ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen risiko dalam
mengendalikan risiko kredit dan mengetahui efektivitas manajemen risiko di PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Unit Gerenceng Denpasar. Metode
pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara langsung dengan manajer bank.
Teknik analisis berupa teknik analisis deskriptif, untuk menganalisis manajemen
risiko, menginterpretasikan serta menentukan saran.Berdasarkan analisis data
ditemukan bahwa NPL Bank BRI Unit Gerenceng berada di bawah 5%. Manajemen
risiko sudah menerapkan identifikasi risiko, pengukuran dan evaluasi melalui 5C serta
pengelolaan risiko. Pengukuran efektivitas manajemen risiko diperoleh hasil bahwa
kredit yang dijalankan berupa KUPEDES dan Bri Guna Mikro berada di tingkat
sangat tidak efektif yaitu dibawah 40%, dan KUR Mikro berada di tingkat efektivitas
sangat efektif karena berada di tingkat diatas 79,99%.
Kata kunci: manajemen risiko, risiko kredit, NPL, efektivitas manajemen risiko
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the risk management in controlling credit risk and
to know the effectiveness of risk management at PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Branch Unit Gerenceng Denpasar. Data collection method used is direct interview with
bank manager. Analytical techniques in the form of descriptive analysis techniques, to
analyze risk management, interpret and determine suggestions. Based on the data analysis
found that the NPL of BRI Bank Gerenceng Unit is below 5%. Risk management has
implemented risk identification, measurement and evaluation through 5C and risk
management. The measurement of the effectiveness of risk management has resulted that
the credit that runs KUPEDES and Bri Guna Mikro is at very ineffective level which is
below 40%, and KUR Mikro is in very effective effectiveness level because it is above level
79,99%.
4298
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331
PENDAHULUAN
yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk dapat bertahan dalam persaingan
terealisasikan dengan sempurna untuk kemudian hari atau justru sebaliknya malah
yang terarah dan bersifat proaktif untuk mengakomodasi kemungkinan gagal dari
keuangan (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak
yang kekurangan dana. Sebagai lembaga intermediasi, peran bank sangat penting
4299
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…
mengelola risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank. Penerapan
manajemen risiko perbankan menjadi salah satu upaya bank dalam mengendalikan
risiko kredit. Risiko kredit adalah kemungkinan debitur tidak membayar kredit
yang telah diberikan oleh pihak bank. Sebelum pemberian kredit dilakukan
manajemen risiko yang terdiri dari identifikasi risiko, pengukuran dan evaluasi
risiko, serta pengelolaan risiko (Sulhan & Ely, 2008:109). Identifikasi risiko
adalah proses perusahaan yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus
terjadinya peril. Pengukuran dan evaluasi risiko adalah suatu proses sistematis
perbankan dalam mengendalikan risiko kredit adalah upaya yang telah dilakukan
4300
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331
dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, baik berupa sumber daya
manusia maupun sumber daya teknologi dengan cara yang benar dan mencapai
sebagai kreditur harus selektif dalam menilai kekayaan kredit yang diajukan oleh
calon debitur, karena tugas bank tidak hanya pada tahap pemberian kredit saja
melainkan sampai dengan kredit itu terbayar lunas oleh debitur. PT Bank Rakyat
yang meningkat atau menurun dalam kurun waktu tertentu. Perkembangan kredit
Tabel 1.
Jumlah Kredit Bermasalah Bank BRI Unit Gerenceng periode 2016
Bulan Jumlah Kredit Bermasalah NPL (%)
Januari 2016 463.221.153 0,94
Februari 2016 566.492.665 1,02
Maret 2016 547.922.459 0,93
April 2016 543.785.064 0,88
Mei 2016 710.846.004 1,09
Juni 2016 477.711.465 0,69
Juli 2016 330.560.148 0,47
Agustus 2016 488.593.044 0,68
September 2016 453.741.836 0,63
Oktober 2016 364.734.209 0,51
November 2016 465.638.076 0,63
Desember 2016 419.439.973 0,56
Sumber: Laporan Perkembangan Unit (LPU), 2016
mengalami fluktuasi selama Tahun 2016. Jumlah kredit bermasalah paling tinggi
terjadi pada bulan Mei 2016 yaitu Rp 710.846.004 dengan NPL sebesar 1,09%.
Kenaikan jumlah kredit bermasalah paling tinggi terjadi dari bulan April 2016 ke
4301
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…
Mei 2016 sebesar Rp 167.060.940. Jumlah kredit bermasalah paling rendah terjadi
pada bulan Juli 2016 yaitu Rp 330.560.148 dengan NPL sebesar 0,47%.
Penurunan kredit bermasalah paling besar terjadi dari bulan Mei 2016 ke Juni
risiko kredit dilakukan melalui proses manajemen risiko, yaitu identifikasi risiko,
pengukuran dan evaluasi risiko, dan pengelolaan risiko. Penggunaan analisis data
penelitian yang serupa, seperti penelitian yang dilakukan Yunitasari dkk. (2015)
meneliti tentang antisipasi kredit bermasalah yang terjadi pada kredit modal kerja
melalui pengawasan kredit dan prosedur pemberian kredit yang baik. Hasil yang
diperoleh bahwa prosedur pemberian modal kerja sudah berjalan baik dan sesuai
teori, namun belum ada proses wawancara kedua. Persentase NPL masih dalam
batas wajar yaitu 5%, namun masih terdapat kenaikan dan penurunan setiap
tahunnya. Persentase LDR juga masih mengalami kenaikan dan penurunan tiap
tahunnya, namun masih berada pada batas toleransi yang telah ditetapkan oleh BI.
Pengawasan kredit yang telah diterapkan sudah cukup baik walaupun belum
4302
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331
Dewi dkk. (2014) meneliti di Koperasi BPR Pancadana Batu Tahun 2010-
2012 mendapatkan hasil bahwa penerapan manajemen kredit pada Koperasi BPR
Pancadana Batu dalam meminimalisir kredit bermasalah masih belum efektif,
dilihat dari persentase Non Performing Loan (NPL) pada periode 2010-2012 yang
mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2010 sebesar 0%, pada Tahun 2011
sebesar 0,72%, dan pada Tahun 2012 sebesar 1,99%. Manajemen kredit yang
diterapkan meliputi perencanaan kredit, penetapan suku bunga kredit, prosedur
pemberian kredit, analisis pemberian kredit, dan pengawasan kredit. Upaya
penyelamatan kredit bermasalah yang dilakukan Koperasi BPR Pancadana Batu
meliputi pembinaan kepada debitur, pemberian surat peringatan pada nasabah 1-
2x, penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan kembali (reconditioning),
penataan kembali (restructuring) dan penyitaan jaminan.
2012. Hasil dari penelitian ini adalah PT BPR Nusamba Wlingi mengalami
kendala yaitu adanya kredit macet dan kredit modal kerja tiap tahun mengalami
kredit modal kerja pada PT BPR Nusamba Wlingi sudah cukup baik, namun ada
kredit. NPL bank mengalami fluktuasi selama bulan Desember 2013 sampai bulan
November 2014. Masalah bersumber dari kenaikan NPL tahun 2014 akhir karena
sepinya usaha debitur, di tempat lain debitur juga memiliki hutang dan lambatnya
hasil panen yang berdampak pada pembayaran kredit. Bank dalam upaya
4303
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Unit Gerenceng Denpasar. Tujuan
Landasan teori dalam penelitian ini yaitu definisi kredit secara sederhana
merupakan penyaluran dana dari pihak kelebihan dana kepada pihak yang
oleh pihak kelebihan dana kepada pihak kekurangan dana. Dalam bahasa Latin,
kredit berasal dari kata credere yang artinya percaya. Dimana pihak yang
memberikan kredit percaya kepada pihak yang menerima kredit, bahwa kredit
yang diberikan pasti akan terbayar lunas. Penerima kredit mendapat kepercayaan
dari pihak yang memberi pinjaman, sehingga pihak peminjam berkewajiban untuk
kredit yang diberikan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
4304
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Vaughan (1978) definisi risiko yaitu risk is the chance of loss (risiko adalah kans
dari kerugian), risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan dari
yang diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 menyebutkan Bank adalah
badan usaha penghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya
Definisi Bank dijelaskan sebagai Suatu lembaga atau badan usaha yang
secara efektif. PBI No. 5/8/PBI/2003 pada tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan
4305
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…
dipertegas lagi dengan dikeluarkannya PBI No. 7/25/PBI/2005 pada Agustus 2005
tentang Sertifikasi manajemen risiko bagi pengurus dan pejabat bank umum, yang
pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses. Menurut
4306
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331
risiko BRI berdasarkan pada ketentuan BI, yaitu PBI No. 5/8/PBI 2003 tentang
dimana profil risiko ditetapkan menjadi salah satu faktor dalam Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank menggunakan pendekatan risiko (risk based bank rating) serta
dari sisi internal, BRI telah menetapkan Kebijakan Umum Manajemen Risiko
kerja BRI. KUMR BRI berisikan tentang dasar-dasar kebijakan manajemen risiko
BRI dan ketentuan tertinggi bidang manajemen risiko di BRI. KUMR BRI
dan mencakup prosedur manajemen risiko bank yang bertujuan pada kenyataan
4307
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…
2011:7). Menurut Danjuma et al. (2016) manajemen risiko kredit adalah berbagai
perusahaan.
lebih berkaitan dengan sifat dan watak peminjam. Seorang yang mempunyai
4308
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331
analisis rasio, dalam hal ini bank atau lembaga keuangan harus memperhatikan
pinjaman. Jika karena sesuatu hal pinjaman tidak bisa dikembalikan, jaminan bisa
dijual untuk menutup pinjaman tersebut dan Conditions adalah sejauh mana
atau tingkat kegawatan dari suatu kejadian atau risiko sangat besar sehingga
risiko dengan kemampuan sendiri dan sumber daya yang ada tanpa meminta
bantuan pihak lain. Risiko ditahan jika frekuensi terjadinya kerugian dan
signifikasi kegawatan dari suatu kejadian atau risiko masih dapat diatasi dan
4309
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…
pengalihan sebagian atau seluruh risiko yang ditanggung pada pihak lain
dilakukan hanya pada jenis risiko yang bersifat murni dan Pendanaan risiko
Pendanaan risiko hanya dapat dilakukan pada risiko-risiko kecil sampai pada
risiko sedang.
kembalinya dana bank yang telah disalurkan berupa kredit kepada masyarakat
baik sebagian atau keseluruhannya sesuai dengan perjanjian kredit yang ada.
tersebut atau berdampak pada risiko likuiditas. Dampak lebih lanjut dari risiko
kredit adalah risiko kerugian dimana bank melalui kredit yang disalurkannya
kepada masyarakat tidak mendapatkan bunga di balik membayar bunga dana dan
biaya lainnya.
Risiko kredit (credit risk) adalah risiko kerugian yang diderita bank, terkait
kerugian bagi bank karena debitur tidak melunasi kembali pokok pinjamannya
4310
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331
Penyebab risiko kredit menurut Fahmi (2011) terdapat dua faktor umum
penyebab risiko kredit yaitu faktor eksternal bank, dimana kemauan membayar
tidak ada terutama akibat masalah karakter debitur, kelemahan bank dalam
pengendalian yang lemah dan proses manajemen yang kurang efektif terutama
risiko kredit, konsentrasi risiko kredit dalam portofolio asset, serta adanya itikad
jadwal yang ditentukan, atau bahkan sama sekali tidak kembali (Manurung,
2004:196). Setiap bank diharuskan membuat sistem dan penilaian kualitas sesuai
tentang kualitas kredit, yang terbagi atas Kredit Lancar (KL), Kredit Dalam
Perhatian Khusus (DPK), Kredit Kurang Lancar (KL), Kredit Diragukan (D) dan
kredit dengan kualitas Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M) serta
kriteria yang ditetapkan BI terutama rasio kredit bermasalah tidak boleh melebihi
𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑁𝑃𝐿 = 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑥 100%.............................................................................. (1)
Penyebab kredit bermasalah dapat berasal dari pihak debitur sendiri, pihak
bank, dan pihak lainnya yang bersangkutan, seperti peristiwa yang menimbulkan
4311
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…
sampai batas waktu tertentu, penurunan suku bunga, dan pembebasan bunga,
restructuring dengan jumlah kredit atau equity ditambah dengan setoran uang
penyitaan jaminan apabila debitur sudah benar-benar tidak punya itikad atau tidak
4312
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331
sebagai berikut :
𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖
𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚 = 𝑥 100%.....................................................................(2)
𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡
Keterangan :
Tabel 2.
Pengukuran Tingkat Efektivitas
No Efektivitas (%) Tingkat Efektivitas
1 Koefisien efektivitas bernilai dibawah 40 Sangat tidak efektif
2 Koefisien efektivitas bernilai 40 – 59,99 Tidak efektif
3 Koefisien efektivitas bernilai 60 – 79,99 Cukup efektif
4 Koefisien efektivitas bernilai diatas 79,99 Sangat efektif
Sumber:Standar Litbang Depdagri Republik Indonesia, 1991
METODE PENELITIAN
Bank BRI Unit Gerenceng periode Tahun 2016. Penelitian ini menggunakan jenis
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Unit Gerenceng periode Tahun
2016.
4313
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…
ini dikarenakan penelitian ini merupakan studi kasus maka tidak menggunakan
(Persero) Tbk Cabang Unit Gerenceng Denpasar. Variabel dalam penelitian ini
Cabang Unit Gerenceng Denpasar tahun 2016, maka variabel yang digunakan
dan evaluasi risiko serta pengelolaan risiko), gejala adanya kredit bermasalah,
manajemen risiko.
Bank Rakyat Indonesia(BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang
Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De
4314
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331
dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto, suatu lembaga keuangan yang
kelahiran BRI.
Tabel 3.
Jumlah Kredit Bermasalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Cabang Unit Gerenceng Denpasar Tahun 2016
Bulan Kupedes KUR Mikro BRI Guna Mikro %
Januari 182.805.857 174.815.296 105.600.000 0,94
Februari 238.110.900 222.781.765 105.600.000 1,02
Maret 212.525.999 209.796.060 125.600.400 0,93
April 237.725.880 180.458.784 125.600.400 0,88
Mei 383.350.596 201.895.008 125.600.400 1,09
Juni 240.597.283 111.513.782 125.600.400 0,69
Juli 247.135.485 63.424.263 20.000.400 0,47
Agustus 396.428.569 72.164.075 20.000.400 0,68
September 295.589.973 158.151.863 0 0,63
Oktober 185.755.070 178.979.139 0 0,51
November 227.319.802 238.318.274 0 0,63
Desember 258.703.916 160.736.057 0 0,56
Sumber: Laporan Perkembangan Unit (LPU), 2016
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Unit Gerenceng selama Tahun 2016
mengalami fluktuasi. Kredit tertinggi Bulan Mei 2016 sebesar 1,09% yang artinya
dari 100% kredit yang disalurkan hanya 1,09% mengalami kredit macet. Kredit
383.350.596, Kredit KUR Mikro Rp 201.895.008 serta Kredit BRI Guna Mikro
Rp 125.600.400. Untuk jumlah terendah terjadi Bulan Juli 2016 sebesar 0,47%
yang artinya dari 100% kredit yang disalurkan hanya 0,47% mengalami kredit
macet. Kredit tersebut yaitu untuk Kredit Kupedes Rp 247.135.485, Kredit KUR
Mikro Rp 63.424.263 serta Kredit BRI Guna Mikro Rp 20.000.400. Untuk jumlah
4315
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…
kredit BRI Guna Mikro dari bulan Januari 2016 sampai bulan Agustus 2016 Bank
BRI Unit Gerenceng menjaga pengeluaran kredit agar NPL tetap terjaga di posisi
dibawah 5% sedangkan untuk bulan September 2016 sampai Desember 2016 NPL
Indonesia (Persero) Tbk Cabang Unit Gerenceng selama Tahun 2016 pada Bulan
Mei 2016 yang merupakan jumlah kredit tertinggi yaitu 22 orang pada kredit
KUPEDES, 2 orang pada kredit Briguna Mikro dan 25 orang pada KUR Mikro.
Sedangkan untuk bulan Juli 2016 merupakan jumlah kredit terendah dengan
jumlah orang sebesar 15 orang pada kredit KUPEDES, 1 orang Briguna Mikro
menentukan sikap, menetapkan solusi yang tepat, serta melakukan monitoring dan
catatan dan laporan statistik kerugian perusahaan serta survey dan wawancara
4316
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331
memiliki potensi terjadinya risiko paling besar karena tidak terlunasi kembali
pokok pinjaman ditambah bunga oleh debitur. Identifikasi risiko yang terjadi
diantaranya usaha yang dimiliki oleh debitur mengalami penurunan sehingga tidak
mampu untuk membayar kredit yang diajukan, terjadinya musibah yang dialami
oleh debitur misalnya sakit, kecelakaan atau yang lainnya sehingga mengurangi
kepada debitur karena debitur hilang atau tidak ada kabar sehingga upaya bagi
bank untuk berusaha mencari atau menghubungi keluarganya, serta untuk debitur
yang mengalami musibah meninggal dunia kredit yang masih menunggak dapat
diasuransikan.
seksama agar dapat meminimalisir terjadinya risiko kredit macet. Selain itu
kemauan seseorang lebih berkaitan dengan sifat dan watak yang dimiliki.
4317
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…
character sehingga NPL yang dihasilkan terbilang rendah yaitu dibawah 5%.
Capacity ini dapat dilihat melalui prestasi masa lalu atau track of record. Bank
nasabah yang sudah pernah meminjam maupun yang baru pertama kali
meminjam. Jika calon nasabah memiliki pinjaman masa lalu yang rajin membayar
dan usaha yang dimiliki terkelola dengan baik maka pihak bank dapat
dari si peminjam yang dilihat dari komposisi utang terhadap modal sendiri. Jika
sehingga berdampak pada pembayaran kredit. Maka dari itu Bank BRI Unit
tidak. Collateral merupakan asset yang dijadikan jaminan (agunan) jika sesuatu
hal pinjaman tidak dapat dikembalikan. Bank BRI Unit Gerenceng menerapkan
sistem jaminan (agunan) ini jika terjadi kemacetan kredit yang tidak mampu
dibayarkan oleh debitur maka pihak bank dapat menjual jaminan untuk menutupi
4318
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331
Pengelolaan risiko (Risk Action) yang dilakukan Bank BRI Unit Gerenceng
Penghindaran risiko jika frekuensi risiko terjadinya kerugian cukup besar yang
kerugian risiko tersebut, Menahan risiko dengan kemampuan sendiri jika risiko
yang dihadapi tergolong kecil maupun sedang. Risiko ditahan jika masih dapat
risiko jika terjadi. Semakin banyak penempatan asset dimiliki maka kecil
pihak asuransi yaitu Asuransi Jiwa Kupedes yang bersifat murni atau si peminjam
kompensasi dan cadangan apabila risiko benar-benar terjadi. Risiko yang bersifat
kecil sampai sedang masih bisa diatasi dengan pendanaan risiko, jika risiko terlalu
Penelitian yang dilakukan oleh Putra dkk. (2015) pada PT BPR Dau
Kenaikan NPL Tahun 2014 akhir bersumber dari sepinya usaha debitur, adanya
4319
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…
Gejala kredit bermasalah diamati dari pihak debitur yang dalam kurun
waktu pelunasan kredit dan melakukan beberapa hal yang tidak sesuai dengan
kesepakatan yang telah dibuat. Gejala adanya kredit bermasalah secara umum
juga dirasakan oleh Bank BRI Unit Gerenceng Denpasar antara lain adanya
yang merugikan pihak bank dari kredit yang telah diberikan. Terdapat dua faktor
umum penyebab risiko kredit yaitu faktor eksternal bank dimana tidak adanya
itu sendiri, sedangkan faktor internal bank dimana terdapat sistem pengendalian
yang lemah dari manajemen risiko, serta itikad kurang baik pengurus bank.
Bank BRI Unit Gerenceng Denpasar mengalami penyebab risiko kredit dari
faktor eksternal bank diantaranya tidak ada kemauan membayar akibat dari
terjadi keterlambatan panen, serta pengaruh faktor ekonomi makro atau sektor
industry lainnya.
4320
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331
baru sesuai dengan kondisi keuangan pihak terkait yang merupakan hasil
negosiasi antara pihak yang bersangkutan. Pihak Bank BRI Unit Gerenceng
Rescheduling yaitu bank memberikan keringanan jangka waktu kredit atau juga
pembayaran bunga ditunda sampai batas waktu tertentu dimana yang dapat
equity dengan setoran uang tunai. Kombinasi merupakan cara penyelesaian kredit
lunas. Penyitaan jaminan apabila nasabah sudah tidak punya itikad atau tidak
secara musyawarah dan kekeluargaan sehingga jalan keluar tercapai tetapi jika
4321
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…
benar-benar tidak mampu untuk memenuhi kewajiban pihak bank harus melelang
Penelitian yang dilakukan oleh Putra dkk. (2015) memperoleh hasil bahwa
tagih.
mencapai rencana awal. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Unit
bank yang menggunakan bunga kredit yang bersifat menurun untuk angsuran
Jenis produk BRI diantaranya KUPEDES, BRI Guna Mikro dan KUR
bunganya rendah atau kecil. Namun dibalik itu BRI cenderung atau kebanyakan
4322
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331
Gerenceng Denpasar terutama dalam hal penyaluran kredit tidak tercapai dari
Tabel 4.
Efektivitas Kredit KUPEDES selama Periode Tahun 2016
Bulan Jumlah Kredit %
Januari 2.135.000.000 8,21
𝑥 100%
25.999.732.936
Februari 5.103.000.000 19,58
𝑥 100%
26.051.629.548
Maret 2.350.000.000 9,00
𝑥 100%
26.103.526.160
April 2.465.000.000 9,42
𝑥 100%
26.155.314.104
Mei 3.495.000.000 13,33
𝑥 100%
26.207.102.049
Juni 3.829.000.000 12,21
𝑥 100%
31.343.085.277
Juli 2.386.000.000 7,72
𝑥 100%
30.887.935.961
Agustus 1.900.000.000 6,24
𝑥 100%
30.433.638.339
September 1.805.000.000 6,02
𝑥 100%
29.979.856.375
Oktober 1.898.000.000 7,43
𝑥 100%
25.529.255.451
November 2.505.000.000 8,61
𝑥 100%
29.079.381.923
Desember 2.645.000.000 9,23
𝑥 100%
28.631.762.688
Sumber: Data diolah, 2017
serta dilayani di seluruh BRI Unit dan Teras BRI. Tabel 4 merupakan
bernilai dibawah 40% yang artinya tingkat efektivitasnya sangat tidak efektif.
Efektivitas paling tinggi terjadi bulan Februari 2016 sebesar 19,58% sedangkan
efektivitas paling rendah terjadi bulan September 2016 sebesar 6,02%. Efektivitas
kredit KUPEDES selama periode Tahun 2016 penyaluran kredit belum tercapai
4323
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…
karena selama satu tahun realisasinya rata-rata 15% per bulan sehingga pinjaman
yang diberikan kepada nasabah masih rendah oleh BRI Cabang Gerenceng
Denpasar.
Tabel 5.
Efektivitas Kredit BRI Guna Mikro selama Periode Tahun 2016
Bulan Jumlah Kredit %
Januari 185.000.000 3,82
𝑥 100%
4.839.376.337
Februari 55.000.000 1,13
𝑥 100%
4.839.376.337
Maret 10.000.000 0,20
𝑥 100%
4.839.376.337
April 15.000.000 0,30
𝑥 100%
4.839.376.337
Mei 32.000.000 0,66
𝑥 100%
4.839.376.337
Juni 0,00 0
𝑥 100%
4.839.376.337
Juli 220.000.000 4,56
𝑥 100%
4.824.235.073
Agustus 416.000.000 8,60
𝑥 100%
4.831.967.413
September 550.000.000 11,36
𝑥 100%
4.839.376.337
Oktober 300.000.000 6,19
𝑥 100%
4.839.376.337
November 40.000.000 0,82
𝑥 100%
4.839.376.337
Desember 100.000.000 2,06
𝑥 100%
4.839.376.337
Sumber: Data diolah, 2017
Kredit BRI Guna Mikro merupakan kredit yang diberikan untuk debitur
Kredit BRI Guna Mikro dimana koefisien efektivitasnya bernilai di bawah 40%
yang artinya bahwa tingkat efektivitas sangat tidak efektif. Tingkat efektivitas
tertinggi terjadi bulan September 2016 sebesar 11,36% sedangkan terendah terjadi
pada bulan Juni 2016 sebesar 0%. Bulan Juni 2016 menghasilkan koefisien 0%
4324
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331
karena tidak adanya realisasi bulan tersebut atau dengan kata lain tidak adanya
pinjaman dari debitur. Efektivitas kredit BRI Guna Mikro selama periode Tahun
2016 penyaluran kredit belum tercapai karena selama satu tahun realisasinya rata-
rata 3,25% per bulan sehingga pinjaman yang diberikan kepada nasabah masih
Tabel 6.
Efektivitas Kredit KUR Mikro selama Periode Tahun 2016
Bulan Jumlah Kredit %
Januari 2.237.000.000 87,40
𝑥 100%
2.559.380.791
Februari 3.792.000.000 195,53
𝑥 100%
1.939.325.100
Maret 4.030.000.000 305,47
𝑥 100%
1.319.269.409
April 3.784.000.000 322,67
𝑥 100%
1.172.683.920
Mei 3.852.000.000 375,40
𝑥 100%
1.026.098.431
Juni 3.894.000.000 442,74
𝑥 100%
879.512.941
Juli 2.422.000.000 330,45
𝑥 100%
732.927.452
Agustus 2.559.000.000 436,43
𝑥 100%
586.341.962
September 1.783.000.000 405,45
𝑥 100%
439.756.472
Oktober 2.361.000.000 805,33
𝑥 100%
293.170.982
November 2.495.000.000 1702,07
𝑥 100%
146.585.491
Desember 2.487.000.000 -
𝑥 100%
0,00
Sumber: Data diolah, 2017
KUR Bank BRI ditujukan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah yang
produktif dan layak serta dibiayai sesuai ketentuan pemerintah. KUR BRI dilayani
di seluruh Unit Kerja Bank BRI yang ada di Indonesia. Tabel 6 merupakan
bernilai diatas 79,99% yang artinya bahwa tingkat efektivitasnya sangat efektif.
4325
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…
disebabkan karena target rendah dan menjelang akhir tahun tutup buku sehingga
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Unit Gerenceng Denpasar sudah
sesuai dengan kondisi bank. Efektivitas manajemen risiko bank sudah sangat
efektif untuk Kredit KUR Mikro namun untuk Kredit KUPEDES dan Kredit BRI
Guna Mikro perlu diperhatikan serta ditingkatkan lagi realisasinya. Bagi peneliti
4326
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331
REFERENSI
4327
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…
Dewi, Oktavia Anggra., Darminto., dan Maria Goretti Endang NP. 2014. Analisis
Manajemen Kredit guna Meminimalisir Kredit Bermasalah. Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), 9(2):1-8.
Dragoi, Elena Violeta. 2013. Credit Risk-the Primary Decision Factor for Credit
Institutions in Romania. Valahian Journal of Economics Studies, 4(2):73-
80.
Ekanayake, E.M.N.N.,and Azeez A.A. 2015. Determinants of Non-Performing
Loans in Licensed Commercial Banks: Evidence from Sri Lanka. Asian
Economic and Financial Review, 5(6):868-882.
Fahmi, Irham. 2011. Manajemen Risiko Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung:
Alfabeta.
Fairuza, Denes Ahmad. 2012. Analisis Manajemen Risiko Kredit sebagai Alat
untuk Meminimalisir Risiko Kredit. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB,
1(2):1-8.
Fathoni, Abudrahmat. 2006. Organisasi dan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT
Rieka Cipta.
Firdaus, Rachmat., dan Maya Ariyanti. 2008. Manajemen Perkreditan Bank
Umum: Teori, Masalah, Kebijakan dan Aplikasinya Lengkap dengan
Analisis Kredit. Bandung: Alfabeta.
---------. 2009. Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori, Masalah, Kebijakan
dan Aplikasinya Lengkap dengan Analisis Kredit. Bandung: Alfabeta.
Fuadiyah, Nadifatul., Dwiatmanto.,dan Nila Firdausi Nuzula. 2014. Analisis
Pelaksanaan Pengawasan Kredit Modal Kerja sebagai Upaya Mengurangi
Terjadinya Kredit Bermasalah. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 15(2):1-
8.
Hanafi, Mamduh. 2009. Manajemen Risiko. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Statistik I (Statistik Deskriptif). Edisi
Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Idris, Ismail Tijjani.,and Sabri Nayan. 2016. The Moderating Role of Loan
Monitoring on the Relationship between Macroeconomic Variables and
Non-Performing Loans in Association of Southeast Asian Nations
Countries. International Journal of Economics and Financial Issues,
6(2):402-408.
Idroes, Fahmi. 2011. Manajemen Risiko Perbankan. Jakarta: Salemba Empat.
Idroes, Ferry N. 2011. Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3
Pilar Kesepakatan Basel II. Jakarta: Rajawali Pers.
4328
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331
4329
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…
4330
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331
Savitri, Oka Aviani., Zahroh Z.A.,dan Nila Firdausi Nuzula. 2014. Analisis
Manajemen Risiko Kredit dalam Meminimalisir Kredit Bermasalah pada
Kredit Usaha Rakyat. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 12(1):1-10.
Steers, Richard M. 1985. Efektivitas Organisasi: Kaidah Perilaku: Seri
Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Subagyo, Ahmad Wito. 2000. Efektivitas Program Penanggulangan Masyarakat
Pedesaan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Sudirman, I Wayan. 2013. Manajemen Perbankan : Menuju Bankir Konvensional
yang Profesional. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Tindakan Komprehensif. Bandung: Alfabeta.
Sulhan, M., dan Ely Siswanto. 2008. Manajemen Bank: Konvensional & Syariah.
Malang: UIN-Malang Press.
Tampubolon, Robert. 2004. Manajemen Risiko: Pendekatan Kualitatif untuk Bank
Komersial. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Triandaru, Sigit., dan Totok Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan
Lain. Jakarta: Salemba Empat.
Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Jakarta.
Vaughan, Emmett. J. 1978. Fundamentals of Risk and Insurance. 2nd. Santa
Barbara: John Wiley& Son, Inc.
Wenie, Darminto.,dan Achmad Husaini. 2015. Evaluasi Sistem dan Prosedur
Pemberian Kredit Modal Kerja dalam Upaya Mengatasi Kredit
Bermasalah. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 22(2):1-7.
Yunitasari, Ira., Dwi Atmanto., dan Maria Goretti Wi Endang. 2015. Analisis
Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja dalam Usaha Mengantisipasi
Kredit Bermasalah. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 26(2):1-6.
4331
Analisis Penerapan Manajemen Risiko Finansial pada Proyek PLTN di Indonesia
(Imam Bastori, Moch. Djoko Birmano)
ABSTRAK
ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO FINANSIAL PADA PROYEK PLTN DI
INDONESIA. Proyek PLTN adalah bisnis penuh dinamika, risiko dan tantangan. Penerapan
manajemen risiko finansial dalam proyek PLTN menjadi alternatif yang harus dipertimbangkan
secara teliti. Makalah ini bertujuan untuk memaparkan analisis pengambilan keputusan dalam
penerapan manajemen risiko finansial sehingga dapat diaplikasikan dalam pembangunan PLTN di
Indonesia. Sebagai studi kasus dipilih PLTN tipe PWR konvensional kelas 1150 MWe. Untuk
menghitung ekonomi dan pendanaan PLTN digunakan Spreadsheet INOVASI, selanjutnya
keputusan penerapan manajemen risiko finansial dianalisis dengan menggunakan model Penyesuaian
Arus Kas (cash flow adjustment) yang dikembangkan oleh Richard Fairchild. Hasil analisis
menunjukkan bahwa Metode Penyesuaian Arus Kas (cash flow adjustment) yang dikembangkan oleh
Richard Fairchild adalah metode yang lebih baik dibandingkan metode penyesuaian NPV pada suatu
proyek PLTN, karena telah memasukkan aspek manajemen risiko finansial. Proyek PLTN hanya bisa
dijalankan hanya jika NPV lebih besar atau sekurang-kurangnya sama dengan nol dan keputusan
menjalankan manajemen risiko finansial harus didasarkan pada NPVrm>NPV. Penerapan
manajemen risiko finansial pada proyek PLTN tidak dibutuhkan jika biaya premi asuransi yang harus
dibayarkan lebih mahal dibandingkan dengan seluruh pengeluaran biaya-biaya dalam kondisi yang
berbahaya dari finansial, kecuali jika pihak asuransi dapat memberikan diskon minimal 20%.
Kata kunci: manajemen, risiko finansial, PLTN
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF FINANCIAL RISK MANAGEMENT APPLICATION FOR NPP
PROJECT IN INDONESIA. NPP Project is one of full dynamic, risky and challenging business.
Application of financial risk management in Nuclear Power Plant (NPP) project becomes one
alternative to be considered carefully. This paper explains an analysis to make a decision in the risk
management application so that it can be applied in the NPP’s construction in Indonesia. As case
study, is NPP of conventional PWR type of class 1150 MWe. To calculate the economics and
financing of NPP is used Spreadsheet INOVASI, further the decision of financial risk management
were analyzed using a Model of Cash Flow Adjustment, which developed by Richard Fairchild. The
analysis showed that the Method of Cash Flow Adjustment developed by Richard Fairchild is better
than the method of NPV Adjustment on a NPP project, because it have included the aspects of
financial risk management. NPP project can only be executed if the NPV ≥ 0 and decision to execute
the financial risk management should be based on NPVrm > NPV. The application of financial risk
management in NPP project is not needed if an insurance premium more expensive than all costs of
financial distress, unless the insurance company can give discount of at least 20%.
Keywords: management, financial risk, NPP
34
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 14 No. 1, Juni 2012
1. PENDAHULUAN
Tahun 1996, Indonesia (BATAN) telah menyelesaikan studi kelayakan pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dengan konsultasi pelaksana NEWJEC, Jepang.
Namun demikian, sejak tahun 1997 rencana pembangunan PLTN terhenti karena adanya
berbagai kendala, termasuk krisis ekonomi. Saat ini gairah untuk membangun PLTN
muncul kembali seiring dengan meningkatnya kebutuhan listrik, naiknya harga bahan bakar
minyak dan membaiknya perekonomian. Dalam studi BATAN terbaru tahun telah
dimasukkan kembali opsi pembangunan PLTN pada tahun 2020 dengan perkiraan
beroperasi pada tahun 2027.
Indonesia belum berpengalaman dalam proyek pembangunan PLTN sehingga tidak
memiliki data historis biaya yang diperlukan untuk merancang rencana bisnis PLTN. Oleh
karena itu data-data tersebut diambil dari lembaga-lembaga internasional yang bergerak
dalam riset energi nuklir dan negara lain yang telah memiliki PLTN. Institusi seperti Sculy
Capital, MIT, University of Chicago, OECD, Nuclear Energy Agency, Departemen Energi AS
maupun dari calon vendor seperti KHNP (Korea Hydro and Nuclear Power) memiliki database
biaya PLTN yang cukup. Namun demikian bukanlah pekerjaan yang mudah untuk
mendapatkan data-data tersebut. Hal ini disebabkan karena data itu lebih bersifat rahasia
dan beberapa data bersifat ‚lokasional‛ yaitu sangat tergantung pada kondisi tiap negara.
Misalnya biaya perizinan, biaya kecelakaan dan biaya tenaga kerja pada proyek PLTN tidak
sama pada tiap negara. Dengan berbagai keterbatasan ini, maka penyusunan estimasi
pembiayaan PLTN harus mengambil asumsi-asumsi yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah. Munculnya asumsi dalam perhitungan pembiayaan PLTN akan menimbulkan
ketidakpastian yang berdampak pada risiko finansial. Oleh karena itu perlu dicarikan
alternatif untuk meminimalkan risiko finansial yang mungkin timbul dalam membuat
estimasi biaya PLTN.
Makalah ini bertujuan untuk memaparkan berbagai risiko yang mungkin terjadi pada
proyek PLTN dan membuat analisis pengambilan keputusan dalam penerapan manajemen
risiko finansial dalam investasi PLTN. Sebagai studi kasus dipilih PLTN tipe PWR
konvensional kelas 1150 MWe. Untuk menghitung ekonomi dan pendanaan PLTN
digunakan Spreadsheet INOVASI, selanjutnya keputusan penerapan manajemen risiko
finansial dianalisis dengan menggunakan model Penyesuaian Arus Kas (cash flow
adjustment) yang dikembangkan oleh Richard Fairchild. Makalah ini diharapkan dapat
diterapkan untuk mengelola risiko finansial dengan tepat agar investasi PLTN di Indonesia
di masa mendatang tidak terganggu.
35
Analisis Penerapan Manajemen Risiko Finansial pada Proyek PLTN di Indonesia
(Imam Bastori, Moch. Djoko Birmano)
Biaya yang
diasuransikan
Gambar 1. Ilustrasi biaya yang diasuransikan dan yang tidak diasuransikan [1]
Dalam suatu survey alokasi risiko yang dilakukan oleh Roozbeh terbagi dalam tiga
kategori, yaitu alokasi risiko untuk kontraktor, alokasi risiko untuk pemilik, dan alokasi
risiko yang ditanggung bersama sebagaimana terlihat pada Tabel 1, dapat diranking dari sisi
kepentingannya, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.
36
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 14 No. 1, Juni 2012
37
Analisis Penerapan Manajemen Risiko Finansial pada Proyek PLTN di Indonesia
(Imam Bastori, Moch. Djoko Birmano)
4. METODOLOGI
4.1. Spreadsheet INOVASI
Dalam studi ini untuk menghitung ekonomi dan pendanaan PLTN digunakan
Spreadsheet INOVASI yang merupakan modifikasi dari beberapa spreadsheet yang sudah ada.
Modifikasi dilakukan karena selama ini spreadsheet untuk menghitung ke-ekonomian
PLTN merupakan produk dari luar seperti IAEA, KHNP, Westinghouse dan PLN yang
tidak semuanya bisa dipahami dengan mudah. Sistim ini dibuat sesederhana mungkin agar
mudah memakainya, mudah dipahami dan mudah untuk dikembangkan lagi pada masa
mendatang. Aspek manajemen risiko finansial juga dimasukkan dalam spreadsheet sebagai
bagian dalam pengambilan masukan.
………………..………………(1)
Biaya modal (atau pengembalian yang dikehendaki oleh investor) mencakup suatu
elemen risiko pasar. Suatu kegiatan manajemen risiko perusahaan dapat menurunkan risiko
total tetapi tidak berpengaruh pada risiko pasar[2]. Oleh karena itu biaya risiko perusahaan
tidak akan berubah sehingga biaya modal akan tetap samar. Shimko (2001) mengusulkan
suatu metode penyesuaian Net Present Value yang disebut metode Risk-adjusted Present Value
(RPV). Metode ini telah menyertakan risiko dalam penilaian suatu investasi serta dapat
membantu memecahkan masalah penambahan discount rate[2].
Pendekatan RPV Shimko diturunkan sebagai berikut. Pertimbangkan satu periode
investasi proyek dengan nilai saat ini Vo pada waktu 0, ini biasa disebut sebagai modal kas
(cash capital) atau modal investasi (capital investment). Pada waktu t = 1 arus kas yang
disediakan oleh proyek adalah suatu variabel random yang terdistribusi secara normal
dengan nilai investasi rata-rata µ1 dan deviasi standar rata-rata σ1. Shimko mengasumsikan
bahwa arus kas tidak berhubungan dengan berbagai faktor risiko pasar. Jadi tingkat diskon
bebas risiko adalah r.
Investor umumnya menghendaki pengembalian cash capital dan risk capital (modal
risiko). Risk capital adalah suatu jumlah maksimal yang mungkin seorang investor
mengalami kerugian atas proyek yang dimilikinya. Dengan tujuan untuk menurunkan risk
capital, perusahaan harus mendefinisikan arus kas ‘kasus terburuk’ W pada waktu t = 1
sebagai W1 = µ1 – z1. Arus kas kasus terburuk adalah jika z (deviasi standar) berada di bawah
rata-ratanya. Nilai saat ini pada kasus arus kas terburuk adalah W 0 = W1 / (1+r), oleh karena
itu risk capital adalah V0 – W0.
Kenaikan modal yang diharapkan atas keseluruhan tahun adalah:
38
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 14 No. 1, Juni 2012
Pada sisi kiri yaitu (µ1 – V0) menunjukkan bahwa kenaikan modal yang diharapkan
adalah nilai investasi rata rata yang diharapkan pada waktu t=1 (µ1), dikurangi nilai
investasi awal (V0). Pada sisi kanan menunjukkan bahwa kenaikan modal yang diharapkan
berasal dari pengembalian cash capital (rV0) ditambah pengembalian risk capital (k(V0 – W0))
dengan k adalah resiko pasar (market risk). Shimko menyusun kembali persamaan (2)
menjadi sebagai berikut :
……………………………………………………(3
Ini memberi kesan bahwa nilai suatu proyek sama dengan nilai NPV-nya dikurangi suatu
tambahan risiko, yang proporsional dengan perbedaan diantara nilai yang diharapkan dan
nilai pada kasus terburuk [2].
Pendekatan ini menekankan bahwa ketika ada pembatasan pada diversifikasi
portofolio, investor (dan juga para manajer) menjadi perhatian terhadap risiko total. Metode
RPV mengijinkan kita untuk fokus pada suatu elemen yang krusial dari manajemen risiko
yaitu nilai pada risiko. Karena penilaian risiko banyak bersifat subyektif diantara investor
yang berbeda, maka penggunaan metode RPV bisa mempunyai masalah yang serius untuk
penilaian investasi. Mungkin saja metode RPV dapat membawa pada keputusan yang keliru
atas penerimaan dan penolakan suatu proyek.
Fairchild mengembangkan suatu penilaian investasi yang didasarkan pada Shapiro
dan Titman (1998) yang tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menerima proyek
yang nilainya naik. Metode ini disebut sebagai metode penyesuaian arus kas (Cash Flow
Adjustment)[2]. Ia merumuskan bahwa nilai proyek saat ini sama dengan nilai arus kas saat
ini yang diharapkan dikurangi biaya-biaya dalam kondisi yang berbahaya dari finansial.
…………………………………………………………. (4)
di mana, K merefleksikan risiko pasar (bukan risiko total) dan E(F) menggambarkan biaya
dari kondisi yang berbahaya dari finansial, E(F) = F x Probabilitas kegagalan investasi. F
merepresentasikan gangguan pada pelayanan, kehilangan reputasi, biaya hukum (legal costs)
dan sebagainya. Fairchild merumuskan nilai saat ini sebagai berikut :
…………………………………………………….…………. (5)
Fairchild mengusulkan nilai saat ini yang berkaitan dengan biaya dari kondisi yang
berbahaya dari finansial untuk manajemen perusahaan sebagai :
……………………………………………………... (6)
Dimana FM merepresentasikan biaya dari kondisi yang berbahaya dari finansial untuk
manajemen perusahaan dan I adalah investasi awal (initial cost). Jika NPVM < 0 < NPV,
manajemen dapat menolak suatu proyek yang bernilai naik. Jika manajemen mengambil
proyek dan menyelesaikan aktivitas manajemen risiko, maka NPV setelah menjalankan
manajemen risiko (NPVrm) menjadi
NPVrm ………………………………………………………..(7)
39
Analisis Penerapan Manajemen Risiko Finansial pada Proyek PLTN di Indonesia
(Imam Bastori, Moch. Djoko Birmano)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh para pakar dari University of Chicago tentang
biaya risiko finansial PLTN digambarkan dalam Tabel 3, dimana besarnya premi risiko
investasi ditentukan oleh besarnya probabilitas kegagalan dan persentase pengembalian
nilai investasi yang dikehendaki.
40
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 14 No. 1, Juni 2012
41
Analisis Penerapan Manajemen Risiko Finansial pada Proyek PLTN di Indonesia
(Imam Bastori, Moch. Djoko Birmano)
Tabel 7. Hasil Kelayakan Ekonomi & Pendanaan PLTN PWR Konvensional 1150 MWe
No. Kriteria Kelayakan PLTN 1150 MWe
1. Biaya Investasi $ 2,506 milyar
2. Biaya Pembangkitan 4,40 $ sen/kWh
3. IRR 9,50%
4. NPV $ 788.898.436
5. B/C Ratio 1,59
6. DSC Ratio 1,48
7. Payback Period 19,78 tahun
Pada komposisi utang dan modal seperti nampak pada Tabel 6, hasil perhitungan
menghasilkan biaya investasi $2,506 milyar, nilai Internal Rate of Return (IRR) 9,50% dengan
NPV US $788,9 juta. Karena NPV > 0 maka proyek PLTN dapat dijalankan, yang selanjutnya
akan diputuskan penerapan manajemen risiko finansialnya.
42
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 14 No. 1, Juni 2012
finansial yang berbahaya. Hal ini menyebabkan NPV rm < NPV, berdasarkan pada aturan
Fairchild maka keputusan yang paling tepat adalah mengambil proyek tanpa menjalankan
manajemen risiko.
Tabel 8. Keputusan Penolakan Manajemen Risiko (MR) untuk Tanpa Diskon Premi
(DP = 0%)
Probabilitas F K E(F) E(F)/(1+K) C
Keputusan
Kegagalan ($ milyar) (%) ($ juta) ($ juta) ($ juta)
1,0% 2,506 7 25,069 23,429 27,576 Tanpa MR
2,0% 2,506 7 50,139 46,859 55,153 Tanpa MR
2,5% 2,506 7 62,674 58,574 70,195 Tanpa MR
3,0% 2,506 7 75,209 70,288 85,237 Tanpa MR
3,5% 2,506 7 87,744 82,003 100,278 Tanpa MR
4,0% 2,506 7 100,278 93,718 115,320 Tanpa MR
5.0% 2,506 7 125,348 117,148 145,404 Tanpa MR
6.0% 2,506 7 150,418 140,577 175,488 Tanpa MR
Jika pihak asuransi tetap berpegangan pada tarif premi seperti Tabel 3, maka para
investor sudah barang tentu tidak akan mengasuransikan proyek PLTN yang dimilkinya.
Akan tetapi jika perusahaan asuransi mau mendiskon premi asuransi minimal 20% maka
para investor sebaiknya mengasuransikan proyeknya. Tabel 9 memaparkan hasil kajian
untuk memutuskan penerapan manajemen risiko untuk diskon premi 20%.
Tabel 9. Keputusan Penerapan Manajemen Risiko untuk Diskon Premi 20% (DP = 20%)
Probabilitas F K E(F) E(F)/(1+K) C
Keputusan
Kegagalan ($ milyar) (%) ($ juta) ($ juta) ($ juta)
1,0% 2,506 7 25,069 23,429 22,061 Dengan MR
2,0% 2,506 7 50,139 46,859 44,122 Dengan MR
2,5% 2,506 7 62,674 58,574 56,156 Dengan MR
3,0% 2,506 7 75,209 70,288 68,189 Dengan MR
3,5% 2,506 7 87,744 82,003 80,223 Dengan MR
4,0% 2,506 7 100,278 93,718 92,256 Dengan MR
5,0% 2,506 7 125,348 117,148 116,323 Dengan MR
6,0% 2,506 7 150,418 140,577 140,390 Dengan MR
6. KESIMPULAN
a. Metode penyesuaian arus kas (cash flow adjustment) yang dikembangkan oleh Richard
Fairchild adalah metode yang lebih baik dibandingkan metode penyesuaian NPV pada
suatu proyek PLTN, karena telah memasukkan aspek manajemen risiko finansial
b. Proyek PLTN bisa dijalankan hanya jika NPV lebih besar atau sekurang-kurangnya sama
dengan nol dan keputusan menjalankan manajemen risiko finansial harus didasarkan
pada NPVrm>NPV. Jika NPVrm<NPV maka sebaiknya proyek PLTN meninggalkan
manajemen risiko
c. Hasil analisis menunjukkan bahwa proyek PLTN tidak perlu menjalankan manajemen
risiko finansial karena premi risiko finansial yang harus dibayar jauh lebih mahal
dibanding dengan seluruh pengeluaran biaya-biaya dalam kondisi yang berbahaya dari
finansial, kecuali jika pihak asuransi dapat memberikan diskon minimal 20%.
43
Analisis Penerapan Manajemen Risiko Finansial pada Proyek PLTN di Indonesia
(Imam Bastori, Moch. Djoko Birmano)
DAFTAR PUSTAKA
[1]. MILLS A, ‚A Systematic Approach to Risk Management for Construction, Structural
Survey‛, Volume 19, Number 5, pp. 245-252, MCB University Press, ISSN 0263-080X,
2001.
[2]. FAIRCHILD R, ‚Financial Risk Management: Is it a Value Adding Activity?‛, Balance
Sheet 10, pp 22 – 25, MCB UP limited, April 2002.
[3]. UNIVERSITY OF CHICAGO, “The Economic Future of Nuclear Power”, A Study
Conducted at University of Chicago, August 2004.
[4]. BLANK L and TARQUIN A, “Engineering Economy‛, Fifth Edition, McGraw-Hill, 2002
44
Jurnal Akuntansi ISSN 2302-0164
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 11 Pages pp. 10- 20
Abstract: Aim of this study is to test influence of risk management application (credit,
liquidity and operational) to banking financial performance listed in Indonesia Stock
Exchange (IDX). Population in this research is entire banks registered in BEI until 2011 and
observation period is 5 years (2007-2011). Thus, total population is 150 (30 banks x 5 years).
Analysis method used in this study is data panel regression and data processing using Eviews
program 6. Result of this research reveals that application of risk management (credit,
liquidity and operational) simultaneously affect banks financial performance in BEI.
Whereas, partially, it is only application of risk management liquidity has no effect on the
banking financial performance registered in BEI.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan manajemen risiko
(kredit, likuiditas dan operasional) terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perbankan yang
terdaftar di BEI sampai dengan tahun 2011 dengan periode pengamatan selama 5 tahun
(2007-2011). Dengan demikian total populasi adalah sebanyak 150 (30 perbankan x 5 tahun).
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel dan proses
pengolahan data menggunakan program Eviews 6. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penerapan manajemen risiko (kredit, likuiditas dan operasional) secara simultan berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di BEI. Sedangkan, secara parsial hanya
penerapan manajemen risiko likuiditas yang tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perbankan yang terdaftar di BEI.
Kata kunci: Penerapan manajemen risiko kredit, penerapan manajemen risiko likuiditas,
penerapan manajemen risiko operasional, kinerja keuangan
kembali penarikan yang dilakukan deposan dana masyarakat. Oleh karena itu, setiap bank
dengan mengandalkan kredit yang diberikan wajib memiliki manajemen risiko yang mampu
sebagai sumber likuiditas. LDR dirumuskan mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
dengan membandingkan jumlah kredit yang mengendalikan risiko, sehingga segala macam
disalurkan dengan dana pihak ketiga. risiko yang berpotensi untuk muncul dapat
Risiko operasional merupakan risiko diantisipasi dari sejak awal dan dicarikan cara
yang disebabkan oleh kurang berfungsinya penanggulangannya.
proses internal bank, human error, kegagalan
sistem teknologi, atau akibat permasalahan KAJIAN KEPUSTAKAAN
eksternal. Untuk risiko operasional indikator Kinerja Keuangan
yang digunakan adalah BOPO (Beban Kinerja keuangan merupakan prestasi
Operasional terhadap Pendapatan operasional). kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam
BOPO menunjukkan kemampuan manajemen suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan
bank dalam mengendalikan biaya operasional keuangan perusahaan yang bersangkutan. Daft
terhadap pendapatan operasional. (2002:15), mengemukakan bahwa kinerja
Dengan demikian, penelitian terhadap adalah kemampuan organisasi untuk meraih
faktor faktor yang mempengaruhi kinerja tujuannya melalui pemakaian sumber daya yang
perbankan yang diukur dengan NPL, LDR dan efisien dan efektif.
BOPO adalah sangat penting, NPL yang tinggi Menurut Bastian (2006:297), kinerja
akan mengganggu perputaran dana perbankan keuangan dapat diukur dengan menggunakan
sehingga menyebabkan bank mengalami rasio profitabilitas yang terdiri dari: ROA dan
kesulitan likuiditas. LDR yang tinggi ROE. ROA merupakan rasio yang digunakan
menunjukkan kesanggupan dan kesediaan bank untuk mengukur kemampuan manajemen bank
untuk mengatasi persoalan likuiditasnya, dalam memperoleh keuntungan dengan
sebaliknya rendahnya LDR menunjukkan bank memanfaatkan keseluruhan total aset yang
tidak mampu berperan sebagai lembaga dimiliki dan ROE digunakan untuk mengukur
intermediasi sehingga hilangnya kepercayaan kemampuan bank dalam memperoleh
masyarakat pada bank tersebut. BOPO yang keuntungan bersih dengan menggunakan modal
tinggi menunjukkan tidak efisiennya bank sendiri.
dalam menjalankan usahanya sehingga
menyebabkan kerugian bagi bank. Penerapan Manajemen Risiko Kredit
Sebagai upaya dalam meminimalkan Risiko kredit merupakan risiko yang
risiko-risiko yang terjadi, bank harus dihadapi bank karena menyalurkan dananya
menjalankan fungsinya dengan berpegang teguh dalam bentuk pinjaman kepada nasabah. Karena
pada prinsip kehati-hatian dalam mengelola berbagai hal, nasabah tidak mampu memenuhi
kewajibannya seperti pembayaran pokok dan Sebagai lembaga yang sumber dana terbesarnya
bunga pinjaman, sehingga bank mengalami berasal dari masyarakat, bank tidak akan
kerugian karena tetap mengeluarkan beban mampu bertahan beroperasi tanpa adanya
bunga untuk simpanan nasabah. Peningkatan kepercayaan tersebut.
kredit bermasalah tersebut menyebabkan Menurut Ali (2006:402) indikator yang
pendapatan dan laba menurun, ROA dan ROE digunakan untuk mengukur penerapan
juga mengalami penurunan (Purwanto, manajemen risiko likuiditas adalah LDR. LDR
2011:167). Oleh karena itu, perbankan perlu mencerminkan kemampuan bank dalam
meningkatkan pengelolaan terhadap terhadap membayar kembali penarikan dana yang
risiko kreditnya agar tingkat kredit bermasalah dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
atau NPLnya tidak melebihi dari ketentuan dari yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Bank Indonesia (BI). Syamsuddin (2007:44), mengemukakan
Bank Indonesia (PBI) No.13/3/2011, bahwa semakin tinggi rasio likuiditas maka
menetapkan bahwa rasio NPL maksimal 5% semakin baik suatu perusahaan, karena semakin
dari total kredit. Apabila rasio NPL berada tinggi rasio ini berarti jumlah kredit yang
dibawah ketentuan BI menunjukkan bahwa diberikan meningkat sehingga menyebabkan
bank dapat mengelola risiko kreditnya dengan pendapatan bunga dan laba yang diterima
baik karena mampu meminimalkan kredit meningkat, akhirnya ROA dan ROE pun ikut
macetnya. Sebaliknya, kenaikan NPL diatas 5% meningkat. Selanjutnya, Muljono (2002:127)
mengindikasikan bank kurang berhasil dalam mengungkapkan bahwa LDR yang rendah akan
mengelola kredit bermasalahnya. mengakibatkan bank dalam keadaan likuid
sehingga menyebabkan idle fund akibatnya
Penerapan Manajemen Risiko likuiditas profitabilitas (ROA dan ROE) rendah.
Risiko likuiditas adalah risiko yang Peraturan Bank Indonesia (PBI)
disebabkan ketidakmampuan bank No.12/19/2010, menetapkan LDR bank umum
menyediakan dana untuk memenuhi penarikan berada pada kisaran 78-100%. Apabila LDR
simpanan dan permintaan kredit serta berada dibawah ketentuan BI menunjukkan
kewajiban lainnya yang telah jatuh tempo. kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan
Risiko likuiditas merupakan masalah yang kredit sehingga hilangnya kesempatan untuk
sangat penting bagi bank untuk menjaga memperoleh keuntungan. Sedangkan, LDR
kontinuitas usahanya. Ketidakmampuan yang berada diatas 100% menunjukkan kredit
memperoleh pendanaan untuk memenuhi yang disalurkan melebihi dari dana yang
kewajiban yang jatuh tempo akan dihimpun sehingga bank akan mengalami
mempengaruhi kredibilitas bank karena kekurangan dana untuk mencukupi
menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat. kewajibannya.
efektivitas perusahaan didalam menghasilkan risiko likuiditas adalah LDR. LDR adalah rasio
yang dimilikinya. ROA dihitung berdasarkan simpanan yang dihimpun dapat mendukung
aset bank.
Penerapan Manajemen Risiko operasional
(Diproksi dengan BOPO)
maka diperlukan adanya pengawasan aktif peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
dewan komisaris dan direksi dalam hal tidak diimbangi dengan peningkatan kredit
pemisahan tugas antara fungsi penganalisa mengakibatkan bank harus menanggung beban
permohonan kredit, pemberi persetujuan kredit bunga yang melebihi dari pendapatan bunga
dan yang me-review kredit. Dalam menyalurkan yang diterimanya, sehingga kerugian tersebut
kreditnya bank juga harus melakukan analisis akan mempengaruhi jumlah ekuitas dan
terhadap kemampuan debitur dalam memenuhi penurunan ROE. Selanjutnya, ketidaksignifikan
kewajiban. Bank harus melakukan peninjauan, penerapan manajemen risiko likuiditas terhadap
penilaian, dan pengikatan terhadap agunan kinerja keuangan baik yang diukur dengan
untuk memperkecil risiko kredit atau gagal ROA maupun ROE karena rendahnya kredit
bayar debitur. yang disalurkan bank, yang menyebabkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian dana menjadi idle fund (dana yang
perbankan telah berhasil menerapkan menganggur yang tidak menghasilkan bunga)
manajemen risiko kreditnya dengan baik, sehingga hilangnya kesempatan bank untuk
dimana mampu meminimalkan kredit macetnya memperoleh keuntungan yang maksimal.
(NPL) yaitu rata-rata sebesar 3,13%. Nilai Pengelolaan likuiditas sangat penting bagi
tersebut masih dibawah batas maksimum NPL kelangsungan usaha perbankan. Likuiditas akan
yang disyaratkan oleh BI yaitu sebesar 5%, mempengaruhi tingkat kepercayaan nasabah
sehingga dalam menjalankan kegiatan dan pemegang saham di bank tersebut. Apabila
operasionalnya bank mampu menghasilkan posisi likuiditas yang ditunjukkan LDR terlalu
kinerja yang baik. rendah maka investor akan menganggap bank
tidak memiliki prospek yang menguntungkan di
Pengaruh penerapan manajemen risiko
masa depan sehingga hilangnya kepercayaan
likuiditas terhadap kinerja keuangan
untuk menanamkan modalnya. Sebaliknya, jika
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan
LDR terlalu tinggi sehingga berada diatas
bahwa penerapan manajemen risiko likuditas
ketentuan maksimum yang telah ditetapkan
(yang diproksi dengan LDR) berpengaruh
maka bank akan mengalami kesulitan dalam
positif terhadap kinerja keuangan bank yang
memenuhi kewajibannya.
diukur dengan ROA. Pengaruh positif yang
Dari hasil penelitian menunjukkan ada
ditunjukkan oleh LDR mengindikasikan bahwa
15 bank yang kurang optimal dalam
bank memperoleh keuntungan dari kredit yang
disalurkan sehingga laba meningkat ROA juga
menyalurkan kreditnya, dimana LDRnya
ikut meningkat. Sedangkan penerapan kurang dari 78% dan terdapat 1 bank yang
manajemen risiko likuditas berpengaruh negatif menyalurkan kreditnya diatas 100%.
terhadap kinerja keuangan bank yang diukur Sehingga, diharapkan bagi pihak
dengan ROE. Hal ini disebabkan karena
Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 18
Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
manajemen bank dapat menjaga besarnya karena dalam menjalankan kegiatannya mampu
LDR sesuai dengan batas ketentuan BI melakukan efisiensi terhadap biaya.
yaitu sebesar 78%-100%. LDR yang kurang Berdasarkan SEBI No. 6/23/DPNP/2004
tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank
dari 78% menunjukkan kurang efektifnya
umum, BOPO bernilai antara 94%-96%. Nilai
bank dalam menyalurkan kredit sehingga
BOPO yang kurang dari 94% menunjukkan
hilangnya kesempatan bank untuk
bank efisien dalam menjalankan operasionalnya.
memperoleh laba, Sedangkan LDR yang
Walaupun dari hasil penelitian menunjukkan
lebih dari 100% menunjukkan bahwa rata-rata perbankan yang terdaftar di BEI
kredit yang diberikan melebihi dari dana memiliki tingkat efisiensi yang baik, namun
yang dihimpun. Akibatnya bank akan bank harus terus melakukan pengawasan
mengalami kekurangan dana, karena dana terhadap risiko operasional dengan cara
yang tersedia untuk memenuhi menerapkan sistem pengendalian intern.
kewajibannya sudah digunakan. Kedua
KESIMPULAN DAN SARAN
keadaan ini diharapkan tidak dialami oleh
Kesimpulan
perbankan karena akan mengganggu kinerja
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
keuangannya
maka dapat disimpulkan bahwa:
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ali, M., 2006. Manajemen Risiko: Strategi
Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi
Tantangan Globalisasi Bisnis. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Bastian, I., & Suhardjono, 2006. Akuntansi
Perbankan. Jakarta: Salemba Empat.
Daft, R.L., 2002. Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Darmawi, H., 2011. Manajemen Perbankan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Purwanto, W.H., 2011. Risiko Manajemen
Perbankan. Jakarta: CMB PRESS.
Republik Indonesia, Surat Edaran Nomor
6/23/DPNP/2004, Tentang Sistem Penilaian
Kesehatan Bank Umum.
Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia
Nomor 13/3/PBI/2011, Tentang Penetapan
Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank.
Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia
ABSTRAK
Memaksimalkan nilai perusahaan setiap perusahaan berkepentingan dengan pengukuran kiner-
janya, Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba adalah fokus yang utama dalam penilaian kiner-
ja perusahaan, oleh karena laba bukan saja sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban penyandang dana tetapi juga sebagai unsur penciptaan nilai perusahaan yang memperlihat-
kan prospek perusahaan dimasa mendatang. Nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh tingkat kebijakan
hutang (leverage). Kebijakan hutang yang dilakukan perusahaan tentunya mengandung resiko, perus-
ahaan akan dihadapkan pada pengeluaran yang bersifat tetap dan tentu saja biaya tersebut mengandung
risiko.
ABSTRACT
Maximizing the value of the company, every company has an interest in measuring its performance.
The company's ability to make a profit is the main focus in assessing company performance, because profit
is not only an indicator of the company's ability to fulfill the obligations of funders but also as an element of
corporate value creation that shows the company's prospects in the future. coming. Company value can be
influenced by the level of debt policy (leverage). Debt policy carried out by the company certainly contains
risks, the company will be faced with fixed expenses and of course these costs contain risks.
rasio keuangan yang terdapat pada informasi satu sumber informasi mengenai posisi
laporan keuangan yang diterbitkan perus- keuangan perusahaan, serta perubahan
ahaan. posisi keuangan perusahaan, yang sangat
Olehnya itu penelitian ini bertujuan berguna untuk mendukung pengambilan
untuk mengetahui dan menjelaskan cara keputusan yang tepat. Data keuangan pada
mengukur resiko keuangan pada perusahaan laporan keuangan bermanfaat untuk
manufaktur sektor industri dasar dan kimia melihat kondisi kesehatan keuangan
sub sektor semen yang terdaftar yang di BEI perusahaan.
periode 2011-2015. Salah satu cara untuk melihat
kesehatan keuangan perusahan yaitu
METODE PENELITIAN dengan menggunakan rasio keuangan.
Penelitian ini merupakan penelitian Beberapa penelitian telah dilakukan untuk
deskriptif kuantitatif, Unit analisis yang menguji manfaat rasio keuangan dalam
digunakan pada penelitian ini adalah 3 pe- menganalisis tingkat kesehatan keuangan
rusahaan semen yang terdaftar ke dalam pe- perusahaan.Adapun penelitian mengenai
rusahaan manufaktur. Fokus penelitian ini manfaat rasio keuangan hasilnya
adalah hasil analisis resiko keuangan perus- menunjukkan bahwa rasio keuangan
ahaan yang diperoleh dari data keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi
kesehatan perusahaan bahkan bermanfaat
perusahaan periode 2011 sampai dengan
dalam memprediksi terjadinya resiko
periode 2015. Penelitian ini dilakukan pada
keuangan dalam perusahaan.
tingkat perusahaan, yaitu seluruh perus- Metode ALTMAN Z-SCORE adalah
ahaan manufaktur sektor industri dasar dan salah satu metode untuk menghitung
kimia sub sektor semen yang dapat di- terjadinya resiko keuangan pada
peroleh melalui website resmi Bursa Efek perusahaan dengan mengkombinasikan
Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id dengan beberapa rasio keuangan menjadi satu
periode pengamatan tahun 2011 hingga model prediksi dengan teknik statistik,
2015 yang dilaksanakan selama 2 bulan yaitu analisis diskriminan yang dapat
efektif tahun 2017. digunakan untuk memprediksi terjdinya
resiko atau masalah keuangan dalam
Sumber data yang di gunakan dalam perusahaan yang sudah go public yaitu
penelitian ini merupakan sumber data modal kerja terhadap total aktiva, laba
sekunder berupa data laporan keuangan pe- ditahan terhadap total aktiva, EBIT
rusahaan manufaktur sektor industri dasar terhadap total aktiva, nilai pasar ekuitas
dan kimia sub sektor semen periode tahun terhadap total hutang, penjualan terhadap
2011 sampai dengan periode 2015 yang total aktiva. Dari hasil perhitungan tersebut
dapat diperoleh melalui website resmi BEI diperoleh nilai Z (Z-SCORE) yang dapat
www.idx.co.id menggambarkan posisi keuangan
perusahaan sedang dalam kondisi sehat,
Teknik pengumpulan data yang rawan dan dalam kondisi mengalami resiko
digunakan pada penelitian ini adalah dengan keuangan.
menggunakan metode pencatatan dan studi
pustaka yaitu metode yang dilakukan dengan
melakukan klarifikasi.
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian iniadalah dengan
menggunakan metode ALTMAN Z–SCORE.
HASIL PENELITIAN
Tanda-tanda awal terjadi resiko dapat
diketahui melalui analisis terhadap data yang
terdapat dalam laporan keuangan yang
diterbitkan oeh perusahaan merupakan salah
perusahaan. Sedangkan pada periode 2015 kutnya yang menunjukkan estimasi rawan
mengalami masalah keuangan dimana hasil resiko dengan hasil akhir perhitungan ren-
analisis penulis mendapatkan Z-SCORE nilai dah, dibandingkan periode 2014 pada tabel
angka di bawa tiga. 2.14 menunjukkan posisi keuangan yang ma-
Penelitian ini didukung dengan teori suk dalam estimasi sehat dimana hasil perhi-
Emmaet J. Vaughan yang mengemukakan tungan akhir dengan Z-SCORE 3,29, periode
bahwa posisi keuangan perusahaan dari ta- 2015 pada tabel 4.15 menunjukkan posisi
hun ke tahun mengalami tingkat ketidakpas- laporan keuangan yang sangat rendah yang
tian akibat penilaian terhadap situasi resiko masuk dalam estimasi ALTMAN bermasalah
yang didasarkan pada pengetahuan dan si- dimana hasil akhir 1,55 .
kap individu yang bersangkutan. Penelitian ini di dukung dengan
Pada sampel ke dua penelitian ini yaitu penelitian Munawir (2002) Risiko
PT. Holcim Indonesia Tbk dimana peneliti manajemen (management risk), yaitu risiko
menganalisis laporan keuangan perusahaan kegagalan dari manajemen
tersebut dari periode 2011 sampai dengan (mismanagement) dalam menjalankan
periode 2015 dimana hasil Z-SCORE yang di perusahaan yang disebabkan oleh
dapatkan sangat berbedah dari setiap peri- ketidakmampuan dalam memperkirakan
ode, dimana pada periode 2011 pada tabel kemungkinan yang akan terjadi di masa
4.6 yang masuk dalam estimasi rawan resiko mendatang, sehingga perusahaan kehilangan
di dengan hasil analisis yang di dapatkan supplier, pangsa pasar menurun, pemogokan
rendah, di bandingkan periode 2012 pada buruh, dan lain-lain.
tabel 4.7 setelah laporan keuangan yang di
analisis menggunakan metode ALTMAN Z- KESIMPULAN
SCOREhasil yang di dapatkan dengan Z-
Penelitian ini menyimpulkan bahwa
SCORE 3,01 yang menunjukkan dalam kate-
risiko kegagalan dari manajemen
gori ALTMAN posisi keuangan sehat. Begitu-
(mismanagement) dalam menjalankan pe-
pun dengan periode 2013 pada tabel
rusahaan yang disebabkan oleh ketid-
4.8menunjukkan hasil Z-SCORE3,22 yang ma-
akmampuan dalam memperkirakan kemung-
suk dalam kategori ALTMAN keuangan sehat
kinan yang akan terjadi di masa mendatang,
dan dua periode trakhir pada perusahaan
sehingga perusahaan kehilangan supplier,
menunjukkan hasil yang masuk dalam kate-
pangsa pasar menurun, pemogokan buruh,
gori ALTMAN rawan resiko dan bermasalah
dan lain-lain.
dimana pada tabel 4.9 periode 2014 dan
tabel 4.10 pada peride 2015. DAFTAR PUSTAKA
Penelitian ini di dukung teori Curtis M.
Elliot yang mengemukakan bahwa posisi Djunaedi, Zulkifli. 2005. Prinsip Dasar
keuangan perusahaan dari periode ke peride Manajemen Risiko (Risk
berikutnya adalah suatu kondisi yang timbul
Management). FKM UI, Depok.
karena ketidakpastian dengan seluruh
konsekuensi yang tidak menguntungkan Erwanda, Ade. 2012 Pengaruh Profitabilitas,
yang mungkin akan terjadi. Risiko Finansial Dan Keputusan
Pada sampel ke tiga perusahaan PT. Investasi Terhadap Nilai
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang ter- Perusahaan. Skripsi. Fakultas
masuk salah satu perusahaan manufaktur
Ekonomi Dan Bisnis Universitas
yang bergerak dibidang sektor industri dasar
dan kimia dan telah menerbitkan laporan Lampung.
keuangan tahunan mulai dari periode 2011 Hidayat, Muh. Arif. 2013, Prediksi Financial
sampai dengan periode 2015, dimana posisi Distress Perusahaan Manufaktur Di
keuangan periode 2011 pada tabel 4.11 men- Indonesia Menggunakan Metode
galami rawan resiko, hasil yang di dapatkan ALTAMN Z-SCORE. Fakultas
dengan menggunakan metode ALTMAN Z- Ekonomi Dan Bisnis Universitas
SCOREdengan hasil akhir Z-SCORE 2,62 be- Diponegoro Semarang .
gitupun dengan periode 2012 pada tabel
4.12 dan periode 2013 pada tabel 2.13 beri- Lamhot, Manurung. 2014. Analisis Industri
Abstract
This research aimed to found whether credit risk could be the earning connection
determinant by return within BUMN Banking. The dependent variable of this
study is cumulative abnormal return (CAR) whereas independent variable are
standardized unexpected earning (SUE), credit risk and interest risk. The sample
of this study are BUMN Banking in Indonesia. Data used in this study is
secondary one from Annual Report from 2014 to 2017. In order to analized
connection between standardized unexpected earning (SUE) to cumulative
abnormal return (CAR) and financial risk as connection determinant of both
earning by return used double regression analysis. Research result showed that
variable of standardized unexpected earning (SUE) have relation to cumulative
abnormal return (CAR) and credit risk could be determinant of both earning and
return connection.While for interest risk not become determinant of both earning
and return connection.
PENDAHULUAN
Lembaga keuangan selain sebagai penghimpun dana dari masyarakat, juga
merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan (Adriansah dan Simatupang,
1993). Lembaga keuangan memiliki fungsi sebagai penyalur dana, dengan
menghimpun dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana dan
menyalurkannya kembali ke pihak yang membutuhkan dana (Edward, 2008).
Fungsi sebagai penyedia dana ini menyebabkan pengaruh dominan lembaga
keuangan terhadap perekonomian dalam hubungannya dengan pendanaan
organisasi bisnis atau perusahaan. Namun, penyaluran dana tersebut tidak dikelola
dengan baik, bank dapat mengalami kegagalan bahkan pada akhirnya mengalami
kebangkrutan. Risiko di dalam konteks bisnis (bank dan lembaga keuangan) tidak
selalu mewakili sesuatu hal yang buruk. Risiko dapat menjadi peluang bagi
mereka yang mampu mengelolanya dengan baik. Selanjutnya, Morgan dalam
Avartara (2007) mengartikan risiko sebagai suatu ketidakpastian dari Net Return
yang terjadi, atau secara komprehensif risiko merupakan suatu potensi terjadinya
peristiwa (event) yang dapat memberikan pengaruh negatif terhadap nilai suatu
fortofolio aset. Hal ini megindikasikan risiko hari ini merupakan potensi kerugian
esok hari. Risiko tidak dapat diukur seperti menghitung pendapatan dan biaya
yang harus dikeluarkan bank karena risiko bersifat tidak berwujud. (Adisetiawan
dan Atikah, 2018)
Pesatnya perkembangan perbankan di Indonesia mengakibatkan sangat
diperlukan suatu pengawasan terhadap kinerja bank tersebut (Sari, 2018). Bank
Indonesia sebagai bank sentral memiliki suatu kontrol terhadap bank-bank untuk
183
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018
184
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018
sampai dengan 2017, serta variabel yang digunakan pada faktor risiko keuangan
adalah risiko kredit dan risiko tingkat suku bunga saja.
Pada penelitian ini, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan
mengambil sampel pada Bank BUMN, karena perusahaan tersebut memiliki
fundamental yang kuat, risiko yang lebih kecil, manajemen yang baik, modal yang
cukup, nasabah yang banyak dan setia, serta memiliki earning dan return yang
cukup besar dibandingkan Bank Non-BUMN.
Tabel 1
Data Cumulative Abnormal Return (CAR), Standardized Unexpected Earning
(SUE), Risiko Kredit dan Risiko Tingkat suku bunga
Nama Bank Tahun Penelitian CAR SUE RK (%) RB (%)
BBNI 2014 14.65 0.196 1.31 114.21
2015 15.42 0.156 2.25 115.03
2016 14.80 0.248 2.00 113.49
2017 14.23 0.207 1.61 119.71
BBRI 2014 12.18 0.135 1.12 121.86
2015 12.88 0.049 1.53 115.13
2016 14.63 0.032 2.08 113.73
2017 14.86 0.107 2.33 113.84
BMRI 2014 12.26 0.097 1.13 118.91
2015 13.13 0.024 2.07 112.50
2016 14.77 0.307 4.04 115.35
2017 15.12 0.464 2.31 111.74
BBTN 2014 8.47 0.267 0.67 94.14
2015 8.07 0.616 0.66 94.54
2016 8.93 0.415 0.44 100.81
2017 8.29 0.156 0.49 98.77
Sumber : Data diolah, 2018
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah faktor rasio keuangan, yaitu risiko kredit dan risiko tingkat suku bunga
dapat menjadi penjelas hubungan earning dengan return saham.
Tinjauan Pustaka
Return saham adalah yang dinikmati investor atas investasi saham yang
dilakukannya (Jogiyanto, 2000). Return tersebut memiliki dua komponen yaitu
current income dan capital gain. Bentuk current income berupa keuntungan yang
diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik berupa dividen sebagai hasil
kinerja fundamental perusahaan. Sedangkan capital gain berupa keuntungan yang
diterima karena selisih antara harga jual dan harga beli saham. Besarnya capital
gain suatu saham akan positif, apabila harga jual dari saham yang dimiliki lebih
tinggi dari harga belinya. Perubahan harga saham dapat diukur dengan adanya
perubahan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan
abnormal return (Norpratiwi, 2003).
Abnormal return adalah Selisih antara tingkat keuntungan yang
sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Abnormal return sering
digunakan sebagai dasar pengujian efisiensi pasar. Pasar dikatakan efisien jika
185
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018
tidak satu pun pelaku pasar yang menikmati abnormal return dalam jangka waktu
yang cukup lama. Akan tetapi, abnormal return dapat digunakan untuk
melakukan penilaian kinerja surat berharga. Pada dasarnya ada beberapa model
untuk menghitung abnormal return, di antaranya market model/single index
model dan capital asset pricing model. Kedua model tersebut sulit dilakukan
karena harus melakukan estimasi untuk beta, tingkat suku bunga bebas risiko dan
return pasar. (Adisetiawan dan Surono, 2016)
Kegiatan di bidang keuangan biasanya dapat diklasifikasikan sebagai
kejadian atau informasi harga yang belum atau sesudahnya ada di pasar keuangan.
Abnormal return kumulatif, atau Cumulative Abnormal Return (CAR), merupakan
jumlah dari semua pengembalian yang abnormal. Norpratiwi (2003) menyatakan
bahwa Cumulative Abnormal Return (CAR) merupakan akumulasi abnormal
return selama periode peristiwa untuk masing-masing saham. CAR lebih sering
digunakan untuk menyelidiki peristiwa yang berpengaruh terhadap harga saham
(Suaryana, 2005). CAR merupakan proksi dari harga saham atau reaksi pasar.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data closing price untuk
saham dengan periode selama pelaporan. CAR adalah akumulasi return
sesungguhnya dikurang return ekspektasi.
Informasi laba menjadi penting karena merupakan salah satu informasi
bagi pihak investor untuk mengambil keputusan. Penggunaan informasi laba dapat
mengurangi ketidakpastiaan kinerja keuangan perusahaan dimasa depan, sehingga
kualitas pengambilan keputusan akan semakin meningkat (Sansaloni dan Monika,
2003). Penelitian ini menggunakan Standardized Unexpected Earning (SUE)
sebagai pengukuran informasi laba. Standardized Unexpected Earning merupakan
suatu teknik yang digunakan untuk mengukur pendapatan laba tahunan tak
terduga, yang akan berpengaruh pada harga dari suatu saham (Gunawan dan
Prasetya, 2007). SUE merupakan laba tahun berjalan setelah pajak dikurang laba
tahun lalu setelah pajak, dibagi laba tahun lalu setelah pajak.
Risiko kredit merupakan risiko yang timbul akibat ketidakmampuan
debitur untuk membayar kembali, atau kemungkinan kerugian yang timbul akibat
kegagalan debitur untuk memenuhi kewajibannya terhadap bank (Prisetiyadi,
2007). Risiko kredit merupakan provision for bad and doubtful debts dibagi loans.
Risiko tingkat suku bunga merupakan risiko yang muncul akibat perubahan
tingkat suku bunga. Risiko tingkat suku bunga merupakan variabilitas pendapatan
saham yang disebabkan karena adanya perubahan tingkat suku bunga (Siswanto,
2008). Selanjutnya, risiko ini tidak dapat didiversifikasi karena tingkat suku bunga
cenderung naik turun secara bersamaan yang berpengaruh terhadap nilai aktiva
secara umum, dan harga saham akan berlawanan dengan perubahan suku bunga
tersebut. Risiko tingkat suku bunga merupakan deposits dibagi loans.
Penelitian Terahulu
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cheng dan Arif (2007),
menggunakan faktor risiko keuangan, yaitu risiko kredit, risiko tingkat suku
bunga, risiko likuiditas, risiko solvensi sebagai penjelas hubungan earning dan
return perbankan di Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko kredit
secara signifikan dapat menjadi faktor penjelas hubungan earning dengan return.
Penelitian lain dilakukan oleh Ni, et al. (2009), menunjukkan hasil yang berbeda
dari penelitian Cheng dan Arif, penelitian Ni, et al. menemukan salah satu faktor
186
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018
risiko keuangan, yaitu risiko tingkat suku bunga secara signifikan dapat menjadi
faktor penjelas hubungan earning dengan return pada perbankan Thailand. Hasil
penelitiannya menemukan bahwa variabel Standardized Unexpected Earning
(SUE) mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap Cumulative
Abnormal Return (CAR).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saputra (2010) menunjukkan
hasil yang berbeda dari penelitian Cheng dan Arif dan sejalan dengan penelitian
Ni, et al. yaitu menunjukkan bahwa SUE dan risiko tingkat suku bunga secara
signifikan dapat menjadi faktor penjelas hubungan earning dengan return.
Gambar 1.
Kerangka Konseptual
METODE
Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan data sekunder. Data
kuantitatif merupakan jenis data yang dipergunakan pada penelitian ini yang
bersumber dari Annual Report perusahaan yang dipublikasikan melalui masing-
masing website perusahaan, sehingga pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu
menggunakan metode observasi nonpartisipan. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus (case study).
Sampel pada penelitian ini terdiri dari 4 (empat) Bank BUMN yang memiliki data
keuangan lengkap dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2017.
Tabel 2
Sampel Penelitian
No Kode Nama Emiten
1 BBNI PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
2 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
3 BMRI PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
4 BBTN PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
Sumber : Data diolah, 2018
Metode Analisis Data, adapun alat uji statistik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan aplikasi SPSS v.20. Karena data yang
digunakan data sekunder, maka untuk menentukan ketepatan model perlu
dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang mendasari model regresi.
Model regresi linier berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model
tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi klasik
statistik, baik itu multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedatisitas.
187
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018
Operasional Variabel
Operasional Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Variabel Independen (X)
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu standardized
unexpected earning (SUE) dan risiko keuangan, yakni risiko kredit dan risiko
tingkat suku bunga.
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah cumulative abnormal return
(CAR).
HASIL
Uji Asumsi Klasik Statistik
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel
dependen dan independen atau keduanya memiliki distribusi normal atau
mendekati normal. Pada Tabel 3, jika nilai probabilitas (sig) Kolmogorov-Smirnov
lebih besar dari (>) α = 0,05, maka hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi
secara normal, maka model regresi dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas.
Hal ini menunjukkan bahwa uji normalitas telah terpenuhi.
Tabel 3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 16
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .02995542
Absolute .107
Most Extreme Differences Positive .107
Negative -.103
Kolmogorov-Smirnov Z .428
Asymp. Sig. (2-tailed) .993
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
188
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018
Tabel 4
Uji Multikolinearitas
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -1.452 1.003
SUE 1.228 .500 .422 .234 4.267
1
RK .224 .056 .591 .317 3.158
RB .008 .074 .022 .148 6.769
Tabel 5
Uji Aukokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
a
1 .958 .917 .896 .0334912 2.164
a. Predictors: (Constant), RB, RK, SUE
b. Dependent Variable: CAR
189
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018
Gambar 2
Uji Heteroskedastisitas
Tabel 6
Hasil Estimasi Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -1.452 1.003
SUE 1.228 .500 .422
1
RK .224 .056 .591
RB .008 .074 .022
Dependent Variable: CAR
190
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018
oleh perubahan variabel lain di luar model penelitian. Nilai koefisien korelasi (R
Squere) diperoleh sebesar 0,917 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel
independen terhadap variabel dependen adalah signifikan (kuat) yaitu sebesar
91,7%.
Tabel 7
Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .958a .917 .896 .0334912
Tabel 8
Hasil Uji F-test
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .149 3 .050 44.192 .000b
1 Residual .013 12 .001
Total .162 15
a. Dependent Variable: CAR
b. Predictors: (Constant), RB, RK, SUE
Hasil perhitungan diperoleh nilai F.hitung > F.tabel (44,192 > 3,41)
dengan tingkat signifikan sebesar 0.000. Hal ini berarti nilai signifikan lebih kecil
dari tingkat kepercayaan 5% yang menunjukkan hasil uji anova ini dapat
disimpulkan bahwa variabel SUE, RK dan RB secara bersama-sama mempunyai
pengaruh terhadap CAR dan dapat disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini
layak untuk diteliti (goodness of fit).
191
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018
Berdasarkan hasil uji parsial pada Tabel 9, dapat diketahui bahwa secara
parsial, Standardized Unexpected Earning (SUE) dan risiko kredit berpengaruh
terhadap Cumulative Abnormal Return (CAR) pada Bank BUMN periode 2014
sampai 2017, sedangkan variabel risiko tingkat suku bunga tidak berpengaruh
signifikan. Hasil uji secara parsial (uji-t) untuk Standardized Unexpected Earning
(SUE) menunjukkan nilai t.hitung>t.tabel (2,457>1,771) dan nilai signifikansi di
bawah 0,05 (0,030<0,05) yang berarti terdapat pengaruh signifikan antara SUE
terhadap variabel CAR. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ni, et al. dan
Saputra yang menyatakan bahwa SUE berpengaruh terhadap CAR dan menolak
penelitian Cheng dan Arif. Hasil uji secara parsial (uji-t) untuk Risiko Kredit
menunjukkan nilai t.hitung>t.tabel (4,000>1,771) dan nilai signifikansi di bawah
0,05 (0,002<0,05) yang berarti terdapat pengaruh signifikan antara Risiko Kredit
terhadap variabel CAR. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Cheng dan Arif
yang menyatakan bahwa Risiko Kredit berpengaruh terhadap CAR dan menolak
penelitian Ni, et al. dan Saputra. Hasil uji secara parsial (uji-t) untuk Risiko
Tingkat Suku Bunga menunjukkan nilai t.hitung<t.tabel (0,101<1,771) dan nilai
signifikansi di atas 0,05 (0,921>0,05) yang berarti tidak terdapat pengaruh
signifikan antara Risiko Tingkat Suku Bunga terhadap variabel CAR. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian Ni, et al. dan Saputra yang menyatakan
bahwa Risiko Tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap CAR dan menolak
penelitian Cheng dan Arif.
SIMPULAN
Hasil pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa secara simultan,
Standardized Unexpected Earning (SUE), Risiko Kredit dan Risiko Tingkat Suku
Bunga secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Cumulative
Abnormal Return (CAR). Secara parsial, hanya Risiko Tingkat Suku Bunga yang
tidak berpengaruh terhadap CAR, sedangkan SUE dan Risiko Kredit berpengaruh
terhadap CAR. Hal ini membuktikan bahwa Risiko Keuangan, yakni Risiko
Kredit dapat menjadi penjelas hubungan earning dan return saham. Secara
teoritis, hasil penelitian ini berimplikasi pada pengembangan akuntansi keuangan
yang berkaitan dengan teori efisiensi pasar pada perbankan di Indonesia, karena
dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan return saham dengan
Unexpected Earning, dan risiko tingkat suku bunga mempunyai informasi bagi
investor untuk pengambilan keputusan. Penelitian ini berimplikasi pada sektor
perbankan mengenai pengaruh risiko keuangan yang dapat menjadi penjelas
hubungan earning dengan return, sehingga dapat membantu perbankan
menerapkan strategi dalam menganalisis risiko keuangan yang dapat
meningkatkan pendapatan serta kinerja perbankan secara keseluruhan. Selain itu
bagi investor, dapat memberikan masukan tambahan tentang sejauh mana
pengaruh faktor-faktor risiko keuangan dapat menjadi penjelas hubungan earning
dengan return yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisetiawan, R., dan Atikah, 2018, Does Stock Split Influence to Liquidity and
Stock Return?, (Empirical Evidence in The Indonesian Capital Market),
Asian Economic and Financial Review, 8(5): 682-690
192
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018
193
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
ANALISIS KOMPARATIF RESIKO KEUANGAN
BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KONVENSIONAL DAN BPR SYARIAH
ABSTRACT
The objectives of this research is to analyze and compare the financial risk in two
type of BPRs, which are conventional and syariah. The samples of this research are two
BPRs: Conventional BPR “S” and Syariah BPR “F”. The method of analysis used are
financial ratios and discriminant analysis (Z-Score method). The study results show that
financial risk of Syariah BPR “F” relatively lower than of Conventional BPR “S”.
I. PENDAHULUAN
Bank Perkreditan Rakyat (BPR), menurut UU RI nomor 10 tahun 1998, adalah bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Secara nasional kegiatan operasional BPR selama periode 1999–2003 (Maret)
mengalami perkembangan yang cukup stabil. Berdasarkan data Bank Indonesia, selama periode
tersebut, total asset bertumbuh dari Rp. 3.462 milliar menjadi Rp. 9.723 milliar, atau naik rata-
rata 35 % per tahun, penyaluran kredit dari Rp. 2.452 miiliar menjadi Rp. 7.088 milliar (naik
rata-rata 35,7 %), dana pihak ketiga dari Rp. 2.038 milliar menjadi Rp. 6.629 milliar (naik rata-
rata 39,3 %). Selama periode tersebut, laba tahun berjalan terus bertambah. Yang menarik,
jumlah penyaluran kredit melebihi jumlah dana pihak ketiga, berarti fungsi intermediasi
keuangan ternyata dapat berjalan dengan baik. (Sawaldjo Puspopranoto, 2002, hal. 123)
Industri BPR secara makro dinilai Bank Indonesia dalam kondisi cukup baik, karena
hampir seluruh BPR menunjukkan kinerja yang baik dan hanya sebagian kecil yang di-BBKU-
kan. Dari jumlah 2400 unit BPR, sejak 1996 hingga kini hanya 178 unit yang di-BBKU-kan
oleh Bank Indonesia. Mengingat kondisi usaha yang dinilai bagus, Bank Indonesia melalui
berbagai langkah antara lain merger, konsolidasi, akuisisi serta regulasi dan paket pengawasan
yang lebih intensif berupaya menjadikan BPR menjadi basis untuk Lembaga Keuangan Mikro
(LKM) di Indonesia. Dari tahun ke tahun, modal disetor BPR secara nasional terus bertambah.
Tahun 2001, menurut data BI dalam buku BPR terbitan BI, modal disetornya Rp. 936 milliar,
tahun 2002 jumlahnya bertambah 25 % menjadi Rp. 1,17 trilliun. Tahun 2003 naik 24 %
menjadi Rp. 1,24 trilliun, dan per Maret 2004 jumlahnya mencapai Rp. 1,48 trilliun.
Di daerah Sumatera Selatan, jumlah BPR telah mencapai 12 BPR, dimana diantaranya
juga terdapat BPR Syariah. BPR lebih mengkhususkan diri ke arah pemberian kredit, sifatnya
retail dan tidak kompleks seperti halnya bank umum.
Keberadaan BPR dalam perekonomian nasional dan daerah sangat penting dalam upaya
meningkatkan taraf hidup rakyat melalui penghimpunan dan penyaluran dana terutama kepada
usaha kecil dan mikro. Tulisan ini mengkaji bagaimana tingkat resiko bisnis BPR Konvensional
dan BPR Syariah di Sumatera Selatan.
Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat resiko bisnis BPR
Konvensional dan BPR Syariah.
Perbedaan kedua system dapat dilihat dari sisi penghimpunan dan penyaluran dana.
Dari sisi penghimpunan dana kedua sistem perbankan ini bertujuan untuk memobilisasi dana
masyarakat. Namun dalam system syariah dimaksudkan untuk memobilisasi dana
masyarakat yang belum tersentuh oleh perbankan konvensional, karena adanya masalah
bunga. Dalam pembiayaan atau penyaluran dana, sistem perbankan konvensional
menekankan pada hubungan antara debitur dan kreditur, sedangkan sistem syariah lebih
menekankan pada prinsip keleluasaan dalam akad kredit dan kemitraan. Selain itu juga ada
perbedaan yang menyangkut aspek hukum, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan
lingkungan kerja.
Perbedaan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah dapat diringkas dalam Tabel
berikut:
Persamaaan kedua sistem perbankan tersebut terletak pada teknis penerimaan uang,
mekanisme transfer, teknologi komputer, syarat-syarat umum untuk memperoleh kredit,
misalnya KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan dan lainnya.
Secara umum ada tiga bagian besar produk yang ditawarkan Bank konvensional dan
Bank Syariah:
1) Produk Penghimpunan Dana (funding)
2) Produk Penyaluran Dana (financing); dan
3) Produk Jasa (services)
Produk penghimpunan dana antara lain adalah giro, tabungan dan deposito.
Penyaluran dana dapat berbentuk kredit konsumsi, kredit investasi dan kredit modal kerja.
Sedangkan produk jasa berbankan konvensional, misalnya jasa konsultansi, pengurusan
transaksi ekspor dan impor, valuta asing, dan lainnya.
Analisis Z-score dikembangkan oleh Prof. Edward Alman dengan tujuan untuk
mendeteksi apakah suatu perusahaan dalam kondisi diambang kebangkrutan (financial distress).
Metode ini disebut juga dengan multiple discriminant analysis (Emery & Finnerty, 1998: 884).
Oleh karena itu analsis ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat resiko keuangan suatu
perusahaan.
Untuk menghitung Z-Score ini terlebih dahulu harus menghitung lima jenis rasio
keuangan, yaitu; (Husien Umar, 1998, hal.354-356)
1) Working Capital to Total Assets Ratio (X1)
2) Retained Earning to Total Asset Ratio (X2)
3) Earning Before Interest & Taxes to Total Asset (X3)
4) Market Value of Equity to Book Value of Debt (X4)
5) Sales to Total Asset Ratio (X5)
Z-Score = 1,2(X1)+(,4(X2)+3,(X3)+0,6(X4)+1(X5)
6 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006
Analisis Komparatif Resiko Keuangan BPR Konvensional dan BPR Syariah
Untuk menganalisis hasil perhitungan model Z-score, digunakan angka interpretasi yang
dikembangkan oleh Prof. Edward Altman, sebagai berikut: (Emery & Finnerty, 1997: 886)
Score Prediction
Z > 2.99 Firm will not fail within 1 year
1.81 < Z < 2.99 Gray area within which it is difficult to
discriminate effectively
Z < 1.81 Firm will fail in 1 year
Metode penelitian dikategorikan studi kasus, karena membahas suatu objek penelitian
secara rinci dan mendalam.
Populasi sampel berjumlah 12 BPR, terdiri dari 11 BPR Konvensional dan 1 BPR
Syariah. Dari populasi tersebut penulis mengambil 2 sampe BPR, yaitu satu BPR Konvensional
dan satu BPR Syariah. Selanjutnya sampel BPR yang diteliti diberi kode nama BPR
Konvensional “S” dan BPR Syariah “F”. Adapun tennik pengambilan sampel dilakukan
secara purpossive sampling, dengan alasan hanya ada saru BPR Syariah dan untuk kesesuaian
diambil pula satu BPR Konvensional.
Variabel-variabel utama penelitian adalah pos-pos dalam Neraca terdiri dari: Kas, giro,
kredit yang diberikan, aktiva tetap dan aktiva lain, kewajiban segera, tabungan, deposito,
pinjaman, dan ekuitas. Pos-pos dalam Daftar Rugi/Laba : pendapatan bunga, beban bunga,
pendapatan operasi lainnya, pendapatan non operasi, beban non operasi, pajak dan laba bersih.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara mempelajari data
sekunder, yaitu laporan keuangan BPR Konvensional “S” dan BPR Syariah “F”.
PT. Bank Perkreditan Rakyat Konvensional “S” berlokasi di kawasan Pasar 16 ilir
Palembang yang beroperasi sejak tahun 1990. Sesuai ketentuan pemerintah, bentuk badan
hukum BPR adalah Perseroan Terbatas. Sasaran utama operasi bank ini adalah para pedagang
kecil dan mikro yang berada di kawasan Pasar 16 ilir, Beringin Janggut, TP Rustam Effendi,
dan sekitarnya. Kegiatan yang dilakukan adalah menerima simpanan dan menyalurkan kredit
modal kerja dan investasi bagi usaha kecil dan mikro tersebut. Disamping itu juga memberikan
kredit konsumsi kepada debitur tertentu. Modal ekuitas (saham) BPR sebesar Rp 3 milyar dan
telah disetor penuh.
PT. Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah “S” berdiri dengan akte Notaris Amunis Akte No.
2 tanggal 7 Januari 1994 dan mulai beroperasi Januari 1995. BPR ini berlokasi di kelurahan
Sukajadi, kecamatan Talang Kelapa, kabupaten Banyuasin. Modal dasar BPR sebesar Rp 500
juta dan telah disetor penuh. Sasaran utama operasi bank ini adalah para pedagang kecil dan
mikro, usaha kerajinan batubata, genteng, petani, peternak yang berada di kelurahan dan desa-
desa di Kecamatan Talang Kelapa. BPR ini menerima simpanan dan menyalurkan kredit modal
kerja dan investasi bagi usaha kecil dan mikro tersebut. Disamping itu juga memberikan kredit
konsumsi kepada debitur tertentu dengan prinsip syariah.
Perkembangan keuangan kedua bank sampel, yaitu BPR konvensional “S” dan BPR
Syariah “F” disajikan dalam bentuk laporan Neraca dan Daftar Rugi/Laba selama 3 (tiga ) tahun
yaitu periode 2001-2003.
Perkembangan neraca dan rugi/laba BPR Konvensional “S” dapat dilihat dalam Tabel :
Total aktiva BPR konvensional “S” selama tiga tahun mengalami fluktuasi, pada tahun
2001 berjumlah Rp 16,3 milyar, turun menjadi Rp 15,2 milyar dan kemudian naik lagi menjadi
Rp 17,8 milyar. Penurunan pada tahun 2002 disebabkan oleh pos-pos : surat berharga turun
sebesar Rp 5 milyar dan aktiva lain-lain sekitar Rp 200 juta.
Perkembangan rugi/laba BPR Konvensional “S” dapat dilihat dalam Tabel :
Tabel diatas menunjukkan adanya peningkatan pendapatan bunga selama tahun 2001-
2003, di mana pendapatan bunga tahun 2001 sebesar Rp 1,3 milyar, naik menjadi Rp 2,2 milyar
dan tahun 2003 Rp 2,4 milyar. Demikian pula pendapatan non operasional dan beban non
Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006 9
Umar Hamdan & Andi Wijaya
operasional menunjukkan adanya peningkatan. Laba bersih mengalami fluktuasi, dimana pada
tahun 2002 sebesar Rp 1,1 milyar, meningkat dibanding tahun 2001, tetapi kemudian turun
menjadi Rp 958,7 juta pada tahun 2003.
Perkembangan neraca dan rugi/laba BPR Syariah “F” dapat dilihat dalam Tabel sebagai
berikut:
Total aktiva BPR Syariah selama tiga tahun mengalami fluktuasi, pada tahun 2001
berjumlah Rp 2,6 milyar, turun menjadi Rp 1,5 milyar dan kemudian naik menjadi Rp 1,69
milyar. Penurunan pada tahun 2002 disebabkan oleh pos-pos: penempatan pada bank yang
mengalami penurunan hampir sebesar Rp1,2 milyar dan penurunan penyaluran pinjaman
sebesar Rp 40 juta.
Perkembangan rugi/laba BPR Syariah “S” dapat dilihat dalam Tabel sebagai berikut:
Tabel 5 : Perkembangan Daftar Rugi/Laba BPR Syariah “F” Selama Tahun 2001-2003
Dari tabel rugi/laba menunjukkan adanya peningkatan pendapatan bagi hasil pada tahun
2002 dibanding tahun, yaitu meningkat dari Rp 213 juta menjadi Rp 238 juta, sedangkan pada
tahun 2003 turun menjadi Rp 227 juta. Demikian pula laba bersih mengalami peningkatan tahun
2002 dibanding tahun 2001, yaitu meningkat dari Rp 53 juta menjadi 86 juta, sedangkan tahun
2003 mengalami penurunan dibanding tahun 2002, yaitu turun menjadi Rp 80 juta.
Dari laporan keuangan BPR Konvensional “S” dapat dihitung beberapa rasio keuangan
seperti dalam Tabel berikut:
Secara umum rasio-rasio likuiditas BPR Konvensional “S” menunjukkan perbaikan pada
tahun 2002 dibanding tahun 2001. Rasio aktiva terhadap pinjaman menunjukkan tingkat
likuiditas yang cukup memadai, karena di atas 100 persen. Rasio kas terhadap kewajiban segera
pada tahun 2002 dan 2003 kurang dari 100 persen yang perlu menjadi perhatian pimpinan BPR.
Demikian pula rasio antara kredit yang disalurkan dengan dana yang dihimpun (loan to deposit
ratio) kurang baik, yaitu tahun 2001 sebesar 38%, tahun 2002 78% dan tahun 2003 sebesar 62
persen. Menurut ketentuan BI rasio ideal antara 85% s.d 105%, berarti rasio LDR masih relatif
rendah. Kondisi ini menunjukkan kemampuan BPR menyalurkan kredit masih perlu
ditingkatkan, karena dana yang menganggur akan menjadi beban bagi BPR atas bunga simpanan
yang yang harus dibayar kepada penabung. NPL tahun 2001 sebesar 7,34% di atas batas
maksimum yang ditetapkan oleh BI, namun dalam tahun 2002 dan 2003 turun menjadi masing-
masing sebesar 4,54% dan 4,24 persen.
Rasio-rasio solvabilitas menunjukkan kondisi yang cukup sehat. Rasio CAR berdasarkan
Surat Edaran Direksi BI No. 26/2/UD tanggal 29 Mei1993 tentang Kewajiban Modal Minimum
adalah sebesar 8 persen. Dari tabel di atas CAR BPR Konvensional “S” di atas 8%, yaitu
masing-masing tahun 2001 sebesar 23,29%, tahun 2002 sebesar 28,79% dan tahun 2003 sebesar
23,95%. Demikian pula perbandingan modal dengan hutang masih di atas 8 persen.
Secara teori, menurut Winton (1993) adanya ketentuan CAR tersebut mempunyai
kaitan dengan keterbatasan tanggung jawab dan struktur kepemilikan dalam suatu
perusahaan. Dalam struktur kepemilikan, sebagian harta perusahaan diperoleh dari dana
pinjaman kepada kreditur, sehingga perlu diimbangi dengan kemampuan pemilik modal
menyediakan dana sendiri.
Rasio-rasio rentabilitas yang dinyatakan dengan rasio-rasio net profit margin, ROE,
dan ROA menunjukkan adanya kenaikan pada tahun 2002 dibanding tahun 2001, sedangkan
tahun 2003 mengalami penurunan dibanding tahun 2002. Semua rasio rentabilitas adalah
positip. Laba bersih terhadap pendapat operasi (NPM) cukup baik, di mana tahun 2001
sebesar 38%, tahun 2002 sebesar 52,77% dan tahun 2003 sebesar 39,73 persen. Keadaan ini
menunjukkan bahwa BPR Konvensional “S” cukup sehat.
Rasio-rasio keuangan BPR Syariah “F” selama tahun 2001-2003 dapat dilihat dalam
Tabel 7. Secara umum rasio-rasio likuiditas BPR Syariah “F” relatif lebih baik dibanding BPR
Konvensional “S”. Rasio aktiva terhadap pinjaman menunjukkan tingkat likuiditas yang cukup
memadai, jauh di atas 100 persen. Rasio kas terhadap kewajiban segera pada tahun 2001 dan
2003 kurang dari 100 persen.
Rasio antara kredit yang disalurkan dengan dana yang dihimpun (loan to deposit ratio)
tahun 2002 dan 2003 cukup baik. Demikian pula Nonperforming Loan (NPL) cukup baik, hanya
sekitar 2 persen selama 3 tahun. NPL BPR Syariah “F” relatif lebih baik dari BPR Konvensional
“S”.
Rasio-rasio solvabilitas menunjukkan kondisi yang cukup sehat. Rasio CAR BPR
Syariah “F” di atas 8%, yaitu masing-masing tahun 2001 sebesar 23,64%, tahun 2002 sebesar
43,34% dan tahun 2003 sebesar 37,92%. Keadaan ini lebih baik dibandingkan dengan rasio
solvabilitas BPR Konvensional “S.
Rasio-rasio rentabilitas yang dinyatakan dengan rasio-rasio NPM, ROE, dan ROA
menunjukkan adanya kenaikan pada tahun 2002 dibanding tahun 2001, sedangkan tahun 2003
mengalami penurunan dibanding tahun 2002. Keadaan ini hampir sama dengan rasio rentabilitas
BPR Konvensional. Rasio NPM cukup baik, di mana tahun 2001 sebesar 24,93%, tahun 2002
sebesar 40,24% dan tahun 2003 sebesar 35,37 persen. Keadaan ini menunjukkan bahwa NPM
BPR Syariah relatif lebih rendah dibanding dengan BPR Konvensional “S”. Hal ini memberikan
indikasi bahwa BPR Konvensional “F” realtif lebih efisien dalam pengelolaan dananya.
Hasil perhitungan Z- Score untuk BPR Konvensional “S” dapat dilihat dalam Tabel
berikut:
Hasil perhitungan Z-score menunjukkan bahwa selama tiga tahun nilai Z sekitar angka
1,81, yang berarti kondisi BPR Konvensional “S” perusahaan dalam keadaan “gray” sehingga
sulit ditentukan apakah akan sehat atau bangkrut. Namun karena di bawah 2,99 maka dapat
dikatakan bahwa tingkat resiko bisnis BPR tinggi yang dapat menyebabkan kepailitan dalam
jangka panjang.
Hasil perhitungan Z- Score untuk BPR Konvensional “S” dapat dilihat dalam Tabel
berikut:
Hasil perhitungan Z-score menunjukkan bahwa selama dua tahun terakhir (2002-2003)
nilai Z di atas 1,81, yang berarti kondisi BPR Konvensional “S” perusahaan dalam keadaan
“gray” sehingga sulit ditentukan apakah sehat atau akan bangkrut. Namun nilai Z-score BPR
Syariah “F” ini relatif lebih tinggi dibanding nilai yang dicapai oleh BPR Konvensional “S”.
4.6. Pembahasan
4.6.1. Likuiditas
Secara umum rasio-rasio likuiditas BPR Syariah “F” relatif lebih baik dibanding BPR
Konvensional “S”. Rasio aktiva terhadap pinjaman menunjukkan tingkat likuiditas yang cukup
memadai, jauh di atas 100 persen. Rasio kas terhadap kewajiban segera pada tahun 2001 dan
2003 kurang dari 100 persen. Demikian pula rasio antara kredit yang disalurkan dengan dana
yang dihimpun (loan to deposit ratio) tahun 2002 dan 2003 cukup baik, karena mendekati
standar rasio ideal antara 85% s.d 110% yang ditetapkan BI. Nonperforming Loan (kredit
bermasalah) pada BPR Syariah “F” relatif lebih rendah dibanding dengan NPL BPR
Konvensional “S”. Pada BPR Syariah “F” hanya sekitar 2 persen, sedangkan BPR Konvensional
rata-rata sekitar 4 persen pertahun.
4.6.2. Solvabilitas
Rasio-rasio solvabilitas kedua BPR menunjukkan kondisi sehat. Rasio kecukupan modal
(Capital Adequacy Ratio/CAR) kedua BPR di atas ketentuan minimum BI (8%). CAR pada
BPR Konvensional “S” tahun 2003 sebesar 23,95% dan BPR Syariah “F” sebesar 37,92%. Dari
angka tersebut ternyata rasio solvabilitas BPR Syariah relatif lebih baik dibandingkan dengan
rasio solvabilitas BPR Konvensional “S.
4.6.3. Rentabiltas
Semua rasio rentabilitas kedua BPR adalah positip. Laba bersih terhadap pendapat
operasi (NPM) cukup baik, di mana pada BPR Konvensional “S” sebesar 39,73 persen, dan
pada BPR Syariah “F” sebesar 35,37% pada tahun 2003. Keadaan ini menunjukkan bahwa
kedua BPR mampu memperoleh laba yang wajar, walaupun NPM BPR Syariah “F” relatif
lebih rendah dibanding dengan BPR Konvensional “S”. Hal ini memberikan indikasi bahwa
BPR Konvensional “S” relatif lebih efisien dalam pengelolaan dananya.
5.1. Kesimpulan
1. Secara umum rasio-rasio likuiditas BPR Syariah “F” relatif lebih baik dibanding BPR
Konvensional “S”.
2. Rasio-rasio solvabilitas kedua BPR menunjukkan kondisi sehat. Rasio kecukupan modal
(Capital Adequacy Ratio/CAR) kedua BPR di atas ketentuan minimum BI (8%). CAR pada
BPR Konvensional “S” tahun 2003 sebesar 23,95% dan BPR Syariah “F” sebesar 37,92%.
Dari angka tersebut ternyata rasio solvabilitas BPR Syariah relatif lebih baik dibandingkan
dengan rasio solvabilitas BPR Konvensional “S.
3. Semua rasio rentabilitas kedua BPR adalah positip. Laba bersih terhadap pendapat operasi
(NPM) cukup baik, di mana pada BPR Konvensional “S” sebesar 39,73 persen, dan pada
BPR Syariah “F” sebesar 35,37% pada tahun 2003. Keadaan ini menunjukkan bahwa kedua
BPR mampu memperoleh laba yang wajar, walaupun NPM BPR Syariah “F” relatif lebih
rendah dibanding dengan BPR Konvensional “S”.
4. Perbandingan tingkat resiko keuangan berdasarkan hasil analisis diskriminan (Z-score)
menunjukkan kedua BPR berada pada posisi “gray”. Namun nilai Z BPR Syariah “F”
relatif lebih tinggi dibanding BPR Konvensional “S”, yang berarti resiko BPR “F” relatif
lebih rendah dibanding BPR Konvensional “S”.
5.2. Saran-Saran
1. Upaya Mengatasi Rendahnya LDR dapat dilakukan oleh manajemen BPR dengan cara:
1) BPR harus memiliki tenaga account officer yang memadai jumlahnya, handal, jujur,
profesional, dan berdedikasi tinggi untuk mengejar proyek-proyek yang layak untuk
dibiayai.
2) Tenaga account officer harus mengenal wilayah kerjanya dengan baik, potensi bisnis
yang ada, pebisnis, tokoh masyarakat, dan sosial ekonomi serta kultur masyarakatnya.
3) Kebijakan pemberian kredit yang prudential (hati-hati), patuh dan sehat berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
4) Penyaluran kredit secara kelompok dengan sistem tanggung renteng bagi para
debiturnya.
5) Penerapan reward system yang dapat memotivasi para account officer dan analis kredit
untuk lebih giat dalam “menjemput” calon debitur yang potensial dan layak untuk
dibiayai.
2. Upaya manajemen untuk mempertahankan NPL rendah dapat dilakukan dengan cara:
1) Melakukan analisis kredit secara baik dan benar
2) Sistem dokumentasi kredit yang handal.
3) Pengendalian dan pengawasan kredit, sistem pemantauan dan evaluasi secara rutin
terhadap rekening piutang atau kredit debitur.
4) Manajemen memberikan perhatian khusus terhadap adanya penyimpangan
(management by exception) yang terjadi.
5) Setiap penyimpangan dilakukan analisis 5 W + 1 H (what, when, where, why, who &
how) agar diperoleh umpan balik bagi perbaikan kebijakan operasional BPR untuk
masa datang.
6) Pembinaan terhadap debitur usaha kecil dan mikro, bekerjasama dengan dinas instansi
terkait, dan perguruan tinggi.
3. Upaya mengatasi resiko keuangan dapat ditempuh manajemen BPR dengan cara sebagai
berikut:
1) Membuat perencanaan likuiditas dengan sistem anggaran kas (cash flow) harian atas
kemungkinan penyetoran dan penarikan oleh nasabah.
2) Membuat rencana kontingensi guna mengatasi kejadian yang tak terduga, yaitu dengan
melakukan analisis terhadap perubahan dan dinamika kondisi lingkungan bisnis BPR
dengan mengkaji indikator: ekonomi, peta persaingan bisnis, perubahan budaya, dan
situasi politik dan keamanan.
3) Melakukan analisis terhadap biaya dana dan penentuan bunga kredit atau beban bagi
hasil yang akan ditetapkan atas kredit konsumsi, kredit investasi, dan kredit modal
kerja.
4) Melakukan alternatif pengembangan sumber pendanaan BPR, baik dana dari sumber
internal maupun ekternal BPR.
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRACT
This study aims to explore and understand: (1) Kyai (Islamic boarding school leader) and business
manager perception to risk management, and (2) implementation Islamic values in business and risk
management, (3) Kyai and business manager perception to corporate value creation, and ( 4)
distribution of firm value to stakeholders. Research setting is business at Sunan Drajat boarding
school, Lamongan. This study uses postpositivist, theology, and intuitive approach. The study design
was an interpretative case study using "single case" type. The analysis method of this study is the
Interactive Model from Miles and Huberman. The results showed that: (1) Risk management is
process to eliminate the risk with strong intention as essence that underlying the risk management
practices and the presence of spiritual power, a khusnuzhzhan (good perception) to Allah SWT, based
on maslahah (goodness) that come down to falah, (2) The implementation of Islamic values into
business activity framework has been proven the business growing rapidly. Even at the end, the Islam
value 'an taraadhin minkum become central value which evolved into the corporate culture. Islamic
values related to risk management demonstrate the existence of a true entrepreneurial spirit for entire
management. (3) The firm value that created from risk management practices indicate the aspects of
material/economic and immaterial. The application has been able to provide welfare and happiness for
body and soul of all stakeholders, (4) Then, the firm value was distributed to all stakeholders, both for
the human and nature benefit as a manifestation of maslahah (goodness) that become the objectives of
business establishment.
Keywords: Risk Management based on Islamic Spiritual, Islamic Values, Firm Values and
Economic Social Context, Fiqh mu'amalah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan memahami: (1) persepsi Kyai dan pengelola
bisnis terhadap manajemen risiko, (2) penerapan nilai-nilai Islam dalam pengelolaan bisnis
dan manajemen risiko, (3) persepsi Kyai dan pengelola bisnis terhadap penciptaan nilai
perusahaan, dan (4) pendistribusian nilai perusahaan kepada pemangku kepentingan.
Setting penelitian adalah bisnis di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan postpositivist, teologi, dan intuitif. Desain penelitian studi kasus
interpretatif tipe “single case”. Analisis yang digunakan adalah Model Interaktif dari Milles
and Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Manajemen risiko merupakan
proses untuk mengeliminir risiko dengan menempatkan niat yang kuat sebagai esensi yang
mendasari praktik manajemen risiko dan adanya kekuatan spiritual berupa khusnuzhzhan
kepada Allah SWT dengan bermuara pada maslahah menuju falah. (2) Penerapan nilai-nilai
Islam yang membingkai aktivitas bisnis telah membuktikan bisnis telah berkembang pesat.
Bahkan nilai Islam ‘an taraadhin minkum menjadi central value yang akhirnya berkembang
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam... -- Khusnia, Salim, Hadiwidjojo, Syam 185
menjadi budaya perusahaan, sedangkan nilai-nilai Islam yang melekat pada praktik
manajemen risiko menunjukkan adanya jiwa kewirausahaan sejati pada diri seluruh
pengelola. (3) Nilai perusahaan yang tercipta dari praktik manajemen risiko dipandang
dalam aspek materi/ekonomi dan immateri, yang dalam aplikasinya telah mampu
memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan lahiriyah dan batiniyah bagi seluruh pemangku
kepentingan, (4) Nilai perusahaan tersebut didistribusikan kepada seluruh pemangku
kepentingan baik pemangku kepentingan manusia maupun alam sebagai perwujudan dari
maslahah yang menjadi tujuan didirikannya bisnis.
Kata kunci: Manajemen Risiko berbasis spiritual Islam, Nilai-nilai Islam, Nilai Perusahaan
dan Konteks Sosial Ekonomi, Fiqh Mu’amalah
Manajemen risiko dapat menciptakan den. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
nilai perusahaan. Nilai perusahaan dalam diambil pandangan yang moderat dengan
perspektif konvensional selain dapat di- menyatakan Tuhan itu transenden, dan (2)
cerminkan oleh materi (uang), yaitu Tobins’ karena Tuhan merupakan pihak paling ting-
Q, harga pasar saham, nilai buku saham, gi dan menjadi satu-satunya tujuan hidup
rasio nilai pasar saham dengan nilai buku manusia. Tuhan (Allah) Maha Esa dan
saham, arus kas yang didiskonto, nilai keesaan-Nya itu mencakup: (1) Keesaan Zat,
tambah, dan keutungan. Selain itu, juga (2) Keesaan Sifat, (3) Keesaan Perbuatan,
dalam bentuk kemampuan CEO (Chef Exe- dan (4) Keesaan beribadah kepada-Nya
cutive Officer). Upaya bisnis menghasilkan (Shihab, 2007). Dengan demikian, konsep
keuntungan merupakan salah satu indikator pemangku kepentingan pada penelitian ini
kinerja manajemen, sehingga nilai peru- adalah pemangku kepentingan manusia dan
sahaan dapat di pandang juga dari aspek alam.
kinerja manajemen. Kinerja manajemen Pada umumnya penelitian-penelitian
dalam perspektif konvensional semata-mata tentang manajemen risiko dilakukan pada
hanya didasarkan pada variabel ekonomi perusahaan-perusahaan di sektor riil dalam
(uang) dan jarang memasukkan fungsi skala besar dan terbuka (go public) untuk
sosial, etika, dan moral sebagai komponen menguji hubungan manajemen risiko de-
dalam fungsi tujuan utama perusahaan ngan penciptaan nilai perusahaan. Hasil
(Azid et al., 2007; Triyuwono, 2007). penelitian menujukkan bahwa sebagian ada
Sebaliknya, Islam memandang nilai tambah yang mendukung teori bahwa manajemen
baik dari aspek materi/ekonomi (uang) risiko menciptakan nilai perusahaan, na-
maupun immaterial (Triyuwono, 2007). mun, ada juga yang bertentangan (Beasley et
Oleh karena itu, kinerja manajemen pada al., 2005, 2006; Pagach dan Warr, 2007, 2008),
penelitian ini mengacu kepada kinerja mana sedangkan penelitian aspek persepsi ter-
jemen yang oleh Triyuwono (2007) diklaim hadap risiko dengan pendekatan post-
sebagai kinerja manajemen syari’ah. Kinerja positivist dilakukan oleh Mohammed (2010).
manajemen syari’ah dibagi dalam tiga Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa
perspektif, yaitu: (1) kesalehan keuangan, risiko dikonstruk berdasarkan budaya,
(2) kesalehan mental dan sosial, dan (3) individualistik, dan subyektif. Penelitian-
kesalehan spiritual, ketiganya dipandang penelitian tersebut pada umumnya meng-
sebagai satu kesatuan. Pengukuran kinerja gunakan perspektif konvensional dalam
melintasi batas dunia materi, dapat mem- mengelola risiko, sementara terdapat per-
berikan kesejahteraan lahir dan batin. bedaan perspektif antara konvensional dan
Nilai perusahaan ini selanjutnya didis- Islam dalam hal: (1) filosofi berbisnis, (2)
tribusikan kepada pemangku kepentingan. tujuan berbisnis, (3) konsep risiko dan mana
Triyuwono (2007) mengemukakan pemang- jemen risiko, (4) konsep nilai perusahaan,
ku kepentingan terdiri dari Tuhan, manusia, dan (5) konsep pemangku kepentingan.
dan alam. Penelitian ini tidak memasukkan Adanya perbedaan khususnya risiko dan
Tuhan sebagai pemangku kepentingan di- manajemen risiko telah menggelitik untuk
karenakan: (1) dilihat dari teks dan normatif, mengetahui apakah manajemen risiko
memasukkan Tuhan sebagai pemangku konvensional itu sama dengan manajemen
kepentingan rasanya menempatkan Tuhan risiko Islam, yang diterapkan pada bisnis
dalam dunia provan. Menganggap Tuhan yang dioperasikan berdasarkan prinsip
sebagai pemangku kepentingan merupakan syari’ah, seperti bisnis di Ponpes Sunan
imanensi yang lebih jauh bisa mengarah Drajat. Sayangnya, penelitian manajemen
kepada panteisme. Sementara itu, di dalam risiko Islam yang dihasilkan selama ini tidak
teologi-teologi yang dianut, Tuhan juga memberikan pencerahan yang cukup karena
dapat dipandang dalam dimensi transen- penelitian-penelitian itu pada umumnya
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam... -- Khusnia, Salim, Hadiwidjojo, Syam 187
dilakukan pada perusahaan yang bergerak bisnis sesuai dengan nilai-nilai Islam, se-
di sektor keuangan (bank Islam). hingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak
Penelitian manajemen risiko di bank perlu ada kekhawatiran, sebab diyakini
Islam antara lain dilakukan oleh Bashir sebagai sesuatu yang baik dan benar
(2009). Hasil penelitian pada intinya mem- (Hasan, 2009). Adanya praktik manajemen
buktikan muara akhir dari manajemen risi- risiko Islam yang hanya mendasarkan pada
ko adalah kinerja yang lebih baik. Penelitian fiqh mu’amalah telah membuktikan bahwa
manajemen risiko Islam dengan tujuan sampai saat ini belum ada framework
melihat hubungan antara proses manajemen manajemen risiko Islam yang sesuai dengan
risiko dengan praktik manajemen risiko persyaratan bisnis yang dioperasikan ber-
dilakukan oleh Rosman (2009). Namun, dasarkan syari’ah dan nilai-nilai Islam.
belum betul-betul secara jelas mencermin- Ketidakjelasan framework manajemen risiko
kan framework manajemen risiko Islam Islam inilah yang melatarbelakangi peneliti-
karena masih mengadopsi framework mana- an ini dilakukan.
jemen risiko konvesional. Alasan digunakan Berdasarkan pada fenomena yang ada
nya framework manajemen risiko konven- pada bisnis di Ponpes Sunan Drajat, maka
sional dalam penelitian ini didasarkan pada fokus penelitian ini adalah: “Pengembangan
pendapat Iqbal dan Mirakhor (dalam Manajemen Risiko pada Bisnis di Ponpes
Rosman, 2009), bahwa sekali framework Sunan Drajat dengan Memahami Terlebih
dikembangkan, maka tekniknya dapat di- Dahulu Persepsi Kyai dan Para Pengelola
aplikasikan pada situasi, produk, instrumen, Bisnis Terhadap Manajemen Risiko pada
dan institusi yang berbeda. Namun, dalam Umumnya”.
praktiknya mengacu kepada ketentuan Permasalahan utama yang diajukan
syari’an yang telah dijabarkan dalam Inter- dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana
national Financial Services Board (IFSB) persepsi Kyai dan para pengelola bisnis di
guidelines tentang manajemen risiko. Sedang Ponpes Sunan Drajat terhadap manajemen
kan Siddiqi (2010) mengatakan framework risiko pada bisnis di Ponpes Sunan Drajat?”.
manajemen risiko Islam hanya mendasarkan Berdasarkan permasalahan utama ini, maka
pada fiqh mu’amalah dan belum menying- dapat dirumuskan permasalahan penelitian
gung nilai-nilai Islam dalam menjalankan sebagai berikut: (1) Bagaimana persepsi
bisnis, sedangkan manajemen risiko Islam Kyai dan pengelola bisnis terhadap
dilaksanakan pada perusahaan yang dalam manajemen risiko?, (2) Bagaimana penera-
operasinya tidak hanya dilandasai oleh fiqh pan nilai-nilai Islam dalam pengelolaan
mu’amalah, namun juga didasarkan pada bisnis dan praktik manajemen risiko?, (3)
nilai-nilai Islam, sebagimana pendapat Bagaimana persepsi Kyai dan pengelola
Shihab (2008), bahwa bisnis menurut per- bisnis terhadap nilai perusahaan? dan (4)
spektif Islam dalam operasionalnya berpijak Bagaimana pendistribusian nilai perusahaan
pada dua area: (1) prinsip-prinsip dasar yang tercipta dari praktik manajemen risiko
yang ditetapkan dalam Al-Qur’an dan kepada pemangku kepentingan?.
Sunnah, dan ini bersifat langgeng abadi Berdasarkan pada perumusan masalah,
tidak mengalami perubahan, dan (2) per- maka tujuan penelitian ini adalah: (1)
kembangan positif masyarakat, ilmu penge- Mengungkap dan memahami persepsi Kyai
tahuan, dan teknologi, yang memberi ruang dan pengelola bisnis terhadap manajemen
terbukanya lapangan yang luas untuk risiko, (2) Mengungkap dan memahami
berkembangnya inovasi dan hasil pemi- penerapan nilai-nilai Islam dalam pengelola-
kiran serta budi daya manusia. Etika bisnis an bisnis dan praktik manajemen risiko, (3)
Islam menjadi sistem evaluasi dan sekaligus Mengungkap dan memahami persepsi Kyai
merupakan akhlak dalam menjalankan dan pengelola bisnis terhadap nilai peru-
188 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 2, Juni 2012 : 184 - 208
sahaan, (4) Mengungkap dan memahami adanya tambahan risiko pada aset yang
pendistribusian nilai perusahaan yang ter- dimilikinya (Sharpe, 1964). Aset yang be-
cipta dari praktik manajemen risiko kepada risiko lebih tinggi harus mempunyai rata-
pemangku kepentingan. rata return yang lebih tinggi dibandingkan
dengan aset yang kurang berisiko (Jensen,
MANAJEMEN RISIKO 1967). Fama dan MacBeth (1973) bahkan
Risiko dapat didefinisikan dalam ber- mengatakan bahwa risiko memicu return.
bagai cara, namun intinya adalah tidak Sebuah risiko sistematis (yang diukur
hanya berupa potensi munculnya konse- dengan beta) merupakan sebuah penguku-
kuensi negatif yang tidak diinginkan dari ran yang komplit dari risiko surat-surat
suatu peristiwa atau kejadian yang me- berharga. Investor diasumsikan risk averse,
ngancam kesuksesan (downside), namun juga karenanya berusaha untuk membentuk
dapat merupakan peluang untuk meraih be- portfolio guna mengeliminir risiko (Sharpe,
nefit (upside) (Rosenberg dan Schuermann, 1964).
2006). Risiko dihubungkan juga dengan Secara umum, Islam memandang risiko
ketidakpastian (Al-Suwailem, 2000), meski sebagai suatu penderitaan (hardship), yang
pun tidak semua pakar sependapat. Bussey, tidak diinginkan bagi kepentingan dirinya
Merret, dan Sykes (dalam Merna dan Al- sendiri. Penderitaan tersebut diinginkan
Thani, 2008) dan Knight (dalam Al- hanya ketika mengandung manfaat lebih
Suwailem, 2000), misalnya, mengatakan dari pengganti kerugian yang dihubungkan
bahwa risiko berbeda dari ketidakpastian. dengan penderitaan itu, atau dengan kata
Ketidakpastian ada jika terdapat lebih lain, risiko diinginkan hanya ketika dapat
dari satu outcome yang memungkinkan menjadi stimulus bagi usaha produktif dan
untuk aktivitas tertentu tetapi probabilitias aktivitas yang memberi nilai tambah (Al-
dari setiap outcome tidak diketahui. Namun, Suwailem, 2000). Islam juga menghubung-
perbedaan risiko dan ketidakpastian me- kan risiko dengan keberuntungan. Apabila
nurut Takayama (dalam Al-Suwailem, 2000) keberuntungan tersebut dikaitkan dengan
menjadi sangat tidak relevan jika digunakan perolehan rizki, maka terdapat sepuluh
probabilitas subyektif dan teori axiomatik kunci pembuka rizki menurut Al-Qur’an
dalam membahas keduanya. Oleh karena dan Al-Sunnah yang patut dijalani dan
itu, risiko dan ketidakpastian digunakan diyakini agar seseorang mendapat ke-
secara bergantian (interchangeably) oleh Al- beruntungan (luck) dan memperoleh rizki
Suwailem (2000) dalam membahas risiko yang halal dan baik serta barokah,
Islam. sebagaimana dikatakan Ilahi (dalam Salim,
Dalam perspektif keuangan konven- 2009)
sional, khususnya fokus pada kesejah- Risiko dapat dieliminir melalui praktik
teraan dan nilai, risiko didefinisikan sebagai manajemen risiko. Perusahaan dapat me-
volatilitas dari outcome yang tidak diharap- milih untuk melakukan manajemen risiko
kan yang berdampak pada assets, liabilities, dalam dua cara fundamental yang berbeda,
equity, dan earnings (Fatemi dan Luft, 2002), yaitu (Gordon et al., 2009): (1) mengelola
sedangkan dalam perspektif manajemen satu jenis risiko pada suatu waktu
dan rekayasa, risiko merupakan konsep (traditional/silobased perspective), dan (2)
negatif dengan konotasi kegagalan (down- mengelola seluruh risiko secara holistik
side) (Coleman, 2007). (enterprise/integrated/strategic risk mana-
Risiko dipandang berhubungan positif gement). Manajemen risiko di bidang bisnis
dengan pendapatan (return) (Sharpe, 1964; sebagaimana terjadi pada teori keuangan
Lakonishok et al., 1994; Shihab, 2008; KEUL, konvensional juga diterima oleh Islam
2009). Seorang investor dapat memperoleh (Siddiqi, 2010; Rosman, 2009) sebagai suatu
expected rate of return lebih tinggi dengan cara untuk menjamin pemenuhan tujuan
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam... -- Khusnia, Salim, Hadiwidjojo, Syam 189
dan sasaran, yang akhirnya mendatangkan perilaku perusahaan dalam perspektif Islam
kebahagiaan (sa’adah) di dunia dan di (Mannan, 1992), yaitu: (1) kontribusi apa
akhirat. yang dihasilkan sebagai output peru-
Dalam perspektif Islam, risiko sahaan?, dan (2) siapa yang diuntungkan
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: (1) dengan adanya nilai tambah dari produk
risiko akhirat dan (2) risiko dunia. Risiko perusahaan?. Perilaku perusahaan dan
akhirat terkait dengan neraka. Risiko dunia manajemen serta tanggungjawabnya ter-
terkait dengan tujuan utama ketentuan hadap masyarakat dan komunitas tertentu
syari’ah (maqashid asy-syari’ah) yang me- ini dikenal sebagai fenomena yang dalam
rupakan amanah dasar bagi kehidupan sistem Islam disebut sebagai “the Islamic
individu dan sosial yang tercermin dalam governance works” berdasar pada prinsip no-
pemeliharaan pilar-pilar kesejahteraan umat injury atau maslahah yang dikemukakan
manusia yang mencakup ‘panca kemaslaha- Bashir (dalam Azid, 2007).
tan’ dalam maqashid asy-syari’ah. Dengan Agar bisnis dapat berkembang, maka
demikian apabila bisnis tidak dapat me- harus dikelola dengan baik. Rasulullah SAW
laksanakan fungsinya untuk memelihara telah memberikan contoh yang dapat
dan menjaga maqashid asysyariah, maka diteladani dalam berbisnis yaitu: (1) Ke-
bisnis tersebut identik dengan adanya jujuran, (2) Keadilan, (3) Barang atau
risiko. produk yang dijual haruslah barang yang
Terdapat banyak macam proses mana- halal, baik dari segi dzatnya maupun cara
jemen risiko yang ditemukan baik dalam mendapatkannya, dan (4) Tidak ada unsur
literatur maupun jurnal ilmiah penipuan. Selain itu, bisnis harus dilakukan
(Djojosoedasro, 2003; Merna dan Al-Thani, berdasarkan etika. Etika bisnis dalam
2008; Rosman, 2010). Namun, pada syari’ah Islam adalah akhlak dalam men-
dasarnya, proses manajemen risiko meliputi: jalankan bisnis sesuai dengan nilai-nilai
(1) identifikasi risiko, (2) analisis/penilaian Islam dan sebagai rambu-rambu dalam
risiko, (3) monitoring risiko, dan (4) pe- melakukan transaksi agar tetap berjalan
laporan dan pengendalian risiko. Identifi- dalam koridor nilai-nilai Islam sehingga
kasi risiko merupakan tahap paling krusial. dalam melaksanakan bisnisnya tidak perlu
Strategi manajemen risiko dilakukan me- ada kekhawatiran, sebab diyakini sebagai
lalui (Djojosoedarso, 2003): (1) penangan sesuatu yang baik dan benar (Zaroni, 2007;
risiko (risk control), dan (2) pembiayaan Hasan, 2009).
risiko (risk financing). Penanganan risiko Penerapan etika bisnis disesuaikan
dijalankan dengan strategi: (a) menghindari dengan perkembangan zaman dan
risiko, (b) mengendalikan risiko sampai titik mempertimbangkan dimensi waktu. Ada
wajar, (c) memisahkan risiko, (d) melakukan empat pilar etika bisnis berdasarkan
kombinasi, dan (e) memindahkan risiko. syari’ah Islam yang menjadi landasan
Sedangkan pembiayaan risiko dijalankan Muslim dalam melakukan bisnis (Zaroni,
dengan metode: (a) memindahkan risiko 2007; Shihab, 2007), yaitu: (1) Tauhid, (2)
melalui asuransi, dan (b) melakukan retensi Keseimbangan/keadilan, (3) Kehendak be-
(menanggung sendiri risiko). bas, dan (4) Pertanggungjawaban. Agar
manusia dapat hidup sejahtera, kata kunci-
PANDANGAN ISLAM TENTANG nya adalah keberkahan. Upaya menggapai
BISNIS barokah (keberkahan) patut diupayakan
Terdapat dua pertanyaan mendasar pencapaiannya melalui perwujudan dan
yang seharusnya dipertimbangkan bilamana apliaksi Fathonah, Istiqomah, Amanah, dan
seseorang mencoba untuk menganalisis Tawakal (FIAT) (Salim, 2009).
190 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 2, Juni 2012 : 184 - 208
Manajemen
Risiko pada Dampak
Kausal
Bisnis di Ponpes ???
???
Sunan Drajat
Gambar 1
Rerangka Konseptual
tiitk jenuh, dalam arti bilamana informan ini, yaitu risiko akhirat dengan ganjaran
cenderung memberikan informasi yang neraka dan dunia tidak terjaganya maqashid
berulang-ulang (redundan) dengan informasi asy-syari’ah. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang telah diperoleh sebelumnya, maka Bapak Iwan:
terdapat indikasi titik jenuh, sehingga “Risiko itu ada dua, yaitu : (1) ingkar terhadap
penggalian data diakhiri. Besar informan agama, dan (2) kebangkrutan dalam arti tidak
adalah 22 orang. bisa mengembangkan harta.
Temuan lapang juga menunjukkan bahwa
Pembahasan risiko dipersepsikan berbeda-beda sebagai-
Berdasarkan hasil eksplorasi, ditemu mana pendapat informan. Bapak Hilal
kan beberapa tema yang dijadikan sebagai mengatakan:
bahan analisis. Tema-tema tersebut adalah: “Melakukan sesuatu dengan tingkat
(1) manajemen risiko, (2) nilai-nilai Islam keberhasilan tidak sampai 100 %. Jadi kita
dalam bisnis dan manajemen risiko, (3) harus menerima, meskipun tingkat keber-
konsepsi fiqh mu’amalah terkait dengan hasilannya kecil tetapi hal itu bisa
bisnis dan manajemen risiko, dan (4) berimplikasi pada keseluruhan”.
penciptaan nilai perusahaan dan konteks Risiko juga dipersepsikan sebagai peluang
sosial ekonomi. Analisis dilakukan terhadap asal perusahaan dapat mengatasi risiko itu
keempat tema tersebut secara parsial. dengan baik. Apabila ditinjau dari kontinum
Selanjutnya analisis dilakukan secara holis- risiko yaitu antara kegagalan (negatif) dan
tik untuk menggiring kepada terbentuknya peluang (positif), maka kontinum risiko
ancangan framework manajemen risiko ber- pada bisnis di Ponpes Sunan Drajat lebih
basis spiritual Islam. condong kepada peluang, sebagai mana
dikemukakan, Bapak Iwan:
Manajemen Risiko “Tapi seluruh risiko itu akan bisa menjadi
Dalam perspektif perusahaan, risiko peluang apabila istilahnya kita olah risiko
tertinggi adalah kebangkrutan dan dalam tersebut”.
persepktif umum, risiko tertinggi berkaitan Bapak Anwar memandang risiko sebagai
dengan akhirat, sedangkan risiko dunia ter- suatu kerugian:
kait dengan tujuan utama ketentuan “......perkara risiko dipikir belakangan,
syari’ah (maqashid asy-syari’ah) yang me- masalah rugi, kita bisa belajar dari risiko itu
kemudian kita bisa menata agar lebih baik
rupakan amanah dasar bagi kehidupan
lagi”.
individu dan sosial yang tercermin dalam
Persepsi pengelola terhadap risiko ini
pemeliharaan pilar-pilar kesejahteraan umat
berbeda dengan kebanyakan definisi risiko
manusia yang mencakup ‘panca kemasla-
baik dalam perspektif keuangan konven-
hatan’, meliputi: (1) menjaga agama (hifdh al-
sional maupun dalam perspektif manajemen
din), (2) menjaga jiwa/kehidupan (hifdh an-
dan rekayasa. Hasil penelitian ini me-
nafs), (3) menjaga alat reproduksi (hifdh an-
nyuarakan adanya sunnatullah terhadap
nasl), (4) menjaga akal (hifdh al-‘aqal), dan (5)
segala peristiwa yang terjadi di dunia,
menjaga harta (hifdh al-mal). Terjaganya
dengan memandang risiko dari sudut
maqashid asy-syari’ah menjadi ukuran adanya
pandang negatif berupa kerugian dan tidak
risiko atau tidak. Jadi kalau maqashid asy-
tercapainya target. Namun, risiko juga bisa
syari’ah yang di bawah tidak terjaga tetapi
merupakan hal positif berupa peluang yang
yang di atas terjaga, maka tidak akan
apabila dapat dimanfaatkan akan mem-
mendapat risiko. Sebaliknya apabila harta
berikan hasil yang luar biasa. Sementara
terjaga namun, maqashid asy-syari’ah di
dalam literatur mendefinisikan risiko
atasnya tidak terjaga, maka manusia
sebagai konsep yang condong kepada
menderita kerugian (menanggung risiko).
sesuatu yang negatif dan berkonotasi
Konsekuensinya, praktik manajemen risiko
harus mengacu kepada dua demensi risiko
194 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 2, Juni 2012 : 184 - 208
kegagalan (Coleman, 2007). Hal ini dikata- budaya sama dengan hasil penelitian
kan oleh bapak Anwar bahwa: Mohammed (2010), akan tetapi budaya pada
“.....yang penting usaha dulu, risiko dipikir hasil penelitian Mohammed (2010) adalah
belakangan. Orang belum bekerja sudah takut budaya takut terhadap risiko dan risiko
risiko, maka orang itu tidak akan maju. dipersepsikan sebagai sesuatu yang murni
Temuan lapang juga menunjukkan berkonotasi negatif. Sebaliknya, persepsi
bahwa penilaian terhadap risiko tidak pengelola bisnis di Ponpes Sunan Drajat,
berbeda dengan pandangan Islam. Islam budaya yang dimaksud adalah budaya tidak
selain memandang risiko sebagai suatu takut terhadap risiko bahkan munculnya
penderitaan (hardship), yang tidak di- risiko dianggap sebagai peluang untuk
inginkan bagi kepentingan dirinya sendiri, meraih sukses karena disadari sepenuhnya
juga menghubungkannya dengan keberuntu bahwa risiko itu bisa muncul dalam
ngan yang dihubungkan dengan perolehan aktivitas apapun yang dilakukan, bahkan
rizki. Dalam upaya memperoleh rizki, bisnis ketika makanpun juga kemungkinan ter-
di Ponpes Sunan Drajat sudah melalui kena risiko. Pernyataan di atas menunjuk-
kesepuluh pintu pembuka rizki sebagai- kan bahwa pengalaman pribadi seseorang
mana dikemukakan Salim (2009). Hal ini juga memegang peranan yang penting
tercermin salah satunya dari upaya tidak dalam menerima risiko. Penemuan inilah
pernah menyerah yang dilakukan Bapak yang oleh William, et al. (2003) berkenaan
KH Abdul Ghofur dan seluruh pengelola dengan aspek idiosyncratic dari risiko,
bisnis di Ponpes Sunan Drajat untuk seperti pengalaman yang merupakan isu
mencapai maslahah yang menjadi tujuan individualistik yang tidak sama antara satu
utama didirikannya bisnis, walaupun diakui orang dengan orang lain, sehingga mem-
untuk mencapai tujuan tersebut tidak pengaruhi persepsinya terhadap risiko.
sedikit kendala yang dihadapi. Kalaupun Risiko-risiko yang muncul pada bisnis di
pada akhirnya terdapat kendala yang Ponpes Sunan Drajat, dikelompokkan
memang betul-betul tidak dapat diatasi, kedalam risiko bisnis, risiko keuangan,
maka ikhlas dan tawakal adalah jalan keluar risiko spititual (tidak menjalankan bisnis
yang dirasa paling baik, karena manusia sesuai dengan syari’ah dan nilai-nilai Islam),
hanya dapat melakukan proses menuju dan risiko lain-lain (risiko politik dan
tercapainya tujuan tetapi hasilnya diserah- negara). Risiko spiritual merupakan jenis
kan kepada Allah SWT semata. Hal ini risiko utama yang terjadi di bisnis Ponpes
sesuai dengan pendapat Al-Suwailem (2000) Sunan Drajat dan merupakan temuan dari
bahwa risiko harus dipahami sebagai akibat penelitian ini. Tekanan kepada risiko
dari bisnis, tetapi akibat itu tidak boleh spiritual dikarenakan misi didirikannya
terjadi karena mengerjakannya tidak serius. bisnis adalah maslahah, dengan keyakinan
Jadi bisnis harus tetap dijalankan dengan bahwa berbisnis adalah ibadah, sehingga
serius dan sesuai tuntunan Islam, namun bisnis yang berkembang pesat tetapi tidak
hasilnya diserahkan kepada Allah SWT dapat memberi maslahah merupakan bentuk
semata. Konsep Ikhlas dan tawakal inilah kerugian dalam bisnis dan sekaligus
yang membedakan sikap pengelola bisnis di merupakan risiko terbesar bagi bisnis di
Ponpes Sunan Drajat dengan bisnis lainnya Ponpes Sunan Drajat. Hal ini diungkapkan
dalam menyikapi segala kemungkinan yang oleh Bapak Iwan:
terjadi dalam menata bisnis sebagai dampak “...... mungkin karena mereka itu adalah
munculnya risiko, sehingga membawa santri yang punya kewajiban ngaji, punya
konsekuensi strategi mengeliminir risiko kewajiban kuliah atau sekolah, sehingga kita
yang berbeda pula. harus menyesuaikan dengan waktu kosong
Temuan lapang juga menunjukkan mereka, lha hitung-hitungan seperti itu jelas
bahwa risiko dikonstruk berdasarkan kita akan rugi karena apa? cost kita akan
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam... -- Khusnia, Salim, Hadiwidjojo, Syam 195
tinggi, terlalu besar, hasil produksi/ pengendalian internal yang terpadu dan
kuantitasnya tidak akan maksimal karena komprehensif, serta pembuatan profil risiko.
jamnya sedikit sekali, profit tergantung dari Sebagai akibatnya, belum dapat melaporkan
operasional. Operasional tetap hasil kita itu
potensi risiko secara lebih dini dan rinci.
minim tidak bisa maksimal, mungkin dari
hitungan bisnis itu risiko bisnis bila kita Proses manajemen risiko pada bisnis di
melakukan bisnis di dalam pesantren”. Ponpes Sunan Drajat merupakan perpaduan
Risiko yang muncul pada bisnis di antara framework yang dikemukakan White
Ponpes Sunan Drajat juga dapat di (1996) dan Djojosoedarso (2003), namun
kelompokkan ke dalam risiko yang dapat didasari dengan niat yang kuat semata-
diprediksi dan risiko yang tidak dapat mata karena Allah SWT dan adanya
diprediksi. Pengelompokkan ini sesuai kekuatan spiritual yaitu khusnuzhzhan (ber-
dengan Al-Suwailem (2000), yaitu: (1) pasive prasangka baik) kepada Allah SWT bahwa
risk (risiko yang tidak dapat diprediksi), dan sebesar apapun risiko yang ada diyakini
(2) reponsive risk (risiko yang dapat pasti dapat dieliminir. Dengan demikian,
diprediksi). Risiko yang tidak dapat di- framework manajemen risiko pada bisnis di
prediksi sebagian besar muncul pada unit Ponpes Sunan Drajat dilaksanakan melalui
bisnis pertambangan yang sangat ber- tahapan: (1) niat, (2) identifikasi risiko, (3)
gantung pada cuaca dan ketidakpastian analisis dan penilaian/pengukuran risiko,
kadar hasil tambang, sehingga diibaratkan (4) evaluasi dan tindakan risiko, (5)
seperti “orang main judi”, sebagaimana monitoring risiko dan pelaporan risiko.
dikatakan Bapak Anwar: Niat ini merupakan esensi dalam
“Risiko alam khusus untuk pertamba- praktik manajemen risiko pada bisnis di
ngan.....Main posphat seperti orang main Ponpes Sunan Drajat dan sangat penting
judi, namanya tambang kadang atasnya batu, ditempatkan pada tahap pertama me-
bawahnya posphat, keuntungan bagi ngingat segala sesuatu yang dilakukan tidak
perusahaan berlipat-lipat. Kadang atasnya
diperbolehkan mempunyai niat lain-lain,
bagus di bawahnya jelek, dibawa ke Lab, spek
tidak masuk, rugi.” kecuali untuk mencari ridha Allah SWT dan
Kedua kondisi inilah yang sering memberi maslahah untuk diri sendiri dan
dialami yang mengantarkan adanya unsur orang lain, sehingga bisnis dapat mem-
“luck” (keberuntungan). Cuaca juga menjadi peroleh barokah dari Allah SWT. Adanya
sumber risiko seperti ditegaskan oleh Bapak kekuatan niat yang ikhlas dan adanya
Anwar : kekuatan spiritual merupakan pembeda
“Hujan tidak bisa nambang, pertambangan dengan framework manajemen risiko pada
akan macet, kadar air tinggi, kerugian besar, umumnya baik dalam perspektif kon-
kan alat berat rental, belum lagi truck yang vensional maupun Islam. Adanya ke-
benar-benar nganggur, rugi karena tidak bisa kuatan spiritual dalam praktik manajemen
memprediksi cuaca. Dampak cuaca terhadap risiko dapat diperoleh dari beberapa
pupuk banyak, macetnya karena banjir di informan. Bapak Iwan menjelaskan bahwa:
mana-mana, tidak ada pemupukan”.
“Jadi evaluasi yang pertama dipikirkan
Praktik manajemen risiko pada bisnis di sebelum melakukan usaha yaitu
Ponpes Sunan Drajat menggunakan khusnuzhzhan, mengetahui potensi atau
pendekatan tradisional. Hal ini terungkap prospek. ....”
karena setiap unit bisnis melaksanakan Temuan lapang ini sesuai dengan
manajemen risiko secara sendiri-sendiri atau pendapat Hasan (2009), bahwa orientasi
parsial terhadap berbagai jenis dan sifat keberkahan hanya dapat dicapai melalui
risiko yang muncul, meskipun diakui belum dua syarat, yaitu: (1) niat yang ikhlas, dan
dilaksanakan secara formal dan belum (2) cara melakukan sesuai dengan tuntunan
sampai pada tataran membentuk kerangka syari’ah, ini merupakan pintu mencapai
sistem manajemen risiko dan struktur ridha Allah. Niat juga menjadi standar untuk
196 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 2, Juni 2012 : 184 - 208
menilai suatu aktivitas dan kerja sebagai merupakan risiko utama, karena itu, praktik
amal Islami atau bukan (Djalalludin, 2007). manajemen risiko lebih memprioritaskan
Segala sesuatu yang dilakukan tanpa niat, risiko spiritual dibandingkan dengan risiko
maka usaha tersebut akan sia-sia. Bapak operasional, risiko keuangan, dan risiko
Iwan mengatakan: lain-lain (politik dan negara). Keberhasilan
“Konsep aslinya saya rasa bisa diniati secara mengeliminir risiko, utamanya risiko
positif. Jadi disini disaat melakukan sesuatu spiritual dapat diidentikkan dengan ke-
itu harus kita fikirkan langkah- berhasilan bisnis dalam mencapai tujuan
langkahnya......Namun, sebelum kita me-
yaitu maslahah.
rencanakan sesuatu dengan sungguh-
sungguh dan akan kita realisasikan, di sinilah PP1.2: Proses manajemen risiko meng
sebenarnya nilai-nilai niat. ........ Niat adalah ikuti pendekatan tradisional. Namun,
sebuah payung. Di sini yang paling kuat diawali dengan niat yang baik yang
adalah niat. Niat itu kuat dikarenakan kita merupakan esensi dalam praktik mana-
itu melihatnya prospek atau tidak. Kita yakin jemen risiko dan ada kekuatan spiritual
bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan yaitu khusnuzhzhan kepada Allah SWT.
lebih dari kemampuan kita. Jadi tetap ada
Proses ini diyakini sebagai proses mana-
proses itu namun semata-mata tidak
dilakukan di awal. Inilah yang perlu
jemen risiko yang relevan dengan bisnis
digarisbawahi”. yang dioperasikan di Ponpes Sunan Drajat
Strategi manajemen risiko dilakukan dan dapat menghasilkan kinerja manajemen
dengan menanggung sendiri risiko yang yang memadukan unsur materi dan
muncul karena terdapat beberapa risiko immateri. Oleh karena itu, strategi mana-
yang memang sengaja tidak dieliminir, jemen risiko lebih mengarah kepada biaya
seperti tidak optimalnya jam kerja karyawan dan manfaat (cost dan benefit) dibandingkan
yang kebanyakan berasal dari santri di dengan biaya dan pendapatan (cost and
Ponpes Sunan Drajat, karena tujuan return). Dengan demikian, dapat dikatakan
pendirian bisnis salah satunya juga sebagai bahwa manajemen risiko pada umumnya,
ajang workshop kewirausahaan bagi para mewarnai praktik manajemen risiko pada
santri, sehingga nilai yang tercipta dari bisnis yang beroperasi berbasis nilai-nilai
praktik manajemen risiko lebih me- Islam di pondok pesantren.
mentingkan nilai manfaat dibanding nilai Nilai-Nilai Islam Sebagai “Bingkai”
ekonomi. Inilah salah satu cara untuk Dalam Bisnis dan Praktik Manajemen
mengeliminir risiko spiritual yang diklaim Risiko
sebagai risiko utama bagi bisnis di Ponpes Nilai-nilai Islam yang membingkai
Sunan Drajat. Selain itu, upaya meminim- bisnis di Ponpes Sunan Drajat dapat
kan hutang sebetulnya juga merupakan dikelompokkan menjadi dua, yaitu nilai
strategi mengeliminir risiko keuangan substansial dan nilai instrumental. Temuan
karena dapat meminimumkan biaya lapang menunjukkan bahwa maslahah
kebangkrutan dan risiko gagal bayar. merupakan nilai Islam dasar didirikannya
Strategi manajemen risiko pada bisnis di bisnis di Ponpes Sunan Drajat yang
Ponpes Sunan Drajat sesuai dengan ditujukan untuk kesejahteraan sosial bagi
sebagian strategi manajemen risiko yang umat. Hal ini sesuai dengan pendapat Azid,
dikemukan oleh Djojosoedarso (2003). et al. (2008), P3EI (2008), dan Ahmad (1997).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat Maslahah selanjutnya menjadi fondasi
disusun proposisi penelitian (PP) sebagai diterapkannya nilai-nilai Islam lainnya
berikut: dalam pengelolaan bisnis di Ponpes Sunan
PP 1.1: Dibandingkan dengan risiko Drajat. Bapak Iwan mengatakan:
operasional, risiko keuangan, dan risiko “Maslahah itu anfauhum linnas artinya,
lain-lain (politik dan negara), risiko spiritual memberikan manfaat sebanyak-banyaknya,
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam... -- Khusnia, Salim, Hadiwidjojo, Syam 197
Selain digunakan sebagai nilai dasar Hubungan yang baik ini juga terjalin
perniagaan, ‘an taraadhin minkum juga di antara bisnis di Ponpes Sunan Drajat dengan
gunakan sebagai konsep dalam mengelola beberapa kompetitornya. Bapak H Tris yang
bisnis secara keseluruhan, seperti dalam merupakan salah satu dari tiga kompetitor
hubungan dengan karyawan, pelanggan, utama PT SDL justru memberi kesempatan
pesaing, dan pemangku kepentingan kepada PT SDL untuk mengirim produk ke
lainnya. Bapak Iwan mengatakan: perusahaan-perusahaan yang selama ini
“....Oleh karena itu ‘an taradhin, supaya apa? sudah bermitra dengannya. Berikut
Supaya kita tidak nggelakno (menge- penuturannya:
cewakan) nanti. Apabila mengecewakan “Selain Asahimas, Tensindo Semarang itu
orang hukumnya dosa, apabila dosa juga seneng sama saya. Itu kan juga orang
hukumannya di akhirat di neraka nanti”. Cina. Makanya si Aan (Bapak Anwar, putra
Nilai ukhuwah (persaudaraan) yang Bapak KH Abdul Ghofur. Pen) ini mau saya
dikemas dalam ajang silaturahim, yang bawa kesana. Tak suruh ngirim ke sana”.
diterapkan kepada seluruh pemangku Temuan lapang ini juga melengkapi
kepentingan, telah membentuk jejaring khasanah hasil penelitian sebelumnya bah-
supply chain yang mengarah kepada win-win wa pengusaha yang memelihara jaringan
solution atau azas manfaat bersama yang kontak dan penggunaan jaringan ini secara
terus menerus dan jangka panjang. Hal ini positif melalui proses jejaring memberikan
sesuai dengan salah satu alat kunci hasil manfaat bagi bisnis berskala kecil
penelitian Gilmore et al. (2004) yang (Johannisson, 1986; Szarka, 1990).
mengatakan bahwa dua alat kunci yang Nilai-nilai Islam yang melandasi dan
digunakan untuk mengelola situasi yang menjadi payung dalam berbisnis ini inheren
berisiko adalah penggunaan kompetensi dengan praktik manajemen risiko. Selain itu,
manajerial dan jejaring (networking). Loya- juga terdapat nilai Islam yang melekat
litas dan hubungan harmonis antara dalam praktik manajemen risiko pada bisnis
pemangku kepentingan dengan bisnis di di Ponpes Sunan Drajat adalah al-jiddiyah
Ponpes Sunan Drajat sebagai dampak di- (kesungguhan), al-indhibath (kedisiplinan),
jalinnya jejaring diungkapkan oleh beberapa dan ‘Ummalah (pemberdayaan tenaga kerja.
informan, salah satunya adalah Mr. X yang Nilai-nilai ini sesuai dengan pendapat
merupakan santri terbang mengatakan: Djalalludin (2007) yang mengatakan bahwa
“Saya itu kebetulan diminta pondok untuk hidupnya organisasi itu oleh amal dan akti-
ngurus perijinan pupuk produksi Sunan vitasaktivitas orang-orang yang berada di
Drajat yang bermerk KISDA singkatan dari dalamnya. Keberlangsungan amal di-
Kawasan Industri Sunan Drajat. Waktu itu
pengaruhi oleh al-jiddiyah (kesungguhan),
memang sudah dijanjikan oleh dua orang
menteri. Satu menteri Bungaran Saragih, al-indhibath (kedisiplinan). Al-jiddiyah (ke-
Menteri Pertanian jaman Presiden Megawati sungguhan) dilaksanakan melalui: (1) Al-
dan satu menteri Anton Apriantono pada fauriyah li al tanfidz (merespon dengan
waktu Presiden SBY, dijanjikian diberi ijin segera) terhadap segala kemungkinan yang
tapi belum di-follow up-i oleh yang di bawah. muncul, (2) Quwatu al iradah (kemauan yang
Kebetulan saya sebagai santrinya pondok tinggi) untuk menanggulangi risiko, (3)
yang agak faham dengan perijinan, akhirnya
Mutsabarah ala al’amal (tak henti bekerja,
saya diminta untuk mengurus perijinan, saya
panggil teman-teman santri yang sering
tekun bekerja) dalam arti selesai me-
berkunjung ke pondok sebagai santri terbang ngerjakan yang satu dilanjutkan dengan
atau partisipan pondok begitulah, akhirnya pekerjaan yang lain, (4) Taskhirul amkinah
dalam waktu enam sekitar bulan Juni-Juli (mengerahkan potensi secara maksimal), (5)
perijinan pupuk itu keluar. Jadi, ijin KISDA Mughalabatul i’dzar (mengalahkan udzur)
itu kira-kira pertengahan tahun 2009”. yaitu sungguh-sungguh, berati tidak mudah
menyerah oleh berbagai rintangan.
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam... -- Khusnia, Salim, Hadiwidjojo, Syam 199
Konsepsi Fiqh Mu’amalah Terkait Dengan Thionghoa. Transaksi ini diakui masih
Bisnis Dan Manajemen Risiko bersentuhan dengan riba, namun adanya
Aktivitas bisnis merupakan salah satu keterpaksaan karena belum mampu
wujud dari mu’amalah (hubungan antar membeli secara tunai dan mendasarkan
manusia terkait dengan benda atau mal). pada kaidah akhoffu darurain, langkah
Hak dan kewajiban dua orang yang tersebut dilakukan. Hal ini sesuai dengan
melakukan transaksi diatur sedemikian ungkapan Bapak Iwan:
rupa dalam fiqh mu’amalah (agar setiap hak “Dalam agama juga ada istilah akhoffu
sampai kepada pemiliknya, dan tidak ada dharurain (mengambil satu dari dua keadaan
orang yang mengambil sesuatu yang bukan terpaksa), yaitu unsur fqih, apabila kita
dihadapkan pada dua masalah yang keduanya
haknya. Dengan demikian, hubungan antara
sama-sama dosa apabila kita lakukan, tapi
manusia yang satu dengan manusia lainnya kita harus melakukan salah satunya, hal itu
terjalin dengan baik dan harmonis, karena boleh kita lakukan salah satu dengan catatan
tidak ada pihak-pihak yang merugikan dan kita harus memilih yang dosanya paling
dirugikan. kecil.”
Setiap sumber pendapatan (income) Manajemen risiko yang merupakan satu
yang diperbolehkan dalam Islam adalah bagian dalam mengelola bisnis juga
pendapatan yang manfaatnya dapat di- dilakukan berdasarkan fondasi dasar
nikmati oleh semua pihak dan “concern” syari’ah Islam, yaitu antaraadhin minkum,
menjadikan Islam sebagai dasar dalam MAGHRIB, dan nilai-nilai Islam yang lain.
memperoleh pendapatan tersebut. Oleh Hal ini dikarenakan perdagangan yang
karena itu, Shaikh (2011), mengatakan hanya mengacu kepada perdagangan
bahwa lslam melarang pengelolaan harta zaman Rasulullah SAW, diakui tidak akan
dan perolehan keuntungan melalui berjalan pada saat ini, tetapi dituntut untuk
aktivitas MAGHRIB (Maysir, Gharar, Riba, berkembang, berkreativitas untuk menentu-
dan Bathil), penipuan, pencurian dan kan konsep ekonomi asalkan mengacu
perampasan, dan income yang bersumber kepada fondasi dasarnya tersebut. Selain itu,
dari tindak kekerasan. Namun, fundamental adanya niat yang baik untuk mengelola
analisis syari’ah umumnya didasarkan pada risiko dengan tujuan menurunkan volatilitas
pelarangan aktivitas-aktivitas yang dalam outcome dan mencapai arus kas yang stabil,
ekonomi konvensional sudah biasa diharapkan perusahaan dapat beraktivitas
dilakukan, yaitu: (1) riba, (2) gharar, (3) dan menciptakan nilai perusahaan, uang
maysir, dan (4) bathil. Dengan demikian, selanjutnya didistribusikan kepada seluruh
investasi menurut Islam selain harus pemangku kepentingan sebagai perwujudan
berpegang pada prinsip-prinsip MAGHRIB dari maslahah.
juga harus menguntungkan. Berdasarkan uraian di atas, dapat
Temuan lapang menunjukkan bahwa dibuat proposisi penelitian (PP) sebagai
bisnis di Ponpes Sunan Drajat dalam upaya berikut:
pengelolaan risiko keuangan tidak pernah PP 3: Fiqh mu’amalah sebagai prinsip
sekalipun dilakukan di pasar keuangan. dasar yang telah ditetapkan Islam mengenai
Namun, dalam mengembangkan bisnis, perdagangan atau perniagaan yang di-
pernah diterapkan akhoffu darurain, yaitu implementasikan melalui adanya larangan
membolehkan melakukan sesuatu kesalahan melakukan aktivitas MAGHRIB (maysir,
kecuali diyakini bahwa hal itu membawa gharar, riba, dan bathil) menjadi pedoman
maslahah yang lebih besar. Seperti dalam dalam aktivitas bisnis dan praktik mana-
memperoleh alat-alat besar untuk keperluan jemen risiko. Dengan demikian dapat
unit bisnis pertambangan dilakukan dengan dikatakan bahwa fiqh mu’amalah mendasari
sistem pembelian tangguh bayar kepada aktivitas bisnis dan praktik manajemen
salah seorang pengusaha dari keturunan risiko pada bisnis berbasis nilai-nilai dan
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam... -- Khusnia, Salim, Hadiwidjojo, Syam 201
syari’ah Islam yang beroperasi di pondok terhadap jiwa, sehingga dalam melak-
pesantren. sanakan pekerjaan tidak sampai mengalami
kekosongan jiwa yang berdampak pada
Nilai Perusahaan dan Konteks Sosial
Ekonomi rentannya stres dalam bekerja. Ketenangan
Memaksimumkan kesejahteraan men jiwa patut juga diperhatikan selain
jadi landasan dalam melaksanakan bisnis ketenangan raga. Sebab jiwa adalah
baik dalam perspektif konvensional mau- “sesuatu” yang ada dalam diri manusia
pun Islam. Namun berbeda dalam yang dapat mengalami “rasa” tenang,
implementasinya. Temuan lapang me- senang, sedih, marah, gembira, puas,
nunjukkan bahwa kinerja manajemen pada menyesal, bahagia, dan tentram (Mustofa,
bisnis di Ponpes Sunan Drajat tidak hanya 2005).
dipandang dari aspek materi (uang), Temuan lapang menunjukkan bahwa
namun, juga dari aspek immateri (nilai bisnis di Ponpes Sunan Drajat telah
moral berupa mental dan sosial, serta menjadikan kesejahteraan ekonomi, mental
spiritual). Keperluan memadukan unsur dan sosial, serta spiritual, sebagai hasil akhir
materi dan immateri ini sesuai dengan dari dampak praktik manajemen risiko.
kebutuhan jasad dan jiwa yang merupakan Muara dari praktik manajemen risiko pada
komposisi terbentuknya manusia. Eksistensi bisnis di Ponpes Sunan Drajat telah
jiwa terbentuk ketika bergabung dengan menautkan jiwa dan raga/jasad, yang
raganya dan kemudian tidak berfungsi sebenarnya sesuai dengan fitrah manusia
ketika berpisah dari raganya. yang mempunyai kebutuhan biologis (fisik),
Kolaborasi antara jasad dan jiwa sosial, dan integratif untuk mencapai
menjadikan manusia makhluk yang sem- ketentraman baik lahiriyah (materi) maupun
purna di muka bumi ini. Itulah sebabnya batiniah (immateri), sedangkan upaya men-
kedua dimensi itu harus seimbang guna sejahterahkan pemangku kepentingan alam,
mencapai kebahagiaan hakiki. Kinerja dilakukan antara lain dengan menjaga
manajemen ini sesuai dengan Syari’ah kelestarian alam, tidak merusak lingkungan,
Enterprise Theory (Triyuwono, 2007) yang tidak menebarkan polusi, dan melakukan
membagi ke dalam perspektif kesalehan penghijauan, agar tetap terjaga ekosistem
keuangan, kesalehan mental dan sosisal, yang ada. Dengan demikian, maslahah yang
dan kesalehan spiritual. Namun, terdapat dimaksud oleh agama, bukan hanya
pengembangan indikator dalam dua per- maslahah dunia saja terutama kesejahteraan
spektif terakhir. Hal ini mencerminkan bagi pemangku kepentingan manusia saja,
betapa dalamnya kekayaan batin yang di- melainkan juga alam dan lingkungan.
miliki seluruh pengelola dan pemangku Upaya mencapai keseimbangan dunia
kepentingan bisnis di Ponpes Sunan Drajat. dan akhirat ini hanya dapat dilakukan
Kinerja manajemen disajikan pada tabel 1. apabila bisnis yang dikembang kan men
Temuan lapang menunjukkan perlunya ciptkan nilai perusahaan dan konteks sosial
mengasah jiwa secara terus menerus. ekonomi. Temuan lapang menunjukkan
Istighosah yang dilaksanakan dalam upaya bahwa tujuan bisnis di Ponpes Sunan Drajat
internalisasi nilai-nilai Islam dalam men- memang tidak semata-mata berorientasi
jalankan aktivitas bisnis, sebenarnya juga kepada keuntungan, meskipun demikian,
dimaksudkan untuk mengingatkan seluruh bisnis dapat memberikan maslahah, terutama
pengelola dan karyawan bisnis di Ponpes dalam menopang struktur ekonomi harus
Sunan Drajat untuk selalu ingat kepada tetap memperoleh keuntungan agar Ponpes
akhirat. Siraman rohani yang diberikan Sunan Drajat dan menjadikan bisnis sebagai
pada waktu istighosah sebenarnya merupa- ajang workshop bagi para santri sebagai bekal
kan perwujudan dalam pemberian asupan
202 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 2, Juni 2012 : 184 - 208
Tabel 1
Nilai Perusahaan (Kinerja Manajemen) Bisnis di Ponpes Sunan Drajat
No Realitas Perspektif Indikator Stakeholders
1. Fisik Kesalehan 1. Nilai Tambah Syari’ah (profit) Manusia dan
(Materi) Keuangan 2. Zakat Alam
3. Sedekah
2. Psikis Kesalehan 1. Damai Manusia dan
(Mental) Mental dan 2. Senang Alam
Sosial 3. Bahagia
4. Nyaman
5. Kasih
6. Sayang
7. Adil
8. Peduli (hubungan yang
harmonis dan persaudaraan)
9. Betah
10. Bangga
11. Berhasil mengkaryakan santri
12. Berhasil dalam syi’ar Agama
Islam
13. Loyalitas masyarakat
14. Goodwill
15. Keteraturan administrasi dan
sistem kerja
3. Spiritual Kesalehan 1. Ihsan Manusia dan
Spiritual 2. Barokah Alam
3. Ikhlas
4. Tentram
5. Puas
6. Cinta
7. Tawakal
Sumber : Temuan Lapang Diolah, 2011
kelak ketika sudah lulus dari mereguk Pendistribusian nilai perusahaan ter-
ilmu di Ponpes Sunan Drajat. Temuan hadap pemangku kepentingan alam,
lapang ini memberi perluasan alamiah tentu berbeda dengan pendistribusian
terhadap literatur yang dikemukakan nilai perusahaan terhadap pemangku
P3EI (2008) tentang perlunya mizan kepentingan manusia. Pendistribusian
antara: (1) kesejahteraan holistik dan nilai perusahaan terhadap alam dalam
seimbang dalam arti kecukupan materi upaya menyejahterahkan alam dapat
yang didukung oleh terpenuhinya dilakukan melalui beberapa aktivitas
kebutuhan spiritual serta mencakup misalnya, menghasilkan produk yang
individu dan sosial, dan (2) kesejahteraan ramah lingkungan, tidak menciptakan
dunia dan akhirat, sebab manusia tidak polusi, tidak merusak lingkungan, tidak
hanya hidup di alam dunia saja, tetapi membuang limbah di sembarang tempat
juga dialam setelah kematian/ke- sehingga mencemari lingkungan, men-
musnahan dunia (akhirat). jaga kelestarian lingkungan, dan men-
daur ulang limbah yang bisa didaur
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam... -- Khusnia, Salim, Hadiwidjojo, Syam 203
ulang. Ekspansi untuk kepentingan bisnis tidak mempraktikkan unsur bunga da-
atau apapun diupayakan semaksimal lam hutang, (3) tidak memperjualbelikan
mungkin untuk tidak mengganggu hutang, dan (4) risiko dibagi antara pe-
keberadaan pepohonan. Kalau hal itu bisnis yang menggunakan dana tersebut.
tidak dapat dihindari, maka ada upaya Persyaratan ini hanya melihat dari satu
menggantinya dengan sedekah. aspek saja yaitu fiqh mu’amalah, sedang-
Berdasarkan uraian tersebut, dapat kan manajemen risiko Islam sudah pasti
diusung proposisi penelitian (PP) sebagai diterapkan pada bisnis Islami yang da-
berikut : lam operasionalnya tidak hanya di-
PP 4: Nilai Perusahaan yang merupa- landasi pada fiqh mu’amalah tetapi juga
kan kinerja manajemen berupa materi sarat dengan nilai-nilai Islam baik nilai-
dan immateri yang direfleksikan dalam nilai Islam dalam menjalankan bisnis
kesalehan ekonomi/materi, kesalehan maupun nilai-nilai Islam yang melekat
mental dan sosial, dan kesalehan spiri- dalam praktik manajemen risiko, sebagai-
tual, serta konteks sosial ekonomi me- mana telah disebutkan sebelumnya. Oleh
rupakan dampak dari praktik mana- karena itu, manajemen risiko Islam se-
jemen risiko pada bisnis berbasis nilai- harusnya tidak hanya mengadopsi frame-
nilai dan syari’ah Islam yang beroperasi work manajemen risiko konvensional
di pondok pesantren. yang dalam implementasinya hanya di-
landasi fiqh mu’amalah, namun masih
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual
perlu mempertimbangkan nilai-nilai Is-
Islam.
lam yang melandasi aktivitas bisnis ter-
Praktik manajemen risiko pada
utama maslahah menuju falah. Kondisi ini
bisnis di Ponpes Sunan Drajat selain
terjadi pada praktik manajemen risiko
mendudukkan niat yang ikhlas di awal
pada bisnis di Ponpes Sunan Drajat.
proses, juga diselimuti oleh adanya
Dengan demikian, framework manajemen
khusnuzhzhan kepada Allah dan dilandasi
risiko hasil penelitian ini disebut frame-
oleh fiqh mu’amalah dan nilai-nilai Islam
work manajemen risiko berbasis spiritual
baik dalam mengelola bisins maupun
Islam. Berdasarkan uraian di atas, dapat
praktik manajemen risiko menunjukkan
dibuat proposisi penelitian (PP) sebagai
bahwa framework manajemen risiko Islam
berikut:
tidak seperti yang diungkapkan oleh
PP 5: Manajemen risiko berbasis spiri
Rosman (2009) yaitu mengikuti framework
tual Islam ditentukan oleh implementasi
manajemen risiko konvensional. Alasan
nilai-nilai Islam yang inheren dengan
ini didasarkan pada pendapat Iqbal dan
aktivitas bisnis dan praktik manajemen
Mirakhor (dalam Rosman, 2009), bahwa
risiko, berbasis fiqh mu’amalah yang
sekali framework dikembangkan, maka
berkonstelasi dengan nilai perusahaan
tekniknya dapat diaplikasikan pada situ-
dan konteks sosial ekonomi, dan pemaha
asi, produk, instrumen, dan institusi yang
man manajemen risiko pada umumnya.
berbeda. Hanya saja, dalam praktiknya
Mengacu pada kajian secara parsial
mengacu kepada ketentuan syari’an yang
dan holistik terhadap tema diatas, dapat
telah dijabarkan dalam International
dibuat ancangan model manajemen
Financial Services Board (IFSB) guidelines
risiko berbasis spiritual Islam yang meru-
tentang manajemen risiko, sedangkan
pakan temuan dari penelitian ini.
menurut Siddiqi (2010) manajemen risiko
Framework manajemen risiko berbasis
Islam harus dapat menjamin: (1) ter-
spiritual Islam selanjutnya divisuali-
batasnya perkembangbiakan hutang, (2)
sasikan pada gambar 2.
204 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 2, Juni 2012 : 184 - 208
tidak banyak memberi arti bagi ke- Azid, T. M., Asutay, dan U. Burki. 2007.
hidupan manusia tanpa disertai ke- Theory of The Firm, Management,
bahagiaan batiniyah. and Stakeholders: An Islamic Per-
3. Nilai perusahaan didistribusian ke- spective. Islamic Economic Studies
pada pemangku kepentingan utama 15(1).
maupun konteks kesejahteraan sosial Azid, T. M., Asutay dan M. J. Khawaja.
dan ekonomi dalam rangka mencapai 2008. Price Behavior, Ventage Capital
keadilan ekonomi kepada seluruh and Islamic Economy. International
pemangku kepentingan (manusia dan Journal of Islamic and Middle Eastern
alam), sebagai perwujudan dari masla- Finance and Managament (forthcoming).
hah, sedangkan pendistribusian nilai Bashir, A. H. M. 2009. Risk and Pro-
perusahaan kepada pemangku kepenti fitability Measure in Islamic Bank:
ngan alam dilakukan melalui bebe- The Case of Two Sudanese Banks.
rapa aktivitas menghasilkan produk Islamic Economic Studies 6(2).
yang ramah lingkungan, tidak men- Beasley, M. S., R. Clune, dan D. R.
cemari lingkungan, tidak mencipta Hermanson. 2005. Enterprise Risk
kan polusi, tidak membuang limbah Management: An Empirical Analysis
sembarangan, menjaga kelestarian of Factors Associated with The Extent
lingkungan, dan menjaga ekosistem of Implementation. Journal of Accoun-
yang ada. ting and Public Policy 24: 521-531.
Beasley, M. S., D. Pagach, dan R. Warr.
Saran
2006. Information Conveyed in Hiring
Penelitian ini menemukan satu jenis
Announcements of Senior Executives
risiko, yaitu risiko spiritual. Jenis risiko
Overseeing Enterprise-Wide Risk Mana-
ini sebelumnya tidak menjadi elemen
gement Processes. www.google.com.
risiko konvensional maupun Islam. Hal
Diakses tanggal 30 Juni 2010.
ini dikarenakan tujuan perusahaan ada-
Bernard, V. L. 1993. Accounting Based
lah untuk mencapai maslahah menuju
Valuation Models, Determinants of
falah. Jenis risiko ini belum terungkap
Market-to-Book Ratios, and Impli-
apakah juga terjadi pada bisnis di ponpes
cations for Financial Statement Ana-
yang lain atau perusahaan-perusahaan
lysis. Working Paper, University of
yang beroperasi berdasarkan syari’ah
Michigan.
dan nilai-nilai Islam. Dengan demikian,
Brigham, E. F. dan M. C. Ehrhardt. 2005.
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Financial Management: Theory and
terhadap risiko spiritual di lembaga-
Practice. 11th ed. Shouth-Weston Part
lembaga bisnis yang berlabel syari’ah.
of The Thomson Corporation. USA.
Brigham, E. F. dan J. F. Houston. 2006.
DAFTAR PUSTAKA
Fundamentals of Financial Management.
Al-Qur’an dan Terjemahannya. 2006.
10th ed. Terjemahan. Salemba Empat.
Kementrian Agama. Jakarta.
Jakarta.
Al-Sunnah.
Chaur-Shiung Y. 2005. Top Management
Ahmad, A. 1997. Social Welfare a Basic
Teams’ Social Capital in Taiwan.
Islamic Value. Diedit oleh Syed
Journal of Intellectual Capital 6(2): 177-
Mumtaz Ali. Hamdard Islamicus XX(3).
190.
Al-Suwailem, S. 2000. Toward an
Coleman, L. 2007. Nature of Firm Risk.
Objective Measure of Gharar in
http://ssrn.com/abstract=971269 Di-
Exchange. Islamic Economic Studies
akses tanggal 31 Juli 2010.
1(2): 61-102.
Creswell, J. W. 1994. Research Design
Qualitative and Quantitative
206 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 2, Juni 2012 : 184 - 208
______________. 2007. Mengangkat “Sing Yang, H., J. Wansley, dan W. Lane. 1985.
Liyan” untuk Formulasi Nilai Stock Market Recognition of
Tambah Syariah. Makalah, disajikan Multinationality of a Firm and
dalam Simposium ke-10 Akuntansi. International Events. Journal of
Makasar. Business Finance and Accounting (12):
Ward, E. A. 1993. Motivasi of Expansion 263-274.
Plans of Entrepreneurs and Small Yin, R. K. 2009. Case Study Research:
Businesses Managers. Journal of Small Design and Methods. 4th ed. SAGE
Business Management. Publication, Ltd. London.
White, D. 1996. Application of Systems Zaroni, A. N. 2007. Bisnis dalam Perspektif
Thinking to Risk Management: A Islam. Mazahib IV(2).
Rivew of The Literature. Management
Decision 33(10): 34-35.
Williams, S., M. Zainuba, dan R. Jackson.
2003. Affective Influence on Risk
Perceptions and Risk Intention.
Journal of Managerial Psychology (18):
126-137.
ANALISIS RESIKO KEUANGAN PADA PT. BANK MANDIRI Tbk
DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE
Disusun Oleh :
NUR MEGASARI
2014
ANALISIS RESIKO KEUANGAN PADA PT. BANK MANDIRI Tbk
DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE
Disusun Oleh:
NUR MEGASARI
B100100046
ABSTRAKSI
1
Analisis resiko keuangan sangat membantu manajemen dalam
mengetahui kinerja bisnisnya. Analisis resiko keuangan merupakan alat penting
untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan dengan
hasil – hasil yang telah dicapai dengan pemilihan strategi perusahaan yang akan
diterapkan. Dengan melakukan analisis keuangan perusahaan, maka pemimpin
perusahaan dapat mengetahui keadaan serta perkembangan financial
perusahaan serta hasil – hasil yang telah dari dulu dan yang sedang berjalan.
Sebelum menganalisis keuangan dan risiko terlebih dahulu mengetahui
kelemahan perusahaan serta hasil yang dikira cukup baik dan mengetahui
kebangkrutan perusahaan tersebut. Untuk meningkatan produktifitas
perusahaan harus mengetahui kesehatan suatu perusahaan, sehingga mampu
memperoleh keuntungan untuk menghindari adanya potensi kebangkrutan.
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan maka tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis tingkat resiko keuangan pada PT. Bank Mandiri
periode 2010 – 2012.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Metode Altman Z-Score
1. Menilai tingkat resiko Z-Score
Altman Z-score adalah salah satu metode untuk mengetahui tingkat
kesehatan keuangan perusahaanyang dapat digunakan untuk menilai
berhasil tidaknya manajemen perusahaan.Formula Z-score untuk
memprediksi kebangkrutan dari Altman merupakan sebuah multivariate
formula yang digunakan untuk mengukur kesehatan financial dari suatu
perusahaan. Altman menemukan lima jenis risiko keuangan yang dapat
dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut
dan tidak bangkrut.
2. Rasio-rasio Prediksi Tingkat Resiko Keuangan Bank
Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk menilai resiko
keuangan bank ada lima, yaitu :
1. Modal kerja / Total Asset (Working Capital to Total Asset)
2
Modal kerja yang dimaksudkan disini adalah selisih antara aktiva
lancer (current assets) dengan hutang lancer (current liabilities). Sedangkan
current assets pada perusahaan perbankan terdiri dari kas, penempatan di
bank lain surat-surat berharga, piutang, pinjaman, dan investasi. Current
liabilities terdiri dari kewajiban segera, simpanan nasabah, simpanan dari
bank lain, efek, kewajiban derivatif dan akseptasi, hutang pajak.
2. Laba Ditahan / Total Asset (Retained Earning to Total Asset)
Retained disini adalah laba ditahan.Retained earning / total assets
merupakan rasio profitabilitas yang dapat mendekati kwmampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dalam periode tertentu, yang
ditinjau dari kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
dibandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai ukuran
efisiensi usaha.Rasio ini mengatur akumulasi laba selama perusahaan
beroperasi memnungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan.
3. Pendapatan sebelum dikurangi Biaya Bunga / Total Asset
(Earning Before Interent and Taxes (EBIT) to Total Asset)
Rasio Earning Before Interest and Tax disini adalah laba operasi.
Rasio ini merupakan kontributor terbesar dari model tersebut. Beberapa
indicator yang dapat digunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada
kemampuan profitabilitas perusahaan adalah beberapa kwartal, persediaan
meningkat, penjualan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang,
kredibiltas perushaan berkurang serta ketersediaan member kredit pada
konsumen yang tidak dapat membayar pada waktu yang telah ditetapkan.
4. Harga Pasar Saham di Bursa / Nilai Total Utang
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perushaan
dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya
sendiri ( Adnan, 2001: 190). Rasio market value equity adalah jumlah
modal atau nilai ekuitas, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan
hutang jangka pendek.
5. Penjualan / Total Asset (Sales to Total Liabilities)
3
Rasio ini mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan
aktiva untuk menghasilkan penjualan.Sales yang dipakai pada perushaan
perbankan adalah revenue.
2. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan komparatif menurut Hery (2012) :
Analisis laporan keuangan komparatif dilakukan dengan cara
menelaah neraca, laporan laba rugi, atau laporan arus kas secara berurutan
dari satu periode ke periode berikutnya. Analisis ini meliputi penelaahan
atas perubahan saldo tiap-tiap akun dari tahun yang satu ke tahun
berikutnya, atau selama beberapa tahun.Melalui analisis laporan keuangan
komparatif, dapat diperoleh informasi mengenai kecenderungan atau tren
saldo akun dari tahun ke tahun atau selama beberapa tahun.Melalui analisis
komparatif, suatu perbankan juga dapat menilai mengenai kelogisan
hubungan antara saldo akun yang satu dengan saldo akun lainnya yang
saling berkaitan. Dengan kata lain, apakah saldo akun yang saling berkaitan
tersebut tampak wajar (rasional). Analisis laporan keuangan komparatif
disebut juga sebagai analisis horizontal, yaitu membandingkan saldo-saldo
akun yang ada dalam laporan keuangan dari satu perusahaan untuk
beberapa tahun yang berbeda.
METODE PENELITIAN
Untuk memudahkan dalam memahami serta untuk mendapatkan
suatu gambaran dalam penelitian, maka disusunlah suatu kerangka pemikiran
teoritis sebagai berikut :
4
Working Capital to Total
Asset (X1)
Keterangan :
Dalam menilai tingkat risiko keuangan diperlukan data – data laporan
keuangan yang terdiri dari laporan laba rugi dan neraca keuangan.
Setelah masing – masing data diperoleh, kemudian dianalisis dengan
menggunakan metode Z-Score. Dengan model Z-Score maka perusahaan
memungkinkan dapat diketahui apakah memiliki tingkat risiko rendah, berada
didalam posisi rawan (grey area) atau memiliki tingkat risiko tinggi.
Data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur
dalam suatu skala numeric (angka).Dalam penelitian ini menggunakan data
sekunder yaitu data yang telah dkumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data.Data sekunder yang dimuat
dalam laporan publikasi pada Bank Mandiri.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
5
1. Neraca Keuangan yang terdiri dari Total Assets, Aktiva Lancar, Hutang
Lancar, Jumlah Hutang, Laba ditahan dan Jumlah Ekuitas.
2. Laporan Laba Rugi yang terdiri dari penjualan (revenue), dan Laba Operasi.
Untuk dapat melakukan analisis data, sebelumnya dilakukan
pengolahan data dengan cara menghitung variabel-variabel yang diteliti.
Rumus untuk menghitung variabel-variabel tersebut adalah :
6
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Laporan keuangan pada Bank Mandiri dapat menunjukkan tingkat
resiko keuangan atau prediksi kebangkrutan perusahaan. Kebangkrutan tersebut
dapat diketahui dengan menghitung rasio-rasio keuangan sehingga dapat diukur
sehat atau tidaknya perusahaan tersebut. Untuk mendeteksisuatu perusahaan
apakah dalam kondisi diambang kebangkrutan (financial distress)atau tidak dapat
menggunakan analisis Z-scoreyang dikembangkan oleh Prof. Edward Altman.
Sebagai suatu perusahaan perlu mengetahui tingkat resiko keuangan agar dapat
beroperasi secara optimal. Salah satu faktor yang harus diperhatikan perusahaan
dalam bertahan hidup adalah laporan keuangan yang digunakan untuk mengetahui
resiko keuangan PT. Bank Mandiri Tbk.
Hasil Perhitungan Rasio Bank Mandiri
Z-Score = 1,2 (X1) + 1,4 (X2) + 3,3 (X3) + 0,6 (X4) + 1,0 (X5)
Tahun X1 X2 X3 X4 X5 Z-Score
2010 0,54 0,04 0,03 0,11 0,04 0,92
2011 0,57 0,03 0,03 0,13 0,04 0,91
2012 0,62 0,04 0,03 0,14 0,05 1,05
Dari hasil analisis untuk kinerja keuangan PT. Bank Mandiri Tbk tahun
2010 diperoleh nilai sebesar 0,92. Berdasarkan kriteria Z-Score < 1,81
dikategorikan sebagai perusahaan yang dimiliki kesulitan keuangan sangat
besar dan beresiko tinggi sehingga akan mengakibatkan kebangkrutan besar.
Dari hasil analisis untuk kinerja keuangan PT. Bank Mandiri Tbk tahun
2011 diperoleh nilai sebesar 0,91. Berdasarkan kriteria Z-Score < 1,81
dikategorikan sebagai perusahaan yang dimiliki kesulitan keuangan sangat
besar dan beresiko tinggi sehingga akan mengakibatkan kebangkrutan besar
Dari hasil analisis untuk kinerja keuangan PT. Bank Mandiri Tbk tahun
2012 diperoleh nilai sebesar 1,05. Berdasarkan kriteria Z-Score < 1,81
dikategorikan sebagai perusahaan yang dimiliki kesulitan keuangan sangat
besar dan beresiko tinggi sehingga akan mengakibatkan kebangkrutan besar.
7
Berdasarkan dari hasil analisis yang go publik diketahu bahwa tingkat
risiko keuangan Bank Mandiri pada tahu 2010 mempunyai nilai Z-Score
dibawah 1,81 (0,92< 1,81) sedangkan dari hasil yang tidak go publik juga
masuk dalam tingkat risiko yang tinggi karena nilai Z-Score berada dibawah
1,81 (0,62 < 1,81). Hasil analisis yang go publik diketahu bahwa tingkat risiko
keuangan Bank Mandiri pada tahu 2011 mempunyai nilai Z-Score dibawah
1,81 (0,91 < 1,81) sedangkan dari hasil yang tidak go publik juga masuk dalam
tingkat risiko yang tinggi karena nilai Z-Score berada dibawah 1,81 (0,63 <
1,81). Hasil analisis yang go publik diketahu bahwa tingkat resiko keuangan
Bank Mandiri pada tahu 2012 mempunyai nilai Z-Score dibawah 1,81 (1,05 <
1,81) sedangkan dari hasil yang tidak go publik juga masuk dalam tingkat
risiko yang tinggi karena nilai Z-Score berada dibawah 1,81 (0,68 < 1,81).
Dari hasil analisis yang go publik dan tidak go publik dalam tingkat risiko
keuangan menggunakan hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa
keduanya berada pada posisi risiko tinggi. Namun nilai Z-Score dari hasil
analisis go publik lebih tinggi dibanding hasil analisis yang tidak go publik
yang berarti nilai risiko keuangan dari hasil analisis go publik lebih rendah
dibanding dari analisis tidak go publik. Rendahnya Z-Score mengindikasikan
bahwa PT. Bank Mandiri masih tetap berada dalam posisi risiko keuangan
yang tinggi namun mengalami kenaikan dalam nilai Z-Score berarti
mengalami perbaikan dalam penanganan manajemen keuangan walaupun
masih tetap dalam risiko tinggi.
Perhitungan Z-Score diatas penting dilakukan karena salah satu aspek
pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari sebuah perusahaan adalah
kegunaan untuk menilai kelangsungan hidup perusahaan.Kelangsungan hidup
perusahaan sangat penting bagi manajemen untuk mengantisipasi
kemungkinan adanya potensi kebangkrutan, karena kebangkrutan berarti
menyangkut terjadinya biaya – biaya, baik biaya langsung maupun tidak
langsung.
8
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis risiko keuangan pada PT.
Bank Mandiri dengan menggunakan metode Altman Z-Score dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil analisis Altman Z-Score untuk kinerja keuangan PT. Bank Mandiri
pada tahun 2010 diperoleh nilai Z-Score sebesar 0,92. Berdasarkan kriteria
Z-Score < 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan
keuangan sangat besar dan berisiko tinggi sehingga dapat diketahui bahwa
PT. Bank Mandiri tahun 2010 memiliki kesulitan yang sangat besar dan
berisiko tinggi sehingga kemungkinan mengalami kebangkrutan yang
sangat besar.
2. Hasil analisis Altman Z-Score untuk kinerja keuangan PT. Bank Mandiri
pada tahun 2011 diperoleh nilai Z-Score sebesar 0,91. Berdasarkan kriteria
Z-Score< 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan
keuangan sangat besar dan berisiko tinggi sehingga dapat diketahui bahwa
PT. Bank Mandiri tahun 2011 memiliki kesulitan yang sangat besar dan
berisiko tinggi sehingga kemungkinan mengalami kebangkrutan yang
sangat besar.
3. Hasil analisis Altman Z-Score untuk kinerja keuangan PT. Bank Mandiri
pada tahun 2012 diperoleh nilai sebesar 1,05. Berdasarkan kriteria Z-Score<
1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan
sangat besar dan berisiko tinggi sehingga dapat diketahui bahwa PT. Bank
Mandiri tahun 2012 memiliki kesulitan yang sangat besar dan berisiko
tinggi sehingga kemungkinan mengalami kebangkrutan yang sangat besar.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dan keterbatasan diatas penulis
memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Untuk peneliti yang akan datang :
Bagi peneliti lain agar memperluas sampel penelitian dan
memperpanjang periode penelitian, serta menggunakan metode yang
9
berbeda sehingga hasil penelitian dapat lebih baik lagi dan dapat
melengkapi hasil penelitian.
2. Untuk manajemen bank :
a. Membuat perencanaan likuiditas dengan sistem anggaran kas harian atas
kemungkinan penyetoran dan penarikan oleh nasabah.
b. Membuat rencana kontingensi guna mengatasi kejadian yang tidak
terduga, yaitu dengan melakukan analisis terhadap perubahan dan
dinamika kondisi lingkungan bisnis.
c. Melakukan analisis terhadap biaya dana dan penentuan harga kredit atau
beban bagi hasil.
d. Melakukan alternatif pengembangan sumber pendanaan bank, baik dari
sumber internal maupun ekternal bank.
10
DAFTAR PUSTAKA
Antonio. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta : Gema Insani Press
Budisantoso, Totok. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2. Jakarta :
Salemba Empat.
Hanafi, Mahmud. 2009. Manajemen Risiko Edisi 2. Jogjakarta : UPP STIM YKPN
Irawati, Zulfa. 2005. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Surakarta. Fakultas
Ekonomi UMS.
11
Triandu, Sigit. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2. Jakarta : Salemba
Empat.
Umar, Husein. 1998. Manajemen Risiko Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama
www. Bankmandiri.com
www.IDX.com
12
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah
mdinah76@gmail.com
Abstract
This study aims to identify and analyze the effect of profitability, financial risk, company
size, company growth (Growth), managerial ownership structure and dividend payout
ratio simultaneously on earnings management in the banking sector companies listed on
the Indonesian Stock Exchange (BEI). The population used in this study are all
companies that go public banking sector listed on the Indonesia Stock Exchange that as
many as 40 Bank. The process of determining the sample in this study using purposive
sampling with criteria established in order to obtain 8 banking company. The analysis
technique used is quantitative method with multiple regression. Based on the results of
the study showed that variables simultaneously Profitability, Financial Risk, company
size, Growth, Managerial Ownership Structure, Dividend Payout Ratio has no effect on
Earnings Management while partial only and Growth Credit Risk variables that
significantly influence Earnings Management.
PENDAHULUAN
Healy dan Wahlen menyatakan manajemen laba terjadi ketika manajer
menggunakan pertimbangannya dalam menyusun laporan keuangan yang dapat
membuat pernyataan yang menyesatkan (mislead) pada pemangku kepentingan
mengenai kondisi mendasar yang ada dalam suatu perusahaan. Motif utama
dilakukan praktik manajemen laba adalah untuk menyusun laporan keuangan yang
35
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah
1
Healy dan Wahlen. 2010. A Review Of The Earnings Management Literature And Its
ImplicationsFor Standart Setting hal 56.
2
Astuti. 2010. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi
Manajemen Laba, Oktober, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI, Surabaya hal 1.
3
Sulistyanto. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba pada
Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta, Skripsi S-1, Fakultas Ekonomi,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta hal 97
4
Herni dan Susanto. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik, Praktek Pengelolaan
Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Risiko Keuangan Terhadap
Tindakan Perataan Laba (Studi Empiris Pada Industri Yang Listing di Bursa Efek Jakarta). Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol 23, No 3, 302 - 314.
5
Bitner dan Dolan. 2010. Earnings Management and the Underperformance of Seasoned
Equity Offering. Journal of Financial Economics. Vol. 50. pp. 63-99.
36
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah
fluktuasi laba yang terlalu drastis, sebab kenaikan laba yang drastis akan
menyebabkan bertambahnya pajak6.
Menurut Sulistyanto manajer akan cenderung untuk melakukan
manajemen laba ketika perusahaan memperoleh laba yang besar untuk
meminimalisasi kewajiban membayar pajak7.
Faktor lain yang diduga mempengaruhi manajemen laba adalah struktur
kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan
saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal perusahaan yang dikelola
dengan semakin besar proporsi saham yang dimiliki oleh manajer sehingga akan
cenderung mengurangi tindakan manajemen laba7.
Dividend payout ratio merupakan salah satu faktor yang diduga
mempengaruhi tindakan manajemen laba. Jika terjadi fluktuasi di dalam laba,
perusahaan yang menerapkan kebijakan dividen dengan tingkat dividend payout
ratio yang tinggi memiliki resiko yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan yang menerapkan kebijakan tingkat dividend payout ratio yang
rendah. Dengan demikian suatu perusahaan yang menerapkan kebijakan tingkat
dividend payout ratio yang tinggi lebih cenderung untuk melakukan tindakan
manajemen laba. Dalam penelitiannya, Purwanto menyimpulkan bahwa dividend
payout ratio sangat mempengaruhi perilaku perataan laba. Hal ini dikarenakan
kebijakan dividen akan mempunyai implikasi yang signifikan pada pengambilan
keputusan investor maupun investasi potensial dalam pembelian saham
perusahaan8.
Industri perbankan merupakan industri yang diatur oleh regulasi yang
lebih ketat dibanding dengan industri lain. Bank Indonesia (BI) merupakan
regulator industri perbankan di Indonesia. Bank Indonesia menggunakan laporan
keuangan untuk menentukan apakah suatu bank sehat atau tidak. Manajemen
terdorong untuk melakukan manajemen laba agar perusahaan mereka dapat
memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh Bank Indonesia sebagai bank yang sehat
(Setiawati, Na’im, Rahmawati dan Baridwan, dalam Nasution dan Setiawan)9.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh profitabilitas,
resiko keuangan, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan (Growth), struktur
kepemilikan manajerial dan Dividend payout ratio baik secara parsial maupun
secara simultan terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
6
Dewi. 2011. Analisis Laporan Keuangan, Alih Bahasa : Subramanyam, K.R. dan John J.
Wild, 2010, Buku 1, Edisi 10 hal 12, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
7
Gideon. 2010. “Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in
Singapore”. Business & Accounting Research, Vol 24, No. 96 Autumn, pp. 291 – 304
8
Purwanto. 2011. “Karakteristik Perusahaan, Praktik Corporate Governance, Keputusan
Keuangan, Perataan Laba Dan Nilai Perusahaan”. Jurnal Maksi, Vol. 9 No.2, p : 175 – 189.
9
Nasution dan Setiawan. 2011. “Manajemen Laba pada Penawaran Saham Perdana di
Bursa Efek Jakarta: Analisis dengan Model Healy‖, Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2,
No. 1, Februari 2006, Hal 12-26.
37
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah
Manfaat Penelitian
a. Memberikan kontribusi kepada pihak perusahaan sebagai bahan referensi
dalam upaya penerapan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manajemen
laba.
b. Memberikan kontribusi kepada pihak – pihak yang berkepentingan dalam
menganalisis kinerja suatu perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA
Profitabilitas
Menurut Sartono profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun
modal sendiri10. Sedangkan menurut Munawir menyatakan bahwa profitabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba untuk periode
tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dari kemampuan perusahaan
menggunakan aktivanya secara produktif, dengan membandingkan antara laba
yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva perusahaan tersebut.
Tingkat profitabilitas yang tinggi mengindikasikan bahwa kinerja suatu
perusahaan berjalan dengan baik, sedangkan apabila tingkat profitabilitas yang
rendah menunjukkan bahwa kinerja dari suatu perusahaan kurang baik dan
akibatnya kinerja yang dilakukan oleh manajer tampak buruk dimata investor11.
Menurut Riyanto profitabilitas merupakan rasio yang menghubungkan
laba dari penjualan dan investasi. Macam-macam rasio profitabilitas antara lain12:
a. Profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan menggunakan rasio margin
laba kotor dan margin laba bersih.
b. Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi, menggunakan dua
pengukuran yaitu ROI (Return On Investment) dan ROA (Return On Asset)
dimana ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Adapun rumus profitabilitas (ROA) dalam penelitian ini adalah:
Dimana:
ROA = Tingkat pengembalian aktiva
Laba Bersih = Laba setelah pajak
Total Asset = Jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan
10
Sartono. 2011. Manajemen Laba dan IPO di Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional
Akuntansi 5, Semarang, 5-6 September 2011
11
Munawir. 2012. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Liberty, Yogyakarta
12
Riyanto. 2011. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan
Ketujuh, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
38
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah
Resiko Keuangan
Leverage dapat diartikan sebagai penggunaan aktiva suatu dana. Semakin
besar leverage menunjukkan bahwa dana yang disediakan oleh pemilik dalam
membiayai investasi perusahaan semakin kecil, atau tingkat penggunaan utang
yang dilakukan perusahaan semakin meningkat. Rasio utang dapat digunakan agar
dapat menilai sejauh mana perusahaan menggunakan uang yang dipinjam.
Penggunaan leverage dalam perusahaan bisa saja meningkatkan laba perusahaan,
tetapi bila terjadi sesuatu yang tidak sesuai harapan, maka perusahaan dapat
mengalami kerugian yang sama dengan persentase laba yang diharapkan, bahkan
mungkin saja lebih besar13. Weston dan Copeland menyebutkan financial
leverage atau disebut juga leverage factor adalah rasio nilai buku seluruh hutang
terhadap total aktiva14.
Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan
menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial leverage) atau
efek yang positif jika pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut
lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana itu. Financial leverage
dikatakan rugi (unfavorable leverage) jika perusahaan tidak dapat memperoleh
pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang harus
dibayar (Riyanto,2011:54). Risiko keuangan menunjukkan bahwa sejauh mana
aktiva perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan utang. Tingkat Leverage yang
tinggi mengindikasikan bahwa risiko perusahaan yang tinggi pula sehingga
stakeholder (kreditor) sering memperhatikan besarnya risiko perusahaan dengan
penggunaan utang yang tinggi sehingga akan dihadapkan pada kewajiban yang
tinggi pula. Pada saat kondisi perusahaan rugi atau pada saat laba yang tidak
terlalu tinggi, maka kreditor akan dihadapkan pada risiko ketidakmampuan
perusahaan dalam membayar utangnya. Oleh karena itu manajer perusahaan
dengan rasio leverage yang tinggi akan cenderung melakukan manajemen laba.
Menurut Riyanto rasio Leverage merupakan rasio yang digunakan
perusahaan agar dapat menilai sejauh mana perusahaan menggunakan uang yang
dipinjam. Rasio-rasio yang terdapat pada rasio leverage antara lain15:
a. Rasio utang terhadap ekuitas
Menunjukkan seberapa return yang akan diberikan perusahaan untuk para
pemegang saham.
39
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah
Rasio ini memberitahu kita proporsi relatif kontribusi modal oleh kreditor dan
oleh pemilik.
Adapun rumus resiko keuangan dalam penelitian ini adalah:
Dimana:
Total Hutang = Jumlah hutang yang dimiliki perusahaan
Total Asset = Jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
manajemen dalam praktik perataan laba, karena perusahaan yang besar cenderung
lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam
melakukan pelaporan keuangan. Siregar dan Utama dalam Pujiningsih
menuturkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang
tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan
investasi dalam saham perusahaan tersebut semakin banyak16.
Perusahaan besar akan selalu menciptakan suatu keadaan yang dapat
memberikan kesan kepada masyarakat bahwa kinerja perusahaan tersebut baik
dengan cara menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis. Dengan demikian
perusahaan berukuran besar diperkirakan memiliki kecenderungan lebih besar
untuk melakukan praktik perataan laba, karena kenaikan laba yang terlalu drastis
akan menyebabkan bertambahnya pajak bagi perusahaan, dan sebaliknya apabila
jika terjadi penurunan laba secara drastis maka akan memberikan kesan terjadinya
krisis di dalam perusahaan tersebut. Pada umumnya perusahaan lebih besar lebih
banyak melakukan pengungkapan (disclosure) dari pada perusahaan dengan
ukuran yang lebih kecil. Hal ini dipengaruhi oleh sturktur aktivitas atau
operasional perusahaan yang tercermin dari total aktiva (asset) yang dimiliki
perusahaan. Makin besar asset suatu perusahaan maka semakin besar ukuran
perusahaan, sehingga perusahaan yang tergolong jenis ini akan dianggap memiliki
kemampuan lebih besar untuk dibebani biaya yang lebih tinggi, misalnya
pembebanan biaya pajak17.
16
Pujiningsih. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktik
Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba. Universitas
Diponegoro, Semarang, 2011, p. 35
17
Zimmerman & Watts. 2010. A Note on Underwriter Competition and Initial Public
Offering.‖ Journal of Business Finance and Accounting 23 (May and June). Pp. 905-914.
40
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah
Growth
Growth merupakan tahap dimana perusahaan telah memperoleh pangsa
pasar dan mengalami peningkatan penjualan. Perusahaan juga mulai melakukan
diversifikasi lini produk. Laba perusahaan sudah lebih besar dibandingkan dengan
laba pada tahan sebelumnya. Fokus perusahaan adalah meningkatkan pangsa
pasar yang telah dimiliki.
Diperlukan keseimbangan antara laba, aset, dan pertumbuhan.
Ketidakseimbangan antara faktor-faktor tersebut akan berdampak besar pada arus
kas. Perusahaan yang sangat membutuhkan aset dan sedang berkembang dengan
pesat akan membutuhakan dana yang subtansial guna menjaga neracanya dalam
kondisi baik. Dana tersebut dapat diperoleh dari internal atau eksternal
perusahaan18. Perusahaan mempunyai kewajiban membayar sejumlah pajak yang
besarnya ditentukan dengan menggunakan laba sebagai dasar perhitungannya.
Semakin besar laba perusahaan maka pajak yang harus dibayar juga semakin
besar. Peningkatan pertumbuhan perusahaan akan diikuti dengan peningkatan laba
yang dilaporkan.
Namun, di sisi lain manajer selalu berupaya untuk meminimalisasi jumlah
pajak yang harus dibayarkan. Oleh karena itu manajer melakukan pengelolaan
laba agar labanya nampak lebih rendah dari laba sesungguhnya19. Penelitian Gu
dkk menggunakan asset growth sebagai proksi dari pertumbuhan perusahaan,
dimana asset growth diperoleh dengan perbandingan antara total assets periode
sekarang minus total assets pada periode sebelumnya terhadap total assets periode
sebelumnya20.
Adapun rumus pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini adalah:
Dimana:
Total Assett = Total harta yang dimiliki perusahaan tahun sekarang
Total Assett-1 = Total harta yang dimiliki perusahaan tahun sebelumnya
18
Walsh. 2010. ―Update: How Goes SEC’s war Againts Earnings Management?”, The
Journal of Corporate Accounting and Finance. Page 41-52.
19
Sulistyanto. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba pada
Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta, Skripsi S-1, Fakultas Ekonomi,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
20
Gu & Lee. 2010. Clinical significance of matrix metalloproteinase - 9 expression in
esophageal squamous cell carcinoma. World J Gastroenterol: 871 - 874
41
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah
Dimana:
SKM = Struktur Kepemilikan Manajerial
JSM = Jumlah Saham yang dimiliki Manajerial
JSK = Jumlah Saham Keseluruhan
21
Jensen dan Meckling. 2010. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency and
Ownership Structure”. Journal of Financial Economic. Vol. V 3, No.4, October, pp. 305—360.
22
Pujiningsih. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktik
Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba. Universitas
Diponegoro, Semarang, 2011
42
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah
Dimana:
DPR = Dividen Payout Ratio
Dividen per lembar = jumlah pembayaran dividen per lembar saham
Laba bersih per lembar = jumlah laba bersih yang diperoleh per lembar shm
Manajemen Laba
Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi tertentu oleh
manajer untuk mencapai tujuan tertentu24. Konsep manajemen laba ini sesuai
dengan pendapat Davidson, Stickney, dan Weil dalam Sulistyanto yang
menyatakan manajemen laba merupakan suatu proses pengambil langkah tertentu
yang disengaja dalam batas prinsip akuntansi berterima umum untuk
menghasilkan tingkat yang diinginkan dari laba yang dilaporkan. Definisi tersebut
menunjukan manajemen laba sebagai aktivitas yang biasa dilakukan manajer
dalam menyusun laporan keuangan. Upaya rekayasa manajerial ini dianggap
lumrah dan bukan merupakan suatu pelanggaran atu kecurangan karena dilakukan
dalam ruang lingkup prinsip akuntansi25.
Menurut Tarjo dan Sulistyowati manajemen laba terjadi ketika manajemen
menggunakan keputusan tertentu dalam laporan keuangan dan transaksi untuk
mengubah laporan keuangan sebagai dasar untuk mempengaruhi hasil kontraktual
yang mengandalkan angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Manajemen laba
dapat terjadi karena manajer diberi keleluasaan untuk memilih metode akuntansi
yang akan digunakan dalam mencatat dan mengungkapkan informasi keuangan
privat yang dimiliki. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kredibilitas laporan keuangan. Manajemen laba juga
menambahkan bias dalam laporan keuangan dan dapat menggangu pemakai
23
Purwanto. 2011. “Karakteristik Perusahaan, Praktik Corporate Governance,
Keputusan Keuangan, Perataan Laba Dan Nilai Perusahaan”. Jurnal Maksi, Vol. 9 No.2, p : 175
– 189.
24
Scott. 2010. Financial Accounting Theory. Second Edition. Prentice Hall International,
Inc.
25
Sulistyanto. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba pada
Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta, Skripsi S-1, Fakultas Ekonomi,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
43
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah
laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai
angka laba tanpa rekayasa26.
Assih dan Gudono dalam Dewi mengartikan manajemen laba sebagai
suatu proses yang dilakukan dengan sengaja, dalam batasan Prinsip Akuntansi
Berterima Umum, untuk mengarahkan pada suatu tingkat yang diinginkan atas
laba yang dilaporkan27. Pola manajemen laba menurut Rahmawati merupakan
salah satunya dapat dilakukan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada
umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil28.
Ada dua perspektif penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan
mengapa manajemen laba dilakukan oleh manajer, yaitu perspektif informasi dan
oportunis. Perspektif informasi merupakan pandangan yang menyarankan bahwa
manajemen laba merupakan kebijakan manajerial untuk mengungkapkan harapan
pribadi manajer tentang arus kas perusahaan dimasa depan. Upaya mempengaruhi
informasi itu dilakukan dengan memanfaatkan kebebasan memilih, menggunakan,
dan mengubah metode dan prosedur akuntansi. Perspektif oportunis merupakan
pandangan yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan perilaku manajer
untuk mengelabui investor dan memaksimalkan kesejahteraannya karena memiliki
informasi lebih banyak dibandingkan pihak lain29.
Pada penelitian ini menggunakan rumus manajemen laba Model
McNichols yang merupakan pengembangan rumus yang didasarkan pada kajian
Dechow. Hal ini dikarenakan Model McNichoals sesuai dengan data yang tersedia
pada laporan keuangan perusahaan sektor perbankan yang go public yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Rumus manajemen laba menurut Model McNichols adalah sebagai
berikut:
Dimana:
Akrual modal kerja = Δ AL - Δ HL - Δ Kas
Δ AL = Perubahan aktiva lancar pada periode t
Δ HL = Perubahan hutang lancar pada periode t
26
Tarjo dan Sulistyowati. 2010. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan
Leverage terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham serta Cost of Equity Capital.
Simposium Nasional Akuntansi 11
27
Dewi. 2011. Analisis Laporan Keuangan, Alih Bahasa : Subramanyam, K.R. dan John
J. Wild, 2010, Buku 1, Edisi 10 hal 12, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
28
Rahmawati, & Suherni, Widyasih, Hesty. 2009. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap
Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
[Online]. Tersedia: http://muhariefeffendi. files. wordpress. com/2009/ 12/k-akpm09-
sna9padang.pdf
29
Abiprayu. 2011. Analisis Reaksi Pasar terhadap Informasi Laba: Kasus Praktik
Perataan Laba pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, TEMA, Vol.11, No.1,
Maret, hal 27-40.
44
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang dibahas yang didukung oleh teori
yang ada, maka hipotesis penelitian ini adalah profitabilitas, resiko keuangan,
ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan (Growth), struktur kepemilikan
manajerial dan Dividend payout ratio baik secara parsial maupun secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan
sektor perbankan yang go public yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia yaitu
sebanyak 40 Bank. Proses penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling. Adapun perusahaan sektor perbankan yang dipilih
didasarkan atas kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan secara konsisten menerbitkan laporan keuangan selama periode
waktu pengamatan 2012-2014.
b. Perusahaan yang secara konsisten memperoleh laba selama periode waktu
pengamatan 2012-2014.
c. Perusahaan memiliki kelengkapan data mengenai variabel – variabel yang
diteliti selama periode pengamatan.
d. Perusahaan perbankan yang terdaftar pada BEI tahun 2012 sampai 2014.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tersebut di atas, maka jumlah
perusahaan Sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 8 perusahaan perbankan
yang meliputi:
Tabel 1
Sampel Penelitian
yaitu laporan tahunan perusahaann yang go public tercatat pada periode 2012 –
2014. Data tersebut diperoleh dengan mengakses situs di Bursa Efek Indonesia
www.idx.co.id
Tabel 2
Hasil Uji Regresi Berganda
Model B t Sig.
1 (Constant) -5.509 .169
Profitabilitas .364 1.858 .081
Resiko Kredit 7.724 2.336 .032
46
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah
47
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah
30
Retno. 2011. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba
(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2006 – 2010. Jurnal
Akuntansi dan Auditing Volume 8, No 1 November 2011: 1-94.
31
Dewi. 2011. Analisis Laporan Keuangan, Alih Bahasa : Subramanyam, K.R. dan John
J. Wild, 2010, Buku 1, Edisi 10, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
48
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah
32
Nariyoh. 2012. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Praktek Manajemen
Laba. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Dian Nuswantoro
Semarang.
49
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Retno,
dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel Struktur Kepemilikan
Manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba33.
Pengaruh Dividen Payout Ratio Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel Dividend Payout Ratio dengan manajemen laba, hal ini
ditunjukkan nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05. Hal ini
dikarenakan kebijakan dividen bagi perusahaan perbankan dalam penelitian ini
relative rendah sehingga dengan tingkat tingkat DPR yang rendah memiliki resiko
yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang menerapkan kebijakan
DPR yang tinggi. Dengan demikian suatu perusahaan yang menerapkan kebijakan
tingkat dividend payout ratio yang rendah lebih cenderung untuk tidak melakukan
tindakan manajemen laba.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Retno
(2011), dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel Dividend Payout
Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba.
Tabel 3
Hasil Uji F
Model F Sig.
1 Regression 1.657 .192a
Residual
Total
a. Predictors: (Constant), Dividend Payout Ratio,
Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur
Kepemilikan Manajerial, Resiko Kredit, Ukuran
Perusahaan b. Dependent Variable: Manajemen
Laba
Sumber: www.idx.co.id 2015 (data di olah)
33
Retno. 2011. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba
(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2006 – 2010. Jurnal
Akuntansi dan Auditing Volume 8, No 1 November 2011: 1-94.
50
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah
Manajemen Laba (Y). Hal ini terlihat dari nilai signifikansi F yang lebih besar
dari standar signifikansi sebesar 5%.
Tabel 4
Hasil Uji R dan R2
Model R R Square Adjusted R Square
a
1 .608 .369 .146
a. Predictors: (Constant), Dividend Payout Ratio,
Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur
Kepemilikan Manajerial, Resiko Kredit, Ukuran
Perusahaan b. Dependent Variable: Manajemen Laba
Sumber: www.idx.co.id 2015 (data di olah)
Diketahui nilai R sebesar 0,608 hal ini berarti bahwa variabel Profitabilitas
(X1), Resiko Kredit (X2), Ukuran Perusahaan (X3), dan Growth (X4), Struktur
Kepemilikan Manajerial (X5) dan Dividend Payout Ratio (X6) secara bersama-
sama mempunyai hubungan yang cukup erat dengan variabel Manajemen Laba
(Y).
Kemudian diketahui nilai Adjusted R Square sebesar 0,146 yang berarti
bahwa variabel Profitabilitas (X1), Resiko Kredit (X2), Ukuran Perusahaan (X3),
dan Growth (X4), Struktur Kepemilikan Manajerial (X5) dan Dividend Payout
Ratio (X6) mempengaruhi variabel Manajemen Laba sebesar 14,6% sedangkan
sisanya sebesar 85,4% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini seperti
leverage dan good corporate governance.
Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan judgement
dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan
keuangan yang menyesatkan terhadap pemegang saham atas dasar kinerja
ekonomi organisasi atau untuk mempengaruhi hasil sesuai dengan kontrak yang
tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
Ada dua perspektif penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan
mengapa manajemen laba dilakukan oleh manajer, yaitu perspektif informasi dan
oportunis. Perspektif informasi merupakan pandangan yang menyarankan bahwa
manajemen laba merupakan kebijakan manajerial untuk mengungkapkan harapan
pribadi manajer tentang arus kas perusahaan dimasa depan. Upaya mempengaruhi
informasi itu dilakukan dengan memanfaatkan kebebasan memilih, menggunakan,
dan mengubah metode dan prosedur akuntansi. Perspektif oportunis merupakan
pandangan yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan perilaku manajer
untuk mengelabui investor dan memaksimalkan kesejahteraannya karena memiliki
informasi lebih banyak dibandingkan pihak lain.
Simpulan
a. Variabel profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
Manajemen Laba, hal ini dikarenakan nilai signifikansi yang diperoleh lebih
besar dari 0,05.
b. Variabel resiko kredit berpengaruh signifikan terhadap variabel Manajemen
Laba, hal ini dikarenakan nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05.
c. Variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
Manajemen Laba, hal ini dikarenakan nilai signifikansi yang diperoleh lebih
besar dari 0,05.
d. Variabel growth berpengaruh signifikan terhadap variabel manajemen laba,
dimana jika variabel pertumbuhan perusahaan (growth) meningkat maka akan
mengakibatkan peningkatan terhadap variabel manajemen laba.
e. Variabel struktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel manajemen laba, ini dikarenakan nilai signifikansi yang
diperoleh lebih besar dari 0,05.
f. Variabel dividend payout ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
manajemen laba, ini dikarenakan nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar
dari 0,05.
g. Variabel Profitabilitas (X1), Resiko Kredit (X2), Ukuran Perusahaan (X3), dan
Growth (X4), Struktur Kepemilikan Manajerial (X5) dan Dividend Payout Ratio
(X6) tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba (Y). Hal ini
terlihat dari nilai signifikansi F yang lebih besar dari standar signifikansi
sebesar 5%.
Saran
a. Sebaiknya pihak manajer tidak melakukan tindakan manajemen laba karena hal
tersebut tidak sesuai dengan realita yang ada diperusahaan.
b. Perusahaan sebaiknya mempetimbangkan dalam melakukan pengelolaan laba
karena akan berpengaruh terhadap investor perusahaan.
c. Para investor sebelum menginvestasikan modalnya pada perusahaan sebaiknya
memperhatikan informasi yang dilaporkan oleh manajemen terutama dalam
kaitannya dengan laba.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian untuk faktor-
faktor lainnya yang mempengaruhi manajemen laba seperti manajemen
motivasi dan nilai perusahaan.
52
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah
DAFTAR PUSTAKA
Abiprayu. 2011. Analisis Reaksi Pasar terhadap Informasi Laba: Kasus Praktik
Perataan Laba pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta,
TEMA, Vol.11, No.1, Maret, hal 27-40.
Astuti. 2010. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi
Manajemen Laba, Oktober, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI,
Surabaya.
Bitner dan Dolan. 2010. Earnings Management and the Underperformance of
Seasoned Equity Offering. Journal of Financial Economics. Vol. 50. pp.
63-99.
Dewi. 2011. Analisis Laporan Keuangan, Alih Bahasa : Subramanyam, K.R. dan
John J. Wild, 2010, Buku 1, Edisi 10, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Gideon. 2010. “Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in
Singapore”. Business & Accounting Research, Vol 24, No. 96 Autumn,
pp. 291 – 304.
Gu & Lee. 2010. Clinical significance of matrix metalloproteinase - 9 expression
in esophageal squamous cell carcinoma. World J Gastroenterol: 871 - 874
Healy dan Wahlen. 2010. A Review Of The Earnings Management Literature And
Its ImplicationsFor Standart Setting.
Herni dan Susanto. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik, Praktek
Pengelolaan Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, dan Risiko Keuangan Terhadap Tindakan Perataan Laba
(Studi Empiris Pada Industri Yang Listing di Bursa Efek Jakarta). Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol 23, No 3, 302 - 314.
Jensen dan Meckling. 2010. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency
and Ownership Structure”. Journal of Financial Economic. Vol. V 3,
No.4, October, pp. 305—360.
Munawir. 2012. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Liberty, Yogyakarta
Nasution dan Setiawan. 2011. “Manajemen Laba pada Penawaran Saham
Perdana di Bursa Efek Jakarta: Analisis dengan Model Healy‖, Jurnal
Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2, No. 1, Februari 2006, Hal 12-26.
Pujiningsih. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktik
Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen
Laba. Universitas Diponegoro, Semarang, 2011, p. 35
Purwanto. 2011. “Karakteristik Perusahaan, Praktik Corporate Governance,
Keputusan Keuangan, Perataan Laba Dan Nilai Perusahaan”. Jurnal
Maksi, Vol. 9 No.2, p : 175 – 189.
Rahmawati, & Suherni, Widyasih, Hesty. 2009. Pengaruh Asimetri Informasi
terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Publik yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. [Online]. Tersedia:
http://muhariefeffendi. files. wordpress. com/2009/ 12/k-akpm09-
sna9padang.pdf
Riyanto. 2011. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan
Ketujuh, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
53
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah
Sartono. 2011. Manajemen Laba dan IPO di Bursa Efek Jakarta, Simposium
Nasional Akuntansi 5, Semarang, 5-6 September 2011
Scott. 2010. Financial Accounting Theory. Second Edition. Prentice Hall
International, Inc.
Retno. 2011. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Praktek Perataan
Laba (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Periode 2006 – 2010. Jurnal Akuntansi dan Auditing Volume 8, No 1
November 2011: 1-94.
Nariyoh. 2012. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Praktek
Manajemen Laba. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi
Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Sulistyanto. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba
pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta, Skripsi S-1,
Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Tarjo dan Sulistyowati. 2010. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional
dan Leverage terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham serta
Cost of Equity Capital. Simposium Nasional Akuntansi 11
Van Horne. 2010. Review of Earnings Management Literature and Its
Implications for Standard Setting, American Accounting Horizon, Vol. 13,
No. 4, Desember.
Walsh. 2010. ―Update: How Goes SEC’s war Againts Earnings Management?”,
The Journal of Corporate Accounting and Finance. Page 41-52.
Weston dan Copeland. 2009. “Finance Ratio Analysis and The Prediction of
Earnings Changes in Indonesia‖, Kelola: Gajah Mada University Business
Review, No. 7/III/2009
Zimmerman & Watts. 2010. A Note on Underwriter Competition and Initial
Public Offering.‖ Journal of Business Finance and Accounting 23 (May
and June). Pp. 905-914.
54
i
Abstract.This study was conducted to prove whether the level of business risk and
financial risk from family firm significant lower than the average of the consumer
goods industry Listed in Indonesia Stock Exchange. This study uses secondary
data, financial reports companies listed on the Stock Exchange in the period
2010-2014. Data was collected using documentation method. The sampling
technique using purposive sampling method, the number of samples i this study
were 8 family companies . The result showed that there no significant difference
between DOL, DFL, DER, DAR, current ratio, quick ratio, cash ratio from family
companies and average of consumer goods industry that Listed in Indonesia Stock
Exchange in 2010-2014.
Keywords : Business Risk, Financial Risk, Family Firm
c. Jika nilai signifikansi > 0,05, b. Jika nilai signifikansi < 0,05,
maka data homogen maka Ha diterima
d. Jika nilai signifikansi < 0,05,
maka data tidak homogen Analisis Data Dan Pembahasan
Uji Beda Hasil Pengumpulan Data
Sampel Penelitian
Uji beda yang digunakan Obyek penelitian yang
dalam penelitian ini adalah digunakan dalam penelitian ini
Independent Sample t-test yang adalah perusahaan manufaktur sektor
bertujuan untuk mengetahui apakah barang konsumsi yang terdaftar
terdapat suatu perbedaan mean atau dalam Bursa Efek Indonesia. Jumlah
rata-rata yang bermakna antara 2 perusahaan yang tergolong dalam
kelompok bebas yang berskala data sektor barang konsumsi yang
interval/rasio nilai tertentu (Hidayat, terdaftar dari tahun 2010 hingga
2012). Penggunaan uji ini dapat 2014 sebanyak 32 perusahaan.
digunakan apabila data penelitian Penentuan sampel penelitian
terbukti terdistribusi normal menggunakan purposive sampling
melalui uji normalitas. Apabila dan menghasilkan 8 perusahaan yang
diketahui dari uji normalitas bahwa memenuhi kriteria dan dijadikan
data penelitian tidak terdistribusi sampel pada penelitian ini. Data yang
secara normal, maka digunakan uji digunakan dalam penelitian ini
nonparametrik Mann Whitney. diambil dari website resmi Bursa
Setelah terbukti data berdistribusi Efek Indonesia dan milik perusahaan
secara normal, maka dilakukan uji terkait. Berikut merupakan rincian
homogenitas yang digunakan untuk dari penentuan sampel penelitian.
melihat apakah data memiliki
varian yang sama atau tidak. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan
Dasar pengambilan dengan melihat tingkat signifikansi
keputusan: yang ada. Hasil uji normalitas data
a. Jika nilai signifikansi > 0,05, sebagai berikut:
maka Ha ditolak
Tabel 1
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Most Extreme Absolute .440 .433 .243 .285 .197 .154 .212
Uji Homogenitas
Tabel 2
Uji Homogenitas
Pengujian Hipotesis
Mann Whitney
Tabel 3
Uji Mann Whitney
Ranks
Total 175
DFL Keluarga 40 91.53 3661.00
Industri 135 86.96 11739.00
Total 175
DER Keluarga 40 92.91 3716.50
Industri 135 86.54 11683.50
Total 175
DAR Keluarga 40 87.26 3490.50
Industri 135 88.22 11909.50
Total 175
LDER Keluarga 40 96.60 3864.00
10
Total 175
Test Statisticsa
LANC CEPA
DOL DFL DER DAR LDER CDER AR T KAS
Mann-Whitney 2612.0 2559.00 2503.50 2670.5 2356.00 2622.00 2545.5 2372.0 2562.0
U 00 0 0 00 0 0 00 00 00
Wilcoxon W 3432.0 11739.0 11683.5 3490.5 11536.0 11802.0 3365.5 3192.0 3382.0
00 00 00 00 00 00 00 00 00
Z
-.313 -.501 -.698 -.105 -1.224 -.277 -.549 -1.166 -.491
Asymp. Sig.
.755 .616 .485 .916 .221 .782 .583 .244 .624
(2-tailed)
The purpose of this study is to examine the effect of Non-Performing Loan Ristati, Nazir,
(NPL),Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR) and Nurul Mahfuzah
Operational IncomeOperating Cost (BOPO) to Return on Assets (ROA) at Dosen Fakultas Ekonomi
Regional Development Bank (BPD) in Indonesia. The data used in this research Universitas Malikussaleh
are NPL, NIM, LDR, BOPO and ROA data from BPD in Indonesia from 2011 Lhokseumawe
to 2016 accessed through the website www.ojk.go.id. Method of data analysis in
this research is multiple linear regression analysis. The results of the study
found that NPL and NIM have no significant effect on ROA, while LDR and
BOPO have a negative.
KAJIAN PUSTAKA diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini
maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit
Penerapan Manajemen Resiko bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam
5/8/PBI/2003 manajemen risiko adalah serangkaian kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal
proses dan metodologi yang digunakan untuk ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga
mengidentifikasi, mengukur, memantau dan tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang
bank. Ali (2006) berpendapat bahwa manajemen lancar, diragukan dan macet. Standar yang ditetapkan
risiko merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah kurang dari 5%, dengan
untuk menghindari risiko-risiko yang mungkin rasio dibawah 5% maka Penyisihan Penghapusan
muncul di masa depan. (Labombang, 2011) Aktiva Produktif (PPAP) yang harus disediakan bank
mengklasifikasikan resiko terdiri dari resiko murni guna menutup kerugian yang ditimbulkan oleh aktiva
dan risiko spekulatif (Pure risk and speculative risk), produktif non lancar (dalam hal ini kredit bermasalah)
risiko terhadap benda dan manusia, risiko menjadi kecil (Griha et al, 2014).
fundamental serta risiko khusus (fundamental risk and Rasio NPL menunjukkan kemampuan manajemen
particular risk). bank dalam mengelola kredit bermasalah yang
Dewasa ini industri perbankan Indonesia diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio NPL maka
dihadapkan dengan risiko yang semakin kompleks semakin buruk kualitas kredit yang menyebabkan
akibat kegiatan usaha bank yang beragam mengalami jumlah kredit bermasalah semakin besar sehingga
perkembangan pesat sehingga mewajibkan bank untuk dapat menyebabkan kemungkinan suatu bank dalam
meningkatkan kebutuhan akan penerapan manajemen kondisi bermasalah semakin besar (Herdiningtyas,
risiko untuk meminimalisasi risiko yang terkait 2005). Tingginya rasio Non Performing Loan jelas
dengan kegiatan usaha perbankan (Djohanputro, dapat menurunkan tingkat likuiditas bank yang
2004). Implementasi manajemen risiko pada bank di berdampak terhadap ketidakmampuan bank dalam
Indonesia diarahkan sejalan dengan standar baru menutupi biaya operasional atas tanggungan terhadap
secara global yang dikeluarkan oleh Bank for suku bunga deposito maupun tingkat kecukupan
International Settlement (BIS) dengan konsep modal bank. Ketidakmampuan bank dalam membayar
permodalan baru dimana kerangka perhitungan modal kewajibannya akan menurunkan kepercayaan nasabah
lebih sensitif terhadap risiko (risk sensitive) serta terhadap bank dan nantinya jelas akan berdampak
memberikan insentif terhadap peningkatan kualitas juga terhadap penurunan kinerja bank (Maryadi &
manajemen risiko di bank atau yang lebih disebut Basuki, 2014).
dengan Basel II (penyempurnaan dari Basel I),
sebagaimana diadopsi oleh Bank Indonesia melalui Net Interest Margin (NIM)
peraturan Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan NIM menunjukan rasio pendapatan bunga bank
Manajemen Risiko bagi Bank Umum agar perbankan (pendapatan bunga kredit minus biaya bunga
Indonesia dapat beroperasi secara lebih berhati-hati simpanan) terhadap outstanding kredit, rasio ini
dan penerapannya disesuaikan dengan tujuan, menunjukan kemampuan bank (Muljono, 1999) dalam
kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha serta memperoleh pendapatan operasionalnya. Semakin
kemampuan bank dalam hal keuangan, infrastruktur tinggi rasio NIM menujukan semakin efektif bank
pendukung maupun sumber daya manusia. Dengan dalam penempatan aktiva perusahaan dalam bentuk
ketentuan ini, bank diharapkan mampu melaksanakan kredit. Net income margin menunjukan kemampuan
seluruh aktivitasnya secara terintegrasi dalam suatu perusahaan memperoleh laba dari setiap penjualan
sistem pengelolaan risiko yang akurat dan yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan
komprehensif (Nugroho, 2015). Dalam industri perputaran aktiva menunjukan seberapa jauh
perbankkan yang sering terjadi resiko adalah di sisi perusahaan menciptakan penjualan dari aktiva yang
kredit, dan tentunya berdampak pada profitabilitas dimiliki (Hindarto, 2011).
yang merupakan salah satu kinerja keuangan, Rasio NIM mencerminkan risiko pasar yang
sebagaimana dalam penelitian Putri (2009) yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, di mana hal
menemkan alokasi dana kredit berpengaruh terhadap tersebut dapat merugikan bank (Hasibuan, 2007).
profitabilitas. Rasio NIM juga digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan
Non Performing Loan(NPL) pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank
Hampir semua industri perbankan dihadapkan dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan
pada berbagai risiko, salah satu risiko tersebut adalah operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga
risiko kredit. Pada penelitian ini rasio keuangan yang dari kredit yang disalurkan (Mahardian, 2008).
digunakan sebagai proksi terhadap nilai suatu resiko Semakin besar NIM yang dicapai oleh suatu bank
kredit adalah rasio Non Performing Loan (NPL). maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas
Rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen aktiva produktif yang dikelola oleh bank yang
bank dalam mengelola kredit bermasalah yang
bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan Rasio BOPO digunakan untuk mengukur efisiensi
meningkat (Puspitasari, 2009). operasional bank, dengan membandingkan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional
Loan to Deposit Ratio (LDR) (Dietrich, 2013). Biaya operasional merupakan biaya
Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang yang dikeluarkan oleh pihak bank dalam menjalankan
cukup kompleks dalam kegiatan operasi bank, hal aktivitasnya sehari-hari meliputi biaya gaji, biaya
tersebut disebabkan karena dana yang dikelola bank pemasaran, biaya bunga. Sedangkan pendapatan
sebagian besar adalah dana dari masyarakat yang operasional merupakan pendapatan yang diterima oleh
sifatnya jangka pendek dan dapat ditarik sewaktu- pihak bank yang diperoleh melalui penyaluran kredit
waktu. Likuiditas suatu bank berarti bahwa bank dalam bentuk suku bunga (Yogi Prasanjaya &
tersebut memiliki sumber dana yang cukup tersedia Ramantha, 2013)
untuk memenuhi semua kewajiban (Siamat, 2005).
Salah satu penilaian likuiditas bank adalah dengan Kinerja Keuangan
menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Bank dituntut untuk memiliki kinerja yang baik
Deposit Ratio (LDR) dijadikan variabel independen agar menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Kinerja
yang mempengaruhi ROA didasarkan didasarkan keuangan bank merupakan gambaran kondisi
hubungannya dengan tingkat risiko bank yang keuangan bank pada suatu periode tertentu baik
bermuara pada profitabilitas bank yaitu ROA mencakup aspek penghimpunan dana maupun
(Puspitasari, 2009) penyaluran dananya. Kinerja menunjukkan sesuatu
Rasio LDR digunakan untuk mengukur yang berhubungan dengan kekuatan serta kelemahan
kemampuan bank tersebut apakah mampu membayar suatu perusahaan (Marsuki, 2006). Menurut Fahmi
hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada (2011) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang
deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu
yang diajukan. Atau dengan kata lain seberapa jauh perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
pemberian kredit kepada nasabah, kredit dapat aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan
mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi benar. Sementara konsep kinerja keuangan menurut
permintaan deposan yang ingin menarik kembali Gitosudarmo dan Basri (2002) adalah rangkaian
uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu yang
memberikan kredit (Dendawijaya, 2005). Menurut dilaporkan dalam laporan keuangan diantaranya
Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember laporan laba rugi dan neraca.
2001, LDR dapat diukur dari perbandingan antara Kinerja keuangan tersebut terlihat pada laporan
seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap dana keuangan yang dianalisis dengan beberapa rasio,
pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan seperti rasio likuiditas yang terdiri dari rasio lancar,
akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak rasio cepat dan rasio modal kerja. Kemudian juga
mampu menyalurkan kredit sementara dana yang rasio aktivitas yaitu rasio periode pengumpulan
terhimpun banyak maka akan menyebabkan bank piutang, rasio tingkat perputaran piutang, rasio tingkat
tersebut rugi (Kasmir, 2004). Semakin tinggi LDR perputaran persediaan dan rasio tingkat perputaran
maka laba perusahaan semakin meningkat dengan aktiva tetap. Selanjutnya rasio rentabilitas atau
asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit profitabilitas terdiri dari marjin laba bersih, marjin
dengan efektif, sehingga jumlah kredit macetnya akan laba usaha, return on asset, return on equity dan rasio
kecil (Puspitasari, 2009). pembayaran dividen. Rasio solvabilitas atau leverage
juga cerminan dari kinerja keuangan yang terdiri dari
Biaya Operasional terhadap Pendapatan capital adequacy ratio dan debt to equity ratio
Operasional (BOPO) (Faisol, 2007).
BOPO merupakan rasio efisiensi yang digunakan Dalam penelitian ini kinerja keuangan Bank
untuk mengukur seberapa efisiensi korporasi dalam Pembangunan Daerah diukur dengan ruturn on asset
penggunaan aktivanya (Manahan P T, 2013). Rasio ini (ROA). Dendawijaya (2009) mengatakan bahwa ROA
diukur apakah manajemen bank telah menggunakan adalah alat untuk mengukur kemampuan manajemen
semua faktor produksinya dengan efektif dan efisien. bank dalam mengelola asset-assetnya guna
Adapun efisiensi usaha bank diukur dengan memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Mawardi
menggunakan rasio operasional dibandingkan dengan (2005) mengemukan ROA (Return on Asset) lebih
pendapatan operasional. BOPO juga merupakan rasio dipilih untuk mengukur kinerja keuangan BPD karena
yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi ROA (Return on Asset) merupakan rasio yang
(Eng, 2013). Beban operasional dihitung berdasarkan memfokuskan kemampuan perusahaan untuk
penjumlahan dari total beban bunga dan beban memperoleh earnings, sedangkan Return on Equity
operasional lainya. Sedangkan pendapatan operasional (ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari
merupakan penjumlahan dari total pendapatan lainya. investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut.
Semakin tinggi rasio ini menunjukan semakin tidak
efisien biaya operasional bank (Fajari & Sunarto).
nilai tolerance BOPO sebesar 0,759 serta nilaiVIF Tabel 3: Uji Autokorelasi
sebesar 1,318. Dimana hasil uji multikolonieritas ini
tidak satupun nilai tolerance masing-masing variabel Model Durbin-Watson
independen kurang dari 0,0 atau nilai VIF lebih besar
dari 10. Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan 1 1.246
dalam pengujian multikolonieritas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa dalam penelitian tidak Sumber: Hasil penelitian 2018 (Data diolah)
terjadimultikolonieritas maka lolos dari uji asumsi
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa nilai Durbin
klasik. Watson sebesar 1,246. Nilai tersebut berada di antara -
2 sampai 2. Hal ini mengindikasikan bahwa di dalam
Uji Heteroskedastisitas penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
variance dari residual satu pengamatan ke Koefisien korelasi digunakan untuk mengukur
pengamatan yang lain. Ghozali (2012) mengatakan kekuatan asosiasi (hubungan) linier antara dua
bahwa model regresi yang baik adalah yang tidak variabel. Kemudian koefisien determinasi digunakan
terjadi heteroskedasitas. Cara yang paling umum yang untuk mengukur seberapa besar kemampuan model
digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya dalam menerangkan variasi variabel independen atau
heteroskedastisitas adalah dengan melihat scatterplot terikat (Kuncoro, 2009). Untuk lebih jelasnya uji
antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu Koefisien korelasi dan koefisien determinasi dapat
ZPRED dengan residualnya SRESID. Adapun hasil uji dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: Tabel 4: Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien
Determinasi
Adjusted R
Model R R Square
Square
REFERENSI
REFERENSI
Agustiningrum, R. (2011). Analisis pengaruh CAR, NPL, dan LDR terhadap Profitabilitas pada Perusahaan
Perbankan. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 885–902.
Ali, Masyhud. (2006). Manajemen Risiko (Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan
Globasisasi Bisnis). Jakarta :PT Raja Grafindo Persada.
Almilia, S. L., & Herdinigtyas, W. (2005). Analisis Rasio Camel Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada
Lembaga Perbankan Perioda 2000-2002. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 7(2), 131–147.
https://doi.org/10.9744/jak.7.2.pp. 131-147.
Bank Indonesia. (1998). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, (Direktur Direktorat Hukum Bank Indonesia), 65.
https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2.
Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003
Budisantoso, T dan Sigit. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Dayu, P. Q. (2015). Pengaruh Tingkat Kecukupan Modal, Likuditas, Risiko Pasar, dan Risiko Kredit Terhadap
Kinerja Keuangan Pada Bank Konvensional. E-Jurnal Universitas Negeri Padang, 1–15.
Dendawijaya, Lukman. (2005). Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Dendawijaya, Lukman. (2009). Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Dietrich, A. (2013). What Determines the Profitability of Commercial Banks ? New Evidence From
Switzerland. Accounting & Finance, 53(March), 561–586. https://doi.org/10.1111/j.1467-
629X.2011.00466.x.
Djohanputro, Bramantyo. (2004). Manajemen Resiko Korporat Terintegrasi. Jakarta : PPM
Eng, T. S.. (2011). Pengaruh NIM, BOPO, LDR, NPL dan CAR Terhadap ROA. Bank Internasional Go Public
Periode 2007-2011. Jurnal Dinamika Manajemen. Vol. 1 No. 3 ISSN: 2338-123X
Eng, T. S. (2013). Pengaruh NIM, BOPO, LDR, NPL & CAR Terhadap ROA Bank Internasional dan Bank
Nasional Go Public Periode 2007-2011. Jurnal Dinamika Manajemen, ISSN: 2338-123X, 1(3), 153–168.
Fajari, Slamet & Sunarto (2017). Penagruh CAR, LDR, NPL, BOPO Terhadap Profitabilitas Bank ( Studi Kasus
Perusahaan Perbankkan Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011 Sampai 2015).
Prosiding Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu & Call For Papers Unisbank KE-3 (SENDI_U 3)
2017.
Faisol, Ahmad. (2007). Analisis Kinerja Keuangan Bank Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Jurnal
Ilmiah Berkala Empat Bulanan.Vol 3 No 2.
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 20, Edisi Enam, Cetakan IV,
Semarang: Penerbit Universitas Diponogoro.
Gitosudarmo, Agus Indriyo dan Basri.(2002). Manajemen Keuangan. Yogyakarta:BPFE.
Griha, Reychard & Zulbahridar & R. Adri S (2014). Analisis Faktor Rasio CAMEL Terhadap Profitabilitas
Bank Perkreditan Rakat di Pekan Baru Tahun 2008-2012. Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014.
Hasibuan, Malayu S.P. (2007). Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT Bumi Aksara
Hendarto, Cahyo. (2011). Analisis Penagruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO dan KAP Terhadap Return on
Asset (Studi Perbandingan pada Bank dengan Total Asset diatas 1 Trilyun dan dibawah 1 Trilyun
Periode Tahun 2005-2008). Jurnal Bisnis Strategil. Vol. 20 No. 2 Desember 2011
Hesti Wedaningtyas, 2005. Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bak Take Over Pramerger di Indonesia,
Jurnal Manajemen Indonesia, Vol.1, No.2, p: 24-39.
Irham, Fahmi. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Kasmir. (2004). Manajemen Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Labombang, M. (2011). Manajemen Risiko Dalam Proyek Konstruksi. Jurnal SMARTek, 9, 39–46.
Mahardian, P. (2008). Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan (Studi Kasus Perusahaan Perbankan Yang Tercatat di BEJ Periode Juni 2002-Juni2007).
Journal University Of Diponegoro, 1–124.
Malahayati, C.P & Kartika, S. (2015). Penagaruh BOPO, ROA, CAR, NPL, DAN Jumlah SBI Terhadap
Penyaluran Krdit Perbankkan. Prosiding PESAT, 6(ISSN: 1858-2559), 95–101.
Margaretha, F., & Zai, M. P. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempenagruhi Kinerja Keuangan Perbankkan
Iindonesia. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 15(2), 133–141.
Mahardian, Pandu, (2008) Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM, dan LDR Terhadap ROA (Studi
Kasus Perusahaan Perbankan yang Tercatat di BEJ Periode Juni 2002-Juni 2007), TESIS Program
Pascasarjana Magister Manajemen UNDIP (tidak dipublikasikan).
Maryadi, S., & Basuki, A. T. (2014). Determinan Kinerja Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Konvensional
[Determinants of Financial Performance of Conventional Rural Banks]. Jurnal Ekonomi Dan Studi
Abstrak
Perataan Laba adalah proses memanipulasi profit waktu pendapatan atau laporan pendapatan untuk
membuat laporan laba menjadi kurang bervariasi. Perataan laba dilakukan untuk meredam
fluktuasi pendapatan ke suatu tingkat tertentu dengan menggunakan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Perataan laba diantaranya Risiko
Keuangan dan Nilai Perusahaan . Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah pengaruh Risiko
Keuangan dan Nilai Perusahaan terhadap Perataan Laba. Metodologi Penelitian yang digunakan
adalah deskriptif dan asosiatif. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017 dengan menggunakan purposive sampling. Hasil
Penelitian menunjukan bahwa Risiko Keuangan dan Nilai Perusahaan tidak berpengaruh secara
parsial dan simultan terhadap Perataan Laba dengan hasil uji Z probabilitas Risiko Keuangan
adalah 0,8167 > 0,05 dan probabilitas Nilai Perusahaan 0,3878 > 0,05. Sedangkan Uji LR
menunjukan nilai probabilitas 0,620465 > 0,05.
Income smoothing is the process of manipulating time income or income reports to make earnings
reports less varied. Income smoothing is done to reduce income fluctuations to a certain level by
using generally accepted accounting principles. There are several factors that influence income
smoothing including Financial Risk and Firm Value. The purpose of this study is to determine
whether the influence of Financial Risk and Firm Value on Income Smoothing. The research
methodology used is descriptive and associative. This research was conducted at Manufacturing
companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2013-2017 using purposive sampling. The
results of this research show that Financial Risk and Firm Value does not affect Income
Smoothing partially nor simultaneously with the results of Z Financial Risk probability test is
0.8167 > 0.05 and the probability of Firm Value is 0.3878 > 0.05. While the LR test with the
probability value of 0.620465> 0.05.
PENDAHULUAN
Dalam menghadapi perkembangan dan persaingan bisnis, pihak manajemen dituntut untuk
meningkatkan kinerja agar mampu mencapai tujuan perusahaan yakni memaksimalkan laba yang
dapat diperoleh. Besarnya angka laba yang diperoleh dapat berdampak pada nilai perusahaan
yang akhirnya menarik minat investor untuk menanamkan modal. Tetapi di samping itu,
manajemen juga bertanggungjawab untuk menyediakan laporan keuangan bagi semua pihak
yang memiliki kepentingan berbeda-beda terhadap informasi akuntansi perusahaan.
Salah satu tindakan yang dilakukan manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan yaitu
dengan perataan laba (Income Smoothing). Tindakan ini dilakukan untuk mengurangi fluktuasi
laba yang dilaporkan. Perataan laba ini dianggap logis dan rasional oleh manajemen, sejauh
yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (Rihai dan Belkaoui,
2012:73), namun, tindakan ini menyebabkan pengungkapan informasi mengenai pengahasilan
laba menjadi menyesatkan. Oleh karena itu, perataan laba dapat mengakibatkan kesalahan dalam
pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi Perataan laba yaitu risiko keuangan, beberapa
penelitian menggunakan rasio leverage sebagai proksi atas risiko keuangan terhadap perataan
laba. Perusahaan dengan tingkat rasio hutang yang tinggi mempunyai risiko yang tinggi pula,
maka laba akan berfluktuasi dan perusahaan cenderung untuk melakukan perataan laba agar laba
perusahaan terlihat stabil, karena investor cenderung mengamati fluktuasi laba suatu perusahaan
(Kustini dan Ekawati, 2006).
Selain itu, faktor yang mempengaruhi dan mendorong timbulnya praktik perataan laba
yaitu Nilai Perusahaan. Menurut Aji dan Mita (2010) perusahaan yang memiliki nilai pasar yang
tinggi akan cenderung untuk memberikan insentif bagi perusahaan dan melakukan perataan laba
untuk mempertahankan agar nilai perusahaan tetap tinggi sehingga dapat lebih diminati investor
dan menarik arus sumber daya ke dalam perusahaan. Nilai perusahaan itu dicerminkan dengan
harga saham yang tinggi.
Penelitian mengenai risiko keuangan dan nilai perusahaan mempengaruhi perataan laba
telah banyak dilakukan antara lain: Dhamar Yudho Ajie dan Aria Farah Mita (2010), Ibnu Abni
Lahaya (2017) dan Nur Hidayati Lathifal dan Anik Malikah (2017). Akan tetapi penelitian
tersebut hasil nya tidak konsisten. Oleh karena itu, perlu satu penelitian tentang pengaruh risiko
keuangan dan nilai perusahaan terhadap perataan laba.
Risiko Keuangan
Risiko keuangan atau Financial Leverage menunjukkan sejauh mana aset perusahaan telah
dibiayai oleh penggunaan hutang (Kasmir, 2014: 151). Financial leverage diproksikan dengan
debt to total asset yang diperoleh melalui total utang dibagi dengan total aset. Adanya indikasi
perusahaan melakukan perataan laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang dapat
dilihat melalui kemampuan perusahaan tersebut untuk melunasi utangnya dengan menggunakan
aset yang dimiliki.
Penelitian yang dilakukan oleh Ibnu Abni Lahaya (2017) bahwa semakin tinggi resiko
keuangan maka perusahaan akan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba. Manajemen
melakukan tindakan perataan laba untuk menunjukkan kepada kreditor bahwa risiko yang
dimiliki perusahaan kecil dengan cara berusaha menstabilkan nilai laba. Hal ini dikarenakan
cenderung menolaknya kreditor untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan dengan
fluktuasi laba yang tinggi
Nilai Perusahaan
Nilai Perusahaan adalah nilai jual sebuah perusahaan sebagai suatu bisnis yang sedang
beroperasi.(Sartono 2016:487)Adanya kelebihan nilai jual diatas nilai likuidasi adalah nilai dari
organisasi manajemen yang menjalankan perusahaan itu. Nilai perusahaan dicerminkan dengan
semakin besar nilai price to book value, yang artinya perusahaan tersebut dinilai sebanding
dengan dana yang ditanam oleh investor di dalam perusahaan. Tindakan perataan laba memiliki
hubungan timbal balik terhadap nilai perusahaan, karena perataan laba dapat menghasilkan
berkurangnya fluktuasi laba, sehingga dapat mencerminkan stabilitas kinerja perusahaan atau
nilai perusahaan, sehingga kinerja perusahaan atau nilai perusahaan merupakan faktor yang
mempengaruhi tindakan perataan laba perusahaan. (Salim, 2014). Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Nur Hidayati dan Anik Malikah (2017) semakin tinggi Nilai Perusahaan maka
akan cenderung melakukan perataan laba, karena dengan melakukan perataan laba variabilitas
dan risiko saham akan menurun.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan
asosiatif. Jenis data yang digunakan adalah panel yang bersumber dari laporan keuangan
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2017. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling yaitu untuk
mendapat sampel yang representatif sesuai kriteria yang telah ditentukan, dari 167 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017 terpilih 43 sampel. Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Risiko Keuangan yang diukur dengan membagi total
utang dengan total aktiva dikali 100%, Nilai Perusahaan yang diukur dengan membagi harga
saham per lembar saham dibagi dengan nilai buku per lembar saham dikali 100% dan Perataan
laba yang diukur dengan indeks eckel, indeks eckel ini membedakan perusahaan yang
melakukan perataan laba dengan yang tidak melakukan perataan laba caranya membagi
koefisien variasi perubahaan laba (CV∆I) dan koefisien variasi perubahan penjualan (CV∆S).
Dalam melakukan analisis data penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik dengan alat
pengelola data berupa menggunakan Eviews 10.
Berdasarkan hasil estimasi, diperoleh nilai LR statistik atau chi-square hitung adalah
0,954573, sedangkan nilai chi-square tabel df 2, α = 0,05 diperoleh sebesar 5,9915. Nilai LR
statistik atau chi-square hitung (0,954573) < nilai chi-square tabel (5,9915). Selain itu, dapat
melihat Uji LR dengan membandingkan Prob (LR statistics) pada α, nila Prob (LR statistics)
0.620465> 0.05, maka keputusannya adalah menerima Ho yang berarti semua variabel
independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen.
Uji Statistik Z
Uji Z dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara individual
mempengaruhi variabel dependen. Uji Z dapat dilakukan dengan membandingkan nilai
probabilitas terhadap α, jika nilai probabilitas < α, maka Ho ditolak yang berarti bahwa variabel
independen mempengaruhi variabel dependen, sedangkan jika nilai probabilitas > α, maka Ho
diterima yang berarti bahwa variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen.
Tabel 2
Uji Statistik Z
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
Berikut ini adalah hasil Uji Z dari masing-masing variabel independen terhadap variable
dependen:
SIMPULAN
Risiko Keuangan yang diproksikan dengan debt to asset (DTA) tidak berpengaruh
terhadap perataan laba (Income Smoothing). Hal ini disebabkan karena pihak ketiga akan
mengawasi perusahaan yang memiliki risiko keuangan yang tinggi, sehingga perusahaan tersebut
tidak melakukan perataan laba. Pihak ketiga tersebut mempunyai kepentingan untuk mengawasi
kemampuan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan.
Nilai Perusahaan yang diproksikan dengan price book value (PBV) tidak berpengaruh
terhadap perataan laba (Income Smoothing). Hal ini terjadi karena harga saham yang tinggi
mengakibatkan pihak ketiga akan menaruh perhatian lebih terhadap kinerja perusahaan dan
menilai bahwa kondisi perusahaan sangat baik.
Risiko Keuangan yang diproksikan dengan debt to asset (DTA) dan Nilai Perusahaan yang
diproksikan dengan price book value (PBV) secara simultan tidak berpengaruh terhadap praktik
perataan laba (income smoothing) yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki
risiko keuangan dan nilai perusahaan yang tinggi tidak membuat semua perusahaan melakukan
perataan laba, hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki risiko dan nilai perusahaan yang
tinggi menjadi perhatian pihak ketiga dalam mengukur kinerja perusahaan, sehingga perusahaan
tersebut tidak akan melakukan perataan laba
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Kuncoro, Ridwan. 2008. Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur.
Bandung:Alfabeta.
Ayunika, Ni Putu Nanda dan I Ketut Yadnyana. 2018. Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas dan Financial Leverage Terhadap Praktek Perataan Laba Pada Perusahaan
Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi Udayana Vol.25.3
Detik. Manajemen Baru Ades Berikan Informasi Sakah. Diperoleh 3 Februari 2019, dari
https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-229893/manajemen-baru-ades-berikan
informasi-salah
Fahmi, Irham. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta
Ghozali, imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23 Edisi 8.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Gujarati dan Porter. 2015. Dasar- Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat.
Hanafi, Mamduh M. 2014. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
Harmono. 2014. Manajemen Keuangan: Berbasis Balanced Scoredcard, Pendekatan Teori,
Kasus, dan Riset Bisnis. Jakarta : BumiAksara.
Hery. 2016. Mengenal dan Memahami Dasar-Dasar Laporan Keuangan. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Kustini, D. Dan E. Ekawati. 2006. “Analisis Perataan Laba dan Faktor – Faktor yang
mempengaruhi : Studi Empiris pada Perusahaan di Indonesia”. Jurnal Riset
Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2 No. 1, Februari, hal : 53 – 56.
Liputan 6. Skandal Terungkap, CEO Toshiba Mundur. Diperoleh 3 Februari 2019, dari
https://www.liputan6.com/news/read/50266/mereka-reka-penjarahan- harta-negara
di-bank-lippo
Prabayanti, Arik dan Gerianta Wirawan. 2010. Perataan Laba dan Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya.
Riahi, Ahmed dan Belkaoui. 2011. Accounting Theory (Teori Akuntansi), Edisi Kelima, Buku
Satu. Jakarta: Salemba Empat.
Riahi, Ahmed dan Belkaoui. 2011. Accounting Theory (Teori Akuntansi), Edisi Kelima, Buku
Dua. Jakarta: Salemba Empat.
Sartono, Agus. 2016. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.
Sriyana, Jaka. (2014), Metode Regresi Data Panel, Yogyakarta: Ekonisia.
Subramanyam. K. R dan John J. Wild. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Penerjemah Dewi
Y.Jakarta: Salemba Empat
CITATION READS
1 4,768
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by M. Shabri Abd. Majid on 23 July 2018.
Abstract: This research was aimed to examine the influence of business risk and financial risk
against profit rate of food and beverage company in Indonesia. Profit rate is measured by
return on investment (ROI) and return on equity (ROE). Observation period in the research
from 2008 to 2011 financial statements have been audited food and beverage company listed
on the Indonesia Stock Exchange, and the company reports its financial statements during
period of research a total of 17 companies, and a the amount of observations were 68. Data
analysis techniques used multiple linear regression. The results showed that the business risk
and financial risk are jointly or partial effect on the rate of profit, both the rate of profit is
measured by ROI and ROE in the food and beverage company in Indonesia.
Keywords: Rate of return, return on investment, return on equity, business risk and financial
risk.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh risiko bisnis dan risiko keuangan
terhadap tingkat keuntungan perusahaan makanan dan minuman di Indonesia. Tingkat
keuntungan diukur dengan return on investment (ROI) dan return on equity (ROE). Periode
pengamatan dalam penelitian ini mulai tahun 2008 sampai dengan 2011 atas laporan keungaan
yan telah di audit perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia,
dan perusahaan yang melaporkan laporan keuangannya selama periode penelitian sebanyak 17
perusahaan, dan jumlah pengamatan sebanyak 68. Teknik sanalisis data dipergunakan regresi
linier berganda. Hasil penelitian menunjukkaan bahwa risiko bisnis dan risiko keuangan secara
bersama-sama maupun parsial berpengaruh terhadap tingkat keuntungan, baik tingkat
keuntungan diukur dengan ROI maupun ROE pada perusahaan makanan dana minuman di
Indonesia.
Kata Kunci: Tingkat keuntungan, return on investment, return on equity, risikobisnis, dan
risiko keuangan.
waktu yang telah disepakati/jatuh tempo, dan kesalahan manusia, dan risiko ekonomi berupa
utang baik jangka pendek maupun jangka inflasi, fluktuasi lokal, kestabilan perusahaan
panjang akan menimbulkan beban tetap (beban (Darmawi, 2010:30). Risiko-risiko tersebut
bunga pinjaman) yang harus ditanggung akhirnya akan muncul risiko bisnis dan risiko
perusahaan. keuangan yang akan dihadapi perusahaan.
Penggunaan utang dalam pendanaan Penelitian ini mengangkat fenomena
bisnis perusahaan bisa berdampak positif dalam tentang bagaimana sebenarnya pengaruh risiko
pendanaan, Brigham dan Houston (2010:140) bisnis dan risiko keuangan dalam rangka
bahwa pendanaan melalui utang akan memperoleh tingkat keuntungan baik ROI
memberikan tiga dampak penting, yaitu (1) maupun ROE pada perusahaan makanan dan
menghimpun dana melalui utang, maka minuman.
pemegang saham dapat mengendalikan
perusahaan dengan jumlah investasi yang KAJIAN KEPUSTAKAAN
terbatas, (2) kreditor melihat ekuitas sebagai Laporan Keuangan
batas pengaman, makin tinggi proporsi total Laporan keuangan adalah hasil dari
modal makin kecil risiko yang dihadapi proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai
kreditor, dan (3) jika hasil yang diperoleh dari alat untuk mengkomunikasikan data keuangan
aset perusahaan lebih tinggi dari tingkat bunga atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak
yang dibayarkan, maka penggunaan utang akan yang berkepentingan (Hery, 2009:6). Laporan
mengungkit/memperbesar pengembalian atas keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan
ekuitas. ringkasan data keuangan perusahaan (Jumingan,
Besar atau kecilnya risiko yang akan 2009:4). Unsur utama dalam laporan keuangan
dihadapi perusahaan merupakan seberapa besar adalah neraca, laporan rugi-laba, laporan arus
harapan atau keinginan keuntungan yang kas, catatan atas laporan keuangan, dan opini
diperoleh. Hubungan antara risiko (risiko auditor (Stice, Stice, & Skousen, 2009:9).
bisinis dan risiko keuangan) dan return atau
keuntungan bersifat searah, dimana semakin Analisis Rasio Keuangan
besar keinginan untuk memperoleh keuntungan Analisis rasio keuangan adalah metode
akan diikuti oleh risiko yang besar pula. analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-
Tingkat risiko yang dihadapi perusahaan pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi-laba
makanan dan minuman yang relatif besar mulai secara individu atau kombinasi dari keduanya
dari risiko sosial, risiko fisik dan risiko (Munawir, 2007:37). Jumingan (2009:242)
ekonomi. Risiko sosial adalah bersumber dari menyatakan bahwa analisis rasio keuangan
masyarakat atau konsumen, risiko fisik adalah merupakan analisis membandingkan satu pos
yang bersumber dari fenomena alam dan dengan pos laporan keuangan lainya baik secara
ditambahkan pada cost of capital (biaya yang risiko keuangan disebabkan oleh bunga atas
dikeluarkan untuk investasi) lebih besar utang, dan dividen saham preferen (Ahmad,
dibandingkan dengan usaha bersiko rendah 2009:78). Semakin tinggi rasio debt-to-total-
(Mulyadi, 2001:350). Semakin besar risiko asset maka semakin besar pula risiko keuangan,
yang harus ditanggung, maka semakin besar dan semakin rendah rasio debt-to-total-asset
return yang harus dikomposisikan (Jogiyanto, maka akan semakin kecil risiko keuangan
2000:124). (Horne dan Wachowicz, 2005:210).
Perusahaan yang
memenuhi kriteria yang
Risiko Keuangan dijadikan objek penelitian.
Syamsuddin (2007:119) menyatakan Jumlah pengamatan 4 x 17 = 68
bahwa financial risk adalah suatu keadaan Variabel dalam penelitian ini adalahsebagai
dimana perusahaan tidak mampu menutup berikut :
biaya-biaya finansialnya. Tingginya tingkat
Y = α + 𝛽1 𝑿𝟏 + 𝛽2 𝑿𝟐 + ε
Keterangan :
Keterangan:
SD = Standar Deviasi (tingkat risiko)
Y = Tingkat keuntungan
x = Laba α = Konstanta
µ = Rata – rata laba 𝑋1 = Risiko Bisnis
𝑋2 = Risiko Keuangan
n = Jumlah 𝛽1 , 𝛽2 = Koefisien 𝑋1 , 𝑋2
ε = Error term
HASIL PEMBAHASAN
2. Risiko keuangan (𝑋2 ) adalah kemungkinan
Diskripsi Statistik Variabel Penelitian
(ketidakpastian) perusahaan tidak mampu Untuk memberikan gambaran data variabel
memenuhi kewajibanya pada waktu jatuh penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
tempo. Risiko ini dapat diukur dengan
Tabel 2. Diskripsi Variabel Penelitian
persamaan berikut ini: MinimumMaximum Mean Std. Deviation
- 41, 10,
ROI 8,51
8,22 56 14
- 32 27,
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 ROE
29,30 3,59 69
42,32
Risiko Keuangan = .... (2)
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 Risiko Bisnis
3,7 6,6 5,1
0,75
3 5 7
Risiko 0,2 15, 1,6
2,14
Keuangan 0 28 3
3. Tingkat keuntungan (Y) adalah tingkat
Sumber: Data Sekunder, diolah (2013)
kemampuan menghasilkan laba setelah
pajak atau seberapa besar keuntungan yang Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa tingkat
dengan ROI maupun ROE. Tingkat perusahaan sebesar nilai -8,22 berarti bahwa
keuntungan ROI dan ROE dapat diukur kerugian yang terjadi sebesar 8,22 persen dari
dengan persamaan berikut ini: total asset dan tingkat keuntungan (ROE)
minimum sebesar nilai -29,30 berarti bahwa
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
ROI = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
…….... (3) kerugian yang terjadi sebesar 29,3 persen dari
sebesar 0,20 kali dari ekuitasnya. Nilai linier berganda sebagai berikut:
dimana tingkat keuntungan diukur dengan Tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai R
ROE dapat dihat pada Tabel 4. sebesar 0,203 menunjukkan bahwa korelasi
antara variabel dependen (ROI) dengan variabel
Tabel 4. Hasil Regresi Pengaruh Risiko Bisnis dan
Risiko KeuanganTerhadap Tingkat independent adalah lemah. Nilai 𝑅 2 ) sebesar
Keuntungan
0,041 dapat diartikan bahwa 4,1 persen
Coefficientsa
Model 1 UnstandardizedStandar t Sig. variabilitas ROI dapat dijelaskan oleh variabel
Coefficients dized
Coeffici independent, sisanya sebesar 95,9 persen
ents
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
B Std. Beta
Error dimasukkan dalam model penelitian ini.
-
(Constant) 29,885 -1,054 0,296 Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai R
31,502
Risiko
Bisnis
7,949 5,690 0,141 1,397 0,167 sebesar 0,579 berarti bahwa korelasi antara
Risiko
11,076 1,995 0,561 5,551 0,000 variabel dependent (ROE) dengan variabel
Keuangan
independent adalah sedang. Nilai 𝑅 2 ) sebesar
Tabel 4 dapat dibuat regresi linier 0,336 dapat diartikan bahwa 33,6 persen
berganda sebagai berikut: perubahan ROE dapat dijelaskan oleh variabel
independent, sisanya sebesar 66,4 persen
Y = -31,502 + 7,949 𝑿𝟏 + 11,076 𝑿𝟐 + ε
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
Untuk mengetahui besarnya perubahan dimasukan dalam model penelitian ini.
variabel dependent ( ROI) yang dijelaskan oleh
variabel independentdapat dilihat pada Tabel 5 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Bersama-
dan besarnya perubahan variabel dependent sama, yaitu: (1) Uji secara bersama-sama
(ROE) yang dijelaskan oleh variabel terhadap Tingkat Keuntungan yang diukur
independent dapat dilihat pada Tabel 6. dengan ROI, bahwa hipotesis alternatif ( 𝐻𝑎 )
Abstract: The Effect of Financial Risk and Sales Growth to Profitability and Value of The Firm.
This research is conducted as a mean to determine the effect of financial risk and sales growth to
profitability and value of the firm. The study population is a property company that is listed on the
Indonesia Stock Exchange 2010-2012. The sample is based on the census in accordance with the definition
of the variables used in this research, 26 companies as samples. Variables financial risk is measured by
delta EPS divided by delta EBIT, sales growth is measured by the proportion of delta sales each year,
profitability with ROA ( return on assets), value of the firm with PBV ( price to book value ). Analysis
of the data using path analysis method , in which the financial risk and sales growth as an exogenous
variable, value of the firm as an endogenous variable and profitability as an intervening variable. The
research found that the risk of finance and sales growth have positive effect on pofitability, profitability
has positive effect on the value of the firm but financial risk value and growth sales have negative effect
on the value of the firm.
Abstrak: Pengaruh Risiko Keuangan dan Pertumbuhan Penjualan pada Profitabilitas dan Nilai
Perusahaan Property. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh risiko keuangan dan
pertumbuhan penjualan pada profitabilitas dan nilai perusahaan. Populasi penelitian adalah perusahaan
property yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012. Pengambilan sample berdasarkan
sensus sesuai dengan definisi variabel-variabel penelitian, maka diperoleh 26 perusahaan sebagai sampel
penelitian, dimana risiko keuangan diukur dengan delta EPS dibagi delta EBIT, pertumbuhan penjualan
diukur dengan proporsi delta penjualan tiap tahun, profitabilitas dengan ROA(return on Assets), nilai
perusahaan dengan PBV (price to book value). Analisis data menggunakan metode path analysis, dimana
risiko keuangan dan pertumbuhan penjualan sebagai sebagai variabel eksogen, nilai perusahaan sebagai
variabel endogen dan profitabilitas sebagai variabel intervening. Hasil analisis menemukan bahwa risiko
keuangan dan pertumbuhan penjualan berpengaruh positif pada profitabilitas, profitabilitas berpengaruh
positif pada nilai perusahaan namun risiko keuangan dan pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif
pada nilai perusahaan.
saham bisa diperoleh dari pembiayaan permanen harga saham sehingga nilai perusahaan meningkat.
yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham Penelitian Cheng et al (2010)menemukan bahwa
preferen dan modal pemegang saham(Weston dan pertumbuhan penjualan berpengaruh positif pada
Copeland,1997). Menurut Brigham dan Houston nilai perusahaan. Sedangkan penelitian Safrida, Eli
(2001), perusahaan dengan tingkat penjualan relatif (2008), menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan
stabil memperoleh lebih banyak pinjaman dan berpengaruh negatif tidak pada nilai perusahaan.
menanggung beban tetap yang lebih tinggi. Weston Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
dan Brigham(1993) mengatakan perusahaan dengan memperoleh keuntungan dengan modal yang
tingkat pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak digunakan (Wiagustini,2010). Perusahaan yang
menggunakan modal ekster nal dengan dapat menciptakan profit atau laba yang besar berarti
mempertimbangkan floating cost yang ditanggung. mampu menciptakan pendanaan internal yang dapat
Menurut Kaaro(2003), pertumbuhan total aktiva digunakan sebagai laba ditahan atau dividen.
cenderung berdampak positif pada leverage, dengan Penelitian oleh Ulupui (2007), Carlson dan Bathala
2 argumentasi : Pertama, pertumbuhan penjualan (1997) dalam Suranta dan Pratana (2004), Kabajeh
dari setiap upaya (termasuk biaya) yang dilakukan et al(2012), Hatta et al (2012), Nirmala et al(2011),
secara langsung berimplikasi pada penerimaan, dan Aras and Yilmaz (2008) ditemukan bahwa ROA
pertumbuhan aktiva perusahaan lebih mencerminkan berpengaruh positif pada nilai perusahaan.
horizon waktu lebih panjang dari pertumbuhan Penelitian-penelitian lain menunjukkan hasil yang
penjualan, kedua, investasi pada aktiva berbeda, seperti Machfiro dan Eko Ganis (2012),
membutuhkan waktu sebelum siap dioperasikan, Menaje (2012) menemukan bahwa profitabilitas
sehingga aktivitas yang dilakukan tidak langsung berpengaruh negatif pada harga saham. Sedangkan
terkait dengan penerimaan.Booth et al (2001) Atif Ali (2012) menemukan pr ofitabilitas
meneliti kaitan risiko keuangan dengan kinerja berpengaruh positif tidak pada nilai perusahaan.
keuangan, ditemukan bahwa risiko keuangan
berpengaruh negative pada profitabilitas. Temuan METODE PENELITIAN
yang sama juga ditemukan oleh Chen(2003) dan
Chandra (2007). Penelitian ini dilakukan pada perusahaan
Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
pertumbuhan aset yang dimiliki perusahaan. Aset Data sekunder berasal dari www,idx.co.id dan
menunjukkan aktiva yang digunakan dalam aktivitas Indonesian Capital Market Directory(ICMD).
operasional perusahaan, semakin besar aset Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan
diharapkan semakin besar hasil operasional dari property yang mempublikasikan laporan keuangannya
perusahaan tersebut. Indikator pertumbuhan secara lengkap sesuai definisi variabel-variabel
perusahaan dapat dilihat dari kenaikan penjualan penelitian periode 2010–2012, jumlahnya sebanyak
dari tahun ke tahun. Perusahaan yang mempunyai 26 perusahaan. Pengambilan sampel dilakukan
laju pertumbuhan penjualan yang tinggi, didukung secara sensus yaitu mengambil seluruh populasi
oleh modal yang cukup untuk pembelanjaan pengeluaran yang ada untuk diteliti.
perusahaan. Sugihen (2003) dan Chandra (2007) Definisi operasional variabel dalam penelitian
meneliti pengaruh pertumbuhan penjualan pada ini sebagai berikut :
kinerja keuangan, ditemukan bahwa pertumbunan Variabel eksogen
penjualan berpengaruh positif pada profitabilitas. 1) Risiko Keuangan ( X1 )
Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan Risiko Keuangan diproksikan dengan perubahan
oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan EPS dibagi dengan perubahan pada EBIT dari
karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi laporan keuangan tahun 2010 – 2012. Variabel
perkembangan perusahaan. Bagi investor, pertumbuhan ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh
suatu perusahaan sebagai tanda dari perusahaan Prasad et al(1997) dan Sudarma (2004). Risiko
tersebut memiliki aspek yang menguntungkan, Keuangan dirumuskan sebagai berikut:
berharap memperoleh rate of return yang lebih baik
atas investasinya (Kusumajaya, 2011). Penelitian X1 = =
Sriwardany (2006) menemukan bahwa pertumbuhan
perusahaan berpengaruh positif pada peningkatan dalam satuan rasio ……………………….(1)
160 Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 20 No. 2, Agustus 2015
Risiko e2
Keuangan b3
(X1)
b1 Nilai
Profitabilitas Perusahaan
e1 b5
(X3) (Y)
b2
Pertumbuhan
Penjualan b4
(X2)
Gambar 1
Kerangka Konseptual Pengaruh Risiko Keuangan dan Pertumbuhan Penjualan pada
Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Property di BEI
I Dewa Ketut Alit Dramawan, Pengaruh Risiko Keuangan dan Pertumbuhan... 161
Berdasarkan model penelitian diatas dapat Nilai Perusahaan (Y) sebagai variabel endogen,
dirumuskan persamaan model struktural sebagai Profitabilitas (X3) sebagai variabel intervening yang
berikut : .Pertumbuhan Penjualan (X2) dan Risiko Keuangan
X3= b1X1+b2X2 +e1 dan Y= b3X1+b4X2+b5 X3+e2. (X1) sebagai variabel eksogen. Statistik deskriptif
variabel ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1
Statistik Deskriptif Variabel Risiko Keuangan, Pertumbuhan Penjualan, Profitabilitas dan
Nilai Perusahaan
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
RISIKO 52 -.003286 .001888 .00028469 .000687254
PERTUMBUHAN 52 -.604230 1.230156 .20611330 .419215283
PROFITABILITAS 52 -9.690000 16.870000 5.17442308 5.491026695
NILAI 52 .220000 3.840000 1.49365385 1.003441194
Valid N (listwise) 52
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui bahwa a) Pengujian asumsi linearitas hubungan antar
selama periode 2010 sd 2012 sebagai berikut : risiko variabel metode Curve Fit
keuangan memiliki mean sebesar 0,00028 per tahun b) Model bersifat rekursif yaitu sistem aliran
dan standar deviasi 0.00069, pertumbuhan penjualan causal ke satu arah.
memiliki mean sebesar 0,20611 per tahun dan c) Variabel-variabel endogen, eksogen maupun
standar deviasi 0,41922, profitabilitas memiliki intervening dalam data rasio.
mean sebesar 5,17442 per tahun dan standar deviasi d) Instrument pengukuran valid dan reliable,
5,49103 dan nilai perusahaan memiliki mean sebesar data dariwww.idx.co.iddan Indonesian
1.49365 per tahun dan standar deviasi 1.00344 Capital Market Directory (ICMD) tahun
2010 – 2012.
Pemeriksaan Asumsi Linearitas pada Path e) Model telah dianalisis berdasarkan teori dan
analysis konsep yang relevan
Pemeriksaan Asumsi Linearitas pada Path Hasil Pengujian Asumsi Linearitas dapat dilihat
analysis dilakukan sebagai berikut: pada Tabel 2.
Tabel 2
Hasil Pengujian Asumsi Linearitas
Keterangan
Variabel Bebas Variabel Terikat Hasil uji
( <0,05)
Risiko Keuangan(X1) Profitabilitas(X3) .002 Model linier
Pertumbuhan
Profitabilitas(X3) .010 Model linier
Penjualan(X2)
Nilai
Risiko Keuangan(X1 ) .943 Model linier tidak
Perusahaan(Y)
Pertumbuhan Nilai
.315 Model linier tidak
Penjualan(X2) Perusahaan(Y)
Nilai
Profitabilitas (X3) .001 Model linier
Perusahaan(Y)
Sumber: Data diolah
Tabel 3
Hasil Pengujian Hipotesis
Pengaruh Tidak
Pengaruh Pengaruh Langsung Pengaruh
Variabel Langsung Sig (Melalui Total Keterangan
Profitabilitas)
X1X3 0,469 0,000 - 0,469
e1 0,8106
RISIKO
KEUANGAN (X1)
-0,250(ns)
0,469(s)
e1=0,8106
PROFITABILITAS 0,591(s) NILAI
(X3) PERUSAHAAN (Y)
0,409(s)
e2=0,866
-0,097(ns)
PERTUMBUHAN
PENJUALAN (X2
)
Gambar 2
Diagram Jalur Pengaruh Langsung
I Dewa Ketut Alit Dramawan, Pengaruh Risiko Keuangan dan Pertumbuhan... 163
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh
statistik pada Tabel 3 dan Gambar 2, maka model diukur :
didapatkan sebagai berikut : R2m = 1-P2e1P2 …P2
1) Risiko keuangan (X1) berpengaruh positif pada dimana
Profitabilitas (X3 ). Hasil analisis diperoleh Pe1 = e1 0,8106 danPe2 = e 2 0,866
koefisien jalur sebesar 0,469 dengan p= 0,000, R2m = 1- =
sehingga dikatakan bahwa semakin 1 - 0,49275 = 0,50725 = 51%
bertambahRisiko keuangan (X 1 ) maka
Profitabilitas (X3) semakin meningkat. Berdasarkan koefisien determinasi total,
2) Pertumbuhan penjualan (X2) berpengaruh diperoleh bahwa model dapat menjelaskan informasi
positif pada Profitabilitas (X3). Hasil analisis yang terkandung di dalam data sebesar 51 %.,
diperoleh koefisien jalur sebesar 0,409 dengan sedangkan 49 % dijelaskan oleh variabel lain (yang
p= 0,001 sehingga diartikan bahwa semakin belum terdapat di dalam model ) dan error.
bertambahpertumbuhan penjualan (X2) maka
Profitabilitas (X3) semakin meningkat. Pengujian Kesesuaian Model (Goodness of Fit
3) Profitabilitas (X3) berpengaruh positif pada Model)
Nilai Perusahaan (Y). Hasil analisis diperoleh Uji kesesuaian model (goodness of fit test) untuk
koefisien jalur sebesar 0,591 dengan p= 0,000 menguji apakah model yang diusulkan memiliki
sehingga diartikan bahwa semakin tingggi kesesuaian (fit) dengan data Shumacker dan Lomax
Profitabilitas (X3) maka Nilai Perusahaan (Y) (1996) serta Riduwan dan Engkos (2008)
semakin tinggi. menyatakan bahwa dalam analisis jalur suatu model
4) Risiko keuangan (X1) berpengaruh negatif tidak yang diiusulkan dikatakan fit dengan data apabila
pada Nilai Perusahaan (Y). Hasil analisis matriks korelasi sampel tidak jauh berbeda dengan
diperoleh koefisien jalur sebesar -0,250 dengan matriks korelasi estimasi (reproduced correlation
p= 0,091 sehingga diartikan bahwa semakin matrix). Uji statistik kesesuaian model koefisien
tingggi risiko keuangan (X1) maka semakin 1 R 2m
rendah nilai perusahaan(Y), atau semakin Q
rendah risiko keuangan (X1) maka semakin 1- M
tinggi nilai perusahaan (Y). Tetapi karena Keterangan :
tingkat si (p) > 0,05 maka perubahan risiko R2m= 1 –(1-R21)(1-R22), dan M = R2m setelah
keuangan (X1) tidak akan berpengaruh dilakukan triming.
langsung secara menjadikan nilai perusahaan Apabila Q=1 mengindikasikan model fit
(Y) semakin rendah atau semakin tinggi. sempurna. Jika Q < 1, untuk menentukan fit tidaknya
5) Pertumbuhan penjualan(X 2 ) berpengaruh model dengan statistik W hitung = -(N-d)Ln Q.
negatif tidak pada Nilai Perusahaan (Y). Hasil Keterangan:N = ukuran sampel, d = banyaknya jalur
analisis diperoleh koefisien jalur sebesar -0,097 yang tak (df)
dengan p= 0,495 sehingga diartikan bahwa Koefisien determinasi multiple untuk diagram
semakin tingggi Pertumbuhan penjualan jalur tersebut sebagai berikut:
(X2)maka nilai perusahaan (Y) semakin rendah R21 = 0,343, R22 = 0,250,
atau sebaliknya semakin rendah pertumbuhan maka
penjualan (X2) semakin tinggi nilai R2 m = 1 – ( 1 – )
perusahaan(Y). Tetapi karena tingkat si sangat =0,50725
jauh dari batas validitas yaitu (p=0,495) >> p R21 = 0,343, R22triming = 0,203,
sig =0,05), maka perubahan pertumbuhan maka
penjualan (X2) tidak akan berpengaruh M = 1 – ( 1 – 0,343 ) = 0,476371
langsung secara menjadikan nilai perusahaan Berdasarkan data diatas, besarnya nilai Q adalah
(Y) semakin rendah atau semakin tinggi. : 1R2m 10,50725 0,49275
Q atau
0,941028 Q1
1-M 10,4763710,523629
Pemeriksaan Validitas Model
Pemeriksaan model penelitian mempergunakan Untuk nilai Q < 1, menentukan fit model
Koefisien Determinasi Total, yang menunjukkan dengan statistik W dan Chi square:
164 Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 20 No. 2, Agustus 2015
a) Hipotesis nol (H 0 ) menyatakan tidak ada Bursa Efek Indonesia mampu meningkatkan
perbedaan matriks korelasi sampel dengan pendapatan perusahaan sehingga meningkatkan laba
matriks korelasi estimasi. (Whitung< Chi Square ) dan akan meningkatkan profitabilitas.
b) Hipotesis satu (H1) menyatakan ada perbedaan Hasil penelitian ini mendukung penelitian
matriks korelasi sampel dengan matriks korelasi sebelumnyaoleh Sugihen (2003) dan Chandra(2007)
estimasi. (H0 ditolak karena Whitung> Chi Square) yang secara general meneliti untuk semua perusahaan
Whitung = -(N-d)Ln Q= -(52-2)Ln Q =-(50Ln go public dengan temuan pertumbuhan penjualan
0,941028) = 3,039 kemudian dari tabelChi square berpengaruh positif pada kinerja keuangan
=5,991 (ada 2 jalur tidak maka dk =2, =0,05),.
Karena Nilai Whitung(=3,0391)<Chi square (=5,991) Pengaruh Risiko Keuangan pada Nilai Perusahaan
maka Ho diterima. Penelitian ini menemukan risiko keuangan
Berdasarkan pengujian kesuaian model dalam berpengaruh negatif tidak pada nilai perusahaan,
analisis jalur untuk model yang diiusulkan dikatakan hal ini berarti meningkatnya risiko keuangan tidak
fit dengan data karena matriks korelasi sampel tidak mampu secara nyata menurunkan nilai perusahan
jauh berbeda dengan matriks korelasi estimasi property. Temuan ini menunjukkan bahwa
(reproduced correlation matrix). investoryang ingin berinvestasi di saham perusahaan
property menghindari risiko keuangan. Kondisi ini
Pembahasan Penelitian juga menunjukkan bahwa investor pada umumnya
Pengaruh Risiko Keuangan pada Profitabilitas memiliki risk over ( menghindari risiko ) berarti
Penelitian ini menemukan bahwa risiko investor dalam melakukanan investasi menginginkan
keuangan berpengaruh positif pada pofitabilitas return yang lebih besar dari risiko keuangan yang
sehingga dengan bertambahnya risiko keuangan harus ditanggung.
pada perusahaan property maka profitabiltas Temuan penelitian ini sesuai dengan penelitian
perusahaan juga akan meningkat. Makin besar risiko Rayan Kuben (2008), Sudarma (2004) dan Chandra
keuangan yang dihadapi dalam menjalankan bisnis (2007), ditemukan bahwa risiko keuangan
propertymaka peluang mendapatkan keuntungan berpengaruh negatif pada nilai perusahaan, karena
bagi perusahaan tersebut juga semakin tinggi (high pertimbangan cost of debt dari pemakaian hutang
risk high return ). Semakin baik manajemen oleh perusahaan sehingga menurunkan profitabilitas
perusahaan menangani risiko keuangan sebagai yang akan menurunkan nilai perusahaan
akibat dilakukannya operasi perusahaan, baik itu Pengaruh Pertumbuhan Penjualan pada Nilai
risiko bisnis maupun risiko hutang yang harus Perusahaan
digunakan oleh perusahaan, maka akan semakin Penelitian ini menemukan bahwa pertumbuhan
produktif dalam melakukan pengelolaan financial penjualan memiliki pengaruh langsung negatif tidak
untuk meningkatkan laba sehingga meningkatkan pada nilai perusahaan.Berarti meningkatkannya
profitabilitas yang merupakan indikator keberhasilan penjualan tidak mampu meningkatkan nilai
operasi perusahaan. perusahaan tetapi sebaliknya menurunkan nilai
Hal ini berlawanan dengan penelitian sebelumnya perusahaan,hal ini menunjukkan bahwa investor
oleh Booth et al (2000) dan juga penelitian oleh tidak melihat pertumbuhan penjualan dalam
Chen (2003). Dimana pada hipotesanya menyatakan berinvestasi saham dalam perusahaan property di
risiko keuangan berpengaruh negatif pada Bursa Efek Indonesia, karena pertumbuhan
profitabilitas perusahaan, dengan argumentasi bahwa penjualan belum final merupakan pendapatan bersih
perusahaan yang memiliki risiko keuangan meningkat perusahaan karena pertumbuhan masih dikurangi
akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan dana biaya operasi sehingga investor tidak tertarik dengan
eksternal, sehingga menurunkan profitabilitas. melihat pertumbuhan penjualan. Temuan penelitian
ini tidak mendukung temuanpenelitian oleh
Pengaruh Pertumbuhan Penjualan pada Sriwardany(2006) dan Cheng et al (2010),ditemukan
Profitabilitas bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai
Penelitian ini menemukan bahwa pertumbuhan pengaruh positif pada nilai perusahaan.
penjualan berpengaruh positif pada profitabilitas. Temuanl penelitian ini mendukung penelitian
Hal ini berarti bahwa meningkatnya pertumbuhan yang dilakukan oleh Safrida, Eli (2008), ditemukan
penjualan perusahaan property yang terdaftar di
I Dewa Ketut Alit Dramawan, Pengaruh Risiko Keuangan dan Pertumbuhan... 165
RISIKO
KEUANGAN (X1)
NS
PROFITABILITAS S NILAI
(X3) PERUSAHAAN (Y)
NS
PERTUMBUHAN
PENJUALAN (X2 )
Gambar 3
Implikasi Hasil Penelitian
Listed Firms in the Philippines. American Syed. Atif Ali, Amir. Razi. 2012. Impact of
International Journal of Contemporary Companies Internal Variables on Stock Prices:
Research Vol. 2 No. 9; September 2012 A Case Study of Major Industries of Pakistan.
Ramezani, Cyrus A;Soenen, Luc;Jung, Alan. 2002. International Conference on Education, Applied
Growth, corporate profitability, and value Sciences and Management (ICEASM’2012)
creation, Financial Analysts Journal; Nov/Dec December 26-27, 2012 Dubai (UAE)
2002; 58, 6; ProQuest Teddy Chandra. 2007. Pengaruh Environment Risk,
Safrida, Eli. 2008. Pengaruh Struktur Modal dan Corporate Strategy dan Struktur Modal pada
Pertumbuhan Perusahaan pada Nilai Produktivitas Aktiva, Kinerja Keuangan dan
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Nilai Perusahaan pada perusahaan Go Public
Tesis.www.google.com di Bursa Efek Jakarta, Disertasi, Fakultas
Sartono, R.A. 2001. Manajemen Keuangan Teori ekonomi Universitas Brawijaya Malang.
dan Aplikasi . Edisi 4. Yogyakarta. BPFE-UGM Tien Pao, Hsiao, Bohdan Pikas, & Tenpao Lee. 2003,
Solimun. 2002, Structural Equation Modeling, Lisrel The Determinants of Capital Structure Choice
dan Amos, Makalah Diklat, Program using Linier Models : High Technology
Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang Vs.Traditional Corporations, Journal of
Sonia Machfiro and Eko Ganis Sukoharsono. 2012. Academy of Business and Economics, January
The Effect Of Financial Variables On The 2003
Company’s Value (Study on Food and Beverage
Companies that are listed on Indonesia Stock Ulupui, I.G.K.A.2007. Analisis Pengaruh Rasio
Exchange Period 2008-2011).http:// Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan
jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/ Profitabilitas pada Return Saham pada
download/177/140 Perusahaan Makanan dan Minuman kategori
Sriwardany,2006, Pengaruh Pertumbuhan Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Perusahaan pada Kebijaksanaan Struktur Akuntansi dan Bisnis. Vol 2. No.1, Januari . 88
Modal dan Dampaknya pada Perubahan Harga - 102
Saham pada Perusahaan Manufaktur, Tesis. Weston, J.F dan T. Copeland. 1997. Manajemen
www.google.com Keuangan. Jilid 2 Edisi 9. Binarupa Aksara
Sudarma, Made. 2004, Pengaruh Struktur Wiagustini.2010. Dasar-dasar Manajemen
Kepemilikan Saham, Faktor Intern dan Faktor Keuangan. Cetakan Pertama. Denpasar.
Ekstern Pada Struktur Modal dan Nilai Udayana University Press.
Perusahaan (Studi pada Industri yang Go-Public Wiksuana, Wiagustini, Panji I.B.. 2001. Buku Ajar
di Bursa Efek Jakarta), Disertasi Program Manajemen Keuangan. Denpasar. UPT Penerbit
Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang Universitas Udayana
Sugihen, Syafruddin Ginting. 2003, Pengaruh William C. House, Michael E. Benefield, University
Struktur Modal Pada Produktivitas Aktiva dan of Arkansas.1995. The Impact of Sales and
Kinerja Keuangan serta Nilai Perusahaan Income Growth on Profitability and Market
Industri Manufaktur Terbuka di Indonesia, Value Measures in Actual and Simulated
Disertasi Program Pascasarjana Universitas Industries, Developments In Business
Airlangga, Surabaya. Simulation & Experiential Exercises, Volume
Suranta, Eddy dan Pratana Puspita Merdistusi. 2004, 22,56
Tobin’s Q, Agency Problems dan Kinerja Yuniningsih. 2002. Interdepedensi antara Kebijakan
Perusahaan, Makalah Simposium Nasional Deviden Payout Ratio, Financial Leverage dan
Akutansi VII, Bali , 2-3 Desember Investasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 9(2).
164-182