Anda di halaman 1dari 13

MODUL PERKULIAHAN

Komunikasi dan
Etika Profesi
Komunikasi Interpersonal
Fakultas
Fakultas Ilmu
Komputer

Program
Studi
Sistem
Informasi

Tatap
Muka

03

Kode MK

Disusun Oleh

MK18005

Nia Kusuma Wardhani, S.Kom,


MM.

Abstract

Kompetensi

Modul ini menjelaskan tentang


konsep dasar Komunikasi Interpersonal

Diharapkan mahasiswa memahami dan


mampu menjelaskan konsep dasar
Komunikasi Interpersonal dan
implementasinya dalam hubungan
individu maupun organisasi

BAB 3
MENJALIN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

1. Pengertian dan Karakteristik Komunikasi Interpersonal


Komunikasi Interpersonal (komunikasi antar pribadi) merupakan bentuk komunikasi
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami
kedua belah pihak dan cenderung lebih fleksibel dan informal, serta dapat menghasilkan suatu
hubungan produktif secara terus menerus. Jenis komunikasi ini banyak ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari.
Ada tujuh karakteristik yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua individu
merupakan komunikasi interpersonal. Tujuh karakteristik komunikasi antar pribadi itu adalah
(Hardjana, 2007: 86-90):
1. Melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan non verbal.
2. Melibatkan perilaku spontan, tepat, dan rasional.
3. Komunikasi antar pribadi tidaklah statis, melainkan dinamis.
4. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi, dan koherensi
(pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya).
5. Komunikasi antar pribadi dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik
dan ekstrinsik.
6. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan.
7. Melibatkan di dalamnya bidang persuasif.
Awal dari proses komunikasi adalah persepsi. Persepsi bukan sekedar rekaman atas
objek yang yang telah terstimulasikan pada otak manusia dan otak manusia itu tidak seperti
komputer yang mengolah input sebagaimana data adanya. Persepsi sangat dipengaruhi
kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya, yang semuanya
menentukan interprestasi orang pada sensasi. Sering kali kita mempersepsikan sesuatu secara
subjektif padahal belum tentu benar. Contoh : orang berambut gondrong dianggap berandal
(padahal belum tentu).
Proses psikologis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam Komunikasi
Interpersonal. Hal ini terjadi karena dalam Komunikasi Interpersonal kita mencoba
menginterpretasikan makna yang menyangkut diri kita, diri orang lain, dan hubungan yang

terjadi. Upaya kita untuk memahami diri pribadi ini disebut persepsi, dimana melalui indera yang
dimiliki, kita menangkap informasi atas objek tertentu. Melalui alat pikir dan logika, kita
mempresentasikan informasi yang telah kita peroleh melalui penginderaan. Proses ini memiliki
subjektivitas tinggi dan beberapa kelemahan didalamnya.
Sifat-sifat persepsi, yaitu :
1. Pengalaman
2. Selektif
3. Penyimpulan
4. Tidak akurat
5. Evaluatif.
Sedangkan elemen-elemen dari persepsi, yaitu :
1. Sensasi/penginderaan
2. Harapan
3. Bentuk dan latar belakang
4. Perbandingan
5. Konteks.
Selanjutnya dalam upaya untuk mempengaruhi persepsi orang lain terhadap diri kita telah
membuat kita menerapkan sejumlah strategi, yaitu :
1) Impression management, dalam hal ini mengungkapkan bahwa orang cenderung untuk
mengarahkan persepsi orang lain terhadap dirinya.
2) Rethorical sensitivity, mengajarkan orang untuk peka terhadap diri sendiri, peka terhadap
situasi, dan terutama peka terhadap orang lain.
3) Attributional respons, adalah cara lain dari penggunaan proses atribusi melalui perilaku kita
sebagai reaksi atas tindakan orang lain.
4) Konfirmasi antarpribadi, adalah tanggapan atau reaksi atas perilaku orang lain.
Kesalahan mempersepsi sering terjadi, misal kita berceloteh, bercanda akan
menyinggung orang tetapi kadang persepsi itu ada benarnya, misal persepsi tingkah laku yang
sombong dianggap meremehkan orang.
Persepsi dan konsep diri (yang positif) merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan dari
komunikasi interpersonal. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri sendiri.

Kadar keberhasilan atau kegagalan seseorang ditentukan oleh bagaimana memandang


kemampuannya sendiri.
Menurut Myers : Penghargaan diri adalah suatu perasaan yang anda peroleh pada saat
tindakan anda sesuai dengan kesan pribadi anda dan pada saat kesan khusus mengira-ngira
suatu versi yang diidealkan mengenai bagaimana anda mengharapkan diri anda sendiri.
Menurut Goss an HHair : Bahwa konsep diri mengacu pada bagaimana anda menilai
diri anda sendiri, seberapa besar anda berpikir bahwa diri anda berharga sebagai seseorang.
Dapat dilihat dari pernyataan tersebut bahwa penghargaan diri merupakan suatu persepsi
evaluasi public, dan konsep diri merupakan persepsi evaluasi pribadi.
Menurut Mead dan Cooley : Konsep diri merupakan suatu cerminan cara yang disajikan
orang lain sebagai tanggapan kepada kita. Konsep diri sangat dipengaruhi oleh reaksi orang
lain selama masa kecil.
Jadi dapat dikatakan bahwa pesan internal mengenai diri anda konsep diri dan
penghargaan diri dalam lingkup yang lebih besar dapat mengarahkan anda bagaimana untuk
merasakan diri anda dalam berhubungan dengan orang lain.
Suatu konsep diri yang dapat diterapkan dalam organisasi yang mengarah pada konsep
diri positif yaitu : percaya diri, memiliki kemampuan menyenangkan orang, memiliki cara
mendorong setiap orang yang diawasinya untuk berbuat inovasi dan bersedia mengakui
kesalahan yang dibuatnya.
Menurut Cathcart dan Gumpert : Kesan diri dibentuk terutama melalui komunikasi
interpersonal dan seringkali diketahui melalui interaksi dengan orang lain, sebagai contoh anakanak mulai meniru tingkah laku orang dewasa tanpa banyak bertanya.
Para komunikator bisnis membawa konsep diri yang relative stabil ke dalam kegiatan
presentasi bisnis, wawancara, dan bentuk lain dari komunikasi dalam organisasi, setiap orang
dan pada setiap situasi merupakan suatu kesempatan yang sekurang-kurangnya sedikit
memodifikasi konsep diri.
Untuk konsep diri bersifat negative sulit untuk dimodifikasi, dan pada umumnya
seseorang yang memiliki pengalaman negative dalam memproses kesan diri cenderung
menemukan isyarat-isyarat negative dalam lingkungannya.

Jadi, konsep diri merupakan penyaring dari semua informasi yang datang kepada
seorang individu, maka semakin positif dan realistic suatu konsep diri, maka semakin
responsive pegawai dalam mencari dan menghadirkan umpan balik yang efektif.
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antarpribadi,
yaitu:
a. Setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang
mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri
kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan
sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.
b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat
yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita.
Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai
dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman
dan gagasan baru.
c. Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication
apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa
percaya diri. Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat
menjadi perlu.
d. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri
mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaimana
kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain
itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).
Ada dua jenis kecakapan yang harus dimiliki seseorang agar dirinya mampu melakukan
komunikasi interpersonal dengan baik dan berhasil, yaitu kecakapan kognitif dan kecakapan
behavioral.
1. Kecakapan Kognitif
Kecakapan kognitif merupakan kecakapan pada tingkat pemahaman mengenai
bagaimana

cara mencapai tujuan personal dan relasional dalam berkomunikasi.

Kecakapan kognitif meliputi:


a. Empati (empathy): kecakapan untuk memahami pengertian dan perasaan orang lain
tanpa meninggalkan pandangannya sendiri.

b. Perspektif social (social perspective): kecakapan melihat kemungkinan-kemungkinan


perilaku yang berkomunikasi dengan dirinya.
c. Kepekaan (sensitivity) terhadap peraturan atau standar yang berlaku dalam
komunikasi interpersonal.
d. Pengetahuan akan situasi pada waktu komunikasi sedang dilakukan.
e. Memonitor diri (self-monitoring): kecakapan memonitor diri sendiri untuk menjaga
ketepatan perilaku dan jeli dalam memperhatikan pengungkapan pihak yang
berkomunikasi dengannya.
2. Kecakapan Behavioral
Kecakapan behavioral merupakan kecakapan berkomunikasi pada tingkat tindakan,
yang berfungsi dalam mengarahkan pelaku komunikasi untuk mencapai tujuan, baik
personal maupun relasional. Kecakapan behavioral terdiri dari:
a. Keterlibatan interaktif (interactive involment). Keterlibatan interaktif menentukan
tingkat keikutsertaan dalam proses komunikasi. Kecakapan ini meliputi : 1) sikap
tanggap (responsiveness), 2). Sikap perseptif (perceptiveness), dan 3) sikap penuh
perhatian (attentiveness).
b. Manajemen interaksi (interaction management): kecakapan yang berfungsi untuk
membantu dalam mengambil tindakan-tindakan yang berguna demi tercapainya
tujuan komunikasi.
c. Keluwesan perilaku (behavioral flexibility) : kecakapan yang berfungsi menentukan
tindakan yang diambil demi tercapainya tujuan komunikasi.
d. Mendengarkan (listening): kecakapan yang berfungsi untuk bisa mendengarkan dan
menyelami perasaan pihak lain. Dengan kecakapan mendengarkan seseorang
dapat menjadi teman berbicara yang baik.
e. Gaya sosial (social style): kecakapan yang mengarahkan pelaku komunikasi pada
perilaku yang baik dan menarik sehingga menyenangkan pihak lain.
f.

Kecemasan komunikasi (communication anxiety): kecakapan yang dapat dipakai


untuk mengatasi rasa takut, cemas, malu, gugup, dst. ketika berhadapan dengan
lawan bicara.

Terdapat tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal
yang baik, yaitu:
a. Percaya
b. sikap suportif
c. sikap terbuka.

2. Komunikasi Interpersonal Dalam Organisasi


Konsep diri positif dan rasa harga diri merupakan prasyarat bagi terciptanya suatu
hubungan bisnis yang baik dan berhasil. Hubungan ini akan membantu para individu untuk
berkomunikasi dan mempengaruhi perilaku individu lainnya dalam suatu organisasi atau
lingkungannya, jadi yang perlu dikaji dan dipertimbangkan bagi seorang komunikator bisnis
adalah kepuasan hubungan interpersonal.
Menurut William Schutz: Terdapat tiga kebutuhan dasar interpersonal, yaitu :
1. Inclusion (dilibatkan)
2. Control (pengendalian)
3. Afeksi (kasih sayang)
Kebutuhan kebutuhan ini menekankan sebagian besar perilaku hubungan dalam suatu
organisasi dan dicerminkan dalam cara orang-orang mengharapkan orang lain untuk
melibatkan, mengendalikan dan menunjukkan kasih sayang.
2.1. Inclusion (dilibatkan)
Menurut Schutz : suatu kebutuhan untuk dilibatkan merupakan hal mendasar bagi
semua orang. Kebutuhan inklusi yang tinggi, umumnya tipe orang yang mencari pengakuan
dalam suatu organisasi sedangkan kebutuhan inklusi yang rendah, umumnya tipe orang yang
mandiri dan mampu bekerjasama dengan orang lain.
Menurut Myers: orang dengan kebutuhan inklusi yang tinggi akan melawan ketakutan
dengan memaksa orang lain untuk memberikan perhatian kepadanya, orang dengan kebutuhan
inklusi yang rendah telah meyakinkan diri mereka sendiri bahwa mereka tidak akan
mendapatkan perhatian, tetapi itulah yang mereka inginkan.
Kebutuhan akan inklusi dari setiap orang berbeda yang didasarkan pada tingkat
kebutuhan dan persepsi mengenai siapa yang akan menanggapi kebutuhan pada tingkat yang
diinginkan. Jadi setiap orang akan mencari keseimbangan dalam hal inklusi dan kemandirian,
kebutuhan ini berhubungan dengan keadaan dan berubah setiap saat.

2.2. Control (pengendalian)


Kebutuhan akan pengendalian (control) berhubungan dengan suatu harapan akan
kekuasaan, perasaan seorang pemimpin dan kewenangan untuk mengubah lingkungan. Pada
umumnya jika kebutuhan control yang tinggi maka berharap menjadi pemimpin,
Kebutuhan inklusi yang rendah dan control tinggi ada kemungkinan belajar bagaimana
memanipulasi orang lain agar memperoleh peluangnya secara tidak langsung. Kebutuhan
inklusi dan control tinggi ada kemungkinan untuk berupaya mendominasi situasi secara
langsung, dan jika kebutuhan kontrolnya rendah dengan kebutuhan penerimaan wewenang
tinggi, umumnya orang tipe ini sebagai bawahan yang setia.
2.3. Afeksi (kasih sayang)
Afeksi merupakan kebutuhan yang penting dalam pemilihan hubungan, afeksi
diekspresikan dengan memberikan belaian suatu indikasi verbal dan nonverbal mengenai
perilaku yang dinilai oleh orang lain dalam suatu kelompok kerja.
Kebutuhan afeksi yang tinggi, akan ditunjukkan dengan kehangatan dan kepedulian,
seperti melakukan jabatan tangan yang erat, tepukan yang pantas pada punggung, senyum,
kontak mata yang hangat, dll, atau dengan menggunakan kata-kata yang positif.
Sedangkan kebutuhan afeksi yang rendah, umumnya orang tersebut bersifat dingin,
tidak mudah untuk bersahabat, dan cenderung selektif dalam mengembangkan hubungan.
Jadi, seorang komunikator bisnis yang baik harus peka dan selektif terhadap kebutuhan
interpersonal dalam mengatur dan mengembangkan dinamika lingkungan kerja. Hal ini dapat
digunakan untuk memodifikasi tugas kerja bawahan sehingga menciptakan iklim kerja dan
dinamika organisasi yang lebih baik.

3. Mendengarkan dalam komunikasi interpersonal


Dalam realita, anda tidak mengharapkan orang lain membaca pikiran anda dan anda
juga tidak dapat mengetahui apa yang orang lain inginkan. Maka dalam menciptakan
komunikasi interpersonal yang efektif, diharapkan adanya keterbukaan dan kemauan untuk
mendengarkan dengan baik hal apa saja yang dikomunikasikan. Keterbukaan merupakan suatu
cara untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan bagaimana cara informasi dibagikan.

Dengan mendengarkan, kita dapat mengetahui dan menelusuri secara detail pokok
permasalahan yang dibicarakan. Sehingga memudahkan dalam mencari penyelesaian masalah
dan memberikan feedback. Selain itu juga menunjukkan sikap perhatian (bagian dari afeksi)
terhadap lawan bicara dan informasi yang disampaikan.

4. Empati dan Persuasi


4.1. Empati
Empati adalah kecakapan untuk memahami pengertian dan perasaan orang lain tanpa
meninggalkan pandangannya sendiri. Empati komunikasi meliputi penyampaian perasaan,
kejadian, persepsi atau proses yang menyatakan tidak langsung perubahan sikap/perilaku
penerima.
Everett M. Rogers & Dilip K. Bhowmik mendefinisikan emphaty sebagai kemampuan
seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain.
Menurut Sigmund Freud bahwa : Empathy dianggap sebagai memahami orang lain
yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita.
Berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain.
Dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, merasakan seperti orang lain
merasakannya.
Komunikator yang dipersepsi memiliki kesamaan dengan komunikan cenderung dapat
berkomunikasi lebih efektif. Hal ini alasannya menurut Herbert W. Simons karena empat faktor,
yaitu :
1. Kesamaan mempermudah proses penyandian (decoding), yakni menerjemahkan
lambang-lambang yang diterima menjadi gagasan-gagasan.
2. Kesamaan membantu membangun premis yang sama untuk mempermudah proses
deduktif. Dalam hal ini berarti bila kesamaan disposisional relevan dengan
topik

persuasi, maka komunikan akan terpengaruh oleh komunikator.


3. Kesamaan menyebabkan komunikan tertarik pada komunikator. Kebanyakan orang
cenderung menyukai orang-orang yang memiliki kesamaan disposisional

dengan

orang tersebut tadi, Sehingga hal ini kalau dalam proses Komunikasi

Interpersonal

komunikan akan tertarik pada komunikator dan komunikan tersebut

cenderung

menerima gagasan-gagasan komunikator.

4. Kesamaan menumbuhkan rasa hormat dan percaya pada komunikator.

4.2. Persuasi
Istilah persuasi bersumber dari perkataan Latin, persuasio yang berarti membujuk,
mengajak atau merayu. Persuasi bisa dilakukan secara :
1. secara rasional, komponen kognitif pada diri seseorang dapat dipengaruhi. Aspek
yang dipengaruhi berupa ide ataupun konsep,
2. secara emosional, biasanya menyentuh aspek afeksi, yaitu hal yang berkaitan
dengan kehidupan emosional seseorang. Melalui cara emosional, aspek
simpati dan

empati seseorang dapat digugah.

Persuasi merupakan proses komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap,


pendapat dan perilaku seseorang, baik secara verbal maupun nonverbal.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam komunikasi persuasi meliputi kejelasan
tujuan, memikirkan secara cermat orang-orang yang dihadapi serta memilih strategi yang tepat.
Ruang lingkup kajian ilmu komunikasi persuasif meliputi sumber, pesan, saluran/media,
penerima, efek, umpan balik, dan konteks situasional.
Pendekatan yang digunakan dalam komunikasi persuasif adalah pendekatan psikologis.
Menurut Aristoteles, komunikasi dibangun oleh tiga unsur yang fundamental, yakni orang yang
berbicara, materi pembicaraan, dan orang yang mendengarkannya. Aspek yang pertama
disebut komunikator atau persuader, yang merupakan sumber komunikasi, aspek yang kedua
adalah pesan, dan aspek yang ketiga disebut komunikan atau persuadee, yaitu orang yang
merupakan penerima komunikasi.
Seorang persuader yang memiliki ethos tinggi, dicirikan oleh kesiapan, kesungguhan,
ketulusan, kepercayaan, ketenangan, keramahan, dan kesederhanaan. Jika komunikasi
persuasif ingin berhasil seorang persuader harus memiliki sikap reseptif, selektif, digestif,
asimilatif, dan transitif. Persuadee adalah orang dan atau sekelompok orang yang menjadi
tujuan pesan itu disampaikan dan disalurkan oleh persuader baik secara verbal maupun
nonverbal.
Efek komunikasi persuasif adalah perubahan yang terjadi pada diri persuader sebagai
akibat dari diterimanya pesan melalui proses komunikasi. Efek yang timbul berbentuk
perubahan sikap pendapat dan tingkah laku.

5. THE JOUHARI WINDOW THEORY


Merupakan sebuah model yang dikenal sebagai Johari Window menggambarkan proses
memberi dan menerima umpan balik. Teori ini dikembangkan oleh Psikolog Joseph Luft dan
Harry Ingham untuk program proses kelompok mereka. Model tersebut sebagai jendela
komunikasi melalui mana Anda memberi dan menerima informasi tentang diri Anda dan orang
lain.
Melalui proses umpan balik, kita melihat diri kita seperti orang lain melihat kita. Melalui
umpan balik, orang lain juga belajar bagaimana kita melihat mereka. Umpan balik memberikan
informasi kepada seseorang atau kelompok baik dengan komunikasi verbal atau nonverbal.
Informasi yang Anda berikan memberitahu orang lain bagaimana perilaku mereka
mempengaruhi Anda, bagaimana Anda rasakan, dan apa yang Anda anggap (umpan balik dan
keterbukaan diri).
The Johari Window model, terdiri dari 4 kuadran, seperti digambarkan diagram di bawah
ini :

Penjelasan keempat kuadran tersebut adalah :

Quadrant 1: Open Area


What is known by the person about him/herself and is also known by others.
berisi hal-hal yang aku tahu tentang diriku dan juga diketahui oleh orang lain. Ditandai
dengan pertukaran informasi antara diri dan orang lain dengan bebas. Pada kuadran ini
terdapat tingkat kepercayaan antar individu yang tinggi, sehingga dengan mudahnya
berbagi informasi tentang hal-hal pribadi.
Quadrant 2: Blind Area, or "Blind Spot"
What is unknown by the person about him/herself but which others know.
berisi informasi yang saya tidak tahu tentang diriku sendiri, tapi diketahui oleh orang
lain. Orang lain mendapatkannya melalui komunikasi non verbal yang saya lakukan,
misalnya melalui sikap, cara saya mengatakan sesuatu hal, atau gaya di mana saya
berhubungan dengan orang lain, saya mungkin tidak tahu bahwa saya selalu berpaling
dari seseorang ketika saya berbicara atau bahwa saya selalu berdehem sebelum
mengatakan sesuatu.
Quadrant 3: Hidden or Avoided Area
What the person knows about him/herself that others do not.
Berisi informasi yang saya tahu tentang diriku sendiri, tetapi orang lain tidak tahu. Saya
menjaga hal-hal yang tersembunyi dari mereka. Saya mungkin takut bahwa jika
kelompok itu tahu perasaan saya, persepsi, dan pendapat mengenai kelompok atau
individu dalam kelompok, mereka mungkin menolak, menyerang, atau menyakiti saya.
Akibatnya, saya menahan informasi ini. Sebelum mengambil risiko mengatakan
sesuatu kepada orang lain, saya harus tahu ada

unsur mendukung dalam kelompok

kami. Saya ingin anggota kelompok untuk menilai saya positif ketika saya
mengungkapkan perasaan, pikiran, dan reaksi. Saya harus mengungkapkan
sesuatu tentang diri saya untuk mengetahui bagaimana anggota akan bereaksi. Di sisi
lain, saya dapat menyimpan informasi tertentu untuk diriku sendiri sehingga saya bisa
memanipulasi atau mengendalikan orang lain.
Quadrant 4: Unknown Area
What is unknown by the person about him/herself and is also unknown by others.

Berisi hal-hal yang baik saya sendiri maupun orang lain tidak tahu mengenai hal-hal
tentang saya. Aku mungkin tidak pernah menyadari bahwa hal tersebut terkubur jauh di
bawah permukaan di daerah bawah sadar saya. Daerah ini diketahui merupakan
dinamika intrapersonal, kenangan masa kanak-kanak, potensi laten, dan sumber daya
(kemampuan atau potensi diri) yang belum diakui. Batas-batas internal perubahan
panel

tergantung

semua tentang diri

pada jumlah umpan balik dicari dan

diterima.

Mengetahui

sendiri adalah sangat tidak mungkin, dan ekstensi tidak dikenal

dalam model merupakan

bagian

dari diriku yang selalu akan tetap tidak

diketahui.
Proses pengembangan dari kuadran yang terbuka secara vertical disebut self-disclosure
(=pengungkapan diri), dimana terjadi proses take and give (saling memberi dan menerima)
antar individu yang saling berinteraksi/berhubungan/berkomunikasi.
Seiring dengan proses sharing informasi, boundary yang berbatasan dengan hidden
quadrant bergerak ke bawah, dan ketika orang mulai berkomunikasi maka tingkat kepercayaan
diantara mereka pun mulai dibangun.
Tip 1:
Jangan gegabah dalam pengungkapan diri. Mengungkapkan hal yang tidak berbahaya bisa
membangun kepercayaan. Namun, mengungkapkan informasi dapat merusak kepercayaan
orang kepada anda sehingga menempatkan anda dalam posisi yang lemah.

Tip 2:
Berhati-hatilah dalam cara memberikan feedback (umpan balik). Latar belakang budaya yang
berbeda-beda sangat mempengaruhi dalam penerimaan umpan balik tersebut. Ada beberapa
budaya yang sangat terbuka dalam menerima umpan balik, namun ada juga yang tidak. Maka
sebaiknya anda lebih sensitive dalam hal ini dan mulailah secara bertahap.

Anda mungkin juga menyukai