaan iklim
usaha kecil dan
menengah yang
kondusif


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
280 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
17.1 Pertumbuhan 70,040 1.70% 2.00% 2.50% 3.00% 3.50% 4.00% Dinas
Usaha Mikro dan Industri
Kecil Perdagan
gan
Koperasi
dan UKM
17.2 Pertumbuhan 235 5.00% 10.30% 15.90% 25.50% 31.80% 38.30% Dinas
Usaha Menengah Industri
Perdagan
gan
Koperasi
dan UKM
17.3 Jumlah Bantuan Dinas
Pemerintah kepada Industri
koperasi dan 2,250,000 2,300,000 235,000.0 2,400,000 2,450,000 2,500,000 Perdagan
2,125,000.00
UMKM .00 .00 0 .00 .00 .00 gan
Koperasi
dan UKM
1.15.18 Program 551.00 606.10 666.71 733.38 806.7 887.39
peningkatan 0 0 0 1 19 1
kualitas
kelembagaan
koperasi
17.4 Peningkatan jumlah 1.50% 2.50% 3.00% 3.50% 4% 4% Dinas
koperasi aktif Industri
Perdagan
gan
Koperasi
dan UKM
17.5 Peningkatan Jumlah 7.00% 14.00% 20.00% 27% 35.00% 42.00% Dinas
KSP/USP Kategori Industri
Sehat Perdagan
gan
Koperasi
dan UKM
17.6 Jumlah modal 494,857,411. 495,107,4 495,354,4 495,607,4 495,857,4 496,107,4 496,357,4 Dinas
koperasi dan 00 11.00 11.00 11.00 11.00 11.00 11.00 Industri


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
281 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
UMKM (000) Perdagan
gan
Koperasi
dan UKM
1.18 Penanaman Modal

1.16.16 program
peningkatan iklim
investasi dan
realisasi investasi
18.1 Nilai Investasi 1,463,909,73 1,963,909 2,463,909 2,963,909 3,463,909 3,963,909 4,463,909 BAPPEDA
PMDN 6,548 ,736,548 ,736,548 ,736,548 ,736,548 ,736,548 ,736,548

18.2 Pengurusan 100% 100% 100% 100% 100% 100% Kantor


perijinan tepat Pelayanan
waktu Perijinan
Terpadu
18.3 Pelayanan Perizinan 40% 50% 60% 70% 80% 100% Kantor
secara On Line Pelayanan
Perijinan
Terpadu
1.19 Kepemudaan dan Olahraga

1.18.20 Program 20.000 22.000 24.200 26.620 29.28 32.210
Pembinaan dan 2
Pemasyarakatan
Olah Raga
19.1 Jumlah organisasi 24 24 24 24 24 26 26 Dinas
olahraga Kebudaya
an,
Pariwisata
, Pemuda
dan Olah
Raga
19.2 Jumlah klub 520 520 520 520 520 520 520 Dinas
olahraga Kebudaya
an,
Pariwisata


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
282 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
, Pemuda
dan Olah
Raga
1.18.16 Program 290.00 319.00 350.90 385.99 424.5 467.04
peningkatan peran 0 0 0 0 89 8
serta kepemudaan
19.3 Jumlah organisasi 3 3 3 3 3 3 3 Dinas
pemuda yang Kebudaya
dibina an,
Pariwisata
, Pemuda
dan Olah
Raga
19.4 Jumlah pemuda 120 120 236 352 460 584 700 Dinas
berprestasi yang Kebudaya
dibina an,
Pariwisata
, Pemuda
dan Olah
Raga
1.20 Statistik
1.21 Persandian
1.22 Kebudayaan
1.17.17 Program 3.550.0 3.905.0 4.295.5 4.725.0 5.197. 5.717.3
Pengelolaan 00 00 00 50 555 11
Keragaman
Budaya
22.1 Jumlah kelompok 160 184 208 232 256 280 Dinas
kesenian Kebudaya
an,
Pariwisata
, Pemuda
dan Olah
Raga


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
283 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
22.2 Terbangunnya 0 0 0 0 0 1 1 Dinas
Museum Reog Kebudaya
an,
Pariwisata
, Pemuda
dan Olah
Raga
22.3 Benda, Situs dan 36 36 41 50 57 65 Dinas
kawasan Cagar Kebudaya
Budaya yang an,
dilestarikan Pariwisata
, Pemuda
dan Olah
Raga
1.17.15 Program 50.000 55.000 60.500 66.550 73.20 80.526
Pengembangan 5
Nilai Budaya
22.4 Penyelenggaraan 2 2 2 2 2 2 2 Dinas
festival seni dan Kebudaya
budaya an,
Pariwisata
, Pemuda
dan Olah
Raga
1.23 Perpustakaan

1.26.15 Program 124.11 125.52 138.07 151.88 167.0 183.77
Pengembangan 2,800 1,082 3,190 0,509 68,56 5,416
Budaya Baca dan 0
Pembinaan
Perpustakaan
23.1 Jumlah pengunjung 15,472 15,500 15,525 15,550 1,575 15,600 15,625 Kantor
perpustakaan per Perpustak
tahun aan
Daerah


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
284 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
23.2 Judul buku yang 12,485 12,535 12,635 12,735 12,835 12,935 13,035 Kantor
tersedia di Perpustak
perpustakaan aan
daerah Daerah
23.3 Jumlah 495 510 525 540 555 570 585 Kantor
perpustakaan/ Perpustak
ruang baca pada aan
wilayah Kecamatan Daerah
dan Lingkungan
Sekolah
1.24 Kearsipan

Program
perbaikan sistem
administrasi
kearsipan
0.15 Persentase 0 10 20 40 60 80 100 Kantor
PERANGKAT Arsip dan
DAERAH yang Dokument
mengelola arsip asi
secara baku
2. URUSAN PILIHAN

2.1 Kelautan dan Perikanan



Program 17.960 17.977 19.775 21.752 23.92 26.320
Optimalisasi 7
pengelolaan dan
pemasaran
produksi
perikanan
2.1.1 Konsumsi ikan 13 13 13 13 13 13 13 Dinas
(Kg/Kapita/Th) Pertanian

Program 2.068.3 3.476.6 3.824.2 4.206.7 4.627. 5.090.1


pengembangan 47 29 92 21 393 33
budidaya
perikanan


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
285 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
2.1.3 Produksi perikanan 1,669.84 1,700 1,800 1,900 2,000 2,100 2,244.53 Dinas
budidaya Pertanian

2.2 Pariwisata

2.4.16 Program
pengembangan
destinasi wisata
pariwisata
2.2.1 Jumlah objek wisata 8 8 10 10 15 15 15 Dinas
Kebudaya
an,
Pariwisata
, Pemuda
dan Olah
Raga
2.4.15 Program 666.20 732.82 806.10 886.71 975.3 1.072.9
pengembangan 0 0 2 2 83 22
pemasaran
pariwisata
2.2.2 Kunjungan wisata 396,926 416,772 437,610 459,490 482,464 506,587 531,916 Dinas
(orang) Kebudaya
an,
Pariwisata
, Pemuda
dan Olah
Raga
2.3 Pertanian
Program
peningkatan
ketahanan pangan
dan perkebunan
2.3.1 Produktivitas padi
atau bahan pangan 7,122,9 34,927, 36,673, 38,507, 40,43 42,454,
utama lokal lainnya 76 460 833 525 2,901 546


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
286 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
Padi (ku/ha) 64.6 63.4 63.7 64 64.5 65.1 65.7 Dinas
Pertanian

Jagung(ku/ha) 69.23 69.72 69.8 70 71.2 71.4 71.7 Dinas


Pertanian

Kedelai (ku/ha) 16.24 16.44 16.74 17 17.44 17.8 18.3 Dinas


Pertanian
2.3.2 Produksi padi atau Dinas
bahan pangan Pertanian
utama lokal lainnya
Padi (ton) 468,594 434,850 441,702 446,336 452,151 461,233 470,248 Dinas
Pertanian

Jagung (ton) 245,663 252,559 247,790 220,400 247,776 249,900 252,456 Dinas
Pertanian

Kedelai (ton) 281,488 16,363 21,509 23,875 26,354 266,250 279,350 Dinas
Pertanian

2.3.3 Luas Lahan 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 Dinas
Pertanian Pangan Pertanian
Berkelanjutan
(LP2B) (Ha)
2.3.4 Luas lahan 50 70 75 80 85 90 100 Dinas
pertanian organik Pertanian
(ha)
2.3.5 Peningkatan 20 20 25 30 35 40 45 Dinas
penggunaan pupuk Pertanian
organik (%)
2.1.19 Program 3.685.0 5.093.2 5.602.6 6.162.8 6.779. 7.457.0
peningkatan 00 82 10 71 158 74
produksi
pertanian/perkebu
nan
2.3.6 Produktifitas hasil Dinas
perkebunan Pertanian


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
287 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
- Tebu (ton/ha) 4.53 5.01 5.02 5.03 5.05 5.07 5.08 Dinas
Pertanian

- Tembakau 1.13 1.06 1.07 1.08 1.09 1.11 1.12 Dinas


(ton/ha) Pertanian

- Kelapa (ton/ha) 0.49 0.49 0.51 0.52 0.53 0.53 0.54 Dinas
Pertanian

2.3.7 Produksi tanaman


perkebunan
dominan :
Tebu (ton) 5017.38 7015 7283 7548 7825 8104 8375 Dinas
Pertanian
Tembakau (ton) 1038.24 980 1010 1053 1090 1136 1207 Dinas
Pertanian
Kelapa (ton) 5373.11 5082 5997 6866 7642 8533 9474 Dinas
Pertanian
2.1.22 Program
peningkatan
produksi hasil
peternakan
2.3.8 Produksi hasil 100,00 666,57 699,90 734,89 771,6 771,64
ternak : 0 5 4 9 44 4

Produksi Daging 2,926,365 2,943,923 3,120,559 3,307,792 3,506,260 3,716,635 3,939,633 Dinas
(kg) Pertanian
Produksi Susu (liter) 2,178,564 2,309,278 2,447,835 2,594,705 2,750,387 2,915,410 3,090,335 Dinas
Pertanian
Produksi Telur (kg) 1,663,797 1,763,625 1,869,442 1,981,609 2,100,505 2,226,536 2,360,128 Dinas
Pertanian
2.3.9 Jumlah populasi
ternak :
Sapi Perah (ekor) 1,898 1,909 1,921 1,932 1,944 1,956 1,967 Dinas
Pertanian
Sapi Potong (ekor) 81,807 82,298 82,792 87,759 93,025 98,606 104,523 Dinas
Pertanian


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
288 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
Kambing (ekor) 218,414 219,724 221,043 234,305 248,364 263,266 279,061 Dinas
Pertanian
Domba (ekor) 22,507 22,642 22,778 24,145 25,593 27,129 28,757 Dinas
Pertanian
Ayam Buras (ekor) 860,639 865,803 870,998 923,258 978,653 1,037,372 1,099,614 Dinas
Pertanian
Ayam Pedaging 539,850 543,089 546,348 579,128 613,876 650,709 689,751 Dinas
(ekor) Pertanian
Ayam Petelur (ekor) 249,594 251,092 252,598 267,754 283,819 300,848 318,899 Dinas
Pertanian
2.4 Kehutanan

2.5 Energi dan Sumber Daya Mineral

2.6 Perdagangan

2.7.18 Program penataan 75.000 82.500 90.750 99.825 109.8 120.78
struktur industri 08 8
dan perdagangan
2.6.1 Kontribusi sektor 13.10% 13.35% 13.60% 13.85% 14.10% 14.35% 14.60% Dinas
perdagangan Industri
terhadap PDRB Perdagan
gan
Koperasi
dan UKM
Program
pengembangan
infrastruktur pasar
dan distribusi
2.6.2 Pasar katagori 5.80% 5.80% 5.80% 5.80% 11.60% 11.60% 11.60% Dinas
sehat Industri
Perdagan
gan
Koperasi
dan UKM
2.6.3 Rasio Kecukupan 82% 84% 86% 88% 90% 92% 94% Dinas
Kios/Stan/Los Pasar Industri
Perdagan


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
289 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
gan
Koperasi
dan UKM
2.6.4 Cakupan bina 1,500 3,000 4,500 6,000 7,500 9,000 Dinas
kelompok Industri
pedagang/usaha Perdagan
informal gan
Koperasi
dan UKM
2.7 Perindustrian

Program penataan
struktur industri
dan perdagangan

2.7.1 Kontribusi sektor 29.48% 29.73% 29.98% 30.23% 30.48% 30.73% 30.98% Dinas
Industri terhadap Industri
PDRB Industri Perdagan
gan
Koperasi
dan UKM
2.7.2 Pertumbuhan 6,562 6,662 6,762 6,862 6.962 7,062 7,162 Dinas
Industri Industri
Perdagan
gan
Koperasi
dan UKM
Program 1.068.8 1.175.7 1.293.2 1.422.6 1.564. 1.721.3
pengembangan 27 10 81 09 870 57
industri kecil dan
menengah
2.7.3 Cakupan bina 3% 3% 6% 9% 12% 15% 18% Dinas
kelompok pengrajin Industri
industri kecil, Perdagan
menengah dan gan
kreatif Koperasi
dan UKM


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
290 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
2.7.4 Peningkatan/pertu 0.06% 0.07% 0.15% 0.23% 0.31% 0.39% 0.47% Dinas
mbuhan jumlah Industri
industri kecil, Perdagan
menengah dan gan
kreatif Koperasi
dan UKM
2.8 Transmigrasi

3. URUSAN PENUNJANG

3.1 Perencanaan
Program 3.274.9 3.602.3 3.962.6 4.358.8 4.794. 5.274.2
perencanaan 00 90 29 92 781 59
pembangunan
daerah
0.16 Program Tahunan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Bappeda
yang mengacu ke
Program RPJMD

0.17 Usulan Musrenbang 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% Bappeda
Desa dan
Kecamatan
terakomodir dalam
RKPD/KUA PPAS
3.2 Keuangan
Program
peningkatan dan
pengembangan
PAD
0.4 Realisasi PAD 210,695,348, 212,719,7 220,868,3 231,521,8 243,083,0 255,654,9 269,353,0 Dinas
134.82 97,000.00 98,803.95 35,611.94 74,194.87 92,828.96 64,651.29 Pendapat
an,
Pengelola
an
Keuangan
dan Asset
Daerah -


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
291 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
Perangkat
Daerah

0.5 Rasio PAD terhadap 11.12% 10.28% 9.78% 9.39% 9.02% 8.69% 8.39% Dinas
APBD Pendapat
an,
Pengelola
an
Keuangan
Dan Asset
Daerah -
Perangkat
Daerah
0.6 Rasio PAD terhadap 11.29% 10.19% 10.19% 10.19% 10.19% 10.19% 10.19% Dinas
pendapatan Pendapat
an,
Pengelola
an
Keuangan
Dan Asset
Daerah -
Perangkat
Daerah
Program 1.011.552 1.112.707 1.223.978 1.346.376 1.481.0 1.629.1
13
peningkatan dan 15
pengembangan
pengelolaan
keuangan daerah
0.7 Realisasi Belanja 189,497,486, 2.069.123 2.259.275 2.466.902 2.693.611 2.941.154 3.211.446 Dinas
571,086.00 .055.869, .464.704, .879.910, .254.574, .128.869, .193.312, Pendapat
69 11 42 19 56 67 an,
Pengelola
an
Keuangan
Dan Asset
Daerah -


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
292 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
Perangkat
Daerah

Program
peningkatan,
pengembangan
sistem pelaporan
capaian kinerja
dan keuangan
0.13 Nilai Akuntabilitas CC B B B B B B Bagian
Kinerja Instansi Organisasi
Pemerintah
Kabupaten
Ponorogo
0.14 Peningkatan Skor 3.1158 3.1528 3.1897 3.2267 3.2636 3.3006 3.3375 Bagian
Kinerja LPPD Pemerinta
han
3.3 Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan
Program 1.936.4 2.130.1 2.343.1 2.577.4 2.835. 3.118.7
pembinaan dan 72 19 31 44 189 08
pengembangan
aparatur
0.2 Rasio jumlah 20% 20% 20% 20% 20% 100% Bagian
aparatur sesuai Organisasi
dengan kebutuhan
dalam Struktur
Organisasi dan Tata
Kerja (SOTK)
0.3 Peningkatan 1 1 2 2 2 3 3 Inspektor
Kapabilitas APIP at
Program
Peningkatan
Kapasitas Sumber
Daya Aparatur


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
293 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
0.8 Perangkat Daerah 20% 20% 40% 60% 80% 100% Bagian
yang memiliki Organisasi
struktur organisasi
sesuai dengan
beban kerjanya
0.9 Penempatan ASN 94% 94% 1,315,0 96% 1,150,0 96% 1,150,0 97% 1,150,0 97% 1,150, 98% 1,150,0 Badan
yang sesuai dengan 00.00 00.00 00.00 00.00 000.0 00.00 Kepegawa
kompetensi 0 ian
Daerah
3.4 Penelitian dan Pengembangan
Program 2.782.6 3.060.9 3.366.9 3.703.6 4.074. 4.481.4
optimalisasi 39 03 93 93 062 68
pemanfaatan
teknologi
informasi
0.1 Cakupan 116 paket 130 paket 130 paket 130 paket 130 paket 130 paket 130 paket Bagian
pengadaan Pembang
barang/jasa secara unan
elektronik (e-
procurement)
melalui LPSE
3.5 Pemerintahan Umum
3.6 Pembinaan dan Pengawasan
Program
peningkatan
sistem
pengawasan
internal dan
pengendalian
pelaksanaan
kebijakan KDH
0.10 Jumlah Tindak 80% 90% 0.00 90% 100,00 90% 125,00 90% 150,00 90% 175,0 90% 200,00 Inspektor
Lanjut atas 0.00 0.00 0.00 00.00 0.00 at
Temuan/Rekomend
asi BPK


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
294 BAB VIII

Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan PERANGK


Bidang Urusan
Kinerja Pada AT
Pemerintahan Indikator Kinerja Program 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal RPJMD DAERAH
Kode Program Prioritas (outcome)
(Baseline) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penanggu
Pembangunan Target Target Target Target Target Target
Tahun 2015 (000) (000) (000) (000) (000) (000) ngjawab
0.11 Muturisasi SPIP 2 2 80,000. 2.25 80,000. 2.5 80,000. 2.75 80,000. 3 80,00 3 80,000. Inspektor
Pemkab Ponorogo 00 00 00 00 0.00 00 at

0.12 Tindak lanjut 93% 93% 50,000. 93% 50,000. 93% 50,000. 94% 50,00 95% 50,000. Inspektor
terhadap temuan 00 00 00 0.00 00 at
Inspetorat dan APIP
lainnya per tahun
0.13 Jumlah risalah 10 15 20 25 30 35 40 Sekretaria
rapat/sidang yang t Dewan
diterbitkan/
ditetapkan
0.14 Jumlah risalah 16 18 20 22 24 26 28 Sekretaria
PERDA yang t Dewan
diterbitkan/
ditetapkan


RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021
295 BAB VIII

BAB IX
INDIKATOR KINERJA DAERAH

9.1. Indikator Kinerja Utama
Penyusunan RPJMD 2016-2021 dengan Visi, Misi dan Agenda Pembangunan
dalam bentuk program prioritas yang sudah dirumuskan merupakan dasar penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan publik yang akan berdampak kepada kinerja sosial dan
ekonomi masyarakatnya. Program Prioritas yang telah dirumuskan pada umunya tidak
dapat diukur secara langsung, namun lebih bersifat komposit dan komulatif dari
keluaran kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lainnya bahkan output program
yang satu dengan program lainnya. Oleh karena itu dalam melakukan mengevaluasi
dampak pelaksanaan program prioritas dan kebijakan publik berupa kinerja,
diperlukan indikator yang secara kuantitatif maupun kualitatif terukur.
Indikator kinerja daerah merupakan alat untuk memberi gambaran tentang
ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah melalui program-program
prioritas yang telah ditetapkan. Hal ini ditunjukkan dengan capaian indicator outcome
program pembangunan daerah setiap tahun sesuai dengan kondisi kinerja yang
diinginkan pada akhir periode RPJMD. Indikator yang dipilih dan ditetapkan menjadi
Indikator Kinerja Daerah diambil dari indikator-indikator yang telah ada dalam
beberapa aturan terkait dengan indikator dan indikator baru dengan
memperhatikakan kaidah perumusan indikator yang baik. Indikator Kinerja Daerah
yang disajikan dalam RPJMD Kabupaten Ponorogo 2016-2021 merupakan indikator
kinerja utama daerah, sehingga tidak menampung seluruh indikator. Pemilihan
Indikator yang akan disajikan dalam RPJMD dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Indikator Makro, indikator yang merupakan pengukuran outcame suatu
program prioritas. Indikator makro tersebut didukung dengan indikator –
indikator pendukung yang terdapat di masing-masing PD.
2. Indikator yang menggambarkan kinerja dan keberhasilan Pemerintah Daerah.
3. Indikator yang mempunyai nilai strategis dalam pencapaian visi dan misi.
Adapun Indikator Kinerja Utama Daerah kabuaten Ponorogo selama lima
tahun disajikan dalam tabel sebagai berikut:

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021



296 BAB IX

Tabel 9.1
Indikator Kinerja Utama Kabupaten Ponorogo Tahun 2016 – 2021

NO INDIKATOR Target
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 Pertumbuhan 4,80% 5,75% 5,83% 5,92% 6,00% 6,09% 6,17%
ekonomi
2 Tingkat kemiskinan 11,46% 11,25% 11,05% 11,00% 10,95% 10,86% 10,70%

3 Tingkat pengangguran 3,22% 3,82% 3,83% 3,78% 3,85% 3,71% 3,84%


terbuka
4 Nilai Tukar Petani 104,75 105,11 105,6 106,21 106,84 107,25 107,85

5 Indeks Pembangunan 68,16 67,75 67,80 68,10 68,35 68,90 69,40


Manusia
6 Indeks Gini 0,30 0,29 0,28 0,28 0,27 0,26 0,25
7 Infrastruktur Publik 71,53% 72,50% 75,45% 78,60% 81,55% 84,60% 87,50%
dalam Keadaan Baik
8 Opini BPK WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP


9.2. Indikator Kinerja Daerah
Pengukuran tingkat keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah selama periode penyelenggaraan pmerintahan dapat
digambarkan dari pencapaian Indikator kinerja daerah pada aspek Kesejahteraan
Masyarakat, aspek Pelayanan Umum dan aspek Daya Saing Daerah. Aspek
kesejahteraan masyarakat diukur dengan indikator ekonomi makro dari berbagai
kegiatan ekonomi dan sosial, aspek pelayanan umum diukur dengan melihat segala
bentuk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh pemerintah daerah sesuai
kewenangannya seperti memberikan pelayanan dasar infrastruktur, pendidkan dan
kesehatan, serta aspek daya saing daerah merupakan indikator untuk melihat
kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi.
Indikator kinerja daerah Kabupaten Ponorogo 2016-2021 per aspek dan fokus, serta
kondisi baseline dan target kinerja akhir yang direncanakan pada akhir periode
disajikan dalam table 9.2 berikut ini :



RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021

297 BAB IX

Tabel 9.2

Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Ponorogo tahun 2016 - 2021

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Aspek Kesejahtaraan Masyarakat

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1 Pemerintahan Umum
1.1 Pertumbuhan PDRB 10,84 10,82 10,86 10,89 10,93 10,96 11,00 BAPPEDA

1.2 Pertumbuhan ekonomi 5,27 5,75 5,83 5,92 6,00 6,09 6,17 BAPPEDA

1.3 Laju inflasi Kabupaten 5,40 5,36 5,31 5,27 5,22 5,18 5,10 BAPPEDA

1.4 Jumlah Penduduk Miskin 105.600 97.582 96.004 95.689 95.415 94.680 93.331 BAPPEDA

1.5 Indeks Gini 0,30 0,29 0,28 0,28 0,27 0,26 0,25 BAPPEDA

2 Pertanian
2.1 Nilai Tukar Petani 104,75 105,11 105,6 106,21 106,84 107,25 107,85 Dinas Pertanian
2.2 Score Pola Pangan harapan 78,90 79,50 80,00 81,50 82,00 83,00 84,00 Bappeda

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan


3
Desa

Badan Pemberdayaan
Desa yang memiliki Pasar Desa dan sudah
3.1 10% 40% 50% 80% 90% 95% 100% Masyarakat dan
melakukan penyertifikatan Pasar Desa Pemerintahan Desa


Badan Pemberdayaan
Desa yang membentuk BUMDes sesuai
3.2 35% 35% 50% 70% 80% 90% 95% Masyarakat dan
dengan peraturan perundang-undangan Pemerintahan Desa

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


298
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Badan Pemberdayaan
Desa yang menindaklanjuti pelatihan UED-
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Masyarakat dan
3.3 SP Pemerintahan Desa


Badan Pemberdayaan
Jumlah Badan Kredit Desa (BKD) yang
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Masyarakat dan
3.4 beralih ke BUM Desa Pemerintahan Desa

Badan Pemberdayaan
Penyerapan dana desa yang tertib
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Masyarakat dan
3.5 administrasi secara akuntabel Pemerintahan Desa

Fokus Kesejahteraan Masyarakat

1 Pemerintahan Umum
1.1 Indeks Kepuasan Masyarakat 77,51 76,03 77,00 78,00 79,00 80,00 81,00 Bagian Organisasi

2 Pendidikan
2.1 Angka melek huruf 92,36% 92,86% 93,36% 93,86% 94,36% 94,86% 95,36% DINAS PENDIDIKAN

2.2 Rata-rata lama sekolah 6,90 7,15 7,50 7,85 8,25 8,60 9,00 DINAS PENDIDIKAN

2.3 Angka partisipasi kasar


PAUD 25000 26500 28000 29000 30000 31500 33000 DINAS PENDIDIKAN

SD/MI/ Paket A 105,05% 105,31% 105,58% 105,84% 106,10% 106,37% 106,64% DINAS PENDIDIKAN

SMP/MTs/ Paket B 103,68% 103,94% 104,20% 104,46% 104,72% 104,98% 105,24% DINAS PENDIDIKAN

SMA/MA/SMK/ Paket C 84,27% 85,03% 85,79% 86,57% 87,34% 88,13% 88,92% DINAS PENDIDIKAN

2.4 Angka Partisipasi Murni

SD/MI/Paket A 94,39% 94,50% 94,60% 94,75% 94,90% 95,05% 95,24% DINAS PENDIDIKAN

SMP/MTs/Paket B 83,35% 83,98% 84,60% 85,24% 85,88% 86,52% 86,17% DINAS PENDIDIKAN

SMA/MA/SMK/Paket C 66,06% 68,00% 70,00% 72,00% 74,00% 76,00% 78,00% DINAS PENDIDIKAN

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


299
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

2.5 Angka Putus Sekolah


SD/MI/Paket A 0,03% 0,02% 0,02% 0,02% 0,01% 0,01% 0,01% DINAS PENDIDIKAN

SMP/MTs/Paket B 0,31% 0,28% 0,25% 0,23% 0,20% 0,18% 0,16% DINAS PENDIDIKAN

SMA/MA/SMK/Paket C 0,43% 0,41% 0,39% 0,37% 0,35% 0,33% 0,32% DINAS PENDIDIKAN

2.6 Nilai Rata-Rata Ujian Nasional


SD/MI/Paket A 7,69 7,71 7,73 7,75 7,77 7,79 7,81 DINAS PENDIDIKAN

SMP/MTs/Paket B 7,07 7,14 7,20 7,27 7,34 7,41 7,50 DINAS PENDIDIKAN

SMA/MA/SMK/Paket C 7,13 7,15 7,17 7,20 7,25 7,30 7,40 DINAS PENDIDIKAN

3 Kesehatan

3.1 Angka usia harapan hidup (tahun) 71,00 72,00 72,50 73,00 73,50 74,00 74,50 Dinas Kesehatan

Angka Kematian Ibu (/100.000 Kelahiran


3.2 97.19/100.000 97.19/100.000 97.09/100.000 96.99/100.000 96.89/100.000 96.89/100.000 96.89/100.000 Dinas Kesehatan
Hidup)
Angka Kematian Bayi (/1.000 Kelahiran
3.3 4/1.000 25.61/1.000 24.74/1.000 23.87/1.000 23/1.000 23/1.000 23/1.000 Dinas Kesehatan
Hidup)
Prevalensi kekurangan gizi (underweight)
3.4 12.9 % 17 17 17 17 17 17 Dinas Kesehatan
pada anak balita
3.5 Prevalensi Tuberkulosis (TB) 647/100.000 647/100.000 647/100.000 647/100.000 647/100.000 647/100.000 647/100.000 Dinas Kesehatan

3.6 Prevalensi HIV (persen) < 0,5% < 0,5% < 0,5% < 0,5% < 0,5% < 0,5% < 0,5% Dinas Kesehatan
Prevalensi Penemuan dan Penanganan AFP
3.7 1.69 > 2/100.000 > 2/100.000 > 2/100.000 > 2/100.000 > 2/100.000 > 2/100.000 Dinas Kesehatan
Rate
3.8 Prevalensi Penemuan dan Penanganan DBD 90.24/100.000 49/100.000 48/100.000 47/100.000 46/100.000 45/100.000 44/100.000 Dinas Kesehatan

3.9 Prevalensi stunting 18.5% 28,00% 28,00% 28,00% 28,00% 28,00% 28,00% Dinas Kesehatan

3.10 IKM Bidang kesehatan 81,69 79,40 78,00 80,00 82,00 84,00 86,00 Dinas Kesehatan

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


300
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

4 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Partisipasi perempuan di lembaga


4.1 3% 8% 13,0% 18,0% 22,0% 27,0% 30% Kantor PPPA
pemerintah

4.2 Angkatan kerja perempuan 97% 97,1% 97,2% 97,4% 97,6% 97,8% 98% Kantor PPPA

Cakupan organisasi / lembaga wanita yang


4.3 67,57% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Kantor PPPA
dibina

Penyelesaian pengaduan kasus perempuan


4.4 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Kantor PPPA
dan anak kekerasan dari tindak kekerasan

4.5 Rasio KDRT 0,00470 0,00469 0,00468 0,00466 0,00464 0,00462 0,00460 Kantor PPPA

4.6 Jumlah tenaga kerja dibawah umur 0,0085% 0,0084% 0,0083% 0,0082% 0,0081% 0,0080% 0,0079% Kantor PPPA

5 Pangan
Kantor Ketahanan
5.1 Skor Pola Pangan Harapan 78,90 79,50 80,00 81,50 82,00 83,00 84,00
Pangan

Penurunan daerah rawan gizi (kecamatan Kantor Ketahanan


5.2 82% 82% 78% 74% 70% 66% 62%
bebas rawan gizi) Pangan

Kantor Ketahanan
5.3 Kualitas gizi pangan daerah 50,00% 50,00% 51,50% 53,00% 54,50% 56,00% 57,50%
Pangan

6 Pemberdayaan masyarakat dan Pemerintahan desa

Badan Pemberdayaan
BUM Desa yang melaksanakan pengelolaan
12% 15% 40% 50% 60% 70% 75% Masyarakat dan
6.1 dengan baik Pemerintahan Desa

Kelompok masyarakat yang mampu Badan Pemberdayaan
6.2
meningkatkan keberdayaan masyarakat 45% 60% 70% 75% 80% 85% 90% Masyarakat dan
dalam membangun desa Pemerintahan Desa

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


301
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021


Desa yang melaksanakan laporan sesuai Badan Pemberdayaan
6.3
dengan peraturan perundang-undangan 80% 90% 90% 90% 90% 90% 90% Masyarakat dan
yang berlaku Pemerintahan Desa

Badan Pemberdayaan
Desa yang memiliki RPJMDes sinkron
55% 60% 63% 66% 69% 72% 75% Masyarakat dan
6.4 dengan RPJMD Kabupaten Pemerintahan Desa
Badan Pemberdayaan
Desa yang memiliki RKPDes sinkron dengan
45% 50% 55% 60% 65% 70% 75% Masyarakat dan
6.5 RKPD Kabupaten Pemerintahan Desa
Badan Pemberdayaan
Desa yang memiliki RAPBD sinkron dengan
45% 50% 55% 60% 65% 70% 75% Masyarakat dan
6.6 RAPBD Kabupaten Pemerintahan Desa
Badan Pemberdayaan
6.7 Desa yang memiliki produk unggulan 5% 5% 12% 19% 26% 33% 40% Masyarakat dan
Pemerintahan Desa
Aspek Pelayanan Umum

Fokus Layanan Pemerintahan Umum

1 Pemerintahan Umum

1.1 Laporan Hasil Analisa Jabatan dan ABK 20% 35% 50% 60% 70% 85% 100% Bagian Organisasi

1.2 Nilai akuntabilitas kinerja instansi


pemerintah Kabupaten Ponorogo CC B B B B B B Bagian Organisasi

1.3 Penempatan ASN yang sesuai dengan Badan Kepegawaian


kompetensi 94% 94% 96% 96% 97% 97% 98%
Daerah
1.4 Program Tahunan yang mengacu ke
Program RPJMD 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Bappeda

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


302
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1.5 Dokumen Perencanaan RPJMD yg telah
ditetapkan dgn PERDA 1 1 1 1 1 1 1 Bappeda

1.6 Dokumen RKPD, KUA dan PPAS yang


ditetapkan dengan PERKADA 5 5 5 5 5 5 5 Bappeda

1.7 Pelaksanaan Musrenbang Desa dan


Kecamatan tepat waktu 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Bappeda

1.8 Usulan Musrenbang Desa dan Kecamatan


terakomodir dalam RKPD/KUA PPAS 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% Bappeda

1.9 Jumlah MOU yang dilaksanakan (Pemda


lain, Instansi Pusat, Lembaga /perguruan
9 10 10 10 10 11 11 Bappeda/ PM
tinggi)


Dinas Pendapatan,
1.10 Realisasi PAD 210.695.348.134,82 212.719.797.000,00 220.868.398.803,95 231.521.835.611,94 243.083.074.194,87 255.654.992.828,96 269.353.064.651,29
Pengelolaan Keuangan
dan Asset Daerah - PD


Dinas Pendapatan,

11,12% 10,28% 9,78% 9,39% 9,02% 8,69% 8,39% Pengelolaan Keuangan
1.11 Rasio PAD terhadap APBD dan Asset Daerah - PD


Dinas Pendapatan,

10,28% 10,28% 10,28% 10,28% 10,28% 10,28% 10,28% Pengelolaan Keuangan
1.12 Rasio PAD terhadap total belanja daerah. dan Asset Daerah - PD

Dinas Pendapatan,

11,29% 10,19% 10,19% 10,19% 10,19% 10,19% 10,19% Pengelolaan Keuangan
1.13 Rasio PAD terhadap pendapatan dan Asset Daerah - PD

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


303
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Dinas Pendapatan,
189.497.486.571.08 2.069.123.055.869, 2.259.275.464.70 2.466.902.879.91 2.693.611.254.57 2.941.154.128.86 3.211.446.193.31
Pengelolaan Keuangan
1.14 Realisasi Belanja 6,00 69 4,11 0,42 4,19 9,56 2,67
dan Asset Daerah - PD


Dinas Pendapatan,


1.15 6,00% 6,02% 6,05% 6,10% 6,20% 6,30% 6,40% Pengelolaan Keuangan
Peningkatan PAD dan Asset Daerah - PD

Dinas Pendapatan,
Penerimaan PAD terhadap total belanja

1.16 12,00% 11,28% 11,00% 10,98% 10,85% 10,72% 10,68% Pengelolaan Keuangan
daerah dan Asset Daerah - PD

Dinas Pendapatan,
Berkurangnya luas aset tanah pemda yang

1.17 0,87 0,85 0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 Pengelolaan Keuangan
belum bersertifikat dan Asset Daerah - PD

1.18 Tindak Lanjut atas Temuan BPK per tahun 77,40% 80,00% 82,00% 84,00% 86,00% 88,00% 90,00% Inspektorat
1.19 Tindak lanjut terhadap temuan Inspektorat
dan APIP lainnya per tahun APIP 92,87% 93,00% 93,25% 93,50% 94,00% 94,50% 95,00% Inspektorat

1.20 Status Kinerja LPPD Kabupaten Bagian Adm.


Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Pemerintahan Umum
1.21 Muturitas Penerapan SPIP (Level) 2 2 2.25 2,50 2,75 3 3 Inspektorat

1.22 Peningkatan Kapabilitas APIP (Level) 1 1 2 2,00 2,50 3,00 3,00 Inspektorat

1.23 Jumlah Perda yang dihasilkan 6 18 6 6 6 6 6 Bagian Hukum


1.24 Jumlah risalah rapat/sidang yang
diterbitkan/ ditetapkan 10 15 20 25 30 35 40 Sekretariat Dewan

1.25 Jumlah risalah PERDA yang diterbitkan/


ditetapkan 16 18 20 22 24 26 28 Sekretariat Dewan

1.26 Penyelesaian LPPD tepat waktu Tepat Waktu Tepat Waktu Tepat Waktu Tepat Waktu Tepat Waktu Tepat Waktu Tepat Waktu Bagian Organisasi

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


304
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

1.27 Nilai/Score SAKIP Kabupaten CC CC CC B B B B Bagian Organisasi

1.28 Peningkatan Skor Kinerja LPPD 3.1158 3.1528 3.1897 3.2267 3.2636 3.3006 3.3375 Bagian Pemerintahan
1.29 Nilai Survei IKM 77,51 76,03 77,00 78,00 79,00 80,00 81,00
1.30 Cakupan pengadaan barang/jasa melalui Bagian Administrasi
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
LPSE Pembangunan
1.31 Cakupan pengadaan barang/jasa secara Bagian Administrasi
elektronik (e-procurement) melalui LPSE 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Pembangunan
1,32 SKPD yang mengelola arsip secara baku Kantor Arsip dan
5% 10% 20% 40% 60% 80% 100%
Dokumentasi

Fokus Urusan Wajib Pelayanan Dasar

1 Pendidikan
1.1 Pendidikan Dasar
1.1.1 Rasio kecukupan ruang kelas belajar
terhadap penduduk usia sekolah jenjang 1 : 16,55 1 : 16,50 1 : 16,30 1 : 16, 10 1 : 16,00 1 : 15,80 1 : 15, 60 Dinas Pendidikan
SD/MI (r.k/p.7-12)
1.1.2
Rasio kecukupan ruang kelas belajar
terhadap penduduk usia sekolah jenjang 1 : 27,64 1 : 27,24 1 : 27,04 1 :26,84 1 : 26,64 1 : 26,44 1 :26,24 Dinas Pendidikan
SMP/MTs (r.k/p.13-15)

1.1.3 Rasio guru/murid Dinas Pendidikan

SD/MI 1 : 9,97 1 : 10 1, 10 1 :10 1 : 10 1, 10 1 :10 Dinas Pendidikan

SMP/MTs 1 : 10,32 1 : 10,20 1 : 10,10 1 : 10,05 1 : 10,00 1 : 10,00 1 : 10,00 Dinas Pendidikan

1.1.4 Rasio murid per kelas rata-rata

SD/MI 1 : 16,46 1 : 16,25 1 : 16,20 1 : 16 1 : 16 1 : 15 1 : 15 Dinas Pendidikan

SMP/MTs 1 : 28,66 1 : 28,16 1 :27,66 1 :27,16 1 : 26,66 1 :26,16 1 :25 Dinas Pendidikan

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


305
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

1.2 Pendidikan Menengah


Rasio kecukupan ruang kelas belajar
1.2.1 terhadap penduduk usia sekolah jenjang 1 : 46,96 1 : 44,96 1 : 42,96 1 : 40,96 1 : 38,96 1 : 36,96 1 : 35,00 Dinas Pendidikan
SMA/K/MA
1.2.2 Rasio guru/murid

SMA/K/MA 1 : 9,31 1 : 11,31 1 : 13,31 1 : 15,31 1 : 17,31 1 : 19,31 1 : 20 Dinas Pendidikan


1.2.3 Rasio murid per kelas rata-rata

SMA/K/MA 1 :28,60 1 :28,10 1 :27,60 1 :27,10 1 :26,40 1 :25,70 1 :25 Dinas Pendidikan

1.3 Fasilitas Pendidikan

1.3.1 Ruang Kelas SD/MI kondisi bangunan baik 69,86% 72,00% 75,00% 78,00% 82,00% 85,00% 90,00% Dinas Pendidikan
Ruang Kelas SMP/MTs kondisi bangunan
1.3.2 82,01% 84,00% 86,00% 88,00% 90,00% 92,00% 95,00% Dinas Pendidikan
baik
Ruang Kelas SMA/SMK/MA kondisi
1.3.3 92,18% 93,00% 94,00% 95,00% 96,00% 97,00% 98,00% Dinas Pendidikan
bangunan baik
Lembaga Pendidikan yang berakriditasi
1.3.4
minimal B
SD/MI 88,26% 88,50% 88,75% 89,00% 89,25% 89,50% 90,00% Dinas Pendidikan
SMP/MTs 81,21% 82,00% 82,50% 83,00% 83,50% 84,00% 85,00% Dinas Pendidikan
SMA/K/MA 73,17% 74,00% 75,00% 76,00% 77,00% 78,00% 80,00% Dinas Pendidikan
SD/Mi yang memiliki perpustakaan 40,00% 45,00% 50,00% 55,00% 60,00% 65,00% 70,00%
1.4 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dinas Pendidikan
1.4.1 Jumlah peserta didik Anak Usia Dini (PAUD) 23.920 25.000 27.000 29.000 31.000 32.000 33.000 Dinas Pendidikan

1.5 Angka Putus Sekolah

1.5.1 Angka putus sekolah (APS) SD/MI 0,03% 0,03% 0,02% 0,02% 0,02% 0,01% 0,01% Dinas Pendidikan

1.5.2 Angka putus sekolah (APS) SMP/MTs 0,31% 0,30% 0,28% 0,26% 0,24% 0,22% 0,20% Dinas Pendidikan

1.5.3 Angka putus sekolah (APS) SMA SMK/MA 0,43% 0,42% 0,40% 0,38% 0,36% 0,34% 0,30% Dinas Pendidikan

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


306
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

1.6 Angka Kelulusan

1.6.1 Angka Kelulusan (AL) SD/MI 98,77% 98,79% 98,81% 98,83% 98,85% 98,98% 99,00% Dinas Pendidikan

1.6.2 Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs 99,71% 99,73% 99,75% 99,77% 99,79% 99,80% 99,82% Dinas Pendidikan

1.6.3 Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA 99,81% 99,82% 99,83% 99,84% 99,85% 99,86% 99,88% Dinas Pendidikan
Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke
1.6.4 111,98% 111,99% 112,00% 112,30% 112,50% 112,70% 113,00% Dinas Pendidikan
SMP/Mts
Angka melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke
1.6.5 102,67% 102,87% 103,00% 103,30% 103,50% 103,75% 104,00% Dinas Pendidikan
SMA/SMK/MA

1.6.6 Guru yg memenuhi kualifikasi S1/D-IV

SD/MI 90,45% 91,45% 92,45% 93,45% 94,45% 94,75% 95,00% Dinas Pendidikan

SMP/MTs 91,03% 92,00% 92,50% 93,00% 94,00% 95,00% 96,00% Dinas Pendidikan

SMA/K/MA 91,89% 92,50% 93,50% 94,50% 95,00% 96,00% 97,00% Dinas Pendidikan

1,7 Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan


1.7.1
Guru yang telah memiliki Sertifikasi Profesi

Tenaga Kependidikan
SD/MI 58,85% 59,85% 60,85% 61,85% 63,85% 65,85% 68,85% Dinas Pendidikan

SMP/MTs 52,37% 53,47% 54,57% 55,67% 57,67% 59,67% 62,37% Dinas Pendidikan

SMA/K/MA 42,11% 43,61% 45,11% 46,61% 48,61% 50,61% 52,11% Dinas Pendidikan

2 Kesehatan
Penduduk Miskin yang dilindungi
2.1 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Dinas Kesehatan
JKN/Asuransi Kesehatan
Rasio kecukupan PUSKESMAS persatuan
1/28.000 1/28.000 1/28.000 1/28.000 1/28.000 1/28.000 1/28.000 Dinas Kesehatan
penduduk
2.2 Ratio Kecukupan tenaga Medis

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


307
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

a. Ratio Kecukupan Dokter 10/100.000 1/5.000 1/5.000 1/5.000 1/5.000 1/5.000 1/5.000 Dinas Kesehatan

b. Ratio Kecukupan Dokter gigi 3/100.000 1/12.000 1/12.000 1/12.000 1/12.000 1/12.000 1/12.000 Dinas Kesehatan
c. Ratio Kecukupan Bidan 1:2.247 1:2.247 1:2.247 1:2.247 1:2.247 1:2.247 1:2.247 Dinas Kesehatan
Ratio Cakupan Puskesmas terhadap
2.3 1/28.000 1/28.000 1/28.000 1/28.000 1/28.000 1/28.000 1/28.000 Dinas Kesehatan
Penduduk
2.4 Jumlah Puskesmas yang terakreditasi 0 10 20 31,00% 31,00% 31,00% 31,00% Dinas Kesehatan
Jumlah puskesmas yang minimal memiliki
2.5 2 0,00 6 10 5 5 3 Dinas Kesehatan
sembilan tenaga kesehatan

2.6 Imunisasi dasar lengkap pada bayi (Batita) 92,51% 91,50% 92,00% 92,50% 93,00% 93,50% 94,00%
Dinas Kesehatan
2.7 POSYANDU Balita aktif 58% 68% 78% 88% 98% 100% 100% Dinas Kesehatan

2.8 Jenis alat kesehatan dibandingkan standar 44,60% 81% 85% 89% 93% 97% 100% RSUD

Tingkatan Akreditasi yang diperoleh Rumah Terakreditasi


2.10 Paripurna Paripurna Paripurna Paripurna Paripurna Paripurna RSUD
Sakit Paripurna
2.11 Indeks Kepuasan Masyarakat ( IKM ) 76 76 78 80 82 84 86 RSUD
2.12 Ratio Kecukupan tenaga Medis RSUD 70% 70,00% 74,00% 78,00% 82,00% 86,00% 90,00% RSUD

Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (akses


2.13 65,91% 66,00% 66,09% 66,19% 66,29% 66,39% 66,49% Dinas Kesehatan
sanitasi dasar)

Akses air minum/air bersih pada Rumah


2.14 90,47% 90,57% 90,67% 90,77% 90,97% 91,07% 91,22% Dinas Kesehatan
Tangga

3 Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


Dinas Pekerjaan
3.1 Panjang jalan Kabupaten dalam kondisi baik 51,31% 54,49% 55,670% 57,85% 61,13% 63,31% 65,49%
Umum

3.2 Jumlah jembatan dalam kondisi Baik 91,64% 92,43% 93,21% 93,99% 94,78% 95,56% 96,34% Dinas Pekerjaan

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


308
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Umum
Dinas Pekerjaan
3.3 Saluran Irigasi dalam Kondisi baik 83,38% 83,40% 83,45% 83,51% 83,55% 83,60% 83,65%
Umum
3.4 Tersusunnya Dokumen RTRW 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% Bappeda
3.5 Cakupan Luas Lahan beririgasi teknis (Ha) 29,929 29,929 29,929 29,929 29,929 29,929 29,929 Dinas Pertanian
4 Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Dinas Pekerjaan
4.1 Rumah tinggal ber-Sanitasi layak 65,80% 65,91% 66,03% 66,14% 66,26% 66,37% 66,49%
Umum
Dinas Pekerjaan
4.2 Jalan Poros Desa dalam Kondisi baik 59,64% 60,29% 60,94% 61,59% 62,24% 62,89% 63,54%
Umum
Dinas Pekerjaan
4.3 Rasio Rumah Layak Huni 78,85% 78,92% 78,99% 79,06% 79,13% 79,20% 79,27%
Umum
Dinas Pekerjaan
4.4 Rumah tangga pengguna air bersih 90,32% 90,47% 90,62% 90,77% 90,92% 91,07% 91,22%
Umum
4.5 Jumlah kecamatan yang memiliki RDTRK 5 8 15 21 21 21 21 BAPPEDA
5 Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat
Satuan Polisi Pamong
5,1 Jumlah pelanggar PERDA 50% 50% 42% 33% 25% 17% 8%
Praja
5,2
Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 Satuan Polisi Pamong
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
(ketertiban, ketentraman, keindahan) Praja
5,3
Memberdayakan dan meningkatkan
kapasitas masyarakat dalam pemulihan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% BPBD
fasilitas dan utilitas pelayanan umum
5,4
Frekuensi penyelenggaraan forum antar
6 1 6 6 6 6 6 Kesbangpol Linmas
umat beragama
5,5 Konflik sosial yang sudah ditangani 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Kesbangpol Linmas
5,6 Parisipasi Masyarakat dalam mengikuti:
Pemilihan Presiden dan Pemilihan
5,6.1 74,72% 0,00% 0,00% 0,00% 77,72% 0,00% 0,00% Kesbangpol Linmas
DPD/DPR/DPRD

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


309
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

5,6.2 Pemilihan Gubernur 71,38% 0,00% 0,00% 0,00% 77,72% 0,00% 0,00% Kesbangpol Linmas
5,6.3 Pemilihan Bupati 74,26% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 90,72% Kesbangpol Linmas
6 Sosial
Dinas Sosial, Tenaga
6.1 Penurunan PMKS 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2%
Kerja dan Transmigrasi

Dinas Sosial, Tenaga


6.2 PMKS yang ditangani 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2%
Kerja dan Transmigrasi

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan


7
Desa

Badan Pemberdayaan
POSYANDU yang melaksanakan tertib
7,1 20% 25% 30% 35% 40% 45% 55% Masyarakat dan
Administrasi Pemerintahan Desa

Fokus Urusan Wajib Pelayanan Non Dasar


1 Tenaga Kerja
Dinas Sosial, Tenaga
1.1 Pencari kerja yang ditempatkan 48,26% 48,26% 50,00% 55,00% 60,00% 65,00% 70,00%
Kerja dan Transmigrasi

Dinas Sosial, Tenaga


1.2 Tingkat pengangguran terbuka 7,69% 7,69% 7,60% 7,50% 7,40% 2,30% 7,30%
Kerja dan Transmigrasi

Penurunan perkara perselisihan hubungan


Dinas Sosial, Tenaga
1.3 industrial yg masuk kepengadilan hubungan 33% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Kerja dan Transmigrasi
industrial.

Jumlah perusahaan yang menerapkan Dinas Sosial, Tenaga


1.4 431 457 484 513 544 577 611
Jamsostek Kerja dan Transmigrasi

Dinas Sosial, Tenaga


1.5 Jumlah Calon Transmigrasi yang terdata 10 KK 10KK 20KK 25KK 25KK 25KK 25KK
Kerja dan Transmigrasi

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


310
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

2 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Kantor Pemberdayaan
Partisipasi perempuan di lembaga
2.1 3% 8% 13% 18% 22% 27% 30% Perempuan dan
pemerintah Perlindungan Anak

Kantor Pemberdayaan
2.2 Rasio KDRT 0.00470% 0.00469% 0.00468% 0.00466% 0.00465% 0.00462% 0.00460% Perempuan dan

Perlindungan Anak

Kantor Pemberdayaan

2.3 Jumlah tenaga kerja dibawah umur 0,0085% 0,0084% 0,0083% 0,0082% 0,0081% 0,0080% 0,0079% Perempuan dan
Perlindungan Anak

Kantor Pemberdayaan
2.4 Partisipasi angkatan kerja perempuan 97% 97,1% 97,2% 97,4% 97,6% 97,8% 98,0% Perempuan dan

Perlindungan Anak

Kantor Pemberdayaan
Cakupan organisasi/lembaga wanita yang
2.5 67,57% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Perempuan dan
dibina Perlindungan Anak

Penyelesaian pengaduan perlindungan Kantor Pemberdayaan


2.6 perempuan dan anak dari tindakan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Perempuan dan

kekerasan Perlindungan Anak
3 Pangan
Penurunan daerah rawan gizi (kecamatan Kantor Ketahanan
3.1 82% 82% 76% 74% 70% 66% 62%
bebas rawan gizi) Pangan
Kantor Ketahanan
3.2 Kualitas gizi pangan daerah (nasional/WHO) 50,00% 50,00% 52,00% 53,50% 54,50% 56,00% 57,50%
Pangan
4 Pertanahan
Kantor Pelayanan
4.1 Penyelesaian ijin lokasi 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Perijinan Terpadu

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


311
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

5 Lingkungan Hidup
Dinas Pekerjaan
5.1 Penanganan sampah 73,80% 75,31% 76,07% 76,83% 77,58% 78,34% 79,10%
Umum
119 kegiatan
usaha (UKL UPL 3
kegiatan usaha;
DPPLH 14
Jumlah Industri/perusahan/badan usaha Kantor Lingkungan
5.2 kegiatan usaha; 70 75 80 85 90 95
yang menyusun AMDAL Hidup
DPLH 3 kegiatan
usaha dan SPPL
99 kegiatan
usaha)

Luas lahan yang diinformasikan status


kerusakan lahan/ tanah untuk produksi
biomassa (luas lahan yang diinformasikan
Kantor Lingkungan
5.3 status kerusakan lahan untuk produk 54,45% 16,67% 33,33% 50% 66,67% 83,33% 100%
Hidup
biomassa dibagi luas lahan yang
diperuntukkan untuk produksi biomassa
dikalikan 100%)

Jumlah pengaduan yang ditindaklanjuti


(jumlah pengaduan yang ditindaklanjuti Kantor Lingkungan
5.4 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
dibagi jumlah pengaduan yang diterima Hidup
dikalikan 100%)
Angka indeks kualitas lingkungan hidup Kantor Lingkungan
5.5 67,28% 67,5% 68,5% 68,5% 69,5% 69,5% 70,00%
(IKLH) Hidup
6 Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil
Rasio Penduduk Ber-KTP elektronik (KTP-el)/ Dinas Kependudukan
6.1 satuan penduduk wajib KTP elektronik 90,88% 93% 97% 100% 100% 100% 100%
dan Pencatatan Sipil
Dinas Kependudukan
6,2 Kepemilikan Kartu Keluarga 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
dan Pencatatan Sipil

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


312
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Penduduk yang memiliki akta kelahiran Dinas Kependudukan


6,3 kurang dari 18 tahun 66,18% 70,00% 78,00% 85% 90,00% 93,00% 95,00%
dan Pencatatan Sipil

7 Pemberdayaan masyarakat dan Pemerintahan Desa

Desa yang memiliki konsistensi perencanaan


Badan Pemberdayaan
dan pelaksanaan pembangunan
7.1 40% 50% 55% 60% 65% 70% 75% Masyarakat dan
(perencanaan desa didasarkan pada RKP Pemerintahan Desa
Desa dan RPJMDesa)

Badan Pemberdayaan
Desa yang memiliki RKPDes sinkron dengan
7.2 45% 50% 55% 60% 65% 70% 75% Masyarakat dan
RKPD Kabupaten Pemerintahan Desa

Desa yang memiliki dokumen perencanaan ( Badan Pemberdayaan
100% 100% 100% 100% 100% 100%
7.4 RPJMDes dan RKP Desa ) dan Penganggaran 100% Masyarakat dan
( APBDesa ) Pemerintahan Desa

Desa yang menerapkan pengelolaan Badan Pemberdayaan


7.5 keuangan secara akuntabel dan melaporkan 60% 65% 70% 75% 80% 90% 90% Masyarakat dan
penggunaannya secara tertib Pemerintahan Desa

Aparatur pemerintah desa yang memahami Badan Pemberdayaan


7.6 pedoman penyelenggaraan pemerintah 70% 75% 80% 85% 90% 90% 90% Masyarakat dan
desa Pemerintahan Desa

8 Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana


Cakupan peserta KB aktif (terhadap jumlah Badan Keluarga
8.1 69,00% 70,00% 70,38% 70,76% 71,13% 71,50% 71,87%
PUS) Berencana
Menurunnya TFR (Total Fertility Rate) bagi
Badan Keluarga
8.2 wanita usia 15 - 49 Tahun 2,04% 2,04% 2,03% 2,03% 2,02% 2,02% 2,01%
Berencana

Mempertahankan Laju Pertumbuhan Badan Keluarga


8,3 Penduduk 0,3% 0,3% 0,3% 0,3% 0,3% 0,3% 0,3%
Berencana

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


313
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
8,4 Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Badan Keluarga
42,280% 41,15% 40,02% 38,89% 37,76% 36,63% 35,50%
Sejahtera I Berencana
9 Perhubungan

9.1 Fasilitas Sarana dan Prasarana Perhubungan Dinas Perhubungan

Halte khusus produk pertanian 0 0 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% Dinas Perhubungan

Angkutan khusus produk pertanian 0 0 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% Dinas Perhubungan

9.2 Muturitas SPIP Pemkab Ponorogo 2,5 2,5 2,5 2,5 3,0 3,0 3,0 Inspektorat

9.3 Kapabilitas APIP (Tingkat Level) 1 1 1 2 2 2 3 Inspektorat

10 Komunikasi dan informatika


Jumlah SKPD yang terhubung dengan
10.1 40 45 50 55 55 55 55 Dinas Perhubungan
Jaringan e -Gov

SKPD menerapkan pemanfaatan E-


10.2 Goverment untuk mendukung inovasi 73% 82% 91% 100% 100% 100% 100% Dinas Perhubungan
layanan publik

11 Koperasi Usaha Kecil dan Menengah


Dinas Industri
11.1 Koperasi aktif 1,00% 1,50% 2,00% 2,50% 3,00% 3,50% 4,00% Perdagangan Koperasi
dan UKM
Dinas Industri
11.2 Jumlah UKM non BPR / LKM UKM 28.252 28.900 29.100 29.300 29.400 29.600 29.900 Perdagangan Koperasi
dan UKM
Dinas Industri
11.3 Jumlah BPR / LKM 2 2 2 2 2 2 2 Perdagangan Koperasi
dan UKM
Dinas Industri
11.4 Usaha Mikro dan Kecil 99,09% 99,08% 99,07% 99,06% 99,05% 99,04% 99,03% Perdagangan Koperasi
dan UKM

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


314
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

12 Penanaman Modal
Dinas Industri
12,12 Nilai Investasi PMDN 1.463.909.736.548 1.563.909.736.548 1.663.909.736.548 1.763.909.736.548 1.863.909.736.548 1.965.909.736.548 2.063.909.736.548 Perdagangan Koperasi
dan UKM
13 Kepemudaan dan Olahraga
Dinas Kebudayaan,
13.1 Jumlah organisasi pemuda yang dibina 3 3 3 3 3 3 3 Pariwisata, Pemuda
dan Olah Raga

Dinas Kebudayaan,
13.2 Jumlah organisasi olahraga 24 24 24 24 24 26 26 Pariwisata, Pemuda
dan Olah Raga
Dinas Kebudayaan,
13.3 Jumlah klub olahraga 520 520 520 520 520 520 520 Pariwisata, Pemuda
dan Olah Raga
Dinas Kebudayaan,
13.4 Jumlah pemuda berprestasi yang dibina 120 120 236 352 460 584 700 Pariwisata, Pemuda
dan Olah Raga

Dinas Kebudayaan,
Jumlah event pemuda dan olah raga skala
13.5 1 1 1 1 1 1 1 Pariwisata, Pemuda
kabupaten tiap tahun. dan Olah Raga

Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda
13.6 Jumlah lapangan desa 309 309 309 309 309 309 309
dan Olah Raga

14 Statistik
Ketepatan waktu dalam penyusunan
14.1 dokumen (Dalam Angka, PDRB, IPM, Profil 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Bappeda
Kecamatan)
Ketepatan waktu dalam penyusunan
dokumen (LAKIP Kabupaten, LKPJ, Belum Tepat Belum Tepat
14.2 Tepat Waktu Tepat Waktu Tepat Waktu Tepat Waktu Tepat Waktu Bagian Organisasi
Penyebarluasan Informasi Kepada Waktu Waktu
Masyarakat)

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


315
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Penyelesaian LPPD tepat waktu/ Nilai/Score


14.3 Tepat Waktu Tepat Waktu Tepat Waktu Tepat Waktu Tepat Waktu Tepat Waktu Tepat Waktu Bagian Organisasi
SAKIP Kabupaten
14.4 Nilai Survei IKM 77,51 76,03 77,00 78,00 79,00 80,00 81,00 Bagian Organisasi

15 Kebudayaan
Dinas Kebudayaan,
15.1 Jumlah kelompok kesenian 150 160 184 208 232 256 280 Pariwisata, Pemuda
dan Olah Raga

Dinas Kebudayaan,
15.2 Penyelenggaraan festival seni dan budaya 2 2 2 2 2 2 2 Pariwisata, Pemuda
dan Olah Raga

Dinas Kebudayaan,
Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya
15.3 36 36 36 41 50 57 65 Pariwisata, Pemuda
yang dilestarikan dan Olah Raga

Dinas Kebudayaan,
15.4 Jumlah sarana seni budaya (Museum Reog) 0 0 0 0 0 0 1 Pariwisata, Pemuda
dan Olah Raga

Dinas Kebudayaan,
Jumlah pendidikan dasar yang menerapkan
15.5 10% 10% 20% 40% 60% 80% 100% Pariwisata, Pemuda
lokal wisatawan domestik (wisdom) dan Olah Raga

Dinas Kebudayaan,
15.6 Jumlah even seni budaya dan religi daerah 49 49 50 51 52 53 54 Pariwisata, Pemuda
dan Olah Raga

16 Perpustakaan
Kantor Perpustakaan
16.1 Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun 15.472 15.500 15.525 15.550 15.575 15.600 15.625
Daerah

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


316
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Kantor Perpustakaan
16.2 Indeks Kepuasan Masyarakat 150 150 160 170 180 190 200
Daerah

Fokus Layanan Urusan Pilihan


1 Kelautan dan Perikanan

1.1 Produksi perikanan budidaya (Ton) 1.700 1.800 1.900 2.000 2.100 2.244,53 Dinas Pertanian
1.669,84
1,2 Konsumsi ikan (Kg/Kapita/Th) 13 13 13 13,5 13,5 14 14 Dinas Pertanian
2 Pariwisata
Dinas Kebudayaan,
2.1 Kunjungan wisata (orang) 396.926 416.772 437.610 459.490 482.464 506.587 531.916 Pariwisata, Pemuda
dan Olah Raga

Dinas Kebudayaan,
2.2 Jumlah objek wisata 8 8 10 10 15 15 15 Pariwisata, Pemuda
dan Olah Raga

3 Pertanian
3.1 Pertumbuhan Nilai PDRB sektor pertanian 2,5 3,5 4,5 5,0 5,5 5,7 5,8 Dinas Pertanian

Luas Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan


3.2 Dinas Pertanian
(LP2B) (Ha) 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000

Cakupan Luas lahan yang terigasi teknis


3.3 Dinas Pertanian
(Ha) 29.929 29.929 29.929 29.929 29.929 29.929 29.929
3.4 Luas Lahan pertanian organik (ha) 50 70 75 80 85 90 100 Dinas Pertanian


3,5 Peningkatan penggunaan pupuk organik 20 % 20 % 25 % 20 % 35 % 40 % 45 %
Dinas Pertanian

4 Kehutanan
5 Energi dan Sumber Daya Mineral

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


317
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Bagian Administrasi
5.1 Monitoring dan evaluasi BBM Non Subsidi 22 SPBU 22 SPBU 22 SPBU 22 SPBU 22 SPBU 22 SPBU 22 SPBU
Sumber Daya Alam

6 Perdagangan
Dinas Industri
Kontribusi sektor perdagangan terhadap
6.1 13,10% 13,35% 13,60% 13,85% 14,10% 14,35% 14,60% Perdagangan Koperasi
PDRB dan UKM

Dinas Industri
6.2 Pasar katagori sehat 5,80% 5,80% 5,80% 5,80% 11,60% 11,60% 11,60% Perdagangan Koperasi
dan UKM

7 Perindustrian
Dinas Industri
Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB
7.1 29,48% 29,73% 29,98% 30,23% 30,48% 30,73% 30,98% Perdagangan Koperasi
Industri dan UKM
Dinas Industri
7.2 Pertumbuhan Industri 6.562 6.662 6.762 6.862 6,962 7.062 7.162 Perdagangan Koperasi
dan UKM
Dinas Industri
Peningkatan/pertumbuhan jumlah industri
7.4 0,06% 0,07% 0,15% 0,23% 0,31% 0,39% 0,47% Perdagangan Koperasi
kecil, menengah dan kreatif dan UKM

Dinas Industri
Jumlah tenaga kerja yang terserap industri
7.5 10.710 10.817 10.924 11.031 11.138 11.246 11.353 Perdagangan Koperasi
kecil, menengah dan kreatif dan UKM

Dinas Industri
Kontribusi sektor perdagangan terhadap
7.6 13,35% 13,35% 13,60% 13,85% 14,10% 14,35% 14,60% Perdagangan Koperasi
PDRB dan UKM

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


318
BAB IX

Kondisi Kinerja
Pada Awal Target Kinerja
Aspek / Fokus / Bidang Urusan / Indikator Kinerja PD
No RPJMD
Pembangunan Daerah Penanggungjawab
(Baseline)
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

ASPEK DAYA SAING DAERAH


Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
1 Pertanian
1.1 Nilai Tukar Petani 104,75 105,11 105,6 106,21 106,84 107,25 107,85 Dinas Pertanian
Fokus Iklim Berinvestasi
1 Pemerintahan Umum
1.1 Penyelesaian perijinan
Kantor Pelayanan
Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Perijinan Terpadu
Kantor Pelayanan
Surat Ijin Usaha Perusahaan (SIUP) 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Perijinan Terpadu
Kantor Pelayanan
Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Perijinan Terpadu
2 Penanaman Modal
Kantor Pelayanan
2.1 Pengurusan perijinan tepat waktu 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Perijinan Terpadu
Kantor Pelayanan
2.2 Pelayanan Perizinan secara On Line 40% 40% 50% 60% 70% 80% 100%
Perijinan Terpadu

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


319
BAB IX
BAB X
PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten


Ponorogo Tahun 2016-2021 merupakan dokumen perencanaan strategis bagi
Kabupaten Ponorogo selama kurun waktu lima tahun kedepan sebagai pedoman
penyelenggaran pemerintahan daerah yang harus dipedomani bagi
penyelenggara pemerintahan dan stake holders lainnya.


10.1. Pedoman Transisi
Pedoman transisi dimaksudkan sebagai acuan penyelenggaraan
perencanaan pembangunan daerah pada akhir periode RPJMD hingga
terpilihnya kepala daerah baru dan tersedianya dokumen RPJMD sebagai
hasil penjabaran visi dan misi kepala daerah terpilih. Pedoman transisi ini
juga dimaksudkan untuk memberikan panduan kepada Pemerintah
Daerah agar lebih siap dalam menyusun dokumen rencana pembangunan
pada periode lima tahun berikutnya. Pada masa transisi tersebut
diperlukan sebuah acuan bagi penyusunan perencanaan tahun 2021 yaitu
didasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2005-2025, amanat Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Propinsi Jawa Timur tahun 2020-2025,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-
2025 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2020.

10.2. Kaidah Pelaksanaan
Suatu keberhasilan pembangunan yang tercantum dalam RPJMD
diindikasikan oleh sejauh mana berbagai outcome dapat tercapai dan
secara tepat memicu pencapaian sasaran (impact) RPJMD. Oleh karena
itu konsistensi, kerjasama, transparansi, inovasi dan tanggung jawab
semua pihak diperlukan agar target-target pembangunan yang telah

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


320
BAB X
ditetapkan dalam RPJMD tersebut dapat tercapai, dengan kaidah-kaidah
pelaksanaan sebagai berikut:

1. RPJMD Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2021 merupakan pedoman
bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun perencanaan tahunan
yaitu Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2016 sampai
dengan tahun 2021;

2. Bupati Ponorogo berkewajiban menyebarluaskan Peraturan Daerah


tentang RPJMD Kabupaten Ponorogo tahun 2016-2021 kepada
masyarakat sebagai bentuk transparansi penyelenggaraan
pemerintahan.

3. Perangkat Daerah (PD) dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra


PD) yang memuat tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan,
dengan berpedoman pada RPJMD Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-
2021 dengan periode yang sama yaitu Renstra Tahun 2016-2021;

4. Seluruh Perangkat Daerah (PD), Pemerintah Desa dan seluruh


pemangku kepentingan agar mendukung pencapaian target-target
yang telah ditetapkan dengan melaksanakan program –program yang
tercantum dalam RPJMD Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2021;

5. Seluruh Pemerintahan Desa sekabupaten Ponorogo didalam


menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJMDes) harus mempedomani RPJMD Kabupaten Ponorogo Tahun
2016-2021;

6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) selaku intitusi


yang memiliki tugas pokok dan fungsi dalam melakukan perencanaan
pembangunan daerah bertugas untuk melakukan fasilitasi,
monitoring, pengendalian dan evaluasi terhadap Perangkat Daerah
lingkup Pemerintah Daerah dalam menjalankan program-program
pembangunan untuk mencapai target-target yang tercantum dalam
RPJMD Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2021;

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


321
BAB X
7. DPRD berkewajiban membahas KUA-PPAS yang diajukan oleh Bupati
dalam rangka menyusun RAPBD untuk menjamin, menjaga
konsistensi dan kesinambungan sesuai dengan RPJMD Kabupaten
Ponorogo Tahun 2016-2021. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 16 tahun 2010 pasal 3 huruf c tentang Pedoman
Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang
Tata tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang menyatakan
bahwa DPRD mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan APBD.

8. Dalam hal terjadinya perubahan Perangkat Daerah (PD) baru dan


perubahan target-target indikator kinerja yang disebabkan karena
perubahan kondisi makro ekonomi maka perubahan Perangkat
Daerah (PD) baru dan perubahan target –target yang telah di
tetapkan di dalam RPJMD Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2021,
dapat dilakukan melalui perubahan di Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) Kabupaten Ponrogo setiap tahunnya tanpa melakukan
perubahan terhadap RPJMD Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2021.

10.3. Pengembangan Pembiayaan Pembangunan


Dalam menlaksanakan program-program pembangunan daerah
yang telah ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-
2021 dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN),
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Propinsi Jawa Timur dan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Ponorogo.
Namun dengan keterbatasan kemampuan keuangan daerah maka
pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan maksimal maka
kebijakan pendanaan pembangunan diarahkan dengan melibatkan
masyarakat dan dunia usaha melalui kerjasama pembiayaan
pembangunan dengan skema kerjasama Pemerintah dengan swasta
(Publik Private Partnership) maupun melalui pelaksanaan Corporate

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


322
BAB X
Sosial Responsibility (CSR) dan program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL) dari pelaku usaha, Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)
serta Lembaga Internasional.

BUPATI PONOROGO

Drs. H. IPONG MUCHLISSONI

RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 – 2021


323
BAB X

Anda mungkin juga menyukai