Diajukan sebagai tugas mata kuliah Psikologi Siber dengan dosen pengampu Kang Oki
Mardiawan, S. Psi., M.Psi.
Disusun Oleh :
Kelas G
FAKULTAS PSIKOLOGI
2021
1. Bagaimana ruang siber atau ruang online terhadap presentasi diri seseorang
saat berinteraksi di online?
Menurut teori Goffman dalam teorinya disebutkan bahwa disaat seorang
individu online (berada di ruang online), seseorang tersebut bisa memanipulasi
presentasinya, baik itu dilakukan secara individual atau secara berkelompok dengan
orang lain. yang mana ini dilakukan untuk bisa membuat, membentuk dan
menampilkan kesan diri orang lain dengan cara yang menggambarkan dirinya sebagai
orang lain. dalam ruang online juga banyak cara untuk mempresentasikan diri, baik
itu yang ideal, aktual, fiksi ataupun fusi.
Dalam ruang siber terhadap seseorang yang mempresentasikan dirinya saat
berinteraksi online juga lebih memberikan peluang yang cukup luas bagi seseorang
tersebut untuk mengkonstruksi atau memperbaiki dirinya untuk menjadi lebih baik
lagi dibandingkan di dunia offline atau kehidupan nyata
Sumber : Whitty, M. T. & Young G. (2017). Cyberpsychology: The study of
individuals, society and digital technologies. The British Psychological Society and
John Wiley & Sons, Ltd
2. Mengapa proses visual anonymity dan self disembodied di online dapat terjadi?
Berikan contohnya
Anonimitas visual mengacu pada kondisi di mana keberadaan fisik sumber
pesan tidak dapat dideteksi. Dalam CMC, anonimitas visual biasanya mengacu pada
kurangnya representasi visual seseorang, seperti gambar atau klip video ( Barreto &
Ellemers, 2002 ; Lea, Spears, & de Groot, 2001 ; Postmes et al., 2001). Yang mana
artinya kurangnya isyarat visual memungkin kan seseorang untuk mempresentasikan
diri untuk membuat kesan yang lebih baik lagi. Jadi dengan kata lain Visual
Anonymity terjadi karena kurangnya representasi fisik seseorang sehingga membuat
seseorang tersebut membuat kesan yang lebih baik lagi di online.
Contohnya seperti : Seorang yang memakai aolikasi online dating atau tinder yang
mana biasanya banyak yang tidak menampilkan dirinya yang sebenarnya agar bisa
memikat lawan jenisnya
Sumber : Hua Qian, Craig R. Scott, Anonymity and Self-Disclosure on Weblogs,
Journal of Computer-Mediated Communication , Volume 12, Issue 4, 1 July 2007,
Halaman 1428–1451, https://doi.org/10.1111/j. 1083-6101.2007.00380.x
Self Disembodies bisa terjadi karena di online untuk menciptakan dan
menampilkan suatu identitas online tidak bergantung atau dibatasi dengan penampilan
fisik mereka. Dalam dunia online atau maya seorang bisa menjadi ruang yang bebas bagi
seseorang untuk berekspresi, ataupun juga menjadi dirinya sendiri. Dalam dunia virtual
individu dapat bereksperimen untuk menjadi diri yang mereka inginkan di dunia nyata
seperti apa.
Contohnya : Seperti pemain games online yang bisa bebas menggunakan identitas
sesuai yang dia inginkan, akankah ia menjadi perempuan atau laki laku, manusiakah
atau bukan.
Sumber : Whitty, M. T. & Young G. (2017). Cyberpsychology: The study of
individuals, society and digital technologies. The British Psychological Society and
John Wiley & Sons, Ltd
Sumber:
4. Bagaimana proses dan peran eksperimen identitas di online pada remaja dalam
membentuk identitas diri pada remaja?
Perlu untuk diingat, bahwa pada masa remaja, khususnya pada masa awal
remaja, merupakan fase yang sangat krusial bagi remaja untuk membentuk self dan
identitas dirinya. Pada masa remaja ini, mereka dihadapkan dengan krisis identitas.
Maka dari itu, pada masa remaja, mereka akan lebih terdorong untuk melakukan
eksperimen identitas.
Berdasarkan dari suatu penelitian (Kostanski dan Gullone, 1998), dapat dilihat
bahwa terdapat penurunan self-esteem dan persepsi akan physical attractiveness pada
diri remaja di tahap remaja awal. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Valkenburg
dkk. (2005), terlihat bahwa remaja cenderung terdorong untuk menggunakan internet
disaat mereka dihadapkan dengan kesulitan self-presentation dan kesulitan interaksi
sosial. Internet digunakan sebagai cara untuk mempresentasikan diri mereka sebagai
orang yang lebih dewasa. Valkenburg dkk. (2005), menemukan bahwa motivasi
remaja untuk menggunakan internet, yaitu untuk melakukan eksplorasi diri (untuk
melihat bagaimana orang lain akan bereaksi terhadap self dirinya), kompensasi sosial
(untuk mengatasi perasaan malu), dan untuk memfasilitasi kehidupan sosialnya
(memfasilitasi pembentukan hubungan relasi).
Dari penjelasan diatas ini, dapat dilihat bahwa eksperimen identitas secara
online, memiliki peran yang sangat penting terhadap perkembangan identitas remaja.
Eksperimen identitas akan membantu remaja dalam membentuk identitas dirinya.
Disaat remaja dihadapkan dengan berbagai macam masalah yang berkaitan dengan
self dan identitas diri mereka, melakukan eksperimen identitas secara online menjadi
sebuah jalan yang kebanyakan remaja gunakan untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut, seperti krisis identitas, rendahnya self-esteem, kesulitan dalam self-
presentation, dan kesulitan dalam interaksi sosial. Melakukan eksperimen identitas
akan membantu remaja untuk melakukan eksplorasi diri, kompensasi sosial, dan
membantu untuk memfasilitasi kehidupan sosialnya.
Sumber:
Valkenburg, P., Schouten, A., Peter, J. (2005). Adolescents’ Identity Experiments on
the Internet. 7 (3). New Media & Society. 383-398. Diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/258173886_Adolescents'_Identity_E
xperiments_on_the_Internet.
Sumber:
Nawangsih, E. (2020). Internet Sel-Efficacy Dan Psychological Well-Being : Studi
Meta-Analisis. Jl. Taman Sari No 1, Bandung, 40116, Jawa Barat. Jurnal
Psikologi Volume 13 No.2, Desember 2020.
Lang, G. (2012). Think Twice Before You Post: The Impact Of Online Self-
Presentation On The Self-Concept. The City University of New York. A
dissertation submitted to the Graduate Faculty in Business in partial
fulfillment of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy