Anda di halaman 1dari 10

Akuntansi Perbankan

SURAT BERHARGA
DITERBITKAN

Oleh
Kelompok 2

Angga Mahardika B1C1 15 020


Anwar Zalman B1C1 16 160
Fungky Amelia B1C1 18 008
Wa Ode Foniarsih B1C1 18 010
Wa Ode Hasmuni B1C1 18 030
Wa Ode Nila Sari Pritama B1C1 18 036
Wa Ode Dian Andriani B1C1 18 048
Nita B1C1 18 052
Apa itu Surat Berharga ???

Surat berharga adalah sebuah dokumen yang diterbitkan oleh


penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran
sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat bayar kepada pihak-
pihak yang memegang surat tersebut, baik pihak yang diberikan surat
berharga oleh penerbitnya ataupun kepada siapa surat berharga
dialihkan.

Fungsi Surat Berharga

Alat Surat Bukti Surat Bukti


Pembayaran Investasi Hak Tagi.
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang
Diperdegangkan

Surat Wesel Surat Sanggup (surat aksep)

a. Surat wesel yang ditarik


a. Surat sanggup yang
oleh suatu bank &
diterbitkan oleh
diaksep oleh pihak lain
nasabah dalam rangka
dalam rangka transaksi
penerimaan kredit dari
tertentu.
bank atau LKBB untuk
b. Surat wesel yang ditarik
membiayai kegiatan
oleh nasabah bank atau
tersebut
LKBB & diaksep oleh bank
b. Surat sanggup yang
atau LKBB dalam rangka
diterbitkan oleh bank
pemberian kredit atau
dalam rangka pinjaman
pembiayaan kredit
antar bank
tertentu
Perdagangan SPBU Dengan
Bank Indonesia

Khusus untuk perdagangan SPBU

01 dengan Bank Indonesia, SPBU harus


berjangka pendek dengan minimal 30
hari

SPBU yang diterbitkan tidak dalam rangka


02 kredit yang sebagian atau seluruh dananya
berasal dari BLBI, penjualannya dilakukan
dengaan cara lelang dengan sistem diskontto.

Perdagangan SPBU ini harus memperhatikan hak


03 dan kewajiban penjualan atau pembeli.
Akuntansi Surat Berharga Diterbitkan

01 02 03
Surat berharga Selisi nilai
Surat yang diterima tunai
berharga akan bank dari dengan nilai
diterbitkan nasabah/ nominal
dicatat pada masyarakat/ban dicatat
saat k lain akan sebagai
penerbitan, menjadi sumber diskonto
penjualan dan dana bank bila SPBU yang
pelunasan. dijual dipasar belum
uang diamortisasi
Contoh :

Misalnya awal September 2016 seorang nasabah Bank Mitra Niaga Semarang
mempunyai pinjaman kepada bank sebesar Rp100.000.000. Pinjama tersebut
telah diangsur sampai Februari 2017 sebesar Rp15.700.000 dengan perincian
angsuran pokok Rp12.000.000 dan angsuran bunga Rp3.700.000. Serelah
angsuran itu ternyata nasabah tersebut tidak lancar dalam melunasi kreditnya
sehingga nasabah tersebut dengan itikad baik membuat surat sanggup untuk
melunasi sisa krditnya beserta tunggakan bunga yang telah mencapai
Rp4.800.000. Bunga promes 18% per tahun dan berjangka waktu 90 hari.
Penerbitan surat berharga ini terhitung tanggal 1 Mei 2017. Bunga promes 18%
per tahun dan berjangka waktu 90 hari. Penerbitan surat berharga ini
terhitung tanggal 1 Mei 2017. Pada 31 Mei 2017 Bank Mitra Niaga menjualnya
ke Bank Indonesia dengan diskonto 16% per tahun

Keterangan Jumlah (Rp)


Plafon Kredit untuk Nasabah 100.000.000
Perhitungan untuk Pembayaran Angsuran Pokok 12.000.000
menentukan nilai Outstanding Credit 88.000.000
nominal promes/SPBU Tunggakan Bunga Kredit 4.800.000
Nilai Tagihan Bank terhadap Nasabah 92.800.000
Bungan Promes Diperhitungkan = Rp 92.000.000 x 18% x (90/360) 4.176.000
Nominal SPBU Dikreditkan 96.976.000
Lanjutan
Pencatatan penerbitan promes atau SPBU pada tanggal
1 Mei 2017 sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


1/5/2017 Dr. Surat Berharga Ditrebitkan 96.976.000
Cr. Kredit yang Dikreditkan 88.000.000
Cr. Pendapatan Bunga 4.800.000
Cr. Bunga SPBU Diterima Dimuka 4.176.000

Bungan SPBU yang diterima di muka harus diamortisasi setiap akhir bulan,
dengan demikian pencatatan amortisasi dilakukan:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


31/15-2017 Dr. Bunga SPBU Diterima Dimuka 1.392.000
Cr. Pendapata Bunga 1.184.000
Cr. Hutang Pajak 208.000

30/6-2017 Dr. Bunga SPBU Diterima Dimuka 1.392.000


Cr. Pendapata Bunga 1.184.000
Cr. Hutang Pajak 208.000

31/7-2017 Dr. Bunga SPBU Diterima Dimuka 1.392.000


Cr. Pendapata Bunga 1.184.000
Cr. Hutang Pajak 208.000
Lanjutan

Surat berharga promes yang telah dikuasai bank ini, selanjutnya dijual 31 Mei 2017 oleh
Bank Mitra Niaga ke Bank Indonesia dengan diskonto 16%. Untuk mencatat penjualan surat
berharga ini perlu menentukan harga tunainya dan besarnya diskonto SPBU dalam rupiah
sebagai berikut:

Keterangan Jumlah (Rp)


Nominal SPBU 96.976.000
Harga Tunai= (Rp986.976.000 x 360)/(360 + (16% x 60)) 94.457.143
Diskonto SPBU 2.518.857

Pencatatan transaksi ini adalah

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


31/5-2017 Dr. Giro Bank Indonesia 94.457.143
Dr. Diskonto SPBU Belum Diamortisasi 2.518.857
Cr. Surat Berharga –SPBU 96.976.000

Diskonto sebesar Rp2.518.857adalah untuk 60 hari atau dua bulan. Denagn demikian bank
melakukan amortisasi pada akhir bulan kedua dan ketiga.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


30/6-2017 Dr. Biaya Bunga SPBU 1.259.428
Cr. Diskonto SPBU 1.259.428

31/7-2017 Dr. Biaya Bunga SPBU 1.259.428


Dr. Surat Berharga SPBU 96.976.000
Cr. Surat Berharga –SPBU 1.259.428
Cr. Giro Bank Indonesia 96.976.000
Pada tanggal 31 Mei 2017 Bank Mitra Niaga disamping melakukan amortisasi diskonto
SPBU juga membukukan pelunasan SPBU yang dijual ke BI atas beban Giro BI yang
dimiliki Bank Mitra Niaga sebesar Rp96.976.000, sebab SPBU telah jatuh tempo.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


31/7-2017 Dr. Kas 96.976.000
Cr. Surat Berharga Diterbitkan 96.976.000

Dengan melakukan transaksi dipasar uang, seperti diilustrasikan diatas sebenarnya


Bank Mitra Niaga telah memperoleh keuntungan berupa pendapat bunga bersih
sebagai berikut:

Keterangan Jumlah (Rp)


Pendapatan Bunga Surat Berharga dari Nasabah 4.176.000
Pajak Bunga 15% x Rp4.176.000 626.400
Pendapatan Bunga Setelah Pajak 3.549.600
Biaya Bunga SPBU Dibayar ke Bank Indonesia 2.518.857
Pendapatan Bunga Bersih 1.030.743
Sekian
&
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai