Anda di halaman 1dari 6

Tinjauan Pustaka: Dampak Media Sosial terhadap Self-Esteem Individu

Anastasia Natalie Hasianna


2306220772
PENIL - F
TINJAUAN PUSTAKA

Dampak Media Sosial terhadap Self-Esteem Individu


Di era modern, media sosial telah menjadi bagian dari keseharian banyak orang.
DataReports (2023) menunjukkan terdapat 4,76 miliar pengguna media sosial di seluruh dunia
dan Tiktok sebagai media sosial dengan rata-rata pemakaian terlama, yaitu 23 jam 28 menit per
bulan. Media sosial memungkinkan kita berbagi foto dan informasi dengan teman atau keluarga
dan menjalin koneksi secara global. Selain berdampak terhadap hubungan sosial, media sosial
juga berdampak kepada self-esteem individu. Sebagai contoh, penelitian oleh Fardouly et al.
(2018) menemukan bahwa 70% remaja merasa tidak percaya diri dengan tubuh mereka setelah
menggunakan media sosial secara intensif. Selain itu, survei Pew Research Center (2019)
menunjukkan bahwa 64% individu dewasa merasakan tekanan untuk menciptakan citra diri yang
positif di media sosial. Tekanan ini membuat mereka merasa dirinya tidak cukup baik dan
menurunkan self-esteem mereka. Oleh karena itu, agar lebih sadar terhadap fenomena serupa dan
menghindari dampak negatifnya, penting untuk memahami dampak media sosial terhadap self-
esteem individu.
Tujuan tinjauan pustaka ini adalah membandingkan penemuan dampak positif dan negatif
mengenai topik yang dibahas. Kemudian, tinjauan pustaka ini juga akan menganalisis faktor-
faktor lain berdasarkan ilmu psikologi yang terintegrasi dengan topik yang dibahas. Selain itu,
tinjauan pustaka ini juga menganalisis kontradiksi dan variasi dalam penelitian yang ditemukan.

Definisi Self-Esteem
Menurut Rosenberg (1965), self-esteem merupakan suatu evaluasi positif ataupun negatif
terhadap dirinya sendiri. Dengan kata lain, self-esteem adalah bagaimana seseorang memandang
dirinya sendiri. Hal ini merupakan aspek penting dalam kesejahteraan individu secara psikologis.
Self-esteem yang tinggi sering dikaitkan dengan kepercayaan diri dan kebahagiaan emosional,
sementara self-esteem yang rendah dikaitkan sering dikaitkan dengan kecemasan dan depresi
(Yap, 2022).
Menurut Coopersmith (1967), self-esteem dapat diukur dari empat aspek, yaitu yaitu
kekuasaan (power), keberartian (significance), kebajikan (virtue), dan kemampuan (competence).
Individu dengan self-esteem tinggi ditandai dengan adanya kemampuan untuk mengendalikan
dirinya sendiri dan orang lain, serta penerimaan perhatian dan afeksi yang tinggi dari orang lain.
Selain itu, individu tersebut juga patuh terhadap kode moral dan etika yang berlaku di
masyarakat serta kompeten dalam mengerjakan berbagai tugas dan pekerjaan dengan baik.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-Esteem


Menurut Coopersmith (1967), terdapat 5 faktor yang mempengaruhi self-esteem.
Pertama, jenis kelamin; perbedaan ekspektasi masyarakat dan perlakuan orang tua terhadap
wanita dan pria membuat self-esteem wanita cenderung lebih rendah dibanding pria. Kedua,
intelegensi; individu dengan intelegensi tinggi seringkali dihubungkan dengan prestasi akademik
yang tinggi, sehingga mereka cenderung memiliki self-esteem yang baik. Ketiga, kondisi fisik;
individu dengan penampilan fisik menarik cenderung memiliki self-esteem yang tinggi.
Keempat, lingkungan keluarga; perlakuan adil dan pendidikan yang diberi orang tua sedari dini
akan mendukung perkembangan self-esteem yang baik. Kelima, lingkungan sosial; penghargaan,
penerimaan, dan perlakuan yang baik dari orang lain dapat meningkatkan self-esteem.
Faktor lingkungan sosial tersebut dapat terjadi melalui media sosial. Hal ini karena media
sosial memungkinkan penggunanya untuk mempublikasi informasi seperti pencapaian pribadi
yang membanggakan. Dengan demikian, media sosial membantu individu merasa dihargai dan
diterima di masyarakat. Namun, hal tersebut juga berarti individu akan terekspos terhadap
pencapaian orang lain, yang mungkin dapat menurunkan self-esteem mereka karena
memunculkan perasaan inkompeten.

Definisi Media Sosial


Menurut Boyd dan Ellison (2008), media sosial adalah platform untuk membuat profil,
membangun hubungan yang eksplisit, dan memperluas relasi. Media sosial juga dapat diartikan
sebagai seperangkat aplikasi interaktif di Internet yang memfasilitasi penggunanya untuk
menciptakan, mengelola, dan membagikan konten secara individual atau kolaboratif (Davis,
2016). Beberapa fitur yang dapat digunakan di media sosial antara lain komentar, like, dan pesan
pribadi. Dengan adanya media sosial, individu dapat mengembangkan jaringan sosial yang lebih
luas. Selain itu, media sosial dapat menghubungkan kita dengan pengguna lainnya secara global.

Jenis-Jenis Media Sosial


Menurut Kaplan dan Haenlein (2010), media sosial dibagi menjadi 6 jenis. Pertama,
collaborative; yaitu media sosial yang penggunanya berpartisipasi secara kolektif untuk
menciptakan dan memodifikasi konten, contohnya Wikipedia. Kedua, blog and microblog; yaitu
media sosial yang digunakan untuk membagikan pemikiran atau informasi dalam bentuk tulisan
panjang (blog) atau tulisan pendek (microblog), contohnya Twitter. Ketiga; content communities;
yaitu media sosial yang memungkinkan penggunanya membuat dan melihat konten multimedia,
contohnya YouTube. Keempat, social networking sites; yaitu media sosial yang penggunanya
membentuk dan mengelola jejaring sosial mereka dengan terhubung ke orang lain, contohnya
Facebook. Kelima, virtual game worlds; media sosial yang terintegrasi dalam permainan di mana
pengguna dapat berinteraksi melalui karakter atau avatar yang mereka buat, seperti game World
of Warcraft. Keenam, virtual social worlds; media sosial yang menciptakan dunia maya di mana
pengguna dapat menciptakan avatar dan berinteraksi dalam lingkungan virtual, contohnya
Second Life.

Dampak Positif Media Sosial terhadap Self-Esteem Individu


Sejumlah penelitian menemukan dampak positif yang dihasilkan media sosial terhadap
self-esteem individu. Kim (2019) menemukan bahwa mahasiswa yang menggunakan media
sosial memiliki identitas dan self-esteem kelompok yang lebih kuat. Media sosial sering
dimanfaatkan untuk membagikan prestasi dan momen positif dalam kelompok mahasiswa seperti
kelompok olahraga (Smith & Sanderson, 2015). Dengan membagikan konten positif tersebut,
individu merasa bangga menjadi bagian dari komunitas yang sukses dan solid (Kassing & J.W.,
2016). Hal tersebut dapat membangun rasa solidaritas dalam tim, memperkuat identitas mereka
sebagai bagian dalam kelompok, dan menciptakan perasaan diterima dalam lingkup sosial.
Dalam studi Perloff (2014), ditemukan bahwa individu yang aktif melihat profil inspiratif
dan positif di Instagram cenderung memiliki self-esteem yang lebih tinggi. Dampak yang serupa
terdapat dalam studi Khoo et al. (2023). Ditemukan bahwa partisipan yang melihat profil
Instagram mereka secara rutin memiliki self-esteem lebih tinggi yang kemudian memperjelas
self-concept clarity mereka. Vohs dan Finkenauer (2018) memperjelas adanya hubungan yang
positif antara self-esteem dan self concept clarity. Artinya, semakin tinggi self-esteem seseorang,
semakin tinggi juga self concept clarity mereka. Dalam konteks ini, self concept clarity merujuk
pada sejauh mana seseorang memiliki pemahaman yang jelas tentang dirinya sendiri (Campbell
et al., 1996).
Dengan melakukan pengamatan rutin terhadap profil Instagram sendiri, individu dapat
memperluas persepsi mengenai diri mereka. Tukachinsky et al. (2015) menemukan bahwa ketika
individu melihat profil Instagram mereka, mereka juga melihat pencapaian pribadi, hobi, dan
interaksi sosial mereka. Hal ini membantu individu menyadari bahwa diri mereka terdiri atas
beraneka ragam aspek dan peran dalam kehidupan. Dengan demikian, mereka memiliki self-
concept clarity yang kuat karena lebih mengenali siapa diri mereka sebenarnya dan bagaimana
mereka berperan dalam berbagai aspek kehidupan.

Dampak Negatif Media Sosial terhadap Self-Esteem Individu


Meskipun demikian, ditemukan juga hasil yang kontradiktif dari penelitian-penelitian
tersebut. Terdapat sejumlah penelitian yang menemukan dampak negatif media sosial terhadap
self-esteem individu. Steinsbekk et al. (2021) menemukan bahwa penggunaan media sosial yang
berfokus pada orang lain, yaitu yang berfokus pada eksposur diri orang lain dan bukan untuk
pengembangan atau optimalisasi diri sendiri, menurunkan self-esteem anak-anak dan remaja
mengenai penampilan mereka.
Dampak negatif lainnya dikemukakan dalam studi Jan dan Ahmad (2017) yang
menunjukkan bahwa penggunaan Facebook selama satu jam setiap hari mengakibatkan
penurunan self-esteem individu dan terdapat juga kecenderungan bagi individu untuk
membandingkan diri mereka dengan unggahan orang lain di Facebook yang lebih menarik dan
berprestasi. Ketika mereka melihat unggahan yang menampilkan pencapaian, penampilan, atau
kebahagiaan teman-teman mereka, individu tersebut dapat merasa dirinya kurang kompeten dan
muncul rasa ketidakpuasan terhadap diri sendiri. Dalam jangka panjang, perbandingan ini dapat
berakibat pada penurunan self-esteem.
Selain mengakibatkan perbandingan sosial, penelitian Vogel et al. (2014) menunjukkan
bahwa Facebook sering digunakan untuk menciptakan image diri yang ideal dan seringkali tidak
mencerminkan kehidupan individu yang sesungguhnya. Individu cenderung merasa perlu untuk
mempresentasikan diri secara positif dan sempurna di media sosial. Hal ini dapat membuat
mereka tertekan dan memiliki ekspektasi yang tidak realistis terhadap diri sendiri. Image diri di
media sosial yang tidak sesuai dengan realitas kehidupan individu di dunia nyata dapat berakibat
pada penurunan self-esteem.

Kesimpulan
Media sosial memiliki dampak terhadap self-esteem individu, baik secara positif maupun
negatif. Penguatan identitas kelompok, self-concept clarity yang lebih baik, dan perasaan
diterima di lingkup sosial merupakan beberapa contoh bahwa media sosial dapat meningkatkan
self-esteem individu. Namun sebaliknya, self-esteem juga dapat menurun melalui media sosial,
seperti munculnya perasaan tidak puas terhadap penampilan fisik, perbandingan diri sendiri
dengan orang lain, hingga presentasi image diri yang tidak sesuai realitas. Dapat disimpulkan
bahwa dampak media sosial terhadap self-esteem dapat bervariasi tergantung konteks, situasi,
serta individu itu sendiri.

Referensi

Boyd, D. M., & Ellison, N. B. (2007). Social Network Sites: Definition, History, and Scholarship. Journal of
Computer-Mediated Communication, 13(1), 210–230. https://doi.org/10.1111/j.1083-
6101.2007.00393.x

Burrow, A. L., & Rainone, N. (2017). How many likes did I get?: Purpose moderates links between
positive social media feedback and self-esteem. Journal of Experimental Social Psychology, 69,
232–236. https://doi.org/10.1016/J.JESP.2016.09.005

Campbell, J. D., Trapnell, P. D., Heine, S. J., Katz, I. M., Lavallee, L. F., & Lehman, D. R. (1996). Self-
Concept Clarity: Measurement, Personality Correlates, and Cultural Boundaries. Journal of
Personality and Social Psychology, 70(1), 141–156. https://doi.org/10.1037/0022-3514.70.1.141

Davis, J. L. (2016). Social Media. In The International Encyclopedia of Political Communication (pp. 1–8).
Wiley. https://doi.org/10.1002/9781118541555.wbiepc004
Fardouly, J., Willburger, B. K., & Vartanian, L. R. (2018). Instagram use and young women’s body image
concerns and self-objectification: Testing mediational pathways. New Media & Society, 20(4),
1380–1395. https://doi.org/10.1177/1461444817694499

Jan, M., Soomro, S. A., & Ahmad, N. (2017). Impact of Social Media on Self-Esteem. European Scientific
Journal, ESJ, 13(23), 329. https://doi.org/10.19044/esj.2017.v13n23p329

Kaplan, A. M., & Haenlein, M. (2010). Users of the world, unite! The challenges and opportunities of
Social Media. Business Horizons, 53(1), 59–68. https://doi.org/10.1016/j.bushor.2009.09.003

Khoo, S. S., Yang, H., & Toh, W. X. (2024). Leveraging Instagram to enhance self-esteem: A self-
affirmative intervention study and multilevel mediation analysis. Computers in Human Behavior,
150, 107972. https://doi.org/10.1016/J.CHB.2023.107972

Kim, B., & Kim, Y. (2019). Growing as social beings: How social media use for college sports is associated
with college students’ group identity and collective self-esteem. Computers in Human Behavior, 97,
241–249. https://doi.org/10.1016/J.CHB.2019.03.016

Perloff, R. M. (2014). Social Media Effects on Young Women’s Body Image Concerns: Theoretical
Perspectives and an Agenda for Research. Sex Roles, 71(11–12), 363–377.
https://doi.org/10.1007/s11199-014-0384-6

Smith, L. R., & Sanderson, J. (2015). I’m Going to Instagram It! An Analysis of Athlete Self-Presentation
on Instagram. Journal of Broadcasting & Electronic Media, 59(2), 342–358.
https://doi.org/10.1080/08838151.2015.1029125

Steinsbekk, S., Wichstrøm, L., Stenseng, F., Nesi, J., Hygen, B. W., & Skalická, V. (2021a). The impact of
social media use on appearance self-esteem from childhood to adolescence – A 3-wave community
study. Computers in Human Behavior, 114, 106528. https://doi.org/10.1016/J.CHB.2020.106528

Steinsbekk, S., Wichstrøm, L., Stenseng, F., Nesi, J., Hygen, B. W., & Skalická, V. (2021b). The impact of
social media use on appearance self-esteem from childhood to adolescence – A 3-wave community
study. Computers in Human Behavior, 114. https://doi.org/10.1016/j.chb.2020.106528

Vogel, E. A., Rose, J. P., Roberts, L. R., & Eckles, K. (2014). Social comparison, social media, and self-
esteem. Psychology of Popular Media Culture, 3(4), 206–222.
https://doi.org/10.1037/ppm0000047

Yap, C. C., Mohamad Som, R. B., Sum, X. Y., Tan, S. A., & Yee, K. W. (2022). Association Between Self-
Esteem and Happiness Among Adolescents in Malaysia: The Mediating Role of Motivation.
Psychological Reports, 125(3), 1348–1362. https://doi.org/10.1177/00332941211005124

Anda mungkin juga menyukai