Anda di halaman 1dari 28

Tugas Manajemen Keuangan 2

TEORI-TEORI STRUKTUR MODAL

OLEH
Kelompok 6

1. Ainur Rizky Setyaning H. ( B1C1 18 046 )


2. If Fat Al-Thoriq Khusnan ( B1C1 18 047 )
3. Wa Ode Dian Andriani ( B1C1 18 048 )
4. Roslan ( B1C1 18 050 )
5. Rizki Awal Saputra ( B1C1 18 051 )
6. Nita ( B1C1 18 052 )
7. Ashwin Jainuddin ( B1C1 18 053 )
8. Siska Pratiwi ( B1C1 18 051 )

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat, Taufik,

dan Hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa

kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah

berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca.

Terlepas dari semuua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun dari tata bahasanya. Oleh

karna itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan ktitik dari para

pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kendari, 20 Desember
2020
Penulis,

Kelompok 6

i
2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 1
1.3 Tujuan........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
2.1 Pengertian Pasar Modal Dan Pendaanaan Perusahan................... 3
2.2 Keputusan Pendanaan Dan Net Present Value............................. 3
2.3 Pasar Modal Yang Efisien............................................................ 5
2.4 Mengapa Pasar Modal Efisien ?................................................... 5
2.5 Tiga Bentuk Teori Pasar Modal Efisien ...................................... 6
2.6 Implikasi Hipotesa Pasar Yang Efisien Terhadap
Keputusan Pendanaan .................................................................. 6
2.7 Instrumen Keuangan Jangka Panjang........................................... 6
2.8 Efisiensi Pasar Modal...................................................................

BAB III PENUTUP.................................................................................... 15


3.1 Kesimpulan................................................................................... 15
3.2 Saran............................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 16

ii
2

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya sejalan dengan

pengembangan yang dialami, selalu membutuhkan tambahan modal. Pada saat

perusahaan didirikan, pemilik bisa menentukan sumber modal apa yang dipakai.

Apakah semuanya bersumber dari modal saham biasa atau perlu ada hutang jangka

panjang. Setiap keputusan yang diambil tentang sumber modal selalu ada dampaknya.

Misalnya bila sumber modal saham biasa ada kewajiban membayar dividen dan

keputusan-keputusan kebijakan atau pengelolaan dari pemegang saham perlu

diperhatikan.

Bila sumber modal dari saham preferen ada kewajiban membayar dividen

yang harus diprioritaskan demikian pula dalam keadaan perusahaan dilikuidasi maka

pemegang saham preferen akan didahulukan pengembalian nilai sahamnya. Jika

sumber modal berasal dari hutang jangka panjang ada kewajiban membayar bunga

dan pengembalian nilai sahamnya. Jika sumber modal berasal dari hutang jangka

panjang ada kewajiban membayar bunga dan pengembalian hutang pada saat jatuh

tempo.

1
Dengan demikian, ada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari perusahaan

dalam mengatur perpaduan sumber modal mana akan dipakai. Misalnya suatu

perusahaan tidak menyukai manajemen perusahaannya dikelola oleh banyak pemilik,

3
karena itu keputusan sumber modal yang dipakai untuk pengembangan

berikut adalah dari hutang jangka panjang.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasrakan latar belakang yang telah di jelaskan sebelumnya , maka dapat

ditarik rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian struktur modal ?

2. Bagaimana teori tentang struktur modal ?

3. Bagaimana struktur modal pada pasar modal sempurna ?

4. Bagaimana menentukan struktur modal yang optimal ?

5. Apa keputusan dari struktur modal ?

6. Apa saja faktor-faktor yang menentukan pemilihan struktur modal ?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita bisa :

1. Mengetahui tentang struktur modal

2. Mengetahui bagaiman teori struktur modal

3. Mengetahiu bagaimana struktur modal sempurna

4. Mengetahui bagaimana menentukan struktur modal yang optimal

5. Menegetahui keputusan darin struktur modal

6. Menegetahiu faktor-faktor yang menentukan pemilihan struktur modal

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Struktur Modal

Struktur modal adalah bauran atau perpaduan daur hutang jangka panjang

saham preferen dan saham biasa. Struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan

antara hutang, saham preferen, saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam

struktur modalnya. Sedangkan struktur modal yang optimal adalah struktur modal

yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga

memaksimumkan harga saham.

Tujuan manajemen struktur modal adalah memadukan sumber dana

permanen yang digunakan perusahaan dengan cara yang akan memaksimumkan

harga saham perusahaan. Sebaliknya, tujuan ini bisa dipandang sebagai pencarian

terhadap paduan dana yang akan meminimalkan campuran biaya modal perusahaan.

Kita dapat menyebut paduan sumber dana yang tepat ini struktur modal optimal.

2.2. Teori Struktur Modal

2.2.1. Pendekatan Laba Operasi Bersih

Satu pendekatan terhadap penilaian laba perusahaan dikenal sebagai

pendekatan laba operasi bersih (net operating income, NOI). Melalui pendekatan ini,

laba operasi bersih didiskon pada tingkat kapitalisasi total perusahaan untuk

memperoleh nilai total pasar perusahaan. Nilai pasar pinjaman kemudian dikurangi

dari
nilai total pasar untuk memperoleh nilai pasar saham biasa. Penggunaan

pendekatan ini mengakibatkan tingkat kapitalisasi total serta biaya dana pinjaman

tetap sama walaupun digunakan pengungkit keuangan yang diukur sebagai B/S.

Asumsi kritis pada pendekatan ini adalah ko bersifat konstan, berapa pun

jumlah pengungkit keuangan. Pasar mengkapitalisasi laba operasi bersih perusahaan

dan menentukan nilai keseluruhan perusahaan. Akibatnya, bauran pendanaan hutang

dan ekuitas menjadi tidak penting. Peningkatan pendanaan hutang yang seharusnya

lebih murah diimbangi oleh peningkatan tingkat pengembalian ekuitas yang diminta,

ke. Maka rata-rata tertimbang ke dan ki tetap sama, walaupun pengungkit keuangan

berubah. Pada saat perusahaan meningkatkan penggunaan pengungkit keuangannya,

risiko perusahaan semakin meningkat dan investor meningkatkan tingkat

pengembalian ekuitas secara langsung untuk menyesuaikan peningkatan rasio hutang

terhadap ekuitas. Sepanjang ki tidak berubah. Ke merupakan fungsi linier konstan

rasio hutang terhadap ekuitas. Karena biaya modal perusahaan, ko, tidak dapat diubah

melalui pengungkit keuangan, maka pendekatan laba operasi bersih secara implisit

membuktikan tidak ada struktur modal yang optimal.

Sejauh ini, pembahasan laba operasi bersih hanya dilakukan dalam batasan

definisi. Namun pembahasan masih memiliki kekurangan dalam menjelaskan

perilaku penting yang dimiliki laba operasi bersih. Modigliani dan Miller, dua ahli

teori keuangan pemenang penghargaan Nobel, memberikan dukungan atas perilaku

pemisahan penilaian total dan biaya modal perusahaan dari struktur modalnya.

4
Pembahasan tersebut diawali dengan pengkajian pendekatan tradisional terhadap

struktur modal dan penilaiannya.

2.2.2. Pendekatan Tradisional

Pendekatan tradisional terhadap struktur dan penilaian modal

mengasumsikan adanya struktur modal optimal dan manajemen dapat meningkatkan

nilai total perusahaan melalui penggunaan pengungkit keuangan. Pendekatan ini

menyatakan perusahaan pada awalnya dapat mengurangi biaya modalnya dan

meningkatkan nilai totalnya melalui pengembalian ekuitas yang diminta. Peningkatan

ke tidak sepenuhnya mengimbangi manfaat yang diperoleh dari pendanaan hutang

yang lebih murah. Dengan semakin seringnya dilakukan pengungkitan keuangan,

investor secara meningkat menghukum tingkat pengembalian perusahaan hingga

akhirnya pengaruh ini dapat mengimbangi manfaat pendanaan yang lebih murah.

Satu variasi pendekatan tradisional, di mana ke diasumsikan akan meningkat

pada tingkat yang lebih cepat dengan pengungkit keuangan. Sedangkan ki

diasumsikan akan meningkat hanya setelah peningkatan pengungkit keuangan dalam

jumlah besar. Awalnya, rata-rata tertimbang biaya modal menurun dengan

penggunaan pengungkit keuangan yang tidak terlalu besar. Sampai pada titik tertentu,

peningkatan dapat lebih mengimbangi penggunaan dana hutang yang lebih murah

dalam struktur modal, sehingga ko mulai mengalami peningkatan. Peningkatan ko ini

selanjutnya memperoleh dukungan pada saat ki mulai meningkat. Struktur modal

optimal adalah titik di mana ko berada pada titik terendah.

5
Pada posisi struktur modal optimal tersebut, tidak hanya rata-rata tertimbang

biaya modal perusahaan mencapai titik terendah, namun total nilai perusahaan juga

mencapai titik tertinggi. Hal ini disebabkan semakin rendah tingkat kapitalisasi, ko,

yang digunakan pada arus laba operasi bersih perusahaan, semakin tinggi nilai serang

bersih arus tersebut. Oleh karena itu, pendekatan tradisional struktur modal

menunjukkan bahwa: (1) biaya modal bergantung pada struktur modal perusahaan

dan (2) terdapat struktur modal optimal.

2.3. Struktur Modal Pada Pasar Modal Sempurna

Pasar modal yang sempurna adalah pasar modal yang

kompetitif.Dalam pasar tersebut antara lain tidak dikenal biaya kebangkrutan, tidak

ada biaya transaksi,bunga simpanan dan pinjaman sama yang berlaku semua pihak.

Sebagai tambahan diasumsikan tidak ada pajak pengahsilan. Tentu saja asumsi-

asumsi tersebut tidak dijumpai dalam dunia nyata tetapi analisis kita mulai dari

keadaan yang ketat tersebut baru kemudia dilonggarkan.

Asumsi-asumsi lain untuk mempermudah analisis adalah sebagai berikut :

1) Laba operasi yang diperoleh setiap tahunnya dianggap konstatan.ini berarti

bahwa perusahaantidak merubah keputusan investasinya.

2) Semua laba yang tersedia bagi pemegang saham dibagikan sebagai dividen. Ini

berarti tidak memasukan kerumitan faktor kebijakan deviden.

3) Hutang yang dipergunakan bersifat permanenen. Ini berarti bahwa hutang yang

jatuh tempo akan diperpanjang lagi.

8
4) Pergantian struktur hutang dilakukan secara langsung.artinya, apapabila

perusahaan menambah hutang, maka modal sendiri dikurangi,dan sebaliknya.

2.4. Nilai Perusahaan, Biaya Agensi, Teori Tradeoff Statis, dan Teori Pecking Order

Masalah agensi merupakan konflik antarkelompok, pemilik (pemegang

saham), manajer perusahaan, dan karyawan. Ada perbedaan kepentingan antara

ketiga kelompok tersebut. Di sini akan timbul pertentangan antara kepentingan

individu dengan kepentingan perusahaan. Ada kecenderungan manajer lebih

mementingkan tujuan individu daripada tujuan perusahaan. Timbulnya pertentangan

ini antara lain:

1. Apabila perusahaan memiliki free cashflows yang sangat besar.

2. Apabila ada transaksi akuisisi atau pembelian sebuah perusahaan oleh

perusahaan besar

3. dengan menggunakan utang yang bisa disebut sebagai leveraged buy out (LBO).

Masalah agensi akan menimbulkan biaya agensi, yang cenderung terjadi

dalam organisasi bisnis karena kepemilikan dan kontrol manajemen sering terpisah.

Maka manajer perusahaan dapat dianggap agen bagi pemegang saham perusahaan.

Untuk memastikan bahwa manajer agen bertindak untuk kepentingan pemegang

saham, perlu dipastikan mereka memiliki: (1) insentif yang tepat untuk melakukan

9
itu, dan (2) keputusan mereka dimonitor. Insentif biasanya berbentuk rencana

kompensasi eksekutif dan penghasilan tambahan.

9
Penghasilan tambahan bisa jadi menambah staf pendukung, keanggotaan

country club, pesawat perusahaan yang mewah, atau hal lain yang senada. Untuk

memonitor diperlukan biaya tertentu yang ditanggung pemegang saham, seperti:

1. mengikat manajer,

2. mengaudit laporan keuangan,

3. menyusun organisasi dengan unik agar membatasi keputusan manajerial yang

berguna, dan

4. meninjau kembali biaya dan keuntungan penghasilan tambahan manajer.

Daftar ini indikatif dan tidak terbatas. Intinya adalah biaya monitor pasti

ditutup oleh pemilik perusahaan-pemegang sahamnya.

Manajemen struktur modal juga menimbulkan biaya agensi. Masalah agensi

berakar pada konflik kepentingan, dan manajemen struktur modal meliputi konflik

antara pemegang saham dan pemegang obligasi. Bertindak atas kepentingan

pemegang saham bisa menyebabkan manajemen menginvestasi dalam proyek yang

sangat berisiko. Investor yang ada dalam obligasi perusahaan dapat dengan logis tak

menyukai kebijaksanaan investasi seperti itu. Perubahan dalam struktur risiko aset

perusahaan akan mengubah risiko yang dihadapi perusahaan. Ini dapat mengarah

pada revisi yang buruk atas peringkat obligasi perusahaan selama ini. Peringkat

obligasi yang menurun akibatnya menurunkan nilai pasar obligasi perusahaan. Jelas,

pemegang obligasi akan tak senang dengan hasilnya.

10
Untuk mengurangi konflik kepentingan ini, kreditur (investor obligasi) dan

pemegang saham mungkin setuju memasukkan aturan pembatas dalam kontrak

obligasi. Aturan biasanya membatasi pembayaran dividen tunai atas saham biasa.

Untuk memastikan bahwa aturan protektif diikuti manajemen berarti biaya monitor

muncul. Seperti biaya monitor lainnya, ditanggung oleh pemegang saham biasa.

Selanjutnya, seperti biaya lain, melibatkan analisis tradeoff yang penting.Tanpa

aturan obligasi yang protektif banyak aturan obligasi yang protektif.Tingkat bunga

tinggi tingkat bunga rendah.Biaya monitor rendah biaya monitor tinggi.Tak ada

efisiensi operasi yang hilang banyak efisiensi operasi yang hilang.

Gambaran tersebut menunjukkan beberapa tradeoff dalam penggunaan

aturan obligasi protektif. Tetapi perusahaan mungkin bisa menjual obligasi yang tak

memiliki aturan protektif hanya dengan menerapkan tingkat bunga yang sangat

tinggi. Tanpa aturan protektif, tak ada biaya monitor. Juga, tak ada efisiensi operasi

yang hilang, seperti bisa bergerak cepat untuk mendapatkan perusahaan tertentu di

pasar akuisisi. Sebaliknya, kemauan memasukkan beberapa aturan dapat mengurangi

biaya eksplisit kontrak utang, tapi akan melibatkan biaya monitor yang nyata dan

kehilangan sedikit efisiensi operasi (yang juga berarti biaya yang lebih tinggi). Maka

saat penerbitan utang pertama dijual, tradeoff akan terjadi di antara biaya monitor,

kehilangan efisiensi operasi, dan menikmati biaya bunga eksplisit yang lebih rendah.

11
Myers dengan ringkas mengikhtisarkan teori pecking order struktur modal

dengan 3 poin:

1. Perusahaan menerapkan kebijaksanaan dividen untuk kesempata investasi.

2. Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan dana yang

sepenuhnya dari dalam dulu, lalu modal keuangan eksternal akan dicari.

3. Saat pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan akan pertama memilih

menerbitkan sekuritas utang, menerbitkan sekuritas jenis modal akan dilakukan

terakhir.

Dengan semakin banyaknya dana eksternal dibutuhkan untuk mendanai

proyek dengan nilai sekarang positif, pendapatan pecking order akan diikuti. Ini

berarti lebih menyukai utang yang lebih berisiko, artinya pada konvertibel, modal

preferen, dan modal biasa sebagai pilihan terakhir.

2.4.Menentukan Struktur Modal yang Optimal

Struktur modal keuangan adalah suatu ukuran yang menunjukkan sampai

sejauh mana hutang dan saham preferen digunakan dalam struktur modal perusahaan.

Struktur modal perusahaan akan mempengaruhi laba per lembar saham, tingkat

risiko, dan harga saham. Nilai perusahaan yang tidak mempunyai hutang untuk

pertama kali akan naik pada saat kebutuhan akan tambahan modal dipenuhi oleh

hutang dan nilai tersebut kemudian akan mencapai puncaknya dan akhirnya nilai itu

akan menurun setelah hutang berlebihan.

15
Jika demikian, untuk selanjutnya hutang akan digunakan untuk

menggantikan ekuitas sampai berapa jumlahnya. Dalam keputusan semacam itu

struktur modal yang dipilih haruslah yang memaksimumkan harga saham perusahaan.

Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan

pemenuhan dengan sumber dana dari dalam perusahaan, maka hal ini dapat

menyebabkan berkurangnya ketergantungan kepada pihak luar. Apabila kebutuhan

dana sudah tidak dapat dipenuhi oleh sumber dana dari perusahaan, maka perusahaan

harus menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan. Baik dari hutang maupun

dengan mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan dananya.

Apabila dalam pemenuhan dana dari sumber ekstern tersebut lebih

mengutamakan hutang, maka ketergantungan kepada pihak luar akan semakin besar

dan risiko finansial juga semakin besar. Sebaliknya, apabila lebih mengutamakan

pada saham, maka biayanya akan sangat mahal karena biaya penggunaan dana yang

berasal dari saham baru akan lebih mahal dari sumber dana lainnya karena adanya

flotation cost. Oleh karena itu, maka pola diusahakan adanya keseimbangan yang

optimal antara kedua sumber tersebut. Dalam keadaan bagaimanapun perusahaan

sebaiknya jangan memunyai hutang yang lebih besar daripada jumlah modal sendiri.

Sehingga modal yang dijamin tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya.

Menurut konsep cost of capital, perusahaan harus mengusahakan agar dapat

mencapai struktur modal yang optimal, yakni struktur modal yang dapat

13
meminimalkan biaya penggunaan modal rata-rata di mana besarnya average cost of

capital tergantung pada proporsi masing-masing sumber dana tersebut.

Van Horne menyatakan: kalau ingin meningkatkan harga per saham, maka

terlebih dahulu harus mengusahakan biaya modal perusahaan menjadi seminimal

mungkin untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham perusahaan. Suatu

struktur modal yang optimal sangat penting bagi suatu perusahaan dan ini menurut

pendapat Weston dan Copeland (1992: 565) mengenai struktur moda, yaitu: “if there

is an optimal capital structure for a company it will minimize the opportunity cost of

capital”.

Dari semua uraian di atas, dapat diketahui bahwa bila ingin

memaksimumkan harga per saham maka harus mengoptimalkan struktur modal

perusahaan tersebut dengan berusaha keras supaya biaya modal menjadi seminimum

mungkin jumlahnya.

2.5. Keputusan Struktur Modal

Dalam teori, struktur modal yang optimal adalah struktur di mana biaya

marginal riil baik berupa eksplisit dari masing-masing sumber pembelanjaan adalah

sama (Erich; 1981). Hal ini menuntut kehati-hatian para manajer keuangan untuk

menentukan struktur modal yang tepat agar dalam praktiknya tidak berdampak

negatif.

15
Masalah utama dalam menentukan struktur modal yaitu menaksir biaya

implisit sumber pembelanjaan bukan modal sendiri. Perlu diingat bahwa dari berbagai

metode untuk menentukan struktur modal suatu perusahaan tidak satu pun yang bisa

16
dianggap sempurna. Oleh karena itu, diperlukannya informasi yang cukup untuk

mengambil keputusan yang rasional dengan pandangan positif bahwa kita mampu

menentukan struktur modal yang tepat.

2.6. Faktor-faktor yang Menentukan Pemilihan Struktur Modal

2.6.1.Lokasi Distribusi Keuntungan

Lokasi distribusi keuntungan adalah seberapa besar nilai yang diharapkan

dari keuntungan perusahaan. Semakin besar nilai yang diharapkan dari keuntungan,

dengan penyimpangan yang sama, maka semakin kecil kemungkinan mendapatkan

kerugian.

2.6.2. Stabilitas Penjualan dan Keuntungan

Bahwa semakin stabil keuntungan, berarti semakin kecil pinjaman karena

bertambah besarnya kemungkinan perusahaan mampu untuk memenuhi kewajiban

tetapnya.

2.6.3. Kebijakan Dividen

Implikasi bahwa banyak perusahaan yang mencoba menggunakan kebijakan

dividen dalam jumlah yang konstan akan langsung dirasakan bagi manajer keuangan,

yaitu dengan menyediakan dana untuk membayar jumlah dividen yang tetap.

Semakin tinggi tingkat leveragenya, semakin besar kemungkinan perusahaan tidak

bisa membayar dividen dalam jumlah yang tetap.

17
2.6.4. Pengendalian

Penggunaan hutang yang agak tinggi daripada mengeluarkan saham baru

dianggap lebih menguntungkan dengan alasan kepemilikan. Hal ini bisa jadi

menyebabkan pihak yang semula memiliki sebagian besar saham dengan pengeluaran

saham baru akan menjadi berkurang bagiannya dan akan mengurangi penguasaan atas

perusahaan.

2.6.5. Risiko Kebangkrutan

Menurut Halim dan Sarwoko (1995), pada pasar modal sempurna, risiko

kebangkrutan, aktiva dapat dijual sesuai dengan nilai ekonomisnya dan dibagikan

sesuai dengan klaim. Pada pasar yang kurang sempurna dan tidak diperhitungkan

biaya kebangkrutan, pada saat perusahaan mengalami kebangkrutan akan

menyebabkan aktiva dijual di bawah nilai ekonomisnya. Biaya administrasi

menyebabkan penerimaan pemegang saham menjadi berkurang.

2.6.6. Stabilitas Penjualan

Bagi perusahaan yang memiliki tingkat penjualan yang stabil tiap tahunnya

boleh memiliki hutang yang besar dengan risiko menanggung biaya tetap yang tinggi.

2.6.7. Struktur Aktiva

18
Aktiva dapat digunakan sebagai jaminan peminjaman hutang dalam jumlah

besar.

18
2.6.8. Elastisitas Operasi

Elastisitas operasi rendah yang dimiliki perusahaan lebih memungkinkan

untuk memanfaatkan hutang keuangan.

2.6.9. Tingkat Pertumbuhan

Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat, wajib

mengandalkan modal eksternal dalam bentuk obligasi daripada saham yang memiliki

biaya pengembangan yang tinggi.

2.6.10. Profitabilitas

Perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian investasi tinggi cenderung

memiliki hutang dalam jumlah kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi dapat

digunakan sebagai permodalan dalam bentuk laba ditahan.

2.6.11. Pajak

Tambahan tarif pajak suatu perusahaan akan lebih bak dalam menggunakan

permodalan hutang.

2.6.12. Kendali

Pengendalian terhadap penggunaan hutang dalam perusahaan perlu

dipertimbangkan, apabila menggunakan jumlah hutang yang sedikit, manajemen

menghadapi risiko pengambilalihan oleh perusahaan lain dan jika terlalu banyak,

dihadapkan pada masalah kegagalan memenuhi kewajiban.

19
2.6.13. Sikap Manajemen

Sikap manajemen yang cenderung konservatif atau sebaliknya dalam

menggunakan hutang akan sedikit banyak mempengaruhi harga saham.

2.6.14. Sikap Kreditur

Penentuan struktur modal yang tepat di tentukan oleh sikap manajemen

dalam menyikapi kreditur. Peminjaman dana lebih dapat membuat keengganan

debitur atau pemberian dengan tingkat suku bunga yang tinggi.

2.6.15. Kondisi Pasar

Perubahan jangka pendek dan jangka panjang kondisi di pasar saham dan

obligasi akan mempengaruhi struktur modal optimal suatu perusahaan.

2.6.16. Kondisi Internal Perusahaan

Kondisi internal perusahaan akan ikut mempengaruhi target struktur modal.

Bagi perusahaan baru, estimasi laba besar dimasa yang akan datang belum

mencerminkan harga saham. Penggunaan hutang sampai laba terlearisir dan tercermin

dalam harga saham, mengemisi, melunasi hutang dan kembali pada target struktur

modal.

21
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Struktur modal adalah bauran atau perpaduan daur hutang jangka panjang

saham preferen dan saham biasa. Struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan

antara hutang, saham preferen, saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam

struktur modalnya, sedangkan struktur modal yang optimal adalah struktur modal

yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga

memaksimumkan harga saham.

Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya

mengutamakan pemenuhan dengan sumber dana dari dalam perusahaan, maka hal ini

dapat menyebabkan berkurangnya ketergantungan kepada pihak luar. Apabila

kebutuhan dana sudah tidak dapat dipenuhi oleh sumber dana dari perusahaan, maka

perusahaan harus menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan. Baik dari

hutang maupun dengan mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan

dananya.

3.2. Saran

Masalah utama dalam menentukan struktur modal yaitu menaksir biaya

implisit sumber pembelanjaan bukan modal sendiri. Perlu diingat bahwa dari berbagai

metode untuk menentukan struktur modal suatu perusahaan tidak satu pun yang bisa

19
dianggap sempurna. Oleh karena itu, diperlukannya informasi yang cukup untuk

mengambil keputusan yang rasional dengan pandangan positif bahwa kita mampu

menentukan struktur modal yang tepat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aliansyah, Noor. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai. Jurnal Usahawan No. 01
TH XXX Januari 2001.
Astuti, Dewi. 2004. Manaan. Bandung: Ghalia Indonesia.
Hadisoebroto, Andreas E. Penentuan Struktur Modal Untuk Mencapai Biaya Modal
Minimum dan
Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Widya Manajemen dan Akuntansi,
Vol. 4 No. 1 April 2004.
Hartono. Kebijakan Struktur Modal: Pengujian Tradeoff Theory dan Pecking Order
Theory. Jurnal Perspektif, Vol. 8, No. 2, Desember 2003.
Haymans Manurung, Adler. Teori Struktur Modal: Sebuah Survei. Jurnal Usahawan
N 4 TH XXXIII April 2004.
Keown, Arthur J. 2000. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Roni Setyawan, Ignatius. Simultanitas Keputusan Dividen dan Struktur Modal: Suatu
Tinjauan Teoritik. Jurnal Usahawan No 01 Th XXX Januari 2001.
Sjahrial, Dermawan. 2006. Pengantar Manajemen Keuangan. Bogor: Mitra Wacana
Media.
Van Horne, James. 1998. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.

21

Anda mungkin juga menyukai