Firdha Nurul Aysia Ilmu Komunikasi - Universitas Brawijaya
Abstrak/Abstract
Penelitian ini membahas tentang self presentation yang ada suami dan istri dalam menampilkan diri di profile picture dalam jejaring sosial facebook. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguraikan bagaimana pasangan suami istri menunjukkan dirinya di jejaring sosial facebook melalui profile picturenya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif karena penelitian ini menggambarkan fenomena komunikasi yang terjadi dimasyarakat, khususnya mengenai self presentation yang ada suami dan istri dalam menampilkan diri di profile picture. Penelitian ini menggunakan in-depth interview dan teori utama dramaturgi. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa Wanita cenderung ingin menunjukkan status mereka yang telah berubah setelah berlangsungnya pernikahan mereka dan Pria cenderung tidak begitu peduli pada bagaimana menampilkan diri mereka terutama pada perubahan status mereka yang telah menikah. Untuk itu istri memiliki dua pola dalam menampilkan dirinya di profile picture facebook. yaitu secara individual dan bersama pasangan. Dan disini pria memiliki tiga pola dalam menampilkan dirinya, yaitu individu, bersama komunitas dan bersama pasangan.
This study discusses self-presentation that occurs between husband and wife in present themselves through social network facebook profile picture. The purpose of this study is to describe how the couple showed themselves through their facebook profile picture. This research uses descriptive qualitative method because this study describes the phenomenon of communication that occurs in the community, particularly regarding self-presentation that occurs between husband and wife in present themselves through profile picture. This study uses in-depth interviews and the main theories dramaturgi. This study shows that Women tend to show their status has changed after their marriage while Men tend not too concerned about how they present themselves, especially on the changes their married status. The wives have two patterns in presenting themselves through facebook profile picture, as an individual and as a couple while The husbands have three patterns in present themselves, as an individual, with the community and with their wives. Pendahuluan Pada era perkembangan media online saat ini situs jejaring sosial (social Network site) merupakan salah satu situs yang paling digandrungi oleh masyarakat umum. Pengguna situs jejaring sosial yang semakin meningkat membawa pertumbuhan yang signifikan dari waktu ke waktu. Hal ini juga berdampak pada perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Semakin banyaknya situs- situs pertemanan online yang muncul, memungkinkan orang-orang memiliki jaringan pribadi yang menghubungkan dirinya kepada pengguna lainnya. Dari situs-situs jejaring sosial yang ada, pada saat ini facebook adalah situs yang paling banyak digemari oleh masyarakat. Facebook berhasil menggeser situs jejaring sosial lainnya dan berhasil menjaring banyak pengguna dari beragam usia. Facebook disini memiliki tampilan atau design yang tergolong rapi dan nyaman dipandang mata. Pengguna facebook dimudahkan dengan teknologi yang memudahkan dalam penggunaan facebook, maksudnya penggunaan facebook dapat mudah dimengerti dan dipelajari oleh banyak orang dalam waktu yang singkat. Facebook juga memiliki lebih banyak fitur menarik yang membedakannnya dengan jejaring sosial lainnya, salah satunya adalah fitur game dan lainnya. Selain itu kelebihan facebook yang menarik adalah facebook memiliki fasilitas untuk menampilkan profil diri kita secara lengkap. Melalui profil diri inilah hubungan pertemanan dengan orang lain menjadi menarik bagi pengguna facebook itu sendiri. Orang lain yang juga pengguna facebook dapat melihat profil kita sekaligus dapat mengenali kita. Dengan mengetahui asal sekolah kita, apa jabatan yang kita miliki, hobi ataupun yang lainnya. Sebagai pengguna facebook kita juga dapat menampilkan foto terbaik kita sebagai pelengkap profil yang tadinya telah dibuat untuk dapat dilihat oleh pengguna facebook lainnya. Fitur profile picture yang digunakan oleh pengguna facebook disini sebagai sarana untuk menampilkan diri mereka. Dalam penelitian ini melihat bahwa profile picture adalah panggung depan yang pertama kali dilihat oleh pengguna Erving Goffman dalam bukunya The Presentation of Self in Everyday Life mengemukakan adanya teori dramatugi. Teori dramaturgi ini melihat bahwa banyak kesamaan antara pementasan teater dengan berbagai jenis peran yang kita mainkan dalam interaksi dan tindakan sehari-hari. Kehidupan sebenamya adalah laksana panggung sandiwara, dan di sana kita pamerkan serta kita sajikan kehidupan kita, dan memang itulah waktu yang kita miliki. Jadi seperti aktor panggung, aktor sosial membawakan peran, mengasumsikan karakter, dan bermain melalui adegan- adegan ketika terlibat dalam interaksi dengan orang lain. Self presentation merupakan bagian dari teori dramaturgi. Self presentation didefinisikan sebagai proses pengemasan atau mengelola diri dalam rangka menciptakan kesan tertentu kepada audiens (Goffman, 1599). Setiap individu memiliki cara yang berbeda-beda dalam menampilkan diri sesuai yang ia inginkan di hadapan oran lain. Self presentation yang ditampilkan seseorang di dunia maya yang dikhususkan kepada profile picture di jejaring sosial facebook merupakan salah satu proses dimana seseorang tersebut mengelola pesan dan kesan dirinya untuk dapat dinilai orang lain. Sebuah penelitian dengan judul Fenomena Penggunan Situs Jejaring Sosial Facebook sebagai Ajang Penampilan Diri yang disusun oleh Astri Riyanti, mahasiswa Universitas Diponegoro menghasilkan kesimpulan bahwa facebook disini layaknya sebuah panggung sandiwara, setiap individu berlomba-lomba menampilkan dirinya sebaik mungkin, baik dari profil diri di facebook, foto profil yang ditampilkan, mengunggah foto diri terbaik atau pun dalam melakukan update status. Semua aktivitas tersebut dilakukan oleh facebookers sebagai ajang penampilan dirinya di mata orang lain di facebook. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sasan Zarghooni dari Institute of Psychology dengan judul A Study Self Presentation in Light of Facebook mendapatkan banyak sekali fakta mengenai perilaku yang dilakukan oleh pengguna facebook dalam menampilkan diri di jejaring sosial tersebut. Penelitian ini juga menggunakan teori dramaturgi untuk menjelaskan self presentation yang dilakukan oleh para pengguna tadi. Hasil penelitian adalah teori self presentation saat ini mampu menjelaskan bagian penting perilaku presentasi diri di situs jejaring sosial seperti facebook. kesamaan ini bisa jadi karena mekanisme presentasi diri adalah bagian penting dari kita sehari- hari perilaku, dan sangat melekat pada konsep-diri kita. Kemudian penelitian dari Chen Zao dan Gonglue Jiang dengan judul Cultural Differences on Visual Self Presentation through Social Networking Site Profile Image meneliti mengenai perbedaan pengguaan profile picture di jejaring sosial facebook yang dilatari oleh perbedaan budaya masing-masing individu. Penelitian ini mengamati profile picture dari setiap partisipan yang berasal dari china dan amerika, mereka tertarik pada bagaimana perbedaan budaya juga dapat menjadi faktor untuk menampilkan diri mereka di jejaring sosial, pada penelitian ini difokuskan pada jejaring sosial MySpace dan facebook. Landasan teori yang dipakai adalah self presentation. Hasil dari penelitian ini adalah pengguna dari china menampilkan dirinya menggunakan customize photo, sedangkan pengguna dari amerika cenderung menampilkan dirinya sendiri. Penelitian melalu jejaring sosial twitter membahas presentasi diri, penelitian ini dilakukan oleh Jandi E Luik. Penelitian dengan judul Media Sosial dan Presentasi Diri ini menghasilkan kesimpulan bahwa presentasi diri melalui media sosial terbentang luas untuk penggunanya. Tidak adanya elemen nonverbal tidak membuat ketimpangan pengguna dalam mereka menampilkan diri mereka. Sebagai pengguna mereka dapat dengan bebas memakai fitur- fitur yang telah disediakan oleh media sosial tersebut untuk mempresentasikan diri. Selain itu dengan karakteristik yang dimiliki media sosial membuat pengguna dapat menampilkan diri mereka secara dinamis dan kontinu. Dari beberapa penelitian diatas, disini dapat dilihat bahwa profile picture di facebook merupakan salah satu bentuk cara untuk menampilkan dan mengelola kesan diri kita kepada orang lain. Perbedaan pengguna ini juga dapat berhubungan dengan perbedaan bagaimana pria dan wanita menampilkan diri mereka melalui profile picture di jejaring sosial facebook. Penelitian terdahulu yang dijadikan refrensi oleh peneliti adalah penelitian dari Hiroshi Ono dengan judul Gender and Internet. penelitian ini mencari apa saja perbedaan yang ada pada pria dan wanita dalam penggunaan internet dengan metode survei. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah wanita secara signifikan cenderung menggunakan internet lebih banyak dan sering daripada pria, dan kesenjangan gender dalam penggunaan internet dan frekuensi penggunaan internet selalu ada sepanjang waktu. Dari peneliatian ini dapat disimpulkan pria dan wanita memiliki perbedaan dalam menggunakan internet maupun sosial media, hal ini juga berdampak pada bagaimana mereka menampilkan diri mereka di jejaring sosial. Penelitian dengan judul Putting your best face forward: The Accuracy of Online Dating Photographs yang dilakukan oleh Jefrrey T Hancock dan Catalina L Toma mengambil fokus self presentation yang dilakukan oleh pasangan yang terdaftar dalam situs kencan online. Penelitian menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa setiap pria dan wanita yang terdaftar dalam situs kencan online tersebut memilki kecenderungan untuk menampilkan diri mereka melalui profile picture yang ada tidak apa adanya, mereka melakukan editing terhadap foto mereka dan memberikan informasi palsu. seperti contohnya pria menambahkan tinggi badan mereka dan wanita mengurangi berat badan asli mereka. Teori self presentation disini dibagi dua yaitu yaitu self enhancement yaitu peningkatan diri dimana ia ingin diliat dari sisi terbaiknya saja, dan aunthenticity yaitu dimana ia menampilkan dirinya apa adanya tanpa menutupi atau ingin terlihat baik. Pria dan wanita merupakan makhluk yang memiliki sifat dan sikap atau perilaku yang berbeda. Dipandang dari aspek biologis perilaku ini adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bisa dilihat. Sedangkan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, membaca dan sebagainya, sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Pria dan wanita yang telah memasuki jenjang penikahan cenderung mengalami perubahan-perubahan perilaku, karena mereka memasuki pengalaman atau situasi yang tidak pernah mereka alami sebelumnya. Pernikahan merupakan lembaga paling utama bagi manusia yang sangat berbeda dengan lembaga sosial yang lain. Peran yang dilakukan oleh suami dan istri ini sangat berbeda. Suami berperan sebagai pemimpin dan memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk menjalankan kehidupan rumah tangga yang tentu saja tetap mendapatkan dukungan dari sang istri. Sedangkan istri memiliki peran untuk dapat mengurus rumah tangga dengan baik, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anak serta pelindung, Seorang istri disini juga dapat mencari nafkah untuk mendapatkan keuangan tambahan bagi keluarganya. Peran yang dijalankan antaranya membentuk keseimbangan agar pernikahan dapat menjadi baik dan berlangsung lama serta bahagia. Kehidupan rumah tangga yang dilalui bersama-sama antara keduanya tentu saja juga diiringi dengan peran sosial yang ada di masyarakat. Peran sosial yang berlaku ini dapat dikaitkan dengan kajian gender yang mengangkat isu konstrusksi sosial pria dan wanita yang ada masyarakat. Dalam Womens Studies Encyclopedia gender dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep struktural yang berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal, perilaku, peran, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dimasyarakat. Gender dipandang sebagai suatu dasar untuk menentukan perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang sebagai akibatnya mereka menjadi laki-laki dan perempuan (Wilson:2007). Menurut Lips (Steveson, 1994) sex merupakan istilah bagi kondisi biologis seseorang, yaitu jantan atau betina, atau male atau female. Sex disini adalah pembagian jenis kelamin secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu, yang secara kodrati memiliki fungsi yang berbeda satu sama lain. Sex sebagai alat biologis tersebut akan melekat selamanya pada pria dan wanita dan fungsinya tidak dapat ditukar. Sedangkan gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004). Konsep gender disini adalah sifat yang melekat pada kaum pria dan wanita yang dibentuk oleh faktor- faktor sosial maupun budaya, Sehingga lahir beberapa anggapan tentang peran dan bentuk sosial antara pria dan wanita. Contoh bentukan sosial yaitu perempuan dikenal sebagai makhluk yang lemah lembut, lebih emosional dan memiliki sifat keibuan. Sedangkan untuk pria, ia dianggap kuat, lebih rasional dan perkasa. Namun sifat dari keduanya tidaklah bersifat selamanya, sifat tersebut juga dapat berubah atau bertukar dari waktu ke waktu. Sehingga istilah gender sering dipakai untuk memberikan batasan yang jelas dari sex. Pria dan wanita yang telah menikah memiliki peran masing dalam kehidupan rumah tangganya, peran sebagai suami atau istri atau sebagai orang tua bagi anak-anaknya. Dalam bersikap atau berperilaku pria dan wanita yang telah menikah tentu saja mengalami perbedaan dan perubahan dari sebelum mereka menikah. Hal ini juga berdampak bagaimana mereka menampilkan mereka di masyarakat, termasuk bagaimana menampilkan diri mereka dalam jejaring sosial facebook yang sekarang mulai banyak bermunculan. Pria dan wanita menampilkan dirinya secara berbeda, satu sama lain. Begitu juga yang terjadi pada pasangan suami dan istri. Salah satu jejaring sosial yang saat ini paling banyak digunakan adalah facebook. Penelitian ini melihat bagaimana pasangan suami dan istri yang baru saja menikah menampilkan dirinya melalui profile picture di jejaring sosial facebook. Terdapat euforia pernikahan yang terjadi diantara keduanya, dimana perasaan yang mereka rasakan setelah memasuki jenjang pernikahan ini mereka tampilkan melalui akun facebooknya. Terdapat perbedaan yang terlihat dalam perilaku laki-laki dan perempuan ini berkaitan dengan bagaimana ia menampilkan diri mereka di jejaring sosial, facebook pada khususnya. Dari perbedaan antara laki-laki dan wanita yang ada juga adanya self presentation yang merupakan bagian dari teori dramaturgi yang dilakukan oleh para pengguna facebook. Maka dari latar belakang yang telah disampaikan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan merumuskan pertanyaan utama dalam penelitian ini, yaitu Bagaimana self presentation suami dan istri dalam menampilkan dirinya di profile picture pada jejaring sosial facebook ? Tinjauan Pustaka Facebook Facebook disini adalah layanan jejaring sosial yang diluncurkan pada bulan februari 2006, dimiliki dan dioperasikan oleh Facebook Inc. Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg bersamateman sekamarnya dan sesama mahasiswa Universitas Hardvard, yaitu Eduardo Saverin, Andrew McCollum, Dustin Moskovitz dan Chris Hughes. Semula pengguna situs ini hanya terbatas untuk kalangan mahasiswa Harvard saja, namun secara perlahan situs ini terbuka untuk mahasiswa di universitas lain dan akhirnya diperluas untuk setiap orang diseluruh dunia dengan syarat yaitu pengguna facebook berusia minimal 13 tahun. Situs jejaring sosial facebook ini menyediakan fasilitas-fasilitas yang memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi dengan pengguna lain melalui dunia maya. Sebelum menggunakan situs jejaring facebook ini, calon pengguna harus mendaftar terlebih dahulu. Kemudian pengguna dapat membuat profil pribadi dan dapat menambahkan pengguna lainnya sebagai teman. Pengguna disini dapat bertukar pesan melalui update status yaitu pemberitahuan otomatis yang nantinya akan masuk ke timeline dan dapat dikomentari oleh pengguna lain. Pengguna juga dapat mengunduh foto, video, tulisan atau artikel dan lain-lain yang juga dapat dikomentari oleh pengguna lain. Selain itu, pengguna dapat bergabung dengan grup pengguna dengan ketertarikan yang sama, diurutkan berdasarkan tempat kerja, sekolah atau perguruan tinggi, atau ciri khas lainnya, dan mengelompokkan teman-teman mereka ke dalam daftar seperti "Rekan Kerja" atau "Teman Dekat" dan lain- lain. Facebook disini memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh situs jejaring sosial lainnya yaitu memiliki jaringan layanan informasi berantai antara satu dengan yang lainnya, memiliki fitur games dan hubungan sosial melalui dunia maya. Pada saat ini hampir semua portal sosial berita di Indonesia secara resmi memiliki link dengan facebook. Selain itu kelebihan facebook yang menarik adalah facebook memiliki fasilitas untuk menampilkan profil diri kita secara lengkap, melalui profil diri inilah hubungan pertemanan dengan orang lain menjadi menarik dan bisa menjadi penting. Orang lain dapat mengenal dan melihat profil kita, dengan mengetahui asal sekolah kita, apa jabatan yang kita miliki, hobi ataupun yang lainnya. Menurut dominikus (2008) ada beberapa kelebihan facebook dengan situs jejaring sosial lainnya, seperti : 1. Tampilannya lebih sederhana. Tidak banyak ijklan yang dipasang, ada dua iklan yang otomatis berubah. 2. Memiliki fasilitas tag foto, jadi dalam sebuah foto kita bisa memberikan keterangan pada foto tersebut. Ketika kursor mouse diarahkan tentu saja akan berisi keterangan mengenai apa yang ada dalam foto tersebut, seperti nama masing-masing orang yang ada dalam foto. 3. Mampu menyimpan foto dalam beberapa album dengan kapasitas yang besar. 4. Memiliki fasilitas chat, yaitu bisa secara langsung apabila ada teman yang online. 5. Memiliki aplikasi dalam jumlah cukup banyak. 6. Memilki fasilitas untuk mengiklankan produk atau usaha. 7. Proses request friend yang mudah hanya cukup meng-add dan memasukkan kode captcha (security code). 8. Informasi yang ditampilkan di facebook umumnya adalah data personal yang dibuat dengan benar. 9. Memiliki fasiltas event, yaitu dimana seseorang bisa mengetahui informai mengenai event yang diadakan oleh teman lainnya. 10. Memiliki fasilitas status update, yaitu bebeas menuliskan apa yang sedang ada di pikiran seseorang pada saat itu yang bisa dilihat dan dikomentari oleh teman lainnya. 11. Memiliki fasilitas privacy setting, yaitu bisa mengeset siapa saja yang boleh mengakses informasi profile kita dan siapa saja yang tidak diperbolehkan (Yulistin, 2010:67).
Teori Dramaturgi Mengacu pada pada pendapat Leary, the process by which people convey to others that they are a certain kind of person or possess certain characteristic (Leary, 1996:17). Setiap orang selalu berusaha untuk mempresentasikan atau menyajikan diri dengan sebaik-baiknya di hadapan orang lain. Tentunya setiap orang ingin menujukkan sisi diri yang paling baik di depan orang lain, baik melalui komunikasi verbal maupun non- verbal, komunikasi langsung seperti tatap muka ataupun melalui dunia maya. Erving Goffman dalam bukunya The Presentation of Self in Everyday Life yang diterbitkan pada tahun 1959, melihat bahwa banyak kesamaan antara pementasan teater dengan berbagai jenis peran yang kita mainkan dalam interaksi dan tindakan sehari-hari. Kehidupan sebenamya adalah laksana panggung sandiwara, dan di sana kita pamerkan serta kita sajikan kehidupan kita, dan memang itulah waktu yang kita miliki. Jadi seperti aktor panggung, aktor sosial membawakan peran, mengasumsikan karakter, dan bermain melalui adegan- adegan ketika terlibat dalam interaksi dengan orang lain. Dramaturgi juga menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgi masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut (Littlejohn,1996:165). Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor dalam kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum, penggunakan kata (dialog) dan tindakan non verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Inti dari dramaturgi bukanlah menghubungkan perilaku dengan penyebabnya, namun menghubung- kan tindakan dengan maknanya (Mulyana, 2010, h.107). Dalam buku Metode Penelitian Komunikasi oleh Deddy Mulyana, Goffman (1956) menggunakan metaphor teater yaitu membagi kehidupan sosial dalam dua wilayah : - Wilayah depan (front region), yaitu tempat atau peristiwa sosial yang memungkinkan individu menampilkan peran forman atau bergaya layaknya actor yang berperan. Wilayah ini disebut juga panggung (front stage) yang ditonton khalayak. Front stage terdiri dari, Front Personal yaitu berbagai macam perlengkapan sebagai pembahasan perasaan dari sang aktor. - Wilayah belakang (back region) yaitu tempat untuk mempersiapkan perannya di wilayah depan, disebut juga panggung belakang (back stage) atau kamar rias tempat pemain sandiwara bersantai mempersiapkan diri atau berlatih untuk memainkan perannya dipanggung depan. Pada wilayah depan para pemain memlilki kesempatan untuk menciptakan image terhadap pertunjukkannya yang skenarionya sudah diatur sedemikian rupa dan berbeda jauh dengan apa yang ada di wilayah belakang. Pada bagian lain penampilan individu secara teratur berfungsi secara umum dan tetap untuk mendefinisikan situasi bagi mereka yang menyaksikan penamilan itu, dikenal juga setting dan personal front untuk kemudian dibagi lagi menjadi penampilan (appearance) dan gaya (manner) (Mulyana, 2008:39).
Teori Self Presentation Self presentation yang ditampilkan oleh seseorang melalui profile picture di jejering sosisal facebook merupakan salah satu proses dimana seseorang tersebut mengelola kesan dirinya untuk dapat dinilai orang lain. Self presentation ini dilakukan secara sadar maupun tidak sadar. Goffman (1959) terkenal dengan karyanya tentang self presentation. Dalam bukunya Goffman menyebutkan self presentation dengan istilah impression management. Dalam penyajian diri dalam hidup sehari- hari, ia mengungkapkan bahwa individu-individu menampilkan diri secara verbal dan non verbal. Selain itu, Baumesiter menyatakan bahwa presentasi diri dapat bergerak sebagai cara membangun diri dengan cara yang menyenangkan penonton (Bortree, 2005). Manusia mencari tahu tentang siapa dirinya dan apa yang ia miliki di dalam dirinya. Banyak orang yang memberikan perhatian terhadap image/ citra yang ia tampilkan kepada orang lain. Dengan cara yang sama, orang tersebut juga memperhatikan citraan yang mereka tampilkan melalui perilaku kepada public (Jap, 2013) Jika presentasi diri ini dibawa dalam kehidupan virtual, dalam hal ini di World Wide Web, maka terbentuk sebuah identitas virtual (Virtual Identity). Identitas virtual yang terbentuk bisa sangat bervariatif. Bahkan, format teknologi Web 2.0 dan kemajuan media baru membuat identitas virtual merupakan sebuah proses yang terus menerus selayaknya proses yang terjadi di dunia nyata (Lister dkk, 2009:269). Identitas juga menjadi salah satu fokus dari Haraway (1991) mengenai perpaduan antara manusia dengan teknologi yang tergambarkan dalam cyborg. Selain itu, identitas juga bisa dilihat dari sisi mengkonstrusi kembali identitas diri maupun komunitas (Turkle, 1997). Presentasi diri yang terjadi di dalam new media akan berbeda-beda berdasarkan jenis mediumnya. Jika medium tersebut adalah homepage pribadi, maka presentasi diri akan terjadi lebih konstan dan tetap. Hal disebabkan frekuensi untuk melakukan perubahan- perubahan di dalam medium tersebut tidak terlalu tinggi. Kondisi yang berbeda muncul ketika mediumnya.
Interpersonal Relationship Komunikasi adalah salah satu interaksi yang selalu dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial. Komunikasi dapat terjadi dimana- mana dan kapan saja, misal dirumah ketika para anggota keluarga sedang berkumpul atau di kampus pada saat para mahasiswa sedang berdiskusi. Komunikasi menyentuh segala aspek dari kehidupan manusia. Komunikasi juga sekaligus menentukan kualitas dari hidup kita. Hubungan interpersonal adalah proses interaksi antara individu dengan individu lain dengan cara berkomunikasi. Menurut Joseph De Vito, Komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication) dapat diartikan is the communication that takes place between two person who have an established relationships (De Vito, 2004: 4). Komunikasi ini merupakan suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan diantara dua orang atau bisa lebih dengan mengamati adanya berbagai efek yang timbul dan adanya umpan balik setelah informasi diberikan. Komunikasi antar pribadi dinilai paling ampuh dibanding bentuk- bentuk komunikasi lainnya. Komunikasi antar pribadi ini dapat mengubah sikap atau perilaku komunikan. Hal ini dikarenakan pada umumnya komunikasi ini berlangsung dengan cara tatap muka, dimana selain dapat mengetahui gerak-gerik dari komunikan juga dapat memperoleh feed back secara langsung pula. Komunikasi interpersonal ini sangat berguna digunakan untuk mengubah sikap dan kepercayaan serta opini dari orang yang dijadikan komunikan.
Konsep Gender Gender adalah pembagian peran, kedudukan, dan tugas antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan sifat laki-laki yang dianggap pantas menurut norma- norma, adat istiadat kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. (Djohani, 1996, h.7). Gender adalah konsep yang mengacu pada peran-peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akbiat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat. Sedangkan menurut Sri Sundari Sasongko gender adalah perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil dari konstruksi sosial dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman (Sasongko,2007:6) Dalam buku Baron & Byrne (2003) istilah jenis kelamin dan gender sering kali digunakan bergantian (Gilbert, 1999), tetapi kita akan mengadopsi istilah dari banyak bidang (contoh, Beckwith, 1994), yang membedakan keduanya dengan cara berikut. Jenis kelamin (sex) di definisikan sebagai istilah biologis berdasarkan perbedaan anatomi fisik antara laki-laki dan perempuan. Gender merujuk pada segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin individu termasuk peran, tingkah laku, kecenderungan dan atribut lainnya yang mendefinisikan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dengan kebudayaan yang ada. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gender merupakan pembagian peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi oleh lingkungannya, namun gender ini dapat berubah sesuai dengan tempat dan waktunya. Secara umum lahirnya gender membuat adanya perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi dan ruang antara laki-laki dan perempuan dimasyarakat. Gender dijadikan parameter dalam pengindetifikasian peran laki-laki dan perempuan, hal ini membuat seringkali masyarakat lupa bahwa sebenarnya gender sifatnya tidak bersifat permanen dan dapat berubah seiring waktu berjalan. Secara sederhana perbedaan telah melahirkan perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif menjaga dan mempertahan- kan bentuk dan isi dari interaksi manusia. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi, atau sampling-nya sangat terbatas. Data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data (Kriyantono, 2007:48). Analisis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Dengan analisis deskriptif penelitian ini mengamati adanya self presentation yang ditunjukkan oleh laki-laki dan perempuan, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah pasangan suami istri dalam menampilkan dirinya melalui profile picture di jejaring sosial facebook. Dengan penelitian deskriptif diperoleh informasi yang mendalam dari masing-masing informan. Penetian ini berfokus pada: (1) Bagaimana front stage yang dibuat seseorang di dunia maya, lebih khususnya pada pasangan suami istri dalam menampilkan dirinya melalui profile picture jejaring sosial facebook. Penelitian ini juga mengacu pada back stage karena front stage dan back stage tidak dapat dipisahkan. Sehingga perlu juga diketahui apa saja yang terjadi pada back stage meski tidak diungkap terlalu dalam di penelitian ini. (2) Dalam front stage masih terbagi lagi dalam appearance (tampilan) dan manner (gaya), penelitian ini menggunakan sosial media sehingga hanya memfokuskan pada appearance (tampilan) yang ditampilkan oleh pasangan suami istri tersebut di jejaring sosial facebook. (3) Perbedaan yang ada pada suami istri dalam menampilkan profile picture di jejaring sosial facebook. (4) Tidak mengkaji about (identitas atau informasi mengenai pengguna), photo cover, status, comment dan lain-lain. Informan disini akan memberikan informasi yang dibutuhkan selama proses penelitan. Pemilihan informan untuk penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dimana teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat periset berdasarkan tujuan riset (Kriyantono, 2010:158). Terdapat dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer yang didapat melalui dokumenter yaitu dokumen-dokumen yang diperoleh dari lapangan, dalam penelitian ini data primer berupa gambar atau foto dari informan yang dijadikan profile picture di akun jejering sosial facebook yang mereka miliki. Dan data sekunder yang dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara mendalam yang dilakukan pada informan yang sudah ditentukan dengan kriteria-kriteria tertentu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam kepada masing-masing informan dan dokumentasi yang berupa profile picture para informan. Analisis data dibagi menjadi tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan Miles dan Hubermas (dalam Sugiono, 2012). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode triangulasi sumber yaitu menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui sumber yang berbeda. Data yang telah diperoleh kemudian akan dibandingkan dengan data lain dengan sumber yang berbeda. Analisis triangulasi sumber ini digunakan untuk memperoleh kesimpulan secara mendalam atas jawaban yang diberikan oleh masing-masing informan sehingga nantinya akan diketahui bagaimana suami istri tersebut menampilkan dirinya di jejaring sosial facebook. Hasil dan Pembahasan Konsep dramaturgis mengamati konteks perilaku individu dalam mencapai tujuan untuk dapat memerankan peran yang ia miliki. Permainan peran tentang bagaimana seorang individu berusaha menampilkan sisi terbaik dari dirinya yang nantinya dapat dilihat oleh orang lain. Individu ini kemudian menciptakan komunikasi dan kondisi dimana kemudian hal ini menimbulkan makna-makna yang mereka kelola. Wawancara yang telah dilakukan kepada masing-masing pasangan suami istri menghasilkan berbagai macam bentuk dan cara yang dilakukan oleh individu-individu tersebut dalam menampilkan dirinya. Sama halnya dengan pemaknaan dan kesadaran diri dalam mengelola kesan meraka di jejaring sosial facebook, terdapat dua cara yang mereka pilih tentang bagaimana mereka menampilkan dirinya. Pertama, mereka yang memilih untuk tidak menampilkan diri terbaik yang mereka miliki. Cara ini mereka pilih karena mereka lebih mementingkan kehidupan di keseharian mereka daripada di jejaring sosial facebook. Cara yang kedua adalah menampilkan sisi diri terbaik dan mengelolanya agar mendapatkan kesan yang mereka inginkan. Apa yang mereka kelola, tampilkan dan sampaikan di profile picture jejaring sosial facebook telah melalui proses seleksi pribadi dari individu-individu agar mendapatkan respon yang diinginkan. Kelompok informan yang memilih untuk menampilkan diri seperti ini memiliki kecenderungan untuk menampilkan peningkatan akan presentasi dirinya. Seperti salah satu informan yang pendapatnya mewakili informan lainnya yaitu Ayu, ia memiliki keinginan agar orang lain dapat mengetahui status sosialnnya yang telah berubah. Awalnya ia hanya seorang wanita lajang sekarang ia telah menjadi istri dari seorang lelaki. Hal ini merupakan salah satu bentuk peningkatan presentasi menurut Ayu. Lebih jelasnya lagi hasil yang didapat dari wawancara yang telah dilakukan adalah 1 dari 3 orang informan wanita memilih untuk tidak menandai momen bahagia pernikahan mereka dengan menjadikannya profile picture dan 2 orang lainnya beranggapan bahwa menampilkan diri mereka sebagai seorang istri perlu dilakukan, salah satunya menampilkan diri melalui profile picture. Sehingga dapat dinilai bahwa wanita cenderung ingin menunjukkan status mereka yang telah berubah dengan berlangsungnya pernikahan mereka. Dramaturgi melihat kehidupan sebagai layaknya pertunjukan teater (Goffman, 1959). Penelitian ini melihat profile picture sebagai panggung depan atau front stage di jejaring sosial facebook. Dimana setiap orang atau audiens dapat melihat front stage ini secara langsung dan jika mau juga langsung dapat memberikan penilaian kepada individu yang dituju setelah melihat profile picturenya. Informan wanita yang memilih untuk menampilkan dirinya sebagai seorang wanita yang sudah bersuami telah memenuhi bagian dari front stage yang diungkapkan oleh teori dramaturgi. Setting merupakan atribut- atribut yang menunjang peran. Setting dalam teater juga dapat dikenal sebagai suasana panggung yang mampu membangun suasana untuk sang actor (Mulyana, 2008, h.39). Setting panggung dalam penelitian ini adalah jejaring sosial facebook. Selain setting, terdapat pula personal front yang merujuk pada hal-hal yang terkait oleh penampilan yang ingin ditampilkan ke hadapan audiens (Mulyana, 2010). Misalnya saja informan wanita yaitu Vizca yang ingin dilihat sebagai wanita yang menikah menampilkan dirinya melalui profile picture dengan menggunakan atribut baju pengantin. Baju pengantin disini merupakan perangkat ekspresif yang sangat membantu untuk membuat audiens untuk mengidentifikasi Vizca sebagai wanita yang telah menikah. Bagi Beta, informan wanita yang memilih untuk tidak menunjukkan dirinya sebagai wanita yang telah menikah sebenarnya memiliki kesempatan yang sama untuk menampilkan dirinya. Hanya saja kesempatan itu tidak ia gunakan, karena ia tidak ingin kehidupan pribadinya diketahui oleh teman- temannya di jejaring sosial facebook. Self presentation yang ia tampilkan tidak maksimal, dengan berbagai pendapat yang ia ungkapkan menghasilkan profile picture yang ia pilih tidak menampilkan dirinya yang telah memiliki seorang suami. Setting dan personal front yang ia tampilkan melalui profile picturenya pun menyulitkan pengguna facebook lainnya untuk mengidentifikasi status dari Beta. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan seorang wanita adalah menampilkan dirinya sebagai wanita yang memiliki pasangan atau suami. Hal ini mereka pilih untuk mengurangi kesalahpahaman akan status mereka, selain itu mereka mengaku lebih nyaman jika memberitahukan statusnya kepada orang lain melalui profile picturenya. Setiap informan memiliki panggung sendiri-sendiri untuk menampilkan dirinya dan mereka memiliki kesempatan yang sama untuk mengelola kesan dirinya sebaik mungkin dihadapan orang lain. Berbeda dengan hasil yang diperoleh dari informan laki-laki, 2 dari 1 orang informan laki-laki ini menganggap profile picture ini bukanlah salah satu hal yang penting untuk dipikirkan dalam menampilkan diri mereka sebagai laki-laki yang telah menikah. Pengungkapan informasi diri dapat dilakukan secara tidak sadar dan seseorang biasanya hanya mengungkapkan sedikit informasi mengenai dirinya kepada orang lain di jejaring sosial. Tidak semua hal yang ada pada dirinya ia ungkap atau ia tuangkan dalam jejaring sosial facebook ini. Tiga dari informan laki-laki ini menganggap kehidupan sosial di dunia nyata lebih penting daripada kehidupannya di dunia maya yaitu dijejaring sosial facebook. Mereka lebih menghargai komunikasi dan interaksi secara langsung daripada interaksi melalui jejaring sosial. Hal ini yang mendasari bagaimana mereka memilih menampilkan dirinya dijejaring sosial facebook. Konsep Goffman (1959) yang lain mengenai dramaturgi adalah bagaimana usaha individu berusaha menampilkan atau melakukan pertukaran informasi mengenai sisi terbaik dirinya. Usaha ini menurut kelompok informan laki-laki yang tidak menampilkan dirinya yang telah menikah adalah telah terpenuhinya informasi mengenai dirinya yang telah menikah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan foto-foto yang diunggah atau ditag ke mereka telah cukup menjelaskan status mereka. Fitur about yang didalamnya terdapat status hubungan married with juga sudah mendukung mengenai status mereka yang sudah menikah. Hal-hal itulah yang membuat kelompok laki-laki yang tidak menunjukkan status dirinya yang sudah menikah merasa cukup menunjukkan statusnya, sehingga mereka merasa tidak perlu menunjukkan statusnya yang telah memiliki istri. Teori dramaturgi juga menjelaskan bahwa identitas individu itu cenderung tidak stabil dan bisa saja berubah-ubah tergantung dengan siapa individu itu berinteraksi. Tidak menutup kemungkinan hal ini bisa terjadi pada kelompok informan laki- laki ini. Sedangkan pada laki-laki yang memilih menampilkan dirinya sebagai seorang suami di jejaring sosial facebook, mengelola kesan dirinya sebaik mungkin agar kesan yang ia inginkan dapat tersampaikan dengan baik kepada audiens. Sama halnya dengan informan wanita dalam menyampaikan kesan dirinya, informan laki-laki ini menggunakan foto dengan baju pengantin yang dipilih sebagai profile picture. Setting dan personal front yang ia tampilkan melalui profile picturenya ia kelola sedemikian rupa hingga orang lain yang melihat akun facebooknya dapat langsung mengidentifikasinya. Dramaturgi menurut Goffman (1959) memahami bahwa dalam komunikasi dan interaksi antar individu terdapat kesepakatan yaitu sebuah perilaku yang disetujui oleh informan dan teman-teman pengguna facebook yang bertindak sebagai audiens. kesepakatan ini adalah sebuah perilaku yang menyetujui adanya nilai dan kesan dari seorang individu yang merupakan hasil akhir dari tujuan pengelolaan diri. Bermain peran juga merupakan salah satu cara yang dapat mengacu tercapainya kesepakatan tersebut. Sebagai contoh misalnya pada informan laki-laki Indra, ia adalah salah satu informan yang menampilkan dirinya sebagai seorang yang telah menikah. Ia bermain sebagai seorang suami, kemudian ia menampilkan dirinya di profile picture dengan menggunakan foto yang menggunakan baju pengantin. Teman- teman pengguna facebook yang melihat profile picturenya secara tidak langsung pasti dapat langsung mengetahui bahw ia adalah laki-laki yang sudah menikah. Penilaian yang diberikan oleh pengguna facebook yang lain ini yang disebut dengan kesepakatan. Dengan lebih banyaknya informan laki-laki yang menampilkan dirinya bukan sebagai seorang laki- laki yang sudah menikah, hal ini dapat dinilai bahwa informan laki-laki cenderung tidak begitu peduli pada bagaimana menampilkan diri mereka terutama pada perubahan status mereka yang telah menikah. Mereka lebih nyaman menampilkan diri mereka tanpa embel-embel suami. Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa perbedaan yang ada antara informan laki-laki dan informan wanita yang dilihat melalui profile picture adalah informan wanita memiliki kecenderungan untuk menampilkan statusnya sebagai seorang yang sudah menikah dan informan laki-laki tidak. Kesimpulan 1. Wanita cenderung ingin menunjukkan status mereka yang telah berubah setelah berlangsungnya pernikahan mereka. Mereka tampilkan itu melalui profile picture di akun jejaring sosial facebook mereka. Namun temuan dalam penelitian ini menghasilkan bahwa tidak semua orang ingin menunjukkan status mereka. Sehingga menampilkan dirinya seorang diri. Untuk itu istri memiliki dua pola dalam menampilkan dirinya di profile picture facebook. yaitu secara individual dan bersama pasangan. 2. Pria cenderung tidak begitu peduli pada bagaimana menampilkan diri mereka terutama pada perubahan status mereka yang telah menikah. Pria merasa cukup menampilkan diri mereka yang sudah menikah dengan foto-foto yang diunggah atau di tag dan fitur about yang didalamnya terdapat status hubungan married with juga sudah mendukung mengenai status mereka yang sudah menikah. Sehingga mereka tidak masalah jika menggunakan profile picture individual maupun dengan komunitasnya. Namun temuan lainnya juga menghasilkan bahwa pria juga ingin menunjukkan status pernikahannya dengan menggunakan profile picture bersama pasangan. Untuk itu dapat disimpulkan disini pria memiliki tiga pola dalam menampilkan dirinya, yaitu individu, bersama komunitas dan bersama pasangan. Daftar Pustaka Buku : Baron, Robert & Donn Byrne. Psikologi sosial edisi. 2003. Erlangga. Jakarta Goffman, Erving. 1959. The Presentation of Self in Everyday Life. New York. Double Day LittleJohn, Stephen W. 2006. Theories of Human Communicaction. Fifth Edition. California. Belmont: Wads Worth LittleJohn, Stephen & Karen A Foss. 2009. Theories of Human Communicaction. Ninth Edition. Kriyantono. Rachmat, Teknik dan Riset Komunikasi. 2010. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta Moleong, L.J, 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya Sugiono, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta Mulyana, D. 2010. Metode Penelitian Komunikasi: paradigm baru ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Bandung. Remaja Rosdakarya Djohani dkk. 1996. Buku Acuan Penerapan PRA Berbuat Bersama Berperan Setara. Studio Driya Media. Bandung. Fakhrurroja, H. dan Munandar, A. (2009).Twitter ngoceh dapet duit. Yogyakarta: Jogja GreatPublisher. DeVito, Joseph H. 2001. Interpersonal Communication Book. Ninth Edition, Person Education Inc. New York Hofstetter, Fred T. 2001. Multimedia Literacy Third Edition, New York : McGraw-Hill. Grant, August E & Foust, Jim. 2008 edisi kesebelas. The Internet & The World Wide Web dalam (ed) Grant, August E & Meadows, Jeniffer H. Communication Technology Update and Fundamental. Oxford : Elsevier Inc Shedletsky, Leonard J & Aitken, Joan E. 2004. Human Communication on Internet. New York,USA : Pearson Education Leary, M.R. 1996. Self presentation Impression Management and interpersonal behavior. Boulder.co city: Westwive press Skripsi : Riyanti, Astri, Fenomena Penggunan Situs Jejaring Sosial Facebook sebagai Ajang Penampilan Diri. 2010. Universitas Diponegoro. Semarang Yulistin, Relia, Motivasi penggunaan situs jejaring sosial facebook pada khalayak dewasa dini (studi fenomenologi pada dewasa dini pengguna facebook). 2010. Universitas Brawijaya. Malang Darmayanti, Sandra Dewi. Manajemen konflik pasangan laki-laki dan perempuan berstatus pacaran (Studi pada Pasangan Dewasa Awal 18-25 tahun di Kota Malang) 2013. Universitas Brawijaya. Malang. Luik, Jandi E. Media Sosial dan Presentasi Diri. 2013. Universitas Kristen Petra Surabaya. - Jurnal : Boyd D. M., & Ellison, N. B. (2007) Social Network Sites: Definition, History, and Schoolarship. Journal of Computer-Mediated Communication, 13(1), Article 11, http://jcmc.indiana.edu/vol13/is sue1/boyd.ellison.html BKKBN, Konsep dan Teori Gender, Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2007, http://www.rudifebriamansya h.webege.com/index.php?p=1 _9 Ayu, Prista. (2012). Teori Dramaturgi Erving Goffman. Diakses pada 20 Juni 2013. http://pristality.wordpress.co m/2011/11/29/teori- dramaturgi-erving-goffman/). Zao Chen, Gonglue Jiang. (2010). Cultural Differences on Visual Self Presentation through Social Networking Site Profile Image. Diakses pada tanggal 26 Juni 2012 http://research.microsoft.com/ enus/um/beijing/groups/hci/p ubs/1774_chi2011_chenzhao. pdf Ono Hiroshi, Zavodny Madeline. (2003). Gender and Internet.. diakses pada tanggal 26 Juni 2013. http//www.english.illinois.edu /-people- /faculty/debaron/482/482readi ngs/onogender.pdf Candra, Puspita A. 2008. Penggunaan Internet pada Anak-anak Sekolah Usia 6-12 tahun di Surabaya. Diakses pada tanggal 29 Juni 2013 http://journal.unair.ac.id/articl e_4572_media137_category8. html Jap, Olivia. 2013. Self Presentation Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melalui akun twitter. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2014
Albert Bandura dan faktor efikasi diri: Sebuah perjalanan ke dalam psikologi potensi manusia melalui pemahaman dan pengembangan efikasi diri dan harga diri
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita