Anda di halaman 1dari 6

Manajemen Kesan Melalui Foto Selfie dalam Facebook 47

MANAJEMEN KESAN MELALUI FOTO SELFIE DALAM FACEBOOK: STUDI


FENOMENOLOGI PADA MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI UMS

Puspa Aqirul Mala


Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Email: puspa.aqirulmala@gmail.com

ABSTRACT
This research explores about selfies phenomenon, especially how people managing their
self-presentation through selfies on the Facebook. Computer Mediated Communications
(CMC) and Erving Goffman’s Dramaturgi become basic theory in this research. Six informants
were active uploaded their selfies and all of them are students of Communications Science
in Muhammadiyah University of Surakarta. Phenomenology qualitative data result that
informants are active managing their visual impression management on Facebook. They
consider that Facebook is a stage and themself is an actor, so they can managing their selfies
easily. Formed the charactheristic of CMC consist of: interactive, editable, de massified, and
asynchronity.

Keywords: selfies, self-presentation, impression management, phenomenology, CMC

A. PENDAHULUAN Salah satu contoh CMC adalah


berkomunikasi melalui Facebook.
Keberadaan teknologi dari masa
Penggunaan Facebook sebagai situs jejaring
ke masa menimbulkan ciri khusus yang
sosial semakin banyak peminatnya. Catatan
digunakan manusia dalam berkomunikasi.
dari alexa.com mengungkapkan Facebook
Teknologi memunculkan cara lain manusia
tetap menjadi situs yang paling banyak
dalam berkomunikasi. Cara tersebut
dikunjungi di Indonesia, (Julianita, 2012:3).
dijembatani oleh media komputer yang
Komunikasi di Facebook memunculkan
lebih lanjut disebut (Computer Mediated
berbagai fenomena sosial, salah satunya
Communications) atau CMC. CMC adalah
selfie. Selfie adalah cara menampilkan diri
istilah yang digunakan untuk melakukan
dengan memfoto diri tanpa bantuan orang
komunikasi antara dua orang atau lebih
lain. Selfie kemudian menjadi alternatif
dengan menggunakan komputer sebagai
manusia dalam mempresentasikan dirinya
media dan jaringan internet untuk
dalam bentuk visual.
menyambungkan pesannya. Dengan
adanya CMC, manusia dalam berkomunikasi Erving Goffman dalam Ruben (2013)
mulai meninggalkan cara berkomunikasi mengungkapkan ekspresi diri dapat
secara konvensional. Sehingga tidak harus dimetaforakan ketika setiap individu
bertatap muka secara langsung. CMC memainkan peran di atas panggung yang
memiliki ciri yang membedakan dengan cara dibuatnya atau melakukan dramaturgi.
berkomunikasi secara konvensional antara Kenetth Burke dalam Ruben (2013) juga
lain: interaktivitas yang terjadi semakin mengembangkan lima elemen dalam
sering dilakukan, sifat de massified atau dramatistic pentad untuk menganalisis
pengiriman pesan dari individu ke khalayak bahasa individual seseorang dalam
dalam jumlah banyak, dan asyncronity berekspresi. Lima elemen itu: pertama
atau pesan yang terkirim tidak terikat oleh scene atau panggung tempat tindakan
waktu sehingga penerima pesan mudah terjadi, kedua act atau tindakan yang
mengabaikan pesan. terjadi, yang ketiga agent atau aktor yang
48 Komuniti, Vol. VIII, No. 1, Maret 2016

melakukan, keempat agency atau alat yang lima elemen dramatistic pentad, antara
digunakan aktor untuk mencapai tujuan, dan lain: panggung atau scene tempat tindakan
yang terakhir adalah purpose atau alasan terjadi, tindakan atau act, actor atau agent,
mengapa orang melakukan hal tersebut. alat yang digunakan aktor untuk mencapai
Dalam hal ini Facebook dapat disebut tujuan atau agency, dan alasan mengapa
sebagai panggung dan selfie sebagai cara orang melakukan tindakan atau purpose.
yang dilakukan untuk melakukan presentasi Penelitian terdahulu yang berjudul
diri. Pieces of Me: Selfie Culture Trend yang
Fenomena selfie popular di berbagai ditulis oleh Dian Arymami mengatakan
media sosial saat user mengunggah foto konsep selfie telah menjadi sebuah budaya
selfie-nya dan tak jarang memilihnya yang menghasilkan ilusi diri. Gangguan
sebagai foto profil melalui proses seleksi. yang diakibatkan selfie dapat menyangkut
Proses presentasi objek visual ini melalui tentang seksualitas, objektifikasi, dan
tahap awal yang disebut pengelolaan narsisisme. Hasil penelitiannya mengarah
kesan (impression management). “Individu pada konklusi bahwa selfie sudah menjadi
melakukan seleksi dan mengontrol gambar kebiasaan harian dan sebagai media dalam
yang akan dijadikan foto profil sesuai menggambarkan budaya kaum muda dan
dengan perilaku yang diinginkan, tujuannya elit. Dalam Jurnal Internasional yang berjudul
adalah untuk membentuk image yang Selfies and Visual Messaging as Visual
diinginkan kepada orang lain.” (Dayakisni, Conversation: Reports from United States,
2009). United Kingdom, and China yang ditulis
oleh James E Katz dan Elizabeth Thomas
Berdasarkan fenomena tersebut, maka
Krocker menyebutkan selfie memodali
rumusan masalah dalam penelitian ini
atau memediasi masyarakat dalam
adalah bagaimanakah manajeman kesan
berkomunikasi secara visual. Dalam arti lain
melalui foto selfie dalam media sosial
selfie bisa menjadi alternatif orang dalam
Facebook?
menyampaikan maksud melalui ekspresi
wajah seseorang. Dalam hasil penelitian
B. TINJAUAN PUSTAKA tersebut juga mengungkap responden
Amerika lebih banyak mengambil gambar
Teori yang mendasari penelitian ini
selfie daripada Inggris dan Cina. Mereka
yaitu Computer Mediated Communications
mengatakan meskipun selfie hasil dari
dan keterkaitannya dengan presentasi
tindakan yang spontan, namun mereka
diri, khususnya manajemen kesan. Selfie
akan menampilkan diri sebaik mungkin
dalam penelitian ini merupakan salah satu
dengan berkali-kali mengambil selfie dan
media presentasi diri seseorang berbasis
memperhatikan penampilan dan frame
komputer. Selfie yang ditampilkan adalah
yang bagus. Poinnya adalah meskipun
foto yang sebelumnya telah melalui
selfie merupakan hasil dari tindakan
proses manajemen kesan. Dalam proses
yang spontan, ternyata responden tetap
manajemen kesan membutuhkan syarat-
menganggapnya sebagai sesuatu yang
syarat supaya kesan yang tercipta menjadi
harus dipersiapkan. Hal tersebut sesuai
baik dan sesuai harapan. Goffman dalam
dengan teori proses presentasi diri individu
Dayakisni (2009) menggambarkan
yang dilakukan dengan menyeleksi dan
manajemen kesan dijelaskan dengan teori
mengontrol perilaku yang diinginkannya.
dramaturgi. Ia berpandangan salah satu
dasar interaksi sosial adalah komitmen
saling timbal balik diantara individu yang C. METODE PENELITIAN
terlibat dalam satu aturan yang harus
Penelitian ini merupakan penelitian
dimainkan.
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Oleh pakar lain, Kenetth Burke dalam Metode fenomenologi digunakan untuk
Ruben (2013) dramaturgis sendiri memiliki memberikan kerangka cara memaknai
Manajemen Kesan Melalui Foto Selfie dalam Facebook 49

suatu realitas. Peneliti melihat perspektif mendapat gagasan yang mendalam dari
fenomenologi menunjukkan arti fenomena informan tentang motif pengunggahan foto
yang berkaitan dengan manusia. Jenis ini selfie dalam Facebook.
dianggap paling relevan sehingga metode
Sumber data primer dalam penelitian
observasi dan wawancara mendalam
ini berasal dari wawancara mendalam
dilakukan untuk memberikan gambaran
dengan enam informan mahasiswa aktif
secara jelas tentang fenomena selfie dan
Ilmu Komunikasi UMS sedangkan data
cara seseorang mempresentasikan diri
sekunder berasal dari observasi. Penelitian
melalui foto selfie dalam Facebook.
ini diawali dengan observasi yang dilakukan
Teknik sampling dalam penelitian ini pada bulan Mei 2015 dengan mengamati
adalah menggunakan purposive sampling akun Facebook dari keempat narasumber.
yakni sampel diseleksi atas dasar kriteria- Kemudian dilaksanakan wawancara guna
kriteria khusus yang telah ditentukan oleh mengumpulkan informasi terkait dengan
peneliti sesuai dengan tujuan penelitian. penelitian secara mendalam pada Bulan
(Kriyantono, 2006:158). Dalam penelitian Oktober - November tahun 2015. Lokasi
ini, peneliti memilih enam orang mahasiswa penelitian dilakukan di wilayah UMS,
aktif Ilmu Komunikasi UMS angkatan 2009 Pabelan, Kartasura, Sukoharjo.
hingga angkatan 2014 dengan masing-
Validitas data yang digunakan adalah
masing angkatan adalah satu orang. Alasan
triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan
pengambilan informan dari jurusan tersebut
keabsahan data dengan memanfaatkan
karena peneliti mengetahui, berinteraksi
sesuatu lain dari luar data untuk keperluan
langsung, dan memiliki akun Facebook
pengecekan dan pembanding data
beberapa mahasiswa Ilmu Komunikasi yang
penelitian. Analisis triangulasi dilakukan
aktif mengunggah foto selfie. Selain itu
dengan menganalisis jawaban informan
subyek penelitian juga pernah mendalami
dengan data empiris yang telah tersedia
ilmu tentang sosiologi komunikasi dan
sebelumnya, misalnya teori dan hasil
psikologi komunikasi.
penelitian sebelumnya. Dwidjowinoto
Tak hanya itu, sesuai dengan pembagian dalam Rakhmat Kriyantono (2006)
periode perkembangan manusia Erick mengungkapkan ada lima triangulasi,
Erikson (Rakhmat, 2007:8), mahasiswa Ilmu yaitu triangulasi sumber, triangulasi waktu,
Komunikasi telah memasuki tahap intimacy triangulasi teori, triangulasi periset, dan
dan isolation. Suatu keadaan bahwa jika triangulasi metode. Dalam penelitian ini
seseorang berperilaku positif terhadap peneliti menggunakan triangulasi sumber
diri dan sekitarnya, maka ia akan intim dan triangulasi metode.
terhadap orang lain. Sedangkan sebaliknya,
jika negatif, maka akan menarik diri dari
lingkungannya atau isolasi. Selain itu D. HASIL DAN PEMBAHASAN
mahasiswa juga tergolong pada usia yang
Manajemen Kesan dan Dramaturgi
sudah stabil dan dapat menentukan hal-
hal yang akan diperbuat serta mengetahui Goffman dalam Dayakisni (2009)
dampak positif dan negatif atas perbuatan menggambarkan manajemen kesan
yang dilakukan. dijelaskan dengan teori dramaturgi, bahwa
individu dalam menggunakan media
Adapun untuk kriteria informan adalah
bertindak sebagai pelaku pertunjukan
pengguna aktif Facebook sejak lima tahun
teater. Goffman berpandangan salah satu
terakhir terhitung sejak Januari 2010 yang
dasar interaksi sosial adalah komitmen saling
sebelumnya telah diobservasi melalui akun
timbal balik diantara individu yang terlibat
Facebooknya dan merupakan pengguna
dalam satu role yang harus dimainkan.
Facebook yang pernah melakukan
pengunggahan foto selfie minimal sepuluh Syarat-syarat yang perlu dipenuhi agar
kali. Kriteria tersebut dipakai supaya peneliti kesan yang diciptakan baik adalah sebagai
50 Komuniti, Vol. VIII, No. 1, Maret 2016

berikut : 4. Mystification
1. Penampilan muka (proper front) Pada umumnya peran menuntut
Diekspresikan secara khusus agar orang pemeliharaan jarak sosial tertentu antara
lain mengetahui dengan jelas si pelaku. aktor dan orang lain. Maksudnya, kedekatan
Proper front merupakan penampilan yang emosional seseorang dengan orang lain
bersifat individual yang menentukan belum tentu membuat keduanya dekat
presentasi diri dan muncul sebelum audiens. secara online. Hal tersebut memicu adanya
Hal ini mencakup semua atribut ekspresif jarak dan batasan komunikasi di dunia maya.
yang dibutuhkan untuk menjalani perannya. Informan D menjelaskan pengalamannya
Informan E misalnya, atribut ekspresi yang ia tentang teguran yang ia dapat dari dosen.
gunakan adalah dengan senyuman manis, Secara emosional dosen tersebut dekat
karena ia berfikir tentang konsep diri yang dengan dirinya dan juga berteman dalam
friendly dan ceria adalah dengan murah Facebook, namun hal tersebut tak lantas
senyum. membuat informan merasa nyaman dalam
mengunggah segala sesuatu di Facebook.
2. Keterlibatan dalam peran Hal itu membuat informan D memelihara
Individu sebagai aktor tentunya memiliki jarak sosial pada lingkungan online atau
peran yang dijalankan. Semua informan dunia mayanya dengan orang lain.
adalah mahasiswa aktif di Universitas
Pentad dalam Facebook
Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang
notabene perguruan tinggi Islam. Mereka Oleh pakar Kenetth Burke dalam
memahami role sebagai mahasiswa UMS, Ruben (2013) mengungkapkan dramaturgi
salah satunya dengan menutup aurat maka, memiliki lima elemen dramatistic pentad,
mereka akan senantiasa mengenakan antara lain :
pakaian yang menutup aurat pada saat
berfoto selfie. Atau mereka yang berperan 1. Panggung atau scene
sebagai remaja akan bertindak sesuai Tempat tindakan terjadi. Ibarat akan
dengan remaja pada umumnya. Atau yang mementaskan sebuah drama, aktor
aktif di salah satu organisasi kampus, maka ia memerlukan panggung sebagai tempat
akan sering mengunggah foto kegiatannya untuk melangsungkan pertunjukan.
saat mengelola organisasi maupun berfoto Panggung dalam kajian ini adalah Facebook
dengan tokoh aktifis. untuk menampilkan segala tindakan atau
aksi yang dilakukan informan. Facebook
3. Mewujudkan idealisasi harapan orang
dijadikan para informan sebagai panggung
lain tentang perannya
untuk melakukan perannya sesuai dengan
Informan sebagai mahasiswa, dirinya tujuan awal mereka ber-selfie. Kesimpulan
harus bertindak seperti mahasiswa pada dari tujuan informan mengunggah foto
umumnya. Terlebih lagi UMS sebagai selfie adalah untuk menampilkan diri
salah satu universitas berbasis Islam semenarik mungkin agar mendapat kesan
tentu saja dalam berbusana, mahasiswa yang positif dari orang lain. Karena menurut
dan mahasiswinya harus menutup aurat. informan, kesan yang baik akan membuat
Informan yang didominasi perempuan komunikasi terjalin secara efektif.
mengatakan mengenakan pakaian syar’i
adalah hal yang tak bisa ditawar. Informan 2. Tindakan atau act
C misalnya, ia menyinkronkan yang menjadi Tindakan adalah sesuatu yang
kesehariannya di dalam kehidupan kampus dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam
dengan foto selfie yang diunggahnya. Ia hal ini tindakan yang dimaksud adalah selfie
beralasan selain memang sudah menjadi itu sendiri yang diunggah informan dalam
pilihannya, hijab membuatnya terlihat lebih jejaring sosial Facebook. Sebagai contoh
feminim dan cantik. informan B yang ingin mengkomunikasikan
Manajemen Kesan Melalui Foto Selfie dalam Facebook 51

kepada orang lain bahwa dirinya adalah alasan tertentu dalam melakukan tindakan.
anak gaul, maka ia akan mengunggah Sesuai wawancara yang telah dilakukan,
foto-foto selfie bersama teman-teman semua informan mengaku secara sadar
nongkrongnya di cafe. dalam melakukan selfie memiliki tujuan
tertentu. Tujuan mereka dalam melakukan
3. Actor atau agent
selfie bermacam-macam, mulai dari
Dalam memainkan perannya dalam memperlihatkan eksistensi diri, ekspresi,
Facebook, informan sadar akan tindakan menambah teman dan link jaringan sosial,
yang dilakukan. Mereka juga sadar bahwa memperoleh perhatian dan sanjungan,
mereka yang menentukan tindakan yang pamer, serta menyimpan file foto dalam
dilakukan sesuai dengan yang diinginkan. jejaring sosial.
Informan A misalnya yang merupakan
seorang aktifis dengan hobi berpetualang
di alam bebas akan menampilkan diri E. PENUTUP
melalui selfie dengan gaya layaknya aktifis
pada umumnya, yakni dengan sering 1. Kesimpulan
mengunggah foto di alam bebas atau foto Meskipun selfie dianggap sebagai
kegiatan organisasinya. Informan D yang tindakan yang spontan, namun para
ingin menampilkan perannya sebagai informan menyebutkan perlu menampilkan
perempuan yang anggun dan alim, maka diri sebaik mungkin. Hal tersebut selaras
dia akan menghindari gaya-gaya yang dengan teori manajemen kesan khususnya
kekanak-kanakkan. dramaturgi bahwa Facebook sebagai
panggung dan selfie sebagai act atau
4. Alat yang digunakan aktor untuk men-
tindakan. Dalam bertindak, informan
capai tujuan atau agency
memperhatikan beberapa hal yang
Alat utama yang digunakan dalam menjadi syarat agar kesan yang diciptakan
ber-selfie tentu saja adalah kamera. Ada baik. Informan mempresentasikan dirinya
bermacam kamera yang digunakan antara dengan memperhatikan penampilan
lain: kamera digital, kamera handphone, muka, keterlibatan perannya, perwujudan
kamera kedap air, dan kamera go-pro. idealisasi orang lain terhadap dirinya, dan
Dengan menggunakan tongkat narsis mystification.
(tongsis), informan merasa sangat terbantu
Selain itu, hasil penelitian mendukung
karena mereka dapat membuat objek lebih
bahasan Kenneth Burke tentang dramatistic
banyak dan sesuai dengan harapan dari
pentad dengan masing-masing informan
yang ditangkap dengan kamera. Informan
konsen kepada panggung, tindakan,
A yang lebih menyukai foto selfie outdoor
aktor atau dirinya sendiri, alat-alat yang
mengungkapkan dengan bantuan tongsis
digunakan, dan alasan mereka melakukan
background atau latar belakang terlihat
tindakan tersebut. Terlebih lagi, selfie dalam
lebih jelas dan menambah efek dramatis.
hal ini merupakan jenis CMC yang memiliki
5. Alasan orang melakukan tindakan atau ciri khusus dalam pola komunikasinya, yakni
purpose bersifat interaktif, editable, de massified,
dan asinkron.
Bab sebelumnya telah disinggung
mengenai studi fenomenologi yang 2. Saran
menganggap manusia secara aktif dan
a. Bagi subjek
sadar menilai pengalaman sehingga
dapat memahami lingkungannya melalui –– Diharapkan mampu menggunakan
pengalaman personal. Prinsip dasar teknologi dengan sebaik-baiknya
fenomenologi menurut Stanley Deetz dan bijak.
dalam Morissan (2013) yakni kesadaran. –– Sebagai insan komunikasi
Manusia secara sadar memiliki tujuan atau diharapkan dapat mempraktikkan
52 Komuniti, Vol. VIII, No. 1, Maret 2016

ilmu yang didapat dalam kehidupan pustaka mengenai fenomena sel–


sehari-hari supaya tercipta fie dan dapat melakukan penelitian
komunikasi yang efektif. dengan pandangan atau angle lain
–– Bagi penelitian selanjutnya diha– supaya memperkaya penelitian
rapkan dapat menambah tinjauan tentang fenomena media baru.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Dayakisni, Tri & Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press
Julianita, Winda. 2010. Be A Smart & Good Facebookers. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset
Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran.
Jakarta: Kencana
Morissan. 2013. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia
Morissan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
Mulyana, Deddy dan Solatun. 2008. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Rakhmat, Jalaludin. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Ruben, Brent D, dan Lea P. Stewart. 2013. Komunikasi dan Perilaku Manusia. Jakarta: Rajawali
Pers
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Jurnal:
Arymami, Dian. Pieces of Me: Selfie Culture Trends. The First International Conference on
Innovative Communication and Sustainable Development in Asean
Katz, James E and Elizabeth Thomas Crocker. 2015. Selfie and Photo Messaging as a Visual
Conversation Reports from United States, United Kingdom, and China. International
Journal of Communications 9

Anda mungkin juga menyukai