Anda di halaman 1dari 14

P-ISSN : 1693-8364

e-ISSN : 2527-8320
Jurnal Akuntansi dan Manajemen (JAM)
Bagian Pengelola Jurnal dan Publikasi (BPJP) Volume 19 Number 02 (Oktober 2022)
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Jakarta https://doi.org/10.36406/jam.v19i01.533
Submitted : 25 Januari 2022 Revision : 29 September 2022 Published: 04 Oktober 2022

Intensitas Moral, Sifat Machiavellian dan Keseriusan


Pelanggaran terhadap Intensi Whistleblowing Pegawai Pajak
Merliyana, Asep Saefurahman, Enung Siti Saodah
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Jakarta
Jln. Kayu Jati Raya No.11A
amansaefurahman@gmail.com; aseafurahman@gmail.com; sitisaodahenung@gmail.com

Abstract– This study aims to analyze the effect of moral intensity,


machiavellian nature and seriousness of violations on whistleblowing
intention. The population in this study were all tax employees in East
Jakarta. The sample in this study were 88 respondents. This study uses
an associative research strategy. In this research, the research
method used is quantitative. The data used in this study are primary
data in the form of questionnaires and the data processing method
used in this study is multiple linear regression analysis.The results of
this study indicate that moral intensity, machiavellian nature and
seriousness of violations have a significant effect on whistleblowing
intention.

Keywords: Moral Intensity, Machiavellian Nature, Seriousness of


Violations, Whistleblowing Intention

Abstrak– Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh


intensitas moral, sifat machiavellian dan keseriusan pelanggaran
terhadap intensi whistleblowing. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pegawai pajak yang ada di Jakarta Timur. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 88 responden. Penelitian ini menggunakan
strategi penelitian asosiatif. Dalam penelitian ini metode penelitian
yang digunakan adalah kuantitatif. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer berupa kuesioner yang melibatkan 88
orang responden dan metode pengolahan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa intensitas moral, sifat machiavellian dan
keseriusan pelanggaran berpengaruh signifikan terhadap intensi
whistleblowing.

Kata Kunci: Intensitas Moral, Sifat Machiavellian, Keseriusan


Pelanggaran, Intensitas Whistleblowing

I. PENDAHULUAN
Permasalahan tindak kecurangan dari tahun ke tahun semakin banyak ditemukan bahkan di beberapa
negara termasuk di Indonesia yang seolah-olah sangat biasa terjadi. Tindakan kecurangan yang paling
banyak terjadi adalah di sektor industri ataupun sektor pemerintahan sehingga menjadikan hal tersebut
sebagai salah satu pusat perhatian masyarakat, dan salah satu tindakan kecurangan yang sangat sering
dilakukan adalah tindak korupsi. Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) Indonesia

Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 19 No.02, Oktober 2022 1


Intensitas Moral, Sifat Machiavellian dan Keseriusan Pelanggaran

Chapter tahun 2016 yang bekerja sama dengan Pusat Penelitian dan Pencegahan Kejahatan Kerah Putih
(P3K2P) STIE Perbanas Surabaya melakukan penelitian tentang fraud yang terjadi di Indonesia
mengatakan bahwa dalam penelitiannya banyak responden setuju dengan pernyataan tindakan korupsilah
yang paling sering terjadi di Indonesia. Responden juga menyatakan bahwa kerugian terbesar ada pada
tindak pidana korupsi dengan kerugian setiap tindakan korupsi rata-rata sebesar Rp. 100 juta hingga Rp.
500 juta rupiah perkasus (Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) Indonesia Chapter, 2016).
Transparancy International melakukan survei terhadap Instansi Sektor Publik di Indonesia dikarenakan di
kalangan masyarakat Instansi Sektor Publik masih identik dengan image koruptif. Salah satu instansi sektor
publik yang identik dengan image koruptif adalah Direktorat Jendral Pajak. Menurut Global Corruption
Barometer tahun 2017, Direktorat Jendral Pajak menempati posisi keempat sebagai lembaga yang memiliki
image koruptif di Indonesia.
Masyarakat di Indonesia masih mempertanyakan profesionalisme, moral dan perilaku etis profesi
pegawai pajak. Dikarenakan dari tahun ke tahun semakin banyak tindak korupsi yang dilakukan oleh
pegawai pajak dan hal ini akan sangat berdampak terhadap penerimaan negara dari sektor perpajakan.
Menurut Faradiza (2017) pegawai pajak membuat masyarakat kehilangan kepercayaan dan citra pegawai
pajak menjadi kurang baik dikarenakan tindak korupsi yang banyak di lakukan oleh oknum pegawai pajak.
Hal tersebut akan berdampak kepada tidak optimalnya penerimaan pajak untuk negara. Maka dari itu
sebaiknya Direktorat Jendral Pajak menerapkan mekanisme whistleblowing untuk mengembalikan
kepercayaan masyarakat terhadap Direktorat Jendral Pajak.
Asas dalam pembuatan whistleblowing, yakni asas pencegahan, deteksi dini, dan penanganan efektif.
Untuk mencegah tindakan korupsi juga bisa dilakukan dengan mengedepankan pendekatan Tindak Pidana
Fiskal terhadap pegawai pajak. Pendekatan fiskal ini tidak menghapuskan kewenangan Direktorat Jendral
Pajak untuk menjatuhkan hukuman disiplin atau meneruskan kasusnya kepada penegak hukum. Hasil dan
perkembangan penanganan laporan juga senantiasa dikomunikasikan dengan whistleblower. Kemudian
dalam penerapan whistleblowing juga diperlukan beberapa faktor pendukung untuk seseorang dalam
menerapkan whistleblowing sehingga tidak akan ada lagi kecurangan yang terjadi di instansi perpajakan.
Beberapa faktor yang dapat mendukung whistleblowing tersebut adalah intensitas moral, sifat
machiavellian dan keseriusan pelanggaran. Intensitas moral merupakan seberapa besar penilaian seseorang
terhadap sesuatu yang dilakukan, semakin banyak tindakan positif yang dilakukan maka semakin besar pula
moral yang dimiliki oleh orang tersebut. Sifat machiavellian adalah tindakan seseorang untuk
memanipulasi orang lain dalam situasi yang melibatkan dua orang atau lebih. Tingkat keseriusan
pelanggaran adalah seberapa besar kerugian yang dialami atas tindakan yang dilakukan dan yang dimaksud
dengan Whistleblowing adalah merupakan tindakan penyampaian suatu informasi yang berkaitan dengan
tindak kecurangan yang akan membahayakan kerahasiaan perusahaan, instansi atau keselamatan tempat
kerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Ridho (2016) yang membahas Pengaruh Komitmen Profesional,
Locus of Control, Keseriusan Pelanggaran dan Suku Bangsa Terhadap Intensi Whistleblowing. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pegawai negeri sipil bagian keuangan di Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) DKI Jakarta. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 86 responden
dikarenakan cukup untuk mempresentasikan jumlah akuntan di 7 SKPD. Metode pemilihan sampel
penelitian adalah convenience sampling. Data-data di peroleh dari penelitian lapangan, data yang digunakan
adalah data primer dan objek penelitian adalah bagian keuangan di Satuan Kerja Pemerintahan Daerah
(SKPD) DKI Jakarta. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif, uji
kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistical
Package for Social Sciences) dan selanjutnya menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil
dari penelitian ini mengungkapkan bahwa komitmen profesional, locus of control dan suku bangsa tidak
berpengaruh terhadap intensi whistleblowing, sedangkan keseriusan pelanggaran berpengaruh terhadap
intensi whistleblowing.
Nugraha (2017) yang membahas Pengaruh Komitmen Profesional, Lingkungan Etika, Sifat
Machiavellian dan Personal Cost Terhadap Intensi Whistleblowing dengan Retaliasi sebagai Variabel
Moderating. Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dan
sampel dalam penelitian ini adalah auditor internal 7 perusahaan perbankan yang berada di kota Pekanbaru
yang minimal bekerja selama 1 tahun. Penelitian ini menggunakan metode metode analisis regresi linier
berganda. Data dalam penelitian ini diolah dengan SPSS versi 20. Hasil penelitian ini mengungkapkan
bahwa komitmen profesional, lingkungan etika, sifat machiavellian dan personal cost berpengaruh terhadap

Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 19 No.02, Oktober 2022 2


Merliyana, Asep Saefurahman, Enung Siti Saodah

intensi whistleblowing. Kemudian komitmen profesional, lingkungan etika, sifat machiavellian dan
personal cost berpengaruh terhadap whistleblowing dengan dimoderasi retaliasi.
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Riandi (2017) yang membahas Pengaruh Sifat
Machiavellian, Lingkungan Etika dan Personal Cost Terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing. Sampel
penelitian ini adalah auditor internal yang bekerja pada Bank BRI di provinsi Riau. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dan jenis data yang digunakan adalah data primer
yang berasal dari jawaban responden atas kuesioner yang dibagikan. Hasil penelitian ini mengungkapkan
bahwa sifat machiavellian, lingkungan etika dan personal cost berpengaruh terhadap intensi melakukan
whistleblowing.

II. METODE PENELITIAN


Strategi dan Sampel Penelitian
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi penelitian asosiatif, yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2016).
Strategi penelitian asosiatif dapat berfungsi menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala. Strategi
penelitian asosiatif juga berfungsi untuk menjelaskan pengaruh intensitas moral, sifat machiavellian dan
keseriusan pelanggaran terhadap intensi whistleblowing.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pegawai pajak yang ada di Jakarta Timur dan total seluruh
pegawai kantor pelayanan pajak diwilayah Jakarta timur adalah 725 orang (Dirjen Pajak) dan dalam
penelitian ini, penetuan jumlah sampel yang digunakan menggunakan rumus slovin dengan tingkat
kelonggaran (error) sebesar 10%. dan setelah dihitung mendapatkan jumlah sampel yang akan digunakan
sebanyak 88 responden.
Operasionalisasi Variabel Variabel dalam penelitian ini terdapat variabel independen dan variabel
dependen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu Intensitas Moral (X1), Sifat Machiavellian (X2)
dan Keseriusan Pelanggaran (X3). Kemudian variabel dependen yang terdapat dalam penelitian ini yaitu
Intensi Whistleblowing (Y).
Tabel 1. Operasional Variabel
Variabel Indikator Butir Skala
Pertanyaan Pengukuran
Variabel Independen
Intensitas Moral (X1) 1. Etika 1 Likert
Shawver Tara (2011)
2. Nilai Moral 2
3. Intensi Etis 3
4. Bahaya yang ditimbulkan 4
5. Hal lain yang menjadi tekanan 5
Sifat Machiavellian (X2) 1. Afeksi 1 Likert
Delton et.al (2012) 2. Komitmen Ideologi 2
3. Ego 3
4. Manifulatif 4
5. Agresif 5
Keseriusan Pelanggaran 1.Kasus mengenai Korupsi 1 Likert
(X3)
Hakima et.al (2017) 2. Kasus mengenai Fraud 2
Variabel Dependen
1. Minat Melakukan wistleblowing 1 Likert
Intensi Whistleblowing 2. Keinginan untuk mencoba 2
(Y) melakukan tindakan wistleblowing
Hakima dkk (2017) 3. Rencana melakukan tindakan 3
wistleblowing
4. Usaha keras untuk melakukan 4
intensi Whistleblowing
5. Usaha keras untuk melakukan 5
ekstensi wistleblowing

Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif yang berupa skor atas
jawaban yang diberikan oleh responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam kuesioner.

Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 19 No.02, Oktober 2022 3


Intensitas Moral, Sifat Machiavellian dan Keseriusan Pelanggaran

Pendekatan kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk penyajian hasil penelitian dalam bentuk angka-
angka atau statistik (Sugiyono, 2016). Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian
inferensial (dalam rangka menguji hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu
probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikan
perbedaan kelompok atau signifikan hubungan antar variabel yang diteliti.

Teknik Pengumpulan Data dan Operasional Variabel


Dalam penelitian ini sumber data diperoleh secara langsung dengan menyebarkan kuesioner kepada
responden. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiono, 2016). Pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner, dengan cara membawa langsung kuesioner
ke tempat penelitian.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Variabel
independen dalam penelitian ini yaitu Intensitas Moral (X1), Sifat Machiavellian (X2) dan Keseriusan
Pelanggaran (X3). Kemudian variabel dependen yang terdapat dalam penelitian ini yaitu Intensi
Whistleblowing (Y). Berikut ini merupakan opersional variabel penelitian:

Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linier berganda untuk
memberikan gambaran tentang pengaruh komitmen profesional, intensitas moral, sifat machiavellian dan
keseriusan pelanggaran terhadap intensi whistleblowing. Sebelum melakukan uji hipotesis sebaiknya
menguji analisis kualitas data dan uji asumsi klasik terlebih dahulu.

Uji Kualitas Data


Penelitian yang mengukur variabel dengan menggunakan kuesioner harus dilakukan pengujian
kualitas data terlebih dahulu untuk mengetahui valid dan reliabelnya kuesioner yang akan digunakan dalam
penelitian dikarenakan kebenaran data yang akan diolah sangat menentukan kualitas hasil penelitian.

Uji Validitas
Uji validitas merupakan suatu alat untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner (Ghozali,
2016). Suatu kuesioner bisa dikatakan valid apabila pernyataan yang ada didalam kuesioner dapat
mengungkapkan sesuatu yang dapat diukur oleh kuesioner. Uji signifikansi dapat dilakukan dengan cara
membandingkan r hitung dan r tabel untuk degree of freedom (df) = n – 2, dalam hal ini disebut sebagai
jumlah sampel sebanyak 88 , sig α yang akan digunakan adalah 0,05. Setelah itu, dilakukanlah pembadingan
antara r hitung dan r tabel. Jika hasilnya r hitung > r tabel maka pernyataan tersebut dinyatakan valid dan
jika r hitung < r tabel maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid.

Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji kekonsistenan instrumen yang menghasilkan ukuran yang konsisten. Suatu
kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban dari responden terhadap pernyataan konsisten. Jika
suatu variabel memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 maka variabel tersebut dikatakan reliabel.

Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolonieritas, heterokedastisitas harus
dilakukan terlebih dahulu sebelum pengujian hipotesis dengan menggunakan uji analisis regresi linier
berganda.

Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2018) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
suatu model regresi, variabel pengganggu atau residualnya berdistribusi normal atau tidak. Analisis grafik
dan analisis statistik adalah dua cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi variabel pengganggu atau
residualnya berdistribusi normal atau tidak. Didalam analisis grafik pengambilan keputusan dapat dilihat
dengan cara memperhatikan penyebaran titik-titik yang ada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka dapat disimpulkan model regresi memenuhi asumsi normalitas. Kemudian didalam
analisis statistik uji normalitas dapat menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Didalam KolmogorovSmirnov

Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 19 No.02, Oktober 2022 4


Merliyana, Asep Saefurahman, Enung Siti Saodah

terdapat kriteria nilai signifikan yaitu, jika nilai signifikan > 0,05 maka data berdistribusi normal sedangkan
jika nilai signifikan < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal.

Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara
variabel independen dalam suatu model regresi, jika ada korelasi diantara variabel independen,
maka hubungan antara variabel tersebut tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen
yang mempunyai nilai korelasi antar variabel independen yang lain sama dengan nol (0). Jika nilai tolerance
≤ 0,1 dan nilai VIF ≤ 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.

Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah cara yang paling sering digunakan dalam menentukan apakah suatu
model terbebas dari masalah heteroskedastisitas atau tidak. Uji heteroskedastisitas juga bertujua untuk
menguji model regresi apakah terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain. yaitu hanya dengan melihat pada Scatter Plot yang selanjutnya dilihat apakah residual memiliki pola
tertentu atau tidak. Apabila ketika diuji ditemukan pola tertentu seperti (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit) maka dinyatakan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas dan sebaliknya apabila tidak ada pola
yang jelas, kemudian titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2018).

Regresi Linier Berganda


Untuk menguji hipotesis yaitu pengaruh komitmen profesional, intensitas moral, sifat machiavellian
dan keseriusan pelanggaran terhadap intensi whistleblowing, alat uji yang digunakan adalah metode regresi
linier berganda (multiple regressions). Bentuk persamaannya adalah sebagai berikut:

IW = α + β1IM + β2SM + β3KSP + e (1)


Dimana:
IW : Intensi Whistleblowing
α : Konstanta
β : Koefisien Regresi
e : Eror
IM : Intensitas Moral
SM : Sifat Machiavellian
KSP : Keseriusan Pelanggaran

Uji Statistik t
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh dari masing-masing variabel independent
terhadap variabel dependen. Hal tersebut dilakukan untuk membandingkan t hitung dengan t tabel pada
level signifikan 0,05 dan df = n-k-1. Jika t hitung < t tabel atau sig > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
Ho diterima dan H1 diterima. Justru sebaliknya apabila t hitung > t tabel dan sig < 0,05 maka H1 diterima
Ho ditolak.

Uji Statistik F
Menurut Ghozali (2018) uji statistik F digunakan untuk membuktikan variabel-variabel independen
secara simultan memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Tujuan dari uji statistik F adalah untuk
menguji keseluruhan variabel independen terhadap variabel dependen secara bebas dan signifikan. Uji
statistik mempunyai dasar pengambilan keputusan dalam pengujian yaitu dengan melihat F hitung > F tabel
atau nilai signifikansi F pada output hasil regresi, dimana jika nilai signifikansi yang didapat < 0,05 (α =
5%) maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen yang menandakan bahwa
semua variabel independent secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen atau bisa
dibilang hipotesis diterima. Justru sebaliknya apabila F hitung < F tabel atau signifikansi yang didapat >
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel independen tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen.

Koefisien Determinasi

Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 19 No.02, Oktober 2022 5


Intensitas Moral, Sifat Machiavellian dan Keseriusan Pelanggaran

Koefisien determinasi biasanya dituliskan dengan R2 yang juga menunjukkan seberapa kuat
hubungan antara X dan Y. Menurut Ghozali (2018) kelemahan yang paling mendasar dalam penggunaan
koefisien determinasi biasanya terhadap jumlah variabel independen yang dimasukan ke dalam model.
Kemudian setiap adanya tambahan satu variabel independen, maka akan terjadi peningkatan didalam R2
dan peningkatan tersebut tidak memperdulikan apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen. Maka untuk mencegah hal tersebut terjadi pada penelitian R Square yang harus
digunakan adalah R Square yang sudah disesuaikan atau bisa juga disebut dengan Adjust R Square, karena
harus disesuaikan dengan jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambaran Objek Penelitian
Penelitian ini menjadikan Kantor Pelayanan Pajak (KPP Madya Jakarta Timur, KPP Pratama Jakarta
Matraman, KPP Pratama Jakarta Pulogadung, KPP Pratama Jakarta Kramat Jati, KPP Pratama Jakarta
Cakung Satu, KPP Pratama Jakarta Cakung Dua, KPP Pratama Jakarta Duren Sawit) sebagai objek
penelitian dengan menyebarkan kuesioner kepada pegawai pajaknya yang terdiri dari Pelaksana, Account
Representative, Fungsional Pemeriksa Pajak dan Kepala Seksi.
Penyebaran kuesioner dilakukan secara langsung dengan mendatangi tepat pegawai bekerja dan
dengan dilakukan secara online menggunakan google form melalui pegawai bagian umum atau email.
Periode penyebaran kuesioner dilakukan pada bulan agustus, dan berikut ini merupakan hasil penyebaran
kuisioner penelitian:
Tabel 2. Daftar Penyebaran Kuisioner Penelitian
No Nama Instansi Wilayah Jumlah
Kuesioner
1 KPP Madya Jakarta Timur Jakarta Pusat 13
2 KPP Pratama Jakarta Matraman Jakarta Timur 10
3 KPP Pratama Jakarta Pulogadung Jakarta Timur 10
4 KPP Pratama Jakarta Kramat Jati Jakarta Timur 13
5 KPP Pratama Jakarta Cakung Satu Jakarta Timur 13
6 KPP Pratama Jakarta Cakung Dua Jakarta Timur 14
7 KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Jakarta Timur 15

Hasil Uji Kualitas Data


Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh uji validitas yang ditunjukkan pada tabel
dibawah ini :
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Intensitas Moral
Variabel (X1) r hitung r tabel Keterangan
Pernyataan 1 0,643 0,164 Valid
Pernyataan 2 0,654 0,164 Valid
Pernyataan 3 0,586 0,164 Valid
Pernyataan 4 0,601 0,164 Valid
Pernyataan 5 0,625 0,164 Valid
Data diolah peneliti (2020)

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Sifat Machiavellian


Variabel (X2) r hitung r tabel Keterangan
Pernyataan 1 0,652 0,164 Valid
Pernyataan 2 0,751 0,164 Valid
Pernyataan 3 0,664 0,164 Valid
Pernyataan 4 0,680 0,164 Valid
Pernyataan 5 0,674 0,164 Valid
Data diolah Peneliti (2020)

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Keseriusan Pelanggaran


Variabel (X3) r hitung r tabel Keterangan
Kasus 1

Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 19 No.02, Oktober 2022 6


Merliyana, Asep Saefurahman, Enung Siti Saodah

Pernyataan 1 0,681 0,164 Valid


Pernyataan 2 0,654 0,164 Valid
Kasus 2
Pernyataan 1 0,642 0,164 Valid
Pernyataan 2 0,722 0,164 Valid
Data diolah Peneliti (2020)

Tabel 6. Hasil Uji Validitas Intensi Whistleblowing


Variabel (Y) r hitung r tabel Keterangan
Pernyataan 1 0,732 0,164 Valid
Pernyataan 2 0,750 0,164 Valid
Pernyataan 3 0,632 0,164 Valid
Pernyataan 4 0,698 0,164 Valid
Pernyataan 5 0,598 0,164 Valid
Data diolah Peneliti (2020)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan uji validitas dari seluruh variabel
penelitian menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan dinyatakan valid karena r hitung untuk semua item
pernyataan dari masing-masing variabel lebih besar dari r tabel pada taraf signifikansi (α) = 5% yaitu
sebesar 0,164. disimpulkan bahwa seluruh butir pernyataan dinyatakan shahih atau valid.

Uji Reliabilitas
Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas
Nilai
Total Reliabilitas Nilai
Variabel Keterangan
Item Cronbach’s Kritis
Alpha
Intensitas Moral 5 0,730 0,60 Reliabel
Sifat Machiavellian 5 0,794 0,60 Reliabel
Keseriusan 2 0,651 0,60 Reliabel
Pelanggaran 2 0,776 0,60 Reliabel
Intensi
5 0,826 0,60 Reliabel
Whistleblowing
Berdasarkan tabel. 7 hasil uji reliabilitas terhadap intensitas moral, sifat machiavellian, keseriusan
pelanggaran dan intensi whistleblowing diperoleh koefisien reliabilitas masing-masing adalah Intensitas
Moral sebesar 0,730, Sifat Machiavellian sebesar 0,794, Keseriusan Pelanggaran Kasus 1 sebesar 0,651,
Keseriusan Pelanggaran Kasus 2 sebesar 0,776 dan Intensi Whistleblowing sebesar 0,826. Nilai tersebut
lebih besar dari nilai kritisi yaitu sebesar 0,60, sehingga seluruh item pernyataan dinyatakan reliabel
(handal). Berdasarkan penjelasan tersebut menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan
akan memperoleh data yang konsisten dan apabila pernyataan tersebut diajukan kembali maka akan
diperoleh jawaban yang relative sama dengan jawaban sebelumnya.

Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan
variabel independen keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Data yang baik dan layak
digunakan dalam penelitian ini adalah data yang memiliki distribusi secara normal.
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas

Unstandardized Residual
N 88
Mean 6,671
Normal Parametersa,b Std. Deviation 5,916
Absolute ,182
Most Extreme Positive ,105

Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 19 No.02, Oktober 2022 7


Intensitas Moral, Sifat Machiavellian dan Keseriusan Pelanggaran

Differences Negative ,182


Kolmogorov – Smirnov Z ,104
Asymp. Sig. (2-tailed) ,093
a. Test distribution is Normal
b. Calculated from data
c. Lilliefors Significance Correction
Sumber: Output SPSS (data diolah, 2020)

Berdasarkan tabel uji non parametik Kolmogorov-Smirnov dapat disimpulkan bahwa nilai
signifikansi sebesar 0,093 hal ini berarti data memenuhi uji normalitas karena memiliki nilai signifikan
lebih besar dari 0,05 dan berdistribusi normal. Dengan demikian, asumsi atau persyaratan normalitas dalam
regresi sudah terpenuhi dan dapat dilakukan pengujian selanjutnya. Pengambilan keputusan melalui analisis
grafik adalah dengan melihat penyebaran titik-titik disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas.

Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (variabel independen). Dalam model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi maka variabel-
variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar
sesamanya sama dengan nol.
Tabel 9. Hasil Uji Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Komitmen_profesional ,467 4,165
Intensitas_moral ,536 3,342
1
Sifat_machiavellian ,559 4,109
Keseriusan_pelanggaran ,543 4,287

a. Dependent Variable: Intensi_whistleblowing


Sumber: Output SPSS (data diolah, 2020)

Berdasarkan table di atas nilai tolerance-nya melebihi dari 0,1 (10%) dan nilai VIF kurang dari 10
sehingga model regresi tidak mengalami multikolinearitas. Dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan
adanya hubungan atau korelasi antar variabel-variabel bebas dengan variabel terikat yang digunakan dalam
penelitian ini.

Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi
heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.

Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 19 No.02, Oktober 2022 8


Merliyana, Asep Saefurahman, Enung Siti Saodah

Gambar 1. Grafik Scatterplot Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan grafik scatterplot pada gambar diatas dapat dilihat bahwa titiktitik menyebar secara acak,
serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat diasumsikan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.

Hasil Uji Hipotesis


Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antar variabel independen
terhadap variabel dependen, adapun hasil uji analisis regresi linier berganda adalah sebagai berikut:

Tabel 10. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant)
,608 1,036 1,823 ,118
1 Intensitas _moral 4,560 ,155 ,186 2,682 ,026
Sifat _machiavellian 1,935 ,099 ,127 1,829 ,039
Keseriusan_pelanggaran 2,087 ,102 ,164 2,203 ,000
a. Dependent Variable: Intensi_whistleblowing
Sumber: Output SPSS (data diolah, 2020)

Analisis koefisien korelasi ganda dengan menggunakan rumus:


IW = 0,608 + 4,560 IM + 1,935 SM + 2,087 KSP + e (2)

Berdasarkan persamaan regresi tersebut menunjukkan nilai konstanta sebesar 0,608 yang diartikan
bahwa tanpa adanya variabel independen (Intensitas Moral, Sifat Machiavellian dan Keseriusan
Pelanggaran) maka variabel dependen (Intensi Whistleblowing) sudah mencapai nilai 0,608, dengan
katalain apabila pegawai pajak memiliki intensitas moral, sifat machiavellian dan mengetahui seberapa
besar keseriusan pelanggaran maka pegawai pajak akan terdorong untuk melakukan tindakan
whistleblowing. Sebaliknya apabila pegawai pajak tidak memiliki intensitas moral, sifat machiavellian dan
tidak mengetahui keseriusan pelanggaran yang terjadi maka tidak akan ada tindakan whistleblowing
sehingga tindakan kecurangan akan terus terjadi dan menyebabkan kerugian.
Variabel intensitas moral memiliki koefisien regresi sebesar 4,560 yang berarti bahwa apabila
variabel lain memiliki nilai konstan, maka setiap terjadinya kenaikan sebesar satu satuan terhadap nilai
variabel intensitas moral mengakibatkan terjadinya peningkatan nilai variabel intensi whistleblowing
sebesar 4,560 atau bisa juga dikatakan bahwa intensitas moral berpengaruh positif terhadap intensi

Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 19 No.02, Oktober 2022 9


Intensitas Moral, Sifat Machiavellian dan Keseriusan Pelanggaran

whistleblowing. Berdasarkan penjelasan tersebut jika dikaitkan dengan teori maka apabila pegawai pajak
yang memiliki intensitas moral ketika menemukan tindakan kecurangan disekitarnya, maka pegawai pajak
tersebut akan melaporkan tindakan whistleblowing dikarenakan pegawai pajak tersebut memiliki rasa
tanggung jawab untuk menjaga nama baik instansi, perusahaan dan organisasi.
Variabel sifat machiavellian memiliki koefisien regresi sebesar 1,935 yang berarti bahwa apabila
variabel lain memiliki nilai konstan, maka setiap terjadinya kenaikan sebesar satu satuan terhadap nilai
variabel sifat machiavellian mengakibatkan terjadinya peningkatan terhadap nilai variabel intensi
whistleblowing sebesar 1,935 atau bisa juga dikatakan bahwa sifat machiavellian berpengaruh positif
terhadap intensi whistleblowing. Berdasarkan hasil tersebut jika dikaitkan dengan teori yaitu semakin besar
pegawai pajak mempunyai sifat machiavellian maka semakin besar juga keinginan pegawai pajak
melakukan tindakan whistleblowing. Pegawai pajak yang memiliki sifat machiavellian tidak akan
membiarkan nama baik instansi, perusahaan dan organisasinya tercemar buruk karena akan merugikan
berbagai pihak termasuk dirinya sendiri. Maka dari itu pegawai pajak yang memiliki sifat machiavellian
akan cenderung melakukan tindakan whistleblowing ketika adanya tindak kecurangan.
Variabel keseriusan pelanggaran memiliki koefisien regresi sebesar 2,087 yang berarti bahwa apabila
variabel lain memiliki nilai konstan, maka setiap terjadinya kenaikan sebesar satu satuan terhadap nilai
variabel keseriusan pelanggaran mengakibatkan terjadinya peningkatan terhadap variabel intensi
whistleblowing sebesar 2,087 atau bisa juga dikatakan bahwa keseriusan pelanggaran berpengaruh positif
terhadap intensi whistleblowing. Berdasarkan dengan hasil tersebut jika dikaitkan dengan teori yaitu
keseriusan pelanggaran akan sangat berdampak besar bagi suatu instansi, perusahaan dan organisasi maka
dari itu niat pegawai pajak untuk melakukan tindakan whistleblowing sangat tinggi. Hal tersebut dilakukan
untuk menjaga nama baik instansi, perusahaan dan organisasi. Bukan hanya itu saja, keseriusan pelanggaran
akan sangat merugikan instansi, perusahaan dan organisasi bahkan masyarakat pun akan sangat dirugikan.
Maka dari itu semakin tinggi tingkat keseriusan pelanggaran maka semakin tinggi juga niat pegawai pajak
dalam melakukan tindakan whistleblowing.

Uji Statistik t
Uji statistik t dilakukan dengan bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh masing-masing variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y) yang dapat diuji pada tingkat signifikan 0,05. Berikut hasil
uji t yang dapat dilihat didalam tabel dibawah ini:

Tabel 11. Hasil Uji Statistik t


Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant)
1 ,608 1,036 1,823 ,118
Intensitas _moral
4,560 ,155 ,186 2,682 ,026
Sifat _machiavellian
1,935 ,099 ,127 1,829 ,039
Keseriusan_pelanggaran
2,087 ,102 ,164 2,203 ,000
a. Dependent Variable: Intensi_whistleblowing
Sumber: Output SPSS (data diolah, 2020)

Berdasarkan tabel 11 diatas, dengan menggunakan analisis regresi linier berganda maka diperoleh hasil
variabel intensitas moral memperoleh nilai t hitung sebesar 2,682 nilai ini lebih besar dari nilai t tabel 1,66235
(t hitung > t tabel) dan nilai signifikansi pada tabel diatas sebesar 0,026 dimana lebih kecil dari 0,05 maka H 0
ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa intensitas moral berpengaruh signifikan terhadap
intensi whistleblowing. Berdasarkan penjelasan tersebut jika dikaitkan dengan teori yaitu pegawai pajak
yang memiliki intensitas moral akan melakukan tindakan whistleblowing apabila adanya tindakan
kecurangan. Pegawai pajak yang memiliki intensitas moral cenderung menghindari tindakan yang
melanggar aturan atau norma dikarenakan mereka mengetahui dampak yang akan mereka terima apabila
melanggar peraturan atau norma yang berlaku. Maka dari itu pegawai pajak yang memiliki intensitas moral
yang tinggi akan melakukan tindakan whistleblowing untuk mencegah munculnya dampak yang merugikan

Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 19 No.02, Oktober 2022 10


Merliyana, Asep Saefurahman, Enung Siti Saodah

akibat tindakan kecurangan.

Variabel sifat machiavellian memperoleh nilai t hitung sebesar 1,829 nilai ini lebih besar dari nilai t tabel
1,66235 (t hitung > t tabel) dan nilai signifikansi pada tabel diatas sebesar 0,039 dimana lebih kecil dari 0,05
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa sifat machiavellian berpengaruh
signifikan terhadap intensi whistleblowing. Jika dikaitkan dengan teori, pegawai pajak yang memiliki sifat
machiavellian tidak pernah akan membiarkan dirinya sendiri mengalami kerugian, apalagi kerugian tersebut
dilakukan oleh orang lain. Hal tersebut mendorong pegawai pajak untuk melakukan tindakan
whistleblowing.
Variabel keseriusan pelanggaran memperoleh nilai t hitung sebesar 2,203 nilai ini lebih besar dari nilai t
tabel 1,66235 (t hitung > t tabel) dan nilai signifikansi pada tabel diatas sebesar 0,000 dimana lebih kecil dari 0,05
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa keseriusan pelanggaran berpengaruh
signifikan terhadap intensi whistleblowing. Jika dikaitkan dengan teori, keseriusan pelanggaran akan sangat
berdampak bagi suatu instansi, perusahaan atau organisasi apabila tidak dicegah, hal tersebut sangat
mendorong pegawai pajak untuk melakukan tindakan whistleblowing. Maka semakin tinggi tingkat
keseriusan pelanggaran maka semakin tinggi juga niat pegawai pajak untuk melakukan tindakan
whistleblowing.

Uji Statistik F
Uji secara simultan menggunakan uji F yaitu untuk mengetahui apakah variabel independen (Intensitas
Moral, Sifat Machiavellian dan Keseriusan Pelanggaran) secara simultan atau bersama-sama dapat
mempengaruhi variabel dependen (Intensi Whistleblowing).

Tabel 12. Hasil Uji Statistik F


ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 407,601 1 407,601 3,901 ,023b
1 Residual 216,037 86 30,952

Total 696,107 87
b. Dependent Variable: Intensi_whistleblowing
c. Predictors: (Constant), Intensitas _moral, Sifat_machiavellian, Keseriusan_pelanggaran
Sumber: Output SPSS (data diolah, 2020)

Berdasarkan kolom sig. (signifikan) pada tabel hasil uji F diatas, diperoleh sig. 0,023 lebih kecil dari
probabilitas 0,05 atau 0,023 < 0,05, maka H 0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa
Intensitas Moral, Sifat Machiavellian dan Keseriusan Pelanggaran berpengaruh signifikan terhadap Intensi
Whistleblowing. Berdasarkan penjelasan tersebut jika dikaitkan dengan teori yaitu ketika pegawai pajak
memiliki komitmen yang tinggi terhadap intensitas moral, sifat machiavellian dan melihat seberapa besar
tingkat keseriusan pelanggarannya akan sangat mendorong niat pegawai pajak untuk melakukan tindakan
whistleblowing. Hal tersebut akan sangat membantu bagi suatu instansi, perusahaan dan organisasi untuk
menghindari timbulnya niat seseorang untuk melakukan tindakan kecurangan

Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi (sumbangan) variabel
bebas berpengaruh terhadap variabel terikat dapat dihitung dengan suatu besaran yang disebut koefisien
determinasi yang dinyatakan dengan persentase.

Tabel 13. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R 2)


Model R R Square Adjusted R Std. Error of the

Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 19 No.02, Oktober 2022 11


Intensitas Moral, Sifat Machiavellian dan Keseriusan Pelanggaran

Square Estimate

1 ,843a ,710 ,755 5,750


a. Predictors: (Constant), Intensitas_moral, Sifat_machiavellian, Keseriusan_pelanggaran
b. Dependent: Intensi_whistleblowing
Sumber: Output SPSS (data diolah, 2020)

Berdasarkan tabel 13 variabel intensitas moral, sifat machiavellian dan keseriusan pelanggaran secara
simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap intensi whistleblowing sebesar 0,755 atau 76% sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar persamaan regresi ini atau variabel yang tidak diteliti. Bila
dikaitkan dengan teori yaitu intensitas moral, sifat machiavellian dan keseriusan pelanggaran akan sangat
mempengaruhi pegawai pajak untuk melakukan tindakan whistleblowing. Akan tetapi diluar faktor-faktor
yang digunakan dalam penelitian, ada juga sebagian faktor yang dapat mempengaruhi pegawai pajak dalam
melakukan intensi whistleblowing.

Pembahasan Hasil Penelitian


Pengaruh Intensitas Moral Terhadap Intensi Whistleblowing
Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada tabel 4 bahwa diketahui nilai t hitung sebesar 2,682 lebih
besar dari nilai t tabel yaitu 1,66235 (t hitung > t tabel) dan nilai signifikan pada tabel 0,026 dimana lebih
kecil dari 0,05. Berdasarkan penjelasan tersebut menunjukkan bahwa Intensitas Moral berpengaruh
signifikan terhadap Intensi Whistleblowing dan hasil penelitian ini mendukung Hipotesis Kedua (H2)
tentang Intensitas Moral terhadap Intensi Whistleblowing. Pegawai pajak yang memiliki intensitas moral
akan cenderung untuk melakukan tindakan whistleblowing dikarenakan pegawai pajak yang mempunyai
intensitas moral memiliki rasa bertanggung jawab terhadap keberlangsungan perusahaan, organisasi atau
instansi tempat bekerja. Intensitas moral selalu memotivasi pegawai pajak untuk selalu mempertimbangkan
segala tindakan yang akan dilakukan, sehingga pegawai pajak yang mempunyai intensitas moral akan selalu
bertindak tanpa melanggar aturan dan norma yang berlaku. Maka dari itu semakin besar intensitas moral
pegawai pajak maka semakin besar pula niat pegawai pajak untuk melakukan tindakan whistleblowing.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Putra dk (2018) yang menunjukkan intensitas
moral berpengaruh terhadap intensi untuk melakukan whistleblowing.

Pengaruh Sifat Machiavellian Terhadap Intensi Whistleblowing


Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada tabel 4 bahwa diketahui t hitung sebesar 1,829 lebih
besar dari nilai t tabel yaitu 1,66235 (t hitung > t tabel) dan nilai signifikan pada tabel 0,039 dimana lebih
kecil dari 0,05. Berdasarkan penjelasan tersebut menunjukkan bahwa Sifat Machiavellian berpengaruh
signifikan terhadap Intensi Whistleblowing dan hasil penelitian mendukung Hipotesis Ketiga (H3) tentang
Sifat Machiavellian terhadap Intensi Whistleblowing. Berdasarkan hasil tersebut pegawai pajak yang
memiliki sifat machiavellian cenderung akan memanfaatkan situasi yang ada untuk kepentingan atau
keuntungan diri sendiri. Pegawai pajak yang memiliki sifat machiavellian akan melakukan tindakan
whistleblowing ketika melihat suatu tindakan pelanggaran yang terjadi di instansi, perusahaan atau
organisasi, dikarenakan seorang pegawai pajak tidak akan membiarkan nama baik perusahaan tercemar dan
mengalami kerugian. Apabila instansi, perusahaan atau organisasi mengalami kerugian maka pegawai pajak
tersebut akan ikut mengalaminya juga dan kebanyakan pegawai pajak yang memiliki sifat machiavellian
tidak akan membuat dirinya sendiri merasakan kerugian yang amat sangat besar. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2017) yang menunjukkan bahwa sifat machiavellian
berpengaruh terhadap intensi whistleblowing.

Pengaruh Keseriusan Pelanggaran Terhadap Intensi Whistleblowing


Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada tabel 4.17 bahwa diketahui t hitung sebesar 2,203 lebih
besar dari nilai t tabel yaitu 1,66235 (t hitung > t tabel) dan nilai signifikan pada tabel 0,000 dimana lebih
kecil dari 0,05. Berdasarkan penjelasan tersebut menunjukkan bahwa Keseriusan Pelanggaran berpengaruh
signifikan terhadap Intensi Whistleblowing dan hasil penelitian mendukung Hipotesa Keempat (H4) tentang
Keseriusan Pelanggaran terhadap Intensi Whistleblowing. Keseriusan pelanggaran akan sangat berdampak
besar terhadap kerugian suatu instansi, perusahaan atau organisasi. Semakin besar tingkat keseriusan
pelanggaran yang dilakukan maka akan semakin mendorong pegawai pajak untuk melakukan tindakan

Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 19 No.02, Oktober 2022 12


Merliyana, Asep Saefurahman, Enung Siti Saodah

whistleblowing. Tindakan whistleblowing yang dilakukan oleh pegawai pajak mempunyai tujuan untuk
mencegah terjadi kerugian atau menjaga nama baik bagi suatu instansi, perusahaan atau organisasi. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2017) yang menunjukkan bahwa
keseriusan pelanggaran berpengaruh signifikan terhadap intensi whistleblowing.

Pengaruh Intensitas Moral, Sifat Machiavellian dan Keseriusan Pelanggaran Terhadap Intensi
Whistleblowing
Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada tabel 5 bahwa diketahui diperoleh sig. 0,023 lebih kecil
dari probabilitas 0,05 atau 0,023 < 0,05. Maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
secara simultan hasil dari penelitian ini mendukung mengenai Komitmen Profesional, Intensitas Moral,
Sifat Machiavellian dan Keseriusan Pelanggaran Terhadap Intensitas Whistleblowing. Maka dari itu dapat
dikatakan bahwa untuk mendorong pegawai pajak melakukan tindakan whistleblowing, pegawai pajak
harus memiliki komitmen profesional, intensitas moral dan sifat machiavellian serta mengetahui seberapa
besar tingkat keseriusan pelanggaran yang terjadi sehingga bisa mengurangi tindakan kecurangan yang
terjadi di instansi, perusahaan dan organisasi.

IV. SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian, intensitas moral berpengaruh signifikan terhadap intensi whistleblowing.
Semakin besar intensitas moral yang dimiliki pegawai pajak maka semakin besar juga keinginan
pegawai pajak dalam melakukan tindakan whistleblowing, dikarenakan nilai moral sangat berpengaruh
untuk mencegah terjadinya niat buruk.
2. Berdasarkan hasil penelitian, sifat machiavellian berpengaruh signifikan terhadap intensi
whistleblowing. Semakin besar sifat machiavellian yang dimiliki pegawai pajak maka semakin
berkeinginan kuat pegawai pajak tersebut melakukan tindakan whistleblowing, dikarenakan pegawai
pajak yang memiliki sifat machiavellian tidak akan membiarkan dirinya merasakan kerugian akibat
tindakan kecurangan.
3. Berdasarkan hasil penelitian, keseriusan pelanggaran berpengaruh signifikan terhadap intensi
whistleblowing. Keseriusan pelanggaran akan sangat berdampak besar bagi kerugian instansi,
perusahaan atau organisasi, semakin tinggi keseriusan pelanggaran maka semakin tinggi juga keinginan
seseorang untuk melakukan tindakan whistleblowing, dikarenakan untuk menjaga nama baik instansi,
perusahaan dan organisasi serta mencegah kerugian yang terjadi terhadap dirinya sendiri.
4. Berdasarkan hasil penelitian, komitmen profesional, intensitas moral, sifat machiavellian dan keseriusan
pelanggaran berpengaruh signifikan terhadap intensi whistleblowing. Dengan adanya komitmen
profesional, intensitas moral, sifat machiavellian dan mengetahui seberapa besar keseriusan pelanggaran
yang dilakukan maka semakin mengindikasikan pegawai pajak dalam melakukan tindakan
whistleblowing.

Keterbatasan Penelitian
Selama melakukan penelitian ini terdapat banyak keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti dan
keterbatasan tersebut dirangkum sebagai berikut:
1. Ruang lingkup (penetapan wilayah) dalam penelitian ini sangat terbatas, dikarenakan hanya di wilayah
Jakarta Timur.
2. Dikarenakan kondisi saat dilakukannya penelitian ini sedang terjadi wabah, sehingga peneliti sangat
kesulitan untuk mendapatkan data sesuai dengan sampel yang sudah di tentukan dikarenakan adanya
sistem kerja WFO dan WFH.

DAFTAR PUSTAKA

Association of Certified Fraud Examiners. 2017. Survai Fraud Indonesia. ACFE Indonesia Chapter.
Dalton, D dk. 2012. The Join Effect of Machiavellinism and Ethical Environment on Whistleblowing.
Journal of Business Ethics. 117, 153-172.
Faradiza, Sekar Akrom dk. 2017. Pengaruh Sosialisasi dan Komitmen Profesi Pegawai Pajak. Jurnal Ilmu

Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 19 No.02, Oktober 2022 13


Intensitas Moral, Sifat Machiavellian dan Keseriusan Pelanggaran

Akuntansi, 10 (1), 109-130.


Ghozali, I. 2018. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23 ke 8. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Hakima, T.I.R, Subroto dk. 2017. Faktor Situasional dan Demografis sebagai Prediktor Niat Individu untuk
Melakukan Whistleblowing. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP), 3 (2), 124-133.
Nugraha, Taufiq. 2017. Pengaruh Komitmen Profesional, Lingkungan Etika, Sifat Machiavellian dan
Personal Cost Terhadap Intensi Whistleblowing dengan Retaliasi sebagai Variabel Moderating. Jurnal
JOM Fekon, 4 (1), 2030-2044.
Putra, Adhitya Agri dk. 2018. Pengaruh Komitmen Profesional, Lingkungan Etika, Intensitas Moral,
Personal Cost Terhadap Intensi Untuk Melakukan Whistleblowing Internal (Studi Empiris Pada OPD
Kabupaten Bengkalis). Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis, 11 (20), 17-26.
Riandi, Giovanni. 2017. Pengaruh Sifat Machiavellian, Lingkungan Etika dan Personal Cost Terhadap
Intensi Melakukan Whistleblowing. Jurnal JOM Fekon, 4 (1), 2538-2550.
Riandi, Giovanni. 2017. Pengaruh Sifat Machiavellian, Lingkungan Etika dan Personal Cost Terhadap
Intensi Melakukan Whistleblowing. Jurnal JOM Fekon, 4 (1), 2538-2550.
Ridho, Muhammad Sidqi. 2016. Pengaruh Komitmen Profesional, Locus of Control, Keseriusan
Pelanggaran dan Suku Bangsa Terhadap Intensi Whistleblowing. Jurnal Equity, 19 (1), 38-52.
Shawver, Tara. 2011. The Effect of Moral Intensity on Whistleblowing Behavior Accounting Professional.
Journal of Forensic and Investigate Accounting, 3 (2), 162-190.
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitati dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 19 No.02, Oktober 2022 14

Anda mungkin juga menyukai