Anda di halaman 1dari 21

ABSTRAK

Internet dan jejaring sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, tidak dapat
dipungkiri jika kedua hal tersebut memberikan manfaat, baik yang positif maupun yang
negatif. Jumlah individu yang menggunakan jejaring sosial juga tidaklah sedikit, bahkan
sudah merajalela di hampir segala tingkat usia, khususnya remaja. Di Indonesia sendiri angka
pengguna facebook mencapai 79 juta jiwa (Noviandari, 2015). Self-esteem adalah bagaimana
individu menilai dirinya sendiri secara keseluruhan, sedangkan narcissism adalah kebutuhan
akan kekaguman dan kepentingan diri yang berlebihan. Tujuan peneliti melakukan penelitian
adalah untuk mengetahui hubungan antara self-esteem dan narcissism terhadap penggunaan
jejaring sosial, yaitu facebook. selain itu juga untuk menggali informasi tentang hubungan
antara self-esteem dengan narcissism dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan oleh
peneliti-peneliti terdahulu.

kata kunci: jejaring sosial, internet, self-esteem, narcissim, facebook.

BABI I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Zaman yang semakin memasuki era globalisasi menyebabkan perkembangan terjadi
dengan pesat, baik perkembangan di bidang ekonomi, sosial-budaya maupun teknologi.
Tidak dapat dihindarkan bahwa perkembangan di berbagai bidang tersebut sangat
membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, seperti di dalam bidang
teknologi, di era globalisasi ini, dapat dipastikan hampir semua orang mengenal dan
menggunakan internet serta jejaring sosial. Jika berbicara tentang jejaring sosial, katakata seperti my space, facebook, twitter, instagram, path, snapchat, line, whatsapp, akan
langsung terlintas di dalam kepala. Beberapa jejaring sosial yang sudah disebutkan tadi
sangat populer di kalangan remaja. Memiliki komunitas di dunia maya membuat individu
dapat berinteraksi dengan orang lain yang memiliki ketertarikan yang sama dan
mengunggah informasi yang berkaitan (Muzi, 2015).
Salah satu jejaring sosial yang paling populer adalah facebook, yang diciptakan
sekitar 12 tahun yang lalu yaitu pada tahun 2004 oleh Mark Zuckerberg. Pengguna aktif
facebook di seluruh dunia mencapai angka 1,59 miliar pada April 2016 (Statista, 2016).
Sedangkan data terkait pengguna aktif facebook di Indonesia mencapai angka 79 juta jiwa
pada tahun 2015 (Noviandri, 2015). Melihat dari fenomena data yang ada, yaitu angka
penggunaan facebook yang cukup tinggi dan kepopuleran facebook sebagai jejaring sosial
membuat peneliti melakukan sebuah penelitian terkait hal tesebut. Fenomena ini tidak
hanya terjadi di negara Indonesia, namun hampir seluruh negara, baik negara maju
maupun negara berkembang. Tidak semua negara memiliki angka penggunaan facebook
yang tinggi, hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, seperti sumber daya manusia,
kebijakan dan peraturan dari negara itu sendiri. Kepopuleran jejaring sosial di arus
globalisasi memang tidak bisa dihindarkan dan memberi dampak, baik yang positif
maupun yang negatif, terhadap para penggunanya. Jejaring sosial mempermudah
komunikasi jarak jauh, menambah relasi di dunia maya, dan sebagai jejaring hiburan dan
penyebaran informasi atau berita yang cepat. Hanya dalam hitungan menit, sebuah berita
besar yang tersebar di jejaring sosial akan dibicarakan oleh seluruh pengguna.
Hal yang paling tampak dari pengguna aktif facebook adalah intensitas orang tersebut
memeriksa akun facebook miliknya, baik melalui gadget maupun laptop, yaitu sebanyak
5 sampai 6 kali dalam sehari. Sedangkan beberapa hal yang membuat facebook diminati
pengguna di Indonesia yaitu, pendaftaran yang gratis dan cara menggunakan yang sangat
mudah, selain itu mereka dapat berbagi momen, informasi ataupun berita dengan temanteman yang ada di facebook, baik melalui status, video, foto dan pesan. Akses facebook
dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja selama tersambung dengan jaringan internet
(Breaktime, 2015). Facebook juga memiliki dampak bagi para penggunanya, baik
dampak positif dan dampak negatif. Sebagian besar dampak positif dari penggunaan
2

facebook yaitu menambah relasi pertemanan bahkan mencapai seluruh dunia, mereka
juga dapat mengetahui informasi atau berita di domisili mereka terkait dengan acara-acara
atau kejadian yang tersebar di halaman facebook. Sedangkan dampak negatifnya seperti
menghabiskan waktu berjam-jam bagi mereka yang sudah kecanduan facebook, banyak
ditemui akun palsu sehingga rentan penipuan dan terkadang berita yang disebar di
facebook mengandung konten yang tidak baik, seperti kekerasan (Hasan, 2015).
Penelitian peneliti yang berjudul Apakah self-esteem dan narcissism mendorong
individu dalam menggunakan facebook berfokus pada hubungan antara self-esteem dan
narcissism terhadap penggunaan facebook. Narcissism atau yang lebih sering disebut
dengan narsisme menjadi salah satu pendorong seseorang dalam menggunakan jejaring
sosial. Narsisme mengacu pada bagaimana seseorang memperhatikan dirinya sendiri
secara berlebihan. Terlepas dari narsisme, manusia memiliki kebutuhan penting untuk
mempertahankan dan bahkan menaikkan sesuatu yang telah ia miliki. Individu akan
berjuang untuk mendapatkan representasi diri yang positif baik di online setting maupun
offline setting. (Mehdizadeh, 2010). Raskin dan Terry (1998) di dalam Maria (2010),
menyebutkan ada 7 faktor yang membentuk narsisme. Ketujuh faktor tersebut adalah
Authority, Self-Sufficiency, Superiority, Exhibitionism, Exploitativeness, Vanity, dan
Entitlemen. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nyimas (2013)
pada mahasiswa, ditemukan beberapa faktor yang mendorong mahasiswa menggunakan
facebook, yaitu kepentingan pengguna media facebook untuk memperoleh informasi,
kepentingan pengguna media facebook untuk kesenangan atau menghabiskan waktu,
kepentingan pengguna media facebook untuk komunikasi yaitu dengan mengirim atau
menerima pesan, dan kepentingan pengguna media facebook untuk transaksi yaitu
dengan membeli produk secara online.
Sedangkan self-esteem atau yang lebih sering disebut dengan harga diri diartikan
sebagai pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri. Salah satu fakta
yang paling meresap adalah bahwa semua manusia memiliki kebutuhan penting untuk
mempertahankan dan meningkatkan diri, sehingga dapat diartikan bahwa individu akan
berusaha untuk presentasi diri yang positif secara online maupun offline. Individu dengan
harga diri yang rendah akan lebih bersemangat untuk terlibat dalam aktivitas online yang
dapat meningkatkan harga diri mereka, sehingga dapat dikatakan bahwa lingkungan
online menyediakan lahan subur untuk individu mengaktualisasikan identitas mereka
(Mehdizadeh, 2010). Aspek yang turut serta mempengaruhi self-esteem yaitu penghargaan
diri dan penghormatan diri oleh seseorang kepada dirinya sendiri (Maria, 2010).
Fenomena yang terjadi ini, membuat peneliti ingin mengetahui hubungan antara selfesteem dan narcissism terhadap penggunaan facebook. Selain itu, peneliti juga telah
menggali data-data atas penelitian-penelitian yang mengukur hal ini yang sudah
dilakukan oleh beberapa peneliti lainnya untuk semakin memperkuat bukti jika selfesteem dan narcissism berpengaruh pada penggunaan facebook. Pada penelitian yang
dilakukan Mehdizadeh (2010), tentang Self-Esteem and Narcissism on Facebook,
mengungkapkan bahwa self-esteem berkorelasi negatif dengan aktivitas di jejaring sosial
3

(facebook), dan narcissim berkorelasi postif dengan aktivitas di jejaring sosial (facebook).
Self-esteem memiliki korelasi negatif dengan waktu yaitu individu yang memiliki tingkat
self-esteem yang tinggi cenderung menghabiskan waktu lebih sedikit untuk jejaring
sosial, sebaliknya, individu dengan tingkat self-esteem yang rendah cenderung lebih
banyak menghabiskan waktu untuk facebook. Sedangkan narcissism memiliki korelasi
positif dengan facebook yaitu bilamana individu terlalu sering menggunakan facebook
maka individu tersebut memiliki tingkat narsisme yang tinggi. Alasannya, semakin aktif
individu menggunakan facebook maka semakin banyak hal yang dilakukan individu
tersebut disana, seperti sering memperbaharui album foto, status, dll.
Penggunaan facebook yang cukup signifikan di kalangan masyarakat, terutama pada
remaja, melibatkan tingkatan self-esteem dan narcissism sebagai pendorong yang
membuat mereka aktif dalam menggunakan jejaring sosial tersebut. Oleh karena itulah,
salah satu alasan peneliti memilih topik penelitian ini adalah permasalahan yang sering
terjadi pada remaja, karena mereka sebagai pengguna tertinggi jejaring sosial jika
dibandingkan dengan rentang usia lain, yaitu sebesar 44% dari total populasi di Indonesia
(Noviandri, 2015). Selain itu, teori yang digunakan pada penelitian tentang faktor yang
mendorong seseorang untuk menggunakan jejaring sosial masih sangat terbatas. Hirarki
Kebutuhan Maslow menjadi teori yang dipilih untuk mengungkap permasalahan ini. Jika
dikatikan dengan hirarki kebutuhan milik Maslow, dapat dilihat bahwa keduanya saling
berkaitan. Millon (2004, dalam Maria, 2010), mengatakan bahwa narsisme berhubungan
dengan tingginya hirarki kebutuhan Maslow, yaitu kebutuhan harga diri (self-esteem) dan
aktualisasi diri. Jadi, jika kebutuhan harga diri dan aktualisasi yang sudah dicapai
seseorang berlebihan, maka kemungkinan besar tingkat narsisme yang dimiliki orang
tersebut tinggi.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan penelitian sebelumnya terletak
pada bahasa, jika penelitian terdahulu menggunakan alat ukur dalam bahasa Inggris,
maka penelitian ini menggunakan alat ukur bahasa Inggris yang sudah diadaptasi atau
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia agar mempermudah subjek dalam memahami
butir-butir dari konstruk yang hendak diukur. Di Indonesia sendiri penelitian terkait
hubungan self-esteem dan narcissism terhadap penggunaan facebook masih jarang
dilakukan, sehingga peneliti kesulitan untuk mencari sumber-sumber acuan.
1.2 Batasan Penelitian
Berdasarkan penjelasan dan penguraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan
diatas, dapat diambil pokok perumusan masalah yang akan dijadikan fokus pembahasan
dalam penyusunan penelitian ini, yaitu, apakah self-esteem dan narcissism yang dimiliki
oleh individu mendorong individu tersebut dalam menggunakan jejaring sosial, dalam
penelitian ini facebook? Selain itu, agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan
semula yang direncanakan, maka diperlukan batasan masalah. Selain itu, pembatasan
masalah berguna untuk membatasi pembahasan yang akan dilakukan hanya pada pokok
permasalahan.
Peneliti mengambil judul Apakah Self-Esteem dan Narcissism
Mendorong Individu dalam Menggunakan Facebook?, sehingga untuk mempermudah
4

dalam mendapatkan data dan informasi yang diperlukan maka peneliti menetapkan
batasan-batasan berikut :
1. Penelitian ini hanya dilakukan di daerah Surabaya, lebih tepatnya di Fakultas
Psikologi Universitas Surabaya.
2. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Psikologi
Universitas Surabaya angkatan 2014 dan 2015.
3. Penelitian ini hanya diperuntunkan bagi mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Psikologi
Universitas Surabaya yang menggunakan facebook.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self-esteem dan
narcissism seseorang terhadap penggunaan jejaring sosial, yaitu facebook. Selain itu juga
untuk menggali informasi tentang self-esteem dan narcissism dari penelitian-penelitian
sebelumnya.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan pemikiran dalam
memperkaya wawasan mengenai konsep self-esteem dan narcissism, beserta teori yang
mendukung. Selain itu juga memperluas wawasan akan fenomena penggunaan jejaring sosial
di kalangan masyarakat, dan diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain yang ingin
meneliti hal yang sama.
1.4.2 Manfaat Praktis
Sedangkan manfaat praktis dari hasil penelitian ini yaitu, diharapkan dapat menjadi
masukan bagi orang tua untuk selalu memperhatikan anak-anaknya terkait dengan
perkembangan dunia sosial media supaya orang tua tetap mewaspadai tingkah laku anakanak. Sehingga pada orang tua dapat mencari cara atau solusi untuk menangani saat
dihadapkan pada keadaan tersebut. Kemudian bagi peneliti, diharapkan dapat menambah
wawasan peneliti mengenai fenomena terkait penggunaan jejaring sosial di kalangan remaja.
Selanjutnya juga untuk dijadikan sebagai acuan dalam bersikap dan berperilaku.

1.5 Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul Apakah Self-Esteem dan Narcissism Mendorong Indivdu


dalam Menggunakan Facebook? termasuk ke dalam penelitian eksplanatif karena penelitian
ini bertujuan untuk menentukan sifat dan hubungan antara satu atau lebih variabel bergantung
dengan satu atau lebih variabel bebas. Selain itu juga untuk menguji hipotesa tertentu dengan
maksud membenarkan atau memperkuat hipotesa tersebut.

BAB II
LANDASAN TEORI
6

2.1 Self-Esteem
2.1.1 Definisi Self-Esteem
Harga diri diartikan sebagai pandangan keseluruhan dari individu
tentang dirinya sendiri. Salah satu fakta yang paling meresap adalah bahwa semua manusia
memiliki kebutuhan penting untuk mempertahankan dan meningkatkan diri, sehingga dapat
diartikan bahwa individu akan berusaha untuk presentasi diri yang positif secara online
maupun offline. Individu dengan harga diri yang rendah akan lebih bersemangat untuk terlibat
dalam aktivitas online yang dapat meningkatkan harga diri mereka, sehingga dapat dikatakan
bahwa lingkungan online menyediakan lahan subur untuk individu mengaktualisasikan
identitas mereka.
Mehdizadeh (2010), mendefinisikan self-esteem sebagai secara keseluruhan individu
menilai dirinya sendiri. Campbell, Rudich dan Sedikides (2002), membagi definisi selfesteem menjadi dua, yaitu high self-esteem dan low self-esteem. High self-esteem berarti
individu mengevaluasi dirinya secara positif, sedangkan individu dengan low self-esteem
memiliki opini yang lebih rendah atas diri mereka sendiri. Kernis (2003), mengungkapkan
self-esteem sebagai bagaimana perasaan individu akan dirinya sendiri, yang mencerminkan
dan mempengaruhi transaksi mereka yang sedang berlangsung dengan lingkungan dan orang
lain yang terlibat di dalamnya. Bednar, Wells & Peterson (1989) dalam Katz (1993),
menunjukkan bahwa self-esteem mencerminkan bagaimana individu memandang dan menilai
dirinya sendiri pada tingkat paling dasar yang bersifat psikologis. Jika dilihat dari beberapa
definisi yang sudah diungkapkan beberapa tokoh, tidak ada perbedaan yang cukup signifikan.
Perbedaan hanya terletak pada definisi menurut Campbell, Rudich dan Sedikides, mereka
membagi self-esteem menjadi dua yaitu, high self-esteem dan low self-esteem. Oleh karena
itulah, definisi mereka menjadi dua, tidak seperti tokoh lain yang menjelaskan self-esteem
sebagai satu variabel saja.
2.1.2 Aspek-Aspek Self-Esteem
Adapun aspek-aspek yang berhubungan dengan Self-Esteem menurut Brown, yakni:
(Santrock, 2003 dalam Hermawati, 2011)
1. Global Self-Esteem, yaitu variabel keseluruhan dalam diri individu dan relatif
menetap dalam berbagai waktu dan situasi.
2. Self-Evaluation, yaitu cara seseorang dalam mengevaluasi variabel dan atribusi yang
terdapat pada diri mereka.
3. Emotion, yaitu keadaan emosi sesaat terutama saat sesuatu muncul sebagai
konsekuensi positif dan negatif.
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Self-Esteem
Monks 2004 (dalam Hermawati, 2011), menyebutkan bahwa terdapat empat faktor yang
mempengaruhi self-esteem seseorang, yakni:
7

1. Lingkungan Keluarga, yang merupakan tempat sosialisasi pertama bagi anak.


Perlakuan adil, pemberian kesempatan untuk aktif dan pendidikan yang bersifat
demokratis mendukung anak memiliki harga diri yang tinggi.
2. Lingkungan Sosial, yang merupakan tempat individu menyadari bahwa dirinya
berharga dengan melihat persahabatan dengan teman sebayanya.
3. Faktor Psikologis, yaitu penerimaan diri akan mengarahkan individu saat mulai
memasuki hidup bermasyarakat.
4. Jenis Kelamin, yaitu menitik beratkan pada perbedaan jenis kelamin mengakibatkan
perbedaan dalam pola berpikir, cara bertindak antara laki-laki dan perempuan.
Self esteem diukur dengan skala harga diri Rosenberg yang digunakan untuk mengukur
peserta. 10 aitem tes diukur diri menggunakan skala Likert 4 titik, mulai dari sangat tidak
setuju hingga sangat setuju. Misalnya aitem termasuk "secara keseluruhan, saya puas dengan
diri saya sendiri" dan "saya mengambil sikap positif terhadap diri sendiri". Reliabilitas asli
skala ini adalah 0,72. Pengukuran ini telah memperoleh konsistensi internal dan reliabilitas
test-retest, serta konvergen dan diskriminan validitas. (Mehdizadeh, 2010).

2.2 Narcissim
2.2.1 Definisi Narcissism
Narcissism atau yang lebih sering disebut dengan narsisme menjadi salah satu
pendorong seseorang aktif dalam menggunakan jejaring sosial. Narsisme mengacu pada
bagaimana seseorang memperhatikan dirinya sendiri secara berlebihan. Terlepas dari
narsisme, manusia memiliki kebutuhan penting untuk mempertahankan dan bahkan
menaikkan sesuatu yang telah ia miliki. Individu akan berjuang untuk mendapatkan
representasi diri yang positif baik di online setting maupun offline setting. (Mehdizadeh,
2010).
Mehdizadeh (2010), mendefinisikan narsisme sebagai kebutuhan akan kekaguman
dan rasa kepentingan diri yang berlebihan. Lowen (1985) di dalam Katz (1993), mengartikan
narsisme sebagai sindrom karakterisasi oleh investasi berlebihan pada gambaran diri
melawan diri yang sejati dan bagaimana saaat salah satu muncul melawan bagaimana yang
lain merasakan. Menurut Emmons (1987) di dalam Katz (1993), narsisme adalah
karakterisasi yang berpusat pada diri sendiri dan egoisme bahkan mengurangi kemauan
individu untuk mengejar sasaran umum sosial serta meningkatkan potensi di dalam konflik
sosial.

2.2.2 Aspek-Aspek Narcissism


Raskin dan Terry (1998) di dalam Maria (2010), menyebutkan ada 7 faktor yang
membentuk narsisme. Ketujuh faktor tersebut adalah:
8

1. Authority, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi dan memimpin orang lain melalui
pikiran, opini dan perilaku.
2. Self-Sufficiency, yaitu kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa
bantuan orang lain, memiliki kepercayaan diri yang tinggi akan kemampuan,
kepandaian, dll.
3. Superiority, yaitu mengacu pada perasaan bahwa dirinya lebih unggul daripada orang
lain.
4. Exhibitionism, yaitu merujuk pada kecenderungan untuk memperlihatkan kemampuan
yang dimiliki atau melakukan sesuatu dengan berbagai cara untuk menarik perhatian.
5. Exploitativeness, yaitu memanfaatkan orang lain untuk keuntungan atau kepentingan
pribadinya.
6. Vanity, yaitu menggambarkan suatu kepedulian yang berlebihan kepada penampilan
fisik dan pandangan positif terhadap penampilan fisik.
7. Entitlement, yaitu keyakinan bahwa dirinya bernilai dan berhak untuk diperlakukan
layak bahkan istimewa oleh orang lain.

2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Narcissism


Faktor yang mempengaruhi narcisism antara lain kecenderungan untuk mengharapkan
perilaku khusus atau perhatian, kurang bisa berempati dengan orang lain, sulit dalam
memberikan kasih sayang, perkembangan yang tidak sehat, gangguan kepribadian, faktor
keturunan dan faktor lingkungan dan pola asuh orang tua, serta peran media massa.
Selain itu faktor yang mempengaruhi narcisism adalah (faktor gender) kecenderungan
narsistik antara laki-laki dan perempuan dan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti
teknologi internet, gaya hidup, budaya massa, perubahan stereotype gender dan
perubahan fungsi foto dalam masyarakat. Faktor-faktor penyebab tersebut juga menjadi
hal yang dapat memengaruhi pola pikir maupun perilaku seseorang, baik di dunia online
(maya) maupun dunia offline (nyata) (Rahmanita, 2014).
Narsisme diukur dengan menggunakan alat ukur bernama Narcissistic Personality
Inventory (NPI), yang terdiri dari 37 aitem pernyataan benar-salah oleh Morf dan
Rhodewalt yang didaptasi dari analisis psikomatrik tentang NPI oleh Emmons. Versi ini
dianggap lebih daripada versi original yang terdiri dari 54 aitem karena hanya terdiri dari
aitem dengan faktor lebih tinggi dari 35 dan mengeleminasi aitem-aitem yang
terduplikasi. (Brown & Zeigler-Hill, 2004)

2.3 Teori
Teori yang mendasari kedua variabel, yaitu self-esteem dan narcissism, sehingga dapat
dijadikan sebagai faktor yang mempengaruhi individu dalam menggunakan facebook adalah
hirarki kebutuhan Abraham Maslow.
9

Gambar 1.1 Hirarki Kebutuhan Maslow

Sumber: http://www.21stcentech.com/wp-content/uploads/2011/10/maslow.jpg

Maslow mengungkapkan ada lima tingkatan kebutuhan hidup manusia, yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, rasa cinta dan dimiliki, harga diri dan aktualisasi diri.
Aktualisasi diri dapat tercapai apabila kebutuhan-kebutuhan dibawahnya sudah terpenuhi.
Individu memiliki motivasi untuk mencapai tujuan dari dirinya dan hal tersebut membuat
hidup individu tersebut menjadi berharga. Ahmad (2007) dalam Katarina (2011), individu
yang memiliki penghargaan diri yang tinggi akan lebih ekspresif dalam dirinya, hal ini
dilakukan untuk memancarkan kepercayaan diri.
Facebook adalah sarana sosial yang membantu orang berkomunikasi lebih efisien
dengan teman-teman, keluarga dan rekan kerja (Caroline, 2011). Facebook juga merupakan
jaringan sosial yang dapat menjadi wadah dimana setiap orang dapat mengenal orang yang
baru dari berbagai belahan di dunia tanpa perlu bertemu dan berkomunikasi secara tatap
muka, dapat berkomunikasi dengan teman lama dan bisa mengetahui informasi up-to-date
dari teman-teman yang menggunakan facebook serta dapat membangun relasi bisnis
(Christin, 2012). Nyimas (2013) mendefinisikan facebook sebagai jejaring sosial populer
gratis yang memungkinkan pengguna terdaftar untuk mengupload foto dan video, membuat
profil, mengirim pesan dan tetap berhubungan dengan kerabat, teman maupun kolega.
Berikut hasil penelitian yang dilakukan oleh Nyimas (2013) pada mahasiswa mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa menggunakan facebook :
1. Kepentingan pengguna media facebook untuk memperoleh informasi.
2. Kepentingan pengguna media facebook untuk kesenangan/menghabiskan waktu

10

3. Kepentingan pengguna media facebook untuk komunikasi yaitu dengan mengirim


atau menerima pesan
4. Kepentingan pengguna media facebook untuk transaksi yaitu dengan membeli produk
secara online.
Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Ashwini N &, Stefan G. H. (2011)
terdapat 2 aspek kebutuhan primer yang mendasari seseorang menggunakan facebook
yaitu kebutuhan memiliki (need to belong) dan kebutuhan untuk presentasi diri (need for
the self presentation).
2.4 Kaitan Self-Esteem dan Narcissism terhadap Penggunaan Facebook
Narsisme adalah kebutuhan akan kekaguman dan rasa kepentingan diri yang berlebihan
(Mehdizadeh, 2010). Mengacu pada penelitian yang peneliti review dari beberapa jurnal
penelitian tentang self-esteem dan narcissism menunjukkan hubungan yang positif dengan
facebook meskipun tidak ada korelasi yang signifikan. Narsisme memiliki korelasi positif
dengan facebook yaitu bilamana individu terlalu sering menggunakan facebook maka
individu tersebut memiliki tingkat narsisme yang tinggi. Alasannya, semakin aktif individu
menggunakan facebook maka semakin banyak hal yang dilakukan individu tersebut disana,
seperti sering memperbaharui album foto, status, dll. Self-esteem memiliki korelasi negatif
dengan waktu yaitu individu yang memiliki tingkat self-esteem yang tinggi cenderung
menghabiskan waktu lebih sedikit untuk jejaring sosial, sebaliknya, individu dengan tingkat
self-esteem yang rendah cenderung lebih banyak menghabiskan waktu untuk facebook. Selain
itu ada beberapa aspek di dalam narcissism yang mampu menjelaskan perilaku seseorang saat
menggunakan facebook, yaitu Authority, Self-Suffieciency, Superiority, Exhibitionism,
Exploitativeness, Vanity, dan Entitlement. Sedangkan aspek pada self-esteem yaitu
penerimaan dan penghormatan terhadap diri sendiri.
Penelitian ini mengambil self-esteem dan narcissism sebagai variabel penelitian. Jika
dikatikan dengan hirarki kebutuhan milik Maslow, dapat dilihat bahwa keduanya saling
r = - 0.458 dan r = - 0.432
berkaitan. Millon
(2004) dalam Maria (2010), mengatakan bahwaFacebook
narsisme berhubungan
Self-Esteem
dengan tingginya hirarki kebutuhan Maslow, yaitu kebutuhan harga diri (self-esteem) dan
aktualisasi diri. Jadi, jika kebutuhan harga diri dan aktualisasi yang sudah dicapai seseorang
Penerimaan
Diri
r=
0.462
dan orang
r = 0.614
berlebihan,
maka kemungkinan
besar tingkat narsisme
yang
dimiliki
tersebut tinggi.
Penghormatan Diri
Narcissism
Authority
Self-Suffieciency
Superiority
Exhibitionism
Exploitativeness
Vanity
Entitlement

11

2.5 Hipotesis
H0: Tidak ada hubungan antara tingkatan self-esteem dan narcissism yang dimiliki
seseorang terhadap penggunaan facebook.
Ha: Ada hubungan antara tingkatan self-esteem dan narcissism yang dimiliki seseorang
terhadap penggunaan facebook.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

12

Menurut tingkat eksplanasinya penelitian ini termasuk penelitian eksplanatif.


Penelitian eksplanatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menerangkan, menguji
hipotesis dari variabel-variabel penelitian. Fokus penelitian ini adalah analisis hubunganhubungan antara variabel (Singarimbun, 1981). Perencanaan sangat diperlukan di dalam
penelitian eksplanatif agar uraian tersebut benar-benar sudah mencakup seluruh persoalan
dalam setiap fasenya. Perumusan persoalan yang tepat akan menunjukkan informasi
macam apa yang sebenarnya diperlukan. Dengan metode eksplanatif, penelitian
digunakan dengan jenis penelitian sensus. Penelitian sensus merupakan penelitian yang
mengambil satu kelompok populasi sebagai sampel secara keseluruhan dan menggunakan
kuesioner yang terstruktur sebagai alat pengumpulan data yang pokok untuk mendapatkan
infromasi yang spesifik (Usman & Akbar, 2008). Berdasarkan informasi tersebut, maka
penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode survei dengan bantuan
kuesioner, dimana respondennya adalah Mahasiswa Ubaya Fakultas Psikologi Angkatan
2014 dan 2015 yang menggunakan facebook.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi pada penelitian ini adalah mahasiwa dan mahasiswi di Universitas Surabaya
(UBAYA). Sedangkan sampel yang digunakan adalah mahasiswa dan mahasiswi
UBAYA Fakultas Psikologi Angkatan 2014 dan 2015 yang menggunakan facebook.

3.2.1

Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dengan menggunakan teknik


accidental sampling, yaitu didasarkan pada kenyataan bahwa mereka kebetulan muncul.
Jadi, populasi adalah mahasiswa dan mahasiswi UBAYA Fakultas Psikologi Angkatan
2014 dan 2015, maka peneliti mengambil sampel dari mahasiswa dan mahasiswi UBAYA
Fakultas Psikologi Angkatan 2014 dan 2015 yang kebetulan berada di sekitar lingkungan
kampus pada waktu pengambilan data.

3.3 Operasional Variabel Penelitian


3.3.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi fokus peneliti dalam
sebuah penelitian untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
13

tersebut, dan kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini


adalah:
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah self esteem dan narcissism.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keaktifan dalam menggunakan
facebook.

3.3.2

Definisi Operasional

3.3.2.1 Definisi Operasional Self-Esteem


Self-Esteem merupakan evaluasi secara keseluruhan seseorang berupa
penilaian terhadap dirinya sendiri secara psikologis. Evaluasi ini bisa berupa
opini positif dan bisa juga opini yang lebih rendah atas diri mereka sendiri. Aspek
pada self-esteem yaitu penerimaan dan penghormatan terhadap diri sendiri.
Self esteem diukur dengan skala harga diri Rosenberg yang digunakan untuk
mengukur peserta. 10 aitem tes diukur diri menggunakan skala Likert 4 titik,
mulai dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju. Misalnya aitem termasuk
"secara keseluruhan, saya puas dengan diri saya sendiri" dan "saya mengambil
sikap positif terhadap diri sendiri". Reliabilitas asli skala ini adalah 0,72.
Pengukuran ini telah memperoleh konsistensi internal dan reliabilitas test-retest,
serta konvergen dan diskriminan validitas. (Mehdizadeh, 2010).

3.3.2.2 Definisi Operasional Narcissism


Narcissism merupakan kebutuhan akan kekaguman dan rasa kepentingan diri
yang berlebihan. Individu yang memiliki kecintaan yang berlebihan pada diri
sendiri merupakan hal yang kurang wajar. Beberapa aspek di dalam narcissism
yang mampu menjelaskan perilaku seseorang saat menggunakan facebook, yaitu
Authority, Self-Suffieciency, Superiority, Exhibitionism, Exploitativeness, Vanity,
dan Entitlement.
Narsisme diukur dengan menggunakan alat ukur bernama Narcissistic
Personality Inventory (NPI), yang terdiri dari 37 aitem pernyataan benar-salah
oleh Morf dan Rhodewalt yang didaptasi dari analisis psikomatrik tentang NPI
oleh Emmons. Versi ini dianggap lebih daripada versi original yang terdiri dari 54
aitem karena hanya terdiri dari aitem dengan faktor lebih tinggi dari 35 dan
mengeleminasi aitem-aitem yang terduplikasi. (Brown & Zeigler-Hill, 2004)

3.4 Teknik Pengumpulan Data


14

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengn cara
memberikan seperangkat kuesioner dalam bentuk google form berupa pernyataan dan
pertanyaan terbuka yang disebarkan kepada responden agar dijawab.

3.5 Keabsahan dan Keajegan Penelitian


3.5.1 Validitas
Validitas mengacu pada aspek ketepatan dan kecermatan hasil pengukuran. Tipe
validitas dapat digolongkan dalam tiga kategori besar, yaitu validitas isi (contet validity),
validitas konstruk (construct validity), dan validitas tampang (face validity). Validitas isi
adalah ketepatan suatu alat ukur yang dilihat dari sisi isi alat ukur itu sendiri. Validitas
konstruk adalah validitas yang menunjukkan sejauhmana hasil dari sebuah alat ukur
mampu mengungkapkan sebuah trait atau konstruk teoritik yang diukur (Allen & Yenn,
1979, dalam Azwar, 2014). Validitas konstruk dibuktikan dengan cara mengembangkan
konsep mengenai trait yang diukur. Validitas tampang adalah bukti validitas yang
didasarkan pada penilian terhadap penampilan tes dan kesesuaian konstruk aitem dengan
tujuan ukur tes (Azwar, 2014).

3.5.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat
ukur. Konsep dari reliabilitas adalah seberapa baik salah satu stimulus butir atau aitem
sebuah alat ukur menggambarkan alat ukur secara keseluruhan. Dalam aplikasinya,
reliabilitas sebuah alat ukur dinyatakan dengan rxx (koefisien reliabilitas) yang memiliki
rentang antara 0 sampai dengan 1,00. Semakin nilai koefisien reliabilitas mendekai 1,00
maka reliabilitasnya semakin baik. Metode yang digunakan untuk mendapatkan
reliabilitas dari suatu alat ukur adalah koefisien Alpha Cronbach dengan cara
menggunakan bantuan dari software SPPS versi 20.0 for windows.

3.6 Teknik Pengolahan Data


3.6.1 Uji Normalitas
Fungsi uji normalitas yaitu untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal
atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Kolmogrov-Smirnov.
Berdasarkan analisis data dengan bantuan program komputer yaitu SPSS dapat diketahui
15

nilai signifikansi yang menunjukkan normalitas data. Kriteria yang digunakan yaitu data
dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi pada output Kolmogorov-Smirnov test >
dari alpha yang ditentukan yaitu 5 % (0.05).

3.6.2 Uji Homogenitas


Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi
adalah sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis independent
sample t-test dan ANOVA. Asumsi yang mendasari dalam analisis varian (ANOVA)
adalah bahwa varian dari populasi adalah sama. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai
signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih
kelompok data adalah sama sedangkan apabila nilai signifikasi kurang dari 0,05 maka
dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populai data adalah tidak
sama.

3.6.3 Uji Linieritas


Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan
yang linier. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau
regresi linier. Pengujian pada SPSS dengan menggunakan Test for Linearity dengan pada
taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila
signifikansi (p) < 0,05.

3.7 Teknik Analisis Data


Statistik parametrik adalah ilmu statistik yang digunakan untuk data-data yang
memiliki sebaran normal. Apabila data tidak menyebar normal maka metode yang
digunakan yaitu statistik non parametrik. Dalam hal membandingkan mean antara dua
kelompok terpisah atau independen, uji parametrik menggunakan uji t dua sampel (two
samples t-test) sedangkan pada uji non parametrik menggunakan uji jumlah peringkat
Wilcoxon. Dalam membandingkan dua pengukuran kuantitatif pada kelompok sampel
yang sama, uji parametrik menggunakan uji t berpasangan (paired t-test) sedangkan dalam
uji non parametrik menggunakan uji peringkat bertanda Wilcoxon (Wilcoxon signed rank
test).
Kemudian dalam membandingkan mean antara tiga atau lebih kelompok sampel
independen, uji parametrik menggunakan uji anova sedangkan pada uji non parametrik
menggunakan uji H-Kruskal-Wailis, Uji Median dan Uji Johnckheere-Tespstra. Dalam
mengukur derajat hubungan antara dua variabel kauntitatif uji parametrik menggunakan
korelasi Pearson, sedangkan pada uji non parametrik menggunakan korelasi Spearman
dan korelasi Kendall.
16

3.8 Blueprint
3.8.1 Rosenberg Self-Esteem Scale
Alat ukur baku untuk mengukur skala harga diri bernama Rosenberg Self-Esteem
Scale, yang dibuat oleh Morris Rosenberg. Alat ukur ini disebut juga dengan RSE, terdiri atas
10 aitem yang mengukur penghargaan diri secara keseluruhan dengan mengukur perasaan
positif dan negatif seseorang terhadap dirinya sendiri (Rosenberg, 1965 dalam Gray-Little,
tt). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur adaptasi bahasa Indonesia Azwar
(Azwar, 2012 dalam Budianti, 2015).

Hasil Pengujian Alat Ukur Tingkat Self-Esteem


Alat Ukur

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Koefisien

Koefesien

Aitem

Aitem

Aitem

Validitas

Reliabilitas

yang

(CITC)

(Alpha

Keseluruhan yang

Self-Esteem

10

Gugur

Valid

10

Cronbach)
0,415 0,703

0,858

Blueprint Rosenberg Self-Esteem Scale


Jenis Butir

Jumlah

Aspek
Favorable

Unfavorable

Penerimaan Diri

2, 6, 7, 8

9, 10

Penghormatan Diri

1, 4

3, 5

4
Total

10

3.8.2 Narcissistic Personality Inventory


Alat ukur baku untuk mengukur skala narsisme bernama Narcissistic Personality
Inventory (NPI), yang dibuat oleh Robert Raskin dan Howard Terry (Raskin & Terry,
1988). Alat ukur ini disebut juga dengan NPI-40, karena terdiri atas 40 aitem. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur yang sudah digunakan oleh peneliti
terdahulu yaitu Maria Yovita pada tahun 2010, yang terdiri atas 28 aitem.
17

Hasil Pengujian Alat Ukur Tingkat Narsisme


Alat Ukur

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Koefisien

Koefesien

Aitem

Aitem

Aitem

Validitas

Reliabilitas

yang

(CITC)

(Alpha

Keseluruhan yang

Narsisme

Gugur

Valid

28

28

Cronbach)
0,200 0,676

0,894

Blueprint Narcissistic Personality Inventory


Jenis Butir

Jumlah

Aspek
Favorable

Unfavorable

Authority

1, 6, 11, 20, 25

Self-sufficiency

3, 4, 23

Superiority

2, 8, 18, 26

Exhibitionism

9, 14, 19, 24

Exploitativeness

10, 28

Vanity

5, 13, 16, 22, 27

Entitlement

7, 12, 15, 17, 21

Total

28

3.8.3 Penggunaan Facebook

Hasil Pengujian Alat Ukur Penggunaan Facebook


Alat Ukur

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Koefisien

Koefesien

Aitem

Aitem

Aitem

Validitas

Reliabilitas
18

Keseluruhan yang

Narsisme

28

yang

Gugur

Valid

27

(CITC)

(Alpha
Cronbach)

0,231 0,657

0,858

Blueprint Penggunaan Facebook


Jenis Butir

Jumlah

Aspek
Favorable

Bersosialisasi dan

Unfavorable

2, 3, 5, 6, 7, 8, 15, 19, 20

9, 10, 11, 12, 21, 22,

Berinteraksi dengan Teman


Berbagi Informasi

23, 24, 25
Hiburan

26, 27, 28

Mengekspresikan Diri

1, 4, 13, 14, 16, 17, 18

Total

28

PUSTAKA ACUAN

Azwar, S. (2014). Reliabilitas dan validitas (4th ed.). Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Ashwini, N., & Stefan G.H. (2011). Why do people use Facebook. Personality and
Individual
Differences 52 (2012) 243249
19

Budianti, A.K. (2015). Hubungan Antara Keharmonisan Keluarga Dengan Harga Diri Pada
Remaja. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Breaktime. (2015, Desember 6). Mengapa facebook tetap menjadi media sosial paling
populer? Diunduh dari
http://breaktime.co.id/entertainment/tech/mengapa-facebook-tetap-menjadi-mediasosial-paling-populer.html
Brown, R.P., & Ziegler-Hill, V. (2004). Narcissism and the non-equivalence of self-esteem
measures: a matter of dominance? Journal of Research in Personality, 38(2004), 585592. doi: 10.1016/j.jrp.2003.11.002
Campbell. W. K., & Rudich, E. A., & Sedikides, C. (2002). Narcissism, self-esteem, and the
positivity of self-views: Two portraits of self-love. Society for Personality and Social
Psychology, Inc, 28(3), 358-368.
Christin. (2012). Situs Facebook Di Kalangan Mahasiswa. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik.
Gray-Little. B., & Williams, V.S.L., & Hancock, T.D. (tt). Self report measures for love and
compassion research: Self-Esteem. Retrived from
http://fetzer.org/sites/default/files/images/stories/pdf/selfmeasures/Self_Measures_for
_Self-Esteem_ROSENBERG_SELF-ESTEEM.pdf
Gregg, A.P., & Kumashiro, M., & Rudich, E.A., & Rusbult, C., & Sedikides, C. ( 2004). Are
normal narcissists psychologically healthy?: Self-esteem matters. Journal of
Personality and Social Psychology, 87(3), 400-416. doi: 10.1037/0022-3514.87.3.400
Hasan, M. (2015, Agustus 21). The advantages and disadvantages of using facebook.
Diunduh dari http://hubpages.com/technology/The-advantages-and-disadvantages-ofusing-Facebook
Hermawati, N. (2011). Hubungan Antara Self-Esteem Dengan Konformitas Mahasiswa
Psikologi Yang Pernah Mengikuti Organisasi. Undergraduate Thesis, BINUS.
Katarina, A. (2011). Memprediksi kepribadian TIPI (ten item pesonality inventory) melalui
status updates facebook pada remaja akhir. Skripsi. Fakultas Psikologi UBAYA.
Katz, L.G (1993). Distinctions between self-esteem and narcissism: implications for practice.
Office of Educational Research and Improvement, 212(5), 09-23.
Maria, Y. (2010). Facebook dan Narsisme. Skripsi. Fakultas Psikologi UBAYA.
Muzi. (2015, November 6). 5 Situs jejaring sosial terpopuler di dunia saat ini. Diunduh dari
http://www.helozi.com/5-situs-jejaring-sosial-terpopuler-di-dunia-saat-ini/
20

Mehdizadeh, S. (2010). Self-presentation 2.0: narcissism and self-esteem on facebook.


Cyberpsychology, Behavior and Social Networking, 13(4), 357-363. doi:
10.1089=cyber.2009.0257
Noviandri, L. (2015, November 25). Statistik pengguna internet dan media sosial terbaru di
Indonesia. Diunduh dari
https://id.techinasia.com/talk/statistik-pengguna-internet-dan-media-sosial-terbaru-diindonesia
Nyimas. (2013). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Penggunaan Media Facebook.
Ilmu komputer Universitas Bina Darma.
Rahmanita, U. (2014). Perbedaan Kecenderungan Narsistik antara Laki-Laki dan
Perempuan Pengguna Jejaring Sosial Instagram. Skripsi. Universitas Brawijaya.
Raskin, R. & Terry, H. (1988). A Principal-Components Analysis of the Narcissistic
Personality Inventory and Further Evidence of Its Construct Validity. Journal of
Personality and Social Psychology. 54(5), 809-902.
Statista. (2016, April 27). Leading social networks worlwide as of April 2016, ranked by
number of active users. Retrived from
http://www.statista.com/statistics/272014/global-social-networks-ranked-by-numberof-users/

21

Anda mungkin juga menyukai