Anda di halaman 1dari 209

E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No.

8, 2017: 4298-4331 ISSN : 2302-8912

EFEKTIVITAS MANAJEMEN RISIKO DALAM MENGENDALIKAN


RISIKO KREDIT DI PT BANK RAKYAT INDONESIA

Ni Made Indah Purnama Dewi1


Ida Bagus Panji Sedana2
1,2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, Indonesia
email : dewi.dwitya@yahoo.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen risiko dalam
mengendalikan risiko kredit dan mengetahui efektivitas manajemen risiko di PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Unit Gerenceng Denpasar. Metode
pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara langsung dengan manajer bank.
Teknik analisis berupa teknik analisis deskriptif, untuk menganalisis manajemen
risiko, menginterpretasikan serta menentukan saran.Berdasarkan analisis data
ditemukan bahwa NPL Bank BRI Unit Gerenceng berada di bawah 5%. Manajemen
risiko sudah menerapkan identifikasi risiko, pengukuran dan evaluasi melalui 5C serta
pengelolaan risiko. Pengukuran efektivitas manajemen risiko diperoleh hasil bahwa
kredit yang dijalankan berupa KUPEDES dan Bri Guna Mikro berada di tingkat
sangat tidak efektif yaitu dibawah 40%, dan KUR Mikro berada di tingkat efektivitas
sangat efektif karena berada di tingkat diatas 79,99%.

Kata kunci: manajemen risiko, risiko kredit, NPL, efektivitas manajemen risiko

ABSTRACT
The purpose of this research is to know the risk management in controlling credit risk and
to know the effectiveness of risk management at PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Branch Unit Gerenceng Denpasar. Data collection method used is direct interview with
bank manager. Analytical techniques in the form of descriptive analysis techniques, to
analyze risk management, interpret and determine suggestions. Based on the data analysis
found that the NPL of BRI Bank Gerenceng Unit is below 5%. Risk management has
implemented risk identification, measurement and evaluation through 5C and risk
management. The measurement of the effectiveness of risk management has resulted that
the credit that runs KUPEDES and Bri Guna Mikro is at very ineffective level which is
below 40%, and KUR Mikro is in very effective effectiveness level because it is above level
79,99%.

Keywords:risk management, credit risk, NPL, effectiveness of risk management

4298
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331

PENDAHULUAN

Memprakirakan kemungkinan terjadinya kerugian merupakan suatu cara

yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk dapat bertahan dalam persaingan

bisnis sekarang ini. Perusahaan dapat memperkirakan keuntungan yang akan

diperoleh sekarang, namun tidak memastikan apakah keuntungan tersebut dapat

terealisasikan dengan sempurna untuk kemudian hari atau justru sebaliknya malah

merugikan. Perusahaan suatu saat akan memperoleh kemungkinan terjadinya

kerugian seiring berjalannya waktu sehingga perusahaan perlu memperhatikan

kemungkinan kerugian yang terjadi.

Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya kerugian akibat buruk

yang tak diinginkan atau kejadian tidak terduga. Ketidakpastian tersebut

menyebabkan tumbuhnya risiko (Darmawi, 2014:21). Risiko merupakan

keseluruhan hal yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan tersebut

(Muslich, 2007:5). Risiko yang terjadi dapat dikendalikan dengan menerapkan

manajemen risiko. Manajemen risiko merupakan kegiatan atau proses manajemen

yang terarah dan bersifat proaktif untuk mengakomodasi kemungkinan gagal dari

sebuah transaksi atau instrument (Tampubolon, 2004:34).

Perbankan merupakan sektor bisnis yang memiliki risiko cukup tinggi

sehingga perlu diterapkan manajemen risiko. Bank merupakan lembaga perantara

keuangan (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak

yang kekurangan dana. Sebagai lembaga intermediasi, peran bank sangat penting

dalam menghimpun dana maupun menyalurkannya ke sektor riil dalam rangka

mendorong pertumbuhan ekonomi (agent of development).

4299
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…

Penerapan manajemen risiko perbankan diatur dalam PBI No.

11/25/PBI/2009 tentang Perubahan atas PBI No. 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan

Manajemen Risiko bagi Bank Umum sebagai Serangkaian metodologi dan

prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan

mengelola risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank. Penerapan

manajemen risiko perbankan menjadi salah satu upaya bank dalam mengendalikan

risiko kredit. Risiko kredit adalah kemungkinan debitur tidak membayar kredit

yang telah diberikan oleh pihak bank. Sebelum pemberian kredit dilakukan

sebaiknya bank memperhitungkan dan merencanakan pengendalian risiko kredit

sehingga dapat meminimalisir timbulnya risiko kredit tersebut.

Pengendalian risiko kredit dapat dilakukan melalui serangkaian proses

manajemen risiko yang terdiri dari identifikasi risiko, pengukuran dan evaluasi

risiko, serta pengelolaan risiko (Sulhan & Ely, 2008:109). Identifikasi risiko

adalah proses perusahaan yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus

untuk mengidentifikasi Property Liability dan Personel Exposure sebelum

terjadinya peril. Pengukuran dan evaluasi risiko adalah suatu proses sistematis

untuk mengukur tinggi rendahnya risiko yang dihadapi perusahaan melalui

kuantifikasi risiko. Tujuannya adalah untuk memahami karakteristik risiko,

sehingga risiko akan lebih mudah dikendalikan.

Setelah risiko tersebut diidentifikasi, diukur dan dievaluasi, risiko dapat

dikelola dengan alternatif yaitu penghindaran risiko, menahan risiko, diversifikasi,

transfer risiko dan pendanaan risiko. Kaitan efektivitas manajemen risiko

perbankan dalam mengendalikan risiko kredit adalah upaya yang telah dilakukan

4300
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331

dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, baik berupa sumber daya

manusia maupun sumber daya teknologi dengan cara yang benar dan mencapai

tujuan salah satunya meminimalisir risiko kredit.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan bank milik pemerintah yang

terbesar di Indonesia. Pemberian kredit oleh PT BRI Cabang Unit Gerenceng

sebagai kreditur harus selektif dalam menilai kekayaan kredit yang diajukan oleh

calon debitur, karena tugas bank tidak hanya pada tahap pemberian kredit saja

melainkan sampai dengan kredit itu terbayar lunas oleh debitur. PT Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk Cabang Unit Gerenceng masih memiliki kredit

bermasalah. Perkembangan kredit bermasalah menunjukkan adanya risiko kredit

yang meningkat atau menurun dalam kurun waktu tertentu. Perkembangan kredit

bermasalah PT BRI Cabang Unit Gerenceng selama Tahun 2016.

Tabel 1.
Jumlah Kredit Bermasalah Bank BRI Unit Gerenceng periode 2016
Bulan Jumlah Kredit Bermasalah NPL (%)
Januari 2016 463.221.153 0,94
Februari 2016 566.492.665 1,02
Maret 2016 547.922.459 0,93
April 2016 543.785.064 0,88
Mei 2016 710.846.004 1,09
Juni 2016 477.711.465 0,69
Juli 2016 330.560.148 0,47
Agustus 2016 488.593.044 0,68
September 2016 453.741.836 0,63
Oktober 2016 364.734.209 0,51
November 2016 465.638.076 0,63
Desember 2016 419.439.973 0,56
Sumber: Laporan Perkembangan Unit (LPU), 2016

Tabel 1 menunjukkan kredit bermasalah di Bank BRI Unit Gerenceng

mengalami fluktuasi selama Tahun 2016. Jumlah kredit bermasalah paling tinggi

terjadi pada bulan Mei 2016 yaitu Rp 710.846.004 dengan NPL sebesar 1,09%.

Kenaikan jumlah kredit bermasalah paling tinggi terjadi dari bulan April 2016 ke

4301
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…

Mei 2016 sebesar Rp 167.060.940. Jumlah kredit bermasalah paling rendah terjadi

pada bulan Juli 2016 yaitu Rp 330.560.148 dengan NPL sebesar 0,47%.

Penurunan kredit bermasalah paling besar terjadi dari bulan Mei 2016 ke Juni

2016 sebesar Rp 233.134.539.

Penelitian ini menggunakan analisis data dengan menganalisis pengendalian

risiko kredit dilakukan melalui proses manajemen risiko, yaitu identifikasi risiko,

pengukuran dan evaluasi risiko, dan pengelolaan risiko. Penggunaan analisis data

tersebut mampu mengendalikan risiko kredit melalui proses manajemen risiko

perbankan dan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya.

Beberapa penelitian sebelumnya yang menganalisis pengendalian risiko

kredit melalui proses manajemen risiko perbankan juga menghasilkan hasil

penelitian yang serupa, seperti penelitian yang dilakukan Yunitasari dkk. (2015)

meneliti di PT BRI (Persero) Tbk Cabang Jombang Tahun 2012-2014 yang

meneliti tentang antisipasi kredit bermasalah yang terjadi pada kredit modal kerja

melalui pengawasan kredit dan prosedur pemberian kredit yang baik. Hasil yang

diperoleh bahwa prosedur pemberian modal kerja sudah berjalan baik dan sesuai

teori, namun belum ada proses wawancara kedua. Persentase NPL masih dalam

batas wajar yaitu 5%, namun masih terdapat kenaikan dan penurunan setiap

tahunnya. Persentase LDR juga masih mengalami kenaikan dan penurunan tiap

tahunnya, namun masih berada pada batas toleransi yang telah ditetapkan oleh BI.

Pengawasan kredit yang telah diterapkan sudah cukup baik walaupun belum

dilakukan pembinaan debitur dan restructuring.

4302
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331

Dewi dkk. (2014) meneliti di Koperasi BPR Pancadana Batu Tahun 2010-
2012 mendapatkan hasil bahwa penerapan manajemen kredit pada Koperasi BPR
Pancadana Batu dalam meminimalisir kredit bermasalah masih belum efektif,
dilihat dari persentase Non Performing Loan (NPL) pada periode 2010-2012 yang
mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2010 sebesar 0%, pada Tahun 2011
sebesar 0,72%, dan pada Tahun 2012 sebesar 1,99%. Manajemen kredit yang
diterapkan meliputi perencanaan kredit, penetapan suku bunga kredit, prosedur
pemberian kredit, analisis pemberian kredit, dan pengawasan kredit. Upaya
penyelamatan kredit bermasalah yang dilakukan Koperasi BPR Pancadana Batu
meliputi pembinaan kepada debitur, pemberian surat peringatan pada nasabah 1-
2x, penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan kembali (reconditioning),
penataan kembali (restructuring) dan penyitaan jaminan.

Malinda dkk. (2013) meneliti di PT BPR Nusamba Wlingi Tahun 2010-

2012. Hasil dari penelitian ini adalah PT BPR Nusamba Wlingi mengalami

kendala yaitu adanya kredit macet dan kredit modal kerja tiap tahun mengalami

peningkatan hingga terjadinya penunggakan. Pengendalian manajemen pemberian

kredit modal kerja pada PT BPR Nusamba Wlingi sudah cukup baik, namun ada

beberapa kelemahan yang harus diperhatikan karena dapat menimbulkan

tunggakan kredit yang berakibat pada Non Performing Loan (NPL).

Putra dkk. (2015) meneliti di PT BPR Dau Kusumadjaja Malang Tahun

2013-2014 memperoleh hasil bahwa penerapan manajemen risiko sudah

diterapkan melalui identifikasi, pemantauan, pengukuran dan pengendalian risiko

kredit. NPL bank mengalami fluktuasi selama bulan Desember 2013 sampai bulan

November 2014. Masalah bersumber dari kenaikan NPL tahun 2014 akhir karena

sepinya usaha debitur, di tempat lain debitur juga memiliki hutang dan lambatnya

hasil panen yang berdampak pada pembayaran kredit. Bank dalam upaya

4303
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…

meminimalisir risiko kredit dengan menerapkan penanganan kredit bermasalah

meliputi rescheduling, reconditioning, restructuring, hapus buku,

pengambilalihan agunan dan hapus tagih.

Kondisi kredit bermasalah yang berfluktuatif tersebut dipengaruhi oleh

efektivitas manajemen risiko dalam mengendalikan risiko kredit yang dilakukan,

berdasarkan pada fenomena itu peneliti tertarik melakukan penelitian yang

berjudul Efektivitas Manajemen Risiko dalam Mengendalikan Risiko Kredit di PT

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Unit Gerenceng Denpasar. Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas sistem pengendalian

risiko kredit di dalam manajemen risiko perbankan.

Landasan teori dalam penelitian ini yaitu definisi kredit secara sederhana

merupakan penyaluran dana dari pihak kelebihan dana kepada pihak yang

kekurangan dana. Penyaluran dana didasarkan atas kepercayaan yang diberikan

oleh pihak kelebihan dana kepada pihak kekurangan dana. Dalam bahasa Latin,

kredit berasal dari kata credere yang artinya percaya. Dimana pihak yang

memberikan kredit percaya kepada pihak yang menerima kredit, bahwa kredit

yang diberikan pasti akan terbayar lunas. Penerima kredit mendapat kepercayaan

dari pihak yang memberi pinjaman, sehingga pihak peminjam berkewajiban untuk

mengembalikan kredit yang telah diterimanya (Ismail, 2010:93).

Pengertian kredit menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, yaitu

kredit yang diberikan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

4304
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu ketidakpastian (Darmawi,

2014:19). Risiko diartikan juga sebagai keseluruhan hal yang dapat

mengakibatkan suatu kerugian bagi perusahaan (Muslich, 2007:5). Menurut

Vaughan (1978) definisi risiko yaitu risk is the chance of loss (risiko adalah kans

dari kerugian), risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan dari

kerugian) dan risk is uncertainty (risiko adalah suatu ketidakpastian).

Definisi bank sesuai dengan UU RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

yang diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 menyebutkan Bank adalah

badan usaha penghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya

serta dapat mendorong peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

Definisi Bank dijelaskan sebagai Suatu lembaga atau badan usaha yang

kegiatan pokoknya adalah menerima simpanan dan kemudian menyalurkan kredit

kepada masyarakat, dan disamping itu juga memberikan jasa-jasa pelayanan

keuangan kepada masyarakat (Abdullah, 2005:17). Bank beroperasi tidak hanya

dengan menghimpun dana dan menyalurkan kembali kepada masyarakat, tetapi

bank juga memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir, 2010:2).

Adanya risiko perbankan tersebut menyebabkan ancaman bagi

kelangsungan hidup bank sehingga bank wajib menerapkan manajemen risiko

secara efektif. PBI No. 5/8/PBI/2003 pada tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan

4305
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…

manajemen risiko untuk bank umum, merupakan keseriusan Bank Indonesia

dalam menyelesaikan masalah manajemen risiko perbankan. Keseriusan tersebut

dipertegas lagi dengan dikeluarkannya PBI No. 7/25/PBI/2005 pada Agustus 2005

tentang Sertifikasi manajemen risiko bagi pengurus dan pejabat bank umum, yang

mengharuskan pejabat bank tingkat terendah hingga tertinggi memiliki sertifikasi

manajemen risiko sesuai tingkat jabatannya.

Berdasarkan kedua peraturan di atas Bank Indonesia menekankan bahwa

perbankan dalam menjalankan bisnis dan pengendalian diperlukan untuk

mengatur risiko-risikonya, yang mencakup risiko identifikasi, pengukuran,

pemantauan, dan pengendalian. Menurut Idroes (2011:5) manajemen risiko

didefinisikan sebagai suatu metodelogis dan sistematik dalam identifikasi,

kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan

pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses. Menurut

Darmawi (2014:17) manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui,

menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan

tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi.

Kedua peraturan diatas dilengkapi dengan Peraturan Bank Indonesia

N0.8/4/PBI/2006 yang disempurnakan dengan Peraturan Bank Indonesia

No.8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank

Umum, yang menunjukkan keseriusan Bank Indonesia dalam meminta pengurus

perbankan agar taat untuk menerapkan manajemen risiko guna melindungi

kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholder).

4306
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331

Dasar Acuan Manajemen Risiko dimana Pelaksanaan kegiatan pengelolaan

risiko BRI berdasarkan pada ketentuan BI, yaitu PBI No. 5/8/PBI 2003 tentang

Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, dengan perubahannya dalam

PBI No. 11/25/PBI/2009, SEBI No. 5/21/DPNP tentang Penerapan Manajemen

Risiko bagi Bank Umum, dengan perubahannya dalam SE BI No. 13/23/DPNP

dimana profil risiko ditetapkan menjadi salah satu faktor dalam Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank menggunakan pendekatan risiko (risk based bank rating) serta

dari sisi internal, BRI telah menetapkan Kebijakan Umum Manajemen Risiko

(KUMR) BRI yang diatur dalam SK Nokep S.248-DIR/DMR/04/2009 beserta

beberapa kebijakan turunnya yang mengatur penerapan manajemen risiko di unit

kerja BRI. KUMR BRI berisikan tentang dasar-dasar kebijakan manajemen risiko

BRI dan ketentuan tertinggi bidang manajemen risiko di BRI. KUMR BRI

menjadi acuan kebijakan, prosedur, dan pedoman di bidang manajemen risiko

sesuai ketentuan yang berlaku.

Menurut Dragoi (2013) sebuah strategi perbankan harus melakukan program

dan mencakup prosedur manajemen risiko bank yang bertujuan pada kenyataan

kinerja, meminimalkan probabilitas terjadinya risiko tersebut dan paparan potensi

bank. Tujuan dari manajemen perbankan adalah memaksimalkan keuntungan,

meminimalkan eksposur risiko dan kepatuhan terhadap peraturan perbankan.

Manajemen risiko merupakan proses tindakan dari seluruh entitas yang

terkait di dalam organisasi. Tindakan berkesinambungan dilakukan sejalan dengan

definisi manajemen risiko, yaitu mengidentifikasi, kuantifikasi, menentukan

sikap, menetapkan solusi, serta memonitoring dan pelaporan risiko (Idroes,

4307
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…

2011:7). Menurut Danjuma et al. (2016) manajemen risiko kredit adalah berbagai

kegiatan yang dilakukan oleh sebuah organisasi/bank untuk mengidentifikasi,

mengukur, mengontrol dan meminimalkan ancaman yang terkait dengan risiko

kredit. Manajemen risiko berdasarkan penerapan secara langsung yaitu

identifikasi risiko (risk identification) adalah proses perusahaan secara sistematis

dan terus menerus mengidentifikasi property liability dan personel exposure

sebelum terjadinya peril serta menelusuri sumber risiko yang mengancam

perusahaan.

Pengukuran dan evaluasi risiko (risk assessment) merupakan proses

sistematis untuk mengukur tinggi rendahnya risiko yang dihadapi perusahaan

melalui kuantifikasi risiko dengan tujuan untuk memahami karakteristik risiko,

sehingga risiko mudah untuk dikendalikan. Menurut Hanafi (2009:165) teknik-

teknik pengukuran risiko kredit dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan

kerangka 5C yang berkaitan dengan karakteristik yaitu Character menunjukkan

kemauan peminjam (debitur) untuk memenuhi kewajibannya. Kemauan tersebut

lebih berkaitan dengan sifat dan watak peminjam. Seorang yang mempunyai

kemampuan mengembalikan pinjaman, tetapi tidak mau mengembalikan, akan

mempunyai Character yang tidak mendukung pemberian kredit.

Capacity adalah kemampuan peminjam untuk melunasi kewajiban

utangnya, melalui pengelolaan perusahaannya dengan efektif dan efisien. Jika

peminjam bisa mengelola perusahaannya dengan baik, perusahaan bisa

memperoleh keuntungan, maka kemungkinan bisa mengembalikan pinjaman akan

4308
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331

semakin tinggi, Capital adalah posisi keuangan perusahaan (peminjam) secara

keseluruhan. Kondisi keuangan bisa dilihat melalui analisis keuangan seperti

analisis rasio, dalam hal ini bank atau lembaga keuangan harus memperhatikan

komposisi utang dengan modal sendiri.

Collateral adalah asset yang dijaminkan (dijadikan agunan) untuk suatu

pinjaman. Jika karena sesuatu hal pinjaman tidak bisa dikembalikan, jaminan bisa

dijual untuk menutup pinjaman tersebut dan Conditions adalah sejauh mana

kondisi perekonomian akan mempengaruhi kemampuan mengembalikan

pinjaman. Jika kondisi perekonomian memburuk, maka kemungkinan perusahaan

mengalami kesulitan keuangan akan semakin tinggi yang membuat kemungkinan

perusahaan mengalami kesulitan melunasi pinjaman juga semakin tinggi.

Menurut Sulhan (2008:109) setelah risiko diidentifikasi, diukur dan

dievaluasi maka dapat ditentukan alternatif pengelolaan risiko yaitu dengan

Penghindaran risiko dilakukan jika frekuensi terjadinya kerugian dan signifikasi

atau tingkat kegawatan dari suatu kejadian atau risiko sangat besar sehingga

perusahaan tidak mampu mengelola atau menanggung kerugian risiko, bahkan

pihak asuransi tidak mampu menahannya, Menahan risiko adalah menghadapi

risiko dengan kemampuan sendiri dan sumber daya yang ada tanpa meminta

bantuan pihak lain. Risiko ditahan jika frekuensi terjadinya kerugian dan

signifikasi kegawatan dari suatu kejadian atau risiko masih dapat diatasi dan

perusahaan dapat mengelolanya dengan kemampuan sendiri.

4309
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…

Diversifikasi adalah penempatan kekayaan pada beberapa asset yang

berbeda dengan tujuan meminimalkan risiko, Transfer risiko adalah proses

pengalihan sebagian atau seluruh risiko yang ditanggung pada pihak lain

(penanggung) yang biasanya adalah perusahaan asuransi. Transfer risiko

dilakukan hanya pada jenis risiko yang bersifat murni dan Pendanaan risiko

adalah kegiatan yang dilakukan dengan mengalokasikan sebagian dana

perusahaan sebagai kompensasi dan cadangan jika risiko benar-benar terjadi.

Pendanaan risiko hanya dapat dilakukan pada risiko-risiko kecil sampai pada

risiko sedang.

Definisi risiko kredit menurut Sudirman (2013:191) adalah tidak

kembalinya dana bank yang telah disalurkan berupa kredit kepada masyarakat

baik sebagian atau keseluruhannya sesuai dengan perjanjian kredit yang ada.

Kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya berkurang akibat risiko

tersebut atau berdampak pada risiko likuiditas. Dampak lebih lanjut dari risiko

kredit adalah risiko kerugian dimana bank melalui kredit yang disalurkannya

kepada masyarakat tidak mendapatkan bunga di balik membayar bunga dana dan

biaya lainnya.

Risiko kredit (credit risk) adalah risiko kerugian yang diderita bank, terkait

dengan kemungkinan bahwa pada saat jatuh tempo, counterparty-nya gagal

memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada bank. Credit risk adalah risiko

kerugian bagi bank karena debitur tidak melunasi kembali pokok pinjamannya

plus bunga (Ali, 2006:199).

4310
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331

Penyebab risiko kredit menurut Fahmi (2011) terdapat dua faktor umum

penyebab risiko kredit yaitu faktor eksternal bank, dimana kemauan membayar

tidak ada terutama akibat masalah karakter debitur, kelemahan bank dalam

melakukan identifikasi kelayakan debitur, kondisi usaha debitur menurun akibat

kesalahan pengelolaan dan faktor internal bank, dimana terdapat sistem

pengendalian yang lemah dan proses manajemen yang kurang efektif terutama

risiko kredit, konsentrasi risiko kredit dalam portofolio asset, serta adanya itikad

tidak baik pengurus bank.

Definisi kredit bermasalah (non performing loan) merupakan kredit yang

disalurkan kemudian terjadi keterlambatan pengembalian dibandingkan dengan

jadwal yang ditentukan, atau bahkan sama sekali tidak kembali (Manurung,

2004:196). Setiap bank diharuskan membuat sistem dan penilaian kualitas sesuai

prosedur atau kolektibilitas kredit sesuai lampiran SE BI No. 31/1/UPPB/1998

tentang kualitas kredit, yang terbagi atas Kredit Lancar (KL), Kredit Dalam

Perhatian Khusus (DPK), Kredit Kurang Lancar (KL), Kredit Diragukan (D) dan

Kredit Macet (M). NPL diartikan dalam SE BI No. 12/11/DPNP/2010 sebagai

kredit dengan kualitas Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M) serta

kriteria yang ditetapkan BI terutama rasio kredit bermasalah tidak boleh melebihi

dari 5%. NPL dapat diformulasikan sebagai berikut :

𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑁𝑃𝐿 = 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑥 100%.............................................................................. (1)

Penyebab kredit bermasalah dapat berasal dari pihak debitur sendiri, pihak

bank, dan pihak lainnya yang bersangkutan, seperti peristiwa yang menimbulkan

4311
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…

kemacetan kredit dan kondisi perekonomian Negara. Kredit bermasalah dapat

dicegah atau diminimalisir dengan upaya memberi perhatian khusus terhadap

pihak-pihak yang menjadi penyebab kredit bermasalah.

Menurut Rivai (2006:480) gejala adanya kredit bermasalah secara umum

yaitu adanya tunggakan, mengajukan permohonan perpanjangan, kondisi

keuangan terus menurun, laporan keuangan terlambat diaudit, hubungan yang

semakin renggang, menghindar ketika dihubungi, penurunan atau hilangnya

jaminan, dan kredit yang digunakan tidak sesuai rencana awal.

Menurut Kasmir (2010:110) kredit bermasalah dapat diselamatkan dengan

metode rescheduling yaitu dengan memberikan keringanan jangka waktu kredit

atau memperpanjang waktu angsuran, reconditioning dengan mengubah

persyaratan yang ada seperti kapitalisasi bunga, penundaan pembayaran bunga

sampai batas waktu tertentu, penurunan suku bunga, dan pembebasan bunga,

restructuring dengan jumlah kredit atau equity ditambah dengan setoran uang

tunai, kombinasi dengan mengkombinasikan dari tiga jenis metode, serta

penyitaan jaminan apabila debitur sudah benar-benar tidak punya itikad atau tidak

mampu untuk membayar semua hutangnya.

Teori efektivitas adalah teori yang digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan suatu program. Mengukur efektivitas suatu program, berarti dapat

menilai keberhasilan dari program tersebut dalam pencapaian tujuannya

(Darawati, 2013). Menurut Subagyo (2000:26) efektivitas mengandung pengertian

kesesuaian antara output dengan tujuan yang ditetapkan, artinya efektivitas

4312
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331

mencerminkan keberhasilan kinerja aparat dalam mencapai rencana yang telah

ditetapkan. Rasio efektivitas mempergunakan metode statistik yang sederhana

sebagai berikut :

𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖
𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚 = 𝑥 100%.....................................................................(2)
𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡

Keterangan :

Efektivitas = ukuran berhasil atau tidaknya dalam manajemen risiko

Realisasi = pencapaian pemberian kredit

Target = kredit yang ditargetkan dalam pemberian kredit

Pengukuran tingkat efektivitas menggunakan Standar Litbang Depdagri

Indonesia 1991 (Prapta, 2007:28), sebagai berikut :

Tabel 2.
Pengukuran Tingkat Efektivitas
No Efektivitas (%) Tingkat Efektivitas
1 Koefisien efektivitas bernilai dibawah 40 Sangat tidak efektif
2 Koefisien efektivitas bernilai 40 – 59,99 Tidak efektif
3 Koefisien efektivitas bernilai 60 – 79,99 Cukup efektif
4 Koefisien efektivitas bernilai diatas 79,99 Sangat efektif
Sumber:Standar Litbang Depdagri Republik Indonesia, 1991

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan sumber data primer yaitu laporan keuangan

Bank BRI Unit Gerenceng periode Tahun 2016. Penelitian ini menggunakan jenis

data kuantitatif berupa jumlah kredit bermasalah dalam laporan keuangan PT

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Unit Gerenceng periode Tahun

2016.

4313
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…

Populasi, sampel dan metode penentuan sampel yang digunakan penelitian

ini dikarenakan penelitian ini merupakan studi kasus maka tidak menggunakan

populasi dan sampel dan penelitian dilakukan di PT Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk Cabang Unit Gerenceng Denpasar. Variabel dalam penelitian ini

adalah manajemen risiko meliputi identifikasi risiko dengan menganalisis laporan

keuangan perusahaan, melihat catatan kerugian perusahaan, survey dan

wawancara kepada manajer terkait risiko yang dihadapi sehari-hari, pengukuran

dan evaluasi risiko dengan menggunakan kerangka 5C yang berkaitan dengan

karakteristik yaitu character, capacity, capital, collateral, dan conditions serta

pengelolaan risiko dengan alternatif yaitu penghindaran risiko, menahan risiko,

diversifikasi, transfer risiko dan pendanaan risiko.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan laporan keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Cabang Unit Gerenceng Denpasar tahun 2016, maka variabel yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi manajemen risiko (identifikasi risiko, pengukuran

dan evaluasi risiko serta pengelolaan risiko), gejala adanya kredit bermasalah,

penyebab risiko kredit, penyelesaian kredit bermasalah, dan efektivitas

manajemen risiko.

Bank Rakyat Indonesia(BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang

terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di

Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De

Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau Bank Bantuan

4314
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331

dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto, suatu lembaga keuangan yang

melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut

berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari

kelahiran BRI.

Tabel 3.
Jumlah Kredit Bermasalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Cabang Unit Gerenceng Denpasar Tahun 2016
Bulan Kupedes KUR Mikro BRI Guna Mikro %
Januari 182.805.857 174.815.296 105.600.000 0,94
Februari 238.110.900 222.781.765 105.600.000 1,02
Maret 212.525.999 209.796.060 125.600.400 0,93
April 237.725.880 180.458.784 125.600.400 0,88
Mei 383.350.596 201.895.008 125.600.400 1,09
Juni 240.597.283 111.513.782 125.600.400 0,69
Juli 247.135.485 63.424.263 20.000.400 0,47
Agustus 396.428.569 72.164.075 20.000.400 0,68
September 295.589.973 158.151.863 0 0,63
Oktober 185.755.070 178.979.139 0 0,51
November 227.319.802 238.318.274 0 0,63
Desember 258.703.916 160.736.057 0 0,56
Sumber: Laporan Perkembangan Unit (LPU), 2016

Berdasarkan Tabel 3, jumlah perkembangan kredit bermasalah PT Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Unit Gerenceng selama Tahun 2016

mengalami fluktuasi. Kredit tertinggi Bulan Mei 2016 sebesar 1,09% yang artinya

dari 100% kredit yang disalurkan hanya 1,09% mengalami kredit macet. Kredit

yang mengalami kemacetan pembayaran diantaranya untuk Kredit Kupedes Rp

383.350.596, Kredit KUR Mikro Rp 201.895.008 serta Kredit BRI Guna Mikro

Rp 125.600.400. Untuk jumlah terendah terjadi Bulan Juli 2016 sebesar 0,47%

yang artinya dari 100% kredit yang disalurkan hanya 0,47% mengalami kredit

macet. Kredit tersebut yaitu untuk Kredit Kupedes Rp 247.135.485, Kredit KUR

Mikro Rp 63.424.263 serta Kredit BRI Guna Mikro Rp 20.000.400. Untuk jumlah

4315
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…

kredit BRI Guna Mikro dari bulan Januari 2016 sampai bulan Agustus 2016 Bank

BRI Unit Gerenceng menjaga pengeluaran kredit agar NPL tetap terjaga di posisi

dibawah 5% sedangkan untuk bulan September 2016 sampai Desember 2016 NPL

tersebut bernilai 0 dikarenakan kredit yang disalurkan sudah lunas.

Jumlah orang yang mengalami kredit bermasalah di PT Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk Cabang Unit Gerenceng selama Tahun 2016 pada Bulan

Mei 2016 yang merupakan jumlah kredit tertinggi yaitu 22 orang pada kredit

KUPEDES, 2 orang pada kredit Briguna Mikro dan 25 orang pada KUR Mikro.

Sedangkan untuk bulan Juli 2016 merupakan jumlah kredit terendah dengan

jumlah orang sebesar 15 orang pada kredit KUPEDES, 1 orang Briguna Mikro

dan 10 orang untuk KUR Mikro.

Manajemen risiko merupakan suatu tindakan dari seluruh entitas yang

terkait dalam organisasi. Tindakan dilakukan sejalan dan berkesinambungan

dengan definisi manajemen risiko, yaitu mengidentifikasi, kuantifikasi risiko,

menentukan sikap, menetapkan solusi yang tepat, serta melakukan monitoring dan

pelaporan risiko (Idroes, 2011:7). Manajemen risiko diterapkan melalui

identifikasi risiko (Risk Identification), mengidentifikasi adalah proses menelusuri

sumber risiko yang mengancam perusahaan. Teknik yang digunakan untuk

mengidentifikasi yaitu menganalisis laporan keuangan perusahaan, melihat

catatan dan laporan statistik kerugian perusahaan serta survey dan wawancara

kepada manajer terkait dengan risiko sehari-hari.

4316
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Unit Gerenceng Denpasar

dalam sehari-hari mengalami beberapa kendala terutama di bagian kredit yang

memiliki potensi terjadinya risiko paling besar karena tidak terlunasi kembali

pokok pinjaman ditambah bunga oleh debitur. Identifikasi risiko yang terjadi

diantaranya usaha yang dimiliki oleh debitur mengalami penurunan sehingga tidak

mampu untuk membayar kredit yang diajukan, terjadinya musibah yang dialami

oleh debitur misalnya sakit, kecelakaan atau yang lainnya sehingga mengurangi

pemasukannya dan pembayaran kredit menjadi macet, terjadinya loss contact

kepada debitur karena debitur hilang atau tidak ada kabar sehingga upaya bagi

bank untuk berusaha mencari atau menghubungi keluarganya, serta untuk debitur

yang mengalami musibah meninggal dunia kredit yang masih menunggak dapat

diasuransikan.

Pengukuran dan evaluasi risiko (Risk Assessment) merupakan proses yang

dilakukan perusahaan untuk mengukur tinggi rendahnya risiko melalui

kuantifikasi risiko dengan tujuan untuk memahami karakteristik sehingga risiko

lebih mudah dikendalikan.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Unit Gerenceng Denpasar

melakukan teknik-teknik pengukuran risiko kredit secara kualitatif dengan

menggunakan kerangka 5C yang berkaitan dengan karakteristik yaitu Character

merupakan kemauan dari si peminjam untuk memenuhi semua kewajibannya.

Bank BRI Unit Gerenceng sangat memperhatikan karakteristik ini dengan

seksama agar dapat meminimalisir terjadinya risiko kredit macet. Selain itu

kemauan seseorang lebih berkaitan dengan sifat dan watak yang dimiliki.

4317
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…

Pemberian kredit oleh Bank BRI Unit Gerenceng sangat memperhatikan

character sehingga NPL yang dihasilkan terbilang rendah yaitu dibawah 5%.

Capacity merupakan kemampuan peminjam untuk melunasi kewajiban utangnya.

Capacity ini dapat dilihat melalui prestasi masa lalu atau track of record. Bank

BRI Unit Gerenceng benar-benar memperhatikan track of record bagi calon

nasabah yang sudah pernah meminjam maupun yang baru pertama kali

meminjam. Jika calon nasabah memiliki pinjaman masa lalu yang rajin membayar

dan usaha yang dimiliki terkelola dengan baik maka pihak bank dapat

memberikan kredit sesuai dengan plafond yang diminta.

Capital menunjukkan posisi dari keuangan perusahaan si peminjam secara

keseluruhan. Bank BRI Unit Gerenceng sangat memperhatikan kondisi keuangan

dari si peminjam yang dilihat dari komposisi utang terhadap modal sendiri. Jika

utangnya lebih besar maka kemungkinan akan mengalami kesulitan keuangan

sehingga berdampak pada pembayaran kredit. Maka dari itu Bank BRI Unit

Gerenceng dapat memikirkan apakah si peminjam berhak untuk meminjam atau

tidak. Collateral merupakan asset yang dijadikan jaminan (agunan) jika sesuatu

hal pinjaman tidak dapat dikembalikan. Bank BRI Unit Gerenceng menerapkan

sistem jaminan (agunan) ini jika terjadi kemacetan kredit yang tidak mampu

dibayarkan oleh debitur maka pihak bank dapat menjual jaminan untuk menutupi

pinjaman tersebut. Jaminan bisa bernilai melebihi dari jumlah pinjaman.

Conditions adalah kondisi perekonomian yang dapat berpengaruh terhadap

kemampuan kembalinya pinjaman. Bank BRI Unit Gerenceng memantau kondisi

perekonomian si peminjam yang akan berdampak terhadap kemampuan

4318
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331

pengembalian pinjaman namun jika kondisi perekonomian memburuk maka dapat

menyebabkan kesulitan melunasi pinjaman.

Pengelolaan risiko (Risk Action) yang dilakukan Bank BRI Unit Gerenceng

Denpasar setelah mengidentifikasi, mengukur dan evaluasi, yaitu dengan

Penghindaran risiko jika frekuensi risiko terjadinya kerugian cukup besar yang

mengakibatkan perusahaan tidak mampu mengelola maupun menanggung

kerugian risiko tersebut, Menahan risiko dengan kemampuan sendiri jika risiko

yang dihadapi tergolong kecil maupun sedang. Risiko ditahan jika masih dapat

mengatasi sendiri dan dapat mengelola sesuai kemampuan. Diversifikasi melalui

penempatan kekayaan dibeberapa asset berbeda sehingga dapat meminimalkan

risiko jika terjadi. Semakin banyak penempatan asset dimiliki maka kecil

kemungkinan kerugian akibat investasi asset tersebut. Transfer risiko melalui

pihak asuransi yaitu Asuransi Jiwa Kupedes yang bersifat murni atau si peminjam

meninggal dunia. Pendanaan risiko melalui alokasi pendanaan sebagai

kompensasi dan cadangan apabila risiko benar-benar terjadi. Risiko yang bersifat

kecil sampai sedang masih bisa diatasi dengan pendanaan risiko, jika risiko terlalu

tinggi maka dilakukan transfer risiko.

Penelitian yang dilakukan oleh Putra dkk. (2015) pada PT BPR Dau

Kusumadjaja Malang juga memperoleh hasil penerapan manajemen risiko

meliputi identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko kredit.

Kenaikan NPL Tahun 2014 akhir bersumber dari sepinya usaha debitur, adanya

hutang di tempat lain dan lambatnya hasil panen.

4319
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…

Gejala kredit bermasalah diamati dari pihak debitur yang dalam kurun

waktu pelunasan kredit dan melakukan beberapa hal yang tidak sesuai dengan

kesepakatan yang telah dibuat. Gejala adanya kredit bermasalah secara umum

juga dirasakan oleh Bank BRI Unit Gerenceng Denpasar antara lain adanya

tunggakan yang dilakukan oleh si peminjam, mengajukan perpanjangan

pembayaran kredit, kondisi keuangan debitur mengalami penurunan, lambatnya

akuntan mengaudit laporan keuangan, hubungan kepada si peminjam semakin

renggang, si peminjam setiap dihubungi selalu menghindar, hilangnya nilai

jaminan dan kredit yang digunakan tidak sesuai rencana awal.

Risiko kredit dapat berasal dari kesalahan pihak nasabah, ketidakhati-hatian

pemberian kredit, maupun ketidakjelasan kesepakatan yang dibuat. Kondisi yang

menyebabkan adanya risiko kredit memperkuat adanya kemungkinan gagal bayar

yang merugikan pihak bank dari kredit yang telah diberikan. Terdapat dua faktor

umum penyebab risiko kredit yaitu faktor eksternal bank dimana tidak adanya

kemauan maupun kemampuan membayar terutama akibat dari karakter si debitur

itu sendiri, sedangkan faktor internal bank dimana terdapat sistem pengendalian

yang lemah dari manajemen risiko, serta itikad kurang baik pengurus bank.

Bank BRI Unit Gerenceng Denpasar mengalami penyebab risiko kredit dari

faktor eksternal bank diantaranya tidak ada kemauan membayar akibat dari

karakter si debitur itu sendiri maupun kemampuan membayar si peminjam yang

rendah, kesalahan mengelola yang menyebabkan kondisi usaha menurun atau

terjadi keterlambatan panen, serta pengaruh faktor ekonomi makro atau sektor

industry lainnya.

4320
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331

Penyelesaian kredit bermasalah dilakukan dengan membuat kesepakatan

baru sesuai dengan kondisi keuangan pihak terkait yang merupakan hasil

negosiasi antara pihak yang bersangkutan. Pihak Bank BRI Unit Gerenceng

Denpasar melakukan penyelamatan kredit bermasalah menggunakan metode

Rescheduling yaitu bank memberikan keringanan jangka waktu kredit atau juga

bisa waktu angsuran diperpanjang. Misalnya si debitur diberi perpanjangan waktu

kredit dari 6-12 bulan sehingga si peminjam memiliki waktu untuk

mengembalikannya. Selain itu angsuran jangka waktu juga dapat diperpanjang

pembayaran misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali. Reconditioning yaitu

persyaratan dirubah seperti kapitalisasi bunga menjadikannya utang pokok,

pembayaran bunga ditunda sampai batas waktu tertentu dimana yang dapat

ditunda pembayarannya hanya bunga sedangkan pokok pinjaman harus dibayar

seperti biasa, suku bunga diturunkan untuk meringankan nasabah yang

mempengaruhi jumlah angsuran semakin kecil serta pembebasan bunga dengan

pertimbangan debitur mampu membayar pokok pinjaman hingga lunas.

Restructuring digunakan untuk penambahan jumlah kredit atau penambahan

equity dengan setoran uang tunai. Kombinasi merupakan cara penyelesaian kredit

macet dengan mengkombinasikan metode rescheduling, reconditioning dan

restructuring sehingga nasabah tetap dapat membayar pokok pinjaman sampai

lunas. Penyitaan jaminan apabila nasabah sudah tidak punya itikad atau tidak

adanya kemampuan membayar keseluruhan hutangnya. Pihak Bank BRI Unit

Gerenceng tidak sampai menjalankan penyitaan jaminan tetapi menyelesaikannya

secara musyawarah dan kekeluargaan sehingga jalan keluar tercapai tetapi jika

4321
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…

benar-benar tidak mampu untuk memenuhi kewajiban pihak bank harus melelang

jaminan tersebut untuk menutupi hutang yang tertunggak.

Penelitian yang dilakukan oleh Putra dkk. (2015) memperoleh hasil bahwa

PT BPR Dau Kusumadjaja Malang menerapkan penanganan kredit bermasalah

dengan upaya untuk dapat meminimalisir risiko kredit meliputi rescheduling,

restructuring, reconditioning, penghapusan buku, ambil alih agunan dan hapus

tagih.

Efektivitas merupakan kesesuaian antara output dengan input yang telah

ditetapkan, artinya keberhasilan kinerja mencerminkan efektivitas dalam

mencapai rencana awal. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Unit

Gerenceng Denpasar memiliki target tinggi daripada realisasi dikarenakan BRI

Cabang Gerenceng menganut sistem bunga menetap. Pergerakan kreditnya sangat

rendah, untuk lembaga perbankan masyarakat cenderung untuk meminjam kepada

bank yang menggunakan bunga kredit yang bersifat menurun untuk angsuran

pokok maupun prosentase bunganya.

Jenis produk BRI diantaranya KUPEDES, BRI Guna Mikro dan KUR

Mikro mendapatkan perhatian besar dari masyarakat mengenai prosentase

bunganya rendah atau kecil. Namun dibalik itu BRI cenderung atau kebanyakan

menganut bunga tetap dengan dasar inilah masyarakat atau nasabah

mengharapkan dan memilih agar bunga pinjaman dengan prosentase menurun.

Sehingga nasabah kebanyakan beralih ke lembaga perbankan dengan suku bunga

menurun. Fakta tersebut mengakibatkan banyak produk kredit BRI Cabang

4322
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331

Gerenceng Denpasar terutama dalam hal penyaluran kredit tidak tercapai dari

realisasinya baik tahapan jangka waktu maupun kuantitas penyaluran kredit.

Tabel 4.
Efektivitas Kredit KUPEDES selama Periode Tahun 2016
Bulan Jumlah Kredit %
Januari 2.135.000.000 8,21
𝑥 100%
25.999.732.936
Februari 5.103.000.000 19,58
𝑥 100%
26.051.629.548
Maret 2.350.000.000 9,00
𝑥 100%
26.103.526.160
April 2.465.000.000 9,42
𝑥 100%
26.155.314.104
Mei 3.495.000.000 13,33
𝑥 100%
26.207.102.049
Juni 3.829.000.000 12,21
𝑥 100%
31.343.085.277
Juli 2.386.000.000 7,72
𝑥 100%
30.887.935.961
Agustus 1.900.000.000 6,24
𝑥 100%
30.433.638.339
September 1.805.000.000 6,02
𝑥 100%
29.979.856.375
Oktober 1.898.000.000 7,43
𝑥 100%
25.529.255.451
November 2.505.000.000 8,61
𝑥 100%
29.079.381.923
Desember 2.645.000.000 9,23
𝑥 100%
28.631.762.688
Sumber: Data diolah, 2017

KUPEDES merupakan Kredit bersifat umum dengan bunga bersaing, baik

untuk individual, badan usaha maupun perorangan yang memenuhi persyaratan

serta dilayani di seluruh BRI Unit dan Teras BRI. Tabel 4 merupakan

perkembangan efektivitas Kredit KUPEDES dimana koefisien efektivitasnya

bernilai dibawah 40% yang artinya tingkat efektivitasnya sangat tidak efektif.

Efektivitas paling tinggi terjadi bulan Februari 2016 sebesar 19,58% sedangkan

efektivitas paling rendah terjadi bulan September 2016 sebesar 6,02%. Efektivitas

kredit KUPEDES selama periode Tahun 2016 penyaluran kredit belum tercapai

4323
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…

karena selama satu tahun realisasinya rata-rata 15% per bulan sehingga pinjaman

yang diberikan kepada nasabah masih rendah oleh BRI Cabang Gerenceng

Denpasar.

Tabel 5.
Efektivitas Kredit BRI Guna Mikro selama Periode Tahun 2016
Bulan Jumlah Kredit %
Januari 185.000.000 3,82
𝑥 100%
4.839.376.337
Februari 55.000.000 1,13
𝑥 100%
4.839.376.337
Maret 10.000.000 0,20
𝑥 100%
4.839.376.337
April 15.000.000 0,30
𝑥 100%
4.839.376.337
Mei 32.000.000 0,66
𝑥 100%
4.839.376.337
Juni 0,00 0
𝑥 100%
4.839.376.337
Juli 220.000.000 4,56
𝑥 100%
4.824.235.073
Agustus 416.000.000 8,60
𝑥 100%
4.831.967.413
September 550.000.000 11,36
𝑥 100%
4.839.376.337
Oktober 300.000.000 6,19
𝑥 100%
4.839.376.337
November 40.000.000 0,82
𝑥 100%
4.839.376.337
Desember 100.000.000 2,06
𝑥 100%
4.839.376.337
Sumber: Data diolah, 2017

Kredit BRI Guna Mikro merupakan kredit yang diberikan untuk debitur

maupun calon debitur yang sumber pembayarannya berasal dari sumber

penghasilan tetap/uang pensiunan. Tabel 5 merupakan perkembangan efektivitas

Kredit BRI Guna Mikro dimana koefisien efektivitasnya bernilai di bawah 40%

yang artinya bahwa tingkat efektivitas sangat tidak efektif. Tingkat efektivitas

tertinggi terjadi bulan September 2016 sebesar 11,36% sedangkan terendah terjadi

pada bulan Juni 2016 sebesar 0%. Bulan Juni 2016 menghasilkan koefisien 0%

4324
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331

karena tidak adanya realisasi bulan tersebut atau dengan kata lain tidak adanya

pinjaman dari debitur. Efektivitas kredit BRI Guna Mikro selama periode Tahun

2016 penyaluran kredit belum tercapai karena selama satu tahun realisasinya rata-

rata 3,25% per bulan sehingga pinjaman yang diberikan kepada nasabah masih

rendah oleh BRI Cabang Gerenceng Denpasar.

Tabel 6.
Efektivitas Kredit KUR Mikro selama Periode Tahun 2016
Bulan Jumlah Kredit %
Januari 2.237.000.000 87,40
𝑥 100%
2.559.380.791
Februari 3.792.000.000 195,53
𝑥 100%
1.939.325.100
Maret 4.030.000.000 305,47
𝑥 100%
1.319.269.409
April 3.784.000.000 322,67
𝑥 100%
1.172.683.920
Mei 3.852.000.000 375,40
𝑥 100%
1.026.098.431
Juni 3.894.000.000 442,74
𝑥 100%
879.512.941
Juli 2.422.000.000 330,45
𝑥 100%
732.927.452
Agustus 2.559.000.000 436,43
𝑥 100%
586.341.962
September 1.783.000.000 405,45
𝑥 100%
439.756.472
Oktober 2.361.000.000 805,33
𝑥 100%
293.170.982
November 2.495.000.000 1702,07
𝑥 100%
146.585.491
Desember 2.487.000.000 -
𝑥 100%
0,00
Sumber: Data diolah, 2017

KUR Bank BRI ditujukan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah yang

produktif dan layak serta dibiayai sesuai ketentuan pemerintah. KUR BRI dilayani

di seluruh Unit Kerja Bank BRI yang ada di Indonesia. Tabel 6 merupakan

perkembangan efektivitas Kredit KUR Mikro dengan koefisien efektivitasnya

bernilai diatas 79,99% yang artinya bahwa tingkat efektivitasnya sangat efektif.

4325
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…

Tingkat efektivitas tertinggi terjadi bulan November 2016 sebesar 1702,07%

disebabkan karena target rendah dan menjelang akhir tahun tutup buku sehingga

BRI Cabang Unit Gerenceng Denpasar berencana membuat laporan ke pusat

sedangkan terendah terjadi bulan Januari 2016 sebesar 87,40%.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian maka kesimpulannya yaitu PT

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Unit Gerenceng Denpasar sudah

menerapkan manajemen risiko sesuai standar umum dengan mengidentifikasi

risiko-risiko yang terjadi sehari-sehari serta melakukan pengukuran risiko kredit

secara kualitatif melalui metode 5C yaitu Character, Capacity, Capital,

Collateral, serta Conditions. Sehingga dapat mengelola risiko tersebut dengan

beberapa pengelolaan yaitu penghindaran risiko, menahan risiko, diversifikasi,

transfer risiko dan pendanaan risiko.

Saran bagi perusahaan untuk tetap melakukan manajemen risiko sesuai

dengan prosedur umum berlaku salah satunya dengan metode 5C (Character,

Capacity, Capital, Collateral dan Conditions) serta dengan mengelola risiko

sesuai dengan kondisi bank. Efektivitas manajemen risiko bank sudah sangat

efektif untuk Kredit KUR Mikro namun untuk Kredit KUPEDES dan Kredit BRI

Guna Mikro perlu diperhatikan serta ditingkatkan lagi realisasinya. Bagi peneliti

selanjutnya sebaiknya menambah variabel penelitian yang digunakan sehingga

meningkatkan kualitas dan memperkuat hasil yang didapat.

4326
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331

REFERENSI

Abdullah, Faisal. 2005. Manajemen Perbankan: Teknik Analisis Kinerja


Keuangan Bank. Malang: UMM Pers.
Ahmed, Sufi Faizan.,and Qaisar Ali Malik. 2015. Credit Risk Management and
Loan Performance: Empirical Investigation of Micro Finance Banks of
Pakistan. International Journal of Economics and Financial Issues,
5(2):574-579.
Ajah, Ifeyinwa.,and Chibueze Inyiama. 2011. Loan Fraud Detection and IT-Based
Combat Strategies. Journal of Internet Banking and Commerce, 16(2):1-
13.
Ali, Masyhud. 2006. Manajemen Risiko : Strategi Perbankan dan Dunia Usaha
Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Arafat, Wilson. 2006. Manajemen Perbankan Indonesia (Teori dan
Implementasi). Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia anggota Ikapi.
Arthesa, Ade., dan Edia Handiman. 2006. Bank & Lembaga Keuangan Bukan
Bank. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia.
Bank Indonesia. 2009. Peraturan Bank Indonesia No: 11/25/PBI/2009 tentang
Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang
Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Jakarta: Bank Indonesia.
Bank Indonesia. 2010. Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/11/DPNP. Jakarta:
Bank Indonesia.
Bank Rakyat Indonesia. 2016. Laporan Perkembangan Unit 2016. Denpasar: PT
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Unit Gerenceng Denpasar.
Beck, Roland., Petr Jakubik.,and Anamaria Piloiu. 2015. Key Determinants of
Non-Performing Loans: New Evidence from a Global Sample. Open Econ
Rev, 26:525-550.
Danjuma, Ibrahim., Ibrahim Abdullateef Kola., Badiya Yusuf Magaji.,and Hauwa
Modu Kumshe. 2016. Credit Risk Management and Customer Satisfaction
in Tier-one Deposits Money Banks: Evidence from Nigeria. International
Journal of Economics and Financial Issues, 6(S3):225-230.
Darawati, Ni Made Dwi. 2013. Efeftivitas dan Dampak Program Dana Penguatan
Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) terhadap
Pendapatan dan Kesempatan Kerja Petani Padi di Kabupaten Tabanan.
Skripsi S1. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Denpasar.
Darmawi, Herman. 2014. Manajemen Risiko. Jakarta: Bumi Aksara.

4327
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…

Dewi, Oktavia Anggra., Darminto., dan Maria Goretti Endang NP. 2014. Analisis
Manajemen Kredit guna Meminimalisir Kredit Bermasalah. Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), 9(2):1-8.
Dragoi, Elena Violeta. 2013. Credit Risk-the Primary Decision Factor for Credit
Institutions in Romania. Valahian Journal of Economics Studies, 4(2):73-
80.
Ekanayake, E.M.N.N.,and Azeez A.A. 2015. Determinants of Non-Performing
Loans in Licensed Commercial Banks: Evidence from Sri Lanka. Asian
Economic and Financial Review, 5(6):868-882.
Fahmi, Irham. 2011. Manajemen Risiko Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung:
Alfabeta.
Fairuza, Denes Ahmad. 2012. Analisis Manajemen Risiko Kredit sebagai Alat
untuk Meminimalisir Risiko Kredit. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB,
1(2):1-8.
Fathoni, Abudrahmat. 2006. Organisasi dan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT
Rieka Cipta.
Firdaus, Rachmat., dan Maya Ariyanti. 2008. Manajemen Perkreditan Bank
Umum: Teori, Masalah, Kebijakan dan Aplikasinya Lengkap dengan
Analisis Kredit. Bandung: Alfabeta.
---------. 2009. Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori, Masalah, Kebijakan
dan Aplikasinya Lengkap dengan Analisis Kredit. Bandung: Alfabeta.
Fuadiyah, Nadifatul., Dwiatmanto.,dan Nila Firdausi Nuzula. 2014. Analisis
Pelaksanaan Pengawasan Kredit Modal Kerja sebagai Upaya Mengurangi
Terjadinya Kredit Bermasalah. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 15(2):1-
8.
Hanafi, Mamduh. 2009. Manajemen Risiko. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Statistik I (Statistik Deskriptif). Edisi
Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Idris, Ismail Tijjani.,and Sabri Nayan. 2016. The Moderating Role of Loan
Monitoring on the Relationship between Macroeconomic Variables and
Non-Performing Loans in Association of Southeast Asian Nations
Countries. International Journal of Economics and Financial Issues,
6(2):402-408.
Idroes, Fahmi. 2011. Manajemen Risiko Perbankan. Jakarta: Salemba Empat.
Idroes, Ferry N. 2011. Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3
Pilar Kesepakatan Basel II. Jakarta: Rajawali Pers.

4328
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331

Ismail, MBA. 2010. Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi.Edisi


pertama.Jakarta: Kencana.
Iuga, Iulia.,and Ruxandra Lazea. 2012. Study Regarding the Influence of the
Unemployment Rate Over Non-Performing Loans in Romania Using the
Correlation Indicator.Annales Universitatis Apulensis Series Oeconomica,
14(2):496-511.
Jolevska, Evica Delova.,and Ilija Andovski. 2015. Non-Performing Loans in the
Banking Systems of Serbia, Croatia and Macedonia: Comparative
Analysis.University American College, Skopje, Macedonia, 61(1):115-
130.
Kadarisman., H. Sumeidi., Marwan., dan H. Kusnadi. 2005. Pengantar Bisnis dan
Wirausaha. Malang: Universitas Brawijaya.
Kartiko Widi, Restu. 2010. Asas Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kasmir. 2010. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
---------. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Khasanah, Uswatun., Moch Dzulkirom AR., dan Zahroh Z.A. 2015. Pengendalian
Manajemen Pemberian Kredit Modal Kerja dalam Upaya Meminimalkan
Kredit Bermasalah. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 26(1):1-10.
Kim, Jong-Hee. 2016. Study on the Impact of the Private Credit Excess on the
Credit Risk Under the Massive Capital Inflows. East Asian Economic
Review, 20(3):391-423.
Li, Ping., Mingying Zhuo., Lichao Feng.,and Rui Zhang. 2011. Study on the
Effect Factors of Non-Performing Loan Ratio of Chinese Commerical
Banks. Applied Mechanics and Materials,50-51:728-732.
Maggi, Bernardo.,and Marco Guida. 2011. Modelling Non-Performing Loans
Probability in the Commercial Banking System: Efficiency and
Effectiveness Related to Credit Risk in Italy.Empir Econ, 41:269-291.
Makri, Vasiliki., Athanasios Tsagkanos.,and Athanasios Bellas. 2014.
Determinants of Non-Performing Loans: The Case of Eurozone.
Panoeconomicus, 2:193-206.
Malinda, Rina., Moch. Dzulkirom AR., dan Dwiatmanto. 2013. Evaluasi
Pengendalian Manajemen Pemberian Kredit Modal Kerja dalam Upaya
Meminimalkan Non Performing Loan (NPL). Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB), 4(1):1-4.
Manurung, Mandala., dan Prathama Raharja. 2004. Uang, Perbankan, dan
Moneter. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

4329
Ni Made Indah Purnama Dewi, Efektivitas Manajemen Risiko…

Mardiasmo. 2000. Pengelolaan Keuangan Daerah yang Berorientasi pada


Kepentingan Publik. Yogyakarta: Andi Offset.
Martoyo, Susilo. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.
Maryam, Mushtaq., Aisha Ismail.,and Rahila Hanif. 2015. Credit Risk, Capital
Adequacy and Bank’s Performance: An Empirical Evidence from
Pakistan. International Journal of Financial Management, 5(1):27-32.
Messai, Ahlem Selma.,and Fathi Jouini. 2013. Micro and Macro Determinants of
Non-Performing Loans. International Journal of Economics and Financial
Issues, 3(4):852-860.
Mulyaningrum, Martha Dwi.,Topowijono., dan Zahroh ZA. 2016. Analisis
Manajemen Risiko Perbankan dalam Meminimalisir Kredit Bermasalah di
Bidang Kredit Modal Kerja. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 32(1):121-
127.
Muslich, Muhammad. 2007. Manajemen Risiko Operasional: Teori dan Praktik.
Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Mustikawati, Nisa., Topowijono., dan Dwiatmanto. 2013. Penerapan Manajemen
Risiko untuk Meminimalisir Risiko Kredit Macet. Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB), 4(1):1-7.
Nawatri, Merry Natalia.,Topowijono., dan Achmad Husaini. 2015. Efektifitas
Proses Manajemen Risiko Perbankan Dalam Mengendalikan Risiko
Kredit. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 25(1):1-10.
Olalekan, Asikhia.,andAdeyinka, Sokefun. 2013. Capital adequacyand banks’
profitability: An Empirical evidencefrom Nigeria. American International
Journal ofContemporary Research,3(10):87-93.
Pastor, JM.,and Serrano L. 2005. Efficiency, endogenous and exogenous credit
risk in the banking systems ofthe Euro area. Appl Financ Econ, 15(9):631–
649.
Prapta, Made. 2007. Efektivitas Program Kesejahteraan Sosial Kelompok Usaha
Bersama dalam Penanggulangan Keluarga Fakir Miskin di Kota Denpasar.
Tesis Program Magister Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana. Denpasar.
Putra, Septa Priangga., Topowijono., dan Nengah Sudjana. 2015. Analisis
Manajemen Risiko Kredit sebagai Alat untuk Meminimalisir Risiko
Kredit. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 26(2):1-8.
Rivai, Veithzal. 2006. Credit Management Handbook: Teori, Konsep, Prosedur,
dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Banker, dan Nasabah. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.

4330
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4298-4331

Savitri, Oka Aviani., Zahroh Z.A.,dan Nila Firdausi Nuzula. 2014. Analisis
Manajemen Risiko Kredit dalam Meminimalisir Kredit Bermasalah pada
Kredit Usaha Rakyat. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 12(1):1-10.
Steers, Richard M. 1985. Efektivitas Organisasi: Kaidah Perilaku: Seri
Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Subagyo, Ahmad Wito. 2000. Efektivitas Program Penanggulangan Masyarakat
Pedesaan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Sudirman, I Wayan. 2013. Manajemen Perbankan : Menuju Bankir Konvensional
yang Profesional. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Tindakan Komprehensif. Bandung: Alfabeta.
Sulhan, M., dan Ely Siswanto. 2008. Manajemen Bank: Konvensional & Syariah.
Malang: UIN-Malang Press.
Tampubolon, Robert. 2004. Manajemen Risiko: Pendekatan Kualitatif untuk Bank
Komersial. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Triandaru, Sigit., dan Totok Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan
Lain. Jakarta: Salemba Empat.
Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Jakarta.
Vaughan, Emmett. J. 1978. Fundamentals of Risk and Insurance. 2nd. Santa
Barbara: John Wiley& Son, Inc.
Wenie, Darminto.,dan Achmad Husaini. 2015. Evaluasi Sistem dan Prosedur
Pemberian Kredit Modal Kerja dalam Upaya Mengatasi Kredit
Bermasalah. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 22(2):1-7.
Yunitasari, Ira., Dwi Atmanto., dan Maria Goretti Wi Endang. 2015. Analisis
Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja dalam Usaha Mengantisipasi
Kredit Bermasalah. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 26(2):1-6.

4331
Analisis Penerapan Manajemen Risiko Finansial pada Proyek PLTN di Indonesia
(Imam Bastori, Moch. Djoko Birmano)

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO FINANSIAL


PADA PROYEK PLTN DI INDONESIA

Imam Bastori, Moch. Djoko Birmano


Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) – BATAN
Jalan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan 12710
Telp/Fax: (021) 5204243 Email: imbazt@gmail.com

Masuk: 8 Februari 2012 Direvisi: 15 Maret 2012 Diterima: 10 Mei 2012

ABSTRAK
ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO FINANSIAL PADA PROYEK PLTN DI
INDONESIA. Proyek PLTN adalah bisnis penuh dinamika, risiko dan tantangan. Penerapan
manajemen risiko finansial dalam proyek PLTN menjadi alternatif yang harus dipertimbangkan
secara teliti. Makalah ini bertujuan untuk memaparkan analisis pengambilan keputusan dalam
penerapan manajemen risiko finansial sehingga dapat diaplikasikan dalam pembangunan PLTN di
Indonesia. Sebagai studi kasus dipilih PLTN tipe PWR konvensional kelas 1150 MWe. Untuk
menghitung ekonomi dan pendanaan PLTN digunakan Spreadsheet INOVASI, selanjutnya
keputusan penerapan manajemen risiko finansial dianalisis dengan menggunakan model Penyesuaian
Arus Kas (cash flow adjustment) yang dikembangkan oleh Richard Fairchild. Hasil analisis
menunjukkan bahwa Metode Penyesuaian Arus Kas (cash flow adjustment) yang dikembangkan oleh
Richard Fairchild adalah metode yang lebih baik dibandingkan metode penyesuaian NPV pada suatu
proyek PLTN, karena telah memasukkan aspek manajemen risiko finansial. Proyek PLTN hanya bisa
dijalankan hanya jika NPV lebih besar atau sekurang-kurangnya sama dengan nol dan keputusan
menjalankan manajemen risiko finansial harus didasarkan pada NPVrm>NPV. Penerapan
manajemen risiko finansial pada proyek PLTN tidak dibutuhkan jika biaya premi asuransi yang harus
dibayarkan lebih mahal dibandingkan dengan seluruh pengeluaran biaya-biaya dalam kondisi yang
berbahaya dari finansial, kecuali jika pihak asuransi dapat memberikan diskon minimal 20%.
Kata kunci: manajemen, risiko finansial, PLTN

ABSTRACT
THE ANALYSIS OF FINANCIAL RISK MANAGEMENT APPLICATION FOR NPP
PROJECT IN INDONESIA. NPP Project is one of full dynamic, risky and challenging business.
Application of financial risk management in Nuclear Power Plant (NPP) project becomes one
alternative to be considered carefully. This paper explains an analysis to make a decision in the risk
management application so that it can be applied in the NPP’s construction in Indonesia. As case
study, is NPP of conventional PWR type of class 1150 MWe. To calculate the economics and
financing of NPP is used Spreadsheet INOVASI, further the decision of financial risk management
were analyzed using a Model of Cash Flow Adjustment, which developed by Richard Fairchild. The
analysis showed that the Method of Cash Flow Adjustment developed by Richard Fairchild is better
than the method of NPV Adjustment on a NPP project, because it have included the aspects of
financial risk management. NPP project can only be executed if the NPV ≥ 0 and decision to execute
the financial risk management should be based on NPVrm > NPV. The application of financial risk
management in NPP project is not needed if an insurance premium more expensive than all costs of
financial distress, unless the insurance company can give discount of at least 20%.
Keywords: management, financial risk, NPP

34
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 14 No. 1, Juni 2012

1. PENDAHULUAN
Tahun 1996, Indonesia (BATAN) telah menyelesaikan studi kelayakan pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dengan konsultasi pelaksana NEWJEC, Jepang.
Namun demikian, sejak tahun 1997 rencana pembangunan PLTN terhenti karena adanya
berbagai kendala, termasuk krisis ekonomi. Saat ini gairah untuk membangun PLTN
muncul kembali seiring dengan meningkatnya kebutuhan listrik, naiknya harga bahan bakar
minyak dan membaiknya perekonomian. Dalam studi BATAN terbaru tahun telah
dimasukkan kembali opsi pembangunan PLTN pada tahun 2020 dengan perkiraan
beroperasi pada tahun 2027.
Indonesia belum berpengalaman dalam proyek pembangunan PLTN sehingga tidak
memiliki data historis biaya yang diperlukan untuk merancang rencana bisnis PLTN. Oleh
karena itu data-data tersebut diambil dari lembaga-lembaga internasional yang bergerak
dalam riset energi nuklir dan negara lain yang telah memiliki PLTN. Institusi seperti Sculy
Capital, MIT, University of Chicago, OECD, Nuclear Energy Agency, Departemen Energi AS
maupun dari calon vendor seperti KHNP (Korea Hydro and Nuclear Power) memiliki database
biaya PLTN yang cukup. Namun demikian bukanlah pekerjaan yang mudah untuk
mendapatkan data-data tersebut. Hal ini disebabkan karena data itu lebih bersifat rahasia
dan beberapa data bersifat ‚lokasional‛ yaitu sangat tergantung pada kondisi tiap negara.
Misalnya biaya perizinan, biaya kecelakaan dan biaya tenaga kerja pada proyek PLTN tidak
sama pada tiap negara. Dengan berbagai keterbatasan ini, maka penyusunan estimasi
pembiayaan PLTN harus mengambil asumsi-asumsi yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah. Munculnya asumsi dalam perhitungan pembiayaan PLTN akan menimbulkan
ketidakpastian yang berdampak pada risiko finansial. Oleh karena itu perlu dicarikan
alternatif untuk meminimalkan risiko finansial yang mungkin timbul dalam membuat
estimasi biaya PLTN.
Makalah ini bertujuan untuk memaparkan berbagai risiko yang mungkin terjadi pada
proyek PLTN dan membuat analisis pengambilan keputusan dalam penerapan manajemen
risiko finansial dalam investasi PLTN. Sebagai studi kasus dipilih PLTN tipe PWR
konvensional kelas 1150 MWe. Untuk menghitung ekonomi dan pendanaan PLTN
digunakan Spreadsheet INOVASI, selanjutnya keputusan penerapan manajemen risiko
finansial dianalisis dengan menggunakan model Penyesuaian Arus Kas (cash flow
adjustment) yang dikembangkan oleh Richard Fairchild. Makalah ini diharapkan dapat
diterapkan untuk mengelola risiko finansial dengan tepat agar investasi PLTN di Indonesia
di masa mendatang tidak terganggu.

2. RISIKO PROYEK KONSTRUKSI


Kegiatan proyek konstruksi PLTN adalah suatu pekerjaan yang sangat dinamis,
berisiko dan penuh tantangan. Oleh karena itu, suatu negara yang memiliki pengalaman
dan reputasi pengelolaan risiko yang buruk pada berbagai proyek akan sulit untuk
mencapai target waktu dan biaya yang telah ditentukan. Kegagalan ini secara umum banyak
dipengaruhi oleh variasi cuaca, produktivitas pekerja, kualitas material, dan juga seringnya
mengabaikan faktor risiko.
Sesuai dengan pandangan Hayes (1986), risiko dan ketidakpastian adalah bagian dari
keseluruhan pekerjaan proyek[1]. Faktor-faktor lain yang membawa risiko termasuk
kompleksitas pekerjaan, kecepatan konstruksi, lokasi proyek, dan familiaritas terhadap
pekerjaan. Ketika suatu risiko serius terjadi pada proyek, pengaruhnya dapat sangat
merusak. Dalam hal-hal yang ekstrim, waktu dan biaya akan meningkat tajam,
membalikkan suatu proyek yang berpotensi untung menjadi proyek yang merugi. Hayes
merekomendasikan bahwa cukup berguna untuk mengelompokkan risiko sesuai dengan

35
Analisis Penerapan Manajemen Risiko Finansial pada Proyek PLTN di Indonesia
(Imam Bastori, Moch. Djoko Birmano)

ukuran kesederhanaannya dalam hal probabilitas dan dampaknya, dengan memfokuskan


pada hal yang penting dan tindakan mana yang dapat mengontrol risiko. Godfrey dan
Hayes menemukan bahwa tingkat ketidakpastian yang paling besar ditemukan lebih awal
pada suatu proyek baru[1]. Keputusan yang diambil selama tahap awal dari suatu proyek
dapat memiliki pengaruh yang sangat besar pada biaya akhir dan durasi proyek. Pada fase
awal, perubahan adalah suatu fitur yang tidak dapat terhindarkan dari proyek kapital besar,
akan tetapi luasnya perubahan sering di bawah estimasi.
Risiko dan peluang berjalan saling mendahului, untuk alasan ini maka keuntungan
komersial atau ‘ nilai tambah ‘ dari risiko mengendalikan ukuran-ukuran yang diambil.
Secara umum, risiko akan selalu nampak lebih kecil dari sesungguhnya karena risiko tidak
pernah tampil secara eksplisit seperti diilustrasikan pada Gambar 1.

Biaya yang
diasuransikan

Biaya yang tidak


diasuransikan

Gambar 1. Ilustrasi biaya yang diasuransikan dan yang tidak diasuransikan [1]

Dalam suatu survey alokasi risiko yang dilakukan oleh Roozbeh terbagi dalam tiga
kategori, yaitu alokasi risiko untuk kontraktor, alokasi risiko untuk pemilik, dan alokasi
risiko yang ditanggung bersama sebagaimana terlihat pada Tabel 1, dapat diranking dari sisi
kepentingannya, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 1. Alokasi Risiko Pada Proyek Kontruksi[1]


Alokasi Risiko Diskripsi Risiko
Kontraktor  Produktivitas pekerja dan perlengkapan
 Kualitas kerja
 Ketersediaan pekerja, perlengkapan dan material
 Keselamatan
 Material cacat
 Kompetensi kontraktor
 Inflasi
 Kuantitas kerja sesungguhnya
 Perselisihan pekerja/buruh
Pemilik  Kondisi tapak yang berbeda-beda (differing site
conditions)
 Disain yang cacat
 Akses menuju tapak
 Perubahan aturan/regulasi pemerintah
 Penundaan pembayaran kontrak
 Perubahan pekerjaan

36
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 14 No. 1, Juni 2012

Ditanggung bersama (shared)  Kegagalan finansial


 Negosiasi perubahan order
 Resolusi penundaan kontrak
Diluar kemampuan (undecided)  Kuasa Tuhan
 Penundaan pihak ketiga (Third-party delays)
 Rekayasa defensif (Defensive engineering)

Tabel 2. Tingkat Kepentingan Risiko[1]


Kepentingan Alokasi Risiko Diskripsi Risiko
Sangat penting Kontraktor Keselamatan
Kontraktor Kualitas kerja
Kontraktor Produktivitas pekerja dan perlengkapan
Pemilik Disain yang cacat
Pemilik Kompetensi kontruksi/pembayaran yang
tertunda
Kurang penting Pemilik Perubahan regulasi pemerintah
Pemilik Akses tapak/inflasi
Diluar kemampuan Kuasa Tuhan
Diluar kemampuan Rekayasa defensif

3. MANAJEMEN RISIKO FINANSIAL


Manajemen Risiko (MR) yang sistematik merupakan alat yang menghendaki adanya
pengalaman praktek dan pelatihan dalam penggunaan teknik. Menurut Godfrey (1996),
manajemen risiko yang sistematik akan membantu[1]:
 Mengidentifikasi, mengkaji dan meranking risiko, yang membuat risiko lebih eksplisit
 Fokus pada risiko utama dari proyek
 Meminimalkan potensi kerusakan yang seharusnya terjadi sangat buruk
 Mengontrol aspek ketidakpastian pada proyek-proyek konstruksi
 Mengklarifikasi dan memformalkan peranan perusahaan dan peranan yang lain pada
proses manajemen.
 Mengidentifikasi kesempatan untuk mempertinggi kinerja proyek
 Membuat keputusan yang diinformasikan berada pada suatu persyaratan yang paling
buruk, misalnya ukuran-ukuran kelonggaran

Ketika mempertimbangkan penerapan manajemen risiko, ada dua pertanyaan


mendasar yang harus menjadi fokus bagi Pemilik proyek PLTN, yaitu mengapa manajemen
risiko mengganggu dan apakah manajemen risiko finansial mempunyai nilai tambah[2].
Kedua pertanyaan di atas betul-betul harus menjadi fokus bagi Pemilik proyek PLTN jika
ingin menerapkan manajemen risiko. Hal ini penting karena pelaksanaan manajemen risiko
juga akan membebani keuangan pemilik proyek dan di sisi lain, jika tidak melaksanakan
manajemen risiko akan dapat menghancurkan pemilik proyek.
Manajemen risiko total terdiri dari dua komponen, yaitu Risiko Pasar, dengan cara
mengukur sensitivitas harga saham pada pergerakan pasar yang cukup luas dan Risiko
Spesifik, untuk mengukur pergerakan harga saham yang spesifik pada perusahaan dan
pada pergerakan pasar bebas[2].

37
Analisis Penerapan Manajemen Risiko Finansial pada Proyek PLTN di Indonesia
(Imam Bastori, Moch. Djoko Birmano)

4. METODOLOGI
4.1. Spreadsheet INOVASI
Dalam studi ini untuk menghitung ekonomi dan pendanaan PLTN digunakan
Spreadsheet INOVASI yang merupakan modifikasi dari beberapa spreadsheet yang sudah ada.
Modifikasi dilakukan karena selama ini spreadsheet untuk menghitung ke-ekonomian
PLTN merupakan produk dari luar seperti IAEA, KHNP, Westinghouse dan PLN yang
tidak semuanya bisa dipahami dengan mudah. Sistim ini dibuat sesederhana mungkin agar
mudah memakainya, mudah dipahami dan mudah untuk dikembangkan lagi pada masa
mendatang. Aspek manajemen risiko finansial juga dimasukkan dalam spreadsheet sebagai
bagian dalam pengambilan masukan.

4.2. Metode Penyesuaian Arus Kas


Dalam makalah ini, untuk menghitung dan menganalisis risiko finansial digunakan
metode penyesuaian arus kas (cash flow adjustment model) yang dikembangkan oleh Richard
Fairchild.
Fairchild (2002) merumuskan nilai perusahaan sebagai sejumlah nilai terdiskon dari
aliran kas masa depan yang diharapkan. Jika suatu perusahaan mengharapkan arus kas X i
pada tahun i, dan perusahaan mendiskon pada suatu biaya modal dengan tingkat diskon r,
maka nilai perusahaan V0 diberikan sebagai berikut[2]:

………………..………………(1)

Biaya modal (atau pengembalian yang dikehendaki oleh investor) mencakup suatu
elemen risiko pasar. Suatu kegiatan manajemen risiko perusahaan dapat menurunkan risiko
total tetapi tidak berpengaruh pada risiko pasar[2]. Oleh karena itu biaya risiko perusahaan
tidak akan berubah sehingga biaya modal akan tetap samar. Shimko (2001) mengusulkan
suatu metode penyesuaian Net Present Value yang disebut metode Risk-adjusted Present Value
(RPV). Metode ini telah menyertakan risiko dalam penilaian suatu investasi serta dapat
membantu memecahkan masalah penambahan discount rate[2].
Pendekatan RPV Shimko diturunkan sebagai berikut. Pertimbangkan satu periode
investasi proyek dengan nilai saat ini Vo pada waktu 0, ini biasa disebut sebagai modal kas
(cash capital) atau modal investasi (capital investment). Pada waktu t = 1 arus kas yang
disediakan oleh proyek adalah suatu variabel random yang terdistribusi secara normal
dengan nilai investasi rata-rata µ1 dan deviasi standar rata-rata σ1. Shimko mengasumsikan
bahwa arus kas tidak berhubungan dengan berbagai faktor risiko pasar. Jadi tingkat diskon
bebas risiko adalah r.
Investor umumnya menghendaki pengembalian cash capital dan risk capital (modal
risiko). Risk capital adalah suatu jumlah maksimal yang mungkin seorang investor
mengalami kerugian atas proyek yang dimilikinya. Dengan tujuan untuk menurunkan risk
capital, perusahaan harus mendefinisikan arus kas ‘kasus terburuk’ W pada waktu t = 1
sebagai W1 = µ1 – z1. Arus kas kasus terburuk adalah jika z (deviasi standar) berada di bawah
rata-ratanya. Nilai saat ini pada kasus arus kas terburuk adalah W 0 = W1 / (1+r), oleh karena
itu risk capital adalah V0 – W0.
Kenaikan modal yang diharapkan atas keseluruhan tahun adalah:

µ1 – V0 = rV0 + k (V0 – W0) ………………………………………………………………..(2)

38
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 14 No. 1, Juni 2012

Pada sisi kiri yaitu (µ1 – V0) menunjukkan bahwa kenaikan modal yang diharapkan
adalah nilai investasi rata rata yang diharapkan pada waktu t=1 (µ1), dikurangi nilai
investasi awal (V0). Pada sisi kanan menunjukkan bahwa kenaikan modal yang diharapkan
berasal dari pengembalian cash capital (rV0) ditambah pengembalian risk capital (k(V0 – W0))
dengan k adalah resiko pasar (market risk). Shimko menyusun kembali persamaan (2)
menjadi sebagai berikut :

……………………………………………………(3

Ini memberi kesan bahwa nilai suatu proyek sama dengan nilai NPV-nya dikurangi suatu
tambahan risiko, yang proporsional dengan perbedaan diantara nilai yang diharapkan dan
nilai pada kasus terburuk [2].
Pendekatan ini menekankan bahwa ketika ada pembatasan pada diversifikasi
portofolio, investor (dan juga para manajer) menjadi perhatian terhadap risiko total. Metode
RPV mengijinkan kita untuk fokus pada suatu elemen yang krusial dari manajemen risiko
yaitu nilai pada risiko. Karena penilaian risiko banyak bersifat subyektif diantara investor
yang berbeda, maka penggunaan metode RPV bisa mempunyai masalah yang serius untuk
penilaian investasi. Mungkin saja metode RPV dapat membawa pada keputusan yang keliru
atas penerimaan dan penolakan suatu proyek.
Fairchild mengembangkan suatu penilaian investasi yang didasarkan pada Shapiro
dan Titman (1998) yang tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menerima proyek
yang nilainya naik. Metode ini disebut sebagai metode penyesuaian arus kas (Cash Flow
Adjustment)[2]. Ia merumuskan bahwa nilai proyek saat ini sama dengan nilai arus kas saat
ini yang diharapkan dikurangi biaya-biaya dalam kondisi yang berbahaya dari finansial.

…………………………………………………………. (4)

di mana, K merefleksikan risiko pasar (bukan risiko total) dan E(F) menggambarkan biaya
dari kondisi yang berbahaya dari finansial, E(F) = F x Probabilitas kegagalan investasi. F
merepresentasikan gangguan pada pelayanan, kehilangan reputasi, biaya hukum (legal costs)
dan sebagainya. Fairchild merumuskan nilai saat ini sebagai berikut :

…………………………………………………….…………. (5)

Fairchild mengusulkan nilai saat ini yang berkaitan dengan biaya dari kondisi yang
berbahaya dari finansial untuk manajemen perusahaan sebagai :

……………………………………………………... (6)

Dimana FM merepresentasikan biaya dari kondisi yang berbahaya dari finansial untuk
manajemen perusahaan dan I adalah investasi awal (initial cost). Jika NPVM < 0 < NPV,
manajemen dapat menolak suatu proyek yang bernilai naik. Jika manajemen mengambil
proyek dan menyelesaikan aktivitas manajemen risiko, maka NPV setelah menjalankan
manajemen risiko (NPVrm) menjadi

NPVrm ………………………………………………………..(7)

39
Analisis Penerapan Manajemen Risiko Finansial pada Proyek PLTN di Indonesia
(Imam Bastori, Moch. Djoko Birmano)

di mana C menggambarkan biaya yang dibelanjakan untuk menjalankan manajemen risiko.

Aturan yang disyaratkan dalam metode ini adalah sebagai berikut :


 Ambil proyek dan manajemen risiko jika NPVrm > 0 dan NPVrm > NPV
 Ambil proyek tanpa manajemen risiko jika NPV > 0 dan NPV > NPVrm
 Tolak proyek jika 0 > NPVrm > NPV atau 0 > NPV > NPVrm

Hasil penelitian yang dilakukan oleh para pakar dari University of Chicago tentang
biaya risiko finansial PLTN digambarkan dalam Tabel 3, dimana besarnya premi risiko
investasi ditentukan oleh besarnya probabilitas kegagalan dan persentase pengembalian
nilai investasi yang dikehendaki.

Tabel 3. Premi Risiko Investasi PLTN[3]


Probabilitas Persentase Pengembalian Nilai Investasi (%)
Kegagalan (%) 50 25 0 -25 -50
1,0 0,6% 0,8% 1,1% 1,4% 1,7%
2,0 1,1% 1,7% 2,2% 2,8% 3,4%
2,5 1,4% 2,1% 2,8% 3,5% 4,3%
3,0 1,7% 2,5% 3,4% 4,3% 5,2%
3,5 2,0% 3,0% 4,0% 5,0% 6,1%
4,0 2,2% 3,4% 4,6% 5,8% 7,0%
5,0 2,8% 4,3% 5,8% 7,3% 8,9%
6,0 3,4% 5,2% 7,0% 8,9% 10,9%

4.3. Asumsi dan Data Masukan


Dalam studi ini, PLTN yang dipilih adalah PLTN jenis PWR (Pressurized Water
Reactor) konvensional dengan kapasitas 1150 MWe. Asumsi dan data masukan paramaeter
teknis dan ekonomi yang digunakan dalam studi ini ditunjukkan pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Data Masukan Parameter Teknis


No. Item Unit Besaran
1. Jenis Pembangkit PWR konvensional
2. Kapasitas (Gross) MWe 1 x 1150
3. Efisiensi Pembangkit % 35
4. Faktor Kapasitas % 85
5. Efisiensi Termal % 33

Tabel 5. Asumsi dan Data Masukan Parameter Ekonomi


No. Item Besaran
1. Tahun Dasar 2007
2. Tahun Konstruksi 2015
3. Tahun Operasi 2025
4. Lama Konstruksi 10 tahun
5. Umur Ekonomi PLTN 60 tahun
6. Tingkat Diskonto 8%
7. Jumlah Jam per Tahun 8.760

40
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 14 No. 1, Juni 2012

8. Energi Listrik per Tahun 8.562.900.000 kWh


9. Operasi Proyek Turn-key Base
10. Ongkos O&M Tetap 35,00 $/kW
11. Ongkos O&M Variabel 2,10 $/MWh
12. Ongkos Bahan Bakar 5,74 $/MWh
13. Overnight Capital Cost 1,420 $/kW
14. Jadwal Disburshment (%) Th-1 : 4,71%
Th-2 : 5,29%
Th-3 : 2,35%
Th-4 : 12,94%
Th-5 : 12,94%
Th-6 : 12,94%
Th-7 : 12,94%
Th-8 : 14,12%
Th-9 : 14,12%
Th-10: 7,65%
15. Harga Jual Listrik $ 7,00 sen/kWh

Sumber pendanaan diasumsikan dengan pola konvensional (conventional scheme) yang


didanai oleh pemasok yang berasal dari pinjaman lembaga keuangan dalam negeri (local
loan) maupun luar negeri (foreign loan) dan modal sendiri (equity). Sumber pendanaan luar
negeri berasal dari Bank A, Bank B dan Bank C. Untuk dalam negeri dibiayai dengan modal
sendiri sebesar kekurangan dari pinjaman. Semua pembiayaan baik yang berasal dari luar
negeri maupun dalam negeri dalam mata uang dolar Amerika (US Dollar). Komposisi antara
hutang (loan) dan modal sendiri (equity) adalah 50% / 50% dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 6. Komposisi Utang dan Modal


Uraian Bunga (%) Porsi (%)
Hutang (50%)
Bank A 7.50 45,00
Bank B 7,00 35,00
Bank C 8,00 20,00
Equity (50%)
Saham istimewa 7,00 30,00
Saham biasa 6,00 20,00

Dalam perhitungan untuk memutuskan penerapan atau penolakan manajemen risiko


finansial diasumsikan hanya pada kondisi yang paling berbahaya dari finansial, yaitu pada
premi risiko investasi PLTN untuk pengembalian nilai investasi 0% yang terdapat pada
Tabel 3.

5. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1. Kelayakan Ekonomi dan Pendanaan
Dari perhitungan kelayakan ekonomi dan pendanaan PLTN jenis PWR Konvensional
1150 MWe, diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada Tabel 7.

41
Analisis Penerapan Manajemen Risiko Finansial pada Proyek PLTN di Indonesia
(Imam Bastori, Moch. Djoko Birmano)

Tabel 7. Hasil Kelayakan Ekonomi & Pendanaan PLTN PWR Konvensional 1150 MWe
No. Kriteria Kelayakan PLTN 1150 MWe
1. Biaya Investasi $ 2,506 milyar
2. Biaya Pembangkitan 4,40 $ sen/kWh
3. IRR 9,50%
4. NPV $ 788.898.436
5. B/C Ratio 1,59
6. DSC Ratio 1,48
7. Payback Period 19,78 tahun

Pada komposisi utang dan modal seperti nampak pada Tabel 6, hasil perhitungan
menghasilkan biaya investasi $2,506 milyar, nilai Internal Rate of Return (IRR) 9,50% dengan
NPV US $788,9 juta. Karena NPV > 0 maka proyek PLTN dapat dijalankan, yang selanjutnya
akan diputuskan penerapan manajemen risiko finansialnya.

5.2. Keputusan Penerapan Manajemen Risiko Finansial


Suatu proyek PLTN yang layak untuk dibangun jika hanya NPV lebih besar atau
sekurang-kurangnya sama dengan nol (NPV ≥ 0). Apakah proyek harus menjalankan
manajemen risiko atau tidak, ditentukan oleh nilai NPV yang terbebani oleh pengeluaran
biaya risiko. Apabila NPV setelah menjalankan manajemen risiko (NPVrm) lebih besar dari
NPV maka proyek harus menjalankan manajemen risiko karena biaya menerapkan
manajemen risiko jauh lebih murah dibandingkan dengan pengeluaran untuk meng-
hedging (dengan menambahkan biaya resiko) seluruh biaya modal. Sebaliknya jika NPVrm
lebih kecil dari NPV maka suatu proyek PLTN tidak dibenarkan menjalankan manajemen
risiko karena biaya asuransi yang dikeluarkan jauh lebih mahal dibandingkan dengan
seluruh biaya modal yang dikeluarkan dalam kondisi terburuk.
Sebagai ilustrasi diperhatikan persamaan (5) dan (7), jika diambil asumsi bahwa
NPVrm > NPV maka akan diperoleh E(F)/(1+K) > C. Hal ini berarti bahwa pada saat biaya-
biaya dalam kondisi yang berbahaya dari finansial lebih besar dari biaya yang dikeluarkan
untuk menerapkan manajemen risiko maka lebih tepat jika perusahaan menjalankan
manajemen risiko. Ini karena secara finansial menguntungkan dan penerapan manajemen
risiko tidak mengganggu keuangan perusahaan. Demikian juga sebaliknya jika NPV rm <
NPV maka E(F)/(1+K) < C, ini berarti pada saat biaya-biaya dalam kondisi yang berbahaya
dari finansial lebih kecil dari biaya yang digunakan untuk menerapkan manajemen risiko
maka perusahaan sebaiknya meninggalkan manajemen risiko.
Pada persamaan (5), faktor K (risiko pasar, biaya modal) berbanding terbalik terhadap
biaya-biaya dalam kondisi yang berbahaya dari finansial. Konsekuensinya jika nilai K besar
maka biaya kondisi finansial yang berbahaya menjadi lebih kecil, sebaliknya biaya modal
menjadi lebih besar. Ini berarti dengan menetapkan biaya modal yang besar, perusahaan
sebetulnya secara langsung telah meng-hedging risiko finansial. Oleh karena itu sangatlah
wajar jika investor selalu meminta tarif pengembalian yang besar pada proyek dengan
modal besar karena itu cara yang mudah untuk menyelamatkan uang yang diinvestasikan.
Kajian manajemen risiko diambil dengan asumsi bahwa bisnis PLTN gagal dengan
nilai kerugian sebesar investasi awal. Hasil perhitungan dengan menggunakan metode yang
dikembangkan oleh Fairchild dipaparkan pada Tabel 8. Dari hasil perhitungan ini nampak
bahwa biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan manajemen risiko (C) jauh lebih besar
dibandingkan dengan seluruh biaya yang digunakan untuk menyelamatkan kondisi

42
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 14 No. 1, Juni 2012

finansial yang berbahaya. Hal ini menyebabkan NPV rm < NPV, berdasarkan pada aturan
Fairchild maka keputusan yang paling tepat adalah mengambil proyek tanpa menjalankan
manajemen risiko.

Tabel 8. Keputusan Penolakan Manajemen Risiko (MR) untuk Tanpa Diskon Premi
(DP = 0%)
Probabilitas F K E(F) E(F)/(1+K) C
Keputusan
Kegagalan ($ milyar) (%) ($ juta) ($ juta) ($ juta)
1,0% 2,506 7 25,069 23,429 27,576 Tanpa MR
2,0% 2,506 7 50,139 46,859 55,153 Tanpa MR
2,5% 2,506 7 62,674 58,574 70,195 Tanpa MR
3,0% 2,506 7 75,209 70,288 85,237 Tanpa MR
3,5% 2,506 7 87,744 82,003 100,278 Tanpa MR
4,0% 2,506 7 100,278 93,718 115,320 Tanpa MR
5.0% 2,506 7 125,348 117,148 145,404 Tanpa MR
6.0% 2,506 7 150,418 140,577 175,488 Tanpa MR

Jika pihak asuransi tetap berpegangan pada tarif premi seperti Tabel 3, maka para
investor sudah barang tentu tidak akan mengasuransikan proyek PLTN yang dimilkinya.
Akan tetapi jika perusahaan asuransi mau mendiskon premi asuransi minimal 20% maka
para investor sebaiknya mengasuransikan proyeknya. Tabel 9 memaparkan hasil kajian
untuk memutuskan penerapan manajemen risiko untuk diskon premi 20%.

Tabel 9. Keputusan Penerapan Manajemen Risiko untuk Diskon Premi 20% (DP = 20%)
Probabilitas F K E(F) E(F)/(1+K) C
Keputusan
Kegagalan ($ milyar) (%) ($ juta) ($ juta) ($ juta)
1,0% 2,506 7 25,069 23,429 22,061 Dengan MR
2,0% 2,506 7 50,139 46,859 44,122 Dengan MR
2,5% 2,506 7 62,674 58,574 56,156 Dengan MR
3,0% 2,506 7 75,209 70,288 68,189 Dengan MR
3,5% 2,506 7 87,744 82,003 80,223 Dengan MR
4,0% 2,506 7 100,278 93,718 92,256 Dengan MR
5,0% 2,506 7 125,348 117,148 116,323 Dengan MR
6,0% 2,506 7 150,418 140,577 140,390 Dengan MR

6. KESIMPULAN
a. Metode penyesuaian arus kas (cash flow adjustment) yang dikembangkan oleh Richard
Fairchild adalah metode yang lebih baik dibandingkan metode penyesuaian NPV pada
suatu proyek PLTN, karena telah memasukkan aspek manajemen risiko finansial
b. Proyek PLTN bisa dijalankan hanya jika NPV lebih besar atau sekurang-kurangnya sama
dengan nol dan keputusan menjalankan manajemen risiko finansial harus didasarkan
pada NPVrm>NPV. Jika NPVrm<NPV maka sebaiknya proyek PLTN meninggalkan
manajemen risiko
c. Hasil analisis menunjukkan bahwa proyek PLTN tidak perlu menjalankan manajemen
risiko finansial karena premi risiko finansial yang harus dibayar jauh lebih mahal
dibanding dengan seluruh pengeluaran biaya-biaya dalam kondisi yang berbahaya dari
finansial, kecuali jika pihak asuransi dapat memberikan diskon minimal 20%.

43
Analisis Penerapan Manajemen Risiko Finansial pada Proyek PLTN di Indonesia
(Imam Bastori, Moch. Djoko Birmano)

DAFTAR PUSTAKA
[1]. MILLS A, ‚A Systematic Approach to Risk Management for Construction, Structural
Survey‛, Volume 19, Number 5, pp. 245-252, MCB University Press, ISSN 0263-080X,
2001.
[2]. FAIRCHILD R, ‚Financial Risk Management: Is it a Value Adding Activity?‛, Balance
Sheet 10, pp 22 – 25, MCB UP limited, April 2002.
[3]. UNIVERSITY OF CHICAGO, “The Economic Future of Nuclear Power”, A Study
Conducted at University of Chicago, August 2004.
[4]. BLANK L and TARQUIN A, “Engineering Economy‛, Fifth Edition, McGraw-Hill, 2002

44
Jurnal Akuntansi ISSN 2302-0164
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 11 Pages pp. 10- 20

PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO


TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Dini Attar1, Islahuddin2, M. Shabri2
1)
Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2)
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Abstract: Aim of this study is to test influence of risk management application (credit,
liquidity and operational) to banking financial performance listed in Indonesia Stock
Exchange (IDX). Population in this research is entire banks registered in BEI until 2011 and
observation period is 5 years (2007-2011). Thus, total population is 150 (30 banks x 5 years).
Analysis method used in this study is data panel regression and data processing using Eviews
program 6. Result of this research reveals that application of risk management (credit,
liquidity and operational) simultaneously affect banks financial performance in BEI.
Whereas, partially, it is only application of risk management liquidity has no effect on the
banking financial performance registered in BEI.

Keywords: Application of credit risk management, application of liquidity risk management,


application of operational risk management, financial performance.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan manajemen risiko
(kredit, likuiditas dan operasional) terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perbankan yang
terdaftar di BEI sampai dengan tahun 2011 dengan periode pengamatan selama 5 tahun
(2007-2011). Dengan demikian total populasi adalah sebanyak 150 (30 perbankan x 5 tahun).
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel dan proses
pengolahan data menggunakan program Eviews 6. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penerapan manajemen risiko (kredit, likuiditas dan operasional) secara simultan berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di BEI. Sedangkan, secara parsial hanya
penerapan manajemen risiko likuiditas yang tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perbankan yang terdaftar di BEI.

Kata kunci: Penerapan manajemen risiko kredit, penerapan manajemen risiko likuiditas,
penerapan manajemen risiko operasional, kinerja keuangan

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 10


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

PENDAHULUAN masyarakat menurun sehingga pendapatan


Bank merupakan suatu lembaga yang pengusaha turun. Turunnya pendapatan
berfungsi sebagai perantara keuangan (financial pengusaha menyebabkan turunnya kemampuan
intermediary) antara pihak yang memiliki dalam membayar kewajiban kepada bank.
kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan Sehingga, bank pun mengalami kesulitan
dana. Sebagai lembaga intermediasi, bank likuiditas.
berperan penting dalam menghimpun dana dan Purwanto (2011:3) menyebutkan ada
menyalurkannya ke sektor riil dalam rangka beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
mendorong pertumbuhan ekonomi (Agent of kinerja keuangan bank yaitu: melemahnya nilai
Development). Perbankan juga berperan sebagai tukar rupiah, lemahnya kondisi internal bank
lembaga penyelenggara dan penyedia layanan seperti manajemen yang kurang memadai dan
jasa-jasa di bidang keuangan serta lalu lintas pemberian kredit kepada kelompok atau group
sistem pembayaran (Agent of Services). Dengan usaha sendiri telah mendorong tingginya risiko
peranannya tersebut, bank telah menjadi kredit macet, tingkat kompleksitas usaha yang
lembaga yang turut mempengaruhi tinggi akan meningkatkan risiko yang dihadapi
perkembangan perekonomian suatu negara. oleh bank dan modal yang tidak dapat menutupi
Oleh karena itu, perbankan harus mampu terhadap risiko-risiko yang dihadapi oleh bank
mempertahankan kinerjanya agar dapat menjadi tersebut menyebabkan kinerja bank menurun.
suatu industri yang sehat. Menurut Darmawi (2011:16-18), ada
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia beberapa risiko yang sering dihadapi bank
(SEBI) No.13/30/DPNP/2011, untuk mengukur antara lain: risiko kredit, risiko likuiditas dan
tingkat kemampuan bank dalam memperoleh risiko operasional. Risiko kredit merupakan
keuntungan digunakan risiko yang timbul sebagai akibat dari
rasio profitabilitas. Rasio tersebut kegagalan nasabah dalam memenuhi
diantaranya terdiri dari ROA (Return on Asset) kewajibannya. Indikator yang digunakan untuk
dan ROE (Return on Equity). ROA adalah mengukur risiko kredit adalah NPL (Non
perhitungan laba sebelum pajak dibagi dengan Performing Loan) yaitu perbandingan antara
total aset. Sedangkan, ROE adalah perhitungan total kredit bermasalah dengan total kredit yang
laba setelah pajak dibagi dengan modal inti. diberikan bank kepada debitur.
Berfluktuasinya kinerja keuangan Risiko likuiditas merupakan risiko yang
perbankan pada periode 2007-2011, salah disebabkan oleh ketidakmampuan bank
satunya diakibatkan oleh krisis keuangan yang memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo.
terjadi di Amerika Serikat. Krisis keuangan LDR (Loan to Deposit Ratio) adalah indikator
menyebabkan tingginya harga minyak dan yang digunakan untuk risiko likuiditas. LDR
komoditas dunia, ekspor dan daya beli menggambarkan kemampuan bank membayar

11 - Volume 3, No. 1, Februari 2014


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

kembali penarikan yang dilakukan deposan dana masyarakat. Oleh karena itu, setiap bank
dengan mengandalkan kredit yang diberikan wajib memiliki manajemen risiko yang mampu
sebagai sumber likuiditas. LDR dirumuskan mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
dengan membandingkan jumlah kredit yang mengendalikan risiko, sehingga segala macam
disalurkan dengan dana pihak ketiga. risiko yang berpotensi untuk muncul dapat
Risiko operasional merupakan risiko diantisipasi dari sejak awal dan dicarikan cara
yang disebabkan oleh kurang berfungsinya penanggulangannya.
proses internal bank, human error, kegagalan
sistem teknologi, atau akibat permasalahan KAJIAN KEPUSTAKAAN
eksternal. Untuk risiko operasional indikator Kinerja Keuangan
yang digunakan adalah BOPO (Beban Kinerja keuangan merupakan prestasi
Operasional terhadap Pendapatan operasional). kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam
BOPO menunjukkan kemampuan manajemen suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan
bank dalam mengendalikan biaya operasional keuangan perusahaan yang bersangkutan. Daft
terhadap pendapatan operasional. (2002:15), mengemukakan bahwa kinerja
Dengan demikian, penelitian terhadap adalah kemampuan organisasi untuk meraih
faktor faktor yang mempengaruhi kinerja tujuannya melalui pemakaian sumber daya yang
perbankan yang diukur dengan NPL, LDR dan efisien dan efektif.
BOPO adalah sangat penting, NPL yang tinggi Menurut Bastian (2006:297), kinerja
akan mengganggu perputaran dana perbankan keuangan dapat diukur dengan menggunakan
sehingga menyebabkan bank mengalami rasio profitabilitas yang terdiri dari: ROA dan
kesulitan likuiditas. LDR yang tinggi ROE. ROA merupakan rasio yang digunakan
menunjukkan kesanggupan dan kesediaan bank untuk mengukur kemampuan manajemen bank
untuk mengatasi persoalan likuiditasnya, dalam memperoleh keuntungan dengan
sebaliknya rendahnya LDR menunjukkan bank memanfaatkan keseluruhan total aset yang
tidak mampu berperan sebagai lembaga dimiliki dan ROE digunakan untuk mengukur
intermediasi sehingga hilangnya kepercayaan kemampuan bank dalam memperoleh
masyarakat pada bank tersebut. BOPO yang keuntungan bersih dengan menggunakan modal
tinggi menunjukkan tidak efisiennya bank sendiri.
dalam menjalankan usahanya sehingga
menyebabkan kerugian bagi bank. Penerapan Manajemen Risiko Kredit
Sebagai upaya dalam meminimalkan Risiko kredit merupakan risiko yang
risiko-risiko yang terjadi, bank harus dihadapi bank karena menyalurkan dananya
menjalankan fungsinya dengan berpegang teguh dalam bentuk pinjaman kepada nasabah. Karena
pada prinsip kehati-hatian dalam mengelola berbagai hal, nasabah tidak mampu memenuhi

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 12


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

kewajibannya seperti pembayaran pokok dan Sebagai lembaga yang sumber dana terbesarnya
bunga pinjaman, sehingga bank mengalami berasal dari masyarakat, bank tidak akan
kerugian karena tetap mengeluarkan beban mampu bertahan beroperasi tanpa adanya
bunga untuk simpanan nasabah. Peningkatan kepercayaan tersebut.
kredit bermasalah tersebut menyebabkan Menurut Ali (2006:402) indikator yang
pendapatan dan laba menurun, ROA dan ROE digunakan untuk mengukur penerapan
juga mengalami penurunan (Purwanto, manajemen risiko likuiditas adalah LDR. LDR
2011:167). Oleh karena itu, perbankan perlu mencerminkan kemampuan bank dalam
meningkatkan pengelolaan terhadap terhadap membayar kembali penarikan dana yang
risiko kreditnya agar tingkat kredit bermasalah dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
atau NPLnya tidak melebihi dari ketentuan dari yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Bank Indonesia (BI). Syamsuddin (2007:44), mengemukakan
Bank Indonesia (PBI) No.13/3/2011, bahwa semakin tinggi rasio likuiditas maka
menetapkan bahwa rasio NPL maksimal 5% semakin baik suatu perusahaan, karena semakin
dari total kredit. Apabila rasio NPL berada tinggi rasio ini berarti jumlah kredit yang
dibawah ketentuan BI menunjukkan bahwa diberikan meningkat sehingga menyebabkan
bank dapat mengelola risiko kreditnya dengan pendapatan bunga dan laba yang diterima
baik karena mampu meminimalkan kredit meningkat, akhirnya ROA dan ROE pun ikut
macetnya. Sebaliknya, kenaikan NPL diatas 5% meningkat. Selanjutnya, Muljono (2002:127)
mengindikasikan bank kurang berhasil dalam mengungkapkan bahwa LDR yang rendah akan
mengelola kredit bermasalahnya. mengakibatkan bank dalam keadaan likuid
sehingga menyebabkan idle fund akibatnya
Penerapan Manajemen Risiko likuiditas profitabilitas (ROA dan ROE) rendah.
Risiko likuiditas adalah risiko yang Peraturan Bank Indonesia (PBI)
disebabkan ketidakmampuan bank No.12/19/2010, menetapkan LDR bank umum
menyediakan dana untuk memenuhi penarikan berada pada kisaran 78-100%. Apabila LDR
simpanan dan permintaan kredit serta berada dibawah ketentuan BI menunjukkan
kewajiban lainnya yang telah jatuh tempo. kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan
Risiko likuiditas merupakan masalah yang kredit sehingga hilangnya kesempatan untuk
sangat penting bagi bank untuk menjaga memperoleh keuntungan. Sedangkan, LDR
kontinuitas usahanya. Ketidakmampuan yang berada diatas 100% menunjukkan kredit
memperoleh pendanaan untuk memenuhi yang disalurkan melebihi dari dana yang
kewajiban yang jatuh tempo akan dihimpun sehingga bank akan mengalami
mempengaruhi kredibilitas bank karena kekurangan dana untuk mencukupi
menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat. kewajibannya.

13 - Volume 3, No. 1, Februari 2014


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Dengan demikian, bank harus benar- operasional terhadap pendapatan


benar memprioritaskan pengelolaan operasionalnya.
likuiditasnya secara hati-hati sehingga Menurut Syamsuddin (2007:205)
kegagalan usaha akibat salah mengelola profitabilitas diukur dengan jumlah keuntungan.
likuiditas sedapat mungkin dihindari yaitu keuntungan perusahaan dapat ditingkatkan
dengan menerapkan manajemen risiko dengan menekan biaya-biaya. Selanjutnya,
likuiditas secara efektif melalui penetapan limit menurut Ali (2006:278), risiko operasional
internal, pemeliharaan alat likuid yang cukup, merupakan jenis risiko yang dapat dikelola dan
serta perbaikan internal control. dikendalikan dengan baik bila bank dapat
memperbaiki business efficiencynya. Salah satu
Penerapan Manajemen Risiko Operasional yang mempengaruhi profitabilitas adalah efisien
Risiko operasional adalah risiko yang dalam menekan biaya operasi dan non operasi.
antara lain disebabkan ketidakcukupan dan atau Bank yang efisien dalam menekan biaya
tidak berfungsinya proses internal, kesalahan operasionalnya dapat mengurangi kerugian
manusia, kegagalan sistem, atau adanya sehingga pendapatan dan laba meningkat, ROA
problem eksternal yang mempengaruhi dan ROE pun ikut mengalami peningkatan.
operasional bank. Berdasarkan SEBI No.6/23/2004, nilai
Untuk meminimalkan risiko yang terjadi, maksimal BOPO adalah sebesar 94%. Jika
maka perbankan wajib menerapkan manajemen suatu bank memiliki nilai BOPO lebih dari
risiko operasional agar risiko tersebut bisa ketentuan yang telah ditentukan maka bank
dideteksi, dikendalikan dan diatasi tersebut masuk dalam kategori tidak efisien,
kemunculannya. Menurut SEBI karena semakin tinggi BOPO berarti
No.5/21/DPNP/2003, proses penerapan peningkatan biaya operasionalnya semakin
manajemen risiko operasional adalah besar daripada peningkatan pendapatan
melakukan identifikasi terhadap faktor operasional sehingga laba yang diperoleh turun
penyebab timbulnya risiko operasional yang dan ROA dan ROE pun menurun.
melekat pada seluruh aktivitas fungsional,
produk, proses dan sistem informasi yang Hipotesis
berdampak negatif terhadap pencapaian sasaran Berdasarkan kerangka pemikiran, maka
organisasi bank. rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah
Rasio yang digunakan untuk mengukur sebagai berikut :
risiko operasional adalah BOPO. BOPO sering 1. Penerapan manajemen risiko secara simultan
disebut sebagai rasio efisiensi, yaitu rasio yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan
digunakan untuk mengukur kemampuan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
manajemen bank dalam mengendalikan biaya Indonesia

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 14


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

2. Penerapan manajemen risiko kredit Kinerja Keuangan (Diproksi dengan ROE)


berpengaruh terhadap kinerja keuangan ROE merupakan rasio yang menunjukkan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek kemampuan manajemen bank dalam mengelola
Indonesia. modal yang tersedia untuk mendapatkan laba.
3. Penerapan manajemen risiko likuiditas ROE dihitung dengan cara membandingkan
berpengaruh terhadap kinerja keuangan laba setelah pajak dengan modal inti.
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Variabel Independen
4. Penerapan manajemen risiko operasional Penerapan Manajemen Risiko Kredit
berpengaruh terhadap kinerja keuangan (Diproksi dengan NPL)
Penerapan manajemen risiko kredit
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
merupakan serangkaian prosedur dan
Indonesia
metodologi yang dilakukan bank sehingga
dapat meminimalkan terjadinya risiko kredit.
METODE PENELITIAN
Mengacu pada SEBI No.5/21/2003 parameter
Penelitian ini dilakukan dengan
yang digunakan dalam mengukur Penerapan
menggunakan metode sensus dimana populasi
manajemen risiko risiko kredit salah satunya
dalam penelitian ini adalah seluruh perbankan
adalah NPL, yang menunjukkan perbandingan
yang terdaftar di BEI sampai dengan tahun
jumlah kredit bermasalah terhadap total kredit
2011 yaitu sebanyak 30 bank. Dari populasi
yang dikeluarkan bank.
tersebut dihasilkan 150 pengamatan, yang
diperoleh melalui hasil perkalian dari jumlah
Penerapan Manajemen Risiko Likuiditas
populasi (30 bank) dengan periode pengamatan (Diproksi dengan LDR)
(5 tahun). Penerapan manajemen risiko likuiditas
merupakan serangkaian prosedur dan
Operasionalisasi Variabel Penelitian metodologi yang dilakukan bank sehingga
Variabel Dependent
dapat meminimalkan terjadinya risiko likuiditas.
Kinerja Keuangan (Diproksi dengan ROA)
ROA merupakan salah satu rasio Menurut Ali (2006:402) indikator yang

profitabilitas yang digunakan untuk mengukur digunakan mengukur penerapan manajemen

efektivitas perusahaan didalam menghasilkan risiko likuiditas adalah LDR. LDR adalah rasio

keuntungan dengan memanfaatkan total aset yang memberikan gambaran sejauhmana

yang dimilikinya. ROA dihitung berdasarkan simpanan yang dihimpun dapat mendukung

perbandingan laba sebelum pajak terhadap total pinjaman yang dikeluarkan.

aset bank.
Penerapan Manajemen Risiko operasional
(Diproksi dengan BOPO)

15 - Volume 3, No. 1, Februari 2014


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Penerapan manajemen risiko operasional


Koefisien
merupakan serangkaian prosedur dan Determinasi (R2)
= 0,938
metodologi yang dilakukan bank sehingga Sig.F = 0,0000
dapat meminimalkan terjadinya risiko
operasional. Yuliani (2007) menggunakan rasio
Pengaruh penerapan manajemen risiko
BOPO untuk mengukur kemampuan
terhadap kinerja keuangan (ROA) dapat
manajemen bank dalam mengendalikan biaya
dituliskan dalam persamaan:
operasional terhadap pendapatan operasional.
Berdasarkan SEBI No.13/30/2011, BOPO di ROA= 8,307-0,156NPL+0,012LDR- 0.083BOPO+ e

rumuskan dengan membandingkan biaya


Tabel 2. Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko
operasional terhadap pendapatan operasional. Terhadap Kinerja keuangan (ROE)
Prob t-
Variabel Coefficients
statistik
Metode Analisis dan Rancangan Pengujian
Hipotesis Konstanta 108,590 0,0000

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian NPL -1,020 0,0006


LDR -0,085 0,2038
ini digunakan metode regresi panel yang diolah BOPO -1,025 0,0000
dengan program Eviews 6, dengan model
regresi sebagai berikut:
Koefisien
Determinasi (R2)
Yit = α + β1X1it + β2X2it + β3X3it + e it = 0,653
Sig.F = 0,0000
Keterangan:
Y: Kinerja Keuangan (ROA dan ROE)
i: Bank
t: Tahun
α: Konstanta/Intercept Pengaruh penerapan manajemen risiko
β: Koefisien Regresi terhadap kinerja keuangan (ROE) dapat
X1: Penerapan manajemen risiko kredit
X2: Penerapan manajemen risiko likuiditas dituliskan dalam persamaan:
X3:Penerapan manajemen risiko operasional ROE=108,590-1,020NPL-0,085LDR-
e: Tingkat kesalahan penduga dalam penelitian 1,025BOPO+ e

1. Hasil pengujian hipotesis pertama yaitu,


HASIL PEMBAHASAN
penerapan manajemen risiko secara
Hasil Pengujian Hipotesis
simultan berpengaruh terhadap kinerja
Tabel 1. Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko keuangan (ROA dan ROE) dapat diterima,
Terhadap Kinerja keuangan (ROA)
Variabel Coefficients
Prob t- yang ditunjukkan dengan tingkat
statistik
signifikansi ˂ 5%. Nilai koefisien
Konstanta 8,307 0,0000
determinasi (R2) untuk kinerja keuangan
NPL -0,156 0,0000
LDR 0,012 0,0520 yang diukur dengan ROA bernilai 0,938,
BOPO -0,083 0,0000

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 16


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

hal ini mengindikasikan bahwa 93,8% perbankan telah berhasil menerapakan


perubahan pada kinerja keuangan (ROA) manajemen risikonya yang ditunjukkan dengan
dapat dijelaskan oleh variabel independen nilai rata-rata: NPL 3,13%, nilai tersebut masih
2
secara bersama-sama. Sedangkan nilai R berada dibawah batas maksimum yang
untuk kinerja keuangan yang diukur ditentukan BI yaitu 5%, sedangkan LDR adalah
dengan ROE bernilai 0,653, yang berarti sebesar 75,91%, berada sedikit dibawah
bahwa 65,3% perubahan pada kinerja ketentuan BI yaitu sebesar 78% dan BOPO
keuangan (ROE) dijelaskan oleh variabel sebesar 84,99%, nilai tersebut masih berada di
independen secara bersama-sama. bawah batas maksimum yang ditetapkan BI
2. Hasil pengujian hipotesis kedua yaitu, yaitu sebesar 96%. Keberhasilan perbankan
penerapan manajemen risiko kredit dalam menerapkan manajemen risiko
berpengaruh terhadap kinerja keuangan berpengaruh terhadap kinerja keuangannya,
(ROA dan ROE) dapat diterima, yang ditunjukkan dengan nilai ROA dan ROE yang
ditunjukkan dengan tingkat signifikansi ˂ bernilai positif yaitu masing-masing sebesar
5%. 1,62% dan 11,73%. Nilai positif yang
3. Hasil pengujian hipotesis ketiga yaitu, ditunjukkan oleh ROA dan ROE mengandung
penerapan manajemen risiko likuiditas arti bahwa bank mampu menghasilkan laba
secara bersama-sama berpengaruh dalam kegiatan operasionalnya sehingga
terhadap kinerja keuangan (ROA dan menempatkan bank tersebut pada peringkat
ROE) ditolak, yang ditunjukkan dengan yang baik berdasarkan kriteria dalam penilaian
tingkat signifikansi ˃ 5%. tingkat kesehatan perbankan.
4. Hasil pengujian hipotesis keempat yaitu,
penerapan manajemen risiko operasional Pengaruh penerapan manajemen risiko
kredit terhadap kinerja keuangan
berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan
(ROA dan ROE) dapat diterima, yang
bahwa penerapan manajemen risiko kredit
ditunjukkan dengan tingkat signifikansi ˂
(yang diproksi dengan NPL) berpengaruh
5%.
negatif terhadap kinerja keuangan yang di ukur
Pengaruh penerapan manajemen risiko dengan ROA dan ROE. Pengaruh negatif yang
terhadap kinerja keuangan ditunjukkan oleh NPL mengindikasikan bahwa
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan semakin tinggi kredit macet (NPL), maka akan
bahwa secara simultan penerapan manajemen menurunkan tingkat pendapatan dan laba bank
risiko (kredit, likuiditas dan operasional) sehingga ROA dan ROE pun ikut menurun.
berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA Oleh karena besarnya pengaruh tingkat
dan ROE). Hal ini mengindikasikan bahwa pengembalian kredit terhadap kinerja perbankan,

17 - Volume 3, No. 1, Februari 2014


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

maka diperlukan adanya pengawasan aktif peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
dewan komisaris dan direksi dalam hal tidak diimbangi dengan peningkatan kredit
pemisahan tugas antara fungsi penganalisa mengakibatkan bank harus menanggung beban
permohonan kredit, pemberi persetujuan kredit bunga yang melebihi dari pendapatan bunga
dan yang me-review kredit. Dalam menyalurkan yang diterimanya, sehingga kerugian tersebut
kreditnya bank juga harus melakukan analisis akan mempengaruhi jumlah ekuitas dan
terhadap kemampuan debitur dalam memenuhi penurunan ROE. Selanjutnya, ketidaksignifikan
kewajiban. Bank harus melakukan peninjauan, penerapan manajemen risiko likuiditas terhadap
penilaian, dan pengikatan terhadap agunan kinerja keuangan baik yang diukur dengan
untuk memperkecil risiko kredit atau gagal ROA maupun ROE karena rendahnya kredit
bayar debitur. yang disalurkan bank, yang menyebabkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian dana menjadi idle fund (dana yang
perbankan telah berhasil menerapkan menganggur yang tidak menghasilkan bunga)
manajemen risiko kreditnya dengan baik, sehingga hilangnya kesempatan bank untuk
dimana mampu meminimalkan kredit macetnya memperoleh keuntungan yang maksimal.
(NPL) yaitu rata-rata sebesar 3,13%. Nilai Pengelolaan likuiditas sangat penting bagi
tersebut masih dibawah batas maksimum NPL kelangsungan usaha perbankan. Likuiditas akan
yang disyaratkan oleh BI yaitu sebesar 5%, mempengaruhi tingkat kepercayaan nasabah
sehingga dalam menjalankan kegiatan dan pemegang saham di bank tersebut. Apabila
operasionalnya bank mampu menghasilkan posisi likuiditas yang ditunjukkan LDR terlalu
kinerja yang baik. rendah maka investor akan menganggap bank
tidak memiliki prospek yang menguntungkan di
Pengaruh penerapan manajemen risiko
masa depan sehingga hilangnya kepercayaan
likuiditas terhadap kinerja keuangan
untuk menanamkan modalnya. Sebaliknya, jika
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan
LDR terlalu tinggi sehingga berada diatas
bahwa penerapan manajemen risiko likuditas
ketentuan maksimum yang telah ditetapkan
(yang diproksi dengan LDR) berpengaruh
maka bank akan mengalami kesulitan dalam
positif terhadap kinerja keuangan bank yang
memenuhi kewajibannya.
diukur dengan ROA. Pengaruh positif yang
Dari hasil penelitian menunjukkan ada
ditunjukkan oleh LDR mengindikasikan bahwa
15 bank yang kurang optimal dalam
bank memperoleh keuntungan dari kredit yang
disalurkan sehingga laba meningkat ROA juga
menyalurkan kreditnya, dimana LDRnya

ikut meningkat. Sedangkan penerapan kurang dari 78% dan terdapat 1 bank yang
manajemen risiko likuditas berpengaruh negatif menyalurkan kreditnya diatas 100%.
terhadap kinerja keuangan bank yang diukur Sehingga, diharapkan bagi pihak
dengan ROE. Hal ini disebabkan karena
Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 18
Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

manajemen bank dapat menjaga besarnya karena dalam menjalankan kegiatannya mampu
LDR sesuai dengan batas ketentuan BI melakukan efisiensi terhadap biaya.

yaitu sebesar 78%-100%. LDR yang kurang Berdasarkan SEBI No. 6/23/DPNP/2004
tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank
dari 78% menunjukkan kurang efektifnya
umum, BOPO bernilai antara 94%-96%. Nilai
bank dalam menyalurkan kredit sehingga
BOPO yang kurang dari 94% menunjukkan
hilangnya kesempatan bank untuk
bank efisien dalam menjalankan operasionalnya.
memperoleh laba, Sedangkan LDR yang
Walaupun dari hasil penelitian menunjukkan
lebih dari 100% menunjukkan bahwa rata-rata perbankan yang terdaftar di BEI
kredit yang diberikan melebihi dari dana memiliki tingkat efisiensi yang baik, namun
yang dihimpun. Akibatnya bank akan bank harus terus melakukan pengawasan
mengalami kekurangan dana, karena dana terhadap risiko operasional dengan cara
yang tersedia untuk memenuhi menerapkan sistem pengendalian intern.
kewajibannya sudah digunakan. Kedua
KESIMPULAN DAN SARAN
keadaan ini diharapkan tidak dialami oleh
Kesimpulan
perbankan karena akan mengganggu kinerja
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
keuangannya
maka dapat disimpulkan bahwa:

Pengaruh penerapan manajemen risiko 1) Penerapan manajemen risiko secara


operasional terhadap kinerja keuangan simultan berpengaruh terhadap kinerja
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan keuangan perbankan yang terdaftar di BEI
bahwa penerapan manajemen risiko operasional 2) Penerapan manajemen risiko kredit
(yang diproksi dengan BOPO) berpengaruh berpengaruh terhadap kinerja keuangan
negatif terhadap kinerja keuangan yang diukur perbankan yang terdaftar di BEI
dengan ROA dan ROE. Pengaruh negatif yang 3) Penerapan manajemen risiko likuiditas
ditunjukkan oleh BOPO mengindikasikan tidak berpengaruh terhadap kinerja
bahwa semakin tinggi beban operasional yang keuangan perbankan yang terdaftar di BEI.
hampir menyamai atau melampaui pendapatan 4) Penerapan manajemen risiko operasional
operasional maka akan menurunkan laba bank berpengaruh terhadap kinerja keuangan
sehingga pada akhirnya ikut mempengaruhi perbankan yang terdaftar di BEI,
penurunan ROA dan ROE.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata Saran
BOPO bernilai 84,99%. Nilai tersebut Berdasarkan hasil penelitian, maka
mengindikasikan bahwa bank telah berhasil terdapat beberapa saran yang dapat penulis
meminimalkan terjadinya risiko operasional kemukakan sebagai berikut:

19 - Volume 3, No. 1, Februari 2014


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

1) Bagi Perbankan Nomor 13/30/DPNP/2011, Tentang Pedoman


Perhitungan Rasio Keuangan.
a. Bagi beberapa bank yang mempunyai Syamsuddin, L., 2007. Manajemen Keuangan
NPL di atas ketentuan BI yaitu 5% Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
disarankan untuk memperkecil NPL
dengan melakukan reschedulling,
reconditioning dan restructuring
kreditnya.
b. Meningkatkan LDR melalui
penambahan kredit sehingga sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh BI.
c. Meminimalkan terjadinya risiko
operasional yang disebabkan oleh
human fraud dengan cara lebih
mengoptimalkan pengawasan, rotasi
kerja, memberi hukuman dan
penghargaan.
2) Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat
melakukan kajian lanjutan mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja
keuangan dengan menggunakan metode,
variabel, subjek yang berbeda dan periode
penelitian yang lebih panjang.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ali, M., 2006. Manajemen Risiko: Strategi
Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi
Tantangan Globalisasi Bisnis. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Bastian, I., & Suhardjono, 2006. Akuntansi
Perbankan. Jakarta: Salemba Empat.
Daft, R.L., 2002. Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Darmawi, H., 2011. Manajemen Perbankan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Purwanto, W.H., 2011. Risiko Manajemen
Perbankan. Jakarta: CMB PRESS.
Republik Indonesia, Surat Edaran Nomor
6/23/DPNP/2004, Tentang Sistem Penilaian
Kesehatan Bank Umum.
Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia
Nomor 13/3/PBI/2011, Tentang Penetapan
Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank.
Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 20


Syamsul Riyadi, [Vol 5, No 2, 2018] E-ISSN 2598-398X || P-ISSN 2337- 8743

Analisis Resiko Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang


terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Analysis Of Financial Risk In Manufacturing Companies Listed In Indonesia


Stock Exchange

Syamsul Riyadi1, Rustan2


1,2Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu-IlmuSosial, Universitas Fajar Makassar
Email: rustanfinance@gmail.com

ABSTRAK
Memaksimalkan nilai perusahaan setiap perusahaan berkepentingan dengan pengukuran kiner-
janya, Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba adalah fokus yang utama dalam penilaian kiner-
ja perusahaan, oleh karena laba bukan saja sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban penyandang dana tetapi juga sebagai unsur penciptaan nilai perusahaan yang memperlihat-
kan prospek perusahaan dimasa mendatang. Nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh tingkat kebijakan
hutang (leverage). Kebijakan hutang yang dilakukan perusahaan tentunya mengandung resiko, perus-
ahaan akan dihadapkan pada pengeluaran yang bersifat tetap dan tentu saja biaya tersebut mengandung
risiko.

Kata Kunci : Rasio Keuangan, Altman Z-Score.

ABSTRACT
Maximizing the value of the company, every company has an interest in measuring its performance.
The company's ability to make a profit is the main focus in assessing company performance, because profit
is not only an indicator of the company's ability to fulfill the obligations of funders but also as an element of
corporate value creation that shows the company's prospects in the future. coming. Company value can be
influenced by the level of debt policy (leverage). Debt policy carried out by the company certainly contains
risks, the company will be faced with fixed expenses and of course these costs contain risks.

Keywords : Financial Ratio, Altman Z-Score.

Sekretariat Article History:


Editorial: Kampus Fekon UNISMUH PALU - Palu 94118,
Sulawesi Tengah, Indonesia  Received 4 Mei 2018
Telp/HP: +6281245936241, Fax (0451) 425627  Revised 17 Mei 2018
E-mail: jsm.fe.umpalu@gmail.com
 Accepted 21 Juli 2018
OJS: http://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/JSM

Jurnal Sinar Manajemen 74


Syamsul Riyadi, [Vol 5,No 2, 2018] E-ISSN 2598-398X || P-ISSN 2337- 8743

PENDAHULUAN mensi beserta lebih mandiri dalam hal


Kesulitan keuangan (financial dis- pengembangan usaha dan dapat menjamin
tress) dimulai ketika perusahaan tidak kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang
dapat memenuhi jadwal pembayaran atau akan datang.
ketika proyeksi arus kas mengindikasikan . Perusahaan bisa di de-listing dari
bahwa perusahaan tersebut akan segera Bursa Efek Indonesia (BEI) disebabkan kare-
tidak dapat memenuhi kewajibannya. Setiap na perusahaan tersebut berada pada kondisi
perusahaan harus mewaspadai adanya po- financial distress atau sedang mengalami
tensi kebangkrutan, oleh karena itu perus- kesulitan keuangan. Suatu perusahaan dapat
ahaan harus sedini mungkin melakukan an- dikategorikan sedang mengalami financial
alisis yang menyangkut resiko keuangan distress dimana jika perusahaan tersebut
perusahaan. memiliki kinerja yang menunjukkan laba
Salah satu cara untuk melihat operasinya negatif, laba bersih negatif, nilai
kesehatan keuangan perusahaan yaitu buku ekuitas negatif, dan perusahaan yang
dengan menggunakan rasio keuangan. Be- melakukan merger.
berapa penelitian telah dilakukan untuk Fenomena lain dari financial dis-
menguji manfaat rasio keuangan dalam tressadalah banyaknya perusahaan yang
menganalisis tingkat kesehatan keuangan cenderung mengalami kesulitan likuiditas,
perusahaan. Hasil Penelitian dari Mastuti dimana ditunjukkan dengan semakin
(2012) mengungkapkan bahwa rasio keu- turunnya kemampuan perusahaan dalam me-
angan bermanfaat dalam menilai kondisi menuhi kewajibannya kepada kredi-
kesehatan perusahaan bahkan bermanfaat tur.Financial distress adalah suatu kondisi
dalam memprediksi terjadinya resiko keu- dimana perusahaan menghadapi masalah
angan perusahaan. kesulitan keuangan. Menurut Platt (2002),
Hutang bisa membuat pertumbuhan menyatakan bahwa financial distressdidefin-
perusahaan menjadi lebih cepat jika isikan sebagai tahap penurunan kondisi keu-
dibandingkan dengan hanya mengandalkan angan yang terjadi sebelum kebangkrutan
modalnya sendiri. Namun jika terlalu besar ataupun likuidasi.
nilainya, hutang juga dapat membuat kondi- Financial distress itu bisa berarti mu-
si keuangan perusahaan menjadi tidak lai dari kesulitan likuidasi (jangka pendek),
sehat. Optimalisasi nilai perusahaan dapat yang merupakan financial distress yang paling
dicapai melalui pelaksanaan fungsi mana- ringan sampai ke pernyataan kebangkrutan,
jemen keuangan, satu keputusan keuangan yang merupakan financial distress yang paling
yang diambil akan mempengaruhi kepu- berat. Adapun kesulitan keuangan jangka pen-
tusan keuangan lainnya dan berdampak pa- dek yang biasanya bersifat sementara dan
da nilai perusahaan Investasi modal meru- mungkin tidak begitu parah, jika tidak di-
pakan salah satu aspek utama dalam kepu- tangani secepat mungkin akibatnya dapat
tusan investasi. Keputusan pengalokasian berkembang menjadi kesulitan keuangan
modal ke dalam usulan investasi harus die- yang besar dan jika terjadi berlarut-larut, pe-
valuasi dan dihubungkan dengan risiko dan rusahaan bisa dilikuidasi ataupun direorgan-
hasil yang diharapkan, Erwanda (2010). isasi.
Pada dasarnya semua perusahaan, financial distress adalah financial rati-
baik yang berskala kecil maupun perus- os, dimana bisa dilihat di dalam laporan keu-
ahaan besar memiliki tujuan yang sama yai- angan yang diterbitkan oleh perusahaan Ada-
tu bagaimana pencapaian laba yang maksi- pun dalam hal ini financial ratio digunakan
mum guna meningkatkan kesejahteraan untuk memprediksi terjadinya financial dis-
para pemegang saham. Untuk memaksi- tress. rasio keuangan menunjukkan kinerja
mumkan laba tentunya harus didukung oleh keuangan perusahaan yang sesungguhnya
pendanaan yang cukup serta perusahaan terjadi. Pada umumnya penelitian tentang ke-
harus memilih kombinasi dan berbagai al- bangkrutan, kegagalan, maupun financial dis-
ternatif keputusan investasi untuk memini- tress menggunakan indikator kinerja keu-
malisasi risiko yang mungkin terjadi serta angan sebagai prediksi dalam memprediksi
menjadikan perusahaan tersebut lebih kondisi perusahaan di masa yang akan datang
tangguh dalam menghadapi krisis multi di- Indikator ini diperoleh dari analisis rasio-

Jurnal Sinar Manajemen 75


Syamsul Riyadi, [Vol 5, No 2, 2018] E-ISSN 2598-398X || P-ISSN 2337- 8743

rasio keuangan yang terdapat pada informasi satu sumber informasi mengenai posisi
laporan keuangan yang diterbitkan perus- keuangan perusahaan, serta perubahan
ahaan. posisi keuangan perusahaan, yang sangat
Olehnya itu penelitian ini bertujuan berguna untuk mendukung pengambilan
untuk mengetahui dan menjelaskan cara keputusan yang tepat. Data keuangan pada
mengukur resiko keuangan pada perusahaan laporan keuangan bermanfaat untuk
manufaktur sektor industri dasar dan kimia melihat kondisi kesehatan keuangan
sub sektor semen yang terdaftar yang di BEI perusahaan.
periode 2011-2015. Salah satu cara untuk melihat
kesehatan keuangan perusahan yaitu
METODE PENELITIAN dengan menggunakan rasio keuangan.
Penelitian ini merupakan penelitian Beberapa penelitian telah dilakukan untuk
deskriptif kuantitatif, Unit analisis yang menguji manfaat rasio keuangan dalam
digunakan pada penelitian ini adalah 3 pe- menganalisis tingkat kesehatan keuangan
rusahaan semen yang terdaftar ke dalam pe- perusahaan.Adapun penelitian mengenai
rusahaan manufaktur. Fokus penelitian ini manfaat rasio keuangan hasilnya
adalah hasil analisis resiko keuangan perus- menunjukkan bahwa rasio keuangan
ahaan yang diperoleh dari data keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi
kesehatan perusahaan bahkan bermanfaat
perusahaan periode 2011 sampai dengan
dalam memprediksi terjadinya resiko
periode 2015. Penelitian ini dilakukan pada
keuangan dalam perusahaan.
tingkat perusahaan, yaitu seluruh perus- Metode ALTMAN Z-SCORE adalah
ahaan manufaktur sektor industri dasar dan salah satu metode untuk menghitung
kimia sub sektor semen yang dapat di- terjadinya resiko keuangan pada
peroleh melalui website resmi Bursa Efek perusahaan dengan mengkombinasikan
Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id dengan beberapa rasio keuangan menjadi satu
periode pengamatan tahun 2011 hingga model prediksi dengan teknik statistik,
2015 yang dilaksanakan selama 2 bulan yaitu analisis diskriminan yang dapat
efektif tahun 2017. digunakan untuk memprediksi terjdinya
resiko atau masalah keuangan dalam
Sumber data yang di gunakan dalam perusahaan yang sudah go public yaitu
penelitian ini merupakan sumber data modal kerja terhadap total aktiva, laba
sekunder berupa data laporan keuangan pe- ditahan terhadap total aktiva, EBIT
rusahaan manufaktur sektor industri dasar terhadap total aktiva, nilai pasar ekuitas
dan kimia sub sektor semen periode tahun terhadap total hutang, penjualan terhadap
2011 sampai dengan periode 2015 yang total aktiva. Dari hasil perhitungan tersebut
dapat diperoleh melalui website resmi BEI diperoleh nilai Z (Z-SCORE) yang dapat
www.idx.co.id menggambarkan posisi keuangan
perusahaan sedang dalam kondisi sehat,
Teknik pengumpulan data yang rawan dan dalam kondisi mengalami resiko
digunakan pada penelitian ini adalah dengan keuangan.
menggunakan metode pencatatan dan studi
pustaka yaitu metode yang dilakukan dengan
melakukan klarifikasi.
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian iniadalah dengan
menggunakan metode ALTMAN Z–SCORE.
HASIL PENELITIAN
Tanda-tanda awal terjadi resiko dapat
diketahui melalui analisis terhadap data yang
terdapat dalam laporan keuangan yang
diterbitkan oeh perusahaan merupakan salah

Jurnal Sinar Manajemen 76


Syamsul Riyadi, [Vol 5,No 2, 2018] E-ISSN 2598-398X || P-ISSN 2337- 8743

Berdasarkan tabel 4.1 sampai dengan


tabel dan 4.4 diatas yang membahas
mengenai posisi laporan keuangan
perusahaan dengan kode saham (SMGR) pada
PT. Semen Indonesia Tbk,dapat diketahui dari
hasil analisa peneliti yaitu bahwa posisi
keuangan perusahaan pada periode 2011
sampai dengan periode 2014 dengannilai rata
– rata di atas tiga koma lebih yang di
estimasikan dalam metode ALTMAN Z-SCORE
keuangan perusahaan sehat di bandingkan
dengan tabel 4.5 pada periode 2015 di tandai
dengan adanya laporan keuangan perusahaan
yang mengalami masalah dari hasil
perhitungan peneliti dengan menggunakan
metode ALTMAN Z-SCORE dengan nilai Z-
SCORE perusahaan 2,75 yang artinya
perusahaan tersebut rawan resiko masalah
keuangan.

Jurnal Sinar Manajemen 77


Syamsul Riyadi, [Vol 5, No 2, 2018] E-ISSN 2598-398X || P-ISSN 2337- 8743

Berdasarkan tabel 4.6 pada periode 2011


posisi keuangan perusahaan
mengalamirawan resiko, hasil perhitungan
dengan menggunakan metode ALTMAN Z-
SCOREdengan hasil Z-SCORE 2,93.
Dibandingkan tabel 4.7 dan 4.8yang diatas
hasil analisa peneliti dengan menganalisa
posisi laporan keuangan dengan
menggunakan metode ALTMAN Z-SCORE
pada PT. Holcim Indonesia Tbk dengan kode
saham (SMCB). Dari hasil analisa melalui
perhitungan pada laporan keuangan
perusahaan tersebut telah didapatkan hasil
akhir pada periode 2012 dengan Z-SCORE
3,01 dan pada periode 2013 dengan nilai Z-
SCORE 3,22 yang menunjukkan bahwa posisi
keuangan perusahaansehat. Sementara tabel
4.9 pada periode 2014, hasil laporan
keuangan perusahaan mengalami rawan
resiko dengan nilai Z-SCORE 2,43 sedangkan
periode 2015 pada tabel 4.10 yang
menunjukkan posisi keuangan bermasalah
dengan hasil Z-SCORE 1,25 yang
menunjukkan hasil perhitungan dengan
menggunakan metode ALTMAN Z-SCORE
sangat rendah.

Jurnal Sinar Manajemen 78


Syamsul Riyadi, [Vol 5,No 2, 2018] E-ISSN 2598-398X || P-ISSN 2337- 8743

Berdasarkan tabel 4.11pada periode 2011


penulis menganalisis laporan keuangan
dengan menggunakan metode ALTMANZ-
SCOREdengan hasil Z-SCORE 2,63 yang
berarti keuangan periode 2011 rawan resiko
bermasalah dan dari hasil analisa laporan
keuangan perusahaan pada tabel 4.12
periode 2012 mengalami rawan resiko
dengan Z-SCORE 2,75 begitupun dengan
periode 2013 pada tabel 4.13 dengan hasil
analisis Z-SCORE2,28 di bandingkan tahun
2014 pada tabel 4.14 mengalami peningkatan
nilai Z-SCORE 3,29 yang menujukkan posisi
keuangan sehat pada periode 2014 tersebut.
Tabel 4.15 pada periode 2015 trakhir ini
menunjukkan hasil analisis Z-SCORE 1,55
yang menunjukkan angka yang sangat
rendah dan bila di estimasikan ke dalam
ALTMAN Z-SCORE masuk ke dalam estimasi
bermasalah.
PEMBAHASAN
Sampel pertama perusahaan PT. Se-
men Indonesia Tbk, penulis mencoba
menganalisis laporan keuanganmulai dari
periode 2011 sampai dengan periode 2015
yang menunjukkan posisi keuangan perus-
ahaan mulai dari tahun 2011 sampai dengan
tahun 2014 dengan menggunakan metode
ALTMAN Z-SCORE menunjukkan bahwa po-
sisi keuangan sehat, dimana hasil analisis ke
empat periode tersebut mendapatkan nilai
rata-rata diatas tiga koma lebih ini membuk-
tikan dan bisa di jadikan landasan penilaian
untuk pengambilan keputusan bagi peneliti
untuk menilai hasil akhir laporan keuangan

Jurnal Sinar Manajemen 79


Syamsul Riyadi, [Vol 5, No 2, 2018] E-ISSN 2598-398X || P-ISSN 2337- 8743

perusahaan. Sedangkan pada periode 2015 kutnya yang menunjukkan estimasi rawan
mengalami masalah keuangan dimana hasil resiko dengan hasil akhir perhitungan ren-
analisis penulis mendapatkan Z-SCORE nilai dah, dibandingkan periode 2014 pada tabel
angka di bawa tiga. 2.14 menunjukkan posisi keuangan yang ma-
Penelitian ini didukung dengan teori suk dalam estimasi sehat dimana hasil perhi-
Emmaet J. Vaughan yang mengemukakan tungan akhir dengan Z-SCORE 3,29, periode
bahwa posisi keuangan perusahaan dari ta- 2015 pada tabel 4.15 menunjukkan posisi
hun ke tahun mengalami tingkat ketidakpas- laporan keuangan yang sangat rendah yang
tian akibat penilaian terhadap situasi resiko masuk dalam estimasi ALTMAN bermasalah
yang didasarkan pada pengetahuan dan si- dimana hasil akhir 1,55 .
kap individu yang bersangkutan. Penelitian ini di dukung dengan
Pada sampel ke dua penelitian ini yaitu penelitian Munawir (2002) Risiko
PT. Holcim Indonesia Tbk dimana peneliti manajemen (management risk), yaitu risiko
menganalisis laporan keuangan perusahaan kegagalan dari manajemen
tersebut dari periode 2011 sampai dengan (mismanagement) dalam menjalankan
periode 2015 dimana hasil Z-SCORE yang di perusahaan yang disebabkan oleh
dapatkan sangat berbedah dari setiap peri- ketidakmampuan dalam memperkirakan
ode, dimana pada periode 2011 pada tabel kemungkinan yang akan terjadi di masa
4.6 yang masuk dalam estimasi rawan resiko mendatang, sehingga perusahaan kehilangan
di dengan hasil analisis yang di dapatkan supplier, pangsa pasar menurun, pemogokan
rendah, di bandingkan periode 2012 pada buruh, dan lain-lain.
tabel 4.7 setelah laporan keuangan yang di
analisis menggunakan metode ALTMAN Z- KESIMPULAN
SCOREhasil yang di dapatkan dengan Z-
Penelitian ini menyimpulkan bahwa
SCORE 3,01 yang menunjukkan dalam kate-
risiko kegagalan dari manajemen
gori ALTMAN posisi keuangan sehat. Begitu-
(mismanagement) dalam menjalankan pe-
pun dengan periode 2013 pada tabel
rusahaan yang disebabkan oleh ketid-
4.8menunjukkan hasil Z-SCORE3,22 yang ma-
akmampuan dalam memperkirakan kemung-
suk dalam kategori ALTMAN keuangan sehat
kinan yang akan terjadi di masa mendatang,
dan dua periode trakhir pada perusahaan
sehingga perusahaan kehilangan supplier,
menunjukkan hasil yang masuk dalam kate-
pangsa pasar menurun, pemogokan buruh,
gori ALTMAN rawan resiko dan bermasalah
dan lain-lain.
dimana pada tabel 4.9 periode 2014 dan
tabel 4.10 pada peride 2015. DAFTAR PUSTAKA
Penelitian ini di dukung teori Curtis M.
Elliot yang mengemukakan bahwa posisi Djunaedi, Zulkifli. 2005. Prinsip Dasar
keuangan perusahaan dari periode ke peride Manajemen Risiko (Risk
berikutnya adalah suatu kondisi yang timbul
Management). FKM UI, Depok.
karena ketidakpastian dengan seluruh
konsekuensi yang tidak menguntungkan Erwanda, Ade. 2012 Pengaruh Profitabilitas,
yang mungkin akan terjadi. Risiko Finansial Dan Keputusan
Pada sampel ke tiga perusahaan PT. Investasi Terhadap Nilai
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang ter- Perusahaan. Skripsi. Fakultas
masuk salah satu perusahaan manufaktur
Ekonomi Dan Bisnis Universitas
yang bergerak dibidang sektor industri dasar
dan kimia dan telah menerbitkan laporan Lampung.
keuangan tahunan mulai dari periode 2011 Hidayat, Muh. Arif. 2013, Prediksi Financial
sampai dengan periode 2015, dimana posisi Distress Perusahaan Manufaktur Di
keuangan periode 2011 pada tabel 4.11 men- Indonesia Menggunakan Metode
galami rawan resiko, hasil yang di dapatkan ALTAMN Z-SCORE. Fakultas
dengan menggunakan metode ALTMAN Z- Ekonomi Dan Bisnis Universitas
SCOREdengan hasil akhir Z-SCORE 2,62 be- Diponegoro Semarang .
gitupun dengan periode 2012 pada tabel
4.12 dan periode 2013 pada tabel 2.13 beri- Lamhot, Manurung. 2014. Analisis Industri

Jurnal Sinar Manajemen 80


Syamsul Riyadi, [Vol 5,No 2, 2018] E-ISSN 2598-398X || P-ISSN 2337- 8743

Manufaktur Di Provinsi Sumatra


Utara. Skripsi. Fakultas Ekonomi.
Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Mastuti, Firda. 2012. Studi Pada Perusahaan
Plastik dan Kemasan Yang
Terdaftar (Listing) Di Bursa Efek
Indonesia Periode tahun 2010-
2012). Skripsi. Malang; Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya.
Manullang, 2004. Dasar – dasar Manajemen.
Yogyakarta: Gajah Mada Universty
Press.
Munawir. 2002. Analisis Rasio Keuangan
Pada Perusahaan Manufaktur.
Riau: Fakultas Ilmu Ekonomi.
Platt, H., dan M. B. Platt. (2002). Predicting
Financial Distress. Journal of
Financial Service Professionals, 56:
12-15.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Saifi, Muhammad. 2010. Manajemen
Keuangan, PT. Indeks; Kembangan
Jakarta Barat.
Solikin, Ali. 2010. Pengaruh Variabel-
Variabel Resiko Suku Bunga, Resiko
Kurs Dan Resiko Financial
Terhadap Return Saham. Bekasi;
Fakultas Ekonomi Unikom.
Wasana. 2010. Analisis Laporan Keuangan
(Edisi 10,Buku 1), Salemba Empat;
Jakarta.

Jurnal Sinar Manajemen 81


Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018

Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan


Return pada Bank BUMN

Amilia Paramita Sari


Fakultas Ekonomi Universitas Batanghari
amiliaps18@gmail.com

Abstract

This research aimed to found whether credit risk could be the earning connection
determinant by return within BUMN Banking. The dependent variable of this
study is cumulative abnormal return (CAR) whereas independent variable are
standardized unexpected earning (SUE), credit risk and interest risk. The sample
of this study are BUMN Banking in Indonesia. Data used in this study is
secondary one from Annual Report from 2014 to 2017. In order to analized
connection between standardized unexpected earning (SUE) to cumulative
abnormal return (CAR) and financial risk as connection determinant of both
earning by return used double regression analysis. Research result showed that
variable of standardized unexpected earning (SUE) have relation to cumulative
abnormal return (CAR) and credit risk could be determinant of both earning and
return connection.While for interest risk not become determinant of both earning
and return connection.

Keywords: cumulative abnormal return (CAR), standardized unexpected earning


(SUE), credit risk and interest risk.

PENDAHULUAN
Lembaga keuangan selain sebagai penghimpun dana dari masyarakat, juga
merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan (Adriansah dan Simatupang,
1993). Lembaga keuangan memiliki fungsi sebagai penyalur dana, dengan
menghimpun dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana dan
menyalurkannya kembali ke pihak yang membutuhkan dana (Edward, 2008).
Fungsi sebagai penyedia dana ini menyebabkan pengaruh dominan lembaga
keuangan terhadap perekonomian dalam hubungannya dengan pendanaan
organisasi bisnis atau perusahaan. Namun, penyaluran dana tersebut tidak dikelola
dengan baik, bank dapat mengalami kegagalan bahkan pada akhirnya mengalami
kebangkrutan. Risiko di dalam konteks bisnis (bank dan lembaga keuangan) tidak
selalu mewakili sesuatu hal yang buruk. Risiko dapat menjadi peluang bagi
mereka yang mampu mengelolanya dengan baik. Selanjutnya, Morgan dalam
Avartara (2007) mengartikan risiko sebagai suatu ketidakpastian dari Net Return
yang terjadi, atau secara komprehensif risiko merupakan suatu potensi terjadinya
peristiwa (event) yang dapat memberikan pengaruh negatif terhadap nilai suatu
fortofolio aset. Hal ini megindikasikan risiko hari ini merupakan potensi kerugian
esok hari. Risiko tidak dapat diukur seperti menghitung pendapatan dan biaya
yang harus dikeluarkan bank karena risiko bersifat tidak berwujud. (Adisetiawan
dan Atikah, 2018)
Pesatnya perkembangan perbankan di Indonesia mengakibatkan sangat
diperlukan suatu pengawasan terhadap kinerja bank tersebut (Sari, 2018). Bank
Indonesia sebagai bank sentral memiliki suatu kontrol terhadap bank-bank untuk

183
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018

mengetahui bagaimana keadaan keuangan serta kegiatan usaha masing-masing


bank. Kebijakan perbankan yang dikeluarkan dan dilaksanakan oleh Bank
Indonesia pada dasarnya adalah ditujukan untuk menciptakan dan memelihara
kesehatan, baik secara individu maupun perbankan secara sistem. Kondisi
keuangan dan non keungan bank merupakan kepentingan semua pihak
stakeholder, baik pemilik, pengelola (manajemen), masyarakat pengguna jasa
bank (nasabah) serta Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank. Kondisi
bank tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi
kinerja bank (Sari, 2018).
Pada prinsipnya risiko investasi di pasar modal berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya perubahan harga saham (Wirasari, 2008). Risiko
merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan investor dalam berinvestasi
dalam pasar modal sehingga informasi risiko menjadi penting. Investor akan
cenderung berinvestasi pada perusahaan yang memiliki risiko minimal (Saputra,
2010). Oleh karena itu, risiko menjadi salah satu informasi yang dapat
memperjelas hubungan earning dengan return saham. Perusahaan dengan risiko
yang lebih rendah akan dinilai baik oleh investor dan pelaku pasar modal yang
ditunjukkan dengan perubahan harga positif. (Adisetiawan dan Surono, 2016)
Perubahan harga saham juga dipengaruhi oleh informasi laba. Informasi
laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk
menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang
representatif dalam jangka panjang, memprediksi laba, dan menaksir risiko dalam
investasi atau meminjamkan dana. Laba dipandang sebagai informasi yang
penting, karena laba mencerminkan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan
(Adisetiawan dan Atikah, 2018). Semakin baik kinerja perusahaan maka semakin
besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham. Begitu juga sebaliknya,
semakin menurun kinerja perusahaan maka semakin rendah harga saham yang
diterbitkan dan diperdagangkan (Sari, 2018). Bagi para analis bisnis, analisis
keuangan digunakan untuk menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan
dengan menggunakan informasi laporan keuangan (Sari, 2015). Perusahaan yang
memiliki laba diharapkan akan memberikan dividen dan return yang besar
sehingga pasar akan bereaksi positif (Saputra, 2010).
Selain itu, laba juga digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja
manajemen perusahaan selama periode tertentu, serta dapat digunakan untuk
memperkirakan prospeknya di masa depan (Saputra, 2010). Penelitian ini
menggunakan Standardized Unexpected Earning (SUE) atau laba tak terduga
sebagai salah satu variabel independennya. Laba tak terduga (SUE) merupakan
hasil perhitungan dari laba berjalan dikurangi dengan laba tahun sebelumnya,
kemudian dibagi standar deviasi. SUE merupakan salah satu informasi bagi pihak
investor untuk mengambil keputusan. (Adisetiawan dan Surono, 2016)
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Ni, et al. (2009) dan Saputra
(2010) yang dilakukan untuk melihat hasil penelitian akan memberikan jawaban
apakah faktor-faktor risiko keuangan, yaitu risiko kredit dan risiko tingkat suku
bunga dapat menjadi faktor penjelas hubungan earning dengan return. Perbedaan
peneitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada sampel, yaitu terbatas 4
(empat) Bank BUMN, yakni PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT.Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT.Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT.Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk periode laporan keuangan perusahaan tahun 2014

184
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018

sampai dengan 2017, serta variabel yang digunakan pada faktor risiko keuangan
adalah risiko kredit dan risiko tingkat suku bunga saja.
Pada penelitian ini, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan
mengambil sampel pada Bank BUMN, karena perusahaan tersebut memiliki
fundamental yang kuat, risiko yang lebih kecil, manajemen yang baik, modal yang
cukup, nasabah yang banyak dan setia, serta memiliki earning dan return yang
cukup besar dibandingkan Bank Non-BUMN.

Tabel 1
Data Cumulative Abnormal Return (CAR), Standardized Unexpected Earning
(SUE), Risiko Kredit dan Risiko Tingkat suku bunga
Nama Bank Tahun Penelitian CAR SUE RK (%) RB (%)
BBNI 2014 14.65 0.196 1.31 114.21
2015 15.42 0.156 2.25 115.03
2016 14.80 0.248 2.00 113.49
2017 14.23 0.207 1.61 119.71
BBRI 2014 12.18 0.135 1.12 121.86
2015 12.88 0.049 1.53 115.13
2016 14.63 0.032 2.08 113.73
2017 14.86 0.107 2.33 113.84
BMRI 2014 12.26 0.097 1.13 118.91
2015 13.13 0.024 2.07 112.50
2016 14.77 0.307 4.04 115.35
2017 15.12 0.464 2.31 111.74
BBTN 2014 8.47 0.267 0.67 94.14
2015 8.07 0.616 0.66 94.54
2016 8.93 0.415 0.44 100.81
2017 8.29 0.156 0.49 98.77
Sumber : Data diolah, 2018

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah faktor rasio keuangan, yaitu risiko kredit dan risiko tingkat suku bunga
dapat menjadi penjelas hubungan earning dengan return saham.

Tinjauan Pustaka
Return saham adalah yang dinikmati investor atas investasi saham yang
dilakukannya (Jogiyanto, 2000). Return tersebut memiliki dua komponen yaitu
current income dan capital gain. Bentuk current income berupa keuntungan yang
diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik berupa dividen sebagai hasil
kinerja fundamental perusahaan. Sedangkan capital gain berupa keuntungan yang
diterima karena selisih antara harga jual dan harga beli saham. Besarnya capital
gain suatu saham akan positif, apabila harga jual dari saham yang dimiliki lebih
tinggi dari harga belinya. Perubahan harga saham dapat diukur dengan adanya
perubahan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan
abnormal return (Norpratiwi, 2003).
Abnormal return adalah Selisih antara tingkat keuntungan yang
sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Abnormal return sering
digunakan sebagai dasar pengujian efisiensi pasar. Pasar dikatakan efisien jika

185
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018

tidak satu pun pelaku pasar yang menikmati abnormal return dalam jangka waktu
yang cukup lama. Akan tetapi, abnormal return dapat digunakan untuk
melakukan penilaian kinerja surat berharga. Pada dasarnya ada beberapa model
untuk menghitung abnormal return, di antaranya market model/single index
model dan capital asset pricing model. Kedua model tersebut sulit dilakukan
karena harus melakukan estimasi untuk beta, tingkat suku bunga bebas risiko dan
return pasar. (Adisetiawan dan Surono, 2016)
Kegiatan di bidang keuangan biasanya dapat diklasifikasikan sebagai
kejadian atau informasi harga yang belum atau sesudahnya ada di pasar keuangan.
Abnormal return kumulatif, atau Cumulative Abnormal Return (CAR), merupakan
jumlah dari semua pengembalian yang abnormal. Norpratiwi (2003) menyatakan
bahwa Cumulative Abnormal Return (CAR) merupakan akumulasi abnormal
return selama periode peristiwa untuk masing-masing saham. CAR lebih sering
digunakan untuk menyelidiki peristiwa yang berpengaruh terhadap harga saham
(Suaryana, 2005). CAR merupakan proksi dari harga saham atau reaksi pasar.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data closing price untuk
saham dengan periode selama pelaporan. CAR adalah akumulasi return
sesungguhnya dikurang return ekspektasi.
Informasi laba menjadi penting karena merupakan salah satu informasi
bagi pihak investor untuk mengambil keputusan. Penggunaan informasi laba dapat
mengurangi ketidakpastiaan kinerja keuangan perusahaan dimasa depan, sehingga
kualitas pengambilan keputusan akan semakin meningkat (Sansaloni dan Monika,
2003). Penelitian ini menggunakan Standardized Unexpected Earning (SUE)
sebagai pengukuran informasi laba. Standardized Unexpected Earning merupakan
suatu teknik yang digunakan untuk mengukur pendapatan laba tahunan tak
terduga, yang akan berpengaruh pada harga dari suatu saham (Gunawan dan
Prasetya, 2007). SUE merupakan laba tahun berjalan setelah pajak dikurang laba
tahun lalu setelah pajak, dibagi laba tahun lalu setelah pajak.
Risiko kredit merupakan risiko yang timbul akibat ketidakmampuan
debitur untuk membayar kembali, atau kemungkinan kerugian yang timbul akibat
kegagalan debitur untuk memenuhi kewajibannya terhadap bank (Prisetiyadi,
2007). Risiko kredit merupakan provision for bad and doubtful debts dibagi loans.
Risiko tingkat suku bunga merupakan risiko yang muncul akibat perubahan
tingkat suku bunga. Risiko tingkat suku bunga merupakan variabilitas pendapatan
saham yang disebabkan karena adanya perubahan tingkat suku bunga (Siswanto,
2008). Selanjutnya, risiko ini tidak dapat didiversifikasi karena tingkat suku bunga
cenderung naik turun secara bersamaan yang berpengaruh terhadap nilai aktiva
secara umum, dan harga saham akan berlawanan dengan perubahan suku bunga
tersebut. Risiko tingkat suku bunga merupakan deposits dibagi loans.

Penelitian Terahulu
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cheng dan Arif (2007),
menggunakan faktor risiko keuangan, yaitu risiko kredit, risiko tingkat suku
bunga, risiko likuiditas, risiko solvensi sebagai penjelas hubungan earning dan
return perbankan di Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko kredit
secara signifikan dapat menjadi faktor penjelas hubungan earning dengan return.
Penelitian lain dilakukan oleh Ni, et al. (2009), menunjukkan hasil yang berbeda
dari penelitian Cheng dan Arif, penelitian Ni, et al. menemukan salah satu faktor

186
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018

risiko keuangan, yaitu risiko tingkat suku bunga secara signifikan dapat menjadi
faktor penjelas hubungan earning dengan return pada perbankan Thailand. Hasil
penelitiannya menemukan bahwa variabel Standardized Unexpected Earning
(SUE) mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap Cumulative
Abnormal Return (CAR).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saputra (2010) menunjukkan
hasil yang berbeda dari penelitian Cheng dan Arif dan sejalan dengan penelitian
Ni, et al. yaitu menunjukkan bahwa SUE dan risiko tingkat suku bunga secara
signifikan dapat menjadi faktor penjelas hubungan earning dengan return.

Standardized Unexpected Earning (SUE)


cumulative abnormal return
(CAR)
Risiko Kredit (RK) Hubungan Standardized
Unexpected Earning (SUE)
dengan Cumulative Abnormal
Risiko Tingkat Bunga (RB) Return (CAR)

Gambar 1.
Kerangka Konseptual

METODE
Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan data sekunder. Data
kuantitatif merupakan jenis data yang dipergunakan pada penelitian ini yang
bersumber dari Annual Report perusahaan yang dipublikasikan melalui masing-
masing website perusahaan, sehingga pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu
menggunakan metode observasi nonpartisipan. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus (case study).
Sampel pada penelitian ini terdiri dari 4 (empat) Bank BUMN yang memiliki data
keuangan lengkap dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2017.

Tabel 2
Sampel Penelitian
No Kode Nama Emiten
1 BBNI PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
2 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
3 BMRI PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
4 BBTN PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
Sumber : Data diolah, 2018

Metode Analisis Data, adapun alat uji statistik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan aplikasi SPSS v.20. Karena data yang
digunakan data sekunder, maka untuk menentukan ketepatan model perlu
dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang mendasari model regresi.
Model regresi linier berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model
tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi klasik
statistik, baik itu multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedatisitas.

187
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar


kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Koefisien
determinasi terletak pada Model Summaryb dan tertulis R Square. Namun untuk
regresi linier berganda sebaiknya mengunakan R Square yang sudah disesuaikan
atau ditulis Adjusted R Square, karena disesuaikan dengan jumlah variabel
independen yang digunakan dalam penelitian. Nilai R Square dikatakan baik jika
di atas 0,5 karena nilai R Square berkisar antara 0 sampai 1. Uji Simultan dengan
F-Test (ANOVA), hasilnya menunjukkan variabel independen secara bersama-
sama berpengaruh terhadap variabel dependen jika F hitung lebih besar dari F
tabel. Uji Parsial dengan T-Test bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel
dependen.

Operasional Variabel
Operasional Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Variabel Independen (X)
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu standardized
unexpected earning (SUE) dan risiko keuangan, yakni risiko kredit dan risiko
tingkat suku bunga.
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah cumulative abnormal return
(CAR).

HASIL
Uji Asumsi Klasik Statistik
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel
dependen dan independen atau keduanya memiliki distribusi normal atau
mendekati normal. Pada Tabel 3, jika nilai probabilitas (sig) Kolmogorov-Smirnov
lebih besar dari (>) α = 0,05, maka hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi
secara normal, maka model regresi dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas.
Hal ini menunjukkan bahwa uji normalitas telah terpenuhi.

Tabel 3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 16
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .02995542
Absolute .107
Most Extreme Differences Positive .107
Negative -.103
Kolmogorov-Smirnov Z .428
Asymp. Sig. (2-tailed) .993
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

188
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018

Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi


ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Hasil dari
pengujian multikolineritas diperoleh bahwa tiga variabel tersebut memiliki angka
VIF < 10 dan nilai tolerance>0.10 maka tidak terjadi adanya gejala
multikolineritas.

Tabel 4
Uji Multikolinearitas
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -1.452 1.003
SUE 1.228 .500 .422 .234 4.267
1
RK .224 .056 .591 .317 3.158
RB .008 .074 .022 .148 6.769

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara


anggota serangkaian data observasi yang diurutkan menurut waktu (time series).
Hasil dari pengujian autokorelasi pada penelitian ini diperoleh nilai table di
Durbin Watson (DW) didapat nilai dl sebesar 0,715 dan nilai du sebesar 1,816.
Hasil output SPSS nilai Durbin Watson (DW) 2,164. Oleh karena nilai (du <
DW < 4-du) atau (1,816 < 2,164 < 2,184) maka dapat disimpulkan tidak adanya
autokorelasi.

Tabel 5
Uji Aukokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
a
1 .958 .917 .896 .0334912 2.164
a. Predictors: (Constant), RB, RK, SUE
b. Dependent Variable: CAR

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model


regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Pada Gambar 5 terlihat bahwa Grafik scatterplot terlihat
bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah
angka nol (0) pada sumbu Y, tidak terkumpul disuatu tempat, serta tidak
membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi.

189
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018

Gambar 2
Uji Heteroskedastisitas

Uji Regresi Linier Berganda


Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier
berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
bebas (independen) yaitu SUE, RK dan RB terhadap variabel terikat (dependen)
yaitu CAR. Besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
secara bersama-sama dapat dihitung melalui suatu persamaan regresi linier
berganda. Berdasarkan perhitungan melalui komputer dengan menggunakan SPSS
diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 6
Hasil Estimasi Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -1.452 1.003
SUE 1.228 .500 .422
1
RK .224 .056 .591
RB .008 .074 .022
Dependent Variable: CAR

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat hubungan variabel SUE, RK dan RB


(independen) terhadap CAR (dependen). Sehingga dapat diketahui persamaan
regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut:
Y = -1.452CAR + 1.228SUE + 0, 224RK + 0, 008RB

Analisis Koefisien Determinasi (Goodness of Fit)


Hasil pengujian pada Tabel 6, didapat nilai adjusted R square sebesar
0,896 atau 86,9%; yang berarti variasi dari CAR dapat dijelaskan oleh variasi dari
ketiga variabel SUE, RK dan RB, sedangkan sisanya sebesar 13,1% dijelaskan

190
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018

oleh perubahan variabel lain di luar model penelitian. Nilai koefisien korelasi (R
Squere) diperoleh sebesar 0,917 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel
independen terhadap variabel dependen adalah signifikan (kuat) yaitu sebesar
91,7%.

Tabel 7
Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .958a .917 .896 .0334912

Uji F-test (Uji Determinant F)


Uji F-test dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
(SUE, RK dan RB) secara simultan (bersama-sama) terhadap CAR pada tahun
2014-2017.

Tabel 8
Hasil Uji F-test

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .149 3 .050 44.192 .000b
1 Residual .013 12 .001
Total .162 15
a. Dependent Variable: CAR
b. Predictors: (Constant), RB, RK, SUE
Hasil perhitungan diperoleh nilai F.hitung > F.tabel (44,192 > 3,41)
dengan tingkat signifikan sebesar 0.000. Hal ini berarti nilai signifikan lebih kecil
dari tingkat kepercayaan 5% yang menunjukkan hasil uji anova ini dapat
disimpulkan bahwa variabel SUE, RK dan RB secara bersama-sama mempunyai
pengaruh terhadap CAR dan dapat disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini
layak untuk diteliti (goodness of fit).

Uji t-test (Parsial)


Secara parsial pengaruh dari tiga variabel independen SUE, RK dan RB)
terhadap CAR ditunjukkan pada tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 9
Hasil Uji t-test
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -1.452 1.003 -1.447 .174
SUE 1.228 .500 .422 2.457 .030 .234 4.267
1
RK .224 .056 .591 4.000 .002 .317 3.158
RB .008 .074 .022 .101 .921 .148 6.769
a. Dependent Variable: CAR

191
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018

Berdasarkan hasil uji parsial pada Tabel 9, dapat diketahui bahwa secara
parsial, Standardized Unexpected Earning (SUE) dan risiko kredit berpengaruh
terhadap Cumulative Abnormal Return (CAR) pada Bank BUMN periode 2014
sampai 2017, sedangkan variabel risiko tingkat suku bunga tidak berpengaruh
signifikan. Hasil uji secara parsial (uji-t) untuk Standardized Unexpected Earning
(SUE) menunjukkan nilai t.hitung>t.tabel (2,457>1,771) dan nilai signifikansi di
bawah 0,05 (0,030<0,05) yang berarti terdapat pengaruh signifikan antara SUE
terhadap variabel CAR. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ni, et al. dan
Saputra yang menyatakan bahwa SUE berpengaruh terhadap CAR dan menolak
penelitian Cheng dan Arif. Hasil uji secara parsial (uji-t) untuk Risiko Kredit
menunjukkan nilai t.hitung>t.tabel (4,000>1,771) dan nilai signifikansi di bawah
0,05 (0,002<0,05) yang berarti terdapat pengaruh signifikan antara Risiko Kredit
terhadap variabel CAR. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Cheng dan Arif
yang menyatakan bahwa Risiko Kredit berpengaruh terhadap CAR dan menolak
penelitian Ni, et al. dan Saputra. Hasil uji secara parsial (uji-t) untuk Risiko
Tingkat Suku Bunga menunjukkan nilai t.hitung<t.tabel (0,101<1,771) dan nilai
signifikansi di atas 0,05 (0,921>0,05) yang berarti tidak terdapat pengaruh
signifikan antara Risiko Tingkat Suku Bunga terhadap variabel CAR. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian Ni, et al. dan Saputra yang menyatakan
bahwa Risiko Tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap CAR dan menolak
penelitian Cheng dan Arif.

SIMPULAN
Hasil pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa secara simultan,
Standardized Unexpected Earning (SUE), Risiko Kredit dan Risiko Tingkat Suku
Bunga secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Cumulative
Abnormal Return (CAR). Secara parsial, hanya Risiko Tingkat Suku Bunga yang
tidak berpengaruh terhadap CAR, sedangkan SUE dan Risiko Kredit berpengaruh
terhadap CAR. Hal ini membuktikan bahwa Risiko Keuangan, yakni Risiko
Kredit dapat menjadi penjelas hubungan earning dan return saham. Secara
teoritis, hasil penelitian ini berimplikasi pada pengembangan akuntansi keuangan
yang berkaitan dengan teori efisiensi pasar pada perbankan di Indonesia, karena
dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan return saham dengan
Unexpected Earning, dan risiko tingkat suku bunga mempunyai informasi bagi
investor untuk pengambilan keputusan. Penelitian ini berimplikasi pada sektor
perbankan mengenai pengaruh risiko keuangan yang dapat menjadi penjelas
hubungan earning dengan return, sehingga dapat membantu perbankan
menerapkan strategi dalam menganalisis risiko keuangan yang dapat
meningkatkan pendapatan serta kinerja perbankan secara keseluruhan. Selain itu
bagi investor, dapat memberikan masukan tambahan tentang sejauh mana
pengaruh faktor-faktor risiko keuangan dapat menjadi penjelas hubungan earning
dengan return yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.

DAFTAR PUSTAKA
Adisetiawan, R., dan Atikah, 2018, Does Stock Split Influence to Liquidity and
Stock Return?, (Empirical Evidence in The Indonesian Capital Market),
Asian Economic and Financial Review, 8(5): 682-690

192
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
Ekonomis : Journal of Economics and Business
Vol.2 No.2 September 2018

Adisetiawan, R., dan Surono, Yunan., 2016, Earning Management and


Accounting Information Value: Impact and Relevance, Business,
Managemen and Economics Research, 2(10): 170-179
Adriansah, A. dan Simatupang, L. (1993), Lembaga Keuangan Indonesia, Institut
Banking Indonesia, Edisi 1.
Avartara, 2007. Risiko-risiko Perbankan, http://avartara.com/risiko-risiko-
perbankan, di akses 20 Agustus 2018.
Cheng, F. F, and Arif M. 2007. Abnormal returns of bank stocks and their factor-
analysed determinants. “Journal of Accounting, Bussiness and management
April 2007. Vol 14, 1-15.
Edward, S. dan Ramora. 2008. Lembaga Keuangan Non-Bank dan Bank
(Perusahaan Keuangan) di Indonesia. http://garis-garis.wordpress.com, di
akses 21 Agustus 2018.
Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 2 BPFE,
Yogyakarta.
Ni, S. W. Fah, C. F., and Nassir, A, Md. 2009. The Effect of Financial Risk on the
Earning Response in Thailand Banks Stock International Research. Journal
of Finance and Economics, ISSN 1450-2887 Issue 31.
Norpratiwi, A. M.V. 2003. Analisis Korelasi Investasi Opportuity Set Terhadap
Return Saham. Skripsi STIE YKPN Yogyakarta.
Prisetyadi, A. 2007. Risiko Intermediasi Keuangan dalam Pembentukan
Portopolio Pinjaman. http://astarhadi.blogspot.com/2007/03/risiko-
intermediasi-keuangan-dalam.html. diakses 26 Agustus 2018.
Sarsaloni, B. dan Monika. P, 2003. Tingkat Kompetensi dan Resiko: Suatu
Pengujian Sensitivitas Return Saham Terhadap Laba. Jurnal Akuntansi
Bisnis, Vol 2, No 3, Hal 61-72.
Siswanto, A. 2008. Analisis Pengaruh Asset Size, Asset Growth, Leverage, dan
Liquidity Terhadap resiko Investasi Saham Anggota Liquidity 45 di Bursa
Efek Indonesia. Skripsi Universitas Kristen Petra Surabaya.
Suharyadi dan Purwanto, 2003. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern.
Buku I. Penerbit Salemba Empat Jakarta.
Sari, Amilia P. (2014), Analisis Income Smoothing terhadap Kinerja Pasar dan
Reaksi Pasar pada Industri Perbankan di BEI, Jumal Ekotrans, Vol.15 No.2
Juli 2015, ISSN 1411- 4615.
Sari, Amilia P. (2018), Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat
Kesehatan Bank Syariah dengan Menggunakan Metode RGEC, Jurnal of
Economics and Business, Vol.2 No.1 Maret 2018.
Sari, Amilia P. (2018), Analisis Faktor Fundamental dan Laba Akuntansi terhadap
Harga Saham pada Sub Sektor Lembaga Pembiayaan di BEI, Jurnal
Manajemen dan Sains, Vol.3 No.1 April 2018.
Wirasari, H. Y. 2008. Pengaruh Perataan Laba Terhadap Resiko Investasi pada
Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Skripsi Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi. Universitas Surakarta.

193
Risiko Keuangan Sebagai Determinan Hubungan antara Earning dengan Return
pada Bank BUMN
ANALISIS KOMPARATIF RESIKO KEUANGAN
BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KONVENSIONAL DAN BPR SYARIAH

Umar Hamdan - Dosen Fakultas Ekonomi & Program Studi MM Unsri.


Andi Wijaya - Alumni Program Studi MM Unsri tahun 2005

ABSTRACT
The objectives of this research is to analyze and compare the financial risk in two
type of BPRs, which are conventional and syariah. The samples of this research are two
BPRs: Conventional BPR “S” and Syariah BPR “F”. The method of analysis used are
financial ratios and discriminant analysis (Z-Score method). The study results show that
financial risk of Syariah BPR “F” relatively lower than of Conventional BPR “S”.

Key words: BPR, Financial Risk, Financial Ratios, Discriminant Analysis.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bank Perkreditan Rakyat (BPR), menurut UU RI nomor 10 tahun 1998, adalah bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Secara nasional kegiatan operasional BPR selama periode 1999–2003 (Maret)
mengalami perkembangan yang cukup stabil. Berdasarkan data Bank Indonesia, selama periode
tersebut, total asset bertumbuh dari Rp. 3.462 milliar menjadi Rp. 9.723 milliar, atau naik rata-
rata 35 % per tahun, penyaluran kredit dari Rp. 2.452 miiliar menjadi Rp. 7.088 milliar (naik
rata-rata 35,7 %), dana pihak ketiga dari Rp. 2.038 milliar menjadi Rp. 6.629 milliar (naik rata-
rata 39,3 %). Selama periode tersebut, laba tahun berjalan terus bertambah. Yang menarik,
jumlah penyaluran kredit melebihi jumlah dana pihak ketiga, berarti fungsi intermediasi
keuangan ternyata dapat berjalan dengan baik. (Sawaldjo Puspopranoto, 2002, hal. 123)
Industri BPR secara makro dinilai Bank Indonesia dalam kondisi cukup baik, karena
hampir seluruh BPR menunjukkan kinerja yang baik dan hanya sebagian kecil yang di-BBKU-
kan. Dari jumlah 2400 unit BPR, sejak 1996 hingga kini hanya 178 unit yang di-BBKU-kan
oleh Bank Indonesia. Mengingat kondisi usaha yang dinilai bagus, Bank Indonesia melalui
berbagai langkah antara lain merger, konsolidasi, akuisisi serta regulasi dan paket pengawasan
yang lebih intensif berupaya menjadikan BPR menjadi basis untuk Lembaga Keuangan Mikro
(LKM) di Indonesia. Dari tahun ke tahun, modal disetor BPR secara nasional terus bertambah.
Tahun 2001, menurut data BI dalam buku BPR terbitan BI, modal disetornya Rp. 936 milliar,
tahun 2002 jumlahnya bertambah 25 % menjadi Rp. 1,17 trilliun. Tahun 2003 naik 24 %
menjadi Rp. 1,24 trilliun, dan per Maret 2004 jumlahnya mencapai Rp. 1,48 trilliun.

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006


Umar Hamdan & Andi Wijaya

Di daerah Sumatera Selatan, jumlah BPR telah mencapai 12 BPR, dimana diantaranya
juga terdapat BPR Syariah. BPR lebih mengkhususkan diri ke arah pemberian kredit, sifatnya
retail dan tidak kompleks seperti halnya bank umum.
Keberadaan BPR dalam perekonomian nasional dan daerah sangat penting dalam upaya
meningkatkan taraf hidup rakyat melalui penghimpunan dan penyaluran dana terutama kepada
usaha kecil dan mikro. Tulisan ini mengkaji bagaimana tingkat resiko bisnis BPR Konvensional
dan BPR Syariah di Sumatera Selatan.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat resiko bisnis BPR Konvensional dan BPR Syariah.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat resiko bisnis BPR
Konvensional dan BPR Syariah.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah


1. Masyarakat pembaca mengetahui perbandingan tingkat resiko keuangan/bisnis BPR
Konvensional dan BPR Syariah.
2. Sebagai masukan bagi manajemen BPR dalam menyusun kebijakan perusahaannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang


Perbankan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Butir 1 menyebutkan batasan Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dan dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Undang-
undang tersebut dan dipertegas lagi dengan Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998, ada dua
jenis bank yaitu : Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
BPR dilarang untuk menerima simpanan giro, wilayah operasinya hanya tertentu saja,
modal awalnya relatif lebih kecil dari bank umum, dan tidak diperkenankan ikut dalam kliring
serta transaksi valuta asing. (Kasmir, 2003, hal. 21).
Tugas pokok BPR adalah mengembangkan persekonomian rakyat di daerah, terutama
pedesaan, bagi golongan ekonomi lemah, dengan membantu pembiayaan, dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat. Dalam melaksanakan fungsinya, BPR melakukan kegiatan-
kegiatan:
1. Menghimpun dana jangka pendek, menengah, dalam bentuk Tabungan dan Deposito.
2. Pembinaan dan pembiayaan dunia usaha, khususnya membantu pengembangan usaha
golongan ekonomi lemah.
3. Memobilisasikan dana masyarakat sebagai sumber pembangunan di daerah.

2 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006


Analisis Komparatif Resiko Keuangan BPR Konvensional dan BPR Syariah

4. Memberikan pembiayaan jangka pendek, menengah dan panjang kepada perusahaan-


perusahaan perorangan untuk keperluan pembangunan, produksi, rehabilitasi, dan
modernisasi.
5. Penyertaan dalam modal yang tidak bersifat tetap, dengan persetujuan dan syarat-syarat
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
6. Melakukan kerja sama sesama bank dan Lembaga Keuangan.
7. Menjalankan usaha-usaha perbankan lainnya, sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan dan Undang-Undang yang berlaku. Untuk BPR Syariah ditambah Syariah Islam.

2.1. Perbedaan Sistem Bank Konvensional dan Bank Syariah

Perbedaan kedua system dapat dilihat dari sisi penghimpunan dan penyaluran dana.
Dari sisi penghimpunan dana kedua sistem perbankan ini bertujuan untuk memobilisasi dana
masyarakat. Namun dalam system syariah dimaksudkan untuk memobilisasi dana
masyarakat yang belum tersentuh oleh perbankan konvensional, karena adanya masalah
bunga. Dalam pembiayaan atau penyaluran dana, sistem perbankan konvensional
menekankan pada hubungan antara debitur dan kreditur, sedangkan sistem syariah lebih
menekankan pada prinsip keleluasaan dalam akad kredit dan kemitraan. Selain itu juga ada
perbedaan yang menyangkut aspek hukum, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan
lingkungan kerja.
Perbedaan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah dapat diringkas dalam Tabel
berikut:

Tabel 1. Perbedaan Sistem antara Bank Konvensional dan Bank Syariah

Bank Konvensional Bank Syariah


Investasi halal dan haram Investasi yang halal saja
Status bank “intermediary” Status bank “intermediary dan investor”
Sistem bunga dan fee Sistem bagi hasil, margin dan fee
Bunga atas dasar pokok Nisbah bagi hasil dari proyeksi penjualan
Pembayaran bunga tidak mempertimbangkn Pembayaran bagi hasil tergantung realisasi
usaha hasil usaha
Bank tidak menanggung resiko Bank ikut menanggung resiko usaha
Kehalalan bunga diragukan Halal
Tidak ada Dewan Pengawas Syariah Ada Dewan Pengawas Syariah
Sumber: Prosiding Seminar Nasional IAI & FE Unsri, 5 Juli 2005

2.2. Persamaan Sistem Bank Konvensional dan Bank Syariah

Persamaaan kedua sistem perbankan tersebut terletak pada teknis penerimaan uang,
mekanisme transfer, teknologi komputer, syarat-syarat umum untuk memperoleh kredit,
misalnya KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan dan lainnya.

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006 3


Umar Hamdan & Andi Wijaya

2.3. Produk/Jasa yang ditawarkan Bank Konvensional dan Bank Syariah

Secara umum ada tiga bagian besar produk yang ditawarkan Bank konvensional dan
Bank Syariah:
1) Produk Penghimpunan Dana (funding)
2) Produk Penyaluran Dana (financing); dan
3) Produk Jasa (services)

2.3.1. Bank Konvensional

Produk penghimpunan dana antara lain adalah giro, tabungan dan deposito.
Penyaluran dana dapat berbentuk kredit konsumsi, kredit investasi dan kredit modal kerja.
Sedangkan produk jasa berbankan konvensional, misalnya jasa konsultansi, pengurusan
transaksi ekspor dan impor, valuta asing, dan lainnya.

2.3.2. Bank Syariah

Penghimpunan dana pada bank syariah menerapkan prinsip Wadi’ah dan


Mudhararabah. Prinsip Al-Wad’ah yaitu serbagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain,
baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kepada si penitip.
Prinsip Al-Wadiah (trust depository) dapat di bagi atas Al-Wadiah Yad Amanah dan
Al-Wadiah Yad Adh Dhamanah. Aplikasi konsep Al-Wadiah Yad Amanah dalam bank
syariah adalah pihak yang menerima titpan tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan
uang atau barang yang dititipkan, jadi harus dijaga sesuai dengan kelaziman. Dalam ini
penerima titipan dapat membebankan biaya titip kepada penitip.
Konsep Al-Wadiah Yad Adh Dhamanah, dalam konsep ini pihak yang menerima
titipan boleh menggunakan uang atau barang yang dititipkan, tentunya pihak Bank dalam hal
ini mendapatkan bagi hasil dari pengguna dana. Bank dapat memberikan bonus kepada
penitip.
Prinsip Mudharrabah penyimpan atau deposan bertindak sebagai pemilik modal
(syahibul mall), bank sebagai mudharrib (pengelola dana). Dana tersebut digunakan bank
untuk melakukan murabahah, mudharrabah dimana kedua hasil ini akan dibagi hasilkan
berdasarkan nisbah yang disepakati dalam hal bank menggunakannya untuk melakukan
mudharrabah kedua, maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi. Rukun
Mudharrabah terpenuhi sempurna ada mudharrib, ada pemilik dana, ada usaha yang akan
dibagihasilkan, ada nisbah dan ada ijab Kabul. Prinsip ini diaplikasikan pada produk
tabungan berjangka dan deposito berjangka.
Penyaluran dana pada bank Syariah dilakukan melalui pembiayaan dengan prinsip
jual beli, pembiayaan dengan prinsip sewa, dan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.
Prinsip pembiayaan dengan jual beli dilaksanakan sehubungan dengan perpindahan
kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan
didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dapat
dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barangnya, yaitu sbb.:
1) Pembiayaan Al Murabahah (Ba’i). Jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus memberitahu harga pokok yang
ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan sedangkan

4 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006


Analisis Komparatif Resiko Keuangan BPR Konvensional dan BPR Syariah

pembayaranm dilakukan dengan cara cicilan. Contoh, pembiayaan konsumtif dalam


pembelian kenderaan bermotor, rumah atau investasi modal kerja.
2) Salam, yaitu jual beli dilakukan dimana pembeli memberikan uang terlebih dulu terhadap
barang yang telah disebutkan spesifikasinya dan diantarkan kemudian. Biasanya
digunakan untuk produk-produk pertanian berjangka pendek.
3) Istishna’, merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang, dalam
kontrak itu pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu
berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi
yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak
bersepakat atas harga serta sistem pembayaran, apakah pembayaran dilakukan dimuka,
melalui cicilan atau ditangguhkan sampai suatu waktu dimasa datang. Contoh transaksi
bank sebagai penjual kepada pemilik proyek, pembeli atau mensubkan kepada sub
kontraktor.
4) Prinsip pembiayaan dengan sewa (ijarah). Pada prinsipnya sama dengan jual beli tetapi
perbedaannya pada jual beli objek transaksi adalah barang, tetapi pada ijarah objek
trsansaksinya adalah jasa.
Pengertian resiko menurut Silalahi (1997), dikutip dari Husien Umar (2001, hal 5)
adalah:
- Resiko adalah kesempatan timbulnya kerugian
- Resiko adalah probabilitas timbulnya kerugian
- Resiko adalah ketidak pastian
- Resiko adalah penyimpangan aktual dari yang diharapkan
- Resiko adalah probabilitas suatu hasil akan berbeda dari yang diharapkan
Sedangkan manajemen resiko adalah suatu cara yang proaktif, terkoordinasi, bernilai
efektif, dan memahami pemrioritasan dalam menanggulangi ancaman terhadap perusahaan.
Menurut Hampel, et.al (1994:88) resiko perbankan dipengaruhi oleh lingkungan, sumberdaya
manusia, layanan keuangan, dan neraca. Berdasarkan karakteristik perbankan tersebut, maka
resiko terdapat diklasifikasikan atas: environmental risks (resiko lingkungan), management risks
(resiko manajemen), delivery risks (resiko operasi), dan financial risks (resiko keuangan).
Resiko keuangan dapat ditelusuri melalui analisis rasio keuangan dan analisis diskriminan
keuangan. Menurut Hempel (1994: 89), cara mengukur dan mengelola resiko keuangan
(financial risks) perbankan, sebagai berikut:
1. Resiko kredit dapat diatasi dengan cara:
− Melakukan analisis kredit secara baik dan benar;
− Dokumentasi kredit
− Pengendalian dan pengawasan kredit
− Penilaian terhadap resiko khusus
2. Resiko Likuiditas dapat diatasi dengan cara:
− Membuat perencanaan likuiditas
− Membuat rencana kontingensi
− Analisis biaya dan penentuan bunga kredit
− Pengembangan sumber pendanaan
3. Resiko Suku bunga dapat diatasi dengan cara:
− Membuat analisis kepekaan bunga terhadap aktiva
− Membuat analisis durasi, penilaian bunga antar waktu

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006 5


Umar Hamdan & Andi Wijaya

4. Resiko leverage dapat diatasi dengan cara:


− Membuat perencanaan modal
− Analisis pertumbuhan usaha berkelanjutan
− Memantapkan kebijakan dividen
− Melakukan penyesuaian resiko terhadap kecukupan modal

2.3.3. Rasio-rasio Keuangan Bank

Rasio-rasio keuangan bank dapat dikelompokkan atas rasio-rasio likuiditas, rasio-rasio


solvabilitas, dan rasio-rasio rentabilitas (profitabilitas), sebagai berikut: (Hempel, 1994, hal.74)
a. Rasio Likuiditas
Rasio ini bertujuan untuk mengukur seberapa likuid suatu bank. Ada beberapa jenis
rasio dalam rasio likuiditas, yaitu :
1. Assets to Loan Ratio
2. Cash Ratio
3. Loan to Deposit Ratio (LDR)
b. Rasio Solvabilitas
Rasio ini bertujuan mengukur efisiensi bank dalam menjalankan aktivitasnya. Beberapa
jenis ratio dalam solvabilitas ratio yaitu :
1. Capital Ratio
2. Capital Risk
3. Capital Adequacy Ratio
c. Rasio Rentabilitas
Rasio yang bertujuan untuk mengukur efektivitas bank mencapai tujuannya. Beberapa
jenis rasio dalam rentabilitas ratio yaitu :
1. Gross Profit Margin
2. Net Profit Margin
3. Return on Equity Capital

2.3.4. Analisis Diskriminan (Z-Score)

Analisis Z-score dikembangkan oleh Prof. Edward Alman dengan tujuan untuk
mendeteksi apakah suatu perusahaan dalam kondisi diambang kebangkrutan (financial distress).
Metode ini disebut juga dengan multiple discriminant analysis (Emery & Finnerty, 1998: 884).
Oleh karena itu analsis ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat resiko keuangan suatu
perusahaan.
Untuk menghitung Z-Score ini terlebih dahulu harus menghitung lima jenis rasio
keuangan, yaitu; (Husien Umar, 1998, hal.354-356)
1) Working Capital to Total Assets Ratio (X1)
2) Retained Earning to Total Asset Ratio (X2)
3) Earning Before Interest & Taxes to Total Asset (X3)
4) Market Value of Equity to Book Value of Debt (X4)
5) Sales to Total Asset Ratio (X5)

Z-Score = 1,2(X1)+(,4(X2)+3,(X3)+0,6(X4)+1(X5)
6 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006
Analisis Komparatif Resiko Keuangan BPR Konvensional dan BPR Syariah

Untuk menganalisis hasil perhitungan model Z-score, digunakan angka interpretasi yang
dikembangkan oleh Prof. Edward Altman, sebagai berikut: (Emery & Finnerty, 1997: 886)

Score Prediction
Z > 2.99 Firm will not fail within 1 year
1.81 < Z < 2.99 Gray area within which it is difficult to
discriminate effectively
Z < 1.81 Firm will fail in 1 year

III. METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Metode penelitian dikategorikan studi kasus, karena membahas suatu objek penelitian
secara rinci dan mendalam.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi sampel berjumlah 12 BPR, terdiri dari 11 BPR Konvensional dan 1 BPR
Syariah. Dari populasi tersebut penulis mengambil 2 sampe BPR, yaitu satu BPR Konvensional
dan satu BPR Syariah. Selanjutnya sampel BPR yang diteliti diberi kode nama BPR
Konvensional “S” dan BPR Syariah “F”. Adapun tennik pengambilan sampel dilakukan
secara purpossive sampling, dengan alasan hanya ada saru BPR Syariah dan untuk kesesuaian
diambil pula satu BPR Konvensional.

3.3. Variabel- Variabel Penelitian

Variabel-variabel utama penelitian adalah pos-pos dalam Neraca terdiri dari: Kas, giro,
kredit yang diberikan, aktiva tetap dan aktiva lain, kewajiban segera, tabungan, deposito,
pinjaman, dan ekuitas. Pos-pos dalam Daftar Rugi/Laba : pendapatan bunga, beban bunga,
pendapatan operasi lainnya, pendapatan non operasi, beban non operasi, pajak dan laba bersih.

3.4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di 16 Ilir Palembang dan Kelurahan Sukajadi di Talang Kelapa


Kabupaten Banyuasin.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara mempelajari data
sekunder, yaitu laporan keuangan BPR Konvensional “S” dan BPR Syariah “F”.

3.6. Teknik Analisis

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006 7


Umar Hamdan & Andi Wijaya

Analisis analisis rasio keuangan dan analisis diskriminan keuangan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Uraian Singkat BPR Sampel

PT. Bank Perkreditan Rakyat Konvensional “S” berlokasi di kawasan Pasar 16 ilir
Palembang yang beroperasi sejak tahun 1990. Sesuai ketentuan pemerintah, bentuk badan
hukum BPR adalah Perseroan Terbatas. Sasaran utama operasi bank ini adalah para pedagang
kecil dan mikro yang berada di kawasan Pasar 16 ilir, Beringin Janggut, TP Rustam Effendi,
dan sekitarnya. Kegiatan yang dilakukan adalah menerima simpanan dan menyalurkan kredit
modal kerja dan investasi bagi usaha kecil dan mikro tersebut. Disamping itu juga memberikan
kredit konsumsi kepada debitur tertentu. Modal ekuitas (saham) BPR sebesar Rp 3 milyar dan
telah disetor penuh.
PT. Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah “S” berdiri dengan akte Notaris Amunis Akte No.
2 tanggal 7 Januari 1994 dan mulai beroperasi Januari 1995. BPR ini berlokasi di kelurahan
Sukajadi, kecamatan Talang Kelapa, kabupaten Banyuasin. Modal dasar BPR sebesar Rp 500
juta dan telah disetor penuh. Sasaran utama operasi bank ini adalah para pedagang kecil dan
mikro, usaha kerajinan batubata, genteng, petani, peternak yang berada di kelurahan dan desa-
desa di Kecamatan Talang Kelapa. BPR ini menerima simpanan dan menyalurkan kredit modal
kerja dan investasi bagi usaha kecil dan mikro tersebut. Disamping itu juga memberikan kredit
konsumsi kepada debitur tertentu dengan prinsip syariah.

4.2. Perkembangan Keuangan

Perkembangan keuangan kedua bank sampel, yaitu BPR konvensional “S” dan BPR
Syariah “F” disajikan dalam bentuk laporan Neraca dan Daftar Rugi/Laba selama 3 (tiga ) tahun
yaitu periode 2001-2003.

4.2.1. Neraca dan Rugi/Laba BPR Konvensional “S”

Perkembangan neraca dan rugi/laba BPR Konvensional “S” dapat dilihat dalam Tabel :

Tabel 2 : Perkembangan Neraca BPR Konvensional “S” Selama Tahun 2001-2003

No POS-POS 2001 2002 2003


Aktiva (ribuan rupiah) (ribuan rupiah) (ribuan rupiah)
1 Kas 29,346 3,952 93,160
2 Giro pada bank lain 4,047,760 5,362,689 5,667,066
3 Penempatan pada bank lain 4,000,000
4 Surat-surat berharga 7,200,000 2,200,000
Kredit yang diberikan
5 a. Pihak Terkait dengan bank
6 b. Pihak lain 4,645,827 7,515,843 8,042,758
Penyisihan Ph. Kredit -/- 340,989 340,989 337,489
7 Aktiva Tetap 938,178 942,928 954,388
Akumulasi Ph. Aktiva Tetap -/- 617,939 669,144 720,252

8 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006


Analisis Komparatif Resiko Keuangan BPR Konvensional dan BPR Syariah

8 Aktiva Lain-lain 421,330 222,939 153,095


Jumlah 16,323,513 15,238,218 17,852,726
Kewajiban
1 Kewajiban segera lainnya 137,699 237,739 471,988
2 Tabungan 9,348,847 7,974,982 9,493,383
3 Deposito
a. Pihak Terkait dengan bank 157,500 225,000
b. Pihak lain 2,711,800 2,269,585 3,227,615
4 Pinjaman yang diterima
5 Kewajiban lain-lain 323,458 210,803 159,537
6 Modal Pinjaman
7 Ekuitas
a. Modal Disetor 3,000,000 3,000,000 3,000,000
b. Modal Sumbangan
c. Selisih Penilaian kembali aktiva tetap
d. Laba ditahan 801,709 1,387,609 1,275,203
Jumlah 16,323,513 15,238,218 17,852,726
Sumber : Laporan Keuangan BPR Konvensional “S”, disusun oleh Penulis.

Total aktiva BPR konvensional “S” selama tiga tahun mengalami fluktuasi, pada tahun
2001 berjumlah Rp 16,3 milyar, turun menjadi Rp 15,2 milyar dan kemudian naik lagi menjadi
Rp 17,8 milyar. Penurunan pada tahun 2002 disebabkan oleh pos-pos : surat berharga turun
sebesar Rp 5 milyar dan aktiva lain-lain sekitar Rp 200 juta.
Perkembangan rugi/laba BPR Konvensional “S” dapat dilihat dalam Tabel :

Tabel 3 : Perkembangan Daftar Rugi/Laba BPR Konvensional “S”


Selama Tahun 2001-2003

No POS-POS 2001 2002 2003


(ribuan Rp) (ribuan Rp) (ribuan Rp)
1 Pendapatan Bunga 1,393,748 2,254,753 2,412,827
2 Beban Bunga -/- 841,396 877,248 1,139,206
3 Pendapatan Bunga Bersih 552,352 1,377,505 1,273,621
4 Pendapatan Ops Lainnya +/+ 323,821 429,015 283,353
5 Beban Ops Lainnya -/- 275,520 452,245 470,880
6 Jumlah Pend. & Beban Ops 600,653 1,354,275 1,086,095
Pendapatan dan Beban Non
Operasional
7 Pendapatan Non Operasional +/+ 60,065 151,679 119,470
8 Beban Non Operasional -/- 36,039 106,175 77,656
9 Laba Sebelum Pajak 624,679 1,399,779 1,127,909
10 Pajak Penghasilan -/- 93,702 209,967 169,186
11 Laba Bersih 530,977 1,189,812 958,723
Sumber : Laporan Keuangan BPR Konvensional “S”, disusun kembali oleh Penulis.

Tabel diatas menunjukkan adanya peningkatan pendapatan bunga selama tahun 2001-
2003, di mana pendapatan bunga tahun 2001 sebesar Rp 1,3 milyar, naik menjadi Rp 2,2 milyar
dan tahun 2003 Rp 2,4 milyar. Demikian pula pendapatan non operasional dan beban non
Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006 9
Umar Hamdan & Andi Wijaya

operasional menunjukkan adanya peningkatan. Laba bersih mengalami fluktuasi, dimana pada
tahun 2002 sebesar Rp 1,1 milyar, meningkat dibanding tahun 2001, tetapi kemudian turun
menjadi Rp 958,7 juta pada tahun 2003.

4.2.2. Neraca dan Rugi/Laba BPR Syariah “F”

Perkembangan neraca dan rugi/laba BPR Syariah “F” dapat dilihat dalam Tabel sebagai
berikut:

Tabel 4 : Perkembangan Neraca BPR Syariah “F” Selama Tahun 2001-2003

No POS-POS 2001 2002 2003


Aktiva (ribuan rupiah) (ribuan rupiah) (ribuan rupiah)
1 Kas 6,831 21,683 24,935
2 Giro pada bank lain 9,993 9,295 10,317
3 Penempatan pada bank lain 1,820,923 644,061 721,348
4 Surat-surat berharga
Kredit yang diberikan
5 a. Pihak Terkait dengan bank 16,663 108,951 117,667
6 b. Pihak lain 712,827 682,608 757,695
Penyisihan Ph. Kredit -/- 7,930 14,035 16,842
7 Aktiva Tetap 116,378 118,375 134,948
Akumulasi Ph. Aktiva Tetap -/- 58,933 71,438 85,726
8 Aktiva Lain-lain 21,553 25,863 29,742
Jumlah 2,638,305 1,525,363 1,694,086
Kewajiban
1 Kewajiban segera lainnya 3,035 5,291 6,614
2 Tabungan 1,952,792 640,611 777,859
3 Deposito
a. Pihak Terkait dengan bank 15,000 26,400 33,000
b. Pihak lain 23,000 108,700 136,962
4 Pinjaman yang diterima
5 Kewajiban lain-lain 20,863 43,385 49,893
6 Modal Pinjaman 37,950 47,438
7 Ekuitas
a. Modal Disetor 500,000 500,000 500,000
b. Modal Sumbangan 21,000 21,000 21,000
c. Selisih Penilaian kembali aktiva tetap
d. Laba ditahan 102,615 140,026 121,321
Jumlah 2,638,305 1,523,363 1,694,086
Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah “F”, disusun kembali oleh Penulis.

Total aktiva BPR Syariah selama tiga tahun mengalami fluktuasi, pada tahun 2001
berjumlah Rp 2,6 milyar, turun menjadi Rp 1,5 milyar dan kemudian naik menjadi Rp 1,69
milyar. Penurunan pada tahun 2002 disebabkan oleh pos-pos: penempatan pada bank yang
mengalami penurunan hampir sebesar Rp1,2 milyar dan penurunan penyaluran pinjaman
sebesar Rp 40 juta.

10 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006


Analisis Komparatif Resiko Keuangan BPR Konvensional dan BPR Syariah

Perkembangan rugi/laba BPR Syariah “S” dapat dilihat dalam Tabel sebagai berikut:
Tabel 5 : Perkembangan Daftar Rugi/Laba BPR Syariah “F” Selama Tahun 2001-2003

No POS-POS 2001 2002 2003


(ribuan Rp) (ribuan Rp) (ribuan Rp)
1 Pendapatan Bagi Hasil 213,848 238,913 227,308
2 Beban Bagi Hasil -/- 78,112 51,249 54,450
3 Pendapatan Bagi Hasil Bersih 135,736 187,664 172,858
4 Pendapatan Ops Lainnya +/+ 799 744 825
5 Beban Ops Lainnya -/- 75,500 77,725 80,120
6 Jumlah Pend. & Beban Ops 61,035 110,683 93,563
Pendapatan dan Beban Non Operasional
7 Pendapatan Non Operasional +/+ 6,714 12,175 10,292
8 Beban Non Operasional -/- 5,035 9,740 9,263
9 Laba Sebelum Pajak 62,713 113,118 94,592
10 Pajak Penghasilan -/- 9,407 16,968 14,189
11 Laba Bersih 53,306 96,150 80,403
Sumber: Laporan Keuangan BPR Syariah “F”, disusun kembali oleh Penulis.

Dari tabel rugi/laba menunjukkan adanya peningkatan pendapatan bagi hasil pada tahun
2002 dibanding tahun, yaitu meningkat dari Rp 213 juta menjadi Rp 238 juta, sedangkan pada
tahun 2003 turun menjadi Rp 227 juta. Demikian pula laba bersih mengalami peningkatan tahun
2002 dibanding tahun 2001, yaitu meningkat dari Rp 53 juta menjadi 86 juta, sedangkan tahun
2003 mengalami penurunan dibanding tahun 2002, yaitu turun menjadi Rp 80 juta.

4.3. Analisis Rasio Keuangan BPR Konvensional “S”

Dari laporan keuangan BPR Konvensional “S” dapat dihitung beberapa rasio keuangan
seperti dalam Tabel berikut:

Tabel 6 : Rekapitulasi Rasio-rasio Keuangan BPR Konvensional “S” Tahun 2001-2003

Rasio-Rasio Likuiditas: 2001 2002 2003


1. Assets to Loan Ratio
Total Aktiva: Total Kewajiban 130.36% 140.44% 131.49%
2. Cash Ratio
Kas : Kewajiban Segera 118.87% 92.13% 97.94%
3. Loan to Deposit Ratio
Total Kredit: Tabungan+ Deposito 38.52% 72.25% 62.13%
4. Non Performing Loan
Penyisihan Kredit: Total Kredit 7.34% 4.54% 4.20%
Rasio-Rasio Solvabilitas:
1. Capital to Debt Ratio
Total Modal (Ekuitas): Total Kewajiban 30.36% 40.44% 31.49%
2. Capital Adequacy Ratio
Total Modal (Ekuitas) : Total Aktiva 23.29% 28.79% 23.95%
Rasio-Rasio Rentabilitas:

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006 11


Umar Hamdan & Andi Wijaya

1. Gross Profit Margin


Laba Operasi: Pendapatan Operasi 43.10% 60.06% 45.01%
2. Net Profit Margin
Laba Bersih: Pendapatan Operasi 38.10% 52.77% 39.73%
3. Return on Equity
Laba Bersih: Ekuitas 13.97% 27.12% 22.43%
4. Return on Assets
Laba Operasi: Total Aktiva 3.68% 8.89% 6.08%
Sumber: Diolah dari Laporan Keuangan BPR Konvensional “S”

Secara umum rasio-rasio likuiditas BPR Konvensional “S” menunjukkan perbaikan pada
tahun 2002 dibanding tahun 2001. Rasio aktiva terhadap pinjaman menunjukkan tingkat
likuiditas yang cukup memadai, karena di atas 100 persen. Rasio kas terhadap kewajiban segera
pada tahun 2002 dan 2003 kurang dari 100 persen yang perlu menjadi perhatian pimpinan BPR.
Demikian pula rasio antara kredit yang disalurkan dengan dana yang dihimpun (loan to deposit
ratio) kurang baik, yaitu tahun 2001 sebesar 38%, tahun 2002 78% dan tahun 2003 sebesar 62
persen. Menurut ketentuan BI rasio ideal antara 85% s.d 105%, berarti rasio LDR masih relatif
rendah. Kondisi ini menunjukkan kemampuan BPR menyalurkan kredit masih perlu
ditingkatkan, karena dana yang menganggur akan menjadi beban bagi BPR atas bunga simpanan
yang yang harus dibayar kepada penabung. NPL tahun 2001 sebesar 7,34% di atas batas
maksimum yang ditetapkan oleh BI, namun dalam tahun 2002 dan 2003 turun menjadi masing-
masing sebesar 4,54% dan 4,24 persen.
Rasio-rasio solvabilitas menunjukkan kondisi yang cukup sehat. Rasio CAR berdasarkan
Surat Edaran Direksi BI No. 26/2/UD tanggal 29 Mei1993 tentang Kewajiban Modal Minimum
adalah sebesar 8 persen. Dari tabel di atas CAR BPR Konvensional “S” di atas 8%, yaitu
masing-masing tahun 2001 sebesar 23,29%, tahun 2002 sebesar 28,79% dan tahun 2003 sebesar
23,95%. Demikian pula perbandingan modal dengan hutang masih di atas 8 persen.
Secara teori, menurut Winton (1993) adanya ketentuan CAR tersebut mempunyai
kaitan dengan keterbatasan tanggung jawab dan struktur kepemilikan dalam suatu
perusahaan. Dalam struktur kepemilikan, sebagian harta perusahaan diperoleh dari dana
pinjaman kepada kreditur, sehingga perlu diimbangi dengan kemampuan pemilik modal
menyediakan dana sendiri.
Rasio-rasio rentabilitas yang dinyatakan dengan rasio-rasio net profit margin, ROE,
dan ROA menunjukkan adanya kenaikan pada tahun 2002 dibanding tahun 2001, sedangkan
tahun 2003 mengalami penurunan dibanding tahun 2002. Semua rasio rentabilitas adalah
positip. Laba bersih terhadap pendapat operasi (NPM) cukup baik, di mana tahun 2001
sebesar 38%, tahun 2002 sebesar 52,77% dan tahun 2003 sebesar 39,73 persen. Keadaan ini
menunjukkan bahwa BPR Konvensional “S” cukup sehat.

4.4. Analisis Rasio Keuangan BPR Syariah “F”

Rasio-rasio keuangan BPR Syariah “F” selama tahun 2001-2003 dapat dilihat dalam
Tabel 7. Secara umum rasio-rasio likuiditas BPR Syariah “F” relatif lebih baik dibanding BPR
Konvensional “S”. Rasio aktiva terhadap pinjaman menunjukkan tingkat likuiditas yang cukup
memadai, jauh di atas 100 persen. Rasio kas terhadap kewajiban segera pada tahun 2001 dan
2003 kurang dari 100 persen.

12 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006


Analisis Komparatif Resiko Keuangan BPR Konvensional dan BPR Syariah

Rasio antara kredit yang disalurkan dengan dana yang dihimpun (loan to deposit ratio)
tahun 2002 dan 2003 cukup baik. Demikian pula Nonperforming Loan (NPL) cukup baik, hanya
sekitar 2 persen selama 3 tahun. NPL BPR Syariah “F” relatif lebih baik dari BPR Konvensional
“S”.

Tabel 7 : Rekapitulasi Rasio-rasio Keuangan BPR Syariah “F” Tahun 2001-2003

Rasio-Rasio Likuiditas: 2001 2002 2003


1. Assets to Loan Ratio
Total Aktiva: Total Kewajiban 130.95% 176.89% 161.07%
2. Cash Ratio
Kas : Kewajiban Segera 93.96% 104.51% 96.45%
3. Loan to Deposit Ratio
Total Kredit: Tabungan+ Deposito 36.64% 102.04% 92.36%
4. Non Performing Loan
Penyisihan Kredit: Total Kredit 1.11% 2.06% 2.22%
Rasio-Rasio Solvabilitas:
1. Capital to Debt Ratio
Total Modal (Ekuitas): Total Kewajiban 30.95% 76.66% 61.07%
2. Capital Adequacy Ratio
Total Modal (Ekuitas) : Total Aktiva 23.64% 43.34% 37.92%
Rasio-Rasio Rentabilitas:
1. Gross Profit Margin
Laba Operasi: Pendapatan Operasi 28.54% 46.33% 41.16%
2. Net Profit Margin
Laba Bersih: Pendapatan Operasi 24.93% 40.24% 35.37%
3. Return on Equity
Laba Bersih: Ekuitas 8.55% 14.55% 12.52%
4. Return on Assets
Laba Operasi: Total Aktiva 2.31% 7.26% 5.52%
Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan BPR Syariah “F”

Rasio-rasio solvabilitas menunjukkan kondisi yang cukup sehat. Rasio CAR BPR
Syariah “F” di atas 8%, yaitu masing-masing tahun 2001 sebesar 23,64%, tahun 2002 sebesar
43,34% dan tahun 2003 sebesar 37,92%. Keadaan ini lebih baik dibandingkan dengan rasio
solvabilitas BPR Konvensional “S.
Rasio-rasio rentabilitas yang dinyatakan dengan rasio-rasio NPM, ROE, dan ROA
menunjukkan adanya kenaikan pada tahun 2002 dibanding tahun 2001, sedangkan tahun 2003
mengalami penurunan dibanding tahun 2002. Keadaan ini hampir sama dengan rasio rentabilitas
BPR Konvensional. Rasio NPM cukup baik, di mana tahun 2001 sebesar 24,93%, tahun 2002
sebesar 40,24% dan tahun 2003 sebesar 35,37 persen. Keadaan ini menunjukkan bahwa NPM
BPR Syariah relatif lebih rendah dibanding dengan BPR Konvensional “S”. Hal ini memberikan
indikasi bahwa BPR Konvensional “F” realtif lebih efisien dalam pengelolaan dananya.

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006 13


Umar Hamdan & Andi Wijaya

4.5. Analisis Diskriminan (Z-Score)

4.5.1. Analisis Diskriminan BPR Konvensional “S”

Hasil perhitungan Z- Score untuk BPR Konvensional “S” dapat dilihat dalam Tabel
berikut:

Tabel 8 : Hasil Perhitungan Z-Score BPR Konvensional “S” Tahun 2001-2003

Uraian 2001 2002 2003


X1 Working Capital to Total Asset Ratio
Modal Kerja: Total Aktiva 0.95 0.97 0.98
X2. Retained Earnings to Total Assets Ratio
Laba ditahan: Total Aktiva 0.05 0.09 0.07
X3. EBIT to Total Assets
Laba seb. Bunga dan Pajak: Total Aktiva 0.04 0.09 0.06
X4. Market Value of Equity to Book Value of Debt
Nilai Ekuitas: Nilai Hutang 0.32 0.42 0.33
X5.Sales to Asset Ratio
Penjualan: Total Aktiva 0.09 0.15 0.14
Z- SCORE
1.2 X1 1.15 1.16 1.17
0,4 X2 0.02 0.04 0.03
3 X3 0.11 0.28 0.19
0,6 X4 0.19 0.25 0.20
1 X5 0.09 0.15 0.14
TOTAL 1.55 1.87 1.73
Sumber: Diolah dari Laporan Keuangan BPR Konvensional “S”

Hasil perhitungan Z-score menunjukkan bahwa selama tiga tahun nilai Z sekitar angka
1,81, yang berarti kondisi BPR Konvensional “S” perusahaan dalam keadaan “gray” sehingga
sulit ditentukan apakah akan sehat atau bangkrut. Namun karena di bawah 2,99 maka dapat
dikatakan bahwa tingkat resiko bisnis BPR tinggi yang dapat menyebabkan kepailitan dalam
jangka panjang.

4.5.2. Analisis Diskriminan BPR Syariah “F”

Hasil perhitungan Z- Score untuk BPR Konvensional “S” dapat dilihat dalam Tabel
berikut:

14 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006


Analisis Komparatif Resiko Keuangan BPR Konvensional dan BPR Syariah

Tabel 9 : Hasil Perhitungan Z-Score BPR Syariah “F” Tahun 2001-2003

Uraian 2001 2002 2003


X1 Working Capital to Total Asset Ratio
Modal Kerja: Total Aktiva 0.97 0.95 0.95
X2. Retained Earnings to Total Assets Ratio
Laba ditahan: Total Aktiva 0.04 0.09 0.07
X3. EBIT to Total Assets
Laba seb. Bunga dan Pajak: Total Aktiva 0.02 0.07 0.06
X4. Market Value of Equity to Book Value of Debt
Nilai Ekuitas: Nilai Hutang 0.31 0.85 0.68
X5.Sales to Asset Ratio
Pendapatan: Total Aktiva 0.08 0.16 0.13
Z- SCORE
1.2 X1 1.16 1.14 1.14
0,4 X2 0.02 0.04 0.03
3 X3 0.07 0.22 0.17
0,6 X4 0.19 0.51 0.41
1 X5 0.08 0.16 0.13
TOTAL 1.52 2.07 1.88
Sumber: Diolah dari Laporan Keuangan BPR Syariah “F”

Hasil perhitungan Z-score menunjukkan bahwa selama dua tahun terakhir (2002-2003)
nilai Z di atas 1,81, yang berarti kondisi BPR Konvensional “S” perusahaan dalam keadaan
“gray” sehingga sulit ditentukan apakah sehat atau akan bangkrut. Namun nilai Z-score BPR
Syariah “F” ini relatif lebih tinggi dibanding nilai yang dicapai oleh BPR Konvensional “S”.

4.6. Pembahasan

4.6.1. Likuiditas

Secara umum rasio-rasio likuiditas BPR Syariah “F” relatif lebih baik dibanding BPR
Konvensional “S”. Rasio aktiva terhadap pinjaman menunjukkan tingkat likuiditas yang cukup
memadai, jauh di atas 100 persen. Rasio kas terhadap kewajiban segera pada tahun 2001 dan
2003 kurang dari 100 persen. Demikian pula rasio antara kredit yang disalurkan dengan dana
yang dihimpun (loan to deposit ratio) tahun 2002 dan 2003 cukup baik, karena mendekati
standar rasio ideal antara 85% s.d 110% yang ditetapkan BI. Nonperforming Loan (kredit
bermasalah) pada BPR Syariah “F” relatif lebih rendah dibanding dengan NPL BPR
Konvensional “S”. Pada BPR Syariah “F” hanya sekitar 2 persen, sedangkan BPR Konvensional
rata-rata sekitar 4 persen pertahun.

4.6.2. Solvabilitas

Rasio-rasio solvabilitas kedua BPR menunjukkan kondisi sehat. Rasio kecukupan modal
(Capital Adequacy Ratio/CAR) kedua BPR di atas ketentuan minimum BI (8%). CAR pada
BPR Konvensional “S” tahun 2003 sebesar 23,95% dan BPR Syariah “F” sebesar 37,92%. Dari

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006 15


Umar Hamdan & Andi Wijaya

angka tersebut ternyata rasio solvabilitas BPR Syariah relatif lebih baik dibandingkan dengan
rasio solvabilitas BPR Konvensional “S.

4.6.3. Rentabiltas
Semua rasio rentabilitas kedua BPR adalah positip. Laba bersih terhadap pendapat
operasi (NPM) cukup baik, di mana pada BPR Konvensional “S” sebesar 39,73 persen, dan
pada BPR Syariah “F” sebesar 35,37% pada tahun 2003. Keadaan ini menunjukkan bahwa
kedua BPR mampu memperoleh laba yang wajar, walaupun NPM BPR Syariah “F” relatif
lebih rendah dibanding dengan BPR Konvensional “S”. Hal ini memberikan indikasi bahwa
BPR Konvensional “S” relatif lebih efisien dalam pengelolaan dananya.

4.6.4. Tingkat Resiko Keuangan

Perbandingan tingkat resiko keuangan/bisnis menggunakan hasil analisis diskriminan


(Z-score) menunjukkan kedua BPR berada pada posisi “gray”. Namun nilai Z BPR Syariah “F”
relatif lebih tinggi dibanding BPR Konvensional “S”. Rendahnya Z- score (di bawah 2,99)
mengindikasikan bahwa kedua bank berada pada posisi bisnis beresiko tinggi dan bila tidak
dilakukan pengelolaan bisnis secara baik dapat menyebabkan kepailitan dalam jangka panjang.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Secara umum rasio-rasio likuiditas BPR Syariah “F” relatif lebih baik dibanding BPR
Konvensional “S”.
2. Rasio-rasio solvabilitas kedua BPR menunjukkan kondisi sehat. Rasio kecukupan modal
(Capital Adequacy Ratio/CAR) kedua BPR di atas ketentuan minimum BI (8%). CAR pada
BPR Konvensional “S” tahun 2003 sebesar 23,95% dan BPR Syariah “F” sebesar 37,92%.
Dari angka tersebut ternyata rasio solvabilitas BPR Syariah relatif lebih baik dibandingkan
dengan rasio solvabilitas BPR Konvensional “S.
3. Semua rasio rentabilitas kedua BPR adalah positip. Laba bersih terhadap pendapat operasi
(NPM) cukup baik, di mana pada BPR Konvensional “S” sebesar 39,73 persen, dan pada
BPR Syariah “F” sebesar 35,37% pada tahun 2003. Keadaan ini menunjukkan bahwa kedua
BPR mampu memperoleh laba yang wajar, walaupun NPM BPR Syariah “F” relatif lebih
rendah dibanding dengan BPR Konvensional “S”.
4. Perbandingan tingkat resiko keuangan berdasarkan hasil analisis diskriminan (Z-score)
menunjukkan kedua BPR berada pada posisi “gray”. Namun nilai Z BPR Syariah “F”
relatif lebih tinggi dibanding BPR Konvensional “S”, yang berarti resiko BPR “F” relatif
lebih rendah dibanding BPR Konvensional “S”.

5.2. Saran-Saran

1. Upaya Mengatasi Rendahnya LDR dapat dilakukan oleh manajemen BPR dengan cara:

16 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006


Analisis Komparatif Resiko Keuangan BPR Konvensional dan BPR Syariah

1) BPR harus memiliki tenaga account officer yang memadai jumlahnya, handal, jujur,
profesional, dan berdedikasi tinggi untuk mengejar proyek-proyek yang layak untuk
dibiayai.
2) Tenaga account officer harus mengenal wilayah kerjanya dengan baik, potensi bisnis
yang ada, pebisnis, tokoh masyarakat, dan sosial ekonomi serta kultur masyarakatnya.
3) Kebijakan pemberian kredit yang prudential (hati-hati), patuh dan sehat berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
4) Penyaluran kredit secara kelompok dengan sistem tanggung renteng bagi para
debiturnya.
5) Penerapan reward system yang dapat memotivasi para account officer dan analis kredit
untuk lebih giat dalam “menjemput” calon debitur yang potensial dan layak untuk
dibiayai.
2. Upaya manajemen untuk mempertahankan NPL rendah dapat dilakukan dengan cara:
1) Melakukan analisis kredit secara baik dan benar
2) Sistem dokumentasi kredit yang handal.
3) Pengendalian dan pengawasan kredit, sistem pemantauan dan evaluasi secara rutin
terhadap rekening piutang atau kredit debitur.
4) Manajemen memberikan perhatian khusus terhadap adanya penyimpangan
(management by exception) yang terjadi.
5) Setiap penyimpangan dilakukan analisis 5 W + 1 H (what, when, where, why, who &
how) agar diperoleh umpan balik bagi perbaikan kebijakan operasional BPR untuk
masa datang.
6) Pembinaan terhadap debitur usaha kecil dan mikro, bekerjasama dengan dinas instansi
terkait, dan perguruan tinggi.
3. Upaya mengatasi resiko keuangan dapat ditempuh manajemen BPR dengan cara sebagai
berikut:
1) Membuat perencanaan likuiditas dengan sistem anggaran kas (cash flow) harian atas
kemungkinan penyetoran dan penarikan oleh nasabah.
2) Membuat rencana kontingensi guna mengatasi kejadian yang tak terduga, yaitu dengan
melakukan analisis terhadap perubahan dan dinamika kondisi lingkungan bisnis BPR
dengan mengkaji indikator: ekonomi, peta persaingan bisnis, perubahan budaya, dan
situasi politik dan keamanan.
3) Melakukan analisis terhadap biaya dana dan penentuan bunga kredit atau beban bagi
hasil yang akan ditetapkan atas kredit konsumsi, kredit investasi, dan kredit modal
kerja.
4) Melakukan alternatif pengembangan sumber pendanaan BPR, baik dana dari sumber
internal maupun ekternal BPR.

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006 17


Umar Hamdan & Andi Wijaya

DAFTAR PUSTAKA

Emery, Douglas R. & Finnerty, 1998. Corporate Financial Management. Prentice


Hall Inc. USA.
Fakhrurozi, Peluang & Tantangan Akuntansi & Lembaga Keuangan Syariah. Prosiding
Seminar Nasional IAI & FE Unsri, Palembang, Juli 2005.
Hempel, G.H; Simonson, D.G; and Coleman A.B, 1994. Bank Management Text
and Cases. Fourth Edition, USA: John Wiley & Sons, Inc.
Iman Syahputra Tunggal, dkk. Peraturan Perbankan di Indonesia tahun 1991-
1997. Buku 2. Jakarta: Penerbit Harvarindo, 1998.
Kashmir, SE,MM. Manajemen Perbankan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Ross, Stephen; Westerfield, Randolph; and Jordan D. 2002. Fundmentals of
Corporate Finance, Prentice Hall Inc. USA.
Ross, Stephen. 2003. Corporate Finance. Prentice Hall Inc. NY. USA
-------------. Undang-Undang Perbankan. UU No. 10 tahun 1988.
--------------. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992 tentang BPR. Sinar Grafika
Jakarta.
Saunders, Anthony.1994. Financial Institutions Management. USA: Richard D.
Irwin. Inc
Winton, Andrew, “ Limitation of Liability and the Ownership Structure of the Firm.”,
Journal of Finance, 1993, 48 (2):487-512.
Wijaya, Andi, Analisis Laporan Keuangan Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Selatan
(Studi kasus BPR Konvenrsional dan BPR Syariah), Tesis, Program Studi MM
Unsri, 2005.

18 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006


Analisis Komparatif Resiko Keuangan BPR Konvensional dan BPR Syariah

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006 19


Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411- 0393
Akreditasi No. 110/DIKTI/Kep/200

MANAJEMEN RISIKO BERBASIS SPIRITUAL ISLAM

Nur Khusniyah Indrawati


nurkhusniyahindrawati@yahoo.com
Ubud Salim
Djumilah Hadiwidjojo
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Nur Syam
Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel

ABSTRACT
This study aims to explore and understand: (1) Kyai (Islamic boarding school leader) and business
manager perception to risk management, and (2) implementation Islamic values in business and risk
management, (3) Kyai and business manager perception to corporate value creation, and ( 4)
distribution of firm value to stakeholders. Research setting is business at Sunan Drajat boarding
school, Lamongan. This study uses postpositivist, theology, and intuitive approach. The study design
was an interpretative case study using "single case" type. The analysis method of this study is the
Interactive Model from Miles and Huberman. The results showed that: (1) Risk management is
process to eliminate the risk with strong intention as essence that underlying the risk management
practices and the presence of spiritual power, a khusnuzhzhan (good perception) to Allah SWT, based
on maslahah (goodness) that come down to falah, (2) The implementation of Islamic values into
business activity framework has been proven the business growing rapidly. Even at the end, the Islam
value 'an taraadhin minkum become central value which evolved into the corporate culture. Islamic
values related to risk management demonstrate the existence of a true entrepreneurial spirit for entire
management. (3) The firm value that created from risk management practices indicate the aspects of
material/economic and immaterial. The application has been able to provide welfare and happiness for
body and soul of all stakeholders, (4) Then, the firm value was distributed to all stakeholders, both for
the human and nature benefit as a manifestation of maslahah (goodness) that become the objectives of
business establishment.

Keywords: Risk Management based on Islamic Spiritual, Islamic Values, Firm Values and
Economic Social Context, Fiqh mu'amalah

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan memahami: (1) persepsi Kyai dan pengelola
bisnis terhadap manajemen risiko, (2) penerapan nilai-nilai Islam dalam pengelolaan bisnis
dan manajemen risiko, (3) persepsi Kyai dan pengelola bisnis terhadap penciptaan nilai
perusahaan, dan (4) pendistribusian nilai perusahaan kepada pemangku kepentingan.
Setting penelitian adalah bisnis di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan postpositivist, teologi, dan intuitif. Desain penelitian studi kasus
interpretatif tipe “single case”. Analisis yang digunakan adalah Model Interaktif dari Milles
and Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Manajemen risiko merupakan
proses untuk mengeliminir risiko dengan menempatkan niat yang kuat sebagai esensi yang
mendasari praktik manajemen risiko dan adanya kekuatan spiritual berupa khusnuzhzhan
kepada Allah SWT dengan bermuara pada maslahah menuju falah. (2) Penerapan nilai-nilai
Islam yang membingkai aktivitas bisnis telah membuktikan bisnis telah berkembang pesat.
Bahkan nilai Islam ‘an taraadhin minkum menjadi central value yang akhirnya berkembang
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam... -- Khusnia, Salim, Hadiwidjojo, Syam 185

menjadi budaya perusahaan, sedangkan nilai-nilai Islam yang melekat pada praktik
manajemen risiko menunjukkan adanya jiwa kewirausahaan sejati pada diri seluruh
pengelola. (3) Nilai perusahaan yang tercipta dari praktik manajemen risiko dipandang
dalam aspek materi/ekonomi dan immateri, yang dalam aplikasinya telah mampu
memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan lahiriyah dan batiniyah bagi seluruh pemangku
kepentingan, (4) Nilai perusahaan tersebut didistribusikan kepada seluruh pemangku
kepentingan baik pemangku kepentingan manusia maupun alam sebagai perwujudan dari
maslahah yang menjadi tujuan didirikannya bisnis.

Kata kunci: Manajemen Risiko berbasis spiritual Islam, Nilai-nilai Islam, Nilai Perusahaan
dan Konteks Sosial Ekonomi, Fiqh Mu’amalah

PENDAHULUAN Keberanian bisnis di Ponpes Sunan


Bisnis di Pondok Pesantren (Ponpes) Drajat memasuki domain tanggung jawab
Sunan Drajat didirikan dengan tujuan untuk sosial ini selain sudah menjadi tekad bah-
mewujudkan salah satu dari empat wasiat wa bisnis yang didirikan harus dapat mem-
Kanjeng Sunan Drajat, yaitu “wenehono beri maslahah juga dituntun oleh filosofi
mangan marang wong kang luwe” (berikanlah perusahaan bahwa berbisnis adalah ibadah,
makan kepada orang yang lapar). Wasiat ini sehingga tidak perlu merasa rugi apabila
mengandung makna filosofi perlunya men- suatu perusahaan itu melaksanakan salah
ciptakan lapangan pekerjaan, sehingga satu fungsi sosialnya yang diimplemen-
orang yang kelaparan tadi dapat mem- tasikan dalam aktivitas tanggung jawab
peroleh pekerjaan di bisnis yang didirikan sosial perusahaan, sehingga dicapai masla-
Ponpes Sunan Drajat untuk memenuhi hah menuju falah (ketentraman batin dan
kebutuhan hidupnya. kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat).
Maslahah yang menjadi tujuan di- Selain itu, mengubah paradigma dalam
dirikannya bisnis di Ponpes Sunan Drajat bisnis yang mengatakan bahwa keuntungan
dimaksudkan bahwa keuntungan yang di- perusahaan atau kepentingan pribadi ada-
peroleh selain digunakan untuk mem- lah segalanya dan mengabaikan unsur
besarkan bisnis juga untuk menopang struk- lainnya dalam tujuan perusahaan.
tur ekonomi Ponpes Sunan Drajat melalui Bisnis merupakan bentuk dari investasi.
antara lain pembebasan biaya sekolah bagi Investasi dalam perspektif Islam tertulis
sekitar 10% dari total santri yang ada ( dalam Al-Qur’an surat Lukman (31): 34.
9.000 santri) yang tidak mampu secara Investasi juga harus disertai dengan niat
ekonomi. Selain itu, bisnis tersebut dapat ibadah, sehingga manusia mendapat dua
dijadikan sebagai ajang workshop kewira- hal sekaligus, yaitu mendapat kebahagiaan
usahaan bagi para santri melalui upaya dunia (bisnis dapat berkembang dengan
mempekerjakan santri di beberapa unit baik) dan sekaligus mendapat kebahagiaan
bisnis. Kepedulian Bapak KH Abdul Ghofur akhirat (melalui amalan ibadah dari hasil
ini merupakan upaya yang sangat terpuji bisnis yang diusahakan). Investasi juga
sekaligus berani karena membawa risiko. merupakan keputusan bisnis yang harus
Risiko itu muncul karena sumber utama diarahkan oleh iman, karena setiap investasi
untuk menutup biaya tersebut berasal dari pasti akan membawa risiko. Bahkan
keuntungan yang diperoleh dari aktivitas Brigham dan Houston (2006) mengatakan,
bisnis, sehingga fluktuasi dalam perolehan perusahaan merupakan subyek sejumlah
keuntungan dalam bisnis merupakan anca- risiko. Hanya imanlah yang dapat menjadi
man bagi kesinambungan sumber pem- katup pengaman bila investasi tersebut
biayaan Ponpes Sunan Drajat. gagal dan perusahaan menderita kerugian.
186 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 2, Juni 2012 : 184 - 208

Manajemen risiko dapat menciptakan den. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
nilai perusahaan. Nilai perusahaan dalam diambil pandangan yang moderat dengan
perspektif konvensional selain dapat di- menyatakan Tuhan itu transenden, dan (2)
cerminkan oleh materi (uang), yaitu Tobins’ karena Tuhan merupakan pihak paling ting-
Q, harga pasar saham, nilai buku saham, gi dan menjadi satu-satunya tujuan hidup
rasio nilai pasar saham dengan nilai buku manusia. Tuhan (Allah) Maha Esa dan
saham, arus kas yang didiskonto, nilai keesaan-Nya itu mencakup: (1) Keesaan Zat,
tambah, dan keutungan. Selain itu, juga (2) Keesaan Sifat, (3) Keesaan Perbuatan,
dalam bentuk kemampuan CEO (Chef Exe- dan (4) Keesaan beribadah kepada-Nya
cutive Officer). Upaya bisnis menghasilkan (Shihab, 2007). Dengan demikian, konsep
keuntungan merupakan salah satu indikator pemangku kepentingan pada penelitian ini
kinerja manajemen, sehingga nilai peru- adalah pemangku kepentingan manusia dan
sahaan dapat di pandang juga dari aspek alam.
kinerja manajemen. Kinerja manajemen Pada umumnya penelitian-penelitian
dalam perspektif konvensional semata-mata tentang manajemen risiko dilakukan pada
hanya didasarkan pada variabel ekonomi perusahaan-perusahaan di sektor riil dalam
(uang) dan jarang memasukkan fungsi skala besar dan terbuka (go public) untuk
sosial, etika, dan moral sebagai komponen menguji hubungan manajemen risiko de-
dalam fungsi tujuan utama perusahaan ngan penciptaan nilai perusahaan. Hasil
(Azid et al., 2007; Triyuwono, 2007). penelitian menujukkan bahwa sebagian ada
Sebaliknya, Islam memandang nilai tambah yang mendukung teori bahwa manajemen
baik dari aspek materi/ekonomi (uang) risiko menciptakan nilai perusahaan, na-
maupun immaterial (Triyuwono, 2007). mun, ada juga yang bertentangan (Beasley et
Oleh karena itu, kinerja manajemen pada al., 2005, 2006; Pagach dan Warr, 2007, 2008),
penelitian ini mengacu kepada kinerja mana sedangkan penelitian aspek persepsi ter-
jemen yang oleh Triyuwono (2007) diklaim hadap risiko dengan pendekatan post-
sebagai kinerja manajemen syari’ah. Kinerja positivist dilakukan oleh Mohammed (2010).
manajemen syari’ah dibagi dalam tiga Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa
perspektif, yaitu: (1) kesalehan keuangan, risiko dikonstruk berdasarkan budaya,
(2) kesalehan mental dan sosial, dan (3) individualistik, dan subyektif. Penelitian-
kesalehan spiritual, ketiganya dipandang penelitian tersebut pada umumnya meng-
sebagai satu kesatuan. Pengukuran kinerja gunakan perspektif konvensional dalam
melintasi batas dunia materi, dapat mem- mengelola risiko, sementara terdapat per-
berikan kesejahteraan lahir dan batin. bedaan perspektif antara konvensional dan
Nilai perusahaan ini selanjutnya didis- Islam dalam hal: (1) filosofi berbisnis, (2)
tribusikan kepada pemangku kepentingan. tujuan berbisnis, (3) konsep risiko dan mana
Triyuwono (2007) mengemukakan pemang- jemen risiko, (4) konsep nilai perusahaan,
ku kepentingan terdiri dari Tuhan, manusia, dan (5) konsep pemangku kepentingan.
dan alam. Penelitian ini tidak memasukkan Adanya perbedaan khususnya risiko dan
Tuhan sebagai pemangku kepentingan di- manajemen risiko telah menggelitik untuk
karenakan: (1) dilihat dari teks dan normatif, mengetahui apakah manajemen risiko
memasukkan Tuhan sebagai pemangku konvensional itu sama dengan manajemen
kepentingan rasanya menempatkan Tuhan risiko Islam, yang diterapkan pada bisnis
dalam dunia provan. Menganggap Tuhan yang dioperasikan berdasarkan prinsip
sebagai pemangku kepentingan merupakan syari’ah, seperti bisnis di Ponpes Sunan
imanensi yang lebih jauh bisa mengarah Drajat. Sayangnya, penelitian manajemen
kepada panteisme. Sementara itu, di dalam risiko Islam yang dihasilkan selama ini tidak
teologi-teologi yang dianut, Tuhan juga memberikan pencerahan yang cukup karena
dapat dipandang dalam dimensi transen- penelitian-penelitian itu pada umumnya
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam... -- Khusnia, Salim, Hadiwidjojo, Syam 187

dilakukan pada perusahaan yang bergerak bisnis sesuai dengan nilai-nilai Islam, se-
di sektor keuangan (bank Islam). hingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak
Penelitian manajemen risiko di bank perlu ada kekhawatiran, sebab diyakini
Islam antara lain dilakukan oleh Bashir sebagai sesuatu yang baik dan benar
(2009). Hasil penelitian pada intinya mem- (Hasan, 2009). Adanya praktik manajemen
buktikan muara akhir dari manajemen risi- risiko Islam yang hanya mendasarkan pada
ko adalah kinerja yang lebih baik. Penelitian fiqh mu’amalah telah membuktikan bahwa
manajemen risiko Islam dengan tujuan sampai saat ini belum ada framework
melihat hubungan antara proses manajemen manajemen risiko Islam yang sesuai dengan
risiko dengan praktik manajemen risiko persyaratan bisnis yang dioperasikan ber-
dilakukan oleh Rosman (2009). Namun, dasarkan syari’ah dan nilai-nilai Islam.
belum betul-betul secara jelas mencermin- Ketidakjelasan framework manajemen risiko
kan framework manajemen risiko Islam Islam inilah yang melatarbelakangi peneliti-
karena masih mengadopsi framework mana- an ini dilakukan.
jemen risiko konvesional. Alasan digunakan Berdasarkan pada fenomena yang ada
nya framework manajemen risiko konven- pada bisnis di Ponpes Sunan Drajat, maka
sional dalam penelitian ini didasarkan pada fokus penelitian ini adalah: “Pengembangan
pendapat Iqbal dan Mirakhor (dalam Manajemen Risiko pada Bisnis di Ponpes
Rosman, 2009), bahwa sekali framework Sunan Drajat dengan Memahami Terlebih
dikembangkan, maka tekniknya dapat di- Dahulu Persepsi Kyai dan Para Pengelola
aplikasikan pada situasi, produk, instrumen, Bisnis Terhadap Manajemen Risiko pada
dan institusi yang berbeda. Namun, dalam Umumnya”.
praktiknya mengacu kepada ketentuan Permasalahan utama yang diajukan
syari’an yang telah dijabarkan dalam Inter- dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana
national Financial Services Board (IFSB) persepsi Kyai dan para pengelola bisnis di
guidelines tentang manajemen risiko. Sedang Ponpes Sunan Drajat terhadap manajemen
kan Siddiqi (2010) mengatakan framework risiko pada bisnis di Ponpes Sunan Drajat?”.
manajemen risiko Islam hanya mendasarkan Berdasarkan permasalahan utama ini, maka
pada fiqh mu’amalah dan belum menying- dapat dirumuskan permasalahan penelitian
gung nilai-nilai Islam dalam menjalankan sebagai berikut: (1) Bagaimana persepsi
bisnis, sedangkan manajemen risiko Islam Kyai dan pengelola bisnis terhadap
dilaksanakan pada perusahaan yang dalam manajemen risiko?, (2) Bagaimana penera-
operasinya tidak hanya dilandasai oleh fiqh pan nilai-nilai Islam dalam pengelolaan
mu’amalah, namun juga didasarkan pada bisnis dan praktik manajemen risiko?, (3)
nilai-nilai Islam, sebagimana pendapat Bagaimana persepsi Kyai dan pengelola
Shihab (2008), bahwa bisnis menurut per- bisnis terhadap nilai perusahaan? dan (4)
spektif Islam dalam operasionalnya berpijak Bagaimana pendistribusian nilai perusahaan
pada dua area: (1) prinsip-prinsip dasar yang tercipta dari praktik manajemen risiko
yang ditetapkan dalam Al-Qur’an dan kepada pemangku kepentingan?.
Sunnah, dan ini bersifat langgeng abadi Berdasarkan pada perumusan masalah,
tidak mengalami perubahan, dan (2) per- maka tujuan penelitian ini adalah: (1)
kembangan positif masyarakat, ilmu penge- Mengungkap dan memahami persepsi Kyai
tahuan, dan teknologi, yang memberi ruang dan pengelola bisnis terhadap manajemen
terbukanya lapangan yang luas untuk risiko, (2) Mengungkap dan memahami
berkembangnya inovasi dan hasil pemi- penerapan nilai-nilai Islam dalam pengelola-
kiran serta budi daya manusia. Etika bisnis an bisnis dan praktik manajemen risiko, (3)
Islam menjadi sistem evaluasi dan sekaligus Mengungkap dan memahami persepsi Kyai
merupakan akhlak dalam menjalankan dan pengelola bisnis terhadap nilai peru-
188 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 2, Juni 2012 : 184 - 208

sahaan, (4) Mengungkap dan memahami adanya tambahan risiko pada aset yang
pendistribusian nilai perusahaan yang ter- dimilikinya (Sharpe, 1964). Aset yang be-
cipta dari praktik manajemen risiko kepada risiko lebih tinggi harus mempunyai rata-
pemangku kepentingan. rata return yang lebih tinggi dibandingkan
dengan aset yang kurang berisiko (Jensen,
MANAJEMEN RISIKO 1967). Fama dan MacBeth (1973) bahkan
Risiko dapat didefinisikan dalam ber- mengatakan bahwa risiko memicu return.
bagai cara, namun intinya adalah tidak Sebuah risiko sistematis (yang diukur
hanya berupa potensi munculnya konse- dengan beta) merupakan sebuah penguku-
kuensi negatif yang tidak diinginkan dari ran yang komplit dari risiko surat-surat
suatu peristiwa atau kejadian yang me- berharga. Investor diasumsikan risk averse,
ngancam kesuksesan (downside), namun juga karenanya berusaha untuk membentuk
dapat merupakan peluang untuk meraih be- portfolio guna mengeliminir risiko (Sharpe,
nefit (upside) (Rosenberg dan Schuermann, 1964).
2006). Risiko dihubungkan juga dengan Secara umum, Islam memandang risiko
ketidakpastian (Al-Suwailem, 2000), meski sebagai suatu penderitaan (hardship), yang
pun tidak semua pakar sependapat. Bussey, tidak diinginkan bagi kepentingan dirinya
Merret, dan Sykes (dalam Merna dan Al- sendiri. Penderitaan tersebut diinginkan
Thani, 2008) dan Knight (dalam Al- hanya ketika mengandung manfaat lebih
Suwailem, 2000), misalnya, mengatakan dari pengganti kerugian yang dihubungkan
bahwa risiko berbeda dari ketidakpastian. dengan penderitaan itu, atau dengan kata
Ketidakpastian ada jika terdapat lebih lain, risiko diinginkan hanya ketika dapat
dari satu outcome yang memungkinkan menjadi stimulus bagi usaha produktif dan
untuk aktivitas tertentu tetapi probabilitias aktivitas yang memberi nilai tambah (Al-
dari setiap outcome tidak diketahui. Namun, Suwailem, 2000). Islam juga menghubung-
perbedaan risiko dan ketidakpastian me- kan risiko dengan keberuntungan. Apabila
nurut Takayama (dalam Al-Suwailem, 2000) keberuntungan tersebut dikaitkan dengan
menjadi sangat tidak relevan jika digunakan perolehan rizki, maka terdapat sepuluh
probabilitas subyektif dan teori axiomatik kunci pembuka rizki menurut Al-Qur’an
dalam membahas keduanya. Oleh karena dan Al-Sunnah yang patut dijalani dan
itu, risiko dan ketidakpastian digunakan diyakini agar seseorang mendapat ke-
secara bergantian (interchangeably) oleh Al- beruntungan (luck) dan memperoleh rizki
Suwailem (2000) dalam membahas risiko yang halal dan baik serta barokah,
Islam. sebagaimana dikatakan Ilahi (dalam Salim,
Dalam perspektif keuangan konven- 2009)
sional, khususnya fokus pada kesejah- Risiko dapat dieliminir melalui praktik
teraan dan nilai, risiko didefinisikan sebagai manajemen risiko. Perusahaan dapat me-
volatilitas dari outcome yang tidak diharap- milih untuk melakukan manajemen risiko
kan yang berdampak pada assets, liabilities, dalam dua cara fundamental yang berbeda,
equity, dan earnings (Fatemi dan Luft, 2002), yaitu (Gordon et al., 2009): (1) mengelola
sedangkan dalam perspektif manajemen satu jenis risiko pada suatu waktu
dan rekayasa, risiko merupakan konsep (traditional/silobased perspective), dan (2)
negatif dengan konotasi kegagalan (down- mengelola seluruh risiko secara holistik
side) (Coleman, 2007). (enterprise/integrated/strategic risk mana-
Risiko dipandang berhubungan positif gement). Manajemen risiko di bidang bisnis
dengan pendapatan (return) (Sharpe, 1964; sebagaimana terjadi pada teori keuangan
Lakonishok et al., 1994; Shihab, 2008; KEUL, konvensional juga diterima oleh Islam
2009). Seorang investor dapat memperoleh (Siddiqi, 2010; Rosman, 2009) sebagai suatu
expected rate of return lebih tinggi dengan cara untuk menjamin pemenuhan tujuan
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam... -- Khusnia, Salim, Hadiwidjojo, Syam 189

dan sasaran, yang akhirnya mendatangkan perilaku perusahaan dalam perspektif Islam
kebahagiaan (sa’adah) di dunia dan di (Mannan, 1992), yaitu: (1) kontribusi apa
akhirat. yang dihasilkan sebagai output peru-
Dalam perspektif Islam, risiko sahaan?, dan (2) siapa yang diuntungkan
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: (1) dengan adanya nilai tambah dari produk
risiko akhirat dan (2) risiko dunia. Risiko perusahaan?. Perilaku perusahaan dan
akhirat terkait dengan neraka. Risiko dunia manajemen serta tanggungjawabnya ter-
terkait dengan tujuan utama ketentuan hadap masyarakat dan komunitas tertentu
syari’ah (maqashid asy-syari’ah) yang me- ini dikenal sebagai fenomena yang dalam
rupakan amanah dasar bagi kehidupan sistem Islam disebut sebagai “the Islamic
individu dan sosial yang tercermin dalam governance works” berdasar pada prinsip no-
pemeliharaan pilar-pilar kesejahteraan umat injury atau maslahah yang dikemukakan
manusia yang mencakup ‘panca kemaslaha- Bashir (dalam Azid, 2007).
tan’ dalam maqashid asy-syari’ah. Dengan Agar bisnis dapat berkembang, maka
demikian apabila bisnis tidak dapat me- harus dikelola dengan baik. Rasulullah SAW
laksanakan fungsinya untuk memelihara telah memberikan contoh yang dapat
dan menjaga maqashid asysyariah, maka diteladani dalam berbisnis yaitu: (1) Ke-
bisnis tersebut identik dengan adanya jujuran, (2) Keadilan, (3) Barang atau
risiko. produk yang dijual haruslah barang yang
Terdapat banyak macam proses mana- halal, baik dari segi dzatnya maupun cara
jemen risiko yang ditemukan baik dalam mendapatkannya, dan (4) Tidak ada unsur
literatur maupun jurnal ilmiah penipuan. Selain itu, bisnis harus dilakukan
(Djojosoedasro, 2003; Merna dan Al-Thani, berdasarkan etika. Etika bisnis dalam
2008; Rosman, 2010). Namun, pada syari’ah Islam adalah akhlak dalam men-
dasarnya, proses manajemen risiko meliputi: jalankan bisnis sesuai dengan nilai-nilai
(1) identifikasi risiko, (2) analisis/penilaian Islam dan sebagai rambu-rambu dalam
risiko, (3) monitoring risiko, dan (4) pe- melakukan transaksi agar tetap berjalan
laporan dan pengendalian risiko. Identifi- dalam koridor nilai-nilai Islam sehingga
kasi risiko merupakan tahap paling krusial. dalam melaksanakan bisnisnya tidak perlu
Strategi manajemen risiko dilakukan me- ada kekhawatiran, sebab diyakini sebagai
lalui (Djojosoedarso, 2003): (1) penangan sesuatu yang baik dan benar (Zaroni, 2007;
risiko (risk control), dan (2) pembiayaan Hasan, 2009).
risiko (risk financing). Penanganan risiko Penerapan etika bisnis disesuaikan
dijalankan dengan strategi: (a) menghindari dengan perkembangan zaman dan
risiko, (b) mengendalikan risiko sampai titik mempertimbangkan dimensi waktu. Ada
wajar, (c) memisahkan risiko, (d) melakukan empat pilar etika bisnis berdasarkan
kombinasi, dan (e) memindahkan risiko. syari’ah Islam yang menjadi landasan
Sedangkan pembiayaan risiko dijalankan Muslim dalam melakukan bisnis (Zaroni,
dengan metode: (a) memindahkan risiko 2007; Shihab, 2007), yaitu: (1) Tauhid, (2)
melalui asuransi, dan (b) melakukan retensi Keseimbangan/keadilan, (3) Kehendak be-
(menanggung sendiri risiko). bas, dan (4) Pertanggungjawaban. Agar
manusia dapat hidup sejahtera, kata kunci-
PANDANGAN ISLAM TENTANG nya adalah keberkahan. Upaya menggapai
BISNIS barokah (keberkahan) patut diupayakan
Terdapat dua pertanyaan mendasar pencapaiannya melalui perwujudan dan
yang seharusnya dipertimbangkan bilamana apliaksi Fathonah, Istiqomah, Amanah, dan
seseorang mencoba untuk menganalisis Tawakal (FIAT) (Salim, 2009).
190 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 2, Juni 2012 : 184 - 208

TUJUAN PERUSAHAAN DAN (Ohlson, 1991), market to book value


KESEJAHTERAAN SOSIAL EKONOMI (Bernard, 1993), Discounted Cash Flows
Terdapat perbedaan tujuan utama peru- (Brigham dan Ehrhard, 2005; Brigham dan
sahaan dalam perspektif konvensional dan Houston, 2006; KEUL, 2009), juga dapat
Islam. Dalam perspektif konvensional, dilihat dari Economic Value Added (Sandoval
tujuan utama perusahaan adalah memaksi- dan Parraga, 2005). Selain itu, nilai peru-
mumkan kesejahteraan pemegang saham sahaan dalam arti kinerja perusahaan juga
(Brigham dan Ehrhard, 2005; Brigham dan dapat diproxi menggunakan CEO’s capa-
Houston, 2006) meskipun terkadang ter- bility (Nelson, 2005), sedangkan berdasarkan
masuk juga dalam tujuan tersebut aspek syari’ah Islam dan budaya untuk keadilan
sosial, etika, dan moral. Al Habshi (dalam ekonomi, terdapat beberapa asas untuk
Sheikh Abod et al., 1992) memper- menunjang tercapainya keadilan ekonomi,
timbangkan bahwa tidak hanya keuntu- salah satunya adalah asas nilai tambah atau
ngan, tujuan bisnis Islami seharusnya profit (Haq, 2002). Adanya nilai tambah
adalah memaksimumkan falah. yang diperoleh dari aktivitas ekonomi ini
Filter moral dan perilaku bisnis secara selanjutnya dapat digunakan sebagian un-
Islami adalah wajar, dalam arti bahwa tuk kesejahteraan sosial yang merupakan
dalam pencapaian keuntungan, guna me- nilai dasar dalam Islam. Perusahaan dapat
maksimumkan kesejahteraan pemegang menciptakan nilai perusahaan jika mem-
saham, dilakukan pada tingkat yang wajar punyai nilai tambah, dan hanya perusahaan
dan memuaskan, sehingga menghindari yang memperoleh keuntunganlah yang
keuntungan yang berlebihan. Tindakan ini dapat menciptakan nilai tambah karena ke-
merupakan norma perusahaan syari’ah, untungan yang diterima perusahaan masih
karena preferensinya adalah untuk nilai- tersisa setelah digunakan untuk menutup
nilai moral dan etika bukan semata-mata seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan
disebabkan alasan ekonomi (uang). Bahkan sehubungan dengan aktivitas yang di-
beberapa pakar merekomendasikan untuk lakukan dalam menghasilkan produk.
memasukkan aspek lain seperti aspek sosial, Dengan demikian, kemampuan perusahaan
etika, dan moral, dalam merumuskan tujuan untuk memperoleh keuntungan sekaligus
perusahaan (Azid et al., 2008). Itulah se- bermakna kemampuan perusahaan dalam
babnya, tujuan bisnis Islami disebut menciptakan nilai tambah, sedangkan ke-
maslahah. Maslahah dasar manusia didasari mampuan perusahaan untuk memperoleh
oleh kebutuhan untuk mencapai kesejah- keuntungan itu merupakan kinerja mana-
teraan individu dan sosial. Kesejahteraan jemen, sehingga pada penelitian ini yang
sosial merupakan nilai Islam dasar (Ahmad, dimaksud nilai perusahaan adalah kinerja
1997), sehingga bisnis Islam harus me- manajemen.
letakkan kesejahteraan sosial sebagai Selama ini kebanyakan perusahaan
fondasi agar bisnis tersebut dapat berdiri menggunakan nilai tambah atau profit
dengan kokoh dan dapat beroperasi secara hanya sebagai ukuran dalam menilai kinerja
berkelanjutan. manajemen. Konsekuensi melihat kinerja
manajemen hanya dari aspek ekonomi
NILAI PERUSAHAAN (KINERJA (uang/laba) saja, banyak perilaku me-
MANAJEMEN) nyimpang terutama oleh pihak manajemen.
Dalam perspektif konvensional, nilai Perilaku manajemen yang utilitarian kerap
perusahaan selalu diukur dari Tobin’s Q melanggar etika yang berlaku di masya-
(Chaur, 2005; Qi-Luo dan Toyohiko, 2005; de rakat. Bahkan perilaku itu merusak tatanan
Jong et al., 2005; Davies et al., 2005), harga sosial, ekosistem alam, dan manusia itu
pasar saham (Penman, 1992; Yang et al., sendiri. Sebaliknya, jika pengukuran kinerja
1985; Morck et al., 1988), nilai buku saham melintasi batas dunia materi, maka perilaku
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam... -- Khusnia, Salim, Hadiwidjojo, Syam 191

menyimpang dapat dieliminasi dan bahkan mempertimbangkan lingkungan sebagai


mendorong manusia untuk kembali ke Sang pemangku kepentingan karena percaya
Pencipta (Triyuwono, 2006). Oleh karena itu, bahwa sebagai bagian dari tanggungjawab
kinerja manajemen selain dinilai dalam sosial perusahaan yang proaktif dan per-
perspektif uang (materi) juga dalam per- tumbuhan yang berkelanjutan, perusahaan
spektif imateri. Kedua kinerja ini harus diharapkan memaksimumkan pemangku
disejajarkan karena pada dasarnya setiap kepentingan selain pemegang saham ter-
manusia terdiri dari dua unsur yaitu jiwa masuk lingkungan. Triyuwono (2007)
dan raga. Keduanya harus selalu disejah- memiliki kepedulian yang besar terhadap
terakan guna mencapai kebahagiaan yang pemangku kepentingan yang luas, meliputi :
sempurna. Kinerja manajemen syari’ah (1) Tuhan, (2) manusia, dan (3) alam.
dibagi dalam tiga perspektif, yaitu: (1) Berkaitan dengan alam tempat peru-
kesalehan keuangan, (2) kesalehan mental sahaan beroperasi, maka sesuai dengan
dan sosial, dan (3) kesalehan spiritual, prinsip maslahah, Muslim tidak diper-
ketiganya dipandang sebagai satu kesatuan kenankan untuk melakukan aktivitas yang
(Triyuwono, 2007). dilarang (haram) seperti merusak lingku-
ngan baik pada saat sekarang maupun
TEORI PEMANGKU KEPENTINGAN untuk generasi berikutnya. Karenanya,
Teori konvensional tentang pemangku Muslim sebagai individu maupun sosial
kepentingan, mempunyai inti (Hilman et al., mempunyai kewajiban untuk melindungi
2001): (1) perusahaan mempunyai hubu- alam. Cara yang dapat dilakukan adalah
ngan dengan kelompok konstituennya (pe- memelihara pepohonan, mengembang-
mangku kepentingan) dan proses pen- biakkan binatang, tidak melakukan akti-
capaian yang diasosiasikan dengan kepenti- vitas yang menimbulkan polusi, dan me-
ngan hubungan ini, (2) kepentingan dari laksanakan tanggung-jawab sosial kepada
seluruh pemangku kepentingan yang sah masyarakat. Untuk merealisasikan hal-hal
mempunyai nilai, dan (3) fokus pada tersebut diperlukan pengembangan kesada-
stakeholderds theory adalah pada peng- ran untuk menggunakan syari’ah sebagai
ambilan keputusan manajerial. Kakabadse et landasan dalam melakukan perlakuan etika
al. (2005), berdasarkan teori stakeholders, terhadap lingkungan, sehingga terjadi ke-
mengkategorikan pemangku kepentingan seimbangan bagi perusahaan sebagai suatu
sebagai: (1) external/internal stakeholders, (2) entitas dengan lingkungannya.
primary/secondary stakeholders, (3) voluntary/ Berdasarkan pada kajian secara empiris
involuntary stakeholders, dan (4) social/non- dan teoritis, maka dapat disusun rerangka
social stakeholders. Apabila diperhatikan, konseptual, sebagaimana divisualisasikan
maka pengelompokkan pemangku kepenti- pada Gambar 1.
ngan di atas tidak hanya fokus pada pe-
mangku kepentingan langsung yaitu pe- METODE PENELITIAN
megang saham. Namun, juga pemangku Penelitian ini merupakan penelitian
kepentingan lain yang mempunyai relasi dengan pendekatan kualitatif meng-
dengan bisnis, sehingga pada waktu gunakan paradigma postpositivist, teologis
penentuan tujuan perusahaan harus meng- (wahyu), dan intuitif. Penelitian ini
gabungkan variabel sosial, budaya, moral, menggunakan metode interpretif dengan
dan etika selain faktor ekonomi (profit/ perspektif studi kasus tipe single case. Setting
uang) (Morrison, 2000). Hal ini dikarenakan penelitian adalah bisnis di Ponpes Sunan
sebuah perusahaan adalah sebagai bagian Drajat, Lamongan baik yang berlokasi di
dari masyarakat yang mempunyai beberapa dalam negeri (Lamongan) maupun di luar
kewajiban moral dan etika. Selain itu, juga negeri (Malaysia).
192 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 2, Juni 2012 : 184 - 208

Manajemen
Risiko pada Dampak
Kausal
Bisnis di Ponpes ???
???
Sunan Drajat

Gambar 1
Rerangka Konseptual

Penentuan informan dilakukan secara luwes ANALISIS DAN PEMBAHASAN


bergantung pada kebutuhan, sehingga Gambaran Setting Penelitian
jumlah informan yang akan dipilih di- Unit-unit bisnis di Ponpes Sunan Drajat
lakukan secara sengaja (purposive), kemudi- berlokasi di dalam negeri dan di luar negeri.
an dilanjutkan dengan cara snowball, sampai Unit bisnis yang berada di dalam negeri
diperoleh titik jenuh. Instrumen penelitian sebagian besar berada di Desa Banjaranyar,
sesuai dengan pendapat Creswell (1994), Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan,
yaitu peneliti sendiri. Panduan wawancara yaitu: (1) PT Sunan Drajat Lamongan (PT
digunakan saat melakukan semi structured SDL), (2) Pembuatan Air Minum Dalam
interview untuk mencegah adanya bagian Kemasan (AMDK) “Aidrat”, (3) Peternakan
pokok yang terlupakan dalam wawancara Sapi & Kambing, (4) Pengembangan Jus
tersebut. Urutan pengajuan pertanyaan Mengkudu “Sunan”, (5) BMT (Baitul Mal
boleh tidak mengikuti urutan yang dibuat Wat Tamwil) Sunan Drajat, (6) Smesco mart,
agar fleksibel dan tuntas dalam pembahasan (7) Radio PERSADA FM 97.2 MHz, (8)
suatu topik atau pemikiran sesuai dengan Sunan Drajat Televisi (SD TV), (9) Koperasi
situasi di lapangan. Pondok Pesantren (Koppotren), sedangkan
Pengumpulan data dilakukan ber- unit bisnis Pondok Pesantren Sunan Drajat
dasarkan pendapat Creswell (1994), yaitu: (1) yang berada di luar negeri adalah Restoran
observasi, (2) wawancara, (3) dokumentasi, dan Sunan Drajat yang berada di Malaysia.
(4) image visual. Setiap tipe pengumpulan data Restoran ini tersebar di empat kota, tiga
mempunyai kelebihan dan kekurangan, restoran berada di Kuala Lumpur, masing-
namun dalam penelitian kualitatif dibutuhkan masing berada di Kota Choukid, Kajang,
multiple data collection (Creswell, 1994; Yin, dan Gombak, dan satu restoran berada di
2009), terutama menggunakan triangulasi Pulau Pinang.
menurut Patton (dalam Yin, 2009). Guna
menjaga keabsahan data, digunakan peme- DESKRIPSI TENTANG INFORMAN
riksaan keabsahan data sebagai berikut Informan kunci pada penelitian ini
(Emzir, 2010): (1) Derajat kepercayaan adalah Bapak KH Abdul Ghofur dan
(credibility), (2) Keteralihan (transferability), pengelola perusahaan. Selain itu, ditetap-
(3) Kebergantungan (dependability), dan (4) kan juga informan dari pihak pemangku
Obyekti vitas (confirmability). Analisis data kepentingan yang selama ini berhubungan
model interaktif Milles and Huberman dan bekerja sama dengan bisnis milik
(Emzir, 2010), meliputi: (1) Data Collection, Ponpes Sunan Drajat. Pemangku kepen-
(2) data Reduction, (3) Data Display, dan (4) tingan dimaksud antara lain pihak “wakil”
Drawing/verifying. karyawan, “wakil” pelanggan, “wakil”
pesaing, dan “wakil” masyarakat. Penentu-
an besar informan ini ditentukan melalui
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam... -- Khusnia, Salim, Hadiwidjojo, Syam 193

tiitk jenuh, dalam arti bilamana informan ini, yaitu risiko akhirat dengan ganjaran
cenderung memberikan informasi yang neraka dan dunia tidak terjaganya maqashid
berulang-ulang (redundan) dengan informasi asy-syari’ah. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang telah diperoleh sebelumnya, maka Bapak Iwan:
terdapat indikasi titik jenuh, sehingga “Risiko itu ada dua, yaitu : (1) ingkar terhadap
penggalian data diakhiri. Besar informan agama, dan (2) kebangkrutan dalam arti tidak
adalah 22 orang. bisa mengembangkan harta.
Temuan lapang juga menunjukkan bahwa
Pembahasan risiko dipersepsikan berbeda-beda sebagai-
Berdasarkan hasil eksplorasi, ditemu mana pendapat informan. Bapak Hilal
kan beberapa tema yang dijadikan sebagai mengatakan:
bahan analisis. Tema-tema tersebut adalah: “Melakukan sesuatu dengan tingkat
(1) manajemen risiko, (2) nilai-nilai Islam keberhasilan tidak sampai 100 %. Jadi kita
dalam bisnis dan manajemen risiko, (3) harus menerima, meskipun tingkat keber-
konsepsi fiqh mu’amalah terkait dengan hasilannya kecil tetapi hal itu bisa
bisnis dan manajemen risiko, dan (4) berimplikasi pada keseluruhan”.
penciptaan nilai perusahaan dan konteks Risiko juga dipersepsikan sebagai peluang
sosial ekonomi. Analisis dilakukan terhadap asal perusahaan dapat mengatasi risiko itu
keempat tema tersebut secara parsial. dengan baik. Apabila ditinjau dari kontinum
Selanjutnya analisis dilakukan secara holis- risiko yaitu antara kegagalan (negatif) dan
tik untuk menggiring kepada terbentuknya peluang (positif), maka kontinum risiko
ancangan framework manajemen risiko ber- pada bisnis di Ponpes Sunan Drajat lebih
basis spiritual Islam. condong kepada peluang, sebagai mana
dikemukakan, Bapak Iwan:
Manajemen Risiko “Tapi seluruh risiko itu akan bisa menjadi
Dalam perspektif perusahaan, risiko peluang apabila istilahnya kita olah risiko
tertinggi adalah kebangkrutan dan dalam tersebut”.
persepktif umum, risiko tertinggi berkaitan Bapak Anwar memandang risiko sebagai
dengan akhirat, sedangkan risiko dunia ter- suatu kerugian:
kait dengan tujuan utama ketentuan “......perkara risiko dipikir belakangan,
syari’ah (maqashid asy-syari’ah) yang me- masalah rugi, kita bisa belajar dari risiko itu
kemudian kita bisa menata agar lebih baik
rupakan amanah dasar bagi kehidupan
lagi”.
individu dan sosial yang tercermin dalam
Persepsi pengelola terhadap risiko ini
pemeliharaan pilar-pilar kesejahteraan umat
berbeda dengan kebanyakan definisi risiko
manusia yang mencakup ‘panca kemasla-
baik dalam perspektif keuangan konven-
hatan’, meliputi: (1) menjaga agama (hifdh al-
sional maupun dalam perspektif manajemen
din), (2) menjaga jiwa/kehidupan (hifdh an-
dan rekayasa. Hasil penelitian ini me-
nafs), (3) menjaga alat reproduksi (hifdh an-
nyuarakan adanya sunnatullah terhadap
nasl), (4) menjaga akal (hifdh al-‘aqal), dan (5)
segala peristiwa yang terjadi di dunia,
menjaga harta (hifdh al-mal). Terjaganya
dengan memandang risiko dari sudut
maqashid asy-syari’ah menjadi ukuran adanya
pandang negatif berupa kerugian dan tidak
risiko atau tidak. Jadi kalau maqashid asy-
tercapainya target. Namun, risiko juga bisa
syari’ah yang di bawah tidak terjaga tetapi
merupakan hal positif berupa peluang yang
yang di atas terjaga, maka tidak akan
apabila dapat dimanfaatkan akan mem-
mendapat risiko. Sebaliknya apabila harta
berikan hasil yang luar biasa. Sementara
terjaga namun, maqashid asy-syari’ah di
dalam literatur mendefinisikan risiko
atasnya tidak terjaga, maka manusia
sebagai konsep yang condong kepada
menderita kerugian (menanggung risiko).
sesuatu yang negatif dan berkonotasi
Konsekuensinya, praktik manajemen risiko
harus mengacu kepada dua demensi risiko
194 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 2, Juni 2012 : 184 - 208

kegagalan (Coleman, 2007). Hal ini dikata- budaya sama dengan hasil penelitian
kan oleh bapak Anwar bahwa: Mohammed (2010), akan tetapi budaya pada
“.....yang penting usaha dulu, risiko dipikir hasil penelitian Mohammed (2010) adalah
belakangan. Orang belum bekerja sudah takut budaya takut terhadap risiko dan risiko
risiko, maka orang itu tidak akan maju. dipersepsikan sebagai sesuatu yang murni
Temuan lapang juga menunjukkan berkonotasi negatif. Sebaliknya, persepsi
bahwa penilaian terhadap risiko tidak pengelola bisnis di Ponpes Sunan Drajat,
berbeda dengan pandangan Islam. Islam budaya yang dimaksud adalah budaya tidak
selain memandang risiko sebagai suatu takut terhadap risiko bahkan munculnya
penderitaan (hardship), yang tidak di- risiko dianggap sebagai peluang untuk
inginkan bagi kepentingan dirinya sendiri, meraih sukses karena disadari sepenuhnya
juga menghubungkannya dengan keberuntu bahwa risiko itu bisa muncul dalam
ngan yang dihubungkan dengan perolehan aktivitas apapun yang dilakukan, bahkan
rizki. Dalam upaya memperoleh rizki, bisnis ketika makanpun juga kemungkinan ter-
di Ponpes Sunan Drajat sudah melalui kena risiko. Pernyataan di atas menunjuk-
kesepuluh pintu pembuka rizki sebagai- kan bahwa pengalaman pribadi seseorang
mana dikemukakan Salim (2009). Hal ini juga memegang peranan yang penting
tercermin salah satunya dari upaya tidak dalam menerima risiko. Penemuan inilah
pernah menyerah yang dilakukan Bapak yang oleh William, et al. (2003) berkenaan
KH Abdul Ghofur dan seluruh pengelola dengan aspek idiosyncratic dari risiko,
bisnis di Ponpes Sunan Drajat untuk seperti pengalaman yang merupakan isu
mencapai maslahah yang menjadi tujuan individualistik yang tidak sama antara satu
utama didirikannya bisnis, walaupun diakui orang dengan orang lain, sehingga mem-
untuk mencapai tujuan tersebut tidak pengaruhi persepsinya terhadap risiko.
sedikit kendala yang dihadapi. Kalaupun Risiko-risiko yang muncul pada bisnis di
pada akhirnya terdapat kendala yang Ponpes Sunan Drajat, dikelompokkan
memang betul-betul tidak dapat diatasi, kedalam risiko bisnis, risiko keuangan,
maka ikhlas dan tawakal adalah jalan keluar risiko spititual (tidak menjalankan bisnis
yang dirasa paling baik, karena manusia sesuai dengan syari’ah dan nilai-nilai Islam),
hanya dapat melakukan proses menuju dan risiko lain-lain (risiko politik dan
tercapainya tujuan tetapi hasilnya diserah- negara). Risiko spiritual merupakan jenis
kan kepada Allah SWT semata. Hal ini risiko utama yang terjadi di bisnis Ponpes
sesuai dengan pendapat Al-Suwailem (2000) Sunan Drajat dan merupakan temuan dari
bahwa risiko harus dipahami sebagai akibat penelitian ini. Tekanan kepada risiko
dari bisnis, tetapi akibat itu tidak boleh spiritual dikarenakan misi didirikannya
terjadi karena mengerjakannya tidak serius. bisnis adalah maslahah, dengan keyakinan
Jadi bisnis harus tetap dijalankan dengan bahwa berbisnis adalah ibadah, sehingga
serius dan sesuai tuntunan Islam, namun bisnis yang berkembang pesat tetapi tidak
hasilnya diserahkan kepada Allah SWT dapat memberi maslahah merupakan bentuk
semata. Konsep Ikhlas dan tawakal inilah kerugian dalam bisnis dan sekaligus
yang membedakan sikap pengelola bisnis di merupakan risiko terbesar bagi bisnis di
Ponpes Sunan Drajat dengan bisnis lainnya Ponpes Sunan Drajat. Hal ini diungkapkan
dalam menyikapi segala kemungkinan yang oleh Bapak Iwan:
terjadi dalam menata bisnis sebagai dampak “...... mungkin karena mereka itu adalah
munculnya risiko, sehingga membawa santri yang punya kewajiban ngaji, punya
konsekuensi strategi mengeliminir risiko kewajiban kuliah atau sekolah, sehingga kita
yang berbeda pula. harus menyesuaikan dengan waktu kosong
Temuan lapang juga menunjukkan mereka, lha hitung-hitungan seperti itu jelas
bahwa risiko dikonstruk berdasarkan kita akan rugi karena apa? cost kita akan
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam... -- Khusnia, Salim, Hadiwidjojo, Syam 195

tinggi, terlalu besar, hasil produksi/ pengendalian internal yang terpadu dan
kuantitasnya tidak akan maksimal karena komprehensif, serta pembuatan profil risiko.
jamnya sedikit sekali, profit tergantung dari Sebagai akibatnya, belum dapat melaporkan
operasional. Operasional tetap hasil kita itu
potensi risiko secara lebih dini dan rinci.
minim tidak bisa maksimal, mungkin dari
hitungan bisnis itu risiko bisnis bila kita Proses manajemen risiko pada bisnis di
melakukan bisnis di dalam pesantren”. Ponpes Sunan Drajat merupakan perpaduan
Risiko yang muncul pada bisnis di antara framework yang dikemukakan White
Ponpes Sunan Drajat juga dapat di (1996) dan Djojosoedarso (2003), namun
kelompokkan ke dalam risiko yang dapat didasari dengan niat yang kuat semata-
diprediksi dan risiko yang tidak dapat mata karena Allah SWT dan adanya
diprediksi. Pengelompokkan ini sesuai kekuatan spiritual yaitu khusnuzhzhan (ber-
dengan Al-Suwailem (2000), yaitu: (1) pasive prasangka baik) kepada Allah SWT bahwa
risk (risiko yang tidak dapat diprediksi), dan sebesar apapun risiko yang ada diyakini
(2) reponsive risk (risiko yang dapat pasti dapat dieliminir. Dengan demikian,
diprediksi). Risiko yang tidak dapat di- framework manajemen risiko pada bisnis di
prediksi sebagian besar muncul pada unit Ponpes Sunan Drajat dilaksanakan melalui
bisnis pertambangan yang sangat ber- tahapan: (1) niat, (2) identifikasi risiko, (3)
gantung pada cuaca dan ketidakpastian analisis dan penilaian/pengukuran risiko,
kadar hasil tambang, sehingga diibaratkan (4) evaluasi dan tindakan risiko, (5)
seperti “orang main judi”, sebagaimana monitoring risiko dan pelaporan risiko.
dikatakan Bapak Anwar: Niat ini merupakan esensi dalam
“Risiko alam khusus untuk pertamba- praktik manajemen risiko pada bisnis di
ngan.....Main posphat seperti orang main Ponpes Sunan Drajat dan sangat penting
judi, namanya tambang kadang atasnya batu, ditempatkan pada tahap pertama me-
bawahnya posphat, keuntungan bagi ngingat segala sesuatu yang dilakukan tidak
perusahaan berlipat-lipat. Kadang atasnya
diperbolehkan mempunyai niat lain-lain,
bagus di bawahnya jelek, dibawa ke Lab, spek
tidak masuk, rugi.” kecuali untuk mencari ridha Allah SWT dan
Kedua kondisi inilah yang sering memberi maslahah untuk diri sendiri dan
dialami yang mengantarkan adanya unsur orang lain, sehingga bisnis dapat mem-
“luck” (keberuntungan). Cuaca juga menjadi peroleh barokah dari Allah SWT. Adanya
sumber risiko seperti ditegaskan oleh Bapak kekuatan niat yang ikhlas dan adanya
Anwar : kekuatan spiritual merupakan pembeda
“Hujan tidak bisa nambang, pertambangan dengan framework manajemen risiko pada
akan macet, kadar air tinggi, kerugian besar, umumnya baik dalam perspektif kon-
kan alat berat rental, belum lagi truck yang vensional maupun Islam. Adanya ke-
benar-benar nganggur, rugi karena tidak bisa kuatan spiritual dalam praktik manajemen
memprediksi cuaca. Dampak cuaca terhadap risiko dapat diperoleh dari beberapa
pupuk banyak, macetnya karena banjir di informan. Bapak Iwan menjelaskan bahwa:
mana-mana, tidak ada pemupukan”.
“Jadi evaluasi yang pertama dipikirkan
Praktik manajemen risiko pada bisnis di sebelum melakukan usaha yaitu
Ponpes Sunan Drajat menggunakan khusnuzhzhan, mengetahui potensi atau
pendekatan tradisional. Hal ini terungkap prospek. ....”
karena setiap unit bisnis melaksanakan Temuan lapang ini sesuai dengan
manajemen risiko secara sendiri-sendiri atau pendapat Hasan (2009), bahwa orientasi
parsial terhadap berbagai jenis dan sifat keberkahan hanya dapat dicapai melalui
risiko yang muncul, meskipun diakui belum dua syarat, yaitu: (1) niat yang ikhlas, dan
dilaksanakan secara formal dan belum (2) cara melakukan sesuai dengan tuntunan
sampai pada tataran membentuk kerangka syari’ah, ini merupakan pintu mencapai
sistem manajemen risiko dan struktur ridha Allah. Niat juga menjadi standar untuk
196 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 2, Juni 2012 : 184 - 208

menilai suatu aktivitas dan kerja sebagai merupakan risiko utama, karena itu, praktik
amal Islami atau bukan (Djalalludin, 2007). manajemen risiko lebih memprioritaskan
Segala sesuatu yang dilakukan tanpa niat, risiko spiritual dibandingkan dengan risiko
maka usaha tersebut akan sia-sia. Bapak operasional, risiko keuangan, dan risiko
Iwan mengatakan: lain-lain (politik dan negara). Keberhasilan
“Konsep aslinya saya rasa bisa diniati secara mengeliminir risiko, utamanya risiko
positif. Jadi disini disaat melakukan sesuatu spiritual dapat diidentikkan dengan ke-
itu harus kita fikirkan langkah- berhasilan bisnis dalam mencapai tujuan
langkahnya......Namun, sebelum kita me-
yaitu maslahah.
rencanakan sesuatu dengan sungguh-
sungguh dan akan kita realisasikan, di sinilah PP1.2: Proses manajemen risiko meng
sebenarnya nilai-nilai niat. ........ Niat adalah ikuti pendekatan tradisional. Namun,
sebuah payung. Di sini yang paling kuat diawali dengan niat yang baik yang
adalah niat. Niat itu kuat dikarenakan kita merupakan esensi dalam praktik mana-
itu melihatnya prospek atau tidak. Kita yakin jemen risiko dan ada kekuatan spiritual
bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan yaitu khusnuzhzhan kepada Allah SWT.
lebih dari kemampuan kita. Jadi tetap ada
Proses ini diyakini sebagai proses mana-
proses itu namun semata-mata tidak
dilakukan di awal. Inilah yang perlu
jemen risiko yang relevan dengan bisnis
digarisbawahi”. yang dioperasikan di Ponpes Sunan Drajat
Strategi manajemen risiko dilakukan dan dapat menghasilkan kinerja manajemen
dengan menanggung sendiri risiko yang yang memadukan unsur materi dan
muncul karena terdapat beberapa risiko immateri. Oleh karena itu, strategi mana-
yang memang sengaja tidak dieliminir, jemen risiko lebih mengarah kepada biaya
seperti tidak optimalnya jam kerja karyawan dan manfaat (cost dan benefit) dibandingkan
yang kebanyakan berasal dari santri di dengan biaya dan pendapatan (cost and
Ponpes Sunan Drajat, karena tujuan return). Dengan demikian, dapat dikatakan
pendirian bisnis salah satunya juga sebagai bahwa manajemen risiko pada umumnya,
ajang workshop kewirausahaan bagi para mewarnai praktik manajemen risiko pada
santri, sehingga nilai yang tercipta dari bisnis yang beroperasi berbasis nilai-nilai
praktik manajemen risiko lebih me- Islam di pondok pesantren.
mentingkan nilai manfaat dibanding nilai Nilai-Nilai Islam Sebagai “Bingkai”
ekonomi. Inilah salah satu cara untuk Dalam Bisnis dan Praktik Manajemen
mengeliminir risiko spiritual yang diklaim Risiko
sebagai risiko utama bagi bisnis di Ponpes Nilai-nilai Islam yang membingkai
Sunan Drajat. Selain itu, upaya meminim- bisnis di Ponpes Sunan Drajat dapat
kan hutang sebetulnya juga merupakan dikelompokkan menjadi dua, yaitu nilai
strategi mengeliminir risiko keuangan substansial dan nilai instrumental. Temuan
karena dapat meminimumkan biaya lapang menunjukkan bahwa maslahah
kebangkrutan dan risiko gagal bayar. merupakan nilai Islam dasar didirikannya
Strategi manajemen risiko pada bisnis di bisnis di Ponpes Sunan Drajat yang
Ponpes Sunan Drajat sesuai dengan ditujukan untuk kesejahteraan sosial bagi
sebagian strategi manajemen risiko yang umat. Hal ini sesuai dengan pendapat Azid,
dikemukan oleh Djojosoedarso (2003). et al. (2008), P3EI (2008), dan Ahmad (1997).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat Maslahah selanjutnya menjadi fondasi
disusun proposisi penelitian (PP) sebagai diterapkannya nilai-nilai Islam lainnya
berikut: dalam pengelolaan bisnis di Ponpes Sunan
PP 1.1: Dibandingkan dengan risiko Drajat. Bapak Iwan mengatakan:
operasional, risiko keuangan, dan risiko “Maslahah itu anfauhum linnas artinya,
lain-lain (politik dan negara), risiko spiritual memberikan manfaat sebanyak-banyaknya,
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam... -- Khusnia, Salim, Hadiwidjojo, Syam 197

khususnya manusia, .........“Bisnis yang tidak Bapak H Mustadjab mengakumulasi


maslahah bukan bisnis yang Islami”. penjelasan tentang nilai-nilai Islam dalam
Barokah merupakan nilai substansial bisnis dengan mengatakan :
yang ingin dicapai bisnis di Ponpes Sunan “Kalau kerja tekun, disiplin insya Allah
Drajat. Nilai-nilai ini menjadi pilar bagi sukses....... Semua itu dikembalikan ke Allah,
kokohnya bangunan bisnis Islami di Ponpes kita diwajibkan berusaha tapi hasilnya Allah
Sunan Drajat dengan fondasi maslahah dan yang menentukan. Yang penting kita harus
beratap barokah. Barokah menurut Bapak jujur, isthiqomah, kita tiap hari minta kepada
Allah. Ya Allah semoga kita dapat rejeki yang
Iwan adalah:
barokah. Sedikit yang penting barokah”.
“Sebenarnya barokah itu lebih kepada suatu
pemberian dari Tuhan yang mungkin Bapak Buyung juga menyadari perlu-
pemberian tersebut tidak bisa kita nalar dan nya nilai-nilai Islam dalam menjalankan
tidak memiliki definisi secara pasti, barokah bisnis :
itu sebenarnya dapat kita rasakan, namun “Nilai-nilai islam itu pasti ada, akan tetapi
untuk kita ungkapkan itu susah......... Bisa karena kita berada di bawah naungan Pondok
juga barokah itu lebih, azziadah, ada Pesantren Sunan Drajat yang sudah ada
tambahan....... kita sebagai orang islam itu aturan-aturan main jangan sampai kemudian
kadang-kadang harus yakin bahwa sesuatu merugikan orang lain ....jadi kita bekerja itu
yang baik kita lakukan akan memberikan bukan semata-mata untuk hidup saja di
barokah kepada kita, artinya Allah dunia tetapi juga untuk hidup di akhirat.
memberikan ketercukupan, kepua san dan Bagaimana caranya? Ya itu tadi membuat
kebahagiaan. Jadi barokah itu apa yang lebih mushollah, anak-anak bisa ngaji, kita bisa
kita rasakan”. nyumbang anak-anak yatim, kemudian anak-
Nilai-nilai Islam khususnya nilai instru- anak di pondok Sunan Drajat ini bisa kita
mental yang ada pada bisnis di Ponpes sumbang, lha itulah nilai-nilai yang
kemudian kita terapkan”.
Sunan Drajat selain sesuai dengan pen-
Berdasarkan seluruh nilai Islam yang
dapat Salim (2009), yang meliputi FIAT
menjadi pilar bangunan dan payung bisnis
(Fathonah, Istiqomah, Amanah, dan Tawakal)
di Ponpes Sunan Drajat, ‘an taraadhin
juga terdapat nilai-nilai Islam lainnya
minkum merupakan satu nilai yang sangat
seperti akhlak, ‘an taraadhin minkum, shiddiq,
menarik untuk dikaji lebih lanjut. Apabila
ikhlas, ukhuwah (persaudaraan) yang di-
mengacu kepada konsep 7-S’s McKinsey,
kemas dalam silaturahim, dan ihsan.
maka implementasi ‘an taraadhin minkum
Implementasi akhlak dalam bisnis adalah
pada bisnis di Ponpes Sunan Drajat dapat
etika bisnis yang merupakan pilar bagi
dikatakan sebagai shared value, yaitu nilai-
kokohnya bangunan bisnis Islam, meliputi:
nilai tertentu yang dapat dijadikan sebagai
(1) tauhid, (2) keadilan, (3) kehendak bebas
keunggulan bersaing oleh organisasi
yang diwujudkan dalam kebebasan dalam
dibandingkan dengan organisasi yang lain.
memunculkan kreativitasnya dalam melaku
Bapak Iwan mengatakan:
kan transaksi bisnisnya sepanjang tidak
“Yang penting itu antaradhin minkum, yaitu
bertentangan dengan syari’at Islam, dan (4) maksudnya antara si penjual dan si pembeli
pertanggungjawaban yang diaplikasikan harus benar-benar ridha, ..... tanpa ada unsur
dalam penggunaan dan pengelolaan sumber paksaan satu pun. Oleh karena itu dalam
daya agar tidak mengarah kepada ekploitasi agama dikatakan bahwa apabila ada seorang
yang dapat merugikan banyak pihak, penjual menipu pembeli dan pembeli itu tidak
sebaliknya agar dilakukan dengan batas- tahu bahwa ia ditipu, dosanya adalah selama
pembeli itu tidak tahu bahwa ia ditipu dan si
batas tertentu sesuai dengan nilai, norma,
penjual tidak minta maaf kepada pembeli,
kaidah-kaidah hukum yang berlaku, dan selama itu dosanya tidak dapat dihapus.
tidak sebebas-bebasnya termasuk tidak Karena ‘an taradhin, sama-sama harus ridha
melaksanakan bisnis yang tidak dibenarkan dan ridha itu tidak boleh terpaksa”.
oleh syari’ah.
198 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 2, Juni 2012 : 184 - 208

Selain digunakan sebagai nilai dasar Hubungan yang baik ini juga terjalin
perniagaan, ‘an taraadhin minkum juga di antara bisnis di Ponpes Sunan Drajat dengan
gunakan sebagai konsep dalam mengelola beberapa kompetitornya. Bapak H Tris yang
bisnis secara keseluruhan, seperti dalam merupakan salah satu dari tiga kompetitor
hubungan dengan karyawan, pelanggan, utama PT SDL justru memberi kesempatan
pesaing, dan pemangku kepentingan kepada PT SDL untuk mengirim produk ke
lainnya. Bapak Iwan mengatakan: perusahaan-perusahaan yang selama ini
“....Oleh karena itu ‘an taradhin, supaya apa? sudah bermitra dengannya. Berikut
Supaya kita tidak nggelakno (menge- penuturannya:
cewakan) nanti. Apabila mengecewakan “Selain Asahimas, Tensindo Semarang itu
orang hukumnya dosa, apabila dosa juga seneng sama saya. Itu kan juga orang
hukumannya di akhirat di neraka nanti”. Cina. Makanya si Aan (Bapak Anwar, putra
Nilai ukhuwah (persaudaraan) yang Bapak KH Abdul Ghofur. Pen) ini mau saya
dikemas dalam ajang silaturahim, yang bawa kesana. Tak suruh ngirim ke sana”.
diterapkan kepada seluruh pemangku Temuan lapang ini juga melengkapi
kepentingan, telah membentuk jejaring khasanah hasil penelitian sebelumnya bah-
supply chain yang mengarah kepada win-win wa pengusaha yang memelihara jaringan
solution atau azas manfaat bersama yang kontak dan penggunaan jaringan ini secara
terus menerus dan jangka panjang. Hal ini positif melalui proses jejaring memberikan
sesuai dengan salah satu alat kunci hasil manfaat bagi bisnis berskala kecil
penelitian Gilmore et al. (2004) yang (Johannisson, 1986; Szarka, 1990).
mengatakan bahwa dua alat kunci yang Nilai-nilai Islam yang melandasi dan
digunakan untuk mengelola situasi yang menjadi payung dalam berbisnis ini inheren
berisiko adalah penggunaan kompetensi dengan praktik manajemen risiko. Selain itu,
manajerial dan jejaring (networking). Loya- juga terdapat nilai Islam yang melekat
litas dan hubungan harmonis antara dalam praktik manajemen risiko pada bisnis
pemangku kepentingan dengan bisnis di di Ponpes Sunan Drajat adalah al-jiddiyah
Ponpes Sunan Drajat sebagai dampak di- (kesungguhan), al-indhibath (kedisiplinan),
jalinnya jejaring diungkapkan oleh beberapa dan ‘Ummalah (pemberdayaan tenaga kerja.
informan, salah satunya adalah Mr. X yang Nilai-nilai ini sesuai dengan pendapat
merupakan santri terbang mengatakan: Djalalludin (2007) yang mengatakan bahwa
“Saya itu kebetulan diminta pondok untuk hidupnya organisasi itu oleh amal dan akti-
ngurus perijinan pupuk produksi Sunan vitasaktivitas orang-orang yang berada di
Drajat yang bermerk KISDA singkatan dari dalamnya. Keberlangsungan amal di-
Kawasan Industri Sunan Drajat. Waktu itu
pengaruhi oleh al-jiddiyah (kesungguhan),
memang sudah dijanjikan oleh dua orang
menteri. Satu menteri Bungaran Saragih, al-indhibath (kedisiplinan). Al-jiddiyah (ke-
Menteri Pertanian jaman Presiden Megawati sungguhan) dilaksanakan melalui: (1) Al-
dan satu menteri Anton Apriantono pada fauriyah li al tanfidz (merespon dengan
waktu Presiden SBY, dijanjikian diberi ijin segera) terhadap segala kemungkinan yang
tapi belum di-follow up-i oleh yang di bawah. muncul, (2) Quwatu al iradah (kemauan yang
Kebetulan saya sebagai santrinya pondok tinggi) untuk menanggulangi risiko, (3)
yang agak faham dengan perijinan, akhirnya
Mutsabarah ala al’amal (tak henti bekerja,
saya diminta untuk mengurus perijinan, saya
panggil teman-teman santri yang sering
tekun bekerja) dalam arti selesai me-
berkunjung ke pondok sebagai santri terbang ngerjakan yang satu dilanjutkan dengan
atau partisipan pondok begitulah, akhirnya pekerjaan yang lain, (4) Taskhirul amkinah
dalam waktu enam sekitar bulan Juni-Juli (mengerahkan potensi secara maksimal), (5)
perijinan pupuk itu keluar. Jadi, ijin KISDA Mughalabatul i’dzar (mengalahkan udzur)
itu kira-kira pertengahan tahun 2009”. yaitu sungguh-sungguh, berati tidak mudah
menyerah oleh berbagai rintangan.
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam... -- Khusnia, Salim, Hadiwidjojo, Syam 199

‘Ummalah (pemberdayaan tenaga kerja) memandang pertumbuhan organisasi se-


secara teori berkaitan dengan upaya bagai satu kesatuan dari tujuan utama
mengikutsertakan orang-orang kunci di (Ward, 1993) karena keberlanjutan itu juga
setiap jenjang perusahaan dalam meng merupakan salah satu ciri atau karakter
identifikasi risiko, sehingga identifikasi orientasi bisnis Islami (Salim, 2009).
risiko benar-benar dapat menggambarkan Strategi pembiayaan risiko ini jelas
seluruh risiko yang diperkirakan muncul membawa konsekuensi munculnya biaya
dalam bisnis. Namun, pada bisnis di Ponpes yang harus ditanggung yang berasal dari
Sunan Drajat, makna nilai ‘ummalah (pember hilangnya peluang untuk memperoleh
dayaan tenaga kerja) dapat dijumpai dengan keuntungan. Namun, nilai yang diciptakan
kasat mata pada Unit Bisnis AMDK jauh lebih besar dari hanya “sekedar”
“Aidrat” karena menimbulkan risiko ope- kehilangan kesempatan untuk memperoleh
rasional. Sumber risiko operasional ini keuntungan tersebut karena nilai dapat
berasal dari pemberdayaan santri di unit memberdayakan santri dalam aspek kewira-
bisnis tersebut, sehingga mengakibatkan usahaan dipandang pengelola Ponpes
tidak optimalnya jam kerja. Hal ini Sunan Drajat sebagai suatu bentuk tang-
sebenarnya dapat diatasi, namun karena gung jawab sosial yang harus dijunjung
salah satu misi didirikannya bisnis di tinggi. Nilai ekonomi yang hilang karena
Ponpes Sunan Drajat adalah sebagai ajang menurunnya produktivitas tidak sebanding
praktik kewirausahaan bagi santri, maka dengan nilai manfaat yang diperoleh santri
pemberdayaan santri menjadi karyawan di dan merupakan ladang amal bagi bisnis di
unit bisnis AMDK “Aidrat” tetap diper- Ponpes Sunan Drajat, sehingga bisnis yang
tahankan. Risiko ini bila dikaji mengguna- di kembangkan benar-benar dapat memberi
kan kacamata ekonomi seharusnya tidak maslahah bagi sesama.
boleh terjadi karena berdampak menurun Berdasarkan uraian di atas, dapat
nya produktivitas dan mempengaruhi pen- dibuat proposisi penelitian (PP) sebagai
ciptaan nilai tambah perusahaan. Namun, berikut:
perasaan takut dan khawatir hal itu PP 2: Nilai Islam maslahah merupakan nilai
berdampak pada kinerja manajemen ini substansial pembingkai operasi bisnis yang
tidak pernah sedikitpun terlintas di benak pencapaiannya dilakukan melalui implemen
pengelola. Keputusan ini dilakukan dengan tasi nilai-nilai Islam instrumental yaitu
penuh keimanan, kesadaran, dan keikhla- AFIAT, ‘an taraadhin minkum, shiddiq,
san. Hal ini selain didasari oleh keyakinan ukhuwah, ikhlas, dan ihsan, serta nilai-nilai
bahwa apabila bisnis dilakukan dengan Islam yang identik dengan spirit kewira-
bertujuan untuk maslahah, maka Allah SWT usahaan (kesungguhan, kedisiplinan, pem-
pasti akan menolong dan sikap berdayaan tenaga kerja, dan khusnuzhzhan)
khusnuzhzhan bahwa Allah SWT akan tetap yang inheren dengan praktik manajemen
memberikan rizki, sehingga tidak optimal- risiko dan telah menghasilkan kinerja
nya jam kerja tersebut tidak sampai menjadi manajemen berupa materi dan immateri
beban yang serius. Meskipun demikian, yang direfleksikan dalam kesalehan eko-
tidak berarti bahwa demi melaksanakan nomi/materi, kesalehan mental dan sosial,
misi pemberdayaan santri dilakukan dan kesalehan spiritual dan konteks sosial
dengan mengesampingkan tujuan mencari ekonomi. Dengan demikian, dapat dikata
keuntungan, karena dengan keuntungan kan bahwa sebagai dasar dalam berbisnis
bisnis akan bisa tumbuh dan berkembang. dan praktik manajemen risiko, nilai-nilai
Hasil penelitian ini tidak sependapat Islam memberi pengaruh praktik mana-
dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa jemen risiko pada bisnis yang beroperasi di
pemilik bisnis dalam skala kecil tidak pondok pesantren.
200 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 2, Juni 2012 : 184 - 208

Konsepsi Fiqh Mu’amalah Terkait Dengan Thionghoa. Transaksi ini diakui masih
Bisnis Dan Manajemen Risiko bersentuhan dengan riba, namun adanya
Aktivitas bisnis merupakan salah satu keterpaksaan karena belum mampu
wujud dari mu’amalah (hubungan antar membeli secara tunai dan mendasarkan
manusia terkait dengan benda atau mal). pada kaidah akhoffu darurain, langkah
Hak dan kewajiban dua orang yang tersebut dilakukan. Hal ini sesuai dengan
melakukan transaksi diatur sedemikian ungkapan Bapak Iwan:
rupa dalam fiqh mu’amalah (agar setiap hak “Dalam agama juga ada istilah akhoffu
sampai kepada pemiliknya, dan tidak ada dharurain (mengambil satu dari dua keadaan
orang yang mengambil sesuatu yang bukan terpaksa), yaitu unsur fqih, apabila kita
dihadapkan pada dua masalah yang keduanya
haknya. Dengan demikian, hubungan antara
sama-sama dosa apabila kita lakukan, tapi
manusia yang satu dengan manusia lainnya kita harus melakukan salah satunya, hal itu
terjalin dengan baik dan harmonis, karena boleh kita lakukan salah satu dengan catatan
tidak ada pihak-pihak yang merugikan dan kita harus memilih yang dosanya paling
dirugikan. kecil.”
Setiap sumber pendapatan (income) Manajemen risiko yang merupakan satu
yang diperbolehkan dalam Islam adalah bagian dalam mengelola bisnis juga
pendapatan yang manfaatnya dapat di- dilakukan berdasarkan fondasi dasar
nikmati oleh semua pihak dan “concern” syari’ah Islam, yaitu antaraadhin minkum,
menjadikan Islam sebagai dasar dalam MAGHRIB, dan nilai-nilai Islam yang lain.
memperoleh pendapatan tersebut. Oleh Hal ini dikarenakan perdagangan yang
karena itu, Shaikh (2011), mengatakan hanya mengacu kepada perdagangan
bahwa lslam melarang pengelolaan harta zaman Rasulullah SAW, diakui tidak akan
dan perolehan keuntungan melalui berjalan pada saat ini, tetapi dituntut untuk
aktivitas MAGHRIB (Maysir, Gharar, Riba, berkembang, berkreativitas untuk menentu-
dan Bathil), penipuan, pencurian dan kan konsep ekonomi asalkan mengacu
perampasan, dan income yang bersumber kepada fondasi dasarnya tersebut. Selain itu,
dari tindak kekerasan. Namun, fundamental adanya niat yang baik untuk mengelola
analisis syari’ah umumnya didasarkan pada risiko dengan tujuan menurunkan volatilitas
pelarangan aktivitas-aktivitas yang dalam outcome dan mencapai arus kas yang stabil,
ekonomi konvensional sudah biasa diharapkan perusahaan dapat beraktivitas
dilakukan, yaitu: (1) riba, (2) gharar, (3) dan menciptakan nilai perusahaan, uang
maysir, dan (4) bathil. Dengan demikian, selanjutnya didistribusikan kepada seluruh
investasi menurut Islam selain harus pemangku kepentingan sebagai perwujudan
berpegang pada prinsip-prinsip MAGHRIB dari maslahah.
juga harus menguntungkan. Berdasarkan uraian di atas, dapat
Temuan lapang menunjukkan bahwa dibuat proposisi penelitian (PP) sebagai
bisnis di Ponpes Sunan Drajat dalam upaya berikut:
pengelolaan risiko keuangan tidak pernah PP 3: Fiqh mu’amalah sebagai prinsip
sekalipun dilakukan di pasar keuangan. dasar yang telah ditetapkan Islam mengenai
Namun, dalam mengembangkan bisnis, perdagangan atau perniagaan yang di-
pernah diterapkan akhoffu darurain, yaitu implementasikan melalui adanya larangan
membolehkan melakukan sesuatu kesalahan melakukan aktivitas MAGHRIB (maysir,
kecuali diyakini bahwa hal itu membawa gharar, riba, dan bathil) menjadi pedoman
maslahah yang lebih besar. Seperti dalam dalam aktivitas bisnis dan praktik mana-
memperoleh alat-alat besar untuk keperluan jemen risiko. Dengan demikian dapat
unit bisnis pertambangan dilakukan dengan dikatakan bahwa fiqh mu’amalah mendasari
sistem pembelian tangguh bayar kepada aktivitas bisnis dan praktik manajemen
salah seorang pengusaha dari keturunan risiko pada bisnis berbasis nilai-nilai dan
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam... -- Khusnia, Salim, Hadiwidjojo, Syam 201

syari’ah Islam yang beroperasi di pondok terhadap jiwa, sehingga dalam melak-
pesantren. sanakan pekerjaan tidak sampai mengalami
kekosongan jiwa yang berdampak pada
Nilai Perusahaan dan Konteks Sosial
Ekonomi rentannya stres dalam bekerja. Ketenangan
Memaksimumkan kesejahteraan men jiwa patut juga diperhatikan selain
jadi landasan dalam melaksanakan bisnis ketenangan raga. Sebab jiwa adalah
baik dalam perspektif konvensional mau- “sesuatu” yang ada dalam diri manusia
pun Islam. Namun berbeda dalam yang dapat mengalami “rasa” tenang,
implementasinya. Temuan lapang me- senang, sedih, marah, gembira, puas,
nunjukkan bahwa kinerja manajemen pada menyesal, bahagia, dan tentram (Mustofa,
bisnis di Ponpes Sunan Drajat tidak hanya 2005).
dipandang dari aspek materi (uang), Temuan lapang menunjukkan bahwa
namun, juga dari aspek immateri (nilai bisnis di Ponpes Sunan Drajat telah
moral berupa mental dan sosial, serta menjadikan kesejahteraan ekonomi, mental
spiritual). Keperluan memadukan unsur dan sosial, serta spiritual, sebagai hasil akhir
materi dan immateri ini sesuai dengan dari dampak praktik manajemen risiko.
kebutuhan jasad dan jiwa yang merupakan Muara dari praktik manajemen risiko pada
komposisi terbentuknya manusia. Eksistensi bisnis di Ponpes Sunan Drajat telah
jiwa terbentuk ketika bergabung dengan menautkan jiwa dan raga/jasad, yang
raganya dan kemudian tidak berfungsi sebenarnya sesuai dengan fitrah manusia
ketika berpisah dari raganya. yang mempunyai kebutuhan biologis (fisik),
Kolaborasi antara jasad dan jiwa sosial, dan integratif untuk mencapai
menjadikan manusia makhluk yang sem- ketentraman baik lahiriyah (materi) maupun
purna di muka bumi ini. Itulah sebabnya batiniah (immateri), sedangkan upaya men-
kedua dimensi itu harus seimbang guna sejahterahkan pemangku kepentingan alam,
mencapai kebahagiaan hakiki. Kinerja dilakukan antara lain dengan menjaga
manajemen ini sesuai dengan Syari’ah kelestarian alam, tidak merusak lingkungan,
Enterprise Theory (Triyuwono, 2007) yang tidak menebarkan polusi, dan melakukan
membagi ke dalam perspektif kesalehan penghijauan, agar tetap terjaga ekosistem
keuangan, kesalehan mental dan sosisal, yang ada. Dengan demikian, maslahah yang
dan kesalehan spiritual. Namun, terdapat dimaksud oleh agama, bukan hanya
pengembangan indikator dalam dua per- maslahah dunia saja terutama kesejahteraan
spektif terakhir. Hal ini mencerminkan bagi pemangku kepentingan manusia saja,
betapa dalamnya kekayaan batin yang di- melainkan juga alam dan lingkungan.
miliki seluruh pengelola dan pemangku Upaya mencapai keseimbangan dunia
kepentingan bisnis di Ponpes Sunan Drajat. dan akhirat ini hanya dapat dilakukan
Kinerja manajemen disajikan pada tabel 1. apabila bisnis yang dikembang kan men
Temuan lapang menunjukkan perlunya ciptkan nilai perusahaan dan konteks sosial
mengasah jiwa secara terus menerus. ekonomi. Temuan lapang menunjukkan
Istighosah yang dilaksanakan dalam upaya bahwa tujuan bisnis di Ponpes Sunan Drajat
internalisasi nilai-nilai Islam dalam men- memang tidak semata-mata berorientasi
jalankan aktivitas bisnis, sebenarnya juga kepada keuntungan, meskipun demikian,
dimaksudkan untuk mengingatkan seluruh bisnis dapat memberikan maslahah, terutama
pengelola dan karyawan bisnis di Ponpes dalam menopang struktur ekonomi harus
Sunan Drajat untuk selalu ingat kepada tetap memperoleh keuntungan agar Ponpes
akhirat. Siraman rohani yang diberikan Sunan Drajat dan menjadikan bisnis sebagai
pada waktu istighosah sebenarnya merupa- ajang workshop bagi para santri sebagai bekal
kan perwujudan dalam pemberian asupan
202 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 2, Juni 2012 : 184 - 208

Tabel 1
Nilai Perusahaan (Kinerja Manajemen) Bisnis di Ponpes Sunan Drajat
No Realitas Perspektif Indikator Stakeholders
1. Fisik Kesalehan 1. Nilai Tambah Syari’ah (profit) Manusia dan
(Materi) Keuangan 2. Zakat Alam
3. Sedekah
2. Psikis Kesalehan 1. Damai Manusia dan
(Mental) Mental dan 2. Senang Alam
Sosial 3. Bahagia
4. Nyaman
5. Kasih
6. Sayang
7. Adil
8. Peduli (hubungan yang
harmonis dan persaudaraan)
9. Betah
10. Bangga
11. Berhasil mengkaryakan santri
12. Berhasil dalam syi’ar Agama
Islam
13. Loyalitas masyarakat
14. Goodwill
15. Keteraturan administrasi dan
sistem kerja
3. Spiritual Kesalehan 1. Ihsan Manusia dan
Spiritual 2. Barokah Alam
3. Ikhlas
4. Tentram
5. Puas
6. Cinta
7. Tawakal
Sumber : Temuan Lapang Diolah, 2011

kelak ketika sudah lulus dari mereguk Pendistribusian nilai perusahaan ter-
ilmu di Ponpes Sunan Drajat. Temuan hadap pemangku kepentingan alam,
lapang ini memberi perluasan alamiah tentu berbeda dengan pendistribusian
terhadap literatur yang dikemukakan nilai perusahaan terhadap pemangku
P3EI (2008) tentang perlunya mizan kepentingan manusia. Pendistribusian
antara: (1) kesejahteraan holistik dan nilai perusahaan terhadap alam dalam
seimbang dalam arti kecukupan materi upaya menyejahterahkan alam dapat
yang didukung oleh terpenuhinya dilakukan melalui beberapa aktivitas
kebutuhan spiritual serta mencakup misalnya, menghasilkan produk yang
individu dan sosial, dan (2) kesejahteraan ramah lingkungan, tidak menciptakan
dunia dan akhirat, sebab manusia tidak polusi, tidak merusak lingkungan, tidak
hanya hidup di alam dunia saja, tetapi membuang limbah di sembarang tempat
juga dialam setelah kematian/ke- sehingga mencemari lingkungan, men-
musnahan dunia (akhirat). jaga kelestarian lingkungan, dan men-
daur ulang limbah yang bisa didaur
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam... -- Khusnia, Salim, Hadiwidjojo, Syam 203

ulang. Ekspansi untuk kepentingan bisnis tidak mempraktikkan unsur bunga da-
atau apapun diupayakan semaksimal lam hutang, (3) tidak memperjualbelikan
mungkin untuk tidak mengganggu hutang, dan (4) risiko dibagi antara pe-
keberadaan pepohonan. Kalau hal itu bisnis yang menggunakan dana tersebut.
tidak dapat dihindari, maka ada upaya Persyaratan ini hanya melihat dari satu
menggantinya dengan sedekah. aspek saja yaitu fiqh mu’amalah, sedang-
Berdasarkan uraian tersebut, dapat kan manajemen risiko Islam sudah pasti
diusung proposisi penelitian (PP) sebagai diterapkan pada bisnis Islami yang da-
berikut : lam operasionalnya tidak hanya di-
PP 4: Nilai Perusahaan yang merupa- landasi pada fiqh mu’amalah tetapi juga
kan kinerja manajemen berupa materi sarat dengan nilai-nilai Islam baik nilai-
dan immateri yang direfleksikan dalam nilai Islam dalam menjalankan bisnis
kesalehan ekonomi/materi, kesalehan maupun nilai-nilai Islam yang melekat
mental dan sosial, dan kesalehan spiri- dalam praktik manajemen risiko, sebagai-
tual, serta konteks sosial ekonomi me- mana telah disebutkan sebelumnya. Oleh
rupakan dampak dari praktik mana- karena itu, manajemen risiko Islam se-
jemen risiko pada bisnis berbasis nilai- harusnya tidak hanya mengadopsi frame-
nilai dan syari’ah Islam yang beroperasi work manajemen risiko konvensional
di pondok pesantren. yang dalam implementasinya hanya di-
landasi fiqh mu’amalah, namun masih
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual
perlu mempertimbangkan nilai-nilai Is-
Islam.
lam yang melandasi aktivitas bisnis ter-
Praktik manajemen risiko pada
utama maslahah menuju falah. Kondisi ini
bisnis di Ponpes Sunan Drajat selain
terjadi pada praktik manajemen risiko
mendudukkan niat yang ikhlas di awal
pada bisnis di Ponpes Sunan Drajat.
proses, juga diselimuti oleh adanya
Dengan demikian, framework manajemen
khusnuzhzhan kepada Allah dan dilandasi
risiko hasil penelitian ini disebut frame-
oleh fiqh mu’amalah dan nilai-nilai Islam
work manajemen risiko berbasis spiritual
baik dalam mengelola bisins maupun
Islam. Berdasarkan uraian di atas, dapat
praktik manajemen risiko menunjukkan
dibuat proposisi penelitian (PP) sebagai
bahwa framework manajemen risiko Islam
berikut:
tidak seperti yang diungkapkan oleh
PP 5: Manajemen risiko berbasis spiri
Rosman (2009) yaitu mengikuti framework
tual Islam ditentukan oleh implementasi
manajemen risiko konvensional. Alasan
nilai-nilai Islam yang inheren dengan
ini didasarkan pada pendapat Iqbal dan
aktivitas bisnis dan praktik manajemen
Mirakhor (dalam Rosman, 2009), bahwa
risiko, berbasis fiqh mu’amalah yang
sekali framework dikembangkan, maka
berkonstelasi dengan nilai perusahaan
tekniknya dapat diaplikasikan pada situ-
dan konteks sosial ekonomi, dan pemaha
asi, produk, instrumen, dan institusi yang
man manajemen risiko pada umumnya.
berbeda. Hanya saja, dalam praktiknya
Mengacu pada kajian secara parsial
mengacu kepada ketentuan syari’an yang
dan holistik terhadap tema diatas, dapat
telah dijabarkan dalam International
dibuat ancangan model manajemen
Financial Services Board (IFSB) guidelines
risiko berbasis spiritual Islam yang meru-
tentang manajemen risiko, sedangkan
pakan temuan dari penelitian ini.
menurut Siddiqi (2010) manajemen risiko
Framework manajemen risiko berbasis
Islam harus dapat menjamin: (1) ter-
spiritual Islam selanjutnya divisuali-
batasnya perkembangbiakan hutang, (2)
sasikan pada gambar 2.
204 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 2, Juni 2012 : 184 - 208

Sumber Data : Temuan Lapang, 2011


Gambar 2
Ancangan Framework Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam

SIMPULAN DAN SARAN dalam silaturrahim, ‘an taraadhin minkum


Simpulan (saling ridla/rela).
Berdasarkan pada pembahasan, ma- 1. Nilai-nilai Islam yang mendasari prak-
ka hasil penelitian ini dapat disimpulkan tik manajemen risiko sebenarnya sama
sebagai berikut : dengan spirit kewirausahaan yang
Framework manajemen risiko Islam pada membentuk karakter wirausahawan,
bisnis di Ponpes Sunan Drajat menye- yaitu al-jiddiyah (kesungguhan), al-
rupai framework manajemen risiko pen- indhibath (disiplin), dan ‘ummalah (pem
dekatan tradisional baik dalam perspektif berdayaan tenaga kerja), keberanian
konvensional maupun Islam. Namun, mengambil risiko. Apabila dihubung
terdapat ciri khas mendudukkan niat kan dengan etos manajemen khusus-
yang kuat sebagai esensi dari proses nya aspek kewirusahaan, maka ke-
manajemen risiko, sehingga mendasari beranian mengelimir risiko yang di-
proses manajemen risiko secara ke- dasarakan pada nilai-nilai Islam ter-
seluruhan dan ada kekuatan spiritual sebut menandakan bahwa pengelola
berupa khusnuzhzhan kepada Allah SWT. bisnis di Ponpes Sunan Drajat me-
Nilai-nilai Islam yang membingkai bisnis nunjukkan pribadi sebagai wira-
di Ponpes Sunan Drajat meliputi masla- usahawan sejati.
hah dan barokah sebagai fondasi dasar 2. Nilai perusahaan yang tercipta dari
(nilai Islam Dasar) dilaksanakannya akti- praktik manajemen risiko yang di-
vitas bisnis, yang diupayakan pencapaian kluster menjadi aspek materi dan
nya melalui nilai-nilai Islami, seperti immateri telah memenuhi hakekat
Akhlak Fathonah, Istiqomah, Amanah, kebutuhan manusia yang terdiri dari
Tawakal, Shiddiq, ihsan, keadilan, ikhlas, dua dimensi, yaitu raga/jasad dan
ukhuwah (persaudaraan) yang dikemas jiwa. Kebahagiaan secara lahiriyah
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam... -- Khusnia, Salim, Hadiwidjojo, Syam 205

tidak banyak memberi arti bagi ke- Azid, T. M., Asutay, dan U. Burki. 2007.
hidupan manusia tanpa disertai ke- Theory of The Firm, Management,
bahagiaan batiniyah. and Stakeholders: An Islamic Per-
3. Nilai perusahaan didistribusian ke- spective. Islamic Economic Studies
pada pemangku kepentingan utama 15(1).
maupun konteks kesejahteraan sosial Azid, T. M., Asutay dan M. J. Khawaja.
dan ekonomi dalam rangka mencapai 2008. Price Behavior, Ventage Capital
keadilan ekonomi kepada seluruh and Islamic Economy. International
pemangku kepentingan (manusia dan Journal of Islamic and Middle Eastern
alam), sebagai perwujudan dari masla- Finance and Managament (forthcoming).
hah, sedangkan pendistribusian nilai Bashir, A. H. M. 2009. Risk and Pro-
perusahaan kepada pemangku kepenti fitability Measure in Islamic Bank:
ngan alam dilakukan melalui bebe- The Case of Two Sudanese Banks.
rapa aktivitas menghasilkan produk Islamic Economic Studies 6(2).
yang ramah lingkungan, tidak men- Beasley, M. S., R. Clune, dan D. R.
cemari lingkungan, tidak mencipta Hermanson. 2005. Enterprise Risk
kan polusi, tidak membuang limbah Management: An Empirical Analysis
sembarangan, menjaga kelestarian of Factors Associated with The Extent
lingkungan, dan menjaga ekosistem of Implementation. Journal of Accoun-
yang ada. ting and Public Policy 24: 521-531.
Beasley, M. S., D. Pagach, dan R. Warr.
Saran
2006. Information Conveyed in Hiring
Penelitian ini menemukan satu jenis
Announcements of Senior Executives
risiko, yaitu risiko spiritual. Jenis risiko
Overseeing Enterprise-Wide Risk Mana-
ini sebelumnya tidak menjadi elemen
gement Processes. www.google.com.
risiko konvensional maupun Islam. Hal
Diakses tanggal 30 Juni 2010.
ini dikarenakan tujuan perusahaan ada-
Bernard, V. L. 1993. Accounting Based
lah untuk mencapai maslahah menuju
Valuation Models, Determinants of
falah. Jenis risiko ini belum terungkap
Market-to-Book Ratios, and Impli-
apakah juga terjadi pada bisnis di ponpes
cations for Financial Statement Ana-
yang lain atau perusahaan-perusahaan
lysis. Working Paper, University of
yang beroperasi berdasarkan syari’ah
Michigan.
dan nilai-nilai Islam. Dengan demikian,
Brigham, E. F. dan M. C. Ehrhardt. 2005.
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Financial Management: Theory and
terhadap risiko spiritual di lembaga-
Practice. 11th ed. Shouth-Weston Part
lembaga bisnis yang berlabel syari’ah.
of The Thomson Corporation. USA.
Brigham, E. F. dan J. F. Houston. 2006.
DAFTAR PUSTAKA
Fundamentals of Financial Management.
Al-Qur’an dan Terjemahannya. 2006.
10th ed. Terjemahan. Salemba Empat.
Kementrian Agama. Jakarta.
Jakarta.
Al-Sunnah.
Chaur-Shiung Y. 2005. Top Management
Ahmad, A. 1997. Social Welfare a Basic
Teams’ Social Capital in Taiwan.
Islamic Value. Diedit oleh Syed
Journal of Intellectual Capital 6(2): 177-
Mumtaz Ali. Hamdard Islamicus XX(3).
190.
Al-Suwailem, S. 2000. Toward an
Coleman, L. 2007. Nature of Firm Risk.
Objective Measure of Gharar in
http://ssrn.com/abstract=971269 Di-
Exchange. Islamic Economic Studies
akses tanggal 31 Juli 2010.
1(2): 61-102.
Creswell, J. W. 1994. Research Design
Qualitative and Quantitative
206 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 2, Juni 2012 : 184 - 208

Approaches. SAGE Publication Inc. koperasian Indonesia (LSP2I) dan


USA. Canadian Cooperative Association
Davies, J. R., D. Hiller, dan P. McColgan. (CCA).
2005. Ownership Structure, Mana- Hasan, A. 2009. Manajemen Bisnis Syariah
gement Behavior, and Corporate Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat.
Value. Journal of Corporate Finance Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
11(4): 645-660. Hilman, A. J., G. D. Keim, dan R.A. Luce.
De Jong, A., D. V. DeJong, G. Mertens, 2001. Board Composition and Stake-
dan C. E. Wasley. 2005. The Role of holder Performance: Do Stakeholder
Self-Regulation in Corporate Gover- Directors Make a Difference?. Business
nance: Evidence and Implications and Society 40(3).
from The Netherlands. Journal of Jensen, M. C. 1967. The Performance of
Corporate Finance 11(3): 473-503. Mutual Funds in The Period 1945-
Djalalludin, A. 2007. Manajemen Qur’ani 1964. Journal of Finance 23(2): 398-416.
Menerjemahkan Idarah Ijahiyah dalam Johannison, B. 1986. Networking Strategis
Kehidupan. UIN Press. Malang. Management Technology for Entre-
Djojosoedarso, S. 2003. Prinsip-Prinsip preneurship and Change. International
Manajemen Risiko dan Asuransi. Smaal Business Journal 5(1): 19-30.
Salemba Empat. Jakarta. Kakabadse, N. K., C. Rozuel, dan L. Lee-
Emzir, 2010. Metodologi Penelitian Davies. 2005. Corporate Social
Kualitatif Analisis Data. Rajawali Pers. Responsibility and Stakeholder
Jakarta. Approach: A Conceptual Review.
Fama, E. F. dan J. D. MacBeth. 1973. Risk, International Journal of Business
Return, and Equilibrium: Empirical Governance and Ethic 1(4): 277-302.
Tests. The Journal of Political Economy KEUL, M. 2009. The Imperative of
81(3): 607-636. Enterprise Risk Management in The
Fatemi, A. dan C. Luft. 2002. Corporate Value Creating Process. Buletin of The
Risk Management Cost and Benefit. Transilvania University of Brasov 2(51):
Global Finance Journal (13): 29-38. Series V: Economic Science.
Gilmore, A., D. Carson, dan A. Lakonishok, J., A. Sheifer, dan R. W.
O’Donnell. 2004. Small Business Vishny. 1994. Contrarian Investmen,
Owner-Managers and Their Attitude Extrapolation, and Risk. The Journal of
to Risk. Marketing Intellegence and Finance 49(5): 1541-1578.
Planning 22(3): 349-360. Mannan, M. A. 1992. The Behavior of The
Gordon, L. A., M. P. Loeb, dan C. Tseng. Firm and Its Objective in an Islamic
2009. Enterprise Risk Management Framework. Reading in Microeconomics
and Firm Performance: A in Islamic Perspecive. Longman. Kuala
Contingency Perspective. Journal Lumpur.
Accounting Public Policy 28: 301-327. Merna, T. dan F. F. Al-Thani. 2008.
Haq, H. 2002. Potensi Kontribusi Budaya Corporate Risk Management. 2nd ed.
Indonesia dan Tradisi Islam dalam John Welly & Sons Ltd. England.
Menciptakan Keadilan Ekonomi. Mohammed, K. 2010. Perceptual Aspect
Makalah. Disampaikan dalam of Risk: Concept and Management -A
Semiloka “Nilai Jati Diri Koperasi dan Qualitative Study of a Non-Gover-
Prinsip Nilai Ekonomi Islam untuk mental Healthcare Organization. An-
Keadilan Ekonomi Indonesia”, Najah University. Journal of Res
Kerjasama Pusat Pengkajian Bisnis (Humanities) 24(3): 985-1016.
dan Ekonomi Islam (PPBEI) FEUB, Morck, R., A. Shleifer, dan R. W. Vishny.
Lembaga Studi Pengembangan Peng- 1988. Management Ownership and
Manajemen Risiko Berbasis Spiritual Islam... -- Khusnia, Salim, Hadiwidjojo, Syam 207

Market Valuation: An Empirical Processes of Islamic Banks: A


Analysis. Journal of Financial Eco- Proposed Framework. International
nomics 20: 293-315. Review of Business Research Papers 5(1):
Morrison, A. 2000. Entrepreneurship: 242-254.
What Triggers It?. International Journal Salim, U. 2009. Konstruksi Manajemen
of Entrepreneurship Behaviour and Keuangan Islam (Suatu Gagasan).
Research 6(2): 59-71. Jurnal Aplikasi Manajemen 7(4).
Mustofa, A. 2005. Menyelam Ke Samudra Sandoval, E. E. dan A. Z. V. Parraga.
Jiwa dan Ruh. PADMA Press. 2005. Managerial Performance
Surabaya. Measures and Shareholders Value
Nelson, J. 2005. Corporate Governance, Creation: The Case of Latin American
CEO Characteristics, and Firm Value. Companies. Journal of Business and
Journal of Corporate Finance 11(1-2): Economics Research 3(9): 57-68.
197-228. Sharpe, W. F. 1964. Capital Assets Prices:
Ohlson, J. A. 1991. Earnings, Book Values, A Theory of Market Equilibrium
and Dividends in Equity Valuation. Under Conditions of Risk. The Journal
ContemporaryAccounting Research 11:
of Finance 19(3): 425-442.
661-687.
Pagach, D. dan R. Warr. 2007. An Abod, G., O. S. Agil, dan A. Hj. Ghazali.
Empirical Investigation of The Characte- 1992. An Introduction to Islamic Finance
ristics of Firms Adopting Enterprise Risk xxi: 411. Quill Publisher. Kuala
Management. http://ssrn.com// Lumpur.
abstract=1010200. Diakses tanggal 20 Shaikh, S. A. 2011. Proposal for a New
Pebruari 2010. Economic Framework Based on Islamic
Pagach, D. dan R. Warr. 2008. The Principles: A Publication of Islamics
Characteritics of Firm that Hire Chief Project. http://ssrn.com/abstract=
Risk Officers. http://ssrn.com/ 1618202. Diakses tanggal 20 Agustus
/abstract. Diakses tanggal 20 Pebruari 2011.
2010. Shihab, M. Q. 2007. Wawasan Al-Qur’an
Penman, S. H. 1992. Return to Funda- Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
mentals. Journal of Accounting, Umat. Mizan Media Utama. Jakarta.
Auditing and Finace 465-483. _______________. 2008. Berbisnis dengan
Allah Tips Jitu Jadi Pebisnis Sukses
Pusat Pengkajian dan Pengembangan
Dunia Akhirat. Lentera Hati. Jakarta.
Ekonomi Islam (P3EI) Universitas
Siddiqi, M. N. 2010. Risk Management in
Islam Indonesia Yogyakarta atas kerja
an Islamic Framework. www.google. com.
sama dengan Bank Indonesia. 2008.
Diakses tanggal 30 April 2010.
Ekonomi Islam. Rajawali Press. Jakarta.
Szkarsa, J. 1990. Networking and Small
Qi-Luo dan T. Hachiya. 2005. Bank
Business. International Smal Business
Relations, Cash Holdings, and Firm
Journal 3(2): 10-22.
Value: Evidence From Japan.
Triyuwono, I. 2006. Akuntansi Syari’ah:
Management Research News 28(4): 61-
Menuju Puncak Kesadaran Ketuha-
73.
nan Manunggaling Kawulo Gunti.
Rosenberg, J. V. dan T. Schuermann.
Makalah, disajikan pada pidato
2006. A General Approach to
Pengukuhan Jabatan Guru Besar
Integrated Risk Management with
Bidang Ilmu Akuntansi Syari’ah pada
Skewed, Fat-Failed Risk. Journal of
Fakultas Ekonomi Universitas Brawi-
Financial Economics 79: 569-614.
jaya Malang.
Rosman, R. 2009. Risk Management
Practices and Risk Management
208 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 2, Juni 2012 : 184 - 208

______________. 2007. Mengangkat “Sing Yang, H., J. Wansley, dan W. Lane. 1985.
Liyan” untuk Formulasi Nilai Stock Market Recognition of
Tambah Syariah. Makalah, disajikan Multinationality of a Firm and
dalam Simposium ke-10 Akuntansi. International Events. Journal of
Makasar. Business Finance and Accounting (12):
Ward, E. A. 1993. Motivasi of Expansion 263-274.
Plans of Entrepreneurs and Small Yin, R. K. 2009. Case Study Research:
Businesses Managers. Journal of Small Design and Methods. 4th ed. SAGE
Business Management. Publication, Ltd. London.
White, D. 1996. Application of Systems Zaroni, A. N. 2007. Bisnis dalam Perspektif
Thinking to Risk Management: A Islam. Mazahib IV(2).
Rivew of The Literature. Management
Decision 33(10): 34-35.
Williams, S., M. Zainuba, dan R. Jackson.
2003. Affective Influence on Risk
Perceptions and Risk Intention.
Journal of Managerial Psychology (18):
126-137.
ANALISIS RESIKO KEUANGAN PADA PT. BANK MANDIRI Tbk
DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh :

NUR MEGASARI

B 100 100 046

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014
ANALISIS RESIKO KEUANGAN PADA PT. BANK MANDIRI Tbk
DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE
Disusun Oleh:
NUR MEGASARI
B100100046

ABSTRAKSI

Lembaga keuangan perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan


yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian, baik perbankan
konvensional maupun syariah sama-sama memberikan kontribusi penting bagi
masyarakat. Oleh karena itu salah satu unsur yang sangat diperhatikan adalah
kinerja bank tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat resiko
keuangan antara PT. Bank Mandiri selama periode 2010-1012. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan
tahunan perusahaan yang diperoleh dari website Bank Mandiri. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan analisis diskriminan (Z-Score) yang
dikembangkan oleh Altman.
Dalam menilai tingkat risiko keuangan diperlukan data – data laporan
keuangan terdiri dari laporan laba rugi dan neraca keuangan. Setelah masing –
masing data diperoleh, kemudian dianalisis dengan menggunakan model Z-Score.
Dengan model Z-Score maka perusahaan dapat diketahui apakah memiliki tingkat
risiko rendah, atau memiliki tingkat risiko tinggi. Dalam penelitian ini sampel yang
digunakan adalah data keuangan pada PT. Bank Mandiri tahu 2010 – 2012.
Dari hasil analisis data diketahui bahwa tingkat resiko keuangan Bank
Mandiri berada pada kategori tingkat resiko tinggi karena mempunyai nilai Z-Score
dibawah 1,81. Tingkat resiko keuangan menggunakan hasil analisis diskriminan
(Z-Score) menunjukkan bahwa Bank Mandiri berada pada posisi resiko tinggi.
Namun nilai Z-Score Bank Mandiri go publiclebih tinggi dibanding Bank Mandiri
tidak go public, yang berarti resiko keuangan Bank Mandiri go public lebih
rendahdibanding Bank Mandiri tidak go public. Rendahnya Z-Score
mengindikasikan bahwa Bank Mandiri go public dan tidak go public berada pada
posisi bisnis beresiko tinggi dan apabila tidak tidak dilakukan pengelolaan bisnis
secara baik dapat menyebabkan kepailitan jangka panjang atau kebangkrutan pada
bank tersebut.

Kata Kunci : Laporan Keuangan, Resiko Keuangan, Z-Score


PENDAHULUAN

Disaat Asia terjadi krisis moneter juga berdampak ke Indonesia dan


membawa pelajaran bagi para manajer untuk mengambil kebijakan di sektor
pemerintah dan perbankan. Pemerintah Indonesia meminta Bantuan ke IMF
yang diwujudkan dalam Letter of Intent, dimana salah satu isi dari Letter of
Intent tersebut adalah reformasi dibidang perbankan agar diketahui kondisi
perbankan yang sebenarnya.
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai
peranan penting di dalam perekonomian suatu Negara sebagai lembaga
perantara keuangan. Salah satu cara yang mempunyai strategi dalam kegiatan
perekonomian adalah perbankkan. Peran strategis tersebut disebabkan fungsi
utama perbankkan sebagai financial intermediary, yaitu sebagai suatu wahana
yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat pada akhirnya akan
memiliki peranan yang strategis untuk mendukung pelaksanaan pembangunan
nasional, yakni dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan
hasil – hasilnya ,pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah
peningkatan taraf hidup rakyat banyak (Zulfa, 2005).
PT. Bank Mandiri Tbk berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai
program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Indonesia. Pada bulan Juli 1999, ada empat bank milik Bank Bumi Daya, Bank
Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia, dan Bank Pembangunan
Indonesia, bergabung menjadi Bank Mandiri.
Dengan banyak model yang dapat digunakan dalam memprediksi
potensi kebangkrutan. Salah satu metode yang digunakan dalam risiko
keuangan adalah metode Altman Z-score. Model Altman Z-score merupakan
suatu model analisis yang berfungsi untuk memprediksi kebangkrutan
perusahaan dengan tingkat ketepatan yang relatif dapat dipercaya. Oleh karena
itu, analisis ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat resiko keuangan suatu
perusahaan.

1
Analisis resiko keuangan sangat membantu manajemen dalam
mengetahui kinerja bisnisnya. Analisis resiko keuangan merupakan alat penting
untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan dengan
hasil – hasil yang telah dicapai dengan pemilihan strategi perusahaan yang akan
diterapkan. Dengan melakukan analisis keuangan perusahaan, maka pemimpin
perusahaan dapat mengetahui keadaan serta perkembangan financial
perusahaan serta hasil – hasil yang telah dari dulu dan yang sedang berjalan.
Sebelum menganalisis keuangan dan risiko terlebih dahulu mengetahui
kelemahan perusahaan serta hasil yang dikira cukup baik dan mengetahui
kebangkrutan perusahaan tersebut. Untuk meningkatan produktifitas
perusahaan harus mengetahui kesehatan suatu perusahaan, sehingga mampu
memperoleh keuntungan untuk menghindari adanya potensi kebangkrutan.
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan maka tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis tingkat resiko keuangan pada PT. Bank Mandiri
periode 2010 – 2012.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Metode Altman Z-Score
1. Menilai tingkat resiko Z-Score
Altman Z-score adalah salah satu metode untuk mengetahui tingkat
kesehatan keuangan perusahaanyang dapat digunakan untuk menilai
berhasil tidaknya manajemen perusahaan.Formula Z-score untuk
memprediksi kebangkrutan dari Altman merupakan sebuah multivariate
formula yang digunakan untuk mengukur kesehatan financial dari suatu
perusahaan. Altman menemukan lima jenis risiko keuangan yang dapat
dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut
dan tidak bangkrut.
2. Rasio-rasio Prediksi Tingkat Resiko Keuangan Bank
Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk menilai resiko
keuangan bank ada lima, yaitu :
1. Modal kerja / Total Asset (Working Capital to Total Asset)

2
Modal kerja yang dimaksudkan disini adalah selisih antara aktiva
lancer (current assets) dengan hutang lancer (current liabilities). Sedangkan
current assets pada perusahaan perbankan terdiri dari kas, penempatan di
bank lain surat-surat berharga, piutang, pinjaman, dan investasi. Current
liabilities terdiri dari kewajiban segera, simpanan nasabah, simpanan dari
bank lain, efek, kewajiban derivatif dan akseptasi, hutang pajak.
2. Laba Ditahan / Total Asset (Retained Earning to Total Asset)
Retained disini adalah laba ditahan.Retained earning / total assets
merupakan rasio profitabilitas yang dapat mendekati kwmampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dalam periode tertentu, yang
ditinjau dari kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
dibandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai ukuran
efisiensi usaha.Rasio ini mengatur akumulasi laba selama perusahaan
beroperasi memnungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan.
3. Pendapatan sebelum dikurangi Biaya Bunga / Total Asset
(Earning Before Interent and Taxes (EBIT) to Total Asset)
Rasio Earning Before Interest and Tax disini adalah laba operasi.
Rasio ini merupakan kontributor terbesar dari model tersebut. Beberapa
indicator yang dapat digunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada
kemampuan profitabilitas perusahaan adalah beberapa kwartal, persediaan
meningkat, penjualan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang,
kredibiltas perushaan berkurang serta ketersediaan member kredit pada
konsumen yang tidak dapat membayar pada waktu yang telah ditetapkan.
4. Harga Pasar Saham di Bursa / Nilai Total Utang
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perushaan
dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya
sendiri ( Adnan, 2001: 190). Rasio market value equity adalah jumlah
modal atau nilai ekuitas, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan
hutang jangka pendek.
5. Penjualan / Total Asset (Sales to Total Liabilities)

3
Rasio ini mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan
aktiva untuk menghasilkan penjualan.Sales yang dipakai pada perushaan
perbankan adalah revenue.
2. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan komparatif menurut Hery (2012) :
Analisis laporan keuangan komparatif dilakukan dengan cara
menelaah neraca, laporan laba rugi, atau laporan arus kas secara berurutan
dari satu periode ke periode berikutnya. Analisis ini meliputi penelaahan
atas perubahan saldo tiap-tiap akun dari tahun yang satu ke tahun
berikutnya, atau selama beberapa tahun.Melalui analisis laporan keuangan
komparatif, dapat diperoleh informasi mengenai kecenderungan atau tren
saldo akun dari tahun ke tahun atau selama beberapa tahun.Melalui analisis
komparatif, suatu perbankan juga dapat menilai mengenai kelogisan
hubungan antara saldo akun yang satu dengan saldo akun lainnya yang
saling berkaitan. Dengan kata lain, apakah saldo akun yang saling berkaitan
tersebut tampak wajar (rasional). Analisis laporan keuangan komparatif
disebut juga sebagai analisis horizontal, yaitu membandingkan saldo-saldo
akun yang ada dalam laporan keuangan dari satu perusahaan untuk
beberapa tahun yang berbeda.
METODE PENELITIAN
Untuk memudahkan dalam memahami serta untuk mendapatkan
suatu gambaran dalam penelitian, maka disusunlah suatu kerangka pemikiran
teoritis sebagai berikut :

4
Working Capital to Total
Asset (X1)

Retained Earning to Total


Asset (X2)

Earning Before Interent &


Prediksi
Taxes to Total Asset (X3)
Z-SCORE
Market Value of Iquity to
Book Value of Debt (X4)

Sales to Total Asset


(X5)

Z > 2,99 1,81 < Z < 2,99 Z < 1,81

Tingkat Rasio Rendah Grey Area Tingkat Risiko


Tinggi

Keterangan :
Dalam menilai tingkat risiko keuangan diperlukan data – data laporan
keuangan yang terdiri dari laporan laba rugi dan neraca keuangan.
Setelah masing – masing data diperoleh, kemudian dianalisis dengan
menggunakan metode Z-Score. Dengan model Z-Score maka perusahaan
memungkinkan dapat diketahui apakah memiliki tingkat risiko rendah, berada
didalam posisi rawan (grey area) atau memiliki tingkat risiko tinggi.
Data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur
dalam suatu skala numeric (angka).Dalam penelitian ini menggunakan data
sekunder yaitu data yang telah dkumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data.Data sekunder yang dimuat
dalam laporan publikasi pada Bank Mandiri.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :

5
1. Neraca Keuangan yang terdiri dari Total Assets, Aktiva Lancar, Hutang
Lancar, Jumlah Hutang, Laba ditahan dan Jumlah Ekuitas.
2. Laporan Laba Rugi yang terdiri dari penjualan (revenue), dan Laba Operasi.
Untuk dapat melakukan analisis data, sebelumnya dilakukan
pengolahan data dengan cara menghitung variabel-variabel yang diteliti.
Rumus untuk menghitung variabel-variabel tersebut adalah :

1. Working Capital to Total Assets Ratio (X1) = =

2. Retained Earning to Total Assets Ratio (X2) =

3. Earning Before Interest & Taxes to Total Assets (X3) =

4. Market Value of Equity to Book of Debt (X4)=

5. Sales to Total Assets Ratio (X5)=

Setelah rata-rata semua variabel-variabel tersebut diketahui dimasukkan


kedalam rumus (Supardi,2003), yaitu :
Z = 1,2 (X1) + 1,4 (X2) + 3,3 (X3) + 0,6 (X4) + 1,0 (X5)
Untuk mengetahui bank mana yang mempunyai tingkat resiko tinggi
atau rendah dapat dilihat dari nilai Z-Score, yaitu jika :
1. Nilai Z-Score lebih kecil atau sama dengan 1,81 berarti perusahaan
mengalami kesulitan keuangan dan mempunyai resiko tinggi.
2. Nilai Z-Score antara 1,81 sampai 2,99 berarti perusahaan dianggap berada
pada daerah abu-abu (grey area). Pada kondisi ini, perusahaan mengalami
maslah keuangan yang harus ditangani dengan penanganan manajemen
yang tepat. Jika terlambat dan tidak tepat penanganannya, perushaan dapat
mengalami kebangkrutan. Jika pada grey area ini ada kemungkinan
perusahaan mempunyai tingkat resiko tinggi atau tidak, tergantung
bagaimana pihak manajemen perusahaan dapat segera mengambil tindakan
untuk seger mengatasi masalah yang dialami oleh perusahaan.
3. Nilai Z-Score lebih besar dari 2,99 memberikan penilaian bahwa
perusahaan berada dalam keadaan sehat sehingga mempunyai tingkat
resikoyangrendah.

6
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Laporan keuangan pada Bank Mandiri dapat menunjukkan tingkat
resiko keuangan atau prediksi kebangkrutan perusahaan. Kebangkrutan tersebut
dapat diketahui dengan menghitung rasio-rasio keuangan sehingga dapat diukur
sehat atau tidaknya perusahaan tersebut. Untuk mendeteksisuatu perusahaan
apakah dalam kondisi diambang kebangkrutan (financial distress)atau tidak dapat
menggunakan analisis Z-scoreyang dikembangkan oleh Prof. Edward Altman.
Sebagai suatu perusahaan perlu mengetahui tingkat resiko keuangan agar dapat
beroperasi secara optimal. Salah satu faktor yang harus diperhatikan perusahaan
dalam bertahan hidup adalah laporan keuangan yang digunakan untuk mengetahui
resiko keuangan PT. Bank Mandiri Tbk.
Hasil Perhitungan Rasio Bank Mandiri
Z-Score = 1,2 (X1) + 1,4 (X2) + 3,3 (X3) + 0,6 (X4) + 1,0 (X5)
Tahun X1 X2 X3 X4 X5 Z-Score
2010 0,54 0,04 0,03 0,11 0,04 0,92
2011 0,57 0,03 0,03 0,13 0,04 0,91
2012 0,62 0,04 0,03 0,14 0,05 1,05

Dari hasil analisis untuk kinerja keuangan PT. Bank Mandiri Tbk tahun
2010 diperoleh nilai sebesar 0,92. Berdasarkan kriteria Z-Score < 1,81
dikategorikan sebagai perusahaan yang dimiliki kesulitan keuangan sangat
besar dan beresiko tinggi sehingga akan mengakibatkan kebangkrutan besar.
Dari hasil analisis untuk kinerja keuangan PT. Bank Mandiri Tbk tahun
2011 diperoleh nilai sebesar 0,91. Berdasarkan kriteria Z-Score < 1,81
dikategorikan sebagai perusahaan yang dimiliki kesulitan keuangan sangat
besar dan beresiko tinggi sehingga akan mengakibatkan kebangkrutan besar
Dari hasil analisis untuk kinerja keuangan PT. Bank Mandiri Tbk tahun
2012 diperoleh nilai sebesar 1,05. Berdasarkan kriteria Z-Score < 1,81
dikategorikan sebagai perusahaan yang dimiliki kesulitan keuangan sangat
besar dan beresiko tinggi sehingga akan mengakibatkan kebangkrutan besar.

7
Berdasarkan dari hasil analisis yang go publik diketahu bahwa tingkat
risiko keuangan Bank Mandiri pada tahu 2010 mempunyai nilai Z-Score
dibawah 1,81 (0,92< 1,81) sedangkan dari hasil yang tidak go publik juga
masuk dalam tingkat risiko yang tinggi karena nilai Z-Score berada dibawah
1,81 (0,62 < 1,81). Hasil analisis yang go publik diketahu bahwa tingkat risiko
keuangan Bank Mandiri pada tahu 2011 mempunyai nilai Z-Score dibawah
1,81 (0,91 < 1,81) sedangkan dari hasil yang tidak go publik juga masuk dalam
tingkat risiko yang tinggi karena nilai Z-Score berada dibawah 1,81 (0,63 <
1,81). Hasil analisis yang go publik diketahu bahwa tingkat resiko keuangan
Bank Mandiri pada tahu 2012 mempunyai nilai Z-Score dibawah 1,81 (1,05 <
1,81) sedangkan dari hasil yang tidak go publik juga masuk dalam tingkat
risiko yang tinggi karena nilai Z-Score berada dibawah 1,81 (0,68 < 1,81).
Dari hasil analisis yang go publik dan tidak go publik dalam tingkat risiko
keuangan menggunakan hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa
keduanya berada pada posisi risiko tinggi. Namun nilai Z-Score dari hasil
analisis go publik lebih tinggi dibanding hasil analisis yang tidak go publik
yang berarti nilai risiko keuangan dari hasil analisis go publik lebih rendah
dibanding dari analisis tidak go publik. Rendahnya Z-Score mengindikasikan
bahwa PT. Bank Mandiri masih tetap berada dalam posisi risiko keuangan
yang tinggi namun mengalami kenaikan dalam nilai Z-Score berarti
mengalami perbaikan dalam penanganan manajemen keuangan walaupun
masih tetap dalam risiko tinggi.
Perhitungan Z-Score diatas penting dilakukan karena salah satu aspek
pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari sebuah perusahaan adalah
kegunaan untuk menilai kelangsungan hidup perusahaan.Kelangsungan hidup
perusahaan sangat penting bagi manajemen untuk mengantisipasi
kemungkinan adanya potensi kebangkrutan, karena kebangkrutan berarti
menyangkut terjadinya biaya – biaya, baik biaya langsung maupun tidak
langsung.

8
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis risiko keuangan pada PT.
Bank Mandiri dengan menggunakan metode Altman Z-Score dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil analisis Altman Z-Score untuk kinerja keuangan PT. Bank Mandiri
pada tahun 2010 diperoleh nilai Z-Score sebesar 0,92. Berdasarkan kriteria
Z-Score < 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan
keuangan sangat besar dan berisiko tinggi sehingga dapat diketahui bahwa
PT. Bank Mandiri tahun 2010 memiliki kesulitan yang sangat besar dan
berisiko tinggi sehingga kemungkinan mengalami kebangkrutan yang
sangat besar.
2. Hasil analisis Altman Z-Score untuk kinerja keuangan PT. Bank Mandiri
pada tahun 2011 diperoleh nilai Z-Score sebesar 0,91. Berdasarkan kriteria
Z-Score< 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan
keuangan sangat besar dan berisiko tinggi sehingga dapat diketahui bahwa
PT. Bank Mandiri tahun 2011 memiliki kesulitan yang sangat besar dan
berisiko tinggi sehingga kemungkinan mengalami kebangkrutan yang
sangat besar.
3. Hasil analisis Altman Z-Score untuk kinerja keuangan PT. Bank Mandiri
pada tahun 2012 diperoleh nilai sebesar 1,05. Berdasarkan kriteria Z-Score<
1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan
sangat besar dan berisiko tinggi sehingga dapat diketahui bahwa PT. Bank
Mandiri tahun 2012 memiliki kesulitan yang sangat besar dan berisiko
tinggi sehingga kemungkinan mengalami kebangkrutan yang sangat besar.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dan keterbatasan diatas penulis
memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Untuk peneliti yang akan datang :
Bagi peneliti lain agar memperluas sampel penelitian dan
memperpanjang periode penelitian, serta menggunakan metode yang

9
berbeda sehingga hasil penelitian dapat lebih baik lagi dan dapat
melengkapi hasil penelitian.
2. Untuk manajemen bank :
a. Membuat perencanaan likuiditas dengan sistem anggaran kas harian atas
kemungkinan penyetoran dan penarikan oleh nasabah.
b. Membuat rencana kontingensi guna mengatasi kejadian yang tidak
terduga, yaitu dengan melakukan analisis terhadap perubahan dan
dinamika kondisi lingkungan bisnis.
c. Melakukan analisis terhadap biaya dana dan penentuan harga kredit atau
beban bagi hasil.
d. Melakukan alternatif pengembangan sumber pendanaan bank, baik dari
sumber internal maupun ekternal bank.

10
DAFTAR PUSTAKA

Antonio. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta : Gema Insani Press

Budisantoso, Totok. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2. Jakarta :
Salemba Empat.

Fahmi, Irham. 2010. Manajemen Resiko. Bandung: Alfabeta.

Hamdan, Umar. 2006. Analisis Komparatif Resiko keuangan BPR konvensional


dan BPR Syariah.Vol.4 No.7.Jurnal Manjemen dan Bisnis Sriwijaya.

Hanafi, Mahmud. 2009. Manajemen Risiko Edisi 2. Jogjakarta : UPP STIM YKPN

Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Analisa Kritis atas Laporan Keuanagan.Jakarta :


PT. Raja Grafindo Persada.

Harahap, Sofyan Syafu. 2006. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan.Jakarta :


PT. Raja Grafindo Persada.

Hery.2012. Analisis Laporan keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Irawati, Zulfa. 2005. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Surakarta. Fakultas
Ekonomi UMS.

Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. Jakarta. PT. Grafindo Persada.

Munawar.2002. Akuntansi Keuangan dan Manajemen Edisi 1. Jogjakarta. BPFE

Rahman, Fauzi. 2012. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan


Syariah dan Konvensional.Skripsi.Surakarta : UMS

Riyanto. 2001. Dasar – Dasar Pembelajaran Perusahaan Edisi 3. Jogjakarta.


BPFE

Sawir, Agnes. 2005. Aanalisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan


Perusahaan.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sholahuddin, Muhammad. 2005. Lembaga Keuangan Lain dan Bank. Surakarta.


Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta.

11
Triandu, Sigit. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2. Jakarta : Salemba
Empat.

Umar, Husein. 1998. Manajemen Risiko Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama

www. Bankmandiri.com

www.IDX.com

Zioldy. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta

12
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah

PENGARUH PROFITABILITAS, RESIKO


KEUANGAN, UKURAN PERUSAHAAN, GROWTH,
STRUKTUR KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN
DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP
MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN
SEKTOR PERBANKAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Muhammadinah
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Negeri Raden Fatah Palembang

mdinah76@gmail.com

Abstract

This study aims to identify and analyze the effect of profitability, financial risk, company
size, company growth (Growth), managerial ownership structure and dividend payout
ratio simultaneously on earnings management in the banking sector companies listed on
the Indonesian Stock Exchange (BEI). The population used in this study are all
companies that go public banking sector listed on the Indonesia Stock Exchange that as
many as 40 Bank. The process of determining the sample in this study using purposive
sampling with criteria established in order to obtain 8 banking company. The analysis
technique used is quantitative method with multiple regression. Based on the results of
the study showed that variables simultaneously Profitability, Financial Risk, company
size, Growth, Managerial Ownership Structure, Dividend Payout Ratio has no effect on
Earnings Management while partial only and Growth Credit Risk variables that
significantly influence Earnings Management.

Keywords: Profitability, Financial Risk, company size, Growth, Managerial Ownership


Structure, Dividend Payout Ratio and Earnings Management

PENDAHULUAN
Healy dan Wahlen menyatakan manajemen laba terjadi ketika manajer
menggunakan pertimbangannya dalam menyusun laporan keuangan yang dapat
membuat pernyataan yang menyesatkan (mislead) pada pemangku kepentingan
mengenai kondisi mendasar yang ada dalam suatu perusahaan. Motif utama
dilakukan praktik manajemen laba adalah untuk menyusun laporan keuangan yang

35
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah

menyesatkan (mislead) bagi pengguna informasi keuangan dan untuk


mempengaruhi kontrak – kontrak yang akan dihasilkan oleh perusahaan1.
Ada berbagai cara dalam manajemen laba di antaranya pemilihan metode
akuntansi atau kebijakan akrual, tetapi cara yang paling sering dilakukan adalah
dengan kebijakan akrual atau discretionary accruals, yaitu dengan mengendalikan
transaksi akrual sehingga laba terlihat tinggi. Akan tetapi, transaksi tersebut tidak
mempengaruhi aliran kas, misalnya waktu dari pengakuan pendapatan sehingga
kebijakan akrual akan dapat mempengaruhi kualitas laba suatu perusahaan2.
Manajemen laba sebenarnya bukan sebuah kecurangan tapi aktivitas
manajerial ini merupakan dampak dari spektrum prinsip akuntansi yang berterima
umum3. Namun seringkali manajemen laba menyebabkan informasi yang
dihasilkan tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya atau hanya
mengutamakan kepentingan pihak tertentu saja sehingga menurunkan kualitas
laporan keuangan dan menurunkan akurasi keputusan yang dihasilkan dengan
dasar informasi tersebut.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi manajemen melakukan
manajemen laba, diantaranya adalah profitabilitas. Bagi investor jangka panjang
akan sangat berkepentingan dengan analisa profitabilitas ini seperti bagi
pemegang saham akan melihat keuntungan yang akan benar-benar diterima dalam
bentuk deviden4.
Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap manajemen laba adalah
risiko keuangan. Bitner dan Dolan mengemukakan bahwa perusahaan yang
memiliki risiko keuangan yang tinggi akan menyebabkan manajemen cenderung
untuk tidak melakukan manajemen laba karena perusahaan tidak ingin berbuat
sesuatu yang membahayakan di dalam jangka panjang5.
Faktor berikutnya yang mempengaruhi manajemen laba adalah ukuran
perusahaan. Besaran perusahaan, secara umum dinilai dari besarnya aktiva
perusahaan. Nasser dan Herlina dalam Dewi beranggapan bahwa perusahaan yang
memiki aktiva yang besar biasanya disebut perusahaan besar dan akan mendapat
lebih banyak perhatian dari berbagai pihak seperti, para analis, investor maupun
pemerintah. Untuk itu perusahaan besar juga diperkirakan akan menghindari

1
Healy dan Wahlen. 2010. A Review Of The Earnings Management Literature And Its
ImplicationsFor Standart Setting hal 56.
2
Astuti. 2010. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi
Manajemen Laba, Oktober, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI, Surabaya hal 1.
3
Sulistyanto. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba pada
Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta, Skripsi S-1, Fakultas Ekonomi,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta hal 97
4
Herni dan Susanto. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik, Praktek Pengelolaan
Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Risiko Keuangan Terhadap
Tindakan Perataan Laba (Studi Empiris Pada Industri Yang Listing di Bursa Efek Jakarta). Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol 23, No 3, 302 - 314.
5
Bitner dan Dolan. 2010. Earnings Management and the Underperformance of Seasoned
Equity Offering. Journal of Financial Economics. Vol. 50. pp. 63-99.
36
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah

fluktuasi laba yang terlalu drastis, sebab kenaikan laba yang drastis akan
menyebabkan bertambahnya pajak6.
Menurut Sulistyanto manajer akan cenderung untuk melakukan
manajemen laba ketika perusahaan memperoleh laba yang besar untuk
meminimalisasi kewajiban membayar pajak7.
Faktor lain yang diduga mempengaruhi manajemen laba adalah struktur
kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan
saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal perusahaan yang dikelola
dengan semakin besar proporsi saham yang dimiliki oleh manajer sehingga akan
cenderung mengurangi tindakan manajemen laba7.
Dividend payout ratio merupakan salah satu faktor yang diduga
mempengaruhi tindakan manajemen laba. Jika terjadi fluktuasi di dalam laba,
perusahaan yang menerapkan kebijakan dividen dengan tingkat dividend payout
ratio yang tinggi memiliki resiko yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan yang menerapkan kebijakan tingkat dividend payout ratio yang
rendah. Dengan demikian suatu perusahaan yang menerapkan kebijakan tingkat
dividend payout ratio yang tinggi lebih cenderung untuk melakukan tindakan
manajemen laba. Dalam penelitiannya, Purwanto menyimpulkan bahwa dividend
payout ratio sangat mempengaruhi perilaku perataan laba. Hal ini dikarenakan
kebijakan dividen akan mempunyai implikasi yang signifikan pada pengambilan
keputusan investor maupun investasi potensial dalam pembelian saham
perusahaan8.
Industri perbankan merupakan industri yang diatur oleh regulasi yang
lebih ketat dibanding dengan industri lain. Bank Indonesia (BI) merupakan
regulator industri perbankan di Indonesia. Bank Indonesia menggunakan laporan
keuangan untuk menentukan apakah suatu bank sehat atau tidak. Manajemen
terdorong untuk melakukan manajemen laba agar perusahaan mereka dapat
memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh Bank Indonesia sebagai bank yang sehat
(Setiawati, Na’im, Rahmawati dan Baridwan, dalam Nasution dan Setiawan)9.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh profitabilitas,
resiko keuangan, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan (Growth), struktur
kepemilikan manajerial dan Dividend payout ratio baik secara parsial maupun
secara simultan terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
6
Dewi. 2011. Analisis Laporan Keuangan, Alih Bahasa : Subramanyam, K.R. dan John J.
Wild, 2010, Buku 1, Edisi 10 hal 12, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
7
Gideon. 2010. “Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in
Singapore”. Business & Accounting Research, Vol 24, No. 96 Autumn, pp. 291 – 304
8
Purwanto. 2011. “Karakteristik Perusahaan, Praktik Corporate Governance, Keputusan
Keuangan, Perataan Laba Dan Nilai Perusahaan”. Jurnal Maksi, Vol. 9 No.2, p : 175 – 189.
9
Nasution dan Setiawan. 2011. “Manajemen Laba pada Penawaran Saham Perdana di
Bursa Efek Jakarta: Analisis dengan Model Healy‖, Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2,
No. 1, Februari 2006, Hal 12-26.

37
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah

Manfaat Penelitian
a. Memberikan kontribusi kepada pihak perusahaan sebagai bahan referensi
dalam upaya penerapan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manajemen
laba.
b. Memberikan kontribusi kepada pihak – pihak yang berkepentingan dalam
menganalisis kinerja suatu perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA
Profitabilitas
Menurut Sartono profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun
modal sendiri10. Sedangkan menurut Munawir menyatakan bahwa profitabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba untuk periode
tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dari kemampuan perusahaan
menggunakan aktivanya secara produktif, dengan membandingkan antara laba
yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva perusahaan tersebut.
Tingkat profitabilitas yang tinggi mengindikasikan bahwa kinerja suatu
perusahaan berjalan dengan baik, sedangkan apabila tingkat profitabilitas yang
rendah menunjukkan bahwa kinerja dari suatu perusahaan kurang baik dan
akibatnya kinerja yang dilakukan oleh manajer tampak buruk dimata investor11.
Menurut Riyanto profitabilitas merupakan rasio yang menghubungkan
laba dari penjualan dan investasi. Macam-macam rasio profitabilitas antara lain12:
a. Profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan menggunakan rasio margin
laba kotor dan margin laba bersih.
b. Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi, menggunakan dua
pengukuran yaitu ROI (Return On Investment) dan ROA (Return On Asset)
dimana ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Adapun rumus profitabilitas (ROA) dalam penelitian ini adalah:

Dimana:
ROA = Tingkat pengembalian aktiva
Laba Bersih = Laba setelah pajak
Total Asset = Jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan

10
Sartono. 2011. Manajemen Laba dan IPO di Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional
Akuntansi 5, Semarang, 5-6 September 2011
11
Munawir. 2012. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Liberty, Yogyakarta
12
Riyanto. 2011. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan
Ketujuh, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
38
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah

Resiko Keuangan
Leverage dapat diartikan sebagai penggunaan aktiva suatu dana. Semakin
besar leverage menunjukkan bahwa dana yang disediakan oleh pemilik dalam
membiayai investasi perusahaan semakin kecil, atau tingkat penggunaan utang
yang dilakukan perusahaan semakin meningkat. Rasio utang dapat digunakan agar
dapat menilai sejauh mana perusahaan menggunakan uang yang dipinjam.
Penggunaan leverage dalam perusahaan bisa saja meningkatkan laba perusahaan,
tetapi bila terjadi sesuatu yang tidak sesuai harapan, maka perusahaan dapat
mengalami kerugian yang sama dengan persentase laba yang diharapkan, bahkan
mungkin saja lebih besar13. Weston dan Copeland menyebutkan financial
leverage atau disebut juga leverage factor adalah rasio nilai buku seluruh hutang
terhadap total aktiva14.
Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan
menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial leverage) atau
efek yang positif jika pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut
lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana itu. Financial leverage
dikatakan rugi (unfavorable leverage) jika perusahaan tidak dapat memperoleh
pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang harus
dibayar (Riyanto,2011:54). Risiko keuangan menunjukkan bahwa sejauh mana
aktiva perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan utang. Tingkat Leverage yang
tinggi mengindikasikan bahwa risiko perusahaan yang tinggi pula sehingga
stakeholder (kreditor) sering memperhatikan besarnya risiko perusahaan dengan
penggunaan utang yang tinggi sehingga akan dihadapkan pada kewajiban yang
tinggi pula. Pada saat kondisi perusahaan rugi atau pada saat laba yang tidak
terlalu tinggi, maka kreditor akan dihadapkan pada risiko ketidakmampuan
perusahaan dalam membayar utangnya. Oleh karena itu manajer perusahaan
dengan rasio leverage yang tinggi akan cenderung melakukan manajemen laba.
Menurut Riyanto rasio Leverage merupakan rasio yang digunakan
perusahaan agar dapat menilai sejauh mana perusahaan menggunakan uang yang
dipinjam. Rasio-rasio yang terdapat pada rasio leverage antara lain15:
a. Rasio utang terhadap ekuitas
Menunjukkan seberapa return yang akan diberikan perusahaan untuk para
pemegang saham.

b. Rasio utang terhadap total aktiva


Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan
dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan didanai oleh pendanaan
utang.
c. Rasio utang terhadap total kapitalisasi
13
Van Horne. 2010. Review of Earnings Management Literature and Its Implications for
Standard Setting, American Accounting Horizon, Vol. 13, No. 4, Desember.
14
Weston dan Copeland. 2009. “Finance Ratio Analysis and The Prediction of Earnings
Changes in Indonesia‖, Kelola: Gajah Mada University Business Review, No. 7/III/2009
15
Riyanto. 2011. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan
Ketujuh, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.

39
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah

Rasio ini memberitahu kita proporsi relatif kontribusi modal oleh kreditor dan
oleh pemilik.
Adapun rumus resiko keuangan dalam penelitian ini adalah:

Dimana:
Total Hutang = Jumlah hutang yang dimiliki perusahaan
Total Asset = Jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan

Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
manajemen dalam praktik perataan laba, karena perusahaan yang besar cenderung
lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam
melakukan pelaporan keuangan. Siregar dan Utama dalam Pujiningsih
menuturkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang
tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan
investasi dalam saham perusahaan tersebut semakin banyak16.
Perusahaan besar akan selalu menciptakan suatu keadaan yang dapat
memberikan kesan kepada masyarakat bahwa kinerja perusahaan tersebut baik
dengan cara menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis. Dengan demikian
perusahaan berukuran besar diperkirakan memiliki kecenderungan lebih besar
untuk melakukan praktik perataan laba, karena kenaikan laba yang terlalu drastis
akan menyebabkan bertambahnya pajak bagi perusahaan, dan sebaliknya apabila
jika terjadi penurunan laba secara drastis maka akan memberikan kesan terjadinya
krisis di dalam perusahaan tersebut. Pada umumnya perusahaan lebih besar lebih
banyak melakukan pengungkapan (disclosure) dari pada perusahaan dengan
ukuran yang lebih kecil. Hal ini dipengaruhi oleh sturktur aktivitas atau
operasional perusahaan yang tercermin dari total aktiva (asset) yang dimiliki
perusahaan. Makin besar asset suatu perusahaan maka semakin besar ukuran
perusahaan, sehingga perusahaan yang tergolong jenis ini akan dianggap memiliki
kemampuan lebih besar untuk dibebani biaya yang lebih tinggi, misalnya
pembebanan biaya pajak17.

Adapun rumus ukuran perusahaan dalam penelitian ini adalah:

Ukuran Perusahaan = Ln Total Aktiva

16
Pujiningsih. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktik
Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba. Universitas
Diponegoro, Semarang, 2011, p. 35
17
Zimmerman & Watts. 2010. A Note on Underwriter Competition and Initial Public
Offering.‖ Journal of Business Finance and Accounting 23 (May and June). Pp. 905-914.
40
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah

Growth
Growth merupakan tahap dimana perusahaan telah memperoleh pangsa
pasar dan mengalami peningkatan penjualan. Perusahaan juga mulai melakukan
diversifikasi lini produk. Laba perusahaan sudah lebih besar dibandingkan dengan
laba pada tahan sebelumnya. Fokus perusahaan adalah meningkatkan pangsa
pasar yang telah dimiliki.
Diperlukan keseimbangan antara laba, aset, dan pertumbuhan.
Ketidakseimbangan antara faktor-faktor tersebut akan berdampak besar pada arus
kas. Perusahaan yang sangat membutuhkan aset dan sedang berkembang dengan
pesat akan membutuhakan dana yang subtansial guna menjaga neracanya dalam
kondisi baik. Dana tersebut dapat diperoleh dari internal atau eksternal
perusahaan18. Perusahaan mempunyai kewajiban membayar sejumlah pajak yang
besarnya ditentukan dengan menggunakan laba sebagai dasar perhitungannya.
Semakin besar laba perusahaan maka pajak yang harus dibayar juga semakin
besar. Peningkatan pertumbuhan perusahaan akan diikuti dengan peningkatan laba
yang dilaporkan.
Namun, di sisi lain manajer selalu berupaya untuk meminimalisasi jumlah
pajak yang harus dibayarkan. Oleh karena itu manajer melakukan pengelolaan
laba agar labanya nampak lebih rendah dari laba sesungguhnya19. Penelitian Gu
dkk menggunakan asset growth sebagai proksi dari pertumbuhan perusahaan,
dimana asset growth diperoleh dengan perbandingan antara total assets periode
sekarang minus total assets pada periode sebelumnya terhadap total assets periode
sebelumnya20.
Adapun rumus pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini adalah:

Dimana:
Total Assett = Total harta yang dimiliki perusahaan tahun sekarang
Total Assett-1 = Total harta yang dimiliki perusahaan tahun sebelumnya

Struktur Kepemilikan Manajerial


Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh
pihak-pihak manajemen perusahaan, seperti manajer maupun dewan direksi. Teori
keagenan menggambarkan perusahaan sebagai titik temu hubungan keagenan

18
Walsh. 2010. ―Update: How Goes SEC’s war Againts Earnings Management?”, The
Journal of Corporate Accounting and Finance. Page 41-52.
19
Sulistyanto. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba pada
Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta, Skripsi S-1, Fakultas Ekonomi,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
20
Gu & Lee. 2010. Clinical significance of matrix metalloproteinase - 9 expression in
esophageal squamous cell carcinoma. World J Gastroenterol: 871 - 874
41
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah

antara pemilik perusahaan (prinsipal) dan manajemen perusahaan sebagai agen.


Jensen dan Meckling mengemukakan bahwa kepemilikan saham oleh manajer
akan mempengaruhi kinerja manajer dalam menjalankan operasi perusahaan.
Manajer yang memiliki saham dalam perusahaan akan berusaha meningkatkan
kinerja perusahan, karena dengan meningkatnya laba perusahaan maka insentif
yang terima oleh manajer akan meningkat pula. Sebaliknya jika kepemilkan
manajer turun, maka biaya keagenannya akan meningkat. Hal ini dikarenakan
manajer akan melakukan tindakan yang tidak memberikan banyak manfaat bagi
perusahaan, manajer akan cenderung untuk memanfaatkan sumber-sumber
perusahaan untuk kepentingannya sendiri21.
Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan
oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan
besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus
sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua
hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang
manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap
metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola. Dengan
kata lain, persentase tertentu terhadap kepemilikan saham oleh pihak manajemen,
cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba22.
Adapun rumus struktur kepemilikan manajerial dalam penelitian ini
adalah:
SKM = JSM : JSK

Dimana:
SKM = Struktur Kepemilikan Manajerial
JSM = Jumlah Saham yang dimiliki Manajerial
JSK = Jumlah Saham Keseluruhan

Dividen Payout Ratio


Jika terjadi fluktuasi di dalam laba, perusahaan yang menerapkan
kebijakan dividen dengan tingkat dividend payout ratio yang tinggi memiliki
resiko yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang menerapkan
kebijakan tingkat dividend payout ratio yang rendah. Dengan demikian suatu
perusahaan yang menerapkan kebijakan tingkat dividend payout ratio yang tinggi
lebih cenderung untuk melakukan tindakan manajemen laba. Dalam
penelitiannya, Purwanto menyimpulkan bahwa dividend payout ratio sangat
mempengaruhi perilaku manajemen laba. Hal ini dikarenakan kebijakan dividen

21
Jensen dan Meckling. 2010. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency and
Ownership Structure”. Journal of Financial Economic. Vol. V 3, No.4, October, pp. 305—360.
22
Pujiningsih. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktik
Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba. Universitas
Diponegoro, Semarang, 2011
42
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah

akan mempunyai implikasi yang signifikan pada pengambilan keputusan investor


maupun investasi potensial dalam pembelian saham perusahaan23.

Adapun rumus Dividen Payout Ratio dalam penelitian ini adalah:

Dimana:
DPR = Dividen Payout Ratio
Dividen per lembar = jumlah pembayaran dividen per lembar saham
Laba bersih per lembar = jumlah laba bersih yang diperoleh per lembar shm

Manajemen Laba
Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi tertentu oleh
manajer untuk mencapai tujuan tertentu24. Konsep manajemen laba ini sesuai
dengan pendapat Davidson, Stickney, dan Weil dalam Sulistyanto yang
menyatakan manajemen laba merupakan suatu proses pengambil langkah tertentu
yang disengaja dalam batas prinsip akuntansi berterima umum untuk
menghasilkan tingkat yang diinginkan dari laba yang dilaporkan. Definisi tersebut
menunjukan manajemen laba sebagai aktivitas yang biasa dilakukan manajer
dalam menyusun laporan keuangan. Upaya rekayasa manajerial ini dianggap
lumrah dan bukan merupakan suatu pelanggaran atu kecurangan karena dilakukan
dalam ruang lingkup prinsip akuntansi25.
Menurut Tarjo dan Sulistyowati manajemen laba terjadi ketika manajemen
menggunakan keputusan tertentu dalam laporan keuangan dan transaksi untuk
mengubah laporan keuangan sebagai dasar untuk mempengaruhi hasil kontraktual
yang mengandalkan angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Manajemen laba
dapat terjadi karena manajer diberi keleluasaan untuk memilih metode akuntansi
yang akan digunakan dalam mencatat dan mengungkapkan informasi keuangan
privat yang dimiliki. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kredibilitas laporan keuangan. Manajemen laba juga
menambahkan bias dalam laporan keuangan dan dapat menggangu pemakai

23
Purwanto. 2011. “Karakteristik Perusahaan, Praktik Corporate Governance,
Keputusan Keuangan, Perataan Laba Dan Nilai Perusahaan”. Jurnal Maksi, Vol. 9 No.2, p : 175
– 189.
24
Scott. 2010. Financial Accounting Theory. Second Edition. Prentice Hall International,
Inc.
25
Sulistyanto. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba pada
Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta, Skripsi S-1, Fakultas Ekonomi,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
43
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah

laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai
angka laba tanpa rekayasa26.
Assih dan Gudono dalam Dewi mengartikan manajemen laba sebagai
suatu proses yang dilakukan dengan sengaja, dalam batasan Prinsip Akuntansi
Berterima Umum, untuk mengarahkan pada suatu tingkat yang diinginkan atas
laba yang dilaporkan27. Pola manajemen laba menurut Rahmawati merupakan
salah satunya dapat dilakukan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada
umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil28.
Ada dua perspektif penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan
mengapa manajemen laba dilakukan oleh manajer, yaitu perspektif informasi dan
oportunis. Perspektif informasi merupakan pandangan yang menyarankan bahwa
manajemen laba merupakan kebijakan manajerial untuk mengungkapkan harapan
pribadi manajer tentang arus kas perusahaan dimasa depan. Upaya mempengaruhi
informasi itu dilakukan dengan memanfaatkan kebebasan memilih, menggunakan,
dan mengubah metode dan prosedur akuntansi. Perspektif oportunis merupakan
pandangan yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan perilaku manajer
untuk mengelabui investor dan memaksimalkan kesejahteraannya karena memiliki
informasi lebih banyak dibandingkan pihak lain29.
Pada penelitian ini menggunakan rumus manajemen laba Model
McNichols yang merupakan pengembangan rumus yang didasarkan pada kajian
Dechow. Hal ini dikarenakan Model McNichoals sesuai dengan data yang tersedia
pada laporan keuangan perusahaan sektor perbankan yang go public yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Rumus manajemen laba menurut Model McNichols adalah sebagai
berikut:

Manajemen laba (ML) = Akrual Modal Kerja (t)


Pendapatan periode (t)

Dimana:
Akrual modal kerja = Δ AL - Δ HL - Δ Kas
Δ AL = Perubahan aktiva lancar pada periode t
Δ HL = Perubahan hutang lancar pada periode t
26
Tarjo dan Sulistyowati. 2010. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan
Leverage terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham serta Cost of Equity Capital.
Simposium Nasional Akuntansi 11
27
Dewi. 2011. Analisis Laporan Keuangan, Alih Bahasa : Subramanyam, K.R. dan John
J. Wild, 2010, Buku 1, Edisi 10 hal 12, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
28
Rahmawati, & Suherni, Widyasih, Hesty. 2009. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap
Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
[Online]. Tersedia: http://muhariefeffendi. files. wordpress. com/2009/ 12/k-akpm09-
sna9padang.pdf
29
Abiprayu. 2011. Analisis Reaksi Pasar terhadap Informasi Laba: Kasus Praktik
Perataan Laba pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, TEMA, Vol.11, No.1,
Maret, hal 27-40.
44
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah

Δ Kas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang dibahas yang didukung oleh teori
yang ada, maka hipotesis penelitian ini adalah profitabilitas, resiko keuangan,
ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan (Growth), struktur kepemilikan
manajerial dan Dividend payout ratio baik secara parsial maupun secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan
sektor perbankan yang go public yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia yaitu
sebanyak 40 Bank. Proses penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling. Adapun perusahaan sektor perbankan yang dipilih
didasarkan atas kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan secara konsisten menerbitkan laporan keuangan selama periode
waktu pengamatan 2012-2014.
b. Perusahaan yang secara konsisten memperoleh laba selama periode waktu
pengamatan 2012-2014.
c. Perusahaan memiliki kelengkapan data mengenai variabel – variabel yang
diteliti selama periode pengamatan.
d. Perusahaan perbankan yang terdaftar pada BEI tahun 2012 sampai 2014.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tersebut di atas, maka jumlah
perusahaan Sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 8 perusahaan perbankan
yang meliputi:

Tabel 1
Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan


1 BBCA Bank Central Asia Tbk
2 BBKP Bank Bukopin Tbk
3 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk
4 BJBR Bank Jabar Banten Tbk
5 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk
6 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk
7 MEGA Bank Mega Tbk
8 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
Sumber: www.idx.co.id 2015

Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari
perusahaan Sektor Pebankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI),
45
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah

yaitu laporan tahunan perusahaann yang go public tercatat pada periode 2012 –
2014. Data tersebut diperoleh dengan mengakses situs di Bursa Efek Indonesia
www.idx.co.id

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi pustaka dan studi dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan mengolah
data, artikel, jurnal maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik
pembahasan dari penelitian ini.
Studi dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan
mengumpulkan data sekunder yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
dalam penelitian ini seperti laporan tahunan perusahaan yang menjadi sampel
penelitian.

Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan regresi
berganda. Adapun persamaan regresi linier berganda, yaitu :
Y= a+ bX1 + bX2 + bX3 + bX4 + bX5 + bX6
Dimana :
Y = Manajemen Laba
a = Konstanta
b = Koefisien regresi berganda variabel independen
X1 = Profitabilitas
X2 = Resiko Keuangan
X3 = Ukuran Perusahaan
X4 = Pertumbuhan Perusahaan
X5 = Struktur Kepemilikan Manajerial
X6 = Dividen Payout Ratio

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Analisis Regresi Berganda
Untuk mencari pengaruh variabel Profitabilitas (X1), Resiko Kredit (X2),
Ukuran Perusahaan (X3), dan Pertumbuhan Perusahaan/Growth (X4), Struktur
Kepemilikan Manajerial (X5) dan Dividend Payout Ratio (X6) terhadap variabel
Manajemen Laba (Y) digunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan
pengolahan data menggunakan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2
Hasil Uji Regresi Berganda
Model B t Sig.
1 (Constant) -5.509 .169
Profitabilitas .364 1.858 .081
Resiko Kredit 7.724 2.336 .032

46
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah

Ukuran Perusahaan -.071 -.723 .480


Growth -2.479 -2.416 .027
Struktur Kepemilikian Manajerial -.084 -1.147 .267
Dividen Payout Ratio .009 1.300 .211
a. Dependent Variable: MANAJEMEN LABA
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh persamaan garis regresi sebagai
berikut:

Y = -5,509 + 0,364 X1+ 7,724 X2 - 0,071 X3 - 2,479 X4 - 0,084 X5 + 0,009 X6

Persamaan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:


a. Nilai konstanta (a) sebesar -5,509 menunjukkan bahwa tanpa adanya
Profitabilitas (X1), Resiko Kredit (X2), Ukuran Perusahaan (X3), dan
Pertumbuhan Perusahaan/Growth (X4), Struktur Kepemilikan Manajerial (X5)
dan Dividend Payout Ratio (X6) maka perusahaan perbankan yang terdaftar di
BEI akan melakukan manajemen laba.
b. Nilai koefisien regresi Profitabilitas sebesar 0,364 menunjukkan bahwa bila
Profitabilitas meningkat sebesar 1%, maka nilai manajemen laba juga akan
meningkat sebesar 0,364 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap
konstan (0).
c. Nilai koefisien regresi Resiko Kredit sebesar 7,724 menunjukkan bahwa bila
Resiko Kredit meningkat sebesar 1%, maka manajemen laba juga akan
meningkat sebesar 7,724 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap
konstan (0).
d. Nilai koefisien regresi Ukuran Perusahaan sebesar -0,071 menunjukkan bahwa
bila ukuran perusahaan meningkat sebesar Rp 1 maka manajemen laba akan
menurun sebesar 0,071 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan
(0).
e. Nilai koefisien regresi Growth sebesar -2,479 menunjukkan bahwa bila Growth
meningkat sebesar 1%, maka manajemen laba akan menurun sebesar -2,479
dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan (0).
f. Nilai koefisien regresi Struktur Kepemilikan Manajerial sebesar -0,084
menunjukkan bahwa bila Struktur Kepemilikan Perusahaan meningkat sebesar
1%, maka manajemen laba akan menurun sebesar 0,084 dengan asumsi
variabel bebas lainnya dianggap konstan (0).
g. Nilai koefisien regresi Dividend Payout Ratio sebesar 0,009 menunjukkan
bahwa bila Dividend Payout Ratio meningkat sebesar 1%, maka manajemen
laba juga akan meningkat sebesar 0,009 dengan asumsi variabel bebas lainnya
dianggap konstan (0).

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba


Variabel Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
Manajemen laba, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi yang lebih besar
dari 0,05. Profitabilitas diproksi dengan ROA, tidak berpengaruhnya ROA diduga
karena investor cenderung mengabaikan informasi ROA yang ada secara

47
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah

maksimal sehingga manajemen pun menjadi tidak termotivasi melakukan


manajemen laba melalui variabel profitabilitas.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Retno,
dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel Profitabilitas (ROA)
tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba30.

Pengaruh Resiko Kredit Terhadap Manajemen Laba


Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel resiko kredit dengan manajemen laba, hal ini
ditunjukkan nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05.
Risiko keuangan adalah perbandingan antara hutang dan aktiva yang
menunjukkan berapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang.
Ukuran ini berkaitan dengan ketat atau tidaknya suatu persetujuan utang.
Leverage keuangan menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai
investasinya. Semakin besar utang perusahaan semakin besar pula resiko yang
dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang
semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan
praktik manajemen laba.
Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Dewi yang
menyimpulkan bahwa Risiko Keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap
praktik perataan laba31.

Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba


Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel ukuran
perusahaan terhadap manajemen laba, hal ini ditunjukkan dengan nilai
signifikansi t yang lebih besar dari level signifikansi 0,05.
Tidak berpengaruhnya variabel ukuran perusahaan terhadap praktik
manajemen laba pada perusahaan publik di Indonesia ini disebabkan oleh
perbedaan peraturan pemerintah negara maju dengan peraturan negara
berkembang yang berkaitan dengan biaya politik (polical cost) dan pembebanan
pajak. Di negara maju, pemerintah membebankan biaya politik terhadap
perusahaan, sehingga semakin besar perusahaan, maka semakin besar pula biaya
politis yang harus ditanggungnya. Sedangkan di Negara berkembang seperti
Indonesia, pemerintah sedang giat memacu pertumbuhan ekonomi negara,
sehingga pemerintah akan mendorong perkembangan perusahaan dan cenderung
tidak membebankan biaya politis.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fransiska
mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba pada

30
Retno. 2011. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba
(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2006 – 2010. Jurnal
Akuntansi dan Auditing Volume 8, No 1 November 2011: 1-94.
31
Dewi. 2011. Analisis Laporan Keuangan, Alih Bahasa : Subramanyam, K.R. dan John
J. Wild, 2010, Buku 1, Edisi 10, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
48
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah

perusahaan yang melakukan IPO di BEI. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa


ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Pengaruh Growth) Terhadap Manajemen Laba


Tingkat signifikansi untuk variabel Pertumbuhan Perusahaan (growth)
lebih kecil dari α = 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel Pertumbuhan Perusahaan (growth) dengan manajemen
laba.
Pada variabel pertumbuhan perusahaan (Growth) diperoleh nilai minimum
sebesar -0,11 dengan nilai maksimum sebesar 0,50 dan nilai rata-rata sebesar
0.1273 hal berarti bahwa secara umum tingkat pertumbuhan aktiva perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI relative kecil.
Pada tahap pertumbuhan, perusahaan telah memperoleh pangsa pasar dan
mengalami peningkatan penjualan. Laba perusahaan pada tahap ini lebih besar
dibandingkan tahap sebelumnya. Perusahaan berkewajiban membayar pajak yang
jumlahnya ditentukan oleh laba yang dilaporkan. Semakin besar laba yang
dilaporkan, maka semakin besar pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah.
Manajer cenderung selalu berusaha untuk memilimalisasi kewajiban-
kewajibannya termasuk kewajiban untuk membayar pajak. Manajer akan
melakukan manajemen laba agar laba perusahaan namapak lebih rendah dari pada
laba yang sesungguhnya diperoleh. Dengan demikian perusahaan yang tingkat
pertumbuhannya meningkat akan cenderung melakukan manajemen laba dengan
tujuan untuk meminimalisasi jumlah pajak yang harus dibayar kepada pemerintah.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Nariyoh,
dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan
(growth) berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba32.

Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba


Tingkat signifikansi untuk variabel Struktur Kepemilikan Manajerial lebih
besar dari α = 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel Struktur Kepemilikan Manajerial dengan manajemen
laba.
Hal ini menandakan bahwa adanya kepemilikan manajerial dalam
perusahaan tidak serta merta menunjukkan insentif manajemen untuk melakukan
tindakan perataan laba. Alasan ditolaknya hipotesis ini adalah karena rata – rata
perusahaan perbankan yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki jumlah
kepemilikan manajerial yang sangat rendah. Dengan demikian hasilnya kurang
dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dapat
mempengaruhi aktivitas manajemen laba oleh pihak manajerial.

32
Nariyoh. 2012. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Praktek Manajemen
Laba. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Dian Nuswantoro
Semarang.
49
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Retno,
dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel Struktur Kepemilikan
Manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba33.
Pengaruh Dividen Payout Ratio Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel Dividend Payout Ratio dengan manajemen laba, hal ini
ditunjukkan nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05. Hal ini
dikarenakan kebijakan dividen bagi perusahaan perbankan dalam penelitian ini
relative rendah sehingga dengan tingkat tingkat DPR yang rendah memiliki resiko
yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang menerapkan kebijakan
DPR yang tinggi. Dengan demikian suatu perusahaan yang menerapkan kebijakan
tingkat dividend payout ratio yang rendah lebih cenderung untuk tidak melakukan
tindakan manajemen laba.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Retno
(2011), dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel Dividend Payout
Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba.

Pengaruh Profitabilitas (X1), Resiko Kredit (X2), Ukuran Perusahaan (X3),


dan Growth (X4), Struktur Kepemilikan Manajerial (X5) dan Dividend Payout
Ratio (X6) Terhadap Manajemen Laba (Y)

Berdasarkan pengolahan data menggunakan program SPSS diperoleh


hasil sebagai berikut:

Tabel 3
Hasil Uji F

Model F Sig.
1 Regression 1.657 .192a
Residual
Total
a. Predictors: (Constant), Dividend Payout Ratio,
Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur
Kepemilikan Manajerial, Resiko Kredit, Ukuran
Perusahaan b. Dependent Variable: Manajemen
Laba
Sumber: www.idx.co.id 2015 (data di olah)

Secara bersama – sama variabel Profitabilitas (X1), Resiko Kredit (X2),


Ukuran Perusahaan (X3), dan Growth (X4), Struktur Kepemilikan Manajerial (X5)
dan Dividend Payout Ratio (X6) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

33
Retno. 2011. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba
(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2006 – 2010. Jurnal
Akuntansi dan Auditing Volume 8, No 1 November 2011: 1-94.

50
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah

Manajemen Laba (Y). Hal ini terlihat dari nilai signifikansi F yang lebih besar
dari standar signifikansi sebesar 5%.

Tabel 4
Hasil Uji R dan R2
Model R R Square Adjusted R Square
a
1 .608 .369 .146
a. Predictors: (Constant), Dividend Payout Ratio,
Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur
Kepemilikan Manajerial, Resiko Kredit, Ukuran
Perusahaan b. Dependent Variable: Manajemen Laba
Sumber: www.idx.co.id 2015 (data di olah)

Diketahui nilai R sebesar 0,608 hal ini berarti bahwa variabel Profitabilitas
(X1), Resiko Kredit (X2), Ukuran Perusahaan (X3), dan Growth (X4), Struktur
Kepemilikan Manajerial (X5) dan Dividend Payout Ratio (X6) secara bersama-
sama mempunyai hubungan yang cukup erat dengan variabel Manajemen Laba
(Y).
Kemudian diketahui nilai Adjusted R Square sebesar 0,146 yang berarti
bahwa variabel Profitabilitas (X1), Resiko Kredit (X2), Ukuran Perusahaan (X3),
dan Growth (X4), Struktur Kepemilikan Manajerial (X5) dan Dividend Payout
Ratio (X6) mempengaruhi variabel Manajemen Laba sebesar 14,6% sedangkan
sisanya sebesar 85,4% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini seperti
leverage dan good corporate governance.
Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan judgement
dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan
keuangan yang menyesatkan terhadap pemegang saham atas dasar kinerja
ekonomi organisasi atau untuk mempengaruhi hasil sesuai dengan kontrak yang
tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
Ada dua perspektif penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan
mengapa manajemen laba dilakukan oleh manajer, yaitu perspektif informasi dan
oportunis. Perspektif informasi merupakan pandangan yang menyarankan bahwa
manajemen laba merupakan kebijakan manajerial untuk mengungkapkan harapan
pribadi manajer tentang arus kas perusahaan dimasa depan. Upaya mempengaruhi
informasi itu dilakukan dengan memanfaatkan kebebasan memilih, menggunakan,
dan mengubah metode dan prosedur akuntansi. Perspektif oportunis merupakan
pandangan yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan perilaku manajer
untuk mengelabui investor dan memaksimalkan kesejahteraannya karena memiliki
informasi lebih banyak dibandingkan pihak lain.

KESIMPULAN DAN SARAN


51
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah

Simpulan
a. Variabel profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
Manajemen Laba, hal ini dikarenakan nilai signifikansi yang diperoleh lebih
besar dari 0,05.
b. Variabel resiko kredit berpengaruh signifikan terhadap variabel Manajemen
Laba, hal ini dikarenakan nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05.
c. Variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
Manajemen Laba, hal ini dikarenakan nilai signifikansi yang diperoleh lebih
besar dari 0,05.
d. Variabel growth berpengaruh signifikan terhadap variabel manajemen laba,
dimana jika variabel pertumbuhan perusahaan (growth) meningkat maka akan
mengakibatkan peningkatan terhadap variabel manajemen laba.
e. Variabel struktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel manajemen laba, ini dikarenakan nilai signifikansi yang
diperoleh lebih besar dari 0,05.
f. Variabel dividend payout ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
manajemen laba, ini dikarenakan nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar
dari 0,05.
g. Variabel Profitabilitas (X1), Resiko Kredit (X2), Ukuran Perusahaan (X3), dan
Growth (X4), Struktur Kepemilikan Manajerial (X5) dan Dividend Payout Ratio
(X6) tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba (Y). Hal ini
terlihat dari nilai signifikansi F yang lebih besar dari standar signifikansi
sebesar 5%.

Saran
a. Sebaiknya pihak manajer tidak melakukan tindakan manajemen laba karena hal
tersebut tidak sesuai dengan realita yang ada diperusahaan.
b. Perusahaan sebaiknya mempetimbangkan dalam melakukan pengelolaan laba
karena akan berpengaruh terhadap investor perusahaan.
c. Para investor sebelum menginvestasikan modalnya pada perusahaan sebaiknya
memperhatikan informasi yang dilaporkan oleh manajemen terutama dalam
kaitannya dengan laba.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian untuk faktor-
faktor lainnya yang mempengaruhi manajemen laba seperti manajemen
motivasi dan nilai perusahaan.

52
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah

DAFTAR PUSTAKA

Abiprayu. 2011. Analisis Reaksi Pasar terhadap Informasi Laba: Kasus Praktik
Perataan Laba pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta,
TEMA, Vol.11, No.1, Maret, hal 27-40.
Astuti. 2010. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi
Manajemen Laba, Oktober, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI,
Surabaya.
Bitner dan Dolan. 2010. Earnings Management and the Underperformance of
Seasoned Equity Offering. Journal of Financial Economics. Vol. 50. pp.
63-99.
Dewi. 2011. Analisis Laporan Keuangan, Alih Bahasa : Subramanyam, K.R. dan
John J. Wild, 2010, Buku 1, Edisi 10, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Gideon. 2010. “Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in
Singapore”. Business & Accounting Research, Vol 24, No. 96 Autumn,
pp. 291 – 304.
Gu & Lee. 2010. Clinical significance of matrix metalloproteinase - 9 expression
in esophageal squamous cell carcinoma. World J Gastroenterol: 871 - 874
Healy dan Wahlen. 2010. A Review Of The Earnings Management Literature And
Its ImplicationsFor Standart Setting.
Herni dan Susanto. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik, Praktek
Pengelolaan Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, dan Risiko Keuangan Terhadap Tindakan Perataan Laba
(Studi Empiris Pada Industri Yang Listing di Bursa Efek Jakarta). Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol 23, No 3, 302 - 314.
Jensen dan Meckling. 2010. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency
and Ownership Structure”. Journal of Financial Economic. Vol. V 3,
No.4, October, pp. 305—360.
Munawir. 2012. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Liberty, Yogyakarta
Nasution dan Setiawan. 2011. “Manajemen Laba pada Penawaran Saham
Perdana di Bursa Efek Jakarta: Analisis dengan Model Healy‖, Jurnal
Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2, No. 1, Februari 2006, Hal 12-26.
Pujiningsih. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktik
Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen
Laba. Universitas Diponegoro, Semarang, 2011, p. 35
Purwanto. 2011. “Karakteristik Perusahaan, Praktik Corporate Governance,
Keputusan Keuangan, Perataan Laba Dan Nilai Perusahaan”. Jurnal
Maksi, Vol. 9 No.2, p : 175 – 189.
Rahmawati, & Suherni, Widyasih, Hesty. 2009. Pengaruh Asimetri Informasi
terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Publik yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. [Online]. Tersedia:
http://muhariefeffendi. files. wordpress. com/2009/ 12/k-akpm09-
sna9padang.pdf
Riyanto. 2011. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan
Ketujuh, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.

53
I-Finance Vol. 2. No. 1. Juli 2016
Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan…Muhammadinah

Sartono. 2011. Manajemen Laba dan IPO di Bursa Efek Jakarta, Simposium
Nasional Akuntansi 5, Semarang, 5-6 September 2011
Scott. 2010. Financial Accounting Theory. Second Edition. Prentice Hall
International, Inc.
Retno. 2011. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Praktek Perataan
Laba (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Periode 2006 – 2010. Jurnal Akuntansi dan Auditing Volume 8, No 1
November 2011: 1-94.
Nariyoh. 2012. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Praktek
Manajemen Laba. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi
Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Sulistyanto. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba
pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta, Skripsi S-1,
Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Tarjo dan Sulistyowati. 2010. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional
dan Leverage terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham serta
Cost of Equity Capital. Simposium Nasional Akuntansi 11
Van Horne. 2010. Review of Earnings Management Literature and Its
Implications for Standard Setting, American Accounting Horizon, Vol. 13,
No. 4, Desember.
Walsh. 2010. ―Update: How Goes SEC’s war Againts Earnings Management?”,
The Journal of Corporate Accounting and Finance. Page 41-52.
Weston dan Copeland. 2009. “Finance Ratio Analysis and The Prediction of
Earnings Changes in Indonesia‖, Kelola: Gajah Mada University Business
Review, No. 7/III/2009
Zimmerman & Watts. 2010. A Note on Underwriter Competition and Initial
Public Offering.‖ Journal of Business Finance and Accounting 23 (May
and June). Pp. 905-914.

54
i

ANALISIS RISIKO BISNIS DAN RISIKO KEUANGAN PERUSAHAAN


KELUARGA SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI

David Kurniawan Subagio


Sahala Manalu, S.E, M.M
Universitas Ma Chung
davidkurniawan9477@gmail.com

Abstract.This study was conducted to prove whether the level of business risk and
financial risk from family firm significant lower than the average of the consumer
goods industry Listed in Indonesia Stock Exchange. This study uses secondary
data, financial reports companies listed on the Stock Exchange in the period
2010-2014. Data was collected using documentation method. The sampling
technique using purposive sampling method, the number of samples i this study
were 8 family companies . The result showed that there no significant difference
between DOL, DFL, DER, DAR, current ratio, quick ratio, cash ratio from family
companies and average of consumer goods industry that Listed in Indonesia Stock
Exchange in 2010-2014.
Keywords : Business Risk, Financial Risk, Family Firm

semester 2014 (Antaranews.com,


2014). Daya tahan sektor manufaktur
PENDAHULUAN terutama ditopang oleh sektor barang
Latar Belakang Masalah konsumsi yang tumbuh 28% dan
Perusahaan keluarga kinerja sektor barang konsumsi juga
merupakan perusahaan yang telah kebih tinggi dari dua sektor lain yang
menguasai 80%-98% bisnis di dunia menjadi bagian dari indeks
(PT. Bank Mandiri TBK, 2012). Biro manufaktur (Indonesia Finance
Pusat Statistik mencatat, perusahaan Today, 2014). Selain bertumbuh
keluarga Indonesia merupakan dengan pesat, industri barang
perusahaan swasta yang memiliki konsumsi sangat diminati oleh
kontribusi yang besar terhadap PDB, investor asing maupun domestik
yaitu mencapai 82,44% (PT. Bank dikarenakan populasi Indonesia yang
Mandiri TBK, 2012). Hal ini besar. Alasan lain investor untuk
membuktikan bahwa perusahaan berinvestasi juga dikarenakan oleh
keluarga merupakan perusahaan pertumbuhan daya beli masyarakat
yang vital dan penting bagi yang meningkat dengan pesat serta
perekonomian, dan terutama pada saham industri barang konsumsi
perekonomian Indonesia. yang telah terbukti mampu bertahan
Fenomena lain juga terjadi di terhadap tekanan krisis (Purborini,
Indonesia dimana terdapat sektor 2011)
perusahaan yang mengalami Perusahaan keluarga sendiri
pertumbuhan yang sangat cepat selama ini dianggap memiliki gaya
dalam beberapa tahun ini, yaitu manajemen kelas dua dibandingkan
sektor manufaktur pada tahun 2013 dengan perusahaan bukan keluarga
sebesar 6,1% dan 5,49% pada awal (The Jakarta Consulting Group,
1

2014), kenyataannya banyak jangka pendek (Mandl, 2008). Teori


perusahaan keluarga yang berhasil. ini mengindikasikan bahwa risiko
Disamping banyaknya perusahaan bisnis dan keuangan perusahaan
keluarga yang sukses, perusahaan keluarga seharusnya lebih rendah
keluarga yang gagal juga tidak daripada perusahaan umum.
sedikit. Hal ini terjadi dikarenakan Risiko bisnis diukur melalui
banyaknya suksesi jabatan maupun rasio DOL, sedangkan risiko
tata kelola yang cenderung keuangan diukur melalui rasio DFL,
bermasalah akibat benturan dengan DER, DAR, rasio lancar, rasio cepat,
anggota keluarga itu sendiri, dan rasio kas. Untuk melihat baik
sehingga seringkali investor ragu tidaknya risiko perusahaan maka
untuk menginvestasikan uangnya digunakan rata-rata industri barang
pada perusahaan keluarga yang konsumsi sebagai tolak ukur. Hal
cenderung memiliki risiko yang inilah yang menyebabkan peneliti
tinggi untuk pailit di masa depan. ingin melakukan “Analisis Risiko
Penelitian terbaru Bisnis dan Risiko Keuangan
menunjukkan bahwa perusahaan Perusahaan Keluarga Sektor Industri
keluarga telah melalukan suksesi dan Barang Konsumsi”
tata kelola perusahaan dengan baik. Berdasarkan latar belakang
Halim (2013) dan juga penelitian tersebut, maka rumusan masalah
Lienardo, Mustamu, & Wijaya dalam penelitian ini adalah sebagai
(2014) yang menunjukkan bahwa berikut: 1) Bagaimanakah tingkat
suksesi kepemimpinan perusahaan risiko bisnis perusahaan keluarga
keluarga telah berjalan dengan baik. sektor industri barang konsumsi yang
Sedangkan penelitian lain mengenai terdaftar di BEI pada tahun 2010-
tata kelola perusahaan keluarga oleh 2014 dibandingkan dengan rata-rata
Octavia dan Praptiningsih (2014) industri barang konsumsi yang
menunjukkan bahwa tata kelola diproyeksikan melalui DOL?, dan 2)
perusahaan keluarga yang ditelitinya Bagaimanakah tingkat risiko
telah menerapkan tata kelola keuangan perusahaan keluarga sektor
perusahaan (GCG atau Good industri barang konsumsi yang
Corporate Governance) yang baik. terdaftar di BEI pada tahun 2010-
Penelitian tersebut menunjukkan 2014 dibandingkan dengan rata-rata
secara suksesi dan tata kelola industri barang konsumsi yang
perusahaan keluarga telah berjalan diproyeksikan melalui DFL, DER,
dengan baik. DAR, rasio lancar, rasio cepat, dan
Penelitian ini dilakukan untuk rasio kas.
melihat risiko perusahaan keluarga Tujuan penelitian ini adalah:
dari segi lainnya, yaitu risiko bisnis 1) Menganalisis tingkat risiko bisnis
dan risiko keuangan. Menurut perusahaan keluarga sektor industri
Sugiarto (2012) dalam UMN (2012), barang konsumsi yang terdaftar di
perusahaan keluarga cenderung BEI pada tahun 2010-2014 yang
menghindari risiko dibandingkan diproyeksikan melalui DOL, dan 2)
dengan non-keluarga serta umumnya Menganalisis tingkat risiko keuangan
perusahaan keluarga akan cenderung perusahaan keluarga sektor industri
lebih fokus pada keberlanjutan barang konsumsi yang terdaftar di
perusahaan dalam jangka panjang BEI pada tahun 2010-2014 yang
daripada mendapatkan keuntungan diproyeksikan melalui DFL, DER,
2

DAR, rasio lancar, rasio cepat, dan 4) Mewujudkan pergantian


rasio kas generasi dalam kepemilikan dan
manajemen.
Tinjauan Pustaka dan 5) Menurunkan aset finansial
Pengembangan Hipotesis maupun sosial budaya
Macam Perusahaan Keluarga perusahaan pada generasi
selanjutnya.
Menurut Ciputra
6) Keluarga mendominasi
Entrepreneurship (2010), perusahaan
manajemen perusahaan.
keluarga terbagi menjadi 2 macam
Contohnya adalah paternalisme
(Ciputra Entrepreneurship, 2010),
dan nepotisme.
yaitu:
Sedangkan menurut Sugiarto
1. Family Owned Enterprise (2012) dalam UMN (2012),
(FOE) : perusahaan yang dimiliki perusahaan keluarga cenderung
oleh keluarga tetapi dikelola oleh menghindari risiko dibandingkan
profesional yang berasal dari luar dengan non-keluarga.
lingkaran keluarga, sehingga
Penelusuran Kepemilikan
keluarga hanya berperan sebagai
pemilik dan tidak melibatkan diri Keluarga pada Perusahaan
Menurut Harijono dan
dalam operasi di lapangan.
Tanewski (2012), penelusuran
2. Family Business Enterprise
kepemilikan keluarga dilakukan
(FBE): perusahaan yang dimiliki
dengan melihat nama dewan direksi
dan dikelola oleh keluarga
dan dewan komisaris. Jika nama
pendirinya. Perusahaan ini
dewan direksi dan dewan komisaris
memasukkan anggota keluarga
mempunyai saham dalam
ke dalam posisi-posisi kunci.
kepemilikan perusahaan maka bisa
Jenis perusahaan inilah yang
dikatakan perusahaan tersebut
banyak ditemui di Indonesia.
termasuk dalam kepemilikan
keluarga.
Karakteristik Perusahaan
Penelitian yang dilakukan
Keluarga
Machek, Kolouchova dan Hnilica
Menurut Mandl (2008:8)
(2015) menunjukkan bahwa
bisnis keluarga memiliki beberapa
pengidentifikasian keluarga di dalam
karakteristik seperti:
perusahaan dapat dilakukan dengan
1) Memiliki keterkaitan yang
melihat nama belakang pada dewan
kuat antara keluarga dengan
direksi maupun dewan komisaris.
bisnis. Dampak dari pertemuan
Apabila ditemukan dewan komisaris
dua variabel tersebut dapat
atau dewan direksi perusahaan
meningkatkan potensi terjadinya
memiliki kepemilikan saham pada
konflik yang mempengaruhi
kepala perusahaan serta memiliki
keluarga maupun bisnis.
nama belakang yang sama dengan di
2) Keluarga merupakan pusat
jajarannya, maka dianggap
perusahaan.
perusahaan keluarga.
3) Cenderung fokus pada
keberlanjutan perusahaan dalam
jangka panjang daripada
Risiko
mendapatkan keuntungan jangka
pendek.
3

Risiko secara umum risiko jangka pendek perusahaan,


merupakan propabilitas suatu yaitu:
kejadian dengan konsekuensinya a. Debt to Equity Ratio (DER):
(Siahaan, 2009). Risiko perusahaan (Marlina & Danica, 2009).
sendiri pada umumnya dibedakan Total Utang
DER =
menjadi 2 (Mardiyanto, 2009), Modal Sendiri
yaitu: Menurut Ludijanto, Handayani
1. Risiko bisnis: merupakan resiko dan Hidayat (2014), rasio ini
yang berkaitan dengan biasanya digunakan untuk
ketidakpastian dari keputusan mengukur financial leverage
investasi suatu perusahaan di suatu perusahaan. Semakin
masa mendatang dan diukur tinggi DER suatu perusahaan,
melalui simpangan baku dari maka risiko yang ditanggung
laba sebelum bunga dan pajak perusahaan akan semakin besar
atau disebut EBIT. (Sari & Chabachib, 2013)
2. Risiko keuangan: merupakan b. Debt to Asset Ratio (DAR)
risiko yang timbul akibat (Ardana & Rasyid, 2013).
penggunaan sumber dana jangka Total Utang
panjang yang menimbulkan DAR =
Total Aset
biaya tetap ( utang dan saham
preferen). Semakin tinggi nilai DAR, maka
Pengukuran Risiko risiko perusahaan tidak mampu
Alat ukur risiko bisnis dapat membayar kewajibannya akan
dilakukan dengan melihat leverage meningkat (Julduha &
operasinya, yaitu dengan Kusumawardhani, 2013)
menggunakan DOL (Istiono, 2010).
Rumus DOL yaitu: Risiko keuangan jangka
Persentase perubahan EBIT pendek diukur melalui rasio
DOL =
Persentase perubahan penjualan likuiditas, yaitu:
Semakin tinggi nilai DOL, maka a) Rasio lancar (Muqorobin &
semakin tinggi pula risiko bisnis Nasir, 2009)
suatu perusahaan. Rasio lancar =
Aktiva Lancar
x 100%
Hutang lancar

Tingkat risiko keuangan Semakin tinggi rasio lancar, semakin


dapat diukur berdasarkan DFL/ rendah risiko perusahaan tidak dapat
Degree of Financial Leverage, yaitu membayar kewajiban jangka
tingkat leverage finansial dengan pendeknya (Julduha &
rumus (Istiono, 2010): Kusumawardhani, 2013)
Persentase perubahan EPS
DFL =
Persentase perubahan EBIT b) Rasio Cepat: (Muqorobin &
Semakin tinggi nilai DFL, maka Nasir, 2009)
semakin tinggi pula risiko keuangan Kas dan Bank - Persediaan
Rasio cepat = x 100%
suatu perusahaan Hutang lancar
Tingkat risiko keuangan juga
dapat diukur melalui rasio Semakin tinggi rasio cepat, maka
solvabilitas sebagai alat ukur tingkat risiko ketidakmampuan perusahaan
risiko jangka panjang maupun untuk membayar utang jangka
likuiditas sebagai alat ukur tingkat pendek semakin rendah (Maith,
2013)
4

c) Rasio Kas (Muqorobin & Menurut hasil penelitian Ozer


Nasir, 2009) (2012), DAR perusahaan dengan
Rasio kas =
Kas dan Bank
x 100% CEO keluarga signifikan lebih
Hutang lancar rendah daripada DAR pada
perusahaan dengan CEO bukan
Semakin tinggi rasio kas, maka risiko
keluarga. Menurut Machek &
ketidakmampuan perusahaan untuk
Hnilica (2015), likuiditas perusahaan
membayar utang jangka pendek
keluarga lebih besar daripada
semakin rendah (Maith, 2013)
perusahaan non-keluarga.
Penelitian Terdahulu
Pada penelitian Gottardo & Perumusan Hipotesis
Moisello (2015), menemukan bahwa Berdasarkan teori dan
operating leverage pada umumnya penelitian terdahulu yang telah
berpengaruh positif kepada setiap dijelaskan, maka didapat 7 hipotesis
perusahaan, baik itu perusahaan sebagai berikut:
keluarga ataupun non-keluarga,
Ha1: DOL Perusahaan Keluarga
tetapi operating leverage perusahaan
signifikan lebih rendah dibandingkan
keluarga lebih kecil daripada
rata-rata industri barang konsumsi
perusahaan non-keluarga.
Ha2: DFL Perusahaan Keluarga
Perusahaan keluarga
signifikan lebih rendah dibandingkan
memiliki karakteristik yang berbeda
rata-rata industri barang konsumsi
dari perusahaan non-keluarga.
Ha3: DER Perusahaan Keluarga
Menurut Sugiarto (2012) dalam
signifikan lebih rendah (dilanjutkan...)
dibandingkan
UMN (2012), perusahaan keluarga
rata-rata industri barang konsumsi
cenderung menghindari risiko
Ha4: DAR Perusahaan Keluarga
dibandingkan dengan non-keluarga
signifikan lebih rendah dibandingkan
serta umumnya perusahaan keluarga
rata-rata industri barang konsumsi
akan cenderung lebih fokus pada
Ha5: Rasio lancar Perusahaan
keberlanjutan perusahaan dalam
Keluarga signifikan lebih rendah
jangka panjang daripada
mendapatkan keuntungan jangka dibandingkan rata-rata industri
barang konsumsi
pendek (Mandl, 2008). Kedua
Ha6: Rasio cepat Perusahaan
pernyataan tersebut mengindikasikan
Keluarga signifikan lebih rendah
bahwa sama risiko keuangan
dibandingkan rata-rata industri
perusahaan keluarga akan lebih baik
barang konsumsi
daripada perusahaan secara umum
Ha7: Rasio kas Perusahaan Keluarga
karena perusahaan keluarga
signifikan lebih rendah dibandingkan
cenderung menghindari risiko.
rata-rata industri barang konsumsi
Penilitian Machek & Hnilica
(2015) menunjukkan bahwa
perusahaan keluarga menggunakan
hutang yang lebih rendah daripada
perusahaan non-keluarga. Penelitian
Bambang & Hermawan (2012) juga
menemukan bahwa penggunaan
hutang perusahaan keluarga lebih Kerangka Pemikiran
rendah daripada perusahaan non-
keluarga. Perusahaan Rata-rata
Keluarga Industri
5

keluarga industri barang konsumsi


yang terdaftar di BEI
Metode Pengumpulan Data
Dibandingkan
Metode pengumpulan data
Tingkat Risiko Tingkat Risiko
yang digunakan adalah dokumentasi
DOL DOL yaitu pengumpulan data yang didapat
dari dokumen, catatan, file, dan hal-
DFL DFL hal lain yang sudah
didokumentasikan dan metode ini
DER DER
relatif mudah untuk dilakukan dan
DAR DAR sumber datanya tetap (Djaelani,
2013). Data yang dikumpulkan
RASIO RASIO berupa data perusahaan industri
LANCAR LANCAR barang konsumsi yang terdaftar di
BEI serta laporan keuangan
RASIO CEPAT RASIO CEPAT perusahaan keluarga industri barang
RASIO KAS RASIO KAS konsumsi.

Populasi dan Sampel


Populasi adalah sekelompok
elemen baik itu individual, obyek,
Gambar 1
atau peristiwa yang menjadi target
Kerangka Pemikiran
generalisasi yang ditetapkan peneliti
untuk dipelajari dan ditarik
METODE PENELITIAN kesimpulannya (Hamdi, 2014).
Populasi penelitian ini adalah semua
Penelitian ini menggunakan perusahaan industri barang konsumsi
jenis penelitian komparatif. Menurut yang terdaftar di BEI.
Saputra dan Kharlina (2012), Sampel sendiri merupakan
penelitian komparatif adalah suatu bagian dari populasi (Hamdi, 2014).
penelitian yang bersifat Sampel penelitian ini adalah seluruh
membandingkan. Jenis data dalam perusahaan perusahaan keluarga
penelitian ini merupakan data industri barang konsumsi yang
interval, yaitu skala pengukuran yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-
memberikan jarak rentang yang sama 2014.
dari satu titik awal yang tidak tetap
(Priadana & Muis, 2009). Data Teknik Sampling
interval penelitian ini merupakan
Teknik sampling yang
data laporan keuangan yang telah
digunakan nonprobability sampling
dipublikasikan oleh perusahaan
dengan menggunakan teknik
keluarga industri barang konsumsi
purposive sampling. Nonprobability
yang terdaftar di BEI pada tahun
sampling merupakan sampel yang
2010-2014.
dipilih secara arbitrer oleh peneliti
Sumber data yang digunakan
(Kuncoro, 2009), sedangkan
dalam penelitian ini adalah data
purposive sampling merupakan suatu
sekunder yang diperoleh dari
laporan keuangan perusahaan sampling dimana pemilihan elemen-
elemen untuk menjadi anggota
6

sampel berdasarkan pada disebut EBIT. Faktor yang


pertimbangan yang tak acak, mempengaruhi risiko bisnis
biasanya sangat subjektif (Supranto, adalah leverage operasinya,
2007). dimana semakin tinggi tingkat
Kriteria pemilihan sampling leverage operasi makin tinggi
perusahaan industri konsumsi dalam risiko bisnisnya (Mardiyanto,
penelitian ini adalah: 2009). Risiko bisnis diukur
1. Memiliki laporan keuangan yang dengan rasio DOL
lengkap pada tahun 2010-2014 b. Risiko Keuangan: merupakan
2. Terdaftar di BEI pada tahun risiko yang timbul akibat
2010-2014 penggunaan sumber dana jangka
3. Merupakan perusahaan yang panjang yang menimbulkan biaya
memiliki kepemilikan keluarga, tetap ( utang dan saham preferen).
yaitu perusahaan yang Makin tinggi tingkat leverage
kepemilikan sahamnya dimiliki keuangan, makin tinggi risiko
oleh dewan komisaris atau dewan keuangannya (Mardiyanto, 2009).
direksi perusahaan itu sendiri Risiko keuangan diukur dengan
(Harijono & Tanewski, 2012) rasio DFL, DER, DAR, lancar,
dan memiliki nama belakang cepat dan rasio kas.
yang sama pada jajaran dewan
komisaris atau dewan direksi Analisis Data
(Machek, Kolouchova, & Hnilica, Uji Normalitas
2015) Uji untuk mengetahui ada
Definisi Operasional Variabel dan tidaknya variabel residual dalam
Pengukuran Variabel bentuk normal didalam regresi. Uji t
Definisi operasional memiliki asumsi bahwa nilai residual
merupakan definisi konstruktif mengikuti distribusi normal. Untuk
dengan mengurangi tingkat abstraksi menguji normalitas data digunakan
melalui penggambaran dimensi dan analisis statistik uji Kolmogrov
elemen sehingga dapat diukur Smirnov (Riandi & Siregar, 2011)
(Sekaran & Bougie, 2009).
Variabel penelitian Dasar pengambilan
merupakan segala sesuatu yang keputusan:
berbentuk apa saja yang ditetapkan a. Jika nilai signifikansi > 0,05,
oleh peneliti untuk dipelajari maka data terdistribusi
sehingga diperoleh informasi tentang normal
hal tersebut, kemudian ditarik b. Jika nilai signifikansi < 0,05,
kesimpulannya (Lusiana, Andriyani, maka data tidak terdistribusi
& Megasari, 2015) secara normal
Variabel penelitian ini Uji Homogenitas
adalah:
Uji homogenitas adalah
a. Risiko Bisnis: merupakan risiko
pengujian varian dan digunakan
yang berkaitan dengan
untuk mengetahui apakah kedua
ketidakpastian dari keputusan
kelompok sampel mempunyai varian
investasi suatu perusahaan di
yang sama atau tidak (Hamdi &
masa mendatang dan diukur
Bahruddin, 2014)
melalui simpangan baku dari laba
Dasar pengambilan
sebelum bunga dan pajak atau
keputusan:
7

c. Jika nilai signifikansi > 0,05, b. Jika nilai signifikansi < 0,05,
maka data homogen maka Ha diterima
d. Jika nilai signifikansi < 0,05,
maka data tidak homogen Analisis Data Dan Pembahasan
Uji Beda Hasil Pengumpulan Data
Sampel Penelitian
Uji beda yang digunakan Obyek penelitian yang
dalam penelitian ini adalah digunakan dalam penelitian ini
Independent Sample t-test yang adalah perusahaan manufaktur sektor
bertujuan untuk mengetahui apakah barang konsumsi yang terdaftar
terdapat suatu perbedaan mean atau dalam Bursa Efek Indonesia. Jumlah
rata-rata yang bermakna antara 2 perusahaan yang tergolong dalam
kelompok bebas yang berskala data sektor barang konsumsi yang
interval/rasio nilai tertentu (Hidayat, terdaftar dari tahun 2010 hingga
2012). Penggunaan uji ini dapat 2014 sebanyak 32 perusahaan.
digunakan apabila data penelitian Penentuan sampel penelitian
terbukti terdistribusi normal menggunakan purposive sampling
melalui uji normalitas. Apabila dan menghasilkan 8 perusahaan yang
diketahui dari uji normalitas bahwa memenuhi kriteria dan dijadikan
data penelitian tidak terdistribusi sampel pada penelitian ini. Data yang
secara normal, maka digunakan uji digunakan dalam penelitian ini
nonparametrik Mann Whitney. diambil dari website resmi Bursa
Setelah terbukti data berdistribusi Efek Indonesia dan milik perusahaan
secara normal, maka dilakukan uji terkait. Berikut merupakan rincian
homogenitas yang digunakan untuk dari penentuan sampel penelitian.
melihat apakah data memiliki
varian yang sama atau tidak. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan
Dasar pengambilan dengan melihat tingkat signifikansi
keputusan: yang ada. Hasil uji normalitas data
a. Jika nilai signifikansi > 0,05, sebagai berikut:
maka Ha ditolak
Tabel 1
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

DOL DFL DER DAR LANCAR CEPAT KAS

N 175 175 175 175 175 175 175

Normal Mean 6.6365 .2893 .8883 .4855 2.3832 1.4377 .5946


a,b
Parameters Std. Deviation .7190
73.26714 64.48743 1.21377 .44805 1.70578 1.22758
7

Most Extreme Absolute .440 .433 .243 .285 .197 .154 .212

Differences Positive .440 .388 .202 .285 .197 .154 .212

Negative -.395 -.433 -.243 -.211 -.156 -.138 -.204

Test Statistic .440 .433 .243 .285 .197 .154 .212


c c c c c c
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.


15

Berdasarkan hasil uji normalitas kolmogorov smirnov ternyata diketahui


bahwa semua data penelitian memiliki signifikansi < 0.05 yang artinya data tidak
terdistribusi secara normal, sehingga penggunaan uji independent sample t test
tidak dapat digunakan.

Uji Homogenitas
Tabel 2
Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.

DOL Based on Mean 1.544 1 173 .216

Based on Median .758 1 173 .385

Based on Median and with


.758 1 134.071 .386
adjusted df

Based on trimmed mean .746 1 173 .389


DFL Based on Mean 2.009 1 173 .158
Based on Median 1.318 1 173 .252
Based on Median and with
1.318 1 131.263 .253
adjusted df
Based on trimmed mean 1.347 1 173 .247
DER Based on Mean 3.966 1 173 .048
Based on Median 3.671 1 173 .057
Based on Median and with
3.671 1 137.223 .057
adjusted df
Based on trimmed mean 3.718 1 173 .055
DAR Based on Mean 2.749 1 173 .099
Based on Median 2.521 1 173 .114
Based on Median and with
2.521 1 135.246 .115
adjusted df
Based on trimmed mean 2.478 1 173 .117
LANCAR Based on Mean 16.098 1 173 .000
Based on Median 7.482 1 173 .007
Based on Median and with
7.482 1 136.760 .007
adjusted df
Based on trimmed mean 12.021 1 173 .001
CEPAT Based on Mean 8.049 1 173 .005
Based on Median 4.069 1 173 .045
Based on Median and with
4.069 1 140.622 .046
adjusted df
Based on trimmed mean 6.172 1 173 .014
9

KAS Based on Mean 5.588 1 173 .019

Based on Median 1.423 1 173 .235

Based on Median and with


1.423 1 148.314 .235
adjusted df

Based on trimmed mean 3.563 1 173 .061

Hasil uji homogenitas Uji non parametrik Mann Whitney


menunjukkan bahwa tidak semua merupakan alternatif dari uji
data memiliki tingkat signifikansi > independent sample t test.
0.05, artinya tidak semua data Penggunaan test non parametrik
memiliki varian yang sama atau dilakukan ketika asumsi t test tidak
homogen. ditemukan, seperti data tidak
Dengan kondisi data tersebut, berrdistribusi normal dan tidak
untuk dapat membandingkan risiko homogen (Hinton, McMurray, &
perusahaan keluarga dengan rata-rata Brownlow, 2014)
industri barang konsumsi digunakan
uji non parametrik Mann Whitney.

Pengujian Hipotesis
Mann Whitney
Tabel 3
Uji Mann Whitney

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

DOL Keluarga 40 85.80 3432.00

Industri 135 88.65 11968.00

Total 175
DFL Keluarga 40 91.53 3661.00
Industri 135 86.96 11739.00
Total 175
DER Keluarga 40 92.91 3716.50
Industri 135 86.54 11683.50
Total 175
DAR Keluarga 40 87.26 3490.50
Industri 135 88.22 11909.50
Total 175
LDER Keluarga 40 96.60 3864.00
10

Industri 135 85.45 11536.00


Total 175
CDER Keluarga 40 89.95 3598.00
Industri 135 87.42 11802.00
Total 175
LANCAR Keluarga 40 84.14 3365.50
Industri 135 89.14 12034.50
Total 175
CEPAT Keluarga 40 79.80 3192.00
Industri 135 90.43 12208.00
Total 175
KAS Keluarga 40 84.55 3382.00

Industri 135 89.02 12018.00

Total 175

Test Statisticsa

LANC CEPA
DOL DFL DER DAR LDER CDER AR T KAS

Mann-Whitney 2612.0 2559.00 2503.50 2670.5 2356.00 2622.00 2545.5 2372.0 2562.0
U 00 0 0 00 0 0 00 00 00

Wilcoxon W 3432.0 11739.0 11683.5 3490.5 11536.0 11802.0 3365.5 3192.0 3382.0
00 00 00 00 00 00 00 00 00

Z
-.313 -.501 -.698 -.105 -1.224 -.277 -.549 -1.166 -.491

Asymp. Sig.
.755 .616 .485 .916 .221 .782 .583 .244 .624
(2-tailed)

a. Grouping Variable: Kelompok

Berdasarkan hasil tabel 3 uji dengan rata-rata industri sektor


mann whitney diketahui bahwa barang konsumsi.
semua rasio DOL, DFL, DER, DAR, Perusahaan keluarga
rasio lancar, rasio cepat, dan rasio merupakan perusahaan yang banyak
kas memiliki tingkat dimiliki oleh sebagian besar
signifikansi >0.05, yang berarti tidak penduduk di Indonesia. Permulaan
memiliki perbedaan yang signifikan pendirian suatu bisnis biasanya akan
12

dimulai dari keluarga itu sendiri. Di perusahaan keluarga yang ditelitinya


dalam dunia industri, perusahaan telah menerapkan tata kelola
keluarga juga masih tetap perusahaan (GCG atau Good
dipertahankan oleh sebagian besar Corporate Governance) yang baik.
perusahaan. Perusahaan keluarga Penelitian-penelitian tersebut
pada dasarnya dibuat oleh keluarga menunjukkan bahwa perusahaan
untuk kepentingan keturunan pendiri keluarga telah menyiapkan tata
perusahaan itu sendiri, sehingga kelola perusahaan yang baik,
masa depan maupun kesejahteraan persiapan suksesi yang matang
yang telah lama dibangun oleh sehingga keberlanjutan perusahaan
pendiri dapat terus dirasakan oleh tersebut dapat diberikan kepada
keturunannya. keturunannya dengan baik. Hal ini
Sayangnya perusahaan menunjukkan bahwa secara tata
keluarga memiliki kelemahan kelola perusahaan keluarga sudah
dibidang tata kelola perusahaan. Hal merubah konsep-konsep lama yang
ini dikarenakan pemilik perusahaan subjektif dan merubahnya menjadi
keluarga cenderung menutup mata lebih profesional.
terhadap kelemahan yang dimiliki Secara keuangan, perusahaan
anggota keluarganya, penolakan keluarga juga memiliki
terhadap tranformasi, kesenjangan kecenderungan untuk menghindari
antargenerasi, dan rendahnya risiko karena ditunjukkan oleh
motivasi generasi muda untuk penelitian maupun teori yang ada
melanjutkan serta memajukan bisnis bahwa perusahaan keluarga lebih
keluarga (Susanto, 2012). mementingkan kepentingan jangka
Penyerahan jabatan kepada anak atau panjang daripada jangka pendek.
saudara sebagai ciri dari perusahaan Penelitian Gottardo & Moisello
keluarga juga seringkali dilakukan (2015) menunjukkan bahwa risiko
tanpa persiapan yang matang bisnis perusahaan keluarga lebih
sehingga masyarakat melihat rendah daripada non-keluarga.
perusahaan keluarga sebagai Penelitian Machek & Hnilica (2015),
perusahaan yang memiliki menunjukkan bahwa hutang yang
manajemen kelas 2 jika digunakan perusahaan keluarga lebih
dibandingkan perusahaan non- rendah daripada non-keluarga.
keluarga. Penelitian tersebut menunjukkan hal
Penelitian-penelitian terbaru yang serupa dengan teori yang ada,
mengenai perusahaan dengan yaitu risiko perusahaan keluarga
kepemilikan keluarga menunjukkan cenderung lebih rendah dan berbeda
hasil yang berbeda dengan persepsi secara signifikan daripada
masyarakat awam. Penelitian Halim perusahaan non-keluarga karena
(2013) dan juga penelitian Lienardo, perusahaan keluarga cenderung
Mustamu, & Wijaya (2014) menghindari risiko. Pada saat yang
menunjukkan bahwa suksesi sama, peneliti-peneliti tersebut
kepemimpinan perusahaan keluarga menemukan bahwa kinerja
telah berjalan dengan baik. perusahaan keluarga lebih rendah
Sedangkan penelitian lain mengenai daripada perusahaan non-keluarga.
tata kelola perusahaan keluarga oleh Hasil tersebut menunjukkan
Octavia dan Praptiningsih (2014) bahwa akibat kecenderungan
menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan keluarga menghindari
13

risiko, maka penggunaan hutang juga penelitian ini dengan penelitian


jauh lebih kecil daripada perusahaan sebelumnya.
non-keluarga. Secara teori, walaupun Perbedaan tersebut sebenarnya
penggunaan hutang dapat dipengaruhi oleh keputusan yang
menimbulkan risiko bagi perusahaan diambil oleh perusahaan keluarga
tetapi sebenarnya apabila dikelola untuk dapat bersaing dengan
dengan baik dan efisien penggunaan perusahaan lainnya. Perusahaan
hutang dapat digunakan untuk keluarga sejak dulu memiliki konsep-
meningkatkan kinerja perusahaan. konsep yang diturunkan kepada
Hal ini dibuktikan oleh penelitian generasi selanjutnya, salah satunya
Bambang dan Hermawan (2012) adalah kecenderungan menghindari
pada industri yang sama dengan risiko. Dilihat dari penelitian
penelitian ini, akan tetapi berbeda sebelumnya terbukti perusahaan
pada tahun maupun variabel keluarga memiliki tingkat risiko yang
penelitian. Penelitian Bambang dan lebih rendah dari perusahaan non-
Hermawan menunjukkan bahwa keluarga, tetapi pada saat yang sama
perusahaan keluarga memiliki hutang kinerjanya lebih rendah daripada
yang lebih rendah daripada perusahaan non-keluarga.
perusahaan non-keluarga yang Hal tersebut menjadi
artinya risiko perusahaan tersebut pertimbangan bagi perusahaan
juga lebih rendah daripada risiko keluarga untuk tetap berpegang teguh
non-keluarga. Temuan Bambang pada konsep-konsep pemikiran lama
dan Hermawan yang lain atau beradaptasi untuk tetap dapat
menunjukkan bahwa pada saat yang bersaing dengan kompetitor lainnya.
sama kinerja perusahaan keluarga Dari hasil penelitian ini, terlihat
lebih rendah daripada perusahaan perusahaan keluarga yang dulunya
non-keluarga. memiliki tingkat risiko yang
Hipotesis penelitian ini dibuat lebih rendah dari perusahaan non-
berdasarkan penelitian terdahulu keluarga, saat ini telah memiliki
yang menunjukkan bahwa risiko tingkat risiko yang tidak jauh
perusahaan keluarga lebih rendah berbeda dengan perusahaan non-
daripada perusahaan non-keluarga. keluarga. Fakta ini mengindikasikan
Hasil penelitian ini ternyata tidak bahwa perusahaan keluarga akhirnya
sama dengan semua penelitian- memilih untuk meningkatkan
penelitian terdahulu, yaitu tidak penggunaan hutangnya untuk dapat
terdapat perbedaan yang signifikan meningkatkan kinerja perusahaan.
antara risiko perusahaan keluarga Hal lainnya yang bisa
dengan rata-rata industri barang ditambahkan adalah perusahaan
konsumsi. Walaupun secara rata-rata keluarga saat ini sudah merubah
ditemukan bahwa ternyata kesubjektifannya dan berubah
perusahaan keluarga memiliki risiko menjadi lebih profesional.
keuangan yang lebih tinggi daripada PT.Inovasi Sigma Parkasa (2016),
rata-rata industri, tetapi secara menemukan bahwa seiring dengan
keseluruhan tidak berbeda secara tumbuh dan berkembangnya
signifikan dari rata-rata industri. perusahaan, tidak jarang perusahaan
Hasil penelitian ini menunjukkan keluarga berubah menjadi
bahwa terdapat perbedaan pada perusahaan FOE yaitu
mempekerjakan eksekutif profesional
14

untuk mengelola perusahaan, nilai-nilai kekeluargaan yang


contohnya yaitu: Salim Group. ditanamkan di dalam perusahaan.
Dalam hal ini salah satu hal yang Keunggulan lainnya yaitu,
dirubah adalah perusahaan keluarga perusahaan keluarga memiliki
tidak lagi menempatkan seluruh tingkat pengenalan yang lebih dalam
manajemen kepada anggota keluarga, terhadap karyawannya daripada
tetapi juga mempekerjakan tenaga perusahaan non-keluarga, sehingga
profesional. Keputusan ini diambil dapat memahami potensi maupun
agar perusahaan dapat bekerja kekurangan karyawannya dengan
menjadi lebih profesional dan baik. Dengan adanya keunggulan
bersikap obyektif, oleh karena itu tersebut, apabila perusahaan keluarga
tidak aneh apabila ditemukan dari uji dikelola dengan profesional dan pada
penelitian ini bahwa risiko saat yang sama dengan nilai-nilai
perusahaan keluarga tidak berbeda kekeluargaan yang baik maka
signifikan dengan rata-rata industri perusahaan keluarga akan menjadi
barang konsumsi. perusahaan yang kuat dan solid.
Walaupun tidak memiliki Terakhir, penelitian ini
perbedaan yang signifikan, membandingkan risiko perusahaan
perusahaan keluarga masih memiliki keluarga dengan rata-rata industri
keunggulan jika dibandingkan barang konsumsi dan tidak
dengan perusahaan non-keluarga, ditemukan perbedaan yang signifikan.
yaitu perusahaan keluarga memiliki Hal ini bukan berarti perusahaan

keluarga memiliki risiko perusahaan dapat disimpulkan berdasarkan hasil


yang buruk, sebab dapat diketahui uji hipotesis (Mann whitney), maka
bahwa rata-rata industri digunakan tidak terdapat perbedaan yang
sebagai tolak ukur yang signifikan DOL, DFL, DER, DAR,
menunjukkan perusahaan sudah rasio lancar, rasio cepat, rasio kas
berjalan dengan baik atau tidak. perusahaan keluarga dengan rata-rata
Walaupun tidak lebih baik dari rata- industri barang konsumsi, karena
rata industri, tetapi hasil uji tersebut perusahaan keluarga telah
menunjukkan bahwa perusahaan beradaptasi dan meningkatkan
keluarga telah beroperasi dengan penggunaan hutang untuk
baik karena memiliki risiko yang meningkatkan kinerja perusahaan
setara dengan rata-rata industrinya. serta mempekerjakan tenaga
profesional. Keputusan tersebut
Penutup dianggap tepat, karena dapat
Penelitian ini dilakukan untuk digunakan untuk berkompetisi
melihat perbandingan risiko bisnis, dengan perusahaan non-keluarga.
keuangan dan struktur modal Keterbatasan penelitian ini yaitu
perusahaan keluarga dengan rata-rata tidak terdapat informasi yang jelas
industri barang konsumsi dengan mengenai definisi baku perusahaan
menggunakan sampel perusahaan keluarga serta tidak adanya informasi
keluarga industri manufaktur yang formal yang menunjukkan daftar
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia perusahaan keluarga yang ada di
(BEI) periode 2010-2014. Dari Indonesia sehingga harus dilakukan
penelitian yang telah dilakukan, identifikasi perusahaan keluarga
15

secara manual. Bagi peneliti Family Firms' Financial


selanjutnya disarankan dapat Performance. Problem and
melakukan analisis pada industri Perspectives in Management
lainnya, sebab setiap industri Volume 13, Issue 1.
memiliki karakteristik yang berbeda Halim, Y. (2013). Analisa Suksesi
antara satu dengan yang lainnya Kepemimpinan Pada
sehingga hasil penelitian dapat Perusahaan Keluarga PT.
berbeda dengan hasil penelitian ini Fajar Artasari Di Sidoarjo.
Jurnal AGORA, Vol.3, No.1.
DAFTAR PUSTAKA Hamdi, A. S. (2014). Metode
Penelitian Kuantitatif
Antaranews.com. (2014, Oktober 9). Aplikasi Dalam Pendidikan.
Berita:Bisnis. Retrieved from Yogyakarta: CV Budi Utama.
Antaranews.com: Hamdi, A. S., & Bahruddin, E.
http://www.antaranews.com/ (2014). Metode Penelitian
Ardana, I. C., & Rasyid, R. (2013). Kuantitatif: Aplikasi dalam
Stock Undervaluation, Debt Pendidikan. Yogyakarta: CV.
To Assets Ratio, Dan Cash Budi Utama.
Flow Untuk Memprediksi Harijono, & Tanewski, G. (2012).
Stock Repurchase Pada Does Legal Transplatation
Perusahaan Yang Terdaftar Work? The Case Of
Di Bursa Efek Indonesia Indonesian Corporate
Periode 2002-2009. Jurnal Governance Reforms. Jurnal
Keuangan dan Perbankan, Ekonomi dan Bisnis
Vol.9, No.2, Juni. Indonesia.
Bambang, M., & Hermawan, M. Hidayat, A. (2012). SPSS:
(2012). Founding Family Independen T Test dengan
Ownership and Firm SPSS. Retrieved from Uji
Performance: Empirical Statistik:
Evidence From Consumer http://www.statistikian.com/
Goods Industry In Indonesia. Hinton, P. R., McMurray, I., &
Journal of Applied Finance Brownlow, C. (2014). SPSS
and Accounting Vol 4, No 2, Explained Second Edition.
112-131. New York: Routledge.
Ciputra Entrepreneurship. (2010, Indonesia Finance Today. (2014,
Mei 20). Artikel Pendidikan. Februari 25). Tajuk Rencana.
Retrieved from Ciputra Retrieved from Indonesia
Entrepreneurship: Finance Today: www.ift.co.id
http://www.ciputraentreprene Istiono. (2010). Pengaruh Risiko
urship.com/ Perusahaan Terhadap
Djaelani, A. R. (2013). Teknik Profitabilitas Dan Nilai
Pengumpulan Data Dalam Perusahaan Pada Industri
Penelitian Kualitatif. Majalah Makanan Dan Minuman.
Ilmiah Pawiyatan Vol XX, No DIE- Jurnal Ilmu Ekonomi
1, Maret. dan Manajemen Volume 6
Gottardo, P., & Moisello, A. M. Nomor 3, April.
(2015). The Impact of Julduha, N., & Kusumawardhani, I.
Socioemotional Wealth on (2013). Pengaruh Net Profit
16

Margin, Current Ratio, Debt Final Report. Vienna:


To Asset Ratio Dan Tingkat European Commission,
Suku Bunga Terhadap Beta Enterprise and Industry
Saham Syariah Pada Directorate-General.
Perusahaan Yang Terdaftar Mardiyanto, H. (2009). Intisari
Di Jakarta Islamic Index. Manajemen Keuangan: Teori,
Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Soal, dan Jawaban. Jakarta:
Vol 18, No 2, Agustus. Grasindo.
Kuncoro, M. (2009). Metode Riset Marlina, L., & Danica, C. (2009).
untuk Bisnis & Ekonomi edisi Analisis Pengaruh Cash
3. Jakarta: Erlangga. Position, Debt To Equity
Lienardo, M., Mustamu, R. H., & Ratio, Dan Return On Assets
Wijaya, I. (2014). Analisis Terhadap Dividend Payout
Deskriptif Proses Suksesi Ratio. Jurnal Manajemen
Pada Perusahaan Keluarga Bisnis, Volume 2, Nomor 1
Yang Bergerak Di Bidang January.
Konveyor. Jurnal AGORA Muqorobin, A., & Nasir, M. (2009).
Vol.2, No.2. Penerapan Rasio Keuangan
Ludijanto, S. E., Handayani, S. R., & Sebagai Alat Ukur Kinerja
Hidayat, R. R. (2014). Perusahaan. BENEFIT Jurnal
Pengaruh Analisis Leverage Manajemen dan Bisnis
Terhadap Kinerja Keuangan Volume 13, Nomor 1, Juni.
Perusahaan (Studi pada Octavia, I., & Praptiningsih, M.
Perusahaan Property dan Real (2014). Penerapan
Estate yang Listing di BEI Transparency, Accountability,
Tahun 2010-2012). Jurnal Responsibility, Independency,
Administrasi Bisnis (JAB) Vol Dan Fairness Pada
8 No 1 Februari. Perusahaan Keluarga PT.
Lusiana, N., Andriyani, R., & Mitra Cimalati Indonesia Di
Megasari, M. (2015). Buku Cilacap- Jawa Tengah. Jurnal
Ajar Metodologi Penelitian AGORA Vol.2, No.1.
Kebidanan. Yogyakarta: CV Ozer, H. S. (2012). The Role of
Budi Utama. Family Control on Financial
Machek, O., Kolouchova, D., & Performance of Family
Hnilica, J. (2015). Identifying Business In Gebze.
Family Business: The International Review of
Surname Matching Approach. Management and Marketing
Recent Advances in Vol.2 No.2, 75-82.
Environmental and Earth Priadana, H. M., & Muis, S. (2009).
Sciences and Economics. Metodologi Penelitian
Maith, H. A. (2013). Analisis Ekonomi & Bisnis.
Laporan Keuangan Dalam Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mengukur Kinerja Keuangan PT. Inovasi Sigma Perkasa. (2016,
Pada PT. Hanjaya Mandala Februari 04). Bisnis Keluarga
Sampoerna Tbk. Jurnal Jadi Go Public. Retrieved
EMBA Vol 1 No 3 September. from Inovasi Sigma Perkasa:
Mandl, I. (2008). Overview of Family http://www.inovasisigma.co.i
Business Relevant Issues- d/
17

PT.Bank Mandiri TBK. (2012, Mei Siahaan, H. (2009). Manajemen


22). Berita:Siaran Pers. Risiko Pada Perusahaan &
Retrieved Maret 24, 2014, Birokrasi. Jakarta: PT.Elex
from Mandiri: Media Komputindo.
http://csr.bankmandiri.co.id Supranto, J. (2007). Statistik untuk
Purborini, A. (2011, Januari 25). Pemimpin Berwawasan
Berita: Saham Barang Global, edisi 2. Jakarta:
Konsumsi Tetap Diminati Salemba Empat.
Investor. Retrieved from Susanto, P. (2012, Juli 03). 4
VIVA.co.id: Penyebab Hancurnya
http://bisnis.news.viva.co.id/ Perusahaan Keluarga.
Riandi, D., & Siregar, H. S. (2011). Retrieved from Solopos.com:
Pengaruh Penerapan Good http://www.solopos.com/
Corporate Governance The Jakarta Consulting Group.
Terhadap Return Asset, Net (2014). Family Business:
Profit Margin, dan Earning Budaya Perusahaan
Per Share Pada Perusahaan Keluarga. Retrieved from
Yang Terdaftar Di Corporate The Jakarta Consulting
Governance Perception Index. Group:
Jurnal Ekonom vol 14 No 3 , http://www.jakartaconsulting.
130. com/
Saputra, M., & Kharlina, R. (2012). UMN. (2012, Februari 7). View
Analisis Perbedaan Harga Article: Status Perusahaan di
Saham Sebelum dan Sesudah Indonesia Dikontrol
CSRA Di Bursa Efek Keluarga. Retrieved from
Indonesia. Indonesian Universitas Multimedia
Journal of Computing and Nusantara:
Cybernetics System (IJCCS) https://www.umn.ac.id
Vol.x, No.x, Juli.
Sari, N. M., & Chabachib, M. (2013).
Analisis Pengaruh Leverage,
Efektivitas Asset Dan Sales
Terhadap Profitabilitas Serta
Dampaknya Terhadap Nilai
Perusahaan (Studi pada
Perusahaan di Sektor Industri
Barang Konsumsi yang
Terdaftar diBursa Efek
Indonesia Periode Tahun
2007-2011). Diponegoro
Journal Of Management
Volume 2, Nomor 3.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2009).
Research Methods for
Business A Skill Building
Approach. Chichester: John
Wiley & Sons Ltd.
Pengaruh Servqual Dimension terhadap Kepuasan Wisatawan Agustinawati
JURNAL VISIONER & STRATEGIS
Pada Obyek Wisata Pantai di Lhokseumawe
Volume 7, Nomor 1, Maret 2018
ISSN : 2338-2864
p. 41-50

Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko terhadap


Kepuasan Kinerja Keuangan pada Bank
Pembangunan Daerah di Indonesia

The purpose of this study is to examine the effect of Non-Performing Loan Ristati, Nazir,
(NPL),Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR) and Nurul Mahfuzah
Operational IncomeOperating Cost (BOPO) to Return on Assets (ROA) at Dosen Fakultas Ekonomi
Regional Development Bank (BPD) in Indonesia. The data used in this research Universitas Malikussaleh
are NPL, NIM, LDR, BOPO and ROA data from BPD in Indonesia from 2011 Lhokseumawe
to 2016 accessed through the website www.ojk.go.id. Method of data analysis in
this research is multiple linear regression analysis. The results of the study
found that NPL and NIM have no significant effect on ROA, while LDR and
BOPO have a negative.

Keywords : NPL, NIM, LDR, BOPO, ROA

41 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 7, Nomor 1,Maret 2018


Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko terhadap Kepuasan Kinerja Keuangan Ristati, Nazir, Nurul Mahfuzah
Pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

PENDAHULUAN dalam operasinya, sedangkan Return On Equity


(ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari
Bank Pembangunan Daerah (BPD) merupakan investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut.
salah satu lembaga keuangan yang menjadi sentral Dengan demikian ROA cenderung dipilih sebagai
bagi suatu daerah dalam mewujudkan pembangunan ukuran kinerja Bank Pembangunan Daerah karena
perekonomian. Kondisi perbankan dewasa ini yang ROA digunakan untuk mengukur efektivitas
beranjak baik salah satunya dipengaruhi oleh seluruh perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan
BPD di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
peningkatan kinerja dan keseharan bank Kemudian penerapan manajemen resiko di Bank
pembangunan pada tahun 2015. Rata-rata kinerja Pembangunan Daerah khususnya resiko kredit maka
Bank Pembangunan Daerah mencapai 2,77% yang alat analisis yang digunakan adalah Non Performing
menjadi penyumbang terbesar untuk pertumbuhan Loan (NPL) yang merupakan perbandingan kredit
perbankan di Indonesia yang tumbuh sekitar 25,7 bermasalah dengan total kredit yang diberikan
persen jika dibandingkan dengan periode yang sama Dendawijaya (2009). NPL yang tinggi akan
tahun sebelumnya (Tribunnews, 2017). Bank mengganggu perputaran dana Bank Pembangunan
Pembangunan Daerah sangan mengharapkan kinerja Daerah sehingga menyebabkan Bank Pembangunan
yang baik dalam menjalankan perannya sebagai Daerah mengalami penurunan kinerja. Hal ini
lembaga untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dibuktikan hasil riset Sudiyatno & Suroso, (2010)
daerah. Hal itu dapat dilihat dari laporan keuangan NPL berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan.
yang dikeluakan oleh BankPembangunan Daerah. Kemudian studi Dayu (2015) resiko kredit
Perhitungan rasio dalam laporan keuangan dapat perpengaruh terhadap kinerja keuangan bank
menjadi dasar penilaian kinerja Bank Pembangunan konvensional. Kemudian variabel penerapan
Daerah (Almilia & Herdinigtyas, 2005). manajemen resiko digunakan adalah Net Interest
Dalam rangka meningkatkan kinerja menjadi Margin (NIM) yaitu perbandingan pendapatan bunga
semakin baik, maka Bank Pembangunan Daerah perlu bersih dengan aktiva produktif (Dendawijaya, 2009).
untuk menerapkan manajemen risiko. Hal ini NIM yang tinggi akan menunjukan semakin efisien
merupakan peraturan terbaru yang dikeluarkan Bank Bank Pembangunan Daerah dalam operasi, seperti
Sentral Indonesia yang meminta kepada setiap bank dalam memungut bunga dari penyaluran
di Indonesia harus membentuk tim manajemen risiko. kredit/pinjaman dan membayar bunga ke pemilik
Tim ini berkewajiban untuk mengendalikan berbagai dana. Sehingga NIM dapat mempengaruhi kinerja
aspek manajemen risiko di setiap bank dan untuk Bank Pembangunan Daerah. Hal ini sesuai dengan
mengamati dampak penerapan manajemen risiko hasil penelitian Mahardian (2008) NIM berpengaruh
terutama terhadap kekuatan moneter di Indonesia terhadap kinerja keuangan perbankan di Indonesia.
(Sen, 2006). Penerapan manajemen resiko penting Mengukur kinerja perbankkan juga dilakukan
sekali di dunia perbankkan dalam hubungannnya dengan rasio likuiditas yang di proksikan dengan
dengan kerugian yang dialaminya, begitu juga Bank Loan to Deposit Ratio (LDR) yaitu perbandingan
Pembangunan Daerah diharapkan mampu mendeteksi kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dan dana
maksimum kerugian yang mungkin timbul di masa pihak ketiga. Semakin tinggi LDR maka laba bank
mendatang. Risiko-risiko tersebut seperti risiko kredit, semakin tinggi, dengan meningkatnya laba bank,
risiko pasar, risiko likuiditas dan risiko operasional maka kinerja bank juga meningkat, ini ditunjukkan
yang sering dialami oleh Bank Pembangunan Daerah, hasil riset Agustiningrum (2011) dan Widati (2012)
dan semua risiko tersebut diukur dengan alat analisis LDR berpengaruh terhadap kinerja perbankkan.
rasio. Selanjutnya penerapan manajemen resiko dalam
Analisis rasio adalah salah satu alat analisis penelitian ini yang digunakan adalah rasio Beban
keuangan yang banyak digunakan. Menurut Operasioanal terhadapPendapatan Operasional
Tirtaningtyas & Hennicke (2015) analisis rasio (BOPO), yang merupakan untuk mengukur
mampu mengungkapkan hubungan penting dan dapat kemampuan manajemen Bank Pembangunan Daerah
menjadi dasar perbandingan dalam menemukan dalam mengendalikan biaya operasional terhadap
kondisi sulit untuk dideteksi dengan mempelajari pendapatan operasional. BOPO yang tinggi
masing-masing komponen yang membentuk rasio. menunjukkan tidak efisiennya Bank Pembangunan
Dengan menggunakan rasio keuangan, investor dapat Daerah dalam menjalankan operasionalnya sehingga
dengan mudah mengetahui kinerja Bank berpengaruh terhadap kinerja Bank Pembangunan
Pembangunan Daerah di Indonesia. Return On Asset Daerah. Hal ini sejalan dengan penelitian (Margaretha
(ROA) adalah salah satu rasio yang tepat untuk & Zai, 2013) dan Sudiyatno & Suroso (2010) yang
mengukur kinerja keuangan Bank Pembangunan menemukan BOPO berpengaruh signifikan terhadap
Daerah. Menurut (Mawardi, 2005) Return On Asset kinerja perbankkan yang go publik di bursa Efek
(ROA) merupakan rasio yang memfokuskan Indonesia.
kemampuan perusahaan untuk memperoleh earnings

42 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 7, Nomor 1,Maret 2018


Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko terhadap Kepuasan Kinerja Keuangan Ristati, Nazir, Nurul Mahfuzah
Pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

KAJIAN PUSTAKA diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini
maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit
Penerapan Manajemen Resiko bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam
5/8/PBI/2003 manajemen risiko adalah serangkaian kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal
proses dan metodologi yang digunakan untuk ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga
mengidentifikasi, mengukur, memantau dan tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang
bank. Ali (2006) berpendapat bahwa manajemen lancar, diragukan dan macet. Standar yang ditetapkan
risiko merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah kurang dari 5%, dengan
untuk menghindari risiko-risiko yang mungkin rasio dibawah 5% maka Penyisihan Penghapusan
muncul di masa depan. (Labombang, 2011) Aktiva Produktif (PPAP) yang harus disediakan bank
mengklasifikasikan resiko terdiri dari resiko murni guna menutup kerugian yang ditimbulkan oleh aktiva
dan risiko spekulatif (Pure risk and speculative risk), produktif non lancar (dalam hal ini kredit bermasalah)
risiko terhadap benda dan manusia, risiko menjadi kecil (Griha et al, 2014).
fundamental serta risiko khusus (fundamental risk and Rasio NPL menunjukkan kemampuan manajemen
particular risk). bank dalam mengelola kredit bermasalah yang
Dewasa ini industri perbankan Indonesia diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio NPL maka
dihadapkan dengan risiko yang semakin kompleks semakin buruk kualitas kredit yang menyebabkan
akibat kegiatan usaha bank yang beragam mengalami jumlah kredit bermasalah semakin besar sehingga
perkembangan pesat sehingga mewajibkan bank untuk dapat menyebabkan kemungkinan suatu bank dalam
meningkatkan kebutuhan akan penerapan manajemen kondisi bermasalah semakin besar (Herdiningtyas,
risiko untuk meminimalisasi risiko yang terkait 2005). Tingginya rasio Non Performing Loan jelas
dengan kegiatan usaha perbankan (Djohanputro, dapat menurunkan tingkat likuiditas bank yang
2004). Implementasi manajemen risiko pada bank di berdampak terhadap ketidakmampuan bank dalam
Indonesia diarahkan sejalan dengan standar baru menutupi biaya operasional atas tanggungan terhadap
secara global yang dikeluarkan oleh Bank for suku bunga deposito maupun tingkat kecukupan
International Settlement (BIS) dengan konsep modal bank. Ketidakmampuan bank dalam membayar
permodalan baru dimana kerangka perhitungan modal kewajibannya akan menurunkan kepercayaan nasabah
lebih sensitif terhadap risiko (risk sensitive) serta terhadap bank dan nantinya jelas akan berdampak
memberikan insentif terhadap peningkatan kualitas juga terhadap penurunan kinerja bank (Maryadi &
manajemen risiko di bank atau yang lebih disebut Basuki, 2014).
dengan Basel II (penyempurnaan dari Basel I),
sebagaimana diadopsi oleh Bank Indonesia melalui Net Interest Margin (NIM)
peraturan Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan NIM menunjukan rasio pendapatan bunga bank
Manajemen Risiko bagi Bank Umum agar perbankan (pendapatan bunga kredit minus biaya bunga
Indonesia dapat beroperasi secara lebih berhati-hati simpanan) terhadap outstanding kredit, rasio ini
dan penerapannya disesuaikan dengan tujuan, menunjukan kemampuan bank (Muljono, 1999) dalam
kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha serta memperoleh pendapatan operasionalnya. Semakin
kemampuan bank dalam hal keuangan, infrastruktur tinggi rasio NIM menujukan semakin efektif bank
pendukung maupun sumber daya manusia. Dengan dalam penempatan aktiva perusahaan dalam bentuk
ketentuan ini, bank diharapkan mampu melaksanakan kredit. Net income margin menunjukan kemampuan
seluruh aktivitasnya secara terintegrasi dalam suatu perusahaan memperoleh laba dari setiap penjualan
sistem pengelolaan risiko yang akurat dan yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan
komprehensif (Nugroho, 2015). Dalam industri perputaran aktiva menunjukan seberapa jauh
perbankkan yang sering terjadi resiko adalah di sisi perusahaan menciptakan penjualan dari aktiva yang
kredit, dan tentunya berdampak pada profitabilitas dimiliki (Hindarto, 2011).
yang merupakan salah satu kinerja keuangan, Rasio NIM mencerminkan risiko pasar yang
sebagaimana dalam penelitian Putri (2009) yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, di mana hal
menemkan alokasi dana kredit berpengaruh terhadap tersebut dapat merugikan bank (Hasibuan, 2007).
profitabilitas. Rasio NIM juga digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan
Non Performing Loan(NPL) pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank
Hampir semua industri perbankan dihadapkan dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan
pada berbagai risiko, salah satu risiko tersebut adalah operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga
risiko kredit. Pada penelitian ini rasio keuangan yang dari kredit yang disalurkan (Mahardian, 2008).
digunakan sebagai proksi terhadap nilai suatu resiko Semakin besar NIM yang dicapai oleh suatu bank
kredit adalah rasio Non Performing Loan (NPL). maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas
Rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen aktiva produktif yang dikelola oleh bank yang
bank dalam mengelola kredit bermasalah yang

43 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 7, Nomor 1,Maret 2018


Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko terhadap Kepuasan Kinerja Keuangan Ristati, Nazir, Nurul Mahfuzah
Pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan Rasio BOPO digunakan untuk mengukur efisiensi
meningkat (Puspitasari, 2009). operasional bank, dengan membandingkan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional
Loan to Deposit Ratio (LDR) (Dietrich, 2013). Biaya operasional merupakan biaya
Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang yang dikeluarkan oleh pihak bank dalam menjalankan
cukup kompleks dalam kegiatan operasi bank, hal aktivitasnya sehari-hari meliputi biaya gaji, biaya
tersebut disebabkan karena dana yang dikelola bank pemasaran, biaya bunga. Sedangkan pendapatan
sebagian besar adalah dana dari masyarakat yang operasional merupakan pendapatan yang diterima oleh
sifatnya jangka pendek dan dapat ditarik sewaktu- pihak bank yang diperoleh melalui penyaluran kredit
waktu. Likuiditas suatu bank berarti bahwa bank dalam bentuk suku bunga (Yogi Prasanjaya &
tersebut memiliki sumber dana yang cukup tersedia Ramantha, 2013)
untuk memenuhi semua kewajiban (Siamat, 2005).
Salah satu penilaian likuiditas bank adalah dengan Kinerja Keuangan
menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Bank dituntut untuk memiliki kinerja yang baik
Deposit Ratio (LDR) dijadikan variabel independen agar menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Kinerja
yang mempengaruhi ROA didasarkan didasarkan keuangan bank merupakan gambaran kondisi
hubungannya dengan tingkat risiko bank yang keuangan bank pada suatu periode tertentu baik
bermuara pada profitabilitas bank yaitu ROA mencakup aspek penghimpunan dana maupun
(Puspitasari, 2009) penyaluran dananya. Kinerja menunjukkan sesuatu
Rasio LDR digunakan untuk mengukur yang berhubungan dengan kekuatan serta kelemahan
kemampuan bank tersebut apakah mampu membayar suatu perusahaan (Marsuki, 2006). Menurut Fahmi
hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada (2011) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang
deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu
yang diajukan. Atau dengan kata lain seberapa jauh perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
pemberian kredit kepada nasabah, kredit dapat aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan
mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi benar. Sementara konsep kinerja keuangan menurut
permintaan deposan yang ingin menarik kembali Gitosudarmo dan Basri (2002) adalah rangkaian
uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu yang
memberikan kredit (Dendawijaya, 2005). Menurut dilaporkan dalam laporan keuangan diantaranya
Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember laporan laba rugi dan neraca.
2001, LDR dapat diukur dari perbandingan antara Kinerja keuangan tersebut terlihat pada laporan
seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap dana keuangan yang dianalisis dengan beberapa rasio,
pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan seperti rasio likuiditas yang terdiri dari rasio lancar,
akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak rasio cepat dan rasio modal kerja. Kemudian juga
mampu menyalurkan kredit sementara dana yang rasio aktivitas yaitu rasio periode pengumpulan
terhimpun banyak maka akan menyebabkan bank piutang, rasio tingkat perputaran piutang, rasio tingkat
tersebut rugi (Kasmir, 2004). Semakin tinggi LDR perputaran persediaan dan rasio tingkat perputaran
maka laba perusahaan semakin meningkat dengan aktiva tetap. Selanjutnya rasio rentabilitas atau
asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit profitabilitas terdiri dari marjin laba bersih, marjin
dengan efektif, sehingga jumlah kredit macetnya akan laba usaha, return on asset, return on equity dan rasio
kecil (Puspitasari, 2009). pembayaran dividen. Rasio solvabilitas atau leverage
juga cerminan dari kinerja keuangan yang terdiri dari
Biaya Operasional terhadap Pendapatan capital adequacy ratio dan debt to equity ratio
Operasional (BOPO) (Faisol, 2007).
BOPO merupakan rasio efisiensi yang digunakan Dalam penelitian ini kinerja keuangan Bank
untuk mengukur seberapa efisiensi korporasi dalam Pembangunan Daerah diukur dengan ruturn on asset
penggunaan aktivanya (Manahan P T, 2013). Rasio ini (ROA). Dendawijaya (2009) mengatakan bahwa ROA
diukur apakah manajemen bank telah menggunakan adalah alat untuk mengukur kemampuan manajemen
semua faktor produksinya dengan efektif dan efisien. bank dalam mengelola asset-assetnya guna
Adapun efisiensi usaha bank diukur dengan memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Mawardi
menggunakan rasio operasional dibandingkan dengan (2005) mengemukan ROA (Return on Asset) lebih
pendapatan operasional. BOPO juga merupakan rasio dipilih untuk mengukur kinerja keuangan BPD karena
yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi ROA (Return on Asset) merupakan rasio yang
(Eng, 2013). Beban operasional dihitung berdasarkan memfokuskan kemampuan perusahaan untuk
penjumlahan dari total beban bunga dan beban memperoleh earnings, sedangkan Return on Equity
operasional lainya. Sedangkan pendapatan operasional (ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari
merupakan penjumlahan dari total pendapatan lainya. investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut.
Semakin tinggi rasio ini menunjukan semakin tidak
efisien biaya operasional bank (Fajari & Sunarto).

44 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 7, Nomor 1,Maret 2018


Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko terhadap Kepuasan Kinerja Keuangan Ristati, Nazir, Nurul Mahfuzah
Pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

METODE PENELITIAN Tabel 1: Uji Normalitas

Data One-Saple Kolmogorov-Smirnov Test


Populasi dalam penelitian ini adalah semua Bank
Pembangunan Daerah di Indonesia yang beroperasi Unstandardized
selama tahun 2011 sampai 2016, yaitu sebanyak 26 Residual
Bank Pembangunan Daerah. Adapun teknik sampling N 150
dilakukan dengan non probabilty sampling dengan Normal Mean .0000000
metode purposive sampling, yaitu sampel yang Parametersa,b Std. .75499842
dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan Deviation
didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi di Most Extreme Absolute .071
dasarkan atas adanya kriteria tertentu. Adapun kriteria Differences Positive .053
penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini Negative -.071
adalah Bank Pembangunan Daerah yang terdaftar di Kolmogorov-Smirnov Z .071
Otoritas Jasa Keuangan pada kurun waktu 2011-2016 Asymp. Sig. (2-tailed) .065
dan Bank Pembangunan Daerah yang Sumber: Hasil penelitian 2018 (Data diolah)
mempublikasikan laporan keuangannya selama kurun
waktu 2011-2016 serta yang masih beroperasi selama Berdasarkan dari Tabel 1 di atas hasil analisis
kurun waktu 2011-2016. normalitas secara statistik non parametrik yaitu
Adapun model analisis data yang digunakan untuk Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dimana nilai
menjawab permasalahan penelitian ini yaitu untuk Kolmogorov Smirnov Z diperoleh sebesar 0,071
menganalisis pengaruh penerapan manajemen resiko
dengan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.065.
terhadap kinerja keuangan adalah dengan analisis
regresi linear berganda dengan bantuan program Nilai signifikansi ini lebih besar dari 0,05. Dengan
software SPSS (Statistical Package For Social demikian dapat disimpulkan bahwa nilai residual atau
Science) dengan persamaan sebagai berikut: variabel peganggu model regresi terdistribusi secara
normal.
ROA = ß0+ß1NPL+ ß2NIM + ß3LDR +ß4BOPO +e
Uji Multikolonieritas
Dimana: Uji multikolonieritas untuk melihat apakah adanya
korelasi antar variabel bebas (independen) pada model
ROA = Return on Asset
NPL = Non Performing Loan regresi berganda. Model regresi yang baik adalah
NIM = Net Interest Margin tidak terjadinya multikolonieritas antar variabel
BOPO = Biaya Operasional terhadap Pendapatan independen. Untuk mendeteksi multikoloneiritas
Operasional dalam penelitian ini penulis mengacu pada nilai
ß0 = Intercept tolerance dan variance inflation factor (VIF). Apabila
ß1..ß 4 = Parameter Regresi nilai tolerance < 0,10 atau VIF > 10 maka
e = Error Term
mengindikasikan terjadinya multikoloneiritas
(Ghozali, 2012).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 2: Uji Multikolonieritas

Uji Normalitas Data Collinearity Statistics


Model
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah Tolerance VIF
dalam model regresi, variabel penggangu atau residual (Constant)
memiliki distribusi normal. Untuk melihat normalitas NPL .763 1.311
residual dapat dilakukan dengan analisis statistik non 1 NIM .915 1.093
parametrik yaitu Kolmogorov Smirnov (K-S). Apabila LDR .983 1.017
nilai nilai Asymp. Sig. (2-tailed) di atas nilai 0,005 BOPO .759 1.318
maka dinyatakan data berdisstribusi normal (Ghozali, Sumber: Hasil penelitian 2018 (Data diolah)
2012). Untuk mengetahui hasil uji Kolmogorov
Smirnov (K-S) dapat di liha pada Tabel 1 di bawah Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 2 di atas
ini. ditemukan nilai tolerance NPL sebesar 0,763 dan
nilai VIF sebesar 1,311. Nilai tolerance NIM sebesar
0,915 serta nilai VIF sebesar 1,093 dan nilai tolerance
LDR sebesar 0,983 dan nilai VIF sebesar 1,017 serta

45 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 7, Nomor 1,Maret 2018


Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko terhadap Kepuasan Kinerja Keuangan Ristati, Nazir, Nurul Mahfuzah
Pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

nilai tolerance BOPO sebesar 0,759 serta nilaiVIF Tabel 3: Uji Autokorelasi
sebesar 1,318. Dimana hasil uji multikolonieritas ini
tidak satupun nilai tolerance masing-masing variabel Model Durbin-Watson
independen kurang dari 0,0 atau nilai VIF lebih besar
dari 10. Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan 1 1.246
dalam pengujian multikolonieritas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa dalam penelitian tidak Sumber: Hasil penelitian 2018 (Data diolah)
terjadimultikolonieritas maka lolos dari uji asumsi
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa nilai Durbin
klasik. Watson sebesar 1,246. Nilai tersebut berada di antara -
2 sampai 2. Hal ini mengindikasikan bahwa di dalam
Uji Heteroskedastisitas penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
variance dari residual satu pengamatan ke Koefisien korelasi digunakan untuk mengukur
pengamatan yang lain. Ghozali (2012) mengatakan kekuatan asosiasi (hubungan) linier antara dua
bahwa model regresi yang baik adalah yang tidak variabel. Kemudian koefisien determinasi digunakan
terjadi heteroskedasitas. Cara yang paling umum yang untuk mengukur seberapa besar kemampuan model
digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya dalam menerangkan variasi variabel independen atau
heteroskedastisitas adalah dengan melihat scatterplot terikat (Kuncoro, 2009). Untuk lebih jelasnya uji
antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu Koefisien korelasi dan koefisien determinasi dapat
ZPRED dengan residualnya SRESID. Adapun hasil uji dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: Tabel 4: Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien
Determinasi

Adjusted R
Model R R Square
Square

1 .260a .568 .420

Sumber: Hasil penelitian 2018 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4 di atas menunjukkan nilai


koefisien korelasi sebesar 0,260, nilai ini
menunjukkan bahwa variabel independen yaitu
Gambar 1. Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot) penerapan manajemen resiko yang terdiri dari NPL,
Berdasarkan pengujian heteroskedastisitas NIM, LDR dan BOPO mempunyai hubungan dengan
sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 1 di atas variabel independen yaitu kinerja keuangan (ROA)
menunjukkan bahwa titik-titik menyebar di atas dan di sebesar 26%. Kemudian koefisien determinasi adalah
bawah angka nol pada sumbu Y. Selain itu, titik-titik sebesar 0,568. nilai ini berarti variabel independen
tersebut juga tidak membentuk suatu bentuk maupun yaitu penerapan manajemen resiko yang terdiri dari
pola tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa dalam NPL, NIM, LDR dan BOPO dapat menjelaskan
penelitian ini tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. pengaruhnya terhadap variabel dependen yaitu kinerja
keuangan (ROA) pada Bank Pembangunan Daerah di
Indonesia sebesar 56,8%, sementara sisanya sebesar
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah suatu uji yang bertujuan 43,2% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian ini.
untuk mengetahui apakah dalam suatu model linear
ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode Analisis Pengaruh Penerapan Manajemen Resiko
t dengan kesalahan pada periode t-1. Ghozali (2012) Terhadap Kinerja Keuangan Bank Pembangunan
mengatakan bahwa model regresi linear berganda di Indonesia
yang baik tidak boleh terdapat autokorelasi. Uji
Untuk mengetahu pengaruh penerapan manajemen
autokolerasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson. resiko terhadap kinerja keuangan Bank Pembangunan
Adapun hasil uji autokorelasi dalam penelitian ini Daerah di Indonesia dapat dilihat pada tabel 5 di
adalah sebagai berikut: bawah ini.

Tabel 5: Analisis Regresi Linear Berganda

46 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 7, Nomor 1,Maret 2018


Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko terhadap Kepuasan Kinerja Keuangan Ristati, Nazir, Nurul Mahfuzah
Pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

Unstandardized Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap


Coefficients Return on Asset (ROA)
Model thitung ttabel Sig. Variabel LDR diperoleh nilai thitung sebesar -
Std.
B 2,757 dengan nilai signifikansi 0,007, sedangkan nilai
Error
ttabel sebesar 1,655, dengan demikian thitung >
1 (Consta
6.511 3.611 1.803 .074 ttabel, yaitu -2.757 > 1,655 dan nilai signifikansi
nt)
0,007 < 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan
NPL .213 .156 1.362 1.655 .175 LDR berpengaruh negatif terhadap ROA Bank
NIM .185 .226 .818 1.655 .415 Pembangunan Daerah di Indonesia. Yang berarti
LDR -1.144 .415 -2.757 1.655 .007 semakin tinggi nilai LDR maka semakin rendah nilai
BOPO -1.279 1.695 -2.165 1.655 .010 ROA. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko likuiditas
Sumber: Hasil penelitian 2018 (Data diolah) mampu mempengaruhi kinerja keuangan Bank
Pembangunan Daerah di Indonesia, ini dikarenakan
Pengaruh Non Performing Loan (NPL)Terhadap Bank Pembangunan Daerah yang tidak mampu
Return on Asset (ROA) membayar kewajibannya merupakan bank yang tidak
Berdasarkan tabel 5 di atas nilai variabel NPL memiliki kinerja keuangan yang baik. Hal tersebut
mempunyai thitung sebesar 1,362 dengan nilai akan berpengaruh terhadap keuntungan bank. Jika
signifikansi 0,175, sedangkan nilai ttabel sebesar Bank Pembangunan Daerah mampu membayar
1,655, dengan demikian thitung < ttabel, yaitu 1,362 < kewajiban-kewajibannya, maka hal itu menunjukkan
1,655 dan nilai signifikansi 0,175 > 0,05, dengan bahwa bank tersebut memiliki kinerja yang baik.
demikian dapat disimpulkan NPL tidak berpengaruh Hasil Penelitian ini sesuai dengan penelitian Defri
signifikan terhadap ROA Bank Pembangunan Daerah (2012) dan penelitian Margaretha & Zai, (2013) yang
di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa risiko kredit menemukan LDR berpengaruh negatif terhadap ROA.
ternyata tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Bank Pembangunan Daerah di Indonesia. Pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Dikarenakan bank yang memiliki kinerja yang baik Operasional (BOPO)Terhadap Return on Asset
tidak pernah menganggap risiko kredit sebagai (ROA)
masalah di dalam meningkatkan kinerja keuangannya. Nilai BOPO diperoleh nilai thitung sebesar -2,165
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Sabir, et dengan nilai signifikansi 0,010, sedangkan nilai ttabel
al, (2012) dan penelitian Malahayati, C.P & Kartika sebesar 1,655, dengan demikian thitung > ttabel, yaitu
(2015) yang menemukan NPL tidak berpengaruh -2,165 > 1,655 dan nilai signifikansi 0,010 < 0,05,
signifikan terhadap ROA. dengan demikian dapat disimpulkan BOPO
berpengaruh negatif terhadap ROA Bank
Pengaruh Net Interest Margin (NIM) Terhadap
Pembangunan Daerah di Indonesia. Artinya semakin
Return on Asset (ROA)
Nilai variabel NIM diperoleh thitung sebesar tinggi nilai BOPO maka semakin rendah nilai ROA.
0,818 dengan nilai signifikansi 0,415, sedangkan nilai Ini mengindikasikan bahwa risiko operasional
ttabel sebesar 1,655, dengan demikian thitung < memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
ttabel, yaitu 0,818 < 1,655 dan nilai signifikansi 0,415 keuangan Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.
> 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan NIM Hal ini dikarenakan jika operasional Bank
tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA Bank Pembangunan Daerah terganggu, maka hal tersebut
Pembangunan Daerah di Indonesia. Temuan ini
akan mengurangi kemampuan bank dalam
mengindikasikan bahwa risiko pasar tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan memperoleh laba sehingga berpengaruh terhadap
Bank Pembangunan Daerah di Indonesia. Hal ini kinerja keuangannya. Temuan ini sejalan dengan hasil
dikarenakan untuk mencapai kinerja yang baik bank penelitian Prasanjaya & Ramanth, (2013) serta
harus mampu beroperasional dengan lancar dan penelitian Mismiwati (2016).
mampu memperoleh keuntungan, bukan dikarenakan
faktor-faktor pasar seperti kurs dan suku bunga. Bank PENUTUP
yang mapan dan memiliki kualitas yang baik akan
dengan mudah menangani masalah masalah kurs dan Kesimpulan
suku bungan yang ada. Hasil penelitian ini sejalan Non Performing Loan (NPL) tidak berpengaruh
dengan penelitian Margaretha & Zai, (2013) dan terhadap return on asset (ROA) pada Bank
penelitian Mismiwati (2016) yang menemukan NIM Pembangunan Daerah di Indonesia, hal dikarenakan
tidak berpengaruh terhadap ROA. bank yang memiliki kinerja yang baik tidak pernah
menganggap risiko kredit sebagai masalah di dalam
meningkatkan kinerja keuangannya. Net Interest
Margin (NIM) juga tidak berpengaruh berpengaruh
terhadap return on asset (ROA), ini berarti risiko
pasar tidak memiliki pengaruh yang signifikan

47 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 7, Nomor 1,Maret 2018


Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko terhadap Kepuasan Kinerja Keuangan Ristati, Nazir, Nurul Mahfuzah
Pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

terhadap kinerja keuangan Bank Pembangunan Saran


Daerah di Indonesia. Loan to Deposit Ratio (LDR) Disarankan kepada kepada pihak perbankan agar
berpengaruh negatif terhadap return on asset (ROA), memperhatikan faktor risiko dalam melakukan
semakin tinggi nilai LDR maka semakin menurun operasional. Karena LDR dan BOPO mempunyai
return on asset (ROA), serta Biaya Operasional pengaruh yang negatif terhadap profitabilitas
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) juga perbankan. Artinya semakin tinggi biaya operasional
berpengaruh negatif terhadap return on asset (ROA) dan semakin banyak pinjaman yang diberikan maka
pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia. akan mengurangi profitabilitas perbankan.

48 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 7, Nomor 1,Maret 2018


Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko terhadap Kepuasan Kinerja Keuangan Ristati, Nazir, Nurul Mahfuzah
Pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

REFERENSI

REFERENSI

Agustiningrum, R. (2011). Analisis pengaruh CAR, NPL, dan LDR terhadap Profitabilitas pada Perusahaan
Perbankan. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 885–902.
Ali, Masyhud. (2006). Manajemen Risiko (Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan
Globasisasi Bisnis). Jakarta :PT Raja Grafindo Persada.
Almilia, S. L., & Herdinigtyas, W. (2005). Analisis Rasio Camel Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada
Lembaga Perbankan Perioda 2000-2002. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 7(2), 131–147.
https://doi.org/10.9744/jak.7.2.pp. 131-147.
Bank Indonesia. (1998). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, (Direktur Direktorat Hukum Bank Indonesia), 65.
https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2.
Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003
Budisantoso, T dan Sigit. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Dayu, P. Q. (2015). Pengaruh Tingkat Kecukupan Modal, Likuditas, Risiko Pasar, dan Risiko Kredit Terhadap
Kinerja Keuangan Pada Bank Konvensional. E-Jurnal Universitas Negeri Padang, 1–15.
Dendawijaya, Lukman. (2005). Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Dendawijaya, Lukman. (2009). Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Dietrich, A. (2013). What Determines the Profitability of Commercial Banks ? New Evidence From
Switzerland. Accounting & Finance, 53(March), 561–586. https://doi.org/10.1111/j.1467-
629X.2011.00466.x.
Djohanputro, Bramantyo. (2004). Manajemen Resiko Korporat Terintegrasi. Jakarta : PPM
Eng, T. S.. (2011). Pengaruh NIM, BOPO, LDR, NPL dan CAR Terhadap ROA. Bank Internasional Go Public
Periode 2007-2011. Jurnal Dinamika Manajemen. Vol. 1 No. 3 ISSN: 2338-123X
Eng, T. S. (2013). Pengaruh NIM, BOPO, LDR, NPL & CAR Terhadap ROA Bank Internasional dan Bank
Nasional Go Public Periode 2007-2011. Jurnal Dinamika Manajemen, ISSN: 2338-123X, 1(3), 153–168.
Fajari, Slamet & Sunarto (2017). Penagruh CAR, LDR, NPL, BOPO Terhadap Profitabilitas Bank ( Studi Kasus
Perusahaan Perbankkan Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011 Sampai 2015).
Prosiding Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu & Call For Papers Unisbank KE-3 (SENDI_U 3)
2017.
Faisol, Ahmad. (2007). Analisis Kinerja Keuangan Bank Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Jurnal
Ilmiah Berkala Empat Bulanan.Vol 3 No 2.
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 20, Edisi Enam, Cetakan IV,
Semarang: Penerbit Universitas Diponogoro.
Gitosudarmo, Agus Indriyo dan Basri.(2002). Manajemen Keuangan. Yogyakarta:BPFE.
Griha, Reychard & Zulbahridar & R. Adri S (2014). Analisis Faktor Rasio CAMEL Terhadap Profitabilitas
Bank Perkreditan Rakat di Pekan Baru Tahun 2008-2012. Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014.
Hasibuan, Malayu S.P. (2007). Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT Bumi Aksara
Hendarto, Cahyo. (2011). Analisis Penagruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO dan KAP Terhadap Return on
Asset (Studi Perbandingan pada Bank dengan Total Asset diatas 1 Trilyun dan dibawah 1 Trilyun
Periode Tahun 2005-2008). Jurnal Bisnis Strategil. Vol. 20 No. 2 Desember 2011
Hesti Wedaningtyas, 2005. Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bak Take Over Pramerger di Indonesia,
Jurnal Manajemen Indonesia, Vol.1, No.2, p: 24-39.
Irham, Fahmi. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Kasmir. (2004). Manajemen Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Labombang, M. (2011). Manajemen Risiko Dalam Proyek Konstruksi. Jurnal SMARTek, 9, 39–46.
Mahardian, P. (2008). Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan (Studi Kasus Perusahaan Perbankan Yang Tercatat di BEJ Periode Juni 2002-Juni2007).
Journal University Of Diponegoro, 1–124.
Malahayati, C.P & Kartika, S. (2015). Penagaruh BOPO, ROA, CAR, NPL, DAN Jumlah SBI Terhadap
Penyaluran Krdit Perbankkan. Prosiding PESAT, 6(ISSN: 1858-2559), 95–101.
Margaretha, F., & Zai, M. P. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempenagruhi Kinerja Keuangan Perbankkan
Iindonesia. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 15(2), 133–141.
Mahardian, Pandu, (2008) Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM, dan LDR Terhadap ROA (Studi
Kasus Perusahaan Perbankan yang Tercatat di BEJ Periode Juni 2002-Juni 2007), TESIS Program
Pascasarjana Magister Manajemen UNDIP (tidak dipublikasikan).
Maryadi, S., & Basuki, A. T. (2014). Determinan Kinerja Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Konvensional
[Determinants of Financial Performance of Conventional Rural Banks]. Jurnal Ekonomi Dan Studi

49 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 7, Nomor 1,Maret 2018


Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko terhadap Kepuasan Kinerja Keuangan Ristati, Nazir, Nurul Mahfuzah
Pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

Pembangunan, 15(1), 55–63.


Marsuki. (2006). Efektivitas Peran Perbankan Memberdayakan Sektor Ekonomi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Mawardi, W. (2005). Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia
(Studi Kasus Pada Bank Umum Dengan Total Asset Kurang dari 1 Triliun). Jurnal Bisnis Strategi.
Mismiwati. (2012). Pengaruh CAR, NIM, BOPO, LDR dan NPL terhadap ROA (Studi Pada PT. BPD UMSEL
BABEL). Jurnal I-Finance. Vol 2. No 1.
Muljono, Teguh Pudjo. (1999). Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan. Edisi revisi 1999, Cetakan 6,
Jakarta: Djambatan.
Nugroho, Anton Budhi. (2015). Manajemen Resiko Perbankkan.
https://konsultankti.wordpress.com/2015/08/05/manajemen-resiko-perbankan/
Puspitasari, D. (2009). Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR dan Suku Bunga SBI Terhadap
ROA (Studi Pada Bank Devisa di Indonesia Perioda 2003-2007). Universitas Diponegoro Semarang.
Putri, D. L. (2009). Analisis Pengaruh Alokasi Dana Kredit Terhadap Profitabilitas pada Unit Simpan Pinjam
Swamitra Koperasi Pedagang Pasar Bangkinang. Pekbis Jurnal, 1(1), 44–50.
Sabir, M., Ali, M., & Habbe, A. H. (2012). Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank
Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia. Jurnal Analisis, 1(1), 79–86.
Sen, Y. (2006). Manajemen Resiko Dalam Dunia Perbankan. In Jurnal Sistem Informasi UKM (Vol. 1, pp. 63–
71). https://doi.org/10.21107/Mediatren.V5I2.1783.
Siamat, Dahlan. (2005). Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Keempat, Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Sudiyatno, B., & Suroso, J. (2010). Analisis pengaruh DPK, BOPO, CAR dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan
pada Sektor Perbankan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dinamika Keuangan Dan
Perbankan. https://doi.org/10.7202/1005434ar.
Tirtaningtyas, F. N., & Hennicke, J. C. (2015). Threats to The Critically Endangered Christmas Island
Frigatebird Fregata Andrewsi in Jakarta Bay, Indonesia, and Implications for Reconsidering Conservation
Priorities. Marine Ornithology, 43(2), 137–140.
Tribunnews. www.tribunnews.com. Diakses pada 21 Februari 2017
Widati, L. W. (2012). Analisis Pengaruh CAMEL Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Go Publik.
Dinamika Akuntansi Keuangan Dan Perbankan, 1 No. 2(Program Studi Akuntansi Universitas
Stikubank), 105–119.
Yogi Prasanjaya, A. A., & Ramantha, I. W. (2013). Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, LDR dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Profitabilitas Bank Yang Terdaftar DI BEI. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
41, 2302–8556.

50 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 7, Nomor 1,Maret 2018


SIKAP, Vol 4 (No. 1), 2019, hal 81-87
p-ISSN: 2541-1691 e-ISSN : 2599-1876

SISTEM INFORMASI, KEUANGAN, AUDITING DAN


PERPAJAKAN
http://jurnal.usbypkp.ac.id/index.php/sikap

PENGARUH RISIKO KEUANGAN DAN NILAI PERUSAHAAN


TERHADAP PERATAAN LABA
Tevi Leviany1, Wiwin Sukiati2, Melinda Syahkurah3
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sangga Buana1,2,3
tevi.pupung@gmail.com1, wiwin.sukiati@yahoo.com2, melindasyah@gmail.com3

Abstrak

Perataan Laba adalah proses memanipulasi profit waktu pendapatan atau laporan pendapatan untuk
membuat laporan laba menjadi kurang bervariasi. Perataan laba dilakukan untuk meredam
fluktuasi pendapatan ke suatu tingkat tertentu dengan menggunakan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Perataan laba diantaranya Risiko
Keuangan dan Nilai Perusahaan . Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah pengaruh Risiko
Keuangan dan Nilai Perusahaan terhadap Perataan Laba. Metodologi Penelitian yang digunakan
adalah deskriptif dan asosiatif. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017 dengan menggunakan purposive sampling. Hasil
Penelitian menunjukan bahwa Risiko Keuangan dan Nilai Perusahaan tidak berpengaruh secara
parsial dan simultan terhadap Perataan Laba dengan hasil uji Z probabilitas Risiko Keuangan
adalah 0,8167 > 0,05 dan probabilitas Nilai Perusahaan 0,3878 > 0,05. Sedangkan Uji LR
menunjukan nilai probabilitas 0,620465 > 0,05.

Kata Kunci : Perataan Laba; Risiko Keuangan; Nilai Perusahaan

THE EFFECT OF FINANCIAL RISK AND CORPORATE VALUE


INCOME SMOOTHING
Abstract

Income smoothing is the process of manipulating time income or income reports to make earnings
reports less varied. Income smoothing is done to reduce income fluctuations to a certain level by
using generally accepted accounting principles. There are several factors that influence income
smoothing including Financial Risk and Firm Value. The purpose of this study is to determine
whether the influence of Financial Risk and Firm Value on Income Smoothing. The research
methodology used is descriptive and associative. This research was conducted at Manufacturing
companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2013-2017 using purposive sampling. The
results of this research show that Financial Risk and Firm Value does not affect Income
Smoothing partially nor simultaneously with the results of Z Financial Risk probability test is
0.8167 > 0.05 and the probability of Firm Value is 0.3878 > 0.05. While the LR test with the
probability value of 0.620465> 0.05.

Key words : Income Smoothing; Financial Risk; Firm Value


Tevi Leviany., et. al / Pengaruh Risiko Keuangan Dan Nilai Perusahaan Terhadap Perataan Laba

PENDAHULUAN
Dalam menghadapi perkembangan dan persaingan bisnis, pihak manajemen dituntut untuk
meningkatkan kinerja agar mampu mencapai tujuan perusahaan yakni memaksimalkan laba yang
dapat diperoleh. Besarnya angka laba yang diperoleh dapat berdampak pada nilai perusahaan
yang akhirnya menarik minat investor untuk menanamkan modal. Tetapi di samping itu,
manajemen juga bertanggungjawab untuk menyediakan laporan keuangan bagi semua pihak
yang memiliki kepentingan berbeda-beda terhadap informasi akuntansi perusahaan.
Salah satu tindakan yang dilakukan manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan yaitu
dengan perataan laba (Income Smoothing). Tindakan ini dilakukan untuk mengurangi fluktuasi
laba yang dilaporkan. Perataan laba ini dianggap logis dan rasional oleh manajemen, sejauh
yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (Rihai dan Belkaoui,
2012:73), namun, tindakan ini menyebabkan pengungkapan informasi mengenai pengahasilan
laba menjadi menyesatkan. Oleh karena itu, perataan laba dapat mengakibatkan kesalahan dalam
pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi Perataan laba yaitu risiko keuangan, beberapa
penelitian menggunakan rasio leverage sebagai proksi atas risiko keuangan terhadap perataan
laba. Perusahaan dengan tingkat rasio hutang yang tinggi mempunyai risiko yang tinggi pula,
maka laba akan berfluktuasi dan perusahaan cenderung untuk melakukan perataan laba agar laba
perusahaan terlihat stabil, karena investor cenderung mengamati fluktuasi laba suatu perusahaan
(Kustini dan Ekawati, 2006).
Selain itu, faktor yang mempengaruhi dan mendorong timbulnya praktik perataan laba
yaitu Nilai Perusahaan. Menurut Aji dan Mita (2010) perusahaan yang memiliki nilai pasar yang
tinggi akan cenderung untuk memberikan insentif bagi perusahaan dan melakukan perataan laba
untuk mempertahankan agar nilai perusahaan tetap tinggi sehingga dapat lebih diminati investor
dan menarik arus sumber daya ke dalam perusahaan. Nilai perusahaan itu dicerminkan dengan
harga saham yang tinggi.
Penelitian mengenai risiko keuangan dan nilai perusahaan mempengaruhi perataan laba
telah banyak dilakukan antara lain: Dhamar Yudho Ajie dan Aria Farah Mita (2010), Ibnu Abni
Lahaya (2017) dan Nur Hidayati Lathifal dan Anik Malikah (2017). Akan tetapi penelitian
tersebut hasil nya tidak konsisten. Oleh karena itu, perlu satu penelitian tentang pengaruh risiko
keuangan dan nilai perusahaan terhadap perataan laba.

TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS]


Perataan Laba
Income Smoothing adalah proses memanipulasi profit waktu pendapatan atau laporan
pendapatan untuk membuat laporan laba menjadi kurang bervariasi. Perataan laba dilakukan
untuk meredam fluktuasi pendapatan ke suatu tingkat tertentu dengan menggunakan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum. (Rihai dan Belkaoui, 2012:73)
Teori agensi (agency theory) merupakan pendekatan yang digunakan dalam pembahasan
perataan laba. Teori ini menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi konflik
kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika setiap pihak
berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya.
Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh
kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan
agent. Ketika manajer mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan pihak eksternal,
maka akan ada asimetri informasi antara agen dan prinsipal. Agen atau manajer sebagai pihak
internal lebih mengetahui keadaan perusahaan daripada pemilik. (Noviana dan Yuyetta, 2011).

Jurnal SIKAP Vol 4 | No. 1 | 2019 82


Tevi Leviany., et. al / Pengaruh Risiko Keuangan Dan Nilai Perusahaan Terhadap Perataan Laba

Risiko Keuangan
Risiko keuangan atau Financial Leverage menunjukkan sejauh mana aset perusahaan telah
dibiayai oleh penggunaan hutang (Kasmir, 2014: 151). Financial leverage diproksikan dengan
debt to total asset yang diperoleh melalui total utang dibagi dengan total aset. Adanya indikasi
perusahaan melakukan perataan laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang dapat
dilihat melalui kemampuan perusahaan tersebut untuk melunasi utangnya dengan menggunakan
aset yang dimiliki.
Penelitian yang dilakukan oleh Ibnu Abni Lahaya (2017) bahwa semakin tinggi resiko
keuangan maka perusahaan akan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba. Manajemen
melakukan tindakan perataan laba untuk menunjukkan kepada kreditor bahwa risiko yang
dimiliki perusahaan kecil dengan cara berusaha menstabilkan nilai laba. Hal ini dikarenakan
cenderung menolaknya kreditor untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan dengan
fluktuasi laba yang tinggi

Nilai Perusahaan
Nilai Perusahaan adalah nilai jual sebuah perusahaan sebagai suatu bisnis yang sedang
beroperasi.(Sartono 2016:487)Adanya kelebihan nilai jual diatas nilai likuidasi adalah nilai dari
organisasi manajemen yang menjalankan perusahaan itu. Nilai perusahaan dicerminkan dengan
semakin besar nilai price to book value, yang artinya perusahaan tersebut dinilai sebanding
dengan dana yang ditanam oleh investor di dalam perusahaan. Tindakan perataan laba memiliki
hubungan timbal balik terhadap nilai perusahaan, karena perataan laba dapat menghasilkan
berkurangnya fluktuasi laba, sehingga dapat mencerminkan stabilitas kinerja perusahaan atau
nilai perusahaan, sehingga kinerja perusahaan atau nilai perusahaan merupakan faktor yang
mempengaruhi tindakan perataan laba perusahaan. (Salim, 2014). Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Nur Hidayati dan Anik Malikah (2017) semakin tinggi Nilai Perusahaan maka
akan cenderung melakukan perataan laba, karena dengan melakukan perataan laba variabilitas
dan risiko saham akan menurun.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan
asosiatif. Jenis data yang digunakan adalah panel yang bersumber dari laporan keuangan
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2017. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling yaitu untuk
mendapat sampel yang representatif sesuai kriteria yang telah ditentukan, dari 167 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017 terpilih 43 sampel. Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Risiko Keuangan yang diukur dengan membagi total
utang dengan total aktiva dikali 100%, Nilai Perusahaan yang diukur dengan membagi harga
saham per lembar saham dibagi dengan nilai buku per lembar saham dikali 100% dan Perataan
laba yang diukur dengan indeks eckel, indeks eckel ini membedakan perusahaan yang
melakukan perataan laba dengan yang tidak melakukan perataan laba caranya membagi
koefisien variasi perubahaan laba (CV∆I) dan koefisien variasi perubahan penjualan (CV∆S).
Dalam melakukan analisis data penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik dengan alat
pengelola data berupa menggunakan Eviews 10.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik atau sering disebut
dengan model logit, model ini adalah model regresi yang digunakan untuk menganalisis variabel
dependen yang merupakan sebuah data dengan ukuran biner atau dikotomi atau dengan
kemungkinan di antara 0 dan 1. Analisis regresi logistik ini mengabaikan heteroscedacity artinya

Jurnal SIKAP Vol 4 | No. 1 | 2019 83


Tevi Leviany., et. al / Pengaruh Risiko Keuangan Dan Nilai Perusahaan Terhadap Perataan Laba

variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity untuk masing-masing variabel independen


(Gujarati, 2016)

Uji Likehood Ratio


Uji statistik likelihood ratio (LR) untuk menguji apakah semua variabel penjelas secara
bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Uji statistik likelihood ratio (LR) sebagaimana
uji F pada regresi metode OLS. Uji LR dapat dilakukan dengan membandingkan nilai chi-square
hitung dengan chi-square tabel, jika nilai chi-square hitung > nilai chi-square tabel, maka menolak
Ho yang berarti semua variabel penjelas secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen,
sedangkan jika sebaliknya, maka menerima Ho yang berarti semua variabel penjelas secara
bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen.
Tabel 1
Uji Likehood Ratio

McFadden R-squared 0.003225 Mean dependent var 0.451163


S.D. dependent var 0.498770 S.E. of regression 0.500184
Akaike info criterion 1.400206 Sum squared resid 53.03908
Schwarz criterion 1.447238 Log likelihood -147.5221
Hannan-Quinn criter. 1.419209 Deviance 295.0443
Restr. Deviance 295.9989 Restr. Log likelihood -147.9994
LR statistic 0.954573 Avg. Log likelihood -0.686149
Prob(LR statistic) 0.620465

Obs with Dep=0 118 Total obs 215


Obs with Dep=1 97

Berdasarkan hasil estimasi, diperoleh nilai LR statistik atau chi-square hitung adalah
0,954573, sedangkan nilai chi-square tabel df 2, α = 0,05 diperoleh sebesar 5,9915. Nilai LR
statistik atau chi-square hitung (0,954573) < nilai chi-square tabel (5,9915). Selain itu, dapat
melihat Uji LR dengan membandingkan Prob (LR statistics) pada α, nila Prob (LR statistics)
0.620465> 0.05, maka keputusannya adalah menerima Ho yang berarti semua variabel
independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen.

Uji Statistik Z
Uji Z dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara individual
mempengaruhi variabel dependen. Uji Z dapat dilakukan dengan membandingkan nilai
probabilitas terhadap α, jika nilai probabilitas < α, maka Ho ditolak yang berarti bahwa variabel
independen mempengaruhi variabel dependen, sedangkan jika nilai probabilitas > α, maka Ho
diterima yang berarti bahwa variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen.
Tabel 2
Uji Statistik Z
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

C -0.159234 0.268307 -0.593476 0.5529


DTA 0.087991 0.379515 0.231851 0.8167
PBV -0.045868 0.053108 -0.863676 0.3878

Berikut ini adalah hasil Uji Z dari masing-masing variabel independen terhadap variable
dependen:

Jurnal SIKAP Vol 4 | No. 1 | 2019 84


Tevi Leviany., et. al / Pengaruh Risiko Keuangan Dan Nilai Perusahaan Terhadap Perataan Laba

a. Variabel Risiko Keuangan


Berdasarkan hasil output dapat dilihat bahwan nilai probabilitas variabel independen Risiko
Keuangan yang diproksikan dengan Debt to Asset Ratio (DTA) sebesar 0,8167. Bila
dibandingkan dengan α = 5%, maka nilai probabilitas (0,8167) > nilai α (0,05), sehingga
dapat diambil keputusan untuk menerima Ho. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel
Risiko Keuangan yang diproksikan dengan Debt to Asset Ratio (DTA) tidak berpengaruh
signifikan positif terhadap perataan laba (income smoothing).
b. Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil output dapat dilihat bahwan nilai probabilitas variabel independen Nilai
Perusahaan yang diproksikan dengan Price Book Value (PBV) sebesar 0,3878. Bila
dibandingkan dengan α = 5%, maka nilai probabilitas (0,3878) > nilai α (0.05), sehingga
dapat diambil keputusan untuk menerima Ho. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel Nilai
Perusahaan yang diproksikan dengan Price Book Value (PBV) tidak berpengaruh signifikan
positif terhadap perataan laba (income smoothing).
Pembahasan
Keuangan yang diproksikan dengan debt to asset ratio (DTA) tidak berpengaruh signifikan
terhadap perataan laba (income smoothing) Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian Ibnu Abni Lahaya (2017) bahwa semakin tinggi resiko keuangan maka perusahaan
akan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba. Manajemen melakukan tindakan
perataan laba untuk menunjukkan kepada kreditor bahwa risiko yang dimiliki perusahaan kecil
dengan cara berusaha menstabilkan nilai laba. Perusahaan yang memiliki nilai risiko keuangan
yang lebih besar tidak cenderung untuk melakukan tindakan perataan laba, hal ini disebabkan
karena pihak ketiga akan mengawasi perusahaan yang memiliki risiko keuangan yang tinggi,
sehingga perusahaan tersebut tidak melakukan perataan laba. Pihak ketiga tersebut mempunyai
kepentingan untuk mengawasi kemampuan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman yang
diberikan.
Nilai Perusahaan yang diproksikan dengan price book value (PBV) tidak berpengaruh
signifikan terhadap perataan laba (income smoothing). Penelitian ini sejalan hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Ibnu Bani Lahaya (2017) yang mengatakan Nilai Perusahaan yang
diproksikan dengan price book value (PBV) tidak berpengaruh terhadap perataan laba (income
smoothing). Tinggi rendahnya nilai perusahaan tidak mempengaruhi tindakan manajemen untuk
melakukan tindakan perataan laba. Hal ini terjadi karena harga saham yang tinggi
mengakibatkan pihak ketiga akan menaruh perhatian lebih terhadap kinerja perusahaan dan
menilai bahwa kondisi perusahaan sangat baik.
Risiko Keuangan dan Nilai Perusahaan tidak berpengaruh secara simultan terhadap
perataan laba (Income Smothing). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nur Hidayati dana Anik Malikah (2017) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan risiko
keuangan yang tinggi dan nilai perusahaan yang tinggi akan mengakibatkan perusahaan
cenderung melakukan perataan laba, karena perusahaan berusaha untuk menghindari
pelanggaran kontrak hutang. Perusahaan yang memiliki risiko keuangan dan nilai perusahaan
yang tinggi tidak membuat semua perusahaan melakukan perataan laba, hal ini dikarenakan
perusahaan yang memiliki risiko dan nilai perusahaan yang tinggi menjadi perhatian pihak ketiga
dalam mengukur kinerja perusahaan, sehingga perusahaan tersebut tidak akan melakukan
perataan laba.

SIMPULAN
Risiko Keuangan yang diproksikan dengan debt to asset (DTA) tidak berpengaruh
terhadap perataan laba (Income Smoothing). Hal ini disebabkan karena pihak ketiga akan
mengawasi perusahaan yang memiliki risiko keuangan yang tinggi, sehingga perusahaan tersebut

Jurnal SIKAP Vol 4 | No. 1 | 2019 85


Tevi Leviany., et. al / Pengaruh Risiko Keuangan Dan Nilai Perusahaan Terhadap Perataan Laba

tidak melakukan perataan laba. Pihak ketiga tersebut mempunyai kepentingan untuk mengawasi
kemampuan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan.
Nilai Perusahaan yang diproksikan dengan price book value (PBV) tidak berpengaruh
terhadap perataan laba (Income Smoothing). Hal ini terjadi karena harga saham yang tinggi
mengakibatkan pihak ketiga akan menaruh perhatian lebih terhadap kinerja perusahaan dan
menilai bahwa kondisi perusahaan sangat baik.
Risiko Keuangan yang diproksikan dengan debt to asset (DTA) dan Nilai Perusahaan yang
diproksikan dengan price book value (PBV) secara simultan tidak berpengaruh terhadap praktik
perataan laba (income smoothing) yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki
risiko keuangan dan nilai perusahaan yang tinggi tidak membuat semua perusahaan melakukan
perataan laba, hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki risiko dan nilai perusahaan yang
tinggi menjadi perhatian pihak ketiga dalam mengukur kinerja perusahaan, sehingga perusahaan
tersebut tidak akan melakukan perataan laba

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Kuncoro, Ridwan. 2008. Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur.
Bandung:Alfabeta.
Ayunika, Ni Putu Nanda dan I Ketut Yadnyana. 2018. Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas dan Financial Leverage Terhadap Praktek Perataan Laba Pada Perusahaan
Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi Udayana Vol.25.3
Detik. Manajemen Baru Ades Berikan Informasi Sakah. Diperoleh 3 Februari 2019, dari
https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-229893/manajemen-baru-ades-berikan
informasi-salah
Fahmi, Irham. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta
Ghozali, imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23 Edisi 8.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Gujarati dan Porter. 2015. Dasar- Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat.
Hanafi, Mamduh M. 2014. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
Harmono. 2014. Manajemen Keuangan: Berbasis Balanced Scoredcard, Pendekatan Teori,
Kasus, dan Riset Bisnis. Jakarta : BumiAksara.
Hery. 2016. Mengenal dan Memahami Dasar-Dasar Laporan Keuangan. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Kustini, D. Dan E. Ekawati. 2006. “Analisis Perataan Laba dan Faktor – Faktor yang
mempengaruhi : Studi Empiris pada Perusahaan di Indonesia”. Jurnal Riset
Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2 No. 1, Februari, hal : 53 – 56.
Liputan 6. Skandal Terungkap, CEO Toshiba Mundur. Diperoleh 3 Februari 2019, dari
https://www.liputan6.com/news/read/50266/mereka-reka-penjarahan- harta-negara
di-bank-lippo
Prabayanti, Arik dan Gerianta Wirawan. 2010. Perataan Laba dan Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya.
Riahi, Ahmed dan Belkaoui. 2011. Accounting Theory (Teori Akuntansi), Edisi Kelima, Buku
Satu. Jakarta: Salemba Empat.
Riahi, Ahmed dan Belkaoui. 2011. Accounting Theory (Teori Akuntansi), Edisi Kelima, Buku
Dua. Jakarta: Salemba Empat.
Sartono, Agus. 2016. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.
Sriyana, Jaka. (2014), Metode Regresi Data Panel, Yogyakarta: Ekonisia.
Subramanyam. K. R dan John J. Wild. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Penerjemah Dewi
Y.Jakarta: Salemba Empat

Jurnal SIKAP Vol 4 | No. 1 | 2019 86


Tevi Leviany., et. al / Pengaruh Risiko Keuangan Dan Nilai Perusahaan Terhadap Perataan Laba

Sudana, I Made. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori dan Praktik.


Erlangga:Jakarta
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta
Suwardjono. 2014. Teori Akuntansi (Perekayasaan Pelaporan Keuangan) Edisi Ketiga.
Yogyakarta: BPFE.
Salim, Sartika. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba Pada
Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia, Jurnal, STIE Mikroskil
Yuliani, NL dan Susanto, Barkah. 2017. Analisis Determinasi Praktik Perataan Laba. Simposium
Nasional Akuntansi XX. Jember

Jurnal SIKAP Vol 4 | No. 1 | 2019 87


See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/326560883

PENGARUH RISIKO BISNIS DAN RISIKO KEUANGAN TERHADAP TINGKAT


KEUNTUNGAN: Perusahaan Makanan dan Minuman di Indonesia

Article · February 2014

CITATION READS

1 4,768

3 authors, including:

Muhammad Arfan M. Shabri Abd. Majid


SNGPL Syiah Kuala University
26 PUBLICATIONS   702 CITATIONS    198 PUBLICATIONS   1,603 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

HOW EFFICIENT AND PRODUCTIVE ARE CO-OPERATIVES IN INDONESIA? View project

Stock Market Integration View project

All content following this page was uploaded by M. Shabri Abd. Majid on 23 July 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Akuntansi ISSN 2302-0164
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 10 Pages pp. 63- 72

PENGARUH RISIKO BISNIS DAN RISIKO KEUANGAN


TERHADAP TINGKAT KEUNTUNGAN
Perusahaan Makanan dan Minuman di Indonesia
1 2 2
Zainuddin , Muhammad Arfan , M. Shabri, Abd Majid
1)
Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2)
Fakultas EkonomiUniversitas Syiah Kuala

Abstract: This research was aimed to examine the influence of business risk and financial risk
against profit rate of food and beverage company in Indonesia. Profit rate is measured by
return on investment (ROI) and return on equity (ROE). Observation period in the research
from 2008 to 2011 financial statements have been audited food and beverage company listed
on the Indonesia Stock Exchange, and the company reports its financial statements during
period of research a total of 17 companies, and a the amount of observations were 68. Data
analysis techniques used multiple linear regression. The results showed that the business risk
and financial risk are jointly or partial effect on the rate of profit, both the rate of profit is
measured by ROI and ROE in the food and beverage company in Indonesia.

Keywords: Rate of return, return on investment, return on equity, business risk and financial
risk.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh risiko bisnis dan risiko keuangan
terhadap tingkat keuntungan perusahaan makanan dan minuman di Indonesia. Tingkat
keuntungan diukur dengan return on investment (ROI) dan return on equity (ROE). Periode
pengamatan dalam penelitian ini mulai tahun 2008 sampai dengan 2011 atas laporan keungaan
yan telah di audit perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia,
dan perusahaan yang melaporkan laporan keuangannya selama periode penelitian sebanyak 17
perusahaan, dan jumlah pengamatan sebanyak 68. Teknik sanalisis data dipergunakan regresi
linier berganda. Hasil penelitian menunjukkaan bahwa risiko bisnis dan risiko keuangan secara
bersama-sama maupun parsial berpengaruh terhadap tingkat keuntungan, baik tingkat
keuntungan diukur dengan ROI maupun ROE pada perusahaan makanan dana minuman di
Indonesia.

Kata Kunci: Tingkat keuntungan, return on investment, return on equity, risikobisnis, dan
risiko keuangan.

PENDAHULUAN periode akan berfluktuasi (naik atau turun) dari


Investor dan kreditor bagi sebuah periode sebelumnya.
perusahaan pada saat akhir periode akuntansi Laba perusahaan akhir periode akuntunsi
sangat mengahapkan informasi yang dilaporkan tersebut akan berdampak pada tingkat
melalui laporan keuangan adalah perusahaan keuntungan, baik tingkat keuntungan diukur
memperoleh laba yang maksimal. Namun, laba dengan total aset atau Return on Investmen
yang diperoleh setiap perusahaan termasuk (ROI), maupun tingkat keuntungan diukur
perusahaan kelompok manufaktur sub sektor modal sendiri/ekuitas atau Return on Equity
perusahaan makanan dan minuman pada setiap (ROE). Tingkat keuntungan (profitabilitas)
merupakan kemampuan perusahaan untuk

63 - Volume 3, No. 1, Februari 2014


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

menghasilkan laba dengan menggunakan Risiko bisnis terjadi apabila perusahaan


sumber-sumber yang dimiliki perusahaan tidak cukup dana dalam pembiayaan
(Sudana, 2009:25). operasional bisnisnya seperti upah buruh, uang
ROI merupakan pengukuran kemampuan muka pembelian bahan baku, beban utiliti, dan
perusahaan secara keseluruhan di dalam lain-lain. Hal tersebut disebabkan karena
menghasilkan laba dengan jumlah aktiva yang ketidakpastian return atau arus kas masuk dari
tersedia di dalam perusahaan, sedangkan ROE produk-produk yang dihasilkan, karena produk-
merupakan suatu pengukuran dari penghasilan produk dari perusahaan makanan dan minuman
dengan jumlah modal yang ada, baik yang merupakan produk yang di pasarkan pada pasar
berasal dari pemegang saham biasa maupun persaingan sempurna (market power). Ciri-ciri
pemegang saham preferen (Syamsuddin, pasar persaingan sempurna (1) jumlah produsen
2007:63-64). banyak sekali, (2) produknya homogen, (3)
Tingkat keuntungan yang diperoleh bebas untuk masuk dan keluar dalam industri,
perusahaan berkaitan dengan beberapa faktor dan (4) informasi sempurna (Nopirin,
yang mempengaruhiny. Jang, Sugiarto, & 2008:344).
Siagian (2007) menyatkan faktor yang Produk yang berada pada pasar
mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan persaingan sempurna umunya bersentuhan
diantaranya (1) ukuran perusahaan atau langsung dengan kebutuhan konsumen,
besar/kecilnya perusahaan, (2) umur sehingga risiko kegagalan pasar sangat
perusahaan, (3) siklus operasi, (4) sales mungkin terjadi yang diakibatkan oleh risiko
volatility, dan (5) klasifikasi/kelompok industri. ekonomi. Risiko ekonomi adalah berupa inflasi,
Di samping beberapa faktor yang fluktuasi lokal dan ketidakstabilan ekonomi
mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan (Darmawi, 2010:30). Sehingga dapat dikatakan
diatas, ada faktor lain yang harus diperhatikan bahwa perusahaan makanan dan minuman tidak
untuk mencapai tingkat keuntungan perusahaan terbebas dari risiko bisnis.
yang diingikan yaitu risiko, baik risiko bisnis Risiko keuangan merupakan
maupun risiko keuangan (Sinuraya, 2001, ketidakmampuan perusahaan memenuhi
Mulyadi, 2001:350, Normal, 2006, Bringham kewajiban keuanganya pada sata jatuh tempo.
dan Houston, 2007:141-143, Syamsuddin, Risiko keuangan (financial risk) perusahaan
2007:111-119, Marwanto, 2009, dan Anwar, adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak
2009). Perusahaan dalam rangka untuk mampu menutup kewajiban keuanganya
mencapai tingkat tingkat keuntungan yang (Syamsuddin, 2007:119). Risiko ini berkaitan
diinginkan harus mempertimbangkan risiko dengan pendanaan perusahaan melalui utang
bisnis dan risiko keuangan. (financial leverage). Utang merupakan
kewajiban perusahaan yang harus dilunasi pada

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 64


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

waktu yang telah disepakati/jatuh tempo, dan kesalahan manusia, dan risiko ekonomi berupa
utang baik jangka pendek maupun jangka inflasi, fluktuasi lokal, kestabilan perusahaan
panjang akan menimbulkan beban tetap (beban (Darmawi, 2010:30). Risiko-risiko tersebut
bunga pinjaman) yang harus ditanggung akhirnya akan muncul risiko bisnis dan risiko
perusahaan. keuangan yang akan dihadapi perusahaan.
Penggunaan utang dalam pendanaan Penelitian ini mengangkat fenomena
bisnis perusahaan bisa berdampak positif dalam tentang bagaimana sebenarnya pengaruh risiko
pendanaan, Brigham dan Houston (2010:140) bisnis dan risiko keuangan dalam rangka
bahwa pendanaan melalui utang akan memperoleh tingkat keuntungan baik ROI
memberikan tiga dampak penting, yaitu (1) maupun ROE pada perusahaan makanan dan
menghimpun dana melalui utang, maka minuman.
pemegang saham dapat mengendalikan
perusahaan dengan jumlah investasi yang KAJIAN KEPUSTAKAAN
terbatas, (2) kreditor melihat ekuitas sebagai Laporan Keuangan
batas pengaman, makin tinggi proporsi total Laporan keuangan adalah hasil dari
modal makin kecil risiko yang dihadapi proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai
kreditor, dan (3) jika hasil yang diperoleh dari alat untuk mengkomunikasikan data keuangan
aset perusahaan lebih tinggi dari tingkat bunga atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak
yang dibayarkan, maka penggunaan utang akan yang berkepentingan (Hery, 2009:6). Laporan
mengungkit/memperbesar pengembalian atas keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan
ekuitas. ringkasan data keuangan perusahaan (Jumingan,
Besar atau kecilnya risiko yang akan 2009:4). Unsur utama dalam laporan keuangan
dihadapi perusahaan merupakan seberapa besar adalah neraca, laporan rugi-laba, laporan arus
harapan atau keinginan keuntungan yang kas, catatan atas laporan keuangan, dan opini
diperoleh. Hubungan antara risiko (risiko auditor (Stice, Stice, & Skousen, 2009:9).
bisinis dan risiko keuangan) dan return atau
keuntungan bersifat searah, dimana semakin Analisis Rasio Keuangan
besar keinginan untuk memperoleh keuntungan Analisis rasio keuangan adalah metode
akan diikuti oleh risiko yang besar pula. analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-
Tingkat risiko yang dihadapi perusahaan pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi-laba
makanan dan minuman yang relatif besar mulai secara individu atau kombinasi dari keduanya
dari risiko sosial, risiko fisik dan risiko (Munawir, 2007:37). Jumingan (2009:242)
ekonomi. Risiko sosial adalah bersumber dari menyatakan bahwa analisis rasio keuangan
masyarakat atau konsumen, risiko fisik adalah merupakan analisis membandingkan satu pos
yang bersumber dari fenomena alam dan dengan pos laporan keuangan lainya baik secara

65 - Volume 3, No. 1, Februari 2014


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

individu maupun bersama-sama guna keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva


mengetahui hubungan di antara pos tertentu, yang tersedia didalam perusahaan, dimana
baik dalam neraca maupun laporan laba rugi. semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan
Rasio keuangan meliputi rasio likuiditas, rasio perusahaan. ROI juga sering disebut sebagai
aktivitas, rasio utang, dan rasio profitabilitas ROA (return on asset) (Hanafi dan Halim,
(Syamsuddin, 2007:40). Kegunaan analisis 2009:84). ROA merupakan rasio profabilitas
rasio keuangan seperti yang dikemukakan oleh yang menghubungkan laba dengan investasi
Horngen, Sundem, & Elliott (1999:272) para (Horne dan Wachowicz, 2005:224). Selanjutnya,
pihak investor dan pihak kreditor menggunakan Brigham dan Houston (2010:148), menyatakan
analisis rasio keuangan untuk (1) ROA adalah rasio laba bersih atas total asset.
memperkirakan jumlah pengembalian yang
diharapkan, dan (2) memperhitungkan risiko Return On Equity
yang terkait dengan pengembalian. Rreturn On Equity (ROE) merupakan
ukuran profitabilitas dilihat dari sudut pandang
Keuntungan atau Laba pemegang saham (Hanafi, 2008:42).
Laba adalah jumlah yang dapat diberikan Syamsuddin (2007:64) menyatakan bahwa
kepada investor (sebagai hasil investasi) dan ROE adalah suatu pengukuran dari penghasilan
kondisi perusahaan diakhir periode masih sama (income) yang tersedia bagi para pemegang
baiknya atau kayanya (well-off) dengan diawal saham atas modal yang mereka investasikan di
periode (Stice, Stice, & Skousen, 2009:200). dalam perusahaan. Rasio laba bersih terhadap
Laba usaha adalah laba yang ekuitas saham biasa atau Return on common
diperoleh semata-mata dari kegiatan utama equity adalah mengukur tingkat pengembalian
perusahaan, laba bruto adalah pendapatan atas investasi dari pemegang saham biasa
dikurangi harga pokok, dan laba bersih adalah (Brigham dan Houston, 2006:109).
selisih lebih semua pendapatan dan keuntungan
terhadap semua beban dan kerugian, jumlah Faktor-faktor yang mempengaruhi
laba bersih merupakan kenaikan bersih terhadap keuntungan atau laba
modal (Soemarso, 2009:234-235). Pada Mulyadi (2001) menyatakan bahwa laba
ummumnya, untuk mengukur tingkat atau keuntungan dipengaruhi oleh tiga faktor
keuntungan dapat dilihat pada ROI dan ROE. yaitu volume produk yang dijual, harga jual
produk, dan biaya. Selain faktor-faktor tersebut,
Return On Investment laba perusahaan juga dipengaruhi oleh risiko
Syamsuddin (2007:63) menyatakan ROI baik risiko bisnis maupun risiko keuangan.
adalah pengukuran kemampuan perusahaan Semakin besar risiko bisnis yang dihadapi
secara keseluruhan didalam mengahasilkan perusahaan, maka persentase laba yang

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 66


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

ditambahkan pada cost of capital (biaya yang risiko keuangan disebabkan oleh bunga atas
dikeluarkan untuk investasi) lebih besar utang, dan dividen saham preferen (Ahmad,
dibandingkan dengan usaha bersiko rendah 2009:78). Semakin tinggi rasio debt-to-total-
(Mulyadi, 2001:350). Semakin besar risiko asset maka semakin besar pula risiko keuangan,
yang harus ditanggung, maka semakin besar dan semakin rendah rasio debt-to-total-asset
return yang harus dikomposisikan (Jogiyanto, maka akan semakin kecil risiko keuangan
2000:124). (Horne dan Wachowicz, 2005:210).

Risiko METODE PENELITIAN


Risiko didefisikan sebagai potensi Populasi penelitian adalah perusahaan
variabilitas dalam arus kas masa depan (Keown kelompok manufaktur sub sektor perusahaan
et al., 2011:384). makanan dan minuman yang tercatat pada
Risiko dapat dikelompokan ke dalam dua Bursa Efek Indonesia periode 2008 hingga 2011
tipe yakni risiko murni dan risiko spekulatif, yang mempublikasikan laporan keuanganya
dimana risiko murni adalah hanya mempunyai yang telah diaudit setiap tahun priode
satu kemungkinan kerugian dan tidak pengamatan. Apabila populasi kurang dari 100
mempunyai kemungkinan untung, sedangkan sebaiknya di ambil semuanya, sehingga
risiko spekulatif adalah suatu kemungkinan penelitian disebut penelitian populasi (Arikunto,
terjadi kerugian di samping itu ada 2006:126). Populasi penelitian sebanyak 17
kemungkinan mendapatkan keuntungan perusahaan, dan untuk lebih jelas tentang
(Darmawi, 2010:27). Risiko bisnis dan risiko kriteria penelitiaan dapat dilihat pada Tabel 1.
keuangan merupakan risiko yang harus
Tabel 1. Kriteria Objek Penelitian
dipertimbangkan oleh perusahaan. No. Kriteria Jumlah
1. Perusahaan makanan dan 18
minuman yang terdaftar di
BEI tahun 2008 hingga
Risiko Bisnis 2011. (1)
Risiko operasional (operating risk) 2.
Perusahaan yang tidak
dimaksudkan dengan suatu keadaan dimana mempublikasikan laporan
keuangan tahunan secara 17
perusahaan tidak mampu menutupi operating 3. berturut-turut selama
periode tahun 2008 hingga
cost (Syamsuddin, 2007:107). 2011.

Perusahaan yang
memenuhi kriteria yang
Risiko Keuangan dijadikan objek penelitian.
Syamsuddin (2007:119) menyatakan Jumlah pengamatan 4 x 17 = 68

bahwa financial risk adalah suatu keadaan Variabel dalam penelitian ini adalahsebagai
dimana perusahaan tidak mampu menutup berikut :
biaya-biaya finansialnya. Tingginya tingkat

67 - Volume 3, No. 1, Februari 2014


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

1. Risiko bisnis ( 𝑋1 ) adalah kemungkinan


(ketidakpastian) perusahaan tidak dapat Metode Analisis
menutupi biaya opersionalnya. Risiko ini Pengujian pengaruh variabel independent
dapat diukur dengan standar deviasi, sebagai terhadap variabel dependen (tingkat
berikut: keuntungan diukur dengan ROI dan ROE)
dipergunakan persamaan regresi linear
(𝑥−µ)²
SD = ………… (1) berganda, yaitu:
𝑛−1

Y = α + 𝛽1 𝑿𝟏 + 𝛽2 𝑿𝟐 + ε
Keterangan :
Keterangan:
SD = Standar Deviasi (tingkat risiko)
Y = Tingkat keuntungan
x = Laba α = Konstanta
µ = Rata – rata laba 𝑋1 = Risiko Bisnis
𝑋2 = Risiko Keuangan
n = Jumlah 𝛽1 , 𝛽2 = Koefisien 𝑋1 , 𝑋2
ε = Error term

HASIL PEMBAHASAN
2. Risiko keuangan (𝑋2 ) adalah kemungkinan
Diskripsi Statistik Variabel Penelitian
(ketidakpastian) perusahaan tidak mampu Untuk memberikan gambaran data variabel
memenuhi kewajibanya pada waktu jatuh penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
tempo. Risiko ini dapat diukur dengan
Tabel 2. Diskripsi Variabel Penelitian
persamaan berikut ini: MinimumMaximum Mean Std. Deviation
- 41, 10,
ROI 8,51
8,22 56 14
- 32 27,
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 ROE
29,30 3,59 69
42,32
Risiko Keuangan = .... (2)
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 Risiko Bisnis
3,7 6,6 5,1
0,75
3 5 7
Risiko 0,2 15, 1,6
2,14
Keuangan 0 28 3
3. Tingkat keuntungan (Y) adalah tingkat
Sumber: Data Sekunder, diolah (2013)
kemampuan menghasilkan laba setelah
pajak atau seberapa besar keuntungan yang Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa tingkat

disumbangkan perusahaan, baik diukur keuntungan (ROI) minimum yang diperoleh

dengan ROI maupun ROE. Tingkat perusahaan sebesar nilai -8,22 berarti bahwa

keuntungan ROI dan ROE dapat diukur kerugian yang terjadi sebesar 8,22 persen dari

dengan persamaan berikut ini: total asset dan tingkat keuntungan (ROE)
minimum sebesar nilai -29,30 berarti bahwa
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
ROI = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
…….... (3) kerugian yang terjadi sebesar 29,3 persen dari

𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥


total ekuitas,
ROE = 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 𝑕𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
.......... (4)
Nilai sebesar 41,56 yang berarti tingkat
keuntungan (ROI) maksimum dan dapat
Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 68
Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

dikatakan bahwa kemampuan perusahaan Nilai rata-rata sebesar 5,17, merupakan


memperoleh keuntungan sebesar 41,56 persen rata-rata tingkat risiko bisnis yang dihadapi
dari total asetnya, dan nilai 323,59 berarti perusahaan, dan nilai standar deviasi sebesar
tingkat maksimum keuntungan (ROE), dapat 0,75 merupakan ukuran penyebaran variabel
diartikan bahwa kemampuan perusahaan risiko bisnis selama periode penelitian dari 68
mendapatkan keuntungan sebesar 323,59 persen observasi. Nilai rata-rata sebesar 1,63 adalah
dari total ekuitasnya. tingkat rata-rata risiko keuangan yang dihadapi
Nilai sebesar 10,14 merupakan tingkat oleh perusahaan, dan nilai standar deviasi
rata-rata keuntungan (ROI) yang berarti rata- sebesar 2,14 merupakan ukuran penyebaran dari
rata ROI yang diperoleh perusahaan sebesar variabel risiko keuangan dari 68 observasi
10,14 persen dari total asset nya. Nilai sebesar
27,69 merupakan tingkat rata-rata keuntungan Hasil Pengujian Hipotesis
(ROE), berarti rata-rata ROE yang diperoleh Pengujian pengaruh risiko bisnis dan
perusahaan sebesar 27,69 persen dari total risiko keuangan terhadap tingkat keuntungan
ekuitasnya. Nilai standar deviasi sebesar 8,51 perusahaan makanan dan minuman di Indonesia,
merupakan ukuran penyebaran variabel tingkat dimana tingkat keuntungan diukur dengan ROI
keuntungan (ROI) sebesar 8,51 dari 68 dapat dilihat pada Tabel 3.
observasi, dan nilai standar deviasi sebesar
42,32 merupakan ukuran penyebaran variabel Tabel 3. Hasil Regresi Pengaruh Risiko Bisnis dan
tingkat keuntungan (ROE) sebesar 42,32 dari Risiko KeuanganTerhadap Tingkat
Keuntungan
68 observasi.
Coefficientsa
Nilai minimum sebesar 3,73 berarti Model Unstandardize Standar t Sig.
1 d Coefficients dized
perusahaan akan menghadapi risiko bisnis pada Coeffici
ents
tingkat minimum sebesar 3,73 satuan dari total B Std. Beta
Error
biaya operasionalnya. Nilai sebesar 6,65 berarti - -
(Constant) 7,223 0,809
1,753 0,243
perusahaan akan menghadapi risiko bisnis yang Risiko
2,3 1,375 0,203 1,672 0,099
Bisnis
maksimum sebesar 6,65 satuan dari total biaya Risiko
0,003 0,482 0,001 0,007 0,994
Keuangan
operasionalnya.
a. Dependent Variable: ROI
Nilai minimum sebesar 0,20 merupakan
tingkat terendah risiko keuangan, yang berarti
perusahaan akan menanggung risiko keuangan Tabel 3 dapat dibuat persamaan regresi

sebesar 0,20 kali dari ekuitasnya. Nilai linier berganda sebagai berikut:

maksimum sebesar 15,28 berarti tingkat risiko Y = -1,753 + 2,3 𝑿𝟏 + 0,003 𝑿𝟐 + ε


keuangan tertinggi yang dihadapi perusahaan
Pengujian pengaruh risiko bisnis dan
sebesar 15,28 kali dari ekuitasnya.
risiko keuangan terhadap tingkat keuntungan,
69 - Volume 3, No. 1, Februari 2014
Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

dimana tingkat keuntungan diukur dengan Tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai R
ROE dapat dihat pada Tabel 4. sebesar 0,203 menunjukkan bahwa korelasi
antara variabel dependen (ROI) dengan variabel
Tabel 4. Hasil Regresi Pengaruh Risiko Bisnis dan
Risiko KeuanganTerhadap Tingkat independent adalah lemah. Nilai 𝑅 2 ) sebesar
Keuntungan
0,041 dapat diartikan bahwa 4,1 persen
Coefficientsa
Model 1 UnstandardizedStandar t Sig. variabilitas ROI dapat dijelaskan oleh variabel
Coefficients dized
Coeffici independent, sisanya sebesar 95,9 persen
ents
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
B Std. Beta
Error dimasukkan dalam model penelitian ini.
-
(Constant) 29,885 -1,054 0,296 Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai R
31,502
Risiko
Bisnis
7,949 5,690 0,141 1,397 0,167 sebesar 0,579 berarti bahwa korelasi antara
Risiko
11,076 1,995 0,561 5,551 0,000 variabel dependent (ROE) dengan variabel
Keuangan
independent adalah sedang. Nilai 𝑅 2 ) sebesar
Tabel 4 dapat dibuat regresi linier 0,336 dapat diartikan bahwa 33,6 persen
berganda sebagai berikut: perubahan ROE dapat dijelaskan oleh variabel
independent, sisanya sebesar 66,4 persen
Y = -31,502 + 7,949 𝑿𝟏 + 11,076 𝑿𝟐 + ε
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
Untuk mengetahui besarnya perubahan dimasukan dalam model penelitian ini.
variabel dependent ( ROI) yang dijelaskan oleh
variabel independentdapat dilihat pada Tabel 5 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Bersama-
dan besarnya perubahan variabel dependent sama, yaitu: (1) Uji secara bersama-sama
(ROE) yang dijelaskan oleh variabel terhadap Tingkat Keuntungan yang diukur
independent dapat dilihat pada Tabel 6. dengan ROI, bahwa hipotesis alternatif ( 𝐻𝑎 )

Tabel 5. Hasil Summary Variabel Risiko Bisnis dan


diterima dan hipotesis nol (𝐻0 ) ditolak, artinya
Risiko Keuangan Terhadap Tingkat risiko bisnis dan risiko keuangan secara
Keutungan (ROI)
bersama-sama berpengaruh positif terhadap
Model R R Square Adjusted Std. Error of
R Square the Estimate tingkat keuntungan (ROI) pada perusahaan
1 0,203a 0,041 0,012 8,46460
makanan dan minuman di Indonesia, dan (2)
Predictors: (Constant), Risiko
Keuangan,Risiko Bisnis Uji secara bersama-sama terhadap Tingkat
Keuntungan yang diukur dengan ROE, bahwa
Tabel 6. Hasil Summary Variabel Risiko Bisnis dan hipotesis alternatif (𝐻𝑎 ) diterima dan hipotesis
Risiko Keuangan Terhadap Tingkat
Keutungan (ROE) nol (𝐻0 ) ditolak, artinya bahwa risiko bisnis dan
Model R R Square Adjusted R Std. Error of risiko keuangan secara bersama-sama
Square the Estimate
2 0,579a 0,336 0,315 35,02096 berpengaruh positif terhadap tingkat
keuntungan (ROE) pada perusahaan makanan

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 70


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

dan minuman di Indonesia. keuntungan (ROI dan ROE) pada perusahaan


makanan dan minuman di Indonesia. (3) Risiko
Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial,
bisnis secara parsial berpengaruh positif
yaitu: (1) Pengaruh Risiko Bisnis terhadap
terhadap tingkat keuntungan (ROI dan ROE)
Tingkat Keutungan yang diukur dengan ROI,
pada perusahaan makanan dan minuman di
bahwa hipotesis alternatif ( 𝐻𝑎 ) diterima dan
Indonesia. (2) Risiko keuangan secara parsial
hipotesis nol (𝐻0 ) ditolak, artinya risiko bisnis
berpengaruh positif terhadap tingkat
secara parsial berpengaruh positif terhadap
keuntungan (ROI dan ROE) pada perusahaan
tingkat keuntungan (ROI) pada perusahaan
makanan dan minuman di Indonesia.
makanan dan minuman di Indonesia, (2)
Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Tingkat
Saran
Keuntungan yang diukur dengan ROE, bahwa
Di sarankan bahwa kepada: (1) pihak yang
hipotesis alternatif (𝐻𝑎 ) diterima dan hipotesis
berkepentingan baik internal maupun eksternal
nol ( 𝐻0 ) ditolak, artinya risiko bisnis secara
pada perusahaan makanan dan minuman di
parsial berpengaruh positif terhadap tingkat
Indonesia harus mempertimbangkan faktor
keuntungan (ROE) pada perusahaan makanan
risiko, baik risiko bisnis maupun risiko
dan minuman di Indonesia, (3) Pengaruh Risiko
keuangan dalam membuat keputusan investasi
Keuangan terhadap Tingkat Keuntungan yang
untuk mencapai tingkat keuntungan yang
diukur dengan ROI, bahwa hipotesis alternatif
diingikan, dan (2) pihak yang melakukan
(𝐻𝑎 ) diterima dan hipotesis nol (𝐻0 ) ditolak,
penelitian lanjutan sebaiknya periode
artinya risiko keuangan secara parsial
pengamatan ditambah, dan diperluas kelompok
berpengaruh positif terhadap tingkat
perusahaan yang lain sebagai populasi, dan bila
keuntungan, (4) Pengaruh Risiko Keuangan
diperlukan dimasukan faktor-faktor risiko
terhadap Tingkat Keuntungan yang diukur
lainya seperti risiko non financial, seperti risiko
dengan ROE, bahwa hipotesis alternatif (𝐻𝑎 )
masalah sumber daya manusia, serta variabel
diterima dan hipotesis nol (𝐻0 ) ditolak, artinya
makroekonomi lainya.
risiko keuangan secara parsial berpengaruh
positif terhadap tingkat keuntungan. DAFTAR KEPUSTAKAAN

KESIMPULAN DAN SARAN Ahmad, K., 2009. Akuntansi Manajemen. Jakarta:


Kesimpulan Rajawali Pers.
Anwar, M., 2009. Pengaruh Antara Risiko Bisnis,
Berdasarkan uraian pengujian hipotesis Strategi Pertumbuhan,Struktur Modal
terhadap Kinerja Perusahaan Makanan dan
dan pembahasan sebelumnya dapat ditarik Minuman di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
kesimpulan sebagai berikut: (1) Secara Aplikasi Manajemen. Vol. 7, No. 2. Hal : 305-
314
bersama-sama risiko bisnis dan risiko keuangan Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneka Cipata.
berpengaruh positif terhadap tingkat
71 - Volume 3, No. 1, Februari 2014
Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Bursa Efek Indonesia. http//www.idx.co.id. 114-127.


Brealey, M.,& Marcus 2006. Dasar- Mulyadi, 2001. Akuntansi Manajemen Konsep,
DasarManajemen Keuangan Perusahaan. Mamfaat & Rekayasa. Jakarta:Salemba
Terjemahan Yelvi Andri Zaimur. Jilid 1. Empat.
Jakarta: Erlangga. Muliadi, 2009. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap
Brigham, E. F.,& Joel F. Houston. 2006. Dasar- Tingkat Profitabilitas Bank. Jurnal Ichsan
Dasar Manajemen Keuangan. Buku 1, Edisi Gorontalo. Vol. 4, No. 2, Mei-Juli: 2414-
10. Jakarta: Salemba Empat 2427.
Brigham, E. F.,& Joel F. Houston, 2007. Dasar- Nopirin, 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi, Makro &
Dasar Manajemen Keuangan. Buku 1, Edisi Mikro. Yogyakarta:BPFE.
11. Jakarta: Salemba Empat. Normal, I. N., 2006. Peranan Risiko Bisnis Dalam
Hery, 2009. Teori Akuntansi. Jakarta: Prenada Media Pengambilan Keputusan Investasi. Sarathi.
Group. Vol. 13, No. 3. Hal: 177-183.
Hanafi, M.M.,& Abdul Halim. 2009. Analisis Syamsuddin, L., 2007. Manajemen Keuangan
Laporan Keuangan. Edisi 4. Yokyakarta: Perusahaan. Jakarta: Rajawali Grafindo
UPP AMP YKPN. Persada.
Hanafi, M.M., 2008. Manajemen Keuangan. Edidi 1. Sinuraya, M., 2001. Analisis Leverage Dan Risiko
Yokyakarta: BPFE-UGM. Keuangan Untuk meningkatkan Return Bagi
Jumingan, 2009. Analisis Laporan Keuangan. Pemegang Saham. Panutan Bisnis, Vol. 4, No.
Jakarta: Bumi Aksara. 1. Hal: 43-55
Jogiyanto, 2000. Teori Portofolio dan Analisis Soemarso, S.R. 2009. Akuntansi Suatu Pengantar.
Investasi. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE. Buku 1, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Marwanto, E., 2009. Pengaruh Risiko Terhadap Sudana, I, M., 2009. Manajemen Keuangan Teori
Tingkat Keuntungan PadaPerusahaan dan Praktek. Surabaya: Airlangga University
Perbankan Yang terdaftar di Bursa Efek Press.
Jakarta. Kajian Akuntansi. Vol. 4, No. 2, Hal:

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 72

View publication stats


158 Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 20 No. 2, Agustus 2015

PENGARUH RISIKO KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN


PADA PROFITABILITAS DAN NILAI PERUSAHAAN PROPERTY

I Dewa Ketut Alit Dramawan


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud),Bali, Indonesia
Email : alitdramawan@yahoo.com

Abstract: The Effect of Financial Risk and Sales Growth to Profitability and Value of The Firm.
This research is conducted as a mean to determine the effect of financial risk and sales growth to
profitability and value of the firm. The study population is a property company that is listed on the
Indonesia Stock Exchange 2010-2012. The sample is based on the census in accordance with the definition
of the variables used in this research, 26 companies as samples. Variables financial risk is measured by
delta EPS divided by delta EBIT, sales growth is measured by the proportion of delta sales each year,
profitability with ROA ( return on assets), value of the firm with PBV ( price to book value ). Analysis
of the data using path analysis method , in which the financial risk and sales growth as an exogenous
variable, value of the firm as an endogenous variable and profitability as an intervening variable. The
research found that the risk of finance and sales growth have positive effect on pofitability, profitability
has positive effect on the value of the firm but financial risk value and growth sales have negative effect
on the value of the firm.

Keywords : financial risk, sales growth, profitability, value of the firm

Abstrak: Pengaruh Risiko Keuangan dan Pertumbuhan Penjualan pada Profitabilitas dan Nilai
Perusahaan Property. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh risiko keuangan dan
pertumbuhan penjualan pada profitabilitas dan nilai perusahaan. Populasi penelitian adalah perusahaan
property yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012. Pengambilan sample berdasarkan
sensus sesuai dengan definisi variabel-variabel penelitian, maka diperoleh 26 perusahaan sebagai sampel
penelitian, dimana risiko keuangan diukur dengan delta EPS dibagi delta EBIT, pertumbuhan penjualan
diukur dengan proporsi delta penjualan tiap tahun, profitabilitas dengan ROA(return on Assets), nilai
perusahaan dengan PBV (price to book value). Analisis data menggunakan metode path analysis, dimana
risiko keuangan dan pertumbuhan penjualan sebagai sebagai variabel eksogen, nilai perusahaan sebagai
variabel endogen dan profitabilitas sebagai variabel intervening. Hasil analisis menemukan bahwa risiko
keuangan dan pertumbuhan penjualan berpengaruh positif pada profitabilitas, profitabilitas berpengaruh
positif pada nilai perusahaan namun risiko keuangan dan pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif
pada nilai perusahaan.

Kata kunci: risiko keuangan, pertumbuhan penjualan, profitabilitas, nilai perusahaan

PENDAHULUAN Husnan(2005) perusahaan mempunyai risiko bisnis


maupun risiko hutang yang digunakan karena
Tujuan perusahaan pada umumnya adalah membayar biaya bunga yang tinggi atas hutang
memaksimumkan nilai perusahaan (firm value) sedang disisi lain terdapat ketidakpastian dalam
sehingga dapat menarik investor untuk menanamkan pengembalian aset, maka untuk menghindari
modalnya di perusahaan tersebut. Nilai perusahaan kebangkrutan perusahaan harus mengurangi
dapat diukur dengan market value yaitu harga saham penggunaan hutang (Yuniningsih, 2002). Booth et
di akhir tahun ( Chen et al, 2011). Nilai perusahaan al (2000), Chen(2003) dan Chandra (2007) meneliti
adalah harga suatu perusahaan yang yang bersedia kaitan kaitan risiko keuangan dengan kinerja
dibayar oleh investor apabila dijual (Suad Husnan, keuangan, ditemukan bahwa risiko keuangan
2005; Wiagustini, 2010). Nilai perusahaan adalah berpengaruh negatif pada profitabilitas.
ukuran keberhasilan manajemen dalam menjalankan Pertumbuhan penjualan adalah ukuran
operasi bisnis di masa lalu dan prospek bisnis di masa mengenai besarnya pendapatan per saham
datang untuk meyakinkan investor (Chandra, 2007). perusahaan yang diperbesar oleh leverage. Tingkat
Salah satu aspek finansial yang mempengaruhi pertumbuhan penjualan diwaktu yang akan datang
nilai perusahaan adalah risiko keuangan. Menurut merupakan ukuran sejauh mana laba per lembar
I Dewa Ketut Alit Dramawan, Pengaruh Risiko Keuangan dan Pertumbuhan... 159

saham bisa diperoleh dari pembiayaan permanen harga saham sehingga nilai perusahaan meningkat.
yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham Penelitian Cheng et al (2010)menemukan bahwa
preferen dan modal pemegang saham(Weston dan pertumbuhan penjualan berpengaruh positif pada
Copeland,1997). Menurut Brigham dan Houston nilai perusahaan. Sedangkan penelitian Safrida, Eli
(2001), perusahaan dengan tingkat penjualan relatif (2008), menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan
stabil memperoleh lebih banyak pinjaman dan berpengaruh negatif tidak pada nilai perusahaan.
menanggung beban tetap yang lebih tinggi. Weston Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
dan Brigham(1993) mengatakan perusahaan dengan memperoleh keuntungan dengan modal yang
tingkat pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak digunakan (Wiagustini,2010). Perusahaan yang
menggunakan modal ekster nal dengan dapat menciptakan profit atau laba yang besar berarti
mempertimbangkan floating cost yang ditanggung. mampu menciptakan pendanaan internal yang dapat
Menurut Kaaro(2003), pertumbuhan total aktiva digunakan sebagai laba ditahan atau dividen.
cenderung berdampak positif pada leverage, dengan Penelitian oleh Ulupui (2007), Carlson dan Bathala
2 argumentasi : Pertama, pertumbuhan penjualan (1997) dalam Suranta dan Pratana (2004), Kabajeh
dari setiap upaya (termasuk biaya) yang dilakukan et al(2012), Hatta et al (2012), Nirmala et al(2011),
secara langsung berimplikasi pada penerimaan, dan Aras and Yilmaz (2008) ditemukan bahwa ROA
pertumbuhan aktiva perusahaan lebih mencerminkan berpengaruh positif pada nilai perusahaan.
horizon waktu lebih panjang dari pertumbuhan Penelitian-penelitian lain menunjukkan hasil yang
penjualan, kedua, investasi pada aktiva berbeda, seperti Machfiro dan Eko Ganis (2012),
membutuhkan waktu sebelum siap dioperasikan, Menaje (2012) menemukan bahwa profitabilitas
sehingga aktivitas yang dilakukan tidak langsung berpengaruh negatif pada harga saham. Sedangkan
terkait dengan penerimaan.Booth et al (2001) Atif Ali (2012) menemukan pr ofitabilitas
meneliti kaitan risiko keuangan dengan kinerja berpengaruh positif tidak pada nilai perusahaan.
keuangan, ditemukan bahwa risiko keuangan
berpengaruh negative pada profitabilitas. Temuan METODE PENELITIAN
yang sama juga ditemukan oleh Chen(2003) dan
Chandra (2007). Penelitian ini dilakukan pada perusahaan
Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
pertumbuhan aset yang dimiliki perusahaan. Aset Data sekunder berasal dari www,idx.co.id dan
menunjukkan aktiva yang digunakan dalam aktivitas Indonesian Capital Market Directory(ICMD).
operasional perusahaan, semakin besar aset Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan
diharapkan semakin besar hasil operasional dari property yang mempublikasikan laporan keuangannya
perusahaan tersebut. Indikator pertumbuhan secara lengkap sesuai definisi variabel-variabel
perusahaan dapat dilihat dari kenaikan penjualan penelitian periode 2010–2012, jumlahnya sebanyak
dari tahun ke tahun. Perusahaan yang mempunyai 26 perusahaan. Pengambilan sampel dilakukan
laju pertumbuhan penjualan yang tinggi, didukung secara sensus yaitu mengambil seluruh populasi
oleh modal yang cukup untuk pembelanjaan pengeluaran yang ada untuk diteliti.
perusahaan. Sugihen (2003) dan Chandra (2007) Definisi operasional variabel dalam penelitian
meneliti pengaruh pertumbuhan penjualan pada ini sebagai berikut :
kinerja keuangan, ditemukan bahwa pertumbunan Variabel eksogen
penjualan berpengaruh positif pada profitabilitas. 1) Risiko Keuangan ( X1 )
Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan Risiko Keuangan diproksikan dengan perubahan
oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan EPS dibagi dengan perubahan pada EBIT dari
karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi laporan keuangan tahun 2010 – 2012. Variabel
perkembangan perusahaan. Bagi investor, pertumbuhan ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh
suatu perusahaan sebagai tanda dari perusahaan Prasad et al(1997) dan Sudarma (2004). Risiko
tersebut memiliki aspek yang menguntungkan, Keuangan dirumuskan sebagai berikut:
berharap memperoleh rate of return yang lebih baik
atas investasinya (Kusumajaya, 2011). Penelitian X1 = =
Sriwardany (2006) menemukan bahwa pertumbuhan
perusahaan berpengaruh positif pada peningkatan dalam satuan rasio ……………………….(1)
160 Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 20 No. 2, Agustus 2015

2) Pertumbuhan Penjualan ( X2 ) Variabel Endogen


Pertumbuhan Penjualan diproksikan dengan 4) Nilai Perusahaan ( Y )
menghitung proporsi kenaikan atau penurunan Menurut Brighmam & Houston (2001) , analisis
penjualan dari laporan keuangan tahun 2010 – rasio dalam penilaian market value, dapat
2012. Variabel ini merujuk penelitian oleh dilakukan dengan pricebook value ratio(PBV),
Chathoch (2003), Tian Pao et al (2003), dirumuskan sebagai berikut : PBV = ,
Eldomiaty ( 2003), Bunkanwanicha et al ( 2003).
Pertumbuhan Penjualan dirumuskan sebagai dimana = harga pasar saham, BVS (book
berikut : value per share) = nilai buku per lembar saham.
Nilai PBV diambila langsung dari Indonesian
Capital Market Directory (ICMD)
X2 = Nilai Perusahaan dirumuskan : Y = PBV dalam
satuan rasio ………..(4)
dalam satuan rasio …………………..(2)
Teknik Analisa Data
Variabel Intervening Penelitian ini menggunakan path analysis
3) Profitabilitas Perusahaan ( X3 ) mengingat adanya hubungan kausal kompleks dan
Kinerja Keuangan diproksikan dengan ROA berjenjang (Hair et al, 2006).Pengaruh kausal antar
(return on Assets). ROA diambil langsung dari variabel terdiri atas tiga yaitu : pengaruh langsung ,
laporan keuangan dari tahun 2010-2012. pengaruh tidak langsung dan pengaruh total
Variabel ini merujuk pada penelitian oleh Booth (Ferdinand,2002:179) dan Analisa path dalam 5
et al, (2000), Sugihen (2003), Tien Pao et al tahap (Solimun ,2002).
(2003) dan Buncanwanicha et al, ( 2003).
Profitabilitas dirumuskan sebagai berikut : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Merancang Model Berdasarkan Konsep dan Teori
X3 = ROA = dalam satuan Pada Gambar 1 ditunjukkan kerangka konseptual
penelitian tentang pengaruh risiko keuangan dan
rasio ..................………………………….(3) pertumbuhan penjualan pada profitabilitas dan nilai
perusahaan property di BEI.

Risiko e2
Keuangan b3
(X1)
b1 Nilai
Profitabilitas Perusahaan
e1 b5
(X3) (Y)

b2
Pertumbuhan
Penjualan b4
(X2)

Gambar 1
Kerangka Konseptual Pengaruh Risiko Keuangan dan Pertumbuhan Penjualan pada
Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Property di BEI
I Dewa Ketut Alit Dramawan, Pengaruh Risiko Keuangan dan Pertumbuhan... 161

Berdasarkan model penelitian diatas dapat Nilai Perusahaan (Y) sebagai variabel endogen,
dirumuskan persamaan model struktural sebagai Profitabilitas (X3) sebagai variabel intervening yang
berikut : .Pertumbuhan Penjualan (X2) dan Risiko Keuangan
X3= b1X1+b2X2 +e1 dan Y= b3X1+b4X2+b5 X3+e2. (X1) sebagai variabel eksogen. Statistik deskriptif
variabel ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1
Statistik Deskriptif Variabel Risiko Keuangan, Pertumbuhan Penjualan, Profitabilitas dan
Nilai Perusahaan
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
RISIKO 52 -.003286 .001888 .00028469 .000687254
PERTUMBUHAN 52 -.604230 1.230156 .20611330 .419215283
PROFITABILITAS 52 -9.690000 16.870000 5.17442308 5.491026695
NILAI 52 .220000 3.840000 1.49365385 1.003441194
Valid N (listwise) 52
Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui bahwa a) Pengujian asumsi linearitas hubungan antar
selama periode 2010 sd 2012 sebagai berikut : risiko variabel metode Curve Fit
keuangan memiliki mean sebesar 0,00028 per tahun b) Model bersifat rekursif yaitu sistem aliran
dan standar deviasi 0.00069, pertumbuhan penjualan causal ke satu arah.
memiliki mean sebesar 0,20611 per tahun dan c) Variabel-variabel endogen, eksogen maupun
standar deviasi 0,41922, profitabilitas memiliki intervening dalam data rasio.
mean sebesar 5,17442 per tahun dan standar deviasi d) Instrument pengukuran valid dan reliable,
5,49103 dan nilai perusahaan memiliki mean sebesar data dariwww.idx.co.iddan Indonesian
1.49365 per tahun dan standar deviasi 1.00344 Capital Market Directory (ICMD) tahun
2010 – 2012.
Pemeriksaan Asumsi Linearitas pada Path e) Model telah dianalisis berdasarkan teori dan
analysis konsep yang relevan
Pemeriksaan Asumsi Linearitas pada Path Hasil Pengujian Asumsi Linearitas dapat dilihat
analysis dilakukan sebagai berikut: pada Tabel 2.

Tabel 2
Hasil Pengujian Asumsi Linearitas
Keterangan
Variabel Bebas Variabel Terikat Hasil uji
( <0,05)
Risiko Keuangan(X1) Profitabilitas(X3) .002 Model linier
Pertumbuhan
Profitabilitas(X3) .010 Model linier
Penjualan(X2)
Nilai
Risiko Keuangan(X1 ) .943 Model linier tidak
Perusahaan(Y)
Pertumbuhan Nilai
.315 Model linier tidak
Penjualan(X2) Perusahaan(Y)
Nilai
Profitabilitas (X3) .001 Model linier
Perusahaan(Y)
Sumber: Data diolah

Hasil Pengujian Hipotesis


Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas, maka hubungan antar variabel dirangkum dalam tabel 3.
162 Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 20 No. 2, Agustus 2015

Tabel 3
Hasil Pengujian Hipotesis
Pengaruh Tidak
Pengaruh Pengaruh Langsung Pengaruh
Variabel Langsung Sig (Melalui Total Keterangan
Profitabilitas)
X1X3 0,469 0,000 - 0,469

X2X3 0,409 0,001 - 0,409


0,469x0,591 -0,250+0,277
X1 X3Y −0,250 0,091 tidak
= 0,277 =0,027
0,409x0,591 -0,097+0,242
X2 X3 Y −0,097 0,495 tak
= 0,242 =0,145
X3 Y 0,591 0,000 - 0,591

Sumber: Data diolah


Keterangan:
X1 = Risiko keuangan
X2 = Pertumbuhan penjualan
X3 = Profitabiltias
Y = Nilai Perusahaan
Pengaruh tak langsung X1àY = b1 x b5
Pengaruh tak langsung X2àY = b2 x b5
Pengaruh Total = Pengaruh langsung + Pengaruh tak langsung

Berdasarkan Tabel 3, dapat dibuat persamaan Y = -0,250X1–0,097X2+0,591X3+e2,= 0,250 maka


regresi untuk struktur 1 dan struktur 2 sebagai berikut: Hasil perhitungan-perhitungan diatas memberikan
X3 = 0,469 X1 + 0,409 X2 + e1; = 0,343 maka hasil pengujian hipotesis sesuai model pada
e1  1  0,343 Gambar 2.

e1  0,8106
RISIKO
KEUANGAN (X1)
-0,250(ns)
0,469(s)

e1=0,8106
PROFITABILITAS 0,591(s) NILAI
(X3) PERUSAHAAN (Y)

0,409(s)
e2=0,866
-0,097(ns)
PERTUMBUHAN
PENJUALAN (X2
)

Keterangan: (s) = jalur , (ns) = jalur non

Gambar 2
Diagram Jalur Pengaruh Langsung
I Dewa Ketut Alit Dramawan, Pengaruh Risiko Keuangan dan Pertumbuhan... 163

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh
statistik pada Tabel 3 dan Gambar 2, maka model diukur :
didapatkan sebagai berikut : R2m = 1-P2e1P2 …P2
1) Risiko keuangan (X1) berpengaruh positif pada dimana
Profitabilitas (X3 ). Hasil analisis diperoleh Pe1 = e1  0,8106 danPe2 = e 2  0,866
koefisien jalur sebesar 0,469 dengan p= 0,000, R2m = 1- =
sehingga dikatakan bahwa semakin 1 - 0,49275 = 0,50725 = 51%
bertambahRisiko keuangan (X 1 ) maka
Profitabilitas (X3) semakin meningkat. Berdasarkan koefisien determinasi total,
2) Pertumbuhan penjualan (X2) berpengaruh diperoleh bahwa model dapat menjelaskan informasi
positif pada Profitabilitas (X3). Hasil analisis yang terkandung di dalam data sebesar 51 %.,
diperoleh koefisien jalur sebesar 0,409 dengan sedangkan 49 % dijelaskan oleh variabel lain (yang
p= 0,001 sehingga diartikan bahwa semakin belum terdapat di dalam model ) dan error.
bertambahpertumbuhan penjualan (X2) maka
Profitabilitas (X3) semakin meningkat. Pengujian Kesesuaian Model (Goodness of Fit
3) Profitabilitas (X3) berpengaruh positif pada Model)
Nilai Perusahaan (Y). Hasil analisis diperoleh Uji kesesuaian model (goodness of fit test) untuk
koefisien jalur sebesar 0,591 dengan p= 0,000 menguji apakah model yang diusulkan memiliki
sehingga diartikan bahwa semakin tingggi kesesuaian (fit) dengan data Shumacker dan Lomax
Profitabilitas (X3) maka Nilai Perusahaan (Y) (1996) serta Riduwan dan Engkos (2008)
semakin tinggi. menyatakan bahwa dalam analisis jalur suatu model
4) Risiko keuangan (X1) berpengaruh negatif tidak yang diiusulkan dikatakan fit dengan data apabila
pada Nilai Perusahaan (Y). Hasil analisis matriks korelasi sampel tidak jauh berbeda dengan
diperoleh koefisien jalur sebesar -0,250 dengan matriks korelasi estimasi (reproduced correlation
p= 0,091 sehingga diartikan bahwa semakin matrix). Uji statistik kesesuaian model koefisien
tingggi risiko keuangan (X1) maka semakin 1  R 2m
rendah nilai perusahaan(Y), atau semakin Q
rendah risiko keuangan (X1) maka semakin 1- M
tinggi nilai perusahaan (Y). Tetapi karena Keterangan :
tingkat si (p) > 0,05 maka perubahan risiko R2m= 1 –(1-R21)(1-R22), dan M = R2m setelah
keuangan (X1) tidak akan berpengaruh dilakukan triming.
langsung secara menjadikan nilai perusahaan Apabila Q=1 mengindikasikan model fit
(Y) semakin rendah atau semakin tinggi. sempurna. Jika Q < 1, untuk menentukan fit tidaknya
5) Pertumbuhan penjualan(X 2 ) berpengaruh model dengan statistik W hitung = -(N-d)Ln Q.
negatif tidak pada Nilai Perusahaan (Y). Hasil Keterangan:N = ukuran sampel, d = banyaknya jalur
analisis diperoleh koefisien jalur sebesar -0,097 yang tak (df)
dengan p= 0,495 sehingga diartikan bahwa Koefisien determinasi multiple untuk diagram
semakin tingggi Pertumbuhan penjualan jalur tersebut sebagai berikut:
(X2)maka nilai perusahaan (Y) semakin rendah R21 = 0,343, R22 = 0,250,
atau sebaliknya semakin rendah pertumbuhan maka
penjualan (X2) semakin tinggi nilai R2 m = 1 – ( 1 – )
perusahaan(Y). Tetapi karena tingkat si sangat =0,50725
jauh dari batas validitas yaitu (p=0,495) >> p R21 = 0,343, R22triming = 0,203,
sig =0,05), maka perubahan pertumbuhan maka
penjualan (X2) tidak akan berpengaruh M = 1 – ( 1 – 0,343 ) = 0,476371
langsung secara menjadikan nilai perusahaan Berdasarkan data diatas, besarnya nilai Q adalah
(Y) semakin rendah atau semakin tinggi. : 1R2m 10,50725 0,49275
Q   atau
0,941028 Q1
1-M 10,4763710,523629
Pemeriksaan Validitas Model
Pemeriksaan model penelitian mempergunakan Untuk nilai Q < 1, menentukan fit model
Koefisien Determinasi Total, yang menunjukkan dengan statistik W dan Chi square:
164 Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 20 No. 2, Agustus 2015

a) Hipotesis nol (H 0 ) menyatakan tidak ada Bursa Efek Indonesia mampu meningkatkan
perbedaan matriks korelasi sampel dengan pendapatan perusahaan sehingga meningkatkan laba
matriks korelasi estimasi. (Whitung< Chi Square ) dan akan meningkatkan profitabilitas.
b) Hipotesis satu (H1) menyatakan ada perbedaan Hasil penelitian ini mendukung penelitian
matriks korelasi sampel dengan matriks korelasi sebelumnyaoleh Sugihen (2003) dan Chandra(2007)
estimasi. (H0 ditolak karena Whitung> Chi Square) yang secara general meneliti untuk semua perusahaan
Whitung = -(N-d)Ln Q= -(52-2)Ln Q =-(50Ln go public dengan temuan pertumbuhan penjualan
0,941028) = 3,039 kemudian dari tabelChi square berpengaruh positif pada kinerja keuangan
=5,991 (ada 2 jalur tidak maka dk =2, =0,05),.
Karena Nilai Whitung(=3,0391)<Chi square (=5,991) Pengaruh Risiko Keuangan pada Nilai Perusahaan
maka Ho diterima. Penelitian ini menemukan risiko keuangan
Berdasarkan pengujian kesuaian model dalam berpengaruh negatif tidak pada nilai perusahaan,
analisis jalur untuk model yang diiusulkan dikatakan hal ini berarti meningkatnya risiko keuangan tidak
fit dengan data karena matriks korelasi sampel tidak mampu secara nyata menurunkan nilai perusahan
jauh berbeda dengan matriks korelasi estimasi property. Temuan ini menunjukkan bahwa
(reproduced correlation matrix). investoryang ingin berinvestasi di saham perusahaan
property menghindari risiko keuangan. Kondisi ini
Pembahasan Penelitian juga menunjukkan bahwa investor pada umumnya
Pengaruh Risiko Keuangan pada Profitabilitas memiliki risk over ( menghindari risiko ) berarti
Penelitian ini menemukan bahwa risiko investor dalam melakukanan investasi menginginkan
keuangan berpengaruh positif pada pofitabilitas return yang lebih besar dari risiko keuangan yang
sehingga dengan bertambahnya risiko keuangan harus ditanggung.
pada perusahaan property maka profitabiltas Temuan penelitian ini sesuai dengan penelitian
perusahaan juga akan meningkat. Makin besar risiko Rayan Kuben (2008), Sudarma (2004) dan Chandra
keuangan yang dihadapi dalam menjalankan bisnis (2007), ditemukan bahwa risiko keuangan
propertymaka peluang mendapatkan keuntungan berpengaruh negatif pada nilai perusahaan, karena
bagi perusahaan tersebut juga semakin tinggi (high pertimbangan cost of debt dari pemakaian hutang
risk high return ). Semakin baik manajemen oleh perusahaan sehingga menurunkan profitabilitas
perusahaan menangani risiko keuangan sebagai yang akan menurunkan nilai perusahaan
akibat dilakukannya operasi perusahaan, baik itu Pengaruh Pertumbuhan Penjualan pada Nilai
risiko bisnis maupun risiko hutang yang harus Perusahaan
digunakan oleh perusahaan, maka akan semakin Penelitian ini menemukan bahwa pertumbuhan
produktif dalam melakukan pengelolaan financial penjualan memiliki pengaruh langsung negatif tidak
untuk meningkatkan laba sehingga meningkatkan pada nilai perusahaan.Berarti meningkatkannya
profitabilitas yang merupakan indikator keberhasilan penjualan tidak mampu meningkatkan nilai
operasi perusahaan. perusahaan tetapi sebaliknya menurunkan nilai
Hal ini berlawanan dengan penelitian sebelumnya perusahaan,hal ini menunjukkan bahwa investor
oleh Booth et al (2000) dan juga penelitian oleh tidak melihat pertumbuhan penjualan dalam
Chen (2003). Dimana pada hipotesanya menyatakan berinvestasi saham dalam perusahaan property di
risiko keuangan berpengaruh negatif pada Bursa Efek Indonesia, karena pertumbuhan
profitabilitas perusahaan, dengan argumentasi bahwa penjualan belum final merupakan pendapatan bersih
perusahaan yang memiliki risiko keuangan meningkat perusahaan karena pertumbuhan masih dikurangi
akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan dana biaya operasi sehingga investor tidak tertarik dengan
eksternal, sehingga menurunkan profitabilitas. melihat pertumbuhan penjualan. Temuan penelitian
ini tidak mendukung temuanpenelitian oleh
Pengaruh Pertumbuhan Penjualan pada Sriwardany(2006) dan Cheng et al (2010),ditemukan
Profitabilitas bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai
Penelitian ini menemukan bahwa pertumbuhan pengaruh positif pada nilai perusahaan.
penjualan berpengaruh positif pada profitabilitas. Temuanl penelitian ini mendukung penelitian
Hal ini berarti bahwa meningkatnya pertumbuhan yang dilakukan oleh Safrida, Eli (2008), ditemukan
penjualan perusahaan property yang terdaftar di
I Dewa Ketut Alit Dramawan, Pengaruh Risiko Keuangan dan Pertumbuhan... 165

bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif Bathala (1997),Kabajeh et al(2012),Hatta et al


tidak pada nilai perusahaan. (2012),Thim et al (2012),Nirmala et al(2012) dan
Pengaruh Profitabilitas pada Nilai Perusahaan Aras and Yilmaz (2008)menyatakan profitabilitas
Penelitian ini menemukan bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh positif pada nilai perusahaan.
berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Implikasi Penelitian
Meningkatnya profitabilitas mengundang investor Penelitian ini menemukan risiko dan
untuk melalkukan investasi saham di perusahaan pertumbuhan penjualan berpengaruh positif pada
property. Secara fundamental profitabilitas profitabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan meningkat akan dapat meningkatkan perusahaan propertyharus mampu mengelola risiko
nilai perusahaan, karena perusahaan yang memiliki keuangan dan meningkatkan volume penjualan
profitabilitas yang baik akan menjadi tujuan dari dalam meningkatkan profitabilitas.
para investor di pasar modal untuk berinvestasi Penelitian ini menemukan pr ofitabilitas
saham. Makin banyak investor berminat pada suatu berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Bagi
saham perusahaan maka harga saham perusahaan investor yang ingin melakukan investasi dalam
tersebut akan naik. Dan harga saham naik berdampak perusahaan property agar memperhatikan profitabilitas
pada nilai perusahaan juga akan naik. perusahaan sehingga investasi akan mendapatkan
Hasil penelitian mendukung penelitian return yang diharapkan. Implikasi hasil penelitian
sebelumnya oleh : Ulupui (2007), Carlson dan dapat dilihat pada gambar 3.

RISIKO
KEUANGAN (X1)
NS

PROFITABILITAS S NILAI
(X3) PERUSAHAAN (Y)

NS
PERTUMBUHAN
PENJUALAN (X2 )

Keterangan: (s) = jalur , (ns) = jalur non

Gambar 3
Implikasi Hasil Penelitian

SIMPULAN DAN SARAN negatif tidak pada nilai perusahaan. Kelima,


profitabilitas berpengaruh positif pada nilai
Simpulan perusahaan.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat diambil
beberapa simpulan. Pertama, risiko keuangan Saran
berpengaruh positif pada profitabilitas perusahaan. Berdasarkan pembahasan diatas ada beberapa
Kedua, pertumbuhan penjualan berpengaruh positif saran yang bisa penulis sampaikan. Untuk penelitian
pada profitabilitas. Ketiga, risiko keuangan selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan sumber
berpengaruh negatif tidak pada nilai perusahaan. ide bagi pengembangan penelitian di masa yang akan
Keempat, pertumbuhan penjualan berpengaruh datang. Untuk pengembangan penelitian ini
166 Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 20 No. 2, Agustus 2015

disarankan kepada peneliti berikutnya untuk Economics and Management ‘Financial


menggunakan proksi lain sebagai ukuran variabel Management Trends 2003’, Kaunas University
risiko keuangan, per tumbuhan penjualan, of Technology – Lithuania and Kaliningrad
profitabilitas dan nilai perusahaan. Untuk investor, State Technical University
berdasarkan temuan hasil penelitian ini, diharapkan Engkos Achmad Kuncoro dan Riduwan. 2007. Cara
bagi investor khususnya pada saham perusahaan Menggunakan Dan Memaknai Analisis Jalur
property untuk memperhatikan profitabilitas. Untuk (Path Analysis).Bandung. ALFABETA.
emiten , bagi manajemen perusahaan untuk mampu Ferdinand, A..2002. Structural Equation Modeling
mengelola risiko dan meningkatkan volum penjualan dalam Penelitian Manajemen . Edisi ke 2.
karena penelitian menemukan risiko keuangan dan Semarang. BP UNDIP.
pertumbuhan penjualan berpengaruh positif pada Hair,A, Tatham dan Black. 2006. Multivariate Data
profitabilitas. Analysis, Sixth Edition, Prentice Hall, New
Jersey
REFERENSI Hatta, Atika Jauharia, Bambang Sugeng Dwiyanto.
2012. The Company Fundamental Factors And
Aras, Guler and Mustafa Kemal Yilmaz. 2008. Systematic Risk In Increasing Stock Price.
Price-Earnings Ratio, Dividen Yield, And Journal of Economics, Business, and
Market-To-Book Ratio To Predict Return On Accountancy Ventura Volume 15, No. 2, August
Stock Market: Evidence From The Emerging 2012, pages 245 – 256
Markets. Journal of Global Business and Horne,V. 2005. Prinsip=prinsip Manajemen
Technology, Volume. 4, Number 1, pp.18-30 Keuangan. Edisi 9 Jilid 1. Jakarta.
Booth, Laurence, Varouj Aivazian, Asli Demirguc Salemba Empat
Kunt & Vojislav Maksimovic, 2001, Capital Husnan,S. 2005. Teori Portofolio dan Analisis
Structure in Developing Countries, The journal Sekuritas. Edisi Keempat. Yogyakarta.
of finance Vol 56 no 1, Feb 2001. UPPSTIM YKPN
Brigham, Eugene F dan J Houston. 2001. Kaaro, Hermeindito.2003., Simultaneous Analysis
Manajemen Keuangan. Penerjemah : Herman of Corporate Investment, Dividend, and
Wibowo. Edisi kedelapan. Buku II. Jakarta. Finance: Empirical Evidence Under High
Erlangga Uncertainty, Journal of Accounting,
Bunkanwanicha, Pramuan, Jyoti Gupta,Rofikoh Management, and Economics Research
Rokhim. 2003, Debt and Entrenchment : (JAMER), Vol. 3(1), pp. 1-17,
Evidence fr om Thailand and Indonesia, Kusumajaya, D.K.O. 2011.Pengaruh Struktur Modal
ROSESCNRS Maison des Sciences dan Pertumbuhan Per usahaan pada
Economiques, University Paris, September Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada
2003Chathoth, Prakash K. 2002, Coalignment Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Between Environment Risk, Corporate Strategy, Indonesia, Tesis, Fakultas Ekonomi Universitas
Capital Structure, and Firm Performance: An Udayana.
Empirical Investigation of Restaurant Firms, Majed Abdel Majid Kabajeh, Said Mukhled Ahmed
Dissertation to the Faculty of the Virginia AL Nu’aimat, Firas Naim Dahmash. 2012. The
Polytechnic Institute and State University Relationship between the ROA, ROE and ROI
Chen, Jean J. 2003, Institutional Effects Upon Firm’ Ratios with Jordanian Insurance Public
Capital Structure – Evidence From Chinese Companies Market Share Prices. International
Listed Companies, 2003 FMA European Journal of Humanities and Social Science Vol.
Conference. 2 No. 11; June 2012
Chen, Shun-Yu., Liu-Ju Chen. 2011. Capital Nirmala, P. S. P. S. Sanju, M. Ramachandran. 2011.
Structure Determinants : An Empirical Study Determinants of Share Prices in India. Journal
in Taiwan. African Journal of Business of Emerging Trends in Economics and
Management Vol. 5 (27). pp. 10974-10983. Management Sciences; Vol. 2, No. 2.pp 124-
Eldomiaty, Tarek I. 2003, Dynamics of Firm’s 130
Market Value, Capital Structure and Systematic Placido M. Menaje, Jr. 2012. Impact of Selected
Risk,The 3rd International Conference of Financial Variables on Share Price of Publicly
I Dewa Ketut Alit Dramawan, Pengaruh Risiko Keuangan dan Pertumbuhan... 167

Listed Firms in the Philippines. American Syed. Atif Ali, Amir. Razi. 2012. Impact of
International Journal of Contemporary Companies Internal Variables on Stock Prices:
Research Vol. 2 No. 9; September 2012 A Case Study of Major Industries of Pakistan.
Ramezani, Cyrus A;Soenen, Luc;Jung, Alan. 2002. International Conference on Education, Applied
Growth, corporate profitability, and value Sciences and Management (ICEASM’2012)
creation, Financial Analysts Journal; Nov/Dec December 26-27, 2012 Dubai (UAE)
2002; 58, 6; ProQuest Teddy Chandra. 2007. Pengaruh Environment Risk,
Safrida, Eli. 2008. Pengaruh Struktur Modal dan Corporate Strategy dan Struktur Modal pada
Pertumbuhan Perusahaan pada Nilai Produktivitas Aktiva, Kinerja Keuangan dan
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Nilai Perusahaan pada perusahaan Go Public
Tesis.www.google.com di Bursa Efek Jakarta, Disertasi, Fakultas
Sartono, R.A. 2001. Manajemen Keuangan Teori ekonomi Universitas Brawijaya Malang.
dan Aplikasi . Edisi 4. Yogyakarta. BPFE-UGM Tien Pao, Hsiao, Bohdan Pikas, & Tenpao Lee. 2003,
Solimun. 2002, Structural Equation Modeling, Lisrel The Determinants of Capital Structure Choice
dan Amos, Makalah Diklat, Program using Linier Models : High Technology
Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang Vs.Traditional Corporations, Journal of
Sonia Machfiro and Eko Ganis Sukoharsono. 2012. Academy of Business and Economics, January
The Effect Of Financial Variables On The 2003
Company’s Value (Study on Food and Beverage
Companies that are listed on Indonesia Stock Ulupui, I.G.K.A.2007. Analisis Pengaruh Rasio
Exchange Period 2008-2011).http:// Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan
jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/ Profitabilitas pada Return Saham pada
download/177/140 Perusahaan Makanan dan Minuman kategori
Sriwardany,2006, Pengaruh Pertumbuhan Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Perusahaan pada Kebijaksanaan Struktur Akuntansi dan Bisnis. Vol 2. No.1, Januari . 88
Modal dan Dampaknya pada Perubahan Harga - 102
Saham pada Perusahaan Manufaktur, Tesis. Weston, J.F dan T. Copeland. 1997. Manajemen
www.google.com Keuangan. Jilid 2 Edisi 9. Binarupa Aksara
Sudarma, Made. 2004, Pengaruh Struktur Wiagustini.2010. Dasar-dasar Manajemen
Kepemilikan Saham, Faktor Intern dan Faktor Keuangan. Cetakan Pertama. Denpasar.
Ekstern Pada Struktur Modal dan Nilai Udayana University Press.
Perusahaan (Studi pada Industri yang Go-Public Wiksuana, Wiagustini, Panji I.B.. 2001. Buku Ajar
di Bursa Efek Jakarta), Disertasi Program Manajemen Keuangan. Denpasar. UPT Penerbit
Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang Universitas Udayana
Sugihen, Syafruddin Ginting. 2003, Pengaruh William C. House, Michael E. Benefield, University
Struktur Modal Pada Produktivitas Aktiva dan of Arkansas.1995. The Impact of Sales and
Kinerja Keuangan serta Nilai Perusahaan Income Growth on Profitability and Market
Industri Manufaktur Terbuka di Indonesia, Value Measures in Actual and Simulated
Disertasi Program Pascasarjana Universitas Industries, Developments In Business
Airlangga, Surabaya. Simulation & Experiential Exercises, Volume
Suranta, Eddy dan Pratana Puspita Merdistusi. 2004, 22,56
Tobin’s Q, Agency Problems dan Kinerja Yuniningsih. 2002. Interdepedensi antara Kebijakan
Perusahaan, Makalah Simposium Nasional Deviden Payout Ratio, Financial Leverage dan
Akutansi VII, Bali , 2-3 Desember Investasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 9(2).
164-182

Anda mungkin juga menyukai