Anda di halaman 1dari 9

ISSN XX-XX Kajian Linguistik dan Sastra Vol. X No. X Hlm.

XX-XX

Peran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris pada Perkembangan Ilmu Pengetahuan di
Era Global
Ade Lella Wahyuning Firdaussi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email: adelafirdaussi@gmail.com

Abstrak
Pengaruh bahasa asing terutama bahasa Inggris sebagai bahasa global sulit dihindari saat
ini . Hal ini hampir menyentuh seluruh aspek penggunaan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa
asing (bahasa Inggris) semakin menggejala. Jika dibiarkan, gejala ini akan merusak pertumbuhan
dan perkembangan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia harus tetap eksis dan menjadi alat
kebanggaan bangsa dan harus tetap berdaulat di negeri sendiri. Maka dari itu, masyarakat Indonesia
harus tetap loyal terhadap bahasa nasionalnya. Semestinya, sikap nasionalisme tidak akan menipis
hanya karena globalisasi. Adanya globalisasi menjadi ajang bangsa Indonesia untuk bersaing dan
menunjukkan dirinya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Melalui penelitian
ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk terus menjunjung tinggi bahasa
Indonesia sebagai bahasa Nasional. Ketika masyarakat menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional maupun identitas bangsa, bahasa Indonesia tetap eksis meski bahasa asing mulai
digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Kata kunci: Eksis, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Asing

Abstract
The influence of foreign languages especially English as a global language is difficult to
avoid at this time. This almost touches all aspects of the use of Indonesian. The use of foreign
languages (English) is increasingly symptomatic. If left unchecked, these symptoms will damage the
growth and development of the Indonesian language. Indonesian language must still exist and
become a tool of national pride and must remain sovereign in its own country. Therefore, Indonesian
people must remain loyal to their national language. Supposedly, the attitude of nationalism will not
diminish simply because of globalization. The existence of globalization is the place for the
Indonesian people to compete and show themselves. This study used descriptive qualitative method.
Through this research, it is expected to foster public awareness to continue to uphold Indonesian
language as a National language. When people uphold Indonesian as a national language and
national identity, Indonesian still exists even though foreign languages are being used by Indonesian
people.

Keywords: Exis, Indonesian, and Foreign Languages

PENDAHULUAN
Bahasa sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Bahasa adalah sebagai alat manusia untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaannya (Saddhono, 2014:4) Bahasa merupakan media
penyampaian buah pikiran seseorang agar diketahui dan memperoleh respon dari orang lain.
Bahasa merupakan simbol atau lambang bunyi yang bersifat arbitrer digunakan oleh sekelompok
masyarakat. Hampir semua aktivitas yang kita jalani setiap hari memerlukan bahasa. Baik
menggunakan bahasa secara lisan maupun secara tulisan dan bahasa tubuh. Bahasa erat
hubungannya dengan proses berpikir seseorang. Semakin terampil seseorang berbahasa semakin
cerah dan jelas pula jalan pikirannya. (Mundziroh, 2013:2).
Bahasa merupakan dasar pikiran karena bahasa memang merupakan wahana berpikir atau
bernalar. Oleh karena itu, penutur yang berbeda bahasa memiliki pola pikir yang berbeda pula
(Zamzani, 2014: 3). Bahasa menjadi sebuah kebanggaan sekaligus lambang dari sebuah bangsa.
Hal ini dikarenakan bahasa dapat mempersatukan bangsa. Masyarakat dapat berkomunikasi dan

1
ISSN XX-XX Kajian Linguistik dan Sastra Vol. X No. X Hlm. XX-XX

berinteraksi dengan adanya bahasa,. Maka dari itu, keberadaaan bahasa sangatlah penting. Bahasa
terus berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan pemakainya serta mengikuti arus
globalisasi. Masyarakat menggunakan bahasa daerah di lungkungan keluarga atau di lingkup
daerah. Masyarakat menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan untuk
berkomunikasi. Di lingkup dunia pun kita menggunakan bahasa yaitu bahasa Inggris sebagai
bahasa Internasional.
Dengan dicetuskannya Bahasa Indonesia pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 lalu,
perkembangan bahasa terus meningkat. Tentunya juga pada perkembangan bahasa Indonesia yang
makin berkembang dan beradaptasi, bahasa daerah pun tetap memiliki peranan dan jabatan yang
penting dalam pemakaian bahasa sehari-hari. Bahasa daerah tetap di jaga eksistensinya di balik arus
permasalahan kebahasaan yang terjadi di Indonesia, menilik pada pemakaian bahasa Indonesia yang
terjadi di kalangan masyarakat. Terjadi fenomena-fenomena negatif di tengah masyarakat kita,
misalnya banyak orang Indonesia yang dengan bangga memperlihatkan kemahirannnya
menggunakan bahasa Inggris walaupun mereka tidak mengusai bahasa Indonesia dengan baik. Tak
sedikit pula orang yang malu tidak bisa berbahasa asing, oleh karena itu pentingnya perhatian dari
masyarakat untuk tetap mempertahankan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan,
Bahasa Indonesia telah melewati masa-masa dimana banyak sekali peristiwa sejarah yang
merupakan fase perjuangan bangsa dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan, memerangi
pemberontak-pemberontak, jaman orde baru hingga sekarang. Seiring dengan adanya perubahan-
perubahan kosdisi tersebut, bahasa bahasa Indonesia pun mengalami beberapa perubahan, baik
dalam cara penulisan, pengucapan, penambahan dan pengurangan kosa kata., perbaikan ejaan dan
lain-lain (Mulyono, 2014: 120) Semua ini bertujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan
penggunaan bahasa Indonesia agar lebih baik sampai sekarang bahasa Indonesia tetap indah untuk
di ucapkan, tetap indah untuk di dengar, tap indah di baca. Tentu hal tersebut akan menjadi
kenyataan kalau bahasa Indonesia di ucapkan dan di tulis dengan baik dan beretika.. Perkembangan
pesat ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah mendorong bermunculnya banyak istilah baru
yang digunakan untuk memberikan aneka konsep yang diciptakan atau ditemukan manusia. Bahasa
Indonesia sebagai bahasa yang relative baru juga tidak luput dari tuntutan modrenisasi kosakata.
Sebagi bahasa yang cukup terencana , kegiatan pembentukan istilah dalam bahasa Indonesia
sebenarnya telah di lakukan dengan cukup terkoordinasi di bawah pusat bahasa.
Tanpa disadari banyak perubahan yang terjadi di negeri ini seiring dengan globalisasi yang
cepat berkembang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dibendung lagi dan
terus berkembang pesat. Pada era globalisasi ini, Indonesia dituntut dapat bersaing dnegan bangsa-
bangsa lain. Untuk dapat beradaptasi dengan tatanan kehidupan yang baru maka sumber daya
manusia harus ditingkatkan.
Adanya pasar bebas menuntut tiap individu untuk mempersiapkan sumber daya yang handal
terutama dalam hal komunikasi. Bahasa sangat berperan untuk menguasai komunikasi baik berbasis
teknologi maupun dalam interaksi secara langsung. Kebudayaan turut mempengaruhi penggunaan
bahasa dan bentuk tuturan seseorang (WIjana, 2018:56). Penggunaan bahasa internasional
khususnya Bahasa Inggris menjadi sangat penting untuk beradaptasi dan mengikuti arus
perkembangan global yang semakin maju. Bahasa Inggris mendominasi dalam segala aspek dalam
komunikasi antar bangsa. Tidak dapat dipungkiri bahsa Bahasa Inggris sangat diperlukan saat ini
karena Bahasa Inggris telah diakui dan disepakati internasional sebagai bahasa resmi yang
digunakan secara universal baik dalam teknologi, pendidikan, atau bidang lainnya. Maka dari itu,
Bahasa Inggris memegang peran yang sangat penting pada perkembangan di era global ini.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kulitatif deskriptif
merujuk pada penggunaan analisis data. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan
data mengenai deskripsi objek penelitian yang berupa kata-kata (kalimat-kalimat) yang menjelaskan
sesuatu, bukan bilangan-bilangan (Budiyono, 2017: 17). Penelitian ini menggunakan landasan teori
untuk memberi batasan penelitian dan menjadikan objek yang diteliti fokus dan sesuai keadaan di
lapangan. Selain itu, landasan teori juga memberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian
yang kemudian akan merujuk pada pembahasan. Pemilihan jenis penelitian ini bertujuan untuk

2
ISSN XX-XX Kajian Linguistik dan Sastra Vol. X No. X Hlm. XX-XX

mengungkapkan berbagai informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang teliti dan penuh
nuansa untuk menggambarkan secara cermat sifat-sifat suatu hal, keadaan, gejala, atau
fenomena, tidak terbatas pada sekadar pengumpulan data melainkan meliputi analisis dan
interpretasi mengenai data tersebut (Saddhono, 2012: 9).
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sedalam-dalamnya guna menjelaskan
fenomena secara detail. Semakin dalam penelitian menunjukkan semakin baik pula kualitasnya.
Sebaliknya, jika penelitian kualitatif kurang mendalam pembahasannya berarti kurang baik juga
kualitasnya. Oleh karena itu, kedalaman analisis dari seorang penelitia sangat diperlukan. Kajian ini
termasuk kajian sosiolinguistik. Kajian sosiolinguistik ialah yang berfokus pada pilihan
bahasa masyarakat yang multilingual (Saddhono, 2004: 471)
Hasil penelitian kualitatif tidak dapat digeneralisasikan secara umum pada semua aspek.
Hal ini dikarenakan penelitian kualitatif bersifat subjektif. Penelitian ini menggunakan metode
wawancara dan observasi. Metode ini digunakan guna memeperoleh data seakurat mungkin. Hasil
penelitian ini bisa saja bertentangan dengan konsep atau teori yang sudah ada. Tetapi penelitian ini
juga bisa sesuai teori yang ada. Hal ini dikarenakan penelitian kualitatif berpaku pada fakta di
lapangan bukan hanya teori semata.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bahasa tidak dapat terpisah dari ilmu sebab ilmu memerlukan bahasa dalam
penyampaiannya. Keduanya saling berkaitan satu dengan lainnya. Maka dari itu sangat
perlu diketahui peran bahasa dalam sebuah ilmu. Penulisan artikel ini bertujuan untuk
mengetahui peran Bahasa Indonesia pada perkembangan ilmu pengetahuan di era global,
mengetahui peran Bahasa Inggris pada perkembangan ilmu pengetahuan di era global, dan
mengetahui korelasi antara peran Bahasa Indonesia dan peran Bahasa Inggris pada
perkembangan ilmu pengetahuan di era global.
Globalisasi merupakan era terjadinya perubahan masa akibat pengaruh budaya asing.
Globalisasi mempengaruhi semua aspek kehidupan, termasuk bahasa. Bahasa yang
semakin global dipakai oleh semua bangsa di dunia ialah bahasa Inggris, yang pemakainya
lebih dari satu miliar. Seperti yang dikutip dari kompas online yang menjelaskan bahwa
Bahasa Inggris misalnya, walaupun pemakainya semakin besar sebagai bahasa kedua, tetapi
bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu jangan sampai dilepaskan saja. Banyak masyarakat
yang mencampuradukan bahasa asing terutama bahasa inggris dengan bahasa Indonesia dan
munculah fenomena Indoglish. Indoglish adalah sebuah istilah yang sering digunakan
untuk pemakaian bahasa Inggris yang masih bernuansa budaya dan bahasa Indonesia.
(Rakhmawati, 2016: 9). Peristiwa tutur seperti ini dalam kajian sosiolingustik sering
dikatakan sebagai fenomena bentuk campur kode dan peminjaman atau “borrowing”.
Ilmu pengetahuan merupakan hasil dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Notoatmodjo, 2003: 4). Secara garis besar
domain tingkat ilmu pengetahuan (kognitif) mempunyai enam tingkatan, meliputi:
mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi.
Ilmu pengetahuan merupakan seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan
kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh
dari keterbatasannya. Keterkaitan ilmu pengetahuan dengan bahasa berhubungan antara
kebutuhan-kebutuhan kita untuk berekspresi dan berkomunikasi dan benda-benda yang
ditawarkan kepada kita melalui bahasa. Manusia hanya akan dapat berkata dan memahami
satu dengan lainnya dalam kata-kata yang terbahasakan.

Korelasi dan interaksi antara bahasa dan ilmu

3
ISSN XX-XX Kajian Linguistik dan Sastra Vol. X No. X Hlm. XX-XX

Secara etimologi, ilmu berasal dari kata ilm (Bahasa Arab), Science (Bahasa inggris)
atau Scientia (Bahasa Latin) yang mengandung kata kerja scire yang berarti tahu atau
mengetahui. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu diartikan sebagai pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Definisi Ilmu
menurut The Liang Gie adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif
dengan metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan
pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan, atau
perseorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan
penjelasan ataupun melakukan penerapan. Menurut Ralph van den Haag ilmu itu empiris,
rasional, umum dan bersusun; serta keempat-empatnya serempak.
Antara ilmu dengan pengetahuan memiliki perbedaan yang cukup mendasar. Kalau
pengetahuan yang merupakan padan kata dari knowledge merupakan kumpulan fakta-fakta,
sedangkan ilmu adalah suatu kegiatan penelitian terhadap suatu gejala ataupun kondisi pada
suatu bidang dengan menggunakan berbagai prosedur, cara, alat dan metode ilmiah lainnya
guna menghasilkan suatu kebenaran ilmiah yang bersifat empiris, sistematis, objektif,
analisis dan verifikatifKebenaran ilmiah tersebut merupakan bahan dasar dari suatu ilmu,
sehingga pengetahuan belum dapat dikatakan sebagai ilmu, namun ilmu pasti merupakan
pengetahuan.
Ilmu memiliki beberapa ciri sebagai berikut: (1) Ilmu merupakan sebagian-sebagian
pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan.
(2) Ilmu tidak mengartikan kepingan pengetahuan suatu putusan secara tersendiri, tetapi
ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek yang sama dan saling
berkaitan secara logis. (3) Ilmu dapat memuat hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang
belum sepenuhnya dimantapkan. (4) Ilmu menuntut adanya pengamatan dan metode
berpikir yang rapi. Oleh karena itu, ilmu membawa suatu terminologi ilmiah yang disebut
dengan konsep-konsep ilmu.
Bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh
suatu kelompok sosial untuk berkomunikasi (Comrie. 2005:4). Menurut Saussure,
sebagaimana disebutkan oleh Kaelan, bahasa adalah merupakan suatu sistem tanda. Sedang
menurut Wittgenstein bahwa ungkapan bahasa merupakan suatu ungkapan kehidupan.
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh
masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu
seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana
komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi. Bahasa pada hakikatnya merupakan
suatu sistem simbol yang tidak hanya merupakan urutan bunyi-bunyi secara empirik,
melainkan memiliki makna yang sifatnya non-empiris. Jadi bahasa merupakan sistem
simbol yang memiliki makna; bahasa merupakan alat komunikasi manusia; media
penuangan emosi serta merupakan sarana pengejawantahan pikiran manusia dalam
kehidupan sehari-hari.
Bahasa memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Bahasa bersifat abritrer (mana suka)
artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa
berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu.
Misalnya, kata ‘kuda’ yang melambangkan sejenis binatang berkaki empat yang bisa
dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan. (2) Bahasa bersifat dinamis, artinya bahasa itu
tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi.
Perubahan itu dapat terjadi pada tataran fonologis, morfologis, sintaksis, semantic, maupun
leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga
ada kosakata lama yang tenggelam dan tidak digunakan lagi. (3) Bahasa bersifat manusiawi
yaitu Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak

4
ISSN XX-XX Kajian Linguistik dan Sastra Vol. X No. X Hlm. XX-XX

mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau
gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa
bukanlah secara instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu
untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat
manusiawi.
Ketika membahas tentang bahasa dan pikiran, maka seringkali muncul pertanyaan
tentang bagaimana kaitan antara bahasa dan pikiran, apakah kita memakai pikiran saat kita
berbahasa? Atau dapatkah kita berbahasa tanpa pikiran, atau sebaliknya? Dapatkah bahasa
mempengaruhi cara seseorang berpikir?; dan berbagai pertanyaan lainnya. Para psikolog
telah banyak melakukan eksperimen untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. satu
diantaranya adalah Piaget. Melalui penelitiannya kepada anak-anak dalam berbahasa, dia
menyimpulkan bahwa ada dua macam modus pikiran, yaitu pikiran terarah
(directed)/pikiran intelijen (intelligent) dan pikiran tak-terarah/pikiran autistik (autistic).
Dalam kaitan antara hubungan bahasa dengan pikiran, maka perlu dijelaskan
tentang hipotesis relativitas linguistik yang dicetuskan oleh Franz Boas. Dengan
memperhatikan bahasa-bahasa Indian, Boas melihat bahwa cara berpikir orang Indian
dipengaruhi oleh struktur bahasa yang mereka pakai. Boas mendasarkan hipotesisnya atas
tiga argumen, yaitu: (1) Bahasa mengklasifikasi pengalaman. Pengalaman manusia itu
tidak terbatas, karena itu bahasa harus membagi pengalaman ini ke dalam kelompok-
kelompok yang sama atau mirip demi terwujudnya ujaran, (2) Bahasa yang berbeda-beda
mengklasifikasikan pengalaman dengan cara yang berbeda pula. (3) Fenomena lingusitik
itu umumnya bersifat taksadar (unconscious).
Ilmu dan bahasa berhubungan antara kebutuhan-kebutuhan kita untuk berekspresi dan
berkomunikasi dan benda-benda yang ditawarkan kepada kita melalui bahasa yang kita
pelajari. Manusia hanya akan dapat berkata dan memahami satu dengan lainnya dalam kata-
kata yang terbahasakan. Orientasi inilah yang selanjutnya mempengaruhi bagaimana
manusia berpikir dan berkata. Contoh dalam perilaku manusia yang tampak dalam
hubungan ilmu dan bahasa adalah perilaku manusia ketika berbicara dan menulis atau
ketika dia memproduksi bahasa, sedangkan prilaku yang tidak tampak adalah perilaku
manusia ketika memahami yang disimak atau dibaca sehingga menjadi sesuatu yang
dimilikinya atau memproses sesuatu yang akan diucapkan atau ditulisnya.
Globalisasi berkaitkan erat dengan jaringan komunikasi (Ayuningtyas, 2017: 138)
menuliskan jaringan dapat terbentuk karena antara lain muncul rasa saling tahu dan saling
menginformasikan dalam rangka melakukan sesuatu. Peran dari jaringan komunikasi tidak
dapat diingkari menjadi salah satu hal utama dalam proses globalisasi. Manusia dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi tentu memerlukan sumber dan referensi
dari mana saja dan kapan saja. Kemajuan teknologi dalam bidang komunikasi merupakan
usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam rangka mengembangkan ilmu
pengetahuan. Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi di bidang informasi manusia
menjadi mudah menjelajah dunia. Globalisasi menjadi suatu hal yang tak dapat dihindari.

Peran Bahasa Indonesia pada Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Era Global


Bahasa merupakan alat vital dalam kehidupan manusia. Bahasa merupakan alat
komunikasi yang memungkinkan adanya interaksi satu orang dengan yang lainnya. Adanya
bahasa mempermudah seseorang dalam menyampaikan maksud dan tujuan. Ilmu
pengetahuan dan teknologi juga tidak akan dapat tumbuh dan berkembang tanpa adanya
bahasa (Bachtiar, 2011:7). Setiap penelitian ilmiah tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya
bahasa. Ilmu dan bahasa merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Jika tidak ada bahasa,

5
ISSN XX-XX Kajian Linguistik dan Sastra Vol. X No. X Hlm. XX-XX

maka ilmu pengetahuan tidak akan dapat diketahui banyak orang dengan kata lain ilmu
pengetahuan tidak dapat disebarluaskan sebab tidak ada sarana untuk
mengkomunikasikannya. Maka dari itu, bahasa menjadi sarana utama pada setiap forum
ilmiah.
Oleh karena pentingnya kedudukan bahasa pada ilmu pengetahuan, maka bahasa yang
digunakan untuk menyampaikannya harus snagat diperhatikan. Ilmu pengetahuan haruslah
disampaikand dengan bahasa yang mudah dipahami orang lain. Yang dimaksudkan adalah
bahasa yang digunakan tidak hanya dimenegrti oleh kalangan ilmuan saja, tetapi bisa
dimengerti oleh semua elemen masyarakat. Dengan begitu ilmu akan diterima oleh
masyarakat luas dan kebermanfaatan ilmu itu dapat dirasakan oleh banyak orang.
Bahasa memiliki peran yang sangat penting, termasuk bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia menjadi akar sekaligus produk budaya. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai
sarana untuk tumbuh kembangnya ilmu pengetahuan. Bahasa Indonesia memiliki dua
kedudukan yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara sesuai dengan Undang-
Undang Dasar 1945. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara menjadi bahasa pengantar
dalam pendidikan Nasional (Daimun, 2013:10). Selain itu bahasa Indonesia juga
mempunyai empat fungsi sebagai berikut: (1) sebagai lambang kebangsaan negara, (2)
lambang identitas negara, (3) alat penghubung antarwarga, antardaerah, antarbudaya, dan
(4) alat yang menyatukan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya yang
berbeda.
Bahasa Indonesia juga digunakan sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional,
ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa yang
menerapkan kaidah dengan konsisten. Sedangkan bahasa yang baik adalah bahasa yang
mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannnya. Penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat mendukung tumbuhkembanganya bahasa
Indonesia itu sendiri. Selain itu, kita sebagai masyarakat Indonesia berarti menjaga identitas
bangsa.
Sehubungannya dengan ilmu pengetahuan, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa
pendukung ilmu pengetahuan untuk kepentingan pembangunan nasional. Bahasa Indonesia
memehgang peranan penting dalam penyebaran ilmu pengetahuan. Sebagai bahasa resmi,
bahasa Indonesia wajib digunakan setiap jenjang pendidikan formal maupun tidak formal.
Maka dari itu, bahasa Indonesia harus diperhatikan penggunaannya agar bahasa Indonesia
dapat beradaptasi dengan lingkungan pemakai tanpa merusak struktur bahasa itu sendiri.
Bahasa adalah kunci untuk membuka khasanah pengetahuan. (Daimun, 2013: 13).
Seperti kita ketahui bahwa ilmu pengetahuan di Indonesia masih tertinggal jika
dibandingkan dengan di negara-negara maju seperti negara-negara di Eropa dan Amerika.
Perkembangan bahasa Inggris seimbang dengan ilmu pengetahuannya. Hal tersebut karena
buku-buku yang dipergunakan untuk memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi
berbahasa Inggris. Keadaan tersebut tidak sebaik pada bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
selalu ketinggalan, perkembangannya tak selaju perkembangan budaya bangsanya. Oleh
sebab itu, walaupun bahasa Indonesia sudah berperan sebagai alat persatuan tetapi belum
dapat berperan sebagai pengantar ilmu pengetahuan.
Bahasa Indonesia harus tetap jaya di bumi pertiwi ini. Caranya yaitu dengan meles-
tarikannya menurut konteks dan kaidah yang berlaku. Lalu, membiasakan dan mengajar-
kannya kepada setiap orang, terutama orang Indonesia. Apabila penutur asing di Indonesia
belajar bahasa Indonesia harus melalui banyak kendala seperti yang dimuat dalam
penelitian milik Saddhono (2012: 6), maka seharusnya penutur asli atau bangsa Indonesia
pasti lebih bisa meminimalisasi hal tersebut ditambah dengan niat yang kukuh untuk
belajar.

6
ISSN XX-XX Kajian Linguistik dan Sastra Vol. X No. X Hlm. XX-XX

Berbagai upaya harus kita lakukan untuk menjawab tantangan tersebut. Pertama kita
harus membiasakan sikap ilmiah dengan cara melengkapi buku-buku ilmiah sebagai salah
satu syarat. Kesalahan tersebut bukan karena ketidakmampuan bahasa Indonesia sebagai
pengantar ilmu pengetahuan, tetapi karena kekurangan bahasa Indonesia dalam hal
peristilahan ilmu pengetahuan dan teknologi (Marsudi, 2009: 11). Sekarang ini Pusat
Bahasa masih memberlakukan upaya untuk menciptakan istilah-istilah baru untuk bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk menyemarakkan penggunaan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, pemerintah telah menempuh politik kebahasaan, dengan
menetapkan bulan Oktober sebagai Bulan Bahasa (Murti, 2015: 177).
Di era globalisasi ini dimana ilmu pengetahuan yang berkembang sangat pesat dan
berbagai macam teknologi canggih bermunculan. Semua itu tidak akan bisa dicapai jika
tidak adanya bahasa, oleh karena itu bahasa juga mempunyai peranan dalam ilmu
pengetahuan. Fungsi bahasa sebagai alat interaksi tersebutlah yang tentu saja memberikan
kemudahan bagi penyampain informasi itu sendiri yang pada akhirnya membuat
berkembangya ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti yang telah kita bahas tadi di atas
dunia tanpa bahasa = tidak ada interaksi, tidak adanya interaksi berarti juga tidak adanya
teknologi.
Semakin berkembangnya teknologi di dalam kehidupan kita akan berdampak juga pada
perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan
perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu,
bangsa Indonesia harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang
politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan secara tidak langsung memperkaya
khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan
berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan
sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan.
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang cepat dapat membuat pergeseran pada
bahasa Indonesia. Apalagi biasanya teknologi informasi (TI) banyak yang menggunakan
bahasa Inggris sebagai pengantar pemrograman. Dalam penerapannya teknologi informasi
jarang yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi. Hal ini
menyebabkan peralihan dari bahasa Indonesia sebagai bahasa negara menjadi bahasa
Inggris yang merupakan bahasa Internasional. Oleh karena itu, pembiasaan penggunaan
bahasa Indonesia untuk bahasa sehari-hari diperlukan agar bahasa Indonesia terus
berkembangd an tidak punah.

Peran Bahasa Inggris pada Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Era Global


Sejak proklamasi kemerdekaan bahasa Inggris sudah diajarkan di sekolah-sekolah
menengah sebagai sebuah mata pelajaran. Namun, pengaruhnya di dalam masyarakat
belum terlalu kuat karena masih kuatnya penggunaan bahasa Belanda. Setelah penggunaan
bahasa Belanda di Indonesia “lenyap”, kosakata bahasa Inggris mulai dan semakin banyak
digunakan dalam berbagai bidang kegiatan dan ilmu pengetahuan. Sedangkan dalam
pendididkan formal di sekolah menengah bahasa Inggris menjadi mata pelajaran wajib. Hal
tersebut selaras dengan pendapat Agustin (2011: 355) bahwa “Pemerintah Indonesia
memasukkan bahasa Inggris ke dalam bahasa asing pertama yang dipergunakan di
Indonesia. Bahasa Inggris dimasukkan ke dalam kurikulum dan merupakan mata pelajaran
yang penting di SD, SLTP, dan SLTA hingga berpeluang besar dijadikan sebagai bahasa
pengantar pendidikan di beberapa sekolah yang ada di Indonesia”.
Banyak perubahan yang terjadi seiring dengan adanya globalisai. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak dapat dibendung lagi dan terus berkembang pesat. Berada

7
ISSN XX-XX Kajian Linguistik dan Sastra Vol. X No. X Hlm. XX-XX

pada era globalisasi, bangsa Indonesia ditutut mampu brsaing dengan bangsa-bangsa
lainnya. Hal ini agar bangsa Indonesia semakin maju dan tidak tertinggal zaman.
Untuk dapat beradaptasi dengan tatanan kehidupan yang semakin maju, peningkatan
sumber daya manusia harus ditingkatkan. Masyarkaat dituntut agar dapat memiliki
kemampuan agar dapat mengikuti perkembangan zaman yang serba modern. Dengan
diberlakukannya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) maka persaingan antar negara
khususnya negara Asean semakin dinamis dan kompetitif. Tak hanya persaingan dalam
bidang ekonomi tetapi era pasar bebas juga menuntut persaingan pada bidang-bidang
lainnya. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menentukan kemampuan suatu
bangsa untuk survive dalam persaingan era global ini.
Adanya pasar bebas menuntut setiap individu untuk mempersiapkan sumber daya yang
handal terutama dalam bidang kpmunikasi. Bahasa sangat berperan untuk menguasai
komunikasi baik dalam teknologi maupun dalam interaksi langsung. Penggunaan bahasa
internasional terutama Bahasa Inggris sangat penting untuk dapat beradaptasi dan
mengikuti arus perkembangan global yang semakin maju. Seperti yang kita ketahuin,
bahasa Inggris menguasai segala aspek kehidupan di era global ini. Tak dapat dipungkiri
bahsa Bahasa Inggris sangat diperlukan saat ini. Bahasa Inggris telah diakui dan disepakati
sebagai bahasa internasional yang digunakan secara universal dalam berbagai bidang.
Pada perkembangan ilmu pengetahuan, bahasa Inggris memegang peran sangat penting
terutama dalam aspek teknologi. Teknologi informasi (TI) banyak yang menggunakan
bahasa Inggris sebagai pengantar pemrograman. Dalam penerapannya teknologi informasi
jarang yang menggunakan bahasa nasional sebagai bahasa komunikasi. Hal ini agar
masyarakat dunia dapat memahaminya sebab bahasa Inggris merupakan bahasa
internasional.

SIMPULAN
Tanpa adanya bahasa, Ilmu Pengetahuan tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain
itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki peran ganda, yaitu sebagai
akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berpikir dan sarana
pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran
bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang.
Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana
berpikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat
pula dalam berpikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran). Bahasa
Inggris sebagai bahasa internasional memiliki peran vital pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hal ini dimaksudkan dengan penggunaan bahasa internasional
masyarakat dunia dapat mengetahui informasi tersebut.

SARAN
1. Masyarakat lebih mencintai bahasa Indonesia.
2. Walaupun kita belajar bahasa asing, namun kita tidak melupakan nilai-nilai yang ada dalam
bahasa Indonesia dan bahasa daerah.
3. Bahasa Indonesia dan bahasa daerah lebih diutamakan dalam pendidikan formal.
4. Masyarakat tidak boleh mengenyampingkan bahasa daerah, Negara Indonesia mempunyai
bermacam-macam bahasa daerah, dan itu yang memjadi ciri dari Negara Indonesia, dan
dipersatukan oleh bahasa Indonesia.

REFERENSI
Agustin,Y. 2011. Kedudukan Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Pengantar Dalam Dunia
Pendidikan. Deiksis. 3(04):354-364.

8
ISSN XX-XX Kajian Linguistik dan Sastra Vol. X No. X Hlm. XX-XX

Ayuningtyas F. & Abdullah, A. Z. (2017). Kognisi Sosial Melalui Situs Jejaring Youtube
Pada Komunitas Online (Studi Kasus pada Komunitas Online LinkPictureID). Jurnal
Komunikasi. 9(2):137-150.
Comrie, Bernard. 2005. “Language Shift: Biological and Psychological Perspectives”,
Linguistik Indonesia. 3(02): 143-156
Bachtiar, Amsal. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Budiyono. 2017. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press.
Daimun. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi. Jurnal Bahasa dan
Seni. 14 (1): 30-42.
Marsudi. 2009. Jati Diri Bahasa Indonesia di Era Globalisasi Teknologi Informasi. Jurnal
Sosial Humaniora. 2(2): 133-148.
Mundziroh, S., Sumarwati, & Saddhono, Kundaru. 2013. Peningkatan Kemampuan
Menulis Cerita dengan Menggunakan Metode Picture And Picture pada Siswa
Sekolah Dasar. BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan
Pengajarannya, 2 (1) : 1-10.
Mulyono, Iyo. 2014. Ihwal Kalimat Bahasa Indonesia: Dan Problematika
Penggunaanya. Bandung: Yrama widya
Murti, Sri. (2015). Eksistensi Penggunaan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi.
Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa, 177-184
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Rakhmawati, Ani., Kundharu Saddhono, Sri Hastuti, dan Rio Delvilito. 2016. A
Phenomenon Of Indoglish Usage At Universities In Indonesia: Breaking Down The
Motives From Sociolinguistics Perspective. Dalam Jurnal Internasional Seminar
Prasasti.
Saddhono, Kundharu. 2004. “Bahasa Etnik Madura di Surakarta: Sebuah Kajian
Sosiolinguistik”. Surakarta: Tesis Prograam Studi Linguistik Deskriptif Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret
Saddhono, K. 2012. Kajian Sosiolinguistik Pemakaian Bahasa Mahasiswa Asing dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di Universitas Sebelas
Maret. Kajian Linguistik dan Sastra. 24 (2): 176-186.
Saddhono, K. 2014. Pengantar Sosiolingistik Teori dan Konsep Dasar. Surakarta: UNS
Press.
Wardani, Devi, M. Gosong, dan G. Artawan . 2013. Sikap Bahasa Siswa Terhadap
Bahasa Indonesia: Studi Kasus di SMA Negeri 1 Singaraja. E-Jorunal JPBSI
Universitas Pendidikan Ganesha, 4(2): 1-11
Wijana, I. D. P. 2018. Pemertahanan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Widyaparwa,
46 (1):49-57.
Zamzani. 2014. Eksistensi Bahasa Indonesia dalam Pendidikan Berbasis Keragaman
Budaya. Jurnal Dialektika. 1 (2): 2-20.

Anda mungkin juga menyukai