Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA TABUNGAN TERHADAP

INFLASI

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok

Pada mata kuliah Ekonometrika

Dosen Pengampu :

Kharisma Rindang Sejati, M.E

Disusun oleh :

KELOMPOK IV

NAMA NIM
1. ULIA LESTARI 200501100
2. SITI SYIFAURRAHMAH 200501101
3. PUTRI ZULFA ERSA MEYLINA 200501113

EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat, karunia serta
kasih sayang Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Pengaruh Tingkat Suku
Bunga Tabungan terhadap Inflasi ini dengan sebaik mungkin. Solawat serta salam semoga
tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun
hasanah kita, Nabi Muhammad SWT. tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Ibu
Kharisma Rindang Sejati, ME. selaku dosen mata kuliah Ekonometrika.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku penulis usahakan.

Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki
kesalahan sebagaimana mestinya.

Mataram, 5 September 2022

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2

A. INFLASI ................................................................................................... 2
B. SUKU BUNGA ........................................................................................ 4
C. PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP INFLASI ........ 6
D. ANALISIS REGRESI DAN UJI-T .......................................................... 10
E. UJI ASUMSI KLASIK ............................................................................. 12

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16

A. Kesimpulan ............................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Infalsi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus
menerus dalam jangka waktu tertentu. Selain inflasi, ada istilah deflasi yang merupakan
kebalikan dari inflasi, yakni penurunan harga barang secara umum dan terus menerus.
Terjadinya infalsi di Indonesia ini disebabkan karena permintaan masyarakat terhadap suatu
barang cukup tinggi dan terjadi secara terus menerus.

Penyebab terjadinya inflasi di Indonesia inijuga disebabkan karena munculnya hasrat


berlebihan pada sekelompok orang yang ingin memanfaatkan lebih banyak barang dan jasa
yang tersedia di pasar. Adanya inflasi yang terjadi di Indonesia ini tentu saja memimbulkan
dampak yang buruk terhadap perekonomian, yakni produsen mendapatkan keuntungan dari
kenaikan harga umum barang dan jasa, menurunnya daya beli masyarakat, mempengaruhi
kemampuan ekspor suatu Negara dan lain sebagainya.

Tidak hanya inflasi pada Makalah ini juga mencangkup mengenai suku bunga,yang
dimana suku bunga merupakan sejumlah dana dari bank yang harus dibayarkan kepada
nasabah karena sudah melakukan simpanan, yang dimana suku bunga ini dibayarkan secara
berkala sesuai dengan kebijakan bank biasanya secara berbulan atau tahunan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah :
1. Apa itu Inflasi.?
2. Apa itu Suku Bunga.?
3. Bagaimana Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Inflasi.?
4. Bagaimana hasil Regresi, Uji-T, dan Uji Asumsi Klasik.?
C. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami Inflasi.
2. Untuk memahami Suku Bunga.
3. Untuk Mengetahui Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Inflasi.
4. Untuk Memahami hasil dari Regresi,Uji-t, dan Uji Asumsi Klasik.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. INFLASI
1. Pengertian Inflasi

Menurut BI, inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara
umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan inflasi dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS), link ke metadata SEKI-IHK. Kenaikan harga dari satu atau
dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Selain inflasi, ada istilah deflasi
yang merupakan kebalikan dari inflasi, yakni penurunan harga barang secara umum dan
terus menerus. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik, pengertian inflasi dapat
dikatakan sebagai kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang
berlangsung secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat,
maka inflasi bisa terjadi.

Berikut data inflasi di Indonesia dari tahun 2010-2020 :

No Periode Inflasi
1. 2010 6,96
2. 2011 3,79
3. 2012 4,30
4. 2013 8,38
5. 2014 8,36
6. 2015 3,35
7. 2016 3,02
8. 2017 3,61
9. 2018 3,13
10. 2019 2,72
11. 2020 1,68

2. Penyebab Inflasi
a. Adanya permintaan yang meningkat (Demand Pull Inflation)

Inflasi di Indonesia disebabkan oleh kelebihan permintaan. Penyebab inflasi di


Indonesia terjadi ketika permintaan atau permintaan masyarakat terhadap suatu
barang cukup tinggi.

Penyebab utama inflasi di Indonesia juga dapat disebabkan oleh munculnya hasrat
berlebihan pada sekelompok orang yang ingin memanfaatkan lebih banyak barang
dan jasa yang tersedia di pasar.

2
Keinginan yang berlebihan menyebabkan permintaan yang lebih tinggi sementara
pasokan barang terbatas, yang pada akhirnya mengarah pada harga yang lebih tinggi
dan menyebabkan inflasi.

b. Jumlah uang yang beredar bertambah banyak (Quantity Theory Inflation)

Penyebab inflasi di Indonesia adalah bertambahnya jumlah uang beredar. Teori


inflasi akibat peningkatan jumlah uang beredar berpendapat bahwa ada hubungan
antara jumlah uang beredar dan harga.

Jika jumlah barang tetap dan jumlah uang yang beredar berlipat ganda, harga
barang menjadi dua kali lipat. Penyebab inflasi di Indonesia terkait dengan jumlah
uang yang beredar di masyarakat dapat meningkat ketika suatu negara menggunakan
sistem anggaran dengan defisit.

Untuk menutupi defisit anggaran, pemerintah biasanya mencetak uang baru, yang
menyebabkan harga naik. Hal ini merupakan salah satu kemungkinan yang dapat
memicu terjadinya inflasi di Indonesia.

c. Adanya biaya produksi yang meningkat (Cosh Push Inflation)

Penyebab inflasi di Indonesia adalah adanya kenaikan biaya produksi. Inflasi


biaya produksi yang meningkat hasil dari peningkatan biaya produksi yang terus
menerus selama periode waktu tertentu.

Secara umum, peningkatan inflasi biaya produksi yang dapat terjadi di Indonesia
disebabkan oleh tekanan pada biaya faktor produksi yang terus meningkat. Inflasi
akibat biaya produksi yang tinggi biasanya terjadi di negara berkembang atau
berkembang pesat seperti Indonesia.

d. Terjadinya inflasi campuran (Mixed Inflation)

Inflasi campuran yang terjadi dapat dipengaruhi oleh adanya kenaikan penawaran
dan permintaan sehingga membuat adanya ketidakseimbangan antara dua hal tersebut.

Ketika permintaan untuk barang atau jasa meningkat, maka akan mengakibatkan
pasokan barang dan faktor produksi menurun. Sementara itu tidak ada alternatif lain
atau substitusi untuk barang dan jasa ini. Situasi yang tidak seimbang ini
meningkatkan risiko inflasi yang terjadi. Harga barang dan jasa akan naik.

Mengatasi inflasi yang dapat terjadi di Indonesia akan sangat sulit ketika kenaikan
supply akan suatu barang atau jasa lebih tinggi atau setidaknya setara dengan
permintaan.

e. Inflasi terjadi karena adanya ekspektasi (Expected Inflation)

Penyebab inflasi di Indonesia adalah inflasi ekspektasi. Penyebab inflasi di


Indonesia adalah perilaku masyarakat yang percaya bahwa situasi ekonomi akan

3
membaik di masa depan. Ekspektasi masyarakat terhadap situasi ekonomi ke depan
dapat menjadi penyebab terjadinya inflasi di Indonesia, khususnya inflasi permintaan
atau inflasi biaya produksi. Inflasi ini tergolong sulit untuk dideteksi karena
kejadiannya yang tidak terlalu signifikan

3. Dampak Inflasi
Secara tidak langsung, inflasi juga membawa beberapa dampak untuk
perekonomian, diantaranya seperti:
a. Produsen mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga umum barang dan
jasa.

Inflasi tinggi mengacu pada kenaikan harga umum barang dan jasa. Hal ini dapat
berdampak positif bagi produsen. Inflasi sebagian besar dapat menutupi biaya
produksi karena harga jual telah meningkat. Oleh karena itu, keuntungan produsen
dapat meningkat

b. Menurunnya daya beli masyarakat.

Inflasi yang tinggi dapat melemahkan daya beli masyarakat, terutama bagi pekerja
yang tidak menerima kenaikan upah. Inflasi membuat harga barang dan jasa naik. Hal
ini tentunya akan membuat pengeluaran seseorang menjadi lebih besar, sementara
pendapatan tidak naik/tetap. Pada akhirnya, daya beli masyarakat akan melemah

c. Mempengaruhi kemampuan ekspor suatu negara.

Inflasi juga dapat berdampak negatif terhadap ekspor suatu negara. Penyebab
inflasi adalah biaya ekspor menjadi lebih mahal. Selain itu, meningkatkan harga
produk ekspor yang dapat mempengaruhi daya saing produk di negara tujuan ekspor.
Pada akhirnya, ini bisa mengurangi devisa negara.

B. SUKU BUNGA
1. Pengertian Suku Bunga

Suku bunga merupakan sejumlah dana dari bank yang harus dibayarkan kepada
nasabah. Dana tersebut merupakan imbalan dari bank untuk nasabah karena sudah
menggunakan layanan simpanan. Suku bunga ini dibayarkan secara berkala sesuai
kebijakan bank, biasanya secara bulanan atau tahunan.

Tingkat bunga menentukan jenis investasi yang menguntungkan pengusaha.


Pengusaha hanya akan melakukan investasi yang direncanakan jika tingkat pengembalian
modal mereka melebihi tingkat bunga. Dengan demikian, jumlah investasi dalam periode
tertentu sesuai dengan nilai semua investasi yang pengembalian investasinya lebih besar
atau sama dengan tingkat bunga. Apabila tingkat bunga menjadi lebih rendah, lebih
banyak usaha yang mempunyai tingkat pengembalian modal yang lebih tinggi daripada
tingkat suku bunga. Semakin rendah tingkat bunga yang harus dibayar para pengusaha,
semakin banyak usaha yang dapat dilakukan para pengusaha. Semakin rendah tingkat
bunga, semakin banyak investor akan berinvestasi (Sukirno, 1998)

4
Berikut data tingkat suku bunga tabungan di Indonesia Tahun 2010-2020 :

No Periode Suku Bunga


1. 2010 6,50
2. 2011 6,00
3. 2012 5,75
4. 2013 7,50
5. 2014 7,75
6. 2015 7,50
7. 2016 4,75
8. 2017 4,25
9. 2018 6,00
10 2019 5,00
11. 2020 3,75

2. Jenis-Jenis Suku Bunga


a. Berdasarkan Pilihan Produknya
1) Suku Bunga Kredit, adalah jenis suku bunga yang digunakan dalam urusan
pinjam meminjam.
2) Suku Bunga Tabungan, diartikan sebagai bunga simpanan. Bunga jenis ini
dihadiahkan oleh pihak bank bagi yang menyimpan uangnya di bank melalui
produk tabungan atau deposito. Bunga yang diberlakukan dihitung
berdasarkan jumlah simpanan nasabah. Tujuannya adalah tentu untuk
membuat nasabah senang dan bisa menjadikan bank tersebut sebagai layanan
keuangan pertamanya.
b. Berdasarkan Peoduk Pinjaman
1) Suku Bunga Tetap, Suku bunga tetap atau fixed adalah suku bunga yang
sifatnya tetap dan tidak berubah sampai dengan jangka waktu atau sampai
dengan tanggal jatuh tempo (selama masa pinjaman). Contohnya adalah bunga
KPR rumah murah atau rumah subsidi dengan tingkat bunga tetap. Selain itu,
suku bunga tetap juga dapat digunakan untuk kredit kendaraan bermotor.
2) Suku Bunga Mengambang (floating), Suku bunga mengambang adalah suku
Suku bunga memberikan keuntungan berupa sejumlah uang yang dipinjamkan
kepada pihak lain berdasarkan perhitungan waktu dan nilai ekonomis. Tinggi
rendahnya suku bunga menentukan tinggi rendahnya keuntungan. Dalam
perekonomian, Fungsi suku bunga diantaranya sebagai berikut:bunga di
pasaran naik, begitu juga dengan suku bunganya ikut naik dan sebaliknya,
misalnya suku bunga KPR selama jangka waktu tertentu. Sebagai contoh, suku
bunga tetap digunakan untuk dua tahun pertama dan suku bunga mengambang
untuk periode berikutnya.
3) Suku Bunga Flat, Fixed rate adalah suku bunga yang dihitung berdasarkan
jumlah pokok pinjaman pada setiap awal periode pembayaran. Perhitungannya
sangat sederhana dibandingkan suku bunga lainnya, sehingga umumnya

5
digunakan untuk pinjaman jangka pendek untuk barang konsumsi seperti
telepon seluler, peralatan rumah tangga, sepeda motor, atau pinjaman tanpa
agunan (KTA).
3. Fungsi Suku Bunga

Suku bunga memberikan keuntungan berupa sejumlah uang yang dipinjamkan kepada
pihak lain berdasarkan perhitungan waktu dan nilai ekonomis. Tinggi rendahnya suku
bunga menentukan tinggi rendahnya keuntungan. Dalam perekonomian, Fungsi suku
bunga diantaranya sebagai berikut:

1) Mendorong arus tabungan menuju investasi dalam mendukung pertumbuhan


ekonomi.
2) Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, umumnya memberikan kredit untuk
proyek investasi yang menjanjikan pengembalian tertinggi.
3) Membuat keseimbangan jumlah uang beredar dengan permintaan uang dari suatu
negara.
4) Menjadi alat penting dari kebijakan pemerintah melalui pengaruhnya terhadap jumlah
tabungan dan investasi.

Sedangkan menurut Sunariyah (2013:80), tingkat bunga dalam suatu perekonomian


memiliki fungsi sebagai berikut:

1) Sebagai daya tarik bagi investor untuk menginvestasikan uangnya.


2) Tingkat bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol oleh Negara atas dana langsung
atau investasi di bidang ekonomi.
3) Tingkat bunga dapat digunakan sebagai instrumen moneter untuk mengontrol
penawaran dan permintaan uang dalam suatu perekonomian.
4) Pemerintah mampu memanipulasi tingkat suku bunga dalam meningkatkan produksi,
sebagai akibatnya tingkat suku bunga bisa digunakan dalam mengontrol tingkat
inflasi.
C. PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP INFLASI
Bank sentral memiliki seperangkat kebijakan yang mampu mempengaruhi tingkat
inflasi guna mengatur stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi. karena bank sentral
adalah pemegang otoritas tertinggi dalam menentukan kebijakan moneter. Atas
kewenangan tersebut, bank sentral juga dapat memanipulasi suku bunga jangka pendek
untuk mempengaruhi tingkat inflasi dalam perekonomian.
Inflasi dan suku bunga memiliki korelasi terbalik, di mana ketika inflasi meningkat,
suku bunga akan turun. Demikian pula sebaliknya. Ketika suku bunga turun atau rendah,
permintaan terhadap pinjaman akan lebih banyak, di mana masyarakat akan memilih
untuk meminjam lebih banyak uang daripada menabung. Artinya, semakin banyak uang
yang akan dibelanjakan, sehingga ekonomi tumbuh dan tingkat inflasi mengalami
kenaikan. Sebaliknya, ketika suku bunga naik, permintaan terhadap pinjaman menurun,
karena masyarakat lebih memilih untuk menabung sebab tingkat pengembalian dari
tabungan lebih tinggi. Hal ini secara lebih lanjut akan berimbas pada lebih sedikitnya

6
jumlah uang yang dibelanjakan, sehingga berakibat pada melambatnya perekonomian dan
inflasi menurun.
1. Unsur-unsur dalam hubungan antara inflasi dengan suku bunga

Hubungan inflasi dengan suku bunga bank setidaknya dapat digambarkan dalam
tiga unsur, yaitu sistem perbankan, teori kuantitas uang, dan peran dari suku bunga itu
sendiri.

 Sistem Perbankan, Sistem perbankan merupakan tata cara, aturan-aturan, dan


pola yang digunakan oleh sektor perbankan dalam menjalankan kegiatan usahanya
sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang telah
ditetapkan. Dalam perkembangan ekonomi dunia saat ini, sistem perbankan yang
digunakan adalah perbankan cadangan fraksional. Perbankan cadangan fraksional
adalah sebuah sistem perbankan yang memungkinkan bank komersial untuk
menghasilkan keuntungan dengan meminjamkan sebagian dari deposito atau
tabungan nasabah, dan sebagian lainnya disimpan dalam bentuk tunai yang
disediakan untuk penarikan
 Teori kuantitas uang
Teori kuantitas uang dalam ilmu ekonomi menyatakan bahwa inflasi ditentukan
oleh penawaran dan permintaan uang. Semakin banyak jumlah uang yang beredar,
dapat mendorong kenaikan harga, sehingga setiap lembar uang kertas mengalami
penurunan nilainya. Sebaliknya, jika jumlah uang yang beredar di masyarakat
semakin sedikit, maka harga barang dan jasa akan mengalami penurunan, yang
artinya tingkat inflasi menurun
 Peran suku bunga
Bicara tentang suku bunga, bank memainkan peran dari suku bunga ini. Suku
bunga bertindak sebagai ‘harga’ yang harus dibayar untuk menyimpan atau
meminjam uang. Untuk simpanan tentu bank yang harus membayar suku bunga
kepada nasabah. Sementara untuk pinjaman, tentu saja nasabah peminjam atau
debitur yang harus membayar suku bunga pinjaman kepada bank.
Di saat suku bunga rendah, masyarakat baik individu maupun pengusaha
cenderung mengajukan lebih banyak pinjaman. Hal ini berpengaruh pada
meningkatnya jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Semakin banyaknya
jumlah uang yang beredar akan mendorong kenaikan inflasi. Sebaliknya, ketika
suku bunga tinggi, masyarakat tidak banyak mengajukan pinjaman, sehingga
jumlah uang yang beredar menurun. Akibatnya, tak banyak uang yang
dibelanjakan sehingga inflasi menurun.
2. Pengaruh inflasi terhadap suku bunga bank
Inflasi memiliki peran penting dalam ‘tarik ulur’ perekonomian agar ekonomi
di suatu negara tetap dan terus tumbuh. Ekonomi yang bertumbuh menunjukkan
adanya geliat pasar di mana aktivitas ekonomi di setiap lini masyarakat terus
bergerak. Selama inflasi masih dalam taraf normal, dalam arti tidak terlalu tinggi
atau rendah, stabilitas ekonomi akan tetap terjaga.

7
Untuk mengendalikan inflasi, bank sentral menggunakan suku bunga. Inflasi
merupakan peningkatan harga umum secara berkelanjutan dalam suatu
perekonomian. Sementara suku bunga adalah biaya yang harus dibayarkan atas
dana pinjaman.
Ketika nasabah menyetor uang atau mengajukan pinjaman ke bank, suku
bunga yang diberlakukan adalah suku bunga nominal, di mana pada suku bunga
tersebut mencakup suku bunga riil dan premi untuk inflasi. Suku bunga riil adalah
biaya uang aktual yang dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran uang dalam
suatu perekonomian. Pada saat inflasi nol, suku bunga nominal akan sama dengan
suku bunga riil. Namun, mustahil jika inflasi nol.
Inflasi yang meningkat akan berpengaruh pada naiknya suku bunga nominal.
Meski suku bunga riil tetap, namun premi untuk inflasi akan ikut mengalami
kenaikan. Bahkan, agar pertumbuhan ekonomi melaju cepat, tingkat suku bunga
harus lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi. Penjelasannya adalah
meminjamkan uang guna mendorong pertumbuhan ekonomi, suku bunga harus
lebih tinggi daripada inflasi. Sebab suku bunga yang lebih tinggi dari tingkat
inflasi dapat meningkatkan nilai uang. Lain halnya jika suku bunga lebih rendah
dari tingkat inflasi.
Sebagai contoh, di saat tingkat suku bunga tahunan 5%, sedangkan tingkat
inflasi 10%, maka bank akan menurunkan penawaran pinjaman, sehingga tingkat
penawaran pinjaman menjadi rendah. Hal ini dilakukan karena nilai uang dari
pengembalian atas pinjaman rendah, sehingga kondisi ini tidak menguntungkan
bagi bank.
Pengaruh inflasi terhadap suku bunga bank dapat dibedakan menjadi dua,
yakni ketika inflasi tinggi dan inflasi rendah.
 Pengaruh inflasi tinggi terhadap suku bunga
Di saat tingkat inflasi tinggi, di mana harga umum barang dan jasa mengalami
kenaikan, maka bank sentral harus membuat kebijakan untuk menurunkan inflasi.
Ketika tingkat inflasi tinggi, untuk mengendalikannya, bank sentral menaikkan
tingkat suku bunga agar tingkat inflasi menurun. Ketika suku bunga naik, maka
pinjaman menjadi mahal karena biayanya pun naik. Kondisi ini akan menekan
permintaan masyarakat terhadap pinjaman, sehingga jumlah pinjaman menurun.
Jika permintaan pinjaman menurun, maka jumlah uang beredar di masyarakat pun
akan menurun. Artinya, masyarakat memiliki lebih sedikit uang untuk
dibelanjakan. Dengan kata lain, daya beli masyarakat pada barang dan jasa
menjadi rendah. Akibatnya, mereka akan membeli barang dan jasa dalam jumlah
yang lebih sedikit. Rendahnya daya beli masyarakat pada gilirannya akan
menyebabkan penurunan permintaan terhadap barang dan jasa secara umum. Pada
pasokan tetap atau penawaran yang konsisten, tentu saja akan terjadi penurunan
tingkat permintaan, sehingga harga barang dan jasa di pasaran akan jatuh. Dengan
jatuhnya tingkat harga umum barang dan jasa, secara otomatis akan menurunkan
tingkat inflasi.
 Pengaruh inflasi rendah (deflasi) pada suku bunga

8
Bagaimana jika yang terjadi adalah deflasi, yakni penurunan tingkat harga umum
barang dan jasa secara drastis. Pada kondisi inflasi rendah atau deflasi, bank
sentral mengambil kebijakan untuk menurunkan suku bunga bank.
Suku bunga bank yang mengalami penurunan akan menyebabkan biaya pinjaman
menjadi lebih murah. Hal ini tentu menjadi kabar gembira bagi masyarakat baik
individu maupun perusahaan. Sebab mereka berpeluang untuk mendapatkan
pinjaman dengan tingkat pengembalian yang rendah. Kondisi ini tentu mendorong
tingkat permintaan terhadap pinjaman semakin tinggi. Ketika jumlah pinjaman
meningkat, maka jumlah orang yang beredar di masyarakat juga akan meningkat.
Artinya, daya beli masyarakat meningkat karena memiliki lebih banyak uang
untuk dibelanjakan pada barang dan jasa. Hal ini memicu kenaikan tingkat
permintaan terhadap barang dan jasa, sehingga seiring berjalannya waktu harga
barang dan jasa akan terdongkrak.
3. Data Tingkat Suku Bunga dan Inflasi Tahun 2010-2020.

N0. Periode Inflasi Suku Bunga


1. 2010 6.96 6.50
2. 2011 3.79 6.00
3. 2012 4.30 5.75
4. 2013 8.38 7.50
5. 2014 8.36 7.75
6. 2015 3.35 7.50
7. 2016 3.02 4.75
8. 2017 3.61 4.25
9. 2018 3.13 6.00
10. 2019 2.72 5.00
11. 2020 1.68 3.75

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa tingkat inflasi naik signifikan pada
tahun 2013-2014. Puncak-puncak dalam volatilitas inflasi Indonesia berkolerasi dengan
penyesuaian harga-harga yang ditetapkan pemerintah. Harga-harga energi (bahan bakar dan
listrik) ditetapkan oleh Pemerintah dan karenanya tidak bergerak sesuai dengan kondisi pasar,
berarti defisit yang dihasilkannya harus diserap oleh Pemerintah atau Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) Pertamina dan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Program yang berumur
beberapa dekade ini menempatkan tekanan yang serius pada neraca Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) dan juga membatasi belanja publik untuk proyek-proyek
berjangka panjang dan produktif, seperti pembangunan infrastruktur atau pembangunan
sosial. Namun, sejak Joko Widodo jadi kepala negara ini, pemerintah Indonesia dengan
sukses berhasil untuk mengurangi pendanaan subsidi energi dan meningkatkan alokasi dana
untuk pembangunan infrastruktur dan pembangunan sosial. Pada November 2014, hampir
satu bulan setelah menjabat, Jokowi memotong subsidi BBM sebesar 31 persen untuk
premium dan 36 persen untuk solar Namun keputusan ini hanya mengakibatkan protes yang
sedikit saja. Kenapa? Karena waktu Jokowi memotong subsidi BBM harga minyak mentah

9
global sangat rendah. Bahkan begitu rendah sehingga harga premium dan solar bersubsidi
turun (!) setelah pemotongan subsidi BBM. Jatuhnya yang dramatis harga minyak mentah
global yang dimulai pada bulan Agustus 2014 dalam kombinasinya dengan harga BBM
bersubsidi yang tidak berubah sesuai dengan harga pasar mengakibatkan sebuah situasi
paradoksal yaitu: pembeli BBM bersubsidi mensubsidi pemerintah karena harga BBM
bersubsidi telah menjadi lebih mahal daripada harga pasar.

Namun meskipun harga minyak global rendah, keputusan untuk memotong subsidi
BBM pada akhir 2014 mendorong laju inflasi bulanan Indonesia menjadi 1,50 persen dan
2,46 persen pada bulan November dan Desember 2014, masing-masing. Tingkat inflasi
bulanan yang sangat tinggi ini bisa saja mendorong sebagian penduduk yang hidup sedikit di
atas garis kemiskinan jatuh di bawah garisnya itu. Oleh karena itu, diperlukan program
bantuan sosial pemerintah yang tepat sasaran untuk mencegah peningkatan kemiskinan.

Suku bunga mengalami peningkatan pada tahun 2013-2015, Menurut Gubernur BI,
Agus Martowardojo, kebijakan tersebut terpaksa dilakukan untuk merespon ekspektasi
inflasi, menjaga kondisi defisit neraca berjalan, menjaga likuiditas perbankan, dan
meningkatkan pertumbuhan kredit. Hal-hal ini berkaitan erat dengan kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM) yang diumumkan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Senin
(17/11/2014).

BI menaikkan suku bunga acuan untuk mengantisipasi inflasi dan tekanan inflasi yang
meningkat. Pertumbuhan kredit yang saat itu hanya 13 persen, diharapkan pertumbuhan
kredit tahun selanjutnya meningkat 15 sampai 17 perse.

D. ANALISIS REGRESI DAN UJI-T


1. Analisisi Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan
hubungan sebab-akibat antara satu variabel dengan variabel yang lain. Analisis regresi
linier sederhana adalah hubungan secara linear antara satu variabel independen (X)
dengan variabel dependen (Y).

Variabel bebas/independen (variabel X) adalah variabel yang memberikan pengaruh


pada variabel yang lain, sedangkan variabel terikat/dependen (variabel Y) adalah variabel
yang dikenai pengaruh dari variabel bebas.

Dapat kita ketahui bahwa variable dependen dari data di atas adalah inflasi dan
variable independen nya adalah suku bunga.

Hasil regresi linier sederhana dari data tingkat suku bunga dan inflasi tahun
2010-2020 adalah sebagai berikut :

10
Dependent Variable: INFLASI
Method: Least Squares
Date: 09/08/22 Time: 09:57
Sample: 2010 2020
Included observations: 11

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -3.072409 2.269647 -1.353694 0.2088


SUKU_BUNGA 1.283344 0.376584 3.407851 0.0078

R-squared 0.563392 Mean dependent var 4.481818


Adjusted R-squared 0.514880 S.D. dependent var 2.320534
S.E. of regression 1.616265 Akaike info criterion 3.961079
Sum squared resid 23.51081 Schwarz criterion 4.033423
Log likelihood -19.78593 Hannan-Quinn criter. 3.915475
F-statistic 11.61345 Durbin-Watson stat 2.246389
Prob(F-statistic) 0.007776

Y = a + bX + e

Ket : Y = Variabel Dependen, a = Constanta, b = Coefficient, X = Variabel Independen.

Inflasi = -3.072409 + 1.283344.X + e

a : Berapapun kenaikan suku bunga, maka akan meningkatkan inflasi sebesar -3.072409

b : Peningkatan satu satuan suku bunga akan meningkatkan 1.283344 satuan inflasi.

2. Uji-T

Untuk menentukan hasil uji-t dari sebuah data maka kita harus menentukan
hipotesisnya terlebih dahulu. Karena uji-t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variable
dependen terhadap independen secara parsial / individu.

Ho = Tingkat suku bunga tabungan tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi.

Ha = Tingkat suku bunga tabungan berpengaruh signifikan terhadap inflasi.

Jika nilai prob.t-statistic lebih kecil dari 0,05 maka tingkat suku bunga tabungan
berpengaruh signifikan terhadap inflasi, namun jika nilai prob.t-statistic lebih besar dari
0,05 maka tingkat suku bunga tabungan tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi.

11
Dependent Variable: INFLASI
Method: Least Squares
Date: 09/08/22 Time: 09:57
Sample: 2010 2020
Included observations: 11

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -3.072409 2.269647 -1.353694 0.2088


SUKU_BUNGA 1.283344 0.376584 3.407851 0.0078

R-squared 0.563392 Mean dependent var 4.481818


Adjusted R-squared 0.514880 S.D. dependent var 2.320534
S.E. of regression 1.616265 Akaike info criterion 3.961079
Sum squared resid 23.51081 Schwarz criterion 4.033423
Log likelihood -19.78593 Hannan-Quinn criter. 3.915475
F-statistic 11.61345 Durbin-Watson stat 2.246389
Prob(F-statistic) 0.007776

Berdasarkan nilai probability t-statistic di atas, 0,0078<0,05 yang artinya tingkat suku
bunga tabungan berpengaruh signifikan terhadap inflasi. Maka Ho (ditolak) dan Ha
(diterima).
.
E. UJI ASUMSI KLASIK
1. Asumsi Normalitas

Data yang valid dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki
distribusi normal, untuk melakukan uji normalitas data yang di uji menggunakan
pengujian jarque-bera. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam
variable yang digunakan dalam penelitian.

Hipotesa :

Ho = Data berdistribusi normal.

Ha = Data tidak berdistribusi normal.

Jika nilai probability lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal,
namun jika nilai probability lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi
normal.

12
Hasil Uji Normalitas

6
Series: Residuals
Sample 2010 2020
5
Observations 11

4 Mean -1.44e-16
Median -0.006817
3 Maximum 1.827332
Minimum -3.202668
2 Std. Dev. 1.533324
Skewness -0.610055
1 Kurtosis 2.733516

0 Jarque-Bera 0.714854
-4 -3 -2 -1 0 1 2 Probability 0.699474

Berdasarkan hasil uji normalitas di atas, nilai Probability 0,699>0,05 yang berarti data
tersebut berdistribusi normal. Maka Ho (diterima) dan Ha (ditolak).

2. Asumsi Multikolinieritas

Multikolinieritas yakni situasi dimana terdapat korelasi atau hubungan linier antar
variable bebas sehingga variable-variabel bebas tersebut tidak bersifat orthogonal.
Variable-variabel bebas yang bersifat ortogonal memiliki nilai korelasi nol diantara
sesamanya. Adanya multikolinieritas menyebabkan nilai dari koifisien-koifisien regresi
tidak dapat ditaksir, sehingga dapat menyesatkan interpretasi dan nilai standar eror setiap
koefisien regresi menjadi tak terhingga sehingga tingkat signifikan variable bebasnya
buruk.

Jika nilai koefisien korelasi antar variable bebas cukup tinggi atau lebih besar dari 0,8
(r>0,8) maka persamaan regresi mengandung multikolinieritas, namun jika nilai koefisien
korelasi antar variable bebas lebih kecil dari 0,08 (r<0,8) maka persamaan regresi tidak
mengandung multikolinieritas.

Hipotesa :

Ho = Mengandung Multikolinieritas

Ha = Tidak Mengandung Multikolinieritas

13
Hasil Uji Multikolinieritas

INFLASI SUKU BUNGA


INFLASI 1.000000 0.750594
SUKU 0.750594 1.000000
BUNGA
Berdasarkan asumsi multikolinieritas di atas, Suku Bunga tidak memiliki
multikolinieritas terhadap Inflasi, yaitu R-squared 0,75<0,8. Artinya persamaan
regresinya tidak mengandung multikolinieritas. Maka Ha (diterima) dan Ho (ditolak).

3. Asumsi Heteroskedastisitas

Heteroskedastisistas merupakan pengujian asumsi klasik yang digunakan untuk


melihat apakah terdapat penyimpangan asumsi pada model regresi. Penyimpangan ini
disebabkan oleh adanya ketidaksamaan varians dari residual untuk semua pengamatan
dalam model regresi. Syarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya penyimpangan
heteroskedastisitas.

Hipotesa :

Ho = Tidak ada masalah heteroskedastisitas.

Ha = Ada masalah heteroskedastisistas.

Jika nilai Obs*R-square lebih besar dari 0,05 maka tidak ada masalah
heteroskedastisitas, namun jika nilai Obs*R-square lebih kecil dari 0,05 maka ada
masalah heteroskedastisistas.

Hasil Uji Heteroskedstisitas


Heteros kedas ticity Tes t: White
Null hypothes is : Hom os kedas ticity

F-s tatis tic 3.314252 Prob. F(2,8) 0.0894


Obs *R-s quared 4.984347 Prob. Chi-Square(2) 0.0827
Scaled explained SS 2.892050 Prob. Chi-Square(2) 0.2355

Tes t Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Leas t Squares
Date: 09/09/22 Tim e: 20:03
Sam ple: 2010 2020
Included obs ervations : 11

Variable Coefficient Std. Error t-Statis tic Prob.

C 8.075466 16.23354 0.497456 0.6323


SUKU_BUNGA^2 0.430456 0.486817 0.884226 0.4024
SUKU_BUNGA -3.665073 5.728041 -0.639848 0.5402

R-s quared 0.453122 Mean dependent var 2.137347


Adjus ted R-s quared 0.316403 S.D. dependent var 2.951449
S.E. of regres s ion 2.440255 Akaike info criterion 4.849083
Sum s quared res id 47.63877 Schwarz criterion 4.957600
Log likelihood -23.66996 Hannan-Quinn criter. 4.780679
F-s tatis tic 3.314252 Durbin-Wats on s tat 2.517139
Prob(F-s tatis tic) 0.089446

14
Berdasarkan hasil uji di atas, nilai Obs*R-square 0,082>0,05 yang artinya tidak ada
masalah heteroskedastisitas. Maka Ho (diterima) dan Ha (ditolak).

4. Asumsi Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan residual satu observasi dengan residual observasi


lainnya. Jika nilai probability obs*R-square nya lebih besar dari 0,05 maka tidak ada
masalah autokorelasi, namun jika nilai probability obs*R-square nya lebih kecil dari 0,05
maka ada masalah autokorelasi.

Hipotesa :

Ho = Tidak ada masalah Autokorelasi.

Ha = Ada masalah Autokorelasi.

Hasil Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:


Null hypothesis: No serial correlation at up to 2 lags

F-statistic 7.119710 Prob. F(2,7) 0.0206


Obs*R-squared 7.374665 Prob. Chi-Square(2) 0.0250

Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 09/08/22 Time: 10:24
Sample: 2010 2020
Included observations: 11
Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -5.737702 2.229041 -2.574068 0.0368


SUKU_BUNGA 0.986038 0.376702 2.617551 0.0345
RESID(-1) -0.894280 0.319231 -2.801359 0.0265
RESID(-2) -0.989800 0.273380 -3.620608 0.0085

R-squared 0.670424 Mean dependent var -1.44E-16


Adjusted R-squared 0.529177 S.D. dependent var 1.533324
S.E. of regression 1.052113 Akaike info criterion 3.214766
Sum squared resid 7.748596 Schwarz criterion 3.359455
Log likelihood -13.68121 Hannan-Quinn criter. 3.123560
F-statistic 4.746473 Durbin-Watson stat 2.286742
Prob(F-statistic) 0.041232

Berdasarkan hasil uji di atas, nilai Obs*R-square 0,0250<0,05 yang artinya ada masalah
autokorelasi. Maka Ha (diterima) dan Ho (ditolak).

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bank sentral memiliki seperangkat kebijakan yang mampu mempengaruhi tingkat
inflasi guna mengatur stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi. karena bank sentral
adalah pemegang otoritas tertinggi dalam menentukan kebijakan moneter. Atas
kewenangan tersebut, bank sentral juga dapat memanipulasi suku bunga jangka pendek
untuk mempengaruhi tingkat inflasi dalam perekonomian.
Inflasi dan suku bunga memiliki korelasi terbalik, di mana ketika inflasi meningkat,
suku bunga akan turun. Demikian pula sebaliknya. Ketika suku bunga turun atau rendah,
permintaan terhadap pinjaman akan lebih banyak, di mana masyarakat akan memilih
untuk meminjam lebih banyak uang daripada menabung. Artinya, semakin banyak uang
yang akan dibelanjakan, sehingga ekonomi tumbuh dan tingkat inflasi mengalami
kenaikan. Sebaliknya, ketika suku bunga naik, permintaan terhadap pinjaman menurun,
karena masyarakat lebih memilih untuk menabung sebab tingkat pengembalian dari
tabungan lebih tinggi. Hal ini secara lebih lanjut akan berimbas pada lebih sedikitnya
jumlah uang yang dibelanjakan, sehingga berakibat pada melambatnya perekonomian dan
inflasi menurun.
Berdasarkan hasil uji regresi sederhana dan asumsiklasik antara tingkat suku bunga
tabungan terhadap infalsi, maka dapat disimpulkan bahsa suku bunga berpengaruh
signifikan terhadap inflasi serta perekonomian di Indonesia.

16
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS).2022. “BI Rate”. https://www.bps.go.id.

Bank Indonesia.2022. “Data Inflasi”. https://www.bi.go.id..

Pustikom Universitas Bunghatta.2020. “Pengaruh Inflasi Terhadap Bunga Bank”.


https://ekonomi.bunghatta.ac.id.

Rangkulteman.2022.”Pengertian Suku Bunga dan Jenis-jenisnya”. https://rangkulteman.id.

Rangkulteman.2022. “Inflasi adalah: Pengertian, Penyebab, Jenis, dan Dampaknya”.


https://rangkulteman.id.

Wuisan,Pretty Angelia. 2021. “Memahami Pengertian Suku Bunga”.


https://www.modalrakyat.id.

Diela,Tabita.2014. “BI Rate Naik jadi 75%, alasan Bank Sentral”. https://amp.kompas.com

17

Anda mungkin juga menyukai