INFLASI
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
KELOMPOK IV
NAMA NIM
1. ULIA LESTARI 200501100
2. SITI SYIFAURRAHMAH 200501101
3. PUTRI ZULFA ERSA MEYLINA 200501113
EKONOMI SYARIAH
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat, karunia serta
kasih sayang Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Pengaruh Tingkat Suku
Bunga Tabungan terhadap Inflasi ini dengan sebaik mungkin. Solawat serta salam semoga
tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun
hasanah kita, Nabi Muhammad SWT. tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Ibu
Kharisma Rindang Sejati, ME. selaku dosen mata kuliah Ekonometrika.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku penulis usahakan.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki
kesalahan sebagaimana mestinya.
Kelompok IV
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
A. INFLASI ................................................................................................... 2
B. SUKU BUNGA ........................................................................................ 4
C. PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP INFLASI ........ 6
D. ANALISIS REGRESI DAN UJI-T .......................................................... 10
E. UJI ASUMSI KLASIK ............................................................................. 12
A. Kesimpulan ............................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infalsi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus
menerus dalam jangka waktu tertentu. Selain inflasi, ada istilah deflasi yang merupakan
kebalikan dari inflasi, yakni penurunan harga barang secara umum dan terus menerus.
Terjadinya infalsi di Indonesia ini disebabkan karena permintaan masyarakat terhadap suatu
barang cukup tinggi dan terjadi secara terus menerus.
Tidak hanya inflasi pada Makalah ini juga mencangkup mengenai suku bunga,yang
dimana suku bunga merupakan sejumlah dana dari bank yang harus dibayarkan kepada
nasabah karena sudah melakukan simpanan, yang dimana suku bunga ini dibayarkan secara
berkala sesuai dengan kebijakan bank biasanya secara berbulan atau tahunan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah :
1. Apa itu Inflasi.?
2. Apa itu Suku Bunga.?
3. Bagaimana Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Inflasi.?
4. Bagaimana hasil Regresi, Uji-T, dan Uji Asumsi Klasik.?
C. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami Inflasi.
2. Untuk memahami Suku Bunga.
3. Untuk Mengetahui Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Inflasi.
4. Untuk Memahami hasil dari Regresi,Uji-t, dan Uji Asumsi Klasik.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. INFLASI
1. Pengertian Inflasi
Menurut BI, inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara
umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan inflasi dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS), link ke metadata SEKI-IHK. Kenaikan harga dari satu atau
dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Selain inflasi, ada istilah deflasi
yang merupakan kebalikan dari inflasi, yakni penurunan harga barang secara umum dan
terus menerus. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik, pengertian inflasi dapat
dikatakan sebagai kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang
berlangsung secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat,
maka inflasi bisa terjadi.
No Periode Inflasi
1. 2010 6,96
2. 2011 3,79
3. 2012 4,30
4. 2013 8,38
5. 2014 8,36
6. 2015 3,35
7. 2016 3,02
8. 2017 3,61
9. 2018 3,13
10. 2019 2,72
11. 2020 1,68
2. Penyebab Inflasi
a. Adanya permintaan yang meningkat (Demand Pull Inflation)
Penyebab utama inflasi di Indonesia juga dapat disebabkan oleh munculnya hasrat
berlebihan pada sekelompok orang yang ingin memanfaatkan lebih banyak barang
dan jasa yang tersedia di pasar.
2
Keinginan yang berlebihan menyebabkan permintaan yang lebih tinggi sementara
pasokan barang terbatas, yang pada akhirnya mengarah pada harga yang lebih tinggi
dan menyebabkan inflasi.
Jika jumlah barang tetap dan jumlah uang yang beredar berlipat ganda, harga
barang menjadi dua kali lipat. Penyebab inflasi di Indonesia terkait dengan jumlah
uang yang beredar di masyarakat dapat meningkat ketika suatu negara menggunakan
sistem anggaran dengan defisit.
Untuk menutupi defisit anggaran, pemerintah biasanya mencetak uang baru, yang
menyebabkan harga naik. Hal ini merupakan salah satu kemungkinan yang dapat
memicu terjadinya inflasi di Indonesia.
Secara umum, peningkatan inflasi biaya produksi yang dapat terjadi di Indonesia
disebabkan oleh tekanan pada biaya faktor produksi yang terus meningkat. Inflasi
akibat biaya produksi yang tinggi biasanya terjadi di negara berkembang atau
berkembang pesat seperti Indonesia.
Inflasi campuran yang terjadi dapat dipengaruhi oleh adanya kenaikan penawaran
dan permintaan sehingga membuat adanya ketidakseimbangan antara dua hal tersebut.
Ketika permintaan untuk barang atau jasa meningkat, maka akan mengakibatkan
pasokan barang dan faktor produksi menurun. Sementara itu tidak ada alternatif lain
atau substitusi untuk barang dan jasa ini. Situasi yang tidak seimbang ini
meningkatkan risiko inflasi yang terjadi. Harga barang dan jasa akan naik.
Mengatasi inflasi yang dapat terjadi di Indonesia akan sangat sulit ketika kenaikan
supply akan suatu barang atau jasa lebih tinggi atau setidaknya setara dengan
permintaan.
3
membaik di masa depan. Ekspektasi masyarakat terhadap situasi ekonomi ke depan
dapat menjadi penyebab terjadinya inflasi di Indonesia, khususnya inflasi permintaan
atau inflasi biaya produksi. Inflasi ini tergolong sulit untuk dideteksi karena
kejadiannya yang tidak terlalu signifikan
3. Dampak Inflasi
Secara tidak langsung, inflasi juga membawa beberapa dampak untuk
perekonomian, diantaranya seperti:
a. Produsen mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga umum barang dan
jasa.
Inflasi tinggi mengacu pada kenaikan harga umum barang dan jasa. Hal ini dapat
berdampak positif bagi produsen. Inflasi sebagian besar dapat menutupi biaya
produksi karena harga jual telah meningkat. Oleh karena itu, keuntungan produsen
dapat meningkat
Inflasi yang tinggi dapat melemahkan daya beli masyarakat, terutama bagi pekerja
yang tidak menerima kenaikan upah. Inflasi membuat harga barang dan jasa naik. Hal
ini tentunya akan membuat pengeluaran seseorang menjadi lebih besar, sementara
pendapatan tidak naik/tetap. Pada akhirnya, daya beli masyarakat akan melemah
Inflasi juga dapat berdampak negatif terhadap ekspor suatu negara. Penyebab
inflasi adalah biaya ekspor menjadi lebih mahal. Selain itu, meningkatkan harga
produk ekspor yang dapat mempengaruhi daya saing produk di negara tujuan ekspor.
Pada akhirnya, ini bisa mengurangi devisa negara.
B. SUKU BUNGA
1. Pengertian Suku Bunga
Suku bunga merupakan sejumlah dana dari bank yang harus dibayarkan kepada
nasabah. Dana tersebut merupakan imbalan dari bank untuk nasabah karena sudah
menggunakan layanan simpanan. Suku bunga ini dibayarkan secara berkala sesuai
kebijakan bank, biasanya secara bulanan atau tahunan.
4
Berikut data tingkat suku bunga tabungan di Indonesia Tahun 2010-2020 :
5
digunakan untuk pinjaman jangka pendek untuk barang konsumsi seperti
telepon seluler, peralatan rumah tangga, sepeda motor, atau pinjaman tanpa
agunan (KTA).
3. Fungsi Suku Bunga
Suku bunga memberikan keuntungan berupa sejumlah uang yang dipinjamkan kepada
pihak lain berdasarkan perhitungan waktu dan nilai ekonomis. Tinggi rendahnya suku
bunga menentukan tinggi rendahnya keuntungan. Dalam perekonomian, Fungsi suku
bunga diantaranya sebagai berikut:
6
jumlah uang yang dibelanjakan, sehingga berakibat pada melambatnya perekonomian dan
inflasi menurun.
1. Unsur-unsur dalam hubungan antara inflasi dengan suku bunga
Hubungan inflasi dengan suku bunga bank setidaknya dapat digambarkan dalam
tiga unsur, yaitu sistem perbankan, teori kuantitas uang, dan peran dari suku bunga itu
sendiri.
7
Untuk mengendalikan inflasi, bank sentral menggunakan suku bunga. Inflasi
merupakan peningkatan harga umum secara berkelanjutan dalam suatu
perekonomian. Sementara suku bunga adalah biaya yang harus dibayarkan atas
dana pinjaman.
Ketika nasabah menyetor uang atau mengajukan pinjaman ke bank, suku
bunga yang diberlakukan adalah suku bunga nominal, di mana pada suku bunga
tersebut mencakup suku bunga riil dan premi untuk inflasi. Suku bunga riil adalah
biaya uang aktual yang dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran uang dalam
suatu perekonomian. Pada saat inflasi nol, suku bunga nominal akan sama dengan
suku bunga riil. Namun, mustahil jika inflasi nol.
Inflasi yang meningkat akan berpengaruh pada naiknya suku bunga nominal.
Meski suku bunga riil tetap, namun premi untuk inflasi akan ikut mengalami
kenaikan. Bahkan, agar pertumbuhan ekonomi melaju cepat, tingkat suku bunga
harus lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi. Penjelasannya adalah
meminjamkan uang guna mendorong pertumbuhan ekonomi, suku bunga harus
lebih tinggi daripada inflasi. Sebab suku bunga yang lebih tinggi dari tingkat
inflasi dapat meningkatkan nilai uang. Lain halnya jika suku bunga lebih rendah
dari tingkat inflasi.
Sebagai contoh, di saat tingkat suku bunga tahunan 5%, sedangkan tingkat
inflasi 10%, maka bank akan menurunkan penawaran pinjaman, sehingga tingkat
penawaran pinjaman menjadi rendah. Hal ini dilakukan karena nilai uang dari
pengembalian atas pinjaman rendah, sehingga kondisi ini tidak menguntungkan
bagi bank.
Pengaruh inflasi terhadap suku bunga bank dapat dibedakan menjadi dua,
yakni ketika inflasi tinggi dan inflasi rendah.
Pengaruh inflasi tinggi terhadap suku bunga
Di saat tingkat inflasi tinggi, di mana harga umum barang dan jasa mengalami
kenaikan, maka bank sentral harus membuat kebijakan untuk menurunkan inflasi.
Ketika tingkat inflasi tinggi, untuk mengendalikannya, bank sentral menaikkan
tingkat suku bunga agar tingkat inflasi menurun. Ketika suku bunga naik, maka
pinjaman menjadi mahal karena biayanya pun naik. Kondisi ini akan menekan
permintaan masyarakat terhadap pinjaman, sehingga jumlah pinjaman menurun.
Jika permintaan pinjaman menurun, maka jumlah uang beredar di masyarakat pun
akan menurun. Artinya, masyarakat memiliki lebih sedikit uang untuk
dibelanjakan. Dengan kata lain, daya beli masyarakat pada barang dan jasa
menjadi rendah. Akibatnya, mereka akan membeli barang dan jasa dalam jumlah
yang lebih sedikit. Rendahnya daya beli masyarakat pada gilirannya akan
menyebabkan penurunan permintaan terhadap barang dan jasa secara umum. Pada
pasokan tetap atau penawaran yang konsisten, tentu saja akan terjadi penurunan
tingkat permintaan, sehingga harga barang dan jasa di pasaran akan jatuh. Dengan
jatuhnya tingkat harga umum barang dan jasa, secara otomatis akan menurunkan
tingkat inflasi.
Pengaruh inflasi rendah (deflasi) pada suku bunga
8
Bagaimana jika yang terjadi adalah deflasi, yakni penurunan tingkat harga umum
barang dan jasa secara drastis. Pada kondisi inflasi rendah atau deflasi, bank
sentral mengambil kebijakan untuk menurunkan suku bunga bank.
Suku bunga bank yang mengalami penurunan akan menyebabkan biaya pinjaman
menjadi lebih murah. Hal ini tentu menjadi kabar gembira bagi masyarakat baik
individu maupun perusahaan. Sebab mereka berpeluang untuk mendapatkan
pinjaman dengan tingkat pengembalian yang rendah. Kondisi ini tentu mendorong
tingkat permintaan terhadap pinjaman semakin tinggi. Ketika jumlah pinjaman
meningkat, maka jumlah orang yang beredar di masyarakat juga akan meningkat.
Artinya, daya beli masyarakat meningkat karena memiliki lebih banyak uang
untuk dibelanjakan pada barang dan jasa. Hal ini memicu kenaikan tingkat
permintaan terhadap barang dan jasa, sehingga seiring berjalannya waktu harga
barang dan jasa akan terdongkrak.
3. Data Tingkat Suku Bunga dan Inflasi Tahun 2010-2020.
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa tingkat inflasi naik signifikan pada
tahun 2013-2014. Puncak-puncak dalam volatilitas inflasi Indonesia berkolerasi dengan
penyesuaian harga-harga yang ditetapkan pemerintah. Harga-harga energi (bahan bakar dan
listrik) ditetapkan oleh Pemerintah dan karenanya tidak bergerak sesuai dengan kondisi pasar,
berarti defisit yang dihasilkannya harus diserap oleh Pemerintah atau Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) Pertamina dan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Program yang berumur
beberapa dekade ini menempatkan tekanan yang serius pada neraca Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) dan juga membatasi belanja publik untuk proyek-proyek
berjangka panjang dan produktif, seperti pembangunan infrastruktur atau pembangunan
sosial. Namun, sejak Joko Widodo jadi kepala negara ini, pemerintah Indonesia dengan
sukses berhasil untuk mengurangi pendanaan subsidi energi dan meningkatkan alokasi dana
untuk pembangunan infrastruktur dan pembangunan sosial. Pada November 2014, hampir
satu bulan setelah menjabat, Jokowi memotong subsidi BBM sebesar 31 persen untuk
premium dan 36 persen untuk solar Namun keputusan ini hanya mengakibatkan protes yang
sedikit saja. Kenapa? Karena waktu Jokowi memotong subsidi BBM harga minyak mentah
9
global sangat rendah. Bahkan begitu rendah sehingga harga premium dan solar bersubsidi
turun (!) setelah pemotongan subsidi BBM. Jatuhnya yang dramatis harga minyak mentah
global yang dimulai pada bulan Agustus 2014 dalam kombinasinya dengan harga BBM
bersubsidi yang tidak berubah sesuai dengan harga pasar mengakibatkan sebuah situasi
paradoksal yaitu: pembeli BBM bersubsidi mensubsidi pemerintah karena harga BBM
bersubsidi telah menjadi lebih mahal daripada harga pasar.
Namun meskipun harga minyak global rendah, keputusan untuk memotong subsidi
BBM pada akhir 2014 mendorong laju inflasi bulanan Indonesia menjadi 1,50 persen dan
2,46 persen pada bulan November dan Desember 2014, masing-masing. Tingkat inflasi
bulanan yang sangat tinggi ini bisa saja mendorong sebagian penduduk yang hidup sedikit di
atas garis kemiskinan jatuh di bawah garisnya itu. Oleh karena itu, diperlukan program
bantuan sosial pemerintah yang tepat sasaran untuk mencegah peningkatan kemiskinan.
Suku bunga mengalami peningkatan pada tahun 2013-2015, Menurut Gubernur BI,
Agus Martowardojo, kebijakan tersebut terpaksa dilakukan untuk merespon ekspektasi
inflasi, menjaga kondisi defisit neraca berjalan, menjaga likuiditas perbankan, dan
meningkatkan pertumbuhan kredit. Hal-hal ini berkaitan erat dengan kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM) yang diumumkan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Senin
(17/11/2014).
BI menaikkan suku bunga acuan untuk mengantisipasi inflasi dan tekanan inflasi yang
meningkat. Pertumbuhan kredit yang saat itu hanya 13 persen, diharapkan pertumbuhan
kredit tahun selanjutnya meningkat 15 sampai 17 perse.
Analisis regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan
hubungan sebab-akibat antara satu variabel dengan variabel yang lain. Analisis regresi
linier sederhana adalah hubungan secara linear antara satu variabel independen (X)
dengan variabel dependen (Y).
Dapat kita ketahui bahwa variable dependen dari data di atas adalah inflasi dan
variable independen nya adalah suku bunga.
Hasil regresi linier sederhana dari data tingkat suku bunga dan inflasi tahun
2010-2020 adalah sebagai berikut :
10
Dependent Variable: INFLASI
Method: Least Squares
Date: 09/08/22 Time: 09:57
Sample: 2010 2020
Included observations: 11
Y = a + bX + e
a : Berapapun kenaikan suku bunga, maka akan meningkatkan inflasi sebesar -3.072409
b : Peningkatan satu satuan suku bunga akan meningkatkan 1.283344 satuan inflasi.
2. Uji-T
Untuk menentukan hasil uji-t dari sebuah data maka kita harus menentukan
hipotesisnya terlebih dahulu. Karena uji-t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variable
dependen terhadap independen secara parsial / individu.
Jika nilai prob.t-statistic lebih kecil dari 0,05 maka tingkat suku bunga tabungan
berpengaruh signifikan terhadap inflasi, namun jika nilai prob.t-statistic lebih besar dari
0,05 maka tingkat suku bunga tabungan tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi.
11
Dependent Variable: INFLASI
Method: Least Squares
Date: 09/08/22 Time: 09:57
Sample: 2010 2020
Included observations: 11
Berdasarkan nilai probability t-statistic di atas, 0,0078<0,05 yang artinya tingkat suku
bunga tabungan berpengaruh signifikan terhadap inflasi. Maka Ho (ditolak) dan Ha
(diterima).
.
E. UJI ASUMSI KLASIK
1. Asumsi Normalitas
Data yang valid dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki
distribusi normal, untuk melakukan uji normalitas data yang di uji menggunakan
pengujian jarque-bera. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam
variable yang digunakan dalam penelitian.
Hipotesa :
Jika nilai probability lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal,
namun jika nilai probability lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi
normal.
12
Hasil Uji Normalitas
6
Series: Residuals
Sample 2010 2020
5
Observations 11
4 Mean -1.44e-16
Median -0.006817
3 Maximum 1.827332
Minimum -3.202668
2 Std. Dev. 1.533324
Skewness -0.610055
1 Kurtosis 2.733516
0 Jarque-Bera 0.714854
-4 -3 -2 -1 0 1 2 Probability 0.699474
Berdasarkan hasil uji normalitas di atas, nilai Probability 0,699>0,05 yang berarti data
tersebut berdistribusi normal. Maka Ho (diterima) dan Ha (ditolak).
2. Asumsi Multikolinieritas
Multikolinieritas yakni situasi dimana terdapat korelasi atau hubungan linier antar
variable bebas sehingga variable-variabel bebas tersebut tidak bersifat orthogonal.
Variable-variabel bebas yang bersifat ortogonal memiliki nilai korelasi nol diantara
sesamanya. Adanya multikolinieritas menyebabkan nilai dari koifisien-koifisien regresi
tidak dapat ditaksir, sehingga dapat menyesatkan interpretasi dan nilai standar eror setiap
koefisien regresi menjadi tak terhingga sehingga tingkat signifikan variable bebasnya
buruk.
Jika nilai koefisien korelasi antar variable bebas cukup tinggi atau lebih besar dari 0,8
(r>0,8) maka persamaan regresi mengandung multikolinieritas, namun jika nilai koefisien
korelasi antar variable bebas lebih kecil dari 0,08 (r<0,8) maka persamaan regresi tidak
mengandung multikolinieritas.
Hipotesa :
Ho = Mengandung Multikolinieritas
13
Hasil Uji Multikolinieritas
3. Asumsi Heteroskedastisitas
Hipotesa :
Jika nilai Obs*R-square lebih besar dari 0,05 maka tidak ada masalah
heteroskedastisitas, namun jika nilai Obs*R-square lebih kecil dari 0,05 maka ada
masalah heteroskedastisistas.
Tes t Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Leas t Squares
Date: 09/09/22 Tim e: 20:03
Sam ple: 2010 2020
Included obs ervations : 11
14
Berdasarkan hasil uji di atas, nilai Obs*R-square 0,082>0,05 yang artinya tidak ada
masalah heteroskedastisitas. Maka Ho (diterima) dan Ha (ditolak).
4. Asumsi Autokorelasi
Hipotesa :
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 09/08/22 Time: 10:24
Sample: 2010 2020
Included observations: 11
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Berdasarkan hasil uji di atas, nilai Obs*R-square 0,0250<0,05 yang artinya ada masalah
autokorelasi. Maka Ha (diterima) dan Ho (ditolak).
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bank sentral memiliki seperangkat kebijakan yang mampu mempengaruhi tingkat
inflasi guna mengatur stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi. karena bank sentral
adalah pemegang otoritas tertinggi dalam menentukan kebijakan moneter. Atas
kewenangan tersebut, bank sentral juga dapat memanipulasi suku bunga jangka pendek
untuk mempengaruhi tingkat inflasi dalam perekonomian.
Inflasi dan suku bunga memiliki korelasi terbalik, di mana ketika inflasi meningkat,
suku bunga akan turun. Demikian pula sebaliknya. Ketika suku bunga turun atau rendah,
permintaan terhadap pinjaman akan lebih banyak, di mana masyarakat akan memilih
untuk meminjam lebih banyak uang daripada menabung. Artinya, semakin banyak uang
yang akan dibelanjakan, sehingga ekonomi tumbuh dan tingkat inflasi mengalami
kenaikan. Sebaliknya, ketika suku bunga naik, permintaan terhadap pinjaman menurun,
karena masyarakat lebih memilih untuk menabung sebab tingkat pengembalian dari
tabungan lebih tinggi. Hal ini secara lebih lanjut akan berimbas pada lebih sedikitnya
jumlah uang yang dibelanjakan, sehingga berakibat pada melambatnya perekonomian dan
inflasi menurun.
Berdasarkan hasil uji regresi sederhana dan asumsiklasik antara tingkat suku bunga
tabungan terhadap infalsi, maka dapat disimpulkan bahsa suku bunga berpengaruh
signifikan terhadap inflasi serta perekonomian di Indonesia.
16
DAFTAR PUSTAKA
Diela,Tabita.2014. “BI Rate Naik jadi 75%, alasan Bank Sentral”. https://amp.kompas.com
17