Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mengakses internet saat ini sudah menjadi rutinitas kebanyakan masyarakat.

Tidak hanya dengan menggunakan komputer atau laptop saja tetapi sekarang dapat

mengaksesnya melalui handphone dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan

oleh sejumlah provider telepon selular. Saat ini masyarakat tidak hanya

menggunakan internet untuk berinteraksi dengan orang lain, namun juga

menggunakannya sebagai sebuah sarana sosialisasi, membentuk hubungan yang

lebih bertahan lama, bahkan dapat berkembang secara nyata di dalam kehidupan

sosial Tancer (dalam Juditha, 2011).

Internet merupakan sesuatu hal yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat

modern di Indonesia. Tentu masyarakat masih mengingat bahwa sebelumnya

teknologi internet hanya digunakan untuk berkirim pesan elektronik melalui email

dan chatting, untuk mencari informasi melalui browsing dan googling, namun saat

ini seiring dengan perkembangannya, internet mampu melahirkan suatu jaringan

baru yang biasa dikenal dengan sebutan media sosial. Sebagaimana yang diketahui,

media sosial merupakan salah satu media online dimana para penggunanya dapat

ikut serta dalam mencari informasi, berkomunikasi, dan menjaring pertemanan,

dengan segala fasilitas dan aplikasi yang dimilikinya seperti Blog, Facebook, dan

Twitter. Kehadiran media sosial telah membawa pengaruh tersendiri terhadap

kegiatan yang dilakukan oleh manusia saat ini (Setyani, 2013)

1
2

Keberadaan situs jejaring sosial ini memudahkan kita untuk berinteraksi

secara mudah dengan orang-orang dari seluruh belahan dunia dengan biaya yang

lebih murah dibandingkan menggunakan telepon selain itu, dengan adanya situs

jejaring sosial, penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat Lin & Atkin (

dalam Juditha, 2010)

Salah satu website yang sukses merebut perhatian banyak orang didunia

adalah facebook. Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang lulusan

Harvard dan mantan murid Ardsley High School diluncurkan pertama kali pada 4

Februari 2004, dan awalnya hanya untuk siswa Harvard College. Dalam dua bulan

selanjutnya, keanggotaannya diperluas di sekolah lain di wilayah Boston (Boston

College, Boston University, MIT, Tufts). Rochester, Stanford, NYU, Northwestern,

dan semua sekolah termasuk dalam Lvy League. Pertumbuhan pemakai facebook di

Indonesia sangat cepat. Facebook dikenalkan di Indonesia pada tahun 2008, sampai

pada quartal ke-2 pada tahun 2009 pengguna facebook di Indonesia mencapai 6 juta

pengguna. Facebook sangat digandrungi oleh berbagai lapisan masyarakat, berbagai

umur dari muda sampai tua dengan berbagai kepentingan (Herdianto, 2011).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti terhadap 100 responden yang

terdiri dari orang remaja mengenai jejaring sosial yang sering digunakan diperoleh

hasil sebagai berikut, sebanyak 25,26% remaja menggunakan facebook, sebanyak

23,96% remaja menggunakan e-mail, sebanyak 17,71% menggunakan jejaring sosial

twitter, sebanyak 8,85% remaja menggunakan instagram, sebanyak 5,99%

menggunakan path, sebanyak 3,91% menggunakan Yahoo Messenger dan 14,32%


3

menggunakan blackberry messenger. Dari sini terlihat bahwa situs jejaring sosial

adalah akun yang paling populer dibanding yang lainya, sehingga apa yang telah

diteliti yaitu FB merupakan situs terbanyak penggunanya dikuatkan juga dalam

penelitian ini. Jenis update-an atau informasi yang diunggah oleh responden dalam

jejaring sosial facebook, diperoleh hasil sebagai berikut: sebanyak 43,40% yang

mengupdate status, sebanyak 21,70% mengupdate foto dan sebanyak 34,90%

mengupdate tentang memberikan atau membagi informasi yang berupa tugas, berita,

dan mengupdate lokasi dimana responden berada. Hal ini sesuai dengan pendapat

David Gurteen berbagi pengetahuan (knowledge sharing) merupakan suatu konsep

yang menggambarkan kondisi interaksi antar orang, bisa dua atau lebih, dalam bentuk

proses komunikasi yang bertujuan untuk peningkatan dan pengembangan diri setiap

anggotanya. King, Fokus utama dari knowledge sharing adalah kemampuan individu

untuk mengeksplisitkan dan mengkomunikasikan pengetahuan yang dimiliki kepada

individu lain maupun organisasi, sehingga knowledge tersebut dapat dimanfaatkan

pula oleh orang lain. Disisi lain, menurut Linsey kegiatan knowledge sharing juga

dapat merangsang individu didalam organisasi untuk dapat berpikir secara kritis dan

kreatif yang pada akhirnya diharapkan dapat menghasilkan pengetahuan baru yang

berguna bagi organisasi (Nurmahmudiyah, 2013)

Dari 204 responden, 124 responden atau 60,8 % yang memiliki akun situs

jejaring sosial lain selain FB antara lain akun Twitter se‐ banyak 107 responden

(52,45%) menyusul Friendster sebanyak 44 responden (21,57%) dan lainnya seperti


4

My space, Orkud, koprol, Saling Sapa, Purlk, Mig33, Youtube, Yahoo,Xm, MSN,

Snaptu dan lainnya. Namun dari beberapa akun situs jejaring sosial yang dimiliki

responden remaja ini, situs jejaring sosial FB‐lah yang paling sering digunakan oleh

mereka yaitu sebanyak 185 responden atau (90,7%) menyusul Twitter sebanyak 16

responden (7,8%). Dari sini terlihat bahwa situs jejaring sosial adalah akun yang

paling populer dibanding yang lainya, sehingga apa yang telah diteliti sebelumnya

yaitu FB merupakan situs terbanyak penggunanya baik di dunia maupun di Indonesia

dikuatkan juga dalam penelitian ini. Kegiatan yang dilakukan selama mengakses FB

adalah yang paling banyak menulis dan membaca komentar orang lain sebanyak 133

responden (65,2%), kemudian mengupdate status sebanyak 126 responden (61,8%),

menyusul membaca informasi di FB orang lain sebanyak 87 responden (42,6%),

bermain game 78 responden (38,2%), mengunggah foto atau video sebanyak 59

responden (28,9%), menulis di dinding (wall) teman 57 responden (27,9%), kegiatan

lainnya yaitu chatting, mencari teman, dan mencari informasi sebanyak 27 responden

(13,2%). Sedangkan menulis di notes merupakan kegiatan yang paling sedikit

dilakukan yaitu sebanyak 16 responden (7,8%) (Juditha, 2011).

Facebook sudah menjadi trend baru di dunia komunikasi visual. Kehadiran

facebook mampu menarik minat jutaan manusia di dunia untuk menggunakan dan

menjadi anggota komunitas fesbuker. Hal ini menunjukkan kecenderungan atau

memperlihatkan fenomena baru bahwa komunikasi berikut proses komunikasinya

menempatkan pada suatu bentuk penyederhanaan proses penyampaian pesan. Model


5

komunikasinyapun, menurut Tinarbuko (2009), facebook menggiring kearah

simplicity, menjadi lebih murah, mudah, dan semua arah. Model ‘komunikasi

terbuka’ yang sekaligus memungkinkan terjadinya promo ide, gagasan, dan

knowledge. Inilah fenomena open society. Image, citra dan ekses lain terbentuk

dengan sendirinya secara luas tak terbatas.

Saat ini pengguna facebook di Indonesia sudah menjadi rutinitas sehari‐hari,

mulai dari pelajar, mahasiswa, guru, dosen, pengusaha, pengacara, politisi, artis,

tokoh‐tokoh dunia dan lain‐lain, dan dari berbagai kelas dan golongan karena

masalah penggunaan internet sudah bukan barang yang mahal. Hal ini disebabkan

hanya dengan beberapa ribu rupiah saja sudah bisa menjelajah ke dunia maya di

warnet‐warnet pinggir jalan sehingga penggunaan facebook merupakan hal yang

biasa seperti penggunaan internet pada umumnya. Sekarang ini Indonesia telah

menjadi “ The Republic of the FB “. Ungkapan ini terinspirasi oleh perkembangan

penggunaan facebook oleh masyarakat Indonesia yang mencapai pertumbuhan

64,5% pada tahun 2008. Prestasi ini menjadikan Indonesia sebagai “ the fastest

growing country on facebook in Southeast Asia“. Bahkan, angka ini mengalahkan

pertumbuhan pengguna facebook di China dan India yang merupakan peringkat

teratas populasi penduduk di dunia (Sahana dalam Juditha, 2011).

Demam facebook menggejala di Indonesia, sebagaimana dilaporkan oleh

Tempo Interaktif 9 Februari 2009, dimulai pada pertengahan tahun 2008. Bahkan

disebutkan juga hingga pertengahan 2007, facebook hampir tidak dilirik pengguna
6

internet. Lonjakan pengguna facebook pada pertengahan 2008 dibuktikan dengan

statistik facebook sebagai situs ranking kelima yang paling banyak diakses di

Indonesia. Indonesia tercatat dalam sepuluh besar negara pemakai situs yang mulai

dibuka untuk umum pada 2009 ini (Wiguna dalam Juditha, 2011). Pertumbuhan

pengguna FB di Indonesia dari tahun ketahun meningkat terus, tahun 2008 adalah

64,5% dengan 831.000 pengguna di akhir tahun, menjadi negara dengan tingkat

pertumbuhan pengguna tertinggi di Asia. Hingga September 2010 data pengguna FB

di Indonesia yang dirilis situs InsideFB.com per 2 September 2010, jumlah pengguna

Indonesia mencapai 27.800.160. Jumlah ini men‐ dudukan Indonesia sebagai

pengguna FB terbanyak ke‐3 di dunia setelah Amerika Serikat dan Inggris dan dari

jumlah ini 53% diantaranya adalah remaja yang berusia dibawah 18 tahun (Juditha,

2011).

Hasil survei yang dilakukan oleh alexa.com tanggal 8 Maret 2011, menunjukan

bahwa Indonesia peringkat empat dunia atau 5.1%, dengan rata-rata usia pengguna

18-24 tahun dalam penggunaan facebook, di seluruh dunia (Nazar, 2011). Monks

(dalam Juditha, 2011), dkk masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak

ke masa dewasa, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu

pematangan fisik, maupun psikologis.

Keistimewaan facebook terletak pada fasilitasnya yang variatif dan cenderung

mudah dipelajari. Facebook muncul dengan segala sesuatu yang belum pernah ada

sebelmunya, lewat berbagai aplikasi yang seru dalam era Web 2.0. Lebih dari
7

sekedar mencari teman dan memasukkannya dalam friendlist, situs ini bias

menawarkan lebih dari itu. Sharing untuk media seperti audio, video, foto, dan

notes, merupakan salah satu wujud kebebasan yang memungkinkan siapa saja dapat

mengunggah apa saja dengan segala risiko yang juga ada. Jaminan keamanannya

bias diatur untuk foto dan profil dalam privacy setting (Juditha, 2011).

Facebook merupakan media komunikasi antar pemilik-pemilik dan pengguna

facebook, perilaku ini berlangsung secara terus-menerus maka terjadilah kolaborasi

antara keduanya. Ketika kolaborasi ini dapat memberikan sesuatu yang sifatnya

saling memberi dan saling menerima antara para pengguna facebook dan

menghasilkan suatu nilai berupa pembangunan pengetahuan (knowledge

construction), maka ketika itu, terjadilah kegiatan knowledge sharing. Knowledge

sharing dari seorang individu dengan sistem informasi atau teknologi informasi,

semakin lama akan dapat memberikan pembaharuan bagi keseluruhan knowledge,

Cohen ( dalam Nazar, 2011).

Knowledge sharing salah satu aspek penting dari knowledge management,

yang menjadi perhatian dari berbagai bidang baik praktisi maupun akademisi. Salah

satu manfaat knowledge sharing adalah untuk mendukung proses pembelajaran yang

memberikan dampak bagi pengembangan kemampuan inovasi melalui penciptaan

knowledge baru. Bagian paling penting dari knowledge sharing adalah bagaimana

mendukung individu dan organisasi untuk melakukan knowledge sharing tentang apa

yang mereka ketahui, Persson (dalam Nazar, 2011).


8

Knowledge sharing didefinisikan sebagai aktivitas mentransfer atau

menyebarkan knowledge (implicit dan tacit knowledge) dari seseorang, grup atau

organisasi ke orang, grup atau organisasi yang lain (Lee dalam Pai 2006). Dalam

suatu grup atau organisasi aktivitas knowledge sharing dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Kwok dan Gao menggunakan pendekatan motivasi membagi faktor yang

mempengaruhi seseorang untuk melakukan knowledge sharing menjadi faktor

motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik mengacu pada motivasi individual

yang timbul dari dalam diri sendiri tanpa pengaruh dari faktor luar sedangkan faktor

motivasi ekstrinsik terbentuk akibat dari budaya, kebijakan atau konsensus yang

dibentuk organisasi atau kelompok. Secara informal, aktivitas knowledge sharing

sangat dipengaruhi oleh faktor motivasi intrinsik. Indonesia merupakan negara yang

mempunyai kultur masyarakat yang cenderung kolektivis. Masyarakat kolektivis

cenderung mempunyai intensitas interaksi secara informal lebih besar daripada

intensitas interaksi secara formal. Interaksi tersebut dapat terjadi di dalam maupun di

luar organisasi (Djazari, 2013)

Prusak menjelaskan bahwa ada beberapa faktor penghambat dalam knowledge

sharing antara individu dan individu, seperti adanya paradigma bahwa knowledge

adalah kekuatan, jika knowledge itu tersebar, maka akan menyebabkan seseorang

kehilangan jaminan pribadinya. Di sisi lain, menurut Wei keterbatasan faktor waktu,

apresiasi rendah ke kontributor knowledge dan beberapa faktor lain. Untuk dapat

mencapai knowledge sharing yang efektif tidaklah mudah (Szulanski, 2003), sulit

bagi individu untuk melakukan aktivitas knowledge sharing selama mereka bekerja
9

kecuali jika mereka menemukan aktivitas berguna dan menguntungkan. Kesulitan

terbesar dari pengaturan knowledge adalah untuk mengubah perilaku dari orang-orang

Ruggles ( dalam Nazar, 2011). Kepribadian adalah karakteristik dinamik dan

terorganisasi dari seorang individu yang mempengaruhi kognisi, motivasi, dan

perilakunya. Kepribadian bersifat unik dan konsisten sehingga dapat digunakan untuk

membedakan antara individu satu dengan lainnya (Greenberg dalam Ramdhani,

2006).

Secara umum telah diketahui bahwa organisasi yang dapat belajar dengan

cepat akan mengalami perkembangan yang lebih baik dibandingkan organisasi yang

lambat dalam belajar. Knowledge sharing adalah suatu proses yang terjadi antara dua

orang, yaitu kontributor knowledge dan penerima knowledge. Proses ini dapat

diperlihatkan sebagai suatu proses pembelajaran. Proses dimulai dengan knowledge

sharing dari kontributor dengan penerima, dan kemudian penerima mempelajari

bagian relevan dari knowledge yang dibagikan. Hasil dari keberhasilan proses

pembelajaran atas knowledge yang baru akan memberikan manfaat kompetitif bagi

suatu organisasi atau individu. Keberhasilan dari pemanfaatan akhir pembagian

knowledge pada konteks diri penerima adalah berasosiasi dengan tingginya

kemampuan penerima apakah dapat menyerap dan menguasai knowledge yang

dibagikan. Jika penerima tidak dapat berhasil mempelajari knowledge yang dibagikan

dan mengasimilasi isi yang berharga dari hal tersebut, berarti knowledge tersebut

kurang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh orang yang

bersangkutan. Oleh karena itu, bagi penerima, pembelajaran dan pemanfaatan


10

knowledge sharing harus dievaluasi untuk keberhasilan dari suatu proses knowledge

sharing yang lengkap (Nazar, 2011).

Penyelenggaraan knowledge sharing dapat dilakukan melalui beberapa

channel yang bertindak sebagai penghubung antara partner dari pembagian dan

memfasilitasi transfer dari knowledge dari sumber ke target. Channel richness dapat

didefinisikan sebagai luasnya media komunikasi yang dipakai sebagai sarana

penghubung dari informasi baik secara verbal maupun non verbal, oleh karena itu

ketersediaan dan channel richness akan mampu menunjang keberhasilan dari

knowledge sharing untuk beberapa tujuan tertentu. Secara umum, channel tidak

hanya berarti beberapa pengaturan fisik, sebagai contoh, telepon, ruang diskusi atau

jaringan komputer, tapi juga berarti koneksi sebenarnya (virtual connections) antara

karyawan dan bahkan suatu knowledge sharing budaya ramah dalam organisasi

(Nazar, 2011).

Banyak dari riset sistem informasi telah dilakukan untuk fokus pada saluran

untuk knowledge sharing karena perjanjian peranan dari teknologi informasi pada

area ini. Secara keseluruhan, semakin banyaknya channel untuk knowledge sharing,

maka hal tersebut makin menyenangkan dan mampu menunjang bagi seorang

individu untuk melakukan perilaku knowledge sharing dan makin memungkinkan

mereka untuk bersikap positif terhadap perilaku sharing tersebut (Nazar, 2011).

Fokus utama dari knowledge sharing adalah kemampuan individu untuk

mengeksplisitkan dan mengkomunikasikan pengetahuan yang dimiliki kepada

individu lain maupun organisasi, sehingga knowledge tersebut dapat dimanfaatkan


11

pula oleh orang lain. Disisi lain, kegiatan knowledge sharing juga dapat merangsang

individu didalam organisasi untuk dapat berpikir secara kritis dan kreatif (Linsey,

dalam Aulawi, dkk), yang pada akhirnya diharapkan dapat menghasilkan

pengetahuan baru yang berguna bagi organisasi. Dalam beberapa kajian sebelumnya

pembahasan mengenai knowledge sharing selalu dikaitan dengan penerapan

knowledge sharing pada sebuah organisasi perusahaan. Dan seiring dengan

berkembangnya teknologi informasi seperti kehadiran facebook kegiatan kegiatan

knowledge sharing tersebut tidak hanya dilakukan secara langsung (face to face)

namun juga bisa melaui facebook (Nurmahmudiyah, 2013).

Semakin meningkatnya partisipasi mahasiswa dalam memanfaatkan media

facebook tentu berhubungan dengan faktor-faktor utama yang mendorong mereka

untuk turut berpartisipasi dan melakukan aktivitas dalam facebook dan melakukan

aktivitas berbagi pengetahuan (knowledge sharing) melalui facebook. Wahlroos

menyebutkan bahwa ada beberapa faktor utama yang dapat mempengaruhi seseorang

untuk menggunakan facebook sebagai media untuk knowledge sharing Diantaranya

yaitu faktor personal, faktor organisasi, dan faktor teknologi. (Wahlroos, dalam

Nurmahmudiyah, 2013)

Walaupun fasilitas internet sudah tersedia dan dengan mudah dapat diakses,

namun tidak semua orang memanfaatkannya. Kenyataan ini telah mendorong para

peneliti untuk mencari apa sebabnya. Menurut pandangan Lewin (dalam Ramdhani,

2009) munculnya perilaku pada diiri seseorang ditentukan oleh dua faktor. Pertama

adalah faktor di dalam dirinya, misalnya sifat kepribadian,kecerdasan, tata-nilai dan


12

kondisi fisik, sedangkan faktor kedua adalah faktor di luar dirinya, yakni segala

sesuatu yang ada di lingkungan seperti peralatan, cuaca, orang-orang disekitarnya.

Sikap merupakan faktor penting, memotivasi orang untuk terlibat dalam

kegiatan knowledge sharing. Bock at all ( dalam Nazar, 2011) mendefinisikan sikap

terhadap knowledge sharing sebagai tingkat perasaan positif seseorang tentang

pengetahuan seseorang berbagi dengan orang lain di tempat kerja. Dengan demikian,

bisa dikatakan bahwa orang yang memiliki sikap positif terhadap knowledge sharing

lebih cenderung berniat untuk berbagi pengetahuan dengan orang lain dalam sebuah

organisasi dan kemudian untuk bertindak atas niat.

Dalam penggunaan jejaring sosial, remaja sebaiknya dapat mengontrol diri

dalam memberikan informasi agar informasi yang diberikan dapat berguna bagi

pengguna jejaring sosial yang lainnya, dan dapat terhindar dari penggunaan jejaring

sosial yang berlebihan. Stimulus dari lingkungan ini yang berupa facebook dapat

membuat individu yang masuk dalam kategori ekstraversi dimudahkan oleh jejaring

sosial. Seperti yang diungkapkan oleh Eyenck (dalam Feist & Feist, 2010) orang

dengan skor tinggi pada ekstraversi cenderung penuh kasih sayang, ceria, senang

berbicara, senang berkumpul, dan menyenangkan sebaliknya, orang yang memiliki

skor ekstraversi yang rendah biasanya tertutup, pendiam, penyendiri, pasif, dan tidak

mempunyai cukup kemampuan untuk mengekspresikan emosi yang kuat.

Keterbukaan terhadap pengalaman membedakan antara orang-orang yang memiliki

keragaman dengan orang-orang yang mempunyai suatu kebutuhan atas akhir yang

sempurna, serta yang tetap merasa nyaman dengan asosiasi mereka terhadap hal-hal
13

dan orang-orang yang tidak asing. Orang-orang yang secara konsisten mencari

pengalaman yang berbeda dan bervariasi akan memiliki skor yang tinggi pada

keterbukaan terhadap pengalaman. Orang-orang yang tinggi keterbukaannya,

biasanya kreatif, imajinatif, penuh rasa penasaran, terbuka, dan lebih memilih variasi.

Sebaliknya, mereka yang rendah keterbukaannya terhadap pengalaman biasanya

konvensional, rendah hati, konservatif, dan tidak terlalu penasaran terhadap sesuatu.

Proses penyampaian suatu pesan yang tergandung dalam informasi dapat

bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan ide, informasi, kepercayaan,

harapan, imbauan, dan sebagai yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik

langsung secara tatap muka maupun tidak langsung dengan cara melalui media,

dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku. Dalam hal tersebut

tersimpul tujuan, yakni memberi tahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat

(opinion) atau perilaku (behaviour) (Herdianto, 2011).

Menurut Jung (dalam Suryabrata, 2010)., orang yang ekstraversi terutama

dipengaruhi oleh dunia objektif, yaitu dunia luar dirinya. Orientasinya terutama

tertuju keluar seperti pikiran, perasaan, serta tindakannyaterutama ditentukan oleh

lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan non-sosial. Dia bersikap

positif terhadap masyarakat, hatinya terbuka, mudah bergaul, hubungan denga orang

lain lancar. Bahaya bagi tipe ekstraversi ini ialah apabila ikatan kepada dunia luar itu

terlampau kuat, sehingga ia tenggelam di dalam dunia objektif, kehilangan dirinya

atau asing terhadap dunia subjektifnya sendiri.


14

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Herdianto (2011) tentang

Mencari Informasi dan Berita Melalui Akses Situs Jejaring Sosial Facebook diperoleh

data 30 remaja atau 34% menjawab sangat setuju dengan media facebook menjadi

media untuk mencari dan mengumpulkan informasi dan berita. Sebanyak 24 remaja

atau 28% menjawab setuju tentang pengguna situs jejaring facebook untuk mencari

dan mengumpulkan berita dan informasi, sedangkan, 12 remaja menjawab tidak

setuju dan 3 remaja menjawab tidak setuju bahwa situs jejaring sosial facebook

menjadi media untuk mencari dan mengumpulkan berita dan informasi. Serta 18

remaja atau 21% menjawab ragu-ragu.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian Herdianto (2011) sebanyak

33 remaja atau 37% menjawab sangat setuju bahwa situs jejaring sosial facebook

dapat dijadikan media untuk mendapatkan informasi ter-update, dan 18 remaja atau

21% menjawab setuju tentang memperoleh informasi ter-update dari situs jejaring

sosial facebook. Namun demikian, 12 remaja manjawab tidak setuju dan 18

responden remaja sangat tidak setuju serta 6 responden remaja yang lainnya

menjawab ragu-ragu. Tanggapan responden remaja untuk bertukar informasi pribadi

melalui jejaring sosial facebook, terdapat 12 responden remaja atau 15% menjawab

sangat setuju, 30 responden remaja atau 34% menjawab tidak setuju, 12 remaja atau

14% menjawab sangat tidak setuju dan 3 responden remaja atau 3% menjawab ragu-

ragu.

Berdasarkan fenomena dan hasil penelitian sebelumnya mengenai kepribadian

ekstraversi dan knowledge sharing yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik
15

rumusan masalah “Apakah ada hubungan antara Kepribadian Ekstraversi dengan

Knowledge Sharing ketika remaja menggunakan situs jejaring sosial Facebook?”

Mengacu dari rumusan masalah tersebut, maka peneliti ingin meneliti lebih

lanjut dengan mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Kepribadian

Ekstraversi dengan Knowledge Sharing pada Remaja Pengguna Facebook”.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Hubungan antara kepribadian ekstraversi dengan knowledge sharing pada remaja

pengguna facebook.

2. Mengetahui sumbangan efektif antara kepribadian ekstraversi dengan knowledge

sharing pada remaja pengguna facebook.

3. Tingkat knowledge sharing pada remaja pengguna facebook.

4. Tingkat kepribadian ekstraversi pada remaja pengguna facebook.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

a. Manfaat Teoritis :

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan baru dalam khasanah ilmu

komunikasi dan ilmu psikologi khususnya, psikologi kepribadian dan psikologi

sosial.
16

b. Manfaat Praktis:

1. Bagi subjek,

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat lebih mengontrol dirinya

agar tidak terlalu sering memposting atau mengupdate status secara berlebihan

dengan mempertimbangkan isi dari status atau informasi yang diunggah

dalam situs tersebut. Subjek dapat memanfaatkan media facebook dengan baik

dan lebih membatasi dalam mengekspresikan diri.

2. Bagi masyarakat

Diharapkan dapat memberikan gambaran individu mengenai pengguna

jejaring sosial serta sebagai bahan pertimbangan dalam mengekspresikan apa

yang dirasakan dalam diri individu melalui jejaring sosial facebook dengan

lebih mengontrol diri individu dan mempertimbangkan keuntungan dan

kerugian bagi diri sendiri maupun pengguna lain.

3. Bagi peneliti selanjutnya.

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian-penelitian

selanjutnya mengenai hubungan antara kepribadian ekstraversi dengan

knowledge sharring pada pengguna facebook dengan mempertimbangkan

variabel-variabel yang berbeda dan jejaring sosial yang lain.

Anda mungkin juga menyukai