Internet dan jejaring sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, tidak dapat
dipungkiri jika kedua hal tersebut memberikan manfaat, baik yang positif maupun yang
negatif. Jumlah individu yang menggunakan jejaring sosial juga tidaklah sedikit, bahkan
sudah merajalela di hampir segala tingkat usia, khususnya remaja. Di Indonesia sendiri angka
pengguna facebook mencapai 79 juta jiwa (Noviandari, 2015). Self-esteem adalah bagaimana
individu menilai dirinya sendiri secara keseluruhan, sedangkan narcissism adalah kebutuhan
akan kekaguman dan kepentingan diri yang berlebihan. Tujuan peneliti melakukan penelitian
adalah untuk mengetahui hubungan antara self-esteem dan narcissism terhadap penggunaan
jejaring sosial, yaitu facebook. selain itu juga untuk menggali informasi tentang hubungan
antara self-esteem dengan narcissism dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan oleh
peneliti-peneliti terdahulu.
BABI I
PENDAHULUAN
facebook yaitu menambah relasi pertemanan bahkan mencapai seluruh dunia, mereka
juga dapat mengetahui informasi atau berita di domisili mereka terkait dengan acara-acara
atau kejadian yang tersebar di halaman facebook. Sedangkan dampak negatifnya seperti
menghabiskan waktu berjam-jam bagi mereka yang sudah kecanduan facebook, banyak
ditemui akun palsu sehingga rentan penipuan dan terkadang berita yang disebar di
facebook mengandung konten yang tidak baik, seperti kekerasan (Hasan, 2015).
Penelitian peneliti yang berjudul Apakah self-esteem dan narcissism mendorong
individu dalam menggunakan facebook berfokus pada hubungan antara self-esteem dan
narcissism terhadap penggunaan facebook. Narcissism atau yang lebih sering disebut
dengan narsisme menjadi salah satu pendorong seseorang dalam menggunakan jejaring
sosial. Narsisme mengacu pada bagaimana seseorang memperhatikan dirinya sendiri
secara berlebihan. Terlepas dari narsisme, manusia memiliki kebutuhan penting untuk
mempertahankan dan bahkan menaikkan sesuatu yang telah ia miliki. Individu akan
berjuang untuk mendapatkan representasi diri yang positif baik di online setting maupun
offline setting. (Mehdizadeh, 2010). Raskin dan Terry (1998) di dalam Maria (2010),
menyebutkan ada 7 faktor yang membentuk narsisme. Ketujuh faktor tersebut adalah
Authority, Self-Sufficiency, Superiority, Exhibitionism, Exploitativeness, Vanity, dan
Entitlemen. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nyimas (2013)
pada mahasiswa, ditemukan beberapa faktor yang mendorong mahasiswa menggunakan
facebook, yaitu kepentingan pengguna media facebook untuk memperoleh informasi,
kepentingan pengguna media facebook untuk kesenangan atau menghabiskan waktu,
kepentingan pengguna media facebook untuk komunikasi yaitu dengan mengirim atau
menerima pesan, dan kepentingan pengguna media facebook untuk transaksi yaitu
dengan membeli produk secara online.
Sedangkan self-esteem atau yang lebih sering disebut dengan harga diri diartikan
sebagai pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri. Salah satu fakta
yang paling meresap adalah bahwa semua manusia memiliki kebutuhan penting untuk
mempertahankan dan meningkatkan diri, sehingga dapat diartikan bahwa individu akan
berusaha untuk presentasi diri yang positif secara online maupun offline. Individu dengan
harga diri yang rendah akan lebih bersemangat untuk terlibat dalam aktivitas online yang
dapat meningkatkan harga diri mereka, sehingga dapat dikatakan bahwa lingkungan
online menyediakan lahan subur untuk individu mengaktualisasikan identitas mereka
(Mehdizadeh, 2010). Aspek yang turut serta mempengaruhi self-esteem yaitu penghargaan
diri dan penghormatan diri oleh seseorang kepada dirinya sendiri (Maria, 2010).
Fenomena yang terjadi ini, membuat peneliti ingin mengetahui hubungan antara selfesteem dan narcissism terhadap penggunaan facebook. Selain itu, peneliti juga telah
menggali data-data atas penelitian-penelitian yang mengukur hal ini yang sudah
dilakukan oleh beberapa peneliti lainnya untuk semakin memperkuat bukti jika selfesteem dan narcissism berpengaruh pada penggunaan facebook. Pada penelitian yang
dilakukan Mehdizadeh (2010), tentang Self-Esteem and Narcissism on Facebook,
mengungkapkan bahwa self-esteem berkorelasi negatif dengan aktivitas di jejaring sosial
3
(facebook), dan narcissim berkorelasi postif dengan aktivitas di jejaring sosial (facebook).
Self-esteem memiliki korelasi negatif dengan waktu yaitu individu yang memiliki tingkat
self-esteem yang tinggi cenderung menghabiskan waktu lebih sedikit untuk jejaring
sosial, sebaliknya, individu dengan tingkat self-esteem yang rendah cenderung lebih
banyak menghabiskan waktu untuk facebook. Sedangkan narcissism memiliki korelasi
positif dengan facebook yaitu bilamana individu terlalu sering menggunakan facebook
maka individu tersebut memiliki tingkat narsisme yang tinggi. Alasannya, semakin aktif
individu menggunakan facebook maka semakin banyak hal yang dilakukan individu
tersebut disana, seperti sering memperbaharui album foto, status, dll.
Penggunaan facebook yang cukup signifikan di kalangan masyarakat, terutama pada
remaja, melibatkan tingkatan self-esteem dan narcissism sebagai pendorong yang
membuat mereka aktif dalam menggunakan jejaring sosial tersebut. Oleh karena itulah,
salah satu alasan peneliti memilih topik penelitian ini adalah permasalahan yang sering
terjadi pada remaja, karena mereka sebagai pengguna tertinggi jejaring sosial jika
dibandingkan dengan rentang usia lain, yaitu sebesar 44% dari total populasi di Indonesia
(Noviandri, 2015). Selain itu, teori yang digunakan pada penelitian tentang faktor yang
mendorong seseorang untuk menggunakan jejaring sosial masih sangat terbatas. Hirarki
Kebutuhan Maslow menjadi teori yang dipilih untuk mengungkap permasalahan ini. Jika
dikatikan dengan hirarki kebutuhan milik Maslow, dapat dilihat bahwa keduanya saling
berkaitan. Millon (2004, dalam Maria, 2010), mengatakan bahwa narsisme berhubungan
dengan tingginya hirarki kebutuhan Maslow, yaitu kebutuhan harga diri (self-esteem) dan
aktualisasi diri. Jadi, jika kebutuhan harga diri dan aktualisasi yang sudah dicapai
seseorang berlebihan, maka kemungkinan besar tingkat narsisme yang dimiliki orang
tersebut tinggi.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan penelitian sebelumnya terletak
pada bahasa, jika penelitian terdahulu menggunakan alat ukur dalam bahasa Inggris,
maka penelitian ini menggunakan alat ukur bahasa Inggris yang sudah diadaptasi atau
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia agar mempermudah subjek dalam memahami
butir-butir dari konstruk yang hendak diukur. Di Indonesia sendiri penelitian terkait
hubungan self-esteem dan narcissism terhadap penggunaan facebook masih jarang
dilakukan, sehingga peneliti kesulitan untuk mencari sumber-sumber acuan.
1.2 Batasan Penelitian
Berdasarkan penjelasan dan penguraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan
diatas, dapat diambil pokok perumusan masalah yang akan dijadikan fokus pembahasan
dalam penyusunan penelitian ini, yaitu, apakah self-esteem dan narcissism yang dimiliki
oleh individu mendorong individu tersebut dalam menggunakan jejaring sosial, dalam
penelitian ini facebook? Selain itu, agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan
semula yang direncanakan, maka diperlukan batasan masalah. Selain itu, pembatasan
masalah berguna untuk membatasi pembahasan yang akan dilakukan hanya pada pokok
permasalahan.
Peneliti mengambil judul Apakah Self-Esteem dan Narcissism
Mendorong Individu dalam Menggunakan Facebook?, sehingga untuk mempermudah
4
dalam mendapatkan data dan informasi yang diperlukan maka peneliti menetapkan
batasan-batasan berikut :
1. Penelitian ini hanya dilakukan di daerah Surabaya, lebih tepatnya di Fakultas
Psikologi Universitas Surabaya.
2. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Psikologi
Universitas Surabaya angkatan 2014 dan 2015.
3. Penelitian ini hanya diperuntunkan bagi mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Psikologi
Universitas Surabaya yang menggunakan facebook.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self-esteem dan
narcissism seseorang terhadap penggunaan jejaring sosial, yaitu facebook. Selain itu juga
untuk menggali informasi tentang self-esteem dan narcissism dari penelitian-penelitian
sebelumnya.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan pemikiran dalam
memperkaya wawasan mengenai konsep self-esteem dan narcissism, beserta teori yang
mendukung. Selain itu juga memperluas wawasan akan fenomena penggunaan jejaring sosial
di kalangan masyarakat, dan diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain yang ingin
meneliti hal yang sama.
1.4.2 Manfaat Praktis
Sedangkan manfaat praktis dari hasil penelitian ini yaitu, diharapkan dapat menjadi
masukan bagi orang tua untuk selalu memperhatikan anak-anaknya terkait dengan
perkembangan dunia sosial media supaya orang tua tetap mewaspadai tingkah laku anakanak. Sehingga pada orang tua dapat mencari cara atau solusi untuk menangani saat
dihadapkan pada keadaan tersebut. Kemudian bagi peneliti, diharapkan dapat menambah
wawasan peneliti mengenai fenomena terkait penggunaan jejaring sosial di kalangan remaja.
Selanjutnya juga untuk dijadikan sebagai acuan dalam bersikap dan berperilaku.
BAB II
LANDASAN TEORI
6
2.1 Self-Esteem
2.1.1 Definisi Self-Esteem
Harga diri diartikan sebagai pandangan keseluruhan dari individu
tentang dirinya sendiri. Salah satu fakta yang paling meresap adalah bahwa semua manusia
memiliki kebutuhan penting untuk mempertahankan dan meningkatkan diri, sehingga dapat
diartikan bahwa individu akan berusaha untuk presentasi diri yang positif secara online
maupun offline. Individu dengan harga diri yang rendah akan lebih bersemangat untuk terlibat
dalam aktivitas online yang dapat meningkatkan harga diri mereka, sehingga dapat dikatakan
bahwa lingkungan online menyediakan lahan subur untuk individu mengaktualisasikan
identitas mereka.
Mehdizadeh (2010), mendefinisikan self-esteem sebagai secara keseluruhan individu
menilai dirinya sendiri. Campbell, Rudich dan Sedikides (2002), membagi definisi selfesteem menjadi dua, yaitu high self-esteem dan low self-esteem. High self-esteem berarti
individu mengevaluasi dirinya secara positif, sedangkan individu dengan low self-esteem
memiliki opini yang lebih rendah atas diri mereka sendiri. Kernis (2003), mengungkapkan
self-esteem sebagai bagaimana perasaan individu akan dirinya sendiri, yang mencerminkan
dan mempengaruhi transaksi mereka yang sedang berlangsung dengan lingkungan dan orang
lain yang terlibat di dalamnya. Bednar, Wells & Peterson (1989) dalam Katz (1993),
menunjukkan bahwa self-esteem mencerminkan bagaimana individu memandang dan menilai
dirinya sendiri pada tingkat paling dasar yang bersifat psikologis. Jika dilihat dari beberapa
definisi yang sudah diungkapkan beberapa tokoh, tidak ada perbedaan yang cukup signifikan.
Perbedaan hanya terletak pada definisi menurut Campbell, Rudich dan Sedikides, mereka
membagi self-esteem menjadi dua yaitu, high self-esteem dan low self-esteem. Oleh karena
itulah, definisi mereka menjadi dua, tidak seperti tokoh lain yang menjelaskan self-esteem
sebagai satu variabel saja.
2.1.2 Aspek-Aspek Self-Esteem
Adapun aspek-aspek yang berhubungan dengan Self-Esteem menurut Brown, yakni:
(Santrock, 2003 dalam Hermawati, 2011)
1. Global Self-Esteem, yaitu variabel keseluruhan dalam diri individu dan relatif
menetap dalam berbagai waktu dan situasi.
2. Self-Evaluation, yaitu cara seseorang dalam mengevaluasi variabel dan atribusi yang
terdapat pada diri mereka.
3. Emotion, yaitu keadaan emosi sesaat terutama saat sesuatu muncul sebagai
konsekuensi positif dan negatif.
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Self-Esteem
Monks 2004 (dalam Hermawati, 2011), menyebutkan bahwa terdapat empat faktor yang
mempengaruhi self-esteem seseorang, yakni:
7
2.2 Narcissim
2.2.1 Definisi Narcissism
Narcissism atau yang lebih sering disebut dengan narsisme menjadi salah satu
pendorong seseorang aktif dalam menggunakan jejaring sosial. Narsisme mengacu pada
bagaimana seseorang memperhatikan dirinya sendiri secara berlebihan. Terlepas dari
narsisme, manusia memiliki kebutuhan penting untuk mempertahankan dan bahkan
menaikkan sesuatu yang telah ia miliki. Individu akan berjuang untuk mendapatkan
representasi diri yang positif baik di online setting maupun offline setting. (Mehdizadeh,
2010).
Mehdizadeh (2010), mendefinisikan narsisme sebagai kebutuhan akan kekaguman
dan rasa kepentingan diri yang berlebihan. Lowen (1985) di dalam Katz (1993), mengartikan
narsisme sebagai sindrom karakterisasi oleh investasi berlebihan pada gambaran diri
melawan diri yang sejati dan bagaimana saaat salah satu muncul melawan bagaimana yang
lain merasakan. Menurut Emmons (1987) di dalam Katz (1993), narsisme adalah
karakterisasi yang berpusat pada diri sendiri dan egoisme bahkan mengurangi kemauan
individu untuk mengejar sasaran umum sosial serta meningkatkan potensi di dalam konflik
sosial.
1. Authority, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi dan memimpin orang lain melalui
pikiran, opini dan perilaku.
2. Self-Sufficiency, yaitu kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa
bantuan orang lain, memiliki kepercayaan diri yang tinggi akan kemampuan,
kepandaian, dll.
3. Superiority, yaitu mengacu pada perasaan bahwa dirinya lebih unggul daripada orang
lain.
4. Exhibitionism, yaitu merujuk pada kecenderungan untuk memperlihatkan kemampuan
yang dimiliki atau melakukan sesuatu dengan berbagai cara untuk menarik perhatian.
5. Exploitativeness, yaitu memanfaatkan orang lain untuk keuntungan atau kepentingan
pribadinya.
6. Vanity, yaitu menggambarkan suatu kepedulian yang berlebihan kepada penampilan
fisik dan pandangan positif terhadap penampilan fisik.
7. Entitlement, yaitu keyakinan bahwa dirinya bernilai dan berhak untuk diperlakukan
layak bahkan istimewa oleh orang lain.
2.3 Teori
Teori yang mendasari kedua variabel, yaitu self-esteem dan narcissism, sehingga dapat
dijadikan sebagai faktor yang mempengaruhi individu dalam menggunakan facebook adalah
hirarki kebutuhan Abraham Maslow.
9
Sumber: http://www.21stcentech.com/wp-content/uploads/2011/10/maslow.jpg
Maslow mengungkapkan ada lima tingkatan kebutuhan hidup manusia, yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, rasa cinta dan dimiliki, harga diri dan aktualisasi diri.
Aktualisasi diri dapat tercapai apabila kebutuhan-kebutuhan dibawahnya sudah terpenuhi.
Individu memiliki motivasi untuk mencapai tujuan dari dirinya dan hal tersebut membuat
hidup individu tersebut menjadi berharga. Ahmad (2007) dalam Katarina (2011), individu
yang memiliki penghargaan diri yang tinggi akan lebih ekspresif dalam dirinya, hal ini
dilakukan untuk memancarkan kepercayaan diri.
Facebook adalah sarana sosial yang membantu orang berkomunikasi lebih efisien
dengan teman-teman, keluarga dan rekan kerja (Caroline, 2011). Facebook juga merupakan
jaringan sosial yang dapat menjadi wadah dimana setiap orang dapat mengenal orang yang
baru dari berbagai belahan di dunia tanpa perlu bertemu dan berkomunikasi secara tatap
muka, dapat berkomunikasi dengan teman lama dan bisa mengetahui informasi up-to-date
dari teman-teman yang menggunakan facebook serta dapat membangun relasi bisnis
(Christin, 2012). Nyimas (2013) mendefinisikan facebook sebagai jejaring sosial populer
gratis yang memungkinkan pengguna terdaftar untuk mengupload foto dan video, membuat
profil, mengirim pesan dan tetap berhubungan dengan kerabat, teman maupun kolega.
Berikut hasil penelitian yang dilakukan oleh Nyimas (2013) pada mahasiswa mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa menggunakan facebook :
1. Kepentingan pengguna media facebook untuk memperoleh informasi.
2. Kepentingan pengguna media facebook untuk kesenangan/menghabiskan waktu
10
11
2.5 Hipotesis
H0: Tidak ada hubungan antara tingkatan self-esteem dan narcissism yang dimiliki
seseorang terhadap penggunaan facebook.
Ha: Ada hubungan antara tingkatan self-esteem dan narcissism yang dimiliki seseorang
terhadap penggunaan facebook.
BAB III
METODE PENELITIAN
12
3.2.1
3.3.2
Definisi Operasional
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengn cara
memberikan seperangkat kuesioner dalam bentuk google form berupa pernyataan dan
pertanyaan terbuka yang disebarkan kepada responden agar dijawab.
3.5.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat
ukur. Konsep dari reliabilitas adalah seberapa baik salah satu stimulus butir atau aitem
sebuah alat ukur menggambarkan alat ukur secara keseluruhan. Dalam aplikasinya,
reliabilitas sebuah alat ukur dinyatakan dengan rxx (koefisien reliabilitas) yang memiliki
rentang antara 0 sampai dengan 1,00. Semakin nilai koefisien reliabilitas mendekai 1,00
maka reliabilitasnya semakin baik. Metode yang digunakan untuk mendapatkan
reliabilitas dari suatu alat ukur adalah koefisien Alpha Cronbach dengan cara
menggunakan bantuan dari software SPPS versi 20.0 for windows.
nilai signifikansi yang menunjukkan normalitas data. Kriteria yang digunakan yaitu data
dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi pada output Kolmogorov-Smirnov test >
dari alpha yang ditentukan yaitu 5 % (0.05).
3.8 Blueprint
3.8.1 Rosenberg Self-Esteem Scale
Alat ukur baku untuk mengukur skala harga diri bernama Rosenberg Self-Esteem
Scale, yang dibuat oleh Morris Rosenberg. Alat ukur ini disebut juga dengan RSE, terdiri atas
10 aitem yang mengukur penghargaan diri secara keseluruhan dengan mengukur perasaan
positif dan negatif seseorang terhadap dirinya sendiri (Rosenberg, 1965 dalam Gray-Little,
tt). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur adaptasi bahasa Indonesia Azwar
(Azwar, 2012 dalam Budianti, 2015).
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Koefisien
Koefesien
Aitem
Aitem
Aitem
Validitas
Reliabilitas
yang
(CITC)
(Alpha
Keseluruhan yang
Self-Esteem
10
Gugur
Valid
10
Cronbach)
0,415 0,703
0,858
Jumlah
Aspek
Favorable
Unfavorable
Penerimaan Diri
2, 6, 7, 8
9, 10
Penghormatan Diri
1, 4
3, 5
4
Total
10
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Koefisien
Koefesien
Aitem
Aitem
Aitem
Validitas
Reliabilitas
yang
(CITC)
(Alpha
Keseluruhan yang
Narsisme
Gugur
Valid
28
28
Cronbach)
0,200 0,676
0,894
Jumlah
Aspek
Favorable
Unfavorable
Authority
1, 6, 11, 20, 25
Self-sufficiency
3, 4, 23
Superiority
2, 8, 18, 26
Exhibitionism
9, 14, 19, 24
Exploitativeness
10, 28
Vanity
Entitlement
Total
28
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Koefisien
Koefesien
Aitem
Aitem
Aitem
Validitas
Reliabilitas
18
Keseluruhan yang
Narsisme
28
yang
Gugur
Valid
27
(CITC)
(Alpha
Cronbach)
0,231 0,657
0,858
Jumlah
Aspek
Favorable
Bersosialisasi dan
Unfavorable
2, 3, 5, 6, 7, 8, 15, 19, 20
23, 24, 25
Hiburan
26, 27, 28
Mengekspresikan Diri
Total
28
PUSTAKA ACUAN
Azwar, S. (2014). Reliabilitas dan validitas (4th ed.). Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Ashwini, N., & Stefan G.H. (2011). Why do people use Facebook. Personality and
Individual
Differences 52 (2012) 243249
19
Budianti, A.K. (2015). Hubungan Antara Keharmonisan Keluarga Dengan Harga Diri Pada
Remaja. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Breaktime. (2015, Desember 6). Mengapa facebook tetap menjadi media sosial paling
populer? Diunduh dari
http://breaktime.co.id/entertainment/tech/mengapa-facebook-tetap-menjadi-mediasosial-paling-populer.html
Brown, R.P., & Ziegler-Hill, V. (2004). Narcissism and the non-equivalence of self-esteem
measures: a matter of dominance? Journal of Research in Personality, 38(2004), 585592. doi: 10.1016/j.jrp.2003.11.002
Campbell. W. K., & Rudich, E. A., & Sedikides, C. (2002). Narcissism, self-esteem, and the
positivity of self-views: Two portraits of self-love. Society for Personality and Social
Psychology, Inc, 28(3), 358-368.
Christin. (2012). Situs Facebook Di Kalangan Mahasiswa. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik.
Gray-Little. B., & Williams, V.S.L., & Hancock, T.D. (tt). Self report measures for love and
compassion research: Self-Esteem. Retrived from
http://fetzer.org/sites/default/files/images/stories/pdf/selfmeasures/Self_Measures_for
_Self-Esteem_ROSENBERG_SELF-ESTEEM.pdf
Gregg, A.P., & Kumashiro, M., & Rudich, E.A., & Rusbult, C., & Sedikides, C. ( 2004). Are
normal narcissists psychologically healthy?: Self-esteem matters. Journal of
Personality and Social Psychology, 87(3), 400-416. doi: 10.1037/0022-3514.87.3.400
Hasan, M. (2015, Agustus 21). The advantages and disadvantages of using facebook.
Diunduh dari http://hubpages.com/technology/The-advantages-and-disadvantages-ofusing-Facebook
Hermawati, N. (2011). Hubungan Antara Self-Esteem Dengan Konformitas Mahasiswa
Psikologi Yang Pernah Mengikuti Organisasi. Undergraduate Thesis, BINUS.
Katarina, A. (2011). Memprediksi kepribadian TIPI (ten item pesonality inventory) melalui
status updates facebook pada remaja akhir. Skripsi. Fakultas Psikologi UBAYA.
Katz, L.G (1993). Distinctions between self-esteem and narcissism: implications for practice.
Office of Educational Research and Improvement, 212(5), 09-23.
Maria, Y. (2010). Facebook dan Narsisme. Skripsi. Fakultas Psikologi UBAYA.
Muzi. (2015, November 6). 5 Situs jejaring sosial terpopuler di dunia saat ini. Diunduh dari
http://www.helozi.com/5-situs-jejaring-sosial-terpopuler-di-dunia-saat-ini/
20
21