Anda di halaman 1dari 23

SELF PRESENTATION SUAMI DAN ISTRI DALAM

MENAMPILKAN PROFILE PICTURE DI JEJARING SOSIAL


FACEBOOK


Firdha Nurul Aysia
Ilmu Komunikasi - Universitas Brawijaya

Abstrak/Abstract

Penelitian ini membahas tentang self presentation yang ada suami dan istri
dalam menampilkan diri di profile picture dalam jejaring sosial facebook. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menguraikan bagaimana pasangan suami istri
menunjukkan dirinya di jejaring sosial facebook melalui profile picturenya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif karena penelitian ini
menggambarkan fenomena komunikasi yang terjadi dimasyarakat, khususnya
mengenai self presentation yang ada suami dan istri dalam menampilkan diri di
profile picture. Penelitian ini menggunakan in-depth interview dan teori utama
dramaturgi. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa Wanita cenderung ingin
menunjukkan status mereka yang telah berubah setelah berlangsungnya
pernikahan mereka dan Pria cenderung tidak begitu peduli pada bagaimana
menampilkan diri mereka terutama pada perubahan status mereka yang telah
menikah. Untuk itu istri memiliki dua pola dalam menampilkan dirinya di profile
picture facebook. yaitu secara individual dan bersama pasangan. Dan disini pria
memiliki tiga pola dalam menampilkan dirinya, yaitu individu, bersama
komunitas dan bersama pasangan.

This study discusses self-presentation that occurs between husband and
wife in present themselves through social network facebook profile picture. The
purpose of this study is to describe how the couple showed themselves through
their facebook profile picture. This research uses descriptive qualitative method
because this study describes the phenomenon of communication that occurs in the
community, particularly regarding self-presentation that occurs between husband
and wife in present themselves through profile picture. This study uses in-depth
interviews and the main theories dramaturgi. This study shows that Women tend
to show their status has changed after their marriage while Men tend not too
concerned about how they present themselves, especially on the changes their
married status. The wives have two patterns in presenting themselves through
facebook profile picture, as an individual and as a couple while The husbands
have three patterns in present themselves, as an individual, with the community
and with their wives.
Pendahuluan
Pada era perkembangan media online
saat ini situs jejaring sosial (social
Network site) merupakan salah satu
situs yang paling digandrungi oleh
masyarakat umum. Pengguna situs
jejaring sosial yang semakin
meningkat membawa pertumbuhan
yang signifikan dari waktu ke waktu.
Hal ini juga berdampak pada
perubahan sosial yang terjadi di
masyarakat. Semakin banyaknya situs-
situs pertemanan online yang muncul,
memungkinkan orang-orang memiliki
jaringan pribadi yang menghubungkan
dirinya kepada pengguna lainnya.
Dari situs-situs jejaring sosial
yang ada, pada saat ini facebook
adalah situs yang paling banyak
digemari oleh masyarakat. Facebook
berhasil menggeser situs jejaring sosial
lainnya dan berhasil menjaring banyak
pengguna dari beragam usia. Facebook
disini memiliki tampilan atau design
yang tergolong rapi dan nyaman
dipandang mata. Pengguna facebook
dimudahkan dengan teknologi yang
memudahkan dalam penggunaan
facebook, maksudnya penggunaan
facebook dapat mudah dimengerti dan
dipelajari oleh banyak orang dalam
waktu yang singkat. Facebook juga
memiliki lebih banyak fitur menarik
yang membedakannnya dengan
jejaring sosial lainnya, salah satunya
adalah fitur game dan lainnya.
Selain itu kelebihan facebook
yang menarik adalah facebook
memiliki fasilitas untuk menampilkan
profil diri kita secara lengkap. Melalui
profil diri inilah hubungan pertemanan
dengan orang lain menjadi menarik
bagi pengguna facebook itu sendiri.
Orang lain yang juga pengguna
facebook dapat melihat profil kita
sekaligus dapat mengenali kita.
Dengan mengetahui asal sekolah kita,
apa jabatan yang kita miliki, hobi
ataupun yang lainnya. Sebagai
pengguna facebook kita juga dapat
menampilkan foto terbaik kita sebagai
pelengkap profil yang tadinya telah
dibuat untuk dapat dilihat oleh
pengguna facebook lainnya. Fitur
profile picture yang digunakan oleh
pengguna facebook disini sebagai
sarana untuk menampilkan diri
mereka. Dalam penelitian ini melihat
bahwa profile picture adalah panggung
depan yang pertama kali dilihat oleh
pengguna
Erving Goffman dalam
bukunya The Presentation of Self in
Everyday Life mengemukakan
adanya teori dramatugi. Teori
dramaturgi ini melihat bahwa banyak
kesamaan antara pementasan teater
dengan berbagai jenis peran yang kita
mainkan dalam interaksi dan tindakan
sehari-hari. Kehidupan sebenamya
adalah laksana panggung sandiwara,
dan di sana kita pamerkan serta kita
sajikan kehidupan kita, dan memang
itulah waktu yang kita miliki. Jadi
seperti aktor panggung, aktor sosial
membawakan peran, mengasumsikan
karakter, dan bermain melalui adegan-
adegan ketika terlibat dalam interaksi
dengan orang lain.
Self presentation merupakan
bagian dari teori dramaturgi. Self
presentation didefinisikan sebagai
proses pengemasan atau mengelola
diri dalam rangka menciptakan kesan
tertentu kepada audiens (Goffman,
1599). Setiap individu memiliki cara
yang berbeda-beda dalam
menampilkan diri sesuai yang ia
inginkan di hadapan oran lain. Self
presentation yang ditampilkan
seseorang di dunia maya yang
dikhususkan kepada profile picture di
jejaring sosial facebook merupakan
salah satu proses dimana seseorang
tersebut mengelola pesan dan kesan
dirinya untuk dapat dinilai orang lain.
Sebuah penelitian dengan judul
Fenomena Penggunan Situs Jejaring
Sosial Facebook sebagai Ajang
Penampilan Diri yang disusun oleh
Astri Riyanti, mahasiswa Universitas
Diponegoro menghasilkan kesimpulan
bahwa facebook disini layaknya
sebuah panggung sandiwara, setiap
individu berlomba-lomba
menampilkan dirinya sebaik mungkin,
baik dari profil diri di facebook, foto
profil yang ditampilkan, mengunggah
foto diri terbaik atau pun dalam
melakukan update status. Semua
aktivitas tersebut dilakukan oleh
facebookers sebagai ajang penampilan
dirinya di mata orang lain di facebook.
Penelitian lain yang dilakukan
oleh Sasan Zarghooni dari Institute of
Psychology dengan judul A Study
Self Presentation in Light of
Facebook mendapatkan banyak sekali
fakta mengenai perilaku yang
dilakukan oleh pengguna facebook
dalam menampilkan diri di jejaring
sosial tersebut. Penelitian ini juga
menggunakan teori dramaturgi untuk
menjelaskan self presentation yang
dilakukan oleh para pengguna tadi.
Hasil penelitian adalah teori self
presentation saat ini mampu
menjelaskan bagian penting perilaku
presentasi diri di situs jejaring sosial
seperti facebook. kesamaan ini bisa
jadi karena mekanisme presentasi diri
adalah bagian penting dari kita sehari-
hari perilaku, dan sangat melekat pada
konsep-diri kita.
Kemudian penelitian dari Chen
Zao dan Gonglue Jiang dengan judul
Cultural Differences on Visual Self
Presentation through Social
Networking Site Profile Image
meneliti mengenai perbedaan
pengguaan profile picture di jejaring
sosial facebook yang dilatari oleh
perbedaan budaya masing-masing
individu. Penelitian ini mengamati
profile picture dari setiap partisipan
yang berasal dari china dan amerika,
mereka tertarik pada bagaimana
perbedaan budaya juga dapat menjadi
faktor untuk menampilkan diri mereka
di jejaring sosial, pada penelitian ini
difokuskan pada jejaring sosial
MySpace dan facebook. Landasan
teori yang dipakai adalah self
presentation. Hasil dari penelitian ini
adalah pengguna dari china
menampilkan dirinya menggunakan
customize photo, sedangkan pengguna
dari amerika cenderung menampilkan
dirinya sendiri.
Penelitian melalu jejaring
sosial twitter membahas presentasi
diri, penelitian ini dilakukan oleh Jandi
E Luik. Penelitian dengan judul
Media Sosial dan Presentasi Diri ini
menghasilkan kesimpulan bahwa
presentasi diri melalui media sosial
terbentang luas untuk penggunanya.
Tidak adanya elemen nonverbal tidak
membuat ketimpangan pengguna
dalam mereka menampilkan diri
mereka. Sebagai pengguna mereka
dapat dengan bebas memakai fitur-
fitur yang telah disediakan oleh media
sosial tersebut untuk
mempresentasikan diri. Selain itu
dengan karakteristik yang dimiliki
media sosial membuat pengguna dapat
menampilkan diri mereka secara
dinamis dan kontinu.
Dari beberapa penelitian diatas,
disini dapat dilihat bahwa profile
picture di facebook merupakan salah
satu bentuk cara untuk menampilkan
dan mengelola kesan diri kita kepada
orang lain. Perbedaan pengguna ini
juga dapat berhubungan dengan
perbedaan bagaimana pria dan wanita
menampilkan diri mereka melalui
profile picture di jejaring sosial
facebook.
Penelitian terdahulu yang
dijadikan refrensi oleh peneliti adalah
penelitian dari Hiroshi Ono dengan
judul Gender and Internet. penelitian
ini mencari apa saja perbedaan yang
ada pada pria dan wanita dalam
penggunaan internet dengan metode
survei. Hasil yang didapatkan dari
penelitian ini adalah wanita secara
signifikan cenderung menggunakan
internet lebih banyak dan sering
daripada pria, dan kesenjangan gender
dalam penggunaan internet dan
frekuensi penggunaan internet selalu
ada sepanjang waktu. Dari peneliatian
ini dapat disimpulkan pria dan wanita
memiliki perbedaan dalam
menggunakan internet maupun sosial
media, hal ini juga berdampak pada
bagaimana mereka menampilkan diri
mereka di jejaring sosial.
Penelitian dengan judul
Putting your best face forward: The
Accuracy of Online Dating
Photographs yang dilakukan oleh
Jefrrey T Hancock dan Catalina L
Toma mengambil fokus self
presentation yang dilakukan oleh
pasangan yang terdaftar dalam situs
kencan online. Penelitian
menghasilkan sebuah kesimpulan
bahwa setiap pria dan wanita yang
terdaftar dalam situs kencan online
tersebut memilki kecenderungan untuk
menampilkan diri mereka melalui
profile picture yang ada tidak apa
adanya, mereka melakukan editing
terhadap foto mereka dan memberikan
informasi palsu. seperti contohnya pria
menambahkan tinggi badan mereka
dan wanita mengurangi berat badan
asli mereka. Teori self presentation
disini dibagi dua yaitu yaitu self
enhancement yaitu peningkatan diri
dimana ia ingin diliat dari sisi
terbaiknya saja, dan aunthenticity yaitu
dimana ia menampilkan dirinya apa
adanya tanpa menutupi atau ingin
terlihat baik.
Pria dan wanita merupakan
makhluk yang memiliki sifat dan sikap
atau perilaku yang berbeda. Dipandang
dari aspek biologis perilaku ini adalah
suatu kegiatan atau aktivitas
organisme atau makhluk hidup yang
bisa dilihat. Sedangkan perilaku
manusia pada hakikatnya adalah
tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain berjalan,
berbicara, menangis, tertawa,
membaca dan sebagainya, sehingga
dapat disimpulkan bahwa perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2003). Pria dan wanita
yang telah memasuki jenjang
penikahan cenderung mengalami
perubahan-perubahan perilaku, karena
mereka memasuki pengalaman atau
situasi yang tidak pernah mereka alami
sebelumnya. Pernikahan merupakan
lembaga paling utama bagi manusia
yang sangat berbeda dengan lembaga
sosial yang lain.
Peran yang dilakukan oleh
suami dan istri ini sangat berbeda.
Suami berperan sebagai pemimpin dan
memiliki tanggung jawab yang lebih
besar untuk menjalankan kehidupan
rumah tangga yang tentu saja tetap
mendapatkan dukungan dari sang istri.
Sedangkan istri memiliki peran untuk
dapat mengurus rumah tangga dengan
baik, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anak serta pelindung, Seorang
istri disini juga dapat mencari nafkah
untuk mendapatkan keuangan
tambahan bagi keluarganya. Peran
yang dijalankan antaranya membentuk
keseimbangan agar pernikahan dapat
menjadi baik dan berlangsung lama
serta bahagia.
Kehidupan rumah tangga yang
dilalui bersama-sama antara keduanya
tentu saja juga diiringi dengan peran
sosial yang ada di masyarakat. Peran
sosial yang berlaku ini dapat dikaitkan
dengan kajian gender yang
mengangkat isu konstrusksi sosial pria
dan wanita yang ada masyarakat.
Dalam Womens Studies Encyclopedia
gender dijelaskan bahwa gender
adalah suatu konsep struktural yang
berupaya membuat perbedaan
(distinction) dalam hal, perilaku,
peran, mentalitas dan karakteristik
emosional antara laki-laki dan
perempuan yang berkembang
dimasyarakat. Gender dipandang
sebagai suatu dasar untuk menentukan
perbedaan sumbangan laki-laki dan
perempuan pada kebudayaan dan
kehidupan kolektif yang sebagai
akibatnya mereka menjadi laki-laki
dan perempuan (Wilson:2007).
Menurut Lips (Steveson, 1994)
sex merupakan istilah bagi kondisi
biologis seseorang, yaitu jantan atau
betina, atau male atau female. Sex
disini adalah pembagian jenis kelamin
secara biologis yang melekat pada
jenis kelamin tertentu, yang secara
kodrati memiliki fungsi yang berbeda
satu sama lain. Sex sebagai alat
biologis tersebut akan melekat
selamanya pada pria dan wanita dan
fungsinya tidak dapat ditukar.
Sedangkan gender adalah peran sosial
dimana peran laki-laki dan perempuan
ditentukan (Suprijadi dan Siskel,
2004).
Konsep gender disini adalah
sifat yang melekat pada kaum pria dan
wanita yang dibentuk oleh faktor-
faktor sosial maupun budaya,
Sehingga lahir beberapa anggapan
tentang peran dan bentuk sosial antara
pria dan wanita. Contoh bentukan
sosial yaitu perempuan dikenal sebagai
makhluk yang lemah lembut, lebih
emosional dan memiliki sifat keibuan.
Sedangkan untuk pria, ia dianggap
kuat, lebih rasional dan perkasa.
Namun sifat dari keduanya tidaklah
bersifat selamanya, sifat tersebut juga
dapat berubah atau bertukar dari waktu
ke waktu. Sehingga istilah gender
sering dipakai untuk memberikan
batasan yang jelas dari sex.
Pria dan wanita yang telah
menikah memiliki peran masing dalam
kehidupan rumah tangganya, peran
sebagai suami atau istri atau sebagai
orang tua bagi anak-anaknya. Dalam
bersikap atau berperilaku pria dan
wanita yang telah menikah tentu saja
mengalami perbedaan dan perubahan
dari sebelum mereka menikah. Hal ini
juga berdampak bagaimana mereka
menampilkan mereka di masyarakat,
termasuk bagaimana menampilkan diri
mereka dalam jejaring sosial facebook
yang sekarang mulai banyak
bermunculan. Pria dan wanita
menampilkan dirinya secara berbeda,
satu sama lain. Begitu juga yang
terjadi pada pasangan suami dan istri.
Salah satu jejaring sosial yang saat ini
paling banyak digunakan adalah
facebook.
Penelitian ini melihat bagaimana
pasangan suami dan istri yang baru
saja menikah menampilkan dirinya
melalui profile picture di jejaring
sosial facebook. Terdapat euforia
pernikahan yang terjadi diantara
keduanya, dimana perasaan yang
mereka rasakan setelah memasuki
jenjang pernikahan ini mereka
tampilkan melalui akun facebooknya.
Terdapat perbedaan yang terlihat
dalam perilaku laki-laki dan
perempuan ini berkaitan dengan
bagaimana ia menampilkan diri
mereka di jejaring sosial, facebook
pada khususnya. Dari perbedaan antara
laki-laki dan wanita yang ada juga
adanya self presentation yang
merupakan bagian dari teori
dramaturgi yang dilakukan oleh para
pengguna facebook. Maka dari latar
belakang yang telah disampaikan
diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dan merumuskan
pertanyaan utama dalam penelitian ini,
yaitu Bagaimana self presentation
suami dan istri dalam menampilkan
dirinya di profile picture pada jejaring
sosial facebook ?
Tinjauan Pustaka
Facebook
Facebook disini adalah layanan
jejaring sosial yang diluncurkan pada
bulan februari 2006, dimiliki dan
dioperasikan oleh Facebook Inc.
Facebook didirikan oleh Mark
Zuckerberg bersamateman sekamarnya
dan sesama mahasiswa Universitas
Hardvard, yaitu Eduardo
Saverin, Andrew McCollum, Dustin
Moskovitz dan Chris Hughes. Semula
pengguna situs ini hanya terbatas
untuk kalangan mahasiswa Harvard
saja, namun secara perlahan situs ini
terbuka untuk mahasiswa di
universitas lain dan akhirnya diperluas
untuk setiap orang diseluruh dunia
dengan syarat yaitu pengguna
facebook berusia minimal 13 tahun.
Situs jejaring sosial facebook ini
menyediakan fasilitas-fasilitas yang
memungkinkan pengguna untuk
berkomunikasi dengan pengguna lain
melalui dunia maya. Sebelum
menggunakan situs jejaring facebook
ini, calon pengguna harus mendaftar
terlebih dahulu. Kemudian pengguna
dapat membuat profil pribadi dan
dapat menambahkan pengguna lainnya
sebagai teman. Pengguna disini dapat
bertukar pesan melalui update status
yaitu pemberitahuan otomatis yang
nantinya akan masuk ke timeline dan
dapat dikomentari oleh pengguna lain.
Pengguna juga dapat mengunduh foto,
video, tulisan atau artikel dan lain-lain
yang juga dapat dikomentari oleh
pengguna lain. Selain itu, pengguna
dapat bergabung dengan grup
pengguna dengan ketertarikan yang
sama, diurutkan berdasarkan tempat
kerja, sekolah atau perguruan tinggi,
atau ciri khas lainnya, dan
mengelompokkan teman-teman
mereka ke dalam daftar seperti "Rekan
Kerja" atau "Teman Dekat" dan lain-
lain.
Facebook disini memiliki
kelebihan yang tidak dimiliki oleh
situs jejaring sosial lainnya yaitu
memiliki jaringan layanan informasi
berantai antara satu dengan yang
lainnya, memiliki fitur games dan
hubungan sosial melalui dunia maya.
Pada saat ini hampir semua portal
sosial berita di Indonesia secara resmi
memiliki link dengan facebook. Selain
itu kelebihan facebook yang menarik
adalah facebook memiliki fasilitas
untuk menampilkan profil diri kita
secara lengkap, melalui profil diri
inilah hubungan pertemanan dengan
orang lain menjadi menarik dan bisa
menjadi penting. Orang lain dapat
mengenal dan melihat profil kita,
dengan mengetahui asal sekolah kita,
apa jabatan yang kita miliki, hobi
ataupun yang lainnya.
Menurut dominikus (2008) ada
beberapa kelebihan facebook dengan
situs jejaring sosial lainnya, seperti :
1. Tampilannya lebih sederhana.
Tidak banyak ijklan yang dipasang,
ada dua iklan yang otomatis
berubah.
2. Memiliki fasilitas tag foto, jadi
dalam sebuah foto kita bisa
memberikan keterangan pada foto
tersebut. Ketika kursor mouse
diarahkan tentu saja akan berisi
keterangan mengenai apa yang ada
dalam foto tersebut, seperti nama
masing-masing orang yang ada
dalam foto.
3. Mampu menyimpan foto dalam
beberapa album dengan kapasitas
yang besar.
4. Memiliki fasilitas chat, yaitu bisa
secara langsung apabila ada teman
yang online.
5. Memiliki aplikasi dalam jumlah
cukup banyak.
6. Memilki fasilitas untuk
mengiklankan produk atau usaha.
7. Proses request friend yang mudah
hanya cukup meng-add dan
memasukkan kode captcha
(security code).
8. Informasi yang ditampilkan di
facebook umumnya adalah data
personal yang dibuat dengan
benar.
9. Memiliki fasiltas event, yaitu
dimana seseorang bisa mengetahui
informai mengenai event yang
diadakan oleh teman lainnya.
10. Memiliki fasilitas status update,
yaitu bebeas menuliskan apa yang
sedang ada di pikiran seseorang
pada saat itu yang bisa dilihat dan
dikomentari oleh teman lainnya.
11. Memiliki fasilitas privacy setting,
yaitu bisa mengeset siapa saja
yang boleh mengakses informasi
profile kita dan siapa saja yang
tidak diperbolehkan (Yulistin,
2010:67).

Teori Dramaturgi
Mengacu pada pada pendapat
Leary, the process by which people
convey to others that they are a certain
kind of person or possess certain
characteristic (Leary, 1996:17). Setiap
orang selalu berusaha untuk
mempresentasikan atau menyajikan
diri dengan sebaik-baiknya di hadapan
orang lain. Tentunya setiap orang
ingin menujukkan sisi diri yang paling
baik di depan orang lain, baik melalui
komunikasi verbal maupun non-
verbal, komunikasi langsung seperti
tatap muka ataupun melalui dunia
maya.
Erving Goffman dalam
bukunya The Presentation of Self in
Everyday Life yang diterbitkan pada
tahun 1959, melihat bahwa banyak
kesamaan antara pementasan teater
dengan berbagai jenis peran yang kita
mainkan dalam interaksi dan tindakan
sehari-hari. Kehidupan sebenamya
adalah laksana panggung sandiwara,
dan di sana kita pamerkan serta kita
sajikan kehidupan kita, dan memang
itulah waktu yang kita miliki. Jadi
seperti aktor panggung, aktor sosial
membawakan peran, mengasumsikan
karakter, dan bermain melalui adegan-
adegan ketika terlibat dalam interaksi
dengan orang lain.
Dramaturgi juga menjelaskan bahwa
identitas manusia adalah tidak stabil
dan merupakan setiap identitas
tersebut merupakan bagian kejiwaan
psikologi yang mandiri. Identitas
manusia bisa saja berubah-ubah
tergantung dari interaksi dengan orang
lain. Disinilah dramaturgi masuk,
bagaimana kita menguasai interaksi
tersebut (Littlejohn,1996:165).
Selayaknya pertunjukan drama,
seorang aktor dalam kehidupan juga
harus mempersiapkan kelengkapan
pertunjukan. Kelengkapan ini antara
lain memperhitungkan setting, kostum,
penggunakan kata (dialog) dan
tindakan non verbal lain, hal ini
tentunya bertujuan untuk
meninggalkan kesan yang baik pada
lawan interaksi dan memuluskan jalan
mencapai tujuan. Inti dari dramaturgi
bukanlah menghubungkan perilaku
dengan penyebabnya, namun
menghubung- kan tindakan dengan
maknanya (Mulyana, 2010, h.107).
Dalam buku Metode Penelitian
Komunikasi oleh Deddy Mulyana,
Goffman (1956) menggunakan
metaphor teater yaitu membagi
kehidupan sosial dalam dua wilayah :
- Wilayah depan (front region), yaitu
tempat atau peristiwa sosial yang
memungkinkan individu
menampilkan peran forman atau
bergaya layaknya actor yang
berperan. Wilayah ini disebut juga
panggung (front stage) yang ditonton
khalayak. Front stage terdiri dari,
Front Personal yaitu berbagai
macam perlengkapan sebagai
pembahasan perasaan dari sang
aktor.
- Wilayah belakang (back region)
yaitu tempat untuk mempersiapkan
perannya di wilayah depan, disebut
juga panggung belakang (back
stage) atau kamar rias tempat
pemain sandiwara bersantai
mempersiapkan diri atau berlatih
untuk memainkan perannya
dipanggung depan.
Pada wilayah depan para
pemain memlilki kesempatan untuk
menciptakan image terhadap
pertunjukkannya yang skenarionya
sudah diatur sedemikian rupa dan
berbeda jauh dengan apa yang ada di
wilayah belakang. Pada bagian lain
penampilan individu secara teratur
berfungsi secara umum dan tetap
untuk mendefinisikan situasi bagi
mereka yang menyaksikan penamilan
itu, dikenal juga setting dan personal
front untuk kemudian dibagi lagi
menjadi penampilan (appearance) dan
gaya (manner) (Mulyana, 2008:39).

Teori Self Presentation
Self presentation yang
ditampilkan oleh seseorang melalui
profile picture di jejering sosisal
facebook merupakan salah satu proses
dimana seseorang tersebut mengelola
kesan dirinya untuk dapat dinilai orang
lain. Self presentation ini dilakukan
secara sadar maupun tidak sadar.
Goffman (1959) terkenal dengan
karyanya tentang self presentation.
Dalam bukunya Goffman
menyebutkan self presentation dengan
istilah impression management. Dalam
penyajian diri dalam hidup sehari-
hari, ia mengungkapkan bahwa
individu-individu menampilkan diri
secara verbal dan non verbal.
Selain itu, Baumesiter
menyatakan bahwa presentasi diri
dapat bergerak sebagai cara
membangun diri dengan cara yang
menyenangkan penonton (Bortree,
2005). Manusia mencari tahu tentang
siapa dirinya dan apa yang ia miliki di
dalam dirinya. Banyak orang yang
memberikan perhatian terhadap image/
citra yang ia tampilkan kepada orang
lain. Dengan cara yang sama, orang
tersebut juga memperhatikan citraan
yang mereka tampilkan melalui
perilaku kepada public (Jap, 2013)
Jika presentasi diri ini dibawa
dalam kehidupan virtual, dalam hal ini
di World Wide Web, maka terbentuk
sebuah identitas virtual (Virtual
Identity). Identitas virtual yang
terbentuk bisa sangat bervariatif.
Bahkan, format teknologi Web 2.0 dan
kemajuan media baru membuat
identitas virtual merupakan sebuah
proses yang terus menerus selayaknya
proses yang terjadi di dunia nyata
(Lister dkk, 2009:269).
Identitas juga menjadi salah
satu fokus dari Haraway (1991)
mengenai perpaduan antara manusia
dengan teknologi yang tergambarkan
dalam cyborg. Selain itu, identitas juga
bisa dilihat dari sisi mengkonstrusi
kembali identitas diri maupun
komunitas (Turkle, 1997). Presentasi
diri yang terjadi di dalam new media
akan berbeda-beda berdasarkan jenis
mediumnya. Jika medium tersebut
adalah homepage pribadi, maka
presentasi diri akan terjadi lebih
konstan dan tetap. Hal disebabkan
frekuensi untuk melakukan perubahan-
perubahan di dalam medium tersebut
tidak terlalu tinggi. Kondisi yang
berbeda muncul ketika mediumnya.


Interpersonal Relationship
Komunikasi adalah salah satu
interaksi yang selalu dilakukan oleh
manusia sebagai mahluk sosial.
Komunikasi dapat terjadi dimana-
mana dan kapan saja, misal dirumah
ketika para anggota keluarga sedang
berkumpul atau di kampus pada saat
para mahasiswa sedang berdiskusi.
Komunikasi menyentuh segala aspek
dari kehidupan manusia. Komunikasi
juga sekaligus menentukan kualitas
dari hidup kita.
Hubungan interpersonal adalah
proses interaksi antara individu dengan
individu lain dengan cara
berkomunikasi. Menurut Joseph De
Vito, Komunikasi antar pribadi
(Interpersonal Communication) dapat
diartikan is the communication that
takes place between two person who
have an established relationships (De
Vito, 2004: 4). Komunikasi ini
merupakan suatu proses pengiriman
dan penerimaan pesan diantara dua
orang atau bisa lebih dengan
mengamati adanya berbagai efek yang
timbul dan adanya umpan balik setelah
informasi diberikan.
Komunikasi antar pribadi dinilai
paling ampuh dibanding bentuk-
bentuk komunikasi lainnya.
Komunikasi antar pribadi ini
dapat mengubah sikap atau perilaku
komunikan. Hal ini dikarenakan pada
umumnya komunikasi ini berlangsung
dengan cara tatap muka, dimana selain
dapat mengetahui gerak-gerik dari
komunikan juga dapat memperoleh
feed back secara langsung pula.
Komunikasi interpersonal ini sangat
berguna digunakan untuk mengubah
sikap dan kepercayaan serta opini dari
orang yang dijadikan komunikan.

Konsep Gender
Gender adalah pembagian peran,
kedudukan, dan tugas antara laki-laki
dan perempuan yang ditetapkan oleh
masyarakat berdasarkan sifat
perempuan dan sifat laki-laki yang
dianggap pantas menurut norma-
norma, adat istiadat kepercayaan atau
kebiasaan masyarakat. (Djohani, 1996,
h.7). Gender adalah konsep yang
mengacu pada peran-peran dan
tanggung jawab laki-laki dan
perempuan yang terjadi akbiat dari dan
dapat berubah oleh keadaan sosial dan
budaya masyarakat. Sedangkan
menurut Sri Sundari Sasongko gender
adalah perbedaan peran, fungsi dan
tanggung jawab laki-laki dan
perempuan yang merupakan hasil dari
konstruksi sosial dan dapat berubah
sesuai dengan perkembangan zaman
(Sasongko,2007:6)
Dalam buku Baron & Byrne
(2003) istilah jenis kelamin dan gender
sering kali digunakan bergantian
(Gilbert, 1999), tetapi kita akan
mengadopsi istilah dari banyak bidang
(contoh, Beckwith, 1994), yang
membedakan keduanya dengan cara
berikut. Jenis kelamin (sex) di
definisikan sebagai istilah biologis
berdasarkan perbedaan anatomi fisik
antara laki-laki dan perempuan.
Gender merujuk pada segala sesuatu
yang berhubungan dengan jenis
kelamin individu termasuk peran,
tingkah laku, kecenderungan dan
atribut lainnya yang mendefinisikan
arti menjadi seorang laki-laki atau
perempuan dengan kebudayaan yang
ada. Dari beberapa pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa gender
merupakan pembagian peran dan
tanggung jawab antara laki-laki dan
perempuan yang dikonstruksi oleh
lingkungannya, namun gender ini
dapat berubah sesuai dengan tempat
dan waktunya.
Secara umum lahirnya gender
membuat adanya perbedaan peran,
tanggung jawab, fungsi dan ruang
antara laki-laki dan perempuan
dimasyarakat. Gender dijadikan
parameter dalam pengindetifikasian
peran laki-laki dan perempuan, hal ini
membuat seringkali masyarakat lupa
bahwa sebenarnya gender sifatnya
tidak bersifat permanen dan dapat
berubah seiring waktu berjalan. Secara
sederhana perbedaan telah melahirkan
perbedaan peran, fungsi dan tanggung
jawab.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif deskriptif. Penelitian
kualitatif menjaga dan mempertahan-
kan bentuk dan isi dari interaksi
manusia. Riset kualitatif bertujuan
untuk menjelaskan fenomena dengan
sedalam-dalamnya melalui
pengumpulan data sedalam-dalamnya.
Riset ini tidak mengutamakan
besarnya populasi, atau sampling-nya
sangat terbatas. Data yang terkumpul
sudah mendalam dan bisa menjelaskan
fenomena yang diteliti, maka tidak
perlu mencari sampling lainnya. Di
sini yang lebih ditekankan adalah
persoalan kedalaman (kualitas) data
bukan banyaknya (kuantitas) data
(Kriyantono, 2007:48).
Analisis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif.
Dengan analisis deskriptif penelitian
ini mengamati adanya self presentation
yang ditunjukkan oleh laki-laki dan
perempuan, dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah pasangan suami
istri dalam menampilkan dirinya
melalui profile picture di jejaring
sosial facebook. Dengan penelitian
deskriptif diperoleh informasi yang
mendalam dari masing-masing
informan.
Penetian ini berfokus pada: (1)
Bagaimana front stage yang dibuat
seseorang di dunia maya, lebih
khususnya pada pasangan suami istri
dalam menampilkan dirinya melalui
profile picture jejaring sosial facebook.
Penelitian ini juga mengacu pada back
stage karena front stage dan back
stage tidak dapat dipisahkan. Sehingga
perlu juga diketahui apa saja yang
terjadi pada back stage meski tidak
diungkap terlalu dalam di penelitian
ini. (2) Dalam front stage masih
terbagi lagi dalam appearance
(tampilan) dan manner (gaya),
penelitian ini menggunakan sosial
media sehingga hanya memfokuskan
pada appearance (tampilan) yang
ditampilkan oleh pasangan suami istri
tersebut di jejaring sosial facebook. (3)
Perbedaan yang ada pada suami istri
dalam menampilkan profile picture di
jejaring sosial facebook. (4) Tidak
mengkaji about (identitas atau
informasi mengenai pengguna), photo
cover, status, comment dan lain-lain.
Informan disini akan memberikan
informasi yang dibutuhkan selama
proses penelitan. Pemilihan informan
untuk penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling dimana
teknik ini mencakup orang-orang yang
diseleksi atas dasar kriteria-kriteria
tertentu yang dibuat periset
berdasarkan tujuan riset (Kriyantono,
2010:158).
Terdapat dua sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu
data primer yang didapat melalui
dokumenter yaitu dokumen-dokumen
yang diperoleh dari lapangan, dalam
penelitian ini data primer berupa
gambar atau foto dari informan yang
dijadikan profile picture di akun
jejering sosial facebook yang mereka
miliki. Dan data sekunder yang dalam
penelitian ini diperoleh dari
wawancara mendalam yang dilakukan
pada informan yang sudah ditentukan
dengan kriteria-kriteria tertentu.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara
mendalam kepada masing-masing
informan dan dokumentasi yang
berupa profile picture para informan.
Analisis data dibagi menjadi
tiga tahapan yaitu reduksi data,
penyajian data dan penarikan
kesimpulan Miles dan Hubermas
(dalam Sugiono, 2012). Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan
metode triangulasi sumber yaitu
menguji kredibilitas data dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh
melalui sumber yang berbeda. Data
yang telah diperoleh kemudian akan
dibandingkan dengan data lain dengan
sumber yang berbeda. Analisis
triangulasi sumber ini digunakan untuk
memperoleh kesimpulan secara
mendalam atas jawaban yang
diberikan oleh masing-masing
informan sehingga nantinya akan
diketahui bagaimana suami istri
tersebut menampilkan dirinya di
jejaring sosial facebook.
Hasil dan Pembahasan
Konsep dramaturgis
mengamati konteks perilaku individu
dalam mencapai tujuan untuk dapat
memerankan peran yang ia miliki.
Permainan peran tentang bagaimana
seorang individu berusaha
menampilkan sisi terbaik dari dirinya
yang nantinya dapat dilihat oleh orang
lain. Individu ini kemudian
menciptakan komunikasi dan kondisi
dimana kemudian hal ini menimbulkan
makna-makna yang mereka kelola.
Wawancara yang telah
dilakukan kepada masing-masing
pasangan suami istri menghasilkan
berbagai macam bentuk dan cara yang
dilakukan oleh individu-individu
tersebut dalam menampilkan dirinya.
Sama halnya dengan pemaknaan dan
kesadaran diri dalam mengelola kesan
meraka di jejaring sosial facebook,
terdapat dua cara yang mereka pilih
tentang bagaimana mereka
menampilkan dirinya. Pertama,
mereka yang memilih untuk tidak
menampilkan diri terbaik yang mereka
miliki. Cara ini mereka pilih karena
mereka lebih mementingkan
kehidupan di keseharian mereka
daripada di jejaring sosial facebook.
Cara yang kedua adalah
menampilkan sisi diri terbaik dan
mengelolanya agar mendapatkan kesan
yang mereka inginkan. Apa yang
mereka kelola, tampilkan dan
sampaikan di profile picture jejaring
sosial facebook telah melalui proses
seleksi pribadi dari individu-individu
agar mendapatkan respon yang
diinginkan. Kelompok informan yang
memilih untuk menampilkan diri
seperti ini memiliki kecenderungan
untuk menampilkan peningkatan akan
presentasi dirinya. Seperti salah satu
informan yang pendapatnya mewakili
informan lainnya yaitu Ayu, ia
memiliki keinginan agar orang lain
dapat mengetahui status sosialnnya
yang telah berubah. Awalnya ia hanya
seorang wanita lajang sekarang ia telah
menjadi istri dari seorang lelaki. Hal
ini merupakan salah satu bentuk
peningkatan presentasi menurut Ayu.
Lebih jelasnya lagi hasil yang
didapat dari wawancara yang telah
dilakukan adalah 1 dari 3 orang
informan wanita memilih untuk tidak
menandai momen bahagia pernikahan
mereka dengan menjadikannya profile
picture dan 2 orang lainnya
beranggapan bahwa menampilkan diri
mereka sebagai seorang istri perlu
dilakukan, salah satunya menampilkan
diri melalui profile picture. Sehingga
dapat dinilai bahwa wanita cenderung
ingin menunjukkan status mereka yang
telah berubah dengan berlangsungnya
pernikahan mereka.
Dramaturgi melihat kehidupan
sebagai layaknya pertunjukan teater
(Goffman, 1959). Penelitian ini
melihat profile picture sebagai
panggung depan atau front stage di
jejaring sosial facebook. Dimana
setiap orang atau audiens dapat
melihat front stage ini secara langsung
dan jika mau juga langsung dapat
memberikan penilaian kepada individu
yang dituju setelah melihat profile
picturenya. Informan wanita yang
memilih untuk menampilkan dirinya
sebagai seorang wanita yang sudah
bersuami telah memenuhi bagian dari
front stage yang diungkapkan oleh
teori dramaturgi.
Setting merupakan atribut-
atribut yang menunjang peran. Setting
dalam teater juga dapat dikenal
sebagai suasana panggung yang
mampu membangun suasana untuk
sang actor (Mulyana, 2008, h.39).
Setting panggung dalam penelitian ini
adalah jejaring sosial facebook. Selain
setting, terdapat pula personal front
yang merujuk pada hal-hal yang terkait
oleh penampilan yang ingin
ditampilkan ke hadapan audiens
(Mulyana, 2010). Misalnya saja
informan wanita yaitu Vizca yang
ingin dilihat sebagai wanita yang
menikah menampilkan dirinya melalui
profile picture dengan menggunakan
atribut baju pengantin. Baju pengantin
disini merupakan perangkat ekspresif
yang sangat membantu untuk
membuat audiens untuk
mengidentifikasi Vizca sebagai wanita
yang telah menikah.
Bagi Beta, informan wanita
yang memilih untuk tidak
menunjukkan dirinya sebagai wanita
yang telah menikah sebenarnya
memiliki kesempatan yang sama untuk
menampilkan dirinya. Hanya saja
kesempatan itu tidak ia gunakan,
karena ia tidak ingin kehidupan
pribadinya diketahui oleh teman-
temannya di jejaring sosial facebook.
Self presentation yang ia tampilkan
tidak maksimal, dengan berbagai
pendapat yang ia ungkapkan
menghasilkan profile picture yang ia
pilih tidak menampilkan dirinya yang
telah memiliki seorang suami. Setting
dan personal front yang ia tampilkan
melalui profile picturenya pun
menyulitkan pengguna facebook
lainnya untuk mengidentifikasi status
dari Beta.
Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa kecenderungan
seorang wanita adalah menampilkan
dirinya sebagai wanita yang memiliki
pasangan atau suami. Hal ini mereka
pilih untuk mengurangi
kesalahpahaman akan status mereka,
selain itu mereka mengaku lebih
nyaman jika memberitahukan
statusnya kepada orang lain melalui
profile picturenya. Setiap informan
memiliki panggung sendiri-sendiri
untuk menampilkan dirinya dan
mereka memiliki kesempatan yang
sama untuk mengelola kesan dirinya
sebaik mungkin dihadapan orang lain.
Berbeda dengan hasil yang
diperoleh dari informan laki-laki, 2
dari 1 orang informan laki-laki ini
menganggap profile picture ini
bukanlah salah satu hal yang penting
untuk dipikirkan dalam menampilkan
diri mereka sebagai laki-laki yang
telah menikah. Pengungkapan
informasi diri dapat dilakukan secara
tidak sadar dan seseorang biasanya
hanya mengungkapkan sedikit
informasi mengenai dirinya kepada
orang lain di jejaring sosial. Tidak
semua hal yang ada pada dirinya ia
ungkap atau ia tuangkan dalam
jejaring sosial facebook ini.
Tiga dari informan laki-laki ini
menganggap kehidupan sosial di dunia
nyata lebih penting daripada
kehidupannya di dunia maya yaitu
dijejaring sosial facebook. Mereka
lebih menghargai komunikasi dan
interaksi secara langsung daripada
interaksi melalui jejaring sosial. Hal
ini yang mendasari bagaimana mereka
memilih menampilkan dirinya
dijejaring sosial facebook.
Konsep Goffman (1959) yang
lain mengenai dramaturgi adalah
bagaimana usaha individu berusaha
menampilkan atau melakukan
pertukaran informasi mengenai sisi
terbaik dirinya. Usaha ini menurut
kelompok informan laki-laki yang
tidak menampilkan dirinya yang telah
menikah adalah telah terpenuhinya
informasi mengenai dirinya yang telah
menikah. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan foto-foto yang diunggah atau
ditag ke mereka telah cukup
menjelaskan status mereka. Fitur about
yang didalamnya terdapat status
hubungan married with juga sudah
mendukung mengenai status mereka
yang sudah menikah.
Hal-hal itulah yang membuat
kelompok laki-laki yang tidak
menunjukkan status dirinya yang
sudah menikah merasa cukup
menunjukkan statusnya, sehingga
mereka merasa tidak perlu
menunjukkan statusnya yang telah
memiliki istri. Teori dramaturgi juga
menjelaskan bahwa identitas individu
itu cenderung tidak stabil dan bisa saja
berubah-ubah tergantung dengan siapa
individu itu berinteraksi. Tidak
menutup kemungkinan hal ini bisa
terjadi pada kelompok informan laki-
laki ini.
Sedangkan pada laki-laki yang
memilih menampilkan dirinya sebagai
seorang suami di jejaring sosial
facebook, mengelola kesan dirinya
sebaik mungkin agar kesan yang ia
inginkan dapat tersampaikan dengan
baik kepada audiens. Sama halnya
dengan informan wanita dalam
menyampaikan kesan dirinya,
informan laki-laki ini menggunakan
foto dengan baju pengantin yang
dipilih sebagai profile picture. Setting
dan personal front yang ia tampilkan
melalui profile picturenya ia kelola
sedemikian rupa hingga orang lain
yang melihat akun facebooknya dapat
langsung mengidentifikasinya.
Dramaturgi menurut Goffman
(1959) memahami bahwa dalam
komunikasi dan interaksi antar
individu terdapat kesepakatan yaitu
sebuah perilaku yang disetujui oleh
informan dan teman-teman pengguna
facebook yang bertindak sebagai
audiens. kesepakatan ini adalah
sebuah perilaku yang menyetujui
adanya nilai dan kesan dari seorang
individu yang merupakan hasil akhir
dari tujuan pengelolaan diri. Bermain
peran juga merupakan salah satu cara
yang dapat mengacu tercapainya
kesepakatan tersebut.
Sebagai contoh misalnya pada
informan laki-laki Indra, ia adalah
salah satu informan yang
menampilkan dirinya sebagai seorang
yang telah menikah. Ia bermain
sebagai seorang suami, kemudian ia
menampilkan dirinya di profile picture
dengan menggunakan foto yang
menggunakan baju pengantin. Teman-
teman pengguna facebook yang
melihat profile picturenya secara tidak
langsung pasti dapat langsung
mengetahui bahw ia adalah laki-laki
yang sudah menikah. Penilaian yang
diberikan oleh pengguna facebook
yang lain ini yang disebut dengan
kesepakatan.
Dengan lebih banyaknya
informan laki-laki yang menampilkan
dirinya bukan sebagai seorang laki-
laki yang sudah menikah, hal ini dapat
dinilai bahwa informan laki-laki
cenderung tidak begitu peduli pada
bagaimana menampilkan diri mereka
terutama pada perubahan status
mereka yang telah menikah. Mereka
lebih nyaman menampilkan diri
mereka tanpa embel-embel suami.
Sehingga didapatkan kesimpulan
bahwa perbedaan yang ada antara
informan laki-laki dan informan
wanita yang dilihat melalui profile
picture adalah informan wanita
memiliki kecenderungan untuk
menampilkan statusnya sebagai
seorang yang sudah menikah dan
informan laki-laki tidak.
Kesimpulan
1. Wanita cenderung ingin
menunjukkan status mereka yang telah
berubah setelah berlangsungnya
pernikahan mereka. Mereka tampilkan
itu melalui profile picture di akun
jejaring sosial facebook mereka.
Namun temuan dalam penelitian ini
menghasilkan bahwa tidak semua
orang ingin menunjukkan status
mereka. Sehingga menampilkan
dirinya seorang diri. Untuk itu istri
memiliki dua pola dalam menampilkan
dirinya di profile picture facebook.
yaitu secara individual dan bersama
pasangan.
2. Pria cenderung tidak begitu peduli
pada bagaimana menampilkan diri
mereka terutama pada perubahan
status mereka yang telah menikah. Pria
merasa cukup menampilkan diri
mereka yang sudah menikah dengan
foto-foto yang diunggah atau di tag
dan fitur about yang didalamnya
terdapat status hubungan married
with juga sudah mendukung
mengenai status mereka yang sudah
menikah. Sehingga mereka tidak
masalah jika menggunakan profile
picture individual maupun dengan
komunitasnya. Namun temuan lainnya
juga menghasilkan bahwa pria juga
ingin menunjukkan status
pernikahannya dengan menggunakan
profile picture bersama pasangan.
Untuk itu dapat disimpulkan disini pria
memiliki tiga pola dalam
menampilkan dirinya, yaitu individu,
bersama komunitas dan bersama
pasangan.
Daftar Pustaka
Buku :
Baron, Robert & Donn Byrne.
Psikologi sosial edisi. 2003.
Erlangga. Jakarta
Goffman, Erving. 1959. The
Presentation of Self in
Everyday Life. New York.
Double Day
LittleJohn, Stephen W. 2006. Theories
of Human Communicaction.
Fifth Edition. California.
Belmont: Wads Worth
LittleJohn, Stephen & Karen A Foss.
2009. Theories of Human
Communicaction. Ninth
Edition.
Kriyantono. Rachmat, Teknik dan
Riset Komunikasi. 2010.
Kencana Prenada Media Grup.
Jakarta
Moleong, L.J, 2009. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung. Remaja
Rosdakarya
Sugiono, 2012. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung. Alfabeta
Mulyana, D. 2010. Metode Penelitian
Komunikasi: paradigm baru
ilmu komunikasi dan ilmu
sosial lainnya. Bandung.
Remaja Rosdakarya
Djohani dkk. 1996. Buku Acuan
Penerapan PRA Berbuat
Bersama Berperan Setara.
Studio Driya Media. Bandung.
Fakhrurroja, H. dan Munandar, A.
(2009).Twitter ngoceh dapet
duit. Yogyakarta: Jogja
GreatPublisher.
DeVito, Joseph H. 2001. Interpersonal
Communication Book. Ninth
Edition, Person Education Inc.
New York
Hofstetter, Fred T. 2001. Multimedia
Literacy Third Edition, New
York : McGraw-Hill.
Grant, August E & Foust, Jim. 2008
edisi kesebelas. The Internet &
The World Wide Web dalam
(ed) Grant, August E &
Meadows, Jeniffer H.
Communication Technology
Update and Fundamental.
Oxford : Elsevier Inc
Shedletsky, Leonard J & Aitken, Joan
E. 2004. Human
Communication on Internet.
New York,USA : Pearson
Education
Leary, M.R. 1996. Self presentation
Impression Management and
interpersonal behavior.
Boulder.co city: Westwive
press
Skripsi :
Riyanti, Astri, Fenomena Penggunan
Situs Jejaring Sosial Facebook
sebagai Ajang Penampilan
Diri. 2010. Universitas
Diponegoro. Semarang
Yulistin, Relia, Motivasi penggunaan
situs jejaring sosial facebook
pada khalayak dewasa dini
(studi fenomenologi pada
dewasa dini pengguna
facebook). 2010. Universitas
Brawijaya. Malang
Darmayanti, Sandra Dewi. Manajemen
konflik pasangan laki-laki dan
perempuan berstatus pacaran
(Studi pada Pasangan Dewasa
Awal 18-25 tahun di Kota
Malang) 2013. Universitas
Brawijaya. Malang.
Luik, Jandi E. Media Sosial dan
Presentasi Diri. 2013.
Universitas Kristen Petra
Surabaya.
- Jurnal :
Boyd D. M., & Ellison, N. B. (2007)
Social Network Sites:
Definition, History, and
Schoolarship. Journal of
Computer-Mediated
Communication, 13(1), Article
11,
http://jcmc.indiana.edu/vol13/is
sue1/boyd.ellison.html
BKKBN, Konsep dan Teori Gender,
Pusat Pelatihan Gender dan
Peningkatan Kualitas
Perempuan Badan Koordinasi
Keluarga Berencana
Nasional, 2007,
http://www.rudifebriamansya
h.webege.com/index.php?p=1
_9
Ayu, Prista. (2012). Teori Dramaturgi
Erving Goffman. Diakses
pada 20 Juni 2013.
http://pristality.wordpress.co
m/2011/11/29/teori-
dramaturgi-erving-goffman/).
Zao Chen, Gonglue Jiang. (2010).
Cultural Differences on
Visual Self Presentation
through Social Networking
Site Profile Image. Diakses
pada tanggal 26 Juni 2012
http://research.microsoft.com/
enus/um/beijing/groups/hci/p
ubs/1774_chi2011_chenzhao.
pdf
Ono Hiroshi, Zavodny Madeline.
(2003). Gender and Internet..
diakses pada tanggal 26 Juni
2013.
http//www.english.illinois.edu
/-people-
/faculty/debaron/482/482readi
ngs/onogender.pdf
Candra, Puspita A. 2008. Penggunaan
Internet pada Anak-anak
Sekolah Usia 6-12 tahun di
Surabaya. Diakses pada
tanggal 29 Juni 2013
http://journal.unair.ac.id/articl
e_4572_media137_category8.
html
Jap, Olivia. 2013. Self Presentation
Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) melalui
akun twitter. Diakses pada
tanggal 20 Agustus 2014



www.facebook.com
- http://www.facebook.com/ayur
ahmaniyah.mukti?ref=ts&fre
f=ts
- http://www.facebook.com/pras
etyo.putro.940
- http://www.facebook.com/pett
y.karismandani?fref=ts
- http://www.facebook.com/kard
iman.sulaksono
- http://www.facebook.com/beatt
a.rahmat?fref=ts
- http://www.facebook.com/bebe
n.fidianata?fref=ts
- http://www.facebook.com/cool.
cfc/about
- http://www.facebook.com/herli
na.eka?fref=ts
- http://www.facebook.com/muf
arendra?fref=ts
- http://www.facebook.com/vizc
ardine.novic

Anda mungkin juga menyukai