Anda di halaman 1dari 24

PERANAN BAHASA INDONESIA DALAM PEMBANGUNAN KARAKTER

Disusun untuk Memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Endang Andriyani M.,Pd.

Oleh :

Nadiya Tri Noor Aina


(2114140247)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkat
Rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Bahasa Indonesia dengan
judul PERANAN BAHASA INDONESIA DALAM PEMBANGUNAN
KARAKTER.
Terima Kasih juga kami sampaikan kepada ibu Endang Andriyani.,M.Pd,
selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah membimbing dan memberikan
kuliah demi lancarnya terselesaikan tugas makalah ini.
Demikian tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi diri kami dan khususnya untuk pembaca. Dengan segala kerendahan hati, saran-
saran dan kritik yang konstruktif dan membangun sangat kami harapkan dari
pembaca peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.

Palangka Raya, 20 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................
A. Pengertian Peran Bahasa Indonesia dalam Pembangunan Karakter............................
B. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia....................................................................
C. Pengintegrasian Karakter dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.............
D. Pendidikan Bahasa dan Pengembangan Karakter........................................................
E. Pemahaman Pembelajaran Bahasa Indonesia...............................................................
F. Sastra untuk Membangun Kepribadian Indonesia........................................................

BAB lll PENUTUP..................................................................................................................

A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa memang memiliki andil paling besar dalam suatu komunikasi karena
bahasa merupakan syarat utama untuk terjadinya komunikasi. Bahasa juga dapat
menunjukan bangsa. Tingkat peradaban dan jati diri bangsa salah satunya
ditunjukan oleh cara berbahasa masyarakatnya. Bahasa menunjukan cerminan
pribadi seseorang dapat diidentifikasi dari perkataan yang ia ucapkan.

Untuk menjaga identitas bangsa dalam wujud bahasa Indonesia sebagai penjaga
lambang keindonesiaan tidak lepas dari berbagai tantangan dan peranan.
Tantangan pertama, yakni perkembangan BI (Bahasa Indonesia) yang dinamis,
tetapi tidak menimbulkan pertentangan diantara masayarakat. Pada saat
bersamaan bangsa Indonesia sudah mencapai kedewasaan berbahasa. Sekarang
tumbuh kesadaran secara emosional bahwa perilaku berbahasa seseorang terkait
dengan masalah nasionalisme. Salah satu bukti banyak orang yang lebih suka
memakai bahasa asing, karena sudah terbukanya informasi dan telekomunikasi.
Tantangan kedua, yakni persoalan tata istilah dan ungkapan ilmiah. Kedua
tantangan tersebut dapat direduksi melalui pengajaran dan pengaplikasian peran
bahasa Indonesia itu sendiri untuk pembangunan karakter pemakainya.

Pada makalah ini, penyusun akan mencoba mengungkapkan peranan bahasa


Indonesia dalam pembangunan karakter. Selain itu akan dipaparkan pula
bagaiman fungsi serta kedudukan bahasa Indonesia. Ada pula poin yang
terpenting yaitu tentang membentuk karakter melalui bahasa Indonesia ataupun
pengintegrasian karakter dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

4
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan permasalahan tersebut diatas adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana peran bahasa Indonesia dalam pembangunan karakter?
2. Apa fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional?
3. Bagaimana membentuk karakter melalui pengintegrasian karakter dalam
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia?
4. Bagaimana pengertian pendidikan bahasa dan pengembangan karakter?
5. Cara pemahaman pembelajaran bahasa Indonesia?
6. Cara sastra untuk membangun kepribadian Indonesia?

C. Tujuan Tujuan penelitian ini antara lain:


1. Memaparkan peran bahasa Indonesia dalam pembangunan karakter.
2. Menelaah fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
3. Menelaah pengintegrasian karakter dalam pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia.
4. Memaparkan pendidikan bahasa dan pengembangan karakter.
5. Memaparkan Cara pemahaman pembelajaran bahasa Indonesia.
6. Menelah sastra untuk membangun kepribadian Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Bahasa Indonesia dalam Pembangunan Karakter


Pentingnya peranan bahasa Indonesia bersumber dari ikrar sumpah pemuda
1928 butir ketiga yang berbunyi: “kami poetra dan poetri Indonesia
mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia”. Menurut Rohmadi
(2008, hlm. 21) bahwa dalam UUD 1945 pasal 36 Bahasa Indonesia adalah
bahasa negara, serta dalam pasal 36 C pun disebutkan ”ketentuan lebih lanjut
mengenai bendera, bahasa dan lambang negara,serta lagu kebangsaan diatur
dengan undangundang”. Artinya bahasa Indonesia telah diakui
keberadaannya sebagai bahasa Negara dan telah dilindungi oleh aturan
hukum.

Kembali pada isi ikrar sumpah pemuda yang ketiga membuktikan bahwa
pengakuan menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia, yang
memiliki fungsi yang luar biasa dalam mengembangkan kepribadian dan
karakter bangsa. Fungsi tersebut menegaskan bahwa setiap warga negara
Indonesia senantiasa berkepribadian, berkarakter, berperilaku, dan berbudi
bahasa khas Indonesia. Bahasa Indonesia berfungsi efektif sebagai bahasa
persatuan bangsa Indonesia

Dalam era globalisasi ketahanan bahasa Indonesia diuji karena mulai


menurunnya kecintaan dan kebanggaan masyarakat berbahasa persatuan di
negeri ini. Bahasa Indonesia harus dikembangkan dan diaktualisasikan
dengan perkembangan global saat ini. Pemakaian bahasa Indonesia mulai
mengalami kelunturan. Generasi muda seolah kehilangan kepercayaan diri
apabila tidak menggunakan istilah asing dalam setiap percakapan maupun
tulisan.

Pada dasarnya bahasa merupakan jantung kebudayaan. Bahasa Indonesia


dapat berfungsi sebagai penunjang perkembangan bahasa dan sastra
Indonesia atau alat untuk menyampaikan gagasan yang mendukung
pembangunan Indonesia atau pengungkap pikiran, sikap, dan nilai-nilai yang
berada dalam bingkai 4 keindonesiaan.

Bahasa Indonesia juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi politik,


sosial, dan budaya yang selanjutnya akan memberi sumbangan yang

6
signifikan untuk membangun paradigma baru pembangunan yang berjiwa
Indonesia.

Selain itu, bahasa Indonesia harus mampu mengembangkan peran sebagai


media membangun karakter bangsa demi meningkatkan martabat bangsa
Indonesia dalam pergaulan lintas bangsa di dunia yang semakin mengglobal.
Penguasaan bahasa Indonesia berperan dalam mengembangkan berbagai
kecerdasan, karakter dan kepribadian.

Orang yang menguasai bahasa Indonesia secara aktif dan pasif akan dapat
mengekspresikan pemahaman dan kemampuan dirinya secara runtut,
sistematis, logis dan lugas. Hal ini dapat menandai kemampuan
mengorganisasi karakter dirinya yang terkait dengan potensi daya fikir,
emosi, keinginan, dan harapannya yang kemudian diekspresikannya dalam
berbagai bentuk tindakan positif.

Menurut Bacon&Pugh (2003, hlm.139-142) karakter yang baik dapat


diartikan bahwa perilakunya baik ucapan, budibahasa, tindakan maupun
perbuatan dapat diterima oleh orang lain. Adapun pengertian menurut Ditjen
Mandikdasmen, karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi
ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik
adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Semakin
luas lingkungan masyarakat yang menerima kebaikannya dapat diartikan
bahwa kebaikan pribadinya semakin sempurna. Perilaku tersebut dapat
diklasifikasikan kedalam kategori kurang yang harus dihindari, rata-rata yang
dapat dimanfaatkan untuk mendukung perilaku unggulan, dan unggulan yang
merupakan perilaku ideal. Perilaku-perilaku tersebut antara lain:
a. Perilaku kurang berindikator, yaitu perilaku seseorang yang mempunyai
sifat memanfaatkan orang lain demi kepentingan diri sendiri, tidak respon
terhadap orang lain, tidak menyimak orang lain, tidak pedul terhadap orang
lain, suka mengagumi diri sendiri, mengejek orang, tidak jujur, dan
mengecilkan orang lain sehingga ingin menang sendiri. Perilaku seperti ini
sebaiknya dihindari.

b. Perilaku rata-rata berindikator, yaitu sebaliknya dari perilaku kurang


berindikator pada perilaku ini memiliki sikap beradab yakni tidak
memanfaatkan orang lain demi kepentingan diri sendiri, sopan, nada bicara
yang enak, ramah/reseptif, menyimak, cukup membantu, jujur, dan hormat

7
kepada orang lain. Perilaku jenis ini dapat digunakan sebagai tindakan
perilaku yang harus diutamakan.

c. Perilaku unggulan berindikator, yaitu perilaku yang sifatnya bersedia


membuka diri, bersemangat, berinisiatif untuk menolong orang lain,
sehingga orang lain dapat lebih mudah berhubungan, responsif, empati, dan
berkeinginan tulus untuk membuat orang lain senang.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar secara sadar akan
membentuk karakter-karakter positif, Menteri Akbar Tanjung, telah
menguraikannya secara rinci pada kongres bahasa Indonesia V, 1988, yaitu
sebagai berikut:

a. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar secara sadar berarti
membiasakan diri untuk berdisiplin.
b. Kecintaan terhadap bahasa Indonesia merupakan salah satu bentuk
nasionalisme dan patriotisme yang perlu ditumbuhkan dalam mengarungi
arus modernisasi.
c. Pemakaian dan kemampuan berbahasa Indonesia akan memperkokoh
kepribadian, yang pada gilirannya menjadi pertahanan dalam menghadapi
persaingan global. 6
d. Pembiasaan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan
membawa ke dunia budaya tulis yang sempurna yang merupakan bekal
utama untuk menguasai ilmu dan teknologi.

1) Pengertian Nilai Karakter


Karakter berasal dari bahasa Yunani “karasso” yang berarti “to mark”
yaitu menandai atau mengukir, yang memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.
Menurut KBBI (2016) karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi perkerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Jadi karakter
diartikan sebagai cara berperilaku seseorang untuk hidup dan bekerja
sama baik dalam lingkungan, keluarga, dan masyarakat dengan
berperilaku jujur, bertanggung jawab, disiplin. Peranan bahasa Indonesia
dalam pembangunan karakter adalah sebagai berikut:

a. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Tuhan Peranan bahasa


Indonesia dalam pembangunan karakter ada hubungannya dengan Tuhan
yaitu religius; pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang
diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran
agamanya.

8
b. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Diri Sendiri (Personal)
1) Jujur
Peranan bahasa Indonesia dapat membangun seseorang untuk senantiasa
jujur dalam setiap hal apapun. Jujur adalah perilaku yang harus dimiliki
seseorang agar dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, baik terhadap diri sendiri ataupun orang lain.

2) Bertanggung jawab
Peranan bahasa Indonesia dapat membangun seseorang untuk senantiasa
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan YME. Seseorang yang memahami bahasa
Indonesia dengan baik akan terbentuk karakter bertanggung jawab dalam
7 dirinya, sehingga mampu melaksanakan tugas yang telah diberikan
kepadanya.

3) Disiplin
Peranan bahasa Indonesia dapat membangun seseorang untuk patuh dan
taat terhadap nilai-nilai yang dipercaya merupakan tanggung jawab.
4) Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam melakukan
sesuatu tanpa mengenal lelah serta mengatasi berbagai hambatan untuk
menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

5) Percaya diri
Sikap yang meyakinkan pada kemampuan diri sendiri untuk
melaksanakan tugas (belajar/ pekerjaan) agar tercapainya setiap
keinginan dan harapan.

6) Berpikir logis, kritis, dan inovatif


Berpikir dan melakukan sesuatu secara logis (masuk akal) untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah
dimiliki. Seseorang yang secara sadar dalam menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar akan senantiasa berpikir kritis, logis
dan inovatif. Mereka akan berusaha memahami dan memecahkan suatu
masalah secara kritis dan logis. Merakapun akan dapat berkreativitas dan
berkreasi dengan baik dan memunculkan ide-ide baru.

7) Mandiri

9
Sikap dan perilaku seseorang yang dapat berdiri sendiri dan tidak
bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas.

8) Ingin tahu
Sikap dan tindakan untuk mengetahui segala informasi lebih dalam dari
apa yang dipelajari, dilihat, dan didengarnya. Sehingga memunculkan
gagasan dan ide baru.

9) Cinta ilmu
Cara seseorang menunjukkan kesetiaan, kepedulian terhadap
pengetahuan serta tidak bosan untuk selalu belajar dan selalu mencari
ilmu pengetahuan yang baru.

c. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Sesama

1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain Sikap tahu dan
mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik atau hak diri
sendiri dan orang lain serta tugas atau kewajiban diri sendiri serta orang
lain.

2) Patuh pada aturan-aturan social Seseorang memiliki sikap patuh dan


taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan
kepertingan umum atau pada aturanaturan sosial.

3) Menghargai karya dan prestasi orang lain Sikap dan tindakan yang
dimiliki seseorang untuk menghargai dan menghormati keberhasilan
orang lain atas karya atau prestasi orang lain.

4) Santun Sikap yang baik dan halus dilihat dari tutur kata atau bahasa
yang digunakan kepada semua orang.

5) Demokratis Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama


hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

d. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Lingkungan

1) Peduli sosial dan lingkungan

10
Sikap atau tindakan yang selalu berupaya untuk mencegah kerusakan
lingkungan alam di sekitarnya serta melaksanakan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu
memberi bantuan bagi orang lain yang membutuhkan.

2) Nilai kebangsaan
Cara berfikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.

3) Nasionalisme
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

4) Menghargai keberagaman
Sikap tenggang rasa terhadap seseorang baik berbentuk fisik, sifat,
adat, budaya, suku dan agama.

B. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia


Secara khusus fungsi bahasa Indonesia terbagi menjadi dua yang sangat
penting untuk kita pahami, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa
negara.

1. Fungsi dan kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.


Bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa nasional bagi bangsa Indonesia,
karena bahasa Indonesia digunakan sebagai pemersatu bangsa Indonesia. Hal
ini menjadi terobosan yang dilakukan oleh persatuan pemuda-pemuda
Indonesia. Mereka telah menyadari bahwa bahasa daerah tidak mungkin
dapat digunakan sebagai alat perhubungan antar suku, sebab yang diajak
komunikasi juga mempunyai bahasa daerah tersendiri. Adanya bahasa
persatuan atau bahasa Indonesia yang dipakai sebagai lingua franca ini pun
tidak akan mengurangi fungsi bahasa daerah. "Hasil Perumusan Seminar
Politik Bahasa Nasional" yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28
Febuari 1975 antara lain menegaskan bahwa dalam kedudukannya bahasa
nasional, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai :
a) Lambang Kebanggaan Nasional
Bahasa Indonesia memancarkan nilai-nilai sosial budaya luhur Bangsa
Indonesia. Sebagai realisasi kebanggaan kita terhadap Bahasa Indonesia,

11
kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri melainkan kita harus
berbangga hati menggunakan dan memelihara bahasa Indonesia.

b) Lambang Identitas Nasional


Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan
lambang bangsa Indonesia. Ini berarti, dengan bahasa Indonesia akan
dapat diketahui siapa kita, yaitu dari sifat, peringai, dan watak kita
sebagai bangsa Indonesia.

c) Sebagai Alat Pemersatu Berbagai Masyarakat yang Berbeda Latar


belakang Sosial, Budaya dan Bahasanya.
Melalui fungsi ini maka seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai suku
bisa bersatu padu. Adanya fakta bahwa identitas dan nilai-nilai budaya
dari suku lain masih tercemin pada bahasa daerah masing-masing, bahkan
diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.

d) Sebagai Penghubung Antar Budaya dan Daerah.


Warga Indonesia terkenal dengan keragaman penduduknya yang memiliki
adat berbeda-beda. Melalui fungsi ini maka seluruh masyarakat Indonesia
dapat bersatu walupun berasal dari suku bangsa yang berbeda. Kita dapat
mempelajari ataupun mengetahui kebudayaan dari daerah lain karena
sudah ada media komunikasi formal yang menjebatani kita sehingga kita
bisa berkomunikasi dengan baik.

2. Fungsi dan kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara.

Dalam UUD 1945 bahasa Indonesia menjadi bahasa negara perlu


dipertimbangkan. Sesuai "Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa
Nasional" yang diselenggarakan di Jakarta tanggal 25 sampai dengan 28
Febuari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai
bahasa negara, bahasa Indonesia sebagai berikut :
a. Bahasa Resmi Kenegaraan.
Pembuktian bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
kenegaraan ialah digunakannya Bahasa Indonesia dalam naskah
proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai pada saat itu
dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa,
dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis.

b. Bahasa Pengantar Resmi di Dunia Pendidikan.

12
Bahasa Indonesia digunakan dalam penyampaian pendidikan di
Indonesia dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.
Oleh karena itu, pemerintah mempunyai andil agar sebaiknya
buku-buku yang digunakan juga menggunakan bahasa Indonesia
sehingga membantu pelajar dalam proses pembelajaran Bahasa
Indonesia.
c. Bahasa Resmi dalam Perhubungan pada Tingkat Nasional untuk
Kepentingan Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan serta
Pemerintah.

Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antar badan


pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat.
Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman
sistem administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan
penyeragaman dan peningkatan mutu tersebut agar isi atau pesan
yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh
masyarakat.

d. Bahasa Resmi dalam Pengembangan Kebudayaan dan


Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan Serta Teknologi Modern.

Bangsa Indonesia berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan,


ilmu, dan teknologi. Misalkan seorang pengajar tari Bali tidak
mungkin mengajarkan tari Bali kepada orang Jawa, Aceh,
ataupun orang suku lain menggunakan bahasa Bali, karena
mereka belum tentu mengerti bahasa Bali. Oleh karena itu,
bahasa Indonesia lah yang menjebatani hal 12 tersebut. Sehingga
informasi yang berisi ilmu, kebudayaan, ataupun teknologi bisa
dimengerti oleh orang lain. Hal ini juga berlaku dalam
penyebaran ilmu modern.moder

C. Pengintegrasian Karakter dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra


Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah sebagian besar belum
menunjukan hasil optimal seperti yang diharapkan. Proses pembelajarannya
ditenggarai berlangsung seadanya dan monoton. Diperlukan penguatan dan
pembaharuan yang mesti di tempuh, seperti menciptakan sekaligus
memberdayakan guru, guru hendaknya tidak terlalu banyak dibebani oleh
tuntutan kurikulum yang memasung kreativitasnya dalam pembelajaran dan
yang terakhir bahasa Indonesia tidak hanya sebatas menjadikan anak mampu

13
berkomunikasi melainkan lebih dari itu, yakni sebagai pembinaaan dan
pengembangan karakter kebangsaan menurut Ansari (2010, hlm.265).

Istilah karakter merujuk pada ciri khas perilaku seseorang atau kelompok,
kekuatan moral atau reputasi. Dengan demikian, karakter adalah evaluasi
terhadap moral individu atau berbagai atribut termasuk kurangnya kebajikan
seperti integritas, keberanian, ketabahan, kejujuran, dan kesetiaan atau
perilaku kebiasaan yang baik (Wood, 2009). Ada perbedaan antara
kepribadian dengan karakter. Kepribadian pada dasarnya merupakan sifat
bawaan, sedangkan karakter tersendiri atau perilaku yang diperoleh dari hasil
belajar.

Dalam kondisi negara yang mengalami krisis multidemensi ini, kiranya


sangat memerlukan pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang
dimaksudkan dalam konteks ini adalah suatu payu istilah yang menjelaskan
berbagai aspek pengajaran dan pembelajaran bagi perkembangan personal
(Latif, 2009, hlm.82).
Selama ini, pendidikan karakter menggapai pelbagai aspek dari pendidikan
moral, pendidikan kewarganegaraan yang dibungkus dalam mata pelajaran
agama dan PPKN. Sebelum menguraikan model pembelajaran pendidikan
karakter, 13 penyusun merujuk pendapat Kidder (1995) yang mengusulkan
tujuh E untuk memberhasilkan program pendidikan karakter, yaitu:
a) Empowered (pemberdayaan)
b) Effective (efektif)
c) Extended into the comunity (diperluas ke komunikasi)
d) Embedded (melekat)
e) Enganged (terlibat)
f) Epistemological (mengembangkan konseptual)
g) Evaluatif (evaluatif)

Pengintegrasian karakter dapat dilakukan pada waktu aktivitas belajar


siswa. Aktivitas yang dipilih adalah pada aspek pendekatan yang terpusat
kepada siswa. Selama ini terdapat model pembelajaran yang terpusat pada
siswa seperti diskusi kelompok kecil, simulasi, dan bermain peran, studi
kasus, belajar menemukan sendiri, belajar berkelompok, belajar kolaborasi,
belajar kontekstual, belajar berbasis masalh dan belajar berbasis projek.
Selain itu, dapat juga dalam bentuk kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler.

Strategi yang dilakukan dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia dalam


mengintegrasikan karakter dalam kegiatan sehari-hari. Pelaksanaan kegiatan

14
ini dapat dilakukan melalui empat kegiatan, yaitu keteladanan dan kegiatan
spontan, teguran, pengondisian lingkungan, dan kegiatan rutin.
Pengintegrasian dalam kegiatan yang diprogramkan dapat dirancang dari
awal oleh gurunya dengan memasukan atribut karakter yang akan diperlukan
untuk menanamkannya kepada siswa, seperti tampak pada

Dimensi Karakter Contoh Pengintegrasian Kedisiplinan Menyelesaikan tugas


bahasa indonesia dengan tenggat waktu yang ditetapkan. Tanggung jawab
Saat menampilkan tugas kelompok atau individu. Toleransi Saat kegiatan
keterampilan berbahasa dengan metode tanya jawab dan diskusi. Kasih
sayang Saat KBM di luar kelas misal, menulis dengan media berupa
lingkungan taman dan museum. Sopan santun Pada saat kegiatan bermain
drama, berlatih menyusun surat pribadi, surat dinas, surat lamaran kerja dll.
Kejujuran Kegiatan bercerita dan menuliskan kembali bacaan yang telah
dipelajari. Saling menghormati Diintegrasikan pada pembelajaran bermain
peran, sosio drama, dengan mengambil topik pada SK dan KD.
Kesetiakawanan Pada pembelajaran bercerita dengan topik berkunjung
keteman yang sakit maupun opname di rumah sakit. Keteladanan Pada
pembelajaran membaca novel yang bermuatan kepahlawanan

D. PENDIDIKAN BAHASA DAN PENGEMBANGAN KARAKTER

Satu hal yang perlu diperhatikan agar tujuan bahasa Indonesia dapat
membangun karakter kepribadian bangsa adalah jelasnya persepsi antara
perbedaan pengajaran bahasa Indonesia dan pedidikan bahasa Idonesia.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pengajaran bahasa Indonesia adalah
pengajaran mengenai teks berbahasa Indonesia yang meliputi mulai dari
ejaan, kosa kata, kalimat hingga wacana. Sementara pendidikan bahasa
Indonesia adalah fokus terhadap siswa atau mahasiswa yang belajar bahasa
Indonesia. Dalam kaitan ini mungkin dapat dikatakan bahwa pengajaran
bahasa Indonesia menjadi ranah guru bahasa Indonesia dan pendidikan
bahasa Indonesia menjadi ranah semua profesi atau lintas bidang. Atau
dengan kata lain apa yang disebut berbahasa Indonesia menjadi tanggung
jawab semua elemen masyarakat terutama masyarakat akademis sementara
kompetensi linguistik merupakan tanggung jawab guru bahasa Indonesia. ³
the process of tranining and developing the knowledge, skill, mind, character.

15
Ets. Especially by formal schooling dikembangkan dalam pendidikan bahasa
Indonesia maka pengertiannya adalah proses pelatihan dan pengembangan
pengetahuan, keterampilan, pemikiran, karakter, dsb. melalui pendidikan
formal. Jadi muatan pendidikan bahasa Indonesia adalah (a) pengetahuan, (b)
keterampilan, (c) pemikiran dan (d) karakter. Keempat hal ini juga saling
berkaitan sehingga kita dapat mengatakan bahwa orang yang berkarakter itu
adalah orang yang berpengetahuan, orang yang berkarakter itu adalah orang
yang terampil, orang yang berkarakter itu adalah orang yang memiliki
pemikiran dan kesemuanya menjadi tugas pendidikan bahasa Indonesia.
Dengan kata lain pendidikan bahasa Indonesia harus dapat mempromosikan
perubahan pada setiapa diri siswa dalam semua bidang melalui pembelajaran
bahasa Indonesia.

Kaitan pendidikan bahasa dan pendidikan karakter banyak dijelaskan oleh


para pakar. Salah satunya seperti kutipan di bawah ini.

David Brooks dan Mark Kann dalam Arthur (2003) membuat daftar sebelas
elemen yang mereka klaim sangat penting untuk pendidikan karakter. Mereka
percaya bahwa harus ada instruksi langsung dalam pendidikan watak, untuk
anak-anak harus terbiasa dengan kebajikan dengan nama - mereka harus
mendengar dan melihat katakata, belajar maknanya, mengidentifikasi
perilaku yang tepat dan menerapkannya dalam praktik. Bahasa sangat
penting. Anak-anak harus didorong untuk menggunakan bahasa kebajikan
merekomendasikan menampilkan visual untuk mengilustrasikan kebajikan
dengan banner berwarna, misalnya koridor sekolah dan mereka menempatkan
penekanan besar pada iklim sekolah yang positif, layanan program-program
yang melayani masyarakat sekolah dan lingkungan, dan keterlibatan orang
tua dan anak-anak dalam tata kelola sekolah. Mereka menyimpulkan: "Jika
seluruh masyarakat sekolah menumbuhkan budaya bahasa, dan iklim
berkelakuan baik, mahasiswa akan menggunakan sebagian besar waktunya
untuk mendapatkan kata-kata, konsep, perilaku, dan keterampilan yang
berkontribusi terhadap perilaku baik, pengambilan keputusan yang etis, dan
lingkungan belajar yang subur.Pendekatan ini walau sangat sederhana, tetapi
bergema dengan saranbahwa saat ini sedang dianjurkan pendidikan
kewarganegaraan. (Arthur, 2003:116) Berdasarkan hal itu maka pendidikan
bahasa Indonesia paling dekat dengan pendidikan karakter dibanding dengan
pengajaran bahasa Indonesia. Tujuan pendidikan kompetensi bahasa maka
kita tidak mempunyai kecerdasan yang manusiawi. Ilmu pengetahuan tidak
mungkin disebarluaskan, dinikmati, dan dipahami secara bersamasama. "Bisa
dibayangkan sekarang kalau seandainya manusia itu tidak berbahasa maka

16
semua pemahaman dan penghayatan atas realitas kehidupan itu murni bersifat
intuitif dan subyektif. Antara pengalaman dan pengetahuan hampir-hampir
tidak ada bedanya. Jadi begitu fundamentalnya permasalahan bahasa itu,"
kata Mendiknas Bambang Sudybio dalam sambutannya saat membuka
Kongres IX Bahasa Indonesia Internasional di Hotel Bumi Karsa, Bidakara,
Jakarta , Selasa (28/10/2008) .

Pendidikan bahasa Indonesia menjadikan terwujudnya pembelajaran bahasa


Indonesia. Fuad Hassan pernah mengatakan bahwa pendidikan terdiri dari
pendidikan bahasa Indonesia sehingga kita dapat mengatakan pendidikan
bahasa Indonesia berarti pembiasaan berbahasa Indonesia (terutama yang
baik dan benar), pembelajaran berbahasa Indonesia (untuk menerima
(receptive) dan (productive) menghasilkan karya) dan pembudayaan
berbahasa Indonesia (memasyarakatkan krakter seperti kejujuran, disiplin,
kerjasama, suka menolong dsb.

Kondisi nyata yang kita hadapi berkaitan dengan pendidikan bahasa


Indonesia atau pembelajaran bahasa Indonesia di kalangan pelajar dan
masyarakat Indonesia pada umumnya adalah (a) tidak tumbuhnya sikap
positip terhadap bahasa Indonesia, (b) belum ditemukannya strategi
pembelajaran bahasa Indonesia yang baik, (c) kurangnya usaha-usaha
terutama yang bersifat individual untuk memahiri bahasa Indonesia, (d)
belum tumbuhnya kepercayaan diri dengan bahasa Indonesia, dan (e) sikap
merasa tidak perlu mempelajari bahasa Indonesia.

Dewasa ini, kondisi-kondisi seperti yang dikemukakan di atas semakin


menguat dengan kehadiran telepon selular. Komunikasi lisan yang nonstandar
yang telah merajalela di tengah-tengah masyarakat semakin menguat dengan
praktik ber-SMS. Praktik keseharian itu menyebabkan kebanaykan pengguna
bahasa Indonesia tidak teliti berbahasa. Dunia akademis yang menuntut
penggunaan bahasa tulis yang tertib dan bersistem mengalami kesulitan yang
mengkibatkan kurang berkembangnya pengetahuan dan pemikiran yang tertib
dan bernalar. Hal ini menurut Felicia (2001 : 1), karena dalam berkomunikasi
sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik
bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa,
terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan
mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai
bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa. Suatu
kelemahan yang tidak disadari. Kondisi ini menggambarkan bahwa Bahasa
Indonesia seperti yang dikatakan Keraf dalam Kunarto (200

17
fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni
sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi,
sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam
lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk tengah masyarakat
Indonesia masa kini. Diperkuat oleh Sunaryo dalam Kunarto (2007), tanpa
adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan
berkembang.

Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki


kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya
yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa
peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat
berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan
bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam
menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa
merupakan cermin dari daya nalar (pikiran). Menurut Georgia Departmen of
education (1997) komponen-komponen karakter antara lain (a) mengetahui,
(b) berpikir, (c) nilai, (d) Terpanggil, (e) rencana baik secara individu
maupun secara sosial. Upaya yang paling efektif untuk mengembangkan
karkter adalah melalui komunikasi yang efektif saling berbagai nilai-nilai
pada tiap-tiap keluarga, sekolah, organisasi keagamaan dan masyarakat.
Dalam konteks seperti inilah bahasa Indonesia diharapkan berperan sebagai
alat transformasi dan sebagai alat sosialiasi. Alat transformasi untuk
mengetahui dan berfikir serta alat sosialiasi untuk berkomunikasi dan saling
berbagi.

E. PEMAHAMAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA


Halliday membedakan antara (a) belajar bahasa, (b) belajar melalui bahasa,
dan (c) belajar mengenai bahasa. Kencenderungan yang terjadi pada
pembelajaran bahasa Indonesia selama ini adalah belajar mengenai bahasa
dan kurang mendalami belajar bahasa dan belajar melalui bahasa. Belajar
melalui bahasa berarti mendengar untuk belajar, berbicara untuk belajar,
membaca untuk belajar dan menulis untuk belajar. Di dalam mempraktikkan
semua keterampilan berbahasa tersebut diperlukan suatu sikap santuan
sebagai bagian dari pengembangan karakter. Satu contoh jika seseorang
berbicara maka adalah kewajiban kita untuk mendengar, karena setiap orang
yang mendengar bertujuan untuk memahami apa yang didengar. Itulah
prilaku yang standar dalam mendengarkan. Seterusnya jika kita pada posisi

18
pembicara maka adalah kewajiban kita untuk membuat orang lain paham atau
berbicara untuk dipahami, itu pulalah yang disebut prilaku yang standar.

Sebagai seorang pembicara, ia mengerti bahwa kata-kata sangat kuat, kata-


kata berdampak pada kehidupan kita; memunculkan atau menghapus rasa
senang merupakan dampak dari perkataan, demikian juga halnya bertindak
dan marah sebagai dampak perkataan. Oleh karena itulah selalu disarankan
gunakan kata-kata untuk membangun daripada merusak seperti memilih
memuji orang lain daripada mengejeknya. Belajar melalui bahasa berarti
belajar keterampilan berbahasa. Sangat jelas perbedaan antara keterampilan
berbahasa dan pengetahuan bahasa. Bygate (1987: 4) menjelaskan
perbedaannya secara fundamental, keduanya dapat dipahami dan diingat,
tetapi hanya keterampilan yang dapat ditiru dan dipraktikkan. Keterampilan
berbahasa dengan demikian adalah sebuah prilaku, sebuah perbuatan dan
sebuah tindakan nyata yang dapat dilihat dan dengan demikian dapat ditiru
dan dengan demikian dapat pula dipraktikkan. Berdasarkan itu maka
pembelajaran bahasa Indonesia harus dipahami lebih kepada keterampilan
berbahasa dan di dalam keterampila berbahasa itulah karakter seseorang
dapat dilihat. Penguasaan terhadap keterampilan berbahasa juga dapat
menunjukkan karakter seseorang sebagai orang yang berkepribadian utuh
atau tidak.

Seseorang yang berkarakter tahu kapan harus berbicara dan kapan harus
mendengar. Cerdas menentukan apa yang harus dibicarakan dan cerdas
memilih apa yang harus didengar. Selanjutnya keterampilan berbahasa juga
diperlukan seimbang, ada saatnya seseorang sangat serius dalam reseptive
(mendengarkan dan membaca), tetapi pada saat yang berbeda ia sungguh-
sungguh dalam productive (berbicara dan menulis). Memperlakukan keempat
keterampilan berbahasa ini secara porporsional dapat menggambarkan yang
bersangkutan memiliki karakter yang utuh atau tidak. Di dalam
memfungsikan keterampilan berbahasa perlu diperhatikan perlakuan norma
bahasa sebagai komoditas budaya, sebagai kemampuan intelektual, sebagai
kebajikan moral, dan ideologi politik memberikan motivasi kuat untuk
pembicara agar sesuai dengan standar dan hal itu berkaitan dengan perbaikan
perasaan, kecerdasan, pendidikan, karakter, dan komitmen untuk persatuan
nasional atau nilai-nilai politik yang utama. (Battistell, 2005: 13).

Semua keterampilan berbahasa memerlukan bahasa sebagai medianya dan


beberapa dari unsur bahasa tersebut harus dikuasai dengan baik dan

19
penguasaan yang baik akan menjadikan orang yang menggunakannya
berprilaku sopan seperti mengucapkan sesuatu secara benar, memilih kata
yang tepat, menyusun pikiran dalam kalimat yang lengkap dan
menyampaikan makna secara reprsentatif. Terampil berbahasa berarti juga
terampil menggunakan unsur bahasa yang baku atau di Indonesia dikenal
dengan bahasa Indoneisa yang benar. Hal ini perlukan dilakukan kaarena: x
Bahasa adalah refleksi kecerdasan ± bahasa non standar menyimpang dari
standar ideal yang jelas, berpikir yang benar, x Penyimpangan dari bahasa
baku adalah refleksi dari lemahnya karakter. x Bahasa non standar akan
merusak bahasa (dan moral) orang yang tak bersalah dan umumnya akan
membuat rendah masyarakat yang sopan. x Berbicara dengan bahasa yang
standar yang diperlukan untuk memiliki suara seseorang mendengar. x
Bahasa pada umumnya adalah memerlukan kondisi untuk sudut pandang
umum x Perbedaan Bahasa akan memecah masyarakat dan mendorong
separatisme. x Linguistik deskriptif adalah permisif, disiplin yang nihil .
(Battistell, 2005: 150)

F. SASTRA UNTUK MEMBANGUN KEPRIBADIAN INDONESIA


Sastra dapat membangun kepribadian bangsa Indonesia karena sastra turut
mengilhami lahirnya Indonesia. Pada tanggal 28 Oktober 1928 sejumlah anak
muda yang mempunyai naluri kepenyairan berkumpul dan secara kolektif
berimajinasi tentang sebuah bangsa. Secara kolektif pula mereka menulis
sebuah puisi yang indah, Pemuda itu dikatakan puisi karena ia
mengimajinasikan sesuatu yang waktu itu belum ada, bahkan mungkin belum
terbayangkan di pikiran banyak orang: bangsa, tanah air dan bahasa. Sumpah
Pemuda itu mengungkapkan sesuatu yang secara realitas belum ada. Sesuatu
yang masih berupa utopia. Ditambahan oleh Noor, Puisi-puisi yang
membangkitkan kesadaran serta kecintaan terhadap tanah air tak henti-
hentinya ditulis para penyair, dari generasi ke generasi, dengan caranya
masing-masing telah ikut pula mengisi, mewarnai dan memaknai perjuangan
dengan puisi-puisinya. Puisi dan sastra pada umumnya telah mejadi sumber
inspirasi dan imajinasi mengenai Indoneisa. Hal itu terlihat pada kutipan
berikut: Kesusastraan Indonesia memang sering dibayangkan sebagai tangan-
tangan tak terlihat dalam mendorong proses pemersatuan daerah, mulai dari
kampungkampung, puak, suku-suku di Nusantara sampai menjadi satu bentuk
negara yang menggambarkan keindonesiaan. Sastra ibarat sihir yang terus-
menerus memberikan semangat magis bagi revolusi fisik.

20
Ada semacam kepercayaan bahwa revolusi pra-Indonesia tidak akan terwujud
jika an sich diperjuangkan lewat konfrontasi bersenjata atau diplomasi
internasional. Kebutuhan terhadap legitimasi geografi mutlak dilakukan lewat
kata-kata yang berpretensi sloganistik, menghasut, memberikan impresi
secara intens bagi penduduk di Nusantara, yang secara ideologis akan
mengeraskan betapa pentingnya berkumpul dalam sebuah rumah besar yang
teduh bernama Indonesia. Puisi atau prosa (cerpen, novel, atau drama) karya
para sastrawan kita menunjukkan hal itu. (Dad Murniah). Sastra adalah
sumber imanjinasi yang dapat membentuk kepribadian Indonesia
sebagaimana yang telah terwujud pada saat ini. Berdasarkan hal itu, melek
sastra merupakan salah satu upaya untuk membentuk kepribadian Indonesia.
Mereka yang melek sastra akan dapat terinspirasi untuk mempertahan
Indonesia betapapun keadaan yang diinginkan masih jauh dari harapan.
Sastra telah mengilhami tiga kata untuk Indonesia, bangsa, bahasa dan tanah
air. Hal itu djelaskan lebih lanjut sebagai berikut. Apa yang dapat merekatkan
Indonesia, dengan suatu rentang diferensiasi yang begitu panjang dan dalam,
mulai dari peradaban, lapisan ekonomi, sosial maupun suku bangsa?
Momentum besar bagi keindonesiaan kita, menurut sejarah, lahir dari adanya
kesamaan pandangan pemuda tentang bangsa, bahasa, dan tanah air pada
tahun 1928, dan perumusan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Momentum
ini secara perlahan kemudian menjadi keyakinan dan pedoman imajinatif
bersama warga bangsa sampai dengan saat ini, yang kemudian menjadi
kesadaran diskursif sekaligus kesadaran praksis bagi kita semua, setidaknya
pada ungkapan mengenai tanah air, bangsa dan bahasa. (Sudarmanto).

21
BAB
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan, maka penyusun dapat


menyimpulkan bahwa:
1. Peranan bahasa Indonesia dalam pembangunan karakter yaitu bahasa
Indonesia harus mampu mengembangkan peran sebagai media untuk
membangun karakter bangsa demi meningkatkan martabat di kancah
global. Penguasaan bahasa Indonesia berperan dalam mengembangkan
berbagai kecerdasan, karakter dan kepribadian. Seseorang yang
menguasai bahasa Indonesia secara aktif dan pasif akan dapat
mengekspresikan pemahaman dan kemampuan dirinya secara runtut,
sistematis, logis dan lugas. Hal ini dapat menandai kemampuan
mengorganisasi karakter dirinya yang terkait dengan potensi daya fikir,
emosi, keinginan, dan harapannya yang kemudian diekspresikannya
dalam berbagai bentuk tindakan positif. Sehingga peranan bahasa
Indonesia dapat membangun karakter yang baik dimulai dari setiap
individu.
2. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia terbagi menjadi dua pertama
sebagai bahasa nasional yang terdiri dari lambang identitas nasional,
lambang kebanggaan nasional, alat pemersatu berbagai masyarakat yang
berbeda latar belkang sosial budaya dan bahasa, dan sebagai penghubung
antar budaya dan daerah. Selain itu fungsi bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara diantaranya, bahasa resmi kenegaraan, bahasa resmi
pengantar di dunia pendidikan, bahasa resmi dalam perhubungan pada
tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan serta pemerintah, dan bahasa resmi dalam pengembangan
kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
3. Pengintegrasian karakter dalam pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia, cara untuk merekatkan bangsa dan penanaman nilai karakter
melalui
4. pembelajaran bahsa Indonesia yang dapat dirancang guru bahasa
Indonesia. Keberhasilan pengintegrasian itu dapat diukufr melalui
indikator-indikator yang telah ditentukan untuk pencapaiannya. Pada
akhirnya ketercapaian semua itu terpulang kembali pada kerjasama guru
dan siswa.

22
5. Bahasa Indonesia berperan membetuk karakter dan kepribadian
Indonesia melalui penggunaan bahasa Indonesia seperti berbicara,
mendengar, membaca dan menulis dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang benar. Semakin intensif penggunaan bahasa dan semakin
teliti dan benar pilihan bahasa yang digunakan diyakini semakin tinggi
karakter dan kepribadian orang yang menggunakannya. Kepribadian
Indonesia banyak diilhami oleh Sastra Indonesia sebagai sumber
inspirasi bagi terwujudnya bangsa, bahasa dan tanah air Indonesia, oleh
karena itu membaca sastra Indonesia hingga melek sastra diyakini dapat
memperkuat identitas dan kepribadian Indonesia.

B. Saran

Untuk pengembangan lebih lanjut maka penyusun memberikan saran


yang dapat membantu penulisan makalah untuk kedepannya.
1. Perlu adanya penambahan lebih dalam mengenai materi pada
pembahasan karakter.
2. Perlu adanya penambahan gagasan lain terkait pengintegrasian
pembelajaran bahasa Indonesia yang lebih spesifik.
3. Untuk mengoptimalkan penggunaan buku sumber maupun jurnal yang
relevan.

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, K. (2010). Peran bahasa indonesia untuk pererat bangsa dan


implikasinya untuk pengembangan karakter. Dalam Idiosinkrasi pendidikan
karakter melalui bahasa dan sastra. Yogyakarta: Kepel Press.

Bacon dan Pugh. (2006). “Karakter dan kepribadian yang cerdas”. Dalam
Madya etika dalam forum ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

23
Kementerian Pendidikan Nasional. (2000). Membangun karakter bangsa
indonesia melalui kursus dan pelatihan. Jakarta: Kemendiknas Press.

Latif, Y. (2009). Menyemai karakter bangsa. Jakarta: PT Kompas Media


Nusantara. Wood. (2009). “A what is character?”. Dalam http /
ezieartidas.com/ diakses pada 8 Maret 2017.

Rohmadi. (2008). Teori dan aplikasi bahasa indonesia di perguruan tinggi.


Jakarta: UNS Press.

Tanjung, Akbar. (1990). “Peranan bahasa indonesia dalam pembinaan


generasi muda”. Dalam Kongres bahasa indonesia v. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan

Kunarto, Ninik M. 2007. Cermat dalam Berbahasa, Teliti dalam Berpikir.


Jakarta : Mitra Wacana Media.

Muhyidin, Asep. 2009. Pemertahanan Nilai-nilai Budaya Lokal dalam


Pemelajaran Sastra di Indonesia. Makalah KIK HISKI XX 2009, Bandung,
5--7 Agustus 2009)

Murniah, Dad. 2010. Nasionalisme dalam Sastra Indonesia. Laman Pusat


Bahasa.

Noor, Acep Zamzam. 2009. Sastra dan Negara: Pengalaman Tasikmalaya.


Makalah KIK HISKI XX 2009, Bandung, 5--7 Agustus 2009)

Saragih, Amrin. 2010. Bahasa Indonesia mampu membentuk karakter bangsa


Indonesia yang toleran dan variatif (Waspada)

Sudarmanto, Budi Agung. 2010. Nasionalisme Keindonesiaan dalam Cerpen


Clara Atawa yang Diperkosa Karya Seno Gumira Ajidarma. Laman Pusat
Bahasa. Sekilas tentang penulis : Dr. Mutsyuhito Solin, M.Pd. adalah dosen
pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unimed.

24

Anda mungkin juga menyukai